Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan umur harapan hidup bisa menimbulkan kenaikan jumlah

lanjut usia. Kenaikan jumlah lanjut usia hendak memunculkan bermacam

kendala kesehatan, semacam penyakit degeneratif serta kanker, dan

penyusutan produktivitas lanjut usia akibat penyusutan guna raga( Rohaedi,

Gadis,& Karimah, 2016). Pada sesi ini identitas lanjut usia umumnya

lebih mencerminkan esensi kehidupannya secara lebih intensif serta

berupaya mendekatkan diri dengan Tuhan( Angkatan laut(AL) Munawaroh,

Doriza serta Hamiyati, 2017)

Perihal ini di buktikan dengan jumlah penduduk dunia bersumber pada

informasi Perserikaan Bangsa- bangsa( PBB) tentang World Population

Ageing, diperkirakan pada tahun 2018 ada 901 juta jiwa penduduk lanjut

umur di dunia. Jumlah tersebut diproyeksikan terus bertambah menggapai

2( 2) miliyar jiwa pada tahun 2050( UN, 2018). Semacam halnya yang

terjalin di negara- negara di dunia, Indonesia pula hadapi penuaan

penduduk. Berdasarkan informasi Survey Penduduk antar Sensus( Supas)

2018 jumlah lanjut umur Indonesia sebanyak 21, 7 juta ataupun 8, 5%.

Dari jumlah tersebut, terdiri dari lanjut usia wanita 11, 6 juta( 52, 8%)

serta 10, 2 juta( 47, 2%) lanjut umur pria( BPS, 2018). Perihal ini

menampilkan kalau Indonesia tercantum negeri yang hendak merambah

masa penduduk menua( ageing population), sebab jumlah penduduk yang

1
berumur 60 tahun ke atas sudah melebihi angka 7, 0%. Bersumber pada

hasil Sensus penduduk 2018, secara universal jumlah penduduk lanjut usia

di Provinsi Sulawesi Utara sebanyak 191. 853 orang ataupun 8, 45 persen

dari totalitas penduduk. Jumlah penduduk lanjut usia wanita( 103. 673

orang) lebih banyak dari jumlah penduduk lanjut usia pria( 88. 180 orang).

Sebarannya jauh lebih banyak di wilayah perdesaan( 114. 836 orang)

dibanding di wilayah perkotaan( 77. 017 orang).

Lansia hendak hadapi proses penuaan, yang bisa menimbulkan

penyusutan guna. Kendala kesehatan akibat penyusutan guna antara lain

kendala rungu, kendala penglihatan, penyakit sendi serta tulang, kendala

usus serta penyusutan kemandirian. Tingkatan kemandirian lanjut usia bisa

dilihat pada keahlian lanjut usia dalam melaksanakan kegiatan tiap hari,

semacam mandi, mensterilkan baju, ke wc, pindah tempat, sanggup

mengendalikan BAK ataupun BAB, dan sanggup makan sendiri .( Rohaedi

dkk., 2016). Kemandirian lanjut usia berarti tidak terdapat pengawasan aktif,

tutorial ataupun dorongan individu( Maryam, 2008).

Kemandirian lanjut usia bertambah sampai umur 40- 50, mulai

menyusut sehabis umur 50, serta menyusut tajam sehabis umur 60( Asri,

2018). Lanjut usia hadapi penuaan, serta proses penuaan cenderung

merendahkan derajat kemandirian lanjut usia. Penyusutan guna raga pula

bisa menimbulkan penyusutan kemandirian lanjut usia dalam

melaksanakan ADL tiap hari( active daily living)( Maryam, 2008).

2
Dukungan keluarga jadi terus menjadi berarti dalam memelihara serta

menginspirasi nilai- nilai kehidupan yang positif serta tingkatkan sikap

kesehatan yang baik( Pratikwo, Pietojo serta Widjanarko, 2006) Keadaan

universal lanjut usia yang tinggal bersama keluarga menampilkan keluarga

memegang peranan berarti pada kehidupan orang lanjut umur, terlebih

apabila orang lanjut umur tersebut hadapi bermacam kendala guna raga

serta mental. Sokongan keluarga yang terbaik hendak mendesak para

lanjut usia buat tingkatkan kesehatannya, tidak hanya itu kegiatan

keseharian para lanjut usia wajib tertib serta tidak kelewatan. Bagian dari

sokongan sosial merupakan cinta serta kepedulian. Dalam pembedahan

keluarga yang efisien, kepedulian serta kepedulian wajib dikira selaku

bagian dari kepedulian serta kepedulian tiap- tiap( Sampelan& Kun, 2015)

Khasiat keterlibatan keluarga hendak tingkatkan kesehatan/

kesejahteraan anggota keluarga tercantum lanjut usia( Friedman, 2010).

Keahlian lanjut usia dalam pemenuhan kegiatan tiap hari bila sokongan

keluarga yang maksimal diberikan hingga lanjut usia terdorong buat

mandiri dalam kegiatan satu hari hari, sehingga status kesehatanya

bertambah, bila tidak terdapat sokongan keluarga hingga lanjut usia

hendak bergantung dalam pemenuhan kegiatan tiap hari, hingga status

kesehatannya menyusut.

Dalam upaya tingkatkan kesejahteraan lanjut usia, pemerintah belum

menciptakan pemecahan buat tingkatkan kemandirian lanjut usia dalam

proses penuaan( Depkes RI, 2011). Dalam rangka memampukan keluarga

3
buat menunjang ADL kemandirian lanjut usia, terdapat sebagian metode

buat menghadapinya, ialah: untuk anggota keluarga, dengan harapan bisa

terbentuk atmosfer baru, anggota keluarga wajib berinisiatif buat

tingkatkan kemandirian lanjut usia., serta kerap membagikan latihan olah

raga Latihan( Karunia, 2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, merumuskan masalahnya yaitu

‘’Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian pada

lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari di kelurahan mahawu

lingkungan 3 kecamatan tuminting kota manado

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui ‘’hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian

pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari di kelurahan

mahawu lingkungan 3 kecamatan tuminting kota manado

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi dukungan keluarga pad lansia di kelurahan

mahawu lingkungan 3 kecamatan tuminting kota manado

b. Mengidentifikasi kemandiria pada lansia di kelurahan mahawu

lingkungan 3 kecamatan tuminting kota mando

c. Menganalisis Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian

lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari di kelurahan mahawu

lingkungan 3 kecamatan tuminting kota manado

4
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu dan

mengembangkan ilmu yang diperoleh selama berkuliah, oleh karena

itu penelitian ini merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu yang

dimiliki oleh penulis.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi penulis dalam hal hubungan dukungan

keluarga dengan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas

sehari-hari.

b. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini bisa dipakai sebagai rujukan dalam proses

pelayanan dibidang kesehatan kepada masyarakat, dalam hal

peningkatan”mutu dan kualitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini

juga diharapkan dapat menjadi referensi dalam sebuah upaya

peningkatkan manajemen mutu pelayanan terutama pada pelayanan

bidang keperawatan.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

5
Hasil dari penelitian ini diharpkan mampu menjadi sebuah

referensi dalam memperoleh sebuah informasi atau gambaran

untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Dukungan Keluarga

1. Definisi Dukungan Dan Keluarga

Dukungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan

suatu yang didukung, sokongan; dorongan. Sokongan pula bisa

dimaksud selaku membagikan dorongan/ motivasi ataupun semangat

serta nasihat kepada orang lain dalam suasana pembuat

keputusan( Chaplin, 2011) Dari komentar tersebut bisa disimpulkan

kalau sokongan merupakan seluruh suatu yang diberikan kepada

seorang supaya dia senantiasa bertahan pada apa yang dialami ataupun

dijalaninya

Keluarga merupakan 2 ataupun lebih dari 2 orang yang tergabung

sebab ikatan darah, ikatan pernikahan ataupun penaikan serta mereka

hidup dalam satu rumah tangga, berhubungan satu sama lain serta

didalam kedudukannya tiap- tiap menghasilkan dan mempertahankan

kebudayaan( Friedman, 2010). Sebaliknya bagi Ali( 2010), keluarga

merupakan 2 ataupun lebih orang yang bergabung sebab ikatan darah,

pernikahan serta adopsi dalam satu rumah tangga, yang berhubungan

satu dengan yang lain dalam kedudukan serta menghasilkan dan

mempertahankan sesuatu budaya.

2. Definisi Dukungan Keluarga

bagi Friedman( 2010) merupakan perilaku, aksi penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya, berbentuk sokongan

7
informasional, sokongan evaluasi, sokongan instrumental serta

sokongan emosional. Jadi sokongan keluarga merupakan sesuatu

wujud ikatan interpersonal yang meliputi perilaku, aksi serta

penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga

merasa terdapat yang mencermati..

Dukungan sosial keluarga merupakan suatu proses yang terjalin

sejauh masa kehidupan. Watak serta tipe sokongan sosial berbeda–

beda dalam bermacam tahapan siklus kehidupan. Tetapi demikian,

dalam seluruh sesi siklus kehidupan sokongan sosial keluarga

membuat keluarga sanggup berperan dengan bermacam keahlian serta

ide selaku dampaknya. Perihal ini tingkatkan kesehatan serta

menyesuaikan diri keluarga.

3. Fungsi keluarga

Menurut Friedman (2010) fungsi keluarga dibedakan menjadi lima yaitu

a. Fungsi emosional adalah fungsi utama keluarga yang mengajarkan

segalanya kepada keluarga.

b. Fungsi sosial adalah fungsi perkembangan dan sosial seorang anak

yang bersosialisasi dengan orang lain di rumah sebelum

meninggalkan rumah.

c. Fungsi reproduksi adalah fungsi memelihara keturunan dan

mempertahankan kelangsungan hidup keluarga.

8
d. Fungsi ekonomi yaitu fungsi keluarga dapat memenuhi kebutuhan

ekonomi dan menyediakan tempat untuk memenuhi kebutuhan

keluarga bagi mereka yang menambah penghasilan.

e. Fungsi keperawatan merupakan fungsi anggota keluarga agar dapat

menjaga kesehatan anggota keluarganya untuk menjaga

produktivitas yang tinggi.

4. jenis dukungan keluarga

Menurut Friedman (2010) ada empat jenis tipe dalam dukungan keluarga :

a. Bantuan emosional

Setiap orang pasti membutuhkan tempat yang nyaman dan

aman untuk beristirahat atau menenangkan pikiran. Setiap orang

memiliki berbagai macam masalah, dan mereka pasti

membutuhkan bantuan keluarga mereka untuk menyelesaikan

masalah yang mereka hadapi.

b. Dukungan evaluasi

Keluarga berperan sebagai wadah fasilitator atau mediator saat

menyelesaikan masalah yang muncul di rumah yang dihadapi

anggota keluarga. Dukungan dan perhatian yang diberikan

keluarga merupakan apresiasi positif bagi individu

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sumber pengawasan, bantuan untuk

kebutuhan pribadi, dan solusi yang dapat membantu individu

dalam melaksanakan aktivitas.

9
d. Dukungan informasi

Keluarga juga berperan sebagai pemberi informasi, berharap

individu dapat mengatasi permasalahan yang ada saat ini dari

informasi yang diberikan oleh keluarga.

5. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga merupakan kelas

sosial ekonomi orang tua serta tingkatan pembelajaran. Terus menjadi

besar tingkatan pembelajaran hingga terus menjadi besar pula

sokongan keluarga yang diberikan kepada anggota keluarga yang lain(

Friedman, 2010)

Menurut Purnawan (2008), terdapat dua faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga yaitu:

a. Faktor internal

1) Tahapan pertumbuhan, ialah sokongan bisa didetetapkan oleh

aspek umur, dalam perihal ini berkembang kembang merespon

serta menguasai pergantian kesehatan yang berbeda.

2) Pendidikan atau pengetahuan

Dukungan diberikan oleh para intelektual dengan latar balik

pembelajaran serta pengalaman masa kemudian Keahlian

kognitif hendak menolong penuhi faktor- faktor yang

10
berhubungan dengan penyakit serta memakai pengetahuan

kesehatan buat melindungi kesehatannya, sehingga mereka bisa

lebih kooperatif dalam membagikan sokongan. Sokongan buat

lanjut usia bergantung pada tingkatan pengetahuan keluarga.

Keluarga berpengetahuan luas hendak membagikan sokongan

data kepada lanjut usia buat berpartisipasi dalam aktivitas

posyandu lanjut usia..

3) Faktor emosional

Faktor emosional pula pengaruhi sokongan

implementasinya. Orang yang hadapi reaksi tekanan pikiran

dalam tiap pergantian hidupnya cenderung merespon

bermacam ciri penyakit, bisa jadi sebab takut penyakit tersebut

hendak mengecam nyawanya. Orang yang umumnya nampak

tenang bisa jadi mempunyai sedikit respons emosional

sepanjang sakit. Orang yang tidak bisa secara emosional

menjawab ancaman penyakit bisa jadi menyangkal kalau

mereka mempunyai indikasi penyakit serta menolak

penyembuhan.

4) Spiritual

Aspek-aspek yang bisa dilihat dalam kehidupan seorang

antara lain nilai- nilai serta kepercayaan yang diterapkan dalam

ikatan keluarga ataupun pertemanan.

b. Faktor eksernal

11
1) Dukungan praktik

Cara keluarga memberikan dukungan umumnya pengaruhi

kesehatan penderita. Misalnya: Bila keluarganya melaksanakan

perihal yang sama, pelanggan lebih cenderung mengambil aksi

penangkalan. Misal: seseorang anak, orang tuanya senantiasa

mengajaknya buat melaksanakan pengecekan kesehatan

teratur, hingga kala dia mempunyai anak dia hendak

melaksanakan perihal yang sama.

2) Faktor sosial ekonomi

Faktor- faktor yang bisa pengaruhi seorang buat mencari

sokongan serta persetujuan dari kelompok sosialnya, yang

hendak pengaruhi keyakinannya. Terus menjadi besar

tingkatan sosial ekonomi, reaksi mereka terhadap

permasalahan yang dialami anggota keluarga terus menjadi

besar.

3) Latar belakang budaya

Ini bisa pengaruhi kepercayaan individu, nilai- nilai, serta

metode membagikan sokongan, tercantum metode

mempraktikkan kesehatan individu. Sepanjang ini, keyakinan

keluarga serta warga hendak berakibat pada rendahnya

sokongan keluarga yang diberikan kepada lanjut usia.

B. Konsep Dasar Kemandirian ADL (Activities Daily Living)

1. Definisi Kemandirian

12
Kemandirian ialah perilaku orang yang di peroleh secara komulatif

dalam pertumbuhan dimana orang hendak terus belajar buat berlagak

mandiri dalam menghadapai bermacam suasana di area, sehingga

orang sanggup berfikir serta berperan sendiri. Dengan kemandirian

seorang bisa memilah jalur hidupnya buat tumbuh ke yang lebih

mntap( / Kemandirian lanjut usia dalam ADL didefinisikan selaku

kemandirian seorang dalam melaksanakan kegiatan serta fungsi-

fungsi kehidupan tiap hari yang dicoba oleh manusia secara teratur

serta umum( ediawaty, 2013)

2. Evaluasi independen

Untuk menentukan apakah fungsi itu independen atau dependen

(yaitu, derajat ketergantungan ditampilkan), standarnya dijelaskan

sebagai berikut:

a. Mandi

Klien memiliki kemampuan untuk menggosok / membersihkan

seluruh bagian tubuh. Jika klien hanya butuh bantuan, seperti

membersihkan bagian tubuh tertentu, bisa dikatakan mandiri.

Dikatakan bahwa itu tergantung pada apakah klien perlu membantu

dirinya sendiri melakukan lebih dari satu bagian tubuh.

b. Berpakaian

Jika Anda bisa mengenakan pakaian di lemari, mengenakan

pakaian Anda sendiri, mengancingkan atau membuka ritsleting

pakaian Anda, itu dikatakan mandiri.

13
c. Toilet

Jika lansia bisa ke toilet dan membersihkan organ ekskresi

sendiri, dikatakan sudah mandiri. Jika Anda membutuhkan pispot,

katanya tergantung.

d. Transferin

Dikatakan bahwa itu dapat bergerak secara independen dari

tempat tidur dan membutuhkan bantuan mekanis. Itu tergantung

pada apakah Anda selalu membutuhkan bantuan dengan aktivitas

ini.

e. Kontinensia

Apakah mereka dapat buang air besar sendiri dan buang air

kecil sendiri tergantung pada apakah salah satu atau keduanya

membutuhkan alat bantu.

f. Makan

Konon kalau boleh menyuap untuk makan dan mengambilnya

terpisah dari piring, itu mandiri (Tamher & Noorkasiani, 2009).

3. Faktor yang mempengaruhi kemandirian

Menurut Heryanti (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi

independensi antara lain:

a. Usia

14
Lansia yang telah memasuki kelompok usia 70 tahun berisiko

tinggi. Dalam keadaan normal, berbagai hal termasuk derajat

kemandirian dalam menjalankan aktivitas sehari-hari menjadi

berkurang.

b. Pendidikan

Kemandirian lansia dapat dipengaruhi oleh pendidikan lansia

dan gangguan sensorik (terutama penglihatan dan pendengaran),

serta penurunan kemampuan fungsional. Perguruan tinggi

seseorang akan mampu mempertahankan hidupnya lebih lama,

serta mempertahankan fungsi dan kemandiriannya untuk jangka

waktu yang lebih lama karena cenderung menjaga dan mencegah

kesehatannya.

c. Keadaan kesehatan

Lansia dengan derajat kemandirian yang tinggi adalah mereka

yang sangat sehat baik jasmani maupun rohani. Kemandirian lansia

dapat dilihat dari tingkat kesehatannya sehingga dapat menjalankan

aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).

d. Kondisi ekonomi

Lansia yang mandiri dalam kondisi ekonomi sedang akan

beradaptasi dengan kondisi yang dialaminya sekarang, seperti

perubahan gaya hidup. Setelah pensiun, pendapatan mereka

menurun dan mereka terpaksa menghentikan kegiatan yang

dianggap membuang-buang uang (Hurlock, 2008).

15
e. Kondisi sosial dan keluarga

Kondisi penting untuk menunjang kebahagiaan lansia adalah

menikmati kegiatan sosial bersama kerabat, keluarga dan teman


(Hurlock, 2008).

4. Komponen kemandirian

Menurut Durkheim (2008), ia memandang makna kemerdekaan dari

dua perspektif yang berpusat pada komunitas. Dalam pandangan ini,

Durkheim percaya bahwa kemandirian merupakan elemen dasar

moralitas yang bersumber dari masyarakat.Tumbuh dan

berkembangnya kemandirian dikaitkan dengan dua prasyarat

kemandirian, yaitu disiplin dan komitmen kepada tim. Oleh karena itu

individu yang mandiri adalah individu yang berani mengambil

keputusan berdasarkan pemahaman atas segala akibat dari

perbuatannya, oleh karena itu kemandirian merupakan kekuatan batin

individu melalui proses pencapaian kemandirian dan pencapaian

kesempurnaan (Bahara, 2008).

5. Pengertian Aktivitas Sehari-hari (Activities Daily Living/ADL)

kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari- hari. ADL ialah

kegiatan pokok pokok untuk perawatan diri. ADL meliputi antara lain:

ke wc, makan, berpakaian( berdandan), mandi, serta berpindah tempat(

Hardywinito serta Setiabudi, 2005 dalam Suparyanto, 2012).

Sebaliknya bagi Brunner& Suddarth (2002) dalam Suparyanto,

( 2012), ADL merupakan kegiatan perawatan diri yang wajib penderita

jalani tiap hari buat penuhi kebutuhan serta tuntutan hidup tiap hari..

16
ADL merupakan keahlian dasar serta tugas okupasional yang wajib

dipunyai seorang buat menjaga dirinya secara mandiri yang dikerjakan

seorang tiap harinya dengan tujuan buat penuhi/ berhubungan dengan

kedudukannya selaku individu dalam keluarga serta warga( Sugiarto,

2005 dalam Suparyanto, 2012).

Sebutan ADL mencakup perawatan diri( semacam berpakaian,

makan serta minum, toileting, mandi, berhias, pula mempersiapkan

santapan, mengenakan telpon, menulis, mengelola duit serta

sebagainya) serta mobilitas( semacam berguling di tempat tidur,

bangun serta duduk, transfer/ beralih dari tempat tidur ke sofa ataupun

dari satu tempat ke tempat lain)( Sugiarto, 2005 dalam Suparyanto, 2012).

6. Pengukuran kemandirian pada ADL (Activities Daily Living)

Pengkajian ADL (active daily life) penting dilakukan untuk

mengetahui tingkat ketergantungan kebutuhan lansia dalam kehidupan

sehari-hari. Indeks Barthel dapat digunakan untuk mengukur

kemandirian ADL (active daily life) lansia. Indeks Barthel digunakan

untuk mengukur kemandirian fungsional dalam perawatan diri dan

mobilitas. Mao (2010) mengemukakan bahwa indeks barthel dapat

digunakan sebagai kriteria untuk menilai kemampuan fungsional

khususnya pada lansia.

Tabel 2.1 indeks brthel menurut Giovani Bastian 2012

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah klien (lansia) makan tanpa bantuan
dari orang lain?
2 Apakah klien (lansia) dapat berpindah dari

17
ketempat tidur dan sebaliknya tanpa bantuan
dari keluarga ?
3 Apakah klien (lansia) dapat menjaga keb
ersihan diri sendiri tanpa bantuan keluarga ?
4 Apakah klien (lansia) bisa mandi sendiri atau
dibantu keluarga ?
5 Apakah klien (lansia) bias berjalan sendiri
dijalan yang datar tanpa bantuan dari
keluarga ?
6 Apakah klien(lansia) bias naik tangga tanpa
bantuan dari keluarga ?
7 Apakah klien (lansia) dapat mengenakan
pakaian, termasuk mengenakan sepatu/sandal
sendiri tanpa bantuan keluarga ?
8 Apakah klien(lansia) dapat mengontrol
defekasi tanpa bantuan keluarga ?
9 Apakah mengontrol dan berkemih mendapat
bantuan dari keluarga ?

C. Konsep Dasar Lansia

1. Devinisi Lansia

Lanjut usia lelet laun hendak hadapi pengurangan jaringan,

sehingga lanjut usia sangat berisiko terkena penyakit serta rentan

terhadap peradangan serta kendala eksternal( Padila, 2013). Jadi tua

merupakan proses hilangnya guna jaringan secara lama- lama,

sehingga kelompok umur tersebut rentan terhadap

peradangan( Mujahidullah, 2012). Bagi Darmanto( 2015), sebagian

besar penduduk umur 60- 74 hendak mulai hadapi pergantian raga

serta mental. Semenjak merambah sesi lanjut umur, kesehatan raga

hendak menyusut( Kundari, 2013)

2. Batasan usia tua

18
1. Bagi( Departemen Kesehatan, 2010) Kelompok lanjut umur

merupakan orang yang berumur di atas 60 tahun yang dibagi jadi 3

ialah :

a. Penduduk lanjut usia dini( antara 45-<60 tahun) ialah

penduduk lanjut umur, ataupun baru merambah sesi lanjut

umur.

b. Kelompok lanjut umur( umur 60- 70 tahun).

c. Kelompok beresiko tinggi adalah lansia di atas 70 tahun.

1. Menurut organisasi kesehatan dunia (2010)

Pembagian umur dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

a. Paruh baya yaitu kelompok umur 45-59 tahun.

b. Kelompok usia lanjut adalah 60-70 tahun.

c. Lansia dalam kelompok usia 70-90 tahun. (sangat tua)

d. Berusia lebih dari 90 tahun.

2. Kegiatan lansia

Aktivitas orang lanjut usia memiliki arti yang sama dengan

orang yang secara spontan mengungkapkan perasaan dan

pikirannya atau memiliki aktivitas yang menyibukkan orang

tersebut (Depdiknas, 2010). Ada dua jenis kegiatan yaitu:

1. Kelompok kegiatan

19
a. Pengetahuan (knowledge) mendominasi dan sangat penting

dalam membentuk perilaku masyarakat.

b. Sikap adalah reaksi sebelum mengambil tindakan atau

kemauan untuk mengambil tindakan.

c. Tindakan (latihan) adalah tindakan setelah mengetahui

bahwa apa yang Anda terima itu baik (Notoatmodjo, 2010)

2. Grup tidaak di aktifkan

Artinya, bagi kelompok yang cepat mengalah atau putus

asa, semua masalah dianggap berat dan sempit (Suryabrata, 2006)

3. Faktor, Yang Mempengaruhi aktivitas lansia

1. Pemahaman lanjut usia tentang posyandu lansia

Minimnya pengetahuan hendak jadi hambatan untuk lanjut

usia buat menjajaki aktivitas posyandu lanjut usia. Uraian

tujuan serta khasiat posyandu bisa memunculkan

kesalahpahaman serta pada kesimpulannya menimbulkan

kunjungan ke posyandu lebih sedikit( Purnama, 2010)

2. Dukungan keleuarga

Dukungan keluarga sangat berarti buat memotivasi para

lanjut usia berpartisipasi dalam aktivitas posyandu lanjut usia.

Keluarga bisa jadi motivasi yang kokoh untuk para lanjut usia

20
buat mendampingi lanjut usia ke posyandu, menegaskan

agenda ataupun menuntaskan kasus lanjut usia( Efendi, 2008).

3. Motvasi lansia

Motivasi inilah yang membuat seorang berperan, serta ialah

pengaruh interaksi seorang dengan suasana yang hendak

dihadapinya (Nursalam, 2008).

4. Kondisi .fisik

Keadaan raga yang sangat lemah sehingga lanjut usia tidak

bisa dengan bebas memakai fasilitas serta prasarana sehingga

tidak bisa memakai pelayanan kesehatan secara pas, tujuannya

buat mempermudah lanjut usia dalam melaksanakan aktivitas

lewat partisipasi warga (Notoatmodjo, 2007).

D. Penelitian terkait

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Sampelan, Kundre & Lolong,

2015 dengan judul“ Ikatan sokongan Keluarga dengan Kemandirian Lanjut

usia dalam Pemenuhan Kegiatan Tiap hari Di Desa Batu Kecamatan

Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara” Desain riset merupakan

Analitik Observasional pendekatan cross sectional. Populasi dalam riset

ini merupakan segala lanjut usia yang terdapat di Desa Batu Kecamatan

Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara, yang berjumlah 172 orang

dengan Pengambilan ilustrasi dalam riset ini memakai metode Random

Sampling, instrument yang digunakan yakni kuesioner serta analisa

informasi yang digunakan univariat serta bivariat dengan uji chi- square.

21
Hasil riset ini di peroleh nilai p=0. 003 yang berarti p<α=0, 05 hingga bisa

disimpulkan kalau sokongan keluarga terletak pada jenis baik sebanyak

44( 69. 8%) responden, serta kemandirian lanjut usia yang sebagian besar

tercantum dalam jenis baik ialah 41( 65. 1%) responden, hingga dari itu

hendaknya keluarga supaya senantiasa membagikan sokongan kepada

lanjut usia supaya kemandirian lanjut usia lebih baik.

22
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang diteliti
(Setiadi, 2015).

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel independen variabel dependen

KEMANDIRIAN LANSIA
DUKUNGAN DALAM MELAKUKAN
KELUARGA AKTIFITAS SEHARI-HARI

Keterangan : Variabel yang di teliti

Hubungan yang Mempengaruhi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas sehari-hari di

kelurahan mahawu kecamtan tuminting.

B. Hipotesa

Menurut Sugiyono (2015: 132) Hipotesis menggambarkan sebuah jawaban

senmentara terhadap sebuah rumusan pada masalah penelitian,

keberangkatan dari sebuah sifat sementara karena premis yang dibuat

berdasrakan pada teoritis. Rumusan pada hipotesis berdasrkan kerang pikir

dari penelitian yang menjadi jawaban sementara atas permasalahan yang

23
telah dirumuskan. Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka dan

uraian di atas, diajukan dua hipotesis alternatif pada penelitian ini Ha dan

Ho sebagai berikut:

HA : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia

dalam melakukan aktivitas sehari-hari di kelurahan mahawu

kecamatan tuminting

H0 : Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia

dalam melakukan aktivitas sehari-hari di kelurahan mahawu

kecamatan tuminting

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel independen kerap diucap selaku variabel stimulus,

predictor, antecendent serta di sebut selaku variabel leluasa ialah

variabel yang pengaruhi ataupun yang jadi karena pergantian ataupun

munculnya variabel dependen( terikat)( Sugiyono, 2016). Ada pula

variabel independen dalam riset ini merupakan: sokongan keluarga

pada lansia

2. Variabel Dependen

Variabel dependen kerap diucap selaku variabel output, kriteria,

konsekuen. Dalam bahasa indonesia kerap diucap selaku variabel

terikat ialah variabel yang dipengaruhi ataupun yang jadi akibat sebab

terdapatnya variabel leluasa( Sugiyono, 2016). Ada pula variabel

24
dependen dalam riset ini merupakan: kemandirian lanjut usia dalam

melaksanakan kegiatan sehari- hari

D. Definisi Operasional

Definisi operasional murupakan suatu pengertian yang dibuat oleh

peneliti itu sendiri dan tidak melenceng dari teori yang ada (Wiratna,2014).

Tabel 2.1 definisi operasional

No Variabel Devinisi operasional Parameter Alat Skal Skor


ukur a

1 Independe Dukungan keluarga Dukungan Kusio Ordi >50duk


n adalah suatu bentuk informasional ner nal ungan
Dukungan hubungan interpersonal Dukungan keluarg
Keluarga yang meliputi sikap, penilaian a baik
tindakan dan Dukungan 50<
penerimaan terhadap emosional dukung
anggota Dukungan an
keluarga,sehingga instrumental kelurag
anggota keluarga kurang
merasa ada yang
memperhatikan
2 Dependen Sikap dan perilaku lansia 1.pengendalia kuisio ordi >15
Kemandiri yang melakukan aktivitas n rangsangan ner nal mandiri
an lansia sehari-hari tanpa bntuan pembuangan 15<
dalam orng lain tinja dan tidak
melakukan berkemih mandiri
aktivitas 2.membersihk
sehari-hari an diri :
muka,sisir
rambut, sikat
gigi
3.penggunaan
toilet masuk
dan keluar
melepaskan,
memakain,cel
ana,
membersihka
n,menyiram
4.makan
5.berubah
posisi dari

25
berbaring ke
duduk
6.berpindah
atau berjalan
7.memakai
baju
8.mandi

26
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Rancangan Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah suatu

penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan

variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu

yang sama (Sugiyono, 2016).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelurahan mahawu kecamatan

tuminting

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada bulan

C. Populasi Dan Smpel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmojo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah selutuh lansia yg

berada di kelurhan mahawu

2. Sampel

Sampel adalah merupakan bagian yang akan diambil sebagai bahan

penelitian dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Suyanto, 2011).

27
D. Kriteria smpel

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjektif penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2013).

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1. Lansia yang berusia 60 tahun ke atas.

2. Lansia yang tinggal dengan keluarga

3. bersedia menjadi responden

b. kriteria eklsusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang tidak memenuhi kreteria inklusi dari studi karena sebagai sebab.
(Anggito & Setiawan, 2018)

1. lansia yang tinggal sendiri

2. lansia yang tidak bersedia menjadi responden

E. Instrumen Penelitian

instrumen penelitian adalah sebuah alat yang digunakan oleh peneliti

untuk melakukan observasi, mengukur, atau menilai sebuah fenomena


(Dharma,2015).

Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuisioner

1. Variabel independen

Variabel untuk dukungan keluarga diukur menggunakan kuesioner

yang diambil dari kuesioner penelitian Sitanggang (2015) yang sudah

melakukan uji validitas dan realibilitas. Kuesioner terdiri dari identitas

umum responden meliputi: nama, usia, jenis kelamin, tinggal serumah

28
dengan, masalah kesehatan, pekerjaan, pendidikan. Kuesioner terdiri

dari 20 pertanyaan dari 4 komponen yaitu dukungan emosional 5

pertanyaan, dukungan informasi 5 pertanyaan, dukungan instrumental

5 pertanyaan, dan dukungan penilaian 5 pertanyaan. Dengan pilihan

jawaban “tidak pernah”, “kadang-kadang”, “sering”, “selalu”.

Klasifikasi skor sebagai berikut

a. Skor > 50 = dukungan keluarga baik

b. Skor <50 = dukungan keluarga kurang

2. Variabel dependen

Variabel kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari

diukur menggunakan kuesioner yang diambil dari kuesioner penelitian

giovani bastian (2012) yang sudah melakukan uji validitas dan realibilitas.

Kuesioer ini terdiri dari 9 pertanyaan dengan pilihan jawaban “YA”

dan “ tidak”.

Klasifikasi skor sebagai berikut

a. Skor > 15 = mandiri

b. Skor <15 = tidak mandiri

F. Prosedur pengumpulan data

1. Data primer

Data primer adalah data tangan pertama yang diperoleh langsung

dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran data

langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari Invalid

29
source specified. Data primer dari penelitian ini adalah hasil

wawancara langsung dengan responden.

2. Data sekunder

Data sekunder atau data dari tangan kedua adalah data yang

didapatkan melalui pihak lain, atau tidak diperoleh secara langsung

oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya

berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia


(Siswanto & Suyanto, 2018).

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Nursalam, 2013).

a. Prosedur administratif

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti melakukan

survey ke kelurahan mahawu kecamatan tuminting

1. Meminta surat izin survey awal penelitian di bagian akademik

STIKES Muhammadiyah Manado.

2. Menyerahkan surat izin survey penelitian kepada pihak

kelurahan mahawu kecamatan tuminting

a) Peneliti melakukan pendekatan pada responden dengan

menjelaskan maksud dan tujuan.

b) Meminta data survey pada pihak kelurahan mahawu

kecamatan tuminting

c) Penelitian dilakukan setelah mendapatkan surat ijin

penelitian dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

30
Muhammadiyah Manado yang ditunjukan kepada pihak

kelurahan mahawu kecamatan tuminting

b. Presedur teknis

1. Peneliti meminta ijin kepada pihak kelurahan mahawu

kecamatan tuminting kemudian menyampaikan maksud dan

tujuan peneliti.

2. Peneliti mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria

kemudian peneliti memperkenalkan diri pada responden dan

menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat,

prosedur penelitian, hak untuk menolak dan jaminan

kerahasiaan sebagai responden.

3. Jika responden menyetujui dan ikut berpartisipasi dalam

penelitian, peneliti meminta membaca dan menandatangani

lembar persetujuan. Kemudian peneliti membagikan kuesioner

dan memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi

kuesioner. Peneliti berada didekat responden sehingga

responden mempunyai kesempatan untuk bertanya jika ada hal

yang tidak dimengerti. Setelah selesai, peneliti mengumpulkan,

kembali dan memeriksa serta memastikan bahwa semua

pertanyaan telah dijawab oleh responden.

G. Pengolahan data

31
Setelah di bagikan pada responden dan telah di isi oleh responden akan

dilihat kelengkapan pengisiannya (Setiadi, 2014).

1. Editing (mengedit)

Editing yaitu peneliti memeriksa kembali data dan

menyelesaikkannya dengan rencana semula seperti yang diinginkan

apakah tidak ada yang salah.

2. Coding (pengkodeaan)

Coding yaitu peneliti memberikan kode untuk setiap kategori

jawaban pada lembar pertanyaan wawancara dan lembar kuesioner.

3. Tabulating

Tabulating yaitu peneliti menyusun data yang telah di peroleh

berdasarkan variabel yang telah di telliti.

4. Cleaning

Memberikan data dengan melihat variabel-variabel yang digunakan

apakah data-datanya sudah benar atau belum.

5. Describing

Yaitu menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah di

kumpulkan.

H. Analisa Data

1. Analisa univariat

Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil

pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah

menjadi informasi yang berguna dan pengolahan datanya hanya satu

32
variabel saja,sehingga di namakan univariat.Tabel distribusi frekuensi

di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

p = f/n x 100

K eterangan :

P = Presentasi

F = Frekuensi

N = Jumlah Sampel

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat merupakan sebuah analisa yang dilakukan lebih

dari dua variable. Analisis data ditujukkan untuk menjawab tujuan

penelitian dan menguji hipotesis penelitian. Untuk maksud tersebut, uji

statistic yang di gunakan adalah uji Chi-Square dengan tingkat

kemaknaan (α) ≤ 0.05 dengan menggunakan program SPSS 16,0. Jika

nilai signifikan (P) lebih kecil dari α maka hasil penelitian diterima,

dan jika nilai signifikan P lebih besar dari α maka hasil penelitian

ditolak.

I. Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai objektif boleh

bertentangan dengan etika. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak

peneliti harus di lindungi (Nursalam, 2013).

1. Lembaran persetujuan menjadi responden (informed consent)

33
Informasi harus diberikan secara lengkap tentang tujuan peneliti

yang akan di laksanakkan, subjek mempunyai hak untuk bebas

menolak atau berpartisipasi menjadi responden.

2. Kerahasiaan (confidentiality)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek maka nama subjek tidak

cantumkan pada lembar kuesioner yang di teliti hanya di beri kode

tertentu.

3. Tahap nama (Anonimity)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden di jamin

oleh penelitiannya kelompok, data yang tertentu yang akan disajikan

atau di laporkan pada hasil penelitian.

34
35

Anda mungkin juga menyukai