Anda di halaman 1dari 300

HERMENEUTIK

SMTK KELAS X

Chandra Gunawan
1
Hermeneutik

Untuk SMTK Kelas X

Berdasarkan Kurikulum 2013 SMTK

Hak Cipta © pada Direktorat Jendral Bimas Kristen Kementrian Agama

Penulis: Chandra Gunawan

Reviewer: Dr. F. Thomas Edison, M.Si.

Cetakan Pertama, November 2020

Hak Cipta © Dilindungi oleh Undang-Undang

2
Daftar Isi

Bab 1: Pendahuluan

I. Pelajaran 1: Dapatkah Alkitab Dipercaya 9

II. Pelajaran 2: Iman dan Akal 23

Evaluasi

Bab 2: Pengantar Hermeneutik

I. Pelajaran 3: Pengertian dan Tujuan Hermeneutik 40

II. Pelajaran 4: Kesalahan Umum dan Tantangan dalam Penafsiran 54

III. pelajaran 5: Pendekatan dalam Membaca Alkitab 68

IV. Pelajaran 6: Hubungan PL dan PB 81

Evaluasi

Bab 3: Sejarah Hermeneutik dan Pendekatan dalam Hermeneutik

I. Pelajaran 7: Penafsiran Para Penulis PB dan Bapa-bapa Gereja 95

II. Pelajaran 8: Penafsiran Alkitab dalam Era Abad Pertengahan, 108

Reformasi, dan Modern

III. Pelajaran 9: Pendekatan Sejarah dan Sastra-Bahasa 121

IV. Pelajaran 10: Pendekatan Kanonis 144

Evaluasi

Bab 4: Penerapan Hermeneutik

I. Pelajaran 11: Studi Konteks 163

II. Pelajaran 12: Mengenal Genre Alkitab 182

III. Pelajaran 13: Menafsir Narasi 196

3
IV. Pelajaran 14: Aplikasi dalam Interpretasi 207

Evaluasi

Bab 5: Membaca Kitab Suci

I. Pelajaran 15: Membaca Kitab Taurat dan Sejarah 225

II. Pelajaran 16: Membaca Kitab Para Nabi dan Hikmat 241

III. Pelajaran 17: Membaca Injil-Injil dan Surat-surat Paulus 255

IV. Pelajaran 18: Membaca Surat-surat Umum dan Wahyu 267

Evaluasi

Bab 6: Penutup

I. Pelajaran 19: Pentingnya Hermeneutik dan Makna Teks 281

Evaluasi Akhir

Daftar Pustaka

4
Bab 1
Pendahuluan

Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati pewahyuan dalam Alkitab
2.1 Terbuka terhadap perbedaan sudut pandang dalam memahami
Alkitab sebagai Firman yang diwahyukan Allah
3.1 Memahami Alkitab sebagai wahyu Allah
4.1 Menyebutkan definisi wahyu Allah

5
Let us use great caution that neither
our thoughts nor our speeches go
beyond the limits to which the Word
of God itself extends

John Calvin

6
Peta Konsep

Allah-Firman
Allah

Alkitab

Iman Rasio

7
8
Pelajaran 1
DAPATKAH ALKITAB DIPERCAYA

A. Berbagai Perbedaan dalam Alkitab

Pada waktu remaja, saya pernah membaca sebuah buku yang


Mengamati
ditulis oleh seorang yang sebelumnya pernah memeluk agama Kristen,
ia bahkan pernah menjadi seorang rohaniawan. Ia berkata bahwa
Alkitab itu penuh dengan kesalahan dan kontradisksi, itulah sebabnya,
menurutnya “orang-orang Kristen tidak memiliki kitab suci yang dapat
dipercaya dan pemberitaan mengenai Tuhan ataupun kebenaran-
kebenaran lain dalamnya belum tentu benar.”
Seorang Kristen lain bercerita mengenai pengalaman hidupnya,
ketika ia sedang menyelesaikan sekolahnya di universitas, salah satu
pergumulannya adalah “apakah Alkitab itu dapat dipercaya?” “Apakah
Alkitab itu benar?” Jika Alkitab memang benar, mengapa di dalamnya
dapat terdapat banyak perbedaan?”

Menanya Diskusikanlah!
Carilah beberapa perbedaan keterangan yang ada dalam Alkitab atau
hal-hal yang dalam Alkitab yang menurut sebagian orang tidak benar,
dan jelaskan apakah hal-hal tersebut membuat Alkitab tidak dapat
dipercaya?

Dalam Alkitab memang ada berbagai perbedaan, namun


Menalar
berbagai perbedaan dalam Alkitab tidak berarti ada kontradiksi dalam
Alkitab. Kontradiksi adalah sesuatu yang irrasional (berlawanan
dengan kebenaran). Itulah sebabnya, keperbedaan dalam Alkitab bisa
jadi disebabkan perbedaan konteks dari teks atau sebuah kebenaran
yang dinyatakan secara paradoks tetapi pasti bukan sebuah
kontradiksi. Karena Firman Tuhan adalah dari Tuhan, dan Tuhan tidak
mungkin salah, maka Firman Tuhan tidak dapat bersifat kontradiksi.
Itulah sebabnya, keperbedaan pandangan dalam Alkitab atau
keperbedaan pandangan para penulis Alkitab pada dasarnya adalah
keperbedaan sudut pandang teologi, yang jika kita dapat
memahaminya secara lengkap maka semuanya itu bersifat saling
melengkapi dan memperkaya cara pandangan orang percaya terhadap
kebenaran.

9
Sebagai contoh, bandingkanlah silsilah Tuhan Yesus dalam injil
Mengumpulkan
Matius dan Lukas.
Informasi
Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan
Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-
saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari
Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron
memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab,
Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason
memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari
Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed
memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud
memperanakkan Salomo dari isteri Uria, Salomo
memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan
Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa memperanakkan
Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram
memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam
memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia
memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan
Amon, Amon memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan
Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan
ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya
memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan
Zerubabel, Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud
memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor,
Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim,
Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan
Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan
memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami
Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Jadi
seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham
sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai
pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari
pembuangan ke Babel sampai Kristus.

Matius 1:1-17

Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira


tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah
anak Yusuf, anak Eli, anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi,

10
anak Yanai, anak Yusuf, anak Matica, anak Amos, anak
Nahum, anak Hesli, anak Nagai, anak Maat, anak Matica,
anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda, anak Yohanan, anak
Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri, anak Malkhi,
anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, anak Yesua,
anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi, anak
Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak
Elyakim, anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan,
anak Daud, anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon,
anak Nahason, anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak
Hezron, anak Peres, anak Yehuda, anak Yakub, anak Ishak,
anak Abraham, anak Terah, anak Nahor, anak Serug, anak
Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Salmon, anak Kenan, anak
Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh, anak
Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak
Kenan, anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.
Lukas 3:23-38

Menanya Diskusikanlah!
Carilah persamaan dan perbedaan dari kedua silsilah Yesus yang
dicatat dalam Injil Matius dan Lukas dan jelaskan mengapa keduanya
dapat berbeda?

Dalam kaitannya dengan konsep


Mengumpulkan
Informasi
Alkitab, Martin Luther menegaskan:
“Alkitab tidak akan pernah salah … [dan]
Alkitab tidak dapat salah, yang pasti adalah
Alkitab tidak dapat bertentangan dalam
dirinya sendiri; pertentangan dalam Alkitab
hanya nampak dalam mata orang-orang
yang tidak berpengertian dan orang-orang
munafik yang keras hati/tidak mau
bertobat.” Apa yang Martin Luther katakan
adalah benar, orang yang sungguh-sungguh
percaya Tuhan pasti tidak akan pernah berkata “Alkitab tidak dapat
dipercayai” atau berkata bahwa “Alkitab tidak benar,” sebab ia
memahami bahwa Alkitab bukanlah sekadar buku biasa yang ditulis
oleh seorang manusia tetapi Alkitab adalah Firman Allah. Sebagai
Firman Allah, penulis sebenarnya dari Alkitab adalah pribadi Allah
sendiri yang berbicara melalui perantaraan manusia.

11
Alkitab sendiri bersaksi bahwa Alkitab adalah benar dan dapat
dipercayai sebab di balik para penulis Alkitab ada Allah yang bekerja.

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat


untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran.
2 Timotius 3:16

Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-


nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut
kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan
oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus,
orang-orang berbicara atas nama Allah.
2 Petrus 1:20-21

Tidak ada bukti yang lebih kuat dapat meyakinkan kita bahwa Alkitab
adalah benar dan dapat dipercayai selain dari kesaksian Alkitab sendiri.
Klaim bahwa Alkitab adalah benar menjadi bukti penting dalam
memahami otoritas Alkitab ataupun peran Alkitab dalam kehidupan
manusia di sepanjang zaman.

Diskusikanlah!
Menanya
Misalnya saja seseorang berkata bahwa Alkitab tidak dapat dipercayai
sebab dalamnya ada banyak kesalahan, misalnya saja ajaran mengenai
penciptaan; mengapa seseorang dapat memiliki pemikiran yang
demikian?

Sebelum seseorang menafsirkan


Alkitab, ada beberapa fondasi teologi yang
Menalar
perlu diperhatikan dan hal-hal tersebut
menjadi paradigma awal bagi seseorang
yang harus ada sebelum ia membaca dan
menafsirkan kitab suci. Kevin Vanhoozer
dalam bukunya “Is There Meaning in the
Text?” mengingatkan bahwa masalah
dalam penafsiran Alkitab bukan terletak
pada metode yang sering kali tidak
sempurna tetapi pada diri dan keyakinan sang penafsir. Ada
perbedaan antara menafsir Alkitab dengan perspektif iman atau tanpa
keyakinan iman.

12
B. Firman Allah Dapat Dipercayai

Keyakinan iman seseorang akan Firman Allah menentukan


Mengamati
apakah seseorang dapat mempercayai Alkitab ataukah tidak. Dengan
demikian ada kaitan antara iman seseorang dengan logika berpikir
yang ia miliki saat membaca Alkitab. Pada satu sisi, keyakinan iman
seseorang membuatnya dapat melihat kehadiran Allah di balik
penulisan kitab suci, tetapi di sisi yang lain, logika berpikir yang
dipengaruhi oleh keyakinan iman seseorang akan membuat iman
orang tersebut makin bertumbuh.
Untuk dapat membaca Alkitab dengan benar, seseorang perlu
Mengumpulkan
untuk mendengarkan bagaimana Alkitab menjelaskan mengenai
informasi dirinya sendiri.

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat


untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran.
2 Timotius 3:16

Rasul Paulus dalam 2 Timotius 3:16 berkata bahwa segala tulisan


adalah diilhamkan Allah. Apakah dalam Perjanjian Lama, kita
menemukan klaim yang mirip? Penulis kitab Amsal juga menegaskan
hal yang sama tetapi dalam perkataan yang berbeda. Ia berkata bahwa
semua Firman Allah adalah murni.

Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi


orang-orang yang berlindung pada-Nya.
Amasal 30:5

Ketika kitab Amsal dituliskan, pada waktu itu memang belum


Menalar ada kitab-kitab Perjanjian Baru, di zamannya setidaknya ada dua
kelompok kitab yang sudah lengkap yang diterima sebagai Firman
Allah, yakni kitab Taurat dan Para Nabi. Penulis kitab Amsal dipakai
Tuhan untuk menegaskan bahwa semua firman Allah adalah murni.
Yang menarik adalah sebelum ia bertemu dengan kebenaran
Firman Tuhan, penulis kitab Amsal adalah orang yang hidup jauh dari
Tuhan. Ia menceritakan mengenai pengalaman hidupnya dalam ayat
1b-4.

13
Perkataan Agur bin Yake dari Masa. Tutur kata orang itu: Aku
berlelah-lelah, ya Allah, aku berlelah-lelah, sampai habis
tenagaku. Sebab aku ini lebih bodoh dari pada orang lain,
pengertian manusia tidak ada padaku. Juga tidak kupelajari
hikmat, sehingga tidak dapat kukenal Yang Mahakudus.
Siapakah yang naik ke sorga lalu turun? Siapakah yang telah
mengumpulkan angin dalam genggamnya? Siapakah yang
telah membungkus air dengan kain? Siapakah yang telah
menetapkan segala ujung bumi? Siapakah namanya dan
siapa nama anaknya? Engkau tentu tahu!
Amsal 30:1-4

Banyak orang mengerti betul apa yang dikatakan oleh penulis


Mengamati Amsal, yakni, apa artinya bekerja keras sedemikian rupa sehingga kita
merasa kehabisan tenaga. Meskipun penulis kitab Amsal sudah
bekerja keras sedemikian rupa, ia mengalami apa yang terjadi dengan
penulis kitab pengkhotbah. Setelah ia bekerja sedemikian keras, yang
ia rasakan hanyalah kesia-siaan dan kekosongan. Itulah sebabnya saat
ia melirik ke belakang, ke masa lalunya, seperti seseorang yang saat
berkendaraan melihat ke spion mobilnya, ia kemudian menemukan
bahwa ia telah melewatkan apa yang utama dan penting dalam
hidupnya; apakah itu? Apakah yang dia lewatkan adalah kesempatan
untuk senang-senang atau kesempatan untuk bersosialisasi atau
waktu bersama keluarga? Ternyata bukan itu, yang terlewatkan dalam
hidupnya adalah “Tuhan.”

Diskusikanlah
Menanya
Mengapa banyak orang yang sampai melupakan Tuhan dan hal-hal
rohani lainnya dan memilih untuk menghabiskan hidupnya untuk
mencari dan mengejar hal-hal yang ada dalam dunia ini?

Penulis Amsal bersaksi “Aku berlelah-lelah ya Allah, aku


Menalar berlelah-lelah sampai habis tenagaku.” Perkataan ini menyiratkan
bahwa penulis kitab Amsal dalam hidupnya ia telah bekerja keras, yang
saking kerasnya ia bekerja ia sampai berkata “sampai habis tenagaku.”
Namun, dalam segala jerih lelahnya, ia malah kehilangan apa yang
penting dan utama dalam hidup manusia, yaitu Tuhan. Itulah yang
membuat Dia berkata “aku ini lebih bodoh dari orang lain,” tidak
kupelajari hikmat sehingga ia tidak dapat mengenal “Yang Maha
Kudus.”

14
Jika ia membandingkan dirinya dengan orang lain, penulis
Amsal merasa dirinya adalah orang yang terbodoh,” Ia tidak mengerti
dan tidak menyadari bahwa seluruh dunia ini dikendalikan, dipelihara
dan dimiliki oleh Tuhan.”
Ia dulu tidak pernah memikirkan mengenai adanya kuasa surga
yang ada di bumi dan tidak memikirkan mengenai siapakah yang
mengendalikan angin/alam hingga angin atau alam itu tidak
menghancurkan manusia, Ia juga tidak memikirkan mengenai siapakah
yang telah memeliharakan ikan di air yang menjadi sumber
penghidupan manusia, ia tidak memikirkan siapakah yang telah
membatasi ujung bumi, yang menjaga bumi tetap ada seperti
sekarang, ia tidak memikirkan semuanya itu. Penulis Amsal merasa
itulah kebodohannya yang terbesar. Kesadaran inilah yang membuat
penulis kitab Amsal memberikan nasehat kepada pembacanya untuk
tidak seperti dia, untuk melihat apa yang penting dan utama dalam
hidup, apakah itu? Firman Allah!
Seorang hamba Tuhan diundang ke sebuah persekutuan kaum
Mengamati pria. Setelah menyampaikan Firman Tuhan, ada seorang bapak
bertanya kepadanya: “Mengapakah uang tidak boleh menjadi hal
terpenting dalam hidup manusia, bukankah manusia butuh uang,
segala sesuatunya pun butuh uang?” Sang hamba Tuhan berkata:
“Manusia memang membutuhkan uang, siapa di dunia ini yang tidak
membutuhkan uang?” Namun, kita harus menyadari bahwa ada yang
tidak bisa dibeli dengan uang, apakah itu? Kehidupan setelah
kematian, atau keselamatan hidup kita. Walaupun manusia butuh
uang, namun uang bukanlah satu-satunya bahkan bukan hal yang
utama yang manusia harus cari. Manusia bukan hanya butuh uang,
namun manusia butuh Tuhan.”
Kebenaran seperti inilah yang juga disadari oleh penulis Amsal,
sehingga ia seolah-olah berkata “wahai manusia… ” Sadarlah ada yang
Menalar
lebih berharga dari pada “apa yang ada dalam dunia ini” dan “apa yang
dicari manusia dalam dunia ini,” Apa yang jauh lebih berharga dari
pada isi dunia ini? Jawabannya adalah mengenal Tuhan. Pengalaman
yang sama juga membuat Rasul Paulus menyadari pentingnya
mengenal Tuhan. Ketika ia membandingkan segala kebanggaan dalam
dunia ini dengan pengenalan akan Allah dalam Kristus, maka ia
menyebut semua yang ada dalam dunia ini, semua yang dicari manusia
dalam dunia ini seperti sampah jika dibandingkan dengan Tuhan.
Sebuah perbandingkan yang sangat ekstrem dari Alkitab, nilai dunia ini
tidak sebanding dengan pengenalan akan Allah.

15
Kepada jemaat di kota Filipi, Rasul Paulus memberikan
Mengumpulkan
informasi
kesaksian bagimana kehidupannya sebelum mengenal Tuhan dan
setelah ada dalam Tuhan.

“ … Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya


pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari ke
delapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang
Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku
orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat,
tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak
bercacat. Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan
bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan
segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan
Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.
Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan
menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus .”

Filipi 3:4-8

Menanya Diskusikanlah!
Sharingkanlah bersama dengan beberapa orang dalam sebuah
kelompok kecil mengenai di manakah dan bagaimanakah manusia
dapat mengenal Tuhan?

Menalar Ada berbagai cara yang dapat Tuhan gunakan untuk menolong
seseorang mengenal Tuhan. Meskipun demikian, Firman Tuhan adalah
instrumen utama yang Ia berikan bagi kita untuk mengenal-Nya. Itulah
sebabnya manusia yang membutuhkan Tuhan, yang mau mencari dan
mengerti mengenai Tuhan, harus mencarinya dalam Firman
Allah/Alkitab. Namun, mengapakah kita harus mencarinya dalam
Alkitab? Karena Alkitab adalah Firman Allah yang murni (Amsal 30:5).
Apakah maksud dari istilah “murni” dalam kalimat tersebut? Istilah
murni secara harafiah dapat diterjemahkan sebagai “teruji.” Sesuatu
yang teruji artinya sesuatu itu benar dan dapat dipercayai. Dengan
demikian, Alkitab adalah Firman Tuhan yang teruji. Artinya, kebenaran
Firman Tuhan itu sudah terbukti dan tidak perlu diragukan lagi
kebenarannya. Karena Firman Tuhan adalah kebenaran, maka apa
yang dinyatakan di dalamnya tidak mungkin salah. Jika Firman Allah
adalah kebenaran, maka semua yang tertulis tentang Tuhan, baik
mengenai diri-Nya dan kehendak-Nya pastilah dapat dipercaya.

16
C. Pentingnya Firman Tuhan

Jika Firman Allah adalah kebenaran, sebagai konsekuensinya


Firman Allah itu dapat dipercaya dan dapat diandalkan, inilah yang
Mengamati
membuat penulis Amsal kemudian berkata bahwa Firman Allah adalah
seperti perisai (Amsal 30:5). Meskipun banyak orang memahami
bahwa Firman Tuhan itu adalah kebenaran dan dapat dipercayai,
namun mereka tidak berarti hidup mengandalkan Firman Allah. Ada
kalanya seorang Kristen mau menaati Firman Tuhan, jika apa yang
dinyatakan dalamnya cocok dengan apa yang diinginkannya.

Menanya
Diskusikanlah
Carilah perintah-perintah Tuhan dalam Alkitab yang dipandang tidak
menyenangkan atau membuat seseorang harus bayar harga dalam
melakukannya! Jelaskan mengapa seseorang sering memilih untuk
mengabaikan Firman Tuhan yang demikian?

Alkitab sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Manusia


Mengumpulkan pun akan jatuh dalam dosa jika mereka mengabaikan Firman Tuhan.
informasi Itulah sebabnya dalam Amsal 30:5, Alkitab
menegaskan bahwa Firman Allah itu adalah
perisai.

Semua firman Allah adalah murni. Ia


adalah perisai bagi orang-orang
yang berlindung pada-Nya.

Apakah fungsi dari perisai? Perisai adalah alat yang digunakan


Mengamati
orang-orang di zaman dulu, misalnya saja bangsa Mesir, Kanaan, dan
Israel, untuk melindungi diri mereka dari serangan lawan, khususnya
ketika mereka terlibat dalam sebuah peperangan. Dalam PL, umat
Allah sering diceritakan hadir dalam peperangan, misalnya saja saat
Bangsa Israel harus merebut tanah Kanaan (lihat Kitab Yosua).
Peperangan fisik mereka sebenarnya adalah gambaran dari
peperangan melawan kejahatan dan dosa. Dalam PB, kita pun
dikatakan berhadapan dengan peperangan, namun bukan lagi
melawan manusia, namun melawan pemerintah-pemerintah di udara
atau kuasa-kuasa kejahatan yang berupaya untuk melawan kerajaan
Allah dan umat Tuhan.

17
Bagaimanakah seorang percaya dapat bertahan bahkan
menang dalam peperangan melawan kerajaan kegelapan? Kita perlu
memperhatkan apa yang Rasul Paulus ajarkan mengenai
“perlengkapan senjata Allah.”

Kenakanlah seluruh perlengkap-


an senjata Allah, supaya kamu
dapat bertahan melawan tipu
muslihat Iblis; karena perjuangan
kita bukanlah melawan darah dan
daging, tetapi melawan
pemerintah-pemerintah,
melawan penguasa-penguasa,
melawan penghulu-penghulu
dunia yang gelap ini, melawan
roh-roh jahat di udara. Sebab itu
ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu
dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan
tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.
Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan
berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan
untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala
keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai
itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si
jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang
Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan
… .”
Efesus 6:11-18

Sementara penulis kitab Amsal mengambarkan Firman Tuhan


Menalar
sebagai perisai yang melindungi kita, Rasul Paulus menggambarkan
bahwa Firman Allah adalah juga pedang yang kita gunakan untuk
mengalahkan lawan. Mengapa Firman Tuhan begitu penting?
Jawabannya tentu adalah sebab hanya firman Tuhan yang merupakan
kebenaran Allah yang teruji, yang dapat dijadikan patokan dalam hidup
kita dalam memilah dan mimilih yang benar dan salah.
Startegi iblis sejak awal adalah membuat manusia gagal dalam
mengenali mana yang benar dan salah. Itulah sebabnya manusia harus
berpegang kepada apa yang tidak berubah, apa yang teruji, yakni
Firman Allah. Bagaimanakah cara iblis menyesatkan manusia? Dengan
menambahi dan mengurangi arti firman Tuhan. Peristiwa Taman Eden

18
mengingatkan kita bagaimana Iblis mencoba mereduksi atau
mengurangi arti dari Firman Tuhan. Hal inilah yang membuat nenek
moyang kita Adam dan Hawa kemudian jatuh ke dalam dosa.
Ada sebuah syair lagu ditulis oleh Russel Kelso Carter pada
Mengamati tahun 1886, ia menulis sebuah hymne berjudul Standing on the
Promises “Berdiri [berpegang] pada Janji-janji [Allah].” Russel adalah
seorang yang sangat berpotensi. Ia adalah seorang yang cerdas dan
memiliki kehidupan yang baik. Meskipun demikian, diusianya yang ke-
30, ia mengalami sakit jantung yang parah, saat itulah ia menulis lagu
‘Standing on Promises.” Dalam salah satu baitnya, ia menulis:

“Berdiri tegap atas janji yang tidak akan pernah gagal


Ketika badai keraguan begitu kuatnya dan ketakutan menyerang
Dengan perkataan Allah yang hidup, Aku akan mengalahkannya
Berdiri tegap atas janji Tuhan”

Firman Tuhan membuat Russel sembuh, bukan dari sakit Jantung yang
dia alami tetapi dari rasa kecewa karena kondisi hidupnya yang tidak
sesuai dengan apa yang dia harapkan. Firman Tuhan juga yang
memampukannya setia melayani sampai akhir hayatnya.

Itulah sebabnya jika seorang Kristen tidak mengenal Firman


Mengumpulkan Allah, tidak bertumbuh dalam pengajaran yang benar akan firman
Informasi Allah, maka tidak mungkin ia akan tetap kuat untuk hidup di jalan
Tuhan. Kebenaran inilah yang juga dilihat oleh penulis kitab Mazmur,
yang menuliskan Mazmur 1. Ia menegaskan bahwa kita harus hidup
menjauhkan diri dari jalan orang berdosa. Namun, hal tersebut tidak
cukup, kita haruslah mencintai Firman Tuhan. Mengapa demikian?
Jawabannya adalah sebab Firman Tuhanlah yang akan membimbing
hidup kita untuk dapat memilah dan memilih yang benar.

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat


orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan
yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang
kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan
Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam
di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada
musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang
diperbuatnya berhasil.
Mazmur 1:1-3

19
D. Penutup

Seseorang bertanya kepada seorang Kristen: “manakah yang


lebih banyak dalam gereja, orang-orang yang percaya Alkitab atau
tidak percaya Alkitab?” Orang tersebut menjawab secara spontan:
“rasanya mungkin yang lebih banyak adalah orang yang percaya
Alkitab.” Itulah yang mungkin menjadi pemikiran dari kebanyakan
orang Kristen. Dalam gereja mungkin ada banyak orang yang berkata
bahwa dirinya percaya Alkitab, namun hal ini tidak berarti ada banyak
orang yang mempercayakan dirinya pada apa yang Alkitab katakan
atau ajarkan.
Banyak orang Kristen berkata bahwa Alkitab adalah Firman
Tuhan, isinya adalah kebenaran yang dapat dipegang dan dipercaya,
namun apakah artinya semua perkataan tersebut kalau dalam realita
dan kenyataannya, kita tidak menjadikan nilai-nilai Firman Tuhan
sebagai satu-satunya prinsip dalam setiap sisi kehidupan kita.
Tuhan Yesus memperingkatkan kita bahwa tanpa melakukan
apa yang kita tahu dan yakini dari Firman Tuhan, kita tidak akan
bertumbuh. Tuhan Yesus mengatakan “setiap orang yang mendengar
Firman Allah dan melakukannya,” ia akan seperti “orang bijaksana
yang membangun rumahnya di atas batu.” Walaupun ada banjir hebat,
namun rumah yang dibangun di atas dasar batu tetap kokoh. Begitulah
orang yang bukan sekedar mendengar Firman Allah, namun
melakukannya.”
Namun bagaimana kita dapat menjadi orang yang bukan saja
mendengar tetapi juga melakukannya? Maka dalam perumpamaan
penabur, Yesus berkata “Yang ditaburkan di tanah yang baik adalah
orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia
berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat,
ada yang tiga puluh kali lipat.”
Jadi, pada dasarnya ada tiga fase pembelajaran akan Firman
Tuhan yang dapat mengubahkan kita. (i) membacanya dengan benar;
(ii) mengertinya dengan benar; (iii) menerapkannya dengan benar.
Inilah yang menjadi kerinduan dari Gereja Kristen Immanuel Hosanna
sehingga menyelenggarakan gerakan membaca Alkitab. Mengapakah
demikian? Alasannya adalah karena kita tidak mungkin melakukan
Firman Tuhan dengan benar, jika kita tidak mengerti. Kita pun tidak
akan mengertinya dengan benar jika kita tidak membacanya dengan
benar. Itulah sebabnya membaca dan menafsir dengan benar mutlak
dibutuhkan jika kita ingin menjadi orang Kristen yang bertumbuh
dalam Tuhan.

20
Ringkasan
1. Dalam Alkitab terdapat perbedaan gagasan tetapi tidak ada
pertentangan.
2. Firman Tuhan menyatakan bahwa dirinya adalah Firman Allah dan
itulah sebabnya apa yang dinyatakan olehnya dapat dipercayai.
3. Alkitab memiliki peran penting dalam melindungi orang-orang
percaya dan juga dalam memelihara iman mereka.

Ayat hafalan
Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi
pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan
oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. Semoga Allah, yang
adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan
kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus,
sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan
Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.
Roma 15:4-6
Mengkomuni
kasikan
Aktivitas
Bacalah Mazmur 1:1-6 dan buatlah syair lagu dari teks tersebut atau
nyanyikanlah sebuah lagu berdasarkan bagian tersebut!

Bacaan lebih lanjut

Osborne, Grant R. Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi


Penafsir Alkitab. Terj. Surabaya: Momentum, 2012. Bab Pendahuluan.

Maier, Gerhard. Biblical Hermeneutics. Wheaton: Crossway, 1994. Bab


7 dan 9.

Venema, Henk. Kitab Suci-Untuk Kita! Membaca dan Menafsirkan


Firman Tuhan secara Utuh, Setia, dan Kontekstual. Jakarta: YKBK,
2008. Bab 1.

21
22
Pelajaran 2
Iman dan Akal

A. Pendahuluan

Dalam sebuah percakapan dalam sebuah angkutan kota terjadi


Mengamati perdebatan panjang antara dua orang Kristen. Dalam peristiwa itu,
keduanya berdiskusi tentang gereja dan mereka berdebat mengenai
fenomena bahasa Roh. Kedua orang tersebut nampaknya berasal dari
dua denominasi yang berbeda. Oleh karena diskusi mereka tidak
mencapai titik temu, tetapi semakin memanas, salah satu dari mereka
berkata: “kamu terlalu banyak pakai otak, sehingga menghalangi
pekerjaan Roh Kudus.”

Diskusikanlah!
Menanya Apakah Roh Kudus dapat memakai akal budi manusia ataukah Roh
Kudus cenderung tidak menggunakan akal budi manusia saat ia
memakai orang tersebut dalam sebuah pelayanan?

Hubungan antara iman dan akal budi merupakan topik yang


Menalar
penting dalam studi hermeneutik. Dalam pemikiran Kristen ada dua
pandangan yang berbeda dalam memandang hubungan antara iman
dan akal. Pandangan pertama adalah pandangan dari Agustinus yang
menegaskan bahwa iman itu haruslah mendahului akal, dan
pandangan kedua berasal Thomas dari Aquinas yang mengatakan
bahwa akal haruslah mendahului iman.

Diskusikan!
Menanya Dalam sebuah kelompok kecil (minimal bertiga), sharingkan
pandangan Anda mengenai pandangan yang lebih tepat antara
Agustinus dan Thomas Aquinas mengenai kaitan antara iman dan akal?

Untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh Agustinus dan


Aquinas, kita harus memahaminya sesuai dengan konteks mereka;
membandingkan keduanya tanpa memperhitungkan konteks
pergumulan mereka dapat membuat kita salah paham mengenai
hubungan antara iman dan akal dalam pemikiran kedua tokoh
kekristenan tersebut.

23
B. Pandangan Agustinus mengenai Iman dan Akal

Agustinus memiliki keyakinan


Mengumpulkan
Informasi bahwa iman harus mendahului akal. Apa
yang dikatakannya ada benarnya, namun
harus dipahami dalam konteks yang benar
juga.
Agustinus adalah Bapa dari gereja
lama atau Gereja Barat. Ia disebut sebagai
Bapak dari Gereja mula-mula sebab
pemikirannya adalah pemikiran yang
terbesar di zamannya. Seluruh pemikiran
bapak gereja awal sepertinya mencapai
titik finalnya dalam pemikiran Agustinus.
Dalam pergumulannya, Agustinus memang pernah
menyatakan bahwa “Iman haruslah mendahului Akal.” Namun,
mengapa Agustinus sampai berpikir demikian? Alasannya adalah
sebab saat itu Agustinus sedang membicarakan atau menggumulkan
mengenai ajaran Tritunggal.
Pergumulan gereja mula-mula dalam merumuskan hubungan
antara Bapa, Anak dan Roh Kudus berlangsung selama lebih dari 200
tahun. Dalam kurun waktu tersebut berbagai macam ajaran yang
dipandang salah oleh gereja bermunculan. Dalam pemikiran
Agustinuslah kemudian keyakinan iman gereja tentang hubungan
Bapa, Anak dan Roh Kudus menjadi terumuskan dan rumusan iman ini
dikenal dengan nama Ajaran Tritunggal.

24
Rumusan ajaran Tritunggal memiliki 3 komponen yakni:

1) Allah adalah esa (bdk. Ul. 6:4)


2) Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah pribadi-pribadi yang berbeda
(bdk. Mat. 3:16-17)
3) Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah sehakikat dan setara (Mat.
28:19-20).

Dalam upayanya menjelaskan ajaran ini dengan akal budi dan


pengertian, Agustinus menggunakan berbagai analogi baik yang
bersumber dari keseharian maupun dari filsafat, namun ia selalu
menemukan bahwa semuanya itu tidak pernah dapat memuaskan
atau memberikan penjelasan yang memadai, itulah sebabnya
Agustinus memandang bahwa iman mutlak dibutuhkan sebelum kita
dapat mengertinya.
Menalar Jika kita melihat rumusan dari ajaran Tritunggal ini maka
rumusan ajaran ini pada dasarnya adalah batasan/pagar yang
membatasi pemikiran Kristen terhadap Tuhan. Semua pemikiran
Kristen yang melanggar salah satu poin dari rumusan di atas dipandang
salah. Itulah sebabnya Triteisme, Modalisme dan Unitarianisme
dipandang sesat.
Apakah perkataan atau pengajaran Agustinus hendak
menegaskan bahwa otak adalah bagian tidak penting dari iman? Tidak
demikian, apa yang dia lakukan dalam hidupnya adalah buah dari kerja
keras otaknya.
Jadi, dalam pemikiran Agustinus, akal budi bukanlah lawan dari
iman. Agustinus menggunakan akal budinya dalam menjelaskan iman
Kristen. Bahkan jika kita mau mengaitkan akal budi dengan filsafat,
dalam menjelaskan iman Kristen, Agustinus menggunakan kerangka
filsafat “Neoplatonis,” (perkembangan dari filsafat Plato) dalam
penjelasannya. Salah satu contoh dari penggunaan falsafah
Neoplatonisme dalam Agustinus adalah konsep mengenai gereja yang
tidak kelihatan yang dituliskannya dalam buku The City of God “Kota
Allah.”

Diskusikanlah!
Menanya
Apakah menurut Anda kebenaran Allah dapat bersifat irrasional
(berlawanan dengan logika kebenaran)? Jika memang kebenaran Allah
haruslah “masuk akal,” mengapakah ada hal-hal tertentu yang sulit
untuk dipahami?

25
C. Iman dan Akal menurut Thomas dari Aquinas

Thomas dari Aquinas adalah


Mengumpulkan
pemikir Kristen yang sangat terkenal, ia
Informasi bahkan disebut sebagai Bapa dari era abad
pertengahan (The Medieval Church).
Pandangan Thomas mengenai hubungan
antara iman dan akal budi, dibicarakan
dalam konteks hubungan antara filsafat
dan teologi. Jadi, konteks pergumulan
antara Agustinus dan Thomas adalah
berbeda. Jika Agustinus dalam
pergumulannya membicarakan iman dan akal (rasio), Thomas
bergumul dengan konteks kaitan antara iman dan pemikiran atau
filsafat Aristoteles.
Pandangan Thomas adalah hubungan antara filsafat/akal dan
teologi/iman adalah seperti rumah dua tingkat. Di mana lantai
pertama adalah filsafat dan lantai kedua adalah iman/teologi. Analogi
ini digunakan oleh Thomas untuk menegaskan bahwa filfasat adalah
dasar dari teologi, seseorang akan sulit dalam menjelaskan rumusan
imannya tanpa sebuah filsafat atau sebaliknya dengan filsafat orang
akan dengan mudah mengenal iman Kristen.
Pemikiran Thomas ini memengaruhi para hamba-hamba Tuhan
dan teolog-teolog dalam berbagai denominasi gereja dan institusi
sampai hari ini. Sebelum seseorang belajar teologi, ia diarahkan untuk
mempelajari ilmu filsafat atau filsafat ilmu terlebih dahulu.
Sebenarnya Thomas pada mulanya menggunakan filsafat untuk
menjelaskan keyakinan iman dalam rangka memberitakan injil.
Masyarakat pada abad ke-13 sangatlah tertarik dengan filsafat
Aristoteles. Thomas sendiri tertarik dengan filsafat ini dan memandang
bahwa, walaupun tidak seluruhnya benar, namun filsafat ini adalah
dasar bagi teologi ataupun tradisi gereja. Dengan demikian, bagi
Thomas, filsafat tidak menggantikan iman tetapi alat untuk
menjelaskan iman.
Meskipun demikian, Thomas pun mengakui bahwa saat ia
menjelaskan ajaran-ajaran yang sulit seperti Tritunggal ataupun dua
natur Yesus, misalnya, ia pun mengatakan bahwa imanlah yang dapat
menolong kita mengerti ajaran tersebut. Jadi, terkait dengan ajaran-
ajaran yang sifatnya masih misteri, Agustinus dan Thomas sebenarnya
sepaham.

26
Apakah pandangan Thomas sepenuhnya salah? Apakah filsafat
sepenuhnya adalah kebohongan dan merupakan lawan dari iman?
Dalam ajaran iman Kristen, kita mengenal yang namanya ajaran
“anugerah umum Tuhan.” Anugerah umum bukan saja membatasi
manusia dalam kejahatan, namun anugerah umum membuat manusia
dapat menghasilkan hal-hal yang baik, misalnya saja dalam hal musik,
seni, pemikiran dan termasuk dalamnya juga filsafat. Filsafat telah
menjadi berkontribusi dalam membantu orang-orang percaya
memikirkan metode-metode yang dapat digunakan dalam memahami
keberadaan manusia dan kebenaran umum lainnya.

Menanya Diskusikanlah!
Apakah salah jika seorang Kristen menggunakan filsafat dalam
memahami keyakinan iman Kristen? Sebutkanlah beberapa tokoh
filsafat yang kamu pernah dengar? Adakah filsafat yang kamu ketahui
yang secara nyata melawan kebenaran Tuhan?

Filsafat berbeda dengan teologi. Filsafat pada dasarnya


Menalar berupaya untuk menjawab pertanyaan bagaimana manusia dapat
memahami sesuai dengan yang benar; misalnya saja memahami jati
diri manusia. Teologi berupaya untuk menjawab pertanyaan siapakah
Allah dan bagaimanakah hubungan-Nya dengan manusia? Meskipun
ada perbedaan antara filsafat dengan teologi, filsafat memiliki peran
sendiri dalam membangun teologi. Filsafat seharusnya dipahami
sebagai sebuah pisau atau instrumen atau metode yang digunakan
dalam memahami dan membangun sebuah teologi.
Di sisi yang lain, kita perlu menyadari bahwa filfasat bukanlah
sesuatu yang netral. Alkitab memperlihatkan semua manusia telah
jatuh dalam dosa dan dosa memengaruhi setiap aspek dari
kemanusiaan, termasuk di dalamnya pemikiran (akal budi) manusia.
Dengan demikian, walaupun dosa tidak membuat filsafat jadi tidak
berguna atau jahat tetapi dosa membuat filsafat tidaklah netral dan
bisa digunakan baik untuk memuliakan Tuhan atau melawan Dia.
Itulah sebabnya, Rasul Paulus menasehati supaya orang-orang percaya
memprioritaskan pembaruan akal budi (Roma 12:2).
Jadi sejak abad pertama Masehi sampai era reformasi,
sebenarnya tidak ada dualisme antara iman dan akal, antara iman dan
filsafat. Dualisme antara Iman dan Akal sebenarnya terjadi pada abad
18, ketika manusia memasuki sebuah era yang disebut sebagai
modernisme.

27
D. Iman vs Akal

Jika kita melihat pemikiran Agustinus dan Thomas Aquinas, kita


menemukan bahwa mereka pada dasarnya tidak memisahkan antara
Mengumpulkan
Informasi akal dan iman, antara filsafat dan teologi. Meskipun demikian,
pemisahan antara akal dan teologi dimulai pada saat manusia
memasuki sebuah era yang disebut dengan era modernisme.
Modernisme menolak segala hal yang bersifat supranatural, misalnya
saja berbagai kisah mukjizat Yesus (Ia berjalan di atas air dan
menyediakan roti untuk lebih dari 5000 orang), sebab hal tersebut
tidak dapat dibuktikan secara empiris dan sering dipandang tidak
masuk (berlawanan dengan) akal.
Respon dari kelompok-kelompok Kristen di Barat terhadap
pergulatan/pergumulan zaman modernisme ini menghasilkan
kelompok pemikiran Kristen yang dikenal dengan nama Liberalisme.
Liberalisme berupaya menjawab tantangan modernisme dengan
menegaskan bahwa kebenaran itu ada dua yakni kebenaran iman dan
kebenaran akal. Agama adalah kebenaran yang dilihat berdasarkan
iman. Kebenaran berdasarkan iman ini tidak dapat diuji sehingga
dipandang tidak bisa diterima oleh akal.
Rudolf Bultmann (1884-1976;
seorang teolog German) sebagai contoh
dari ahli yang mencoba untuk melawan
kecenderungan dari pemisahan antara
iman dan akal. Bultman mengatakan
bahwa hal-hal yang
supranatural/supraalamiah dalam Alkitab
dipahami sebagai kebenaran bagi orang-
orang di zamannya. Mereka menerima
sepenuhnya apa yang mereka lihat tanpa
perlu sebuah penjelasan sebab mereka
memang tidak mampu menjelaskannya. Sedangkan bagi orang
modern, kita lebih mampu menjelaskannya, dengan kemampuan
logika kita dapat menjelaskan semuanya; upaya untuk menjelaskan hal
inilah yang disebut dengan “demitologisasi.”

Diskusikanlah!
Menanya
Dalam sebuah kelompok kecil (bertiga), sharingkanlah bagaimana
seorang Kristen dapat menjelaskan sebuah fenomena seperti Yesus
berjalan di atas air menurut mereka yang tidak percaya mukjizat?

28
E. Pandangan Alkitab mengenai Iman dan Akal

Orang yang beriman melibatkan akal/pengertian. Ambilah


Mengumpulkan contoh peristiwa panggilan Allah atas Abraham. Apakah dalam
Informasi peristiwa tersebut Abraham tidak menggunakan akalnya? Saya yakin
tidak demikian, tahu dari mana? Allah tidak “secara tiba-tiba”
menyuruh Abraham pergi. Allah berjanji terlebih dahulu kepada
Abraham. Jadi Abraham pergi berdasarkan janji Allah yang dia pahami.
Pemahaman ini adalah bagian dari logika, yang dapat disebut sebagai
logika iman. Demikian juga saat Abraham diuji imannya, Tuhan
meminta Abraham untuk mempersembahkan anaknya, Ishak; Alkitab
menegaskan bahwa Abraham melakukannya karena ia memahami
bahwa Allah mampu membangkitkan anaknya dari kematian. Jadi,
iman bukanlah tanpa akal budi. Iman yang tanpa akal budi tidak
berbeda dari “nekad.”

Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai,


mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu,
rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun
kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari
Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." Karena ia
berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-
orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia
seakan-akan telah menerimanya kembali.
Ibrani 11:17-19

Dalam Perjanjian Baru, manusia itu disebut dengan istilah


“nous.” Istilah ini menegaskan bahwa manusia itu adalah makhluk akal
budi. Manusia tidak bisa melepaskan akal budinya sebab akal budi
merupakan natur dirinya. Jadi, jika untuk beriman kita harus
membuang akal budi kita maka itu sama saja untuk beriman kita harus
membuang kemanusiaan kita.
Dalam sebuah gerakan kekristenan yang disebut dengan
Menalar fundamentalisme, akal terkadang disebut sebagai “pelacur iblis.”
Benarkah akal itu merupakan lawan dari iman? Jawabannya adalah
tidak. Apakah supaya manusia dapat percaya Yesus, dapat bertumbuh
maka manusia harus membuang akalnya? Tentu tidak demikian; untuk
seseorang dapat percaya kepada kebenaran-kebenaran Tuhan, ia
membutuhkan pengertian yang benar; dan sebuah pengertian yang
benar berawal dari pemahaman yang benar. Jadi, akal budi merupakan
bagian dari proses untuk memiliki iman.

29
Bagaimanakah Paulus menjelaskan dalam surat Roma
Mengamati
mengenai dosa? Kristus dan keselamatan menunjukkan bahwa
manusia membutuhkan pemahaman yang baik untuk dapat
mengertinya. Itu berarti kita membutuhkan akal budi. Akal budi
manusia terlibat dalam proses keselamatan kita dan pertumbuhan
rohani kita seterusnya. Untuk percaya kepada Yesus, akal budi kita
perlu diterangi oleh Roh Kudus sehingga kita dapat mengerti apa yang
dikatakan kitab suci kepada kita.
Dalam Kisah Para Rasul 16:14, Alkitab menceritakan kisah
pertobatan seorang wanita bernama Lidia di kota Filipi.

Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama


Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari
kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka
hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan
oleh Paulus.

Istilah “hati” yang digunakan oleh Lukas menggunakan sebuah istilah


Yunani yakni “kardia.” Kardia adalah pusat dari akal budi manusia.
Dengan demikian, saat Lidia mendengarkan apa yang Rasul Paulus
beritakan, Tuhan bekerja menerangi pemikirannya sehingga ia dapat
memahami kebenaran Tuhan.
Kepada jemaat di kota Roma, setelah menjelaskan mengenai
karya keselamatan yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan orang-orang
percaya, Rasul Paulus memberikan nasehat:

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi


berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Roma 12:2

Istilah akal budi menggunakan istilah Yunani “nous” menunjukan


manusia sebagai makhluk akal budi.
Akal budi merupakan anugerah dari Tuhan. Walaupun akal budi
Menalar sudah rusak karena dosa, anugerah umum Allah dalam batasan
tertentu dapat menolong manusia untuk memahami apa yang Tuhan
ajarkan dalam Firman Tuhan. Selain itu, Roh Kudus juga bekerja
menggunakan akal budi manusia baik untuk membawanya kepada
pertobatan tetapi juga pada proses penyucian. Akal budi bukanlah
lawan dari iman tetapi bagian penting dari iman.

30
F. Penutup
Iman dan akal tidaklah bertentangan. Kebenaran Allah tidak
mungkin bersifat irrasional (berlawanan dengan logika). Meskipun
demikian, kita tidak dapat memungkiri ada hal-hal tertentu yang kita
tidak dapat jelaskan dengan akal budi kita; hal yang demikian, adalah
sebuah misteri. Misteri tentu berbeda dengan hal yang irrasional; Jika
hal-hal yang irrasional pada dasarnya merupakan sebuah kontradiksi
(berlawanan dengan logika/rasio); misteri tidak bertentangan dengan
akal tetapi belum sepenuhnya bisa dipahami oleh manusia. Dalam ilmu
pengetahuan, kita menyadari bahwa pemahaman manusia mengenai
dunia ini masih sangat terbatas; ada banyak hal yang manusia belum
mampu pahami.
Sebagai contoh, walaupun dalam kosmologi (ilmu mengenai
asal muasal dunia dan alam semesta), kita memiliki teori mengenai
terjadinya atau terbentuknya alam semesta, namun teori tersebut
masih terbuka untuk direvisi bahkan digugurkan sebab ada banyak hal
yang dijelaskan dalam teori tersebut dibangun berdasarkan asumsi
(prasuposisi). Itu berarti ada banyak hal mengenai asal mula dunia ini
atau alam semesta yang manusia belum pahami sehingga
membutuhkan banyak asumsi untuk membangun teori masa kini
mengenai asal mula dunia ini maupun alam semesta.
Meskipun dalam kehidupan manusia ada banyak hal yang
manusia tidak dapat jelaskan tetapi semua bagian dari teks Firman
Tuhan dituliskan bukan supaya kita tidak dapat memahaminya tetapi
supaya kita dapat memahaminya. Kesulitan kita dalam memahami
teks kitab suci adalah karena perbedaan budaya dan waktu antara kita
yang hidup di era zaman sekarang dan para penulis Alkitab. Bagi
pembaca pertama kitab suci, semua yang disampaikan kepada mereka
seharusnya dapat dipahami. Itulah sebabnya dalam interpretasi
terhadap kitab suci diperlukan dan sebuah interpretasi yang baik
didasarkan pada hukum-hukum logika yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Hermeneutik membutuhkan asumsi juga. Dalam Bab 1 kita
mempelajari Alkitab sebagai firman Allah dan pemahaman ini menjadi
asumsi bagi penafsir Alkitab dalam membaca teks kitab suci.
Prapemahaman ini juga akan memengaruhi logika berpikir dari
seorang penafsir, termasuk di dalamnya, saat orang tersebut memilih
dan menggunakan metode tertentu dalam membaca dan menafsir-
kan Alkitab.

31
Ringkasan
1. Dalam proses penafsiran Alkitab, baik iman dan akal sama-sama
diperlukan.
2. Iman mendahului akal dan akal menjadi instrumen untuk
merumuskan iman.
3. Akal manusia memang telah jatuh dalam dosa dan, itulah
sebabnya, membutuhkan pembaruan.

Ayat hafalan
Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke
situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menum-
buhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan
roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang
keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia,
tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil
dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
Yesaya 55:10-11

Aktivitas
Mengkomuni
Carilah seorang jemaat yang dalam kondisi sakit dan cobalah untuk
kasikan
menanyakan bagaimana ia melihat kondisinya? Pelajarilah apakah ada
kaitan antara iman dan pemahaman dari orang tersebut saat menilai
kondisi sakit yang dialaminya.

Bacaan Lanjutan

Keller, Timothy. Reason for God: Conversation on Faith and Life. Grand
Rapids: Zondervan, 2010.

Nash, Ronald H. Faith and Reason: Searching for a Rational Faith.


Grand Rapids: Zondervan, 1994.

Zacharias, Ravi. Logic of God: 52 Christians Essentials for the Heart and
Mind. Grand Rapids: Zondervan, 2019.

32
Evaluasi

1. Bagaimanakah cara membaca Alkitab?


………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Bagaimanakah pandangan Kevin Vanhoozer mengenai isu utama dalam penafsiran


Alkitab?
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………

3. Bagaimanakah Agustinus memahami hubungan antara iman dan akal?


………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Bagaimanakah Thomas Aquinas memahami hubungan antara iman dan akal?


………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………

33
34
Bab 2
Pengantar Hermeneutik

Kompetensi Dasar
1.2 Menghayati Firman Allah melalui penafsiran untuk menjawab persoalan-
persoalan gereja dan umat manusia
2.2 Proaktif menjawab berbagai persoalan yang dihadapi oleh gereja dan umat
manusia
3.2 Memahami berbagai metode hermeneutik yang Alkitabiah untuk menjawab
persoalan-persoalan yang dihadapi gereja dan umat manusia
4.2 Menggunakan prinsip-prinsip dasar hermeneutik dalam menafsirkan teks-
teks Alkitab

35
“Oleh karena kita seharusnya dipuaskan hanya dengan Firman
Allah, apakah yang menjadi tujuan kita mendengarkan khotbah
setiap hari? Bukankah setiap orang memiliki kesempatan untuk
membaca Alkitab? Tetapi Rasul Paulus menugaskan guru-guru
dalam gereja tugas untuk membagi, seperti seorang ayah dalam
membagi makanan kepada anak-anaknya, membagi roti dalam
potongan-potongan yang kecil supaya dapat dimakan.

John Calvin

36
37
Peta Konsep

Definisi

Kesalahan Isu-isu
Hermeneutik
Pendekatan
Persepsi

Relasi
antara PL
dan PB

38
39
Pelajaran 3
Pengertian dan Tujuan Hermeneutik

A. Pendahuluan

Menafsir adalah hal yang tidak terhindarkan bagi manusia. Kita


Mengamati
menafsirkan bukan hanya teks Alkitab tetapi juga segala sesuatu yang
kita lihat dan kita tangkap melalui panca-indra kita. Misalnya saja, kita
merasakan adanya angin yang cukup kuat, kita menduga (menafsir)
bahwa hujan akan turun. Saat kita melihat seseorang berbicara keras,
kita menganggap orang tersebut sedang marah.
Menafsirkan sesuatu merupakan sebuah seni yang perlu
dipelajari. Hermeneutik pada dasarnya ilmu menafsir. Saat ini,
hermeneutik dipandang bukan hanya digunakan untuk membaca teks
kitab suci tetapi dipandang sebagai ilmu untuk memahami sesuatu.

Menanya Diskusikanlah!
Perhatikanlah gambar di bawah ini dan berikan penjelasan dari arti
simbol lalu lintas di bawah ini.

40
Selain menafsirkan apa yang dilihat, kita pun menafsirkan apa
Mengamati
yang kita dengar. Sebagai contoh, saat malam hari kita mendengar
sebuah bunyi keras di depan pintu rumah kita. Saat mendengarnya,
kita biasanya langsung menerka suara apakah itu; mungkin suara itu
adalah suara pencuri atau suara itu adalah suara benda jatuh dari atap.
Manusia dilengkapi Tuhan dengan kemampuan untuk menafsir hal-hal
yang tertangkap oleh panca-indranya.
Walaupun menafsir adalah bagian dari sifat kemanusiaan tetapi
hal ini tidak berarti sebuah penafsiran adalah selalu benar. Inilah yang
Menalar
membuat disiplin ilmu Hermeneutik menjadi penting sebab seseorang
akan belajar mengenai prinsip-prinsip memahami dalam studi
tersebut. Ada penafsiran yang dipandang wajar karena sesuai dengan
kaidah penafsiran tetapi ada juga penafsiran yang dapat dipandang
tendensius karena melibatkan persepsi atau tujuan tertentu yang
memperngaruhi seseorang dalam membaca sebuah teks atau satu
situasi tertentu. Seseorang tidak dapat melepaskan diri dari asumsi
yang dimilikinya tetapi harus menjaga supaya asumsi tersebut tidak
membuatnya salah dalam memahami sesuatu.

Diskusikanlah!
Menanya
Pernahkah seseorang salah mengerti tentang apa yang Anda katakan?
Sharingkan mengapakah orang tersebut salah memahami apa yang
Anda ungkapkan dan bagaimanakah cara Anda menolong orang
tersebut untuk mengerti maksud Anda?

Dalam proses menafsir, baik teks kitab suci maupun hal-hal


Menalar lainnya, seseorang tidak boleh mengabaikan hukum logika. Itulah
sebabnya dalam menafsir, seseorang perlu juga memahami persoalan-
persoalan dalam logika berpikir; misalnya, masalah generalisasi.
Seseorang tidak dapat menyimpulkan bahwa, seseorang yang tinggal
di desa sebagai petani, sekedar karena masyarakat desa pada
umumnya bekerja sebagai petani.
Karena manusia tidak bisa melepaskan diri dari penafisran,
maka kita harus belajar menafsir dengan benar supaya kita tidak salah
memahami apa yang kita baca, termasuk di dalamnya membaca kitab
suci. Di sisi yang lain, belajar menafsir dengan benar juga akan
menolong seseorang untuk memahami orang lain dengan lebih baik
sehingga ia tidak mudah menghakimi orang lain atau berprasangka
buruk terhadap orang lain, dan dampaknya adalah komunikasi antar-
manusia juga semakin baik dan relasi antarmanusia juga bertumbuh
dengan baik.

41
B. Hermeneutik: Exegesis dan Eisegese

Apakah itu eksegese? Gordon Fee, dalam bukunya New


Mengumpulkan
Testament Exegesis, menjelaskan bahwa
Informasi Eksegesis refer to the historical
investigation into the meaning of biblical
text “exegesis menunjuk pada penelitian
yang bersifat historis ke dalam arti sebuah
teks Alkitab.” Apakah maksud dari historical
investigation “penelitian historis” disini?
Yang dimaksudkan Fee adalah upaya kita
untuk melakukan penyelidikan di masa lalu.
Jadi, dalam eksegese, kita membawa
pikiran kita kembali ke masa lalu, masa di
mana perkataan-perkataan dalam Alkitab pertama kali disampaikan
kepada pembacanya. Dengan demikian, eksegese berhubungan
dengan maksud atau arti semula dari penulis Alkitab.
Terminologi eksegese berarti ditarik keluar. Jadi, dalam
Mengamati eksegese, kita mencoba untuk menggali bukan memasukan pikiran kita
ke dalam teks. Persoalannya adalah mungkinkah kita benar-benar
dapat menggali teks Alkitab tanpa membawa pikiran kita masuk
kedalamnya, dengan kata lain, mungkinkah kita membaca teks Alkitab
tanpa pre-understanding?
Nampaknya kita tidak mungkin melepaskan segala asumsi kita
Mengumpulkan
terlebih dahulu saat menafsir teks, mau tidak mau Pada waktu kita
Informasi membaca Alkitab, asumsi-asumsi kita
terlibat di dalamnya. Lalu apakah dengan
demikian sebenarnya tidak ada proses
penafsiran yang benar-benar eksegesis?
Tidak juga demikian sebab, walaupun
asumsi-asumsi tersebut ada dan kita bawa
dalam proses eksegese, tetapi kita dapat
meminimalkan dan terus menguji asumsi
tersebut dengan penelaahan teks yang kita
lakukan. Proses interpretasi seperti inilah
yang disebut oleh Grant R. Osborne dengan
hermeneutik spiral.
Ada dua hal yang harus dicari dalam eksegese yakni: 1) faktor
luar yang memengaruhi mengapa teks/penulis berbicara demikian (hal
ini disebut sebagai konteks). 2) faktor dari dalam teks sendiri, apa
maksud kata/kalimat ini.

42
Selain exegese, dalam proses menafsir kitab suci, seseorang
dapat jatuh dalam sebuah kesalahan yang disebut eisegese. Eisegese
Mengamati
secara etimologi berarti dimasukan ke dalam, maksudnya adalah
pikiran pembaca dimasukan ke dalam teks, Alkitab dibaca dengan kaca
mata pembaca zaman sekarang bukan dengan kaca mata atau konteks
dari penulis atau pembacanya semula. Model penafsiran yang seperti
ini akan cenderung menjadikan teks Alkitab sebagai alat
legitimasi/pembenaran bagi pemikiran atau teologi seseorang. Kita
pada akhirnya menjadikan atau memperlakukan firman Tuhan sebagai
‘proof text.’
Pola pembacaan Alkitab secara
eisegese adalah tidak tepat, sebab setiap
Mengumpulkan
Informasi
teks dalam Alkitab: 1) tidak berdiri sendiri-
sendiri; 2) mereka terikat dengan
konteksnya; 3) bila dipahami terpisah dari
konteksnya, arti atau makna dari teks bisa
berbeda dari maksudnya semula.
Meskipun demikian, menurut David S.
Dokery, model penafsiran yang mencoba
mencari makna teks yang lebih dalam dari
apa yang tertera ternyata dilakukan atau
dikembangkan oleh gereja purba hingga
abad ke 18.
Istilah ketiga yang kita perlu pahami
adalah terminologi Hermeneutik. Menurut
Klein, Heurmeneutik is…the task of
explaining the meaning of the scriptures
“hermeneutik adalah sebuah tugas untuk
menjelaskan arti dari kitab suci.” Osborne
mendefinisikan pengertian umum
hermeneutik sebagai “ilmu yang
mempelajari prinsip-prinsip atau metode
dalam memahami maksud seorang penulis.
Istilah “hermeneutik” dalam kata kerjanya muncul dalam Lukas 24:27;
1 Korintus 12:10.

Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang


Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan
segala kitab nabi-nabi.
Lukas 24:27

43
Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk
mengadakan mukjizat, dan kepada yang lain Ia memberikan
karunia untuk bernubuat … . Kepada yang seorang Ia
memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh,
dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk
menafsirkan bahasa roh itu.
1 Korintus 12:10

Dari penggunaannya di Alkitab, istilah hermeneutik digunakan dalam


pengertian tindakan untuk menafsirkan atau menjelaskan sesuatu.
Dalam konteks penafsiran, menurut Gordon Fee, memfo-
kuskan terutama pada arti sebagai “sebuah realitas yang ada [dalam
Menalar
sejarah berdasarkan] pada apa yang teks kuno tersebut jelaskan pada
kita.” Dengan demikian, hermeneutik tidak sekedar menggali tetapi
juga mengkontekstualisasikan dan mengaplikasikan makna teks dalam
kehidupan masa kini. Walaupun ada perbedaan antara pengertian
eksegese dan hermeneutik, sebagian ahli dalam penafsiran Alkitab
sering tidak membedakan keduanya dan kedua istilah tersebut
digunakan secara bergantian.

Diskusikanlah
Menanya Diskusikanlah beberapa contoh dari penafsiran yang menurut Anda
salah dalam membaca bagian-bagian tertentu dari teks Alkitab dan
jelaskan bagaimanakah menolong seseorang yang memiliki
kesimpulan yang salah tersebut?

C. Hermeneutik: Studi Descriptive and Prescriptive

Hermeneutik adalah sebuah studi yang bersifat baik descriptive


maupun prescriptive. Penafsiran bersifat descriptive sebab dalam
Menalar
penafsiran kita berupaya untuk mendengarkan dan memahami dari
arti teks. Saat seseorang membaca sebuah teks, ia haruslah dengan
penuh perhatian mendengarkan apa yang disampaikan teks. Di sisi
yang lainnya, hermeneutik bersifat prescriptive sebab dalam
penafsiran, kita tidak bersikap pasif dalam mendengarkan tetapi aktif
dalam merekonstruksi arti dari teks yang dibaca atau didengarkan.
Dalam proses penafsiran pembaca turut menentukan arti dari teks
yang dia baca atau dengarkan. Itulah sebabnya dalam hermeneutik
kontemporer, peran dari pembaca dipandang tidak kalah penting dari
penulis atau teks itu sendiri.

44
D. Hermeneutik: Arts “Seni” and Science “Ilmu”

Sisi science “ilmu” terletak pada penggunaan metodologi ilmiah


Menalar dalam proses penemuan kebenarannya. Dalam mentafsirkan Alkitab,
kita menggunakan berbagai metodologi yang bersifat logis dan ilmiah.
Misalnya saja, kita menggunakan metodologi penelitian gramatika atau
syntax. Dalam gramatika Yunani, Ibrani dan Aram ada hukum-hukum
tata bahasa yang harus ditaati dan tidak bisa dilanggar tanpa
memberikan penjelasan yang kuat dan didukung oleh bukti-bukti yang
kuat.
Sisi art “seni” terletak pada tidak adanya aturan baku tentang
bagaimana seorang seharusnya menerapkan berbagai aturan (hukum-
hukum penafsiran) pada studi Alkitab. Selain itu, dalam proses
menafsir, seseorang membutuhkan sebuah imajinasi, walaupun hal
tersebut harus terkontrol. Itulah sebabnya, kita menemukan bahwa
tiap-tiap penafsir punya caranya sendiri. Ia seperti koki yang memasak,
seperti pelukis yang melukis. Dalam proses menafsir teks Alkitab,
seorang ahli terkadang menggunakan disiplin ilmu di luar teologi,
misalnya saja sosiologi, linguistik, dan sastra.

E. Tujuan Penafsiran

Saat seseorang membaca, melihat ataupun mendengar


Mengamati sesuatu, ia selalu menafsirkan apa yang diterimanya. Tujuan penaf-
siran, tentu juga memiliki kaitan dengan realitas manusia sebagai
makhluk yang selalu aktif dalam menafsir segala sesuatu yang
diterimanya. Dalam konteks interpretasi Alkitab, ada beberapa tujuan
yang perlu kita perhatikan saat kita menafsir kitab suci.

1. Memahami Pesan Allah


2 Timotius 3:16 menegaskan bahwa Alkitab adalah Firman
Mengumpulkan Allah. Apakah maksud dari istilah “adalah”? Apakah ”adalah” di sini
Informasi berarti “sama dengan”? Setiap perkataan ataupun tulisan di dalamnya,
itulah yang firman Allah. Firman Allah itu disampaikan kepada manusia
di zaman dan di waktu tertentu dengan pergumulan tertentu. Ini
berarti firman itu terkait, terbungkus dengan konteks pergumulannya.
Karena firman Tuhan itu terbungkus konteks pergumulan maka kita
tidak bisa menerapkan firman itu mentah-mentah atau secara
langsung dengan kehidupan kita masa kini yang berbeda dengan
kehidupan orang-orang yang hidup di masa lalu.

45
Di dalam penafsiran Alkitab, seseorang mencoba masuk ke
Menalar
alam berpikir dan pergumulan dari penulis Alkitab atau ke dalam
pemikiran komunitas penerima firman tersebut. Diharapkan: 1) kita
bisa mengerti mengapa firman itu berbunyi demikian; 2) kita mengerti
apa artinya perkataan itu di waktu sekarang; 3) kita dapat
menyimpulkan prinsip apa yang hendak ditekankan atau diajarkan oleh
firman itu.
Jadi prinsip firman hanya bisa diambil secara bertanggung
jawab setelah kita menggalinya dalam konteks pergumulan dari teks
itu sendiri. Kesimpulan yang kita ambil tanpa mengerti pergumulan-
nya akan membuat kita salah dalam mengambil kesimpulan.
Pentafsiran Alkitab bertujuan membawa kita kembali ke alam
berpikir dan pergumulan dari komunitas penerima ‘teks.’ Sehingga kita
bisa menyimpulkan atau mendapatkan prinsip kebenaran di dalamnya.

Menanya Diskusikanlah
Bacalah teks Alkitab di bawah ini dan sharingkan apakah yang menja-
di pesan dari Tuhan bagi manusia dalam teks tersebut?

“Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya,


dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain;
maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat seorang
anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN." Selanjutnya
dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi
gembala kambing domba, Kain menjadi petani.

Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain memper-


sembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN
sebagai korban persembahan; Habel juga mempersembah-
kan korban persembahan dari anak sulung kambing
dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengin-
dahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain
dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati
Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.

Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan


mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika
engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik,
dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda
engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."

46
Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke
padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain
memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.

Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?"


Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?"
Firman-Nya: "Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah
adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah. Maka sekarang,
terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang
mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu
dari tanganmu. Apabila engkau mengusahakan tanah itu,
maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi
kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan
pengembara di bumi." Kata Kain kepada TUHAN:
"Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat
kutanggung. Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini
dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang
pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang
akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku."
Firman TUHAN kepadanya: "Sekali-kali tidak! Barangsiapa
yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali
lipat." Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain, supaya
ia jangan dibunuh oleh barangsiapapun yang bertemu
dengan dia”.
Kejadian 4:1-15

2. Menghindari Kesimpulan yang Salah


Dalam membaca bagian-bagian kitab suci, seseorang dapat
Mengamati
menyimpulkan hal yang salah atau hal yang tidak dibicarakan dalam
teks. Hal tersebut terjadi karena asumsi seseorang memengaruhi cara
seseorang dalam membaca teks Alkitab dan berdampak pada
kesimpulan yang dipahaminya. Walaupun pembaca teks tanpa asumsi
adalah tidak mungkin, tetapi pembaca Alkitab perlu mengontrol hal
tersebut. Itulah sebabnya, seorang pembaca Alkitab perlu menyadari
dan mewaspadai asumsi-asumsi yang dimilikinya saat membaca
Alkitab.

Diskusikanlah
Menanya
Bacalah pengajaran Tuhan Yesus mengenai perceraian dalam Matius
19:1-12 dan jelaskan apakah menurut Anda seseorang boleh bercerai
ataukah tidak?

47
Dalam Matius 19:1-12, Tuhan Yesus bercakap-cakap dengan
Menalar
orang Farisi yang bertanya apakah diperbolehkan orang menceraikan
istrinya dengan alasan apa saja? Pertanyaan dari orang Farisi ini adalah
pertanyaan dari kelompok Hillel yang menginterpretasi bahwa
perceraian itu bisa dilakukan dengan banyak alasan. Lalu Tuhan Yesus
menjelaskan mengenai laki-laki dan perempuan yang dipersatukan
Allah tidak boleh diceraikan. Orang Farisi bertanya: “jika demikian
mengapakah Musa sampai memberikan surat cerai?” Yesus menja-
wab, kecuali karena perzinahan, seorang suami tidak boleh
menceraikan istrinya. Bila tidak berhati-hati, kita akan menganggap
bahwa Yesus mengijinkan perceraian. Padahal, Yesus sedang mengutip
penafsiran dari aliran Sammai mengenai perceraian karena perzinahan.
Tuhan Yesus bisa menerima tafsiran mereka tetapi posisi-Nya
sebenarnya adalah tidak mengijinkan perceraian.
Demikian juga, misalnya, dalam Lukas 18:1-8, banyak orang
menyimpulkan bahwa bahwa doa yang tekun dapat mengalahkan
kehendak Allah, sama seperti sang janda yang membuat ‘pusing’ si
hakim akhirnya ia berhasil demikian juga bila seseorang berdoa dengan
tekun kepada Allah dan membuat-Nya sampai ‘pusing,’ doanya pasti
akan dijawab.

Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka


untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa
dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada
seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak
menghormati seorangpun. Dan di kota itu ada seorang janda
yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah
hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim
itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya:
Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati
seorangpun, namun karena janda ini menyusahkan aku,
baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia
datang dan akhirnya menyerang aku." Kata Tuhan:
"Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!
Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya
yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia
mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku
berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka.
Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia
mendapati iman di bumi?"

48
Kesimpulan yang salah terhadap Lukas 18:1-8 disebabkan
Menalar
banyak orang menafsirkan bagian ini secara alegori. Mereka
menyejajarkan Allah dengan hakim dalam perumpamaan tersebut.
Perumpamaan ini sebenarnya adalah sebuah exemplum (cerita yang
dibuat untuk memberikan satu contoh tertentu). Kisah ini bukan
menyoroti Tuhan yang bisa dikalahkan oleh ketekunan tetapi
keharusan untuk mempunyai iman dalam wujud ketekunan.

3. Mampu mengaplikasikan pesan Alkitab dalam kehidupan kita


secara bertanggung jawab.
Pada waktu kita membaca Alkitab secara sederhana lalu di sana
Mengamati
kita menemukan hal-hal tertentu yang kita yakini sebagai sebuah
kebenaran maka kita sebenarnya sedang melakukan proses penafsiran
dan pengaplikasian dari Firman Tuhan. Itulah pentingnya umat Tuhan
belajar mentafsir Alkitab supaya dapat mengaplikasikannya dengan
benar.
Sebuah aplikasi yang benar harus didasarkan pada prinsip
Menalar kebenaran. Bila seseorang membaca Alkitab tanpa penyelidikan yang
bertanggung jawab akhirnya ia bisa salah melihat prinsip kebenaran.
Kesalahan dalam mengambil prinsip kebenaran berakibat pada
kesalahan pada aplikasinya juga. Ada dua kesalahan umum yang
dilakukan dalam aspek penerapan. Pertama, salah menerapkan, yang
diterapkan adalah budaya atau kasusnya tapi prinsip kebenaran di
dalamnya tidak digali.
Sebagai contoh, seseorang mengajarkan bahwa wanita tidak
boleh berambut pendek, tidak boleh memimpin doa apalagi mengajar.
Demikian juga ia mengharuskan laki-laki tidak boleh berambut
panjang. Ia melakukan hal ini sehubungan dengan ajaran Rasul Paulus
dalam 1 Korintus 11: 2-16 dan 1 Timotius 2:8-15. Padahal, apabila ia
membaca teks ini sesuai dengan konteksnya, ia akan menemukan
bahwa seorang wanita yang berambut pendek pada waktu itu adalah
seorang wanita yang dipandang menyejajarkan dirinya dengan laki-
laki, demikian juga dengan laki-laki yang berambut panjang
menyejajarkan dirinya dengan wanita. Jadi, di balik masalah rambut
panjang atau pendek ini ada persoalan pelanggaran peran yang Allah
tetapkan dalam hubungan laki-laki dan wanita. Jika laki-laki diciptakan
sebagai kepala dan jadi seorang wanita menyejajarkan diri dengan laki-
laki sama, ia sama saja dengan hendak menjadi kepala bagi suaminya
demikian juga dengan suami yang berambut panjang, ia telah menolak
peran yang Allah berikan kepadanya sebagai kepala keluarga.

49
Diskusikanlah!
Menanya
Bacalah teks di bawah ini dan jelaskanlah bagaimana ajaran Tuhan
Yesus mengenai apa yang dapat menajiskan manusia dapat diterapkan
dengan benar dalam konteks kehidupan Anda saat ini?

Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli


Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka
melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan
tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.

Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya


tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan
lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat- istiadat
nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka
juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan
dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang,
umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-
perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-
ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-
murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang
kita, tetapi makan dengan tangan najis?"

Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya


tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis:
Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal
hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah
kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah
perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk
berpegang pada adat istiadat manusia."

Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu


mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat
memelihara adat-istiadatmu sendiri. Karena Musa telah
berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang
mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. Tetapi kamu
berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau
ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk
pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban yaitu
persembahan kepada Allah, maka kamu tidak
membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya
atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan

50
tidak berlaku demi adat-istiadat yang kamu ikuti itu. Dan
banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."

Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada


mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan
camkanlah. Apapun dari luar, yang masuk ke dalam
seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang
keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."
(Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia
mendengar!)
Markus 7:1-16

F. Penutup

Hermeneutik pada dasarnya adalah sebuah seni untuk


memahami. Dalam proses memahami sesuatu, penafsir haruslah
mencoba untuk mengerti dengan baik sekaligus mencoba untuk
mengklarifikasi apa yang dia baca dan dengarkan.
Karena hermeneutik adalah sebuah seni, membaca sebuah teks
terkadang haruslah bersifat electic, artinya disesuaikan dengan teks
yang dibaca. Sebuah teks ada kalanya dapat dipahami dengan
pendekatan yang bersifat historical “sejarah”; contohnya saja kitab-
kitab seperti Injil Sinoptik pastilah dapat dipahami dengan pendekatan
latar belakang sejarah sebab bentuk (jenis) sastra dari tulisan-tulisan
itu adalah biografi kuno tentang kehidupan Yesus. Meskipun demikian,
teks yang lain akan lebih tepat didekati dengan pendekatan sastra,
misalnya saja, teks-teks dengan gaya sastra narasi, seperti
perumpamaan Yesus.
Tujuan akhir dari hermeneutik adalah pembaca dapat
memahami teks dengan lebih baik. Saat seseorang pertama kali
membaca teks, ia membawa berbagai asumsi dalam pemikirannya, dan
saat ia menyelesaikan pembacaannya, maka orang tersebut
seharusnya mengalami pembaruan pengertian dari apa yang
sebelumnya dia pahami.
Terakhir, hermeneutik adalah sebuah spiritual exercise “disiplin
rohani.” Oleh karena menafsir kitab suci merupakan bagian dari proses
membangun pertumbuhan iman, dalam mempelajari Alkitab, seorang
Kristen perlu melibatkan Roh Kudus dan melakukannya dalam konteks
gereja/jemaat.

51
Ringkasan
1. Hermeneutik merupakan sebuah proses yang melibatkan
eksegesis dan aplikasi.
2. Hermeneutik pada dasarnya mencoba untuk memahami apa
yang terjadi di masa lalu dalam perspektif masa sekarang.
3. Hermeneutik memiliki aturan yang harus diikuti tetapi juga
fleksibelitas dalam menggunakan berbagai metode yang
ada.

Ayat Hafalan
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini,
tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau
bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di
dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan
berhasil dan engkau akan beruntung. Bukankah telah
Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu?
Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu,
menyertai engkau, ke manapun engkau pergi."
Yosua 1:8-9

Mengkomuni Activitas
kasikan
Carilah arti kata “shalom” dan buatlah sebuah gambar yang
memperlihatkan arti kata “shalom” dan jelaskan mengapakah Anda
memilih gambar tersebut?

Bacaan Lanjutan

Cornner, Kevin J., and Ken Malmin. Interpreting the Scriptures. Terj.
Malang Gamdum Mas, 2004. Bab 1.

Klein, William W., Craig L. Blomberg, and Robert L. Hubbard Jr.


Introduction to Biblical Interpretation.Terj. Malang: SAAT, 2012. Bab
1.

Thiselton, Anthony C. Two Horizons: New Testament Hermeneutics


and Philosophical Description. Carlisle: Paternoster, 1980. Bab 2.

52
53
Pelajaran 4
Kesalahan Umum dan Tantangan dalam Penafsiran

A. Pengantar

Membaca kitab suci merupakan sebuah pengalaman rohani


Mengamati
tetapi juga sebuah proses yang bersifat natural. Hal ini disebut sebagai
pengalaman rohani sebab Alkitab merupakan alat di tangan Tuhan
untuk membentuk kerohaniaan umat Tuhan. Selain itu, Tuhan juga
berkarya dan berkomunikasi dengan umat-Nya melalui Alkitab. Di sisi
yang lain Alkitab adalah buku yang ditulis oleh manusia dengan bahasa
manusia, Itulah sebabnya membaca Alkitab pada dasarnya memiliki
persamaan dengan membaca buku lainnya.

Diskusikanlah
Menanya Mengapakah membaca Alkitab sering kali sulit untuk dilakukan dan
banyak orang merasa bahwa Alkitab tidak selalu mudah untuk
dimengerti?

B. Kesalahan-Kesalahan Umum dalam Membaca


Alkitab

Dalam membaca Alkitab, seseorang seharusnya memiliki


Mengamati
pengetahuan yang memadai dalam menafsir dan juga mengenal asumi
atau prasuposisi yang tepat dalam membacanya. Tanpa pengetahuan
dan asumsi yang tepat, seorang akan mengalami beberapa persoalan
dalam menafsir Alkitab. Dalam bagian ini, kita akan membahas
beberapa masalah yang muncul karena kurangnya pengetahuan dalam
menafsir dan asumsi yang tidak tepat dalam membaca teks kitab suci.

1. Kegagalan dalam Memahami Keunikan Alkitab

Mengamati Alkitab memang sama dengan buku-buku lainnya di dunia


tetapi harus dibaca berbeda dengan buku-buku lainnya. Perbedaan
Alkitab dengan buku lainnya terletak pada otoritas Alkitab yang tidak
dimiliki buku-buku lain. Alkitab adalah Firman Tuhan sehingga
seseorang haruslah membacanya dengan rasa hormat dan menaati
apa yangdiajarkan di dalamnya.

54
Kesamaan Alkitab dengan buku-buku lain adalah ditulis oleh
Menalar
seorang manusia yang terikat dengan budaya, bahasa, latar belakang
sejarah. Oleh sebab itulah, untuk membaca kitab suci dengan benar,
kita membutuhkan pengetahuan mengenai kehidupan manusia yang
hidup di era di mana Alkitab dituliskan, misalnya saja periode abad
pertama Masehi waktu di mana gereja mula-mula lahir dan bertum-
buh serta berkembang.
Dalam beberapa kebudayaan, kitab suci sering kali dipandang
sebagai kitab dengan kekuatan magis. Beberapa orang bahkan
menggunakan kitab suci, misalnya saja Doa Bapa Kami, sebagai
mantra. Meskipun demikian, cara membaca kitab suci dengan benar
tidak demikian. Walaupun kitab suci adalah Firman Allah, namun kitab
suci juga adalah tulisan manusia yang harus dibaca dengan metode
yang sama seperti halnya buku-buku lainnya.

2. Kegagalan dalam Memahami Kesatuan Alkitab

Salah satu prinsip dalam membaca Kitab Suci adalah prinsip


Menalar
kesatuan. Orang-orang Kristen menyebut Alkitab sebagai Firman Allah
karena mereka percaya bahwa di balik para penulis Alkitab ada
kepengarangan Allah. Prinsip ini membuat kita melihat teks berkaitan
satu dengan yang lainnya. Itulah sebabnya teks yang kurang jelas
(bersifat implisit) dapat dipahami berdasarkan teks yang lebih jelas
(bersifat eksplisit) karena keseluruhan bagian Alkitab adalah satu
kesatuan.
Sebagai contoh, dalam Filipi 2:12-13, Rasul Paulus meminta
jemaat Filipi untuk mengerjakan keselamatan.
Mengumpulkan
Informasi
Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat;
karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut
dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi
terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena
Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan
maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

Bila kita membaca sekilas teks di atas, kita dapat ngambil kesimpulan
bahwa keselamatan seolah-olah adalah pekerjaan manusia. Rasul
Paulus menggunakan sebuah kata kerja “kerjakanlah” yang
memperlihatkan bahwa keselamatan adalah sesuatu yang harus
dilakukan oleh manusia.

55
Namun, apakah kesimpulan ini tepat? Bila kita melihat secara
Menalar
keseluruhan pandangan Rasul Paulus mengenai keselamatan, ia tidak
pernah mengaitkan atau menganggap bahwa keselamatan adalah
pekerjaan atau usaha manusia; ia menegaskan berulang-ulang bahwa
keselamatan merupakan karya dan anugerah Allah. Di sisi yang lain,
Paulus menegaskan bahwa proses penyucian hidup orang-orang
percaya merupakan sebuah karya Allah dan panggilan manusia (bdk. 1
Kor. 1.2)

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;


itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan
hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan
diri.
Efesus 2:89

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan


akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada
semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan
semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku
memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan
kebenaranku sendiri karena menaati hukum Taurat,
melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada
Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan
berdasarkan kepercayaan.
Filipi 3:8-9

Jadi, untuk membaca Filipi 2:12-13 kita harus melihatnya dari


Menalar keseluruhan pemikiran Rasul Paulus yang lebih jelas dan eksplisit.
Lantas bagaimana kita membaca Filipi 2:12-13, apakah ini berarti ayat
ini salah? Tentu tidak demikian. Kita harus memahami Filipi 2:12-13
sebagai aktualisasi keselamatan. Jadi yang Rasul Paulus bicarakan di
sini bukan ‘titik awal’ seseorang masuk dalam perjanjian damai dengan
Allah tetapi perjalanan seseorang dalam menempuh realisasi
keselamatannya. Realisasi keselamatan inilah yang dalam pokok iman
Kristen disebut sebagai sanctification “proses pengudusan
/penyucian.” Dalam menjalani realisasi keselamatan ini, Rasul Paulus
meminta supaya jemaat Filipi mengerjakan keselamatannya. Dalam
konteks ini, istilah “mengerjakan keselamatan menunjuk pada
komitmen untuk mempertanggungjawabkan kehidupan seseorang
setelah ia percaya (menerima) Yesus (bdk Efesus 2:10).

56
Diskusikanlah!
Menanya
Bacalah Matius 7:7-8
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka
kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan
bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan
setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang
mengetok, baginya pintu dibukakan.

Dalam pengajaran mengenai doa yang benar, kita mengetahui bahwa


tidak semua doa seorang Kristen akan dikabulkan oleh Tuhan sesuai
dengan harapannya. Carilah teks Alkitab yang berbicara mengenai doa
dan dapat menjelaskan hal apakah yang membuat doa seorang Kristen
didengarkan oleh Tuhan?

3. Kegagalan membaca kitab sesuai dengan genre ‘gaya


sastranya’.

Bila kita mentafsiran Alkitab tidak sesuai dengan gaya


Mengamati
sastranya, maka kita bisa salah mentafsirkan dan salah mengerti
maksud dari perkataan atau firman Tuhan tersebut. Salah satu
kesulitan kita dalam memahami Alkitab adalah bahwa pembaca
modern tidak memahami semua gaya sastra dan gaya bahasa dunia
kuno. Itulah alasannya mengapa studi mengenai penggunaan bahasa
dalam Alkitab menjadi sangat penting dalam penafsiran Alkitab.
Sebagai contoh, bila seseorang membaca kitab Mazmur, ia
membutuhkan sebuah cara membaca yang bersifat imajinatif dan
Mengumpulkan
Informasi simbolis. Mengapakah demikian? Sebab kitab Mazmur adalah kitab
yang ditulis dengan ‘gaya sastra’ yang bersifat puitis sehingga di
dalamnya setiap penulisnya menggunakan banyak istilah yang bersifat
konotatif dan retoris. Sebagai contoh, dalam Mazmur 42:1-2,
pemazmur menggambarkan bahwa kerinduannya untuk mencari
Tuhan adalah seperti rusa. Ungkapan pemazmur jelas merupakan
sebuah gaya bahasa/metafora yang tidak dapat ditafsirkan secara
harafiah.

Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair,


demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku
haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku
boleh datang melihat Allah?

57
Demikian juga Pada waktu kita membaca sebuah teks dengan
gaya sastra “hukum,” teks tersebut pada umumnya menggunakan
berbagai terminologi dan gaya bahasa yang bersifat denotatif
(harafiah) dengan berbagai gaya retorika yang (kebanyakan) bersifat
nonpuitis. itulah sebabnya, teks dengan karakter yang demikian perlu
dibaca secara harafiah.
Sebagai contoh, dalam Keluaran 20:1-5 Alkitab menyampai-kan
mengenai perintah Tuhan supaya bangsa Israel tidak melakukan
penyembahan berhala (pemujaan pada patung-patung). Apa yang
dituliskan Alkitab haruslah dipahami secara harafiah karena teks
tersebut dituliskan dalam gaya sastra yang harus dibaca secara lebih
harafiah.

Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: "Akulah TUHAN,


Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir,
dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di
hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang
menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada
di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah
kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang
cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-
anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari
orang-orang yang membenci Aku,

4. Tidak menyadari bahwa interpretasi terus berkembang


sepanjang zaman.

Dalam era para penulis Alkitab, mereka mengenal berbagai


Mengumpulkan model penafsiran yang orang-orang di zaman sekarang sudah tidak
Informasi
dikenal lagi atau tidak digunakan. Misalnya, pembacaan teks dengan
pendekatan Midrash. Model pembacaan teks ini dilakukan oleh orang-
orang Yahudi dalam memahami makna rohani dari teks-teks Perjanjian
Lama dan kaitannya dengan apa yang terjadi di zaman di mana seorang
penulis hidup. Penafsiran ini dapat ditemukan, misalnya saja, dalam
Matius 7:12.

"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat


kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah
isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”.

58
Di zaman modern, pembaca mengenal analisa teks, yang
Mengamati
berusaha untuk mencari salinan teks terbaik. Demikian juga dengan
analisis historical background “latar belakang sejarah” berusaha
memahami teks dari latar belakang teks dan penulis teks. Analisis
sosial-antropologi mencoba memamahi teks dari pendekatan
pemikiran dan budaya zaman dan kehidupan sosialnya yang sangat
memengaruhi pemikiran penulis Alkitab. Analisis argumen mencoba
membangun alur pemikiran logis dari teks Alkitab. Analisis naratif
mencoba mencari pesan Alkitab melalui pendekatan narasi.
Pada satu sisi, berbagai pendekatan yang berbeda tersebut
Menalar seharusnya menyadarkan kita bahwa teks dapat dipahami dari
berbagai segi dan perbedaan pendekatan dalam memahami teks
dapat membuat pembaca modern memahami teks dengan lebih
lengkap. Di sisi yang lain, para pembaca Alkitab seharusnya dapat
melihat kelebihan dan kekurangan dari berbagai metode penafsiran
Alkitab sehingga mereka dapat menentukan metode yang tepat untuk
membaca satu bagian teks tertentu.

Menanya DIskusikanlah
Bacalah pengajaran Yesus dalam Matius 5-7 dan carilah bagian mana
dari pengajaran Tuhan Yesus yang dapat dipahami secara harafiah dan
secara simbolis?

5. Ilmu tafsir tidak pernah memberikan penafsirannya yang


hanya satu.

Dalam setiap pendekatan ilmu tafsir banyak sekali pilihan yang


Mengamati harus diambil yang seringkali sama-sama kuat dan berargumentasi. Ini
menunjukkan bahwa manusia tidak akan pernah memahami 100%
kebenaran Allah, meskipun demikian ini tidak berarti percuma kita
belajar. Justru dengan beragamnya ilmu tafsir akan menolong kita
semakin melihat kebenaran dari berbagai perspektif.
Kebenaran seharusnya seperti berlian yang setiap seginya
Menalar memancarkan keindahan. Ilmu tafsir memberikan satu sisi kebenaran
yang membuat indahnya Alkitab. Jika kita dapat menggunakan
berbagai pendekatan untuk memahami teks Alkitab, kita akan
menemukan kekayaan dalam teks tersebut. Persoalan dalam
penafsiran bukanlah pada berbagai pendekatan yang berbeda yang
digunakan dalam memahami Alkitab tetapi pada asumsi yang salah
dari para penafsir Alkitab.

59
C. Tantangan dalam Proses Penafsiran

1. Adanya Distance of Time ‘perbedaan waktu’

Penulis & tradisi Alkitab ada pada rentan waktu 3600-2000


Mengamati tahun yang lalu. Ada banyak hal yang dulu ada tetapi sekarang tidak
ada, ada banyak hal juga yang sekarang ada tapi dulu tidak ada.
Perbedaan waktu membuat kita tidak bisa secara serampangan
membuat penyejajaran yang dulu ada tapi sekarang tidak ada atau
yang sekarang ada tapi dulu tidak ada.
Dulu orang-orang Yahudi mengenal yang namanya sastra
Mengumpulkan Apokaliptik, kita tidak mengenal jenis sastra ini. Orang dulu tahu
Informasi caranya membaca kitab-kitab apokaliptik, sementara orang zaman
sekarang tidak tahu cara membacanya. Sastra ini menggunakan
berbagai simbol yang kita asing dalam melihatnya.

Dan Aku akan memberi tugas kepada dua saksi-Ku, supaya


mereka bernubuat sambil berkabung, seribu dua ratus
enam puluh hari lamanya. Mereka adalah kedua pohon
zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan
semesta alam. Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti
mereka, keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan
semua musuh mereka. Dan jikalau ada orang yang hendak
menyakiti mereka, maka orang itu harus mati secara itu.
Mereka mempunyai kuasa menutup langit, supaya jangan
turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka
mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya
menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala

60
jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya. Dan
apabila mereka telah menyelesaikan kesaksian mereka,
maka binatang yang muncul dari jurang maut, akan
memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh
mereka.
Wahyu 11:3-7

Di sisi yang lain di zaman sekarang,


Menalar kita berhadapan dengan berbagai isu yang
tidak dibicarakan secara langsung dalam
era di mana para penulis Alkitab hidup.
Kita berhadapan dengan isu mengenai
aborsi, eutanasia, lingkungan hidup, teori
evolusi, dst. Untuk mencoba menjawab pergumulan dan pertanyaan
manusia di zaman sekarang, kita tidak dapat dengan serampangan
menggunakan Alkitab seperti mencari nomor telpon di Yellowpage.
Salah satu kesalahan serius dalam penafsiran Alkitab adalah
membawa pola pikir dan pola bertindak zaman sekarang (masa kini) ke
zaman Alkitab atau sebaliknya membawa istilah-istilah di waktu itu ke
zaman sekarang tanpa mencoba mencari padanan artinya.
Mengabaikan perbedaan-perbedaan tersebut dalam membaca Alkitab
akan membawa kepada kesalahan dalam memahami teks Alkitab dan
pesan Tuhan yang disampaikan melaluinya.

Menanya Diskusikanlah!
Banyak orang berkata bahwa dalam Alkitab tidak ada larangan
mengenai merokok walaupun mereka tahu bahwa hal tersebut adalah
salah. Carilah dalam Alkitab teks yang tepat untuk membicarakan
mengenai isu larangan merokok?

2. Adanya Cultural Distance ‘perbedaan kultur’

Pembaca modern adalah orang yang hidup dalam masyarakat


Mengamati Indonesia dengan berbagai budayanya yang beragam. Sebagian kita
mungkin dilahirkan dalam budaya Batak, Padang, Sunda, Jawa, Dayak,
Manado, Kupang, Papua, dan lainnya. Sedangkan para penulis Alkitab
dan pembaca pertama dari Alkitab adalah mereka orang yang hidup
dengan budaya Babilonia, Mesir, Kanaan, Yahudi, Yunani, Romawi, dan
lainnya. Kita tentunya tidak memahami sepenuhnya kebudayaan dari
orang-orang yang hidup di masa lampau.

61
Orang Yahudi, sebagai contoh, memandang keturunan sebagai
Mengumpulkan
Informasi
hal yang penting. Mereka memandang anak laki-laki sebagai penerus
keluarga dipandang memiliki nilai melebihi anak perempuan.
Demikian juga dengan orang-orang Romawi, wanita dengan
kewarganegaraan Romawi dapat memiliki pasangan lebih dari satu.
Hal-hal tersebut adalah bagian dari kebudayaan kuno yang manusia
zaman modern tidak selalu pahami.
Selain itu, di dunia kuno, perekonomian dilakukan dengan
sistem barter dan hubungan yang bersifat timbal balik; di mana relasi
ekonomi didasarkan pada hubungan saling menguntungkan. Setiap
orang dalam pemikirannya berlaku, jika orang berlaku baik kepada
mereka maka merekapun harus berlaku baik kepada orang tersebut.
Jika orang memberikan A maka kita harus memberi B. Pola atau
kerangka berpikir seperti inilah yang juga ada dan terdapat dalam
gereja mula-mula, tetapi hal ini tidak terdapat dalam cara berpikir
orang-orang di zaman sekarang.
Menalar Jika kita tidak dapat memilah apa yang menjadi konteks budaya
dan apa yang menjadi pesan dari teks kitab suci, kita akan terjebak
dalam kesalahan penafsiran. Mengabaikan perbedaan kultur antara
penulis Alkitab dengan pembaca modern akan membuat
kesalahmengertian pembaca terhadap pesan Firman Tuhan yang
disampaikan dalam Alkitab.

3. Adanya Geographical Distance ‘perbedaan


geografis’

Kita bukanlah orang-orang yang hidup di tanah Palestina


Mengumpulkan
Informasi
sehingga ada banyak hal terkait dengan lokasi yang Alkitab sebutkan
yang kita tidak ketahui dan pahami nilai penting dari lokasi tersebut.
Sebagai contoh, Tuhan Yesus memilih menjadikan kota Kapernaum
sebagai pusat dari pelayanannya.

Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah


ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. Ia meninggalkan
Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah
Zebulon dan Naftali, supaya genaplah firman yang
disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tanah Zebulon dan tanah
Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea,
wilayah bangsa-bangsa lain, bangsa yang diam dalam

62
kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka
yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang."
Matius 4:12-16

Seorang pakar studi latar belakang dunia Perjanjian Baru, Barry J.


Beitzel, menjelaskan bahwa kota Kapernaum dipilih oleh Yesus sebagai
pusat dari pelayanannya sebab kota tersebut adalah kota yang
strategis dan menjadi jalur utama perdagangan antara Mesir dan
Mesopotamia. Dengan demikian pemahaman mengenai dunia kuno
akan sangat berkontribusi dalam memahami teks Alkitab. Sebaliknya
tanpa memahami dunia kuno kita akan memahami teks Alkitab
berdasarkan pemahaman masa kini.

63
Diskusikanlah
Menanya Lihatlah peta Alkitab dan carilah beberapa tempat berikut ini: Niniwe,
Sikhem, Sarfat, Berea, Korintus dan Kana. Carilah informasi mengenai
apa yang Alkitab tuliskan mengenai lokasi tersebut.

4. Adanya Distance of Language ‘perbedaan bahasa’

Alkitab ditulis dengan 3 bahasa, Ibrani, Aram dan Yunani.


Sebagian besar PL ditulis dalam bahasa Ibrani dan sebagian kecil ditulis
Mengamati
dalam bahasa Aram (misalnya saja Daniel 3). Kitab-kitab Perjanjian
Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Dalam membaca teks-teks tersebut,
penafsir berhadapan dengan kesulitan yang tidak mudah diatasi.
Misalnya saja, bahasa Ibrani dalam naskah aslinya tidak memiliki vokal;
selain itu, bahasa Aram hampir punah dan bahasa Yunani semula
ditulis dalam huruf besar tanpa adanya spasi.
Yesus kemungkinan mengerti dan bisa berbahasa Yunani,
namun kemungkinan Ia dan murid-muridnya menggunakan bahasa
Aram. Sementara semua kitab PB menggunakan bahasa Yunani, apa
yang Tuhan Yesus katakan diterjemahkan oleh para rasul dan para
penulis injil dalam bahasa Yunani.
Pada saat seorang pembaca Alkitab hendak menjelaskan teks
Menalar Alkitab berdasarkan bahasa aslinya, ia akan menghadapi persoalan
penerjemahan. Sebagai contoh, bahasa Yunani memiliki perbedaan
dengan bahasa lainnya dan terminologi yang digunakan dalam Alkitab
tidak selalu ada padanannya dengan bahasa Indonesia. Selain itu, ada
banyak aspek dari grammar bahasa Yunani, misalnya saja kata kerja
Aorist, yang tidak dapat diterjemahkan secara utuh ke dalam bahasa
Indonesia. Sebuah kata yang digunakan Alkitab, artinya dapat memiliki
lebih dari satu arti.

5. Alkitab Memiliki Keragaman Gaya Bahasa

Dalam Bahasa Indonesia, kita mengenal bahwa makna kata


Mengumpulkan terbagi dua yakni denotatif (arti sebenarnya) dan konotatif (arti yang
Informasi
tersembunyi). Dalam Alkitab, ada banyak gaya bahasa dan berbagai
metafora yang kita tidak dapat pahami dengan mudah karena
perbedaan budaya dan bahasa. Misalnya perkataan Tuhan Yesus
dalam Matius 10:34-36 memperlihatkan adanya sebuah gaya bahasa.

64
"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk
membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk
membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang
untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan
dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan
musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
Matius 10:34-36

Ada banyak persoalan teks Alkitab yang rumit selesai setelah


Menalar
didekati dengan pendekatan gaya bahasa menjadi lebih jelas, misalnya
Matius 5:27-30. Apakah bagian teks ini dapat diartikan denotatif?
Tentu tidak demikian, besar kemungkinan bahwa teks ini harus
diartikan konotatif. Sebagian ahli mentafsirkan istilah “tubuh” di sini
adalah gereja, sebagian lain percaya itu menunjuk pada tubuh jasmani.
Namun bagaimana kita harus memahami istilah “penggal” dan
“buang,” istilah-istilah tersebut tentu tidak memungkinkan diartikan
harafiah, kita dapat memahami ucapan tersebut sebagai sebuah
hiperbola. Di Alkitab masih ada gaya bahasa personifikasi, analogi, dst.

Menanya Diskusikanlah
Bacalah Lukas 16:18-27 dan cari tahu apakah perkataan Yesus: “sebab
lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum” harus diartikan
secara harafiah ataukah tidak harafiah?

C. Penutup

Memahami berbagai isu seputar penafsiran dapat menolong


pembaca Alkitab untuk menghindarkan diri dari kesalahan-kesalahan
dalam membaca Kitab Suci. Pemahaman bahwa Alkitab adalah Firman
Allah membuat orang-orang Kristen seharusnya berupaya membaca
Alkitab dengan benar dan bekerja keras untuk memahaminya.
Meskipun demikian, pembaca Alkitab hendaknya memahami bahwa
pengertian yang benar datang dari pertolongan Tuhan, dan itulah
sebabnya doa merupakan aspek utama dalam membaca Alkitab.
Kesalahan dalam membaca Alkitab pada umumnya terjadi
dalam dua aspek. Pertama adalah karena asumsi-asumsi yang salah.
Pemahaman yang salah mengenai Alkitab dapat membuat seseorang
memiliki kesimpulan yang tidak tepat juga. Seseorang yang tidak
percaya adanya pimpinan Roh Kudus dalam penulisan Alkitab akan
dengan mudah berkata Alkitab bersifat kontradiktif saat ia
menemukan perbedaan tertentu dalam Alkitab. Kedua adalah karena

65
kurangnya pengetahuan mengenai cara membaca Alkitab. Belajar
mengenai penafsiran Alkitab dapat menolong kita untuk mengatasi
persoalan kedua, namun tidak untuk mengatasi persoalan pertama.
Itulah alasannya, sebelum seseorang membaca dan menafsirkan
Alkitab, orang tersebut perlu pertama-tama mempelajari terlebih
dahulu ajaran mengenai Alkitab.

Ringkasan

1. Alkitab adalah buku manusia dan Allah; seseorang akan salah


memahami Alkitab jika mengabaikan dua natur dari kitab suci.
2. Dalam membaca Alkitab, seorang pernafsir perlu menyadari
adanya perbedaan konteks antara para penulis Alkitab dengan
para pembaca masa kini.
3. Membaca Alkitab dengan benar membutuhkan bukan hanya
kemampuan menggali Alkitab tetapi membahasakannya dalam
bahasa masa kini.

Ayat Hafalan
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang
bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan
jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhluk pun
yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan
terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan
pertanggungan jawab.
Ibrani 4:12-13

Mengkomuni Activitas
kasikan
Berkunjunglah kepada salah sesorang teman yang berbeda budaya
dengan Anda dan carilah tahu hal-hal yang Anda tidak pahami
mengenai kebudayaan dan kebiasaan yang ada dalam keluarga teman
Anda.

Bacaan Lanjutan
Klein, William W., Craig L. Blomberg, and Robert L. Hubbart Jr.
Introduction to Biblical Interpretation. Terj. Malang: SAAT, 2012. Bab
1.
Carson, D. A. Exegetical Fallacies. Terj. Malang: SAAT, 2009.
Sutanto, Hasan. Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab.
Malang: SAAT, 1986. Bab 1.

66
67
Pelajaran 5
Pendekatan dalam Membaca Alkitab

A. Pengantar

Metode yang digunakan dalam mengembangkan penafsiran


Mengamati
dan teologi Alkitab adalah penting. Penggunaan metode yang berbeda
dapat menghasilkan pemahaman yang berbeda. Itulah sebabnya,
pendekatan dalam memahami teks Alkitab perlu diperhatikan dan
disesuai dengan tujuan seseorang dalam meneliti sebuah teks.
Metode atau pendekatan dalam hermeneutik dan teologi pada
dasarnya tidak ada yang sempurna dan tidak dapat digunakan untuk
semua kebutuhan. Hal ini berarti metode pada dasarnya terbatas dan
membutuhkan penyesuaian. Selain itu, metode penafsiran bersifat
saling melengkapi. Dalam membaca kitab suci, seorang penafsir
biasanya membutuhkan beberapa metode yang digunakan untuk
menghasilkan sebuah penafsiran yang baik.

Diskusikanlah
Menanya
Sebutkan dan jelaskan berbagai metode yang kamu ketahui yang
digunakan untuk menafsirkan Alkitab? Carilah tahu kelemahan dan
kelebihan setiap metode tersebut?

Sebutkan beberapa jenis seri tafsir dalam studi Alkitab yang kamu
ketahui dan jelaskan kelebihan dan kekurangan buku-buku dari seri
tafsir tersebut?

B. Biblical Teology within the categories of dogmatic


Theology “Teologi Alkitab berdasarkan Kategori
Teologi Dogmatika”

Dalam pendekatan ini penafsiran dan pengembangan teologi


Mengamati Alkitab dibangun dengan kerangka dogamatika. Mereka yang memakai
mendekatan ini pertama-tama dalam pikirannya sudah ada kerangka
dogmatika (misalnya saja mengenai Allah, Tritunggal, dua natur Yesus,
gereja, sakramen, dan akhir zaman), kerangka ini kemudian dipakainya
dalam membaca setiap teks Alkitab. Teks-teks Alkitab pun sering dilihat
sebagai bukti dari ajaran iman Kristen.

68
Sebagai contoh, bacalah Markus 3:20-30!
Mengumpulkan
Informasi Kemudian masuklah Yesus ke sebuah rumah. Maka datang-
lah orang banyak berkerumun pula, sehingga makanpun
mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar
hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata
mereka Ia tidak waras lagi. Dan ahli-ahli Taurat yang datang
dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan:
"Dengan penghulu setan Ia mengusir setan."

Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka


dalam perumpamaan: "Bagaimanakah Iblis dapat mengusir
Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu
tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga
terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan.
Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya
sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan,
melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak
seorangpun dapat memasuki rumah seorang yang kuat
untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya
dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia
merampok rumah itu.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan


hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat
yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat
Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya,
melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal." Ia berkata
demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh
jahat.

Jika kita membaca teks ini dengan pendekatan kerangka


Menalar
dogmatika maka kita akan mengatakan menghujat Roh Kudus di sini
menunjuk pada tindakan orang yang menolak Yesus atau menolak
untuk bertobat dan percaya kepada Yesus. Mengapakah demikian?
Karena dalam sistem dogmatika, misalnya saja, seseorang belajar
bahwa menghujat Roh Kudus terkait dengan dosa seseorang dalam
menolak karya keselamatan. Berdasarkan pemahaman tersebut,
terminologi “menghujat Roh Kudus” yang digunakan teks di atas
disesuaikan dengan pokok keyakinan yang telah ada.

69
Penggunaan metode ini dalam menggali pokok-pokok teologi
Alkitab tentu tidak salah. Metode pada dasarnya adalah sebuah alat.
Setiap metode yang digunakan, pastilah menyumbangkan hal yang
baru yang dapat memperkaya teologi Alkitab. Meskipun demikian,
metode bukanlah Firman Tuhan dengan demikian metode tidak dapat
dimutlakan.
Jadi dalam mengembangkan teologi Alkitab, seseorang dapat
menggunakan berbagai macam metode yang ada. Kita juga perlu
menyadari bahwa setiap metode yang kita gunakan dalam membangun
teologi PB memiliki kelemahannya sendiri-sendiri. Oleh sebab itulah
dalam bangun-membangun teologi Alkitab seseorang harus cukup
rendah hati untuk dapat menerima pendekatan yang berbeda yang
digunakan oleh orang lain.

C. Allegorical or Typological Approaches

Mengamati Dalam pendekatan ini, PB dipandang sebagai wujud asli atau


penggenapan dari perlambang PL. Jika pembaca mengamati Alkitab,
memang, penulis Alkitab (PB) sendiri dalam membaca beberapa bagian
PL mentafsirkannya secara tipologis dan juga menggunakan
pendekatan yang bersifat alegoris.
Sebagai contoh, ajaran Tuhan Yesus mengenai penabur dalam
Matius 13:1-23.
Mengumpulkan
Informasi

Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu.


Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang
Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat
dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah

70
benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang
ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang
mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan
gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja.
Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena
firman itu, orang itupun segera murtad. Yang ditaburkan di
tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu,
lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan
menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang
ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar
firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang
seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang
tiga puluh kali lipat."

Meskipun penggunakan metode alegoris dapat diterima, kita


Menalar harus hati-hati sebab tidak seluruh bagian Alkitab dapat ditafsirkan
demikian. Bagaimanakah kita dapat mengetahui bagian Alkitab yang
dapat ditafsirkan alegoris? Hanya teks Alkitab yang dalamnya terdapat
penjelasan yang bersifat alegoris dapat ditafsirkan secara alegoris.
Itulah sebabnya, walaupun penjelasan yang bersifat alegoris sangat
menarik, tetapi seseorang dapat jatuh dalam kesalahan eisegeses
“memasukan makna” yang tidak ada pada teks.
Di sisi yang lain, pendekatan yang bersifat typologis
Mengumpulkan menekankan penggenapan dari apa yang PL ajarkan dalam PB.
Informasi
Pendekatan ini berbeda dengan alegoris; jika alegoris cenderung
mencari arti simbolis dari setiap bagian teks, pendekatan typologis
mencari kaitan PL dengan PB. Sebagai contoh, dalam 1 Korintus 10:1-5,
Rasul Paulus menggunakan kisah Israel di padang belantara untuk
membicarakan kehidupan jemaat Korintus.

Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara,


bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah
perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah
melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua
telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua
makan makanan rohani yang sama dan mereka semua
minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum
dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu
karang itu ialah Kristus. Tetapi sungguhpun demikian Allah
tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka,
karena mereka ditewaskan di padang gurun.

71
Meskipun pendekatan tipologis digunakan oleh penulis PB,
Menalar
namun pembaca mesti menyadari bahwa tidak seluruh PL dapat
diartikan secara demikian. Kita dapat mengambil kesimpulan yang
salah dengan berkata: “bila memang janji-janji dalam PL seluruhnya
tergenapi dalam PB, PL menjadi tidak penting lagi dan dapat
dikeluarkan dari Alkitab. Bagian PL tertentu harus dicari dalam konteks
zamannya, tetapi ada banyak bagian dalam PL berkesinambungan
dengan PB.

Diskusikanlah
Menanya Bacalah Matius 18:23-25, bagaimanakah kita harus memahami
mengenai tokoh cerita dari seorang yang punya hutang 10.000 talenta?
Apakah tokoh tersebut dapat diartikan secara alegoris menunjuk pada
diri kita sebagai orang-orang yang memiliki dosa sangat banyak kepada
Tuhan?

Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang


hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-
hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu,
dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh
ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu
melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia
dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk
pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu
menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku
akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas
kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan
menghapuskan hutangnya.

Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang


hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia
menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar
hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon
kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.
Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam
penjara sampai dilunaskannya hutangnya.

Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu


menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.
Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata
kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah

72
kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti
aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu
dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia
melunaskan seluruh hutangnya.

Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga


terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak
mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

D. Great ideas “Ide Besar”

Pendekatan ini memandang ada tema besar dalam Alkitab.


Mengamati
Tugas seorang penafsir adalah menemukan benang merah dari pokok
ajaran Alkitab dan mengembangkannya menjadi sebuah pokok teologia
Alkitab. Pendekatan ini berupaya menghubungkan antara kisah-kisah
dalam Alkitab. Pemikiran ini berakar pada pemahaman bahwa Allah
adalah pengarang Alkitab sehingga mesti ada benang merah yang
menghubungkan semua bagian Alkitab.

Diskusikanlah
Menanya

Temukanlah tema dalam Alkitab yang menurut Anda paling banyak


dibicarakan dan sharingkan dalam kitab mana saja tema tersebut
muncul!

Beberapa ahli dalam studi Alkitab mengusulkan beberapa


Mengumpulkan pokok teologi utama yang dipandang dapat menjembatani antara PL
Informasi
dan PB. Salah satunya adalah covenant “perjanjian” dan penciptaan.
Saat seseorang membaca Alkitab, ia akan melihat bahwa bahwa dalam
kisah penciptaan, Allah membangun covenant (disebut covenant of
work “perjanjian kerja”) dan kejatuhan manusia dalam dosa dipahami
sebagai pelanggaran atas perjanjian tersebut. Solusi dari kegagalan
manusia dalam memenuhi panggilannya untuk memenuhi tuntutan
covenant “perjanjian” antara Allah dan manusia diselesaikan oleh
Yesus dan Allah pun memberikan kepada manusia new covenant
“perjanjian baru” yakni covenant of grace “perjanjian anugerah.” Sejak
kejatuhan manusia dalam dosa, Allah terus-menerus menunjukkan
anugerah-Nya, misalnya saja saat Ia membangun perjanjian dengan
Nuh yang ditandai dengan hadirnya pelangi.

73
Berfirmanlah Allah kepada Nuh dan kepada anak-anaknya
yang bersama-sama dengan dia: "Sesungguhnya Aku
mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan
keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup yang
bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan
binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan
kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di
bumi. Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa
sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh
air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk
memusnahkan bumi." Dan Allah berfirman: "Inilah tanda
perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala
makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu,
turun-temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku Kutaruh di
awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan
bumi. Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi
dan busur itu tampak di awan, maka Aku akan mengingat
perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta
segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga
segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan
segala yang hidup. Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan
melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang
kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala
makhluk yang ada di bumi."
Kejadian 9:8-16

Allah terus-menerus menyatakan anugerah-Nya dan menjan-


jikan bahwa Ia akan mengadakan new covenant “perjanjian baru”
dengan manusia. Apa yang Allah janjikan mengenai new covenant
tergenapi dalam kedatangan Yesus ke dunia (inkarnasi). Anugerah Roh
Kudus dalam kehidupan umat Tuhan adalah tanda bahwa new
covenant telah dibuka. Kedatangan Tuhan di akhir zaman dipandang
sebagai puncak dari pengenapan janji Allah mengenai new covenant.
Walaupun pendekatan great idea/theme sangat baik tetapi
Menalar pendekatan ini memiliki kelemahan. Bila seorang penafsir tidak
berhati-hati dalam membaca teks Alkitab, ia dapat memaksakan kitab-
kitab yang ada supaya mendukung benang merah yang dia ingin
tunjukkan atau lihat. Untuk menghindarkan persoalan generalisasi
benang merah dalam Alkitab, penafsir perlu membatasi dirinya untuk
tidak mengambil kesimpulan melampaui apa yang teks Alkitab
nyatakan.

74
E. Heilsgeschichte or History of Redemption “Sejarah
Penebusan”

Dalam pendekatan ini Alkitab (termasuk PB di dalamnya)


Mengamati dipandang sebagai bagian dari kisah sejarah keselamatan dari Allah.
Teologi Alkitab dilihat berdasarkan karya Allah dalam menyelamatkan
manusia supaya kembali kepada tujuan penciptaan-Nya, yakni
melayani dan memuliakan Tuhan. Dalam pendekatan ini kedatangan
dan karya Yesus dipandang sebagai inti dari teologi Alkitab.
Salah satu contoh dari pendekatan sejarah keselamatan dalam
Mengumpulkan Alkitab adalah penjelasan mengenai silsilah Yesus dalam Matius 1:1-17.
Informasi Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan
Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda …, Yehuda memper-
anakkan Peres dan Zerah …, Peres memperanakkan Hezron,
Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanak-kan
Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason
memperanakkan Salmon, Salmon memperanak-kan Boas …,
Boas memperanakkan Obed …, Obed memperanakkan Isai,
Isai memperanakkan raja Daud.

Daud memperanakkan Salomo …, Salomo memperanakkan


Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia
memperanakkan Asa, Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat
memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, Uzia
memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas,
Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia memperanakkan
Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon
memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan Yekhonya
dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel.

Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan


Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel
memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim,
Elyakim memperanakkan Azor, Azor memperanakkan
Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim
memperanakkan Eliud, Eliud memperanak-kan Eleazar,
Eleazar memperanakkan Matan, Matan mem-peranakkan
Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang
melahirkan Yesus yang disebut Kristus.

75
Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham
sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai
pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari
pembuangan ke Babel sampai Kristus.

Matius memandang sejarah bangsa Israel menjadi tiga bagian,


Menalar
yakni era para bapa leluhur (dari Abraham sampai Daud), era kerajaan
(dari Daud sampai pembuangan), dan era pembuangan (sampai
dengan kedatangan Yesus). Ketiga era tersebut dilihat sebagai sebuah
penurunan d mana bangsa Israel makin hari makin melawan Tuhan dan
itulah sebabnya, mereka dihukum Tuhan dengan jalan dibuang ke
Babel. Kedatangan Yesus dipandang menutup era kejatuhan dan
membuka era baru yakni datang-Nya kerajaan Allah.
Contoh yang lain dari pendekatan sejarah keselamatan dalam
Mengumpulkan melihat Alkitab sebagai sebuah kisah Allah dalam membawa dunia ini
Informasi
kepada tujuan penciptaannya. Alkitab diawali dengan kisah penciptaan
di mana Ia menjadikan segala sesuatu, termasuk manusia di dalamnya,
dengan tujuan supaya Ia dapat tinggal bersama-sama dengan ciptaan-
Nya. Alkitab pun ditutup kembali dengan kisah penciptaan langit dan
bumi yang baru di mana apa yang tidak terjadi dalam penciptaan yang
pertama oleh karena manusia jatuh dalam dosa akan terjadi saat
kedatangan Yesus yang kedua, saat langit dan bumi yang baru hadir.

Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab
langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu,
dan laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang
kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah,
yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang
berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang
nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada
di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama
dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia
akan menjadi Allah mereka.
Wahyu 21:1-3
Menalar
Membaca Alkitab dalam pendekatan sejarah keselamatan akan
menolong seseorang untuk melihat pokok utama dalam ajaran Iman
Kristen, yakni Tuhan Yesus. Di sisi yang lain, mereka yang mengguna-
kan pendekatan ini dalam membaca Alkitab harus menyadari bahwa
cara pandang ini bukanlah satu-satunya cara dalam membaca Alkitab.
Pendekatan lain tetap dapat memperkaya pemahaman seseorang.

76
F. Pendekatan-pendekatan Lainnya

Selain pendekatan-pendekatan yang dibicarakan di atas, para


Mengumpulkan
ahli dalam studi Alkitab juga menggunakan beberapa pendekatan lain,
Informasi yang memberikan kontribusi penting dalam studi Alkitab. Pendekatan-
pendekatan yang berbeda digunakan dalam memahami Alkitab sebab
metode tafsir tidak ada yang sempurna dan teks Alkitab memiliki
berbagai aspek/dimensi sehingga pendekatan-pendekatan baru
diharapkan dapat memperluas wawasan pembaca Alkitab. Beberapa di
antaranya adalah:

1. Literary Approaches to Biblical Theology “pendekatan sastra


dalam Teologi Alkitab” atau naratif theology “teologi narasi.”

Dalam pendekatan ini Alkitab dipandang sebagai sebuah narasi.


Sebagai sebuah narasi di sana setiap penulisnya menggunakan alur
narasi maupun sudut pandang sebuah narasi. Teologi narasi dibangun
atas dasar pendekatan ini. Sebagai contoh, surat rasul Paulus, diawali
dengan pemanasan, lalu ada konflik dan memuncak pada klimaks dan
diakhiri dengan kesimpulan. Teologi narasi dibangun berdasarkan
‘puncak konflik’ dari narasi surat Paulus tersebut.

2. Social Perspectives “Perspektif Sosial”

Pendekatan ini menekankan pentingnya membangun teologi


Alkitab dari perspektif ‘sosial-budaya’ dari masyarakat Asia Kecil.
Mengapakah mesti menggali faktor sosial-budayanya? Sebab penulis
Alkitab dan tulisannya merupakan bagian dari masyarakat sosial dan
budaya zamannya. Sebagai contoh: bagaimana memahami persoalan
Korintus dalam kerangka persoalan sosial ‘miskin-kaya.’

3. Canonical Approach “Pendekatan Kanon”

Pendekatan kanonis dalam membaca teks menekankan bentuk


akhir dari teks. Walaupun kitab suci dalam pembentukannya mungkin
terdapat proses yang panjang, tetapi bentuk akhir dari kitab suci itulah
yang digunakan dalam pembacaan kitab suci.
Dalam pendekatan kanonis, pembaca berupaya membaca teks
kitab suci secara keseluruhan. Pendekatan kanonis menekankan bahwa
di balik kitab suci ada pribadi Roh Kudus; itulah sebabnya setiap tulisan
dalam Alkitab berkaitan satu dengan yang lain.

77
Pendekatan kanonis juga menekankan pentingnya memahami
teks kitab suci berdasarkan posisinya dalam kanon Alkitab. Kanon PL
dalam versi Alkitab berbahasa Ibrani terbagi menjadi tiga bagian yakni:
Taurat, Kitab Para Nabi dan Kitab Syair. Ketiga penggalan kitab ini
bukanlah tanpa sebab, dan pendekatan kanonis mencoba untuk
melihat arti sebuah teks bukan saja dalam konteks individu sebuah teks
tetapi dalam kaitannya dengan teks lain dalam satu kelompok kitab
yang sama. Demikian juga dengan Perjanjian Baru, PB memiliki tiga
kelompok, yakni Injil, Surat-surat umum dan surat-surat Paulus.

G. Penutup

Dalam membaca Alkitab dan memahami teologinya ada 4 hal


penting yang harus diperhatikan:

1. Mendengarkan apa yang penulis Alkitab ingin katakan kepada


pendengarnya. Alkitab bukanlah objek studi tetapi subjek dari
pembelajaran kita. Alkitab adalah Firman Allah dan Tuhan
berbicara kepada kita melaluinya. Itulah sebabnya, tujuan
utama dari mempelajari Alkitab adalah karena kita ingin
mendengar apa yang Tuhan ingin sampaikan kepada kita.
2. Menyatukan pengertian dan iman kita dalam membaca Alkitab.
Karena kita sedang membaca kitab suci, pemahaman kita tidak
dapat lepas dari iman kita. Kita menggali bukan sekedar supaya
kita paham tetapi supaya kita yakini. Membangun teologi bukan
sekedar ‘logical exercise’ melainkan untuk membangun iman
kita.
3. Membaca dan menerapkan ajaran Alkitab dalam konteks
pergumulan gereja masa kini. Dalam membaca Alkitab,
seseorang perlu memahaminya dalam konteks berpikir para
penulis Alkitab. Meskipun demikian, tugas kita tidak berhenti
sampai di sini, kita harus mencari jalan bagaimana
membahasakannya dalam bahasa masa kini.
4. Bandingkan dengan pendekatan dari Teologi Sistematik. Natur
dari teologi biblika dan PB adalah mendekati teks atau
membangun teologi dengan pendekatan yang sempit atau lebih
bersifat menggali ke dalam. Sementara itu pendekatan Teologi
Sistematik bersifat lebih luas atau melebar ke samping. Dengan
membandingkan kedua disiplin ilmu ini, kita akan dapat melihat
aspek yang kita sedang teliti dengan lebih luas.

78
Ringkasan
1. Berbagai pendekatan digunakan dalam membaca Alkitab untuk
memperkaya pemahaman seseorang terhadap Firman Tuhan.
2. Setiap metode yang digunakan memiliki kelebihan dan
kekurangan tertentu.
3. Asumsi dan pemahaman seseorang terhadap natur dari Alkitab
jauh lebih penting dari penggunaan metode tertentu dalam
membaca Alkitab.

Ayat Hafalan
Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu
bagi mulutku. Aku beroleh pengertian dari titah-titah-Mu, itulah
sebabnya aku benci segala jalan dusta. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku
dan terang bagi jalanku.
Mazmur 119:103-105

Mengkomuni
Activitas
kasikan Bawalah sebuah baskom air dan mintalah seorang anak untuk mencuci
kaki temannya dan lakukanlah hal yang sebaliknya dan mintalah
mereka menjelaskan apakah arti tindakan tersebut?

Bacaan Lanjutan
Barton, John, ed. Cambridge Companion to Biblical Interpretation.
Cambdrige: Cambridge University Press, 1998. Bagian 1.

Sutanto, Hasan. Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab.


Malang: SAAT, 1986. Bab 2.

Venema, Henk. Kitab Suci – Untuk Kita! Membaca dan Menafsirkan


Firman Tuhan secara Utuh, Setia, dan Kontekstual. Jakarta: YKBK, 2008.
Bab 2.

79
80
Pelajaran 6
Hubungan PL dan PB

A. Pengantar

Mengamati Kita sering kali memandang Perjanjian Baru adalah


penggenapan Perjanjian Lama. Bila PB dipandang sebagai
penggenapan PL saja maka PL kehilangan signifikansinya. Jika semua
yang dikatakan PL telah tergenapi dalam PB maka tidak perlu lagi kita
memiliki atau memasukan PL dalam kanon Alkitab kita.

Menanya Diskusikanlah
Antara PL dan PB, bagian manakah yang orang-orang Kristen umum nya
lebih senang untuk membacanya?

Apakah pentingnya mempelajari kaitan PL dan PB? Saat ini


Mengumpulkan berkembang sebuah pendekatan untuk melihat PB dalam kaca mata PL.
Informasi Rasul Paulus, misalnya, adalah orang yang hidup dengan tiga
kebudayaan yakni Yahudi, Yunani dan Romawi. Sebelumnya banyak
ahli menganggap pikiran Rasul Paulus berkerangka Yunani tetapi
pemikirannya sangat dipengaruhi oleh cara berteologi orang Yahudi.
Itulah sebabnya PL sangat memengaruhi Paulus.
Sekarang banyak ahli yang tidak lagi memandang demikian,
pikiran Paulus berlatar belakang PL. Itu berarti untuk mengerti apa yang
Rasul Paulus paralel dengan satu pokok tertentu maka kita harus
mengertinya dari kaca mata PL.
David L. Baker, dalam bukunya
Satu Alkitab Dua Perjanjian mengulas
dengan sangat baik mengenai isu relasi
antara Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Dalam buku ini, Baker juga
membahas bagaimana tema-tema yang
berkesinambungan antara PL dan PB.
Dalam pelajaran ini, kita akan
membahas beberapa isu seputar
hubungan PL dan PB. Topik ini adalah
penting sebab PL dan PB adalah Firman
Allah.

81
B. Empat Pandangan Modern tentang Hubungan PL
dan PB

1. Pendekatan PB sebagai Alkitab yang hakiki.

Salah satu ahli yang memiliki


Mengumpulkan
pandangan bahwa hanya Perjanjian Baru
Informasi
yang adalah Firman Allah yang hakiki
adalah Rudolf Bultmann. Mereka yang
memiliki pandangan seperti ini
memandang bahwa PL harus dimengerti
dari sudut pandang PB. PL dipandang
sebagai latar belakang dari PB. PL
menghantarkan PB. PB yang primer dan PL
adalah sekunder. PL dipandang sebagai
kontrasnya PB. PL adalah Hukum dan PB
adalah Injil. PL adalah janji dan PB adalah
penggenapan. PL adalah Israel dan PB adalah Kristen

2. Pendekatan PL sebagai Alkitab yang hakiki.

Salah satu ahli yang berpegang


pada posisi ini adalah Arnold A. van Ruler.
Mengumpulkan
Informasi Ia memandang bahwa PL adalah Alkitab
yang hakiki dan utama, sedangkan PB
adalah salah satu tafsirannya. Sebagai
contoh, Matius melihat apa yang terjadi
dengan Yesus di masa kecilnya adalah
penjelasan dari apa yang telah dikatakan
dalam PL. Peristiwa perginya Yusuf dan
Maria ke Mesir merupakan penjelasan dari perkataan PL dari Mesir
kupanggil Anak-Ku.
Mereka yang berpegang pada posisi ini memandang bahwa PB
adalah sebuah interpretasi dari PL. PB melanjutkan PL dan PB adalah
tambahan dari PL. Penulis Alkitab kebanyakan adalah orang Yahudi.
Mereka adalah orang-orang yang menerima PL sebagai kitab suci
mereka. Apakah dalam pikiran mereka ada pikiran untuk membuang
PL? Pasti tidak sebab bagi mereka PL adalah kitab suci. Bagaimanakah
dengan PB? PB tentu saja belum ada. Tulisan dan ajaran para rasul
dipahami sebagai tambahan dalam kitab suci yang telah ada bukan
sebagai pengganti. (bdk. 2 Tim 3:16).

82
3. Pendekatan PL dan PB sama-sama kitab Suci Kristen

Brevard S. Childs adalah salah satu


Mengumpulkan ahli dalam studi Alkitab yang berpegang
Informasi
pada posisi ini, di mana PL dan dan PB
dipandang sebagai Alkitab yang hakiki. PL
adalah kitab suci Kristen dengan konteksnya
sendiri demikian juga dengan PB adalah
kitab suci Kristen dengan konteksnya
sendiri. Walaupun PL dan PB sama-sama
menyaksikan karya keselamatan Allah
tetapi keduanya membicarakan karya Allah
dalam konteks yang berbeda. PL
menyampaikan mengenai karya keselamatan dalam konteks bangsa
Israel dan PB dalam karya keselamatan dalam konteks gereja
(komunitas orang percaya). Baik PL maupun PB harus dibiarkan
berbicara sendiri-sendiri tanpa harus keduanya dikait-kaitkan. Dengan
demikian, pendekatan ini juga menekankan aspek ketidaksinam-
bungan antara apa yang diajarkan dalam PL dan PB.

4. Pendekatan PL dan PB sebagai


sejarah keselamatan

Salah satu tokoh yang memiliki


Mengumpulkan posisi ini adalah Gerhard von Rad. Ia
Informasi
memandang bahwa PL dan PB bersifat
berkisambungan. Yang menyambungkan
PL dan PB adalah aspek keselamatan. Baik
dalam PL maupun PB Allah berbicara
mengenai karya keselamatan Allah dalam
sejarah kehidupan manusia. PL dan PB bersifat progresif. Dalam PL janji
keselamatan dibicarakan tetapi masih samar-samar. Meskipun
demikian semakin lama Allah menjelaskan karya keselmatan-Nya
dalam sejarah kehidupan manusia dengan semakin jelas. PB adalah
aktualisasi dari karya Allah dalam janji keselamatan yang Allah berikan
dalam Perjanjian Lama.

Menanya Diskusikanlah
Posisi manakah dari keempat pandangan di atas yang menurut Anda
paling baik? Jelaskan mengapa Anda memilih posisi tersebut?

83
C. Hubungan PL dan PB

PL dan PB memang terkait, ada kesatuan antara PL dan PB. Oleh


Mengamati karena di balik kepenulisan, baik PL maupun PB, ada Allah yang sama
yang bekerja, maka PL dan PB seharusnya terkait erat dan pesan-pesan
yang disampaikan berkesinambungan. Kedua perjanjian tersebut saling
melengkapi, di mana tanpa Perjanjian Lama, PB menjadi tidak jelas dan
sulit untuk dipahami dan tanpa Perjanjian Baru PL menjadi tidak
lengkap sebab dalam PB-lah nubuatan PL, khususnya mengenai
keselamatan, tergenapi.
PL dan PB dalam bagian-bagian tertentu, tidak terkait sama
sekali dan berbicara sendiri-sendiri menurut konteks pergumulannya.
Empat Tema yang terkait antara PL dan PB adalah sbb:

1. Kristologi

Baik PL maupun PB berbicara mengenai sosok Yesus. Dalam PL


Mengumpulkan
Informasi sosok ini dinamakan Mesias. Dalam PB sosok ini dinamakan Kristus.
Yesus sebagai pusat dari PB adalah Kristus. Salah satu konsep Mesias
dalam PL nampak dalam nubuatan dari kitab Daniel.

Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak


datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti Anak
Manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia
dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya
kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka
orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa
mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang
kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan
yang tidak akan musnah.
Daniel 7:13-14

Pembacaan PL secara Kristologis adalah pembacaan yang


Menalar
dilakukan oleh orang-orang Kristen. Model pembacaan ini berakar dari
tradisi gereja mula-mula di mana mereka membaca dan melihat PL
dalam kaca mata Kristus. Walaupun tidak semua teks Alkitab dapat
ditafsirkan secara kristologis, tetapi semua penulis PL pada dasarnya
memiliki konsep mengenai keselamatan yang sama walaupun hal
tersebut tidak secara eksplisit dinyatakan dalam tulisan mereka. Itulah
sebabnya membaca teks secara kristologis pada dasarnya dapat
dibenarkan tetapi harus dilakukan dengan berhati-hati.

84
2. Tipologi.

Tipologi adalah sebuah hubungan analogis; peristiwa yang


Mengumpulkan terjadi dalam PL menjadi tipologi dari apa yang terjadi dalam PB. PL
Informasi
adalah prototipe dari PB. Salah satu contoh dari Tipologi adalah
penafsiran Rasul Paulus saat ia membaca peristiwa bangsa Israel di
padang belantara.

Aku mau, supaya kamu mengetahui … bahwa nenek moyang


kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa
mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut
Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam
laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan
mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab
mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti
mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. Tetapi sungguhpun
demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar
dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.
Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk
memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-
hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, dan supaya
jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama
seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis:
“Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum;
kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.” Janganlah kita
melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa
orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua
puluh tiga ribu orang. Dan janganlah kita mencobai Tuhan,
seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka,
sehingga mereka mati dipagut ular. Dan janganlah bersungut-
sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan
dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup
pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.
1 Korintus 10:1-11

Selain itu, tipologi dalam Alkitab dapat kita temukan dalam surat Ibrani,
di mana penulis Alkitab memperlihatkan kaitan antara Yesus dengan
tokoh-tokoh penting dalam PL, seperti Musa, Yosua, Harun, dan
Melkisedek.

85
3. Janji dan Penggenapan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa janji-janji dalam PL tergenapi


Mengumpulkan dalam PB. Topik ini adalah bagian penting dalam tulisan-tulisan PB,
Informasi
misalnya saja Injil Matius dan surat-surat Paulus. Janji Allah kepada
Abraham tidak sepenuhnya terpenuhi di PL. Janji mengenai
keturunannya yang akan memberkati semua orang nyata dalam PB
pada diri Yesus Kristus.

Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh


orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh
membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu
anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan
waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.
Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh
nabi Yeremia: “Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap
yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak
mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.”
Matius 2:16-18
4. Sejarah Keselamatan

Mengumpulkan Allah bekerja baik dalam PL maupun dalam PB. Dalam PL, kita
Informasi melihat karya Allah di mana Ia menciptakan manusia, dan terus
memimpin manusia walaupun manusia telah memberontak pada
Tuhan dan telah jatuh dalam dosa. Puncak dari keberdosaan manusia
adalah penghukuman melalui air bah. Setelah itu Allah memanggil
bangsa Israel, namun Israel terus memberontak terhadap Tuhan dan
puncak pemberontakan mereka membawa mereka kepada
pembuangan.
Dalam PB, kita menemukan bahkan Kristus dipandang sebagai
sosok Mesias yang mengakhiri masa yang lama dan membuka masa
yang baru. Masa yang lama adalah masa dimana dosa memerintah dan
masa yang baru adalah masa dimana Allah akan memerintah dalam
dunia ini.

Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham


sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai
pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari
pembuangan ke Babel sampai Kristus.
Matius 1:17

86
Menanya
Diskusikanlah
Setelah membandingkan berbagai posisi yang berbeda mengenai
hubungan PL dan PB, jelaskan posisi mana yang menurut Anda lebih
baik dibandingkan dengan yang lain?

Hubungan PL dan PB adalah topik yang penting. Dalam sudut


Menalar pandang iman Kristen, PL dan PB adalah Firman Allah. Keduanya tidak
bertentangan tetapi isinya tidak juga sama persis satu dengan yang
lain. PL dan PB, pada satu sisi harus dilihat berdasarkan konteksnya
masing-masing, tetapi di sisi yang lain PL dan PB merupakan satu
kesatuan. Keselamatan yang dibicarakan dalam PL berkesinambungan
dengan apa yang disampaikan dalam PB. Di sisi yang lain, apa yang
tidak dijelaskan dalam PL dijelaskan dalam PB. Misalnya saja mengenai
alasan Tuhan menerima persembahan Habel dan menolak
persembahan Kain, yang walaupun dalam Kejadian 4:1-16 tidak
dijelaskan tetapi pembaca Alkitab akan menemukan jawabannya
dalam Ibrani 11:4. PL dan PB haruslah sama-sama dibaca dan
dipandang sebagai tulisan yang berotoritas. Jika Para Rasul
memandang PB sebagai tulisan yang diilhamkan Allah, demikianlah
orang-orang Kristen harus memandang PL.

D. Penutup

Hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru haruslah


dipahami dengan benar. Walaupun keduanya memiliki perbedaan,
namun keduanya juga memiliki banyak persamaan; keduanya
membicarakan hal yang sama, yakni ikatan perjanjian antara Allah dan
manusia. Selain itu keduanya juga memperlihatkan sejarah dari karya
Allah dalam menyelamatkan umat manusia yang telah jatuh dalam
dosa untuk kembali kepada tujuan penciptaan mereka.
Perjanjian Lama ditujukan kepada bangsa Israel. Meskipun
demikian, dalam PL, kita menemukan bahwa Tuhan telah
memperlihatkan rencananya bahwa Israel bukanlah satu-satunya
bangsa yang Tuhan panggil menjadi umat Allah. Dalam Perjanjian Baru,
kita memahami dengan lebih lengkap bahwa Allah juga memanggil
segala bangsa untuk menjadi umat Tuhan. Umat Tuhan dalam
Perjanjian Baru disebut sebagai gereja. Ada kesinambungan antara
umat Allah dalam PL dan PB.
Perjanjian Baru, di sisi yang lain, menggunakan berbagai ajaran
yang bersumber dari Perjanjian Lama. Walaupun para penulis PB sering

87
menggunakan pendekatan yang bersifat kontekstual, tetapi pesan
mereka pada dasarnya paralel dengan apa yang dinyatakan dalam PL.
Dengan demikian, baik PL maupun PB merupakan sumber utama dari
ajaran iman Kristen mengenai etika dan kehidupan Kristen.

Ringkasan
1. Alkitab terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan
keduanya adalah Firman Allah yang berotoritas.
2. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru memiliki perbedaan konteks
tetapi keduanya berkesiambungan dan tidak bertentangan.
3. Karya Tuhan dalam sejarah penebusan merupakan sebuah tema
utama dalam PL dan PB.

Ayat Hafalan
Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada
ucapanku; janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah
itu di lubuk hatimu. Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka
yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka.
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah
terpancar kehidupan.
Amsal 4:20-23

Mengkomuni
Activitas
kasikan Carilah 5 orang nabi dalam Perjanjian Lama yang juga dibicarakan
dalam Perjanjian Baru; carilah tahu persamaan dan perbedaan
keterangan mengenai nabi tersebut menurut Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru.

Bacaan Lanjutan
Baker, David L. Satu Alkitab Dua Perjanjian: Suatu Studi tentang
Hubungan Teologis antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Jakarta: BPK, n.d.

Childs, Brevard S. Biblical Theology of the Old and New Testaments:


Theological Reflections on the Christian Bible. Minneapolis: Fortress,
1992. Bab 2.

Osborne, Grant. R. Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi


Penafsiran Alkitab. Surabaya: Momentum, 2012. Bab 14.

88
89
Evaluasi Bab 2

1. Jelaskan apakah yang dimaksudkan dengan hermeneutik?


………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………..

2. Jelaskan salah satu kesulitan dalam membaca Alkitab?


………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………….

3. Jelaskan apakah yang menjadi pemikiran dalam membaca Alkitab dalam konteks
sejarah keselamatan?
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Jelaskan bagaimana para ahli melihat hubungan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru?
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………

90
Bab 3
Sejarah dan Pendekatan dalam
Hermeneutik

Kompetensi Dasar
1.3 Mencermati sejarah perkembangan model-model penafsiran teks-teks
Alkitab
2.3 Melakukan svaluasi terhadap model-model penafsiran Alkitab
3.3 Memahami sejarah perkembangan hermenutika dalam menafsirkan teks-
teks Alkitab
4.3 Menyajikan sejarah perkembangan hermenutika dalam menafsir teks-teks
Alkitab

91
“jika kita berkata bahwa Alkitab dan hal-hal
yang ada dalamnya tidak dapat memiliki arti
yang lain dari pada apa yang para penulis
pikirkan … [kita] menyatakan dengan jelas
bahwa kita menganggap merekalah satu-
satunya penulis dari Alkitab, dan bahwa
mereka tidak menerima inspirasi Roh Kudus …
.

Joseph Butler

92
Peta Konsep

Kekeristenan
Awal

Era Pertengahan
Sejarah
- Reformasi

Era Modern-
Postmodern
Penafsiran
Alkitab
Historis

Pendekatan Sastra-Bahasa

Kanonis-
Teologis

93
94
Pelajaran 7
Penafsiran Para Penulis PB dan
Bapa-Bapa Gereja

A. Pendahuluan

Mengamati Studi mengenai bagaimana para penulis Alkitab khususnya


penulis PB dalam membaca Alkitab menjadi subjek yang penting dalam
penafsiran Alkitab. Studi ini disebut sebagai intertextual studies “studi
inter-teks” di mana teks tertentu dipahami dalam kaitannya dengan
teks lain sehingga perkembangan tradisi dari sebuah teks dapat
dipahami.

Menanya Diskusikanlah!
Bacalah Matius 22:37 dan carilah teks-teks dalam Alkitab yang juga
membicarakan mengenai perintah untuk mengasihi Tuhan.

B. Pendekatan Para Penulis PB

1. Midrash
Mengumpulkan Midrash adalah sebuah model penafsiran orang Yahudi abad
Informasi pertama Masehi d mana mereka mencoba untuk mencari dan melihat
arti teks yang lebih dalam dari yang tertera. Model pembacaan ini
nampak misalnya saja dalam penafsiran Rasul Paulus saat ia
menafsirkan mengenai keturunan Abraham yang menunjuk pada
Yesus Kristus.

Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka


Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran. Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari
iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan Kitab Suci,
yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan
orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih
dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala
bangsa akan diberkati." Jadi mereka yang hidup dari iman,
merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham
yang beriman itu.
Galatia 3:6-9

95
2. Typological Readings

Ini adalah model penafsiran penulis PB di mana mereka mencari


Mengumpulkan kesesuaian perstiwa sejarah dalam mengambarkan karya Kristus
Informasi
dalam kaitannya dengan berita PL. Salah satu contoh dari typological
readings adalah 1 Petrus 3:18-22 di mana Petrus menggunakan kisah
Kejadian 6-7 sebagai arketype “model” dari kelompok orang yang
mengajarkan ajaran yang salah dalam jemaat.

Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita,
Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya
Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh
dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah
dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia
pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam
penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada
waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap
menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan
bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang,
yang diselamatkan oleh air bah itu. Juga kamu sekarang
diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan maksudnya
bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan
untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh
kebangkitan Yesus Kristus, yang duduk di sebelah kanan
Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat,
kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya.

3. Pembacaan Allegori

Ini adalah model penafsiran yang mencoba mencari makna teks


Mengumpulkan yang lebih dalam (makna spiritual) melalui simbolisme. Walaupun
Informasi
penafsiran secara alegori sering dipandang tidak bertanggungjawab
tetapi model penafsiran ini dipandang wajar dalam masyarakat abad
pertama Masehi dan para bapa gereja awal.

Diskusikanlah
Menanya
Seseorang menyampaikan bahwa bahtera Nuh merupakan lambang
dari Yesus Kristus dan merpati yang dilepaskan merupakan lambang
dari Roh Kudus. Jelaskan bagaimana Anda menilai penafsiran seperti
ini?

96
Salah satu contoh dari penafsiran yang bersifat alegoris adalah
Mengumpulkan
penjelasan Paulus mengenai makna tokoh Sara dan Hagar.
Informasi
Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah
hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum
Taurat? Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai
dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya
dan seorang dari perempuan yang merdeka? Tetapi anak
dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan
menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu
oleh karena janji. Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua
perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu
berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak
perhambaan, itulah Hagar. Hagar ialah gunung Sinai di tanah
Arab dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena
ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. Tetapi
Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan
ialah ibu kita. Karena ada tertulis: "Bersukacitalah, hai si
mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembira dan
bersorak-sorailah, hai engkau yang tidak pernah menderita
sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan
mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami."
Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah
anak-anak janji. Tetapi seperti dahulu, dia, yang
diperanakkan menurut daging, menganiaya yang
diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini.
Tetapi apa kata nas Kitab Suci? "Usirlah hamba perempuan
itu beserta anaknya, sebab anak hamba perempuan itu tidak
akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak
perempuan merdeka itu." Karena itu, saudara-saudara, kita
bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-
anak perempuan merdeka.
Galatia 4:21-31

Bagaimanakah para penulis Perjanjian Baru membaca


Menalar Perjanjian Lama? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita dapat
melihat cara penafsiran orang-orang Yahudi sebagai perbandingan.
Oleh karena para penulis PB adalah juga orang-orang Yahudi, cara
mereka memahami kitab suci pun memiliki persamaan dengan orang-
orang Yahudi. Ada enam prinsip tafsir dari gereja mula-mula, yaitu:

97
1. Teks yang sulit dipahami dari teks yang lebih mudah. Sebagai
Mengumpulkan
Informasi
contoh, dalam Filipi 2:12 Rasul Paulus menyampaikan bahwa
jemaat Filipi harus mengerjakan keselamatan yang mereka telah
terima. Tetapi pernyataan Rasul Paulus nampak berlawanan
dengan ajaran pembenaran oleh iman yang ditegaskannya dalam
semua surat-suratnya. Untuk memahami perkataan Paulus dalam
Filipi 2:12, pembaca perlu melihatnya dari teks yang lebih jelas,
misalnya dalam Efesus 2:8-10.

2. Prinsip analogi. Penerapan prinsip ini dalam Alkitab nampak


Mengumpulkan dalam cara Paulus melihat perbedaan antara dua anak Abraham.
Informasi
Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua
anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya
dan seorang dari perempuan yang merdeka? Tetapi anak
dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan
menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka
itu oleh karena janji. Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua
perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu
berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak
perhambaan, itulah Hagar. Hagar ialah gunung Sinai di
tanah Arab dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang,
karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya.
Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang
merdeka, dan ialah ibu kita. Karena ada tertulis:
"Bersukacitalah, hai si mandul yang tidak pernah
melahirkan! Bergembira dan bersorak-sorailah, hai
engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin! Sebab
yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak
anak dari pada yang bersuami." Dan kamu … sama seperti
Ishak adalah anak-anak janji. Tetapi seperti dahulu, dia,
yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang
diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini.
Tetapi apa kata nas Kitab Suci? "Usirlah hamba
perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba
perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris bersama-
sama dengan anak perempuan merdeka itu." Karena itu,
saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba
perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka.
Galatia 4:22-31

98
3. Prinsip umum yang diberlakukan kepada prinsip khusus; salah satu
Mengumpulkan
contoh dari penerapan prinsip ini dapat kita lihat dalam Kisah
Informasi 15.16-19.

Setelah Paulus dan Barnabas selesai berbicara, berkatalah


Yakobus: "Hai saudara-saudara, dengarkanlah aku: Simon
telah menceriterakan, bahwa sejak semula Allah
menunjukkan rahmat-Nya kepada bangsa-bangsa lain, yaitu
dengan memilih suatu umat dari antara mereka bagi nama-
Nya. Hal itu sesuai dengan ucapan-ucapan para nabi seperti
yang tertulis: Kemudian Aku akan kembali dan
membangunkan kembali pondok Daud yang telah roboh, dan
reruntuhannya akan Kubangun kembali dan akan
Kuteguhkan, supaya semua orang lain mencari Tuhan dan
segala bangsa yang tidak mengenal Allah, yang Kusebut
milik-Ku demikianlah firman Tuhan yang melakukan
semuanya ini, yang telah diketahui dari sejak semula. Sebab
itu aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan
kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik
kepada Allah, tetapi kita harus menulis surat kepada mereka,
supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah
dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging
binatang yang mati dicekik dan dari darah.
Kisah Para Rasul 15:13-20

4. Prinsip khusus yang diberlakukan kepada prinsip umum. Sebagai


contoh, dalam 1 Joh. 3.11-15.

Mengumpulkan
Informasi
Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya,
yaitu bahwa kita harus saling mengasihi; bukan seperti Kain,
yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan
apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala
perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar. Janganlah
kamu heran, … , apabila dunia membenci kamu. Kita tahu,
bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam
hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa
tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang
membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia.
Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang
tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.
1 Yohanes 3:11-15

99
5. Memahami teks dari konteks yang berbeda (1 Pet 1.24)

Mengumpulkan Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang
Informasi fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah,
yang hidup dan yang kekal. Sebab: "Semua yang hidup
adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti
bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur,
tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah
firman yang disampaikan Injil kepada kamu.
1 Petrus 1:23-25

6. Memahami teks dalam konteks yang lebih luas. Seperti halnya


Mengumpulkan
dengan cara membaca kitab suci dari orang-orang Yahudi di abad
Informasi
pertama Masehi, para penulis PB juga menggunakan prinsip yang
sama bahwa makna teks PL dapat diperluas sesuai dengan apa
yang muncul dalam realita. Model penafsiran yang demikian dapat
kita temukan dalam cara membaca Yohanes terhadap kisah
penciptaan.

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama


dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya
bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh
Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari
segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup
itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam
kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Yohanes 1:1-5

Yohanes membaca kisah penciptaan dalam perspektif


Menalar
Kristologi. Hal ini nampak dalam cara Yohanes mengartikan istilah
“firman” dalam Kejadian 2 sebagai Yesus; demikian juga penciptaan
terang dalam Kejadian 1 diinterpretasi secara teologis menunjuk
kepada apa yang Yesus kerjakan dalam kehidupan manusia yakni
mengalahkan kegelapan.
Metode yang digunakan dalam membaca kitab suci oleh para
penulis Alkitab tidak bersifat mutlak. Mereka membaca kitab suci
sesuai dengan konteks zamannya. Demikian juga dengan para bapa
gereja dan reformator membaca Alkitab dengan cara yang sama
dengan konteks zamannya. Walaupun demikian, hal ini tidak berarti
semua cara dalam membaca Alkitab adalah sama.

100
C. Penafsiran Bapa-bapa Gereja

Dalam gereja mula-mula, pembacaan Alkitab sangatlah


Mengamati
penting. Bagaimanakah cara gereja mula-mula dalam membaca kitab
suci. Para pakar umumnya membagi model pembacaan kitab suci di
era bapak gereja menjadi dua bagian: alegoris dan harafiah. Cara
pembacaan teks dalam era bapak gereja bersifat conditional; mereka
tidak mengembangkan sebuah model pembacaan Alkitab yang
berorientasi kepada kebutuhan untuk merumuskan sebuah ilmu
hermeneutik tetapi sebuah kebutuhan untuk melawan berbagai ajaran
sesat yang muncul di era mereka.

1. Allegorical Vs Literal Reading

Pembacaan teks secara alegoris sering disebut sebagai model


Menalar penafsiran Alexandrian. Pembacaan secara harafiah dikenal sebagai
model pembacaan teks secara Antiokhian. Kedua model penafiran ini
berkembang sesuai dengan pergumulan gereja. Model pembacaan
teks secara alegoris berkembang dalam penafsiran para bapak gereja
oleh karena mereka berhadapan dengan mnunculnya berbagai aliran
pemikiran yang menyerang iman Kristen dengan menggunakan
metode yang bersifat alegoris; contohnya saja: gnostikisme.
Meskipun demikian, metode pembacaan yang bersifat harafiah
juga berkembang oleh karena pergumulan gereja dalam merumuskan
ajaran mengenai Kristus yang menjadi salah ketika teks dibaca terlalu
alegoris. Itulah sebabnya keperbedaan di antara keduanya perlu
dipahami dengan benar.

Diskusikanlah!
Menanya
Diskusikanlah gerakan-gerakan keagamaan yang dipandang memiliki
ajaran yang menyimpang. Jelaskan pokok-pokok ajaran manakah yang
dipandang menyimpang dari pokok ajaran Alkitab?

Kebanyakan orang Kristen memandang bahwa model penaf-


siran yang bersifat alegoris dipandang menyalahi penafsiran yang
benar. Meskipun demikian, kita tidak boleh mengabaikan bahwa
model penafsiran yang alegoris pun digunakan oleh para penulis PB.
Itulah sebabnya, pembaca modern, perlu dengan bijak menilai model
pembacaan alegoris. Berikut adalah beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam menilai pendekatan alegoris:

101
Menalar 1. Banyak bapak gereja awal memandang bahwa cara tafsir
orang-orang Yahudi terhadap PL seringkali terlalu harafiah,
padahal Alkitab seringkali memiliki makna yang jauh lebih
dalam; itulah sebabnya, orang percaya perlu memperhatikan
juga makna spiritual dari teks.

2. Ada tiga makna yang harus dipahami saat seseorang membaca


kitab suci, yakni: harafiah, moral, dan spiritual.

3. Roh Kudus memperlihatkan bahwa dalam kitab suci ada


bagian-bagian tertentu yang harus dipahami lebih dalam.
Sebagai contoh, dalam Mazmur 77:22 dalam versi LXX
(Septuaginta) dituliskan:

“Aku akan membuka mulutku dalam berbagai


perumpamaan, aku akan menyampaikan perkataan-
perkataan yang sulit dari semula.”

4. Walaupun tidak semua teks dapat ditafsirkan secara spiritual,


ada banyak teks yang harus ditafsirkan demikian. Banyak teks,
khususnya yang tidak memiliki arti harafiah yang jelas yang
memang harus ditafsirkan secara alegoris atau spiritual.

5. Walaupun dalam proses peWahyuan dan inspirasi, Roh Kudus


menunjukkan arti dan makna kebenaran Firman Tuhan untuk
dituliskan, namun Ia juga dapat menyembunyikan makna yang
lebih dalam dari teks saat penulis Alkitab untuk tujuan yang
telah Allah tentukan.

Menanya Diskusikanlah
Carilah contoh-contoh penafsiran alegoris dan jelaskan di mana
persoalan dari model penafsiran tersebut? Mungkinkah sebuah
pengajaran yang benar bersifat alegoris?

Menalar Dalam masa bapak gereja awal, teologi dibangun untuk dasar
kebutuhan pembelaan iman. Hal ini disebabkan para bapa gereja
waktu itu sedang menghadapi masalah penganiayaan dan munculnya
ajaran-ajaran yang menyimpang. Dengan demikian, para bapak gereja
berhadapan dengan baik ancaman eksternal maupun internal.
Beberapa tokoh yang mewakili bapa gereja adalah sbb:

102
1. Irenius (130-202 M)

Mengumpulkan Irenius menolak penggunaan filsafat Yunani sebagai cara dalam


Informasi
pembelaan iman mereka. Di dalam menyatakan iman Kristen, Irenius
mengandalkan kesaksian tulisan para Rasul baik di dalam ia
memandang PL maupun problematika kehidupan umat Tuhan pada
waktu itu.
Ajaran yang sedang dilawan oleh Irenius adalah ajaran
Gnostikisme yang pada akhirnya menolak keilahian Yesus ataupun
kemanusiaan Yesus. Dalam pikiran Ireniuslah kesatuan Allah dan Yesus
diformulasikan. Irenius menegaskan bahwa baik PL maupun PB
menyaksikan hal ini.
Di dalam menafsirkan Alkitab, Irenius mewariskan paham
‘aturan kebenaran’ atau ‘aturan iman.’ Ia menegaskan untuk
menafsirkan Alkitab kita perlu iman.

2. Origenes (185-255)

Merupakan tokoh bapak gereja


Mengumpulkan
Informasi yang dianggap membawa alam berpikir
atau filsafat Yunani dalam penafsiran
Alkitab atau kitab suci. Dalam
penafsirannya, ia menggunakan tafsiran
yang bersifat figuratif atau alegoris. Ia
punya prinsip bahwa kitab suci
mengatakan satu hal tetapi memiliki
pengertian atau arti lain.
Pengertian dari pentafsiran
alegoris atau figuratif dari Origenes adalah dalam teks Alkitab yang
literal atau harafiah selalu ada arti rohaninya. Seperti manusia itu
bukan hanya ada tubuhnya saja tetapi juga ada rohnya, demikian juga
dengan kitab suci, di balik yang kelihatan ada sesuatu yang lain.
Sesuatu yang lain inilah yang disebut arti rohaninya.
Kontribusi positif dari Origenes adalah: 1) ia memandang
keseluruhan kitab suci sebagai kitab suci agama Kristen dan
memandang bahwa dalam Allah mengambil bentuk sebagai firman
dan kitab suci adalah firman; 2) Origenes mengajak atau mengajar
bahwa dalam membaca kitab suci, kita tidak berhenti pada pengertian
secara manusiawi saja tetapi juga harus mencari maksud Allah
didalamnya.

103
3. Agustinus (354-388)

Agustinus adalah tokoh yang sangat memengaruhi pemikiran


Mengumpulkan
Informasi
gereja. Pengaruh pemikiran Agustinus bahkan nampak dalam pikiran
dari para reformator seperti Luther dan Calvin. Salah satu ajaran dari
Agustinus yang terkenal adalah mengenai ‘gereja yang tidak kelihatan’
di mana ia memandang tidak semua yang kelihatan ada di gereja
adalah orang Kristen sejati.
Pandangan Agustinus nampak
dipengaruhi oleh aliran atau paham
Neoplatonis. Dalam Neoplanonisme ada
beberapa komponen ajaran: 1) segala
sesuatu bersifat daulisme, ada surga ada
neraka, ada gelap dan ada terang; segala
yang jasmani adalah jahat sementara
segala yang rohani adalah baik; segala
yang ada di dunia adalah jahat dan di
surga adalah baik; 2) untuk dapat
mencapai kesempurnaan harus menjalin
hubungan dengan Yang Maha Kuasa bukan dengan pembaruan akal
budi. Pokok inilah yang membedakan ajaran Plato dan Neoplatonis.
Dia memandang, untuk mengerti kitab suci, pikiran manusia
harus disembuhkan dahulu sehingga dapat menangkap dan mengerti
hal-hal tersembunyi dalam kitab suci dan cara menyembuhkannya
adalah dengan percaya atau beriman. Jadi: 1) Agustinus memandang
dalam kitab suci ada hal-hal yang tersembunyi, di balik yang real ada
sesuatu yang lain yakni yang rohani. Agustinus mentafsirkan kitab suci
juga secara figuratif; 2) Agustinus memandang iman itu seperti
transportasi yang akan membawa kita bertemu dengan Yesus.
Agustinus menerapkan 7 langkah penting dalam mengerti kitab
suci. Dari ketujuh langkah yang dia ajarkan, ia berusaha mengubah
atau meningkatkan dari apa yang dia sebut sebagai ‘pemahaman’
kepada yang disebut ‘hikmat.’ Pemahaman yang dimaksudkannya
berkaitan dengan ‘pengertian manusia’ sementara hikmat yang
dimaksudkannya berhubungan dengan ‘pengertian ilahi.’

Diskusikanlah
Menanya Carilah pokok-pokok ajaran yang saat ini dipandang kontroversi dan
banyak orang memperdebatkannya dan diskusikanlah bagaimanakah
gereja atau institusi Kristen merespons berbagai perdebatan seputar
pokok ajaran tertentu?

104
4. Prinsip Penafsiran Era Bapa Gereja

Ada enam prinsip penafsiran yang digunakan di era para bapa


Menalar gereja di era Kekristenan awal. Pertama, walaupun ada masa di mana
penafsiran alegoris digunakan oleh beberapa bapak gereja, namun
penafsiran yang bersifat harafiah diprioritaskan. Kedua, meskipun
demikian, makna teks dapat lebih dalam dari sekedar apa yang tertera.
Itulah sebabnya pembacaan teks secara teologis dapat dilakukan.
Ketiga, dalam pembacaan teks, presuposisi seseorang sangatlah
penting dan iman adalah presuposisi yang menentukan pembacaan
seseorang. Keempat, para bapa gereja mencoba untuk membaca teks
Alkitab secara kanonis, membaca sebagai sebuah keseluruhan kitab
suci. Kelima, pembacaan kitab suci haruslah dilakukan untuk mendidik
umat Tuhan supaya mereka bertumbuh dalam iman, kasih dan
pengharapan. Keenam, penafsiran Alkitab haruslah sejalan dengan
rule of faith. Ketujuh, Alkitab haruslah bicara secara kristologis.

D. Penutup

Para penulis Alkitab, khususnya penulis Perjanjian Baru,


menggunakan PL dan tulisan para rasul dalam mengajar umat Tuhan.
Dalam membaca Perjanjian Lama, ada kalanya para penulis Alkitab
membacanya secara harafiah. Namun, para penulis Alkitab biasanya
membaca teks PL dalam kaca mata Kristus. Bagi mereka, Kristus adalah
tujuan dan puncak dari penyataan Allah.
Para bapa gereja juga membaca Alkitab. Mereka memiliki baik
Perjanjian Lama maupun tulisan-tulisan para rasul, yang kemudian
akan menjadi Perjanjian Baru. Oleh karena zaman para bapa gereja
mereka harus berhadapan dengan ajaran Gnostik, metode pembacaan
Alkitab pun berkembang untuk menjawab tantangan yang ada. Para
bapa gereja mulai menggunakan pembacaan yang alegoris untuk
melawan kaum gnostik ataupun kelompok Yahudi yang menentang
iman Kristen.
Walaupun terdapat perbedaan dalam model pembacaan kitab
suci, para bapak gereja memandang kitab suci sebagai tulisan yang
berotoritas dan bersifat ilahi. Mereka percaya bahwa tulisan-tulisan
tersebut diilhamkan oleh Roh Kudus. Itulah sebabnya, mereka
membaca kitab suci dengan perspektif teologis. Peran dari keyakinan
iman dalam penafsiran Alkitab adalah penting dalam membaca kitab
suci.

105
Ringkasan
Setiap era dalam kekristenan memiliki pendekatan yang berbeda
dalam membaca Alkitab.
1. Para penulis Perjanjian Baru mengenal model penafsiran midras,
dan para bapa gereja mengembangkan model penafsiran alegoris
dan literal dalam pembacaan kitab suci.
2. Konteks pergumulan yang dihadapi gereja dan juga konteks
berpikir di zamannya mempengaruni penggunaan model/pende-
katan dalam membaca kitab suci.

Ayat Hafalan
Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.
Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian
pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku
menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan
dalam kebenaran.
Yohanes 17:17-19

Mengkomuni
Aktivitas
kasikan Carilah informasi mengenai dua tokoh dan ajarannya yang dipandang
sesat dalam gereja mula-mula; ceritakanlah kenapa tokoh tersebut
dan ajarannya dipandang sesat.

Bacaan Lanjutan
Dockery, David S. Biblical Interpretation Then and Now: Contemporary
Hermeneutics in the Light of the Early Church. Grand Rapids: Baker,
1992. Bab 1-4.

Ferguson, Duncan S. Biblical Hermeneutics: An Introduction. Atlanta:


John Knox, 1986. Bab 7.

Grant, Robert M., and David Tracy. Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab.
Terj. Jakarta: BPK, 2000. Bab 2-7.

106
107
Pelajaran 8
Penafsiran Alkitab dalam Era Abad Pertengahan,
Reformasi dan Modern

A. Pendahuluan

Era dari abad pertengahan


Mengamati adalah era yang penting dalam sejarah
penafsiran teks. Dalam periode inilah
filsafat digunakan dalam pembacaan
teks Alkitab. Demikian juga dengan era
reformasi, periode ini juga penting
sebab dalam era ini, pembacaan teks
Alkitab dibawa kembali kepada
pembacaan teologis. Teks tidak hanya dipahami secara harafiah tetapi
ada makna yang lebih dalam dari yang dinyatakan secara tertulis.

Menanya Diskusikanlah
Sebutkanlah beberapa tokoh bapak gereja di era abad pertengahan
dan reformasi yang Anda ketahui dan diskusikanlah hal-hal yang unik
atau menarik dari tokoh-tokoh tersebut.

B. Prinsip Penafsiran Abad Pertengahan

Mengamati Di era abad pertengahan, gereja mengembangkan sebuah


model pembacaan Alkitab yang disebut sebagai Quadriga atau dikenal
juga dengan sebutan fourfold sense of scripture “empat rangkap arti
dari kitab suci.”
a. Arti Harafiah
b. Arti Simbolis
c. Arti Tropologi
d. Arti Anagogical

Sebagai contoh, bagaimanakah gereja harus memahami istilah


Yerusalem dalam Alkitab. Maka istilah tersebut memiliki empat arti.
Secara harafiah, istilah tersebut menunjuk pada salah satu kota Israel;
secara simbolis menunjuk pada gereja; secara tropologi menunjuk
kepada jiwa manusia; secara anagogi menunjuk pada surga.

108
1. Thomas Aquinas

Thomas Aquinas lahir di tahun 1225 M. Ia menulis banyak karya


Mengumpulkan tetapi yang terkenal ada dua yakni: 1) Summa Contra Gentiles
Informasi ‘pegangan melawan orang kafir’ dan 2) Summa Theologiae ‘ikhtisar
teologia.’ Dalam buku yang pertama, Thomas Aquinas membahas
mengenai Keberadaan Allah, sifat-sifat Allah, karya Allah dan
Predestinasi Allah. Ia juga menjelaskan mengenai Allah Tritunggal,
Inkarnasi, Sakramen, dst. Ia menegaskan bahwa ada ajaran atau
doktrin yang tidak terjangkau oleh akal tetapi tidak bertentangan
dengan akal. Dalam buku yang kedua, Thomas Aquinas sebenarnya
mencoba menerjemahkan pemikiran Agustinus yang berbahasa
Neoplatonis ke dalam bahasa filsafat Aristoteles. Ajaran dari Thomas
Aquinas yang sering kali ditolak sebenarnya bukan ajaran keselamatan
tetapi ajaran mengenai ekaristi, di mana ia memandang bahwa pada
waktu perjamuan kudus, roti dan anggur secara mistis berubah benjadi
tubuh dan darah Yesus. Pandangan ini mempengaruhi pemikiran
gereja Katholik sampai saat ini.
Dalam sejarah perkembangan teologi Alkitab (termasuk
dalamnya teologia PL dan PB), Thomas Aquinas menjadi tokoh yang
Menalar
penting; mengapa demikian? Sebab gereja selama abad pertengahan
(sebelum era Reformasi) dipengaruhi oleh teologi yang dibangun dan
dikembangkannya. Kerangka berteologi dari Thomas Aquinas sangat
dipengaruhi oleh filsafat Aristoteles. Bagaimanakah Thomas Aquinas
dapat memakai filsafat dalam berteologi tetapi teologi yang
dihasilkannya menekankan aspek-aspek ajaran Alkitab? Tetapi itulah
yang terjadi walaupun Thomas Aquinas mungkin tidak tepat dalam
starting point “titik awal” dari proses penafsirannya tetapi teologi yang
dihasilkannya tetap sejajar dengan ajaran iman Alkitab. Hal ini
membuat kita belajar untuk melihat filsafat dengan kaca mata yang
lebih positif.
Dalam penafsiran Alkitab Thomas Aquinas memberikan
sumbangsih dalam hal cara membaca Alkitab. Ia menunjukan bahwa
dalam bagian-bagian tertentu ada banyak istilah yang tidak diartikan
secara harafiah, misalnya istilah Allah sebagai gunung batu, apakah
istilah ini harus diartikan harafiah? Istilah ini pasti memiliki arti kedua,
selain arti harafiahnya. Jadi Aquinas memberikan sumbangsih dalam
hal menyadarkan pembaca bahwa ada pengertian yang ‘intrinsik’
“makna yang lebih dalam dari dalam teks” saat istilah-istilah tertentu
digunakan dalam Alkitab.

109
C. Penafsiran Alkitab dalam Era Reformasi

Dalam era Reformasi, Alkitab mendapatkan perhatian yang


Mengamati khusus. Salah satu pokok dari reformasi gereja adalah sola scriptura di
mana Alkitab diterima sebagai otoritas tertinggi dan setiap orang
percaya berhak dan pada dasarnya mampu untuk membacanya.
Hermeneutik atau penafsiran Alkitab di era ini memiliki beberapa
karakter:

1. Teks Alkitab perlu dibaca pertama-tama dengan pendekatan yang


menekankan literal meaning “makna harafiah” dan teks harus
dibaca sesuai dengan konteks sejarahnya. Para bapa Reformasi
membawa gereja untuk membaca teks Alkitab ke sumber (teks)
aslinya.

2. Bagian-bagian tertentu dari teks Alkitab dapat memiliki arti yang


lebih dalam dari sekedar yang tertera; itulah sebabnya dibutuhkan
sebuah penafsiran teologis terhadap teks-teks tersebut. Tuhan
mampu berbicara melampaui apa yang tertera dalam teks kitab
suci.

3. Peran katekismus dalam pembacaan Alkitab adalah penting sebab


katekismus berperan sebagai “filter,” “kaca mata” dan “pagar”
dari pembacaan Alkitab oleh jemaat.

4. Beberapa contoh katekismus yang dipandang penting adalah sbb:


(i) Luther’s lesser catechism “Katekismus Kecil Martin Luther,” (ii)
Institutio, (iii) Katekismus Heidelberg.

5. Alkitab dibutuhkan dalam masyarakat; itulah sebabnya


Menanya pembacaan Alkitab digunakan bukan hanya untuk kebutuhan
keagamaan tetapi juga untuk menentukan kebijakan sebuah kota.

Diskusikanlah
Bagaimanakah keadaan gereja di era Reformasi? Sharingkanlah
berbagai gerakan dalam era Reformasi dan mengapa ada banyak
ketegangan antara kelompok-kelompok Kristen di era Reformasi.

Ada banyak tokoh reformasi yang penting untuk kita pelajari.


Dalam pelajaran ini, kita akan mempelajari beberapa di antaranya:

110
1. Martin Luther

Tokoh Martin Luther


Mengumpulkan dalam sejarah teologi Alkitab
Informasi
sangat penting sebab Martin
Luther-lah yang membawa
teologia Alkitab melebihi
tradisi gereja. Sebelum era Reformasi, Alkitab dan tradisi gereja
disejajarkan. Martin Lutherlah yang mengangkat Alkitab di tingkat
lebih tinggi dari tradisi gereja. Meskipun demikian, cara Martin Luther
memahami teologi Alkitab tetap bersifat deduktif, maksudnya Martin
Luther masih memandang Alkitab dengan pendekatan yang general
dan doktrinal. Teologia Alkitab dipakai dan dibaca (secara tidak
langsung) untuk pembenaran atau mendukung sistem teologi yang
diyakini Martin Luther. Jadi teologi Alkitab di masa Luther memang
belum terpikirkan untuk dibiarkan berdiri sendiri tanpa pengaruh
teologi doktrinal.
Teologi Martin Luther bersentralkan pada ajaran tentang
Menalar
Kristus (Kristologi). Dalam berteologi, Martin Luther memandang
bahwa kitab-kitab Perjanjian Baru memiliki peran yang lebih utama. Ia
memandang dan menganggap berita utama dari kitab suci adalah
Yesus Kristus. Luther memandang kitab-kitab yang apostolik adalah
kitab-kitab yang memberitakan Yesus, kitab yang tidak memberitakan
Yesus tidak apostolik. Itulah sebabnya, Luther sedikit meragukan surat
Yakobus karena kurangnya penjelasan mengenai Yesus dalam tulisan
tersebut. Semua teks Alkitab dalam PL adalah kesaksian atau
menyaksikan Yesus, demikian juga dengan PB mengisahkan tentang
Yesus. Kehidupan orang percaya, ajaran etis Alkitab juga dibaca dalam
kerangka Kristologi.
Dalam memandang PL dan PB, Luther mengkontraskan
keduanya. PL adalah hukum dan PB adalah Injil. Jadi kaitan antara PL
dan PB adalah Law versus Gospel “hukum berlawanan dengan Injil.”
Martin Luther memberikan sumbangsih dalam teologi Alkitab dalam
hal cara pembacaan yang terutama secara harafiah.

Diskusikanlah
Menanya
Sharingkanlah bagaimana kehidupan Martin Luther, baik
pergumulannya dalam memahami keselamatan, pertobatannya dan
juga pelayanannya? Hal apakah yang membuat Luther dapat menjadi
seorang bapak reformasi gereja?

111
2. Yohanes Calvin
Cara Calvin membaca kitab suci tidak
berbeda dengan reformator lainnya. Dalam
Mengumpulkan kaitan antara eksegesis dan teologi, ia
Informasi
memandang teologi perlu didahulukan
sebagai awal dalam eksegesis. Memang
dalam kerangka berpikir Calvin, belum
terdapat perbedaan dari teologi biblika dan
sistematika. Tetapi Calvin berpikir bahwa
sistem teologi perlu dibangun terlebih
dahulu sebelum menafsirkan Alkitab. Di
dalam bukunya Institutio Calvin mengatakan:

‘it has been my purpose in this labor to prepare and instruct


candidates in sacred theology for the reading of divine
word…’

Dalam pemikiran Calvin sepertinya terdapat ketegangan sebab


Menalar di sisi yang lain Calvin meyakini bahwa otoritas yang paling tinggi tetap
ada pada kitab suci dan semua teologi harus tunduk di dalamnya,
tetapi di sisi yang lain Calvin membuat teologi di atas kitab suci sebab
jika teologia yang dibuatnya menjadi sebuah acuan dalam membaca
kitab suci, ini berarti teologi yang dibuatnya lebih tinggi otoritasnya
dari kitab suci. Ketegangan seperti ini dalam pemikiran tokoh-tokoh
gereja adalah sesuatu yang wajar. Mereka bergumul dengan pokok-
pokok ajaran yang memang di zamannya belum terselesaikan.
Bagaimanakah Calvin memandang PL & PB? Dalam
memandang PL dan PB Calvin berbeda dengan Luther. Calvin
memandang PL & PB memiliki persamaan tetapi juga perbedaan. PL
dan PB adalah satu dengan persamaan substansi di dalamnya. Baik Pl
dan PB berbicara mengenai keselamatan yang sama. Anugrah sebagai
jalan keselamatan yang sama.
Tetapi PL dan PB berbeda dalam hal mode dispensation. Calvin
memandang bahwa PL dan PB bersifat continual. Perjanjian dalam PL
adalah bayang-bayang dan Perjanjian dalam PB adalah real. Pokok
inilah yang membedakan Calvin dengan Luther, di mana Luther
membedakan PL dan PB sebagai hukum versus injil tetapi Calvin
memandang PL dan PB adalah kontinyu. Dalam pokok inilah juga Calvin
berbeda dengan para pengikutnya kemudian yang mengkontraskan
gambaran PL-PB sebagai kontras antara Perjanjian Kerja dan Perjanjian
Anugrah.

112
D. Penafsiran Era Modern

Di era modern penafsiran Alkitab mengalami perubahan yang


Mengamati signifikan. Perubahan ini bukan saja dalam studi tafsir Alkitab tetapi
juga dalam studi membaca sebuah teks, yang disebut sebagai
Hermeneutik. Jika sebelum era ini hermeneutik dipahami hanya dalam
konteks pembacaan kitab suci, maka di era ini hermeneutik mulai
dipahami sebagai the art of understanding “seni dalam memahami”
dan diaplikasikan dalam berbagai bidang studi.

1. Liberal Interpretation “Penafsiran Liberal”

Liberalisme merupakan respons dari perkembangan


modernisme. Di era ini terjadi pemisahan antara iman dan ilmu
pengetahuan, dan Alkitab sering kali ditempatkan sebagian bagian dari
iman dan bukan ilmu pengetahuan sehingga tempat dari studi Alkitab
bukanlah dipandang ada di Universitas tetapi di gereja.
Liberalisme mencoba untuk membawa kembali studi Alkitab ke
dalam ranah ilmu pengetahuan. Untuk dapat melakukannya maka
teolog-teolog era tersebut menginterpretasi Alkitab secara naturalis
(menjelaskan berdasarkan ilmu pengetahuan) bagian-bagian Alkitab
yang bersifat supra-alamiah, seperti halnya mukjizat. Mereka
melakukan hal ini karena dunia modern menolak hal-hal supranatural
dan menganggapnya sebagai mitos.
Beberapa buah dari pemikiran kaum liberal dari studi
penafsiran Alkitab adalah pertama, mereka membawa studi tafsir
Alkitab untuk membaca teks Alkitab sebagai sebuah catatan sejarah.
Untuk memahami Alkitab sebagai sebuah catatan sejarah tentang
orang-orang Israel ataupun tentang gereja mula-mula, kaum liberal
mengembangkan beberapa metode untuk mengerti proses
terbentuknya teks Alkitab. Mereka mengembangkan kritik bentuk,
kritik sumber dan kritik redaksi.

Diskusikanlah!

Menanya
Bagaimanakah hubungan antara Alkitab dan ilmu pengetahuan? Jika
apa yang dinyatakan oleh Alkitab dan ilmu pengetahuan berbeda,
menurut Anda yang mana yang harus dipegang? Sebutkanlah
beberapa contoh perbedaan antara apa yang disampaikan ilmu
pengetahuan dan Alkitab!

113
2. Friedrich Schleirmacher

Schleirmacher memandang
Mengumpulkan
Informasi Hermeneutik adalah seni berpikir. Ia
memelopori pembaruan dalam
memahami hermeneutik; jika sebelumnya
hermeneutik dipahami sebagai sebuah
cara dalam menafsirkan teks Alkitab,
Schleirmacher memahaminya sebagai
sebuah filsafat.
Untuk memahami sesuatu dengan
benar, penafsir perlu memahami cara
berpikir penulis dan pembaca. Cara berpikir seseorang dipengaruhi: (i)
world view zaman, (ii) budaya. Seseorang harus keluar dari “frame of
view” (world view dan culture-nya) jika ingin memahami orang lain
yang berbeda zaman dengannya dengan benar.

3. Wilhelm Dilthey

Dilthey adalah penerus dari


Mengumpulkan
Informasi Schleirmacher. Ia percaya bahwa
hermeneutik bukan sekedar biblical
interpretation tapi menyangkut seni
memahami. Kontribusi penting Dilthey
adalah ia memperkenalkan hermeneutik
pada dunia ilmu pengetahuan dan
menerapkannya dalam berbagai disiplin
ilmu (sosial, hukum, alam, dst). Dilthey
membawa hermeneutik menjadi sebuah
filosofi ilmu.
Dalam hermeneutics, penafsir harus berpegang pada
“historicality” dari setiap teks. Yang dimaksudkan dengan
“historicality” adalah konteks historis dari sebuah teks. Ia bahkan
memandang bahwa segala sesuatu memiliki konteks historisnya.
Selain itu, Dilthey juga menekankan bahwa knowing is
insufficient “mengetahui tidaklah cukup.” Ia menegaskan bahwa
seorang penafsir membutuhkan “real-life experience” “pengalaman
nyata” untuk memahami sesuatu.

114
4. Rudolf Bultmann

Bultmann adalah tokoh yang penting


Mengumpulkan
Informasi dalam studi teologi maupun dalam
hermeneutik. Ia menegaskan bahwa
seseorang tidak akan mampu memahami
sesuatu tanpa adanya interest
“ketertarikan.” Itulah sebabnya, bagi
Bultmann, “subjectivity” dibutuhkan dalam
menafsir. Dalam hal ini Bultmann
meragukan pandangan umum kaum modern yang menganggap
sebuah kebenaran haruslah bersifat objektif. Dalam proses penafsiran,
Bultmann menegaskan bahwa tidak ada yang namanya “pure
objectivity.” Seseorang selalu mengalami pembacaan teks dari sebuah
“pre-understanding.” Pre-understanding bahkan dibutuhkan dalam
membaca sebuah teks sebab kita tidak bisa mengartikan sesuatupun
tanpa pengetahuan sebelumnya.

5. Karl Barth

Tokoh ini dikenal sebagai


Mengumpulkan
Informasi bapak dari school of thought
“aliran pemikiran” Neo-Orthodox.
Dalam konteks hermeneutik, Barth
melanjutkan apa yang dibicarakan
oleh Dithley dan Bultmann, dan ia mengembangkan dialectical
theology, yang menekankan impossibility to understand God
“ketidakmungkinan [manusia] untuk memahami Allah.” Hal ini
berbeda dengan apa yang ditegaskan oleh Schleiermacher mengenai
objektivitas.
Barth juga menekankan theological exegesis “penafsiran
Alkitab yang bersifat teologis” di mana teks Alkitab harus dipahami
dalam pendekatan Christ Center “berpusatkan pada Kristus.” Sebagai
contoh, untuk memahami etika dalam PL atau PB, seseorang perlu
memahaminya dalam perspektif Kristus.
Selain itu, Barth juga menekankan bahwa fokus dari kehidupan
seorang Kristen ada pada pengalaman manusia dalam Kristus melalui
Roh Kudus dengan Alkitab sebaga medianya. Dengan demikian, Barth
telah menyatukan kembali apa yang dipisahkan oleh kaum
modernisme, yakni iman dan akal budi.

115
6. Jasques Derrida

Mengumpulkan Derrida menekankan pentingnya


Informasi melakukan sebuah dekonstruksi untuk
memahami sesuatu. Derrida merupakan
proponent dari kaum penafsir yang
disebut sebagai post-structuralis. Derida
percaya bahwa baik sejarah ataupun teks
apapun selalu ditulis dengan sebuah
ideologi tertentu. Ideologi yang
memengaruhi banyak teks dan tulisan
adalah ideologi dari kelompok yang dominan dalam masyarakat. Itulah
sebabnya, bagi Derrida untuk memahami sebuah teks, seseorang perlu
memperhatikan apa yang dipahami oleh kelompok yang tidak
dominan dalam masyarakat. Itulah alasannya, teks perlu
direkonstruksi dari perspektif yang berlawanan.
Derrida memiliki pendekatan yang pesimis terhadap teks. Ia
menganggap bahwa salah satu persoalan dalam penafsiran adalah kita
terlalu logosentris, memahami sebuah kebenaran berdasarkan apa
yang tertera atau dinyatakan. Padahal, tidak ada teks yang bebas dari
ideologi dan hal ini dapat memengaruhi apakah seseorang
menuliskan/menyatakan sesuatu dengan benar.

7. Ludwig Wittgenstein

Mengumpulkan Seorang Filsuf dari Austria; ia


Informasi sangat menekankan pentingnya
“language” baik dalam memahami “being”
ataupun “logic.”
Wittgenstein memahami bahwa
ada kaitan yang erat antara bahasa dan
komunikasi. Baginya, sebuah komunikasi
adalah sebuah pertukaran gambaran
dalam pikiran seorang dengan yang lain.
Persoalan dalam sebuah proses
komunikasi adalah gambaran yang ada dalam pikiran seseorang Pada
waktu menyebutkan sebuah ide tidak selalu sama dengan gambaran
yang ada dalam pikiran orang lain saat ia mendengarkan ide tersebut.
Proses interpretasi yang benar harus menyadari masalah ini.

116
Untuk memahami sebuah penggunaan bahasa dalam
komunikasi, seseorang harus menyadari kecenderungan manusia
menggunakan language game. Dalam kehidupan sehari-hari, kita
sering menggunakan permainan kata dalam menyampaikan sebuah
pesan. Dengan demikian, arti dari sebuah kata atau terminologi
tidaklah ditentukan oleh kata tersebut tetapi oleh penggunanya. Itulah
sebabnya arti dari sebuah kata selalu bersifat kontekstual. Dalam
hermeneutik, kita harus memahami pentingnya penggunaan bahasa
dalam proses komunikasi.

8. Hans-Georg Gadammer

Mengumpulkan
Informasi Gadammer percaya bahwa bahasa
dan teks merupakan autonomous entity
with a life of their own “keberadaan yang
berdiri sendiri.” Arti sebuah teks tidak
ditentukan oleh penulisnya tetapi
bergantung pada interaksi dari teks
tersebut dengan pembacanya. Itulah
sebabnya, dalam sebuah proses
pembacaan teks (hermeneutik), antara
pembaca dan teks mengalami fusion of the horizons “penggabungan
horisons.” Dalam konteks ini, hermeneutik dipahami sebagai sebuah
Interpersonal communication “komunikasi interpersonal” antara
pembaca dan teks. Arti sebuah teks dapat dipahami dan dirasakan dan
dialami oleh pembaca walaupun hal tersebut tidak dirancangkan oleh
sang penulis teks.
Salah satu persoalan dalam model penafsiran Gadammer
adalah ia tidak bersikap critical terhadap teks dan pembaca dalam
proses hermeneutik.

9. Paul Recouer

Mengumpulkan
Ricouer menekankan pentingnya
Informasi
erklären “menjelaskan” versus verstehen
“memahami” dalam proses hermeneutik.
Dalam proses menafsir teks, seseorang
membutuhkan willingness to suspect
“keinginan untuk mengetahui yang
sebenarnya” and willingness to understand

117
“keinginan untuk mengerti [berdasarkan apa yang disampaikan oleh
teks/seseorang]”
Selain itu, Ricouer juga menolong kita memahami the role of
metaphor “peran metafora” dalam sebuah proses komunikasi dan
interpretasi. Manusia menggunakan metafora dalam menjelaskan
banyak hal; misalnya saja kita mengatakan bahwa “udara saat ini
seperti es.” Metafora pada dasarnya menolong kita untuk
mendefinisikan sesuatu berdasarkan apa yang telah kita ketahui. Itulah
sebabnya dalam metafora, kita perlu memahami antara what it is
“[persamaan] apa yang dinyatakan” and “what it is not [hal-hal apa]
yang membedakan.”
Konsep ini sangat menolong dalam memahami berbagai
penggambaran yang digunakan Alkitab dalam membicarakan Allah.
Misalnya saja, saat Alkitab menggambarkan Allah sebagai gembala, hal
ini memperlihatkan bahwa sosok Allah memiliki kesamaan dengan
sosok gembala yang hidup di era penulis Alkitab hidup, meskipun
demikian, ada perbedaan kualitas antara semua gembala manusia
dengan gembala sejati, yakni Yesus.

Menalar Dalam sejarah, kita menemukan bahwa penafsiran Alkitab


berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi
oleh gereja. Saat penulis Alkitab berhadapan dengan masyarakat
Yahudi dan Greco-Roman, mereka mengembangkan model penafsiran
yang dapat menolong orang-orang zamannya mengerti tentang Kristus
dan kebenaran-kebenaran Firman Tuhan.

E. Penutup

Dalam era bapa-bapa gereja, kita menemukan bahwa mereka


berhadapan dengan isu yang berbeda sehingga mereka perlu
mengembangkan model pembacaan Alkitab yang dapat menolong
mereka menghadapi tantangan gereja. Dalam periode ini, penafsiran
yang bersifat alegoris dan harafiah sama-sama penting dan digunakan
dalam membaca kitab suci.
Dalam era abad pertengahan, reformasi dan era modern, kita
melihat bahwa penafsiran Alkitab mengalami perubahan yang
mendasar. Pemahaman manusia terhadap cara membaca Alkitab
dipengaruhi bukan saja oleh tradisi yang mereka warisi tetapi juga dari
disiplin ilmu yang berkembang.
Saat ini hermeneutik dipahami baik sebagai sebuah model
penafsiran Alkitab tetapi juga sebagai sebuah seni memahami.

118
Ringkasan
1. Penafsiran dalam era abad pertengahan sampai modern
dipengaruhi oleh interaksi antara teologi dan filsafat.
2. Gereja-gereja di era abad pertengahan dan modern menafsir
Alkitab berdasarkan pendekatan filsafat.
3. Ilmu penafsiran mengalami perubahan secara radikal di era
modern, di mana penafsiran dipahami dalam konteks seni
memahami.

Ayat Hafalan
Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil
adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang
percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab
di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan
memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup
oleh iman."
Roma 1:16-17
Activitas
Mengkomuni
Buatlah sebuah tulisan yang memperlihatkan kelebihan dan
kasikan
kekurangan diri Anda; kemudian mintalah seorang teman Anda
menuliskan kelebihan dan kekurangan Anda; bandingkanlah
persamaan dan perbedaan dari penilaian Anda dan teman Anda
mengenai diri Anda.

Bacaan Lanjutan
Grant, Robert M., and David Tracy. Sejarah Singkat Penafsiran
Alkitab. Terj. Jakarta: BPK, 2000. Bab 9-12.

Osborne, Grant R. Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi


Penafsiran Alkitab. Terj. Surabaya: Momentum, 2012. Hal 567-609.

Thiselton, Anthony C. Two Horizons: New Testament Hermeneutics


and Philosophical Description. Carlisle: Peternoster, 1980. Bagian 3.

119
120
Pelajaran 9
Pendekatan Sejarah dan Sastra-Bahasa

A. Pendahuluan

Pendekatan sejarah adalah pendekatan yang digunakan oleh


Mengamati
banyak pakar dalam memahami tulisan-tulisan PL dan PB. Pendekatan
ini muncul sebagai sebuah konsekuensi dari cara pandang periode
modern dalam melihat Alkitab bukan terutama sebagai buku teologi
tetapi sebagai sebuah catatan sejarah (baik mengenai bangsa Israel
ataupun mengenai gereja mula-mula). Pemahaman inilah yang
membentuk pendekatan sejarah dalam membaca teks kitab suci.
Pendekatan sejarah pada dasarnya memberikan kontribusi
Menalar penting dalam penafsiran Alkitab sebab Alkitab memang adalah
Wahyu Allah yang dinyatakan dalam sejarah manusia. Meskipun
demikian, memahami Alkitab hanya dalam pendekatan sejarah tidak
memadai sebab Alkitab juga merupakan kitab suci yang di balik setiap
penulisnya adalah Roh Kudus yang bekerja. Oleh karena Alkitab adalah
Firman Allah maka setiap prinsip kebenaran yang diajarkan dalamnya
tidak bergantung pada konteks sejarah tetapi melampaui konteks
sejarah.
Itulah sebabnya, selain pendekatan sejarah, kita perlu
mempelajari Alkitab dari pendekatan lain, misalnya saja pendekatan
sastra dan teologi. Pendekatan yang berbeda dalam membaca Alkitab
akan memperkaya pemahaman kita.

Diskusikanlah!
Menanya Bacalah Lukas 3:1-2

Dalam tahun kelimabelas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika


Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah
Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan
Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi
Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di
padang gurun.

Carilah informasi mengenai Kaisar Tiberius di internet dan ceritakanlah


latar belakang dan analisa hidupnya?

121
B. Pendekatakan Sejarah

1. Meaning is behind the text “arti ada dibalik teks”

Menalar Salah satu aspek penting dalam pendekatan sejarah adalah


keyakinan bahwa sebuah teks akan dapat dipahami jika pembaca atau
penafsir memahami segala informasi yang ada di belakang teks dan di
belakang penulis teks. Hal ini membuat para sarjana mempelajari
berbagai ilmu yang mencoba untuk meneliti berbagai informasi
mengenai latar belakang dan sejarah pembentukan sebuah teks. Latar
belakang informasi tentu kita tidak dapatkan dalam Alkitab; ada
banyak hal mengenai kehidupan dunia kuno yang kita tidak pahami
dan hanya akan kita mengerti jika kita membaca buku-buku yang
menjelaskan mengenai kehidupan masyarakat Israel dan gereja mula-
mula di masa lalu.
Mengumpulkan Sebagai contoh, seorang ahli dalam
Informasi
studi Alkitab, khususnya, studi mengenai
latar belakang kehidupan Israel kuno,
menulis mengenai berbagai aspek
mengenai masyarakat Israel kuno.
Informasi seperti ini tidak akan kita
dapatkan secara langsung dari Alkitab, kita
membutuhkan penjelasan tambahan dari
orang-orang yang memang terpanggil
untuk studi mengenai hal tersebut. Itulah
sebabnya, menafsir kitab suci dalam
pendekatan sejarah tidak mudah sebab
kebanyakan orang Kristen tidak memiliki latar belakang studi sejarah
dan bergantung kepada buku-buku pelengkap yang sangat diperlukan
untuk studi tersebut.
Dalam studi Perjanjian Baru, kita
pun membutuhkan hal yang sama, yakni
berbagai informasi tambahan untuk
mengerti kehidupan orang-orang Kristen
dan orang-orang Yahudi di abad pertama
Masehi. Everet Ferguson menulis sebuah
buku berjudul Backgrounds of Early
Christianity untuk menolong pembaca
Alkitab mengetahui seluk-beluk
masyarakat di mana orang-orang percaya
perdana hidup.

122
2. Metode Penafsiran

Dalam pendekatan sejarah terhadap kitab suci, terdapat


Mengamati
banyak metode yang digunakan. Tingkat kerumitan dari penggunaan
metode tersebut juga sangat beragam. Selain itu, tidak semua
pendekatan sejarah dalam membaca kitab suci memiliki akurasi yang
sama; pendekatan-pendekatan tertentu terkadang dibangun
berdasarkan hipotesa yang tidak cukup valid.
Dalam pelajaran ini, kita akan membahas beberapa metode
dalam pendekatan sejarah yang penting.

a. Studi Latar Belakang

Dalam memahami sebuah teks, penelaahan latar belakang


Menalar penulis, pembaca ataupun berbagai istilah dan terminologi yang
digunakan bersifat penting dan dibutuhkan. Ada beberapa jenis latar
belakang yang perlu untuk diteliti saat seseorang membaca teks
Alkitab. Pertama adalah, latar belakang pemikiran dan kebiasaan
hidup orang-orang Yahudi. Penulis Alkitab pada umumnya adalah
orang-orang Yahudi dan banyak di antara mereka juga mengirimkan
tulisannya kepada orang-orang Yahudi.
Contoh dari studi mengenai latar belakang budaya Yahudi dan
Mengumpulkan kontribusinya bagi pembacaan kitab suci adalah sbb:
Informasi
Tetapi kendatipun Titus, yang bersama-sama dengan aku,
adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk
menyunatkan dirinya. Memang ada desakan dari saudara-
saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang
menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita
yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan
itu mereka dapat memperhambakan kita. Tetapi sesaatpun
kami tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, agar
kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu.
Galatia 2:3-5

Dalam teks di atas, Rasul Paulus menyebut mengenai sebuah isu, yakni
sunat. Ini adalah bagian dari kebudayaan Yahudi. Untuk memahami
fungsi dan peran sunat bagi orang-orang Yahudi, pembaca Alkitab
tentu harus menelaah konteks budaya Yahudi. Para pakar PB,
menemukan bahwa sunat digunakan oleh orang-orang Yahudi sebagai
social boundary marker “identitas sosial yang membedakan kelompok

123
Yahudi dengan bangsa-bangsa lain.” Oleh karena sunat pada dasarnya
merupakan sebuah identitas yang diyakini sebagai ciri dari umat
Tuhan, beberapa orang Yahudi yang hidup pada abad pertama Masehi
menuntut orang-orang Kristen non-Yahudi untuk bersunat sebab hal
itulah yang menjadi ciri dari umat Tuhan, menurut kelompok Yahudi
tertentu. Rasul Paulus menentang kelompok-kelompok ini karena
bagi-Nya tanda dari umat Tuhan adalah kehadiran Roh Kudus.
Kedua, adalah latar belakang budaya dari orang-orang yang
Menalar hidup di Asia Timur Dekat Kuno. Ini adalah konteks dari kehidupan
orang-orang dalam era PL. Mereka berinteraksi dengan kebudayaan
Mesopotamia dan Mesir yang dominan di era PL maupun periode
antara PL dan PB. Itulah sebabnya, dalam membaca tulisan PL, studi
latar belakang mengenai latar belakang kehidupan Asia Timur Dekat
Kuno sangatlah penting.
Salah satu contoh dari pendekatan latar belakang Asia Timur
Dekat Kuno terhadap penafsiran Perjanjian Lama adalah:
Mengumpulkan
Informasi
Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya.
Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur … lalu
menetaplah mereka di sana. Mereka berkata … : “Marilah
kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik.” Lalu
bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala
sebagai tanah liat. Juga kata mereka: “Marilah kita dirikan
bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang
puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama,
supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.”
Kejadian 11:1-4

Pada umumnya, pembaca modern


memahami pembangunan Menara Babel
ini adalah kisah yang menekankan usaha
manusia untuk menjadi seperti Allah.
Tindakan manusia dalam membangun
sebuah menara yang tingginya sampai ke
langit dipahami sebagai upaya manusia
untuk mencapai Tuhan. Meskipun
demikian, melalui studi mengenai
pemikiran kuno di wilayah Mesopotamia, kita mendapatkan informasi
bahwa pembangunan menara sampai ke langit bukanlah sebuah upaya
manusia untuk menyamakan dirinya dengan Tuhan tetapi upaya untuk
menyediakan tangga bagi Tuhan supaya Ia turun ke bumi.

124
Ketiga, adalah latar belakang Greco-Romans “Yunani-Romawi”
Menalar
atau kultur/budaya Hellenis. Para penulis Perjanjian Baru hidup di
masa di mana budaya international yang dominan adalah budaya
Hellenis. Ini adalah asimilasi dari budaya Yunani dengan budaya lain
dari berbagai wilayah yang berhasil ditaklukan oleh kerajaan Yunani.
Penulis dan pembaca tulisan-tulisan PB berinteraksi dengan konteks
historis yang sama, yakni dunia Hellenis.
Contoh dari penelaahan latar belakang dari segi budaya
Mengumpulkan Hellenis dalam pembacaan tulisan PB adalah sbb:
Informasi
… tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk
orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-
orang bukan Yahudi suatu kebodohan … .
1 Korintus 1:23

Untuk memahami teks di atas, kita sebenarnya membutuhkan


penelitian terhadap budaya Yahudi dan Yunani mengenai penyaliban.
Namun, kita hanya akan mendiskusikan secara ringkas, pemahaman
orang-orang yang hidup dalam budaya Hellenis terhadap penyaliban.
Untuk orang-orang Yunani dan Romawi, penghukuman dalam bentuk
penyaliban adalah bentuk penghukuman yang diberikan hanya
kepada penjahat dengan kasus yang berat. Itulah sebabnya, seseorang
yang melakukan kesalahan tetapi tidak terkategori sebagai kejahatan
berat, pada umumnya orang-orang Romawi tidak akan menghukum
mereka dengan penyaliban. Itulah sebabnya, jika orang-orang Kristen
memberitakan bahwa juru selamat umat manusia itu adalah Yesus
yang mati disalibkan, orang-orang Yunani dan Romawi sulit untuk
menerima hal ini sebab bagaimana mungkin seorang penjahat dapat
menjadi juru selamat manusia; ia sendiri pantas dihukum dan
bagaimana ia dapat menyelamatkan yang lain. Inilah alasannya
mengapa Paulus berkata untuk orang-orang bukan Yahudi,
pemberitaan tentang salib adalah sebuah kebodohan.
Keempat adalah latar belakang sejarah dari orang-orang Yahudi
Menalar yang hidup di era intertestamental “masa antar perjanjian.” Ini adalah
periode antara dibangunnya dan hancurnya bait Allah kedua (300 SM-
200 M). Konteks politik, ekonomi, sosial, dan keagamaan yang terjadi
dalam masa intertestamental ini memengaruhi orang-orang yang
hidup pada abad pertama Masehi dan juga para penulis PB. Selain itu
munculnya berbagai literatur di era ini (disebut early Jewish literature
“literatur Yahudi awal”) menjadi sumber-sumber studi untuk
memahami konteks dari periode Intertestament.

125
Contoh dari penelaahan situasi politik orang-orang Yahudi dan
Mengumpulkan
Informasi
kontribusinya dalam penafsiran Alkitab sbb:

Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan


cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum hari itu
haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan
dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan
yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang
disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan
mau menyatakan diri sebagai Allah.
2 Tesalonika 2:3-4

Paulus menyebut mengenai seorang yang disebutnya sebagai


“manusia durhaka.” Ciri dari orang ini adalah ia meninggikan diri dan
duduk di Bait Allah dan menuntut orang-orang menyembah dia
sebagai Allah. Kita akan mengalami kesulitan dalam memahami sosok
ini, jika kita tidak mengetahui peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
dalam masyarakat Yahudi. Sebelum tahun 60 Masehi, ada dua kaisar
yang pernah datang ke Yerusalem untuk menghancurkan kota
tersebut dan untuk merampok bait Allah. Tokoh yang pertama adalah
Epiphanes ke-4. Ia pernah datang ke Yerusalem dan merampok bait
Allah dan mempersembahkan binatang haram kepada dewa-dewa
asing. Apa yang dilakukannya berakibat pada munculnya
pemberontakan Makabe. Tokoh kedua adalah kasiar Kaligula. Ia
pernah datang ke Yerusalem dan mendirikan patungnya di sana; dan
hal inilah yang menimbulkan keributan di tengah-tengah orang-orang
Yahudi. Oleh karena surat Tesalonika dituliskan dekat dengan era
pemerintahan Kaligula; kita dapat melihat adanya alasan yang kuat
untuk mengaitkan “orang durhaka” yang dibicarakan oleh Rasul
Paulus dengan kaisar Kaligula.

Contoh yang lain adalah Lukas 3.1-2.

Mengumpulkan
Dalam tahun kelimabelas dari pemerintahan Kaisar Tiberius,
Informasi
ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan
Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja
wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah
Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar,
datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di
padang gurun.
Lukas 3:1-2

126
Thucydides, standard literatur sejarah kuno, dan Josephus melakukan
hal yang sama dengan Lukas. Jika Lukas mengikuti Thucydides dalam
menuliskan tokoh politik dalam 3.1-2, hal ini, menurut Loveday C. A.
Alexander mengindikasikan pandangan politik Lukas yang cenderung
positif dalam memandang politik Roma.

b. Pendekatan Sastra dan Bahasa

Jika pendekatan sejarah berupaya dalam memahami teks


Mengamati Alkitab dari berbagai informasi yang ada di balik atau di belakang teks,
pendekatan sastra dan bahasa berupaya untuk memahami Alkitab
berdasarkan apa yang dinyatakan atau dituliskan dalam teks Alkitab.
Dalam pelajaran ini, kita akan mempelajari beberapa prinsip dasar
dalam pendekatan sastra dan beberapa bentuk dari model
pendekatan sastra dalam studi tafsir Alkitab.

1. Pendekatan Sastra

a. Apakah itu Teks?


Dalam pendekatan sastra, seorang penafsir tidak bergantung
Mengamati kepada latar belakang dari teks ataupun penulisnya. Sebagai contoh,
saat kita membaca sebuah laporan peristiwa yang disampaikan dalam
sebuah harian surat kabar, kita dapat memahami berita tersebut tanpa
harus memahami siapakah wartawan yang menuliskan berita tersebut
ataupun memahami sejarah pembentukan sebuah harian surat kabar.
Pada waktu seseorang membaca sebuah teks, yang terjadi
adalah ada interaksi antara pembaca dengan teks tersebut. Teks
Menalar seolah-olah berbicara kepada kita, dan itulah sebabnya beberapa
pakar menyebut bahwa dalam pendekatan sastra teks itu dipandang
sebagai a living document “dokumen yang hidup.” Ketika pendekatan
ini digunakan untuk membaca teks Alkitab, penafsir haruslah
memandang teks tersebut sebagai sebuah produk sastra, yang dapat
dipahami terlepas dari latar belakang dari penulis ataupun
pembentukan teks tersebut.
Kunci untuk memahami sebuah teks adalah membaca teks
tersebut dalam konteks dekatnya. Yang dimaksudkan dengan konteks
dekat di sini bukan menunjuk pada konteks sejarah tetapi pada segala
keterangan yang disebut dalam teks yang kita baca. Berdasarkan
keterangan itulah kita memahami teks.

127
Sebagai contoh, dalam Kejadian 1:26-27 Alkitab menjelaskan
Mengumpulkan
Informasi
bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

“Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia


menurut gambar dan rupa kita, supaya mereka berkuasa
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara … Maka
Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya… .”

Untuk memahami arti dari terminologi “gambar dan rupa Allah,”


seorang penafsir dapat memerhatikan konteks dekat dari gagasan
tersebut. Kita menemukan bahwa istilah “gambar dan rupa Allah”
ternyata dikaitkan dengan tugas yang Tuhan berikan kepada manusia
untuk berkuasa atas ciptaan Tuhan yang lain. Dalam konteks dekat kita
dapat menyimpulkan bahwa “gambar dan rupa” adalah pada dasarnya
dipahami sebagai “representasi/wakil” Allah dalam mengelola alam
ciptaan Tuhan.
Selain berupaya memahami konteks dekat sebuah teks, para
pakar yang menggunakan pendekatan sastra berupaya untuk mencari
keindahan dari sebuah teks. Estetika menjadi sebuah sasaran dari
membaca sebuah teks. Itulah sebabnya fokus dari peneliti dari
kelompok ini ada pada, misalnya saja, penelitian struktur, retorika,
gaya bahasa, dst.

b. Reader Respons
Dalam pendekatan sastra, peran dari pembaca dipandang
penting. Walaupun teks dapat berdiri sendiri, tetapi pembaca
Mengamati membaca teks secara aktif. Ia tidak hanya sekedar menerima informasi
dari teks tetapi ia juga merekonstruksi informasi yang dia dengar
sehingga ia dapat memahaminya. Itulah sebabnya dalam pembacaan
sebuah teks, pembaca yang satu dengan yang lain dapat menghasilkan
sebuah perbedaan.
Pada waktu seorang pembaca membaca sebuah teks, ia juga
membawa ideologi yang ada dalam worldview-nya. Ideologi yang
Menalar dibawa seorang pembaca memengaruhi respons dari pembaca
terhadap teks yang dibacanya. Ideologi pembaca dapat merespons
sebuah teks secara positif. Dalam konteks ini, dalam pembacaan
sebuah teks, arti dari teks tidak hanya ditentukan oleh teks tetapi juga
oleh pembaca. Itulah sebabnya, pendekatan ini fokus pada pembaca
dan cara berpikirnya.
Dalam interaksi antara pembaca dan teks, ideologi ternyata
bukan hanya teridentifikasi pada pembaca tetapi juga terindikasi

128
dalam teks. Misalnya saja, seseorang melaporkan mengenai
penangkapan seseorang yang terikat dengan obat-obatan. Istilah yang
digunakan dalam teks, misalnya saja menyebut orang tersebut sebagai
pecandu, memperlihatkan ideologi dari teks yang melihat sosok yang
dilaporkannya. Itulah sebabnya, para pakar menegaskan bahwa baik
teks dan pembaca tidak bersifat netral, mereka dipengaruhi oleh
ideologinya masing-masing.
Oleh karena pembaca turut memengaruhi teks, maka
membaca sebuah teks dengan menggunakan sebuah perspektif
tertentu dipandang wajar. Dalam penafsiran Alkitab, para penafsir
kemudian mengembangkan beberapa model penafsiran yang
melibatkan sebuah perspektif dari ideologi tertentu. Beberapa di
antaranya adalah: (1) Marxist readings, (2) Feminist readings, (3)
Liberation readings.
Sebagai contoh, bacalah percakapan Tuhan Yesus dengan
perempuan Samaria dalam Yohanes 4:13-18.

Mengumpulkan Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan


Informasi haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan
kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.
Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan
menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus
memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Kata
perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu,
supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini
untuk menimba air.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah,
panggillah suamimu dan datang ke sini.” Kata perempuan
itu: “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya:
“Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami,
sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada
sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau
berkata benar… .”

Diskusikanlah!
Menanya
Menurut Alkitab perempuan Samaria ini memiliki lima orang pria
dalam hidupnya yang bukan merupakan suaminya. Menurut Anda
siapakah perempuan tersebut dan mengapa ia sampai memiliki lima
orang laki-laki yang bukan suaminya?

Kebanyakan orang Kristen percaya bahwa perempuan Samaria


adalah seorang wanita yang menjual dirinya. Meskipun demikian,

129
Mengumpulkan membaca Alkitab dengan pendekatan feminis dapat membawa kita
Informasi
pada cara pandang yang berbeda dalam melihat wanita Samaria.
Sebagai contoh, wanita Samaria tidak dipandang sebagai seorang yang
menjual dirinya tetapi sebagai korban dari penjualan manusia. Ia
bukanlah orang yang ingin memiliki banyak pria dalam hidupnya tetapi
ia adalah orang yang dijadikan demikian oleh orang lain.

c. Strukturalisme
Dalam proses membaca sebuah teks, memahami teks
berdasarkan konteks sastranya adalah hal yang utama. Untuk dapat
Mengamati
melakukan hal ini, para pakar mengembangkan sebuah model
pendekatan terhadap teks yang disebut sebagai strukturalisme. Salah
satu posisi utama dari pendekatan ini adalah pemikiran bahwa arti dan
makna sebuah kata dan frasa dari sebuah teks tidaklah bergantung
pada sejarah penggunaan terminologi tersebut. Mengapakah
demikian? Arti dan makna sebuah kata dapat berubah dalam
perkembangan zaman. Misalnya saja istilah “humanism”; terminologi
ini dipahami berbeda oleh orang-orang yang hidup pada abad
pertengahan dengan mereka yang hidup di masa kini.
Itulah sebabnya, arti dan makna sebuah kata tidak bergantung
pada akar kata ataupun sejarah penggunaannya tetapi pada konteks
Menalar
penggunaan dalam sebuah kalimat, paragraph atau teks dan
penggunaannya bersama dengan terminologi lain yang berasal dari
satu kelompok kata yang sama. Dalam mencari arti sebuah istilah atau
frasa, pembaca tidak dapat sekedar memahaminya berdasarkan arti
kamus. Mengapa demikian? Kita harus menyadari bahwa bahasa yang
digunakan oleh seseorang selalu digunakan dalam sebuah konteks dan
tujuan tertentu. Selain itu, kita juga harus menyadari bahwa sebuah
kata pada dasarnya adalah sebuah sign yang dapat digunakan untuk
berbagai penjelasan.
Sebagai contoh, kita membaca dalam tulisan Rasul Paulus
Mengumpulkan bahwa laki-laki adalah kepala (1 Kor 11:3). Apakah arti dari istilah
Informasi “kepala” di sini? Untuk memahaminya, kita perlu menelaah dimensi
vertical dari istilah ini. Misalnya saja istlah tersebut digunakan
bersamaan dengan kelompok kata atasan, bawahan, pemilik dst.
Dalam dimensi vertikalnya, kita perlu membedakan arti dari kepala
dengan terminologi lain yang pararel denganya, misalnya saja atasan.
Setelah itu, pembaca perlu menelaah dimensi horizontal dari
penggunaan istilah “kepala,” yakni berdasarkan penggunaannya
dalam kalimat, misalnya saja dalam kalimat: “laki-laki adalah kepala

130
dari istri.” Dalam konteks kalimat ini, kepala bisa menunjuk pada
pribadi yang memiliki otoritas lebih.

d. Poststructuralisme
Para pakar yang menggunakan pendekatan reader respond
“respons pembaca,” menemukan bahwa sebuah teks terbentuk oleh
Mengamati
pengaruh dari ideologi (tradisi) yang umumnya dominan. Itulah
sebabnya sebuah teks tidak dapat netral dan menceritakan sesuatu
tidak secara seimbang. Para ahli dari kelompok reader respond
mengembangkan sebuah pembacaan teks dari perspektif yang
berlawanan dari ideologi teks. Pendekatan inilah yang dikenal dengan
nama poststrukturalisme.
Sebagai contoh, dalam kitab Raja-raja kita membaca
Mengumpulkan bagaimana Elia membunuh nabi-nabi palsu dari kelompok penyembah
Informasi Baal yang telah menyesatkan bangsa Israel. Teks Alkitab memandang
bahwa tindakan Elia adalah hal yang dibenarkan oleh karena orang-
orang yang dibinasakan adalah orang-orang jahat. Menurut penafsir
postrukturalisme, kesimpulan bahwa orang-orang yang melawan Elia
adalah nabi-nabi palsu adalah kesimpulan sepihak dari penulis teks
yang menceritakan kisah itu berdasarkan ideologinya. Itulah sebabnya,
bagi para penafsir dari kaum strukturalisme, pembaca perlu membaca
teks dari sudut ideologi yang berbeda, yakni dari perspektif orang yang
dipandang jahat, yakni orang-orang yang disebut nabi-nabi Baal oleh
penulis Alkitab. Dengan memandang sebuah teks dari dua sudut
pandang, maka kita akan memahami apa yang disampaikan teks
dengan lebih lengkap.
Pendekatan postsrukturalisme, walaupun kelihatan
menjanjikan, namun menimbulkan banyak masalah, karena membaca
Menalar sebuah teks di luar dari tujuan kepenulisannya akan membuat penafsir
salah dalam memahami maksud semula dari teks tersebut dituliskan.
Selain itu, pendekatan poststrukturalisme mengasumsikan bahwa teks
memuat ideologi yang mungkin tidak tepat (atau tepat menurut
pandangan kelompok/individu itu sendiri). Hal ini tentu menjadi sulit
diterapkan dalam studi Alkitab jika seseorang memandang bahwa di
balik para penulis Alkitab ada pribadi Allah sehingga apa yang
dituliskan para penulis Alkitab berada dibawah kendali Roh Tuhan.
Itulah sebabnya, pendekatan ini perlu digunakan dengan bijak dan
penuh kehati-hatian. Walaupun apa yang ditegaskan secara umum
adalah benar bahwa teks selalu memuat ideologi tertentu tetapi hal ini
tidak selalu salah. Ideologi para penulis Alkitab adalah ajaran dari
Tuhan sendiri yang tidak mungkin salah.

131
2. Pendekatan Bahasa

Saat ini pendekatan bahasa mendapatkan perhatian dari


Mengamati banyak sarjana Alkitab. Untuk memahami Alkitab, kita membutuhkan
penguasaan atas bahasa yang digunakan. Dalam Alkitab ada tiga
bahasa yang digunakan, yakni Bahasa Ibrani, Bahasa Aram, dan Bahasa
Yunani. Kitab Perjanjian Lama pada umumnya ditulis dalam bahasa
Ibrani dan sebagian kecil ditulis dalam
bahasa Aram. Semua kitab-kitab
Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa
Yunani.
Mengumpulkan Alkitab bahasa Ibrani memiliki
Informasi
beberapa edisi. Salah satu dari edisi
bahasa Ibrani PL yang diterima oleh
kebanyakan gereja dan digunakan dalam
sekolah-sekolah teologi adalah Biblia
Hebraica. Naskah Ibrani yang digunakan
dalam Biblia Hebraica disebut sebagai Massoret Text. Pelajaran
bahasa Ibrani akan sangat dibutuhkan oleh mereka yang ingin
menekuni studi Alkitab.
Para penulis PB pada umumnya
tidak menggunakan Alkitab bahasa Ibrani
saat mereka mengutip Kitab Suci. Para
penulis PB kebanyakan menggunakan
terjemahan Alkitab Ibrani ke dalam bahasa
Yunani. Kitab ini disebut sebagai
Septuaginta dan sering disingkat dengan
akronim Latin LXX. Oleh karena para penulis
PB menerima Septuaginta sebagai Firman
Allah, dalam studi Alkitab, mempelajari
Septuaginta juga menjadi bagian penting dalam studi Alkitab.
Alkitab PB menggunakan bahasa
Yunani. Ada edisi berbeda yang digunakan
untuk kitab Perjanjian Baru. Edisi pertama
disebut sebagai edisi Nestle-Aland dan
edisi yang kedua disebut sebagai UBS
(United Bible Society). Alkitab bahasa
Yunani dari Nestle-Aland adalah teks yang
digunakan dalam berbagai studi Alkitab
dan dijadikan standar teks dalam membaca
kitab suci PB.

132
Salah satu prinsip penting dalam studi bahasa adalah bahwa
Menalar
bahasa digunakan selalu dengan tujuan untuk mengkomunikasikan
pesan tertentu. Untuk memahami Alkitab, kita tidak dapat hanya
memahaminya berdasarkan pada apa yang tertulis tetapi pada konteks
komunikasi dari penulis dan pembaca Alkitab. Setiap penulis tidak
menggunakan istilah yang digunakan secara serampangan tetapi
memilihnya sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Sebagai contoh, bacalah Yakobus 1:1!

Mengumpulkan
Informasi Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus,
kepada kedua belas suku di perantauan.

Surat Yakobus dituliskan kepada orang-orang yang disebut sebagai


kedua belas suku di perantauan. Richard Bauckham menjelaskan
bahwa istilah “kedua belas suku
diperantauan” menunjuk pada orang-orang
Yahudi, yang mungkin sudah percaya Yesus,
yang tinggal di wilayah Babel. Dalam konteks
inilah, komunikasi antara Yakobus, yang
adalah pemimpin gereja Yerusalem dengan
orang-orang Kristen Yahudi di Diaspora
(perantauan), surat Yakobus harus dibaca.
Kita tidak dapat secara membaca dan
menerapkan apa yang dituliskan dalam surat
Yakobus tanpa memahami konteksnya.

Berikut ini adalah beberapa pendekatan dalam menafsir


Alkitab berdasarkan pendekatan bahasa.

a. Semantik
Semantik dalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam
Menalar
membaca teks Alkitab dengan fokus pada mencari makna teks. Untuk
memahami arti sebuah kata atau istilah, seseorang tidak dapat
memahaminya hanya berdasarkan arti yang tertera dalam kamus
tetapi berdasarkan penggunaannya dalam kalimat bahkan paragraf
atau teks tersebut. Dalam studi bahasa, kita belajar bahwa
penggunaan bahasa mengalami perubahan makna sesuai dengan
perkembangan zaman. Itulah sebabnya arti dari sebuah kata dan
gagasan tidak dapat dipahami dalam sejarah penggunaan istilah
tersebut atau awal penggunaannya (etimologi).

133
Menanya Diskusikanlah!
Carilah tahu apakah arti dari istilah humanism pada abad ke-15 dan
arti istilah tersebut pada masa kini? Temukanlah perbedaan di antara
keduanya?

Oleh karena arti dari suatu istilah tidak dapat ditentukan dari etimologi
Menalar
dan juga asal mula penggunaan kata tersebut, arti sebuah istilah
haruslah dicari berdasarkan penggunaan di zaman di mana penulis
menggunakan istilah tersebut dan berdasarkan penggunaannya dalam
kalimat atau paragraf di mana istilah tersebut muncul. Dalam studi
semantik, arti sebuah kata ditentukan oleh dua hal. Pertama,
ditentukan oleh kaitan kata tersebut dengan kata lain yang digunakan
dalam kelompok kata yang sama.
Sebagai contoh istilah “pendamaian,” istilah ini tidak dapat
Mengumpulkan dipahami hanya berdasarkan penjelasan dari kamus bahasa; kita harus
Informasi memahami istilah pendamaian berdasarkan kata-kata lain yang
sepadan atau berlawanan. Sebagai contoh, kata permusuhan, yang
merupakan lawan dari pendamaian dan juga istilah penebusan yang
juga digunakan dalam kelompok kata yang sama dengan istilah
pendamaian. Jika istilah pendamaian dibandingkan dengan istilah
penebusan dan permusuhan, kita akan memahami bahwa pendamaian
terkait dengan karya Tuhan dalam kehidupan orang percaya, seperti
halnya penebusan, tetapi jika penebusan terkait dengan pembebasan
dari perbudakan dosa, pendamaian terkait dengan pemulihan relasi.
Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena pendamaian adalah
lawan dari permusuhan.
Kedua, arti sebuah kata ditentukan oleh relasi kata tersebut
dengan kata lain dalam sebuah konteks kalimat. Sebagai contoh dalam
Menalar
2 Korintus 5:18, Rasul Paulus berkata:

Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan


Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang
telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada
kami.

Dalam konteks kalimat 2 Korintus 5:18, Paulus menyebutkan bahwa


pendamaian merupakan salah satu jenis pelayanan. Dalam konteks ini,
pelayanan pendamaian yang Rasul Paulus maksudkan menunjuk pada
pelayanan Rasul Paulus dalam memberitakan injil kepada orang-orang
yang belum percaya kepada Yesus sehingga mereka saat menerima
Yesus diperdamaikan dengan Allah.

134
Sekarang bandingkanlah penggunaan istilah pendamaian
dalam Imamat 1:4.

Lalu ia harus meletakkan tangannya ke atas kepala korban


bakaran itu, sehingga baginya persembahan itu diperkenan
untuk mengadakan pendamaian baginya.

Dalam konteks ini istilah pendamaian digunakan untuk membicarakan


korban yang bangsa Israel bawa saat mereka beribadah kepada Tuhan.

b. Discourse Analysis
Selain semantik, dalam studi bahasa, para ahli juga
mengembangkan sebuah metode memahami kitab suci yang mencoba
Menalar untuk membaca teks Alkitab bukan hanya berdasarkan apa yang
dituliskan dalam kalimat tetapi dalam teks secara keseluruhan. Studi
ini dikenal dengan nama Discourse Analysis. Metode ini digunakan
untuk memahami teks Alkitab dalam kaitannya dengan bagaimana
sebuah teks digunakan untuk menyampaikan pesan tertentu, pesan
antara penulis dan pembacanya. Itulah sebabnya metode ini berupaya
untuk memahami makna sebuah teks melampaui apa yang dinyatakan
dalam kalimat. Selain itu, discourse analysis mencoba memahami
makna sebuah teks berdasarkan ideologi yang memengaruhi
penggunaan bahasa dalam teks tersebut.
Salah satu contoh dari metode Discourse Analysis dalam
Mengumpulkan membaca Alkitab adalah memahami penggunaan panggilan “anak-
Informasi anakku.” Misalnya dalam 1 Yohanes 3:7-8, penulis Alkitab
mengatakan:

Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun


menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran
adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar;
barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis,
sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak
Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan
perbuatan-perbuatan Iblis itu.

Penulis Alkitab memanggil pembacanya dengan sebutan anak-anakku.


Sebutan ini digunakan dengan sengaja dan istilah tersebut memiliki
efek yang berbeda dari pada istilah “saudara-saudaraku.” Istilah anak-
anakku mengindikasikan relasi yang berbeda dari pada istilah saudara-
saudaraku. Ketika penulis Alkitab dengan sengaja menggunakan istilah

135
anak-anakku, ia bukan saja ingin memperlihatkan kedekatan dirinya
dengan pembaca suratnya tetapi juga mengindikasikan otoritasnya
atas lawan bicaranya.
Itulah contoh dari penggunaan Discourse Analysis dalam
penelitian teks Alkitab. Metode ini mencoba memahami setiap
pernyataan Alkitab dalam konteks komunikasi antara sang penulis dan
pendengarnya. Selain itu, metode ini mencoba memahami teks
berdasarkan konteks luasnya dan bukan sekedar konteks kalimat
ataupun penggunaan katanya.

c. Analisa Kata
Kita tidak dapat menyangkali bahwa dalam proses penafsiran
Mengamati
arti sebuah kata sangatlah penting. Kita tidak dapat mengartikan
sebuah kalimat ataupun frasa dengan benar jika kita tidak memahami
salah satu kata atau istilah yang
digunakan. Masalah ini menjadi lebih
serius sebab Alkitab ditulis dalam bahasa
Ibrani, Aram, dan Yunani yang bukan
bahasa ibu bagi, misalnya saja, orang
Indonesia.
Menurut Thomas R. Schreiner
Mengumpulkan
Informasi
dalam bukunya Interpreting the Pauline
Epistles, dalam proses penafsiran,
penelitian arti dari sebuah kata sering kali
menjadi proses yang membawa seorang
penafsir kepada kesalahpahaman.
William W. Klein, Craig L. Blomberg
dan Robert Hubbard dalam buku mereka
(Introduction to Biblical Interpretation)
mendiskusikan beberapa persoalan yang
muncul dalam penelitian kata sbb: 1) tidak
ada sebuah kata atau istilah yang
dipahami secara universal oleh semua
komunitas manusia dalam pengertian
yang persis sama; 2) sebuah kata atau
istilah tidak selalu memiliki arti tunggal,
ada banyak istilah yang memiliki arti yang jamak/majemuk; 3) ada
banyak kata dan istilah yang memiliki arti yang tumpang- tindih; 4) kata
dan istilah mengalami perubahan arti seiring dengan waktu; 5) sebuah
kata dapat memiliki arti denotatif maupun konotatif.

136
Para penafsir menggunakan analisa kata untuk dapat
Menalar
memahami sebuah kata dalam studi tafsir Alkitab. Meskipun
penelitian sebuah kata adalah penting, namun tidak semua kata yang
ada dalam Alkitab memiliki makna teologis yang khusus. Itulah
sebabnya dalam proses penafsiran, kita tidak harus menyelidiki semua
kata yang digunakan dalam teks yang kita teliti secara intensif. Kita
harus menggunakan lebih banyak waktu dan tenaga untuk meneliti
istilah-istilah yang memang utama dan memiliki makna yang ambigu.
Dengan demikian analisa kata, pada dasarnya digunakan untuk
mencari arti sebuah kata yang penting, namun kurang jelas artinya.
Derrell L. Bock dalam artikel yang
dituliskan dalam buku Introducing the New
Testament Interpretation menekankan
Mengumpulkan
Informasi
bahwa ada 3 pemikiran dasar yang harus
dipahami oleh setiap penafsir kitab suci
yang hendak meneliti dari pendekatan
analisa kata.
1. Seorang penafsir haruslah
pertama-tama mencari tahu arti
yang dimaksudkan oleh penulis
Alkitab kepada pendengar
pertamanya.
2. Untuk menentukan arti yang paling tepat dari sebuah
terminologi, penafsir harus mengenali berbagai kemungkinan
arti dari istilah tersebut.
3. Oleh karena sebuah kata digunakan dalam sebuah konteks,
maka arti sebuah kata dapat dilihat berdasarkan konteks
kalimatnya.

Dalam upaya kita mencari arti sebuah kata, konteks dari teks
yang kita teliti juga sangat berperan dalam memberikan arti dari kata
tersebut. Jadi, nilai penting dari penelitian sebuah kata tidak dapat
dilakukan terlepas dari sumbangsih penelitian dari aspek penelitian
konteks. Dua konteks perlu diperhatikan dalam memahami arti sebuah
kata, yaitu, konteks kalimat dan konteks penggunaan umum
terminologi tersebut.

Diskusikanlah
Menanya
Bacalah satu perikop Alkitab dalam PL dan dalam PB, kemudian carilah
beberapa terminologi dalam Alkitab yang asing bagi Anda dan
diskusikanlah juga apakah arti dari terminologi tersebut!

137
Analisa kata dapat dilakukan
Mengumpulkan
dengan dua pendekatan yakni pendekatan
Informasi diachronic dan pendekatan synchronic.
Pendekatan diachronic berusaha melihat
arti teks berdasarkan sejarah
penggunaannya dan perkembangannya.
Pendekatan diachronic mengasumsikan
arti sebuah kata dapat dipahami dan
dimengerti berdasarkan akar kata dan
konteks mula-mula dari penggunaannya.
Penelitian kata secara diachronic ini
digunakan dalam buku TDNT (Theological Dictionary of the New
Testament) dan NIDNTT (The New
International of Dictionary of the New
Testament Theology).
Sedangkan pendekatan synchronic
tidak berorientasi pada “penggalian ke
belakang,” namun berorientasi mencari
pengertian sebuah kata dari konteks
penggunaan kata tersebut dalam konteks
teks, dan konteks literatur sezaman.
Penggunaan pendekatan ini digunakan
dalam analisa semantik, misalnya saja
yang digunakan oleh Johannes P. Luow dan
Eugene A. Nida. Mereka menganalisa
kamus bahasa Yunani bukan berdasarkan
sejarah penggunaan sebuah kata tetapi
berdasarkan pengelompokan jenis kata.
Bagaimanakah kita dapat
Mengumpulkan menganalisa sebuah kata? Ada beberapa
Informasi proses yang kita perlu jalani. Pertama, kita
perlu mencari kata yang penting untuk
diteliti. Bagaimanakah kita dapat
mengetahui sebuah kata itu penting
ataukah tidak untuk diteliti. Gordon D. Fee, dalam bukunya New
Testament Exegesis memberikan beberapa nasehat mengenai hal ini
yakni: (1) perhatikanlah kata-kata dalam teks yang kita baca yang kita
yakin memiliki arti penting tertentu; kata-kata yang kita anggap
penting adalah kata-kata yang secara teologi memang penting,
contohnya adalah anugerah, pembenaran, iman dsb; (2) perhatikanlah
kata-kata yang memiliki arti yang kurang jelas atau ambigu, sebagai

138
contoh adalah istilah “kepala” dalam 1 Korintus 11:2-16; (3)
perhatikanlah kata-kata yang diulang-ulang dalam teks yang kita teliti
atau bagian kitab yang kita teliti; kata yang diulang-ulang sering kali
mengindikasikan bahwa kata tersebut penting dalam teks yang kita
teliti, sebagai contoh istilah sofia “hikmat” dalam 1 Korintus 1-2; (4)
perhatikanlah kata-kata yang nampaknya memiliki nilai penting dalam
konteks pembahasan penulis teks.
Kedua, kita perlu mencari arti umum sebuah kata. Untuk dapat
mengerti arti umum sebuah kata, kita
Mengumpulkan
Informasi
dapat menggunakan sebuah kamus
(Lexicon). Kamus Yunani yang biasa
digunakan untuk meneliti arti umum
sebuah kata adalah A Greek-English
Lexicon of the New Testament and Other
Christian Literature; buku ini sering
dikenal dengan nama BAGD (yang
merupakan singkatan dari para penulis
dan editor dari buku tersebut. Setelah kita
mencari arti umum dari kata yang diteliti,
kita kemudian harus mengecek dalam konkordasi Yunani, untuk
menentukan dalam konteks kitab teks yang kita teliti, arti mana yang
paling sering digunakan.
Ketiga, kita kadang perlu untuk melihat sejarah perkembangan
penggunaan istilah tersebut dalam konteks PL, Septuaginta, Greco-
Mengumpulkan
Informasi Romans world, dan Jewish Context. Untuk dapat melihat sejarah
perkembangan pemahaman arti sebuah kata. Kita dapat
menggunakan TDNT (Theological Dictionary of the New Testament)
dan NIDNTT (The New International of Dictionary of the New
Testament Theology).

139
Hasil penelitian atau pencariaan arti sebuah kata atau istilah
berdasarkan sejarah penggunaannya, kemudian kita harus cek silang
dengan penggunaannya dalam konteks kitab dari teks yang kita teliti.
Kita harus mencari tahu, kira-kira dalam konteks kitab yang kita teliti,
arti manakah yang paling banyak digunakan oleh penulis.
Keempat, kita perlu meneliti
penggunaan umum istilah tersebut dalam
Mengumpulkan
Informasi kumpulan kitab dan kitab yang sama
dengan teks yang kita teliti. Untuk melihat
arti sebuah teks secara synchronic, kita
dapat menggunakan kamus Yunani yang
diedit oleh Louw dan Nida. Hasil
penelitiannya kemudian, kembali harus
kita cek silang dengan konteks kitab dari
teks yang kita teliti, untuk melihat dalam
konteks apakah penulis lebih banyak
menggunakan istilah tersebut.
Kelima, kita perlu mengaitkan keseluruhan studi kata yang
telah diteliti, baik dengan pendekatan diachronic (berdasarkan sejarah
penggunaan kata tersebut) maupun synchronic (berdasarkan
penggunaan dalam konteks zamannya dan konteks kalimatnya)
dengan konteks teks yang diteliti. Kita harus menentukan dilihat dari
konteks teks yang kita teliti, arti manakah yang paling tepat
berdasarkan hasil penelitian arti teks secara diachronic dan synchronic.

Menalar Analisa sastra dan bahasa memiliki kelemahan dalam hal sudut
pandang penafsir yang dominan dalam membaca teks Alkitab. Itulah
sebabnya seorang penafsir yang menggunakan pendekatan sastra dan
bahasa harus melibatkan juga pendekatan yang bersifat sejarah
supaya perspektif pembaca yang digunakan dalam membaca teks
dapat terkontrol dengan pemahaman konteks dari sebuah teks.
Metode dalam menafsir Alkitab tidak ada yang sempurna. Itulah
sebabnya metode penafsiran saling melengkapi dan menolong
seseorang membaca teks dengan perspektif yang lebih kaya.

Diskusikanlah
Menanya Dalam Alkitab Tuhan menggunakan nama-nama tertentu dalam
bahasa Ibrani dan Yunani. Sebutkanlah beberapa nama Tuhan dalam
bahasa Ibrani dan Yunani yang Anda ketahui dan jelaskan apakah arti
dari nama-nama tersebut?

140
C. Penutup

Dalam membaca kitab suci, kita perlu mempertimbangkan


penggunaan berbagai metode penafsiran yang dapat kita gunakan.
Salah satu metode penafsiran yang penting adalah pendekatan sejarah
yang berupaya untuk memahami teks berdasarkan konteks sejarah
baik penulis maupun teks Alkitab sendiri. Untuk membaca sebuah teks
dalam pendekatan sejarah, kita perlu menggali berbagai informasi
yang walaupun tidak diceritakan dalam Alkitab, namun memengaruhi
pengertian kita terhadap teks.
Selain pendekatan sejarah, kita juga dalam membaca teks dari
pendekatan sastra dan bahasa. Pendekatan ini fokus pada apa yang
teks nyatakan. Teks menyatakan pesannya melalui kata, kalimat,
paragraf dan teks secara keseluruhan. Para ahli pun mencoba untuk
menelaah teks dengan memperhatikan berbagai istilah yang
digunakan dan juga penggunaannya dalam konteks kalimatnya,
bahkan penafsir mencoba memahami teks berdasarkan efek yang
dirasakan kepada pendengar pertamanya.
Selain pendekatan sejarah dan sastra-bahasa, ada berbagai
pendekatan lain yang dapat digunakan untuk memahami teks Alkitab.
Semua pendekatan tersebut, walaupun dapat berkontribusi, dalam
memahami Alkitab tetapi tidak semuanya dapat diigunakan dengan
efektif.
Sebagai contoh, pendekatan psikologi digunakan untuk
memahami Rasul Paulus. Pendekatan ini berupaya menggunakan
metode analisa psikologi untuk menilai berbagai perilaku dan sikap
dari Rasul Paulus. Penggunaan metode seperti ini menimbulkan
banyak perdebatan sebab tulisan Alkitab pada dasarnya bukan biografi
dari tokoh tertentu sehingga berupaya untuk melihat Rasul Paulus dari
pendekatan psikologi dapat membuat seseorang salah memahami
tokoh Alkitab.

Ringkasan
1. Alkitab sebagai buku Allah dan manusia menjadikan pendekatan
hermeneutik terhadap Alkitab bersifat teologis dan historis.
2. Penulis Alkitab dan pembaca pertamanya hidup di zaman yang
berbeda dengan pembaca modern, penelaahan yang bersifat
historis dibutuhkan dalam memahami teks Alkitab.
3. Oleh karena Alkitab juga merupakan sebuah bentuk tulisan yang
berasal dari satu zaman tertentu, penelaahan sastra terhadap

141
Alkitab dapat menolong pembaca masa kini memahami teks
Alkitab.

Ayat Hafalan
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia
sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas
batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin
melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di
atas batu.
Matius 7:24-25

Mengkomuni
Activitas
kasikan Bacalah Wahyu 21:1-27 dan temukanlah gambaran-gambaran yang
Anda tidak dapat pahami dan tanyakanlah kepada rohaniawan di
gereja Anda bagaimanakah penggambaran tersebut harus dipahami.

Bacaan Lanjutan

Osborne, Grant R. Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi


Penafsiran Alkitab. Terj. Surabaya: Momentum, 2012. Bab 5.

Klein, William W., Craig L. Blomberg, and Robert L. Hubbart Jr.


Introduction to Biblical Interpretation. Terj. Malang: SAAT, 2012. Bab
3.

Blomberg, Craig L. New Testament Exegesis: Panduan Komprehensif


Exegesis Kitab-Kitab Perjaniian Baru. Terj. Malang: Gandum Mas,
2016. Bab 3 dan 4.

142
143
Pelajaran 10
Pendekatan Kanonis

A. Pendahuluan

Apakah itu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Untuk


Mengamati
menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami bahwa Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru pada dasarnya adalah sebuah tulisan
historis-theologis. Istilah tersebut digunakan untuk menegaskan dua
natur dari Alkitab, bahwa baik PL maupun PB memiliki unsur sejarah
dan unsur teologi. Itulah sebabnya untuk membaca Alkitab kedua
elemen tersebut tidak dapat dipisahkan.

Menanya
Diskusikanlah!
Carilah tokoh-tokoh yang disebutkan dalam Alkitab yang dicatat dalam
sejarah dunia! Ceritakan juga bagaimana persamaan dan perbedaan
catatan kisah menurut Alkitab dan menurut catatan sejarah umum
mengenai tokoh tersebut!

Kita telah membahas pendekatan sejarah, yang berorientasi


pada informasi yang ada di belakang teks, dan juga pendekatan sastra-
bahasa, yang berorientasi pada apa yang dinyatakan pada teks,
namun, kita belum membicarakan mengenai pendekatan teologi
terhadap teks Alkitab.
Dalam pelajaran ini, kita akan mendiskusikan dua pendekatan
yang lebih menekankan teologi dari pada elemen sejarah ataupun
sastra-bahasanya.

B. Pendekatan Kanonis

Para penulis Alkitab menulis setiap buku dalam konteks historis


Mengamati tertentu. Meskipun demikian, umat Tuhan merasakan bahwa tulisan-
tulisan dalam Alkitab memiliki kaitan satu dengan lainnya. Itulah
sebabnya, tulisan-tulisan dalam Alkitab dikelompokan dalam beberapa
kategori. Proses pengenalan kitab-kitab mana yang dipandang
berotoritas disebut sebagai kanonisasi. Dalam proses ini, kitab-kitab
juga dikelompokkan dalam kategori tertentu. Pengelompokan ini
disebut sebagai corpus.

144
Dalam Perjanjian Lama, kita mengenal ada dua kategori yang
Mengumpulkan
berbeda dalam pengelompokkan tulisan PL, yakni Tanakh dan Vulgata.
Informasi Pembagian PL menurut Tanakh terbagi menjadi tiga bagian yakni
Taurat, Nevi’im dan Ketuvim. Taurat menunjuk pada lima kitab Musa,
dan Nevi’im menunjuk pada kitab para nabi dan Ketuvim menunjuk
pada kumpulan kitab hikmat. Meskipun demikian, dalam Vulgata,
Alkitab bahasa Latin, kita menemukan bahwa PL dibagi menjadi 5
kelompok kitab yakni, (1) Taurat, (2) kitab-kitab sejarah, (3) Kitab-kitab
syair, (4) kitab-kitab nabi besar, (5) kitab-kitab nabi kecil.
Perjanjian Baru pun memiliki
pembagian yang beragam. Robert Wall dan
David R, Ninhuis menemukan bahwa dalam
gereja mula-mula, tulisan PB kemungkinan
besar dibagi tiga kelompok, yakni (1) Injil-
injil, (2) surat-surat umum (the Catholic
Epistles), (3) surat-surat Paulus.
Pengelompokan kitab-kitab dalam PB pun,
menurut Wall dan Ninhuis, dilakukan
dengan tujuan tertentu. Misalnya saja,
surat-surat umum dalam dunia kuno
ditempatkan sebelum surat-surat Paulus,
kemungkinan, untuk menghindarkan kesalahmengertian orang-orang
Kristen dalam membaca surat-surat Paulus.

Diskusikanlah!
Menanya
Hal-hal apakah yang membuat gereja Tuhan pada abad kedua sampai
keempat merumuskan kanon Alkitab? Apakah gereja-gereja di zaman
sekarang dapat melakukan hal yang sama untuk menetapkan tulisan
tertentu sebagai kanon?

Ada beberapa kriteria yang penting dalam menilai sebuah


Menalar tulisan kuno. Secara eksternal, gereja mula-mula menguji apakah
sebuah tulisan ditulis oleh Rasul Tuhan ataukah oleh seseorang yang
mewakilinya menulis. Selain, itu, penerimaan dari tulisan tersebut
dalam berbagai pusat kekristenan menjadi salah satu aspek yang diuji.
Meskipun demikian, ada aspek lain yang gereja mula-mula lihat
sebagai hal yang juga utama, yakni konfirmasi internal dari tulisan-
tulisan yang dipandang kanonis. Sebuah tulisan dipandang kanonis
oleh karena tulisan tersebut secara intrinsik memilik otoritas untuk
menggerakan hati manusia.

145
Dalam perspektif kanon, Alkitab dilihat sebagai both a
canonical collection of writings and a collection of canonical writings
“baik sebagai koleksi tulisan yang bersifat kanonis dan sebuah koleksi
dari kumpulan tulisan yang kanonis. Hal ini menekankan bahwa Alkitab
secara keseluruhan diterima sebagai kanonis dan setiap tulisan
dalamnya juga bersifat kanonis.
Mengapa seorang pembaca
Mengumpulkan Alkitab perlu membaca Alkitab secara
Informasi kanonis? Harry Y. Gamble menjelaskan
bahwa the more fully the individual
documents of the NT have been
understood, the less intelligible the NT as
a whole become, both historically and
theologically “semakin kita mengerti
Alkitab secara individual, kita semakin
kurang mampu dalam memahami PB
sebagai sebuah kesatuan baik secara
historis maupun teologis.” Dengan
demikian, jika kita tidak belajar membaca Alkitab secara kanonis, kita
akan semakin sulit melihat kaitan antara teks-teks Firman Tuhan
secara keseluruhan.
Menalar Bagaimanakah kita dapat membaca Alkitab secara kanonis?
Pertama, untuk membaca Alkitab secara kanonis, kita perlu melihat
teks Alkitab sebagai scripture “kitab suci.” Jika kita memandang bahwa
Alkitab adalah kitab suci, kita akan melihat bahwa walaupun Alkitab
ditulis oleh manusia, tetapi Allah adalah pengarang yang
sesungguhnya.
Kedua, selain itu, untuk membaca teks Alkitab secara kanonis,
kita perlu membaca teks dalam konteks akhirnya. Walaupun sebuah
teks bisa muncul dari sebuah proses waktu, namun teks harus dibaca
dalam konteks akhirnya sebagai satu kesatuan unit sastra.
Ketiga untuk membaca teks secara kanonis, kita perlu
membaca teks dalam koleksi teks; teks tidak berdiri sendiri, ia terikat
dan terkait dengan teks lainnya dalam satu koleksi teks yang sama.
Sebagai contoh, bagaimana kita dapat memahami latar belakang (asal
usul) Yesus secara kanonis? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
kita tidak cukup hanya menceritakan Yesus berdasarkan keterangan
dari salah satu penulis Injil, misalnya saja Lukas, tetapi harus
menggabungkan apa yang Markus, Lukas, Matius dan Yohanes katakan
tentang hal Yesus.

146
Keempat, untuk membaca teks secara kanonis, kita perlu
mencari dan menemukan “unity” dalam teks yang dibaca. Beberapa
tema penting yang menghubungkan teks Alkitab sbb:
• Covenant “Perjanjian”
• Redemption “Penebusan”
• Kingdom of God “Kerajaan Allah”
• People of God “Umat Allah”

Kelima, untuk menggunakan pendekatan kanonis, beberapa


metode berikut perlu diperhatian:
• Biblical exegesis
• Canonical context
• Canonical content
• Theological interpretation
• Canonical conversation

Keenam, dalam pendekatan kanonis,


kita meyakini bahwa ada living story
“worldview” dalam pemikiran para penulis
Alkitab. Worldview inilah yang oleh
beberapa ahli studi Alkitab, misalnya saja
N.T. Write sebut sebagai Grand Narrative
‘kisah besar.” Semua orang-orang Yahudi
dan Kristen percaya dengan penciptaan,
kejatuhan, perjanjian, pembuangan,
pemulihan. Orang-orang Kristen percaya
dengan kisah Allah dalam Sejarah Manusia.
Jika kisah Allah dalam sejarah manusia dapat
digambarkan sebagai sebuah “babak drama,” ada 6 babak kisah yang
ada dalam Alkitab, yakni:
• Act 1: Allah menetapkan kerajaan-Nya (Kejadian 1-2)
• Act 2: Pemberontakan kepada pemerintahan Allah (kejatuhan
Kejadian 3)
• Act 3: Sang Raja memilih Israel
• Interlude: Penantian
• Act 4: Kedatangan sang Raja
• Act 5: Pemberitaan Sang Raja
• Act 6: Kembalinya Sang Raja

Contoh Canonical Reading: Kejadian 22:1-19

147
Setelah semuanya itu Allah mencobai Abraham. Ia
Mengumpulkan
Informasi
berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya,
Tuhan." Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu,
yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan
persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada
salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."

Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia


memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang
bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu
untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke
tempat yang dikatakan Allah kepadanya.
Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya,
kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham
kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini
dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana;
kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali
kepadamu." Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban
bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak,
anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau.
Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.

Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa."


Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah
ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk
korban bakaran itu?" Sahut Abraham: "Allah yang akan
menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya,
anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah
kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ,
disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan
diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api.

Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu


mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi
berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya:
"Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia
berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-
apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau
takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk
menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."

148
Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di
belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar.
Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya
sebagai korban bakaran pengganti anaknya. Dan Abraham
menamai tempat itu: "TUHAN menyediakan"; sebab itu
sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN,
akan disediakan."

Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit


kepada Abraham, kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku
sendiri demikianlah firman TUHAN :Karena engkau telah
berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk
menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku
akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat
keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan
seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan
menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah
semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena
engkau mendengarkan firman-Ku."

Kemudian kembalilah Abraham kepada kedua bujangnya,


dan mereka bersama-sama berangkat ke Bersyeba; dan
Abraham tinggal di Bersyeba.

Menanya Diskusikanlah
Carilah tahu mengapa Abraham mampu memberikan anakyang Ishak
kepada Tuhan saat Tuhan memintanya untuk menjadikannya korban
sembelihan?

Dalam studi PL, banyak sarjana (terutama


Mengumpulkan mereka yang mengikuti Herman Gunkel-
Informasi
seorang teolog dari Jerman yang hidup
pada tahun 1862-1932) percaya bahwa (i)
teks ini dikembangkan dari sebuah “cult
saga” (kisah rakyat), (ii) teks ini dibangun
untuk menjawab pertanyaan “mengapa
bangsa Israel tidak mempersembahkan
pengorbanan anak manusia.” Gerhard Von
Rad (hidup pada tahun 1901-1971) percaya bahwa walaupun di balik
teks Alkitab dapat terdapat proses perkembangan kisah dari “cult

149
saga,” namun pada akhirnya teks lebih menekankan aspek
“pemenuhan janji Allah” dari pada mengenai kisah “cult saga.”
Namun, secara kanonis, menurut Brevard S. Childs, Kejadian 22
pada dasarnya merupakan bagian dari perkembangan kisah mengenai
“janji Allah” yang sebelumnya telah berulangkali ditekankan (12.1;
15.1; 17.15). Itulah sebabnya seseorang tidak dapat hanya membaca
Kejadian 22 tetapi juga perlu memperhatikan teks-teks yang terkait
dengan bagian tersebut.
Untuk menggunakan pendekatan kanonis, kita perlu
memerhatikan catatan-catatan yang diberikan oleh penulis Alkitab.
Sebagai contoh, secara kanonis, Kejadian 22 ayat 1, memiliki peranan
yang sangat penting dalam memahami peristiwa dalam Kejadian 22
sebab teks ini memberikan batasan konteks dalam memahami
Kejadian 22.

Setelah semuanya itu Allah mencobai Abraham. Ia


berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya,
Tuhan."

Catatan kanonis kedua yang penting adalah Kejadian 22.14.


Mengumpulkan Dalam bagian ini, kita membaca mengenai keterangan yang diberikan
Informasi oleh penulis Alkitab (lihat bagian dengan garis miring). Bagian tersebut
perlu diperhatikan oleh pembaca Alkitab.

Dan Abraham menamai tempat itu: "TUHAN menyediakan";


sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas
gunung TUHAN, akan disediakan."

Dalam konteks kanonis, tiga istilah yang digunakan dalam Kejadian 22


(“ram,” “burnt offering,” dan “appear”) ditemukan dalam kitab
Imamat dan hanya dalam kitab ini (Im. 8-9 and 16) ditempatkan dalam
satu “kelompok kata.” Hal ini mengimplikasikan bahwa pengalaman
Abraham dalam Kejadian 22 memiliki kaitan erat dengan ritual
persembahan korban kepada Allah di Tabernakel pada hari yang
disebut the day of atonement “hari penebusan.” Secara kanonis, hal
ini mengindikasikan bahwa teks telah menunjukkan bahwa PL percaya
bahwa persembahan yang diberikan bukanlah persembahan yang
sejati sebab “Allah-lah yang akan menyediakan ‘korban sebenarnya’
bagi bangsa Israel. Dengan demikian, pendekatan kanonis berupaya
untuk melihat makna teks dari konteks keseluruhan teks.

150
Peristiwa Kejadian 22 dalam PB hadir baik sebagai allusion
Mengumpulkan
“kutipan tidak langsung” maupun echo “gema.” Salah satu kesamaan
Informasi antara Kejadian 22 dengan tulisan PB dapat dilihat dalam kisah
baptisan Yesus.

Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku


yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."
Markus 1:11

Dalam baptisan Yesus (Mark 1.11): istilah inilah anak yang


kukasihi tidaklah muncul dalam Mazmur 2 ataupun Yesaya 42 yang
sering dipandang sebagai teks PL mengenai pribadi Mesias. Istilah anak
yang kukasihi, nampaknya diambil dari Kejadian 22.2, khususnya
berdasarkan kitab PL berbahasa Yunani (LXX).

Menanya Diskusikanlah
Bagaimanakah penulis PB menggunakan Kejadian 22 dalam
melukiskan Yesus menurut narasi baptisan Yesus dalam Matius 3:13-
17? Apakah kaitan Kejadian 22 dan baptisan Yesus?

Sebuatan “anak domba Allah” dalam Injil Yohanes (misalnya,


Mengumpulkan 1.29) berasal bukan hanya dari tradisi Yesaya 53, teks yang
Informasi
menggambarkan penderitaan Sang Hamba Allah seperti domba yang
disembelih, tetapi dari Kejadian 22.

Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang


kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang
menghapus dosa dunia.
Yohanes 1:29

Penggunaan Kejadian 22 sebagai kutipan tidak langsung juga


nampak dalam Roma 8.32. Dalam teks ini Rasul Paulus mengaitkan
Yesus dengan peristiwa Ishak.

Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang


menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin
Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita
bersama-sama dengan Dia?

Kejadian 22 juga dibicarakan dalam surat kepada orang-orang


Ibrani 11.17-18

151
Mengumpulkan Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai,
Informasi
mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu,
rela mempersembahkan anaknya yang tunggal walaupun
kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari
Ishaklah yang akan disebut keturunanmu."

Selain dalam kitab suci, Kejadian 22 juga dibicarakan dalam tulisan


atau pemikiran dari orang-orang Yahudi ataupun Kristen. Beberapa
diantaranya adalah sbb:
• Philo memahami Kejadian 22 secara simbolis dan menegaskan
bahwa tindakan Abraham untuk memotong Ishak pada
dasarnya memperlihatkan upaya untuk memisahkan antara
yang mortal (tubuh) dengan yang immortal (jiwa).
• Melito (bapak gereja abad ke 2 M) percaya bahwa
pengorbanan Ishak adalah gambaran dari penyaliban Yesus;
bagaimana Ishak membawa kayu paralel dengan tindakan
Yesus memikul kayu salib. Selain itu Ishak juga digambarkan
sebagai orang Kristen yang menjadi martir menanggung derita
untuk Allah.
• Origenes percaya bahwa Kejadian 22 menekankan mengenai
ujian iman yang membuat seseorang harus memilih antara
“mengasihi Allah” atau mengasihi “daging.”
• Calvin memandang Kejadian 22 adalah terutama mengenai
ujian iman dalam kaitannya dengan janji Allah. Abraham diuji
dalam mempertahankan imannya walaupun ia berhadapan
dengan sebuah perintah yang berlawanan dengan apa yang Dia
janjikan.

Menalar
Bagaimanakah harus memahami Kejadian 22? Ada beberapa catatan
penting yang harus kita perhatikan dalam memandang arti dari
Kejadian 22 dalam keseluruhan bagian kitab suci.
• Pengalaman Abraham haruslah dilihat sebagai “patriarchal
temptation” yang berlaku hanya bagi Abraham.
• PL menegaskan bahwa Allah bukan hanya melihat korban sejati
namun ia juga akan menyediakan korban sejati baik bagi Abraham
maupun orang Israel, maupun bagi masa depan Israel.
• Dalam PB hal yang paralel ditegaskan bahwa Allah telah
menunjukkan kesetiaannya dalam “menyediakan korban sejati”
baik bagi Abraham maupun bagi semua kita.

152
• Dalam tradisi Kristen, kita juga melihat bahwa ujian iman Abraham
adalah sebuah divine grace, di mana ujian ini membuahkan
anugerah iman.
• Keberhasilan seseorang dalam sebuah ujian seharusnya
menghasilkan sebuah “reward” dan “reward” dari “ujian iman”
adalah iman itu sendiri. Meskipun demikian, reward “iman” pada
dasarnya diberikan bukan sebagai ‘upah,” namun sebagai
“anugerah.”

Diskusikalah!
Menanya
Bandingkanlah kisah Kain dan Habel dalam Kitab Kejadian 4 dan Ibrani
11; jelaskanlah hal-hal apakah dalam surat Ibrani yang dapat menolong
pembaca untuk melihat kisah kejatuhan Kain dan Habel dengan lebih
jelas?

Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya,


dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain;
maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat seorang
anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN." Selanjutnya
dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi
gembala kambing domba, Kain menjadi petani.

Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain


mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada
TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga
mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung
kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN
mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,
tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-
Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya
muram.

Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan


mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika
engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik,
dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda
engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."

Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke


padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul
Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. Firman TUHAN kepada

153
Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu!
Apakah aku penjaga adikku?" Firman-Nya: "Apakah yang telah
kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari
tanah. Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari
tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah
adikmu itu dari tanganmu. Apabila engkau mengusahakan
tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil
sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian
dan pengembara di bumi."

Kata Kain kepada TUHAN: "Hukumanku itu lebih besar dari


pada yang dapat kutanggung. Engkau menghalau aku
sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari
hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi;
maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah
akan membunuh aku." Firman TUHAN kepadanya: "Sekali-
kali tidak! Barangsiapa yang membunuh Kain akan
dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat." Kemudian TUHAN
menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh
barangsiapapun yang bertemu dengan dia. Lalu Kain pergi
dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di
sebelah timur Eden.
Kejadian 4:1-16

Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah


korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan
itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar,
karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan
karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.
Ibrani 11:4

Membaca teks Alkitab secara kanonis akan menolong umat


Menalar Tuhan untuk melihat teks Alkitab secara utuh dan menyeluruh.
Walaupun membaca Alkitab secara kanonis dapat mengabaikan
keunikan setiap bagian teks kitab suci tetapi pendekatan ini juga
sangat menolong penafsir untuk melihat teks Alkitab melampaui
konteks historisnya dan sastranya. Itulah sebabnya pembacaan teks
secara kanonis tidak dapat dilakukan terpisah dari pendekatan lainnya.
Pendekatan-pendekatan dalam Alkitab saling melengkapi dan
memperkaya.

154
C. Penutup

Pendekatan kanonis berupaya untuk membaca teks tidak


secara individual tetapi bersama dengan teks-teks lain yang
membicarakan pokok yang sama. Pendekatan ini dilakukan oleh
karena pembaca menyadari adanya kesatuan dalam semua teks yang
diterima dalam kanon Alkitab. Kesatuan tersebut didasarkan atas
keyakinnan bahwa Allah berada dibalik semua penulis Alkitab, baik itu
para nabi (untuk PL) maupun para rasul (untuk PB) ataupun orang-
orang yang mewakili mereka dalam menuliskan Alkitab.
Untuk menggunakan pendekatan kanonis yang bertanggung
jawab, setiap bagian teks yang dikutip oleh Alkitab pertama-tama
haruslah dipahami pertama-tama dalam konteksnya masing-masing.
Dalam analisa kanonis, kita berupaya untuk mencari tahu bagaimana
makna dari pokok tertentu dipahami dalam berbagai konteks yang
berbeda. Perbedaan penekanan dari satu bagian teks dengan bagian
lainnya memperlihatkan adanya penekanan yang ditunjukkan oleh
penulis Alkitab.
Dalam pendekatan kanonis, kita mencoba melihat teks dalam
gambaran besarnya, dalam kaitannya dengan teks-teks lainnya.
Pendekatan ini akan menolong pembaca Alkitab untuk melihat ajaran-
ajaran Alkitab secara utuh. Gambaran besar dalam Alkitab pada
dasarnya menekankan karya Allah dalam kehidupan manusia. Bagian-
bagian teks, baik dalam PL dan PB, menekankan salah satu aspek dari
karya pekerjaan Tuhan dalam kehidupan manusia.

Ringkasan
1. Oleh karena keseluruhan Alkitab adalah Firman Allah, Alkitab
haruslah dibaca secara keseluruhan.
2. Pendekatan Kanonis mencoba untuk melihat perkembangan
pemikiran dari para penulis Alkitab mengenai suatu topik yang
ditelaah.
3. Pendekatan Kanonis mengungkapkan adanya benang merah
atau kerangka besar yang membangun Alkitab.

Ayat Hafalan
Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam
Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab
tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh
dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
2 Petrus 1:20-21

155
Mengkomuni- Activitas
kasikan
Carilah dalam Alkitab berapa kali kisah Kain dan Habel diceritakan dan
temukan persamaan dan perbedaan dari kisah Kain dan Habel dalam
bagian-bagian tersebut.

Bacaan Lanjutan

Childs, Brevard S. Biblical Theology of the Old and New Testaments:


Theological Reflection on the Christian Bible. Minneapolis: Fortress,
1992. Bab 2.

Klein, William W., Craig L. Blomberg, and Robert L. Hubbard Jr.


Intriduction to Biblical Interpretation. Terj. Malang: SAAT, 2012. Bab 4.

Maier, Gerhard. Biblical Hermeneutics. Wheaton: Crossway, 2004. Bab


8.

156
Evaluasi
1. Jelaskan dan berikanlah contoh dari model penafsiran tipologis dalam tulisan penulis
PB?
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Jelaskan dan berikanlah contoh dari model penafsiran alegoris dalam Alkitab?
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

3. Jelaskan bagaimanakah Yohanes Calvin melihat penafsiran Alkitab?


……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Jelaskan pemikiran dari Lutwig Wittgenstein mengenai proses penafsiran?


……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

5. Jelaskan mengapakah pendekatan kanonis dibutuhkan dalam memahami Alkirab?


……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

157
158
Bab 4
Penerapan Hermeneutik

Kompetensi Dasar
1.4 Mengamalkan penafsiran teks-teks Alkitab berdasarkan prinsip-prinsip
hermeneutika
2.4 Disiplin menggunakan prinsip-prinsip hermeneutika dalam menafsirkan teks-
teks Alkitab
3.4 Memahami prinsip-prinsip dasar dalam menafsirkan teks-teks Alkitab
4.4 Mengolah berbagai metode hermeneutika untuk menjawab persoalan-
persoalan yang dihadapi gereja dan umat Tuhan

159
“… penafsiran yang bersifat historis hanyalah satu
bagian dalam sebuah penafsiran; penerapannya adalah
bagian essensial dari. Sebuah penafsiran tanpa sebuah
aplikasi adalah sama sekali bukan sebuah penasiran.”

J. I. Packer

160
Peta Konsep

Memiliki
Presuposisi
yang Benar

Mengenal Proses Mengenali


Jenis
Konteks
Menafsir Sastra

Aplikasi

161
162
Pelajaran 11
Studi Konteks

A. Pendahuluan

Memahami konteks sebuah pembicaraan sangatlah penting.


Mengamati
Seseorang akan menjadi salah mengerti ketika ia mengambil sebuah
kesimpulan di luar konteks pembicaraannya. Hal yang sama berlaku
dengan membaca teks Alkitab. Kita perlu memahami teks Alkitab
sesuai dengan konteksnya. Membaca Alkitab d luar konteksnya akan
membuat seseorang salah mengerti ajaran
Alkitab dan hal ini akan berdampak pada
salah menerapkan ajaran kitab suci.
Mengumpulkan
Informasi Menurut Hasan Sutanto, dalam
bukunya Hermeneutik; istilah konteks
berasal dari kata con yang berarti bersama-
sama atau menjadi satu dan textus yang
berarti tersusun, dengan demikian konteks
dipahami sebagai hubungan yang
menyatukan bagian Alkitab yang ingin di
tafsir dengan sebagian atau seluruh Alkitab.
Dalam menafsirkan kitab suci, peran konteks dan latar belakang
sangatlah penting, itulah sebabnya sebelum kita menjelaskan
pengertian kalimat-kalimat yang
disampaikan Alkitab, maka kita harus
mencoba terlebih dahulu memahami
konteks dan latar belakangnya. Dalam
tulisan Gordon D. Fee, the New Testament
Exegesis, mencari/mendekati dengan
pendekatan Historical-Cultural Background
ditempatkan pada urutan no 5. Aplikasi
pendekatan umum hermeneutik dari Fee
yang dapat digunakan untuk jemaat Kristen
yang tidak Sekolah Teologi adalah
pendekatan konteks sebab pendekatan
selebihnya dari bukunya baru dapat dipraktekan jika orang tersebut
mengerti bahasa Yunani. Meskipun demikian agar pembaca (pencinta
Alkitab) dapat menerapkan pendekatan Fee, pembaca tetap harus
punya buku pengantar PB yang dianjurkan.

163
B. Memahami Konteks

Mengapa memahami konteks dan latar belakang harus


Menalar didahulukan dalam membaca teks? Ada dua alasan yang dapat kita
pikirkan, yakni: pertama, sebab pada saat kita membaca konteks dan
latar belakang dari teks yang hendak kita tafsirkan, kita sebenarnya
sedang memberikan batasan pada pemikiran kita. Klein dkk, dalam
buku Biblical Interpretation mengatakan the intended meaning of any
pessage is the meaning that consistent with the sense of the literary
context in which it occurs. Arti dari sebuah teks terkait dengan
konteksnya, dan arti sebuah teks tidak mungkin melebihi dari apa yang
konteksnya perlihatkan. Jadi Pada waktu kita membaca teks dan
memberikan atau mengambil kesimpulan yang tidak ada (belum ada)
dalam konteksnya, maka kesimpulan tersebut bisa salah. Ini berarti arti
teks yang kita maksudkan bisa jadi tidak sama dengan arti dari teks
yang sebenarnya.
Dengan mengetahui konteks dan latar belakangnya maka, kita
Mengumpulkan akan tahu apakah kesimpulan kita benar ataukah salah, sudah
Informasi
melewati batasan maksud teks ataukah sudah pas dengan maksud teks.
Sebagai contoh, kita membaca perkataan Rasul Paulus dalam Roma
8:28.

“kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala


sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai
rencana Allah.”

Secara selintas (tanpa menyelidiki konteksnya), kita dapat menarik


kesimpulan bahwa segala sesuatu yang dimaksudkan Rasul Paulus
adalah segala hal yang terjadi dalam kehidupan, baik itu sakit penyakit,
kematian, keberuntungan, dsb. Meskipun demikian, jika kita membaca
baik-baik konteks dalam Roma 8:28, kita akan tahu bahwa rasul Paulus
menyampaikan ayat tersebut dalam konteks “beratnya kehidupan
umat Tuhan dalam dunia ini karena harus memerangi dosa.”
Penderitaan yang Rasul Paulus sampaikan, misalnya dalam ay. 22,
bukanlah sembarang penderitaan namun penderitaan yang muncul
sebagai konsekuensi memerangi dosa. Jadi dilihat dari konteksnya,
“segala sesuatu” yang Paulus maksudkan dalam Roma 8:28, bukan
menunjuk pada sembarangan penderitaan, namun penderitaan yang
dialami sebagai konsekuensi memerangi dosa.

164
Dari contoh di atas, kita melihat bahwa mengartikan teks tanpa
Menalar
konteks, pada akhirnya akan membuat kita menjadikan teks Alkitab
hanya sebagai proving text (teks yang dijadikan pembenaran untuk
pemikiran kita). Dan tindakan ini, sebagaimana telah kita diskusikan
sebelumnya, akan membuat kita bukannya melakukan proses
“eksegesis,” melainkan membuat kita melakukan “eisegesis.”
Alasan kedua adalah sebab dengan menelaah konteksnya, kita
sedang mengikuti alur berpikir dari penulis teks (Alkitab). Sebagaimana
orang di zaman sekarang berpikir secara kait-mengait, demikian juga
dengan penulis Alkitab. Pada waktu mereka menuliskan bagian demi
bagian kitab suci, di dalamnya terdapat kaitan pola berpikir. Kalimat
yang kita ucapkan biasanya terkait dengan kalimat yang sebelumnya.
Itulah sebabnya dalam proses penafsiran Alkitab, semakin kita sedikit
membaca teks yang kita mau teliti dan telaah, semakin besar
kemungkinan kita salah membacanya. Sebaliknya semakin luas kita
membaca teks yang kita akan teliti, maka semakin kecil kemungkinan
kita salah menafsirkan teks. Dengan membaca konteks dalam teks, kita
akan otomatis melihat baik “ke belakang” (teks-teks yang telah
dituliskan) maupun “ke depan” (teks-teks yang dituliskannya
kemudian), dengan membaca secara demikian, maka kita dapat
membaca teks dengan lebih lengkap, kita dapat mengikuti alur
pemikiran dari penulis Alkitab secara lebih lengkap.
Lalu, apakah pengertian dari latar belakang, apakah perbedaan
dari latar belakang dan konteks? Dalam tulisan ini, istilah latar belakang
menunjuk pada “peristiwa-peristiwa” sejarah yang tidak dituliskan
secara eksplisit dalam teks, namun peristiwa tersebut secara langsung
ataupun tidak, terkait dengan pokok ajaran, atau pernyataan yang
penulis Alkitab sedang sampaikan. Jadi, jika konteks adalah data-data
yang kita peroleh dari dalam teks, yang secara langsung memengaruhi
arti teks, sedangkan latar belakang terfokus pada data yang tidak ada
dalam teks, namun ada dalam catatan sejarah, yang secara langsung
ataupun tidak, dapat menolong kita memahami teks lebih dalam.
Konteks sendiri seringkali dibagi dua yakni 1) konteks historis yang
menyangkut atau menelaah mengenai siapakah penulis kitab yang
sedang kita teliti, siapakah pendengarnya, apa tujuan dari tulisan
tersebut, dst, 2) konteks “literary” yang menunjuk pada ‘fakta’ atau
informasi-informasi di seputar teks yang menjelaskan makna teks
tersebut. Jadi, dalam istilah Klein, dkk, latar belakang disebutnya
dengan istilah “historical context,” dan konteks sendiri disebut Klein,
dkk sebagai “literary context.”

165
Pertanyaannya adalah apakah penelitian mengenai latar
belakang dari sebuah teks itu penting dalam sebuah proses penafsiran
teks? Maka jawabannya adalah penting, walaupun pencarian latar
belakang sering kali tidak langsung terkait dengan teks, atau kita tidak
selalu dapat menghubungkan latar belakang dengan teks, namun
dengan memahami konteks sejarah (latar belakang sejarah) kita akan
mengerti bahwa 1) ternyata ada banyak faktor (termasuk dalamnya
faktor eksternal) yang terlibat dalam satu peristiwa tertentu, 2) kita
dapat mengerti hal-hal yang memang tidak dijelaskan (tidak ada
penjelasan) teks kitab suci.

Diskusikanlah!
Menanya
Bacalah 1 Timotius 3:1-7. Dalam bagian ini, Anda akan membaca
mengenai kriteria yang digunakan dalam memilih seorang penatua
jemaat. Temukanlah hal-hal yang dituliskan dalam teks tersebut yang
tidak dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca masa kini!

Untuk melatih pembacaan konteks Alkitab, bacalah Galatia


Mengumpulkan 2:11-14. Teks ini membicarakan mengenai respons dari Paulus atas
Informasi
sikap dari Rasul Petrus yang dipandangnya sebagai tidak konsisten
bahkan berlawanan dengan kebenaran Injil. Untuk memahami isu d
ibalik pertentangan Paulus dengan Petrus, pembaca modern
membutuhkan studi konteks.

Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-


terang menentangnya, sebab ia salah. Karena sebelum
beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan
sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat,
tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan
menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang
bersunat. Dan orang-orang Yahudi yang lain pun turut
berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri
turut terseret oleh kemunafikan mereka. Tetapi waktu
kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan
kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan
mereka semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara
kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat
memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup
secara Yahudi?"
Galatia 2:11-14

166
Dalam teks diceritakan oleh Paulus, ia pernah menyaksikan
Mengumpulkan
Informasi
kemunafikan Petrus di Antiokhia. Paulus menyebut Petrus sebagai
munafik, sebab ia meninggalkan orang-orang bukan Yahudi yang
makan bersama-sama dengannya karena ia melihat kehadiran dua
kelompok orang yakni 1) kelompok orang yang disebut sebagai
“kelompok Yakobus,” 2) kelompok orang yang disebut dengan
“kelompok bersunat.”
Pembacaan konteks yang berhati-hati akan memperlihatkan
kepada kita bahwa yang ditakutkan oleh Petrus, sehingga ia
meninggalkan orang-orang bukan Yahudi, bukanlah karena kehadiran
kelompok Yakobus, sebab dalam ps. 2: 9, Paulus menegaskan bahwa
Yakobus sebenarnya sependapat dengan dirinya bahwa orang-orang
bukan Yahudi sudah dapat diterima sebagai umat Allah, walaupun
mereka belum disunatkan, itulah sebabnya bagi Yakobus dan
pengikutnya, mereka seharusnya tidak lagi mempermasalahkan
persoalan boleh atau tidaknya makan bersama orang bukan Yahudi.
Jadi, yang ditakutkan oleh Petrus sebenarnya adalah kelompok orang
yang disebut “kalangan bersunat.”
Pertanyaannya adalah mengapa kelompok ini ditakuti? Maka
penjelasan dari latar belakang perjanjian baru akan sangat menolong
kita dalam melihat persoalan yang muncul di Antiokhia pada waktu itu.
Di zaman Paulus, ada sebuah isu sosial yang terjadi, yakni sebuah spirit
pemberontakan terhadap penjajahan Roma-Yunani terhadap bangsa
Yahudi. Larangan dari Anthiokus IV mengenai ritual sunat, sabat dan
aturan makan, telah menimbulkan reaksi yang sangat keras dari orang-
orang Yahudi. Salah satu kelompok dalam agama Yahudi yang berjuang
keras menentang pemaksaan ini adalah orang-orang Makabe. Kalangan
ini percaya bahwa untuk Israel mengalami pemulihan dari keadaan
terjajahnya, maka umat Tuhan harus kembali menegakkan ketaatan
pada hukum-hukum Tuhan. Bagi kalangan Makabe, segala pelanggaran
harus dihilangkan, walaupun ia dengan cara kekerasan, sebab itulah
syarat yang mereka yakini supaya terjadi pemulihan.
Itulah sebabnya bagi kelompok ini, siapa saja dari orang-orang
Yahudi yang kedapatan melanggar hukum-hukum Tuhan, mereka harus
dibinasakan, supaya pembaruan terjadi atas Israel. Nah, kelompok
yang Paulus sebut sebagai kelompok “bersunat” dalam kelompok
Kristen Yahudi, yang masih berpegang pada spirit kelompok Makabeus,
yang berjuang supaya orang-orang Yahudi tidak melanggar hukum-
hukum Tuhan, yang meyakini melalui ketaatan umat pada Tuhan, dan
penegakan keadilan Tuhan bagi yang melanggar hukum-hukum Tuhan,
maka pemulihan Allah akan terjadi.

167
Dalam latar belakang seperti itulah kita harus membaca
persoalan dalam Galatia 2:11-14. Di mata Paulus, Petrus telah berlaku
munafik, sebab ia tidak konsisten dengan pernyataannya, bahwa ia
telah dapat menerima orang-orang bukan Yahudi, namun Petrus
meninggalkan orang-orang ini pada saat melihat ada ancaman
tertentu. Namun dari pihak Petrus, tentu kita dapat melihatnya secara
berbeda. Petrus barangkali bukan munafik, namun ia mencoba memilih
jalan yang paling bijak dalam situasi yang menyulitkan di Anthiokhia.
Jadi dengan melihat latar belakangnya,
kita akan dapat melihat teks secara lebih
lengkap dan mendalam.
Namun, bagaimanakah kita dapat
Mengumpulkan mengetahui latar belakang dari teks dan
Informasi penulisnya? Untuk mengetahui latar
belakang dari teks, maka kita tidak
memiliki pilihan lain kecuali membaca
buku yang membahas hal tersebut. Buku-
buku yang berisikan informasi latar
belakang Alkitab tersedia cukup banyak.
Dalam bahasa Indonesia ada beberapa
buku yang cukup baik misalnya John Drane, Memahami Perjanjian Baru
atau Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru. Dalam bahasa Inggris,
latar belakang PB yang sangat baik, akurat dan dapat dijadikan acuan
adalah Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity.

Diskusikanlah
Menanya
Dalam sebuah percakapan, Petrus pernah bertanya kepada Tuhan
Yesus: sampai berapa kalikah ia harus mengampuni orang yang
bersalah kepadanya; dan Tuhan Yesus berkata sampai tujuh puluh kali
tujuh kali (Matius 18:22). Apakah maksud dari istilah ini?

Meskipun buku-buku yang memuat informasi mengenai latar


belakang sejarah umat Tuhan cukup banyak dan dapat kita akses, tetapi
Menalar
(dalam realitanya) kita akan kesulitan untuk mengaitkan
(mengorelasikan) informasi sejarah yang ada dan kita ketahui dengan
teks kitab suci yang hendak kita pelajari. Bila kita tidak berhati-hati, kita
dapat mencocok-cocokan sejarah dan teks yang sebenarnya tidak ada
kait-mengaitnya. Inilah salah satu peringatan bagi pembaca Alkitab.
Oleh karenanya menelaah (mengorelasikan) teks dari latar
belakangnyapun pada dasarnya adalah sebuah interpretasi juga.

168
Untuk menjelaskan poin di atas (kesalahan dalam
Mengumpulkan
menginterpretasikan teks berdasarkan latar belakang), ada beberapa
Informasi contoh yang kita dapat pelajari. Dalam latar belakang tulisan PB, entah
itu Rasul Paulus, Rasul Yohanes, dst, mereka pada umumnya memiliki
latar belakang yang berlipat tiga. Maksudnya baik penulis kitab suci
maupun jemaat yang dilayaninya bisa memiliki tiga latar belakang atau
konteks pemikiran yakni Yahudi, Yunani atau Romawi.
Misalnya saja dalam 1 Korintus 11:5, Rasul Paulus mengijinkan
perempuan untuk berdoa dan bernubuat (berkhotbah) asalkan mereka
menggunakan tudung. Dalam kasus ini, nasehat Rasul Paulus dalam
bagian tersebut terkesan janggal di telinga orang-orang Yahudi, sebab
bagi orang-orang Yahudi, perempuan itu tidak boleh memimpin doa,
apalagi berkhotbah. Meskipun demikian, jika kita membaca latar
belakang mengenai peranan perempuan dalam budaya Roma, kita
akan mendapati sebuah informasi bahwa perempuan-perempuan
Roma dianggap setara bahkan dalam beberapa kasus bisa dianggap
lebih tinggi. Pembacaan secara sekilas berdasarkan latar belakangnya
semata, akan membuat kita menyimpulkan bahwa Paulus dalam kasus
1 Korintus 11, ia mengadopsi budaya Romawi. Namun, benarkah
demikian? Jika kita membaca konteks argumentasi yang rasul Paulus
berikan dalam 1 Korintus 11, maka jelas bagi kita bahwa alasan utama
Rasul Paulus mengijinkan perempuan untuk berdoa dan berkhotbah
bukan karena ia mengadopsi budaya Roma, namun karena ia melihat
tradisi atau ajaran kitab suci, khususnya berdasarkan tradisi penciptaan
manusia, memang memandangnya demikian.
Jadi, supaya penelaahan latar belakang tidak salah, maka di
sinilah kita membutuhkan penelaahan konteks, di mana konteks dari
Menalar
kitab suci akan menentukan apakah latar belakang yang kita temukan
(terkait dengan teks) cocok ataukah tidak. Dengan demikian, kita
melihat bahwa latar belakang dan konteks itu saling terkait. Konteks itu
bersifat sangat terbatas, kita tidak akan menemukan segala informasi
yang kita butuhkan dalam konteks, dalam hal ini latar belakang dapat
sangat menolong kita. Demikian juga dengan latar belakang, hal ini pun
dapat salah, dan penggalian konteks dapat menolong kita untuk
meluruskannya. Meskipun demikian, kita harus tetap optimis,
penelaahan teks yang hati-hati dengan melibatkan latar belakang
sejarahnya dan konteks dari teksnya akan membuat penafsiran kita
lebih tajam. Meskipun demikian, penafsiran berdasarkan latar
belakang dapat membuat seseorang mencocok-cocokan apa yang
seseorang baca dalam kitab suci dengan konteks tertentu yang
sebenarnya tidak ada kaitannya sama sekali.

169
Sebelum kita lebih lanjut membicarakan mengenai analisa
Mengumpulkan
Informasi
konteks, satu contoh akan ditambahan terkait dengan penelaahan
konteks dan latar belakang dalam memahami sebuah teks. Contoh teks
yang akan kita diskusikan adalah Kolose 1: 15-17:

“Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung,


yang lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di
dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di
sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak
kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik
pemerintah maupun penguasa: segala sesuatu diciptakan
oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala
sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.

Dalam pendekatan konteks, kita melihat jemaat Kolose mungkin


berpikir atau berpandangan sebaliknya dari apa yang Paulus ajarkan
bahwa ada orang-orang yang berpikir bahwa Yesus itu bukanlah “yang
terutama,” bukanlah “yang terbesar.”
Dari penjelasan latar belakang PB, ada informasi mengenai
sebuah ajaran yang disebut “proto gnostikisme” yang mengajarkan
bahwa ‘allah’ memiliki tingkatan. Allah yang menciptakan dunia ini
adalah aeon yang dipahami sebagai “allah” dengan tingkatan terendah.
Ia dipandang demikian sebab dunia ini penuh kelemahan sehingga
“allah” yang menciptakannya juga pastilah penuh kelemahan. Mereka
memandang di atas aeon masih ada ‘allah’ lain yang lebih besar.
Nampaknya Pada waktu Epafras memberitakan Injil di Kolose,
dia menyampaikan mengenai Yesus yang adalah ‘Pencipta’ dunia ini.
Tetapi Pada waktu berita mengenai Yesus sebagai Allah yang
menciptakan dunia ini diperdengarkan di telinga orang Kolose ternyata
hal yang muncul malah hal negatif, mengapa? Sebab Yesus akhirnya
dipandang atau disejajarkan dengan aeon yakni “allah kecil.”
Oleh sebab itulah Paulus menekankan bahwa Yesus itu adalah
Pencipta segala sesuatu baik itu 1) yang di surga; yang tidak kelihatan
maupun 2) yang dibumi; yang kelihatan. Ia perlu menegaskan bahwa
Dia adalah Pencipta “dunia” yang tidak kelihatan atau “surga” sebab
orang-orang Kolose memandang pencipta terbesar bukanlah pencipta
dunia ini. Pencipta terbesar adalah “pencipta dunia yang tidak
kelihatan.” Rasul Paulus mengajarkan bahwa baik dunia yang tidak
kelihatan maupun yang kelihatan sama-sama diciptakan Tuhan Yesus.
Pengertian seperti ini kita dapatkan bila kita membaca teks
berdasarkan konteks dan dibantu oleh buku-buku latar belakang.

170
C. KORELASI TEKS & KONTEKS

Setiap teks dibungkus oleh konteks. Teks yang ada pada kita
Mengamati
selalu punya konteks. Mungkin ada beberapa bagian kitab suci seperti
kitab Amsal yang sulit untuk dicari konteksnya, karena banyak ayat-
ayat di dalamnya terpenggal-penggal, tetapi mereka tetap memiliki
konteks. Konteks kitab Amsal memang bukan bersifat perikop tetapi
bersifat satu kitab. Oleh sebab itulah, dalam menafsirkan Alkitab kita
harus mengerti dulu konteksnya bila ingin tahu arti semulanya, tanpa
tahu konteksnya atau bila membacanya terlepas dari konteksnya,
akhirnya kita bisa salah dalam memahaminya.
Sebagai contoh, dalam televisi, kita sering sekali mendengar ada
tokoh-tokoh politik atau para pejabat yang sangat marah Pada waktu
pernyataannya disalahartikan. Saya sering kali mendengar istilah
‘dipelintirkan.’ Maksud dari dipelintirkan adalah pernyataan dari tokoh
itu dilepaskan dari konteks pembicaraannya sehingga orang akhirnya
menjadi salah tangkap.
Pernahkah terpikirkan, jika para penulis Alkitab masih hidup
zaman sekarang. Lantas kita dengan sembarangan dan sekehendak hati
mengutip omongan atau pernyataan mereka seolah-olah mereka
berkata seperti yang kita maksudkan padahal sebenarnya tidak, kira-
kira apa yang akan mereka lakukan? Pasti mereka akan teriak-teriak,
protes dan mengatakan bukan itu maksud dari omongan atau
pernyataan dia. Pada waktu kita mengutip atau memakai teks Alkitab
sehingga artinya jadi salah, kita sebenarnya sedang tidak menghargai
pemikiran mereka. Itulah alasannya memahami sebuah teks haruslah
berdasarkan konteksnya.
Dalam Alkitab, setiap teks dibungkus dengan konteks yang
Menalar berlapis. Memang konteks sendiri memiliki beberapa lapis atau
tingkatan. Pertama, lapis terbawah dari konteks berkaitan langsung
dengan bagian teks itu secara langsung, lapis konteks ini disebut
sebagai konteks dekat atau konteks dalam. Dalam membaca kitab suci
‘konteks dalam’ sangat penting bahkan terpenting. Konteks dalam ini
bisa jadi justru menentukan arti teks yang paling dekat. Kedua, lapis
kedua dari teks adalah konteks dalam kitab yang sama. Sering kali,
sebuah pokok bahasan atau pikiran terkait dengan bagian-bagian yang
jauh sebelumnya telah dibahas penulis. Oleh sebab itu Pada waktu kita
membaca bagian firman Tuhan sering kali, kita harus membaca dan
mengaitkannya bukan saja dengan perikop tersebut tetapi dengan
perikop-perikop lain sebelumnya. Pembacaan yang melibatkan konteks
akan menolong kita untuk memahami teks dengan lebih baik.

171
Contohnya dalam Filipi 3:1-2 dikatakan:
Mengumpulkan
Informasi
Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan
memberi kepastian kepadamu. Hati-hatilah terhadap
anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang
jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat palsu.

Pada waktu kita membaca kalimat ini, tentu kita bertanya mengapa
Rasul Paulus memanggil orang-orang tertentu dengan panggilan yang
kasar? Kita juga bertanya siapakah orang-orang yang dimaksudkan oleh
Rasul Paulus? Bila kita membaca teks ini berdasarkan konteks
dekatnya, maka kesimpulan kita adalah orang ini adalah kelompok
Yahudi yang memaksakan ‘sunat’ terhadap orang percaya non-Yahudi.
Tahu dari mana? Rasul Paulus menyebut mereka adalah penyunat-
penyunat palsu. Kesimpulan seperti ini masih bisa dibenarkan, tetapi
coba kita membaca teks ini dari depan, coba membaca teks ini dengan
mengaitkannya dengan ps. 1 kita akan melihat bahwa musuh yang
diserang oleh Rasul Paulus ternyata bukan sekedar ‘penyunat palsu.’
Tentu untuk menjawab pertanyaan tadi (siapakah itu para
musuh Paulus di Filipi), kita harus kembali ke awal surat Filipi (pasal 1).
Dalam ay. 5 dikatakan Filipi adalah jemaat yang rajin menginjili; dalam
ay 7 dan 12 dapat disimpulkan bahwa Paulus kemungkinan sedang
dalam penjara karena berita Injil. Lalu dalam ay. 15-17 dikatakan ada
orang-orang yang memberitakan injil dengan maksud-maksud yang
tidak benar. Jadi menurut konteks surat, lawan atau musuh yang
dihadapi oleh Rasul Paulus adalah orang-orang yang memberitakan Injil
tapi dengan maksud yang salah.
Sekarang kita diperhadapkan kepada sebuah pertanyaan,
apakah yang disebut anjing-anjing, pekerja-pekerja jahat dan
penyunat-penyunat palsu dalam ps 3:2 terkait dengan pemberita-
pemberita injil yang salah atau terkait (menunjuk) pada orang-orang
Yahudi yang menekankan tradisi sunat sebagai syarat keumatan
Tuhan? Untuk menjawab pertanyaan ini ada beberapa kemungkinan
pilihan, yakni: 1) ada kemungkinan si anjing dan si pekerja-pekerja yang
jahat dan penyunat-penyunat palsu menunjuk pada satu kalangan yang
sama, 2) ada kemungkinan juga, si anjing dan si pekerja jahat menunjuk
pada orang yang sama sementara si penyunat palsu menunjuk pada
kalangan yang berbeda. Pandangan yang kedua lebih sulit diterima
sebab bila memang ada musuh yang dibicarakan oleh Rasul Paulus
pastilah dari awal sudah dia bicarakan dan dikritiknya.

172
Itulah sebabnya kemungkinan besar musuh yang dimaksudkan
dalam jemaat Filipi adalah kalangan Yahudi yang sama seperti Rasul
Paulus, memberitakan Injil keselamatan dalam Yesus tetapi tetap
menekankan pentingnya sunat sebagai ‘tanda keumatan umat Tuhan.’
Jadi kalangan ini setelah memberitakan Injil, mengharapkan orang-
orang masuk dalam agama Yahudi.
Selain kedua lapis konteks yang kita sudah bicarakan, ada lapis
Menalar ketiga dari konteks Alkitab, yakni konteks tulisan dari penulis yang
sama. Jikalau pokok atau teks yang kita baca ternyata muncul dalam
beberapa tulisan dari satu tokoh yang sama. Walaupun kita telah
mencoba meneliti dan membacanya berdasarkan konteks dekat dan
konteks kitabnya, tetapi kita masih harus membandingkannya dengan
pikiran penulis tersebut dalam kitab-kitab lainnya.
Pada waktu kita memperbandingkan pemikiran penulis dengan
tulisannya yang lain kita akan menemukan dua kemungkinan yakni: 1)
Pemikiran dari penulis baik di bagian yang satu dengan bagian yang
lainnya sejajar. Memang sudah seharusnya atau biasanya pemikiran
manusia itu bersifat konstan. Jarang ada orang yang memiliki keyakinan
yang ‘mendua.’ 2) Pemikiran dari penulis ternyata mengalami
perubahan sehingga berbeda dari pemikiran sebelumnya, ini berarti
‘pemikiran penulis’ mengalami transisi.
Dalam kasus-kasus tertentu kita akan mendapati bahwa pikran
penulis Alkitab walaupun tokohnya sama tetapi mereka dapat berbeda.
Namun prinsip tafsirnya adalah: kecuali benar-benar atau secara nyata-
nyata pemikiran tersebut tidak bisa disejajarkan maka kita harus
mengakui bahwa penulis tersebut kemungkinan mengalami perubahan
kerangka berpikir atau berpikir secara berbeda. Jadi, Pada waktu kita
menemukan ada pemikiran dari satu tokoh tertentu yang nampaknya
berbeda maka yang harus kita lakukan adalah mencoba membuat
‘kesejajaran’ terlebih dahulu. Bila memang tidak bisa disejajarkan, baru
kita bisa menarik kesimpulan bahwa pemikiran tokoh tersebut berbeda
dari pemikiran sebelumnya.
Sebagai contoh, bacalah dan pelajarilah Kolose 3:1: “karena itu
Mengumpulkan kamu (telah) dibangkitkan bersama dengan Kristus… .” Di hampir
Informasi
semua tulisan Rasul Paulus, istilah kebangkitan selalu menggunakan
tensis ‘future’ atau masa yang akan datang. Tetapi dalam Kolose Rasul
Paulus memandang ‘kebangkitan’ sebagai sesuatu yang bersifat aorist,
yang telah terjadi satu kali dalam hidup kita. Penggunaan tensis aorist
oleh Rasul Paulus memberikan kesimpulan bahwa kali ini Rasul Paulus
pandangannya berubah.

173
Lapis keempat adalah konteks dalam kelompok kitab yang sama
Menalar
dan (atau) keseluruhan kitab suci. Alkitab kita terbagi dua yakni PL dan
PB, dan keduanya merupakan satu kesatuan walaupun ada perbedaan
dalamnya. Kita menyakini bahwa walaupun PB ada banyak penulisnya
(demikian juga dengan PL) tetapi mereka tetap punya satu kesatuan,
mengapa? Sebab di balik kepenulisan tokoh-tokoh PL-PB ada Roh
Kudus yang bekerja. Oleh karenanya pada waktu kita membaca kita
suci, kita harus memandang bahwa setiap detail kitab suci adalah
bagian dari keseluruhan kitab suci. Semua bagian tersebut seharusnya
saling terkait dan tidak akan pernah bertentangan tetapi setiap teks
saling melengkapi satu dengan lainnya karena ada Roh Kudus yang
menyatukan semua bagian teks.
Meskipun demikian, bisa jadi apa yang dikatakan tokoh-tokoh
PB memang sama tetapi bisa jadi juga apa yang mereka katakan bisa
berbeda. Meskipun demikian perbedaan mereka tidak dipahami
sebagai sebuah pertentangan tetapi sebagai sebuah kekayaan
pandangan dalam PB atau PL. Ada kalanya perbedaan dalam Alkitab
pada dasarnya disebabkan karena perbedaan konteks pergumulan
dalam pembaca teks yang pertama. Teks Alkitab saling melengkapi dan
menyampaikan pokok yang sama tetapi dalam pendekatan yang
berbeda.
Pandangan Penulis surat 1 Petrus dan Rasul Paulus memiliki
Mengumpulkan
kesamaan pada waktu mereka memandang mengenai pemerintah
Informasi sebagai wakil Allah. Lih. Roma 13:1-7 dan 1 Petrus 2:11-17.
Bagaimanakah penulis Mazmur 1:1-6 memandang ‘taurat’? Pemazmur
memandang bahwa ‘taurat Tuhan’ itu adalah firman Allah yang
menjadi penuntun bagi hidup umat Tuhan. Bagaimanakah rasul Paulus
memandang taurat (Galatia 3:24)? Rasul Paulus memandang bahwa
‘masa kerja’ hukum Taurat itu sudah selesai. Fungsi dari hukum Taurat
adalah menyatakan ‘keberdosaan manusia.’ Cara pandang Rasul Paulus
dan penulis mazmur memang berbeda. Hanya saja, kita meyakini
perbedaan mereka tidaklah saling bertentangan. Jadi meskipun ada
kesatuan tetapi kesatuan itu bukan sesuatu yang harus dipaksakan dan
harus disama-samakan. Kitab suci adalah satu, di dalamnya ada
kesatuan tetapi dalam kesatuan itu ada berbagai ‘perspektif teologi
yang berbeda.’ Memikirkan satu teks dengan membandingkannya
secara keseluruhan PB atau PL, sebenarnya sangat sulit untuk
dilakukan. Alasannya, tidak ada orang yang menguasai seluruh detail PL
atau PB. Itulah sebabnya, kita perlu belajar untuk merendahkan hati
saat kita membaca teks kitab suci.

174
Diskusikanlah
Menanya

Bacalah Yesus dibaptiskan dalam Matius 3:13-17 dan bandingkanlah


dengan kesaksian Petrus dalam 2 Petrus 1:16-17. Carilah persamaan
dan perbedaan dari kisah yang sama dari kedua teks yang berbeda
tersebut!

D. BAGAIMANA MENCARI KONTEKS

Dalam menggali konteks, kita dapat mengawalinya dengan


Menalar
pertanyaan ‘mengapa.’ Misalnya saja kita bertanya “mengapa Rasul
Paulus berkata wanita harus memakai kerudung?” atau “mengapa
Rasul Paulus meminta jemaat Roma untuk patuh dan menghormati
pemerintah,” dst. Bila kita sudah bisa mendapatkan jawaban dari apa
yang kita tanyakan, itu berarti kita sudah mendapatkan atau
menangkap konteks dari teks tersebut. Meskipun demikian, jawaban
yang harus kita peroleh bukanlah jawaban dari reka-rekaan pikiran kita
tetapi harus berdasarkan fakta atau informasi yang secara intrinsik ada
dalam teks.
Setelah itu kita harus menentukan batasan konteks penelaahan
Mengumpulkan kita. Kita harus mencoba menentukan apakah konteks ayat/teks yang
Informasi
kita baca 1) hanya ada dalam perikop itu
saja, 2) ada juga dalam bagian kitab yang
sama, 3) ada juga dalam bagian kumpulan
kitab yang ditulis oleh penulis yang sama.
Hasan Sutanto memberikan 4 kriteria kaitan
antara teks yang ditelaah dengan teks
lainnya yakni: 1) Adanya bahasa, istilah, ide
yang mirip, 2) Adanya latar belakang yang
berdekatan, 3) Adanya data yang sejajar, 4)
Adanya jalan cerita atau kronologi yang
sama.
Untuk bisa menentukan hal di atas maka kita harus sudah
beberapa kali membaca teks Alkitab secara general. Kebanyakan kita
membaca Alkitab sebelumnya adalah secara general, kita baca terus
setiap hari, mengerti ataupun tidak, salah atau benar, dibiarkan saja.
Pola pembacaan seperti ini walaupun seringkali salah mengerti tetapi
tetap memiliki manfaat untuk menolong kita membaca kita suci secara
general supaya Pada waktu kita membaca kita suci secara particular
kita bisa melihat kaitan dari teks yang kita baca dengan teks lainnya.

175
Pada waktu kita membaca perikop maka 1) kita harus
membacanya dengan berhati-hati dan perlahan 2) mencoba membaca
dengan membangun keterkaitan dengan bagian atau pokok-pokok,
baik sebelum maupun sesudah teks yang kita baca. Bila memang teks
tersebut terkait dengan bagian kitab yang lain, bahkan terdapat juga
dalam tulisan yang lain dari tokoh tersebut, maka tidak ada salahnya
bila kita membaca dan membandingkan keseluruhan teks yang terkait
dengan teks yang kita baca.
Selain melalui lontaran pertanyaan, membaca konteks juga
Menalar
dapat dilakukan dengan jalan melihat “teguran” yang Paulus
sampaikan kepada jemaat yang dilayaninya. Misalnya saja dalam surat
Galatia, kita menemukan konteks jemaat Galatia salah satunya dalam
Gal. 5:2-3. Dalam bagian tersebut Rasul Paulus secara eksplisit
melarang jemaat untuk membiarkan diri mereka disunatkan. Itu berarti
dalam jemaat Galatia terdapat persoalan tuntutan sunat.
Pada saat kita melakukan analisa konteks, maka ada prinsip
Mengumpulkan
Informasi yang harus kita pegang yakni setiap bagian teks berlaku mutlak
memiliki konteks yang sama. Sebagai contoh, dalam Alkitab ada
beberapa bagian Alkitab yang membicarakan mengenai isu makanan
yakni dalam 1) Daniel 1:8; 2) Markus 7:15; 3) 1 Kor 8:1-13. Kita
kemudian ingin mencari tahu, dari ketiga teks tersebut manakah yang
berbicara secara tepat mengenai boleh atau tidaknya orang Kristen
makan bekas persembahan berhala?
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah kita harus bertanya:
apakah peristiwa Daniel tidak mau makan daging bekas persembahan
sejajar konteksnya dengan kita yang tidak mau makan makanan bekas
sembayangan? Daniel sedang berada dalam pembuangan, bagaimana
dengan dengan kita? Kita tidak sedang dalam pembuangan. Kemudian
tindakan Daniel dan teman-temannya adalah reaksi normal bagi orang
yang baru saja dihukum Tuhan ke pembuangan. Waktu itu, makanan
masih jadi identitas iman, bagaimanakah dengan sekarang? Coba lihat
istilah yang dipakai oleh Daniel, menajiskan diri. Pertanyaannya adalah
apakah di zaman sekarang bila kita makan daging bekas berhala berarti
kita sedang menajiskan diri? Tentu tidak bukan? Jadi, Daniel 1
sepertinya berbeda konteks dengan konteks kita di zaman sekarang
terkait dengan isu makan makanan bekas sembayangan.
Sekarang kita coba melihat Markus 7, apa konteksnya di sana?
Mereka adalah orang Yahudi, namun apakah di zaman Tuhan Yesus,
mereka (orang-orang Yahudi) makan daging bekas persembahan
berhala tidak? Jawabannya tentu saja tidak. Jadi kasusnya (baca:
konteksnya) bukan masalah itu. Kasus dalam Markus 7 lebih terkait soal

176
adat-istiadat dan tata cara makan. Di waktu itu beredar aturan
khususnya berasal dari kalangan Farisi bahwa orang yang makan tidak
mencuci tangan terlebih dahulu sama saja makan dengan tangan yang
najis. Jadi najis atau tidaknya makan bergantung pada caranya. Ini
adalah tafsiran kalangan Farisi. Yang Tuhan Yesus tegaskan adalah najis
atau tidaknya sesuatu bukan dilihat berdasarkan cara makan tapi
masalah hati.
Sekarang mari kita lihat konteks 1 Kor 8. Siapakah jemaat
Korintus? Mereka bukan orang Yahudi tapi orang Yunani yang bertobat.
Mereka dulu berlatar belakang penyembahan berhala dan terbiasa
makan makanan bekas persembahan berhala. Bagaimanakah dengan
zaman sekarang? Orang-orang yang makan makanan bekas
sembayangan juga bukan orang Yahudi, mereka sebelumnya pada
dasarnya adalah penyembah “berhala” yang mempunyai kebiasaan
makan makanan bekas persembahan. Jadi ada kemiripan konteks
antara 1 Korintus 8 dengan orang-orang di zaman sekarang yang
bergumul dengan makanan bekas berhala. Jadi bila kita ingin mencari
tahu masalah boleh atau tidaknya makan bekas sembayangan, maka
kita harus menentukan terlebih dahulu konteks manakah yang lebih
mirip antara Daniel 1, Markus 7 atau 1 Korintus 8 dengan konteks kita
sekarang.
Prinsip kedua yang harus kita pahami pada saat menggunakan
Mengumpulkan
analisa konteks dalam memahami ajaran Alkitab adalah teks dalam
Informasi
konteks selalu mengandung message ‘pesan’ tertentu, carilah
message-nya kemudian terjemahkan dalam konteks. Apa message dari
Daniel 1? Kita tidak boleh menajiskan diri, pesan ini barangkali pararel
dengan larangan bagi umat Tuhan untuk menonton film porno, atau
menggunakan ‘tipu daya’ dalam bisnis, dsb. Bagaimanakah dengan
Markus 7? Pesannya adalah kenajisan muncul dari dalam hati. Pesan ini
yang bisa diaplikasikan dalam masalah penilaian yang diberikan baik
terhadap orang yang miskin, yang dianggap penyakitan, dst, yang
sering kali dianggap “hina atau tidak layak.”

E. LATIHAN MEMBACA KONTEKS

Bacalah 1 Timotius 2: 8-15. Bagian ini membicarakan mengenai


isu mengenai kaum perempuan dalam gereja. Isu ini juga dibicarakan
Paulus dalam 1 Korintus 11:2-16.

8 Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-

laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa

177
marah dan tanpa perselisihan. Demikian juga hendaknya
perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas,
dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan
berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara
ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia
berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi
perempuan yang beribadah. Seharusnyalah perempuan
berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak
mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak
mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam
diri. Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian
barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda,
melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke
dalam dosa. Tetapi perempuan akan diselamatkan karena
melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan
pengudusan dengan segala kesederhanaan.

Di beberapa gereja tertentu, kaum wanita tidak diijinkan untuk


menjadi pengkhotbah ataupun menjadi seorang pendeta jemaat. Salah
satu dasar pemikiran mereka adalah dalam 1 Timotius 2: 8-14. Apakah
sebenarnya masalah utama 1 dan 2 Timotius? Maka jawabannya
adalah masalah ketertiban dalam jemaat; mengapakah hal demikian
dapat terjadi? Kemungkinan besar karena tidak adanya kepemimpinan
yang kuat dalam jemaat.
Jika kita melihat ay. 9 kita menemukan indikasi adanya
perempuan yang busana atau dandanannya tidak pantas. Namun, jika
kita melihat ay 10, kita juga melihat sebuah indikasi adanya
perempuan-perempuan yang hidupnya tidak benar. Kemudian dalam
ay. 11-12, kita menemukan indikasi adanya perempuan-perempuan
yang sangat suka berbicara bahkan memerintah laki-laki dan melawan
suami.
Kira-kira wanita manakah yang berperilaku demikian? Jika kita
membaca latar belakang PB, kita akan menemukan bahwa dalam
kebudayaan Yahudi, Yunani dan Romawi kaum wanita dipandang
berbeda. Wanita dari kelompok Yahudi dan Yunani pada umumnya
dipandang tidak setara dengan kaum pria. Meskipun demikian, dalam
masyarakat Romawi, mereka memiliki budaya yang mensejajarkan
wanita dengan pria. Dilihat dari konteks budaya masyarakat abad
pertama Masehi, kemungkinan besar isu dalam 1 Timotius terkait
dengan isu budaya Romawi mengenai kaum perempuan.

178
Namun, mengapakah penulis 1 Timotius perlu menegaskan
masalah ini? Maka kita menemukan jawaban bahwa karena kehadiran
wanita ini membuat kekacauan dalam ibadah yang diselenggarakan
jemaat. Itulah sebabnya, penulis surat 1 Timotius harus mengambil
keputusan yang keras untuk menertibkan jemaat. Paulus menegaskan
bahwa perempuan-perempuan yang menimbulkan masalah dalam
jemaat hendaknya ditertibkan.

F. Penutup

Membaca konteks Alkitab adalah bagian penting dalam


menafsirkan Alkitab. Setiap teks dituliskan dalam konteks tertentu, dan
itulah sebabnya, untuk memahami sebuah teks haruslah memahami
konteksnya dulu. Mengabaikan pentingnya studi konteks dalam
membaca dan menafsir Alkitab akan membawa pembaca pada
kesalahmengertian ajaran Alkitab.
Dalam penafsiran Alkitab, ada berbagai konteks yang perlu
dipertimbangkan. Kita telah mendiskusikan mengenai konteks latar
belakang sejarah, di mana studi latar belakang, akan menjadi bagian
penting dalam penafsiran Alkitab. Konteks dan latar belakang sebuah
teks sangatlah penting untuk dipelajari sebelum seseorang
menafsirkan Alkitab. Penulis Alkitab dan pembaca modern hidup dalam
zaman yang berbeda sehingga memahami konteks sejarah penulis
Alkitab sangatlah penting.
Selain itu, kita juga telah mendiskusikan konteks terdekat
sebuah gagasan yakni kalimat, paragraf, atau teks di mana ide tersebut
dibicarakan. Konteks ini pun penting untuk diperhatikan dalam proses
memahami sebuah teks. Sebuah kata dalam Alkitab harus dipahami
dalam konteks penggunaannya dalam kalimat atau paragraph dimana
istilah tersebut digunakan.

Ringkasan
1. Firman Tuhan disampaikan dalam zaman tertentu dan dalam
tulisan tertentu.
2. Untuk memahami Firman Tuhan, pembaca masa kini perlu
memahami konteks sejarah maupun konteks dari perkataan dalam
teks Firman Tuhan.
3. Untuk memahami konteks sejarah, pembaca masa kini perlu
mempelajari buku-buku mengenai bangsa Israel maupun gereja
mula-mula.

179
Ayat Hafalan
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan
dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-
tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan
baik.
Mengkomuni 2 Timotius 3:16-17
kasikan Aktivitas
Buatlah sebuah gambar mengenai pencobaan Yesus di pandang gurun
dengan menggunakan latar belakang kehidupan dunia modern.

Bacaan lebih lanjut


Baker, David L., and John J. Bimson. Mari Mengenal Arkeologi Alkitab.
Jakarta: BPK, 2004.

Fee, Gordon. New Testament Exegesis. Terj. Malang: SAAT, 2008. Hal
125-144.

Green, Joel B., ed. Hearing the New Testament: Strategis for
Interpretation. 2nd ed. Grand Rapids: Eerdmans, 2010. Bab 5.

180
181
Pelajaran 12
Mengenal Genre Alkitab

A. Pendahuluan

Dalam membaca Alkitab, kita harus memperhatikan gaya dan


Mengamati
jenis sastra yang digunakan dalam teks yang kita baca dan teliti.
Kesalahan dalam penafsiran seringkali disebabkan kegagalan dari para
pembaca Alkitab dalam menentukan jenis sastra dan genre dari
Alkitab. Itulah sebabnya, menganalisis genre sebuah teks adalah
langkah awal dalam sebuah proses interpretasi. Untuk itu, mengenal
berbagai jenis genre dalam Alkitab diperlukan oleh mereka yang ingin
memahami Alkitab dengan benar.

Menanya
Diskusikanlah
Sebutkanlah beberapa jenis sastra yang Anda ketahui dalam Alkitab,
baik dalam PL maupun PB? Dan jelaskan juga keunikan dari jenis sastra
yang Anda sebutkan!

Grant R. Osborne dalam bukunya


Mengumpulkan Hermeneutical Spiral menjelaskan bahwa
Informasi dalam proses membaca teks, prinsip-
prinsip dasar dari penafsiran haruslah
diterapkan dalam genre “gaya sastra”
masing-masing teks yang akan ditelaah.
Setiap teks memiliki karakter yang unik
dan karakter tersebut menjadi bagian dari
kelompok jenis teks dalam dunia kuno.
Inilah alasannya mengapa studi mengenai
genre penting. Sebagai contoh, cara
membaca sebuah tulisan dalam Alkitab
dengan gaya sastra puisi tentunya berbeda dengan membaca tulisan
tertentu dengan gaya sastra narasi. Sementara gaya sastra yang
menggunakan bentuk puisi cenderung menggunakan berbagai
metafora dan simbolisme, tulisan Alkitab seperti narasi cenderung
menggunakan bahasa yang lebih bersifat harafiah. Itulah sebabnya,
memahami genre sebuah kitab sangat penting dan akan memengaruhi
bagaimana membaca teks tersebut.

182
B. Genre

1. DEFINISI GENRE
Istilah Genre diterjemahkan sebagai gaya atau bentuk sastra.
Mengamati Dalam literatur Melayu, kita menemukan ada berbagai macam
gaya/bentuk sastra, tetapi pada umumnya gaya sastra dibagi dua
bagian yakni prosa dan puisi. Gaya sastra prosa dapat memiliki
berbagai gaya/bentuk sastra lagi misalnya cerita, laporan sejarah,
legenda/dongeng, dst. Demikian juga dengan puisi, bentuk ini dapat
memiliki berbagai bentuk lainnya misalnya
pantun, puisi, peribahasa, dan bentuk
sastra lainnya.
Dalam pendekatan yang diusulkan
Mengumpulkan oleh Gordon D. Fee, ia menjadikan
Informasi identifikasi genre sebagai langkah pertama
dalam eksegese. William Klein, dkk
membuat satu bab secara khusus untuk
menjelaskan genre. Dengan demikian kita
melihat pandangan para ahli tafsir dalam
melihat pentingnya identifikasi genre.
Identifikasi genre sangat penting sebab apabila kita salah
mengidentifikasikannya maka kita berpotensi untuk melakukan
kesalahan dalam menafsirkan teks.
Menurut Klein, salah satu prinsip dasar
dalam penafsiran Alkitab adalah arti dari
setiap teks harus diartikan sesuai dengan
konteks sastranya. Kita tidak boleh
menafsirkan bagian teks dengan gaya
sastra puisi dengan prinsip penafsiran gaya
sastra prosa demikian juga sebaliknya.
Selain itu, tiap genre memiliki kekhususan,
misalnya saja walaupun kitab Amsal dan
Mazmur sama-sama memiliki bentuk puisi
tetapi cara menafsirkan Amsal dan
Mazmur sangat berbeda. Walaupun Mazmur dan Amsal sama-sama
dapat menggunakan gaya bahasa simbolis, tetapi sudut pandang
teologi Mazmur sering kali diperlihatkan dengan jelas sementara sudut
pandang teologi Amsal sering kali diperlihatkan dalam bentuk sebuah
teka-teki. Jadi, untuk memahami Alkitab dengan benar kita harus
memahami genre-nya dengan benar, kesalahan dalam memahami
genre dapat membawa pada kesalahan dalam memahami arti teksnya.

183
2. JENIS SASTRA
Walaupun secara umum, jenis sastra dibagi 2 yakni prosa dan
Mengamati puisi, namun pembagian ini agak sulit diterapkan secara kaku dalam
Alkitab. Mengapakah demikian? Karena dalam Alkitab terdapat
banyak jenis sastra. Oleh sebab itu, dalam penafsiran Alkitab, kita tidak
membaginya menurut dua pembagian besar tersebut. Kita membagi
genre Alkitab setidaknya menjadi 6 jenis.

a. Gaya Sastra Law ‘hukum.’

Gaya sastra ini biasanya diartikan lebih denotatif (arti yang


Menalar
sebenarnya). Mengapakah sebuah gaya sastra law harus denotatif?
Sebab apabila konotatif (memiliki arti kiasan), bahasa law “hukum”
akan menjadi sulit dimengerti. Kita sering melihat bahwa satu
ayat/pasal tertentu dalam hukum dapat menjadi perdebatan,
walaupun artinya jelas-jelas denotatif. Mengapakah demikian? Karena
perbedaan cara menafsir bagian tersebut. Bayangkan saja, apalagi jika
sebuah aturan hukum ditulis dengan gaya bahasa konotatif, dengan
memakai kalimat yang indah seperti syair, para hakim pasti akan
“pusing” dalam memutuskan perkara (sebagai contoh: hukum cambuk
50 kali bagi yang “ringan tangan” atau hukuman mati bagi “nenek
lincah”). Meskipun demikian, dalam sastra “hukum,” dalam hal-hal
tertentu, gaya bahasa konotatif dapat muncul, hanya saja secara
umum jenis sastra ini harus ditafsirkan denotatif.
Sebagai contoh, dalam Keluaran 20: 2 di sana disebut istilah
Mengumpulkan “tanah Mesir.”
Informasi

"Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar


dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.

Pertanyaannya adalah apakah dalam genre law, istilah “tanah Mesir”


harus diartikan secara denotatif (arti sebenarnya) ataukah konotatif
(arti kiasan)? Tentu dalam genre law istilah tersebut harus diartikan
denotatif. Bangsa Israel bukan disimbolkan keluar dari Mesir tetapi
memang secara harafiah keluar dari tanah mesir.
Sekarang bandingkan dengan istilah “Mesir” dalam Wahyu
11:7-8, apakah istilah “Mesir” dalam bagian ini harus dipahami secara
denotatif atau konotatif?

Dan apabila mereka telah menyelesaikan kesaksian mereka,


maka binatang yang muncul dari jurang maut, akan memerangi

184
mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka. Dan
mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang
secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan
mereka disalibkan.

Tentu saja dalam kedua bagian teks di atas istilah Mesir diartikan
konotatif. Jenis sastra dari kitab Wahyu adalah Apokaliptik dan dalam
sastra ini, berbagai istilah pada umumnya digunakan secara allegoris.
Contoh yang lain, misalnya saja dalam Keluaran 20: 4, dalam
bagian ini Alkitab membicarakan mengenai larangan untuk
menyembah “patung,” apakah istilah “patung” di sini memiliki arti
denotatif atau konotatif?

Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun


yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau
yang ada di dalam air di bawah bumi.

Maka jawabannya tentu saja denotatif, namun jika kita


membandingkan istilah yang sama dalam Kej 1: 27, di mana istilah
selem dan demut yang diterjemahkan dengan kata ‘gambar dan rupa’
juga memiliki arti patung, tetapi istilah patung di sini tentu memiliki
arti keduanya baik denotatif maupun konotatif.

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,


menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan
perempuan diciptakan-Nya mereka.

Contoh lain lagi adalah istilah langit di atas, di bumi di bawah,


dan air di bawah bumi, dalam Keluaran 20:4, apakah istilah ini memiliki
arti denotatif atau konotatif? Tentu saja memiliki arti denotatif.

Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun


yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau
yang ada di dalam air di bawah bumi.

Sedangkan dalam Kej 11:3-4, walaupun di sini, juga muncul istilah


langit, namun istilah ini diartikan baik secara denotatif dan konotatif,
menunjuk pada tempat kediaman Allah.

Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita


membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata

185
itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai
tanah liat. Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita
sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya
sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita
jangan terserak ke seluruh bumi."

Sebuah genre hukum biasanya memakai gaya retorika


Menalar imperative ‘perintah.’ Persoalannya adalah ternyata kitab-kitab
dengan genre hukum biasanya bersifat kasuistis (terkait dengan kasus
tertentu), selain itu bentuk perintah selalu disertai janji dan
peringatan. Oleh sebab itu, untuk menafsirkan sebuah ‘perintah,’ kita
harus melihatnya secara keseluruhan, kasusnya seperti apa dan janji
serta peringatannya seperti apa. Dengan demikian, kita dapat
menyamakan kitab-kitab yang memiliki genre hukum dengan buku
aturan main.
Yang termasuk genre hukum adalah kitab-kitab Taurat kecuali
Kejadian. Kitab Kejadian tidak memiliki genre hukum, tetapi memilki
bentuk sastra naratif.

b. Gaya Sastra Nubuatan atau Apokaliptik.


Mengamati
Sastra Apokaliptik lebih sulit untuk ditafsirkan. Jenis sastra ini
tidak dikenal oleh pembaca modern. Selain itu, sastra ini sulit untuk
ditafsirkan karena ini adalah sastra yang menggunakan sandi atau kode
yang hanya dipahami orang-orang yang menjadi bagian dari satu
kelompok atau komunitas tertentu. Dengan kata lain, mereka yang
dapat memahami lukisan-lukisan di dalamnya adalah pengikut penulis
Menalar sastra tersebut.
Oleh karenanya, untuk menafsirkan bagian tulisan Alkitab
dengan sastra Apokaliptik, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu: 1) pembaca sebaiknya mengerti terlebih
dahulu setting sejarah dari penulis apokaliptik tersebut; 2) pembaca
harus melihat dan meneliti penggunaan simbol-simbol yang
dipakainya; 3) pembaca harus mencari tahu siapa dan apa yang
digambarkan oleh simbol-simbol tersebut; 4) pembaca harus mencari
pesan teologis dari bagian tersebut. Pada saat membaca sastra
Apokaliptik, kita harus mengerti bahwa dalam sastra ini gaya bahasa
konotatif lebih banyak digunakan. Oleh sebab itu, berhati-hatilah
ketika membaca sastra ini, sebab kita dapat mengabaikan apa yang
sangat penting yang disampaikan penulisnya.

186
Sebagai contoh, dalam Wahyu 20:1 dikatakan malaikat
Mengumpulkan
Informasi
mengikat naga, si ular tua dengan rantai besar? Pertanyaannya adalah
apakah istilah naga dan rantai besar harus dipahami secara denotatif
atau konotatif? Istilah tersebut kemungkinan besar harus diartikan
konotatif. Di mana naga menggambarkan pekerjaan iblis dan rantai
besar menggambarkan kuasa Allah yang mengikatnya. Namun
pertanyaannya adalah mengapa mereka perlu berbicara dalam gaya
sastra ini? Karena gaya sastra ini efektif dalam memberikan
pengharapan bagi pembacanya yang tertindas dan tertekan. Kita perlu
mengetahui bahwa gaya bahasa Apokaliptik muncul dalam setting
historis ketertekanan.
Menurut John C. Collins
sebagaimana yang dikutip dalam Klein,
Introduction to Biblical Interpretation
mengatakan Apocalypse is a genre of
revelatory literature with a narrative
framework in which revelation is mediated
by an other worldly being to human
recipient, disclosing a transcendence
reality which is both temporal insofar as it
envisages eschatological salvation and
spatial insofar as it involves another,
supernatural world Tekanan dari definisi ini adalah sbb: 1) Apokaliptik
merupakan literatur nubuatan dengan gaya/bentuk sastra
narasi/drama; 2) Nubuat disampaikan oleh mkhluk “supranatural”
kepada manusia. Di sisi yang lain, kita juga sebenarnya dapat
menambahkan bahwa nubuatan ini jadi mediator bagi penulis zaman
itu dengan pembacanya. Meskipun demikian, di sisi yang lain,
nubuatan ini mempunyai fungsi ganda yakni untuk zamannya dan
zaman yang akan datang.
Bagian Alkitab yang termasuk sastra Apokaliptik adalah sbb:
kitab Wahyu; sebagian kitab Daniel, Zakharia; Yesaya; Yehezkiel, dan
beberapa kitab lainnya.

Diskusikanlah!

Bacalah satu atau dua perikop dari kitab Wahyu dan temukanlah
Menanya
istilah-istilah yang bersifat simbolis dan yang Anda rasa sulit untuk
dipahami! Diskusikanlah juga bagaimana secara simbol-simbol yang
Anda diskusikan dipahami secara umum?

187
c. Gaya Sastra Narasi.

Sebuah narasi memiliki beberapa karakteristik, yakni: 1)


Mengamati Adanya tokoh-tokoh yang dimunculkan; 2) narasi juga biasanya
memiliki alur cerita; 3) kisah tertentu dapat diidentifikasi sebagai
narasi teologis di mana cerita selalu menyertakan sudut pandang
teologis; 4) pencarian sebuah konteks dalam narasi lebih sulit dan
harus dilihat dari keseluruhan kitab.
Bagian Alkitab yang termasuk narasi adalah Injil Sinoptik,
Yosua, Ruth, 1 Samuel; 1 Raja-raja, dst. Narasi tentu ditulis dengan
gaya bahasa yang lebih denotatif, tetapi pesan-pesan yang
disampaikan dapat memakai gaya bahasa konotatif.
Sebagai contoh, kita dapat melihat kisah perjumpaan Yesus
Mengumpulkan dan Zakheus dalam Lukas 19:1-10, secara umum narasi dalam bagian
Informasi
ini tentu harus diartikan denotatif, tetapi jika kita melihat pesan-pesan
yang dimunculkan, misalnya dalam ay. 9 disebutkan mengenai “rumah
ini,” maka istilah tersebut tidak mungkin diartikan denotatif, istilah
tersebut jelas memiliki pengertian konotatif, yang mengacu kepada
Zakheus dan keluarganya. Demikian juga dengan istilah “anak
Abraham,” istilah inipun pasti tidak diartikan “denotatif,” namun
secara konotatif (menunjuk pada perubahan hidup dari Zakheus).

Menanya Diskusikanlah
Sharingkanlah salah satu kisah Alkitab yang paling Anda sukai. Jelaskan
apa yang mau diajarkan dalam narasi tersebut dan bagaimana narasi
tersebut memengaruhi kehidupan Anda?

d. Gaya Sastra Perumpamaan.

Sebuah perumpamaan sebenarnya adalah sebuah narasi tetapi


Mengamati narasi ini berbeda dari narasi lainnya, sebab perumpamaan juga
nampaknya terkategori narasi hikmat. Untuk dapat mengerti
perumpamaan, kita harus melakukan dua hal berikut: pertama kita
harus melihat bentuk dari perumpamaan tersebut, dan yang kedua
kita harus menggunakan analisa naratif untuk mencari sudut pandang
teologis yang mau disampaikan oleh teks perumpamaan tersebut.
Mengapakah melihat bentuk atau jenis perumpamaan ini sangat
penting? Jawabannya sederhana, sebab bila kita salah melihat bentuk
atau jenisnya maka kita akan salah dalam menafsirkan perumpamaan
tersebut.

188
Menurut Liem Kim Yang perumpamaan dapat memiliki 4
Mengumpulkan
Informasi
bentuk yakni:
• Alegori adalah bentuk cerita dalam berbahasa yang hendak
menyampaikan satu kebenaran melalui sejumlah gambar yang
dirangkai menjadi satu cerita, untuk menyatakan berbagai segi
dari kebenaran itu sekaligus menyelubunginya bagi orang luar.
Sebuah alegori ditandai dengan adanya selalu tokoh-tokoh yang
melambangkan seseorang atau sesuatu. Contohnya adalah
perumpamaan tentang lalang dan gandum (Mat 13:24-30; 36-
43). Dalam teks dikatakan siapa itu yang menabur benih yakni
anak manusia, siapa itu ladang yaitu dunia, benih yang baik
adalah anak-anak kerajaan Allah, ilalang adalah anak-anak si
jahat; musuh adalah iblis; waktu menuai adalah akhir zaman;
dan penuai adalah malaikat.
• Similitude adalah suatu pengalaman umum dari semua orang,
di mana saja dan kapan saja. Kekuatannya terletak pada
pengalaman umum itu sehingga tidak dapat disangkal
siapapun. Contohnya adalah perumpamaan biji sesawi (Mark
4:31-32). Semua orang tahu biji sesawi itu kecil, dan semua
orang melihat biji yang kecil ini mampu menjadi besar sekali.
Seperti itulah kerajaan Allah.
• Parable adalah cerita khas yang diciptakan secara khusus untuk
menjelaskan suatu hal atau untuk menjawab sebuah lawan
bicara; tetapi tidak mengangkat suatu pengalaman umum. Jadi
cerita ini dapat jadi sangat tidak lazim, kekuatannya justru
terletak pada ketidaklazimannya. Contohnya adalah Matius
13:44-45. Letak keanehan dalam cerita ini adalah pada sikap dari
orang yang menemukan harta, di mana ia tidak langsung
mengambilnya, malah menguburnya lagi, kemudian ia menjual
semua yang dimilikinya untuk membeli tanah tempat harta
karun itu ada. Walaupun aneh, namun inilah gambaran yang
memang ingin diperlihatkan dalam jenis perumpamaan ini,
bahwa orang yang menemukan kebenaran Allah, harus rela
‘menjual’ semua yang dimilikinya, untuk mendapatkannya.
• Eksemplum adalah perumpamaan yang dibuat supaya jadi
contoh gamblang. Contoh yang baik adalah cerita orang Samaria
yang murah hati dalam Lukas 10:25-37. Perumpamaan Ini
menunjukkan sebuah contoh perbuatan kasih yang sejati,
perbuatan kasih seseorang yang mengasihi sesamanya, yakni
perbuatan kasih yang mampu melewati batasan permusuhan
suku sekalipun.

189
e. Gaya Sastra Hikmat.

Sastra hikmat dapat memiliki arti denotatif ataupun konotatif,


Mengamati selain itu gaya sastra ini sangat kaya akan gaya bahasa. Yang
terkategori sastra hikmat adalah kitab-kitab syair dan beberapa puisi
dalam kitab-kitab lainnya. Misalnya saja, pada saat kita membaca
Mazmur 1, kita akan menemukan beberapa istilah yang berarti
denotatif (misalnya pada istilah berbahagia, merenungkan, taurat
Tuhan, dst), namun dalam bagian lainnya kita akan menemukan kata-
kata yang memiliki makna konotatif (misalnya: ‘siang malam’, berjalan,
duduk).
Mengumpulkan
Salah satu kesalahan penafsiran yang cukup serius dalam
Informasi membaca kitab hikmat adalah kita menafsirkan yang denotatif secara
konotatif dan yang konotatif secara denotatif. Hal ini dapat terjadi,
misalnya saja pada saat kita membaca tradisi kejatuhan Iblis dalam
Yehezkiel 28:1-12, Walaupun istilah Raja Tirus memang dapat saja
mengsimbolkan iblis, tetapi jika kita membaca Yeh. 28:1 yang
mengatakan padahal engkau adalah manusia, maka kalimat ini
menjadi persoalan yang serius, bila kita menafsirkan ayat ini untuk
iblis. Sebab kalimat dalam ayat 1 tidak dapat tidak harus diartikan
secara denotatif.
Dalam Alkitab, beberapa tulisan yang dapat dikategorikan
sebagai sastra hikmat adalah Ayub, Amsal, dan Pengkhotbah.

f. Gaya Sastra Surat.

Thomas Schreiner menjelaskan bahwa


Mengamati
surat-surat Paulus memiliki sifat occasional
‘terkait dengan peristiwa tertentu.’ Ini berarti
sebuah surat dikirimkan karena ada masalah
tertentu yang muncul di sana. Itulah sebabnya
saat pembaca menelaah sebuah teks dengan
gaya sastra surat, ia perlu mengenali alasan
atau masalah yang muncul sehingga penulis
mengirimkan surat kepada pembacanya.

Diskusikanlah
Menanya
Bacalah Galatia 1:6-10 dan jelaskan hal apakah yang menjadi alasan
utama dari Rasul Paulus menuliskan surat kepada jemaat di Galatia.
Diskusikanlah juga hal apakah yang terjadi sehingga masalah tersebut
muncul?

190
Surat Paulus kepada jemaat Galatia, yang isinya sangat terkenal
Mengumpulkan
Informasi
berbicara mengenai ajaran pembenaran oleh iman, ternyata terkait
dengan masalah penerimaan jemaat non-Yahudi oleh jemaat Yahudi.
Demikian juga dengan surat Filipi, yang dituliskan Paulus dalam
konteks penderitaan yang sedang dialami oleh jemaat tersebut karena
berita injil dan munculnya keributan dalam jemaat karena adanya
pengurus gereja yang bertengkar. Oleh karena sebuah surat dikirimkan
terkait dengan satu persoalan tertentu dan terkait dengan jawaban
terhadap persoalan tersebut, maka pada saat seseorang menafsirkan
sebuah surat, maka kita tidak dapat tidak harus meniliti konteks surat
tersebut secara benar.
Sedikit berbeda dengan
Schreiner, J Christian Beker menjelaskan
bahwa surat-surat Paulus mempunyai
dua aspek yang harus diperhatikan oleh
para penafsir, yakni aspek “coherency”
dan “contingency.” Yang dimaksudkan
dengan aspek “coherency” adalah aspek
esensi ajaran dari Rasul Paulus, yang
tidak pernah berubah, aspek ini misalnya
saja konsep rasul Paulus tentang Kristus
atau Injil. Sedangkan aspek
“contingency” terkait dengan aspek
konteks yang menjadi “tempat
terbentuknya” pandangan Paulus dalam surat-suratnya. Kebanyakan
ajaran etis Paulus dalam surat-surat cenderung bersifat “contingency,”
sebab ajaran etis/moral biasanya diberikan terkait dengan kasus yang
muncul dalam jemaat tersebut. Sebagai contoh nasehat Paulus
tentang perempuan dalam 1 Korintus 11 atau mengenai selibat dalam
1 Korintus 7 bersifat “contingency.”
Adanya aspek “contingency” dalam surat Paulus membuat
para pakar menggunakan metode “mirror reading” dalam membaca
surat-surat Paulus. Yang disebut metode “mirror reading” adalah
sebuah cara pembacaan terhadap bagian Alkitab, di mana kita melihat
teks itu seperti cermin yang memperlihatkan apakah yang sebenarnya
sedang terjadi dalam jemaat penerima surat. Grant R. Osborne juga
memandang hal yang sama, bahwa salah satu tugas utama dalam
menafsirkan surat-surat adalah study the situation behind the
statement “mempelajari situasi yang ada dibalik pernyataan yang
disampaikan.”

191
Dalam era perjanjian baru, ada dua tipe surat. Diessmann
Menalar
menyebut dua tipe surat ini sebagai “letter” dan “epistle.” Sedangkan
Richard Longnecker membagi surat Paulus sebagai pastoral letter
“surat Pastoral” and “tractate.” Yang dimaksudkan dengan surat
Pastoral adalah tulisan yang dikirimkan untuk menjawab satu masalah
tertentu sedang “tractate” adalah tulisan yang dikirimkan untuk
menjelaskan sesuatu, khususnya, pokok ajaran. Sebuah surat biasanya
memiliki struktur yang jelas, mulai dari salam, doa, penyampaian
masalah, argumentasi, tanggapan dan penutup. Saat ini para pakar
mengembangkan sebuah metode penafsiran untuk melihat cara
Paulus mengembangkan argumentasinya dalam surat-surat yang
dikirimnya, metode penelitian ini disebut dengan istilah analisa
retorika. Melalui analisa ini penafsir mencoba melacak fungsi dan
peran dari setiap bagian-bagian tulisan Paulus dalam surat-suratnya
berdasarkan argumentasi yang hendak dibangun oleh sang Rasul.
Oleh karena sebuah surat adalah jawaban dari masalah yang
sedang muncul, maka argumentasi dari penulis surat akan dibuat
sangat jelas atau sejelas mungkin. Oleh sebab itulah untuk memahami
surat-surat Paulus, kita harus dapat memahami kalimat-kalimat yang
Paulus gunakan dengan benar, dan untuk itulah diperlukan dua
metode yakni analisa syntax dan analisa gaya bahasa. Analisa syntax
akan menolong penafsir dalam melihat susunan kalimat-kalimat yang
Paulus gunakan dalam membangun argumentasinya. Pentingnya
analisa syntax ini juga dilihat oleh Osborn, ia memandang dalam
menafsirkan surat Paulus, penting sekali kita “study the logical
develovement of the argument.” Sedangkan analisa gaya bahasa akan
menolong penafsir melihat apakah dalam kalimat-kalimat yang
diucapkannya Paulus menggunakan gaya bahasa tertentu ataukah
tidak.
Dalam penelitian kita akan menemukan dalam surat, ternyata
istilah yang dipakai dapat bermakna ganda baik konotatif maupun
denotatif. Misalnya dalam Roma 1, Apakah pengertian istilah ‘hamba’
di sini ‘denotatif’ ataukah ‘konotatif’, maka jawabannya adalah
denotatif, ia menempatkan dirinya benar-benar budak Tuhan Yesus.
Bagaimanakah dengan istilah rasul? Istilah ini pun diartikan denotatif
sebab ia memang benar-benar utusan. Istilah rasul memang artinya
utusan. Selain itu dalam surat-surat Paulus terkadang muncul sebuah
puisi misalnya saja dalam Filipi 2. Para penafsir hendaknya berhati-hati
dalam melihat kemunculan “genre yang berbeda” dalam surat Paulus,
bagian tersebut haruslah ditafsirkan sesuai dengan “genre-nya.”

192
C. Penutup

Dalam membaca setiap kata dalam kitab suci, kita menemukan


bahwa setiap teks adalah unik dengan gaya satranya masing-masing.
Kita menemukan dalam bagian tertentu, penulis Alkitab menggunakan
jenis sastra narasi dan di bagian yang lain jenis sastra puisi digunakan.
Bahkan, dalam satu kitab yang ditulis oleh penulis yang sama, dua jenis
sastra atau lebih dapat digunakan. Sebagai contoh, dalam kitab Wahyu
terdapat tiga jenis sastra: surat, nubuat, dan apokaliptik.
Itulah sebabnya, setiap penafsir seharusnya mengerti karakter
yang unik dari setiap jenis sastra dan menafsirkan teks sesuai dengan
jenis sastranya. Kesalahan dalam mengenali keunikan jenis sastra
dalam Alkitab akan membuat seseorang salah memahami tulisan yang
dibacanya. Sebuah Amsal tentunya tidak dapat dibaca dengan cara
yang sama dengan membaca sebuah surat. Meskipun demikian,
pembaca Alkitab harus memahami bahwa penulis Alkitab bukanlah
seorang sastrawan yang menulis hanya untuk mengekspresikan seni
tetapi seorang hamba Allah yang menulis untuk menyampaikan pesan
Tuhan bagi umat-Nya.
Meskipun secara umum, kita dapat membagi kitab-kitab dalam
Alkitab menurut jenis sastra tertentu, namun, kita harus menyadari
bahwa dalam sebuah kitab seringkali bukan hanya ada satu jenis sastra
tetapi memuat beberapa jenis sastra yang berbeda. Itulah sebabnya
pembagian jenis sastra dalam Alkitab tidak dapat diberlakukan secara
kaku sebab membaca genre sebuah teks pada dasarnya adalah upaya
kita dalam menggunakan pendekatan sastra modern terhadap teks
kuno.

Ringkasan
1. Tuhan memakai manusia seutuhnya saat mewahyukan diri-Nya
sehingga Alkitab memiliki berbagai gaya sastra yang berbeda
karena keunikan dari setiap penulis Alkitab.
2. Perjanjian Lama menggunakan berbagai gaya sastra termasuk
dalamnya nubuat, narasi, puisi, dan hukum. Perjanjian Baru
mengunakan beberapa gaya sastra, misalnya, narasi, surat, dan
apokaliptik.
3. Setiap gaya sastra memiliki keunikan dan perlu diperhatikan saat
seorang pembaca masa kini membacanya. Mengenal jenis sastra
Alkitab akan menolong pembaca semakin mengenal Alkitab dan
budaya tulisan zamannya.

193
Ayat Hafalan
Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal
yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-
lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."
Ulangan 29:29

Mengkomuni Aktivitas
kasikan Dalam Daniel 3, kita membaca mengenai mimpi dari raja
Nebukadnezar. Buatah sebuah gambar yang meperlihatkan mimpi dari
raja tersebut.

Bacaan Lanjuntan
Erickson, Richard J. A Beginner’s Guide to New Testament Exegesis:
Taking the Fear out of Critical Method. Downer Grove: IVP, 2005. Bab
6-9.

Sutanto, Hasan. Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab.


Malang: SAAT, 1986. Bab 3.
Osborne, Grant R. Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi
Penafsiran Alkitab. Terj. Surabaya: Momentum, 2012. Bagian 2.

gggg

194
195
Pelajaran 13
Menafsir Narasi

A. Pendahuluan

Semua orang pada umumnya menyukai cerita. Itulah sebabnya


Mengamati dalam Sekolah Minggu, anak-anak diajarkan Firman Tuhan melalui
sebuah cerita. Demikian juga dengan kehidupan manusia pada
umumnya, orang-orang menyukai cerita dan itulah sebabnya ada
banyak kisah-kisah yang menarik dan memberikan pelajaran
dipublikasikan dalam bentuk buku.

Menanya Diskusikanlah!
Carilah beberapa cerita umum dalam masyarakat yang menarik
perhatian Anda dan ceritakan juga mengapakah cerita tersebut
memiliki nilai penting dalam kehidupan Anda?

Analisis naratif adalah salah satu metode yang secara khusus


Menalar digunakan untuk bagian Alkitab yang memiliki gaya sastra narasi
dengan menganalisis komponen-komponen utamanya. Mengapakah
mempelajari metode ini? Ada dua alasan penting yang patut
dipertimbangkan, yakni, (i) sebab narasi adalah bagian terbesar dari
Alkitab, dengan menguasai teknik ini kita akan dapat memahami
sebagian besar isi Alkitab; (ii) metode ini cukup sederhana untuk dapat
diterapkan oleh jemaat yang tidak menguasai bahasa asli Alkitab.

B. Memahami Narasi

Komponen sebuah narasi ada 4 yakni: 1) tokoh; 2) karakter; 3)


Menalar alur; 4) sudut pandang teologis atau penilaian teologis. Dalam narasi
sekuler (nonteologis) biasanya hanya ada 3 komponen cerita yakni
tokoh, karakter dan alur, tetapi oleh karena narasi dalam Alkitab
bukanlah narasi biasa tetapi sebuah narasi teologis maka di dalamnya
sudah pasti ada pesan-pesan teologis yang hendak disampaikan. Oleh
sebab itulah dalam menganalisis narasi teologis kita terutama harus
mencari dan meneliti sudut pandang teologis dari cerita tersebut.
Dengan kata lain, sudut pandang teologis dari narasi, itulah yang
menjadi pesan firman Tuhan bagi kita.

196
Sebelum kita menganalisis narasi, ada beberapa prinsip dasar
yang harus kita pahami dan terima yakni: 1) dibalik cerita atau narasi
teologis ini ada sang pencerita yang disebut sebagai narator. Siapakah
narator? Narator real dari narasi Alkitab tentu adalah penulis kitab itu
sendiri tetapi karena kita meyakini bahwa di balik kepenulisan Alkitab
ada kepengarangan Allah maka narator sesungguhnya adalah Allah
sendiri; 2) konsekuensi dari hukum narasi ini adalah apa yang
dinyatakan narator itu sama dengan apa yang dinyatakan Tuhan.; 3)
Dengan demikian, pesan Alkitab yang harus kita cari ketika membaca
sebuah narasi adalah sudut pandang narator.
Analisis naratif yang kita pelajari di hari ini terbatas pada tiga
komponen penelaahan yakni tokoh, karakter dan sudut pandang
teologis. Untuk komponen alur, kita tidak akan pelajari di sini karena
penelaahan alur membutuhkan ketajaman dan ketelitian yang cukup
kuat.

C. Prinsip Penafsiran Narasi

1. Pencarian Tokoh

Dalam sebuah narasi biasanya atau umumnya terdapat 1 tokoh


Mengumpulkan utama tetapi dalam beberapa cerita tertentu, bisa saja terdapat 2
Informasi
tokoh utama, misalnya dalam 1 Samuel 2:11-26 di sini kita menemukan
ada 2 tokoh utama yakni anak-anak Eli dan Samuel. Dalam sebuah
narasi biasanya tokoh utama disertai dengan beberapa tokoh
pelengkap. Dalam sebuah narasi, kita juga akan menemukan adanya
tokoh-tokoh tertentu yang disebutkan tetapi hanya sekilas, tokoh ini
tidak dikategorikan tokoh pelengkap tetapi tokoh tidak penting. Tokoh
ini tidak boleh menjadi pusat perhatian kita, karena tokoh ini sama
sekali tidak dianggap penting oleh narator.
Hal pertama yang harus kita lakukan dalam analisis naratif
Menalar
adalah mendaftarkan tokoh-tokoh mana saja yang hadir dalam cerita
ini, kemudian pilahlah mana yang termasuk tokoh utama, tokoh
pelengkap dan tokoh yang tidak penting dalam cerita tersebut.
Bagaimanakah kita tahu tokoh tertentu dalam cerita tersebut utama
ataukah pelengkap? Tokoh utama dalam sebuah narasi ditandai
dengan kehadirannya yang mendominasi cerita tersebut. Jadi tokoh
utama adalah ‘pusat cerita’ Karena ia adalah pusat cerita maka tokoh
utama adalah tokoh yang paling banyak disebut atau diceritakan
dalam cerita tersebut.

197
2. “Karakterisasi” Tokoh

Ini adalah langkah kedua dalam analisis naratif, yakni


Menalar “karakterisasi tokoh.” Dalam bagian ini, kita akan mencoba untuk
mencari tahu bagaimana karakter dari tokoh-tokoh yang terlibat
dalam sebuah cerita digambarkan. Penggambaran sebuah tokoh
dalam narasi bisa baik ataupun tidak; hal ini bergantung pada tujuan
dari penulis dalam memperlihatkan tokoh-tokoh dalam ceritanya.
Untuk melihat karakter dari tokoh tersebut, kita harus melihatnya dari
pelukisan ataupun penilaian narator terhadap tokoh dalam cerita
tersebut. Jadi, apa yang narator ungkapkan baik secara eksplisit
maupun implisit terhadap tokoh-tokoh tersebut harus kita perhatikan
dengan seksama sebab itu adalah karakter dari tokoh tersebut.
Sebagai contoh, bacalah Yohanes 1:35-41. Dalam bagian
Mengumpulkan tersebut, Alkitab membicarakan mengenai perjumpaan Yesus dengan
Informasi murid-murid pertamanya, yakni Yohanes, Andreas, Petrus, Filipus dan
Natanel. Dalam ayat 48-49, kita melihat bagaimana penulis Alkitab
(disebut sebagai narator) menggambarkan Yesus sebagai pribadi yang
maha tahu, Ia bahkan tahu bahwa Natanel berdoa kepada Tuhan di
bawah pohon ara.

3. Melacak Sudut Pandang Teologis

Langkah ketiga dalam analisis naratif adalah mencari sudut


pandang teologis dari cerita tersebut. Sebuah cerita Alkitab sudah
Menalar
pasti (tidak mungkin tidak) memiliki sudut pandang teologis. Apabila
dalam perikop tertentu kita sama sekali sulit menemukan sudut
pandang teologisnya, bisa jadi sudut pandang teologis dari cerita
tersebut ada diperikop lain setelah perikop cerita itu. Kita harus
melihat bahwa makna teks ditentukan oleh penulis Alkitab.
Sebuah sudut pandang teologis bisa secara eksplisit (kelihatan
dan nyata-nyata dituliskan) ataupun implisit (tidak terlalu kelihatan
atau tersembunyi). Sudut pandang teologis yang kelihatan ‘eksplisit’
tentu harus diutamakan sebagai sudut pandang utama, karena ia jelas-
jelas menyatakan penilaian melalui kalimat itu.
Sebagai contoh, bacalah Lukas 7:11-17. Dalam narasi ini, kita
membaca mengenai karya Yesus dalam membangkitkan anak lelaki
yang telah meninggal. Sudut pandang teologi dari peristiwa ini dapat
dilihat dalam ayat 17. Dalam bagian ini penulis Alkitab menegaskan
bagaimana orang banyak mengenali kedatangan Yesus adalah bentuk
dari lawatan Allah bagi umat Tuhan.

198
Sudut pandang teologis pada umumnya diletakkan pada bagian
Mengumpulkan
Informasi
akhir cerita. Namun, dalam narasi tertentu, sudut pandang teologis
bisa berada di awal cerita. Contohnya adalah Lukas 18:1-8 mengenai
perumpamaan mengenai hakim yang lalim, di mana narasi ini hendak
menekankan bahwa umat Tuhan perlu belajar berdoa dengan tekun.
Sudut pandang teologis dapat berbentuk perbandingan antara
tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita. Ciri dari sudut pandang ini
adalah adanya upaya dari narator untuk membuat perbandingan yang
mengontraskan tokoh-tokoh yang diceritakan. Contoh dari hal ini
dapat ditemukan dalam 2 Samuel 2.11-26 di mana anak-anak imam Eli
dibandingkan dengan Samuel (lihat ayat 26).

D. Latihan Membaca Narasi Alkitab

1. LUKAS 10: 29-37

Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata


kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab
Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke
Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang
bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga
memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya
setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui
jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari
seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke
tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari
seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang
dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang
itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi
kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia
menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia
menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri
lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik
penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika
kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu
aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut
pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh
ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang
telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus
kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

199
Diskusikanlah!
Menanya
Dalam kisah mengenai orang Samaria yang baik hati, kita membaca
ada sebuah pertanyaan dari cerita ini, yakni, siapakah sesamaku?
Menurut Anda siapakah sesamaku menurut cerita tersebut?

Untuk menganalisa narasi mengenai orang Samaria yang baik


Mengumpulkan
Informasi
hati ada beberapa komponen cerita yang perlu ditelaah. Hal pertama
yang akan kita telaah adalah tokoh-tokoh dalam cerita tersebut.

1. Penokohan
Siapakah tokoh-tokoh yang ada dalam kisah di atas? Kita
mendapat dalam kisah tadi ada beberapa tokoh yang terlibat, yakni:
a. Seorang yang dirampok
b. Perampok
c. Seorang imam
d. Seorang Lewi
e. Seorang Samaria
f. Pemilik penginapan

Tokoh utama dari sebuah cerita adalah sosok yang paling


banyak dibicarakan. Itu berarti tokoh tersebut mendominasi sebuah
kisah atau cerita. Tentu dalam kisah orang Samaria yang baik hati,
tokoh utamanya bukan orang Samaria tetapi orang yang dirampok.
Inilah tokoh yang paling banyak dibicarakan dalam kisah ini.

2. Karakterisasi Tokoh
Hal kedua yang kita perlu lakukan adalah membaca mengenai
bagaimana tokoh-tokoh di atas digambarkan. Penggambaran seorang
tokoh dalam cerita memperlihatkan persepsi dari penulis tersebut
terhadap tokoh yang digambarkannya.
a. Seorang yang dirampok digambarkan dalam keadaannya
“setengah mati”. Ia disebut dengan perkataan ‘orang itu’ dan hal
ini mengindikasikan bahwa ia tidak dikenal. Orang ini dilukiskan
sebagai seseorang yang menderita, tidak berdaya, dan dilupakan
orang.
b. Tokoh perampok digambarkan sebagai kelompok orang yang
sangat kejam. Tokoh ini adalah pelengkap.
c. Seorang imam dan Lewi yang digambarkan sebagai seseorang
yang kurang punya perasaan atau empati; hal ini nampak dalam
perkataan ‘ia melihat dan melewatinya begitu saja.’ Orang ini
adalah gambaran dari orang yang tidak berbelas kasihan.

200
d. Orang Samaria digambarkan sebagai seseorang yang walaupun
tidak memiliki hubungan baik dengan orang-orang Yahudi, ia
mempunyai hati yang penuh belas kasihan.
e. Pemilik penginapan, tokoh ini tidak dilukiskan sama sekali dan
hal ini berarti tokoh tersebut tidak penting dalam narasi ini.

3. Sudut Pandang Teologis


Sudat pandang adalah penilaian yang dinyatakan oleh
pencerita (narrator). Oleh karena kisah dalam Alkitab adalah kisah
yang bersifat teologis, sudut pandang sebuah narasi Alkitab juga
bersifat teologis.
a. Lihatlah kaitan antar tokoh-tokoh di atas, apakah narator
membuat perbandingan ataukah tidak? Narator membuat
perbandingan atau kontras antara tokoh Imam, Lewi dan orang
Samaria. Narator ingin menyoroti kedua karakter tersebut. Ini
adalah salah satu sudut pandang yang dimunculkan narator.
b. Carilah kalimat-kalimat yang nampak seperti berdiri sendiri atau
menyimpulkan sesuatu? Kita menemukan hal tersebut dalam ay
36-37 di mana Tuhan Yesus memberikan penekanan atau
kesimpulan akan cerita ini, bahwa orang yang mengasihi sesama
adalah orang yang menunjukkan belas kasihan bukan sekedar
melihat saja.

Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu,


adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan
penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah
menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus
kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

Meskipun demikian, nampaknya ada hal yang khusus dengan


sudut pandang ini, mengapa bila sudut pandangnya adalah orang
Samaria tetapi yang jadi tokoh utama adalah orang yang dirampok?
Karena narator ingin kita jeli, ada sesuatu yang lain yang narator ingin
sampaikan, apakah itu? Jawaban dari pertanyaan ‘siapakah sesamaku’,
perhatikan apakah pertanyaan ini sudah dijawab? Yang dijawab oleh
Tuhan Yesus adalah bagaimanakah kita harus bersikap terhadap
sesama kita? Yakni seperti orang Samaria yang baik hati. Mengapa
narator melakukan hal ini? Karena narator ingin lewat cerita ini,
pembacanyalah yang menjawab siapa sesama kita sesungguhnya?
Ternyata sesama kita adalah si miskin yang dirampok, siapakah ia? ia
adalah mereka yang lemah dan tak berdaya.

201
2. MATIUS 2:1-12

Mengumpulkan Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada


Informasi zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari
Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia,
raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah
melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk
menyembah Dia." Ketika raja Herodes mendengar hal itu
terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka
dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat
bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di
mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya:
"Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada
tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah
Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara
mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah
akan bangkit seorang pemimpin, yang akan
menggembalakan umat-Ku Israel." Lalu dengan diam-diam
Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti
bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak.
Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya:
"Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai
Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia,
kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah
Dia." Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah
mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu
mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas
tempat, di mana Anak itu berada. Ketika mereka melihat
bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah
mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama
Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun
membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan
persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.

Diskusikanlah

Menanya
Bagaimanakah kisah orang-orang Majus diceritakan dalam peringatan
dan perayaan Natal. Pesan-pesan apakah yang sering disampaikan
melalui kisah pencarian dan pertemuan orang-orang majus dengan
Tuhan Yesus?

202
1. Penokohan

Mengumpulkan • Ay 1: Orang majus


Informasi • Ay 2: Orang majus
• Ay 3: Herodes
• Ay 4: Imam kepala dan ahli taurat
• Ay 5: para nabi
• Ay 6 para nabi
• Ay 7 Herodes & Orang Majus
• Ay 8 Herodes
• Ay 9 orang majus
• Ay 10 orang majus
• Ay 11: orang majus, Yesus dan Maria
• Ay 12: orang majus

Siapakah tokoh utamanya? Dilihat dari kemunculannya, tokoh


utama dalam narasi ini adalah orang majus.

2. Karakterisasi Tokoh

a. Orang majus; mereka dari timur (ay 1) berarti mereka


bukan orang Yahudi; mereka mencari sang raja dan mau
menyembah Dia; bersukacita saat melihat bintang itu dan
mereka benar-benar mencari dan tulus menyembah,
waktu melihat keadaan sang raja yang lahir dalam
kesederhanaan; mereka adalah orang-orang yang taat.
b. Herodes: Kaget mendengar berita ini; Seorang yang ingin
tahu kebenaran berita ini; Seorang penyelidik seperti
detektif (ay 7); Seorang yang pintar sekali, memakai orang
lain demi kepentingannya.
c. Imam Kepala dan Ahli Taurat: Orang yang tahu benar di
mana sang Mesias akan lahir.

3. Sudut Pandang Teologis

a. Sudut pandang teologis yang jelas nampak dalam ay 10-11,


Dibandingkan ketiga tokoh yang ditampilkan, orang-orang
majus-lah yang mencari Tuhan dan Allah membuka pintu
keselamatan bagi mereka.

203
b. Kenapa cerita orang majus yang bertemu Tuhan perlu
dimasukkn dalam kumpulan cerita kelahiran yang dibuat
untuk orang Yahudi? Biar mereka tahu bahwa dalam karya
keselamatan Allah membuka pintu buat bangsa-bangsa
bukan Yahudi.
c. Ini merupakan aspek pengajaran dari Injil Matius yang
menekankan pemberian tempat buat orang bukan Yahudi
dan pemberitaan Injil buat segala bangsa.

Latihan: Bacalah MATIUS 9:1-8

Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu


menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri.
Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang
terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman
mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu:
"Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Maka
berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia
menghujat Allah." Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka,
lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang
jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah,
mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan:
Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu,
bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni
dosa" --lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--
:"Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke
rumahmu!" Dan orang itupun bangun lalu pulang. Maka
orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan
Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada
manusia.

1. Carilah tokoh-tokoh yang diceritakan dalam kisah di atas!


…………………………………………………………………………………………..
2. Telaahlah bagaimana tokoh-tokoh tersebut dilukiskan!
…………………………………………………………………………………………..
3. Carilah sudut pandang teologi dari kisah di atas!
…………………………………………………………………………………………..

204
E. Penutup

Membaca sebuah narasi membutuhkan ketelitian dalam


mengamati setiap detil penggambaran yang dibuat oleh penulis
(narator kisah) Alkitab. Di sisi yang lain membaca sebuah narasi juga
mesti seharusnya melihat bahwa teks adalah Firman Tuhan sehingga
pembaca tidak akan bersikap asal-asalan dalam membaca dan
memahami kitab suci.
Walaupun dalam membaca narasi, kita menyebut tokoh yang
menceritakan sebagai narator tetapi narator yang sesungguhnya
adalah Allah sendiri. Di balik setiap narator ada sosok Allah. Itulah
sebabnya apa yang dinyatakan oleh seorang narator Alkitab dapat
dipercayai sepenuhnya. Saat narator, misalnya saja, mengatakan
bahwa Israel melakukan hal yang jahat dimata Tuhan, maka penilaian
tersebut bukan hanya memperlihatkan penilaian penulis Alkitab tetapi
penilaian Tuhan.
Pendekatan narasi terhadap kitab suci tidak bersifat mutlak.
Seseorang dapat menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda
untuk memahami kitab suci.

Ringkasan
1. Narasi Alkitab adalah bagian terbesar dalam Alkitab; itulah
sebabnya penafsir Alkitab perlu memahami pendekatan naratif.
2. Pendekatan naratif pada Alkitab mengasumsikan bahwa pencerita
adalah Tuhan sendiri sehingga apa yang disampaikannya adalah
benar.
3. Fokus utama dari pendekatan naratif adalah mencari sudut
pandang teologis dari narasi yang diceritakan.

Ayat Hafalan
Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan
Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi
aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak
layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Mazmur 1:2-3

Mengkomuni- Activitas
kasikan
Carilah sebuah kisah rakyat yang kamu kenal dan ceritakanlah kisah
tersebut dan perlihatkanlah persamaan dan perbedaan antara kisah
rakyat dengan kisah-kisah dalam Alkitab!

205
Bacaan Lanjutan

Erickson, Richard J. A Beginner’s Guide to New Testament Exegesis:


Taking the Fear out of Critical Method. Downers Grove: IVP, 2005. Bab
7.

Osborne, Grant R. Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi


Penafsir Alkitab. Terj. Surabaya: Momentum, 2012. Bab 7.

Pratt Jr., Richard L. He Gave us Stories: The Bible Student’s Guide to


Interpreting Old Testament Narratives. Terj. Surabaya: Momentum,
2005. Bagian 2.

206
Pelajaran 14
APLIKASI DALAM SEBUAH INTERPRETASI

A. Pendahuluan

Banyak orang memandang aplikasi dari sebuah proses


Mengamati penafsiran sebagai hal yang sekunder. Mereka beranggapan bahwa
proses mentafsir jauh lebih penting dan utama dari hasil penafsiran,
yakni sebuah aplikasi dalam kehidupan pembaca. Di sisi yang lain, kita
juga menemukan orang-orang tertentu yang begitu mementingkan
aplikasi dalam sebuah khotbah dan mengabaikan proses yang sangat
penting dalam menghasilkan sebuah aplikasi yang baik.
Apakah pentingnya aplikasi dalam sebuah interpretasi? Dalam
Menalar aplikasi kita sebenarnya sedang mencari apakah signifikansi teks bagi
kita, pembaca modern. Ini berarti, dalam proses membuat aplikasi,
kita sedang membuat kaitan antara teks dengan kita, pembaca
modern. Ini berarti tanpa sebuah aplikasi, interpretasi tidak punya
kaitan ataupun manfaat apa-apa bagi kita (pembaca modern). Jadi
dalam proses interpretasi, aplikasi bukanlah bagian pelengkap apalagi
bagian tidak penting melainkan puncak dari interpretasi teks.
Hal kedua yang mendasari pembuatan aplikasi dalam
interpretasi adalah sebuah keyakinan dasar atau mula-mula bahwa
teks Alkitab adalah firman Tuhan. Bila teks tersebut adalah Firman
Tuhan maka teks itu memiliki otoritas karena teks itu berotoritas maka
teks berlaku sepanjang zaman alias tetap relevan bagi setiap generasi
umat Tuhan. Bagaimanakah membuat teks ini tetap relevan bagi kita,
di sinilah aplikasi mengambil peran terpenting.
William Klein, dkk menjelaskan ada dua dasar teologi dari
Mengumpulkan pentingnya pembuatan aplikasi dalam
Informasi
sebuah interpretasi yakni: 1) Alkitab
sendiri menyatakan bahwa umat akan
memuliakan Tuhan saat mereka menaati
firman Tuhan (lih. Ul 30:11-20; Mat 7:13-
27; Yak 1:22; 2) Alkitab sendiri
menyatakan bahwa pesannya (pesan
kebenaran) relevan untuk generasi-
generasi setelah pembaca mulanya (Lih. Ul
31:9-13; Mat 28:19; Rom 15:4).

207
Berdasarkan apa yang William Klein, Craig L. Blomberg, dan
Menalar
Robert L. Hubbard Jr. sampaikan, kita melihat bahwa tanpa sebuah
proses pengaplikasian yang bertanggung jawab maka jemaat tidak
mungkin dapat melakukan firman Tuhan dengan benar. Selain itu,
tanpa proses pengaplikasian yang bertanggung jawab, kebenaran
Tuhan tidak mungkin akan menjadi relevan bagi segala zaman. Oleh
karena Firman Tuhan seharusnya teraplikasi dalam semua konteks
manusia, pengaplikasian teks Alkitab haruslah dilakukan dengan
penuh tanggung jawab.

B. KESALAHAN DALAM PROSES PENGAPLIKASIAN

Kesalalahan dalam proses pengaplikasian terjadi baik dalam


Mengamati
pembacaan kitab suci oleh jemaat maupun oleh para “Hamba Tuhan”
(orang-orang yang sekolah Alkitab). Dalam konteks jemaat, Dr. Klein
dkk menceritakan mengenai pengalamannya dalam melihat jemaat
membaca Alkitab seolah-olah buku tersebut adalah buku magis. Apa
yang Dr. Klein katakan benar, sebagai contoh saat seseorang sedang
dalam keadaan bingung, seseorang dapat secara serampangan
membuka Alkitab, dan ayat pertama yang dibacanya, dianggapnya
sebagai petunjuk dari Tuhan. Kesalahan yang lain adalah jemaat
memutlakan konteks dari teks dan bukan pesan teks; sebagai contoh
saat jemaat membaca bahwa perempuan tidak boleh bicara di depan
umum, kemudian beberapa orang mulai menuntut supaya perempuan
tidak boleh berkhotbah.
Di sisi yang lain, para “hamba Tuhan” (jemaat yang sekolah
Alkitab) pun tidak luput dari bahaya salah aplikasi. Kesalahan yang
cukup banyak dilakukan oleh penyampai firman ada dua, pertama
banyak penyampai firman yang mempunyai penggalian yang sangat
baik dan jelas tetapi tidak mendarat di bagian aplikasinya. Aplikasinya
terkadang abstrak dan tanpa kesimpulan. Yang pasti, apabila kita
memahami bahwa aplikasi sama pentingnya dengan penggalian maka
kita tidak boleh menyepelekan pembuatan aplikasi dalam sebuah
penyampaian Firman.
Sebaliknya, jikalau aplikasi adalah puncak dari sebuah
interpretasi, untuk apakah kita repot-repot membuat sebuah eksegese
‘penggalian?’ jawabannya tentu saja, karena tanpa sebuah penggalian
yang benar atau tepat kita tidak mungkin bisa membuat aplikasi yang
benar atau tepat. Oleh sebab itulah kesalahan kedua yang banyak
dilakukan oleh penyampai firman adalah langsung melompat ke
aplikasi tanpa interpretasi.

208
Sebagai contoh mari kita lihat kisah Ananias dan Safira dalam
Mengumpulkan
Informasi
Kisah 5:1-6. Dalam teks ini kita membaca mengenai kejahatan yang
dilakukan sepasang suami istri dan disiplin yang dikerjakan Roh Kudus
atas mereka.

Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya


Safira menjual sebidang tanah. Dengan setahu isterinya ia
menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain
dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Tetapi Petrus
berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga
engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil
penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu
tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu
tetap dalam kuasamu? Mengapakah engkau merencanakan
perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia,
tetapi mendustai Allah." Ketika mendengar perkataan itu
rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah
ketakutan semua orang yang mendengar hal itu. Lalu datanglah
beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu,
mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya.

Banyak orang mengambil kesimpulan bahwa cerita Ananias


dan Safira sebagai contoh orang Kristen yang suka berbohong dengan
kesimpulan Tuhan akan menegur bahkan menghukum dengan keras
anak-anak Tuhan yang berdosa. Padahal apabila kita membaca cerita
ini dengan teliti, persoalannya Ananias dan Safira adalah hati mereka
dikuasai Iblis. Jika kita menelaah lebih lanjut, ternyata istilah ini hanya
sejajar dengan apa yang terjadi dengan Yudas saat ia mengkhianati
Tuhan Yesus. Selain itu istilah mencobai dalam Lukas dan Kisah Para
Rasul muncul 7 kali yang semuanya berhubungan dengan aktivitas
pekerjaan Iblis (kerajaan kegelapan). Jadi, Lukas sebenarnya sedang
menyejajarkan Ananias dan Safira bukan dengan anak Tuhan yang
jatuh dalam dosa tertentu tetapi dengan anak-anak dunia yang
menyelinap dalam umat Tuhan. Keduanya adalah lalang di antara
gandum.

Diskusikanlah
Menanya
Carilah beberapa contoh penafsiran Alkitab dari seseorang yang
aplikasinya tidak tepat dan jelaskan mengapa aplikasi dari penafsiran
tersebut dinilai salah!

209
Contoh yang lain mengenai proses pembuatan aplikasi yang
Mengumpulkan
Informasi
tidak tepat adalah konsep kemerdekaan Kristen dalam Galatia 5:13.

Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk


merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan
kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan
dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain
oleh kasih.

Teks ini biasanya digunakan untuk membicarakan mengenai


kemerdekaan Kristen dalam kaitannya dengan kebebasan yang dimiliki
orang percaya yang harus dipraktekkan secara bertanggung jawab.
Secara tidak sadar, pembaca modern mengartikan teks ini dalam
konteks 1 Korintus 8:1-13 atau Roma 14:20-23 mengenai kebebasan
dalam hal makanan. Persoalannya adalah konteks dari Galatia 5:13
berbeda dari 1 Korintus 8:1-13 atau Roma 14:20-23. Dalam surat
Galatia, Rasul Paulus sedang membicarakan mengenai konsep Zaman
Baru. Konsep ini berakar dalam tradisi apokaliptik yang melihat zaman
dalam dua pembagian, yakni Zaman Lama, zaman di mana dosa
berkuasa, dan Zaman Baru, di mana dosa telah dikalahkan. Dalam
Galatia 3-4, Rasul Paulus berbicara mengenai karya Allah dalam Kristus
yang telah membuat Zaman Baru terbuka, dan dalam Galatia 5:13,
Rasul Paulus menegaskan konsekuensi dari orang yang telah berada
dalam zaman yang baru.
Apakah pembaca dapat membuat aplikasi tanpa sebuah
Menalar
interpretasi? Tentu hal tersebut bisa terjadi tetapi aplikasi tersebut
dapat menjadi sebuah proses eisegeses “memasukan ide pembaca
pada teks Kitab Suci.” Aplikasi yang kita buat sama sekali bukan pesan
firman Tuhan tapi pesan pikiran kita yang dimasukan ke dalam firman
Tuhan, seperti yang kita lihat dalam kisah Ananias dan Safira dan
penginterpretasian Galatia 5:13. Dalam kasus interpretasi Ananias dan
Safira di atas, secara ajaran memang apa yang disampaikan adalah
benar, Allah akan menghajar umat-Nya seperti anak yang dikasihinya
tapi teksnya seharusnya bukan berangkat dari cerita Ananias dan
Safira tetapi misalnya saja dari Ibrani 12:5-6 atau Ams. 3:11-12.
Demikian juga dengan ajaran mengenai pentingnya tanggung jawab
dalam kebebasan yang dimiliki orang Kristen, walaupun ajaran ini
benar, namun Galatia 5:13 bukanlah teks yang tepat yang berbicara
tentang hal tersebut. Kesalahan ini barangkali dapat diistilahkan,
seperti buku yang diedit oleh G. K. Beale, “the right doctrine from the
wrong text.”

210
C. BENTUK PENGAPLIKASIAN

Grant R. Osborne menerapkan


Mengumpulkan buah dari proses penafsiran ke dalam tiga
Informasi
bentuk yakni: (i) ke dalam Biblical
Theology “Teologi Alkitab”; (ii) ke dalam
Systematic Theology, (iii) ke dalam
Homelitika (ilmu berkhotbah).
Proses interpretasi yang kita
Menalar lakukan pertama-tama akan berkontribusi
dalam konteks Biblical Theology. Jika hal
ini merupakan sebuah bangunan teologi
dari teks demi teks satu kitab/surat
tertentu, maka setiap buah/hasil dari
interpretasi teks akan langsung memengaruhi “biblical theology” dari
sang peneliti.
Sebagai contoh, pada mulanya seorang penafsir meyakini
Mengumpulkan
Informasi pembenaran yang diajarkan Rasul Paulus dalam surat Galatia adalah
pembenaran yang bersifat “forensic” (terkait dengan penilaian status).
Namun, saat ia membaca Galatia 2:16-17 yang dilihat dari konteks
teologi Apokaliptik (misalnya dibandingkan dengan Gal. 1:3-4), maka
ia melihat bahwa konsep pembenaran yang diajarkan Paulus dalam
bagian tersebut tidakah sekedar bersifat “forensic” (penilaian status
seseorang), namun haruslah juga dilihat dalam konteks etis
(pembaruan hidup). Dalam proses di atas kita melihat bagaimana
penemuan dalam interpretasi teks membawa sang penafsir pada
proses perevisian “biblical theology” yang dianutnya.
Selain pengaruhnya dalam konteks “biblical theology,” buah
Menalar
dari interpretasi teks juga pasti akan memengaruhi bangunan dari
Teologi Sistematik yang diyakini oleh sang penafsir. Teologi Sistematik
adalah teologi yang dibangun atas dasar “Biblical Theology”; itulah
sebabnya jika teologi biblika seorang penafsir mengalami perubahan,
maka otomatis Teologi Sistematika orang tersebut pun akan
mengalami pergeseran. Hal yang sama berlaku dengan pesan khotbah
yang akan disampaikannya. Oleh karena Homelitika adalah pesan
interpretasi teks yang diaplikasikan bagi pembaca/jemaat modern,
maka apa yang didapatkan dalam proses interpretasi teks akan
berpengaruh juga pada pesan khotbah yang disampaikannya. Itulah
sebabnya, penafsiran seseorang haruslah dilakukan dengan benar dan
mengikuti proses penafsiran yang bertanggung jawab.

211
D. PROSES PEMBUATAN SEBUAH APLIKASI

Hal utama yang harus kita lakukan dalam membuat sebuah


Menalar aplikasi adalah mencari kesejajaran teks dengan konteks masa kini.
Sebuah aplikasi sangat bergantung dari konteks. Setiap teks firman
Tuhan selalu disampaikan dalam konteks tertentu. Ini berarti arti
sebuah teks bergantung kepada konteksnya. Untuk teks yang
konteksnya bisa dilacak maka hukum berikut ini berlaku: teks dengan
konteks historis yang sejajar berlaku mutlak. Kitab-kitab yang dapat
kita lacak konteksnya terutama adalah surat-surat Paulus.
Contoh teks yang memiliki konteks sejajar dengan konteks
Mengumpulkan
Informasi
masa kini sehingga pesannya berlaku mutlak adalah pergumulan
jemaat Korintus dengan fenomena bahasa roh. Sama seperti di waktu
itu, jemaat berlomba-lomba mengejar karunia bahasa roh, jemaat
memandang karunia ini lebih tinggi dari pada yang lainnya, jemaat
memiliki ketimpangan antara karakter dan karunia demikian juga
halnya dengan jemaat masa kini. Kesamaan konteks ini menjadian
pesan-pesan Paulus dalam 1 Korintus 12 dan 14 berlaku mutlak baik
untuk konteks jemaat Korintus maupun jemaat masa kini.

Diskusikanlah!
Menanya
Dalam Alkitab dibicarakan mengenai perbedaan peran antara laki-laki
dan perempuan. Laki-laki dipercayakan Tuhan tugas menjadi seorang
kepala keluarga. Apakah pokok ajaran ini sama dengan ajaran
mengenai laki-laki sebagai imam dalam keluarga?

Salah satu kesalahan fatal dalam membuat aplikasi adalah


Menalar memutlakkan pesan teks dalam konteks yang berbeda. Kita perlu
memahami bahwa setiap pesan yang Tuhan sampaikan kepada umat
Tuhan dinyatakan dalam konteks tertentu. Perbedaan konteks antara
mereka yang hidup, misalnya saja, era Mesir kuno (sekitar tahun 2000
SM), dan kita yang hidup di era modern tidak dapat diabadikan. Apa
yang sekarang ada, hal tersebut mungkin dulu tidak ada.
Sebagai contoh Roma 13:1, Rasul Paulus berbicara mengenai
ketaatan kepada pemerintah; ia mengatakan:
Mengumpulkan
Informasi
Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di
atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari
Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan
oleh Allah.

212
Aplikasi dari teks di atas adalah pengikut Kristus haruslah
tunduk kepada pemerintah. Meskipun demikian apa yang dikatakan
teks tidak dapat kita mutlakkan secara serampangan. Mengapakah
demikian? 1) sebab saat Rasul Paulus menuliskan surat Roma, ia
sedang menghadapi pemerintah yang relatif baik. Surat Roma
dituliskan sekitar tahun 55 M, dan raja yang memerintah di tahun-
tahun tersebut adalah Kaisar Nero (54-68), dan menurut para ahli
sejarah Yunani kuno, mereka menemukan bahwa awal pemerintahan
Nero (sekitar 5 tahun pertamanya), ia memerintah dengan sangat baik.
2) di sisi yang lain, jika kita melihat isi dari Roma 13, kita menemukan
bahwa pemerintah yang dibicarakan bukanlah pemerintah yang jahat,
namun pemerintah yang berperan sebagai tangan Allah. Dengan
demikian, teks ini tidak berbicara tentang sikap orang Kristen terhadap
pemerintah yang lalim. Itulah sebabnya saat seorang mengeneralisir
ajaran mengenai ketaatan pada pemerintah dalam Roma 13 dalam
semua situasi dan kondisi maka kita telah jatuh dalam eisegese.
Bagaimanakah dengan teks yang konteks historisnya sama
Menalar
sekali tidak kelihatan misalnya dalam kitab-kitab dengan genre naratif?
Memang dalam sebuah narasi kita akan kesulitan mencari atau
melacak konteks historisnya. Meskipun demikian dalam sebuah narasi
kita dapat menemukan sudut pandang narator yang dapat
mencerminkan situasi dan kondisi dari pembacanya. Dari berbagai
indikasi itulah, kita dapat membuat sebuah “rekonstruksi konteks” dari
pembaca mula-mula dari narasi tersebut.
Sebagai contoh, dalam Injil Matius kita melihat bahwa orang-
Mengumpulkan
Informasi orang Farisi disoroti secara tajam, mereka dikatakan sebagai orang-
orang yang munafik. Penegasan dari teks mengindikasikan adanya
konflik antara kelompok/komunitas Mathean dengan kelompok Farisi.
Di sisi yang lain, berbagai kisah positif mengenai perjumpaan orang-
orang bukan Yahudi dengan Kristus, memperlihatkan usaha dari
kelompok/komunitas Mathean untuk mendidik pengikut mereka akan
keterbukaan terhadap bangsa bukan Yahudi, dan hal ini dilakukan
karena persoalan “eksklusivitas kesukuan” yang barangkali mulai
tumbuh dalam komunitas mereka.
Lalu bagaimanakah dengan teks-teks yang tidak memiliki
Menalar
konteks yang sama dengan konteks pembaca modern? Jika hal
tersebut yang terjadi, maka pembaca harus melakukan sebuah proses
“rekontekstualisasi.” Untuk melakukan proses tersebut maka
pembaca harus mendapatkan “pesan utama” dari teks, dan dari pesan
tersebutlah proses rekontekstualisasi dimulai. Ia harus menentukan
bagaimana prinsip Firman Tuhan diterapkan dalam konteks yang baru.

213
Sebagai contoh, pesan utama dalam surat Galatia adalah
Mengumpulkan
Informasi
jemaat Kristen bukan Yahudi hendaknya tidak memberi diri mereka
untuk disunatkan sebab hanya dalam Kristus sajalah seseorang
menjadi anggota umat Tuhan dan bukan melalui sunat. Pesan ini
memberikan sebuah implikasi bahwa identitas kesukuan hendaknya
tidak digunakan sebagai ukuran dalam menilai status seseorang dalam
komunitas umat Tuhan. Pesan ini, sebagai contoh, dapat
dikontekstualkan atau direlevansikan pada berbagai kasus
deskriminasi ras/suku dalam gereja, misalnya saja dalam konteks
kepemimpinan.
Dalam konteks berkotbah, Hal utama dalam proses aplikasi
Menalar adalah mencari tahu bagaimana kita dapat melakukan pesan atau
aplikasi dari teks yang sudah diterjemahkan dalam konteks masa kini
tersebut. Sebuah penyampaian Firman yang baik biasanya disertai
dengan kongkritnya pesan dari penyampaian firman Tuhan. Kira-kira
apa yang harus saya lakukan sepulang dari gereja? Inilah pertanyaan
yang harus dijawab oleh sang penyampai firman sebagai puncak dari
aplikasinya.
Sebagai contoh, setelah menjelaskan mengenai tidak boleh
Mengumpulkan adanya deskriminasi dalam gereja, maka kita harus bertanya “apakah
Informasi
yang harus dilakukan oleh jemaat terkait dengan pesan ini?” Beberapa
jawaban yang dapat kita sampaikan misalnya saja: 1) jangan bersikap
baik hanya dengan hamba Tuhan, pengurus gereja ataupun jemaat
yang satu suku dengan kita; 2) jangan bersikap buruk terhadap
anggota keluarga yang berasal dari suku yang berbeda.

Diskusikanlah
Menanya
Bagaimanakah prinsip mengenai memberikan persembahan tubuh
dalam Roma 12:1-2 dapat diterapkan dalam konteks budaya masa
kini?
Dalam fase ini, pengkhotbah berhadapan antara teks, dan
pendengar. Salah satu kelemahan dalam penyampaian firman adalah
Mengamati
kurang kongkritnya aplikasi. Pendengar hanya dibawa kepada sebuah
pengertian secara persuasif, pendengar sudah mengerti tetapi tidak
tahu apa yang harus dilakukan. Kecuali jemaat sudah mampu
menerapkan prinsip kebenaran secara pribadi maka pegkhotbah tidak
boleh tidak menyertakan aplikasi. Di fase inilah pergumulan yang
sangat berat dari seorang penyampai Firman, firman sudah mengantar
kita, menolong kita menemukan kebenaran sekarang waktunya
menyampaikan kebenaran kongkrit itu bagi mereka.

214
Dalam proses interpretasi sampai kepada aplikasi, kita harus
Menalar bekerja keras menggunakan segala kemampuan alamiah kita untuk
menghasilkan yang terbaik. Jadi, penafsiran merupakan sebuah proses
yang bersifat alamiah. Di sisi yang lain, kita tidak boleh melupakan
peran dari Roh Kudus dalam menjalani proses tersebut. Roh Kudus
disebut sebagai Roh Kebenaran sebab peran diri-Nya dalam membawa
manusia kepada kebenaran. Roh Kudus juga mengaruniakan iluminasi,
yakni karya-Nya dalam menerangi hati manusia, menghalau efek dosa
dalam pemikiran seseorang, sehingga ia memahami apa yang
dinyatakan Tuhan dalam Kitab Suci.
Dalam Yohanes 16:3 Alkitab membicarakan mengenai Roh
Mengumpulkan Kudus yang diberikan Tuhan untuk menjadi penolong bagi umat Tuhan
Informasi
untuk mengerti kebenaran. Peran Roh Kudus sebagai guru ditekankan
dalam teks ini. Tuhan Yesus menegaskan:

Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh kebenaran, Ia akan


memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia
tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala
sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya
dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan
datang.

Apakah yang membedakan antara Christian scholars “ahli-ahli


Kristen” dan non-Christian scholars “ahli-ahli yang bukan Kristen”
dalam mendekati teks kitab suci? Yang membedakan adalah keyakinan
mereka bahwa teks yang ditelaah adalah Firman Allah. Pemahaman
yang berbeda melahirkan dua sikap yang berbeda saat membaca kitab
suci. Mereka yang tidak memandang Alkitab sebagai firman Allah tidak
akan merasa ada kewajiban untuk menerapkan apa yang dipelajarinya
dalam kehidupan. Berbeda dengan mereka, para ahli Kristen, saat
membaca Alkitab, ia melakukannya tidak dapat sekedar
mengandalkan kekuatan dirinya sendiri, namun ia juga mengandalkan
bimbingan dan pimpinan Roh Kudus.

Diskusikanlah
Menanya Jelaskan bagaimanakah Anda akan merespons sebagian orang yang
memandang bahwa kitab suci haruslah ditafsirkan dengan
mengandalkan pimpinan Roh Tuhan tanpa terlalu banyak
mengandalkan rasio?

215
E. Penutup

Tanpa sebuah aplikasi, pembacaan sebuah teks tidak dapat


disebut sebagai interpretasi. Aplikasi pada dasarnya merupakan
implikasi dari studi terhadap teks Alkitab. Oleh karena teks Alkitab
disampaikan pertama-tama kepada pembaca pertamanya, teks
tersebut perlu diaplikasikan ulang sesuai dengan konteks pembaca
masa kini.
Sebuah interpretasi adalah upaya kita untuk memahami teks
dalam konteks masa kini. Walaupun aplikasi adalah bagian penting
dalam sebuah penafsiran teks, proses pengaplikasian tidak boleh
dilakukan secara serampangan dan penafsir Alkitab perlu mewaspadai
adanya perbedaan antara pembaca modern dan pembaca pertama
teks Alkitab..
Sebuah proses yang salah dalam mencari aplikasi dapat
membuat kita memaksakan teks pada apa yang pembaca inginkan. Jika
kita percaya bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan, maka tugas orang
percaya bukanlah memaksakan teks Alkitab (Firman Tuhan) untuk
menyampaikan hal-hal yang tidak dinyatakannya tetapi menunjukkan
arti Firman Tuhan yang sesungguhnya dan maknanya bagi pembaca
modern.

Ringkasan
1. Aplikasi adalah bagian penting dalam sebuah interpretasi
tetapi bagian ini sering kali dipandang tidak penting.
2. Dalam pembuatan aplikasi, seorang penafsir perlu
memperhatikan kesamaan konteks dari apa yang disampaikan
di masa lalu dan masa sekarang.
3. Setiap teks memuat sebuah prinsip kebenatan yang dapat
diterapkan dalam konteks masa kini.

Ayat Hafalan
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan
kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada
Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Roma 12:1-2

216
Aktivitas
Mengkomuni
kasikan Bacalah ucapan bahagia dalam Matius 5:3-10, buatlah wawancara
dengan 3 jemaat di gereja dan tanyakan bagian manakah dari ucapan
bahagia yang Tuhan Yesus ajarkan yang paling sulit untuk dipahami?

Bacaan Lebih Lanjut

Blomberg, Craig L. New Testament Exegesis: Panduan Komprehensif


Exegesis Kitab-Kitab Perjanjian Baru. Terj. Malang: Gandum Mas,
2016. Bab 10.

Erickson, Richard J. A Beginner’s Guide to New Testament Exegesis:


Taking the Fear out of Critical Method. Downers Grove, IVP, 2005.
Bab10.

Osborne, Grant R. Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi


Penafsiran Alkitab. Terj. Surabaya: Momentum, 2012. Bab 15-18.

217
Evaluasi

1. Jelaskanlah mengapakah pembaca Alkitab perlu memperhatikan genre dari kitab suci
dan jelaskanlah juga berbagai genre dalam Alkitab?
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Jelaskan prinsip yang dapat kita gunakan dalam membaca sebuah narasi dalam
Alkitab?
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

3. Jelaskan jenis-jenis perumpamaan yang ada dalam Alkitab?


……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Berikanlah contoh salah satu kesalahan dalam menerapkan ajaran Alkitab?


……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

218
219
Bab 6
Membaca Kitab Suci

Kompetensi Dasar
1.5 Mengayati kesusastraan (gaya, bentuk, dan makna) yang dipergunakan dalam
teks-teks Alkitab dan beberapa metode/pendekatan hermeneutik atasnya
2.5 Mencermati kesusastraan (gaya, bentuk, dan makna) yang dipergunakan dalam
teks Alkitab dan beberapa metode/pendekatan hermeneutik atasnya
3.5 Menganalisa kesusastraan untuk menemukan bentuk dan makna teks-teks
Alkitab dan beberapa metode/pendekatan hermeneutik atasnya
4.5 Memaparkan gaya, bentuk, dan makna kesusastraan Alkitab dan beberapa
metode/pendekatan hermeneutik atasnya

220
“Kebenarannya adalah bahwa tidak penting
apakah arti teks itu bagi saya, bagi Anda
atau bagi orang lain. Yang utama adalah
apakah yang teks Alkitab mau katakan!”

John F. MacArtur, Jr.

221
Peta Konsep

Hukum
Taurat
Narasi
Apokaliptik Sejarah
Israel

Penafsiran
Alkitab Nubuat
Surat-surat Berdasarkan Para Nabi
Kanon

Sejarah
Sastra
Gereja
Hikmat
Mula-mula

Injil-Injil

222
223
Pelajaran 15
Mengenal Kitab-Kitab Taurat & Sejarah

1. Pendahuluan

Kitab Taurat dan kitab Sejarah adalah dua bagian besar dalam
Mengamati kitab Perjanjian Lama. Dalam kitab Taurat kita menemukan bahwa
Tuhan memanggil bangsa Israel melalui perjanjian dengan Abraham
dan kemudian memberikan kepada bangsa Israel hukum-hukum
Tuhan. Tujuan dari pemberian hukum tentu adalah untuk mengatur
kehidupan bangsa Israel baik dalam aspek keagamaan, sosial, maupun
aspek hidup lainnya. Dalam Perjanjian Baru, kita menemukan bahwa
hukum Tuhan memiliki fungsi yang jauh lebih dalam, yakni untuk
membawa bangsa Israel pada kesadaran mereka akan dosa. Hal inilah
yang akan menyadarkan bangsa Israel bahwa mereka membutuhkan
Juruselamat.

Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah


kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus
Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya.
Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan
hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah
dinyatakan. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita
sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.

Galatia 3:22-24

Dalam pelajaran ini, kita akan mempelajari berbagai jenis hukum


dalam PL, khususnya dalam kitab Taurat (Kejadian, Keluaran. Imamat,
Bilangan, dan Ulangan). Dengan mengenal berbagai jenis hukum, kita
akan lebih memahami isi dari kitab-kitab Taurat sehingga kita dapat
belajar mengerti konteks dari hukum Taurat.

Diskusikanlah
Menanya Apakah kesan Anda dan teman-teman Anda Pada waktu mendengar
istilah “hukum Taurat?” Mengapa banyak orang yang kurang menyukai
hukum-hukum Tuhan? Apakah menurut Anda hukum-hukum Taurat
masih berlaku hingga saat ini?

224
2. Jenis-Jenis Hukum dalam Taurat

1. Kumpulan Hukum

Untuk memahami kitab-kitab Taurat, pembaca perlu


memahami jenis-jenis hukum yang dicatat dalam Taurat.

a. Dekalog
Mengumpulkan
Informasi Kumpulan hukum ini disebut sebagai Dekalog sebagai memuat
sepuluh hukum Tuhan. Kita dapat menemukan rincian mengenai
kesepuluh hukum Tuhan dalam Keluaran 20:1-17.

Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.


Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun
yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah,
atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah
kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang
cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-
anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari
orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan
kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang
mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-
Ku.
Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan
sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah
orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya
engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka
jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu
laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki,
atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing
yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya
TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya,
dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN
memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di
tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
Jangan membunuh.
Jangan berzinah.

225
Jangan mencuri.
Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini
isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya
perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun
yang dipunyai sesamamu."

Dekalog pada dasarnya dibagi dua bagian yakni hukum 1-4


yang memuat peraturan mengenai hubungan antara Allah dan
manusia dan hukum 5-10 yang mengatur hubungan antarmanusia.

b. Hukum Tabernakel

Selain Dekalog, dalam Taurat kita juga membaca mengenai


Mengumpulkan
hukum/aturan-aturan mengenai rumah Tuhan (Tabernakel). Salah
Informasi
satu aturan mengenai rumah Tuhan disampaikan dalam Keluaran 25:1-
7.

Berfirmanlah TUHAN kepada


Musa: "Katakanlah kepada
orang Israel, supaya mereka
memungut bagi-Ku
persembahan khusus; dari
setiap orang yang terdorong
hatinya, haruslah kamu
pungut persembahan khusus
kepada-Ku itu. Inilah persembahan khusus yang harus kamu
pungut dari mereka: emas, perak, tembaga; kain ungu tua,
kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu kambing; kulit
domba jantan yang diwarnai merah, kulit lumba-lumba dan
kayu penaga; minyak untuk lampu, rempah-rempah untuk
minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian,
permata krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan
untuk tutup dada.
Mengumpulkan
Informasi Hukum-hukum seputar Tabernakel diberikan Tuhan untuk
mengajarkan kepada bangsa Israel mengenai kekudusan Tuhan.
Bangsa Israel belajar mengenai hubungan mereka dengan Tuhan yang
istimewa yang tidak boleh dicampuri dengan kehadiran ilah lain. Inilah
konsep kekudusan dalam PL.

226
c. Hukum Ritual dan Aturan Penyembahan
Mengumpulkan
Informasi TUHAN berfirman kepada Musa: "Berbicaralah kepada
Harun dan kepada anak-anaknya dan kepada seluruh orang
Israel, dan katakan kepada mereka: Inilah firman yang
diperintahkan TUHAN: Setiap orang dari kaum Israel yang
menyembelih lembu atau domba atau kambing di dalam
perkemahan atau di luarnya, tetapi tidak membawanya ke
pintu Kemah Pertemuan, untuk dipersembahkan sebagai
persembahan kepada TUHAN di depan Kemah Suci TUHAN,
hal itu harus dihitungkan kepada orang itu sebagai hutang
darah, karena ia telah menumpahkan darah, dan orang itu
haruslah dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya.
Maksudnya supaya orang Israel membawa korban
sembelihan mereka, yang biasa dipersembahkan mereka di
padang, kepada TUHAN ke pintu Kemah Pertemuan dengan
menyerahkannya kepada imam, untuk dipersembahkan
kepada TUHAN sebagai korban keselamatan. Imam harus
menyiramkan darahnya pada mezbah TUHAN di depan pintu
Kemah Pertemuan dan membakar lemaknya menjadi bau
yang menyenangkan bagi TUHAN.
Imamat 17:1-6
d. Hukum Peringatan

Musa memanggil seluruh orang Israel berkumpul dan


berkata kepada mereka: "Dengarlah, hai orang Israel,
ketetapan dan peraturan, yang pada hari ini kuperdengarkan
kepadamu, supaya kamu mempelajarinya dan
melakukannya dengan setia. TUHAN, Allah kita, telah
mengikat perjanjian dengan kita di Horeb. Bukan dengan
nenek moyang kita TUHAN mengikat perjanjian itu, tetapi
dengan kita, kita yang ada di sini pada hari ini, kita semuanya
yang masih hidup. TUHAN telah bicara dengan berhadapan
muka dengan kamu di gunung dan di tengah-tengah api. Aku
pada waktu itu berdiri antara TUHAN dan kamu untuk
memberitahukan firman TUHAN kepadamu, sebab kamu
takut kepada api dan kamu tidak naik ke gunung dan Ia
berfirman: Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau
keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
Ulangan 5:1-6

227
2. Sistem Persembahan

Dalam hukum Taurat, selain pemberian hukum-hukum Tuhan,


Mengumpulkan
Informasi
bangsa Israel juga belajar mengenai sistem persembahan yang Tuhan
berikan untuk mengatur ibadah mereka kepada Tuhan.

a. Persembahan Korban Bakaran

Jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari


lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang
tidak bercela. Ia harus membawanya ke pintu Kemah
Pertemuan, supaya TUHAN berkenan akan dia. Lalu ia harus
meletakkan tangannya ke atas kepala korban bakaran itu,
sehingga baginya persembahan itu diperkenan untuk
mengadakan pendamaian baginya. Kemudian haruslah ia
menyembelih lembu itu di hadapan TUHAN, dan anak-anak
Harun, imam-imam itu, harus mempersembahkan darah
lembu itu dan menyiramkannya pada sekeliling mezbah yang
di depan pintu Kemah Pertemuan. Kemudian haruslah ia
menguliti korban bakaran itu dan memotong-motongnya
menurut bagian-bagian tertentu. Anak-anak imam Harun
haruslah menaruh api di atas mezbah dan menyusun kayu di
atas api itu. Dan mereka harus mengatur potongan-
potongan korban itu dan kepala serta lemaknya di atas kayu
yang sedang menyala di atas mezbah. Tetapi isi perutnya dan
betisnya haruslah dibasuh dengan air dan seluruhnya itu
harus dibakar oleh imam di atas mezbah sebagai korban
bakaran, sebagai korban api-apian yang baunya
menyenangkan bagi TUHAN.
Imamat 1:3-9

228
b. Persembahan korban biji-bijian atau roti sajian
Mengumpulkan
Informasi
"Apabila seseorang hendak mempersembahkan
persembahan berupa korban sajian kepada TUHAN,
hendaklah persembahannya itu tepung yang terbaik dan ia
harus menuangkan minyak serta membubuhkan kemenyan
ke atasnya. Lalu korban itu harus dibawanya kepada anak-
anak Harun, imam-imam itu. Setelah diambil dari korban itu
tepung segenggam dengan minyak beserta seluruh
kemenyannya, maka imam haruslah membakar semuanya
itu di atas mezbah sebagai bagian ingat-ingatan korban itu,
sebagai korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi
TUHAN. Korban sajian selebihnya adalah teruntuk bagi
Harun dan anak-anaknya, yakni bagian maha kudus dari
segala korban api-apian TUHAN.
Imamat 2:1-3

c. Persembahan Pendamaian

"Jikalau persembahannya
Mengumpulkan
Informasi
merupakan korban
keselamatan, maka jikalau
yang dipersembahkannya itu
dari lembu, seekor jantan atau
seekor betina, haruslah ia
membawa yang tidak bercela
ke hadapan TUHAN. Lalu ia harus meletakkan tangannya di
atas kepala persembahannya itu, dan menyembelihnya di
depan pintu Kemah Pertemuan, lalu anak-anak Harun, imam-
imam itu haruslah menyiramkan darahnya pada mezbah
sekelilingnya. Kemudian dari korban keselamatan itu ia harus
mempersembahkan lemak yang menyelubungi isi perut, dan
segala lemak yang melekat pada isi perut itu sebagai korban
api-apian bagi TUHAN, dan lagi kedua buah pinggang dan
lemak yang melekat padanya, yang ada pada pinggang dan
umbai hati yang harus dipisahkannya beserta buah pinggang
itu. Anak-anak Harun harus membakarnya di atas mezbah,
yakni di atas korban bakaran yang sedang dibakar di atas api,
sebagai korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi
TUHAN.
Imamat 3:1-5

229
d. Persembahan Penghapus dosa atau Pemurniaan
Mengumpulkan
Informasi "Katakanlah kepada orang Israel: Apabila seseorang tidak
dengan sengaja berbuat dosa dalam sesuatu hal yang
dilarang TUHAN dan ia memang melakukan salah satu dari
padanya, maka jikalau yang berbuat dosa itu imam yang
diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah ia
mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah
diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda yang tidak
bercela sebagai korban penghapus dosa. Ia harus membawa
lembu itu ke pintu Kemah Pertemuan, ke hadapan TUHAN,
lalu ia harus meletakkan tangannya ke atas kepala lembu itu,
dan menyembelih lembu itu di hadapan TUHAN. Imam yang
diurapi itu harus mengambil sebagian dari darah lembu itu,
lalu membawanya ke dalam Kemah Pertemuan.
Imamat 4:1-5
e. Korban Penebusan salah

TUHAN berfirman kepada Musa: "Apabila seseorang


berubah setia dan tidak sengaja berbuat dosa dalam sesuatu
Mengumpulkan
Informasi
hal kudus yang dipersembahkan kepada TUHAN, maka
haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN sebagai
tebusan salahnya seekor domba jantan yang tidak bercela
dari kambing domba, dinilai menurut syikal perak, yakni
menurut syikal kudus, menjadi korban penebus salah. Hal
kudus yang menyebabkan orang itu berdosa, haruslah
dibayar gantinya dengan menambah seperlima, lalu
menyerahkannya kepada imam. Imam harus mengadakan
pendamaian bagi orang itu dengan domba jantan korban
penebus salah itu, sehingga ia menerima pengampunan.
Jikalau seseorang berbuat dosa dengan melakukan salah
satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya, maka ia
bersalah dan harus menanggung kesalahannya sendiri.
Haruslah ia membawa kepada imam seekor domba jantan
yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai,
sebagai korban penebus salah. Imam itu haruslah
mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan
yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu,
sehingga ia menerima pengampunan. Itulah korban penebus
salah; orang itu sungguh bersalah terhadap TUHAN."
Imamat 5:14-19

230
3. Bagaimanakah membaca kitab-kitab Taurat

Dalam membaca dan menafsirkan kitab-kitab Taurat, beberapa


prinsip berikut perlu untuk diperhatikan:
Menalar
a. Kitab Taurat dibaca hanya sebagai literatur kuno seperti
halnya literatur lainnya.
b. Kitab Taurat dilihat dalam konteks perbandingan agama;
hukum yang ada dalam kitab Taurat dibandingkan dengan
hukum yang ada didunia kuno.
c. Taurat dibaca dalam kaitannya dengan studi arkeologi
d. Kitab Taurat dibaca sebagai sebuah buku seperti tulisan
lainnya. Walaupun kitab Taurat adalah tulisan yang berasal
dari apa yang Allah nyatakan secara langsung tetapi hukum
Taurat dituliskan dalam bahasa manusia.

4. Apakah yang menjadi tema inti dari kitab Taurat

a. Janji Allah
Janji Allah pada para bapak leluhur dan penggenapannya;
apa yang Allah janjikan kepada Abraham, semuanya
tergenapi bahwa bangsa Israel menjadi besar dan mereka
sedang dibawa Tuhan ke tanah yang Tuhan akan berikan
kepada mereka.
b. Tokoh Musa
Musa adalah hamba Allah yang ditetapkan untuk menjadi
jurubicara-Nya dan nabi pertama yang ditunjuk Tuhan. Ia
tidak dapat masuk ke dalam tanah perjanjian oleh karena
ia gagal dalam bersikap benar terhadap perintah Tuhan.
c. Bangsa Israel
Dalam Taurat, Israel diajar untuk membedakan antara hal-
hal yang tahir dan najis. Dalam menafsir Taurat, kita harus
memahami kerangka berpikir dunia kuno. Tahir dan najis
digunakan untuk membicarakan status dan kondisi dari
orang, barang atau tempat tertentu.
d. Allah Israel
Allah adalah pemilik dari bangsa Israel dan menuntut
supaya Israel hidup dalam kekudusan. Penyembahan
berhala dipandang sebagai pengkhianatan terhadap
perjanjian dengan Allah. Taurat menekankan Allah yang
penuh kasih tetapi Ia juga adalah Allah yang tegas dengan
dosa dan pelanggaran.

231
C. Membaca Kitab Sejarah

Kitab-kitab sejarah pada umumnya menggunakan sastra narasi.


Mengamati Sastra narasi tentu berbeda dengan jenis sastra yang lain, seperti
sastra puisi. Dalam memahami kitab-kitab sejarah, banyak pakar
menggunakan pendekatan narasi. Selain pendekatan narasi, beberapa
pendekatan lain juga digunakan dalam membaca literatur sejarah.

1. Pendekatan Terhadap Kitab-kitab Sejarah

a Kritik sumber

Dalam studi PL, para pakar percaya bahwa ada sumber-sumber


Mengumpulkan yang beredar sebelum bentuk tertulis dari PL terbentuk. Sumber-
Informasi sumber tersebut dikenal dengan nama J (Jahwist), E (Elohist), D
(Deuteronomist), dan P (Priest).

b Kritik Bentuk

Selain kritik sumber, kritik bentuk juga digunakan dalam


membaca kitab-kitab sejarah. Dalam kitab sejarah terdapat beberapa
jenis sastra, dan dalam kritik bentuk meyakini bahwa setiap bentuk
sastra yang berbeda merefleksikan setting hidup yang berbeda juga.

c Kritik Redaksi

Sebagai konsekuensi dari pendekatan yang berorientasi pada


apa yang terjadi di belakang teks, dengan asumsi bahwa ada berbagai
sumber yang ada sebelum bentuk finalnya terbentuk, maka penafsir
haruslah mengasumsikan bahwa ada sosok redaktur yang menyatukan
semua sumber tersebut.

d Kritik Narasi

Berbeda dengan pendekatan-pendekatan sebelumnya, kritik


narasi fokus pada cerita dalam kisah sejarah yang disampaikan. Model
pendekatan fokus dalam mencari tokoh dalam cerita, karakter dari
tokoh-tokoh yang terlibat dalam kisah tersebut, alur cerita dan sudut
pandang dari narator.

232
2. Literatur yang Termasuk Kitab-kitab Sejarah

a. Yosua
Ada beberapa isu penting yang memengaruhi penafsiran
Mengumpulkan terhadap kitab Yosua. Pertama, hubungan dari kitab Yosua dengan
Informasi lima kitab Musa. Beberapa pakar memandang bahwa kitab Yosua
masih merupakan bagian dari kitab Taurat sebab tanpa kitab Yosua
maka nubuatan terhadap janji Tuhan atas tanah perjanjian tidak
terpenuhi.
Kedua, akurasi sejarah dari catatan dalam kitab Yosua dengan
penelaahan arkeologis turut menjadi isu penting dalam penafsiran
terhadap kitab Yosua. Sebagai pakar percaya bahwa Yosua harus
dibaca sebagai buku teologi dari pada sebuah catatan sejarah
mengenai biografi Yosua atau sejarah penaklukan tanah Kanaan.
Ketiga, dalam kitab Yosua terdapat isu etis mengenai
pembunuhan suku-suku Kanaan. Dalam studi mengenai etika,
peristiwa tersebut dikategorikan sebagai Genocide.

Diskusikanlah!
Menanya Jelaskan mengapakah Tuhan memerintahkan Israel untuk
memusnahkan penduduk kota-kota Kanaan? Apakah tindakan Tuhan
ini merupakan sebuah bentuk kesewenang-wenangan?

b. Hakim-hakim

Ada beberapa isu penting yang memengaruhi penafsiran


Mengumpulkan terhadap buku Hakim-hakim. Pertama, jenis sastra dari kitab Hakim-
Informasi hakim. Walaupun terkategori sebagai sebuah kitab sejarah tetapi kitab
hakim-hakim lebih mirip sebuah kompilasi kisah dari tokoh-tokoh yang
disebut para hakim. Jika kitab ini merupakan sebuah kompilasi, maka
kronologi sejarah dalam kitab ini menjadi sulit untuk dipertahankan.
Kedua, sumber-sumber yang digunakan oleh penulis kitab
Hakim-hakim tidak dapat diidentifikasi.
Kedua, gambaran peristiwa yang diperlihatkan dalam kitab
Hakim-hakim tidak selalu didukung oleh bukti-bukti dari penelitian
arkeologi.
Keempat, perspektif teologis terhadap berbagai peristiwa yang
dikisahkan beragam. Pada satu sisi anugerah Allah digambarkan
sebagai tanpa syarat tetapi di sisi yang lain bergantung pada ketaatan
Israel.

233
c. Rut

Ada beberapa isu yang terkait dengan penasiran kitab Rut.


Mengamati Pertama, jenis sastra kitab ini nampaknya bukan sejarah tetapi lebih
mirip sebuah novel. Selain itu, beberapa pakar percaya bahwa kisah ini
berupakan sebuah sage yang kemudian diadopsi menjadi kisah
sejarah. Kitab Rut dapat juga dipandang sebagai sebuah catatan
sejarah mengenai nenek moyang Daud.
Isu kedua terkait dengan pokok ajaran dalam kitab ini. Banyak
orang mengatakan bahwa kitab Rut memuat ajaran mengenai etika
dan bukan mengenai teologi. Meskipun demikian, dalam kitab Rut, kita
menemukan pokok ajaran mengenai pemeliharaan Allah.

Menanya
Diskusikanlah
Carilah dalam perjanjian baru di mana tokoh Abraham dan
keluarganya dibicarakan dan jelaskan apa yang digambarkan
mengenai tokoh tersebut?

d. 1 dan 2 Samuel

Ada beberapa isu penting yang dapat memengaruhi penafsiran


Mengumpulkan
Informasi kitab 1 dan 2 Samuel. Pertama, tradisi yang ada di balik kisah-kisah
dalam 1 dan 2 Samuel. Beberapa pakar menyebutnya sebagai tradisi
monarki dan anti-monarki. Kedua, kitab 1 dan 2 Samuel nampaknya
menggunakan sumber tertentu, misalnya saja kisah tentang masa kecil
Samuel, pemilihan Saul, persahabatan Daud dan Yonatan, dst.
Penggunaan sumber dalam kitab 1 dan 2 Samuel membawa kepada
konsekuensi bahwa ada redaksi yang menyusun kedua tulisan ini.
Beberapa pakar menyebutnya sebagai Deuteronomis history.

e. 1 dan 2 Raja-Raja

Ada beberapa isu yang penting dalam membaca dan


menafsirkan kitab 1 dan 2 Raja-raja. Pertama, perbedaan antara
Mengumpulkan catatan a dan 2 Raja-raja dengan 1 dan 2 Tawarikh. Kedua, pengutipan
Informasi catatan-catatan lain dalam kitab Raja-raja mengindikasikan adanya
sumber-sumber catatan yang ada selain dari kitab 1 dan 2 Raja-raja.
Ketiga, beberapa pakar percaya bahwa kitab Raja-raja mengalami dua
kali peredaksian. Yang pertama adalah di era pra pembuangan, yakni
di era Yosia, dan yang kedua adalah di era pembuangan.

234
f. 1 dan 2 Tawarikh

Beberapa isu penting seputar penafsiran kitab 1 dan 2 Tawarikh


Mengumpulkan adalah sbb: pertama, relasi sastra antara kitab 1 dan 2 Tawarikh
Informasi
dengan kitab Ezra dan Nehemia (lihat penjelasan Ezra-Nehemia).
Kedua, perbedaan kisah antara kitab 1 dan 2 Tawarikh dengan kitab
Raja-raja. Ketiga, akurasi dari kisah sejarah yang dipaparkan; penulis
nampaknya secara bebas menyusun ulang bahkan menceritakan
dalam versi yang agak berbeda dari tradisi sebelumnya. Keempat,
penggunakan model penafsiran tipologi dari penulis mengindikasikan
bahwa penulis memiliki keunikan dalam membaca kisah-kisah sejarah
Israel; misalnya saja Daud digambarkan seolah-olah ia adalah Musa
yang kedua, dan Salomo adalah Yosua. Penulis kitab ini bukan hanya
ingin memperlihatkan sejarah dari raja-raja tetapi juga teologi di balik
peristiwa tersebut. Penulis dari kitab ini adalah nampaknya adalah
seorang sejarawan dan juga teologian.

g. Ezra - Nehemia

Beberapa isu seputar penafsiran dari kitab Ezra-Nehemia sbb:


Mengumpulkan Pertama, dalam kitab ini menggunakan bahasa Aram; penggunaan
Informasi bahasa ini membuat para ahli menduga bahwa kitab Ezra dituliskan
setelah masa hidupnya. Kedua, kaitan antara penulis kitab Ezra-
Nehemia dan penulis kitab 1 dan 2 Tawarikh; keduanya membicarakan
hal yang sama yakni masa-masa setelah pembuangan. Meskipun
demikian, Ezra dan Nehemia lebih mirip sebuah catatan sejarah.
Ketiga, kronologi dari catatan Ezra-Nehemia berbeda dengan catatan
arkeologi. Keempat, dalam tulisan Ezra-Nehemia kita melihat adanya
pergeresan dari umat Tuhan yang berfokus pada pemimpin menjadi
pada komunitas; selain itu dalam kedua literatur ini, kita menemukan
pembentukan tradisi tulisan dari firman Tuhan. Dalam kedua kitab ini,
kita juga melihat pentingnya topik mengenai kesucian yang tidak lagi
dibatasi pada rumah Allah tetapi pada seluruh kota Yerusalem dan
semua penduduknya.

Diskusikanlah
Menanya
Bagaimanakah kita dapat menjelaskan perbedaan keterangan yang
kita lihat dalam Alkitab dengan bukti-bukti arkeologi yang ditemukan
dan dikemukakan oleh para ahli sejarah?

235
h. Ester

Ada beberapa isu penting dan memengaruhi penafsiran.


Pertama, jenis sastra dari kitab Ester. Walaupun Ester dikategorikan
Mengumpulkan
Informasi kitab sejarah tetapi jenis sastra dari kitab ini lebih mendekati novel
ketimbang catatan sejarah kuno. Jika tulisan ini sebuah novel, maka
historisitas kitab Ester menjadi diragukan. Kedua, catatan dalam Ester
dan penemuan arkeologi nampaknya berbeda. Salah satu sumber
keraguan para ahli adalah tidak adanya catatan yang menyebutkan
tokoh-tokoh yang diceritakan dalam kitab Ester dalam catatan kuno.
Misalnya saja raja Ahasyweros yang disebutkan dalam Ester 1. Ketiga,
teologi kitab Ester dipandang membingungkan. Kitab ini tidak pernah
menyebut nama Allah atau tindakan dalam menyembah Allah. Hal ini
telah mengakibatkan sikap yang negatif terhadap kitab ini dan
menempatkan kitab ini sebagai bukan literatur utama dalam PL. Dalam
literatur Bait Allah Kedua, terdapat kitab Tambahan Kitab Ester yang
dibuat untuk mengatasi keberatan teologis di atas.

3. Cara Membaca kitab-kitab Sejarah

Dalam memahami kitab-kitab sejarah pembaca Alkitab harus


Menalar
mempertimbangkan beberapa hal berikut:
a Memahami kitab sejarah bukan hanya sebagai sejarah Israel
tetapi juga sejarah Allah. Fokus dari kisah sejarah yang
diceritakan Alkitab adalah Allah sendiri. Itulah sebabnya saat
membaca kisah mengenai bangsa Israel dalam kitab sejarah,
kita pada satu sisi menemukan kisah kejatuhan dan
pemberontakan manusia tetapi di sisi yang lain, kita juga
melihat kisah kesetiaan dan anugerah Allah.
b Membaca kitab sejarah secara kanonis. Pembaca tidak
memfokuskan diri pada detail perisiwa kejatuhan atau tokoh-
tokoh tertentu, misalnya saja dalam kitab Raja-Raja, tetapi
pada keseluruhan kisah Israel. Dalam kitab-kitab sejarah kita
menemukan sebuah pola yang terus-menerus berulang,
misalnya, raja melakukan hal yang jahat di mata Tuhan, dan
Tuhan ijinkan mereka mengalami masa sukar, Tuhan pulihkan
mereka saat bertobat.
c Membaca kitab-kitab sejarah dengan pendekatan naratif. Oleh
karena hampir keseluruhan kitab sejarah menggunakan bentuk
narasi, pendekatan ini menjadi penting dalam penafsiran.

236
D. Penutup

Kitab Taurat memperlihatkan kepada kita apa yang Tuhan


kehendaki dalam kehidupan umat Tuhan, yakni bangsa Israel untuk
hidup taat kepada Tuhan dan mencari Tuhan. Dalam perjalanan
bangsa Israel menuju tanah perjanjian, mereka menunjukkan sikap
yang memberontak terhadap Tuhan dan itulah sebabnya generasi
yang keluar dari tanah Mesir tidak berhasil masuk ke tanah perjanjian
kecuali Yosua dan Kaleb.
Dalam kitab sejarah kita menemukan bangsa Israel mulai dari
memasuki tanah Kanaan, terbuang dari tanah perjanjian, dan kembali
ke tanah air mereka. Kitab-kitab sejarah bukan hanya menceritakan
tentang sejarah bangsa Israel tetapi sejarah kesetiaan Tuhan dalam
kehidupan bangsa Israel. Walaupun, bangsa Israel kembali tidak setia
kepada Tuhan dengan menyembah berhala, tetapi Tuhan tetap setia
dalam perjanjian-Nya dengan bangsa Israel. Orang-orang Israel
dibuang Tuhan, namun Ia berjanji akan membawa mereka kembali.
Janji inilah yang dalam PB diperlihatkan tergenapi. Bahwa
melalui kedatangan dan kematian Yesus, apa yang tidak mampu
dilakukan bangsa Israel dalam PL telah digenapkan oleh Yesus. Selain
itu, melalui peristiwa Pentakosta, di mana Roh Kudus dicurahkan, apa
yang dijanjikan Allah dalam PL mengenai New Covcenant “perjanjian
yang baru” antara Allah dan manusia menjadi tergenapi.

Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum


Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku
akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan
menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi
Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak
usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar
saudaranya dengan mengatakan: Kenalilah TUHAN! Sebab
mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku,
demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni
kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka."
Yeremia 31:33-34

Ringakasan
1. Pembagian kitab Perjanjian Lama dalam kanon Ibrani dan Kanon
Latin berbeda. Dalam kanon Latin, Perjanjian Lama terdiri dari lima
kelompok kitab, dua diantaranya adalah kitab-kitab Taurat dan
kitab-kitab Sejarah.

237
2. Kitab-kitab Taurat merupakan kumpulan hukum dan kitab-kitab
sejarah merupakan narasi mengenai karya Allah dalam kehidupan
Israel.
3. Untuk mentafsirkan kitab-kitab Taurat dan sejarah, pembaca
masa kini perlu memahami berbagai jenis bentuk hukum dan
berbagai isu mengenai persoalan kitab-kitab sejarah.

Ayat Hafalan
Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi
kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu
merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang
diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang
tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang
membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan
mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang
disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta
Allah.
Ibrani 12:1-2

Mengkomuni Aktivitas
kasikan Buatlah Jurnal mengenai doa permohonan yang pernah Anda naikkan
kepada Tuhan dan bagaimana Tuhan menjawab pergumulan Anda
tersebut.

Bacaan Lebih Lanjut

Osborne, Gnant R. Sporal Hermeneutika: Pengantar Komrehensif bagi


Penafsiran Alkitab.Terj. Surabaya: Momentum, 2012. Bab 6-7.

Pratt Jr., Richard L. He Gave Us Stories: The bible Student’s Guide to


Interpreting Old Testament Narratives. Surabaya: Momentum, 2005.
Bagian 2.

Patrick, Dale. Old Testament Law. Atlanta: John Know, 1985. Bab 2.

238
239
Pelajaran 16
Membaca Kitab Para Nabi & Hikmat

A. Pendahuluan

Kitab Para nabi merupakan bagian penting dalam Perjanjian


Mengamati Lama. Seperti halnya para nabi menempati posisi yang penting dalam
kehidupan umat Tuhan, demikian juga tulisan dari para nabi juga
mendapatkan tempat yang khusus dalam kehidupan bangsa Israel.
Itulah sebabnya, dalam proses kanonisasi, kita menemukan bahwa
tulisan para nabi lebih cepat terkoleksikan dari kumpulan kitab hikmat.
Dalam kumpulan kitab orang-orang Yahudi (Tanakh), kitab para
nabi dijadikan satu dan disebut sebagai Nevi’im. Sedangkan dalam
kitab suci PL versi bahasa Latin (Vulgata), kita para nabi dibagi dua
yakni nabi-nabi besar, menunjuk pada kumpulan kitab para nabi
dengan jumlah halaman yang cukup banyak dan kumpulan nabi-nabi
kecil yang tulisannya relatif singkat.
Berbeda dengan kitab para nabi, kitab-kitab hikmat memiliki
proses yang lebih lambat dalam proses kanonisasi. Pendekatan teologi
yang nampak dalam kitab-kitab hikmat juga berbeda dari pendekatan
yang digunakan oleh para nabi. Jika dalam literatur para nabi, Firman
digambarkan datang dari Tuhan dan diaplikasikan dalam pergumulan
umat Tuhan. Dalam literatur hikmat, kita melihat bahwa para penulis
cenderung untuk berangkat dari kenyataan hidup, misalnya saja
mengenai penderitaan, untuk memahami hakikat Tuhan.

Menanya Diskusikanlah
Pelajarilah dan bacalah kitab Pengkhotbah dan carilah tahu hal apakah
yang berulang kali dituliskan dalam kitab tersebut dan ceritakan
mengapa penulis tersebut menekankannya?

B. Membaca Kitab Para Nabi

Mengamati
Untuk memahami tulisan para nabi, kita tentu harus
memahami karakter dari para nabi dan tulisannya. Para nabi adalah
juru bicara Allah dan dipanggil Tuhan, pada umumnya, untuk menegur
umat Tuhan saat mereka berdosa dan memberitahukan kehendak
Tuhan pada bangsa Israel.

240
1. Sifat Kitab Para Nabi

Kitab Para Nabi adalah kumpulan tulisan yang bersumber dari


Mengumpulkan tradisi para nabi. Beberapa ahli bahkan menemukan adanya indikasi
Informasi
bahwa dalam kehidupan keagamaan bangsa Israel ada sekolah yang
dipersiapkan untuk seorang nabi. Dua aspek berikut menjadi ciri dari
tulisan para nabi:
a. Beorientasi pada masa kini dan masa depan; walaupun dalam
kitab para nabi, mereka sering bernubuat mengenai masa depan
tetapi mereka menyampaikan hal tersebut terkait dengan konteks
zaman di mana mereka hidup; misalnya saja nabi Yesaya yang
bernubuat di era Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia.
b. Kepastian Penggenapan; salah satu perbedaan dari nabi yang
dipandang palsu dan benar terletak pada penggenapan dari apa
yang mereka nubuatkan. Perkataan dari nabi sejati akan terjadi
sedangkan perkataan nabi palsu tidak akan tergenapi. Itulah
sebabnya aspek ini menjadi sangat penting dalam tulisan dari para
nabi.

Diskusikanlah!
Menanya
Sebutkan beberapa nama nabi yang Anda ketahui dan jelaskan
kehidupan dan pelayanan nabi-nabi tersebut dan mengapakah Anda
tertarik dengan tokoh nabi-nabi tersebut?

2. Bentuk dari Nubutan

a. Ucapan penghakiman

15 Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring


Mengumpulkan
Informasi kambing domba, dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah,
bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel. 16 Maka sekarang,
dengarlah firman TUHAN! Engkau berkata: Janganlah
bernubuat menentang Israel, dan janganlah ucapkan
perkataan menentang keturunan Ishak. 17 Sebab itu
beginilah firman TUHAN: Isterimu akan bersundal di kota,
dan anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan tewas oleh
pedang; tanahmu akan dibagi-bagikan dengan memakai tali
pengukur, engkau sendiri akan mati di tanah yang najis, dan
Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan.”
Amos 7:15-17

241
b. Janji berkat dan pelepasan

Datanglah firman TUHAN untuk kedua kalinya kepada


Mengumpulkan Yeremia, ketika ia masih terkurung di pelataran penjagaan
Informasi
itu, bunyinya: “Beginilah firman TUHAN, yang telah
menjadikan bumi dengan membentuknya dan
menegakkannya TUHAN ialah nama-Nya : Berserulah
kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan
memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang
tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui. Sebab
beginilah firman TUHAN, Allah Israel, mengenai rumah-
rumah di kota ini dan mengenai gedung-gedung istana raja
Yehuda yang dirobohkan untuk dipakai terhadap tembok-
tembok pengepungan dan pedang: Orang akan masuk
pertempuran melawan orang-orang Kasdim dan kota ini
akan penuh dengan bangkai-bangkai manusia yang telah
Kupukul mati karena murka-Ku dan kehangatan amarah-Ku,
sebab Aku telah menyembunyikan wajah-Ku dari kota ini
oleh karena segala kejahatan mereka. Sesungguhnya, Aku
akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan
kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan
akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan
keamanan yang berlimpah-limpah. Aku akan memulihkan
keadaan Yehuda dan Israel dan akan membangun mereka
seperti dahulu: Aku akan mentahirkan mereka dari segala
kesalahan yang mereka lakukan dengan berdosa terhadap
Aku, dan Aku akan mengampuni segala kesalahan yang
mereka lakukan dengan berdosa dan dengan memberontak
terhadap Aku. Dan kota ini akan menjadi pokok kegirangan:
ternama, terpuji dan terhormat bagi-Ku di depan segala
bangsa di bumi yang telah mendengar tentang segala
kebajikan yang Kulakukan kepadanya; mereka akan terkejut
dan gemetar karena segala kebajikan dan segala
kesejahteraan yang Kulakukan kepadanya.
Yeremia 33:1-9

Menanya Diskusikanlah!
Carilah nama nabi-nabi dalam Alkitab yang menyampaikan
teguran-teguran yang keras kepada bangsa Israel dan jelaskan
mengapa mereka berlaku demikian?

242
c. Ucapan Kutuk

Celakalah orang-orang yang merancang kedurjanaan dan …


Mengumpulkan kejahatan di tempat tidurnya; yang melakukannya di waktu
Informasi
fajar, sebab hal itu ada dalam kekuasaannya; yang apabila
menginginkan ladang-ladang, mereka merampasnya, dan
rumah-rumah, mereka menyerobotnya; yang menindas
orang dengan rumahnya, manusia dengan milik pusakanya!
Sebab itu beginilah firman TUHAN: … Aku merancang
malapetaka …. Dan kamu tidak dapat menghindarkan
lehermu dari padanya; kamu tidak dapat lagi berjalan
angkuh, sebab waktu itu adalah waktu yang mencelakakan.
Pada hari itu orang akan melontarkan sindiran tentang kamu
… dan akan berkata: “Kita telah dihancurluluhkan! Bagian
warisan bangsaku telah diukur dengan tali, dan tidak ada
orang yang mengembalikannya, ladang-ladang kita dibagikan
kepada orang-orang yang menawan kita.”
Mikha 2:1-4
d. Tindakan Simbolis

Dan engkau, anak manusia, ambillah sebilah pedang yang


Mengumpulkan tajam dan pakailah itu sebagai pisau cukur tukang pangkas;
Informasi cukurlah rambutmu dan janggutmu dengan itu; lalu ambillah
sebuah timbangan dan bagi-bagilah rambutmu. Sepertiga
harus kaubakar dengan api di tengah-tengah kota itu
sesudah berakhir waktu pengepungannya; sepertiga harus
kauambil dan tetaklah dengan pedang itu sekelilingnya; dan
sepertiga lagi hamburkanlah ke dalam angin, dan Aku akan
menghunus pedang dari belakang mereka. Engkau harus
mengambil sedikit dari rambut itu dan bungkus di dalam
punca kainmu. Dan sekali lagi engkau harus mengambil dari
padanya, buangkan ke dalam api dan hanguskan dia di sana;
dari sana akan keluar api untuk memakan seluruh kaum
Israel. Dan berkatalah kepada mereka.
Yehezkiel 5:1-4

Diskusikanlah
Menanya Siapakah nabi yang menggunakan tembikar yang hancur untuk
menggambarkan keadaan bangsa Israel! Sharingkanlah juga
apa yang mau disampaikan melalui hal tersebut?

243
e. Ucapan Hukum

Dengarkanlah Aku dengan berdiam diri … hendaklah bangsa-


Mengumpulkan bangsa mendapat kekuatan baru! Biarlah mereka datang
Informasi
mendekat, kemudian berbicara; baiklah kita tampil bersama-
sama untuk berperkara! Siapakah yang menggerakkan dia
dari timur, menggerakkan dia yang mendapat kemenangan
di setiap langkahnya, yang menaklukkan bangsa-bangsa ke
depannya dan menurunkan raja-raja? Pedangnya membuat
mereka seperti debu dan panahnya membuat mereka
seperti jerami yang tertiup. Ia mengejar mereka dan dengan
selamat ia melalui jalan yang belum pernah diinjak kakinya.
Siapakah yang melakukan dan mengerjakan semuanya itu?
Dia yang dari dahulu memanggil bangkit keturunan-
keturunan, Aku, TUHAN, yang terdahulu, dan bagi mereka
yang terkemudian Aku tetap Dia juga. Pulau-pulau telah
melihatnya dan menjadi takut, ujung-ujung bumipun
menjadi gemetar; mereka datang dan makin mendekat.
Yesaya 41:1-5

f. Ucapan Pembantahan

Firman TUHAN datang kepada Yeremia, bunyinya: “Tidakkah


Mengumpulkan
Informasi kauperhatikan apa yang dikatakan orang-orang ini: Kedua
kaum keluarga yang dipilih TUHAN itu telah ditolak-Nya?
Dengan demikian mereka menghina umat-Ku, dianggapnya
bukan suatu bangsa lagi. Beginilah firman TUHAN: Jika Aku
tidak menetapkan perjanjian-Ku dengan siang dan malam
dan aturan langit dan bumi, maka juga Aku pasti akan
menolak keturunan Yakub dan hamba-Ku Daud, sehingga
berhenti mengangkat dari keturunannya orang-orang yang
memerintah atas keturunan Abraham, Ishak dan Yakub.
Sebab Aku akan memulihkan keadaan mereka dan
menyayangi mereka.”
Yeremia 33:23-26

Diskusikanlah
Menanya
Siapakah nabi yang hidup setelah masa pembuangan? Sebutkan hal-
hal apakah yang dikerjakan dalam masa pelayanannya dan jelaskan
bagaimanakah bangsa Israel memperlakukannya?

244
g. Ratapan Nabi

Dan mereka akan mengucapkan suatu ratapan mengenai


Mengumpulkan engkau dan akan mengatakan kepadamu: Bagaimanakah
Informasi
engkau, hai kota yang terpuja, hilang dari lautan, kota yang
berkuasa di laut, engkau dengan pendudukmu, yang
menimbulkan ketakutan pada penduduk di daratan? 18
Sekarang, daerah pesisir jadi gentar pada hari jatuhmu, ya,
daerah pesisir yang di tepi laut gempar mendengar
kesudahanmu.
Yehezkiel 26:17-18
h. Puisi

Beginilah firman TUHAN: Di tempat ini, yang kamu katakan


Mengumpulkan telah menjadi reruntuhan tanpa manusia dan tanpa hewan,
Informasi
di kota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem yang sunyi
sepi itu tanpa manusia, tanpa penduduk dan tanpa hewan,
akan terdengar lagi suara kegirangan dan suara sukacita,
suara pengantin laki-laki dan suara pengantin perempuan,
suara orang-orang yang mengatakan: Bersyukurlah kepada
TUHAN semesta alam, sebab TUHAN itu baik, bahwasanya
untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!, sambil
mempersembahkan korban syukur di rumah TUHAN. Sebab
Aku akan memulihkan keadaan negeri ini seperti dahulu,
firman TUHAN.
Yeremia 33:10-11
i. Hikmat

Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah


Mengumpulkan
Informasi
makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu,
melainkan: Setiap orang akan mati karena kesalahannya
sendiri; setiap manusia yang makan buah mentah, giginya
sendiri menjadi ngilu.
Yeremia 31:29-30

Diskusikanlah
Menanya
Dalam Alkitab, selain nabi-nabi Allah, kita juga membaca mengenai
nabi-nabi palsu; carilah teks Alkitab yang membicarakan mengenai
nabi-nabi palsu dan jelaskan perbedaan utama dari keduanya?

245
j. Apokaliptik

Kemudian aku melihat dalam penglihatan malam itu, tampak


Mengumpulkan seekor binatang yang keempat, yang menakutkan dan
Informasi
mendahsyatkan, dan ia sangat kuat. Ia bergigi besar dari besi;
ia melahap dan meremukkan, dan sisanya diinjak-injaknya
dengan kakinya; ia berbeda dengan segala binatang yang
terdahulu; lagipula ia bertanduk sepuluh. Sementara aku
memperhatikan tanduk-tanduk itu, tampak tumbuh di
antaranya suatu tanduk lain yang kecil, sehingga tiga dari
tanduk-tanduk yang dahulu itu tercabut; dan pada tanduk itu
tampak ada mata seperti mata manusia dan mulut yang
menyombong.
Daniel 7:7-8

3. Prinsip Penafsiran

Kitab-kitab para nabi memiliki keunikan dalam hal sastra.


Tulisan-tulisan tersebut seringkali menggunakan berbagai gaya bahasa
Menalar yang berbeda bahkan menggunakan bentuk retorika tertentu dalam
menyampaikan pesannya. Untuk dapat memahami kitab Para Nabi,
beberapa hal berikut haruslah dipertimbangkan:
a. Tentukan bentuk dari ucapan sang nabi; apakah ucapan tersebut
adalah ratapan, ucapan hikmat, nubuat, penglihatan atau bentuk
lainnya.
b. Pelajari konteks dekat dan jauh dari nubuatan tersebut; konteks
dekat menunjuk pada konteks kalimat dan konteks jauh pada latar
belakang sejarah.
c. Pelajari konteks historis dan nubuat yang digambarkan. Untuk
dapat melihat kesamaan antara nubuatan seorang nabi dengan
kitab lainnya dalam PL, perbandingan keterangan haruslah
ditelaah.
d. Bedakan bagian yang merupakan sebuah simbol atau sebuah
pernyataan harafiah.
e. Perhatikan nubutan yang bersifat Kristologis. Salah satu
contohnya adalah Yesaya 53.
f. Jangan memaksa pemikiran kita ke dalam teks. Proses eisegeses
tidak dapat diterima dalam penafsiran.
g. Carilah konteks masa kini yang sama dengan nubuat para nabi.
Konteks yang sama menjadikan pesan teks berlaku mutlak bagi
zaman sekarang.

246
C. Memahami Sastra Hikmat

Dalam Perjanjian Lama, kita dapat melihat ragam teks dengan


Mengamati
jenis sastra yang berbeda. Jenis sastra yang berbeda tersebut
terkadang dikelompokkan dalam satu kumpulan teks, misalnya saja
kitab-kitab syair. Meskipun demikian, pengelompokan kitab bukan
hanya didasarkan atas kemiripan jenis sastra tetapi juga berdasarkan
tradisi yang berada di balik tulisan-tulisan dalam kelompok yang sama;
contohnya adalah literatur hikmat.

1. Karakter dari Hikmat

a. Mulai dengan takut akan Allah (bdk. Amsal 1:8 “takut akan
Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang
bodoh menghina hikmat dan didikan).
b. Tertarik dengan pola hidup yang sesuai dengan apa yang
ditentukan Sang Pencipta manusia.
c. Memberikan acuan untuk masalah tertentu dalam
kehidupan.
d. Hikmat berakar dalam tradisi. Itulah sebabnya hikmat
sering kali berkaitan dengan konteks pemikiran dari zaman
dimana penulis hidup.

2. Jenis-Jenis Sastra Hikmat

Mengumpulkan
a. Amsal
Informasi Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan
bergaul dengan seorang pemarah, supaya engkau jangan
menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat
bagi dirimu sendiri.
Amsal 22:24-25

b. Perkataan
Dapatkah pandan bertumbuh tinggi, kalau tidak di rawa, atau
Mengumpulkan
Informasi mensiang bertumbuh subur, kalau tidak di air? Sementara
dalam pertumbuhan, sebelum waktunya disabit, layulah ia
lebih dahulu dari pada rumput lain. Demikianlah
pengalaman semua orang yang melupakan Allah; maka
lenyaplah harapan orang fasik … .”
Ayub 8:11-13

247
c. Teka-teki
Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara
Mengumpulkan …: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan
Informasi darah … , hati yang membuat rencana-rencana yang jahat,
kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta
yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang
menimbulkan pertengkaran saudara.
Amasal 6:16-19

d. Nasehat
Mengumpulkan Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu
Informasi beria-ria kalau ia terperosok, supaya TUHAN tidak
melihatnya dan menganggapnya jahat, lalu memalingkan
murkanya dari orang itu.
Amsal 24:17-18

e. Allegori
Ingatlah akan Penciptamu … , sebelum tiba hari-hari yang
Mengumpulkan
malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak
Informasi ada kesenangan bagiku … , sebelum matahari dan terang,
bulan dan bintang-bintang menjadi gelap, dan awan-awan
datang kembali sesudah hujan, pada waktu penjaga-penjaga
rumah gemetar, dan orang-orang kuat membungkuk, dan
perempuan-perempuan penggiling berhenti karena
berkurang jumlahnya, dan yang melihat dari jendela
semuanya menjadi kabur, dan pintu-pintu di tepi jalan
tertutup, dan bunyi penggilingan menjadi lemah, dan suara
menjadi seperti kicauan burung, dan semua penyanyi
perempuan tunduk, juga orang menjadi takut tinggi, dan
ketakutan ada di jalan, pohon badam berbunga, belalang
menyeret dirinya … dan nafsu makan tak dapat dibangkitkan
lagi karena manusia pergi ke rumahnya yang kekal dan
peratap-peratap berkeliaran di jalan, sebelum rantai perak
diputuskan dan pelita emas dipecahkan, sebelum tempayan
dihancurkan dekat mata air dan roda timba dirusakkan di
atas sumur, dan debu kembali menjadi tanah seperti semula
dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.
Pengkhotbah 12:1-7

f. Nyanyian dan doa

248
Mengumpulkan Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai
Informasi
segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan
kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!
Mazmur 117

g. Dialog
Jikalau mereka berkata: “Marilah ikut kami, biarlah kita
Mengumpulkan
Informasi menghadang darah, biarlah kita mengintai orang yang tidak
bersalah, dengan tidak semena-mena; biarlah kita menelan
mereka hidup-hidup seperti dunia orang mati, bulat-bulat,
seperti mereka yang turun ke liang kubur; kita akan
mendapat pelbagai benda yang berharga, kita akan
memenuhi rumah kita dengan barang rampasan; buanglah
undimu ke tengah-tengah kami, satu pundi-pundi bagi kita
sekalian.”
Amsal 1:11-14

h. Pengakuan
Maka jawab Ayub kepada TUHAN: “Aku tahu, bahwa Engkau
Mengumpulkan sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-
Informasi Mu yang gagal. Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi
keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa
pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat
ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui. Firman-Mu:
Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan
menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku. Hanya
dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi
sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu
aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk
dalam debu dan abu.”
Ayub 42:1-6

Diskusikanlah
Menanya Ceritakan hal apakah yang terjadi dengan Ayub dan bagaimanakah
Ayub dan teman-temannya merespons penderitaan yang Ayub alami
dan jelaskan juga pelajaran apa yang kita dapat dipelajari dari
pergumulan hidup Ayub?

i. Onomastika
Onimastika adalah list atau kumpulan dari ucapan hikmat.
Contoh dari jenis ucapan ini adalah Mazmur 148.

249
Haleluya! Pujilah TUHAN di sorga, pujilah Dia di tempat
Mengumpulkan
Informasi
tinggi! Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya, pujilah Dia, hai
segala tentara-Nya! Pujilah Dia, hai matahari dan bulan,
pujilah Dia, hai segala bintang terang! Pujilah Dia, hai langit
yang mengatasi segala langit, hai air yang di atas langit!
Baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia memberi
perintah, maka semuanya tercipta. Dia mendirikan
semuanya untuk seterusnya dan selamanya, dan memberi
ketetapan yang tidak dapat dilanggar. Pujilah TUHAN di
bumi, hai ular-ular naga dan segenap samudera raya; hai api
dan hujan es, salju dan kabut, angin badai yang melakukan
firman-Nya; hai gunung-gunung dan segala bukit, pohon
buah-buahan dan segala pohon aras: hai binatang-binatang
liar dan segala hewan, binatang melata dan burung-burung
yang bersayap; hai raja-raja di bumi dan segala bangsa,
pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; hai
teruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda!
Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-
Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi
dan langit. Ia telah meninggikan tanduk umat-Nya, menjadi
puji-pujian bagi semua orang yang dikasihi-Nya, bagi orang
Israel, umat yang dekat pada-Nya. Haleluya!

Mengumpulkan j. Ucapan bahagia


Informasi Berbahagialah engkau tanah, kalau rajamu seorang yang
berasal dari kaum pemuka, dan pemimpin-pemimpinmu
makan pada waktunya dalam keperkasaan dan bukan dalam
kemabukan!
Pengkhotbah 10:17

Diskusikanlah
Menanya
Sebutlah orang-orang yang oleh dunia dipandang berhikmat? Jelaskan
apakah definisi dari berhikmat menurut dunia ini dan menurut
Alkitab?

Berbagai jenis sastra dalam literatur hikmat memperlihatkan


kekayaan dari sastra dalam dunia Timur kuno. Walaupun beberapa
jenis sastra tersebut dapat kita kenal tetapi ada perbedaan antara
sastra kuno dan masa kini. Itulah sebabnya penafsir perlu berhati-hati
supaya tidak mengeneralisir perbedaan tersebut.

250
3. Tulisan-tulisan yang terkategori sastra hikmat
Menalar Dalam tradisi Yahudi, kelompok kitab tertentu disebut sebagai
literatur hikmat. Beberapa di antaranya adalah:
a. Ayub
b. Mazmur
c. Amsal
d. Pengkhotbah
e. Kidung Agung

Para ahli tidak sepakat dalam menemukan ciri dari litertur hikmat.
Apakah semua literatur hikmat harus membahas mengenai hikmat?
Dalam studi teologi PL, Walter Bruegemman menjelaskan bahwa
literatur hikmat memilliki ciri yang khusus, yakni pendekatan
teologinya lebih bottom-up; mereka memulai dengan pertanyaan dari
dunia nyata dan kemudian mencoba menjawab pertanyaan itu.
Sebagai contoh kitab Ayub dituliskan untuk menjawab pertanyaan
mengapa Allah mengijinkan penderitaan.

4. Prinsip Penafsiran Sastra Hikmat

Untuk membaca dan menafsirkan literatur hikmat, pembaca perlu


Menalar mengetahui sastra hikmat dan perkembangannya. Sastra hikmat
berupaya memahami Allah dari perspectif realitas. Itulah sebabnya
pendekatan yang digunakan dalam sastra hikmat berbeda dari sastra
para nabi. Berikut adalah beberapa petunjuk praktis untuk menafsir
tulisan derngan gaya sastra hikmat.
a. Pelajari bentuk dari jenis sastra yang digunakan oleh tulisan
tersebut; jika, misalnya saja, tulisan tersebut menggunakan teka-
teki, maka poin utama dari tulisan tersebut adalah sebuah
kebenaran yang dipanggap tersembunyi.
b. Pelajari apakah ada konteks historis tertentu yang penting untuk
dipelajari. Walaupun sastra hikmat sering tidak memperhatikan
catatan sejarah tetapi keduanya terkait.
c. Pelajari apakah ada bentuk-bentuk gaya bahasa tertentu yang
digunakan.
d. Terapkan teks pada konteks yang analog dengan situasi masa kini.
Untuk konteks yang sama, makna teks berlaku mutlak. Meskipun
demikian, pembaca juga harus behatu-hati untuk tidak
menggeneralkan konteks yang berbeda.

251
D. Penutup

Kitab para nabi dan kitab-kitab hikmat merupakan dua


kumpulan kitab yang memiliki sifat saling melengkapi. Jika dalam
Taurat Tuhan, hukum-hukum Tuhan diberikan, maka dalam kitab para
nabi dan kitab-kitab hikmat, kita belajar mengenai bagaimana hukum-
hukum Tuhan tersebut dapat diterapkan.
Kita belajar dari kitab-kitab para Nabi dan Hikmat bahwa Tuhan
melihat pergumulan manusia dan memberikan kepada manusia
bimbingan baik secara langsung melalui pemberitaan Firman Tuhan
ataupun melalui proses pembelajaran melalui pengalaman.
Dalam kitab para Nabi, kita menemukan bahwa hukum-hukum
Tuhan lebih bersifat top-down “dari atas ke bawah” (dari Tuhan
kepada umat-Nya,” di mana perintah Tuhan haruslah dilakukan seperti
apa yang dinyatakan dan dituliskan. Namun, dalam kitab Hikmat,
penulis berangkat dari kenyataan hidup, dari penderitaan ataupun
kondisi hidup manusia yang tidak ideal; dari konteks inilah penulis
memikirkan apa yang Tuhan ingin nyatakan.
Dalam kitab para Nabi dan Hikmat, Tuhan menyatakan firman-
Nya bukan hanya untuk menolong manusia dapat menjalani
kehidupan yang berkenan di hadapan Dia tetapi untuk menyampaikan
mengenai keberdosaan manusia dan janji mengenai Mesias. Dalam PB,
Kitab Suci menegaskan bahwa PL menyaksikan mengenai Kristus dan
karya-Nya.

Ringkasan
1. Selain kitab-kitab Taurat dan Sejarah, Perjanjian Lama memiliki
kitab-kitab Para Nabi dan Syair.
2. Untuk memahami kitab-kitab Para Nabi dan Syair, pembaca harus
memahami berbagai bentuk dari kitab-kitab para Nabi dan Syair.
3. Penggunaan bahasa yang bersifat simbolis dan metafora
membuat penafsiran dalam kitab para nabi dan syair melibatkan
studi mengenai gaya bahasa.

Ayat Hafalan
Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-
orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu
dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab
Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.
Kisah Para Rasul 17:11

252
Mengkomuni- Aktivitas
kasikan
Bacalah Mazmur 136 dan buatlah syair lagu atau carilah sebuah lagu
rohani yang terkait dengan isi dari mazmur tersebut.

Bacaan Lanjutan

Bartholomew, Craig R. Old Testament Wisdom Literature: A


Theological Introduction. Downers Grove: IVP, 2011. Bab 1.

Osborne, Grant R. Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi


Penafsiran Alkitab. Terj. Surabaya: Momentum, 2012. Bab 8-10.

VanGemeren, Willem A. Penginterpretasian Kitab Para Nabi. Terj.


Surabaya: Momentum, 2011. Bab 5-6.

253
254
Pelajaran 17
Membaca Injil-Injil dan Surat-surat Paulus

A. Membaca INJIL SINOPTIK

Ada empat Injil yang diterima sebagai injil-injil kanonis, yakni


Mengamati
Injil menurut Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Dalam keempat
Injil ini (diakui) terdapat persamaan misalnya mereka sama-sama
berkisah mengenai kehidupan Yesus dari Nazareth, yang
digambarkan sebagai sosok yang unik sekali, sosok pribadi yang
dikirim Allah, mengerjakan banyak mukjizat tetapi dibenci oleh
pemimpin-pemimpin agama dan akhirnya mati disalibkan tetapi pada
hari yang ketiga Ia bangkit.
Meskipun ada kesamaan dari 4 injil tersebut ternyata keempat
injil tersebut juga memiliki perbedaan misalnya cerita mengenai
kelahiran Yesus hanya ada di Lukas dan Matius, itupun isinya
berbeda. Ternyata setelah dibandingkan lebih jauh, Injil Yohanes juga
mempunyai banyak perbedaan dibandingkan dari tiga injil lainnya
misalnya: 1) perbedaan urutan cerita; 2) perbedaan bentuk cerita; 3)
perbedaan kosa kata; 4) perbedaan isi kitab, dst.

Menanya Diskusikanlah!
Bacalah kisah mengenai pencobaan Yesus dalam Matius, Markus, dan
Lukas. Jelaskan persamaan dan perbedaan dari kisah mengenai
pencobaan Yesus menurut ketiga Injil Sinoptik?

Kesadaran bahwa keempat injil itu berbeda ternyata sudah


Mengumpulkan
ada sejak zaman para bapak gereja.
Informasi • Tatian (110-172) menulis sebuah buku Diatesseron di mana ia
mencoba menggabungkan (mengurutkan) keempat injil untuk
membuat sebuah kisah yang lengkap. Tindakan Tatian
sebenarnya adalah sebuah usaha untuk mengharmoniskan kisah-
kisah Injil. Tindakan Tatian untuk membuat hal ini menunjukan
bahwa ia menyadari adanya perbedaan yang kentara dari
keempat Injil.
• Ammonius dari Aleksandria juga membuat hal yang sama. Ia
membuat sebuah sinopsis yang bukan hanya membuat
harmonisasi urutan seperti yang dibuat Tatian tetapi juga
melakukan harmonisasi isi cerita.

255
• Agustinus yang membuat De Consensu Euangelictrum. Dalam
bukunya Agustinus berbicara mengenai adanya kemiripan
sekaligus perbedaan dari keempat Injil. Agustinus
memandang bahwa Injil Matius adalah injil yang dipakai oleh
Markus dan Lukas dalam menuliskan Injil mereka.
• John Calvin membuat buku A Harmony of the Evangelists
Matthew, Mark and Luke. Ia mengelompokkan ayat-ayat yang
pararel berdasarkan urutan historisnya. Tindakan John Calvin
menunjukan bahwa ia menyadari dalam ketiga kitab injil
tersebut terdapat persamaan juga perbedaannya.
• Bila kita melihat karya-karya dari bapak gereja, nampaknya
pergumulan mengenai persamaan dan perbedaan dalam Injil-
injil adalah bukan hal yang baru, sejak awal pergumulan ini
telah ada.

Selain perbedaan, ketiga injil juga memiliki persamaan. Istilah


Sinoptik sendiri (secara harafiah berarti melihat secara bersama-
sama) digunakan untuk menamakan ketiga Injil yakni Matius, Markus
dan Lukas. Istilah ini dipakai oleh sebab ketiga Injil tersebut memiliki
kemiripan yang sangat banyak dan persis, dalam beberapa hal
berikut:
• Penggunaan kata; ada sebuah metode yang dipakai dalam
melihat kemiripan kata yang dipakai oleh ketiga injil yakni
dengan membuat garis bawah berwarna untuk setiap kata-kata
dalam Alkitab, misalnya kata-kata yang sama diberi garis bawah
biru untuk kata-kata yang sama yang digunakan oleh ketiga injil
tersebut, lalu gunakan garis putus-putus untuk kata-kata yang
tidak persis sama tetapi mirip-mirip, dst.
• Urutan peristiwa; sebagai contoh ketiga injil menguraikan urutan
yang sama dalam awal pelayanan Yesus yakni dari baptisan,
pencobaan di padang gurun, pelayanan awal Yesus lalu penggilan
murid pertama, pelayanan di Galilea, perjalanan menuju
Yerusalem, penangkapan Yesus, kematian serta kebangkitan-
Nya.
• Adanya perkataan sisipan atau penilaian teologis yang sama;
misalnya, perkataan para pembaca hendaklah
memperhatikannya yang muncul dalam Matius. 24:15 dan juga
dalam Markus 13:14. Contoh yang lain adalah perkataan “Anak
Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”

256
Realita adanya persamaan dalam ketiga Injil menimbulkan
Mengumpulkan
Informasi
sebuah pertanyaan, mengapa ketiga Injil dapat mencatat atau
menceritakan peristiwa bahwa kata-kata yang persis sama satu
dengan yang lainnya? Bagaimanakah menyelesaikan persoalan ini?
Untuk menjelaskan persamaan di antara ketiga injil ada beberapa
teori yang dikembangkan yakni:
• Sebab penulis-penulis tersebut dipimpin oleh Roh Kudus.
• Sebab penulis-penulis tersebut berhubungan atau terkait
dengan cerita yang sama. Yang dimaksudkan dengan cerita
yang sama dapat diartikan dua hal yakni:
❖ Adanya tradisi oral (lisan) yang sama; teori ini
dikembangkan oleh J. G. von Herder (1796) dan J. K. L
Gieler (1818) yang mengatakan semula berita mengenai
Yesus berbentuk tradisi oral dengan bahasa Aram. Tradisi
inilah yang dipakai oleh murid-murid Yesus dalam
mengajar jemaat tetapi kemudian tradisi ini
diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Tradisi oral inilah
yang ada dan dipahami oleh penulis injil yang juga dipakai
sebagai bahan utama penulisan injil mereka.
❖ Adanya tradisi tulisan yang sama; dalam Lukas 1:1-2
nampaknya kita dapat menyimpulkan bahwa cerita-cerita
mengenai Yesus sudah ada dalam bentuk tulisan.

Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha


menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi di antara kita, seperti yang
disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari
semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.

❖ Pola kemiripan yang menyeluruh baik dalam kata maupun


kalimat-kalimat sisipan menunjukan tidak mungkin bahwa
persamaan mereka berasal dari satu cerita lisan yang
sama. Sebuah cerita lisan yang pendek mungkin dapat
diingat dengan sangat detail. Kitab Injil bukanlah sebuah
cerita yang pendek. Bila dalam kitab-kitab injil dapat
terdapat sebuah persamaan yang sangat persis baik dalam
kata maupun struktur juga kalimat-kalimat sisipannya
maka tidak mungkin hal ini dikarenakan adanya tradisi
lisan yang sama. Kemungkinan besar, yang beredar pada
waktu itu adalah tradisi tulisan.

257
Selain dari persamaan dari kitab-kitab Injil, kita juga
Mengamati
menemukan perbedaan dari ketiga injil. Penjelasan bahwa adanya
persamaan dalam Injil Sinoptik dapat dijelskan dengan teori adanya
tradisi yang sama yang dipakai oleh ketiga penginjil. Sekarang
persoalannya adalah, bila ketiga penginjil menggunakan tradisi
tertulis yang sama mengapa mereka dapat berbeda? Perbedaan
ketiga injil nyata dalam beberapa hal yakni: (1) Adanya pokok-pokok
yang sama dari Matius dan Markus tetapi berbeda dengan Lukas; (2)
adanya pokok yang sama antara Matius dan Lukas tetapi berbeda
dengan Markus; (3) adanya pokok-pokok yang hanya ada di Matius
atau Markus atau Lukas sendiri tetapi tidak ada di injil lainnya.
Perbedaan ini menimbulkan perdebatan dalam kalangan para sarjana
Alkitab.
Mengumpulkan Adanya persamaan dan perbedaan inilah yang dikenal dengan
Informasi
nama synoptic problem. Bagaimana menyelesaikan persoalan ini?
• Teori 1: sebelum ketiga injil ada, adanya kumpulan kisah
mengenai kehidupan dan pekerjaan Yesus. Semula para murid
Yesus mengajarkan mengenai Yesus. Ajaran para murid ini
disebut ‘memorabillia’. Setelah para murid mati, memorabilia ini
dikumpulkan menjadi kumpulan cerita-cerita seperti kumpulan
cerita seputar kematian dan penderitaan Yesus; kumpulan
perumpamaan kerajaan Allah, perumpamaan akhir zaman, dst.
Penulis injil berbeda satu dengan lainnya karena mereka
menuliskan ulang atau memadukan cerita-cerita yang ada secara
berbeda oleh karena kepentingan yang berbeda. Kelemahan dari
teori ini adalah jikalau memang mereka memiliki ‘sumber
tertulis’ yang sama persis mengapa isi ceritanya dapat berbeda?
• Teori 2: Sebelum ketiga injil jadi, ada yang namanya Ur-Gospel
yakni sebuah injil yang ditulis dalam bahasa Aram. Injil ini
kemudian diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Injil Synoptik
adalah salah satu revisi terjemahan dari Ur- Gospel tersebut.
• Teori 3: Nampaknya adanya saling keterkaitan dari ketiga Injil.
Ada injil yang dipakai sebagai sumber atau bahan utama
kepenulisan penulis lainnya oleh sebab itulah tulisan mereka
begitu mirip.

Diskusikanlah!
Menanya Apakah arti dari istilah Injil? Mengapa keempat tulisan mengenai
Tuhan Yesus (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) disebut sebagai
Injil?

258
Bagaimanakah pembentukan Injil Sinoptik? Untuk menjawab
Mengumpulkan
pertanyaan ini, para ahli memiliki beberapa teori yang berbeda.
Informasi • Teori Klasik; setelah peristiwa Pentakosta, Rasul Matius dipilih
untuk menuliskan sebuah injil untuk kepentingan bersama. Injil
ini selesai pada tahun 42-an dan kemudian dipublikasikan ke
jemaat-jemaat Tuhan.
Pada waktu Rasul Paulus memberitakan Injil ke orang-orang non-
Yahudi, di sana mengalami kesulitan dalam pemberitaan injil
sebab orang-orang non-Yahudi tidak mengerti bahasa Yahudi.
Lalu dibuatlah Alkitab edisi khusus untuk orang non-Yahudi oleh
Lukas dengan mendasarkan kisahnya pada injil Matius yang
berbahasa Ibrani (Arami).
Tahun 60-62 Paulus meminta Petrus untuk memeriksa injil yang
dibuat oleh Lukas. Dalam memeriksa injil tersebut Petrus
membuat semacam komentar atau khotbah yang dicatat oleh
Markus yang akhirnya menjadi Injil Markus yang dipublikasikan
tahun 66-67.
• Teori 4 Sumber
Adanya persamaan antara Markus, Matius dan Lukas
menunjukan bahwa ketiga injil menggunakan materi yang sama.
Materi yang sama tersebut tiada lain adalah injil Markus sendiri.
Adanya bagian dari ketiga Injil yang ada di Matius dan Lukas
(sekitar 235 ayat) tetapi tidak ada di Markus menunjukan bahwa
Matius dan Lukas menggunakan sumber lain selain Markus,
sumber ini disebut dengan nama sumber Q.
Adanya materi-materi yang hanya ada dalam Matius atau Lukas
menunjukan bahwa Matius dan Lukas menggunakan sumber
cerita yang khusus hanya dimiliki oleh injilnya, sumber cerita ini
dinamakan sumber M (mathean) untuk Matius dan L (Lukan)
untuk Lukas.

259
B. Membaca Surat-Surat Paulus
1. Pembagian Surat Paulus
• Surat Paulus kepada jemaat-jemaat
a. Roma (banyak berbicara mengenai Soteriologi)
Mengamati
b. 1,2 Korintus (problem-prolem etis-moral)
c. Galatia (banyak berbicara mengenai Soteriologi)
d. Efesus (banyak berbicara mengenai Ekklesiologi)
e. Kolose (berbicara mengenai Kristologi & ekklesiologi) &
Filemon.
f. Filipi (Penginjilan dan Ajaran sesat)
g. 1,2 Tesalonika (berbicara mengenai Eskatologi yakni
tentang kedatangan Tuhan yang kedua)
• Surat Pastoral
a. 1, 2 Timotius (berbicara mengenai Ekklesiologi
khususnya aspek regenerasi kepemimpinan).
b. Titus (berbicara mengenai Ekklesiologi khususnya aspek
regenerasi kepemimpinan).

Dalam bidang studi surat-surat Paulus, memang ada


kumpulan surat yang dikenal surat-surat Pastoral, yang menunjuk
Mengumpulkan pada surat 1 Timotius, 2 Timotius dan Titus. Istilah surat-surat
Informasi Pastoral diberikan kepada ketiga surat tersebut, pertama kali oleh P.
Anton (1753-1755). Istilah tersebut diberikan kepada surat Timotius
dan Titus sebab isi dari ketiga surat tersebut pada dasarnya adalah
pesan yang ditujukan kepada perseorangan (Timotius dan Titus)
dalam rangka menggembalakan jemaat Tuhan (baik di Efesus
maupun Kreta). Jika dilihat dari isi, bentuk dan objek tujuan tulisan,
ketiga surat tersebut memang memiliki kemiripan. Ketiganya
dituliskan kepada perseorangan, dengan tujuan untuk
mempersiapkan pengganti Paulus dan untuk mewaspadai serta
menghadapi munculnya ajaran sesat.
Salah satu masalah yang penting dalam diskusi surat-surat
Pastoral adalah masalah historisitas, yakni munculnya dugaan bahwa
surat-surat tersebut bukanlah ditulis oleh Paulus. Beberapa alasan
yang dilontarkan terkait dengan gambaran perkembangan mengenai
gereja yang dibicarakan Paulus yang sepertinya berasal dari era yang
terkemudian dari era Paulus, jenis ajaran sesat yang dihadapi Paulus
yang sepertinya berbeda dengan lawan-lawan Paulus dalam surat-
surat lainnya, demikian juga dengan penggunaan istilah yang
digunakan dalam surat-surat Pastoral yang ternyata berbeda dengan
penggunaan istilah yang Paulus gunakan dalam surat-suratnya.

260
2. Kronologi surat-surat Paulus
Kita tidak mendapatkan penjelasan yang memadai untuk
Mengumpulkan mengetahui alasan dari penyususan surat-surat Paulus, sebagaimana
Informasi yang kita miliki sekarang. Di satu sisi, kita tidak dapat memastikan
mengapa surat Roma ditempatkan di awal kumpulan surat-surat
Paulus, padahal surat Roma bukanlah surat tertua dari kumpulan
surat-surat Paulus. Jika dilihat dari kronologi kepenulisan, maka surat
yang tertua adalah Galatia, surat tersebut dituliskan sekitar tahun 48-
49 M. Setelah itu surat 1 dan 2 Tesalonika menempati urutan kedua,
surat ini ditulis sekitar tahun 50-51 M. Kemudian surat Korintus yang
ditulis sekitar tahun 52-55 M. Sedangkan surat Roma ditulis sekitar
tahun 57 M. Surat Efesus, Kolose, Filipi dan surat-surat Pastoral ditulis
sekitar tahun 60 M. Namun, di sisi yang lain, kita dapat melihat bahwa
surat Roma ditempatkan diawal kumpulan surat Paulus karena surat
tersebut memiliki pokok pengajaran yang lebih lengkap dibandingkan
surat-surat Paulus lainnya.

3. Keunikan Surat-surat Paulus


Adolf Deissmann mengatakan surat-surat Paulus merupakan
sebuah “letter.” Deissmann memperlihatkan bahwa dalam budaya
Yunani-Romawi, dikenal dua macam surat, yakni “letter” dan
“epistle,” yang dimaksudkan dengan “letter” adalah surat yang
ditujukan kepada sekelompok orang tertentu karena adanya suatu
dan kondisi tertentu, sedangkan “epistle” adalah surat yang
dikirimkan tidak kepada kelompok orang tertentu, surat ini lebih
merupakan traktat ajaran yang dikirimkan atau diedarkan kepada
banyak kalangan/kelompok orang.
Pembagian tipe surat yang Deissmann usulkan, dipandang
tidak dapat mengidentifikasikan semua surat-surat Paulus, sebab ada
surat-surat tertentu dalam kelompok surat Paulus yang merupakan
“letter” sekaligus “epistle,” misalnya saja surat Efesus dan Kolose.
Beberapa pakar PB, mengusulkan identifikasi surat-surat
Paulus dari pendekatan yang berbeda. Sebagai contoh, Hans-Dieter
Betz, mengidentifikasi surat-surat Paulus sebagai “apologetic letter.”
Dilihat dari pendekatan retorika, surat-surat Paulus memang dapat
dibagi dua kategori yakni “polemic/apologetic letter” dan
“deliberative letter.” Yang dimaksudkan dengan “apologetic letter”
adalah surat-surat yang dituliskan untuk membela diri, sedangkan
yang dimaksudkan dengan “deliberative letter” adalah surat-surat
yang dituliskan untuk mempresentasikan sesuatu, misalnya ajaran.

261
Contoh dari “polemic/apologetic letter” adalah surat Korintus,
sedangkan yang termasuk “deliberative letter” adalah surat Galatia.
Terkait dengan keunikan surat-surat Paulus, J. Christian Beker
mengusulkan dua aspek penting dari surat-surat Paulus, yang harus
dipertimbangkan dalam memahami surat-suratnya, kedua aspek
tersebut adalah aspek “coherence” and “contingency.” Yang
dimaksudkan dengan aspek “coherence” adalah rumusan
pemikiran/pandangan Paulus yang sudah ada sebelumnya (misalnya
saja tentang injil), yang kemudian direlevansikan dengan konteks
pergumulan orang-orang yang dikiriminya. Aspek “coherency”
memperlihatkan bahwa dalam teologi Paulus ada inti ajaran yang
tidak bernah berubah. Sedangkan aspek “contingency” terkait
dengan peran penting (bahkan utama) dari konteks (pergumulan
konkret jemaat-jemaat yang menerima surat Paulus) dalam
memahami (bahkan membentuk) ajaran/pandangan Rasul Paulus.

Kedua aspek di atas (“coherence” dan “contingency”) akan


Menalar
berdampak pada kesimpulan “apakah pandangan Paulus” dalam
surat-suratnya hanyalah satu, atau pandangan Paulus dalam surat-
suratnya ada banyak dan dapat berbeda-beda, tergantung dari
konteks, situasi dan kondisi dari jemaat yang Paulus kirimi surat.
Pertanyaan yang juga sejajar adalah “apakah istilah yang lebih tepat
untuk menggambarkan pandangan rasul Paulus adalah ‘Pauline
theology’ (teologi Paulus) ataukah ‘Pauline theologies’ (teologi-
teologi Paulus).” Isu mengenai keragaman dalam pemikiran Paulus
merupakan topik penting dalam teologi Paulus.
Jika kita mendiskusikan pandangan Paulus tentang “hukum
Taurat,” kita akan menemukan bahwa pandangan Paulus nampaknya
tidak seragam. Misalnya saja, dalam Galatia 3:23-25, Paulus
mengatakan bahwa peran dari hukum Taurat sudah berakhir. Namun
jika kita membaca Roma 7:12, Paulus mengatakan bahwa hukum
Taurat itu adalah kudus, benar dan baik. Paulus juga memandang
tujuan dari pembenaran tiada lain adalah supaya manusia mampu
hidup untuk Tuhan, mengikuti perintah-perintah (Taurat) Tuhan.

Diskusikanlah!
Menanya
Surat apakah dalam surat-surat Rasul Paulus yang memuat ajaran
praktika terbanyak? Jelaskan apa yang Rasul Paulus ajarkan dalam
surat tersebut? Carilah juga surat Rasul Paulus yang memuat ajaran
dokrinal yang paling banyak dan jelaskan pokok ajaran apakah yang
diajarkan dalam surat tersebut?

262
4. Latar Belakang dan Kehidupan Paulus
Paulus menyebut dirinya seorang Farisi, apakah arti dari
Mengamati
seorang Farisi? Paulus juga menyebut dirinya “penganiaya orang
Kristen.” Mengapa ia menganiaya orang-orang Kristen? Apakah yang
terjadi dengan peristiwa di Damsyik, apakah Paulus mengalami
pertobatan dari seorang Yahudi menjadi seorang Kristen? Atau
pertobatan dari seorang “exclusive” menjadi “inclusive?” Itulah
beberapa pertanyaan yang menjadi pokok perdebatan para ahli saat
membicarakan perubahan hidup Paulus.
Jika kita mengamati kesaksian Paulus mengenai
Mengumpulkan pertobatannya dalam Galatia 1. Dalam Galatia 1 Paulus memberikan
Informasi kesaksian bahwa pertemuannya dengan Kristus merupakan (i)
sumber dari injil yang diberitakannya; (ii) terkait dengan panggilan
untuk memberitakan injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi.
Banyak ahli yang melihat bahwa peristiwa tersebut pada dasarnya
adalah “panggilan Paulus” dan bukan “pertobatan Paulus.” Dalam
persitiwa tersebut sesungguhnya ada sesuatu yang berubah, bukan
saja sikap Paulus terhadap kaum Gentile, namun cara pandang Paulus
terhadap pribadi Yesus, itu pun berubah.
Demikian juga, jika kita membaca kesaksian Paulus mengenai
pertobatannya dalam Filipi 3. Kita menemukan sebuah kesaksian dari
Paulus sendiri mengenai bagaimana dia memandang latar belakang
hidupnya. Banyak ahli memandang bahwa perkataan Paulus dalam
Filipi 3 mengindikasikan tindakan Paulus dalam meninggalkan latar
belakang hidupnya. Dalam Filipi 3, kita menemukan bahwa Paulus
membandingkan latar belakang hidupnya dengan Kristus; Paulus
tidak mengatakan bahwa latar belakang hidupnya sebagai orang
Yahudi dalam dirinya sendiri adalah sampah (sesuatu yang tidak
bernilai), yang Paulus tegaskan adalah “dibandingkan dengan Kristus”
semuanya menjadi tidak bernilai. Mengapakah demikian? Sebab
semuanya tidak membuat dirinya menjadi umat Tuhan. Jadi, Filipi 3
memperlihatkan perspektif baru Paulus dalam memandang latar
belakang hidupnya dan bukan sekadar membicarakan
pertobatannya.
Jika kita membaca catatan Lukas dalam Kisah Rasul 21:21-26,
Lukas memberikan kesaksian bahwa Paulus tidak pernah
meninggalkan keyahudiaannya. Itulah sebabnya beberapa ahli
menganggap bahwa Paulus tidak mengalami pertobatan dalam
pengertian pindah keyakinan tetapi mengalami panggilan baru dari
Tuhan untuk melayani orang-orang non-Yahudi.

263
5. New Perspective on Paul “Perspeftive Baru Mengenai Paulus”
Salah satu isu penting dalam mempelajari surat-surat Paulus
Mengamati
adalah pemikiran yang disebut dengan New Perspective on Paul;
beberapa hal yang dibicarakan adalah:
• Yudaisme
a. Yudaisme dianggap sebagai agama “legalis.” Legalisme
tidaklah mudah untuk didefinisikan. Banyak orang
menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan
sebuah perilaku keagamaan yang sangat ketat terhadap
hukum yang berlaku dalam agama tersebut.
b. Paulus sedang melawan “legalisme.” Inilah pandangan
tradisional, yang melihat pergumulan Paulus dan lawan-
lawannya dalam konteks pertentangan antara kelompok
legalis dan “law-free.”
c. Persoalan muncul saat kita memperlajari tulisan Paulus,
kita menemukan bahwa Paulus pun menuntut jemaat
memenuhi hukum Tuhan dengan sungguh-sungguh;
apakah dalam konteks definisi legalis di atas, maka Paulus
juga pada dasarnya merupakan seorang “legalis?”
• Konteks pergumulan Paulus
a. Jangan memandang Paulus dari pergumulan Martin
Luther. Martin Luther memiliki pergumulan dengan
pertanyaan “bagaimana manusia dapat memenuhi syarat
perjanjian dengan Allah supaya terjadi pembenaran?”
sedangkan Paulus bergumul dengan pertanyaan
“bagaimana hubungan orang Yahudi dan bukan Yahudi
seharusnya setelah mereka sama-sama dalam Tuhan?”
atau “apakah keyahudian masih menjadi ukuran bagi
umat Tuhan?” Para pakar dari kelompok New Perspective
menegaskan bahwa Paulus bergumul dengan persoalan
nasionalisme dan rasialisme dan bukan dengan persoalan
‘apakah perbuatan manusia bisa menyelamatkan
ataukah tidak?”

C. Penutup

Studi tafsir mengenai injil-injil dan surat-surat Paulus


mendominasi studi Perjanjian Baru. Banyak ahli telah mendiskusikan
mengenai baik Yesus ataupun Injil-Injil. Untuk memahami injil-injil,
pembaca hendaknya memahami berbagai metode yang digunakan
dalam membaca keempat injil.

264
Ringkasan
1. Perjanjian Baru terdiri dari beberapa kelompok kitab; dua bagian
utamanya adalah kitab-kitab Injil dan Surat-surat Paulus.
2. Untuk memahami Injil dan surat-surat Paulus, pembaca modern
harus memahami bentuk dan juga konteks dari kedua jenis
sastra tersebut.
3. Kitab-kitab injil memiliki berbagai isu, khususnya mengenai
proses pembentukan dan historisitas gambaran Yesus dalamnya.

Ayat Hafalan
Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan
kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama
seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak
tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau
kamu tidak tinggal di dalam Aku.
Yohanes 15:3-4
Mengkomuni- Aktifitas
kasikan
Tanyakanlah kepada orang tua atau saudara di rumah seberapa
banyak mereka mengenal gelar-gelar dari Tuhan Yesus dalam Kitab
Suci Perjanjian Baru.

Bacaan Lanjutan

Fee, Gordon D. New Testament Exegesis. Terj. Malang: SAAT, 2008.


Hal. 1-49.

McKnight, Scott. Interpreting the Systoptic Gospels. GNTE. Grand


Rapids: Baker, 1988.

Schreiner, Thomas R. Interpreting the Pauline Epistles. GNTE. Grand


Rapids: Baker, 1990.

265
266
Pelajaran 18
Membaca Surat-Surat Umum & Wahyu

A. Pendahuluan

Dalam Perjanjian Baru terdapat beberapa surat yang disebut


Mengamati
“Surat-Surat Umum.” Istilah teknis yang biasa digunakan untuk
menyebut kumpulan surat tersebut adalah General Epistles “surat-
surat umum (Am)” atau Catholic Epistles “surat-surat Katolik (Am).”
Alasan bahwa ketujuh surat tersebut disebut sebagai surat-surat
umum karena mereka ditujukan bukan kepada satu jemaat tertentu
tetapi kepada semua jemaat di satu wilayah tertentu.
Dalam studi terkini mengenai ketujuh surat terakhir dalam
Menalar Perjanjian Baru, beberapa pakar menemukan bahwa ketujuh surat
tersebut terkait dengan gereja Yerusalem. Penulis ketujuh surat
tersebut adalah orang-orang yang dikaitkan dengan gereja Yerusalem.
Yakobus adalah pemimpin pertama dari gereja Yerusalem. Sedangkan
Petrus dan Yohanes adalah dua rasul utama yang pernah memimpin
gereja Yerusalem. Yudas adalah saudara dari Yesus dan Yakobus yang
menggantikan kepemimpinan gereja di Yerusalem setelah kematian
Yakobus.

B. Surat-surat Umum
1. Surat Yakobus
Mengamati
Ada beberapa isu penting dalam memahami surat Yakobus.
Pertama, kepenulisan surat Yakobus menjadi perdebatan. Banyak ahli
di masa lalu meragukan bahwa tulisan ini ditulis oleh Yakobus, saudara
dari Tuhan Yesus, saat ini ada cukup banyak ahli yang berhasil
memperlihatkan alasan-alasan dan bukti-bukti yang mendukung
kepenulisan surat tersebut.
Kedua, walaupun dalam surat Yakobus dituliskan bahwa
pembaca surat ini adalah orang-orang yang tinggal di diaspora, para
pakar tidak sepakat dalam mengartikan istilah diaspora. Apakah istilah
tersebut digunakan untuk menyimbolkan keberadaan orang-orang
percaya yang digambarkan sebagai kaum diaspora? Meskipun
demikian, ada cukup alasan untuk mempercayai bahwa pembaca surat
ini adalah orang-orang Yahudi Kristen yang berada di perantauan.

267
Ketiga, struktur surat Yakobus memengaruhi penafsiran.
Banyak ahli percaya bahwa surat Yakobus bukan sebuah surat tetapi
sebuah kumpulan hikmat seperti halnya kitab Amsal yang kemudian
dikirimkan sebagai sebuah surat.

Diskusikanlah!
Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia
Menanya
berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!
Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil
para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta
mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir
dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan
membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya
itu akan diampuni. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku
dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang
yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Elia
adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-
sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak
turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. 18 Lalu ia berdoa
pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan
buahnya.
Yakobus 5:13-18

Panduan apakah yang Yakobus berikan kepada kita/umat Kristen


dalam melayani seseorang yang sakit? Mengapa nasehat tersebut
disampaikan Yakobus?

2. Surat 1 dan 2 Petrus


Ada beberapa isu penting yang memengaruhi penafsiran surat
Mengamati 1 dan 2 Petrus. Pertama, kepengarangan surat 1 dan 2 Petrus menjadi
perdebatan. Kebanyakan ahli percaya bahwa kedua surat ini dituliskan
oleh dua orang berbeda. Salah satu alasannya adalah karena gaya
penulisan kedua surat ini sangat berbeda. Meskipun demikian, kaidah
kanonisasi Alkitab mengindikasikan bahwa gereja mula-mula
mengetahui bahwa kedua tulisan ini berhubungan erat dengan Rasul
Petrus.
Kedua, konteks historis dari 1 Petrus sulit untuk diidentifikasi.
Walaupun dalam surat tersebut dibicarakan mengenai penderitaan
orang-orang percaya, namun kita sulit menentukan di era
pemerintahan mana penderitaan tersebut terjadi.

268
…. janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang
kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar
biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai
dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus,
supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada
waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Berbahagialah kamu,
jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan,
yaitu Roh Allah ada padamu. Janganlah ada di antara kamu
yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau
penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai
orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah
ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu. Karena
sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada
rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan
jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah
kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil
Allah? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak
diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik
dan orang berdosa? Karena itu baiklah juga mereka yang
harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan
jiwanya, dengan selalu berbuat baik … .
1 Petrus 4:12-19

Menanya Diskusikan!
Gambarkan bagaimana penderitaan yang dihadapi oleh orang-orang
percaya dalam surat 1 Petrus.

Ketiga, jenis sastra dari surat 2 Petrus menjadi perdebatan.


Mengamati Para pakar percaya bahwa surat 2 Petrus merupakan sebuah jenis
sastra yang disebut sebagai Testament “perjanjian.” Jenis sastra ini
biasanya digunakan untuk mencatat pesan-pesan terakhir seseorang
sebelum ia meninggal. Meskipun demikian, surat 2 Petrus juga
memiliki unsur dari jenis sastra surat.
Keempat, guru-guru palsu yang dibicarakan dalam surat 2
Petrus sulit untuk diidentifikasi. Walaupun banyak orang memandang
bahwa guru-guru palsu tersebut menolak kedatangan Tuhan bahkan
Sebagian ahli mengatakan bahwa mereka adalah penganut ajaran
Gnostik, namun isu yang utama dalam guru-guru palsu itu adalah
bahwa mereka tidak percaya dengan keadilan Tuhan dan
penghukuman atas dosa dan tidak terkait dengan pokok ajaran
Gnostik.

269
3. Surat 1,2 dan 3 Yohanes
Beberapa isu penting seputar surat-surat Yohanes yang dapat
Mengamati memengaruhi penafsiran. Pertama, kaitan antara surat-surat Yohanes
dan injil Yohanes menjadi isu penting yang dapat memengaruhi
penafsiran terhadap surat-surat tersebut. Sebagian ahli memandang
bahwa surat Yohanes dikirimkan untuk mengantisipasi
kesalahpahaman orang-orang (kelompok) tertentu saat membaca Injil
Yohanes. Kedua, kepengarangan surat-surat tersebut menjadi isu
penting yang memengaruhi penafsiran. Kebanyakan pakar percaya
bahwa surat ini bukan ditulis oleh pribadi tertentu tetapi oleh
sekelompok orang yang disebut sebagai Johannine school “aliran
Yohanes.” Ketiga, konteks surat 1 Petrus menimbulkan masalah dalam
penafsiran. Pada umumnya dalam memahami sebuah teks, kita
membaca berdasarkan situasi dan kondisi yang diperlihatkan dalam
teks tersebut. Keempat, kelompok anti-Kristus yang dibicarakan dalam
surat 1 Yohanes tidak dapat diidentifikasi dengan salah satu gerakan
keagamaan yang hidup di abad pertama atau kedua Masehi. Sebagian
pakar percaya bahwa anti-Kristus menunjuk pada kelompok orang
yang disebut sebagai gnostikisme, sebagian lagi percaya mereka
adalah kelompok docetisme, dan yang lain percaya menujuk pada
kelompok lainnya.

4. Surat Yudas
Dalam surat Yudas terdapat beberapa isu penting yang
Mengamati memengaruhi penafsiran terhadap teks ini. Pertama, isu mengenai
kepengarangan. Walaupun berdasarkan tradisi, kita mendapatkan
informasi bahwa penulis adalah saudara Yesus dan saudara Yakobus,
namun banyak pakar meragukan hal ini. Kedua, kaitan antara surat
Yudas dan 2 Petrus juga menimbulkan masalah dalam penafsiran. Oleh
karena kedua tulisan ini memiliki kemiripan. Ketiga, gambaran guru
palsu yang dibicarakan dalam surat Yudas sulit untuk diidentifikasi.
Beberapa pakar percaya bahwa gambaran guru palsu dalam surat
Yudas mirip dengan sebuah aliran bernama Gnostikisme, namun ada
perbedaan yang juga mencolok di antara keduanya.

Diskusikanlah!
Menanya
Bacalah surat Yudas dan temukan hal-hal apa yang menjadi ciri dari
guru-guru palsu menurut teks tersebut! Renungkanlah juga bila ciri-ciri
tersebut juga bisa nampak dalam kehidupan orang-orang Kristen masa
kini!

270
5. Membaca Kitab Wahyu
Kitab Wahyu dipahami sebagai 3 hal yakni; 1) sebagai
nubuatan; 2) sebagai surat; 3) sebagai literatur Apokaliptik. Kitab
Mengamati Wahyu dikategorikan nubutan sebab berulang kali dalam ps. 1 dan 2
Tuhan Yesus menyebut apa yang dikatakannya sebagai nubuatan.
Kitab Wahyu juga sering dikategorikan sebagai surat sebab a)
permulaan kitab Wahyu memang mirip sebuah surat; b) dalam kitab
ini memang ada 7 gereja yang dibicarakan secara khusus. Kitab Wahyu
sering juga dikategorikan Literatur apokaliptik sebab bahasa-bahasa
yang digunakan dalamnya memang bersifat ‘imajiner’ sebagai mana
ciri umum kitab apokaliptik. Apokaliptiik adalah salah satu literatur
sastra orang Yahudi yang memiliki ciri penggunaan bahasa-bahasa
imajiner, dapat bersifat ‘futuris’ ataupun ‘past’ namun digunakan
sebagai media komunikasi teologis bagi pembacanya yang tidak dapat
atau tidak memungkinkan menerima pesan secara terang-terangan
ataupun langsung.

Ada 4 cara dalam membaca kitab Wahyu, yakni:


1. Preteris. Pendekatan ini memandang bahwa kitab Wahyu tidaklah
Mengumpulkan
Informasi menceritakan hal-hal yang bersifat masa depan. Kisah masa depan
dipakai untuk menggambarkan kisah di zaman penulis hidup.
Kisah masa depan dipakai sebab kisah-kisah yang dituliskan secara
nyata-nyata dilarang atau dianggap berbahaya. Oleh karenanya
dalam kitab Wahyu setiap simbol yang muncul sebenarnya terkait
dengan gagasan tokoh-tokoh tertentu di zamannya. Misalnya saja
tokoh 666 kemungkinan dianggap menunjuk pada Kaisar Nero
atau Kaisar Domitianus. Kedua kaisar ini menganiaya orang-orang
Kristen pada abad pertama Masehi dengan keras.
2. Idelis/Dramatis. Pandangan ini memandang bahwa kitab Wahyu
sama sekali tidak terkait dengan sejarah gereja. Kitab ini adalah
kitab ‘imajiner’ tentang peperangan Allah dan iblis yang pada
intinya hendak menekankan kemenangan akan ada di pihak Allah.
Detil-detil yang ada dalam setiap peritiwa atau babak cerita yang
disampaikan sama sekali tidak ada ‘koneksi’ nya dengan peristiwa
sejarah baik itu gereja maupun dunia ini.
3. Historis. Kalangan ini memandang bahwa kitab Wahyu berkisah
mengenai perjalanan gereja dalam dunia ini baik gereja di waktu
itu (gereja mula-mula) dan gereja di waktu sekarang dan juga
gereja di masa yang akan datang. Penggambaran dalam kitab
Wahyu melukiskan perjalanan gereja dalam sejarah dunia.

271
4. Futuris. Kalangan ini memandang kitab Wahyu sebagai buku
tentang apa yang akan terjadi di masa hari kiamat. Jadi dalam
kitab Wahyu-lah tersembunyi gambaran mengenai misteri akhir
zaman.

Di antara keempat cara membaca kitab Wahyu ini, cara yang


Menalar
terbaik adalah menggabungkan beberapa pendekatan dalam satu
penafsiran. Sebagai contoh, menggabungkan pendekatan preteris dan
historis. Kedua pendekatan tersebut akan menolong pembaca melihat
bahwa kitab Wahyu dituliskan untuk orang-orang yang hidup di
zamannya dan juga mereka yang hidup setelah zaman penulis Alkitab,
bahkan untuk mereka yang hidup di akhir zaman.
Salah satu bagian penting untuk memahami kitab Wahyu
adalah Wahyu 1:19. Bagaimanakah istilah “hal-hal yang akan terjadi”
harus ditafsirkan? Ada beberapa pendekatan yang berbeda diusulkan
oleh para ahli.
1. Istilah “hal-hal yang akan datang” adalah eschatological
expression “ungkapan yang bersifat eskatologis” dari Daniel 2:28-
29, 45.
2. Istilah “hal-hal yang akan datang/terjadi” dipahami sebagai
chronological sequence “urutan kronologis.”
3. Istilah “hal-hal yang akan datang/terjadi” dipahami sebagai double
reference to present and future “referensi ganda menunjuk pada
masa kini dan masa yang akan datang.”
4. Istilah “what you see “apa yang kamu lihat ” menunjuk pada ps.
1:12-20, sedangkan what will happen “apa yang akan terjadi”
menunjuk pada ps. 4-22.
5. Istilah “hal-hal yang akan datang/terjadi” hanyalah an expression
of the temporally gnomic and suprahistorical character of the
book’s ideas “sebuah ekspresi mengenai tokoh yang tidak nyata
dalam sejarah yang berasal dari ide [penulis] buku.” .

Menafsir kitab Wahyu harus sesuai dengan gaya sastra


utamanya, yakni sastra Apokaliptik. Jenis sastra ini tidak dikenal oleh
masyarakat modern; selain itu, simbol-simbol yang digunakan pun
tidak dikenal oleh jemaat masa kini. Itulah alasannya mengapa
penafsiran terhadap kitab Wahyu begitu beragam.

Menanya
Diskusikanlah!
Hal-hal apakah dalam kitab Wahyu yang paling sering dibicarakan dan
mengapakah topik tersebut menarik perhatian banyak orang?

272
C. Penutup

Berbeda dengan surat-surat Paulus, konteks historis dari surat-


surat umum berbeda dengan surat-surat Paulus. Jika surat-surat
Paulus bersifat occasional, artinya terikat dengan situasi dan kondisi
tertentu, surat-surat umum tidak dapat dibaca dengan pendekatan
yang sama. Pendekatan yang efektif dalam memahami surat-surat
umum adalah dengan membacanya dalam konteks sastra atau retorika
atau bahasa.
Kitab Wahyu adalah kitab terakhir dalam Alkitab. Teks ini
memperlihatkan karya Allah dalam sejarah manusia dan keterlibatan-
Nya dalam memerangi kejahatan dunia karena pengaruh dosa dan
Iblis. Dalam kitab Wahyu, umat Tuhan digambarkan akan mengalami
masa-masa yang sulit tetapi satu kali mereka akan memasuki
kehidupan baru yang mulia bersama dengan Tuhan saat Yesus datang
yang kedua kalinya.

Ringkasan
1. Untuk memahami surat-surat umum, pembaca masa kini harus
mengenal mengenai karakter dari kelompok tulisan dari surat-
surat umum. Surat-surat ini dituliskan bukan untuk menjawab
satu isu tertentu tetapi isu umum yang terjadi dalam jemaat-
jemaat Kristen.
2. Untuk memahami kitab Wahyu dan sastra Apiokaliptik, pembaca
modern harus mengenali kerangka berpikir dan berbagai simbol-
simbol yang digunakan dalam sastra apokaliptik. Simbol-simbol
tersebut dapat dipahami oleh pembaca pertamanya, walaupun
pembaca modern mengalami kesulitan untuk memahami
gambaran-gambaran yang digunakan dalam kitab Wahyu.

Ayat Hafalan
Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena
untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan
bersyukurlah. Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala
kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat
mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil
menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu
mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
Kolose 3:15-16

273
Aktivitas
Mengkomuni Semua siswa bergandengan tangan dan membentuk sebuah lingkaran
kasikan dan mintalah seseorang untuk berada di luar lingkaran dan berusaha
untuk masuk ke dalam lingkaran tetapi mintalah mereka yang
membuat lingkaran menghalangi siswa yang ingin masuk dalam
lingkaran. Ceritakan bagaimana perasaan seseorang yang ada di luar
lingkaran tersebut?

Bacaan lanjutan

Green, Joel B., ed. Hearing the New Testament: Strategies for
Interpretation. 2nd ed. Grand Rapids: Eerdmans, 2010. Bab 1.
Osborne, Grant R. Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi
Penafsir Alkitab. Terj. Surabaya: Momentum, 2012. 567-610.

Vanhoozer, Kevin J. Apakah Ada Makna Dalam Teks ini? Alkitab,


Pembaca, dan Moralitas Pengetahuan Sastra. Terj. Surabaya:
Momentum, 2013. Bab 8.

274
Evaluasi

1. Jelaskan prinsip-prinsip dalam memahami kitab-kitab Taurat?


……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Jelaskan berbagai bentuk dari sastra hikmat?


……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………

3. Jelaskan isu-isu penafsiran seputar Injil-Injil Kanonik?


……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Jelaskan empat model penafsiran dalam kitab Wahyu?


……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

275
276
Bab 6
Penutup

Kompetensi Dasar
1.6 Menghayati posisi penafsir Alkitab (meliputi kedudukan, tugas dan syarat-syarat
penafsir) dalam konteks masa kininya
2.6 Mencermati posisi penafsir Alkitab (meliputi kedudukan, tugas dan syarat-syarat
penafsir) dalam konteks masa kininya
3.6 Menganalisa posisi penafsir Alkitab (meliputi kedudukan, tugas dan syarat-syarat
penafsir) dalam konteks masa kininya
4.6 Memaparkan posisi penafsir Alkitab (meliputi kedudukan, tugas dan syarat-syarat
penafsir) dalam konteks masa kininya

277
Yang benar adalah tidak seorangpun
yang tidak mempunyai Roh Kudus
mampu melihat setitik kebenaran dari
apa yang ada dalam kitab suci … Roh
Kudus sangat dibutuhkan untuk
memahami Alkitab secara keseluruhan
ataupun setiap bagian dalamnya

Martin Luther

278
Peta Konsep

Pengarang

Teks
Makna Pembaca

Teks

Konteks

279
280
Pelajaran 19
Pentingnya Hermeneutik dan Makna Teks

A. Pendahuluan

Peran bahasa dalam Hermeneutik sangatlah penting. Untuk


Mengamati
memahami teks, pembaca tidak cukup mengenali identitas dan latar
belakang penulisnya, jenis atau tipe dari tulisannya ataupun
penerimanya. Memahami bahasa yang digunakan oleh penulis dalam
menyampaikan pesannya kepada pembacanya juga sangat penting
untuk ditelaah jika kita ingin memahami sebuah teks.

B. Pentingnya Hermeneutika
Mengumpulkan 1. Penggunaan Bahasa
Informasi
Alkitab adalah Wahyu Allah. Melalui kitab suci, Ia menyatakan
siapa diri-Nya dan apa yang menjadi kehendak-Nya. Tujuan dari Allah
menyatakan dirinya tentu saja supaya manusia melakukan apa yang
dikehendaki-Nya.
Menalar Allah menggunakan bahasa manusia dalam menyatakan siapa
diri-Nya. Ketika Ia mengadopsi bahasa manusia, apakah bahasa yang
digunakan tersebut mampu merepresentasikan keseluruhan ide
tentang diri Allah? Ada tiga jawaban berbeda dalam menjawab
pertanyaan tersebut.
a. Apa yang Allah nyatakan dalam bahasa manusia berbeda dengan
apa yang sesungguhnya.
b. Apa yang Allah nyatakan dalam bahasa manusia sama dengan apa
yang sesungguhnya.
c. Apa yang Allah nyatakan dalam bahasa manusia analog dengan apa
yang sesungguhnya.

Untuk memahami kaitan antara jati diri Allah yang tidak


Mengumpulkan terbatas dan bahasa manusia yang digunakan Allah untuk menyatakan
Informasi
dirinya, konsep metafora yang disampaikan oleh Paul Recouer dapat
menolong kita untuk menyelesakan isu ini. Saat Allah menggunakan
bahasa manusia untuk menyatakan dirinya yang tidak terbatas, Ia pada
dasarnya menjadi bahasa manusia sebagai metafora. Sebagai sebuah
metafora, maka apa yang Allah nyatakan tentang dirinya ada yang
sama sekaligus ada yang berbeda dengan bahasa yang digunakan.

281
Sebagai contoh, Allah memperkenalkan dirinya sebagai
seorang bapa. Konsep “bapa” yang digunakan untuk menyebut
identitas dan jati diri Allah adalah sebuah metafora. Itulah sebabnya,
ada hal yang sama antara konsep bapa yang dipahami manusia dalam
dunia ini tetapi kita juga harus menyadari ada perbedaan mendasar
dari keduanya.

2. Dua Horizon
Thiselton dalam bukunya
Two Horizons menjelaskan bahwa
Mengumpulkan
Informasi ada keperbedaan cara berpikir dari
para penulis Alkitab dengan
pembaca modern. Memahami
sebuah teks merupakan hal yang
compleks dan dapat membuat
seseorang salah mengerti.
Gap/kesenjangan antara penulis
dengan pembaca dan juga antara
teks dengan pembaca modern
membuat hermeneutik sangat
diperlukan untuk memahami kitab
suci.
Untuk memahami makna dari sebuah teks, kita tidak dapat
memahaminya berdasarkan horizon dari para penulis Alkitab saja
sebab kita tidak mampu sepenuhnya untuk memahami horizon
mereka. Di sisi yang lain, kita pun tidak dapat memahami teks Alkitab
berdasarkan horizon kita di masa sekarang dan mengabaikan horizon
pemahaman dari para penulis Alkitab yang berbeda dengan kita. Jika
kita memaksakan horizon kita pada teks, maka kita mungkin akan salah
memahami dan mengartikan teks Alkitab. Itulah sebabnya, dalam
proses memahami teks, horizon dari penulis Alkitab dan horizon kita
harus menjadi satu.
Dalam proses penyatuan dua horizon ini, pembaca akan
memiliki horizon yang lebih luas dari sebelumnya. Horizon yang baru
ini bahkan dapat mengoreksi pemahaman-pemahaman yang salah
yang sebelumnya dimiliki oleh pembaca. Istilah the hermeunetical
spiral, yang digunakan oleh Grant R. Osborn dalam bukunya juga
menegaskan hal yang sama; dalam proses penafsiran kita tidak dapat
membuang asumsi-asumsi yang ada pada kita. Namun, dalam proses
pembacaan dan penafsiran teks Alkitab, presuposisi yang kita miliki
sebelumnya akan diperbaharui.

282
3. Pembacaaan yang Mengubahkan
Membaca dan menafsirkan selalu mengubahkan pembacanya.
Mengamati Hal yang sama berlaku dengan pembacaan kitab suci. Saat seseorang
membaca kitab suci, maka proses pembaruan pemikiran terjadi;
koreksi terhadap hal-hal yang salah mulai terealisasi saat seseorang
membaca kitab suci.
Dalam perspektif Kristen, kitab suci dipandang berkuasa
(memiliki kemampuan) dalam mengubahkan kehidupan manusia.
Mengumpulkan
Informasi
Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab
Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun
engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat
untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan
Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
2Timotius 3:15-17

Selain kitab suci, Roh Kudus juga bekerja dan berkarya dalam
proses pembacaan kitab suci. Dalam pemberitaan injil di Filipi, Rasul
Paulus memberitakan injil kepada sekelompok orang di rumah ibadat
orang Yahudi dan salah satu dari mereka hatinya digerakkan oleh Roh
Kudus sehingga ia memperhatikan apa yang disampaikan Rasul Paulus.

Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami


menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang
Yahudi, … kami berbicara kepada perempuan-perempuan
yang ada berkumpul di situ. Seorang dari perempuan-
perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia
seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah
kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia
memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.
Kisah Para Rasul 16:13-14

Proses pembacaan kitab suci merupakan sebuah proses yang


bersifat natural sekaligus supranatural. Di satu sisi, proses tersebut
dilakukan dengan cara yang sama saat seseorang membaca buku atau
literatur lainnya. Di sisi yang lainnya, proses pembacaan kitab suci
merupakan sebuah proses yang bersifat supra-alamiah oleh karena
kehadiran dan peran serta dari Roh Kudus.

283
Menanya Diskusikanlah
Mengapakah ada orang-orang tertentu yang hidupnya diubahkan oleh
Kitab suci tetapi ada banyak juga orang yang walaupun mereka
membaca kitab suci tetapi hidup mereka tidak berubah?

4. Penafsiran Pribadi
Reformasi gereja berdampak pada pembacaan kitab suci yang
Mengamati bersifat pribadi. Semua umat Tuhan dapat membaca kitab suci dan
mampu membaca kitab suci. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti
semua orang Kristen dapat membaca Alkitab dengan benar. Itulah
sebabnya, kebebasan dari orang-orang Kristen untuk membaca Alkitab
melahirkan tanggung jawab dari orang-orang percaya untuk
mempelajari kaidah-kaidah yang mendasar dalam membaca Alkitab.
Dalam membaca kitab suci, orang-orang percaya haruslah
Menalar fokus pada bagian-bagian yang jelas dan menggunakan bagian-bagian
tersebut untuk membaca bagian-bagian yang lebih sulit. Prinsip bahwa
Tuhan tidak mungkin menyampaikan hal yang bertentangan
seharusnya membuat umat Tuhan percaya bahwa semua bagian
Alkitab terhubung satu dengan yang lain dan bagian yang jelas dapat
digunakan untuk memahami bagian yang masih kabur/kurang jelas.
Dalam membaca kitab suci, umat Tuhan membutuhkan
panduan, yakni, pengakuan-pengakuan iman. Tradisi iman tersebut
bukan saja menjadi identitas bagi gereja tetapi juga menjadi alat dalam
melawan ajaran-ajaran yang salah. Itulah sebabnya, memahami
pengakuan-pengakuan iman akan menuntun orang-orang percaya
tidak menafsir apa yang dinyatakan Alkitab di luar tradisi iman gereja.

Menanya Diskusikanlah
Carilah beberapa pengakuan iman yang anda kenal dan jelaskan
apakah isi dari pengakuan iman tersebut dan nilai pentingnya dalam
gereja.

C. Makna Teks

Hermeneutik berupaya untuk mencari makna teks, khususnya


kitab suci. Di manakah kita menemukan arti dari teks, apakah pada
penulisnya, teksnya, ataukah pembacanya. Para ahli tidak sepakat
dalam menentukan makna dari sebuah teks; Hermeneutik percaya
teks bergantung pada salah satu elemen dari teks atau pada
keseluruhan elemen dari pembentukan sebuah teks.

284
1. Makna Teks
Dalam hermeneutik, para ahli
Mengumpulkan berupaya mencari makna dari sebuah
Informasi teks. Vanhoozer dalam bukunya Where is
the Meaning, menegaskan bahwa
masalah utama dari hermeneuk ada
pada penafsir. Saat seorang membaca
teks dengan asumsi bahwa teks bukanlah
firman Allah, maka banyak aspek dalam
teks menjadi nampak bermasalah bagi
orang tersebut. Penafsir menjadi ragu
apakah penulis menyampaikan apa yang
ingin disampaikan kepada pembacanya
cukup jelas dan apakah teks yang dituliskannya tepat atau apakah
membaca teks tersebut asli ataukah fiktif.

Menanya Diskusikanlah
Sebutkanlah dan diskusikanlah lima anggapan yang salah yang dapat
seseorang miliki saat membaca Alkitab?

Dalam konteks pentingnya asumsi inilah, Vanhoozer


Menalar menekankan pentingnya Hermeneutics of the Cross “hermeneutik
salib.” Istilah ini digunakannya untuk menekankan pentingnya
kerendahan hati dan iman dari seorang penafsir dalam membaca teks.
Dengan demikian bagi Vanhoozer, persoalan utama dari penafsiran
bukanlah terletak pada metode yang digunakan tetapi pada teologi
(presuposisi dan asumsi) orang tersebut. Metode pada dasarnya
adalah alat yang digunakan dalam membaca teks.
Salah satu masalah utama dalam penafsiran yang dilakukan di
era postmodern ini adalah juga masalah teologi. Penafsiran yang
dikembangkan oleh para ahli dari era Modern and Postmodern bersifat
sangat humanis dan telah gagal dalam menjawab pertanyaan yang
mereka tanyakan mengenai arti dari teks bagi mereka. Itulah sebabnya
Hermeneutics of the Cross akan menantang penafsir untuk
menyalibkan “human pride” sebelum ia dapat memahami arti teks.
Jika dalam sejarah kita mengenal gagasan Faith Seeking
Understanding, yang digunakan oleh Aquinas untuk memperlihatkan
pentingnya “understanding” dalam iman; Vanhoozer menggunakan
istilah yang sama untuk menegaskan pentingnya membaca dan
memahami teks dari perspektif Tuhan.

285
2. Pentingnya Hermeneutik
Hermeneutik bermanfaat dalam menolong pembaca Alkitab
Mengamati untuk memiliki kemampuan dalam memahami sesuatu hal dengan
lebih baik dan bertanggungjawab. Hermeneutik sebagai seni dalam
memahami sesuatu telah menolong kita untuk belajar “empati” dalam
mendengarkan tetapi juga “kritikal” dalam memahami sesuatu hal.
Namun, Hermeneutik juga telah memberikan isu baru dalam
mempelajari Alkitab. Para penafsir mulai menyadari bahwa
memahami sebuah teks merupakan sebuah proses yang kompleks
yang terkadang membutuhkan informasi seputar penulis, teks, atau
pembacanya.
Selain untuk penafsiran Alkitab, Hermeneutik ternyata juga
Mengumpulkan
telah berkontribusi dalam mengembangkan sebuah konsep baru
Informasi
dalam membangun sebuah sistem teologi yang relevan untuk zaman
sekarang. Vanhoozer mempublikasikan bukunya berjudul The Drama
of Doctrine dan Anthony Thieselton mempublikasikan buku
Hermeneutics of Doctrine untuk mengingatkan gereja pentingnya
improvisasi dalam mengembangkan doktrin yang dapat dipahami
dalam konteks masa kini. Proses merelevankan doktrin merupakan
tugas yang tidak mudah sebab banyak orang memandang doktrin
sebagai bagian dari masa lalu.

Menanya Diskusikanlah
Carilah beberapa pengajaran dalam iman Kristen yang dipandang
sudah tidak menarik atau tidak relevan bagi pembaca modern?

Vanhoozer menggunakan gagasan “theo-drama” untuk


menggambarkan apa yang Tuhan sedang kerjakan dalam sejarah
manusia. Konsep ini pada dasarnya tidak berbeda dengan gagasan
mengenai sejarah keselamatan yang digunakan untuk menyebut karya
Allah dalam dunia ini.
Dalam konteks “theo-drama,” peran dari dogma adalah
Menalar menjadi semacam naskah drama yang disediakan supaya para pemain
drama memiliki acuan informasi mengenai apa yang harus mereka
lakukan dalam drama yang mereka ikuti. Dogma adalah acuran yang
mengatur bagaimana umat Tuhan harus hidup, namun orang percaya
haruslah mengimprovisasi dirinya supaya ia mampu berperan secara
efektif dalam drama Tuhan dalam sejarah manusia. Selain sebagai
acuan, dogma juga berperan sebagai sumber hikmat bagi umat Tuhan.
Dogma memberikan kepada kita wisdom untuk dapat berimprovisasi
dengan benar dalam “theo-drama.”

286
3. Tugas Pembaca Alkitab
Karya Tuhan dalam menyelamatkan manusia disebut sebagai
Mengumpulkan sejarah keselamatan. Tujuan dan fokus dari sejarah keselamatan
Informasi bukanlah manusia tetapi Allah. Sejak penciptaan, Ia telah
menunjukkan keinginannya untuk tinggal bersama-sama dengan
manusia dalam alam ciptaan Tuhan. Dalam Wahhyu 22, kita
menemukan sebuah visi yang sama bahwa saat Allah memulihkan
dunia ini, Ia akan tinggal bersama-sama dengan kita untuk selama-
lamanya.
Manusia memiliki panggilan untuk mengambil bagian dalam
Menalar karya Allah dalam dunia ini untuk membawa dunia ini kembali kepada
tujuan penciptaannya, yakni, memuliakan Allah. Umat Tuhan, sebagai
orang-orang yang telah ditebus Tuhan, memiliki peran yang telah
ditentukan oleh Tuhan. Dalam dogma gereja, kita mengetahui apa dan
bagaimana kita harus berperan. Meskipun demikian, orang-orang
percaya haruslah berhikmat dalam memainkan perannya dan mampu
berimprovisasi dengan peran yang telah ditentukannya sehingga
“theo-drama” yang Allah rancangkan dapat berjalan baik.
Untuk dapat menjalankan perannya dengan baik, maka Tuhan
memanggil hamba-hamba Tuhan untuk menjadi “dramaturgi,”
seorang pelatih drama. Mereka akan berperan untuk menolong
jemaatnya memahami peran mereka dan melatih mereka sehingga
dapat berperan dengan baik. Di sisi yang lain, para hamba Tuhan juga
turut berperan sebagai pemain dalam drama Allah.

Namun bagaimanakah seorang Kristen dapat berperan dengan baik


dalam karya Allah? Ia tentunya harus memahami perannya sesuai
dengan Firman Allah dan, itulah sebabnya, hermeneutik berperan
penting.

287
4. Penafsiran Historis dan Teologis
Kitab suci adalah Firman Allah yang disampaikan dalam konteks
Mengamati sejarah tertentu. Untuk membaca kitab suci, seseorang perlu
memahami konteks sejarah ketika teks tersebut disampaikan. Kita
terkadang harus memahami pergumulan yang dihadapi oleh penulis
atau pembacanya. Meskipun demikian, dalam membaca kitab suci,
kita tidak cukup hanya mendekatinya dari perspektif sejarah.
Dalam pendekatan sejarah, kita membaca kitab suci dalam
konteks masa lalu dan seringkali terlalu terfokus pada situasi kondisi di
Menalar
mana teks itu digunakan. Walaupun ada konteks sejarah saat teks
Alkitab dituliskan tetapi pesan yang disampaikan oleh teks kitab suci
melampaui batasan sejarah. Pesan yang disampaikan para penulis
kitab suci adalah dari Tuhan sendiri. Itulah sebabnya, pembaca kitab
suci hendaknya membaca Alkitab dalam konteks kanonis.
Membaca teks dalam konteks kanonis mengharuskan
seseorang untuk mengaitkan teks yang satu dengan yang lainnya. Kita
percaya bahwa Allah-lah yang terutama berbicara kepada manusia
melalui teks kitab suci, dan itulah sebabnya semua yang dituliskan
dalam Alkitab berkaitan satu dengan yang lainnya. Selain secara
kanonis, kita juga perlu membaca kitab suci secara Kristologis. Kitab
Suci merupakan kesaksian mengenai apa yang Tuhan Yesus lakukan
dalam sejarah manusia.
Itulah sebabnya, saat seseorang membaca kitab suci, ia harus
Mengumpulkan
memandang bahwa tujuan akhir dari kepenulisan keseluruhan kitab
Informasi suci adalah untuk menunjukkan Kristus pada kita.

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh,


betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya
segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah
Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam
kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa
yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari
kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Mereka
mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat
seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya.
Lukas 24:25-28

Yesus Kristus adalah pusat dari pemberitaan Firman Allah baik dalam
PL maupun PB. Untuk memahami kitab suci secara utuh, seseorang
tidak dapat melihat teks tanpa membacanya secara Kristologis.

288
D. Penutup
Membaca kitab suci memang merupakan sebuah proses yang
kompleks. Meskipun demikian, semua yang Allah nyatakan melalui
kitab suci dimaksudkan supaya kita mampu memahaminya. Itulah
sebabnya hermeneutik dapat menjadi alat yang berguna bagi kita
untuk memahami semua hal yang Allah nyatakan dalam kitab suci.
Itulah alasannya Tuhan meminta Musa mengajarkan kepada orang-
orang Israel mengenai Tuhan kepada anak-anak mereka bahkan saat
mereka masih kecil (band. Ul. 6:6-7)
Penafsiran yang baik dapat menolong umat Tuhan memahami
lebih dalam dan tepat kitab suci yang menjadi acuan atau ukuran hidup
dan ajarannya. Hermeneutik dapat juga menolong gereja untuk
mengembangkan sebuah sistem ajaran yang relevan untuk masa kini.
Hermeneutik juga bermanfaat dalam menolong orang-orang Kristen
bersikap bijak dalam merespons berbagai keperbedaan pandangan
dalam kehidupan maupun iman Kristen. Walaupun hal-hal tertentu
memang harus dinyatakan secara tegas, namun banyak hal yang tidak
esensial dapat dibicarakan bersama dan diupayakan untuk
menemukan sebuah kesepakatan bersama.
Di sisi yang lain, hermeneutik juga dapat menjadi alat yang
merusak pemahaman para pembaca Alkitab. Hermeneutik yang
dikembangkan dengan sebuah praanggapan yang salah dapat
membuat seseorang maragukan makna dan relevansi Alkitab dalam
kehidupan manusia atau pun gereja. Metode penafsiran yang lemah
juga dapat membuat banyak orang Kristen salah memahami kitab suci
dan salah menerapkannya sehingga menimbulkan masalah-masalah
baru dalam gereja.
Yang membuat hermeneutik menjadi alat yang membangun
atau merusak adalah pemahaman mengenai Tuhan (kepengarangan
Tuhan di balik Alkitab) yang mendasari pembacaan seseorang
terhadap Alkitab. Jika seseorang tidak percaya bahwa di balik
kepenulisan kitab suci ada pribadi Tuhan yang berbicara, ia tidak akan
berupaya melihat teks sebagai sebuah kesatuan tetapi hanya sebagai
sebuah catatan kuno tentang bangsa Israel atau tentang gereja mula-
mula. Sebaliknya, saat seseorang membaca Alkitab dengan
pemahaman bahwa ada pesan Tuhan di balik setiap ajaran Alkitab,
pembaca Alkitab akan menaruh hormat terhadap kitab suci dan akan
menaati semua yang diajarkan di dalamnya.

289
Ringkasan
1. Hermenuetik dibutuhkan dalam kehidupan orang-orang
Kristen sebab mereka harus memahami kitab suci dengan
benar.
2. Dalam hermeneutik, pembaca masa kini belajar bahwa baik
diri mereka maupun para penulis Alkitab memilki dua konteks
yang berbeda.
3. Makna teks dalam kitab suci bergantung bukan hanya pada
pendekatan seseorang tetapi pada asumsi dan kepercayaan
orang tersebut pada teks.

Ayat Hafalan
Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang
pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan
perkataan kebenaran itu. Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan
yang tak suci yang hanya menambah kefasikan.
2 Timotius 2:15-16
Mengkomuni Activitas
kasikan
Carilah gambar sebuah lukisan mengenai Tuhan Yesus yang dibuat
oleh seorang pelukis terkenal, sebagai contoh: Rembrant, dan jelaskan
hal apakah yang kamu dapat pelajari dari lukisan tersebut!

Bacaan Lanjutan

Black, David A., and David S. Dockery, eds. Interpretring the New
Testament: Essays on Methods and Issues. Nashville: B&H, 2001. Bab
1.

Maier, Gerhard. Biblical Hermeneutics. Wheathon: Crossway, 1994.


Bab 3 dan 5.

Vanhoozer, Kevin J. Apakah Ada Makna Dalam Teks ini? Alkitab,


Pembaca, dan Moralitas Pengetahuan Sastra. Terj. Surabaya:
Momentum, 2013. Bab 8.

290
Evaluasi Akhir

1. Berikut ini adalah aspek yang benar terkait dengan eksegese kecuali:
a. eksegese adalah sebuah seni.
b. eksegese adalah upaya untuk mengeluarkan arti teks.
c. eksegese adalah upaya untuk mencari bukti akan kebenaran-kebenaran yang kita
yakini.
d. eksegese melibatkan sebuah proses studi ilmiah.

2. Di bawah ini adalah alasan yang tepat mengapa seorang Kristen harus belajar
menginterpretasikan Alkitab dengan benar, kecuali:
a. Sebab waktu seseorang membaca Alkitab pada dasarnya ia sedang membuat
sebuah interpretasi, sehingga jika orang Kristen tidak mempelajari seni
menginterpretasikan dengan benar maka orang Kristen bisa salah memahami
kitab sucinya.
b. Sebab Alkitab adalah Firman Allah, oleh sebab itulah Alkitab harus dipahami
dengan benar dan mempelajari interpretasi Alkitab akan menolong kita
memahami kitab suci dengan benar.
c. Sebab Alkitab adalah buku klasik yang baik kultur, budaya dan bahasanya berbeda
dengan kita.
d. Interpretasi Alkitab diperlukan supaya jemaat mampu berkhotbah dengan benar.

3. Berikut ini adalah faktor-faktor yang membentuk sebuah narasi dalam Alkitab kecuali:
a. Tokoh & karakternya.
b. Sudut pandang teologi cerita.
c. Struktur cerita.
d. Pembaca cerita.

4. Di bawah ini adalah ciri mutlak dari sebuah perumpamaan yang bisa ditafsirkan secara
alegoris:
a. Perumpamaan bisa ditafsirkan alegoris jika Tuhan Yesus mengatakan
perumpamaan itu adalah sebuah alegori.
b. Perumpamaan bisa ditafsirkan alegoris jika ada penjelasan dari Alkitab sendiri
mengenai arti dari setiap tokoh yang dibicarakan.
c. Perumpamaan bisa dikatakan alegoris jika perumpamaan tersebut kelihatan ganjil
dan tidak masuk akal.
d. Perumpamaan dikatakan alegoris jika ada kaitannya dengan kematian,
kebangkitan dan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua.

5. Berikut ini adalah pentingnya aplikasi dalam sebuah interpretasi, kecuali:


a. Aplikasi adalah relevansi teks Alkitab bagi kita.

291
b. Aplikasi menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan eksegese Alkitab.
c. Aplikasi membuat interpretasi menjadi lebih dimengerti.
d. Aplikasi menghubungkan apa yang dikatakan di masa lalu dengan masa sekarang.

6. Bagaimanakah keistimewaan sebuah kitab yang ditulis dengan genre law?


a. Kitab tersebut haruslah pertama-tama ditafsirkan harafiah (denotatif).
b. Kitab tersebut bisa dan boleh ditafsirkan secara konotafif.
c. Kitab dengan genre law harus diartikan secara simbolis.
d. Jawaban a, b, c salah semua.

7. Di bawah ini adalah hukum penerapan aplikasi kecuali:


a. Aplikasi berlaku mutlak untuk teks yang memiliki konteks yang sama dengan kita.
b. Aplikasi teks sangat bergantung pada konteksnya.
c. Jika konteks penulis Alkitab berbeda dengan konteks kita sekarang berbeda maka
kita harus mencari pesan teks yang kemudian kita relevansikan dengan konteks
kita sekarang.
d. Jika konteks penulis Alkitab berbeda dengan konteks kita sekarang maka teks
menjadi tidak bisa diterapkan bagi kehidupan kita sekarang.

8. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat menyebabkan kita salah mengerti ajaran Alkitab
kecuali:
a. Pengalaman yang mendominasi cara pembacaan kita akan Alkitab.
b. Menggunakan kemampuan bernalar semaksimal mungkin.
c. Membaca Alkitab dengan kaca mata modern/kontemporer.
d. Pembacaan Alkitab yang hanya sepenggal.

9. Yang dimaksudkan tokoh utama dalam sebuah narasi adalah


a. Selalu tokoh yang paling sering muncul dan mendominasi cerita.
b. Selalu tokoh yang baik dan mulia perilakunya.
c. Selalu tokoh yang kelihatannya unik.
d. a.b.c betul semua.

10. Di bawah ini adalah jenis-jenis perumpamaan kecuali:


a. Ekseplum
b. Parabel
c. Similitude
d. Typologi

292
Daftar Pustaka

Bartholomew, Draig G., and Ryan P. O’Dowd. Old Testament Wisdom Literature: A Theological
Introduction. Downers Grove: IVP, 2011.
Baker, David. L., and John J. Bimson. Mari Mengenal Arkeologi Alkitab. Jakarta: BPK, 2004.
Baker, David. L. Satu Alkitab Dua Perjanjian. Jakarta: BPK, 1997.
Berkhof, L. Principles of Biblical Interpretation. Grand Rapids: Baker, 1950.
Black, David A., and David S. Dockery, eds. Interpreting the New Testament: Essays on
Methods and Issues. Nashville: B&H, 2001.
Blomberg, Craig L. New Testament Exegesis: Panduan Komprehensif Eksegesis Kitab-Kitab
Perjanjian Baru, terj. Malang: Gandum Mas, 2018.
Braga, James. Cara Menelaah Alkitab, terj. Malang: Gandum Mas, 2005.
Burge, Gary M. Interpreting the Gospel of John. GNTE. Grand Rapids: Baker, 1992.
Caird, G. B. The Language and Imagery of the Bible. Philadelphia: Wesminster, 1980.
Carson, D. A. Exegetical Fallacies: Kesalahan-Kesalahan Ekegetis, terj. Surabaya: Momentum,
2009.
Campbell, Constantine R. Advances in the Study of Greek. Grand Rapids: Zondervan, 2015.
Childs, Vrevard S. Biblical Theology of the Old and New Testaments: Theological Reflection on
the Christian Bible. Minneapolis: Fortress, 1992.
Conner, Kevin J., and Ken Malmin. Interpreting the Sciptures: Hermeneutik: Sebuah Buku Teks
tentang Cara Menafsir Alkitab, terj. Malang: Gandum Mas, 2004.
Cotterell, Peter and Max Turner. Linguistics and Biblical Interpretation. Downers Grove: IVP,
1989.
Dockery, David S. Biblical Interpretation Then and Now: Contemporary Hermeneutics in the
Light of Early Church. Grand Rapids: Baker, 1992.
Erickson, Richard J. A Beginner’s Guide to New Testament Exegesis: Taking the Fear out of
Critical Method. Downers Grove: IVP, 2005.
Fee, Gordon D. New Testament Exegesis: Sebuah Buku Pegangan Bagi Mahasiswa dan
Pelayan Gerejawi, terj. Malang: SAAT 2008.
. Gospel and Spirit: Issues in New Testament Hermeneutics. Peabody: Hendrickson,
1991.
Grant, Robert M., and David Tracy. Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, terj. Jakarta: BPK,
2000.
Green, Joel B., ed. Hearing the New Testament: Strategies for Interpretation. 2nd. Ed. Grand
Rapids: Eerdmans, 2010.
Klein, William W., Craig L. Blomberg, and Robert L. Hubbart Jr. Introduction to Biblical
Interpretation: Pengantar Tafsir Alkitab, terj. Malang: SAAT, 2012.
Kruger, Michael J. Canon Revisitied: Establishing the Origins and Authority of the New
Testament Books. Wheaton: Crossway.
Longman III, Tremper. Literary Approaches to Biblical Interpretation. FCI 3. Grand Rapids:
Zondervan, 1987.

293
Meier, Gerhard. Biblical Hermeneutics. Wheaton: Crossway, 1994.
Michael, J. Ramsey. Interpreting the Book of Revelation. GNTE. Grand Rapids: Baker, 1992.
McKnight, Scot. Interpreting the Synoptic Gospel. GNTE. Grand Rapids: Baker, 1988.
. Interpreting New Testament Interpretation. GNTE. Grand Rapids: Baker, 1989.
Osborne, Grant R. The Hermeneutical Spiral: A Comprehensive Introduction to Biblical
Interpretation. Downers Grove: IVP, 1991.
. Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi Penafsiran Alkitab, terj.
Surabaya: Momentum, 2012.
Porter, Stanley E. Linguistic Analysis of the Greek New Testament: Studies in Tools, Methods,
and Practice. Grand Rapids: Baker, 2015.
Pratt Jr., Richard L. He Gave Us Stories: The Bible Student’s Guide to Interpreting Old
Testament Narratives, terj. Surabaya: Momentum, 2005.
Schreiner, Thomas R. Interpreting the Pauline Epistles. GNTE. Grand Rapids: Baker, 1990.
Sitompul, A. A., and Ulrich Beyer. Metode Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK, 1999.
Stuart, Douglas. Eksegese Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 1994.
Sutanto, Hasan. Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab. Malang: SAAT, 1986.
Thieselton, Anthony C. The Two Horizons: New Testament Hermenutics and Philosophical
Description. Grand Rapids: Eerdmans, 1980.
Vanhoozer, Kevin J. Apakah Ada Makna dalam Teks ini? Alkitab, Pembaca, dan Moralitas
Pengetahuan Sastra, terj. Surabaya: Momentum, 2013.
VanGemeren, Willem A. Penginterpretasian Kitab Para Nabi. Terj. Surabaya: Momentum,
2007.
Venema, Henk. Kitab Suci - Untuk kita: Membaca dan Menafsirkan Firman Tuhan secara Utuh,
Setia, dan Kontekstual. Jakarta: YKBK, 2008.
Wald, Oletta. Temukanlah Sendiri: Sukacita dalam Mempelajari Alkitab. Malang: Gandum
Mas, 2004.

294
Daftar Keterangan Gambar
Cover Foto gulungan kitab di Sinagoge Amsterdam – diambil oleh penulis
Meng- https://gocoaching.ca/je-deviens-ce-que-jobserve/
amati
Mengum https://www.canstockphoto.com/illustration/write.html
-pulkan
Informas
i
Menany https://favpng.com/png_view/table-meeting-conference-centre-clip-art-
a png/uNP8ZpWX
Menalar https://freepikpsd.com/question-clipart-png/325903/
Mengko- https://www.canstockphoto.com/illustration/worry.html
munikasi
kan
11 https://sheg.stanford.edu/history-lessons/martin-luther
12 https://www.ivpress.com/kevin-j-vanhoozer
17 https://www.hellenic-art.com/life-size-spartan-shield-of-king-leonidas-of-the-
legendary-300-at-the-battle-of-thermopylae.html
18 https://www.christiansciencefictiondoctrine.com/tag/spiritual-armor/
24 http://damascenegallery.com/shop/icon/classic-icons/blessed-augustine-of-
hippo/
24 https://en.wiktionary.org/wiki/Trinity
26 https://www.pinterest.cl/pin/5840674496483963/
28 https://fireandrose.blogspot.com/2017/04/reading-rudolf-bultmann-forty-
years.html
40 https://es.123rf.com/visual/search/49996073
42 https://lilinkecil.com/new-testament-exegesis-edisi-ketiga-gordon-d-fee-p-
5239.html
42 https://www.hidupkristen.com/2017/08/hermeneutika-spiral-semantik.html
43 https://www.amazon.com/Biblical-Interpretation-Then-Now-
Contemporary/dp/0801030102
43 https://www.amazon.com/Introduction-Biblical-Interpretation-Workbook-
Questions/dp/0310536685
60 http://www.diamondfacts.org/diamond-pipeline/
61 https://inet.detik.com/cyberlife/d-3627553/tergusur-internet-yellow-pages-
berhenti-cetak
63 https://en.wikipedia.org/wiki/Decapolis
70 https://www.findshepherd.com/the-parable-of-the-sower.html
81 https://shopee.co.id/SATU-ALKITAB-DUA-PERJANJIAN-i.189262628.4442407491
82 https://fireandrose.blogspot.com/2017/04/reading-rudolf-bultmann-forty-
years.html

295
82 https://www.rd.nl/oud/990427home.html?pg=kl%2F990427kl07.html
84 https://markfrancois.wordpress.com/2013/08/05/geerhardus-vos-vs-brevard-
childs-whats-the-difference/
84 https://en.wikipedia.org/wiki/Gerhard_von_Rad
103 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Origen.jpg
104 https://fineartamerica.com/featured/saint-augustine-of-hippo-berto-di-
giovanni.html
108 https://www.monasteryicons.com/product/st-thomas-aquinas-icon-428/icons-
of-saints
109 https://mbird.com/2017/10/four-points-about-luther-on-31-october-2017/
112 https://calvin.edu/about/history/john-calvin.html
114 https://www.campus-halensis.de/en/artikel/grosse-namen-friedrich-
schleiermacher/
114 https://id.wikipedia.org/wiki/Wilhelm_Dilthey
115 https://fireandrose.blogspot.com/2017/04/reading-rudolf-bultmann-forty-
years.html
115 http://www.vita.it/it/article/2017/03/05/esistenza-teologica-oggi-una-lezione-
di-karl-barth/142663/
116 https://theconversation.com/in-the-margins-of-philosophy-plato-to-footnotes-
63918
116 http://www.lezadig.com/cozum-the-odd-tale-of-gloria-pritchett-ludwig-
wittgenstein/
117 https://iep.utm.edu/gadamer/
118 https://jamesballantyneyouthworker.wordpress.com/2016/09/25/paul-ricoeur-
youth-work-in-search-of-the-sacred/
122 https://www.eerdmans.com/Products/4278/ancient-israel.aspx
122 https://www.amazon.com/Backgrounds-Early-Christianity-Everett-
Ferguson/dp/0802822215
124 https://www.wikiwand.com/en/Tower_of_Babel
132 https://www.amazon.com.br/Biblia-Hebraica-Stuttgartensia-FL-American-
Society/dp/3438052199
132 https://www.amazon.com/Septuaginta-Greek-Alfred-Rahlfs/dp/1598561804
132 https://id.wikipedia.org/wiki/Novum_Testamentum_Graece
133 https://www.amazon.com/James-Testament-Readings-Richard-
Bauckham/dp/0415103703
136 https://www.amazon.com/Interpreting-Pauline-Epistles-Thomas-
Schreiner/dp/080103812X
136 https://www.amazon.com/Introduction-Biblical-Interpretation-Workbook-
Questions/dp/0310536685

296
137 https://www.amazon.com/Introducing-Testament-Interpretation-Guides-
Exegesis/dp/0801062608
138 https://www.zondervan.com/9780310537557/new-international-dictionary-of-
new-testament-theology/
138 https://www.amazon.com/Greek-English-Lexicon-Testament-Semantic-
Domains/dp/0826703445
138 https://shopee.co.id/New-Testament-Exegesis-Edisi-Ketiga-(Gordon-D.-Fee)-
i.79920027.1472486533
139 https://www.amazon.com/Greek-English-Lexicon-Testament-Christian-
Literature/dp/0226039331
139 https://www.christianbook.com/theological-dictionary-the-new-testament-
volumes/9780802871428/pd/2324
140 https://www.amazon.com/Greek-English-Lexicon-Testament-Semantic-
Domains/dp/0826703445
145 https://www.amazon.com/Reading-Epistles-James-Peter-
Scripture/dp/0802865917
146 https://www.amazon.com/New-Testament-Canon-Meaning-
December/dp/B01B99I1ZG
147 https://www.amazon.com/Interpreting-Scripture-Essays-Hermeneutics-
Collected/dp/031009836X
149 https://markfrancois.wordpress.com/2013/08/05/geerhardus-vos-vs-brevard-
childs-whats-the-difference/
163 https://www.immanuelbookstore.co.id/produk/title/3079/hermeneutik%3A-
prinsip-dan-metode-penafsir-
163 https://shopee.co.id/New-Testament-Exegesis-Edisi-Ketiga-(Gordon-D.-Fee)-
i.79920027.1472486533
168 https://www.amazon.com/Backgrounds-Early-Christianity-Everett-
Ferguson/dp/0802822215
175 https://www.immanuelbookstore.co.id/produk/title/3079/hermeneutik%3A-
prinsip-dan-metode-penafsir-
182 https://www.hidupkristen.com/2017/08/hermeneutika-spiral-semantik.html
183 https://shopee.co.id/New-Testament-Exegesis-Edisi-Ketiga-(Gordon-D.-Fee)-
i.79920027.1472486533
183 https://www.amazon.com/Introduction-Biblical-Interpretation-Workbook-
Questions/dp/0310536685
187 https://divinity.yale.edu/news/adela-and-john-collins-awarded-honorary-
doctorates-university-zurich
190 https://www.goodreads.com/book/show/1167380.Interpreting_the_Pauline_E
pistles
191 https://www.amazon.com/Paul-Apostle-J-Beker/dp/0800618114

297
207 https://www.amazon.com/Introduction-Biblical-Interpretation-Workbook-
Questions/dp/0310536685
211 https://www.hidupkristen.com/2017/08/hermeneutika-spiral-semantik.html
226 http://dunamisjournal.blogspot.com/2008/09/standar.html
228 https://www.alamy.com/stock-photo/burnt-offering.html
229 https://www.vatikankatolik.com/kitab-suci-mengajarkan-pengakuan-dosa-
kepada-imam/
259 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:The_Four-Source_Hypothesis.png
282 https://www.amazon.com/Two-Horizons-Hermeneutics-Philosophical-
Description/dp/0802800068
285 https://www.ivpress.com/kevin-j-vanhoozer
287 https://theurbantwist.com/2019/11/22/theater-still-a-challenge-for-some/

298
Biodata Penulis

Chandra Gunawan melayani sebagai pendeta jemaat di GKIm Hosanna


Bandung dan dosen Perjanjian Baru di STT Cipanas.

Menyelesaikan pendidikan teologi di STT Bandung, STT Cipanas dan


Theologische Universiteit Kampen, the Netherlands.

Untuk melihat karya tulis:


https://independent.academia.edu/RevChandraGunawan

299
300

Anda mungkin juga menyukai