Anda di halaman 1dari 9

RESUME

PEMISAHAN PANGEA DAN SEJARAH TERBENTUKNYA KEPULAUAN


DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Evolusi

Dosen Pengampu: Nasrul Hakim, M. Pd.

Disusun Oleh:

Annisa Hakim (1801060007)

Kelas A

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN 2021
PEMISAHAN PANGEA DAN SEJARAH TERBENTUKNYA
KEPULAUAN DI INDONESIA

A. Pemisahan Pangea
 Alfred Lothar Wegener (1880-1930) seorang ahli geofisika dan

meterologi bangsa Jerman mengemukakan Teori Apung Benua yang dimuat


dalam bukunya Die entstehung der Kontinente und Ozeane (The origins of
Continents and Oceans, 1915). Dikemukakan bahwa celah di Atlantik,
Samudra Hindia, dan laut disebelah selatan terjadi secara perlahan dan
bertahap. Bumi pada mulanya merupakan suatu benua besar (supercontinent)
yang disebut Pangaea (225 juta tahun yang lalu). Benua besar tersebut retak
dan bergeser menjauhi satu dengan yang lain, sehingga terbentuklah tiga
benua, yaitu benua eropa – asia, benua amerika- afrika dan benua Australia –
antartika (200 juta tahun yang lalu). Benua afrika dan amerika berpisah kira
kira 135 juta tahun yang lalu, dan sela sela nya terciptalah lautan Indonesia
(65 juta tahun yang lalu). Teori apung wagener diatas membuktikan adanya
kenyataan bahwa pantai timur amerika selatan bentuknya sama, persis bila
dikaitkan dengan pantai afrika barat. Bagian selatan benua Australia akan
sesuai bila dimasuki tonjolan di benua antartika, sedangkan semenanjung
india dan pula madagaskar dapat masuk pada teluk yang terbentuk antara
afrika dan antartika.
Pendapat Wegener tersebut diatas setelah Perang Dunia II mendapat
kritikan dari banyak pakar yang mengatakan bahwa benua memang hanyut,
tetapi tidak di dasar batuan basalt, jadi tidak seperti es mengapung di air. Para
pakar geologi di Universitas Colombia menunjukkan bahwa salah satu corak
topografi bumi yang dominan adalah sebuah rantai pematang pegunungan
sepanjang 75.600 km yang berkelok-kelok di bawah sebagian besar lautan,
yang digambarkan sebagai jahitan bola baseball yang tidak terputus-putus.
Sementara para ahli oseonografi masih bertanya-tanya, para ahli, seismologi
dengan alat-alatnya di daratan berhasil menemukan lokasi gempa lebih tepat
daripada sebelumnya. Kira-kira 80% gempa di dunia terjadi pada alur sempit
dan banyak terjadi dekat parit samudra jeluk, serta rangkaian kepulauan
vulkanis berbentuk busur yang terbentang sepanjang tepi barat Samudra
Pasifik.
Benua merupakan daratan yang sangat luas, pada awa bumi terbentuk
seluruh benua adalah satu daratan yang sangat amat luas, belum lagi
terbaginya karena pergeseran oleh kerak bumi, daratan tersebut disebut
dengan nama Pangean supercontinent pada masa Mesozoic yang terbagi atas
dua bagian yang besar yaitu gondwana dibelahan bumi selatan dan laurasia
dibelahan bumi utara. Pada masa ini bumi terbagi atas beberapa benua yaitu;
Afrika, Amerika (amerika selatan dan amerika utara), Antartika, Asia, Eropa,
dan Australia.
Seorang geolog dari Universitas Prinsetown bernama Harry Hess
memberikan dasar-asar baru tentang kondisi benua yang bergerak-gerak.
Benua bukan hanya hanyut kesana kemari seperti es terapung, tetapi tertanam
kuat pada basalt dasar samudra. Dasar samudra yang baru didesak terus
menerus ke atas dari astenosfer yang panas pada pematang samudera.
Pematang samudra merupakan bibir yang terbentuk pada dua sisi celah dalam
bumi tempat bahan panas selubung bumi tertekan ke atas. Bahan ini
mendingin, kemudian mengeras dalam litosfer dan mematrikan dirinya ke tepi
lempengan litosfer pada kedua sisi retakan (kerak samudera). Bahan tersebut
bergerak ke bawah dari pematang tengah samudera bersama lempengan
melintasi dasar laut dengan kecepatan 1,5 sampai 7,5 cm setahun sebagai
perluasan dasar laut. Bagian yang ditumpangi menekuk ke bawah dan
tenggelam dalam astenosfer dipanaskan lagi, pecah lagi, meleleh dan terserap
masuk kembali ke bagian dalam bumi. Pergeseran dan retaknya litosfer
kemudian runtuh, menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Perluasan dasar
laut menyebabkan jarak antara benua bertambah lebar.
Dibumi ada enam lempengan utama. Keenam lempengan tersebut
adalah:
a. Lempengan Amerika, terdiri dari Amerika Utara dan Ameika Selatan serta
setengah dasar Samudera Atlantik bagian barat.
b. Lempeng Afrika, yang terdiri dari Afrika dan sebagian besar samudera
disekitarnya.
c. Lempeng Eurasia, terdiri dari Asia, Eropa, dan dasar laut sekitarnya.
d. Lempeng India, yang meliputi anak benua itu dan dasar samudera
sekitarnya.
e. Lempeng Australia, terdiri dari Australia dan samudera disekitarnya.
f. Lempeng Pasifik,yang mendasari samudera pasifik.

Lempengan-lempengan tersebut setiap saat mengalami gerakan


horizontal yang menimbulkan antara lain pemisahan benua seperti yang
dikemukakan oleh Wegener. Sebagai akibatnya, maka benua Amerika makin
jauh dari benua Afrika, sedangkan benua Australia yang karena desakan oleh
pematang tengah samudera disebelah selatannya mengakibatkan benua itu
makin mendesak ke Indonesia. Disamping gerakan horizontal juga terdapat
gerakan vertical, yaitu desakan lava yang keluar dari lempengan di samudera
indonesia menyebabkan anak benua india makin terdesak ke utara, tapi karena
daratan asia cukup kuat bertahan terjadilah kerutan bumi berupa pegunungan
Himalaya yang tinggi. Demikian pula akibatnya pematang tengah di Laut
Tengah yang mendesak Eropa ke utara, maka terjadilah pegunungan Alpen
yang jua tinggi sebagia kerutan bumi. (Plate Tektonic Theory). Secara alami
lempengan mengalami perusakan dan pembangunan kembali (putus dan
bersambung) yang gerakan lempengannya menjadi gempa tektonis. Proses
pengrusakan dan pembangunan kembali wujudnya adalah patahnya daratan
akibat desakan didasar laut, sehingga diratan terjadi retakan. Disepanjang
retakan pegunungan Rocky Mountain di pantai barat Amerika. Indonesia
merupakan salah satu daerah yang sering diguncang gempa karena letaknya
tepat pada pertemuan dua deretan pegunungan lipatan muda Circum Pasific
dan Mediterania. Juga pertemuan tiga lempengan litosfer, yaitu lempeng india
sebelah barat, lempeng Australia sebelah barat dan selatan, dan lempeng
samudera Pasifik sebelah timur, sehingga daratannya termasuk tidak tenang.
Menurut Wegener, Bumi pada 2500 juta tahun yang lalu hanya
terdapat satu benua yang sangat besar yang retak kemudian bergeser saling
menjauhi satu dengan yang lain. Akibatnya pergeseran itu, terbentuklah
benua-benua Amerika, Asia, Eropa, Afrika, Australia dan Antartika. Teori
Wegener didukung oleh fakta yaitu : sepanjang Timur dari Amerika Selatan
ternyata mempunyai bentuk dan lekukan yang kira-kira sama dengan lekukan
pada benua Afrika sebelah barat dan lekukan bagian selatan benua Australia
cocok dengan tonjolan benua Antartika,
Demikian juga semenanjung India dan Pulau Madagaskar cocok
dengan teluk yang terbentuk antara Afrika dengan Antartika. Kecocokan itu
tidak hanya pada segi geografik, tetapi ternyata cocok pula ditinjau dari segi
geologi yakni jenis dan umur batu-batuan adalah kira kira sama. Peristiwa
pergeseran itu berlangsung dalam jutaan tahun. Secara kronologis dapat
digambarkan bahwa :
a. Pada 225 juta tahun yang lalu, masih terdapat benua “Super Continental”
b. Pada 200 juta tahun yang lalu, “Super Continental” pecah menjadi 3
bagian, yakni benua Eropa-Asia, afrika-amerika

B. Sejarah Terbentuknya Kepulauan di Indonesia


Secara zoogeografi, Indonesia dipisahkan oleh garis Wallace, garis ini
memisahkan bagian barat (oriental region: Indo-Malayan sub region) dan
bagian timur (Australian region, Austro Malayan subregion). Garis ini terletak
antara pulau bali dan pulau Lombok di selatan dan antara pulau borneo dan
pulau Sulawesi di utara. Bagian barat termasuk di pulau Sumatera, pulau
Jawa, dan pulau Borneo (wilayah Indonesia disebut Kalimantan) serta pulau
pulau kecil disekitarnya, sedangkan pada bagian timur terdapat pulau
Sulawesi, Irian Jaya, pulau Sumbawa, Pulau Flores, pulau Sumba dan pulau-
pulau kecil yang terdapat disekitarnya. Hal ini dikarenakan fauna yang
terdapat di Indonesia merupakan fauna yang sama tipenya dengan fauna yang
berasal dari benua Asia dan benua Australia.
Menurut para ahli bumi, posisi pulau-pulau di Kepulauan Indonesia
terletak di atas tungku api yang bersumber dari magma dalam perut bumi. Inti
perut bumi tersebut berupa lava cair bersuhu sangat tinggi. Makin ke dalam
tekanan dan suhunya semakin tinggi. Pada suhu yang tinggi itu material-
material akan meleleh sehingga material di bagian dalam bumi selalu
berbentuk cairan panas. Suhu tinggi ini terus-menerus bergejolak
mempertahankan cairan sejak jutaan tahun lalu. Ketika ada celah lubang
keluar, cairan tersebut keluar berbentuk lava cair. Ketika lava mencapai
permukaan bumi, suhu menjadi lebih dingin dari ribuan derajat menjadi hanya
bersuhu normal sekitar 30 derajat. Pada suhu ini cairan lava akan membeku
membentuk batuan beku atau kerak. Keberadaan kerak benua (daratan) dan
kerak samudra selalu bergerak secara dinamis akibat tekanan magma dari
perut bumi. Pergerakan unsur-unsur geodinamika ini dikenal sebagai kegiatan
tektonis.
Sebagian wilayah Kepulauan Indonesia merupakan titik temu di antara
tiga lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia di selatan, Lempeng Eurasia di
utara dan Lempeng Pasifik di timur. Pergerakan lempenglempeng tersebut
dapat berupa subduksi (pergerakan lempeng ke atas), obduksi (pergerakan
lempeng ke bawah) dan kolisi (tumbukan lempeng). Pergerakan lain dapat
berupa pemisahan atau divergensi (tabrakan) lempeng-lempeng. Pergerakan
mendatar berupa pergeseran lempeng-lempeng tersebut masih terus
berlangsung hingga sekarang. Perbenturan lempeng-lempeng tersebut
menimbulkan dampak yang berbeda-beda. Namun semuanya telah
menyebabkan wilayah Kepulauan Indonesia secara tektonis merupakan
wilayah yang sangat aktif dan labil hingga rawan gempa sepanjang waktu.
Pada masa Paleozoikum(masa kehidupan tertua) keadaan geografis
Kepulauan Indonesia belum terbentuk seperti sekarang ini. Di kala itu wilayah
ini masih merupakan bagian dari samudra yang sangat luas, meliputi hampir
seluruh bumi. Pada fase berikutnya, yaitu pada akhir masa Mesozoikum,
sekitar 65 juta tahun lalu, kegiatan tektonis itu menjadi sangat aktif
menggerakkan lempenglempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Kegiatan
ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa larami), sehingga menyebabkan
daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah
satu dengan lainnya. Sebagian di antaranya bergerak ke selatan membentuk
pulau-pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa
Tenggara Barat dan Kepulauan Banda. Hal yang sama juga terjadi pada Benua
Australia. Sebagian pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau
Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan sebagian Maluku Tenggara.
Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan dari kedua benua tersebut telah
mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya sangat labil. Kegiatan tektonis
yang sangat aktif dan kuat telah membentuk rangkaian Kepulauan Indonesia
pada masa Tersier sekitar 65 juta tahun lalu.
Sebagian besar daratan Sumatra, Kalimantan dan Jawa telah
tenggelam menjadi laut dangkal sebagai akibat terjadinya proses kenaikan
permukaan laut atau transgresi. Sulawesi pada masa itu sudah mulai
terbentuk, sementara Papua sudah mulai bergeser ke utara, meski masih
didominasi oleh cekungan sedimentasi laut dangkal berupa paparan dengan
terbentuknya endapan batu gamping. Pada kala Pliosensekitar lima juta tahun
lalu, terjadi pergerakan tektonis yang sangat kuat, yang mengakibatkan
terjadinya proses pengangkatan permukaan bumi dan kegiatan vulkanis. Ini
pada gilirannya menimbulkan tumbuhnya (atau mungkin lebih tepat
terbentuk) rangkaian perbukitan struktural seperti perbukitan besar (gunung),
dan perbukitan lipatan serta rangkaian gunung api aktif sepanjang gugusan
perbukitan itu. Kegiatan tektonis dan vulkanis terus aktif hingga awal masa
Pleistosen, yang dikenal sebagai kegiatan tektonis Plio-Pleistosen. Kegiatan
tektonis ini berlangsung di seluruh Kepulauan Indonesia.
Pada Kala Eosen (sekitar 55 juta tahun yang lalu) sebagian Kepulauan
Indonesia (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan) masih berada dan menyatu
dengan Benua Eurasia di utara, sedangkan sebagian kepulauan lainnya
(Papua) masih menyatu dengan Benua Australia di Selatan. Gunung api aktif
dan rangkaian perbukitan struktural tersebar di sepanjang bagian barat Pulau
Sumatra, berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah timur hingga Kepulauan
Nusa Tenggara serta Kepulauan Banda. Kemudian terus membentang
sepanjang Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Pembentukan daratan yang
semakin luas itu telah membentuk Kepulauan Indonesia pada kedudukan
pulau-pulau seperti sekarang ini. Hal itu telah berlangsung sejak kala Pliosen
hingga awal Pleistosen (1,8 juta tahun lalu). Jadi pulau-pulau di kawasan
Kepulauan Indonesia ini masih terus bergerak secara dinamis, sehingga tidak
heran jika masih sering terjadi gempa, baik vulkanis maupun tektonis.
Letak Kepulauan Indonesia yang berada pada deretan gunung api
membuatnya menjadi daerah dengan tingkat keanekaragaman flora dan fauna
yang sangat tinggi. Kekayaan alam dan kondisi geografis ini telah mendorong
lahirnya penelitian dari bangsabangsa lain. Dari sekian banyak penelitian
terhadap flora dan fauna tersebut yang paling terkenal di antaranya adalah
penelitian Alfred Russel Wallace yang membagi Indonesia dalam dua wilayah
yang berbeda berdasarkan ciri khusus baik fauna maupun floranya.
Pembagian itu adalah Paparan Sahul di sebelah timur, Paparan Sunda di
sebelah barat. Zona di antara paparan tersebut kemudian dikenal sebagai
wilayah Wallacea yang merupakan pembatas fauna yang membentang dari
Selat Lombok hingga Selat Makassar ke arah utara. Fauna-fauna yang berada
di sebelah barat garis pembatas itu disebut denganIndo-Malayan region. Di
sebelah timur disebut dengan Australia Malayan region. Garis itulah yang
kemudian kita kenal dengan Garis Wallacea.

C. Biogeografi
Tipe bukti keempat yang mendukung evolusi adalah biogeografi
(biogeography), distribusi geografis dari spesies. Distribusi geografis dari
organisme dipengaruhi oleh banyak factor, termasuk hanyutan benua
(continental drift), pergerakan lambat benua di Bumi seiring waktu. Sekitar
250 juta tahun silam, gerakan-geerakan ini menyatukan semua masa daratan
Bumi menjadi satu benua yang besar,disebut, Pangea. Sekitar 200 juta tahun
yang lalu. Pangea mulai terpecah-pecah, pada 20 juta tahun yang lalu, benua-
benua yang kita kenal sekarang berada beberapa ratus kilometer jauhnya dari
posisi saat ini.
Penyebaran geografis spesies biogeografi adalah hal yang pertama kali
meberikan ide adanya evolusi kepada darwin. Bukti-bukti evolusi melanda
biologi merupakan teori ilmiah yang mengalami evaluasi dan pembaharuan
secara terus menerus . Seiring berkembangnya ilmu biologi penemuan-
penemuan baru termasuk rahasia biologi molekuler menguatkan pandangan
Darwinian mengenai kehidupan.
Pulau-pulau memiliki banyak spesies tumbuhan dan hewan yang
bersifat indigenous (asli, tidak ditemeukan ditempat lain) akan tetapi sangat
erat hubunganya kekerabatannya dengan spesies didaratan utama terdekat atau
pulau-pulau disekitarnya.
Dua pulau dengan lingkungan yang sangat mirip ditepat yang berbeda
di bumi ini dihuni bukan oleh spesies yang memiliki hubungan kekerabatan
yang sangat erat, akan tetapi dihuni oleh spesies yang secara taksonomi terkait
dengan tumbuhan dan hewan pada daratan yang terdekat, dan dimanapun
lingkungannya sering kali berbeda. Dan kenapa hewan tropis Amerika selatan
lebih dekat dengan hubungannya dengan spesies gurun Amerika selatan
dibandingkan dengan spesies daerah tropis Afrika. Dan Australia merupakan
tempat tinggal begitu banyak mamalia berkantung (marsupial) tetapi relatif
sedikit hewan berplasenta (eutheria) binatang yang perkembangannya
embrionya diselesaikan didalam uterus. Sebenarnya, bukan karena Australia
tidak ramah terhadap mamalia berplasenta. Pada tahun terakhir ini manusia
telah memasukkan kelinci ke Australia, dan populasi kelinci meledak.
Hipotesis yang berlaku adalah bahwa fauna Australia yang unik berkembang
di pulau benua Australia dalam keadaan terisolasi dari tempat-tempat dimana
nenek moyang mamalia berplasenta hidup.
Pola biogeografi seperti itu tidak sesuai jika spesies ditempatkan satu
per satu dalam lingkungan yang sesuai , tetapi pola tersebut masuk akal dalam
konteks sejarah evolusi. dalam evolusi kita menemukan spesies modern
dimana mereka berada karena kirakan bahwa bakteri mendahului semua
kehidupan eukariota dalam cacatan fosil, dan fosil tertua adalah prokariota.
Contoh lain adalah penampakan kronologis dari kelas-kelas vertebrata yang
berbeda-beda dalam catatan fosil, fosil ikan adalah yang paling tua dari semua
vertebrata lainnya, diikuti kemudian oleh amfibia, diikuti oleh reptilian
kemudian mamalia dan burung.
Pandangan darwin mengenai kehidupan juga memperkirakan bahwa
transisi evolusioner harus meninggalkan tanda-tanda dalam catatan fosil , para
ahli paleontologi telah menemukan banyak bentuk transisi yang
menghubungkan fosil-fosil yang lebih tua dengan spesies modern.  Sebagai
contoh serangkaian fosil yang mendokumentasikan perubahan bentuk dan
ukuran tengkorak yang terjadi ketika mamalia berevolusi dari reptilian. Setiap
tahun ahli paleontologi mnemukan kaitannya atau hubungannya penting
lainnya antara bentuk modern dengan nenek moyangnya, pada beberapa tahun
ini misalnya para peneliti telah menemukan paus yang telah menjadi fosil
yang berhubungan dengan mamalia air dengan leluhurnya yang hidup di
daratan. Paus berkembang dari nenek moyang yang hidup didaratan suatu
transisi evolusioner yang meninggalkan banyak tanda-tanda termasuk bukti-
bukti fosil, para ahli paleontologi yang melakukan penggalian di negara
mesir  dan Pakistan berhasil mengedentifikasi bahwa paus yang sudah punah
mempunyai tungkai belakang , fosil ini ditunjukan pada tulang kaki
Basilosaurus yang sudah menjadi fosil. Sedangkan salah satu fosil paus yang
menjadi hewan air yang sudah tidak menggunakan kakinya untuk menyokong
badan serta untuk berjalan. Tulang kaki paus fosil yang lebih tua yang
bernama Ambulocetus fosil yang lebih kuat dan kokoh, Ambulocetus adalah
hewan amfibia yang hiup didarat dan di air.
Anatomi perbandingan pewarisan dengan sangat jelas terlihat pada
kemiripan anatomi antara spesies yang dikelompokkan kedalam kategori
taksonomi yang sama, sebagai contoh banyak elemen kerangka yang sama
menyusun tungkai depan manusia, kucing, paus, kelelawar, dan semua
mamalia lain meskipun tungkai tersebut memiliki fungsi yang sangat berbeda.
Kemiripan dalam ciri khusus yang dihasilkan dari nenek moyang yang sama
disebut homologi, dan tanda-tanda anatomis evolusi disebut homolog
(homologous structure). Anatomi perbandingan konsisten dengan semua
bukti-bukti lain dalam memberikan bukti bahwa evolusi merupakan suatu
proses pemodelan ulang dimana struktur nenek moyang yang berfungsi dalam
satu kapasitas dimodifikasi ketika mereka mengemban fungsi baru.

D. Garis Wallace dan Weber

Garis weber adalah garis imajiner yang membatasi wilayah flora dan
fauna di Indonesia bagian tengah (pulau Sulawesi dan kepulauan Nusa
Tenggara) dengan Indonesia bagian timur (pulau Papua dan kepulauan
Maluku). Garis ini melewati Laut Maluku, Laut Banda  dan Laut Arafura.
Di sebelah Garis Weber barat garis ini, di Indonesia bagian tengah,
flora dan fauna bersifat peralihan. Di sini banyak binatang endemik seperti
komodo, burung maleo dan babri rusa.
Sementara di timur Garis Weber, di Indonesia bagian timur, flora dan
fauna dipengaruhi benua Australia. Di sini banyak binatang marsupalia
(mamalia berkantong)  seperti kaqnguru poho dan monotremata (mamalia
bertelur) seperti echidna.  
Garis Wallace adalah garis imajiner yang membatasi wilayah flora dan
fauna di Indonesia bagian barat (Sumatera, Jawa dan Kalimantan) dengan
Indonesia bagian tengah (pulau Sulawesi dan kepulauan Nusa
Tenggara). Garis ini melewati Laut Sulawesi, Selat Makassar  dan Selat
Lombok.
Di barat Garis Wallace, di Indonesia bagian barat, flora dan fauna
dipengaruhi benua Asia. Di sini banyak binatang mamalia besar seperti gajah,
badak, harimau dan kera besar.  

Anda mungkin juga menyukai