Anda di halaman 1dari 17

FITOKIMIA

GLIKOSIDA SIANOGENIK

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6
1. Nunung Nurajijah (13334018)
2. I Dewa Gede Putra Aditya (14334029)
3. Ahmad Taufik Daulay (16334724)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAIN DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020

Glikosida Sianogenik | 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
ini dengan judul “ GLIKOSIDA SIANOGENIK” dapat tersusun hingga selesai .Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Juli 2020

Penulis

Glikosida Sianogenik | 2
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6
2.1. Pengertian .......................................................................................... 6
2.2. Glikosida Sianogenik pada tanaman ................................................... 6
2.3. Tahap Pelepasan Asam Sianida .......................................................... 8
2.4. Mekanisme Toksisitas Asam Sianida ................................................ 8
2.5. Penanganan Tanaman yang Mengandung Glikosida Sianogenik ....... 9
2.6. Analisis Keberadaan Glikosida Sianogenik pada Tanaman ............... 10
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 11
3.1. Pembahasan Jurnal ............................................................................. 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 16
4.1. Kesimpulan ......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

Glikosida Sianogenik | 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang paling utama karena sebagai
sumber energi untuk melakukan segala aktivitas dalam hidupnya. Salah satu sumber energi
pangan adalah karbohidrat yang terdapat pada tumbuhtumbuhan seperti beras, jagung,
gandum, dan umbi-umbian. Umbi-umbian merupakan bahan pangan yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat, karena selain pengganti beras umbi-umbian juga dapat diolah sebagai
sumber makanan lain seperti keripik, biskuit, dan lain-lain. Oleh karena itu banyak
masyarakat memanfaatkan umbi-umbian tersebut mulai dari masyarakat daratan maupun
masyarakat yang ada di pesisir laut. Salah satu jenis umbi-umbian. Ubi Kayu (Manihot
esculenta Crantz) telah lama menjadi makanan pokok rakyat Indonesia setelah beras, jagung,
dan sagu. Tanaman ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat
alternatif pengganti beras. Terlepas dari potensinya sebagai bahan pangan, pakan, dan bahan
baku industri, ubi kayu juga menghasilkan senyawa sianogen yang dikenal sebagai
glukosida sianogenik yang berbahaya bagi kesehatan (Cereda & Mattos 1996; Cardoso et al.
2005).

Glikosida sianogenik adalah senyawa hidrokarbon yang terikat dengan gugus CN dan
gula. Menurut Winarno (2004) bahwa glikosida sianogenik merupakan senyawa yang
terdapat dalam bahan makanan nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat
terurai dan mengeluarkan hidrogen sianida. Selanjutnya menurut Utama dalam Tintus (2008)
bahwa asam sianida merupakan senyawa beracun yang dapat mengganggu kesehatan serta
mengurangi bioavailabilitas nutrien didalam tubuh. Perera dalam Stephanie (2013)
mengatakan cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan asam sianida adalah pencucian,
pemanasan dan pengeringan dengan sinar matahari. Sementara untuk masyarakat Torosiaje
biasanya menghilangkan senyawa tersebut dengan cara konvensional yaitu dengan cara
mengupas kulitnya dengan pisau kemudian direndam dengan air tawar. Selain dengan cara
tersebut, cara lain untuk menghilangkan atau mengeliminasi zat antinutrisi adalah melalui
teknologi fermentasi agar kandungan asam sianida (HCN). Menurut Adamafio et al., (2010).

Proses fermentasi sangat baik digunakan sebagai upaya untuk menurunkan kandungan
asam sianida yakni memanfaatkan jasa mikroorganisme seperti Aspergillus niger, karena
kapang ini dapat menghasilkan enzim selulase, amilase, amiglukosidase, pektinase dan
βglukosidase. Zubaidah (2012) menyatakan bahwa kapang Aspergillus niger dikenal
perananya dapat menghasilkan enzim selulase yang berperan dalam mendegradasi selulosa
yang membungkus pati pada ubi, dimana kadar selulosa pada ubi cukup tinggi. Selanjutnya

Glikosida Sianogenik | 4
Aspergillus niger juga dapat menghasilkan enizm β- 3 glukosidase yang dapat menguraikan
senyawa glukosida sianogenik. Kandungan asam sianida (HCN) akan mengalami penurunan
seiring dengan bertambahnya lama fermentasi karena semakin bertambah waktu fermentasi
maka semakin meningkat pula kemampuan enzim dalam mendegradasi asam sianida menjadi
senyawa yang tidak membahayakan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Zubaidah dkk., (2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimasud dengan glikosida sianogenik?
2. Bagaimana struktur umum glikosida sianogenik?
3. Apa saja sumber tanaman senyawa glikosida sianogenik?
4. Bagaimana cara ekstraksi dan pemisahan senyawa glikosida sianogenik (sianida)?
5. Bagaimana efek farmakologi senyawa glikosida sianogenik?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi glikosida sianogenik
2. Mengetahui struktur umum glikosida sianogenik
3. Menegtahui sumber tanaman senyawa glikosida sianogenik
4. Mengetahui cara ekstraksi dan pemisahan senyawa glikosida sianogenik (sianida)
5. Mengetahui efek farmakologi senyawa glikosida sianogenik

Glikosida Sianogenik | 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Glikosida sianogenik adalah senyawa hidrokarbon yang terikat dengan gugus CN dan
gula. Beberapa tanaman tingkat tinggi dapat melakukan sianogenesis, yakni membentuk
glikosida sianogenik sebagai hasil sampingan reaksi biokimia dalam tanaman. Rumus
bangun glikosida sianogenik secara umum dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Struktur umum glikosida sianogenik

Keberadaan glikosida sianogenik pada tanaman memiliki fungsi penting terhadap


kelangsungan hidup tanaman tersebut. Glikosida sianogenik berperan sebagai sarana
protektif terhadap gangguan predator terutama herbivora. Adanya kerusakan jaringan pada
tanaman akibat hewan pemakan tumbuhan akan menyebabkan pelepasan HCN yang
mengganggu kelangsungan hewan tersebut. Pada Trifolium repens, keberadaan glikosida
sianogenik berfungsi untuk melindungi kecambah yang masih muda agar tidak dimakan
siput dan keong.

2.2 Glikosida Sianogenik Pada Tanaman

Glikosida sianogenik terdistribusi pada lebih dari 100 famili tanaman berbunga. Senyawa
ini juga ditemukan pada beberapa spesies paku-pakuan, fungi, dan bacteria. Senyawa
glikosida sianogenik yang paling terkenal diantaranya adalah amigdalin dan Linamarin.
Jenis spesies yang mengandung senyawa glikosida sianogen tertentu dapat dilihat pada table
1.

Glikosida Sianogenik | 6
Tabel 1. Jenis senyawa glikosida sianogenik dan tanamannya

Jenis sianogen Spesies


glikosida Nama umum Nama latin
Amigdalin Almond Prunus amygdalus
Dhurrin Shorgum Shorgum album
Linamarin Singkong Manihot esculenta
Lotaustralin Singkong Manihot
carthaginensis
Prunasin Stone fruits Prunus sp.
Taxyphyllin Bambu Bambusa vulgaris

Kadar glikosida sianogenik dalam tanaman berbeda-beda. Kandungan total glikosida


sianogenik pada tanaman ditentukan oleh umur dan varietas tanaman.

Gambar 2. Rumus bangun beberapa senyawa glikosida sianogenik

Glikosida Sianogenik | 7
2.3 Tahap Pelepasan Asam Sianida

Glikosida sianogenik dapat terhidrolisis secara enzimatis menghasilkan asam sianida


(HCN), atau asam prusat yang sangat beracun. Hidrolisis ini dilakukan oleh enzim Beta
glikosidase, menghasilkan gula dan sianohidrin. Tahap berikutnya adalah degradasi
sianohidrin menjadi HCN dan senyawa keton atau aldehid. Tahap lain dari hidrolisis
Glikosida sianogenik adalah melalui enzim Hidroksinitril Liase yang tersebar luas pada
berbagai tanaman. Pada tanaman utuh, keberadaan enzim hidroksinitrilliase dengan
Glikosida sianogen terpisah. Namun, pada saat terjadi kerusakan jaringan tertentu pada
bagian tanaman tersebut, maka enzim ini akan langsung bertemu dengan senyawa glikosida
sianogen hingga pelepasan HCN dapat terjadi. Reaksi peruraian glikosida sianogenik hingga
dihasilkan asam sianida dapat dilihat pada gambar 3.

Glikosida sianogenik Sianohidrin Keton/aldehid + Asam sianida

Gambar 3. Peruraian glikosida sianogenik hingga dihasilkan HCN yang toksik.

2.4 Mekanisme Toksisitas Asam Sianida

Asam sianida (HCN) yang dilepaskan merupakan senyawa toksik berspektrum luas pada
setiap organisme. Hal ini disebabkan oleh kemampuannya mengikat mineral-mineral seperti
Fe2+, Mn2+ dan Cu2+ yang amat penting peranannya sebagai kofaktor untuk
memgoptimalkan kerja enzim, menghambat proses reduksi Oksigen rantai pernafasan
tingkat sel oleh sitokrom oksidase, transport electron pada proses fotosintesis, dan aktivitas
beberapa enzim semisal katalase, oksidase, dll.

Salah satu mekanisme toksisitas HCN yang paling umum adalah berikatan dengan Ion
besi. HCN setelah dilepas dengan cepat diabsorpsi dari saluran gastrointestinal masuk ke
dalam darah. Ion Cianida (CN- ) selanjutnya berikatan dengan Fe heme dan bereaksi dengan
ferric (oxidasi) dalam mitokondria membentuk cytochrome oxidase di dalam mitokondria,
membentuk kompleks stabil dan menahan jalur respirasi. Akibatnya hemoglobin tidak bisa
melepas oxygen dalam sistem transport electron dan terjadi kematian akibat hipoksia selular
(sel-sel kekurangan oksigen).

Glikosida Sianogenik | 8
2.5 Penanganan Tanaman Pangan Yang Mengandung Glikosida Sianogenik

1. Singkong

Singkong mengandung racun linamarin dan lotaustralin, yang keduanya termasuk golongan
glikosida sianogenik. Linamarin terdapat pada semua bagian tanaman, terutama
terakumulasi pada akar dan daun. Singkong dibedakan atas dua tipe, yaitu pahit dan manis.
Singkong tipe pahit mengandung kadar racun yang lebih tinggi daripada tipe manis. Jika
singkong mentah atau yang dimasak kurang sempurna dikonsumsi, maka racun tersebut
akan berubah menjadi senyawa kimia yang dinamakan hidrogen sianida.

Singkong manis mengandung sianida kurang dari 50 mg per kilogram, sedangkan yang pahit
mengandung sianida lebih dari 50 mg per kilogram. Meskipun sejumlah kecil sianida masih
dapat ditoleransi oleh tubuh, jumlah sianida yang masuk ke tubuh tidak boleh melebihi 1 mg
per kilogram berat badan per hari.

Gejala keracunan sianida seperti yang terdapat pada singkong diantaranya penyempitan
kerongkongan, mual, muntah, sakit kepala, bahkan pada kasus berat dapat menimbulkan
kematian. Untuk mencegah keracunan singkong, sebelum dikonsumsi sebaiknya singkong
(terutama singkong pahit) dicuci untuk menghilangkan tanah yang menempel, kulitnya
dikupas, dipotong-potong, direndam dalam air bersih yang hangat selama beberapa hari,
dicuci, lalu dimasak sempurna, baik itu dibakar atau direbus, namun untuk singkong tipe
manis sebenarnya hanya memerlukan pengupasan dan pemasakan untuk mengurangi kadar
sianida ke tingkat non toksik.

2. Pucuk Bambu (Rebung)

Racun alami pada pucuk bambu termasuk dalam golongan glikosida sianogenik pula
sehingga gejala keracunannya mirip dengan gejala keracunan singkong, antara lain meliputi
penyempitan kerongkongan, mual, muntah, dan sakit kepala. Untuk mencegah keracunan
akibat mengkonsumsi pucuk bambu, maka sebaiknya pucuk bambu yang akan dimasak
terlebih dahulu kemudian dibuang daun terluarnya, diiris tipis, lalu direbus dalam air
mendidih dengan penambahan sedikit garam.

Glikosida sianogenik yang terkandung pada bambu segar dapat terdekomposisi dengan cepat
pada proses perebusan hingga suhu didih. Telah diketahui bahwa perebusan pucuk bambu
pada suhu 98ºC selama 20 menit dapat menghilangkan hampir 70% sianida yang
terkandung, sedangkan perebusan pada suhu yang lebih tinggi serta jangka waktu yang lebih
lama dapat menghilangkan sianida lebih dari 96%. Kadar sianida yang tinggi dapat

Glikosida Sianogenik | 9
dihilangkan dengan proses pemasakan selama 2 jam. Semakin banyak sianida yang hilang
akan semakin baik, namun untuk menghindarkan diri dari keracunan setidaknya perebusan
dilakukan minimal selama 8-10 menit.

3.Lain-Lain

Pada umumnya proses rebus pada sayur mengurangi kadar sianida lebih dari 50%,
sedangkan proses tumis mengurangi kadar sianida kurang dari 50%. Pada beberapa macam
sayuran proses rebus dapat menghilangkan sianida hingga hampir 100%. Pada umbi-umbian
proses rebus atau diiris tipis lalu direbus mengurangi kadar sianida 60-90%, sedangkan
proses kukus atau diiris tipis lalu dikukus mengurangi kadar sianida 30-60%.

2.6 Analisis Keberadaan Glikosida Sianogenik Pada Tanaman

Kertas pikrat dibuat dengan mencelupkan potongan kertas saring berbentuk segiempat ke
dalam larutan asam pikrat jenuh (0,05 M) dalam air, yang sebelumnya dinetralkan dengan
NaHCO3 dan disaring. Setelah dikeringkan, kertas dapat disimpan lama. Dua atau tiga helai
daun (atau jaringan lain dalam jumlah sama) tumbuhan yang diuji diempatkan dalam tabung
reaksi. Setetes air dan dua tetes toluene ditambahkan, lalu bahan dilumatkan dengan batang
pengaduk.

Tabung kemudian ditutup ketat dengan gabus dan kertas pikrat yang dibasahkan
digantungkan pada gabus di dalam tabung. Inkubasi pada suhu 40 oC selama dua jam.
Perubahan warna dari kuning ke coklat kemerahan menunjukkan adanya pembebasan HCN
dari tumbuhan secara enzimatis. Bila reaksi negative, tabung harus disimpan pada suhu
kamar selama 24-48 jam lagi, kemudian diperiksa lagi apakah HCN dibebaskan secara non-
enzimatis. Intensitas perubahan warna sesuai dengan banyaknya sianogen yang ada.

Kertas pikrat tidak seutuhnya khas untuk sianogen karena akan memberikan tanggapan
palsu terhadap isotiosianat atsiri yang dibebaskan oleh kelompok tanaman family Brassica,
disamping sifat ketidakpekaannya. Oleh karena itu, sering digunakan kertas uji lain
bersama-sama dengan kertas pikrat, didasarkan pada penelitian Field-Anger (1966). Pita
kertas saring disiapkan dengan mencelupkannya ke dalam campuran 1 : 1 dari dua larutan
berikut ini yang dibuat segar : (1) 4,4 tetrametildiamina difenilamina 1% (b/v) dalam
kloroform dan (2) tembaga etilasetoasetat 1% (b/v) dalam kloroform. Kertas yang telah
dikeringkan itu dapat disimpan dalam botol gelas sebelum digunakan. HCN dapat mengubah
kertas Feigl-Anger dari hijau-biru lemah ke biru terang, dan dapat mendeteksi HCN sekecil
1μg.

Glikosida Sianogenik | 10
BAB III
PEMBAHASAN

Jurnal : Pengembangan Sistem Deteksi Senyawa Sianogen dalam Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz) dengan Pendekatan Enzimatis Development of Cyanogenic Compounds Detection
System in Cassava (Manihot esculenta Crantz) Based on Enzymatic Approach

Pendahuluan
Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) telah lama menjadi makanan pokok rakyat Indonesia
setelah beras, jagung, dan sagu. Tanaman ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber
karbohidrat alternatif pengganti beras. Terlepas dari potensinya sebagai bahan pangan, pakan,
dan bahan baku industri, ubi kayu juga menghasilkan senyawa sianogen yang dikenal sebagai
glukosida sianogenik yang berbahaya bagi kesehatan (Cereda & Mattos 1996; Cardoso et al.
2005).

Dalam ubi kayu, senyawa sianogen yang dijumpai dalam daun dan akar, adalah berupa linamarin
dan sejumlah kecil lotaustralin (methyl linamarin) (Egan et al. 1998). Linamarin akan
terhidrolisis menjadi glukosa dan aseton sianohidrin dengan adanya enzim linamarase yang
diproduksi oleh tanaman tersebut. Sementara aseton sianohidrin akan terdekomposisi dengan
cepat dalam suasana basa dan melepaskan asam sianida (HCN) dan ion sianida (Egan et al.
1998). Keberadaan ketiga senyawa tersebut (linamarin, aseton sianohidrin dan HCN) secara total
disebut sebagai cyanogenic potensial (CP). CP pada akar dan daun ubi kayu berkisar antara 2 - >
1000 ppm HCN (mg HCN setara dengan berat segar per kg) (Cooke & de la Cruz, 1982;
Bokanga 1994; Bradbury et al. 1991). Konsumsi bahan pangan yang mengandung 50 mg-100 mg
sianida dilaporkan menyebabkan keracunan akut dan kematian.

Konsumsi lebih rendah dari konsentrasi itu, walaupun tidak menyebabkan kematian, akan
memicu timbulnya masalah kesehatan serius, seperti neuropati dan kretinisme, bila dikonsumsi
secara terus menerus (Mlingi et al., 1992; Akintonwa et al., 1994; Osuntokun 1994). Menurut
FAO/WHO (1991) dalam Iglesias et al. (2002) bahwa kandungan total sianida yang
direkomendasikan (safe level ) pada produk olahan ubi kayu (tepung) adalah ≤ 10 ppm.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa perebusan, penjemuran dan/atau pengeringan mampu
mereduksi toksisitas ubi kayu sehingga keracunan akibat konsumsi bahan pangan tersebut dapat
dihindari. Dilaporkan juga oleh Nebiyu & Getachew (2011) dan Gomez et al., (1984) bahwa
proses penjemuran/pengeringan ubi kayu selama ≥ 48 jam mampu mereduksi sianida hingga 70-
80% .

Berbagai metode deteksi telah dikembangkan untuk estimasi kandungan senyawa sianogen
(cyanogenic potential) pada ubi kayu dan produk olahannya (Cooke 1978; Bradbury et al. 1991;
Bradbury & Egan 1992; Brimer, 1994). Penggunaan konsep yang sama memungkinkan untuk

Glikosida Sianogenik | 11
mengembangkannya ke dalam suatu bentuk dip-stick yang dapat digunakan untuk mendeteksi
kandungan sianogenik potensial secara semi kuantitatif atau bahkan kuantitatif dalam ubi kayu
dan olahannya. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan metode deteksi sianida yang
simpel, murah, dan mudah diaplikasikan di lapangan terutama oleh masyarakat pedesaan.
Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan pula sebagai model untuk pengembangan metode
sejenis.

Bahan Dan Metode


Preparasi cyanide/picrate paper test Asam pikrat (1,4 gram) dilarutkan dalam 100 ml Na2CO3
2,5% (w/v), kemudian dihomogenkan dengan menggunakan stirer selama 24 jam. Whatman
paper No.1 dipotong - potong dengan ukuran 90 mm x 70 mm, dan bagian ujung dari potongan
kertas tersebut dilekatkan pada plastik transparan dengan ukuran 5 x 50 mm. Whatman paper
strip tersebut kemudian dicelupkan ke dalam larutan pikrat selama 2-3 menit dan
dikeringanginkan. Setelah kering paper strip tersebut dibungkus dengan alumunium foil dan
disimpan dalam kotak tertutup.

Hasil Pengamatan
Secara prinsip metode pendeteksian sianida menggunakan picrate paper test atas dasar reaksi
hidrolisis linamarin atau senyawa glukosida sianogenik yang melepaskan HCN yang kemudian
dideteksi dengan picrate paper test. Reaksi yang mendasari pendeteksian tersebut ditampilkan
pada Gambar 1. Enzim linamarase (β-glukosidase) mengkatalisis hidrolisis linamarin menjadi
glukosa dan aseton sianohidrin. Aseton sianohidrin dalam suasana netral atau basa
terdekomposisi menjadi aseton dan HCN/CN-. HCN yang dibebaskan dalam reaksi hidrolisis
tersebut akan bereaksi dengan asam pikrat dalam picrate paper test. Preparat cyanide/ picrate
paper test dan Standart colour chart untuk estimasi sianida yang dikembangkan dalam penelitian
ini.

Kalibrasi picrate paper test. Besarnya nilai absorban berkorelasi dengan tingginya konsentrasi
sianida (HCN). Semakin pekat warna yang timbul pada picrate paper test (coklat kemerahan)
mengindikasikan semakin tinggi konsentrasi sianida. Perubahan warna yang terjadi pada picrate
paper test merupakan reaksi antara pikrat dengan HCN. Konsentrasi HCN yang terlalu tinggi
cenderung mengurangi akurasi dalam pendeteksian.

Glikosida Sianogenik | 12
Stabilitas picrate paper test untuk kalibrasi standart . Pengujian stabilitas picrate paper test yang
disimpan pada berbagai suhu dan waktu penyimpanan ditampilkan pada Gambar 3-6. Tampak
dalam gambar tersebut picrate paper test yang disimpan pada suhu dingin (4oC) menunjukkan
kecenderungan yang lebih baik dibanding penyimpanan pada suhu ruang.

Implementasi metode deteksi senyawa sianogen. Implementasi metode deteksi sianida pada
sampel ubi kayu dan produk olahan yang berupa tepung. Tampak dalam gambar tersebut bahwa
kandungan sianida pada ubi kayu sangat bervariasi dan relatif tinggi baik pada bagian umbi,
batang, maupun daun ubi kayu. Kandungan sianida pada tanaman ubi kayu tergantung dari
varietas ubi kayu.

Pembahasan
Sistem deteksi senyawa sianogen yang dilakukan dalam penelitian ini secara prinsip berdasarkan
atas reaksi hidrolisis senyawa glukosida sianogenik atau linamarin yang melepaskan asam
sianida. HCN yang dibebaskan dalam reaksi hidrolisis tersebut akan bereaksi dengan asam pikrat
yang terkandung dalam picrate paper test. Perubahan warna pada picrate paper test dari kuning
menjadi coklat kemerahan mengindikasikan terbentuknya asam isopurpureat, yang proporsional
dengan konsentrasi sianida yang dibebaskan. Semakin pekat warna yang timbul pada kertas
pikrat tersebut mengindikasikan semakin tinggi kandungan sianida.

Glikosida Sianogenik | 13
Glikosida Sianogenik | 14
Kalibrasi dan Stabilitas picrate paper test. Hasil pengujian kalibrasi terhadap picrate paper test
memperlihatkan bahwa nilai absorban berkorelasi dengan tingginya konsentrasi sianida.
Semakin pekat warna yang timbul pada picrate paper test (coklat kemerahan) mengindikasikan
semakin tinggi konsentrasi sianida. Dalam pendeteksian tampak bahwa konsentrasi HCN yang
terlalu tinggi sangat berpengaruh terhadap akurasi dalam pendeteksian. Dengan demikian
penggunaan picrate paper test ini hanya proporsional untuk konsentrasi sianida ≤ 200 ppm agar
diperoleh pendeteksian yang akurat. Pengujian stabilitas picrate paper test menunjukkan bahwa
paper test yang disimpan pada suhu ruang (28oC) dalam rentang waktu > 30 hari menunjukkan
warna yang sedikit berubah. Dengan demikian untuk memperoleh pendeteksian secara semi
kuantitatif yang akurat direkomendasikan menggunakan picrate paper test yang disimpan pada
suhu dingin 4-5oC dalam boks tertutup dan ruang gelap selama ± 4 minggu.

Implementasi metode deteksi sianida yang dikembangkan dalam penelitian ini telah
diimplementasikan dalam skala laboratorium untuk estimasi kandungan senyawa sianogen pada
sampel ubi kayu yang meliputi ubi kayu pahit dan ubi kayu yang umum dikonsumsi masyarakat
serta produk olahannya yang berupa tepung tapioka (Gambar 7, 8A dan 8B). Dari hasil
pendeteksian tersebut tampak bahwa kandungan senyawa sianogen atau linamarin pada ubi kayu
sangat bervariasi. Kandungan sianida pada ubi kayu pahit relatif lebih tinggi dibandingkan pada
ubi kayu yang umum dikonsumsi masyarakat. Sedangkan produk olahan ubi kayu yang berupa
tepung menunjukkan bahwa kandungan sianida di bawah 10 ppm kecuali tapioka basah-S1
(Gambar 8 A). Konsumsi bahan pangan yang mengandung 50 mg-100 mg sianida dilaporkan
menyebabkan keracunan akut dan kematian. Konsumsi lebih rendah dari konsentrasi itu,
walaupun tidak menyebabkan kematian, akan memicu timbulnya masalah kesehatan serius,
seperti neuropatidan kretinisme, bila dikonsumsi secara terus-menerus (Akintonwa et al. 1994;
Osuntokun 1994). Metode deteksi ini dapat mengestimasi kandungan senyawa glukosida
sianogenik/linamarin dalam ubi kayu secara cepat, mudah, simpel sehingga metode ini sangat
applicable, terutama untuk kegiatan-kegiatan di lapangan. Sistem deteksi senyawa sianogen ini
diharapkan dapat digunakan sebagai landasan untuk pengembangan ke skala yang lebih besar
dan lebih praktis.

Glikosida Sianogenik | 15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Glikosida sianogenik adalah senyawa hidrokarbon yang terikat dengan gugus CN dan gula.
Beberapa tanaman tingkat tinggi dapat melakukan sianogenesis, yakni membentuk glikosida
sianogenik sebagai hasil sampingan reaksi biokimia dalam tanaman.

Metode deteksi senyawa sianogen secara semikuantitatif dalam skala laboratorium


menggunakan picrate paper test efektif digunakan, praktis, simpel dan mudah diaplikasikan
di lapangan. Metode deteksi ini sangat membantu untuk estimasi kandungan senyawa
sianogen di dalam ubi kayu dengan waktu yang relatif singkat. Konsentrasi sianida berkisar
0-200 ppm merupakan konsentrasi yang ideal untuk dideteksi menggunakan picrate paper
test. Picrate paper test strip yang disimpan pada suhu dingin ( 5oC) dalam boks tertutup
relatif lebih stabil/tahan digunakan dalam waktu ≤ 30 hari.

Glikosida Sianogenik | 16
DAFTAR PUSTAKA

1. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan.
Bandung : Penerbit ITB (halaman 245-248)
2. www.inchem.org/documents/jecfa/jecmono/v30je18.htm
3. en.wikipedia.org/wiki/Glycoside
4. http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/racunalamitanaman.pdf.
5. Saddamiah, Alex. F. S., et. al. 2018. Vol. 4 No 1. “Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun
Singkong (Manihot Esculenta) Terhadap Histopatologi Hepar Tikus Putih Galur Wistar”.
Journal of Agromedicine and Medical Sciences. Fakultas Kedokteran. Universitas Jember
6. Askurrahman. 2010. Vol. 4 No.2. “Isolasi dan Karakterisasi Linamarase Hasil Isolasi
dari Umbi Singkong (Manihot esculenta crantz)”. Fakultas Pertanian. Universitas
Trunojoyo
7. Sulistinah, nunik., et. al. 2014. 10(1): 77-82. “Pengembangan Sistem Deteksi Senyawa
Sianogen dalam Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) dengan Pendekatan Enzimatis
Development of Cyanogenic Compounds Detection System in Cassava (Manihot
esculenta Crantz) Based on Enzymatic Approach”. Junal Biologi Indonesia. Cibinong.
LIPI
8. Yanuartono., et. al. 2019. 6(2): 214-224. “Hidrogen Sianida dan Implikasinya pada
Ternak”. Fakultas Kedokteran. Universitas Gadjah Mada

Glikosida Sianogenik | 17

Anda mungkin juga menyukai