Anda di halaman 1dari 18

GANJIL

2021/2022

LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOKIMIA

S1 FARMASI

LABORATORIUM BIOKIMIA
Jakarta Global University
Jl. Boulevard Grand Depok City, Tirtajaya, Kec.
Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat
Indonesia
16412

1
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : NUNUNG NURAJIJAH


NPM : 200211772030
PRAKTIKUM : BIOKIMIA (UJI PROTEIN)
KODE :1
PROGRAM STUDI S1 : FARMASI
FAKULTAS : FARMASI

Telah diperiksa pada oktober 2021

Asisten Laboratorium Kordinator Dosen


Praktikum Biokimia Praktikum Biokima

DHIEN ALHARA YUWANDA, S.Si., M.Si.


S092015040001

2
LEMBAR PENILAIAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
SEMESTER GANJIL 2021/2022

NILAI MODUL NILAI


No Nama Praktikan NIM ASPEK BBT dst
1 2 3 4 dst AKHIR
NUNUNG = total jumlah nilai
1 200211772030 Attendance Kehadiran 10 % / jumlah modul
NURAJIJAH
Behavioral total jumlah nilai /
Atitut Praktikum 10 % jumlah modul
Competency
Praktical Laporan total jumlah nilai /
20 % jumlah modul
Assesment Pendahuluan
Kecakapan total jumlah nilai /
Lab Practical 20 % jumlah modul
Praktikum
total jumlah nilai /
Lab Report Analisa Laporan 30 % jumlah modul
Ketepatan total jumlah nilai /
Discipline 10 % jumlah modul
Pengumpulan
=Total Nilai
TOTAL akhir

Depok, Sabtu 16 Oktober 2021

Koordinator Asisten / Kordinator Dosen


Asisten Laboratorium Laboratorium Biokimia,
Biokimia

DHIEN ALHARA YUWANDA, S.Si., M.Si.


S092015040001

3
MODUL II - UJI PROTEIN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Bidang ilmu Biologi merupakan salah satu jurusan yang membahas mengenai makhluk
hidup.Namun dalam pembahasan makhluk hidup tidak lepas pula tentang kimia yang mana
pada makhluk hidup banyak unsure-unsur kimia yang terkandung di dalamnya, misalnya
unsur asam amino, peptide dan protein.Sekitar 50%dari berat kering organisme yang hidup
adalah protein. Protein bukan hanya sekedar bahan simpanan atau structural, seperti halnya
polisakarida. Kita ketahui bersama bahwa variasi fungsi protein sama banyaknya dengan
variasi fungsi kehidupan itu sendiri. Semua katalisator yang jumblahnya mencapai ribuan
memungkinkan terjadinya reaksi kimia dalam zat hidup adalah protein.
Protein didalam semua makhluk tanpa memandang fungsi dan aktifitas biologinya di
bangun oleh susunan dasar yang sama yaitu 20 asam amino baku yang molekulnya sendiri
tidak memiliki aktivitas biologi, secara sederhana protein berbeda satu sama lain karna
masing –masing mempunyai deret asam amino sendiri. Protein merupakan polimer
kondensasi dari asam amino, termasuk dalam makromolekul. Protein mempunyai berat
molekul yang berkisar beberapa ribu sampai beberapa juta. Di samping unsur karbon
hydrogen dan oksigen semua protein mengandung unsure nitrogen dan banyak yang
mengandung fosfor dan belerang ada juga protein yang mengandung unsure-unsur logam
antara lain besi dan tembaga. Protein yang mengandung gugus hidroksil Phenil (- - OH)
dapat bereaksi dengan larutan mercuri nitrat dapat menghasilkan larutan atau endapan yang
berwarna merah.
Oleh karena beberapa alasan ditas, maka dari itu kami melakukan praktikum uji protein,
agar kami dapat mengetahuinya adanya unsur-unsur di atas maka dilakukan percobaan
tentang reaksi pengendapan. uji Biuret dan uji iodin merupakan salah satu cara
mengidentifikasi keberadaan protein.

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa memahami konsep dasar reaksi biokimia dalam tubuh
2. Menunjukkan adanya asam amino tirosin
3. Menentukan adanya protein dalam suatu larutan uji

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Karbohidrat

Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein
merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena
sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan
berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Proses kimia
dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik, karena adanya enzim, suatu protein yang
berfungasi sebagai biokatalis. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari
hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan
yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.

Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai,
gandum, jagung, dan buah-buahan. Tumbuhan membentuk proten dari CO2, H2O, dan
senyawa Nitrogen. Hewan yang memakan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi
protein hewani. Disamping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat
digunakan sebagai sumber energy apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak.
Komposisi rata-rata unsure kimia yang terdapat pada protein ialah sebagai berikut: karbon
50%, Hidrogen 7%, Oksigen 23%, Nitrogen 16%, Belerang 0-3%, dan Fosfor 0-3%. Dengan
pedoman pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat dilakukan penentuan kandungan protein
dalam suatu bahan makanan.

contoh kadar protein dalam makanan

Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5.000 sampai
jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan asam-
asam amino. Ada protein yang mudah larut dalam air tetapi juga ada yang sukar larut dalam
air. Rambut dan kuku adalah suatu protein yang tidak larut dalam air dan tidak mudah
bereaksi, sedangkan protein yang terdapat dalam air dan mudah bereaksi.

2
II.2 Karakteristik Protein

1. Protein ikan bersifat tidak stabil dan mempunyai sifat dapat berubah (denaturasi)
dengan berubahnya kondisi lingkungan.
2. Apabila larutan protein tersebut diasamkan hingga mencapai pH 4.5 – 5 maka akan
terjadi pengendapan atau salting out.
3. Sebaliknya apabila dipanaskan seperti dalam pemasakan atau penggorengan , protein
ikan menggumpal atau terkoagulasi.
4. Protein juga dapat mengalami denaturasi apabila dilakukan pengurangan kandungan air,
baik selama pengeringan maupun pembekuan.
5. Protein otot sebagaian besar dalam bentuk koloid, baik berupa sol maupun gel.

Kemampuan untuk mengektraksi protein miosoin lebih besar pada pH yang agak tinggi,
tetapi kekutan gel daging ikan pada produk akhir lebih redah meskipun jumlah myosin yang
diekstrak lebih banyak.

II.3 Kalisifikasi Protein


1. Berdasarkan fungsinya, protein diklasifikasikan menjadi:
a. protein enzim, berperan dalam mempercepat reaksi-reaksi biokimia.
b. protein sruktural, membentuk struktur-struktur biologis,
c. protein transpor, berperan sebagai pengangkut subtansi-subtansi penting, dan
d. protein pertahanan, melindungi tubuh dari invasi benda-benda asing.

2. Berdasarkan strukturnya, protein diklasifikasikan menjadi:


a. protein globular, memi-liki pelipatan-pelipatan yang kompleks, struktur tertier de-
ngan bentuk yang tidak teratur.
b. Protein serabut, meman-jang, lipatan sederhana,umum dijumpai pada protein
struktural.

3. Berdasarkan bentuknya, protein dibagi menjadi :


a. Protein globular
Rantai polipeptida mengandung banyak lipatan dan berbelit. Rasio aksial kurang
dari 10, misalnya insulin, albumin, globulin plasma, dan kebanyakan enzim.
b. Protein fibrosa
Rantai polipeptida atau kelompok rantai yang membelit dalam bentuk spiral atau
heliks, dan dihubungkan oleh ikatan disulfida dan hidrogen. Rasio aksial lebih besar
dari 10, misalnya keratin dan miosin.

4. Klasifikasi protein berdasarkan daya kelarutannya


a. Albumin : protein yang dapat melarut dalam air, dan dapat dipresipitatkan dari
larutan pada konsentrasi garam yang tinggi.
b. Globulin : protein ini umumnya tidak melarut dalam air yang basa, garam, dan dapat
melarut dalam larutan garam encer.
c. Glutelin : protein yang tidak melarut dalam larutan netral, retapi melarut dalam asam
atau alkali encer.
d. Prolamine : protein yang melarut dalam 70-80% etanol dan tidak melarut dalam air
atau etanol absolute.

3
5. Klasifikasi protein berdasarkan fungsinya
a. Protein enzim, berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam jasad hidup.
b. Protein pembangunan, berfungsi sebagai unsur pembentuk struktur biologi
kekuatan.
c. Protein kontraktil, berfungsi sebagai protein yang memberikan kemampuan kepada
sel dan organism untuk berkontraksi, mengubah bentuk atau gerak.
d. Protein pengangkut, memiliki kemampuan mengikat molekul tertentu dan
melakukan pengangkutan berbagai macam zat melalui aliran darah.
e. Protein pengatur, yaitu beberapa protein membantu mengatur aktivitas seluler atau
fisiologis, diantaranya yaitu hormon.
f. Protein bersifat racun, yaitu yang dapat menyebabkan keracunan makanan.
g. Protein pelindung, yaitu protein khusus yang dibuat oleh limposit yang dapat
mengenali dan mengendapkan atau menetralkan serangan bakteri, virus atau protein
asing dari spesies lain.
h. Protein cadangan, protein ini disimpan untuk berbagai proses metabolism dalam
tubuh.

II.4 Struktur Protein


Asam amino saling berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida untuk
membentuk protein. Protein terbentuk oleh salah satu atau beberapa rantai peptida. Ikatan
Peptida ini terbentuk diantara gugus karboksil dengan gugus amini dari asam amino tetangga
dengan melepaskan sebuah molekul H2O, sehingga terbentuk dipeptida. Karena dipeptida
mempunyai gugus karboksil dan gugus amino, maka dipeptida tersebut juga dapat mengikat
asam amino lainnya dan membentuk tripeptida dan seterusnya (polipeptida)

Struktur protein
Setiap protein terdiri dari satu atau lebih rantai peptida, Akibatnya terdapat empat
struktur protein, yaitu sebagai berikut :

1. Struktur Primer, yaitu struktur protein yang rantai polipeptidanya berbentuk linear.
2. Struktur Sekunder, yaitu struktur protein yang rantai polipeptidanya mempunyai pola
teratur, misalnya pola memilih (menggulung). Dua jenis struktur sekunder yang
paling terkenal adalah alfa heliks dan kertas berlipat.

4
3. Struktur Tersier, yaitu struktur protein yang rantai polipeptidanya bengkok atau
bergulung (berpilin), sehingga membentuk struktur tidak dimensi bulat (globular)
4. Struktur Kuartener, yaitu struktur protein yang berkaitan dengan kenyataan bahwa
beberapa protein dapat terdiri lebih dari satu rantai polipeptida. Setiap rantai
polipeptida dapat merupakan polipeptida yang sama atau yang berbeda.

A. Ikatan-ikatan pada Struktur Protein


Struktur protein umumnya dipertahankan oleh dua ikatan sangat kuat yaitu ikatan
peptida dan ikatan disulfida; dan tiga ikatan yang lemah, yaitu ikatan hidrogen, interaksi
hidrofobik dan interaksi elektrostatif.
1) Ikatan peptide
Ikatan peptida adalah ikatan yang menghubungkan atom a-karboksil dari
suatu asam amino dan atom a nitrogen dari asam amino yang lain. Peptida yang
dibentuk oleh dua molekul asam amino disebut dipeptida; bila dibentuk oleh 3
molekul asam amino disebut tripeptida; dan bila dibentuk oleh banyak molekul asam
amino disebut polipeptida.
2) Ikatan disulfide
Terbentuk antara 2 residu sistein yang saling berhubungan 2 bagian rantai
polipetida melalui residu sistein.
3) Ikatan hydrogen
Terbentuk antara gugus NH- atau -OH dan gugus C=O dalam ikatan peptida
atau -COO- dalam gugus R, misalnya dua peptida mungkin membentuk ikatan
hidrogen.
4) Interaksi hidrofobik
Rantai samping non polar asam amino netral pada protein cenderung
bersekutu.
5) Interaksi elektrostatik
Merupakan ikatan garam antara gugus yang bermuatan berlawanan pada
rantai samping asam amino.

II.5 Penggolongan Protein


Berdasarkan strukturnya protein dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu golongan
protein sederhana dan protein gabungan. Yang dimaksud dengan protein sederhana ialah
protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam amino. Sedangkan protein gabungan
ialah protein yang terdiri atas protein dan gugus bukan protein, gugus ini disebut gugus
prostetik dan terdiri ats karbohidrat, lipid, asam nukleat. Proin sederhana dapat dibagi dalam
dua bagian menurut bentuk molekulnya yaitu protein biber dan protein globular. Protein
fiber mmpunyai molekul panjang seperti serat atau serabut. Sedangkan protein globular
berbentuk bulat.
1. Protein Fiber
Molekul protein ini terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang memanjang dan
dihubungkan satu dengan yang lain oleh beberapa ikatan silang hingga merupakan
bentuk serat atau serabut yang stabil. Struktur protein fiber telah banyak diteliti dengan
menggunakan analisis difraksi sinar X. ciri khas protein fiber tedapat pada beberapa jenis
protein. Yang termasuk golongan ini adalah antara lain
a. Konfigurasi alfa helix pada kratin
b. Lembaran berlipat parallel dan anti parallel pada protein sutra alam; dan

5
c. Helix tripel pada kolagen
Sifat umum protein fiber ialah tidak larut dalam air dan sukar diuraikan oleh enzim.
Kolagen adalah suatu jenis protein yang terdapat pada jaringan ikat. Kratin adalah
protein yang terdapat dalam bulu domba, sutra alam, rambut, kulit, kuku dan sebagainya.
Struktur kelatin hamper seluruhnya terdiri atas rantai polipeptida yang berbentuk alfa
helix.

2. Protein Globular
Umunya berbentuk bulat atu elips dan terdiri atas rantai polipeptida yang berlipat.
Protein globular pada umunya mempunyai sifat dapat larut dalam air, dalam larutan asam
atau basa dan dalam etanol. Beberapa jenis protein globular yaitu albumin, globulin,
histon, dan protamin.
3. Protein Gabungan
Yang dimaksud dengan protein gabungan ialah, protein yang berikatan dengan senyawa
yang bukan protein. Gugus bukan protein ini disebut gugus prostetik. Ada beberapa jenis
protein gabungan antara lain mukoprotein, glikoprotein, lipoprotein, dan nucleoprotein.
Mukoprotein adalah gabungan antara protein dan karbohidrat dengan kadar lebih dari
4% dihitung sebagai heksosamina. Karbohidrat yang terikat ini berupa polisakarida
kompleks yang mengandug N-asetilheksosamina bergabung dengan asam uronat atau
monosakarida lain.
Mukoprotein yang mudah larut terdapat pada bagian putih telur, dalam serum daram
dan urin wanita yang sedang hamil.protein ini tidak mudah terdenaturasi oleh panas atau
diendapkan oleh zat-zat yang biasanya dapat mengendapkan protein, misalnya triklor asam
asetat atau asam pikrat. Glikoprotein adalah juga terdiri atas protein dan karbohidrat, tetapi
dengan kadar hexosamina kurang dari 4%.
Lipoprotein adalah gabugan antara protein yang larut dalam air dengan lipid.
Lipoprotein terdapat dalam serum darah, dalam otak dan jaringan syaraf. Gugus lipid yang
biasanya terikat pada protein dalam lipoprotein antaralain lesitin dan kolesterol.
Nucleoprotein terdiri atas protein yang bergabung dengan asam nukleat. Asam nukleat ini
terdapat antara lain dalam inti sel

II.6 Sifat-sifat Protein


1. Ionisasi
Protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif
dan negative. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk ion positif,
sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negative. Protein mempunyai
isolistrik yang berbeda-beda.
2. Denaturasi
Beberapa jenis protein sangat peka terhadap perubahan lingkungannya.Suatu protein
mempunyai arti bagi tubuh apabila protein tersebut di dalam tubuh dapat melakukan
aktivitas biokimiawinya yang menunjang kebutuhan hidup. Aktivitas ini banyak
tergantung pada struktur dan konformasi molekul protein berubah, misalnya oleh
perubahan suhu, Ph atau karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa lain,ion-ion
logam,maka aktivitas biokimiawinya akan berkurang.
Perubahan konformasi alamiah menjadi suatu konformasi yang tidak menentu
merupakan suatu proses yang disebut denaturasi. Proses denaturasi ini kadang-kadang
dapat berlangsung secara reversible,kadang-kadang tidak.Penggumpalan protein

6
biasanya didahului oleh proses denaturasi yang berlangsung dengan baik pada titik
isolistrik protein tersebut. Protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan pada
suhu 50 atau lebih.
3. Viskositas
Viskositas adalah tahanan yang timbul aleh adanya gesekan antara molekul-molekul
di dalam zat cair yang mengalir.Suatu larutan protein dalam air mempunyai viskositas
atau kekentalan yang relative lebih besar daripada viskositas air sebagai pelarutnya. Pada
umumnya viskositas suatu larutan tidak ditentukan atau diukur secara absolute, tetapi
ditentukan viskositas relatif, yaitu dibandingkan terhadap viskositas zat cair tertentu.Alat
yang digunakan untuk menentukan viskositas ini ialah viscometer Oswald.
Pengukuran viskositas dengan alat ini didasarkan pada kecepatan aliran suatu zat cair
atau larutan melalui pipa tertentu.Serum darah misalnya, mempunyai kecepatan aliran
yang lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan aliran air. Apabila viskositas air
diberi harga satu, maka viskositas serum darah mempunyai harga kira-kira antara 1,5
sampai 2,0. Viskositas larutan protein tergantung pada jenis protein, bentuk molekul,
konsentrasi serta larutan.Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi tetapi
berbanding terbalik dengan suhu.Larutan suatu protein yang bentuk molekulnya panjang
mempunyai viskositas lebih besar daripada larutan suatu protein yang berbentuk
bulat.Pada titik isolistrik viskositas larutan protein mempunyai harga terkecil.
4. Kristalisasi
Banyak protein yang telah dapat diperoleh dalam bentuk Kristal. Meskipun demikian
proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, artinya ada yang
dengan mudah dapat terkristalisasi, tetapi ada pula yang sukar.Beberapa enzim antara
pepsin, tripsin, katalase, dan urease telah dapat diperoleh dalam bentuk Kristal.
Albumin pada serum atau telur sukar dikristalkan. Proses kristalisasi protein sering
dilakukan dengan jalan penambahan garam ammoniumsulfat atau NaCl pada larutan
dengan pengaturan pH pada titik isolistriknya. Kadang-kadang dilakukan pula
penambahan asetonatau alcohol dalam jumlah tertentu.
Pada dasarnya semua usaha yang dilakukan itu dimaksudkan untuk menurunkan
kelarutan protein dan ternyata pada titik isolistrik kelarutan protein paling kecil, sehingga
mudah dapat dikristalkan dengan baik.
5. System koloid
Pada tahun 1861 Thomas Graham membagi zat-zat kimia dalam dua kategori, yaitu
zat yang dapat menembus membran atau kertas perkamen dan zat yang tidak dapat
menembus membran. Oleh karena yang mudah menembus membrane adalah zat yang
dapat mengkristal, maka golongan ini disebut kristaloid, sedangkan golongan lain yang
tidak dapat menembus membrane disbut koloid. Pengertian koloid pada waktu ii lebih
banyak dihubungkan dengan besarnya molekul atau pada bobot molekul yang besar.
Molekul yang besar atau molekul makro apabila dilarutkan dalam air mempunyai
sifat koloid, yaitu tidak dapat menembus membrane atau kertas perkamen, tetapi tidak
cukup besar sehigga tidak dapat mengendap secara alami. System koloid adalah system
yang heterogen, terdiri atas dua fase, yaitu partikel keci yang terdispersi dan medium
atau pelarutnya.
Pada umumnya partiel koloid mempunyai ukuran antara 1 milimikaro-100
milimikro, namun batas ini tidak selalu tetap, mungkin lebih besar. Bobot molekul
beberapa protein telah ditentukan berdasarkan kecepatan pengendapan dengan
menggunakan ultrasentrifuga yang mempunyai kecepatan putar kira-kira 60.000 putaran
per menit.

7
Bobot beberapa molekul protein

II.7 Reaksi-Reksi Khas Protein


1. Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati kedalam larutan protein.
Setelah dicampur terjadi endapat putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila
dipanaskan.Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzene yang terdapat pada
molekul protein. jadi reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin. Fenilanin
dan tripotan. Kulit kia bila kena asam nitrat berarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi
xantoprotein ini.
2. Reaksi Hopkins-cole
Tripoptan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehid denganbantuan asam kuat
dan membentuk senyawa yang berawarna .Larutan protein yang mengadung tripoptan
dapat di reaksikan dengan pereaksi Hopkins-cole yang mengadung asam glioksilat.
3. Reaksi Millon
Reaksi millon adalah larutan dan merkuro dan merkuro nitrat dalam asam nitrat.
Apabila preaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapa putih
yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan.
4. Reaksi Nitroprusida
Natriumnitroprosida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah dengan
protein yang mempunyai gugus-SH bebas. Jadi protei yang mengandung sistein dapat
memberikan hasil positif. Gugus –s-s- pada sistin apabila direduksi dahulu dapat juga
memberikan hasil positif.
5. Reaksi Sakaguchi
Preaksi yang digunakan ialah naftol dan natriumhipobromit. Pada dasarnya reaksi ini
memberi hasil positif apabila ada gugus guanidine. Jadi arginin atau protein yang
mengandung arginin dapat mnghasilkan warna merah.

8
BAB III
METODE

III.1 Alat Dan Bahan

111.2 Tabel Pengujian

1. Uji Milom

Ke dalam tiap tabung reaksi dimasukkan 1


jenis protein sebanyak 3ml dan 5 tetes
pereaksi millon. Campur sampai homogeny

Larutan dipanaskan dengan hati-hati, dan


amati perubahan warna yang terjadi

2. Uji Biuret

Ke dalam 2 buah
Ke dalam masing-
tabung reaksi
masing tabung,
bersih Amati perubahan
tambahkan 1 jenis
dimasukkan 2 ml warna yang
protein sebanyak
NaOH dan 2 tetes terjadi.
1 ml. campur
CuSO4, campur
sampai homogen.
sampai homogen.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Uji Milon


NO Percobaan Hasil Pembahasan
1
Putih telur Positif  Terjadinya endapan berwarna putih
ayam negri + mengandung disebabkan karena merkuri yang
preaksi milon protin dibuktikan terdapat dalam prekasi milon
dengan breaksi dengan protein yang
Terbentuk terdapat dalam putih telur sehingga
Endapan putih mengakibatkan koagulasi
(penggumpalan).
 Penggumpalan terjadi karena
protein yang terdapat dalam putih
telur mengalami pristiwa
denaturasi pada strukturnnya
(perubahan struktur awal).
Putih telur Endapan warna Pemanasan dilakukan guna untuk
ayam negri + putih tidak memeprcepat reaksi untuk mengetahui
preaksi milon mengalami adanya senyawa tirosin yang terdapat
+ dipanaskan peribahan warna dalam protein putih telur, namun tidak
( tidak menjadi terjadi perubahan warna apapun
warna merah) sehingga tidak ada senyawa tirosin atau
yang disebabkan karena reagen yang
menandakan digunakan terlalu banyak.
adanya senyawa
tirosin

IV.2 Uji Biuret

No Percobaan Hasil Pembahasan


1 Campuran Belum ditabahkan protein
NaOH + larutan
CuSo4 berwarna biru
terang
NaOH + Larutan Perubahan warna larutan
Putih telur CuSo4 + putih berubah dari biru menjadi ungu
ayam negri telur ayam warna disebabkan karena protein
negri menjadi yang terkandung dala putih
warna ungu telur ayam negri memiliki
pekat, positif ikatan peptide dan breaksi

10
mengandung dengan ion Cu2+ yang
protein terdapat dalam preaksi
CuSo4 dalam suasana basa.
Semakin banyak ikatan
peptide yang terkandung
dalam protein maka warna
ungu yang terbentuk
semakin pekat.
2 Campuran Belum ditabahkan protein
NaOH + larutan
CuSo4 berwarna biru
terang
NaOH + Campuran tidak terjadi perubahan
Pepton CuSo4 + larutan tidak warna apapun bisa
pepton berubah disebabkan karena didalam
warna pepton tidak terdapat ikatan
peptide atau disebabkan
karena reagen yang
digunakan terlalu banyak.

IV.3 Gambar Percobaan

 Alat yang digunakan :

(penjepit tabung) (lampu spirtus/ bunsen)

11
(pipet) (tabung reaksi)

 Uji Mylon

(prekasi mylon + putih telur ayam) ( larutan dipanaskan)

(Hsil gumpalan putih)

12
 Uji Biuret

(NaOH) (NaOH +CuSO4)

(NaOH + CuSO4) (NaOH + CuSO4 + Putih telur)

(NaOH + CuSO4 + Pepton) (hasil akhir uji biuret)

13
BAB V
PENUTUP

V.I Kesimpulan
1. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia.
2. Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang,
kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahanutan
3. Uji milon adalah pengujian pada senyawa protein dengan ditandai hasil akhir
pengujian terbentuknya endapan warna putih.
4. Terjadinya endapan berwarna putih disebabkan karena merkuri yang terdapat dalam
prekasi milon breaksi dengan protein yang terdapat dalam putih telur sehingga
mengakibatkan koagulasi (penggumpalan).
5. Penggumpalan terjadi karena protein yang terdapat dalam putih telur mengalami
pristiwa denaturasi pada strukturnnya (perubahan struktur awal).
6. Uji biuret adalah pengujian pada senyawa protein dengan ditandai hasil akhir
pengujian terjadinya perubahan warna menjadi warna merah muda samapai ungu
pekat.
7. Perubahan warna larutan menjadi ungu disebabkan karena protein yang terkandung
dala putih telur ayam negri memiliki ikatan peptide dan breaksi dengan ion Cu2+ yang
terdapat dalam preaksi CuSo4 dalam suasana basa.
8. Semakin banyak ikatan peptide yang terkandung dalam protein maka warna ungu yang
terbentuk

14
DAFTAR PUSTAKA

 Modul Praktikum Biokimia, Jakarta Global University.


 http://teguhs-atu.blogspot.com/2010/01/senyawa-organik.html
 http://ruangilmu.com/index.php?action=artikel&cat=83&id=122&artlang=id
 http://lisadyprotein.blogspot.com/
 http://id.wikipedia.org/wiki/Protein
 http://www.postmodern.com/~jka/rnaworld/nfrna/nf-rnadefed.html.
 Poedjiadi Anna dan F.M. Titin Supriyanti, 2005, Dasar-Dasar Biokimia
(Revisi), Jakarta: Universitas Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai