Contoh Soal:
bisa dilihat kondisi perusahaan masih terbilang likuid karena hasil ratio masih diatas satu,
tetapi pada tahun kedua mengalami penurunan karena mengalami peningkatan kewajiban
dengan kata lain perusahaan berhutang lebih banyak dari tahun sebelumnya. tetapi kondisi
masih aman karena masih diatas 1.
Cash Ratio
Terjadi peningkatan 0.05 point dari tahun sebelumnya dimana pada tahun I 1 kewajiban
dijamin dengan 0.011 uang tunai menjadi 0.016 pada perusahaan
Quick Ratio
Terjadi penurunan saat persediaan dikeluarkan yang tadinya pada tahun I 1 kewajiban
dijamin dengan 0.16 rupiah menjadi 0.15 rupiah ini menunjukan penjualan perusahaan tidak
dapat mengimbangi produksi yang terjadi.
DER
pada tahun I PT GFI lebih banyak menggunakan dana kreditor untuk perusahaannya
dibangdingkan dengan modal sendiri, tetapi pada tahun II DER menurun menandakan bahwa
perusahaan memperkuat modal sendirinya dimana DER turun 2,5 point seperti yang
ditunjukan pada laporan keuangan pada tahun I modal saham GFI sebesar 3420 menjadi
14500
bisa dilihat pada tahun I hutang jangka pendek pada perusahan GFI lebih banyak, ini
menandakan resiko yang dihadapi perusahaan lebih besar karena perusahaan harus
mempersiapkan dana untuk membayar utang-utang yang akan segera jatuh tempo. Dan dilihat
dari tahun berikutnya utang jangka pendek dan panjang perusahaan mengecil menjadi 0.2 dan
0.8 menandakan perusahaan baik2 saja dalam memenej utangnya.
Asset Turnover
asset turnover mengalami peningkatan menandakan perusahaan dapat mengatur aktiva yang
ada menjadi penjualan, tetapi perusahaan terlalu banyak persedianannya sehingga ratio yang
ada tidak mencapai 1
dilihat dari perputaran persediannya, perusahaan Fgi ini terbilang cukup lama, karena pada th
I perputarannya mencapai 1 tahun lebih, dan pada th I mengalami penuurn sekitar 15 hari.
Pada analisis vertikal dapat kita lihat bahwa persentase persedian cukup signifikan mencapai
44,54 persen dengan rasio 395 hari ( satu tahun tiga bulan) jika perusahaan memiliki
kebijakan untuk memelihara persediaan pada tingkat 1 tahun lebih maka tidak jadi masalah
tetapi jika dibawah 1 tahun, FGI mengalami masalah, ada kemungkinan perusahaan harus
menghapuskan pencatatan persediaan dari pembukuan. dan pada tahun kedua pun penurunan
rasionya tidak cukup signifikan
jika dilihat pada Th I total kewajiban lebih besar dari pada total modal sendiri menandakan
bahwa perusahaan mengedepankan hutang untuk membiayai perusahaannya. Karena 78
persen hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Jika perusahaan tida sanggup bayar dengan
tepat waktu dan lancar, ada kemungkinan pemasok akan menghentikan pasokan bahannya
untuk FGI. dan jika pemasok minta tunai pembayarannya maka perusahaan harus
menyediakan 78 persen dana tunai tsb. dengan perputaran yang mencapai 200 hari masih
terbilang besar, tetapi selama masih dibawah 1 tahun maka perusahaan tsb masih aman,
karena pinjaman jangka pendek itu maksimal 1 tahun. dan pada TH I perusahaan dapat
memperkecil hutangnya terlihat bahwa persentasi antara kewajiban dengan modal sendirinya
hampir sama. berada di angka 49-50 persen ini menandakan bahwa perusahaan dapat
mengatasi utangnya, dan perputarannya semakin lebih cepat menjadi hanya 123 hari. lebih
cepat 2 bulan dari tahun sebelumnya.
Dari hasil rasio tersebut dihasilkan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan laba kotor
penjualan dimana pada tahun I setiap 1 penjualan menghasilkan 28.8 perses gross profit
menjadi 29.5 persen
dan pada rasio NPM ini juga perusahaan mengalami peningkatan yang pada tahun setiap
penjualan menghasilkan 7.4 persen laba bersih menjadi 7.8 persen laba bersih walaupun tidak
terlalu signifikan naiknya. Karena masih banyaknya persedian dagang,
ROI
ROI GFI juga mengalami penginkatan 0.08 point menandakan setiap 1 modal yang ditanam
menghasilkan 0.04 laba pada tahun I dan 0.05 pada tahun II
ROE
Sedangkan ROE mengalami penurnan yang menandakan bahwa perusahaan tidak terlalu
bagus dalam mengatur aktivanya atau perusahaan baru saja menambah modalnya, ROE
pada suatu perusahaan minimal harus 20 persen. Pada tahun I perusahaan bisa dibilang
mencapai 20 persen atau 19.5 persen tingkat pengembalian tetapi pada tahun II mengalami
penurnan yang cukup signifikan sebanyak 9 persen menjadikan tingkat pengembalian pada
tahun II 10.6 persen. ini menandakan bahwa perusahaan tidak dapat mengubah asset yang
dimiliki untuk merubah penjualan yang baik, yang dimana penjualan akan meningkatkan
equitasnya, dikarenakan perusahaan baru menambahkan modal saham ke perusahaan.
ABCDEF Tbk
31 Desember 2016
Aset
Aset Lancar
Kas dan setara kas 57.945.297.612
Piutang usaha:
Piutang Pihak ketiga 53.134.831.686
Aset
Piutang Pihak berelasi 0
Piutang lain-lain 0
Persediaan 9.074.625.513
Deposito berjangka yang dibatasi penggunaannya 13.018.150.400
Biaya dibayar di muka 314.692.514
Pajak dibayar dimuka 1.256.800.871
Uang muka 2.840.103.746
Total Aset Lancar 137.584.502.342
Aset Tidak Lancar
Aset tetap – setelah dikurangi penyusutan 204.680.869.234
Deposito jaminan 3.957.154.973
Aset tidak lancar 755.146.686
Total Aset Lancar 209.393.170.893
Total Aset 346.977.673.235
Kewajiban
Liabilitas Jangka Pendek
Utang usaha 37.634.706.115
Utang lain-lain 13.108.059.385
Utang pajak 12.161.800.167
Biaya yang harus dibayar 7.543.257.586
Utang jangka panjang jatuh tempo dalam waktu 12 bulan ke depan 25.000.000.000
Total Liabilitas Jangka Pendek 95.447.823.253
Liabilitas Jangka Panjang
Jaminan pelanggan 4.420.362.606
Utang bank jangka panjang 68.750.000.000
Liabilitas pajak tangguhan – neto 6.590.489.024
Liabilitas imbalan kerja karyawan 3.928.985.657
Total Liabilitas Jangka Panjang 83.689.837.287
Total Liabilitas 179.137.660.540
Ekuitas
Modal saham 86.050.600.000
Tambahan modal disetor 349.534.267
Saldo laba 81.439.878.428
Total Ekuitas 167.840.012.695
Total Liabilitas dan Ekuitas 346.977.673.235
ABCDEF Tbk
Laporan Laba Rugi Komprehensif
31 Desember 2016
ABCDEF Tbk
31 Desember 2016
Modal kerja bersih adalah selisih nilai antara aset lancar dengan kewajiban
lancar.
Contoh perhitungan:
= Rp137.584.502.342 – Rp95.447.823.253
= Rp42.136.679.089
Artinya: modal kerja bersih yang dibutuhkan perusahaan selama satu tahun
adalah Rp42,1 milliar.
Rasio lancar atau current ratio adalah perbandingan antara seluruh aset lancar
(current assets) dengan seluruh kewajiban lancar (current liabilities). Rasio ini
bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan mampu membayar seluruh
kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar) dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki.
Semakin tinggi nilai rasio lancar, maka semakin tinggi tingkat kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendek. Nilai ideal untuk rasio lancar
disesuaikan dengan rata-rata rasio lancar industri sejenis.
Contoh perhitungan:
= Rp137.584.502.342 : Rp95.447.823.253
= 1,441 kali
Artinya: aset lancar (current assets) perusahaan besarnya 1,4 kali lipat dari
utang lancar (current liabilities), sehingga perusahaan dengan menggunakan
aset lancar (current assets) dapat membayar seluruh utang lancar (current
liabilities).
Keterangan:
Contoh perhitungan:
= 1,164 kali
Cash Ratio
Cash ratio termasuk rasio yang paling konservatif untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya, karena hanya
memperhitungkan kas atau setara kas.
Contoh perhitungan:
= 0,607 kali
Receivable Turnover
Receivable turnover adalah rasio perputaran piutang yang berhasil ditagih dan
kembali digunakan untuk produksi barang dalam satu tahun. Anda dapat
menggunakan receivable turnover untuk mengukur efisiensi sebuah perusahaan
dalam memanfaatkan aset-aset. Jika rasio receivable turnover tinggi, maka
perusahaan beroperasi dengan cash basis dan penagihan piutang berjalan lancar.
Dalam perhitungan ini, piutang usaha yang digunakan adalah piutang usaha
yang pihak ketiga, tidak termasuk piutang usaha berelasi dan piutang lainnya.
Contoh perhitungan:
= Rp485.919.837.348 : Rp53.134.831.686
= 9,145 kali
Contoh perhitungan:
= 365 : 9,145
= 39,912 hari
Inventory Turnover
Rasio inventory turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi
persediaan. Semakin tinggi rasio inventory turnover, maka perusahaan dapat
menjual persediaan dan barang tidak terlalu lama menumpuk di gudang. Rasio
inventory turnover sangat berpengaruh pada cara pencatatan persediaan.
Contoh perhitungan:
= Rp263.821.222.220 : [(Rp9.074.625.513+Rp7.279.506.188) : 2]
= 29,072 kali
Rasio ini bertujuan untuk mengetahui jumlah hari yang dibutuhkan untuk
menyimpan persediaan sebelum diproses menjadi produk. Semakin kecil
angkanya berarti perusahaan mampu membutuhkan waktu yang sebentar untuk
mengubah bahan baku, menjadi barang jadi untuk dijual.
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio average inventory processing
period:
Contoh perhitungan:
= 365 : 29,072
= 12,555 hari
Payables Turnover
Contoh perhitungan:
= Rp263.821.222.220 : Rp37.634.706.115
= 7,010 kali
Artinya perusahaan membayar rata-rata utang usaha sebanyak 7,01 kali dalam
setahun.
Rasio keuangan payable payment period mengukur rata-rata jumlah hari yang
dibutuhkan perusahaan untuk melunasi utang usaha. Ada beberapa orang yang
menyebut istilah payables payment period sebagai umur utang.
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio payables payment period:
Contoh perhitungan:
= 365 : 7,010
= 52,068 hari
Contoh perhitungan:
= 0,399 hari
Artinya perusahaan membutuhkan 0,399 hari untuk satu siklus. Angka ini dapat
dikatakan sangat bagus karena perusahaan sudah mendapatkan pembayaran
piutang beberapa hari (tepatnya 13 hari, lihat selisih payable payment period
dengan receivable collection period) sebelum perusahaan harus membayar
utang.
Rasio gross profit margin bertujuan untuk mengetahui keuntungan kotor dari
bisnis inti. Keuntungan kotor adalah keuntungan dikurangi beban pokok
penjualan.
Contoh perhitungan:
= Rp222.098.615.128 : Rp485.919.837.348
= 45,707%
Artinya perusahaan mampu mencetak keuntungan kotor dari bisnis inti sebesar
45,707% dari penjualan.
Contoh perhitungan:
= Rp88.295.195.232 : Rp485.919.837.348
= 18,171%
Contoh perhitungan:
= Rp57.144.858.132 : Rp485.919.837.348
= 11,754%
Artinya perusahaan mampu mencetak keuntungan bersih dari bisnis inti sebesar
11,754%.
Return on Equity
Contoh perhitungan:
= Rp57.144.858.132 : Rp167.840.012.695
= 66,374%
Return on Asset
Contoh perhitungan:
= Rp57.144.858.132 : Rp346.977.673.235
= 16,461%
Contoh perhitungan:
= Rp485.919.837.348 : Rp346.977.673.235
= 1,400 kali
Artinya perusahaan mampu menghasilkan penjualan bersih (penjualan neto) 1,4
kali lebih besar daripada total asset yang dimiliki.
Contoh perhitungan:
Modal kerja
= Rp137.584.502.342
= Rp42.136.679.089
= Rp485.919.837.348 : Rp42.136.679.089
= 11,532 kali
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio working capital to total asset:
Contoh perhitungan:
= Rp42.136.679.089 : Rp346.977.673.235
= 12,144%
Artinya perusahaan memiliki modal kerja yang nilainya 12,144% dari total aset.
Semakin rendah rasio working capital to total asset, maka artinya semakin baik.
Rasio basic earning power bertujuan untuk mengukur tingkat keuntungan dasar
(basic profitability) total aset perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum
pajak dan bunga (EBIT).
Contoh perhitungan:
= Rp88.295.195.232 : Rp346.977.673.235
= 25,477%
Sekarang Apakah Anda tahu, berapa rata-rata gaji yang dibayarkan oleh
perusahaan tempat Anda kerja?
Apakah gaji Anda sekarang ini berada di rata-rata? Di atas rata-rata? Atau di
bawah rata-rata?
Silakan share pertanyaan dan saran Anda mengenai laporan keuangan ini.
Terima kasih.
Sumber Referensi:
Balance sheet atau neraca, yang menunjukkan posisi finansial perusahaan pada suatu saat.
Income statement atau rugi-laba yang merupakan laporan operasi perusahaan selama
periode tertentu
Tujuan dari analisis rasio adalah membantu manajer finansial memahami apa yang perlu
dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia yang sifatnya terbatas
berasal dari financial statement.