M DENGAN DIARE DI
RUANG MAWAR RS WONGSONEGORO
Disusun Oleh :
Nim : 2008017
SEMARANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE
A. DEFINISI
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai sensasi ingin
defekasi yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A &Borley, Neil R, 2006).
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi (Wong,
2001).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi dengan bagian feses tidak terbentuk (Nethina, 2001).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behrman, 1999).
Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala
kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami
kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air besar lebih dari
empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat
berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.
Diare dibagi menjadi dua yaitu:
1. Diare Akut
Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan
kualitas defekasi.
2. Diare Kronis
Diare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu
B. ETIOLOGI
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari, 2005).
1. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya
infeksi.
a. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan
Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat
diberikan terapi antibiotik.
b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling
sering.
c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius
dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin
yang teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi
terhadap laktosa.
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:
a. Sindrom malabsorpsi
b. Defek anatomis
c. Reaksi alergik
d. Intoleransi laktosa
e. Respons inflamasi
f. Imunodefisiensi
g. Gangguan motilitas
h. Gangguan endokrin
i. Parasit
j. Diare nonspesifik kronis
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit
kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk,
pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)
1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas
untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit
pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh gangguan
malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya
ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf
parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam
jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis
ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan
psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2007).
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut.
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
- Demam.
2. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
- Penurunan BB dan nafsu makan.
- Demam indikasi terjadi infeksi.
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan
dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan
untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak spesifik.
- Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C. Difficile
ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berdasarkan
ditemukannya organisme saja.
- Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.
2. Diare Kronis
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan prioritas
diagnosis klinis yang paling mungkin:
- Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi
darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum, vitamin B12 dan
folat. Fungsi tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit siliaka.
- Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum menyingkirkan
giardiasis.
- Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja dengan
Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih
sulit, kadar lemak tinja harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini
dibutuhkan diet yang terstandardisasi.
- Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi pankras,
sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP) dan/atau CT pankreas.
- Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan penyakit
seliaka dan giardiasis.
- Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian bawah lebih
menguntungkan dari pada pencitraan radiologi dengan kontras karena, bahkan
ketika mukosa terlihat normal pada biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik
(misalnya kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).
- Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan berlebihan
bakteri pada usus halus (laktulosa).
- Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit Crohn
atau bahkan struktur usus halus.
- Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di urutan
terakhir daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap merupakan cara
paling tepat untuk membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.
- Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi hormonharus
dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.
Menurut (Rubebsten dkk, 2007) jika merupakan episode akut tunggal dan belum
mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk
Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat
perjalanan ke luar negeri.
b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit (ameba,
Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter, Clostridium
difficile).
c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau
kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diasnostik.
F. PATHWAY
Pathway diare
Hipersekresi air
& elektrolit
Hiperperistaltik
Isi usus
Penyerapan makanan
di usus
Diare
Ketidakseimbang
Dehidrasi an nutrisi: kurang
dari kebutuhan
Total
BB (kg) Umur PWL NWL CWL
Kehilangan
Cairan
Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah.
NWL: Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan, pernapasan
CWL: Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus
menerus.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak
dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60
mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan
tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl
dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set
infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit
(set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit.
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg :
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau
10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25
kg : 2 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts
atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg :
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% +
1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
- Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1
(4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh.
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang
berantai sedang atau tak jenuh.
Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas
kebutuhan kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.
Kebutuhan kalori
a. BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
b. BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
c. BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
d. BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
e. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)
Kebutuhan Asam amino
a. BBLR 2,5 – 3/ Kg BB
b. Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB
c. Usia 2 -13 tahun 1,5 -
2g/ kg BB Kebutuhan
Mikronutrien
a. Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB
b. Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah
bubur tempe yang bertujuan untuk memberikan diet kepada anak
dengan diare. Adapun sasaran dan kegunaannya adalah untuk
meringankan kerja usus bagi penderita diare dan diberikan kepada anak
usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5 tahun. Adapun bahan yang
dibutuhkan adalah tepung beras 30 gram, tempe 50 gram, margarine 10
gram dan gula pasir 20 gram, serta air 200 ml. Adapun caranya ada 2
yaitu cara pertama: tempe di blender ditambah 20 cc, campurkan tempe
yang sudah diblender dengan tepung beras, gula pasir, margarine dan air
sebanyak 200 cc, aduk hingga rata, lalu mask diatas api sampai
mengental dan siap disajikan. Cara kedua: tempe direbus lalu
dihaluskan, campur tempe , tepung beras, margarine, gula pasir dengan
sisa rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas api sampai
mengental kemudian disaring dan siap untuk disajikan.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan
verifikasi atau komunikasi data tentang klien selama pengkajian perawat
mendapatkan dua tipe data yaitu :
a) Data subjektif : pengumpulan data dari sumber primer/ klien) merupakan
persepsi klien tentang masalah kesehatannya biasanya mencangkup
perasaan ansietas, ketidaknyamanan fisik atau stress mental.
-Pasien mengeluh diare terus menerus
-Pasien mengatakan feses encer/cair
-Pasien mengeluh mulas
b) Data objektif: (pengumpulan data dari sumber sekunder) merupakan
pengamatan atau pengukuran yang dibuat oleh pengumpul data.
-Pasien terlihat tampak lemas
-Pasien terlihat memegangi area perutnya
Pola kesehatan fungsional
a. Pemeliharaan kesehatan
Personal hygiene kurang : kebiasaan memelihara kuku, cuci tangan
sebelum makan, makanan yang dihidangkan tidak tertutup, makanan
basi.
b. Nutrisi dan metabolik
Hipertermi, penuturan berat badan total sampai 50%, dnoteksia,
muntah.
c. Eliminasi BAB
Feces encer, frekuensi bervariasi dari > dari 3 sampai 8 kali per hari.
d. Aktifitas
Kelemahan tidak toleran terhadap aktifitas.
e. Sensori
Nyeri ditandai rasa sakit pada abdomen.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Tampak lemah dan kesakitan.
b. Tanda vital
Berat badan menurun 2% dehidrasi ringan
Berat badan menurun 5% dehidrasi sedang
Berat badan menurun 8% dehidrasi berat
TD menurun karena dehidrasi
RR meningkat karena hipermetabolisme, cepat dan dalam (kusmoul)
Suhu meningkat bila terjadi reaksi inflmasi
Nadi meningkat (nadi perifer melemah)
c. Mata: cekung
d. Mulut: mukosa kering
e. Abdomen: turgor jelek
f. Kulit: kering, kapilari refil > 2’
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan infeksi bakteri.
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gastroentritis,
diare.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan menurunnya intake dan menurunnya
absorbsi makanan dan cairan.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No
SDKI SLKI SIKI
1. Diare (D.0020) b.d. Proses OUTCOME MANAJEMEN DIARE (I.03101)
infeksi, Iritasi gastrointestinal Eliminasi fekal membaik (L.04033) Observasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab diare (mis. Inflamasi
keperawatan selama 3 x 24 jam maka gastrointestinal, iritasi gastrointestinal)
Elimenasi fekal membaik dengan Kriteria 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
Hasil : 3. Identifikasi gejala invaginasi
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat 5 4. Monitor warna, volume, frekwensi, dan
2. Konsistensi feses membaik 5 konsistensi tinja.
3. Frekuensi defekasi membaik 5 5. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
4. Peristaltik usus membaik 5 6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah
perineal
7. Monitor jumlah pengeluaran diare
8. Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Pasang jalur intravena
3. Berikan cairan intravena
4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
5. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan, pembentuk
gas, pedas, dan mengandung lactose
3. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
2. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/
spasmolitik
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses.
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner
dan Suddarth. Jakarta : EGC.
Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2. Edisi 15.
Alih Bahasa A. Samik Wahab. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi
Subekti. Jakarta: EGC.
Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.
PPNI .2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2001. Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing. (Ed. 6). Missouri : Mosby.
LAPORAN KASUS
ASKEP PADA An. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE
DI RUANG MAWAR RS WONGSONEGORO
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 9 November 2020, pukul 06.00 WIB
Ruang : Mawar
Pengkajian : 9 November 2020, pukul 08.00 WIB
No.Register Medik : 190084
Dx.Medis : Diare Akut
1. Identitas
Nama Klien : An.M Nama Orang Tua : Ny.S
Umur : 3 Tahun Umur : 42 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan :- Pekerjaan : Karyawan Pabrik
Pekerjaan :- Pendidikan : SMA
Alamat : Lengkong 4/3 Wonorejo
2. Alasan datang ke rumah sakit
Ny. S mengatakan anaknya diare >10x/hari disertai dengan muntah, nafsu
makan menurun, setelah memakan jajanan dirumahnya kemudian keluarga
membawa An.M ke IGD RSUD dr. Gunawan Mangunkusumo pada tanggal 9
November 2020, pukul 06.00 WIB
3. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan An. M diare dan badannya lemas
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke IGD RSUD dr. Gunawan Mangunkusumo pada tanggal 9
November 2020, pukul 06.00 WIB. Ibu pasien mengatakan diare 10x/hari,
muntah, nafsu makan menurun, setelah An.M mengkonsumsi jajanan di rumah,
o
HR : 119x/mnt, RR : 26 x/mnt, S : 36,7 C, BB : 14 kg
5. Riwayat Penyakit Sebelumnya
An. M sebelumnya tidak pernah mendapatkan perawatan di rumah sakit dengan
penyakit yang dideritanya saat ini. An. M baru pertama kali menderita penyakit
seperti saat ini, biasanya sakit batuk dan influenza. Keluarga juga tidak pernah
menderita penyakit seperti An. M.
6. Riwayat Kehamilan
a. Prenatal : selama kehamilan ibu rajin memeriksakan kehamilannya di
dokter hampir setiap bulan. Ibu juga sudah pernah mendapatkan imunisasi
TT. Saat hamil ibu tidak pernah mengalami sakit yang serius serta tidak
mempunyai kebiasaan seperti merokok, minum – minuman keras. Ibu
juga tidak mempunyai riwayat penyakit khusus seperti hipertensi,
jantung, DM, hepatitis, serta lainnya.
b. Intranatal : ibu mengatakan anak lahir secara spontan, BBL : 2900gr
c. Pascanatal : setelah melahirkan ibu tidak mengalami masalah. Ibu
mengatakan anak disusui selama kurang lebih 1 tahun. Anak
mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
7. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga juga tidak pernah menderita penyakit seperti An. M.
8. Genogram
Keterangan :
: perempuan
: laki-laki
: pasien
: tinggal serumah
Ket: An.M tinggal dengan kedua orang tuanya serta diasuh oleh kedua orang
tuanya sendiri, pasien adalah anak pertama dirumah itu.
9. Riwayat Perkembangan
Kemampuan untuk :
Mengangkat kepala : 3 bulan
Telungkup : 5 bulan
Duduk : 8 bulan
Berdiri : 10 bulan
Bebicara : 1 tahun
Berjalan : 1 tahun
10. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Personal Sosial
Tidak ada gangguan.
Motorik Halus
Tidak ada ganguan
Bahasa
Bahasa jelas dan mudah dimengerti.
Motorik Kasar
Perkembangan sesuai dengan usia dan normal.
11. Pengkajian Pola Fungsional
a. Pola Manajemen Kesehatan
Ny.S mengatakan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka akan
segera dibawa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.
b. Pola Kebutuhan Nutrisi
Sebelum sakit orang tua mengatakan nafsu makan anak selama ini bagus,
minimal 3x sehari makan dengan nasi lauk sayur terutama saat makanan
tersebut disukai anak serta ditambahkan lagi cemilan – cemilan jajanan.
Selama di rumah sakit nafsu makan menurun, makan hanya ½ porsi yang di
sediakan oleh gizi.
Berat Badan Sekarang : 13 kg
Panjang Badan : 100 cm
c. Pola Eliminasi
Keluarga mengatakan selama sakit pasien BAB 5x/hari intensitas cair,
minum 3 gelas kecil/hari, muntah 10x/hari, sebelum sakit pasien BAB 2-
3x/hari, tidak muntah.
d. Pola Aktivitas Latihan
Sebelum sakit pertumbuhan anak seperti layaknya anak seusianya, dan anak
termasuk anak yang aktif walaupun keadaan sakit.
e. Pola Isitirahat – Tidur
Klien biasanya tidur malam hari dari pukul 21.00-05.30 WIB dan klien tidak
sering terbangun saat tidur.
f. Pola kognitif persepsi
Keluarga mengatakan sudah memahami tentang penyakit yang dialami
anaknya, Keluarga percaya tim medis dapat menentukan tindakan dalam hal
pengobatan pasien dengan harapan An.M cepat sembuh.
g. Pola hubungan peran
Selama di rumah hubungan anak dengan teman dan keluarga baik. Anak
selalu berkomunikasi dengan baik terhadap orang tua dan keluarga. Selama
di rumah sakit anak bisa bergaul dengan orang – orang baru, anak terlihat
aktif dan mudah bersosialisasi.
h. Pola seksualitas
An.M belum di sirkumsisi, tidak ada kelainan pada alat kelaminnya
i. Pola toleransi stress
Bila anak mengalami masalah dengan kesehatannya anak langsung mengadu
ke orang tuanya. Saat pusing dan sakit anak menceritakannya kepada orang
tua untuk dapat diobatkan. Anak juga tidak suka berada di rumah sakit.
j. Pola keyakinan
Keluarga adalah keluarga Islam yang taat beragama. Harapannya anaknya
diberi kesembuhan agar nantinya dapat menjadi anak yang soleh taat
beragama dan rajin beribadah.
12. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : pasien lemas
b. Kesadaran : lemah composmentis
o
c. Tanda-tanda Vital : HR : 119x/mnt, RR : 26 x/mnt, S : 36,7 C,
d. Kepala : mesochepal, bersih, rambut kering, tidak ada
benjolan, pasien mengatakan tidak sakit saat kepala di raba untuk
mengetahui massa.
e. Wajah : simetris, tidak ada kelainan, tidak ada luka.
f. Hidung : simetris, tidak ada pergerakan cuping hidung, tidak ada
secret, pasien mengatakan tidak pilek.
g. Mata : tidak anemis, tidak ikterik
h. Telinga : bersih, tidak luka, tidak ada peradangan, pasien
mengatakan mendengar jelas ucapan perawat.
i. Mulut : bersih tidak ada sariawan, bibir tidak ada sianosis,
mukosa bibir kering, gigi lengkap, tidak ada yang berlobang, lidah
berwarna putih pada pangkal lidah, pasien mengatakan tidak sakit gigi.
j. Leher : tidak terdapat benjolan.
k. Dada :
Pulmo
I : simetris, bersih tidak ada luka, pengembangan dada simetris, tidak
ada retraksi dada
Pa : traktil fremitus kanan dan kiri sama
Pe : terdengar suara resonan di semua lapang paru
A : terdengar vesikuler, tidak terdapat bunyi tambahan seperti
wheezing, maupun ronkhi.
B. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Infeksi bakteri Diare
- Ibu pasien mengatakan anaknya BAB
cair > 10x/hari konsistensi encer
DO:
- Pasien tampak lemas
- BAB > 10x/hari konsistensi encer
2. DS : Gastroentritis, Resiko
- Ibu pasien mengatakan anaknya diare ketidakseimbangan
sampai lemes karena sering BAB elektrolit
Cair
DO :
- Pasien lemas
- Muntah >10x/hari
- BAB 10x/hari konsistensi encer
- Mukosa bibir kering
- Laborat elektrolit:
Natrium: 132
Kalium : 2.9
Chlorida: 95
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare berhubungan dengan infeksi bakteri.
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gastroentritis, diare.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan menurunnya intake dan menurunnya absorbsi
makanan dan cairan.
D. RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No
SLKI SIKI
1. OUTCOME MANAJEMEN DIARE (I.03101)
Eliminasi fekal membaik (L.04033) Observasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab diare (mis.
keperawatan selama 3 x 24 jam maka Inflamasi gastrointestinal, iritasi
Elimenasi fekal membaik dengan gastrointestinal)
Kriteria Hasil : 2. Identifikasi riwayat pemberian
5. Kontrol pengeluaran feses makanan
meningkat 5 3. Identifikasi gejala invaginasi
6. Konsistensi feses membaik 5 4. Monitor warna, volume, frekwensi,
7. Frekuensi defekasi membaik 5 dan konsistensi tinja.
8. Peristaltik usus membaik 5 5. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit
didaerah perineal
7. Monitor jumlah pengeluaran diare
8. Monitor keamanan penyiapan
makanan
Terapeutik
6. Berikan asupan cairan oral
7. Pasang jalur intravena
8. Berikan cairan intravena
9. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
10. Ambil sampel feses untuk kultur, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan,
pembentuk gas, pedas, dan
mengandung lactose
3. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
2. Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/ spasmolitik
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses.
E. IMPLEMENTASI
Tanggal No. Implementasi Respon TTD
/Jam DP
Senin, I 1. Melakukan identifikasi penyebab Ds:
9–11- diare pada pasien - Ibu mengatakan anaknya
2020 2. Melakukan pengambilan sample diare > 10x/hari dengan
08.00 darah untuk pemeriksaan laborat konsistensi encer
WIB II 3. Melakukan monitor dan status - Ibu mengatakan anaknya
dehidrasi pada pasien lemes
4. Melakukan penimbangan berat Do:
badan pasien - HR : 119x/mnt, RR : 26
o
III 5. Mengkaji status nutrisi pasien x/mnt, S : 36,7 C
- Pasien tampak lemas
- BAB cair > 10x konsistensi
encer
- Pasien berat badannya 13
kg
- Tampak sample darah
sudah diambil untuk
pemeriksaan darah rutin dan
elektrolit
08.00 II, III Berikan terapi sesuai advice dokter Ds. –
Do. Inj. Ondansentron ½
amp melalui IV dan PO zink
1 x 10mg dan L-bio ½
sachet
11.30 III Memberikan intake nutrisi sesuai Ds: Ibu pasien mengatakan
program menghabiskan ½ porsi
makan
Do:
- Pasien tampak
menghabiskan ½ porsi
makan
- Pasien masih tmpak lemas
12.00 I, II, Melakukan monitor keadaan umum Ds: -
III dan TTV Do:
KU. Lemah composmentis
HR : 109x/mnt, RR : 25
o
x/mnt, S : 36,7 C