Anda di halaman 1dari 18

Laporan Auditor Independen

Management Letter
PT INDAH PRAKASA SENTOSA Tbk DAN ENTITAS ANAK
Per 31 Desember 2019
DAFTAR ISI

Halaman

Laporan Auditor Independen


Laporan Auditor Independen Atas Efektivitas Pengendalian Internal i - ii
Management Letter 1 - 13
MANAGEMENT LETTER

Sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan konsolidasi PT Indah Prakasa Sentosa dan Entitas Anak (selanjutnya disebut
“Grup”) untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2019 kami telah melakukan review dan evaluasi terhadap sistem
pengendalian internal yang ada pada Grup yang ditujukan untuk menentukan sejauh mana sistem pengendalian internal telah
berfungsi didalam mengamankan aset perusahaan, meningkatkan pengendalian/control, menghasilkan sistem pelaporan yang
handal, obyektif dan tepat waktu serta mendorong pelaksanaan operasi yang hemat, efisien dan efektif. Dari hasil review dan
evaluasi diketahui adanya hal-hal yang memerlukan perhatian dan perbaikan dari manajemen namun hal-hal tersebut tidak
berpengaruh material terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan konsolidasi Grup untuk tahun buku yang berakhir
31 Desember 2019 secara keseluruhan.

Hal- hal yang memerlukan perhatian dan perbaikan dari pihak manajemen adalah sebagai berikut:

1. PERLU PERBAIKAN MASALAH LIKUIDITAS, LAVERAGE DAN PROFITABILITAS

Kondisi Likuiditas

31 Desember 2019 31 Desember 2018 1 Januari 2018


Rasio Lancar 0,37x 0,35x 0,34x
Rasio Kas 0,01x 0,01x 0,02x
Rasio Cepat 0,29x 0,28x 0,23x

Rasio lancar Perusahaan per tanggal 31 Desember 2019 dan 2018 serta 1 Januari 2018 menunjukkan angka masing-masing
sebesar 0,37x, 0,35x dan 0,34x. Rasio lancar Perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019
masih berada di tingkat yang kurang sehat artinya seluruh aset lancar Perusahaan belum cukup untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun.

Sumber utama likuiditas Perusahaan adalah kas yang diperoleh dari kegiatan operasional dan pinjaman jangka panjang dan
jangka pendek melalui fasilitas bank dan lembaga keuangan lainnya. Dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo,
Perusahaan terutama mengandalkan likuiditas internal yang berupa laba operasi sedangkan sumber likuiditas eksternal
Perusahaan yang paling utama berasal dari utang bank dan lembaga keuangan lainnya jangka pendek dan jangka panjang.

Kondisi Laverage

31 Desember 2019 31 Desember 2018 1 Januari 2018


Debt to Equity Ratio 2,40x 2,41x 2,60x
Debt to Total Asset 0,71x 0,71x 0,72x

Rasio solvabilitas ekuitas di atas 2,33x hal ini berarti Perusahaan harus menambah ekuitasnya melalui setoran pemegang
saham sehingga Perusahaan dapat meningkatkan leverage lagi.

1
Rendahnya profitabilitas setelah bunga dan pajak (Earning After Interest & Tax)

Dari Perbandingan Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Konsolidasian Grup per 31 Desember 2019 dan
2018 diketahui sebagai berikut :

31 Desember
Keterangan
2019 2018

Pendapatan 404.550.079.953 318.326.593.222


Beban pokok pendapatan (321.615.983.876) (261.768.099.866)
Laba bruto 82.934.096.077 56.558.493.356

Beban penjualan (5.082.036.657) (2.625.072.218)


Beban umum dan administrasi (44.744.348.267) (38.741.143.713)
Beban pajak final (303.829.932) (376.252.720)
Beban penyisihan piutang (50.316.839) (307.207.367)
Beban penghapusan piutang - (29.024.808)
Laba (rugi) penjualan aset 154.402.625 478.500.000
Pendapatan bunga 47.815.025 52.102.944
Provisi dan administrasi bank (1.232.171.477) (691.535.449)
Bunga pinjaman bank (25.624.944.537) (18.076.382.293)
Bunga pembiayaan konsumen (6.434.688.938) (5.618.116.599)
Bunga lembaga keuangan lainnya (1.772.515.132) -
Pendapatan (beban) lainnya 815.983.241 307.961.973
(84.226.650.889) (65.626.170.251)

Rugi sebelum beban pajak (1.292.554.812) (9.067.676.894)

Beban pajak (2.592.068.640) (2.196.958.334)

Rugi tahun berjalan (3.884.623.452) (11.264.635.228)

Penghasilan komprehensif lain :


- Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi :
- Revaluasi aset tetap - -
- Pengukuran kembali liabilitas imbalan pasti 5.332.545.554 3.077.662.015
- Pajak penghasilan terkait (1.302.076.337) (760.315.395)
Jumlah penghasilan komprehensif lain tahun berjalan, setelah pajak 4.030.469.217 2.317.346.620

Jumlah penghasilan komprehensif tahun berjalan 145.845.765 (8.947.288.608)

Jumlah laba (rugi) tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada :


Pemilik entitas induk (3.925.610.246) (11.312.922.299)
Kepentingan non-pengendali 40.986.794 48.287.071
(3.884.623.452) (11.264.635.228)

2
31 Desember
Keterangan
2019 2018

Jumlah penghasilan komprehensif tahun berjalan yang dapat


diatribusikankepada :
Pemilik entitas induk 93.745.387 (9.004.649.766)
Kepentingan non-pengendali 52.100.378 57.361.158
145.845.765 (8.947.288.608)

Rugi per saham - dasar (6,42) (18,50)

Rasio rentabilitas dan rasio pertumbuhan akun-akun laba rugi adalah sebagai berikut :

31 Des 2019 31 Des 2018

% Laba (rugi) kotor terhadap penjualan 20,50% 17,77%


% Beban penjualan terhadap penjualan 1,26% 0,82%
% Beban umum dan administrasi terhadap penjualan 11,06% 12,17%
% Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan terhadap penjualan -0,32% -2,85%
% Laba (rugi) bersih tahun berjalan terhadap penjualan -0,96% -3,54%
% Pertumbuhan beban pokok penjualan 22,86% -15,47%
% Pertumbuhan laba (rugi) kotor 46,63% -14,61%
% Pertumbuhan beban penjualan 93,60% -15,50%
% Pertumbuhan beban umum dan administrasi 15,50% -16,51%
% Pertumbuhan laba (rugi) sebelum pajak penghasilan -85,75% 4,79%
% Pertumbuhan laba (rugi) bersih tahun berjalan -65,51% 9,60%

Interest Coverage Ratio

Interest Coverage Ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar bunganya. Berikut adalah perhitungan
Interest Coverage Ratio:

EBITDA 63.473.136.724
Interest Coverage Ratio = = 1,88x
Beban Bunga 33.832.148.607

Dari data di atas dapat dilihat permasalahan keuangan yang dihadapi pada saat ini adalah:

a. Keterbatasan modal kerja yang telah terkikis oleh kerugian dan oleh pembayaran beban tetap yang berupa beban
bunga pinjaman bank, pembiayaan konsumen, dan lembaga keuangan lainnya yang terus-menerus dibayar oleh
Perusahaan, walaupun Perusahaan mengalami kerugian.
b. Rendahnya Interest Coverage Ratio yaitu 1,88 kali.
c. Rendahnya profitabilitas setelah bunga dan pajak (Earning After Interest & Tax)
d. Rasio kecukupan modal kerja cenderung mengecil

Tanggapan Manajemen :

Tahun 2020 perusahaan akan berusaha menambah modal kerja sehingga penjualan dapat meningkat.

3
2. KEMAMPUAN PEMBAYARAN PINJAMAN BANK, UTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN, DAN UTANG LEMBAGA
KEUANGAN LAINNYA

31 Desember 2019 31 Desember 2018 1 Januari 2018

Utang Bank Jangka Pendek (KMK) 117.566.071.853 121.497.159.471 107.967.023.058


Utang Bank Jangka Panjang (KI) 104.515.711.639 112.665.559.695 110.872.269.258
Utang Pembiayaan Konsumen 52.219.259.768 68.237.120.133 65.726.254.634
Utang Lembaga Keuangan Lainnya 16.183.533.120 - -
Jumlah 290.484.576.380 302.399.839.299 284.565.546.950

Grup memiliki utang bank, utang pembiayaan konsumen, dan utang lembaga keuangan lain sebesar Rp 290.484.576.380
pada 31 Desember 2019, Rp 302.399.839.299 pada 31 Desember 2018, dan Rp 284.565.546.950 pada 1 Januari 2018.
Berikut adalah utang bank, utang pembiayaan konsumen, dan utang lembaga keuangan lainnya yang dimiliki oleh
Perusahaan dan Entitas Anak:

31 Desember 2019 31 Desember 2018

Utang Bank Jangka Pendek (KMK)


Perusahaan
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 77.907.999.230 77.907.999.230
PT Bank Central Asia Tbk. 6.100.000.000 6.100.000.000

Entitas Anak
PT Trasindo Sentosa
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 14.958.072.623 14.958.072.624
PT Jono Gas Pejagalan
PT Bank Central Asia Tbk. 9.600.000.000 13.531.087.617
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 9.000.000.000 9.000.000.000
Jumlah Utang Bank Jangka Pendek (KMK) 117.566.071.853 121.497.159.471

Utang Bank Jangka Panjang (KI)


Perusahaan
PT Bank Central Asia Syariah 14.504.974.800 17.218.651.299
PT Bank Central Asia Tbk. 5.256.859.295 5.813.667.313
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 2.720.000.000 3.800.000.000

Entitas Anak
PT Trasindo Sentosa
PT Bank Central Asia Tbk. - 895.833.324
PT Elpindo Reksa
PT Bank Central Asia Syariah 52.697.667.577 53.484.079.667
PT Ekatama Raya
PT Bank Central Asia Syariah 27.696.209.967 29.333.328.092
PT Jono Gas Pejagalan
PT Bank Central Asia Tbk. 1.640.000.000 2.120.000.000
Jumlah 104.515.711.639 112.665.559.695

4
31 Desember 2019 31 Desember 2018

Utang Pembiayaan Konsumen


PT Mandiri Tunas Finance 34.360.029.537 42.315.951.951
PT Dipo Star Finance 8.044.896.758 11.533.194.042
PT Hino Finance Indonesia 7.114.693.323 9.884.687.393
PT Orix Indonesia Finance 2.294.669.072 4.209.232.734
PT BCA Finance 404.971.078 211.074.063
Jumlah 52.219.259.768 68.154.140.183

Sewa Pembiayaan
PT Mandiri Tunas Finance - 82.979.950
Jumlah Utang Pembiayaan Konsumen 52.219.259.768 68.237.120.133

Utang Lembaga Keuangan Lainnya


PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) 16.183.533.120 -

Berikut rasio keuangan untuk mengukur kemampuan Perusahaan melakukan pembayaran pinjaman bank, utang
pembiayaan konsumen, dan utang lembaga keuangan lainnya:

Rasio Pinjaman Berbunga terhadap Ekuitas

Pinjaman Berbunga 290.484.576.380


= = 206%
Jumlah Ekuitas 140.907.844.369

Interest Coverage Ratio

EBITDA 63.473.136.724
= = 1,88x
Beban Bunga 33.832.148.607

Rasio Lancar

Aset Lancar 74.724.532.294


= = 0,37x
Liabilitas Lancar 203.306.140.875

Dari rasio-rasio keuangan di atas dapat disimpulkan bahwa Perusahaan masih memiliki pinjaman berbunga yang nilainya
2 kali lebih besar dari jumlah ekuitas, memiliki interest coverage ratio yang rendah, dan rasio lancar masih berada di tingkat
yang kurang sehat dimana seluruh aset lancar Perusahaan belum cukup untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo
dalam waktu satu tahun.

Tanggapan Manajemen :

Perusahaan tetap melakukan penambahan modal kerja untuk meningkatkan penjualan sehingga laba kas bisa menutupi
semua pinjaman.

3. KEPEMILIKAN TANAH

Sebagai bagian dari tujuan audit atas aset tetap adalah antara lain untuk meyakinkan bahwa aset tetap yang dicantumkan
dalam laporan keuangan adalah benar-benar milik perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut bersamaan dengan
pemeriksaan fisik aset tetap kami telah melakukan pemeriksaan terhadap dokumen kepemilikan aset tetap tanah yang
berupa sertifikat kepemilikan tanah.

Tanah yang tercatat dalam laporan keuangan Perusahaan dan Entitas Anak saat ini masih ada yang merupakan kepemilikan
atas nama pribadi, walaupun sebenarnya per 31 Desember 2019 sudah dalam proses balik nama menjadi atas nama
Perusahaan. Tanah-tanah yang dimaksud tersebut adalah:

5
No Tercatat di Luas (m2) Kepemilikan Status

Dalam Proses balik nama ke PT IPS, surat Notaris DIPO


1 PT Indah Prakasa Sentosa 5.075 Tn. Eddy Purwanto Winata
No. 16/NOT.DN/I/2018
Dalam Proses balik nama ke PT IPS, surat Notaris DIPO
2 PT Trasindo Sentosa 1.918 Tn. Eddy Purwanto Winata
No. 16/NOT.DN/I/2018

Berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 11 tahun 2016 yang diterbitkan pada tanggal 1 Juli 2016 bahwa tanah-tanah
yang dimiliki Perusahaan yang belum atas nama Perusahaan harus dibaliknamakan atas nama Perusahaan paling lambat
pada akhir tahun 2017.

Tanggapan Management

Perusahaan akan segera melakukan balik nama terhadap aset tanah tersebut sesuai dengan kemampuan keuangan
Perusahaan.

4. EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS INVESTASI YANG DIDANAI OLEH PINJAMAN BANK

Pada dua entitas anak Perusahaan yaitu PT Elpindo Reksa dan PT Ekatama Raya terdapat pinjaman bank yang digunakan
untuk mendanai proyek pada masing-masing entitas anak tersebut.

PT Elpindo Reksa memperoleh dana dari Bank BCA Syariah dengan total nilai outstanding per 31 Desember 2019 sebesar
Rp52.697.667.577. Pinjaman dana ini digunakan untuk investasi pembelian tanah kavling dan investasi pembangunan
gudang di Jababeka dengan harga perolehan sebesar Rp68.953.563.133. Gudang tersebut telah selesai dibangun per
31 Desember 2019 telah beroperasi dan menghasilkan pendapatan sebesar Rp11.147.634.271.

PT Ekatama Raya memperoleh dana dari Bank BCA Syariah dengan total nilai outstanding per 31 Desember 2019 adalah
sebesar Rp27.696.209.967. Pinjaman dana ini digunakan untuk investasi pembelian tanah bangunan eks gudang dan
investasi pembangunan SPBU Shell dengan harga perolehan sebesar Rp38.566.654.361. SPBU tersebut telah beroperasi
dan menghasilkan pendapatan per 31 Desember 2019 sebesar Rp25.022.307.141.

Jika membandingkan antara investasi pada masing-masing entitas anak yang dananya diperoleh dari pinjaman bank dengan
pendapatan yang diperoleh atas proyek atau lini usaha yang menjadi tujuan penggunaan dana pinjaman bank tersebut,
memperlihatkan hasil yang kurang memuaskan.

Rekomendasi

Perusahaan disarankan untuk mengurangi jumlah pinjaman bank dengan melepaskan aset yang yang kurang produktif atau
arus kas bersihnya tidak cukup untuk membayar biaya bunga dan cicilan pokoknya serta agar efisiensi dan efektivitas
investasi tetap terjaga dan tidak menggerus laba konsolidasi Perusahaan yang disebabkan oleh besarnya beban cicilan
pokok dan bunga pinjaman bank yang pada akhirnya dapat menjaga kelangsungan hidup Perusahaan.

Dengan berkurangnya pokok pinjaman bank konsolidasian, maka akan mengurangi besaran beban bunga pinjaman bank
yang harus dibayarkan oleh Perusahaan dan Entitas Anak, sehingga dapat mengurangi kerugian dan akan menambah
kemampuan Perusahaan melalui penghematan arus kas yang selama ini digunakan untuk pembayaran bunga pinjaman
bank.

Tanggapan Manajemen

Manajemen akan segera meningkatkan penjualan atau memaksimalkan aset aset menjadi produktif agar dapat memenuhi
kewajiban bank dikemudian hari

6
5. MANAJEMEN RESIKO

Perbandingan pengeluaran modal dan sumber pendaannya pada tahun 2019 dan 2018 adalah sebagai berikut :

Keterangan 31 Desember 2019 31 Desember 2018

Tanah - -
Bangunan 2.115.953.600 37.231.831.389
Kendaraan angkutan - 25.002.602.697
Kendaraan operasional - 866.316.591
Mesin dan peralatan 29.612.729 5.664.978.177
Inventaris kantor 311.064.800 570.930.947
Total Belanja Modal 2.456.631.129 69.336.659.801

Secara historis, pengeluaran untuk belanja modal dilakukan oleh Perusahaan dalam rangka pengembangan kegiatan
usahanya, yaitu pembelian kendaraan angkutan serta investasi di aset tetap lainnya. Pembelian kendaraan angkutan
diharapkan dapat meningkatkan kapasitas angkut sehingga dapat memenuhi permintaan dari para pelanggan.
Sumber dana untuk pembelian barang modal berasal dari pinjaman bank dan pembiayaan konsumen.

Tabel berikut ini menyajikan saldo pinjaman bank dan pinjaman lembaga keuangan lainnya yang masih terutang pada
31 Desember 2019 dan 2018 adalah sebagai berikut:

Pinjaman Yang Terutang 31 Desember 2019 31 Desember 2018


Pinjaman bank KMK 117.566.071.853 121.497.159.471
Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun :
Utang bank 15.589.716.632 13.412.546.705
Utang pembiayaan konsumen 22.005.540.576 32.288.856.084
Utang lembaga keuangan lainnya 16.183.533.120 -
Jumlah pinjaman Jangka Pendek 171.344.862.181 167.198.562.260
Liabilitas jangka panjang setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo
dalamsatu tahun :
Utang bank 88.925.995.007 99.253.012.990
Utang pembiayaan konsumen 30.213.719.192 35.948.264.049
Jumlah pinjaman Jangka Panjang 119.139.714.199 135.201.277.039
Jumlah pinjaman yang terutang 290.484.576.380 302.399.839.299

Mutasi bersih pinjaman (11.915.262.918) 17.834.292.349


Mutasi bersih utang-piutang berelasi 16.540.662.085 5.198.261.968
Mutasi bersih kewajiban lancar di luar utang kepada bank,
pembiayaan konsumen, dan lembaga keuangan lainnya 6.739.141.036 (18.314.555.757)
Mutasi bersih aktiva lancer 6.454.872.475 4.002.755.129

Dari data-data tersebut di atas, dapat diketahui sebagai berikut:


1. Investasi untuk tahun buku 2019 sebesar Rp2.456.631.129 dibiayai oleh dana internal.
2. Investasi untuk tahun buku 2018 sebesar Rp69.336.659.801 dibiayai oleh sumber dana yang berasal dari pinjaman
bank dan pembiayaan konsumen sebesar Rp17.834.292.349.

Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengeluaran investasi didanai dengan pendanaan
jangka panjang yang berupa pinjaman bank dan utang pembiayaan konsumen.

Tanggapan Manajemen

Perusahaan tetap melakukan penambahan modal kerja untuk meningkatkan penjualan sehingga dapat memenuhi semua
kewajiban bank.

7
6. PERLU PENINGKATAN KETEPATAN DAN KEAKURATAN DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

Perusahaan memperoleh Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) Pajak dengan rincian sebagai berikut:

Masa Pajak Jenis Pajak Jumlah KB/LB/


2016 Pajak Penghasilan Badan Pasal 29 Rp7.839.151.150
2016 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Rp1.473.818.576
2016 Pajak Penghasilan Final Pasal 4 (2) Rp121.474.800
2016 Pajak Penghasilan Pasal 21 Rp96.789.227
2016 Pajak Penghasilan Final Pasal 15 Rp40.727.216
Jumlah Rp9.571.960.969

Perusahaan tidak setuju dengan hasil pemeriksaan pajak dan telah mengajukan banding pada tanggal 8 Juli 2019
untuk jenis pajak PPh Badan Pasal 29 sebesar Rp 6.310.811.939 terkait dengan PMK No.169/PMK.010/2015 mengenai
penentuan besarnya perbandingan antara utang dan modal Perusahaan paling tinggi sebesar 4:1 dalam perhitungan pajak
penghasilan, selain itu untuk jenis pajak PPN sebesar Rp 1.182.072.440 terkait dengan PMK No.80/PMK.03/12.
Selisih sebesar Rp 2.079.076.590 telah dilakukan pembayaran pada tanggal 26 September 2019 dan masih diakui sebagai
pajak dibayar dimuka dengan rincian SKP sebagai berikut:

Tanggal Bayar/
Tanggal
Masa Pajak/ No. SKP/ Tanggal SKP/ Jenis Pajak/ Jumlah KB/LB/
Restitusi/ Date
Tax Period No. SKP SKP Dates Type of Tax Amount KB/LB
Paid/ Date of
Restitution
Surat Ketetapan Pajak
26 September
2016 00116/206/16/046/19 27 Agustus 2019 Kurang Bayar Pajak Rp1.528.339.211
2019
Penghasilan
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak 26 September
Desember 2016 00542/207/16/046/19 27 Agustus 2019 Rp24.312.178
Pertambahan Nilai Barang 2019
dan Jasa
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak 26 September
Januari 2016 00531/207/16/046/19 27 Agustus 2019 Rp24.312.178
Pertambahan Nilai Barang 2019
dan Jasa
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak 26 September
Febuari 2016 00532/207/16/046/19 27 Agustus 2019 Rp24.312.178
Pertambahan Nilai Barang 2019
dan Jasa
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak 26 September
Maret 2016 00533/207/16/046/19 27 Agustus 2019 Rp24.312.178
Pertambahan Nilai Barang 2019
dan Jasa
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak 26 September
April 2016 00534/207/16/046/19 27 Agustus 2019 Rp24.312.178
Pertambahan Nilai Barang 2019
dan Jasa
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak 26 September
Mei-2016 00535/207/16/046/19 27 Agustus 2019 Rp24.312.178
Pertambahan Nilai Barang 2019
dan Jasa
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak 26 September
Juli- 2016 00537/207/16/046/19 27 Agustus 2019 Rp24.312.178
Pertambahan Nilai Barang 2019
dan Jasa

8
Tanggal Bayar/
Tanggal
Masa Pajak/ No. SKP/ Tanggal SKP/ Jenis Pajak/ Jumlah KB/LB/
Restitusi/ Date
Tax Period No. SKP SKP Dates Type of Tax Amount KB/LB
Paid/ Date of
Restitution
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak 26 September
Juni-2016 00536/207/16/046/19 27 Agustus 2019 Rp24.312.178
Pertambahan Nilai Barang 2019
dan Jasa
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak 26 September
Oktober-2016 00540/207/16/046/19 27 Agustus 2019 Rp24.312.178
Pertambahan Nilai Barang 2019
dan Jasa
Surat Ketetapan Pajak
September- Kurang Bayar Pajak 26 September
00539/207/16/046/19 27 Agustus 2019 Rp24.312.178
2016 Pertambahan Nilai Barang 2019
dan Jasa
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak 26 September
November 2016 00541/207/16/046/19 27 Agustus 2019 Rp24.312.178
Pertambahan Nilai Barang 2019
dan Jasa
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak 26 September
Desember 2016 00101/240/16/046/19 27 Agustus 2019 Rp121.474.800
Penghasilan Final Pasal 4 2019
(2)
Surat Ketetapan Pajak
26 September
Desember 2016 00002/241/16/046/19 27 Agustus 2019 Kurang Bayar Pajak Rp40.727.216
2019
Penghasilan Final Pasal 15
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak 26 September
Agustus 2016 00538/207/16/046/19 27 Agustus 2019 Rp24.312.178
Pertambahan Nilai Barang 2019
Dan Jasa
Surat Ketetapan Pajak
Januari s.d. 26 September
00084/201/16/046/19 27 Agustus 2019 Kurang Bayar Pajak Rp96.789.227
Desember 2016 2019
Penghasilan Pasal 21
Rp2.079.076.590

Adanya surat ketetapan pajak yang timbul akibat pemeriksaan Dirjen Pajak atas tahun fiskal tahun 2016, hal ini menunjukkan
bahwa Perusahaan belum menghitung kewajiban perpajakannya secara tepat dan akurat di dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan (SPT) yang sebelumnya disampaikan Perusahaan kepada Dirjen Pajak.

REKOMENDASI
1. Agar perusahaan meningkatkan sumber daya bagian perpajakan sehingga bisa menghitung, melaporkan dan
membayar pajak secara tepat jumlahnya dan akurat sesuai dengan Undang – Undang Perpajakan.
2. Di masa yang akan datang disarankan agar dilakukan ekualisasi secara periodik antara kewajiban perpajakan
untuk kepentingan fiskal dan kewajiban perpajakan untuk kepentingan laporan keuangan komersial baik untuk
Pajak Penghasilan Badan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Wapu dan PPh Pasal 21.

TANGGAPAN MANAJEMEN

1. Perusahaan akan merekrut karyawan di bidang Perpajakkan sesuai dengan kebutuhan yang ada, sehingga
Perusahaan dapat menghitung sendiri, melaporkan dan membayar kewajiban Pajaknya sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku.
2. Perusahaan akan mengikuti saran dari auditor untuk melakukan ekualisasi secara periodik antara Laporan
Keuangan untuk kepentingan perpajakkan dan kepentingan komersil baik untuk Pajak Penghasilan Badan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Wapu dan PPh Pasal 21.

9
7. TRANSAKSI BERELASI

Pihak-Pihak Berelasi Sifat Hubungan Istimewa Transaksi

PT Nusantara Nuraga Pemegang saham dan Penjualan, pembelian, piutang usaha, dan
Memiliki kesamaan personil piutang lain-lain
manajemen kunci

PT Inprase Utama Mandiri Pemegang saham dan Pinjaman tunai


Memiliki kesamaan personil
manajemen kunci

PT Surya Perkasa Sentosa Pemegang saham dan Pinjaman tunai


Memiliki kesamaan personil
manajemen kunci

PT Sinar Ratu Sentosa Pemegang saham dan Pinjaman tunai


Memiliki kesamaan personil
manajemen kunci
PT Spring Indah Sentosa Pemegang saham dan Pinjaman tunai
Memiliki kesamaan personil
manajemen kunci

Ringkasan saldo piutang, utang, pembelian dan penjualan dengan pihak berelasi per 31 Desember 2019 dan 2018 adalah
sebagai berikut:

31 Desember 2019 31 Desember 2018

Piutang usaha
PT Nusantara Nuraga 3.279.375.031 12.776.067.488
PT Inprase Utama Mandiri - 7.000.000
Jumlah 3.279.375.031 12.783.067.488
Persentase dari jumlah assets 0,69% 2,66%

Piutang pihak berelasi


PT Nusantara Nuraga 17.508.142.107 12.096.987.058
PT Surya Perkasa Sentosa 13.742.948.027 -
PT Inprase Utama Mandiri 810.210.176 837.988.488
PT Sinar Ratu Sentosa 1.606.326.892 -
PT Spring Indah Sentosa 430.230.000 -
Jumlah 34.097.857.202 12.934.975.546
Persentase dari jumlah aset 7,12% 2,69%

Utang pihak berelasi


Ny. Lies Yuliana Winata 4.622.219.571 -
Jumlah 4.622.219.571 -
Persentase dari jumlah liabilitas 1,37% -

Penjualan
PT Nusantara Nuraga 2.720.227.772 11.620.970.443
Persentase dari Penjualan 0,67% 3,65%

Pembelian
PT Nusantara Nuraga 24.819.029.251 18.123.224.355
Persentase dari jumlah beban pokok penjualan 7,80% 10,29%

10
Per 31 Desember 2019, telah terjadi penurunan transaksi penjualan ke pihak berelasi, dimana pada tahun 2018 sebesar
Rp 11.620.970.433 menjadi sebesar Rp 2.720.227.772. Sedangkan di sisi lain, terdapat peningkatan piutang lain-lain dari
sebesar Rp 12.934.975.546 per 31 Desember 2018 menjadi sebesar Rp 34.097.857.202 per 31 Desember 2019.

Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM LK No. KEP-412/BL/2009 tentang Peraturan No. IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi
dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, yang dimaksud dengan transaksi afiliasi adalah transaksi yang dilakukan oleh
perusahan atau perusahaan terkendali dengan afiliasi dari perusahaan atau afiliasi dari anggota direksi anggota dewan
komisaris atau pemegang saham utama perusahaan.

Sedangkan yang dimaksud transaksi adalah:

a. Memberikan dan/atau mendapat pinjaman


b. Memperoleh, melepaskan, atau menggunakan aset termasuk dalam rangka menjamin
c. Memperoleh, melepaskan, atau menggunakan jasa atau efek suatu perusahaan atau perusahaan terkendali
d. Mengadakan kontrak sehubungan dengan aktivitas sebagaimana dimaksud dalam butir 1, butir 2 dan butir 3.
e. Yang dilakukan dalam satu kali transaksi atau dalam satu rangkaian transksi untuk suatu tujuan atau kegiatan tertentu.

Terhadap transaksi dengan pihak berelasi, aturan ini menetapkan:

a. Perusahaan wajib mengumumkan keterbukaan informasi atas setiap Transaksi Afiliasi kepada masyarakat dan
menyampaikan bukti pengumuman dan dokumen pendukungnya kepada Bapepam dan LK paling lambat akhir hari
kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya Transaksi, yang paling kurang meliputi:
1) Uraian mengenai Transaksi Afiliasi paling kurang:
a) Obyek transaksi yang bersangkutan;
b) Nilai transaksi yang bersangkutan;
c) Nama Pihak-pihak yang melakukan transaksi dan hubungan mereka dengan Perusahaan; dan
d) Sifat hubungan Afiliasi dari Pihak-pihak yang melakukan transaksi dengan Perusahaan;
2) Ringkasan laporan Penilai, jangka waktu antara tanggal penilaian dan tanggal transaksi tidak boleh melebihi
6 (enam) bulan.
3) Penjelasan, pertimbangan dan alasan dilakukannya Transaksi tersebut, dibandingkan dengan apabila dilakukan
Transaksi lain yang sejenis yang tidak dilakukan dengan Pihak terafiliasi;
4) Rencana Perusahaan, data perusahaan yang diambil alih, dan informasi terkait lain dalam hal Transaksi merupakan
pengambilalihan perusahaan;
5) Pernyataan Dewan Komisaris dan Direksi yang menyatakan bahwa semua informasi material telah diungkapkan
dan informasi tersebut tidak menyesatkan; dan
6) Ringkasan laporan tenaga ahli atau konsultan independen, jika dianggap perlu.

b. Transaksi Afiliasi berikut ini hanya wajib dilaporkan oleh Perusahaan kepada Bapepam dan LK paling lambat akhir hari
kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya Transaksi yang meliputi informasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a butir 1),
butir 3), butir 4), dan butir 5):
1) Penggunaan setiap fasilitas yang diberikan oleh Perusahaan atau Perusahaan Terkendali kepada anggota Dewan
Komisaris, anggota Direksi, dan/atau pemegang saham utama dalam hal pemegang saham utama juga menjabat
sebagai Karyawan dan fasilitas tersebut langsung berhubungan dengan tanggung jawab mereka terhadap
Perusahaan dan sesuai dengan kebijakan Perusahaan, serta telah disetujui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS);
2) Transaksi antara Perusahaan dengan Karyawan, anggota Direksi, atau anggota Dewan Komisaris Perusahaan
tersebut maupun dengan Karyawan, anggota Direksi, atau anggota Dewan Komisaris Perusahaan Terkendali
dengan persyaratan yang sama, sepanjang hal tersebut telah disetujui RUPS. Dalam Transaksi tersebut termasuk
pula manfaat yang diberikan oleh Perusahaan kepada semua Karyawan, anggota Direksi, atau anggota Dewan
Komisaris dengan persyaratan yang sama, menurut kebijakan yang ditetapkan Perusahaan;
3) Transaksi dengan nilai transaksi tidak melebihi 0,5% (nol koma lima perseratus) dari modal disetor Perusahaan dan
tidak melebihi jumlah Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
4) Transaksi yang dilakukan oleh Perusahaan sebagai pelaksanaan peraturan perundang-undangan atau putusan
pengadilan;
5) Transaksi antara Perusahaan dengan Perusahaan Terkendali yang saham atau modalnya dimiliki paling kurang
99% (sembilan puluh sembilan perseratus) atau antara sesama Perusahaan Terkendali yang saham atau modalnya
dimiliki paling kurang 99% (sembilan puluh sembilan perseratus) oleh Perusahaan dimaksud; dan/atau

11
6) Transaksi antara Perusahaan dengan Perusahaan Terkendali yang saham atau modalnya tidak dimiliki seluruhnya
dan tidak satu pun saham atau modal Perusahaan Terkendali dimiliki oleh anggota Dewan Komisaris, anggota
Direksi, pemegang saham utama Perusahaan dimaksud, atau Pihak Terafiliasinya, dan laporan keuangan
Perusahaan Terkendali tersebut dikonsolidasikan dengan Perusahaan.

c. Transaksi Afiliasi berikut ini dikecualikan dari kewajiban sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b:
1) Imbalan, termasuk gaji, iuran dana pensiun, dan/atau manfaat khusus yang diberikan kepada anggota Dewan
Komisaris, anggota Direksi, dan pemegang saham utama dalam hal pemegang saham utama menjabat juga
sebagai Karyawan, jika jumlah secara keseluruhan dari imbalan tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan
berkala;
2) Transaksi berkelanjutan yang telah dilakukan sebelum Perusahaan melaksanakan Penawaran Umum perdana atau
sebelum disampaikannya pernyataan pendaftaran sebagai Perusahaan Publik, dengan persyaratan:
a. Transaksi telah diungkapkan sepenuhnya dalam Prospektus Penawaran Umum perdana atau dalam
keterbukaan informasi pernyataan pendaftaran Perusahaan Publik; dan
b. syarat dan kondisi Transaksi tidak mengalami perubahan yang dapat merugikan Perusahaan;
3) Transaksi berkelanjutan yang dilakukan sesudah Perusahaan melakukan Penawaran Umum atau setelah
pernyataan pendaftaran sebagai Perusahaan Publik menjadi efektif, dengan persyaratan:
a. Transaksi awal yang mendasari Transaksi selanjutnya telah memenuhi peraturan ini; dan
b. syarat dan kondisi Transaksi tidak mengalami perubahan yang dapat merugikan Perusahaan
4) Transaksi yang merupakan kegiatan usaha utama Perusahaan atau Perusahaan Terkendali; dan
5) Transaksi yang merupakan penunjang kegiatan usaha utama Perusahaan atau Perusahaan Terkendali.

REKOMENDASI

Berdasarkan hal tersebut di atas, disarankan agar Perusahaan di masa yang akan datang mempunyai suatu bagian
yang melakukan analisa risiko atas transaksi dengan pihak berelasi dan melakukan penilaian dan perencanaan yang
memadai sebelum dilakukan transaksi dengan pihak berelasi dan menjamin bahwa Perusahaan dalam melakukan
transaksi dengan pihak berelasi telah memenuhi ketentuan Peraturan IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu.

TANGGAPAN MANAJEMEN

Manajemen akan menunjuk atau merekrut Karyawan di bidang Manajemen Risiko yang bertugas untuk melakukan
analisa risiko atas transaksi dengan pihak berelasi dan melakukan penilaian dan perencanaan sebelum dilakukan
transaksi dengan pihak berelasi dan menjamin bahwa perusahaan dalam melakukan transaksi dengan pihak berelasi
telah memenuhi ketentuan Peraturan IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

8. DAMPAK COVID-19 PADA KELANGSUNGAN USAHA PERUSAHAAN

Pada saat penerbitan laporan keuangan ini, di Dunia telah terjadi peristiwa mewabahnya Viruxs Corona, yang diduga berasal
dari Negara China dan menyebar ke seluruh dunia. Atas wabah Corona tersebut World Health Organization (WHO) telah
menyatakan sebagai Pandemi, demikian juga Pemerintah Indonesia telah menyatakan sebagai Kondisi Darurat non bencana
alam sesuai dengan keputusan Badan Penanggulangan Bencana Republik Indonesia Nomor 13.A Tahun 2020.

Akibat mewabahnya Corona, maka Negara China sebagai Negara pertama terjangkit Virus Corona telah melakukan
lockdown yang berupa pembatasan lalu lintas orang dan barang dari dan ke wilayah tertentu, dan diikuti oleh beberapa
Negara yg melakukan lockdown secara penuh. Negara-negara tersebut sebagian besar merupakan mitra dagang dari
Indonesia. Pengaruh dari wabah virus Corona terhadap perekonomian, menurut World Bank (Bank Dunia) bisa menurunkan
pertumbuhan Ekonomi Dunia, penurunan harga minyak, dan harga harga komoditas dan lain-lain, dan khusus untuk
Indonesia, pengaruhnya antara lain berupa terjadinya Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan dari 6.000 ke 4.500,
terdepresiasinya nilai Rupiah, kesulitan pembelian bahan bahan baku yg di impor dari Negara terjangkit wabah Virus Corona
dan penurunan harga Minyak Bumi dan harga komoditas ekpsor serta penurunan arus wisatawan ke dalam Negeri sehingga
akhirnya secara keseluruhan dapat menurunkan pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

Grup bergerak di bidang usaha trading energi, transportasi dan logistik dimana dengan adanya kondisi tersebut di atas dapat
mengakibatkan penurunan kinerja keuangan Grup.

Dalam mengantisipasi dan menghadapi penularan virus Corona ini, Manajemen Perusahaan telah mengambil langkah-
langkah kebijakan dengan mengutamakan keselamatan para direksi, staf, dan seluruh karyawan dengan melakukan
lockdown terbatas, yang berupa aturan agar para karyawan bekerja di rumah secara bergantian dan tindakan pencegahan
lainnya.

12
Pengaruh dari akibat mewabahnya Virus Corona ini, terhadap operasi dan laporan keuangan Grup, tidak dapat ditentukan
jumlahnya saat ini, dan laporan keuangan Grup per 31 Desember 2019 tidak dilakukan penyesuaian sehubungan hal
tersebut.

Selanjutnya, manajemen perlu mengambil langkah strategis serta memitigasi resiko yang dapat mengganggu kelangsungan
usaha Grup.

TANGGAPAN MANAJEMEN

Grup bergerak dalam bidang trading energi, transportasi, dan logistik sehingga manajemen tetap beroperasi walaupun tidak
secara penuh dan dengan melakukan SOP yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam pencegahan penyebaran virus Corona
serta melakukan efisiensi di beberapa bidang untuk mengantisipasi turunnya penjualan. Di samping itu, Grup juga telah
mengajukan restrukturisasi pembayaran pinjaman bank.

13

Anda mungkin juga menyukai