Anda di halaman 1dari 6

Faletehan Health Journal, 7 (1) (2020) 12-17

www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667

Hubungan Usia, Jenis Kelamin dan Status Anemia


dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia

Riza Firdaus1*

1
Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Indonesia
*Corresponding Author: rizafirdaus88@yahoo.co.id

Abstrak

Menurunnya fungsi kognitif sangat mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia. Faktor yang mempengaruhi adalah
faktor fisiologis, psikologis dan lingkungan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, jenis kelamin dan
status anemia dengan fungsi kognitif pada lanjut usia. Desain penelitian yaitu analitik observasional dengan
pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Wening Wardoyo Semarang. Jumlah sampel yang
didapatkan sebanyak 51 orang lanjut usia dengan total sampling. Variabel dependen adalah fungsi kognitif dan
variabel independen adalah usia, jenis kelamin dan status anemia. Pemeriksaan fungsi kognitif diukur dengan
instrumen Mini Mental State Examination (MMSE) dan pemeriksaan status anemia menggunakan haemometer
dengan metode Sahli. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan
usia < 75 tahun meningkatkan risiko fungsi kognitif normal (OR = 6,480; 95% CI 1,844- 22,769; p = 0,002), jenis kelamin
laki – laki (OR = 2,357; 95% CI 0,688- 8,075; p = 0,167) dan anemia ringan (OR = 2,821; 95% CI 0,831- 9,577; p = 0,091 ).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa fungsi kognitif pada lanjut usia dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan status
anemia.
Kata Kunci: Anemia, Jenis Kelamin, Kognitif, Lanjut Usia, Usia

Relationship of Age, Gender and Anemia Status with Cognitive Function in the Elderly

Abstract

The decline in cognitive function greatly influences the quality of life of the elderly. Factors that influence are
physiological, psychological and environmental factors. This study aims to determine the relationship of age, sex and
anemia status with cognitive function in the elderly. This study was an observational analytic study with a cross-
sectional design. This research was conducted at Weningha Wening Wardoyo Semarang. The number of samples
obtained was 51 elderly who were elected with a total sampling technique. The dependent variable was cognitive
function and the independent variables were age, gender and anemia status. The examination of cognitive function
was measured by the Mini-Mental State Examination (MMSE) instrument and anemia status examination using a
haemometer with the Sahli method. The data analysis used was the Chi-Square test. Results: The risk of age <75 years
increased the risk of normal cognitive function (OR = 6.480; 95% CI 1.844-22,769; p = 0.002), male gender (OR = 2.357;
95% CI 0.688- 8.075; p = 0.167) and mild anemia (OR = 2,821; 95% CI 0.831-9,577; p = 0.091). This study concludes that
cognitive function in the elderly is influenced by age, gender and anemia status.
Keywords: Anemia, Gender, Cognitive, Elderly, Age

12
Faletehan Health Journal, 7 (1) (2020) 12-17
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667

Pendahuluan sebesar 27.92 %, dan lanjut usia tua (kelompok


Penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia umur >80 tahun sebesar 8.69% (BPS, 2018).
akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Tingginya pertumbuhan penduduk lansia
Gangguan kognitif adalah penurunan fungsi yang sangat pesat akan membawa dampak baik
intelektual seperti berpikir, mengingat, bernalar positif maupun negatif terhadap pembangunan.
dan merencanakan (Robertson, Savva, & Anne, Dampak positif nya adalah jika lansia berada
2019). Lanjut usia dengan gangguan fungsi dalam keadaan mandiri, sehat, aktif, dan
kognitif akan menyebebkan gangguan dalam produktif. Di sisi lain, peningkatan jumlah lansia
melakukan aktifitas hidup sehari–hari dan juga akan menjadi tantangan tersendiri ketika
menimbulkan ketergantungan dengan orang lain. persiapan pra-lansia untuk menyambut masa senja
Penurunan fungsi kognitif bisa terjadi seiring tidak terlalu baik yang mengakibatkan lansia di
dengan penurunan fungsi organ tubuh sebagai masa mendatang jauh dari kata sehat, aktif, dan
akibat dari proses penuaan atau kematian sel produktif. Hal tersebut berimplikasi terhadap
(Purwaningsih, 2014). meningkatnya beban penduduk usia produktif
Penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia khususnya lansia (BPS, 2018). Bertambahnya
disebebkan oleh faktor fisiologis, faktor jumlah lanjut usia diharapkan lanjut usia dapat
psikologis dan faktor lingkungan (Brayne & berprestasi dimasa tua. Berprestasi adalah
Davis, 2012). Nutrisi atau gizi diperlukan untuk merupakan harapan setiap insan, baik individu itu
mempertahankan fungsi sel dalam menjaga sendiri maupun keluarga nya agar dapat mandiri
kenormalan fungsi tubuh, hidup sehat, cerdas dan dan berdaya guna sehingga tidak menjadi beban
produktif (Hardiansyah, 2016; Undang-Undang bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
RI, 2012). Untuk mengetahui status gizi lanjut Menurunnya kemampuan kognitif sering kali
usia perlu dilakukan suatu penilaian. Salah dianggap sebagai masalah biasa dan merupakan
satunya adalah penilaian secara biokimia yaitu hal yang wajar terjadi pada mereka yang berusia
pemeriksaan spesimen yang diuji secara lanjut. Padahal, menurunnya kemampuan kognitif
laboratorium seperti pemeriksaan kadar yang ditandai dengan banyak lupa merupakan
hemoglobin (Hb) (Manjilala, 2016). Kadar salah satu gejala awal kepikunan yang tentunya
hemoglobin yang rendah menyebabkan anemia. sangat mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia.
Anemia pada lanjut usia menyebabkan gangguan Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti
pada fungsi fisik dan juga menyebabkan lakukan di Panti Wredha Wening Wardoyo,
gangguang pada fungsi kognitif (Terekeci et al., didapatkan data terdapat 91 orang lanjut usia. Dari
2010). Kemampuan fungsi fisik dan fungsi 91 orang lanjut usia tersebut didapat data 38 orang
kognitif diperlukan dalam melakukan aktivitas lanjut usia sering mengeluh pusing, 10 orang
hidup sehari - hari dan merupakan faktor utama lanjut usia mengeluh badan terasa lemah, 2 orang
yang menentukan kemandirian lanjut usia. mengeluh sering mual. Berdasarkan observasi
Badan Pusat Statistik (BPS) langsung yang peneliti lakukan pada 7 orang
memproyeksikan bahwa pada tahun 2045, lanjut usia didapatkan data 4 orang lanjut usia
Indonesia akan memiliki sekitar 63,31 juta mempunyai konjungtiva agak anemis, mengeluh
penduduk lanjut usia atau hampir mencapai 20 lemah letih lesu, dan nafsu makan kurang, tubuh
persen populasi, PBB juga proyeksi persentase tampak kurus dan terkadang mengeluh sakit
lanjut usia Indonesia akan mencapai 25 persen kepala, dan mengatakan sering lupa, dan 1 orang
pada tahun 2050 atau sekitar 74 juta lanjut usia. lanjut usia mengalami depresi ringan.
Selama kurun waktu hampir 50 tahun (1971- Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk
2018), persentase penduduk lanjut usia Indonesia meneliti dan mengetahui hubungan usia, jenis
meningkat sekitar dua kali lipat. Pada tahun 2018, kelamin dan status anemia terhadap fungsi
persentase lanjut usia mencapai 9.27 % atau kognitif pada lanjut usia di Panti Wredha Wening
sekitar 24,49 juta orang. Adapun persentase lanjut Wardoyo Semarang.
usia di Indonesia didominasi oleh lanjut usia
muda (kelompok umur 60-69 tahun) yang Metode Penelitian
persentasenya mencapai 63.39%, sisanya adalah Desain penelitian ini menggunakan desain
lanjut usia madya (kelompok umur 70-79 tahun) penelitian analitik observasional dengan desain

13
Faletehan Health Journal, 7 (1) (2020) 12-17
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667

Cross sectional, dimana status paparan dan penelitian ini meliputi persetujuan penelitian
penyakit diukur pada saat yang sama (Murti, (informed cosent), tanpa nama (anonymity) dan
2016). Populasi umum dalam penelitian ini adalah kerahasiaan (confidentiality).
semua lanjut usia yang ada di Panti Wredha
Wening Wardoyo yang berjumlah 91 orang dan Hasil
yang menjadi sampel adalah para lanjut usia Karakteristik responden dalam penelitian ini
berusia > 60 tahun yang ada di Panti Wreda terdiri dari, usia dan jenis kelamin. Di dalam
Wening Wardoyo Semarang yang memenuhi penelitian ini dari 51 responden didapatkan bahwa
kriteria inklusi yaitu kriteria pengambilan sampel usia yang terbanyak adalah berusia < 75 tahun
yang ditentukan oleh peneliti (UMSL, 2017), yaitu sebanyak 28 orang (54.9%) hal ini juga
seperti lanjut usia yang bisa diajak komunikasi, sesuai dengan data lanjut usia yang ada di panti,
bisa mendengar dengan baik, bersedia menjadi Wredha Wening Wardoyo yang terbanyak adalah
responden, tidak mengalami gangguan jiwa dan usia antara 60 – 74 tahun. Usia tersebut termasuk
tidak ketergantungan fisik berat. dalam katagori lanjut usia (elderly) (BPS, 2018).
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria
inklusi adalah sebanyak 51 oarang responden. Tabel 1. Karakteristik Sampel
Teknik pengambilan sampel. yang digunakan Variabel n %
dalam pengambilan sampel adalah total sampling. Usia
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah < 75 tahun 28 54,9
fungsi kognitif dan variabel Independennya ≥ 75 tahun 23 45,1
adalah usia, jenis kelamin dan status anemia. Jenis Kelamin
Metode pengukuran yang digunakan dalam Laki-laki 15 29,4
pemeriksaan fungsi kognitif adalah diukur dengan Perempuan 36 70,6
instrumen Mini Mental State Examination Jumlah 51 100
(MMSE) yang merupakan suatu tes skrining yang
cukup valid dalam pemeriksaan gangguan
kognisi. MMSE adalah salah satu pemeriksaan Tabel 2. Distribusi Silang Variabel Independen
status mental yang paling banyak digunakan dan Dependen
Folstein, Folstein and McHugh (1975) Tes ini Fungsi Kognitif
terdiri atas dua bagian yaitu: pemeriksaan respons Variabel Normal Terganggu
vokal yang meliputi pemeriksaan orientasi, % %
memori dan atensi dan memeriksa kemampuan Usia
dalam menyebutkan nama, mengikuti perintah < 75 tahun 35,3 19,6
verbal dan tulisan, menuliskan kalimat dan ≥ 75 tahun 9,8 35,3
mengkopi gambar (Tjokronegoro, 2001). Jenis Kelamin
Pemeriksaan status anemia menggunakan Laki-laki 17,6 11,8
haemometer dengan metode Sahli. Menurut Perempuan 27,5 43,1
Kementerian Kesehatan RI, (2010, 2015) Alat
Status Anemia
pemeriksaan kadar Hemoglobin yang bisa
Ringan 19,6 11,8
digunakan adalah hemoglobinometer sahli (Hb
Sedang/Berat 25,5 43,1
Sahli); hemoglobinometer POCT; fotometer; atau
Total 100 100
hematologi analizer. Peneliti ini menggunakan
metode Sahli dikarenakan alat tersebut mudah
didapatkan, mudah digunakan, bisa dibawa
Tabel 3. Distribusi Nilai Chi-Square
kemana – mana, dan biaya operasional lebih
Value df Asymp.Sig
murah dibandingkan dengan penggunaan metode Variabel
(2-sides)
yang mempergunakan alat spektrofotometer,
hematologi analizer, walaupun tingkat kesalahan Usia 9,232 1 0,002
2 – 3 kali kesalahan rata – rata dari metode yang Jenis Kelamin 1,906 1 0,167
menggunakan spektrofotometer (Nyoman, 2001). Status Anemia 2,851 1 0,91
Model dan metode analisis data yang digunakan
adalah Uji Chi –Square. Etika penelitian dalam

14
Faletehan Health Journal, 7 (1) (2020) 12-17
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667

Data jenis kelamin menunjukkan sebanyak disimpulkan hubungan usia dengan fungsi
15 orang (29.4%) berjenis kelamin laki – laki dan kognitif signifikan, sedangkan jenis kelamin dan
36 orang (70.6%) berjenis kelamin perempuan, status anemia dengan fungsi kognitif kurang
sehingga dapat dikatakan bahawa responden yang signifikan.
berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari Pada tabel 4, dapat diketahui terdapat
pada yang berjenis kelamin laki – laki, sesuai hubungan antara usia < 75 tahun dengan fungsi
dengan data statistik persentase penduduk lanjut kognitif dan secara statistik signifikan. Lanjut usia
usia menurut kelompok umur tahun 2018 yaitu < 75 tahun kecenderungan mempunyai fungsi
laki – laki 8.78 % dan perempuan 9.77% (BPS, kognitif normal 6.4 kali dibandingkan dengan usia
2018). > 75 tahun (OR = 6.48; 95% CI= 1.84 – 22.76;
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa responden p=0.002), hubungan antara jenis kelamin dengan
yang berusia < 75 tahun 35.3% mempunyai fungsi fungsi kognitif dan secara statistik tidak
kognitif normal dan 19.6% mempunyai fungsi signifikan. Lanjut usia yang berjenis kelamin laki
kognitif terganggu, sedangkan responden berusia – laki cenderungan mempunyai fungsi kognitif
> 75 tahun dengan fungsi kognitif normal normal 2.3 kali dibandingkan dengan lanjut usia
sebanyak 9.8% dan 35.3% dengan fungsi kognitif yang berjenis kelamin perempuan (OR = 2.35;
terganggu. Responden yang berjenis kelamin laki 95% CI= 0.68 – 8.07; p=0.167) dan hubungan
– laki sebanyak 17.6% mempunyai fungsi kognitif antara status anemia dengan fungsi kognitif dan
normal dan 11.8% mempunyai fungsi kognitif secara statistik tidak signifikan. Lanjut usia
terganggu sedangkan responden perempuan dengan anemia ringan cenderungan mempunyai
27.5% mempunyai fungsi kognitif normal dan fungsi kognitif normal 2.8 kali dibandingkan
43.1% mempunyai fungsi kognitif terganggu. dengan lanjut usia dengan anemia sedang / berat
Responden yang menderita anemia ringan dengan (OR = 2.35; 95% CI= 0.68 – 8.07; p=0.091).
fungsi kognitif normal sebanyak 19.6% dan
dengan fungsi kognitif terganggu 11.8% Pembahasan
sedangkan responden yang menderita anemia Hubungan antara usia dengan fungsi kognitif
sedang / berat dengan fungsi kognitif normal pada lanjut usia. Proses menua tidak terlepas dari
25.5% dan dengan fungsi kognitif terganggu teori tentang sel, penuaan atau kematian sel
sebanyak 43.1%. berhubungan dengan struktur nukleotida di ujung
Dari hasil uji Chi-Square test pada tabel 3 kromosom di dalam inti sel eukariot yang disebut
dapat diketahui bahwa variabel usia didapatkan telomer. Pada sel somatik normal terjadi
nilai x2 hitung : 9.232 > x2 tabel : 3.841 dan nilai p pemendekan telomer seiring meningkatnya usia,
= 0.002 < 0.05, variabel jenis kelamin didapatkan termasuk stem cell yang dimaksudkan untuk
nilai x2 hitung : 1.906 < x2 tabel : 3.841 dan nilai pembaharuan sel (Purwaningsih, 2014). Kematian
p = 0.167 > 0.05 dan variabel status anemia sel pada organ tubuh seiring dengan peningkatan
didapatkan nilai x2 hitung : 2.851a > x2 tabel : usia akan mempengaruhi fungsi organ.
3.841 dan nilai p = 0.091 > 0.05 dapat

Tabel 4. Risk Estimate


Value 95% Confidence Interval p
Variabel
OR Lower Upper
Usia 0.002
6.480 1.844 22.769
(<75 tahun / >75 tahun)
Jenis Kelamin 0.167
2.357 0.688 8.075
(Laki-laki / Perempuan)
Anemia 0.91
2.821 0.831 9.577
(Ringan / Sedang Berat)

15
Faletehan Health Journal, 7 (1) (2020) 12-17
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Hubungan status anemia dengan fungsi
Robertson, Savva and Anne (2019) bahwa kognitif pada lanjut usia. Gangguan kognitif
kelemahan fisik dan fungsi kognitif adalah saling adalah penurunan fungsi intelektual seperti
berkaitan. Fungsi kognitif dan kelemahan berpikir, mengingat, bernalar dan merencanakan
berinteraksi dalam siklus penurunan yang terkait (Robertson et al., 2019).Terganggunya fungsi
dengan penuaan. Kesehatan otak sangat terkait kognitif pada lanjut usia bisa disebabkan oleh
dengan kesehatan fisik, dan psikis. Penelitian beberapa faktor : faktor fisiologis seperti penyakit
Robertson, Savva and Anne (2019) juga sesuai serebral primer, Alzeimer, patologi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Gillis et al. serebrovaskular dan penyakit ekstrakranial dan
(2019), bahwa penurunan fungsi kognitif akan banyak lagi yang tidak diketahui penyebabnya
terjadi seiring dengan peningkatan usia. Hasil dari (Brayne & Davis, 2012). Faktor psikologis
kedua penelitian diatas sesuai dengan penelitian seperti: stres emosional berat, depresi, ansietas,
ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan mania, paranoid, berduka, defisit sensori persepsi,
antara usia dengan fungsi kognitif pada lanjut dan faktor lingkungan seperti: lingkungan yang
usia, dapat di simpulkan bahwa penurunan fungsi tidak dikenal, deprivasi sensori lingkungan yang
organ atau kerusakan fungsi organ akibat proses membosankan sehingga menimbulkan
penuaan mempengaruhi fungsi kognitif pada berkurangnya arti lingkungan, sensori yang
lanjut usia. Semakin bertambahnya usia secara berlebihan, dan immobilisasi terapeutik.
bertahap menurunkan fungsi kognitif. Defisiensi vitamin B (5-20% dari populasi lansia)
Hubungan antara jenis kelamin dengan berkontribusi pada gangguan kognitif (Gómez,
fungsi kognitif pada lanjut usia. Hasil dari Francisco, Sevilla, Mu, & Bergman, 2017).
penelitian ini didapatkan jumlah yang terbanyak Faktor yang mempengaruhi lanjut usia
adalah responden perempuan yaitu 70.6% lebih mengalami gangguan fungsi kognitif adalah
banyak dari pada responden laki-laki dan begitu adanya gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat
juga fungsi kognitif yang terganggu juga gizi dasar, defisiensi vitamin (terutama tiamin),
terbanyak dialami oleh responden perempuan malnutrisi dan lain-lain (Wiscarz, 1998). Secara
yaitu sebesar 43.1%. Hal ini terjadi karena jumlah alamiah pada lanjut usia mulai mengalami
lanjut usia perempuan di Indonesia lebih banyak perubahan fungsional pada tubuhnya. Hasil
dari lanjut usia laki – laki yaitu sebesar 52.43% penelitian yang dilakukan oleh peneliti
(BPS, 2018). Dari data diatas dapat dilihat menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
peluang terbesar untuk terjadinya gangguan fungsi signifikan antara status anemia dengan fungsi
kognitif yang terbanyak akan dialami oleh lanjut kognitif pada lanjut usia. Anemia adalah suatu
usia perempuan. kondisi di mana jumlah sel darah merah tidak
Dari penelitian yang dilakukan oleh Rasyid, mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
Syafrita and Sastri (2017) bahwa tidak terdapat tubuh (WHO, 2011).
hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
pada lanjut usia di Kecamatan Padang Panjang Simpulan
Timur Kota Padang Panjang. Penelitian Rasyid, Penelitian ini menyimpulkan bahwa anemia
Syafrita and Sastri (2017) selaras dengan hasil bukan satu – satunya faktor yang mempengaruhi
penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan yang fungsi kognitif pada lanjut usia, faktor lain yang
signifikan antara jenis kelamin dengan fungsi mempengaruhi fungsi kognitif pada lanjut usia
kognitif pada lanjut usia. Hasil penelitian ini seperti faktor psikologis dan faktor lingkungan
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh tetapi anemia dapat meningkatkan kecenderungan
Muller-Gerards et al., (2019) bahwa peluang untuk terganggunya fungsi kognitif pada lansia.
untuk kejadian gangguan fungsi kognitif ringan
pada laki - laki paling tinggi. Dari perbedaan Referensi
pendapat ini perlu dilakukan penelitian lebih BPS. (2018). Statistik Penduduk Lanjut Usia
lanjut dan dengan sampel yang lebih besar terkait 2018. Badan Pusat Statistik.
dengan faktor fisik, psikis dan lingkungan yang Brayne, C., & Davis, D. (2012). Making
mempengaruhi fungsi kognitif pada lanjut usia. Alzheimer’s and dementia research fit for
populations. Lancet, 380(pp.141).

16
Faletehan Health Journal, 7 (1) (2020) 12-17
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667

Folstein, M. F., Folstein, S. E., & McHugh, P. R. Purwaningsih, E. (2014). Pemendekan Telomer
(1975). A practical method for grading the Dan Apoptosis Telomere Shorthening And
cognitive state of patients for the clinician, Apoptosis. KEDOKTERAN YARSI, 22(2),
Res.1975(12), 189–198. 132–141. Retrieved from
Gillis, C., Mirzaei, F., Potashman, M., https://media.neliti.com
Maserejian, N., & Ikram, M. (2019). The Rasyid, I. Al, Syafrita, Y., & Sastri, S. (2017).
incidence of mild cognitive impairment : A Artikel Penelitian Hubungan Faktor Risiko
systematic review and data synthesis, (May), dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia
2019. Kecamatan Padang Panjang Timur Kota
https://doi.org/10.1016/j.dadm.2019.01.004 Padang Panjang. Andalas Journal of Health,
Gómez, S., Francisco, Á., Sevilla, R., Mu, M., & 6(1), 49–54. Retrieved from
Bergman, I. (2017). Anaemia in the elderly http://jurnal.fk.unand.ac.id
ଝ, 149(11), 496–503. Robertson, D. A., Savva, G. M., & Anne, R.
https://doi.org/10.1016/j.medcle.2017.10.02 (2019). Frailty and cognitive impairment —
7 A review of the evidence and causal
Hardiansyah. (2016). Sejarah dan Masa Depan mechanisms. Ageing Research Reviews,
Ilmu Gizi. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. 12(4), 840–851.
Jakart: EGC. https://doi.org/10.1016/j.arr.2013.06.004
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Terekeci, H. M., Kucukardali, Y., Onem, Y.,
Menteri Kesehatan republik Indonesia Akyol, A., Kucukardali, B., Sahan, B., …
Nomor 1464 / Menkes /Per / X / 2010 Oktenli, C. (2010). European Journal of
Tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik Internal Medicine Relationship between
Bidan. Jakarta. anaemia and cognitive functions in elderly
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Peraturan people. European Journal of Internal
Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun Medicine, 21(2), 87–90.
2015 tentang Penyelenggaraan Pemeriksaan https://doi.org/10.1016/j.ejim.2009.12.005
Laboratorium Untuk Ibu Hamil, dan Nifas di Tjokronegoro, A. (2001). Buku Ajar Ilmu
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Jaringan Penyakit Dalam.Jilid II. Jakarta: Balai
Pelayanannya. Jakarta. Penerbit FKUI.
Manjilala. (2016). Penilaian Status Gizi Secara UMSL. (2017). Populations and sampling.
Biokimia. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Retrieved from
Jakarta: EGC. https://www.umsl.edu/~lindquists/sample.ht
Muller-Gerards, D., Weimar, C., Abramowski, J., ml
Tebrugge, S., & Jokisch, M. (2019). Undang-Undang RI. (2012). Undang - Undang
Subjective cognitive decline , APOE ε4 , and Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2012
incident mild cognitive impairment in men Tentang Pangan. Jakarta. Jakarta.
and women, 11(May), 221–2302019. WHO. (2011). Haemoglobin concentrations for
https://doi.org/10.1016/j.dadm.2019.01.007 the diagnosis of anaemia and assessment of
Murti, B. (2016). Prinsip dan Metodologi Riset severity, 1–6. Retrieved from
Epidemiologi (Empat). Surakarta: Program https://www.who.int/vmnis/indicators/haem
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program oglobin.pdf
Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. Wiscarz, G. (1998). Buku Saku Keperawatan
Nyoman, S. (2001). Penilaian Status Gizi,Jakarta. Jiwa. Edisi ke-3. Jakarta: EGC.
EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai