Anda di halaman 1dari 50

Empat prinsip mengenai pengelolaan keuangan dalam

rumah tangga Kristen

1. Tuhan memberkati pernikahan mencukupi kebutuh-


annya

2. Dinamika hubungan antara suami dan istri yang


diajarkan Tuhan dalam semua aspek pernikahan

3. Semuanya itu untuk kemuliaan Allah

4. Menjadi saluran berkat bagi orang lain


Empat prinsip mengenai pengelolaan keuangan
dalam rumah tangga Kristen
1. Tuhan memberkati pernikahan mencukupi kebutuhannya
Kejadian 1 : 27 – 29, dan pernikahan di Kana :
(27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut
gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya
mereka.
(28) Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah
itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
segala binatang yang merayap di bumi."
(29) Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala
tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan
yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu
Empat prinsip mengenai pengelolaan keuangan dalam
rumah tangga Kristen

2. Dinamika hubungan antara suami dan istri yang


diajarkan Tuhan dalam semua aspek pernikahan
Efesus 5:22-33 :
(22) Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
(23) karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah
kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.

Kolose 3:18-19:
(18) Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana
seharusnya di dalam Tuhan.
(19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar
terhadap dia.
Empat prinsip mengenai pengelolaan keuangan dalam
rumah tangga Kristen

2. Dinamika hubungan antara suami dan istri yang


diajarkan Tuhan dalam semua aspek pernikahan
 Baik suami maupun istri membawa kelebihan dan
kekurangan mereka ke dalam pernikahan.
 Keputusan ekonomi yang dapat mempengaruhi kesuksesan
keluarga merupakan tanggung-jawab bersama.
 Sumber kekayaan mereka, baik melalui pemeliharaan Allah
dalam pekerjaan sang suami atau istri atau keduanya,
semua aset tersebut merupakan tanggung-jawab keduanya
sebagai satu tim.
Empat prinsip mengenai pengelolaan keuangan dalam
rumah tangga Kristen

2. Dinamika hubungan antara suami dan istri yang


diajarkan Tuhan dalam semua aspek pernikahan
 Otoritas tertinggi dalam keluarga. Ia bertanggung-jawab pada Allah
untuk memimpin dan menggembalakan keluarganya,
 Istrinya bertanggung-jawab untuk tunduk kepadanya dan
membantunya. Dalam hal keuangan rumah tangga,
Suami menguasai tabungan mereka, melunasi semua tagihan, dan mengelola keuangan
serta berinvestasi dan menyumbang; secara bersamaan meminta nasehat dari istrinya
sebelum mengambil keputusan final.
Mungkin juga dapat ditafsirkan bahwa suami mendelegasikan tugas ini kepada istrinya,
terutama jika istrinya mampu dan senang mengerjakan hal itu. Akan tetapi sang suami
masih bertanggung-jawab mengawasi proses tersebut. Pada akhirnya, suami istri yang
bekerjasama dalam mengelola keuangan keluarga dapat berkomunikasi dengan baik
Empat prinsip mengenai pengelolaan keuangan dalam
rumah tangga Kristen

3. Semuanya itu untuk kemuliaan Allah

1 Korintus 10:31:
(31) Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum,
atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah
semuanya itu untuk kemuliaan Allah.

Roma 14:8 :
(8) Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita
mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita
adalah milik Tuhan.
Empat prinsip mengenai pengelolaan keuangan dalam
rumah tangga Kristen

3. Semuanya itu untuk kemuliaan Allah

Kolose 3:23-24:

(23) Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah


dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia.

(24) Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan


menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai
upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.
Empat prinsip mengenai pengelolaan keuangan dalam
rumah tangga Kristen

4. Menjadi saluran berkat bagi orang lain

Lukas 6:38 : Berilah dan kamu akan diberi


Amsal 28 : 1-28
Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan,
tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki."
Amsal 28:27
Amsal 11:24 dikatakan:
"Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang
menghemat luar biasa, namun selalu berkekurangan."
Empat prinsip mengenai pengelolaan keuangan dalam
rumah tangga Kristen

4. Menjadi saluran berkat bagi orang lain

 Kita pun tidak akan rugi jika kita memberi kepada orang lain;
malahan ketika kita memberkati orang lain Tuhan akan
memelihara hidup kita.
 Saat kita memperhatikan kebutuhan orang lain, percayalah
Tuhan akan mengambil alih semua kesulitan yang kita
alami. Tertulis: "Allahku akan memenuhi segala
keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam
Kristus Yesus." (Filipi 4:19).
Materialisme dan Konsumerisme

Dampak negatif era globalisasi / Westernisasi :

1. Pragtisme

2. Materialisme

3. Hedonisme
Materialisme dan Konsumerisme

1.Pragtisme

Sebuah konsep yang mementingkan sisi praktis


dibandingkan sisi manfaat, dengan kata lain pragmatisme
lebih mementingkan hasil akhir daripada nilai nilai moral
yang dianut masyarakat atau bisa dibilang bahwa
pragmatime menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan.
Materialisme dan Konsumerisme

2. Materialisme

Pandangan hidup yang semata mata hanya mencari kesenangan,


dan kekayaan/kebendaan merupakan satu-satunya tujuan atau nilai
tertinggi.

Materialisme juga mengesampingkan nilai nilai rohani, bahkan


materialisme tidak mengakui adanya budaya immaterial atau adanya
“Tuhan”.

Contoh: seseorang dengan pekerjaan, jabatan yang bagus ia percaya


hanya dengan itulah yang bisa menghidupinya. Dalam contoh ini orang
tersebut hanya semata mata mencari dan mementingkan materi tanpa
Materialisme dan Konsumerisme
Materialisme

Pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang


termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan
semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang
mengatasi alam indra.

Minat yang sangat kuat terhadap atau penekanan pada materi


ketimbang pada hal-hal intelektual atau rohani”. Jadi,
materialisme berakar dalam hasrat kita, prioritas kita, dan fokus
kita dalam kehidupan.
Materialisme dan Konsumerisme

2. Hedonisme

Pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan


dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup.

Pengertian hedonisme hampir serupa dengan materialisme


tetapi hedonisme lebih menuju kepada penghamburan materi,
berpesta pora, menjalani hidup sebebas-bebasnya demi
memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas.
Materialisme dan Konsumerisme
Yesus memberikan ilustrasi pada Lukas 12 : 16-21 tentang seorang pria
yang dengan cara serupa menaruh minat yang sangat kuat terhadap hal-
hal materi. Pria ini memusatkan perhatian pada kekayaannya ketimbang
menggunakan apa ia miliki untuk meluaskan pelayanannya kepada Allah.

Pria kaya ini mengatakan, ”Aku akan meruntuhkan gudang-gudangku dan


membangun yang lebih besar, . . . dan aku akan mengatakan kepada
jiwaku, ’Jiwa, engkau memiliki banyak barang yang baik tertimbun untuk
bertahun-tahun; bersantailah, makan, minum, bersukarialah.’ ”

Yesus kemudian menyatakan, ”Tetapi Allah berfirman kepadanya, ’Orang


yang bersikap tidak masuk akal, malam ini mereka menuntut jiwamu
darimu. Maka siapa yang akan memiliki perkara-perkara yang engkau
timbun?’ Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi
dirinya sendiri tetapi tidak kaya terhadap Allah.”
Materialisme dan Konsumerisme

Konsumerisme merupakan paham berperilaku dan bergaya


hidup boros dimana barang maupun jasa yang tersedia
digunakan secara berlebihan. Tidak sekedar memenuhi
kebutuhan hidup.

Sedangkan Hedonisme adalah paham dimana kenikmatan


dan kesenangan merupakan tujuan utama dalam
Materialisme dan Konsumerisme

Contoh sikap konsumerisme adalah :

 Setiap tahun senantiasa membeli motor dan mobil baru.


 Mudik menggunakan pesawat berkelas VVIP, padahal dengan pesawat kelas bisnis pun
sama saja keamananya.
 Membuang-buang kuota internet hanya untuk mendownload suatu hal yang tidak ada
manfaatnya.
 Menyalakan AC namun menggunakan selimut dan jaket ketika tidur.
 Memesan makanan di warung makan secara berlebihan, bahkan sampai mubazir.
 Membeli barang hanya karena tertarik akan hadiah maupun bonusnya.
 Ikut-ikutan membeli barang apa yang dibeli tetangganya agar dianggap status sosialnya.
 Membeli pulpen secara lengkap dari merek A sampai Z.
 Memiliki sepatu minimal 7 jenis untuk dipakai di tiap hari yang berbeda dalam seminggu.
 Membeli laptop khusus editing, khusus gaming, dan khusus progaming padahal dalam
penggunaanya sangat standar.
Materialisme dan Konsumerisme

Keluarga Kristen berhati-hati untuk menghindari jerat materialisme dan


Konsumerisme tidak soal situasi ekonomi mereka. Kuasa kekayaan bersifat
menipu dan dapat mencekik kerohanian.
Matius 13:22 :
Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman
itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu
sehingga tidak berbuah.

Tidak diduga-duga, fokus kita bisa bergeser dari hal-hal rohani ke hal-hal
materi, dengan konsekuensi yang menyedihkan.—
Amsal 28:20; Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi
orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.
Materialisme dan Konsumerisme

Pengkhotbah 5: 9 - 10.
9. Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa
mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-
sia.
10. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang
menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada
melihatnya?
Oleh karena itu, orang Kristen sebaiknya memeriksa prioritas dan fokus
mereka dalam kehidupan. Tidak soal seseorang memiliki sedikit atau banyak
materi, orang yang berpikiran rohani berupaya keras mengikuti peringatan
rasul Paulus untuk menaruh harapan mereka ”bukan pada kekayaan yang
tidak pasti, tetapi pada Allah, yang memberikan segala sesuatu dengan
limpah kepada kita untuk kesenangan kita”.—1 Timotius 6:17-19.
Materialisme dan Konsumerisme
Oleh karena itu, orang Kristen sebaiknya memeriksa prioritas dan fokus
mereka dalam kehidupan. Tidak soal seseorang memiliki sedikit atau banyak
materi, orang yang berpikiran rohani berupaya keras mengikuti peringatan
rasul Paulus untuk menaruh harapan mereka ”bukan pada kekayaan yang
tidak pasti, tetapi pada Allah, yang memberikan segala sesuatu dengan
limpah kepada kita untuk kesenangan kita”.—1 Timotius 6:17-19 :
17. Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati
dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada
Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk
dinikmati.
18. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka
memberi dan membagi
19. dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi
dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.
Materialisme dan Konsumerisme
Meskipun kita telah diselamatkan, kita tidaklah bebas dari sasaran
setan atau terlepas dari virus materialisme. Seperti suatu wabah, hal itu
menjangkiti kita disetiap sudut: televisi, media cetak, baliho, etalase dan
jalanan. Godaan materialisme ada di mana-mana dan berusaha masuk
ke dalam hidup kita melalui pesan yang indah dan manis didengar.
Alkitab telah memperingatkan kita untuk waspada dan berjaga-jaga
terhadap tipu muslihat setan.
1 Pet. 1:13
Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu
seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan
Yesus Kristus.

1 Pet. 5 : 8 :
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa
yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
Materialisme dan Konsumerisme
Mengapa? Karena, jika kita tidak berjaga-jaga, setan akan mengubah
fokus kita dari melayani Tuhan secara pelan-pelan menjadi melayani
iblis
1 Pet. 2:9 :
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu
keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
Sikap Keluarga Kristen dalam mengelola keuangan
Tanggung Jawab Perencanaan

 Tanpa perencanaan yang didasarkan atas nilai, tujuan, prioritas Alkitab, uang menjadi
tuan yang jahat dan, seperti daun yang masuk ke dalam pusaran angin, kita hanyut ke
dalam pengejaran dunia akan harta (Luk. 12:13-23; 1 Tim. 6:6-10).

 Perencanaan keuangan adalah suatu yang alkitabiah dan itu merupakan pelayanan
yang baik, untuk terlepas dari ilah materialisme, dan merupakan cara untuk melindungi
diri dari membuang-buang berkat yang Tuhan percayakan pada kita (Ams. 27:23-24;
Luk. 14:28; 1 Kor. 14:40).

 Perencanaan keuangan harus dilakukan di dalam ketergantungan pada perintah Tuhan


dan dalam iman di mana kita bergantung pada Tuhan untuk keamanan dan kebahagiaan
daripada kekuatan kita sendiri (Ams. 16:1-4, 9; Maz. 37:1-10; 1 Tim. 6:17; Fil. 4:19).
Sikap Keluarga Kristen dalam mengelola keuangan
Tanggung Jawab Disiplin

 Jika perencanaan keuangan kita adalah bekerja, ini membutuhkan disiplin dan
komitmen sehingga rencana kita diwujudkan dalam tindakan.
 Kejujuran keuangan merupakan aspek penting dalam pertumbuhan rohani 2 Kor. 8:7 :
Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, --dalam iman, dalam
perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam
kasihmu terhadap kami--demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan
kasih ini.
 Tapi pertumbuhan rohani membutuhkan disiplin 1 Tim. 4:8 : Latihan badani terbatas
gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik
untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. 1 Tim. 6:3-8
 Maksud baik bukan berarti tanpa rencana yang diwujudkan ke dalam tindakan.
Sikap Keluarga Kristen dalam mengelola keuangan
Tanggung Jawab Pelayanan

 Kejujuran keuangan keluar dari pengakuan bahwa semua yang kita miliki
berasal dari Tuhan (1 Taw. 29:11-16; Rom. 14:7-9; 1 Kor. 6:19-20).

 Hidup di dunia merupakan penugasan sementara di mana setiap orang


Kristen melihat diri mereka sebagai orang asing, penduduk sementara,
tidak lebih hanya sebagai pelayan Tuhan.

 Semua yang kita miliki—talenta kita, waktu, dan harta—dipercayakan


oleh Tuhan yang harus kita investasikan bagi kerajaan dan kemuliaan
Tuhan (1 Pet. 1:17; 2:11; 4:10-11; Luk. 19:11-26).
Sikap Keluarga Kristen dalam mengelola keuangan
Tanggung Jawab Bekerja

 Salah satu cara Tuhan menyediakan kebutuhan kita adalah melalui


bekerja.

 Melalui pekerjaan kita bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarga kita (2
Tes. 3:6-12; Ams. 25:27). Uang yang kita peroleh juga dapat digunakan
untuk mendukung pekerjaan Tuhan dan menolong mereka yang dalam
kekurangan,

 Prioritas pertama adalah anak-anak Tuhan. Kedua, mereka yang ada di


luar iman (Gal. 6:6-10; Efe. 4:28; 3 Yoh. 5-8).
Petunjuk Mengenai Menabung
Dukungan Alkitab

1. Tuhan mengarahkan Yusuf untuk menyimpan atau menabung untuk


masa depan (Kej. 41:35).

2. Menabung untuk masa depan menunjukan hikmat Tuhan dan dinyatakan


ciptaan Tuhan lainnya (Ams. 21:20; 30:24-25; 6:6-8).

3. Menabung untuk masa depan merupakan tanggung jawab pelayanan


untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang diperkirakan maupun yang
tiba-tiba (1 Tim. 5:8; 2 Kor. 12:14).
Petunjuk Mengenai Menabung
Petunjuk Alkitab:
1. Menjaga pandangan yang benar akan kepemilikan. Ingat! Semua kekayaan
kita berasal dari Tuhan. Kita adalah pengelola, bukan pemilik (1 Taw. 29:11-
16; Luk. 16:12).
2. Menjaga pandangan yang tepat akan keamanan. Kita harus meletakan
kepercayaan dalam Tuhan dan bukan pada kekayaan kita (1 Tim. 6:17).
3. Hati-hati terhadap motivasi, prioritas, dan alasan yang tidak murni dan tidak
Alkitabiah mengenai menabung seperti kekhawatiran dan menimbun karena
ketidakamanan atau ketamakan (Mat. 6:25-33; Luk. 12:13-31).
4. Keputusan mengenai masa depan harus dibawa dalam doa dan berserah
pada kehendak Tuhan (Yak. 4:13-15).
Petunjuk Mengenai Menabung
Petunjuk Alkitab:

5. Jangan memberi dari tabungan atau investasi anda (Luk.12:16-21; 1


Tim. 6:18-19; 1 Yoh. 3:17).

6. Hindari investasi yang beresiko tinggi (spekulatif) atau menjadi kaya


dengan cara instan (Ams. 21:5; 28:20, 22; 1 Tim. 6:9).

7. Mengawasi prioritas. Menjadikan kerajaan Allah sebagai investasi nomor


satu (Mat. 6:20, 33; Luk. 12:31; 1 Tim. 6:18-19).
Petunjuk Mengenai Pengeluaran
Kepuasan

Kita harus belajar untuk puas dengan apa yang kita punya (Fil. 4:11-13; 1
Tim. 6:6, 17-19; Ibr. 13:5). Saat kita merasa cukup dengan apa yang kita
miliki, kita bebas dari ketamakan dan perbudakan materialisme. Ini artinya
kebebasan mengikuti Tuhan adalah kebebasan mengusahakan nilai dan
tujuanNya.

Bagaimana seseorang bisa mendapatkan kepuasan?

Kepuasan merupakan hasil dari memiliki harta sorgawi dan meletakan


seluruh kekhawatirannya kepada Tuhan, Bapa Sorgawi kita, yang
berdaulat (Mat. 6:19-33; 1 Pet. 5:6-7).
Petunjuk Mengenai Pengeluaran
Godaan

Waspadalah terhadap godaan dan ajaran dunia (Rom. 12:1-2; 13:11-14; 1


Pet. 1:13-16; 5:8).

Ada ratusan ajaran setiap hari yang menarik perhatian kita melalui televisi,
radio, iklan, dan majalah—semua dibuat untuk mendorong kita membeli
hal-hal yang tidak kita perlukan, dengan uang yang sebenarnya tidak kita
punyai, untuk membuat kagum orang yang tidak kenal, dan untuk
mendapatkan kebahagiaan yang semu.
Petunjuk Mengenai Pengeluaran
Mengevaluasi Pembelian/Pengeluaran Uang Menurut Prinsip Alkitab

1. Apakah kita membayar secara tunai ataukah pembelian itu membuat kita harus
berhutang? (lihat petunjuk mengenai Kredit).
2. Apakah kita memiliki damai sejahtera mengenai hal itu? (Rom. 14:23; Kol. 3:15) Kita
perlu mengawasi kecenderungan kita untuk merasionalisasi—memberikan jawaban
menipu pada diri sendiri merupakan hal yang buruk.
3. Apakah itu suatu kebutuhan atau keinginan (ketamakan)? (1 Tim. 6:9; 1 Yoh. 2:15).
Apakah itu berguna bagi keluarga, pertumbuhan rohani, kesehatan, pelayanan, nama
Tuhan, dan meningkatkan kasih kita pada Tuhan atau sebaliknya menghalangi semua
itu? (1 Tim. 3:4: 5:8; 1 Kor. 6:12).
4. Apakah kita hidup dibawah standart atau di atas standart? Apakah gaya hidup yang
kita terapkan adalah cukup atau boros? Apakah kita perlu mengurangi pengeluaran
kita dengan mengurangi standar kepuasan? (Mat. 6:33; Luk. 12:15, 23; Ams. 15:16-17;
16:8; Pengkh. 5:10-11).
Empat prinsip mengenai pengelolaan keuangan dalam
rumah tangga Kristen

1. Tuhan memberkati pernikahan mencukupi kebutuh-annya

2. Dinamika hubungan antara suami dan istri yang diajarkan


Tuhan dalam semua aspek pernikahan

3. Semuanya itu untuk kemuliaan Allah

4. Menjadi saluran berkat bagi orang lain : Memberi


Petunjuk dalam Memberi

Tuhan Mengharapkan Kita untuk Memberi, dengan dasar :

1. Melalui Karya AnugrahNya: Melalui hubungan dengan Dia,


memberi merupakan hasil karya anugrah Tuhan dalam hidup
sehingga itu menghasilkan komitmen hidup seseorang pada
Tuhan dengan pemberian yang mengalir keluar dari komitmen itu
(2 Kor. 8:1-2, 6-7; 9:9-11).

2. Dalam Iman: Dia telah berjanji untuk mencukupi seluruh


kebutuhan kita; pemberian kita tidak akan menbuat kita
kekurangan (2 Kor. 9:7; Fil. 4:19).
Petunjuk dalam Memberi

Tuhan Mengharapkan Kita untuk Memberi

3. Dengan Memiliki Tujuan: Kita memberi dengan perencanaan


seksama dan dibawa dalam doa. “Hendaklah masing-masing
memberikan menurut kerelaan hatinya” (2 Kor. 9:7).

4. Secara Teratur: “Dihari pertama setiap minggu” menolong untuk


mendorong ketekunan dan disiplin dalam memberi. Ini
menciptakan konsistensi dan keteraturan yang menyatakan niat
kedalam tindakan (1 Kor. 16:2).
Petunjuk dalam Memberi

5. Secara Pribadi: “Biarlah setiap kamu” memenuhi kebutuhan


bagi setiap orang percaya dengan menjadikan pemberian
sebagai tanggung jawab pribadi yang diberikan Tuhan (1 Kor.
16:2).

6. Secara Sistematis: “sisihkan dan simpan” menimbulkan


kebutuhan untuk memiliki metode atau system dimana uang
untuk pekerjaan Tuhan secara khusus disisihkan, disimpan
untuk diberikan, sehingga tidak digunakan untuk hal lain (1
Kor. 16:2).
Petunjuk dalam Memberi

7. Secara Proporsional:

Dalam Perjanjian Baru, menyisihkan sebagian untuk diberikan


(sebagai persepuluhan) telah digantikan oleh prinsip anugrah
pemberian, secara sukarela, bertujuan, dan proporsional.

Standar baru sekarang ini adalah “sesuai berkatNya” (1 Kor.


16:2), “memberi menurut kemampuan mereka” (2 Kor. 8:3),
“Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu
akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang
ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.
Petunjuk dalam Memberi

7. Secara Proporsional:

Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain


mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka
hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan
kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian
mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.…”
(cf. 2 Kor. 8:12-15, Mark 12:41-44), dan “Hendaklah masing-
masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan
sedih hati atau karena paksaan” (2 Kor. 9:7).
Kepada Siapa Kita Harus Memberi?

1. Gereja sendiri. “Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran


dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya
dengan orang yang memberikan pengajaran itu” (Gal. 6:6; cf.
juga 1 Tim. 5:17-18). Jika gereja akan melakukan pelayanan
keluar, maka sudah sewajarnya jika itu juga menjadi prioritas
pertama anda dalam memberi.

2. Organisasi lain dan Individu. Ini termasuk misi, kelompok para-


gereja dan individu yang terlibat dalam pelayanan ini (3 John 5-
8).
Kepada Siapa Kita Harus Memberi?

3. Sesama Orang Percaya yang Membutuhkan. Mereka yang


tidak mampu mencukupi diri sendiri atau yang menghadapi
masalah serius harus ditolong sebisa mungkin. Mereka yang
menolak bekerja jangan didukung (1 John 3:17; Jam. 2:15-16;
Gal. 6:10; Heb. 10:33-34; 13:1-3 with 2 Thess. 3:6-10).

4. Orang Belum Percaya yang Membutuhkan. Prioritas pertama


kita adalah mereka yang seiman, tapi kita juga menjangkau
orang lain yang membutuhkan sebisa mungkin (Gal. 6:10).
Pemberian yang Proporsional

Apa artinya memberi secara proporsional? Bagaimana


menentukan berapa banyak yang harus diberi? Sangat mudah
menentukan sepuluh persen dari seluruh jumlah pendapatan kita
sebulan. Tetapi berapa banyak pemberian proposional itu?
Apakah “sekehendak hatinya,” atau “sebanyak dia diberi,” atau
“semakmurnya dia,” atau “jika ada kemauan maka baiklah
memberi menurut apa yang didapat …” Sebanyak apa itu?

1. Itu bukan suatu jumlah tertentu, atau persentase tertentu, tapi


suatu proporsi didasarkan atas apa yang dimiliki seseorang,
kebutuhan seseorang, dan kebutuhan orang lain.
Pemberian yang Proporsional

2. Mereka yang memiliki sedikit juga memberi semampu


mereka (2 Kor. 8:2-3).

3. Mereka yang tidak memiliki apapun, jika ada kerelaan, tidak


diharapkan memberi apapun (2 Kor. 8:12).

4. Mereka yang kurang (kebutuhan pokok) akan menerima dari


mereka yang lebih sehingga ada keseimbangan (2 Kor. 8:13-
15). Ini bukan sosialisme atau komunisme yang memaksa
dan mengusahakan adanya kesamaan diluar keragaman
lingkungan dalam bekerja, bakat, dan insentif pribadi (Kis. 2 :
44-45)
Pemberian yang Proporsional

5. Tuhan tidak meminta mereka yang memiliki banyak untuk


menjadi miskin atau membebani mereka yang kaya (2 Kor. 8:13).
Keseimbangan yang dinyatakan dalam pemberian yang
proporsional ada 2 sisi:

a) Meliputi bantuan untuk menolong orang yang membutuhkan


sampai mereka mampu secara keuangan melalui bekerja (Ef.
4:28; 2 Tes. 3:10-15). Kita tidak memberi sehingga orang lain
bisa hidup enak atau memiliki standar hidup yang sama
dengan semua orang.
Pemberian yang Proporsional

b) Ini menciptakan keseimbangan dalam pengertian


bahwa mereka yang kurang memberi sesuai
kemampuan demikian juga yang mampu sesuai
dengan kemampuannya.

6. Mereka yang berkelimpahan harus kaya dalam pekerjaan


baik, mereka harus menggunakan kelimpahannya dengan
bebas untuk Kristus (2 Kor. 8:14; 2 Tim. 5:17-18).
7. Kemakmuran yang meningkat janganlah menghasilkan
standar hidup yang terus meninggi, atau pengeluaran
yang percuma,tapi peningkatan dalam memberi, tidak
hanya jumlah tapi dalam persentase. Jika orang
percaya masa kini berkomitmen pada pemberian yang
proporsional, banyak orang yang akan memberi lebih
dari sepuluh persen. Statistik menunjukan, sebagian
besar orang percaya memberi kurang dari 3-5 persen.
Definisi Pemberian yang Proporsional

Pemberian yang proporsional adalah pemberian yang


sesuai dengan berkat Tuhan, sebagai pelayan yang ingin
menginvestasikan hidupnya dalam kekayaan surgawi.

Pemberian yang proprosional tidak berarti memberi lebih,


tapi memberi sebagian besar dari pendapatan seseorang-
bagian terbesar diberikan untuk pekerjaan Tuhan.
Definisi Pemberian yang Proporsional

1. MOTIF KITA dalam memberi adalah berkat Tuhan, untuk


meningkatkan buah dan mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan
(2 Kor. 9:8-15).

2. UKURAN KITA dalam memberi adalah berkat material dari


Tuhan (1 Kor. 16:2).
Janji Tuhan untuk Pemberi yang Murah Hati

Lukas 16:10-11: Umumnya, Tuhan tidak mempercayakan


kekayaan yang lebih banyak pada kita sampai kita terbukti
setia dengan apa yang kita punya sekarang.

2 Korintus 9:8-11: Pemberian kita tidak akan membuat kita


kekurangan; Tuhan tidak saja menyediakan apa yang telah kita
berikan, tapi dia akan meningkatkan kemampuan kita dalam
memberi saat kita memberi dengan limpah. Tujuannya disini
bukan untuk meningkatkan kekayaan pribadi, tapi pemberian.
Kesimpulan

Setelah mempelajari prinsip-prinsip ini, tanyakan hal ini:

1. Apakah saya mau memberi seperti pada konsep di atas


sebagai cara hidup untuk menjadi anak Tuhan atau pelayan
Tuhan yang baik? Biarlah Tuhan menjauhkan kita dari
berhala patung lembu emas materialisme.

2. Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa


memandang muka menghakimi semua orang menurut
perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan
selama kamu menumpang di dunia ini.
Kesimpulan

3. Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara


hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek
moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan
pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah
yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah
anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. (1
Petrus. 1:17-19).

Anda mungkin juga menyukai