Resume Salahkah Jika Kita Khawatir
Resume Salahkah Jika Kita Khawatir
Ay 25 – 26
Yesus mengetahui situasi yang dialami orang Israel pada waktu itu yang
mengalami kekuatiran dalam hidupnya. Ia mengatakan Ay 25
“Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan
atau minum dan Ki janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang
hendak kamu pakai.
Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh lebih penting
daripada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur
dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun
diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi
burung-burung itu?”
Ay 32: “Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan
tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.”
Namun bukan berarti bahwa umat Tuhan boleh berpangku tangan dan tidak
bekerja. Manusia tetap harus bekerja (2 Tes 3: 10). Bekerja dan kuatir adalah
hal yang berbeda.
Hal terpenting dan terutama yang harus dilakukan oleh umat Allah adalah
“mencari Kerajaan Allah dan Kebenarannya.” Kerajaan Allah dan
kebenarannya daapt dipahami sebagai kuasa/otoritas Allah dalam kehidupan
manusia: Allah yang memerintah hidup manusia. Untuk itu perlu mencari
dan menaati apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi kehidupan manusia.
Hadirnya kerajaan Allah ditandai dengan: Kasih, sukacita, damai sejahtra,
keadilan. Karena itu, sebagai umat Tuhan, sebagai orang yang percaya
kepada Kristus, kita harus terlebih dahulu mengasihi (bdk Mat 22: 37 - 40),
dan bersikap adil dalam hidup kita, dsb. Barulah setelah hal terutama
dilakukan, maka hal-hal yang lain akan diberikan Tuhan. Dengan kata lain,
mendahulukan hal-hal rohani (ketaatan kepada Tuhan) daripada hal
jasmani.
Ay 34: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Setiap hari punya tantangan masing-masing, dan semua itu dapat dilalui
dengan pertolongan Tuhan. Jadi tidak perlu mengkuatirkan terlalu jauh hal-
hal yang belum terjadi. Terkadang dalam hidup kita, oleh karena kekuatiran
akan sesuatu hal di masa akan datang, akhirnya kita menjadi stress dan
melupakan bahwa ada hari ini yang masih harus dilalui. Para bangsawan
Romawi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya karena mereka kuatir
akan masa depan mereka. Mereka menganggap bahwa dengan harta yang
melimpah di masa akan datang hidup mereka akan bahagia. Mereka
menganggap bahwa kebahagiaan akan datang hanya jika mereka memiliki
harta yang berlimpah.
Penutup
Teks ini tidak berarti “jangan pikirkan masa depan” tentu saja setiap orang
perlu mempersiapkan masa depan dengan baik. Belajar dengan serius bagi
anak sekolah/mahasiswa, menabung untuk masa depan, bekerja untuk
menggapai cita-cita. Namun seharusnya semua itu dilakukan dengan
menyerahkan diri secara penuh kepada Tuhan, mempercayakan cita-cita
kepada Tuhan (berserah – bukan menyerah). Sebagai manusia kita tidak
tahu apa yang akan terjadi hari esok, namun teks ini mengajarkan kita untuk
menyerahkan/ memasrahkan hidup kita hanya kepada Tuhan. Dalam pada
itu tetap hidup dalam ketaatan kepada Tuhan. Allah telah memberikan
keselamatan dalam Yesus Kristus, maka tentu saja hal-hal lain yang lebih
sederhana akan Ia berikan.