31 Desember 2016
Aset
Aset Lancar
Kas dan setara kas 57.945.297.612
Piutang usaha:
Piutang Pihak ketiga 53.134.831.686
Piutang Pihak berelasi 0
Piutang lain-lain 0
Persediaan 9.074.625.513
Deposito berjangka yang dibatasi penggunaannya 13.018.150.400
Biaya dibayar di muka 314.692.514
Pajak dibayar dimuka 1.256.800.871
Uang muka 2.840.103.746
Total Aset Lancar 137.584.502.342
Aset Tidak Lancar
Aset tetap – setelah dikurangi penyusutan 204.680.869.234
Deposito jaminan 3.957.154.973
Aset tidak lancar 755.146.686
Total Aset Lancar 209.393.170.893
Total Aset 346.977.673.235
Kewajiban
Liabilitas Jangka Pendek
Utang usaha 37.634.706.115
Utang lain-lain 13.108.059.385
Utang pajak 12.161.800.167
Biaya yang harus dibayar 7.543.257.586
Aset
Utang jangka panjang jatuh tempo dalam waktu 12 bulan ke depan 25.000.000.000
Total Liabilitas Jangka Pendek 95.447.823.253
Liabilitas Jangka Panjang
Jaminan pelanggan 4.420.362.606
Utang bank jangka panjang 68.750.000.000
Liabilitas pajak tangguhan – neto 6.590.489.024
Liabilitas imbalan kerja karyawan 3.928.985.657
Total Liabilitas Jangka Panjang 83.689.837.287
Total Liabilitas 179.137.660.540
Ekuitas
Modal saham 86.050.600.000
Tambahan modal disetor 349.534.267
Saldo laba 81.439.878.428
Total Ekuitas 167.840.012.695
Total Liabilitas dan Ekuitas 346.977.673.235
ABCDEF Tbk
31 Desember 2016
ABCDEF Tbk
31 Desember 2016
Receivable Turnover
Receivable turnover adalah rasio perputaran piutang yang berhasil ditagih dan
kembali digunakan untuk produksi barang dalam satu tahun. Anda dapat
menggunakan receivable turnover untuk mengukur efisiensi sebuah perusahaan
dalam memanfaatkan aset-aset. Jika rasio receivable turnover tinggi, maka
perusahaan beroperasi dengan cash basis dan penagihan piutang berjalan lancar.
Dalam perhitungan ini, piutang usaha yang digunakan adalah piutang usaha
yang pihak ketiga, tidak termasuk piutang usaha berelasi dan piutang lainnya.
= Rp485.919.837.348 : Rp53.134.831.686
= 9,145 kali
Contoh perhitungan:
= 365 : 9,145
= 39,912 hari
Inventory Turnover
Rasio inventory turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi
persediaan. Semakin tinggi rasio inventory turnover, maka perusahaan dapat
menjual persediaan dan barang tidak terlalu lama menumpuk di gudang. Rasio
inventory turnover sangat berpengaruh pada cara pencatatan persediaan.
Contoh perhitungan:
= Rp263.821.222.220 : [(Rp9.074.625.513+Rp7.279.506.188) : 2]
= 29,072 kali
Rasio ini bertujuan untuk mengetahui jumlah hari yang dibutuhkan untuk
menyimpan persediaan sebelum diproses menjadi produk. Semakin kecil angkanya
berarti perusahaan mampu membutuhkan waktu yang sebentar untuk mengubah
bahan baku, menjadi barang jadi untuk dijual.
Contoh perhitungan:
= 365 : 29,072
= 12,555 hari
Artinya secara rata-rata, perusahaan membutuhkan waktu 12,5 hari untuk
menyimpan bahan baku sampai diproses menjadi barang jadi (untuk dijual).
Payables Turnover
Rasio keuangan payable turnover mengukur perputaran utang usaha yang dimiliki
perusahaan kepada para supplier (pemasok). Rasio payable turnover berguna
untuk mengukur likuiditas jangka pendek.
Contoh perhitungan:
= Rp263.821.222.220 : Rp37.634.706.115
= 7,010 kali
Artinya perusahaan membayar rata-rata utang usaha sebanyak 7,01 kali dalam
setahun.
Rasio keuangan payable payment period mengukur rata-rata jumlah hari yang
dibutuhkan perusahaan untuk melunasi utang usaha. Ada beberapa orang yang
menyebut istilah payables payment period sebagai umur utang.
Contoh perhitungan:
= 365 : 7,010
= 52,068 hari
Contoh perhitungan:
= 0,399 hari
Artinya perusahaan membutuhkan 0,399 hari untuk satu siklus. Angka ini dapat
dikatakan sangat bagus karena perusahaan sudah mendapatkan pembayaran
piutang beberapa hari (tepatnya 13 hari, lihat selisih payable payment period
dengan receivable collection period) sebelum perusahaan harus membayar utang.