Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi
kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkatan-
tingkatan) sosial. Perbedaan itu tidak semata-mata ada, tetapi melalui
proses; suatu bentuk kehidupan (bisa berupa gagasan, nilai, norma, aktifitas
sosial, maupun benda-benda) akan ada dalam masyarakat karena mereka
menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna untuk mereka.
Fenomena dari stratifikasi sosial ini akan selalu ada dalam kehidupan
manusia, sesederhana apapun kehidupan mereka, tetapi bentuknya mungkin
berbeda satu sama lain, semua tergantung bagaimana mereka
menempatkannya.
Stratifikasi sosial berasal dari istilah Social Stratification yang berarti
sistem berlapis-lapis dalam masyarakat; kata Stratification berasal dari
stratum (jamaknya : strata) yang berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah
pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarkis). Selama dalam masyarakat itu ada sesuatu yang
dihargai dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai,
maka barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan
adanya sistem yang berlapis-lapis dalam masyarakat itu. Barang sesuatu
yang dihargai itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai
ekonomis, mungkin berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan atau
mungkin keturunan dari orang terhormat.
Seorang sosiolog, Pitirin A. Sorokin (1957) mengatakan bahwa sistem
berlapis itu merupakan ciri yang tetapdan umum dalam setiap masyarakat
yang hidup teratur. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga itu
dalam jumlah yang sangat banyak, suatu keadaan tidak semua orang bisa
demikian bahkan hanya sedikit orang yang bisa, dianggap oleh masyarakat
berkedudukan tinggi atau ditempatkan pada lapisan atas masyarakat dan
mereka yang hanya sedikit sekali atau sama sekali tidak memiliki sesuatu
yang berharga tersebut, dalam pandangan masyarakat mempunyai

[1]
kedudukan yang rendah atau ditempatkan pada lapisan bawah masyarakat.
Perbedaan kedudukan manusia dalam masyarakatnya secara langsung
menunjuk pada perbedaan pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban,
tanggung jawab nilai-nilai sosial dan perbedaan pengaruh di antara anggota-
anggota masyarakat. Sejak manusia mengenal adanya suatu bentuk
kehidupan bersama di dalam bentuk organisasi sosial, lapisan-lapisan
masyarakat mulai timbul. Pada masyarakat dengan kehidupan yang masih
sederhana, pelapisan itu dimulai atas dasar perbedaan gender dan usia,
perbedaan antara pemimpin atau yang dianggap sebagai pemimpin dengan
yang dipimpin, atau perbedaan berdasarkan kekayaan. Seorang ahli filsafat,
Aristoteles, pernah mengatakan; bahwa dalam tiap-tiap negara terdapat tiga
unsur ukuran kedudukan manusia dalam masyarakat, yaitu mereka yang
kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada di tengah-
tengahnya. Sedangkan pada masyarakat yang relatif kompleks dan maju
tingkat kehidupannya, maka semakin kompleks pula sistem lapisan-lapisan
dalam masyarakat itu, keadaan ini mudah untuk dimengerti karena jumlah
manusia yang semakin banyak maka kedudukan (pembagian tugas-kerja),
hak-hak, kewajiban, serta tanggung jawab sosial menjadi semakin kompleks
pula.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stratifikasi sosial?
2. Apa dasar adnya stratifikasi sosial?
3. Apa sajakah unsur-unsur stratifikasi sosial?
4. Apa sajakah sifat-sifat stratikasi sosial?
5. Apa penyebab terjadinya statifikasi sosial?
6. Apa pengertian mobilitas atau pergerakan dari stratifikasi sosial dan apa
saja yang terkadung dalam mobilitas sosial?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian startifikasi sosial
2. Untuk mengetahui dasar adanya stratifikasi sosial
3. Untuk mengetahui unsure yang ada dalam stratifikasi sosila
4. Untuk mengethui sifat-sifat yang ada di dilam stratifikasi sosial

[2]
5. Untuk mengetahui penyebab terjadinya statifikasi sosial
6. Untuk mengetahui apa pengetian dari mobilitas sosial dan apa menegtahui
apa saja yang ada dilam mobilitas sosial.

[3]
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stratifikasi Sosial


Adalah stratifikasi berasal dari kata Stratum yaitu bentuk jamak dari
strata yang berarti lapisan. (Pitirim A. Sorokin (1959)) mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat.
Perwujudan dari stratifikasi sosial adalah adanya kelas-kelas tinggi dan
kelas yang lebih rendah didalam masyarakat. Dasar dan inti lapisan-lapisan
dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-
hak, kewajiban-kewajiban, tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya
di antara anggota masyarakat.
2.2 Dasar Adanya Pelapisan Masyarakat
1. Tidak ada keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban.
2. Tidak ada keseimbangan kewajiban dan tanggung jawab.
3. Tidak ada keseimbangan dalam nilai-nilai sosial dan kurang terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan manusia
4. Tidak ada keseimbangan dalam kekuatan sosial dan pengaruhnya diantara
anggota-anggota masyarakat.
2.3 Unsur-unsur Stratifikasi Sosial
Dalam teori sosiologi , unsur-unsur sistem pelapisan sosial masyarakat
adalah:
2.3.1 Kedudukan (status)
Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial, sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut.
Sedangkan kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam
masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulanya, hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.
Sedangkan kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum
dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain.

[4]
Menurut Ralph Linton; kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Ascribed Status, kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memperhatikan perbedaan seseorang, kedudukan tersebut diperoleh
karena kelahiran. Misalnya, kedudukan anak seorang bangsawan adalah
bangsawan pula, seorang anak dari kasta Brahmana juga akan memperoleh
kedudukan demikian.
2. Achieved Status, kedudukan yang dicapai atau diperjuangkan seseorang
dengan usaha-usaha yang dengan sengaja dilakukan, bukan diperoleh
karena kelahiran. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja
tergantung dari kemampuan dari masing-masing orang dalam mengejar
dan mencapai tujuan-tujuanya. Misalnya: setiap orang bisa menjadi
Dokter, Guru, Hakim dan sebagainya.

2.3.2 Peran (Role)


Peran adalah tingkah laku atau perilaku yang diharapkan dari seseorang
yang mempunyai satu kedudukan. Peran dapat dikatakan sebagai prilaku
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
2.3.2.1 Macam-macam peran (atas dasar pelaksanaanya), yaitu:
1. Peran yang diharapkan (expected role)
Cara ideal dalam melaksanakan peranan dalam penilaian masyarakat.
Masyarakat menghendaki peranan yang diharapkan dilaksanakan
secermat-cermatnya dan peranan ini tidak dapat ditawar dan harus
dilaksanakan seperti yang ditentukan.
Contohnya adalah hakim, diplomatik, protokoler, Dll.
2. Peran yang disesuaikan
Yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan itu dijalankan. Peran ini
pelaksanaanya lebih luwes, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi
tertentu. Peranan yang disesuaikan mungkin tidak cocok dengan situasi
setempat tetapi kekurangan yang muncul dapat dianggap wajar oleh
masyarakat.
Contohnya adalah peran yang disesuaikan mungkin tidak cocok dengan
situasi setempat. Peran ini sifatnya lebih luwes.

[5]
2.3.2.2 Macam-macam peran (atas dasar cara memperolehnya), yaitu:
1. Peran bawaan (ascribed roles)
Yaitu peran yang diperoleh secara otomatis tanpa melalui usaha.
Contohnya adalah peran seorang ayah dan seorang ibu.
2. Peranpilihan (achieves roles)
Yaitu peran yang diperoleh atas dasar keputusan sendiri
Contohnya adalah seseorang yang memutuskan kuliah sesuai dengan
keinginanya.
2.4 Sifat-sifat Stratifikasi Sosial
2.4.1 Stratifikasi sosial tertutup (closed social stratification)
Sistem pelapisan dalam masyarakat yang tertutup tidak memungkinkan
pindahanya orang dari satu lapisan sosial tertentu kelapisan sosial yang lain,
baik gerak pindahnya itu ke atas (social climbing) atau gerak pindahnya ke
bawah (social sinking). Dalam sistem tertutup semacam itu satu-satunya
cara untuk menjadi anggota suatu lapisan tertentu dalam masyarakat adalah
kelahiran. Seseorang mempunyai kedudukan sosial menurut orang tuanya.
Sistem sosial yang tertutup ini terdapat di masyarakat yang menganut sistem
berkasta. Dalam sistem ini , seseorang tidak bisa merubah kedudukan atau
statusnya seperti yang miliki oleh orang tuanya.
Contohnya adalah sistem kasta. Kaum sudra tidak bisa pindah posisi
naik di lapisan brahmana dan ada juga rasialis kulit hitam yang di anggap di
posisi rendah tidak bias pindah kedudukan di posisi kulit putih.
2.4.2 Stratifikasi sosial terbuka (open social stratification)
Sistem stratifikasi dimana setiap anggota masyarakatnya dapat
berpindah-pindah satu strata atau tingkatan yang satu ketingkatan yang lain.
Dalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan
untuk berusaha dengan kemampuannya sendiri. Apabila mampu dan
beruntung seseorang dapat untuk naik ke lapisan yang lebih atas atau bagi
mereka yang tidak beruntung dapat nurun ke lapisan yang lebih rendah.
Contoh: tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan dan kekuasaan.
Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta

[6]
tingkat sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk
mengubah diri menjadi lebih baik lagi.
2.4.3 Stratifikasi sosial campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi
tertutup dan terbuka. Misalnya seorang warga Bali berkasta Brahmana
mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke
Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
Dasar atau kreteria yang umumnya di pakai untuk menggolongkan
anggota masyarakat kedalam lapisan-lapisan dalam masyarakat antara lain:
1. Kekayaan
Merupakan dasar yang paling banyak di gunakan dalam pelapisann
masyarakat. Sesorang yang mempunyai kekayaan banyak akan dimasukan
kedalam lapisanatas dan yang mempunyai kekayaan sedikit akan
dimasukan kedalam lapisan bawah.
2. Kekuasaan
Sesorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang yang besar akan
masuk pada lapisan atas dan yang tidak mempunyai kekuasaan akan
masuk ke lapisan bawah.
3 Kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati, akan dimasukkan kelapisan
atas. Dasar semacam ini, biasannya dijumpai pada masyarakat tradisional.
4 Ilmu pengetahuan
Dasar ini dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan,
walaupun kadang-kadang masyarakat salah persepsi ,karena meninjau dari
gelar seseorang.
2.5 Penyebab Terjadinya Stratifikasi Sosial
1. Ascribed status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memperhatikan perbedaan seseorang, tanpa usaha, serta kedudukan
tersebut diperoleh dari kelahiran.
Misalnya: Dalam sistem kasta, seseorang anak dari kasta brahmana juga
akan memperoleh kedudukan demikian.

[7]
2. Achieved status, yaitu kedudukan yang diperoleh seseorang dengan usaha-
usaha yang sengaja dilakukan bukan diperoleh karena kelahiran.
Misalnya: Orang biasa menjadi dokter asalkan memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan.
3. Asigned status, yaitu kedudukan yang diperoleh sesorang karena jasa-
jasanya. Kedudukan ini terkait dengan achieved status.
Misalnya : Pahlawan nasional
2.6 Mobilitas dari Stratifikasi Sosial
Mobilitas sosial adalah perpindahan status seseorang atau sekelompok
orang dari posisi yang satu ke posisi yang lain.
2.6.1 Dilihat dari pergerakannya, terdapat dua bentuk mobilitas yaitu:
2.6.1.1 Mobilitas vertikal adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang
atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang berbeda. Dalam mobilitas
vertikal terjadi perpindahan status yang tidak sederajat, yaitu bergerak naik
maupun turun dari strata satu ke strata yang lain. Sesuai arahnya mobilitas
sosial vertical di bagi menjadi dua yaitu:
1. Mobilitas vertical keatas (social climbing)
Didalam mobilitas vertical keatas ini ada dua bentuk yang utama yaitu
yang pertama adalah masuk kedalam kedudukan yang lebih tinggi yang
artinya masuknya individu yang memepunyai kedudukan yang rendah
kedalam kedudukan yang lebih tinggi. Sedangkan yang kedua adalah
masuk kedalam kelompok baru yang artinya adalah pembentukkan suatu
kelompok baru memunkingkan individu untuk meningkatkan status
sosialnya.
2. Mobilitas vertical ke bawah (social sinking)
Didalam mobilitas vertical ke bawah ini juga mempunyai dua bentuk
utama yaitu turunya kedudukan dan turunya derajat kelompok.
2.6.1.2 Mobilitas horizontal adalah perpindahan status seseorang atau sekelompok
orang dalam lapisan yang sama. Mobilitas horizontal sosial sangat
diperlukan untuk penyegan, peningkatan daya hasil dan daya guna
sehingga peranannya dapat lebih efektif dan efisien.

[8]
2.6.1.3 Mobilitas antar generasi adalah secara umum mobilitas dua generasi atau
lebih mislanya generasi ayah-ibuk, generasi anak, generasi cucu dan
sebagainya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik
naik turun dalam suatu generasi.
2.6.1.4 Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh suatu kelompok
dalam suatu generasi.
2.6.1.5 Gerak sosial generasi adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu
daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
2.6.2 Cara untuk melakukan mobilitas social
Secara umum orang tidak dapat untuk melalukan mobilitas sosial ke atas
sebagai berikut :
1. Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melaikan
akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan
memengaruhi peningkatan status. Contoh: seorang pegawai rendahan,
karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi
manajer, sehingga pangkatnya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak
dapat dikatakan naik apabila ia tidak dapat mengubah standar hidupnya.
Misalnya: Jika ia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ia
sebagai pegawai rendahan.
2. Perkawinan
Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan
melalui perkawinan. Contohnya: seorang wanita yang berasal dari
keluarga yang sangat sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga
yang kaya dan terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat
menaikan status wanita tersebut.
3. Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat
tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru atau
dengan cara merekonstruksikan tempat tinggalnya yang lama menjadi
lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang
memiliki tempat tinggal yang mewah akan disebut dengan orang kaya

[9]
oleh masyarakat sekitar. Hal ini menunjukan bahwa ada perubahan
mobilitas gerak atas.
4. Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang lebih tinggi, orang berusaha
menaikkan status sosialnya dan mempraktikan bentuk-bentuk tingkah
laku kelas yang lebih tinggi diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya
tingkah laku tetapi juga pakaian, cara berbicara, minat, dan sebagainya.
Contoh: agar penampilannya dilihat menarik oleh orang lain atau
dianggap sebagai kelas atas, ia selalau mengenakan pakaian yang bagus-
bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan
menyisipkan kata atau bahasa asing.
5. Perubahan nama
Dalam suatu masyarakata, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi
sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama
yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi. Contoh: di kalangan
masyarakat foedal jawa, seseorang memiliki status sebagai seseorang
dengan sebutan “ kang” di depan nama aslinya. Setelah di angkat sebagai
pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah sesuai dengan
kedudukannya yang baru sebagai “ Raden”.
2.6.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial
1. Perubahan kondisi sosial
Struktur kelas dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya
perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya yaitu kemajuan
tekhnologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas.
2. Ekspansi teritorial dan gerak sosial
Ekspansi teritorial dan perpindahan masyarakat yang cepat membuktikan
ciri fleksibelitas struktur stratifikasi sosial dan mobilitas sosial. Misalnya
perkembangan kota
3. Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antar strata yang beraneka
ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam
pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan

[10]
menghalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi
yang bebas serta efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata
sosial yang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan
yang menghadang.
4. Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh
tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja yang
tinggi dan sangat dispesialiskan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan
menyulitkan orang bergerak ke suatu strata ke strata yang lain karena
spesialisasi pekerjaan menuntut keterampilan.
5. Tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda
Kelompok masyarakat yang meiliki tinkat ekonomi dan pedidikan yang
rendah cenderung mempunyai tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak
lain masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi
tingkat reproduksi dan angka kelahiran.
6. Kemudahan dalam akses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas dapat mudah di dapat, tentu mempermudah
orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekalan ilmu
yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya jika kesulitan
dalam menjangkau pendidikan bermutu, menjadikan orang yang tak
menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status,
akobat dari kurangnya pengetahuan.
2.6.4 Dampak mobilitas sosial
1. Dampak positif
Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju
dan mempercepat mengubah tingkat perubahan masyarakat agar lebih
kea rah yang lebih baik.
2. Dampak negative
Akan terjadi konflik antar kelas, konflik antargenerasi, kelompok antar
kelompok sosial, dan penyesuaian kembali.

[11]
2.6.5 Faktor-faktor pendorong dan penghambat mobilitas social
2.6.5.1 Faktor pendorong mobilitas sosial :
1. Faktor struktural
Adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bias dan harus diisi
serta kemudahan untuk memeperolehnya. Yaitu meliputi struktur
pekerjaan, perbedaan fertilitas, ekonomi ganda, penunjang dan
penghambat mobilitas.
2. Faktor individu
Adalah kualitas orang perorang baik ditinjau dari segi tingkat
pendidikan penampilan maupun keterampilan. Yaitu meliputi
perbedaan kemampuaan, orientasi sikap terhadap mobilitas, faktor
kemujuran.
3. Setiap status sosial
Setiap manusia atau individu dilahirkan sesuai dengan sosial orang
tuanya.
4. Faktor kedaan ekonomi
5. Faktor situasi politik
6. Faktor kependudukan
7. Faktor keinginan untuk melihat daerah lain
2.6.5.2 Faktor penghambat mobilitas sosial :
1. Faktor kemiskinan
2. Faktor perbedaan ras dan agama
3. Faktor perbedaan jenis kelamin
4. Faktor pengaruh sosialisasi yang kuat.

[12]
2.6.6 Saluran-saluran mobilitas sosial
Menurut pitirim A. Sorokin, mobilita sosial dibagi menjadi beberapa
saluran yaitu:
1. Angkatan bersenjata
2. Lembaga pendidikan
3. Lembaga keagamaan
4. Organisasi politik
5. Organisasi ekonomi
6. Perkawinan
7. Organisasi olahraga.

[13]
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah tersebut adalah:
1. Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis).
2. Dasar pokok timbulnya sistem pelapisan dalam masyarakat itu karena
adanya sistem penilaian atau penghargaan terhadap berbagai hal dalam
masyarakat tersebut.
3. Sifat-sifat stratifikasi sosial terbagi menjadi tiga yaitu stratifikasi sosial
tertutup (closed social stratification), stratifikasi sosial terbuka (opened
social stratification), dan stratifikasi sosial campuran.
4. Unsur-unsur penting dalam sistem stratifikasi sosial ada dua yaitu
kedudukan (status) dan peranan (role).
5. Penyebab terjadinya stratifikasi sosial ada tiga yaitu Ascribed status,
Achieved status, Asigned status.
6. Mobilitas sosial yang terjadi dapat berupa sosial climbing ataupun sosial
sinkin. Hal ini terjadi karena dalam masyarakat yang berstratifikasi sosial
terbuka komunikasi antar anggota masyarakat dari berbagai strata bersifat
lebih terbuka dan perubahan berjalan lebih lancer, sedangkan mobilitas
pada masyarakat yang menganut sistem stratifikasi sosial tertutup
kemungkinan terjadinya mobilitas sosial vertikal sangat kecil.
7. Cara untuk melakukan mobilitas sosial adalah perkawinan, perubahan
tempat tinggal, perubahan standar hidup, perubahan nama, perubahan
tingkah laku.
8. Faktor-Faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial yaitu meliputi
perubahan kondisi sosial, komunikasi yang bebas, kemudahan untuk
mengakses pendidikan, tingkat kelahiran yang berbeda, pembagian kerja,
ekspansi tutorial dan gerak sosial.
9. Faktor yang menghambat mobilitas ada faktor pendorong dan faktor
penghambat.

[14]
3.2 Saran
Disarankan kepada pembaca khususnya mahasiswa, agar mencari lebih
banyak informasi-informasi mengenai stratifikasi social dalam masyarakat
dari berbagai sumber.

[15]
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Indera Ratna Irawati Pattinasarany, M. (2016). Stratifikasi dan Mobilitas Sosial.
Depok: Buku OBOR.

Sorokin, P. A. (1959). Social and Cultural Dynamics. Amerikan: LLC.

Dwi, Narwoko J. dan Bagong Suyanto. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana

http://www.academia.edu/8433656/_ISBD_Stratifikasi_Sosial_dalam_masyarakat

https://www.slideshare.net/suherlambang/stratifikasi-dan-mobilitas-sosial

[16]

Anda mungkin juga menyukai