Anda di halaman 1dari 565

New

York: 4 September 1969

Para pemburu telah mengepung, siap untuk membunuh.

Dua ribu tahun yang lalu di Roma, kontes itu tentu diselenggarakan di Circus
Neronis atau Colosseum di mana singa-singa yang rakus mendekati korbannya
di sebuah arena darah dan pasir, dengan penuh napsu untuk merobek-robeknya.
Tetapi kini adalah abad kedua puluh, dan pertunjukan itu diadakan di Gedung
Pengadilan Kriminal di pusat kota Manhattan, ruang sidang nomor enam belas.

Petugasnya bukan Suetonius, melainkan seorang juru tulis steno pengadilan,


yang mencatat peristiwa itu untuk simpanan, dan ada pula beberapa belas orang
wartawan serta pengunjung-pengunjung yang tertarik oleh berita-berita pokok
dalam surat-surat kabar mengenai sidang pembunuhan itu.

Sejak pukul tujuh pagi mereka semua sudah antri di luar gedung pengadilan
untuk mendapatkan tempat duduk.

Yang menjadi mangsa, Michael Moretti, duduk di kursi terdakwa. Dia seorang
laki-laki yang tenang dan tampan, yang berumur tiga puluhan. Dia tinggi dan
langsing, wajahnya lancip dan tampak kasar serta jantan. Rambutnya berwarna
hitam dan bergaya baru, dagunya menarik serta berlesung pipit, sedang matanya
dalam dan berwarna hitam seperti buah zaitun. Dia mengenakan setelan
berwarna abu-abu yang berpotongan bagus, kemeja biru muda dengan dasi biru
tua, dan sepatunya yang dibuat khusus, bersemir mengkilat.

Michael Moretti duduk diam, hanya matanya saja yang selalu memandang ke
sekeliling ruang sidang.

Yang menjadi singa penyerangnya adalah Robert Di Silva, jaksa negeri yang
kejam untuk wilayah New York, yang mewakili rakyat. Bila Michael Moretti
memancarkan ketenangan, maka Robert Di Silva memancarkan gerak penuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dinamika; dia menjalani hidupnya seolah-olah dia telah terlambat lima menit
untuk suatu janji. Dia bergerak terus-menerus, seolah-olah sedang bertinju
dengan lawan-lawan yang tak tampak. Jaksa itu bertubuh pendek dan gemuk,
sedang rambutnya yang mulai beruban dipotong pendek tanpa mengikuti zaman.
Pada waktu mudanya, Di Silva adalah seorang petinju, pada hidung dan
wajahnya tampak bekas-bekas lukanya. Seseorang pernah terbunuh olehnya di
arena tinju, namun dia tak pernah merasa menyesal. Dalam tahun-tahun
berikutnya pun dia masih harus belajar merasa kasihan pada orang.

Robert Di Silva adalah seorang laki-laki yang sangat berambisi, dia telah
berjuang untuk menaikkan dirinya ke kedudukannya yang sekarang tanpa
bantuan uang atau koneksi. Dalam masa peningkatan dirinya, dia telah berhasil
berbuat seolah-olah dia adalah abdi masyarakat; padahal pada dasarnya dia
adalah seorang pejuang comberan, seseorang yang tak bisa memaafkan, apalagi
melupakan.

Dalam keadaan biasa, Jaksa Di Silva tidak akan berada dalam ruang sidang hari
ini. Dia punya banyak staf, dan salah seorang di antara para asistennya yang
senior tentu sanggup menjadi penuntut dalam perkara itu. Tetapi sejak semula Di
Silva sudah tahu bahwa dia sendirilah yang harus menangani perkara Moretti itu.

Michael Moretti merupakan bahan berita di halaman depan surat-surat kabar.


Dia adalah menantu Antonio Granel i, capo di capi, pemimpin dari salah satu
keluarga-keluarga mafia yang terbesar di kawasan sebelah timur. Antonio Granel
i sudah tua dan orang-orang di jalanan sudah membisikkan bahwa Michael
Moretti sedang dipupuk untuk menggantikan mertuanya. Michael telah terlibat
dalam belasan kejahatan, mulai dari melukai sampai membunuh orang, tetapi tak
seorang jaksa pun pernah bisa membuktikan sesuatu. Terlalu banyak lapisan
pelindung yang cermat antara Michael dan Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

para pelaksana perintahnya. Di Silva sendiri telah menghabiskan tiga tahun yang
melelahkan dalam mencoba mendapatkan bukti kejahatan Michael. Kemudian
Di Silva tibatiba beruntung.

Camil o Stela, salah seorang soldati (anak buah) Michael, tertangkap basah
dalam suatu pembunuhan sehubungan dengan suatu perampokan. Dengan
jaminan tidak akan dihukum mati, Stela mau membuka mulut. Pengakuannya itu
bagaikan musik yang mahaindah yang pernah didengar Di Silva, nyanyian yang
akan membuat keluarga mafia yang terkuat di kawasan timur itu bertekuk lutut,
yang akan menyeret Michael Moretti ke kursi listrik, serta mengangkat Robert
Di Silva ke kedudukan gubernur di Albany. Para gubernur New York lainnya
telah berhasil mencapai kedudukan di Gedung Putih, seperti: Martin Van Buren,
Grover Cleveland, Teddy Roosevelt, dan Franklin Roosevelt. Di Silva ingin
menyusul.
Saatnya tepat benar. Pemilihan calon gubernur akan dilaksanakan tahun depan.

Di Silva telah didatangi seorang bos politik yang paling berkuasa dalam negeri.
"Dengan semua berita yang akan disiarkan tentang dirimu dalam hubungan
perkara ini, akan besarlah harapanmu untuk dicalonkan dan kemudian dipilih
menjadi gubernur, Bobby. Kalahkan Moretti dalam sidang itu dan kau akan
menjadi calon kami."

Robert Di Silva tak mau untung-untungan. Dia menyiapkan perkara itu


secermat-cermatnya. Para pembantunya dikerahkan untuk mencari bukti-bukti,
mengumpulkan semua yang tercecer, menutup semua jalan ke luar yang
mungkin ditelusuri oleh pembela Michael. Setiap lubang untuk jalan ke luar
telah ditutup satu demi satu.

Memilih anggota-anggota juri pun telah memakan waktu dua minggu, dan jaksa
itu telah bersikeras untuk memilih enam 'ban cadangan' ?anggota-anggota juri
pengganti? untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjaga-jaga kalau-kalau ada pembatalan perkara. Sudah menjadi rahasia umum


bahwa dalam perkara yang melibatkan tokoh-tokoh penting mafia, sering terjadi
ada anggota juri yang menghilang atau mengalami kecelakaan yang

mematikan, yang tak terbukti. Di Silva sudah berusaha supaya para anggota juri
diamankan sejak semula, setiap malam dikunci di suatu tempat yang tak bisa
dimasuki siapa pun juga.

Camil o Stela adalah kunci dalam perkara melawan Michael Moretti itu, dan
saksi utama Di Silva itu mendapat perlindungan ketat. Jaksa itu ingat benar akan
suatu contoh yaitu Abe 'Kid Twist' Reles, saksi di pihak pemerintah, yang

'jatuh' dari jendela lantai keenam di Half Moon Hotel di Coney Island, sementara
dia dikawal oleh setengah lusin polisi. Di Silva telah memilih sendiri para
pengawal bagi Camil o Stela, dan sebelum sidang Camil o dipindah-pindahkan
setiap malam secara rahasia ke tempat-tempat rahasia. Kini sementara sidang
sedang berlangsung, Stela ditempatkan dalam sebuah sel yang terpencil, dikawal
oleh empat orang petugas bersenjata. Tak seorang pun di zinkan mendekatinya
karena kesediaan Stela untuk memberikan kesaksian hanyalah karena
kepercayaannya, bahwa Jaksa Di Silva sanggup melindunginya dari pembalasan
dendam Michael Moretti.
Pagi itu adalah hari kelima dari sidang tersebut.

Pagi itu adalah hari sidang yang pertama bagi Jennifer Parker. Dia duduk di meja
penuntut umum bersama lima orang muda lainnya yang menjadi asisten jaksa,
yang telah disumpah bersama-sama dia tadi pagi.

Jennifer Parker adalah seorang gadis langsing berambut hitam yang berumur dua
puluh empat tahun. Kulitnya putih, wajahnya hidup dan tampak cerdas, sedang
matanya hijau dan awas. Wajahnya cukup menarik meskipun tak bisa dikatakan
cantik, wajah yang mencerminkan rasa harga diri, keberanian dan kehalusan
perasaan, dan wajah itu tak mudah dilupakan. Dia duduk tegak lurus, seolah
berjaga-jaga untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membela dirinya terhadap hantu-hantu masa lampau yang tak tampak.

***

Hari itu berawal sial bagi Jennifer Parker. Upacara penyumpahan di kantor
Kejaksaan Negeri sudah ditetapkan pukul delapan pagi. Jennifer telah
menyiapkan pakaiannya malam sebelumnya dan dia telah mengunci alarm
jamnya pada pukul enam supaya dia sempat mencuci rambutnya.

Alarm jam tak berbunyi. Pukul setengah delapan Jennifer baru terbangun dan dia
panik. Kaus kakinya robek waktu tumit sepatunya patah, dan dia terpaksa ganti
pakaian lagi. Waktu pintu apartemennya yang kecil itu dibanting, barulah dia
ingat bahwa kuncinya tertinggal di dalam. Dia sudah merencanakan untuk pergi
ke Gedung Pengadilan Kriminal naik bus, tetapi sekarang tak bisa lagi, dan dia
lalu berlari mencari taksi yang sebenarnya tak terjangkau kemampuannya, dan
mendapatkan taksi yang sopirnya sepanjang perjalanan menerangkan mengapa
dunia akan kiamat.

Ketika akhirnya Jennifer tiba dengan terengah-engah di Gedung Pengadilan


Kriminal di Leonard Street 155, dia terlambat lima belas menit.

Dua puluh lima orang ahli hukum telah berkumpul di kantor Kejaksaan Negeri,
kebanyakan di antaranya baru saja tamat fakultas hukum, masih muda dan
bersemangat serta berdebar-debar karena baru pertama kalinya akan bekerja
untuk jaksa negeri dari wilayah New York.

Kantor itu anggun, berdinding lapis, dan dihias dengan selera tinggi dan tenang.
Ada sebuah meja kerja besar yang di depannya ada tiga buah kursi, dan di
belakangnya terdapat sebuah kursi kulit yang nyaman, sebuah meja rapat dengan
dua belas buah kursi di sekelilingnya, serta lemari-lemari dinding yang dipenuhi
buku undang-undang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di dinding tergantung foto-foto J. Edgar Hoover, John Lindsay, Richard Nixon,


dan Jack Dempsey, yang

semuanya berbingkai dan dibubuhi tanda tangan

masing-masing.

Waktu Jennifer bergegas memasuki kantor itu sambil meminta maaf berulang
kali, Di Silva sedang mengucapkan pidatonya. Dia menghentikan pidatonya itu,
mengalihkan perhatiannya pada Jennifer dan berkata, "Kausangka pertemuan
apa ini... pesta minum-minum teh barangkali?"

"Maaf sebesar-besarnya, saya...”

"Saya tak peduli maafmu itu. Jangan pernah

terlambat lagi!"

Orang-orang yang lain memandang Jennifer dengan

menyembunyikan rasa kasihan mereka.

Di Silva berpaling pada kumpulan ahli-ahli hukum tadi lagi dan membentak,
"Saya tahu mengapa Anda sekalian berada di sini. Anda sekalian akan tetap di
sini sampai kalian berhasil menjiplak otak saya dan mempelajari beberapa
rahasia ruang sidang, lalu bila kalian merasa sudah siap, kalian akan pergi dan
menjadi pengacara kriminal yang hebat. Tetapi mungkin ada salah seorang di
antara kalian ?barangkali? yang akan cukup pandai untuk menggantikan saya
kelak." Di Silva mengangguk memberi isyarat pada asistennya. "Ambil sumpah
mereka."

Mereka mengucapkan sumpah dengan suara tertekan.


Setelah selesai, Di Silva berkata, "Baiklah. Kalian sudah menjadi petugas-
petugas pengadilan yang telah disumpah, semoga Tuhan memberkati kita.
Kantor ini tempat semua kegiatan dilaksanakan, tapi jangan terlalu banyak
berharap.

Kalian akan harus membenamkan diri kalian dalam riset yang sah, dan naskah-
naskah dokumen.... surat-surat panggilan ke pengadilan, surat-surat perintah
penggeledahan.... semua yang hebat-hebat yang telah kalian pelajari di fakultas
hukum Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dulu. Selama satu-dua tahun ini kalian tidak akan menangani perkara."

Di Silva berhenti untuk menyalakan sebatang cerutu pendek yang sudah bekas di
sap. "Sebentar lagi saya akan menjadi penuntut umum dalam suatu perkara.
Mungkin ada di antara kalian yang sudah membaca tentang hal itu." Suaranya
bernada ejekan. "Saya bisa memakai enam orang di antara kalian untuk saya
suruh-suruh."

Jennifer yang pertama-tama mengangkat tangannya. Di Silva ragu sebentar, lalu


menunjuknya bersama lima orang yang lain.

"Pergilah ke Ruang Sidang Enam Belas."

Waktu mereka meninggalkan kamar itu, mereka diberi kartu tanda pengenal.
Jennifer tidak berkecil hati karena sikap jaksa tadi. Dia memang harus keras,
pikirnya. Pekerjaannya pun keras. Dia sedang bekerja untuk jaksa itu sekarang.
Dia adalah anggota staf jaksa negeri dari wilayah New York!

Kebosanan di fakultas hukum selama bertahun-tahun yang tak berkesudahan,


sudah berakhir. Para profesornya sering membuat seolah-olah hukum itu abstrak
dan kuno, tetapi Jennifer selalu berhasil melihat titik terang tanah yang
dijanjikan di balik itu: hukum yang nyata, yang berhubungan dengan manusia
dan segala kebodohannya. Waktu tamat, Jennifer berhasil lulus sebagai nomor
dua, dan namanya tercantum dalam majalah Law Review. Dia lulus ujian akhir
tanpa perlu mengulang, sedang sepertiga dari peserta yang bersamaan dengan
dia telah gagal. Dia merasa bisa memahami Di Silva, dan dia yakin bisa
menangani tugas apa pun yang diberikan Di Silva padanya.

Jennifer telah mempelajari pekerjaan itu di rumah. Dia tahu bahwa Kejaksaan
Negeri membawahi empat biro ?pengadilan, perkara banding, pemerasan, dan
penipuan? dan dia ingin tahu akan ditugaskan di biro mana. Ada lebih dari dua
ratus orang asisten jaksa negeri di New York City dan lima orang Tiraikasih
Website http://kangzusi.com/

jaksa negeri, seorang di setiap wilayah. Tetapi wilayah yang terpenting tentulah
Manhattan: wilayah Robert Di Silva.

Kini Jennifer duduk di ruang sidang, di meja penuntut umum, memperhatikan


Robert Di Silva bekerja, seorang penuntut yang hebat dan tak kenal belas
kasihan.

Jennifer menoleh ke tempat terdakwa duduk, Michael Moretti. Berdasarkan


segala sesuatu yang telah dibacanya tentang diri laki-laki itu sekalipun, Jennifer
tetap tak dapat meyakinkan dirinya bahwa Michael Moretti adalah seorang
pembunuh. Dia kelihatan seperti seorang bintang film muda yang memerankan
adegan dalam ruang sidang, pikir Jennifer.

Dia duduk tanpa bergerak, hanya mata hitamnya yang dalam itu saja yang
memancarkan kekacauan batin yang sedang dirasakannya. Mata itu berputar
tanpa berhenti, meneliti setiap sudut ruangan itu, seolah-olah mencoba

memperhitungkan jalan untuk melarikan diri. Namun jalan itu tak ada. Di Silva
sudah mengatur semuanya.

Camil o Stela duduk di mimbar saksi. Jika diumpamakan binatang maka Camil o
Stela itu adalah seekor cerpelai.

Wajahnya sempit dan lancip, bibirnya tipis, dan giginya yang kuning menonjol
ke depan. Matanya bergerak terus dan memandang dengan mencuri-curi, dan
sebelum dia

membuka mulutnya, kita sudah tak percaya padanya. Robert Di Silva menyadari
kekurangan-kekurangan saksinya itu, tetapi itu tak dipedulikannya. Yang penting
baginya adalah apa yang akan dikatakan Stela. Yang akan diceritakannya itu
adalah hal-hal yang mengerikan, yang tak pernah diceritakan orang sebelumnya,
dan cerita-ceritanya itu mengandung kebenaran.

Jaksa berjalan ke arah tempat saksi di mana Camil o Stela baru saja diambil
sumpahnya.
"Tuan Stela, saya ingin agar para juri menyadari bahwa Anda adalah seorang
saksi yang enggan datang dan bahwa untuk membujuk agar Anda mau
memberikan kesaksian, negara telah bersedia mengizinkan Anda untuk
memohon agar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dikenakan tuduhan yang lebih ringan, yaitu membunuh tanpa direncanakan, dan
bukan pembunuhan sebagaimana yang dituduhkan atas diri Anda. Benarkah
itu?'"

"Benar, Pak." Tangan kanannya tampak menegang.

"Tuan Stela, kenalkah Anda pada terdakwa, Michael Moretti?"

"Kenal, Pak." Dia tak mau memandang ke meja terdakwa, di mana Michael
Moretti duduk.

"Bagaimana sifat hubungan kalian?"

"Saya bekerja untuk Mike."

"Sudah berapa lama Anda bekerja untuk Michael Moretti?"

"Kira-kira sepuluh tahun."' Suaranya hampir tak terdengar.

"Harap berbicara lebih nyaring."

"Kira-kira sepuluh tahun." Kini lehernya yang kelihatan tegang.

"Dapatkah dikatakan bahwa hubungan Anda dekat dengan Terdakwa?"

"Keberatan!" Thomas Colfax bangkit melompat. Pembela Michael Moretti itu


adalah seorang pria jangkung, berambut putih keperakan, berumur lima puluhan.
Dia adalah pembela tetap dari sindikat, dan salah seorang pengacara kriminal
yang paling pandai di negeri itu. "Jaksa mencoba menyesatkan Saksi."

Hakim Lawrence Waldman berkata, "Keberatan di terima."

"Akan saya ubah pertanyaan saya. Dalam bentuk apa Anda bekerja untuk Tuan
Moretti?"

"Saya ini boleh disebut semacam tukang mengurus kekacauan."


“Harap lebih ditegaskan."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

'Yah. Bila timbul suatu masalah .... seseorang menyeleweng umpamanya ....
Mike menyuruh saya memberesi orang itu."

“Bagaimana Anda melakukannya?"

“Anda tentu tahu .... dengan otot."

“Dapatkah Anda memberikan contoh pada para anggota juri?"

Thomas Colfax bangkit. "Keberatan, Yang Mulia. Itu cara bertanya yang tak
masuk akal."

"Ditolak, Saksi boleh menjawab."

“Begini, Mike seorang lintah darat, bukan? Nah, beberapa tahun yang lalu,
Jimmy Serrano terlambat membayat, maka Mike mengirim saya untuk memberi
pelajaran pada Jimmy."

“Bagaimana bentuk pelajaran itu?"

“Kakinya saya patahkan. Soalnya...." Stela menjelasakan dengan bersungguh-


sungguh, "bila kita biarkan satu orang berbuat begitu, maka yang lain juga akan
mencoba."

Dari sudut matanya, Robert Di Silva dapat melihat reaksi terkejut pada wajah
para anggota juri.

"Kecuali menjadi lintah darat, apakah Michael Moretti juga terlibat dalam usaha-
usaha lain?"

"Ya. Apa saja."

"Saya minta Anda yang menyebutkannya, Tuan Stela."

"Baik. Umpamanya, di pelabuhan, Mike punya pengaruh besar dalam serikat


buruhnya. Demikian pula dalam industri pakaian jadi. Mike juga aktif dalam
perjudian, musik gramofon dengan bayaran, pengumpulan sampah, penyediaan
bahan pakaian, dan sebagainya."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tuan Stela, Michael Moretti diadili karena pembunuhan atas diri Eddie dan
Albert Ramos. Kenalkah Anda pada mereka?"

"Tentu." "Apakah Anda berada di tempat pembunuhan itu?"

"Ada." Seluruh tubuhnya tampak tegang. "Siapa yang melakukan


pembunuhannya sebenarnya?" "Mike." Matanya sesaat tertuju ke mata Michael
Moretti,

tetapi dia cepat-cepat mengalihkan pandangannya. "Michael Moretti?" "Benar."


"Menurut kata Terdakwa pada Anda, mengapa dia ingin

membunuh dua bersaudara Ramos itu?" "Eddie dan Albert menangani buku
untuk...." "Apakah itu kegiatan taruhan?

Taruhan yang tak sah?" “Ya. Mike mendapati mereka mengambil untung sendiri.
Dia

harus memberi pelajaran pada mereka karena mereka adalah anak buahnya.
Pikirnya...” "Keberatan!" "Diterima. Harap Saksi tetap pada jalur fakta saja."
"Kenyataannya, Mike menyuruh saya mengundang kedua saudara itu....” "Eddie
dan Albert Ramos?"

"Ya. Ke sebuah pesta kecil di The Pelican. Itu sebuah rumah minum pribadi di
pantai." Lengannya mulai tegang lagi, dan Stela yang tiba-tiba menyadari hal itu,
menekan lengan itu dengan tangannya yang sebelah lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer Parker menoleh pada Michael Moretti. Laki-laki itu sedang merenung
dengan pasif, wajah dan tubuhnya tak bergerak.

"Apa yang terjadi kemudian, Tuan Stela?"

"Saya menjemput Eddie dan Albert dan mengantarnya dengan mobil sampai ke
tempat parkir. Mike menunggu di situ. Begitu kedua saudara itu keluar dari
mobil, saya menyingkir dan Mike mulai menembak."

"Adakah Anda melihat Ramos bersaudara itu jatuh?"

"Ada, Pak."

"Dan mereka tewas?"

"Mereka menguburkan kedua saudara itu, jadi mungkin mereka sudah


meninggal."

Terdengar desah gelisah di ruang sidang itu. Di Silva menunggu sampai mereka
diam.

"Tuan Stela, sadarkah Anda bahwa kesaksian yang Anda berikan dalam ruang
sidang ini menuding diri Anda sendiri?"

"Ya, Pak."

"Dan bahwa Anda berkata-kata di bawah sumpah, dan bahwa hidup seseorang
menjadi taruhannya?"

"Ya, Pak."

"Anda telah menyaksikan Terdakwa Michael Moretti, dengan darah dingin


menembak sampai mati dua orang karena mereka tidak memberinya uang?"

"Keberatan! Dia menyesatkan Saksi."

"Diterima."

Jaksa Di Silva melihat ke wajah para anggota juri dan apa yang dilihatnya
memberinya keyakinan bahwa dia telah memenangkan perkara itu. Dia berpaling
pada Camil o Stela.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tuan Stela. Saya maklum bahwa Anda harus

mengumpulkan seluruh keberanian Anda untuk datang ke ruang sidang ini dan
memberikan kesaksian. Atas nama rakyat negara ini, saya ingin menyampaikan
terima kasih pada Anda."

Di Silva berpaling pada Thomas Colfax. "Saya serahkan saksi untuk Anda
tanyai."

Thomas Colfax bangkit dengan anggun. "Terima kasih, Tuan Di Silva."

Dia menengok sebentar ke jam pada dinding, lalu berpaling ke meja hakim.
"Yang Mulia. Sekarang sudah hampir tengah hari. Bila diperkenankan, saya
ingin agar tanya-jawab saya nanti tak terganggu. Bolehkah saya mohon agar
sidang beristirahat untuk makan siang sekarang dan saya bisa melakukan tanya-
jawab saya nanti petang?"

"Baiklah." Hakim Lawrence Waldman memukulkan palunya di meja. "Sidang ini


ditunda sampai jam dua siang."

Semua orang dalam ruang sidang itu bangkit waktu hakim berdiri dan berjalan
melalui pintu samping ke kamarnya. Para anggota juri mulai berjalan beriringan
ke luar ruangan. Empat orang petugas bersenjata mengelilingi Camil o Stela dan
menggiringnya melalui sebuah pintu di dekat pintu depan ruang sidang, yang
menuju ke ruang saksi.

Di Silva langsung dikelilingi oleh para wartawan.

"Maukah Anda memberi pernyataan pada kami?"

"Sampai sebegitu jauh, bagaimana jalan

perkaranya menurut Anda, Pak Jaksa?"

"Bagaimana Anda akan melindungi Stela setelah persidangan ini usai?"

Biasanya Robert Di Silva tak mau membiarkan

gangguan semacam itu dalam ruang sidang, tetapi

sekarang hal itu memang diperlukannya, sehubungan dengan ambisinya di

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bidang politik. Supaya pers tetap berada di pihaknya, maka dia pun bersopan-
sopan pada mereka.

Jennifer Parker duduk saja, memperhatikan jaksa melayani para wartawan.

"Apakah Anda akan bisa mendapatkan keputusan hakim?"

"Saya bukan peramal." Jennifer mendengar Di Silva menyahut dengan rendah


hati. "Untuk itulah adanya para anggota juri, Saudara-saudara. Para anggota juri-
lah yang harus memutuskan apakah Tuan Moretti bersalah atau tidak."

Jennifer memperhatikan Michael Moretti bangkit. Dia kelihatan tenang-tenang


dan santai. Kekanak-kanakan, kata itulah yang hinggap di pikiran Jennifer. Sulit
baginya untuk mempercayai bahwa laki-laki itu bersalah telah melakukan semua
hal yang mengerikan, yang dituduhkan padanya. Bila aku yang harus memilih
orang yang bersalah, pikir Jennifer, aku akan memilih Stela si Tegang itu.

Para wartawan sudah menjauh dan Di Silva sedang

berunding dengan stafnya. Besar sekali keinginan Jennifer untuk mendengarkan


apa yang sedang mereka

perbincangkan.

Jennifer memperhatikan seseorang mengatakan sesuatu pada Di Silva,


memisahkan diri dari kelompok yang mengelilingi jaksa itu, lalu berjalan
bergegas ke arah Jennifer.

Dia membawa sebuah amplop besar dari kertas manila. "Nona Parker?"

Jennifer mengangkat mukanya keheranan. "Ya."

"Bapak Kepala minta agar Anda menyampaikan ini pada Stela. Katakan padanya
untuk mengingat-ingat kembali tentang tanggal ini. Colfax akan mencoba
mengacaukan kesaksiannya petang ini dan Bapak Kepala ingin

meyakinkan diri agar Stela jangan sampai terlanjur kata."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Amplop itu diserahkannya pada Jennifer dan Jennifer memandang ke arah Di


Silva. Dia ingat namaku, pikir Jennifer.

Suatu pertanda yang baik.

"Sebaiknya segera pergi. Pak Jaksa merasa bahwa Stela tak bisa cepat
mempelajarinya."

"Baik, Pak." Jennifer cepat-cepat berdiri.

Dia berjalan menuju pintu yang dilihatnya dilalui oleh Stela.

Seorang petugas bersenjata menghalang-halanginya.

"Bisa saya membantu Nona?"

"Saya dari kantor Kejaksaan Negeri," kata Jennifer dengan tegas. Dikeluarkan
tanda pengenalnya lalu diperlihatkannya.

"Saya harus menyerahkan sebuah amplop untuk Tuan Stela dari Tuan Di Silva."

Pengawal itu memeriksa kartu tanda pengenal dengan teliti, lalu membuka pintu,
dan Jennifer masuk ke kamar saksi.

Kamar itu kecil dan tak nyaman; di sana terdapat sebuah bangku yang buruk,
sebuah sofa tua, dan kursi-kursi kayu.

Stela duduk di salah sebuah kursi itu, tangannya menegang dengan hebatnya.
Ada empat orang petugas bersenjata dalam kamar itu.

Waktu Jennifer memasuki kamar itu, salah seorang pengawal itu berkata, "Hei!
Tak seorang pun boleh masuk kemari."

Pengawal yang di luar berseru, "Tak apa-apa, Al. Dia dari kantor Kejaksaan
Negeri."

Jennifer menyerahkan amplop tadi pada Stela. "Tuan Di Silva minta agar Anda
mengingat-ingat kembali tentang kejadian pada tanggal-tanggal ini."

Stela berkedip memandang Jennifer, lalu tegang lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


2

Sedang Jennifer berjalan ke luar dari Gedung Pengadilan

Kriminal untuk makan siang, dia melewati pintu ruang sidang

yang kini kosong. Dia tak dapat menahan keinginannya untuk

masuk ke ruang itu sebentar.

Di kedua belah sisi di bagian belakang ruang masing-

masing terdapat lima belas barisan bangku tempat penonton.

Menghadap meja hakim terdapat dua buah meja panjang,

yang di sebelah kiri bertanda terdakwa dan yang di sebelah

kanan bertanda pembela.

Ruang anggota juri berisi dua barisan yang masing-masing

terdiri dari delapan buah kursi. Ini adalah sebuah ruang sidang

biasa, pikir Jennifer, sederhana .... bahkan buruk .... tapi inilah

jantung kebebasan. Ruangan ini seperti juga semua ruang

sidang lainnya menunjukkan perbedaan antara dunia

berbudaya dan kebiadaban. Hak untuk diadili oleh suatu

badan, juri demi kedudukan seseorang merupakan inti dari

setiap bangsa yang bebas. Jennifer terpikir akan semua

negara di dunia, yang tidak mempunyai ruangan kecil seperti

ini, negeri-negeri di mana warga negaranya diambil begitu

saja di tengah malam ketika mereka sedang tidur, untuk


kemudian disiksa dan dibunuh oleh musuh-musuh yang tak

dikenal dengan alasan yang tak diketahui pula, seperti Iran,

Uganda, Argentina, Peru, Brasilia, Rumania, Rusia,

Cekoslowakia... daftarnya panjang sekali.

Bila pengadilan-pengadilan Amerika tidak lagi diberi

kekuasaan, pikir Jennifer, bila para warga negara tidak lagi

diberi hak untuk diadili oleh badan juri, maka Amerika akan

tidak lagi merupakan bangsa yang merdeka. Kini dia sendiri

merupakan bagian dari sistem peradilan itu, dan sedang

berdiri di situ, Jennifer merasa dirinya dipenuhi oleh rasa

bangga. Dia akan melakukan apa saja demi menghormatinya,

untuk membantu melestarikannya. Lama dia berdiri di situ,

sebelum dia berbalik dan pergi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dari ujung ruangan terdengar dengung suara dari kejauhan yang makin lama
makin nyaring, dan akhirnya menjadi hiruk-pikuk. Lonceng-lonceng alarm mulai
berbunyi. Jennifer mendengar langkah-langkah kaki orang berlarian di lorong
dan melihat polisi-polisi dengan pistol siap tembak, berlarian ke arah pintu
masuk depan gedung pengadilan. Sesaat Jennifer menyangka bahwa Michael
Moretti mungkin telah melarikan diri, bahwa laki-laki itu telah berhasil
menerobos barisan pengawalnya. Dia bergegas ke luar, ke lorong. Di situ
keadaan kacau-balau. Orang-orang berlarian tak menentu, memekikkan perintah-
perintah mengatasi bunyi lonceng yang

berdentangan. Di pintu-pintu ke luar telah ditempatkan pengawal-pengawal yang


memegang pistol antihuru-hara.
Para wartawan yang sedang menelepon menyampaikan laporan mereka,
bergegas ke luar, ke lorong untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Di ujung
lorong tampak oleh Jennifer Jaksa Di Silva sedang mengeluarkan perintah-
perintah dengan kacau pada enam orang polisi, wajahnya pucat-pasi.

Aduh, bisa-bisa dia mengalami serangan jantung, pikir Jennifer.

Jennifer menyelinap di antara orang-orang banyak, berjalan ke arah jaksa itu,


sambil berpikir kalau-kalau dia akan bisa memberikan bantuan. Waktu dia sudah
dekat, salah seorang petugas yang tadi mengawal Camil o Stela, mengangkat
mukanya dan melihat Jennifer. Diangkatnya tangannya lalu menunjuk Jennifer,
dan lima detik kemudian Jennifer Parker ditangkap dengan kasar dan tangannya
diborgol.

Ada empat orang dalam kamar kerja Hakim Laurence Waldman: Hakim
Lawrence Waldman, Jaksa Robert Di Silva.

Thomas Colfax, dan Jennifer sendiri.

“Anda berhak untuk meminta kehadiran seorang pembela sebelum Anda


mengeluarkan suatu pernyataan," Hakim Lawrence Waldman memberi tahu
Jennifer, "dan Anda punya hak untuk menutup mulut. Bila Anda...."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saya tidak membutuhkan seorang pembela, Yang Mulia!

Saya bisa menjelaskan apa yang telah terjadi."

Robert Di Silva mendekatinya demikian dekat hingga Jennifer dapat melihat


uratnya berdenyut di pelipisnya. "Siapa yang membayarmu untuk
menyampaikan bungkusan itu pada Camil o Stela?"

"Membayar saya? Tak seorang pun membayar saya!" Suara Jennifer bergetar
karena marahnya.

Di Silva mengambil sebuah amplop besar dari kertas manila yang sudah dikenal
Jennifer, dari meja Hakim Waldman. "Tak seorang pun membayarmu? Jadi kamu
berjalan begitu saja ke tempat saksi saya dan menyampaikan ini?"
Diguncangnya amplop itu dan bangkai seekor burung kenari kuning jatuh ke
meja. Lehernya telah

dipatahkan.

Jennifer terbelalak memandanginya, dia merasa ngeri.

"Saya .... salah seorang anak buah Bapak.... memberikannya pada saya...."

"Anak buah saya yang mana?"

"Saya.... saya tak tahu."

"Tapi kau tahu bahwa dia adalah salah seorang anak buah saya?" Suaranya
mengandung nada tak percaya.

"Ya. Saya melihatnya bercakap-cakap dengan Anda, lalu dia berjalan ke arah
saya dan menyerahkan amplop itu dengan mengatakan bahwa Andalah yang
menyuruh saya memberikan amplop itu pada Tuan Stela. Dia.... dia bahkan tahu
nama saya."

"Tentu dia tahu. Berapa mereka membayarmu?"

Ini semua mimpi buruk, pikir Jennifer. Setiap saat aku akan terbangun dan hari
sudah pukul enam pagi, dan aku akan berpakaian lalu pergi untuk disumpah oleh
staf jaksa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Berapa?" Demikian hebatnya kemarahan jaksa itu hingga Jennifer merasa perlu
berdiri.

"Apakah Anda menuduh saya....?"

"Menuduhmu!" Robert Di Silva menggenggamkan tinjunya erat-erat. "Dengar,


saya belum lagi mulai dengan kau. Bila kau keluar dari penjara kelak, kau akan
sudah terlalu tua untuk membelanjakan uang itu."

"Tidak ada urusan uang." Jennifer menantangnya dengan tatapan tajam.

Thomas Colfax duduk saja bersandar, diam-diam


mendengarkan percakapan itu. Kini dia menyela dan berkata,

"Maafkan saya, Yang Mulia, tapi saya rasa dengan begini kita tidak akan
berkesudahan."

"Saya sependapat," sahut Hakim Waldman. Dia berpaling pada Jaksa.


"Bagaimana ini, Bobby? Masih maukah Stela ditanyai?"

"Ditanyai? Dia sudah tak berguna lagi sekarang! Dia ketakutan setengah mati.
Dia tak mau lagi dihadapkan di sidang."

Dengan halus Thomas Colfax berkata, "Bila saya tak bisa menanyai saksi utama
dari penuntut umum, Yang Mulia, maka saya akan mohon pembatalan perkara."

Semua yang ada di kamar itu tahu apa artinya itu: Michael Moretti akan keluar
dari ruang sidang sebagai orang bebas.

Hakim Waldman memandang ke arah jaksa. “Sudahkah kaukatakan pada saksi


itu bahwa dia bisa dihukum karena melawan pengadilan?"

"Sudah. Tapi Stela lebih takut pada mereka daripada pada kita."

Dia berpaling untuk melemparkan pandangan bengis pada Jennifer.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Menurut dia, kita tak akan bisa lagi melindunginya."

"Kalau begitu pengadilan ini tak punya pilihan lain, dan

harus memenuhi permintaan pembela dan menyatakan

pembatalan pengadilan," kata Hakim Waldman lambat-lambat.

Robert Di Silva berdiri saja, mendengarkan perkaranya

dihapuskan. Tanpa Stela, tak ada yang dapat dituntutnya.

Michael Moretti kini tak terjangkau lagi olehnya, tetapi tidak

demikian dengan Jennifer Parker. Dia akan membuat gadis itu


dihukum atas apa yang telah dilakukannya terhadapi dirinya.

Hakim Waldman berkata, "Saya akan memerintahkan untuk

membebaskan Terdakwa dan membubarkan badan juri."

Thomas Colfax berkata, "Terima kasih, Yang Mulia." Tak

ada tanda-tanda rasa kemenangan terbayang di wajahnya.

"Bila tak ada apa-apa lagi..." Hakim Waldman mulai berkata

lagi.

"Masih ada sesuatu!" Robert Di Silva berpaling pada

Jennifer Parker. "Saya minta supaya wanita itu ditahan

atas tuduhan menghancurkan keadilan, atas tuduhan

menyuap saksi dalam suatu perkara besari atas tuduhan

berkomplot, atas tuduhan..." Dia jadi kacau karena

amarahnya.

Dalam kemarahannya, Jennifer masih bisa bersuara. "Anda

tak bisa membuktikan satu pun dari tuduhan-tuduhan itu

karena tuduhan itu memang tak benar. Sa... saya mungkin

bersalah karena saya bodoh, tapi hanya itulah kesalahan saya.

Tak seorang pun menyuap saya untuk berbuat sesuatu. Saya

sangka saya harus menyampaikan bungkusan itu untuk Anda

sendiri."

Hakim Waldman melihat pada Jennifer dan berkata, "Apa pun alasan perbuatan
Anda, akibatnya luar biasa buruknya. Saya akan minta agar Bagian Banding
mengadakan penyelidikan dan bila badan itu berpendapat bahwa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

keadaannya menghendaki, kami akan mulai menjalankan perkara terhadap


Anda."

Jennifer tiba-tiba merasa pusing. "Yang Mulia, saya...."

"Cukup sekian dulu, Nona Parker."

Jennifer masih berdiri saja sejenak, menatap wajah-wajah mereka yang penuh
kebencian. Tak ada lagi yang bisa dikatakannya.

Burung kenari kuning di atas meja itu telah mengatakan segala-galanya.


3
Jennifer Parker menjadi bahan berita utama di surat-surat kabar sore. Kisah
tentang dirinya yang menyampaikan seekor burung kenari yang sudah mati pada
saksi utama dari jaksa, tersiar ke mana-mana. Semua saluran tv menyiarkan
gambar Jennifer yang sedang meninggalkan kamar kerja Hakim Waldman,
dengan menerobos kepungan para wartawan dan orang banyak.

Jennifer merasa tak bisa percaya betapa luas tersebarnya berita mengerikan
tentang dirinya. Mereka menghantamnya terus dari segala pihak: reporter tv,
reporter radio, dan para wartawan. Ingin benar rasanya dia melarikan diri dari
mereka, namun rasa harga dirinya mencegah.

"Siapa yang memberikan burung kenari kuning itu pada Anda, Nona Parker?"

"Pernahkah Anda bertemu dengan Michael Moretti sebelumnya?"

"Tahukah Anda bahwa Di Silva telah merencanakan akan memanfaatkan perkara


itu untuk mendapatkan jabatan gubernur?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kata jaksa itu, dia akan meminta agar hak Anda sebagai

pengacara dicabut. Apakah Anda akan melawan hal itu?"

Semua pertanyaan itu dijawab Jennifer dengan kata-kata

'No comment' yang diucapkannya dengan rahang terkatup.

Pada siaran berita tv CBS malam itu, dia dicap 'Parker yang

Salah Langkah', gadis yang telah sesat. Penyiar tv ABC

menamakannya 'si Burung Kenari Kuning'. Pada siaran tv NBC,

seorang penyiar olahraga menyamakannya dengan Roy

Riegels, si pemain bola yang telah menggiring bola ke garis


gol kesebelasannya sendiri.

Di Tony's Place, restoran milik Michael Moretti, orang

sedang mengadakan perayaan. Dua belas orang sedang

makan-minum dan beriang-ria.

Michael Moretti duduk seorang diri di bar bersepi-sepi

sambil menonton Jennifer di tv. Diangkat gelasnya ke

arah Jennifer, lalu minum.

Para ahli hukum di mana-mana membahas perkara Jennifer

itu. Sebagian berpendapat bahwa dia telah disuap oleh mafia,

dan sebagian lain mengatakan bahwa dia telah menjadi

korban yang tak bersalah. Tetapi di pihak mana pun mereka

berada, mereka berpendapat mengenai satu hal: karir Jennifer

Parker yang singkat sebagai ahli hukum, berakhirlah sudah.

Karirnya itu hanya bertahan empat jam, tak kurang tak

lebih.

Jennifer lahir di Kelso, Washington, sebuah kota penghasil

kayu yang didirikan dalam tahun seribu delapan ratus empat

puluh tujuh, oleh seorang perintis dari Skotlandia yang rindu

akan kampung halamannya dan yang lalu menamakan kota itu

sama dengan kota tempat asalnya.

Ayah Jennifer adalah seorang ahli hukum, mula-mula khusus untuk suatu
perusahaan kayu terbesar di kota itu, kemudian untuk para buruh di pabrik-
pabrik penggergajian.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kenangan Jennifer tentang masa pertumbuhannya sejak kecil, penuh dengan


kesenangan. Negara Washington merupakan tempat seperti dalam buku-buku
cerita bagi anak kecil, karena penuh dengan gunung-gunung yang puncaknya
tertutup salju serta taman-taman nasional. Di sana terdapat hiburan-hiburan
berupa ski air dan mendayung, dan setelah dia besar, mendaki gunung sampai ke
puncak yang bersalju serta bedarmawisata ke tempat-tempat yang namanya
indah-indah: Okanapecosh dan Nisqual y, ada danau yang bernama Lake Cle
Elum dan Air Terjun Chenuis, ada Horse Heaven serta Lembah Yakima.

Jennifer belajar mendaki Gunung Rainier dan main ski di Timberline dengan
ayahnya. Ayahnya selalu menyediakan waktu baginya.

Sedang ibunya yang cantik tetapi selalu resah, selalu sibuk entah dengan apa dan
jarang berada di rumah. Jennifer memuja ayahnya. Abner Parker berdarah
campuran Inggris, Irlandia, dan Skotlandia. Tinggi badannya lumayan, berambut
hitam, dan matanya hijau kebiruan. Dia seorang yang penuh rasa belas kasihan
dengan rasa keadilan yang berakar berurat.

Dia tidak menaruh perhatian pada uang, dia lebih tertarik pada sesama manusia.
Dia mau duduk berjam-jam dengan Jennifer, menceritakan tentang perkara-
perkara yang sedang ditanganinya dan masalah-masalah orang-orang yang
datang ke kantornya yang kecil dan sederhana. Bertahun-tahun kemudian
barulah Jennifer menyadari bahwa ayahnya berbicara dengan dia, karena tak ada
kawan bicaranya, tempatnya mencurahkan isi hatinya.

Sepulang dari sekolah, Jennifer selalu bergegas pergi ke gedung pengadilan


untuk melihat ayahnya bekerja. Bila tak ada sidang, Jennifer berdiri saja di
kantor ayahnya, mendengarkan perkara-perkara ayahnya dan para kliennya.

Mereka tak pernah membicarakan tentang rencana dia akan kuliah di fakultas
hukum; hal itu dianggap dengan sendirinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Waktu Jennifer berumur lima belas tahun, dia mulai bekerja membantu ayahnya
dalam musim-musim panas. Pada saat gadis-gadis lain seusianya asyik kencan
dengan anak laki-laki atau pacaran, Jennifer sudah asyik dengan bermacam-
macam pengaduan dan surat-surat wasiat.

Anak laki-laki bukannya tak tertarik padanya, tetapi dia jarang mau keluar. Bila
ayahnya bertanya mengapa begitu, dia menjawab, "Mereka terlalu muda, Papa."
Dia yakin bahwa pada suatu hari kelak dia akan menikah dengan seorang ahli
hukum seperti ayahnya.

Pada hari ulang tahun Jennifer yang keenam belas, ibunya meninggalkan kota
mereka dengan putra tetangga mereka yang berumur delapan belas tahun, dan
hidup ayah Jennifer padam perlahan-lahan. Tujuh tahun kemudian jantungnya
baru berhenti berdetak, tetapi dia boleh dikatakan sudah meninggal pada saat dia
mendengar tentang perbuatan istrinya. Seluruh kota tahu hal itu dan merasa
kasihan, dan hal itu tentu memperburuk keadaan, karena Abner Parker adalah
pria yang mempunyai harga diri. Waktu itulah dia mulai minum-minum. Jennifer
melakukan segalanya untuk

menghibur ayahnya, namun sia-sia, dan keadaan pun tidak seperti semula lagi.

Tahun berikutnya, waktu tiba saatnya Jennifer harus melanjutkan pelajarannya


ke perguruan tinggi, dia bahkan ingin tinggal di rumah saja, tetapi ayahnya tak
mau membiarkannya.

"Kita akan menjadi patner dalam suatu perusahaan pengacara, Jennie," kata
ayahnya. "Cepat-cepatlah kau mendapatkan gelar sarjana hukummu itu."

Setelah dia tamat, dia mendaftarkan diri di Universitas Washington di Seattle


pada fakultas hukum. Pada tingkat pertama di fakultas, sementara teman-teman
sekelasnya bersusah payah mempelajari soal-soal yang berhubungan dengan
kontrak-kontrak, pengaduan-pengaduan, hak milik, Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

prosedur-prosedur umum, dan hukum kriminal, yang seolah-olah merupakan


rawa-rawa yang tak tertembusi oleh mereka, Jennifer malah merasa seolah-olah
berkecimpung dalam bidangnya sendiri. Dia pindah ke asrama universitas dan
mendapatkan pekerjaan di perpustakaan hukum.

Jennifer amat menyukai Seattle. Pada hari-hari Minggu, dia dan seorang
mahasiswi Indian bernama Ammini Wil iams dan seorang gadis besar dari
Irlandia yang bernama Josephine Col ins, pergi berdayung ke Green Lake di
jantung kota, atau menghadiri perlombaan Gold Cup di Danau Washington, dan
melihat hydroplanes yang beraneka warna lewat.

Ada perkumpujan-perkumpulan jazz yang besar di Seattle, dan yang paling


disukai Jennifer adalah Peter's Poop Deck, di mana tak ada meja-meja biasa
melainkan peti-peti bekas minuman yang beralaskan potongan-potongan kayu.

Petang hari, Jennifer, Ammini, dan Josephine pergi ke restoran Hasty Tasty,
tempat mereka berkumpul, di mana mereka bisa makan kentang goreng yang
bukan main enaknya.

Ada dua orang pemuda yang mengejar-ngejar Jennifer: seorang mahasiswa


kedokteran yang muda dan menarik, bernama Noah Larkin dan seorang
mahasiswa hukum

bernama Ben Munro. Kadang-kadang Jennifer kencan juga dengan mereka,


tetapi! dia terlalu sibuk dan tak sempat memikirkan percintaan secara serius.

Musim kadang-kadang kering, lalu basah dan berangin, dan hari-hari agaknya
hujan selalu. Jennifer mengenakan jaket kasar yang berkotak-kotak berwarna
hijau kebiruan yang bisa menyerap air hujan dan matanya jadi berkilat dan
tampak seperti zamrud. Dia berjalan dalam hujan, tenggelam dalam pikirannya
sendiri, tanpa menyadari bahwa segala sesuatu yang dilewatinya sebenarnya bisa
menghapuskan

kenangannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam musim semi, gadis-gadis itu tampak bermekaran dalam pakaian mereka
yang warnanya cerah. Ada enam buah asrama pria berjajar di universitas itu, dan
para mahasiswa penghuninya biasanya berkumpul di halaman berumput dan
memperhatikan gadis-gadis yang lewat, tetapi pada diri Jennifer ada sesuatu
yang membuat diri mereka malu. Ada sesuatu yang khusus pada diri gadis itu
yang sulit mereka pastikan, suatu perasaan bahwa Jennifer sudah mencapai
sesuatu yang masih harus mereka cari.

Setiap musim panas, Jennifer pulang mengunjungi


ayahnya. Orang tua itu telah banyak berubah. Dia tak pernah mabuk lagi, tetapi
tak pernah pula dia benar-benar sadar. Dia telah menarik dirinya dalam sebuah
benteng emosi, di mana tak satu pun bisa menyentuhnya.

Ayahnya meninggal waktu Jennifer duduk di semester terakhir di fakultas


hukumnya. Orang-orang di kota itu ingat akan orang tua itu, dan ada kira-kira
seratus orang yang menghadiri pemakamannya, yaitu orang-orang yang pernah
dibantunya dan diberinya nasihat, dan setelah bertahun-lahun berlalu menjadi
sahabat-sahabatnya. Jennifer berdukacita seorang diri. Dia tidak saja kehilangan
seorang ayah. Dia telah kehilangan seorang guru dan penasehat.

Setelah pemakaman, Jennifer kembali ke Seattle untuk menyelesaikan


kuliahnya. Peninggalan ayahnya tak sampai seribu dolar dan dia harus
menentukan jalan hidupnya sendiri.

Dia yakin kalau dia tak bisa kembali ke Kelso dan membuka praktek pengacara
di sana, karena di sana dia akan selalu dipandang sebagai gadis kecil yang
ibunya telah pergi dengan seorang pemuda berumur belasan, tahun.

Karena angka rata-ratanya tinggi. Jennifer diberi kesempatan untuk


diwawancarai oleh beberapa perusahaan pengacara yang terkemuka di negaranya
dan dia menerima beberapa tawaran kerja.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Warren Oakes, profesor yang mengajarnya hukum kriminal berkata, "Itu benar-
benar suatu kehormatan, Nona. Sulit sekali seorang wanita, diterima bekerja di
sebuah perusahaan pengacara yang baik-baik."

Kesulitan Jennifer adalah bahwa dia tak lagi punya rumah tempatnya berakar.
Dia tak tahu pasti di mana dia akan tinggal.

Tak lama sebelum tamat, masalah Jennifer terpecahkan.

Profesor Oakes menyuruh Jennifer menemuinya setelah pelajaran usai.

"Saya menerima surat dari kantor Kejaksaan Negeri di Manhattan, yang


meminta saya untuk menunjuk mahasiswa didikan saya yang paling cerdas untuk
dipekerjakan sebagai stafnya. Bagaimana, tertarik?"
New York. "Ya, Pak.” Jennifer begitu terpana hingga jawaban itu tercetus begitu
saja.

Dia terbang ke New York untuk menjalani ujian masuk, dan kembali ke Kelso
untuk menutup kantor pengacara ayahnya.

Kegiatan itu merupakan suatu pengalaman yang manis-manis getir, dipenuhi


kenangan masa lalu dan Jennifer merasa seolah-olah dia telah tumbuh di kantor
itu.

Dia mendapatkan pekerjaan sebagai asisten dalan

perpustakaan hukum universitas, untuk mengisi waktunya sampai dia mendengar


apakah dia lulus atau tidak dalam ujian masuknya di New York.

"Kantor itu adalah yang paling keras di negeri ini," kata Profesor Oakes
mengingatkannya. Tetapi Jennifer sudah tahu.

Dia menerima pemberitahuan bahwa dia lulus, dan pada hari itu juga dia
menerima tawaran kerja dari kantor Kejaksaan Negeri.

Seminggu kemudian. Jennifer sudah berada dalam

perjalanannya ke timur.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

***

Dia menemukan sebuah apartemen kecil melalui sebuah iklan di surat kabar, di
bilangan Third Avenue. Kamarnya terletak di lantai empat yang bertangga
curam, dan di dalamnya terdapat sebuah perapian tiruan. Latihan turun-naik ini
akan baik bagiku, pikii Jennifer sendiri. Tak ada gunung yang dapat didakinya di
Manhattan itu, tak ada air terjun tempatnya meluncur. Apartemen itu terdiri dari
sebuah kamar tamu kecil, di mana ada sebuah sofa yang bisa diubah menjadi
tempat tidur yang berbenjol-benjol dan sebuah kamar mandi dengan sebuah
jendela yang kacanya sudah dicat hitam oleh seseorang, hingga seolah-olah
tertutup. Perabotnya kelihatannya seperti hasil pemberian dari balai keselamatan.

Ah, biarlah, aku tidak akan lama tinggal di tempat ini, pikir Jennifer. Ini hanya
untuk sementara, sampai aku bisa membuktikan diri sebagai seorang ahli hukum.

Inilah impiannya. Kenyataannya, baru berada di New York kurang dari tujuh
puluh dua jam, dia telah dilempar dari staf Kejaksaan Negeri dan sedang
menghadapi kemungkinan dibatalkan haknya sebagai pengacara.

Jennifer tak mau lagi membaca surat kabar dan majalah, dan dia berhenti nonton
tv, karena ke mana pun dia berpaling, dia selalu melihat dirinya sendiri. Dia
merasa bahwa orang-orang menatapnya dijalan, didalam bus, dan di pasar.

Dia mulai bersembunyi dalam apartemennya yang sempit, dia tak maui
menjawab telepon dan tak mau membukakan pintu bila ada orang yang menekan
bel. Terlintas niatnya untuk mengepak kopor-kopornya dan kembali ke
Washington. Ingin dia mendapatkan pekerjaan di bidang lain. Dia bahkan punya
niat untuk membunuh diri. Berjam-jam lamanya dia mengarang surat untuk
Jaksa Robert Di Silva. Setengah dari surat itu menuduh dengan tajam bahwa
laki-laki itu tak berperasaan dan kurang pengertian. Sedang setengahnya lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merupakan permintaan maaf dengan rendah hati, di ringi permohonan agar Di


Silva mau memberinya kesempatan lagi.

Tak satu pun surat itu dikirimkannya.

Baru kali inilah selama hidupnya, Jennifer dilanda rasa putus asa. Dia tak punya
teman di New York, tak seorang pun yang bisa diajaknya berbicara. Sepanjang
hari dia mengunci dirinya dalam apartemennya, dan malam hari barulah dia
menyelinap ke luar untuk berjalan-jalan di kota yang sunyi sepi. Para
pengganggu keamanan yang biasanya menguasai malam hari, tak pernah
mengganggunya.

Mungkin mereka melihat rasa kesepian dan keputusasaan mereka sendiri


terbayang di mata gadis itu.

Sementara berjalan, Jennifer berulang kali membayangkan peristiwa di dalam


ruang sidang, dengan akhir yang selalu berubah.

Seorang laki-laki memisahkan dirinya dari kumpulan orang banyak di sekeliling


Di Silva dan bergegas ke arahnya. Dia membawa sebuah amplop dari kertas
manila.
Nona Parker?

Ya.

Bapak Kepala meminta agar Anda menyampaikan ini pada Stela. Jennifer
memandangnya dengan dingin. Tolong kartu landa

pengenal Anda.

Laki-laki itu menjadi panik lalu lari.

Seorang laki-laki memisahkan dirinya dari kumpulan mang banyak di sekeliling


Di Silva, lalu bergegas ke arahnya. laki-laki itu membawa sebuah amplop dari
kertas manila.

Nona Parker?

Ya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bapak Kepala minta agar memberikan ini pada

Stela. Menyerahkannya amplop itu ke dalam

tangannya.

Jennifer membuka amplop itu dan melihat bangkai burung

kenari di dalamnya. Anda saya tahan.

Seorang laki-laki memisahkan dirinya dari kerumunan orang

banyak di sekeliling Di Silva, dan bergegas ke arahnya. Ia

membawa sebuah amplop dari kertas manila. Laki-laki itu

berjalan melewatinya ke arah seorang asisten jaksa yang lain

dan menyampaikan amplop itu padanya. Bapak Kepala minta


agar Anda menyampaikan ini pada Stela.

Dia bisa mengulangi menulis adegan itu sesering mungkin,

namun tak satu pun yang berubah. Satu kesalahan bodoh

telah menghancurkannya. Tetapi siapa yang mengatakan

bahwa hidupnya sudah hancur? Pers? Di Silva? Dia tak

mendengar berita barang sepatah pun mengenai pencabutan

haknya sebagai ahli hukum, dan selama berita itu belum

diterimanya, dia masih tetap seorang pengacara. Ada

beberapa perusahaan pengacara yang telah menawari aku

pekerjaan, pikir Jennifer.

Dengan harapan yang mulai timbul, Jennifer

mengeluarkan daftar perusahaan-perusahaan yang pernah

berbicara dengannya, lalu mulai menelepon beberapa di

antaranya. Di antara orang-orang yan dimintainya untuk

berbicara, tak seorang pun ada di tempat, dan tak satu pun

kantor yang diteleponnya memberikan jawaban. Empat hari

dia baru menyadari bahwa dia sudah dikucilkan dari jabatan

itu. Perhatian besar pada perkara itu sudah memudar tetapi

semua orang masih ingat.

Jennifer terus-menerus menelepon mencari tempat bekerja, dengan rasa putus


asa yang berubah menjadi kemarahan, yang menjadi frustrasi dan kembali lagi
menjadi putus asa. Dia berpikir bagaimana dia harus menjalani sisa hidupnya,
dan setiap kali pikirannya kembali pada satu hal; hanya ada satu hal yang benar-
benar di ngininya, yaitu membuka usaha Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengacara. Dia seorang ahli hukum, dan demi Tuhan, selama tidak dilarang, dia
akan menemukan jalan untuk

mempraktekkan profesinya itu.

Dia mulai berkeliling ke kantor-kantor pengacara di Manhattan. Dimasukinya


kantor-kantor itu tanpa memberi tahu sebelumnya, disebutkannya namanya pada
petugas penerima tamu dan minta bertemu dengan kepala bagian kepegawaian.
Kadang-kadan dia mendapatkan kesempatan untuk diwawancarai tetapi setiap
kali Jennifer merasa bahwa mereka melakukannya sekedar dorongan rasa ingin
tahu. Di adalah manusia yang sudah bercacat dan orang itu ingin melihat
bagaimana rupanya sebenarnya. Sering kali dia hanya diberi tahu bahwa di situ
tak ada lowongan.

Setelah enam minggu berlalu, uang Jennifer sudah menipis.

Dia seharusnya pindah ke apartemen yang lebih murah, tetapi tempat yang lebih
murah itu tak ada. Dia mulai tak sarapan, dan makan siang serta makan malam di
sebuah warung makan di sudut jalan, di mana makanannya tak enak tetapi
harganya murah. Dia menemukan warung-warung makan, di mana dengan uang
sedikit dia bisa makan kenyang, bisa makan slada sekenyang-kenyangnya dan
minum bir sepuas-puasnya. Jennifer tak suka bir, tetapi minuman itu
mengenyangkan.

Setelah Jennifer mendatangi perusahaan pengacara yang besar-besar dengan sia-


sia, dia mengeluarkan daftar perusahaan-perusahaan pengacara yang lebih kecil
dan mulai lagi menelepon, namun berita tentang namanya yang sudah buruk
telah mendahuluinya sampai pada mereka. Dia menerima lamaran dari beberapa
orang pria yang merasa tertarik padanya, namun tawaran pekerjaan tak satu pun.
Dia mulai merasa putus asa. Baiklah, pikirnya menantang, bila tak seorang pun
mau menerima diriku bekerja, aku akan membuka kantor pengacara sendiri.
Kesulitannya adalah bahwa untuk itu diperlukan uang sekurang-kurangnya
sepuluh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ribu dolar. Dia akan membutuhkan uang untuk menyewa tempat, telepon,
seorang sekretaris, buku undang-undang, sebuah meja tulis dengan kursi-
kursinya, alat-alat tulis...
padahal untuk membeli perangko pun dia tak mampu.

Jennifer menghitung-hitung gajinya dari Kejaksaan Negeri, tetapi itu tentulah


sudah hilang. Dia tak terlalu mengharapkan uang pesangon. Dia bukannya
dipecat; dia seakan-akan telah dipenggal. Tidak, tak ada jalan baginya untuk
membuka kantornya sendiri, betapapun kecilnya. Jalan keluarnya adalah,
mencari seseorang yang mau bersama-sama menggunakan sebuah kantor.

Jennifer membeli koran New York Times dan mulai mencari iklan berjudul 'yang
memerlukan'.

Di kaki halaman dia baru menemukan sebuah iklan yang berbunyi: Dicari
seorang profesional yang mau menggunakan suatu tempat bersama dua orang
profesional lain, atas dasar sewa.

Iklan itu dirobeknya, lalu dengan naik kereta api bawah tanah dia pergi ke
alamat yang tercantum pada iklan itu.

Didapatinya sebuah gedung tua yang tak terpelihara di suatu bagian dari
Broadway. Kantor itu terdapat di lantai sepuluh dan di pintunya terpasangi papan
nama kecil bertulisan:

KENNETH BAILEY

Detektif ulung

(huruf i dan huruf u pada tulisan itu sudah tak terbaca) Di bawahnya tertulis:

Agen Koleksi Rockefel er

(di sini, huruf o dan huruf e yang sudah terhapus) Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

Jennifer menarik napas panjang, membuka pintunya, lalu

masuk. Dia berdiri di tengah-tengah sebuah kantor kecil yang

tak berjendela. Dalam kamar sempit itu terdapat tiga buah

meja yang tak beralas dan tiga buah kursi, dua di antara meja
dan kursi itu sudah ditempati orang.

Pada salah satu meja itu duduk seorang laki-laki setengah

baya yang botak dan berpakaian kumal. Dia sedang meneliti

beberapa lembar kertas. Pada dinding di seberangnya, di meja

yang sebuah lagi duduk seorang pria yang berumur tiga

puluhan. Rambutnya berwarna merah bata dan matanya biru

cerah. Kulitnya pucat dan berbintik-bintik hitam. Dia

mengenakan celana jeans yang ketat, berbaju kaus dan

bersepatu kanvas tanpa kaus kaki. Dia sedang berbicara di

telepon.

"Jangan kuatir, Nyonya Desser, dua orang petugas saya

yang paling hebat sedang menangani masalah anda. Dalam

waktu singkat ini kita akan mendapatkan berita tentang suami

Nyonya. Sayangnya, saya harus minta uang tambahan untuk

ongkos.... Jangan-jangan kirimkan melalui pos. Pos sekarang

tak beres. Petang ini saya akan berada di daerah tempat Anda

tinggal. Saya akan mampir untuk mengambilnya."

Gagang telepon diletakkannya, diangkatnya mukanya dan

dia melihat Jennifer.

Dia bangkit dengan tersenyum, lalu mengulurkan tangan

yang kuat dan kekar. "Saya Kenneth Bailey. Apa yang dapat
saya lakukan untuk Anda pagi ini?"

Jennifer sekali melihat ke sekeliling ruang itu dan berkata

ragu-ragu, "Saya.... saya datang sehubungan dengan iklan

Anda."

'Oh." Mata biru laki-laki itu tampak keheranan.

Laki-laki yang botak menatap Jennifer.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kenneth Bailey berkata, "Ini Otto Wenzel. Dialah Agen Koleksi Rockefel er itu."

Jennifer mengangguk. "Halo." lalu mengembalikan perhatiannya pada Kenneth


Bailey. "Sedang Anda adalah detektif ulung itu?"

“Benar. Apa urusan Anda?"

“Urusan....?" Setelah sadar dia melanjutkan, “Saya seorang ahli hukum."

Kenneth Bailey melihat padanya dengan pandang

menyelidik dan kurang percaya. "Dan Anda ingin berkantor di sini?"

Sekali lagi Jennifer memandang seputar kantor yang suram itu dan
membayangkan dirinya duduk di meja kosong di antara kedua laki-laki itu.

"Barangkali sebaiknya saya cari yang lain saja," katanya.

"Saya belum tahu...."

"Sewanya hanya sembilan puluh dolar sebulan."

"Dengan harga sembilan puluh dolar saya bisa membeli gedung ini," sahut
Jennifer. Dia berbalik dan akan pergi.

"Hei, tunggu dulu."


Jennifer berhenti.

Kenneth Bailey menggosok-gosok dagunya yang pucat.

"Untuk Anda akan saya turunkan menjadi enam puluh. Bila usaha Anda maju
kita bisa berbicara tentang kenaikan."

Itu murah sekali. Jennifer tahu bahwa dia tidak akan pernah mendapatkan tempat
seperti itu di mana pun juga dengan harga sekian. Sebaliknya dia tidak akan bisa
menarik klien di tempat yang seburuk itu. Ada satu hal lagi yang harus
dipertimbangkannya! Dia tak punya uang enam puluh dolar.

"Baiklah, saya setuju," kata Jennifer.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Anda tidak akan menyesal," Kenneth Bailey berjanji.

"Kapan Anda akan membawa pindah barang-barang Anda kemari?"

"Sudah ada di sini semuanya."

Kenneth Bailey sendiri yang menuliskan papan nama di pintu:

JENNIFER PARKER

Penasihat Hukum

Jennifer membaca papan nama itu dengan perasaan

campur aduk. Dalam keadaan tertekan bagaimanapun juga, tak pernah dia
membayangkan namanya tertulis di bawah nama seorang detektif swasta dan
seorang pengumpul mata uang. Namun melihat papan nama yang agak miring
itu, mau tak mau timbul juga rasa bangganya. Dia adalah seorang penasihat
hukum. Papan nama di pintu itu buktinya.

Setelah kini mendapatkan ruang kantor, Jennifer

tinggal menunggu datangnya para klien.

Jennifer kini bahkan sudah tak mampu lagi makan di warung yang termurah itu.
Untuk sarapan dia hanya memanaskan roti dan kopi di atas piring yang

dipanaskannya di atas radiator dalam kamar mandinya yang kecil. Dia tak makan
siang dan dia makan malam di warung yang menjual sosis besar-besar, roti dan
slada, serta kentang.

Setiap pagi pukul sembilan tepat dia sudah berada di meja kantornya, tetapi tak
ada yang harus dikerjakannya kecuali mendengarkan Ken Bailey dan Otto
Wenzel berbicara di telepon.

Agaknya pekerjaan Ken Bailey yang utama adalah

menemukan kembali para suami atau anak-anak yang lari, dan mula-mula
Jennifer yakin bahwa dia adalah seorang penipu yang mengobral janji dan
memungut bayaran banyak. Tetapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam waktu singkat, Jennifer menyadari bahwa Ken Bailey bekerja keras dan
sering kali berhasil. Dia cerdas dan pandai.

Otto Wenzel merupakan teka-teki. Teleponnya sering berdering. Telepon itu


diangkatnya, dia menggumamkan beberapa patah kata di telepon itu, menuliskan
sesuatu pada secarik kertas, lalu menghilang beberapa jam.

"Si Oscar itu mengusahakan pengembalian," Ken Bailey menjelaskan pada


Jennifer pada suatu hari.

"Pengembalian bagaimana?"

"Yah, perusahaan-perusahaan koleksi memintanya untuk menemukan kembali


mobil-mobil, pesawat-pesawat tv, mesin cuci.... apa saja."

Dia memandang Jennifer dengan rasa ingin tahu. "Apakah Anda sudah ada
klien?"

"Ada beberapa hal yang harus saya urus," kata Jennifer mengelak.

Ken mengangguk. "Jangan sampai putus asa. Semua orang pernah berbuat
salah."

Jennifer merasa wajahnya panas. Jelas Ken tahu tentang dirinya.


Ken Bailey sedang membuka bungkusan besar yang

ternyata berisi roti berisi daging panggang. "Maukah Anda makan sedikit?"

Roti itu kelihatan enak sekali. "Tidak, terima kasih," kata Jennifer dengan tegas.
"Saya tak pernah makan siang."

"Baiklah."

Jennifer memandangi Ken menggigit roti yang kelihatan berlemak itu. Ken
melihat air mukanya dan berkata,

"Sungguh-sungguhkah Anda....?"

"Tidak, terima kasih. Sa.... saya ada janji."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ken Bailey memperhatikan Jennifer berjalan ke luar kantor dan wajahnya jadi
serius. Dia biasa membanggakan dirinya atas kemampuannya membaca wajah
orang, tetapi Jennifer Parker benar-benar teka-teki baginya. Berdasarkan berita-
berita tv dan surat-surat kabar, dia selama ini yakin bahwa seseorang telah
membayar gadis itu untuk menggagalkan perkara melawan Michael Moretti.
Setelah bertemu dengan Jennifer sendiri, Ken jadi kurang yakin. Dia pernah
menikah dan telah mengalami kegagalan dan dia lalu menilai rendah pada kaum
wanita. Tetapi ada sesuatu yang meyakinkan dirinya bahwa yang seorang ini,
istimewa. Dia cantik, cerdas, dan punya harga diri. Ya Tuhan! pikirnya sendiri.
Jangan tolol!

Dibebani satu pembunuhan saja sudah cukup.

Emma Lazarus adalah seorang penyair goblok yang

sentimental, pikir Jennifer. "Berilah tubuhmu yang letih, yang malang, dan yang
terhimpit itu kesempatan untuk menghirup udara segar.... Kirimkanlah mereka
yang tunawisma, yang terlempar oleh badai, kepadaku" Memang setiap orang
yang membual keset kaki di New York akan bisa bangkrut setiap saat. Di New
York tak ada yang peduli apakah kita hidup atau mati. Jangan mengasihani
dirimu sendiri, pikir Jennifer sendiri.
Tetapi hal itu sulit sekali. Simpanannya sudah tinggal delapan belas dolar, sewa
apartemennya sudah kedaluwarsa, sedang sewa tempat di kantornya dua hari lagi
harus dibayarnya. Uangnya tak cukup lagi untuk tinggal di New York lebih lama,
dan uang itu tak cukup pula untuk berangkat.

Jennifer mencari di halaman kuning buku telepon, Dia menelepon kantor-kantor


pengacara menurut abjad, untuk melamar pekerjaan. Dia menelepon di tempat-
tempat telepon umum, karena dia malu kalau-kalau pembicaraannya terdengar
oleh Ken Bailey dan Otto Wenzel. Hasilnya selalu sama. Tak seorang pun
berminat untuk menerimanya bekerja.

Dia harus kembali ke Kelso, dan bekerja sebagai seorang pembantu atau
sekretaris salah seorang Sahabat ayahnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Betapa akan benci ayahnya pada gagasan itu! Itu akan merupakan pukulan yang
getir, tapi dia tak ada pilihan lain.

Dia akan kembali membawa kegagalan. Masalah yang langsung harus


dihadapinya kini adalah biaya perjalanan. Dia mencari-cari dalam surat kabar
petang New York Post dan menemukan sebuah iklan yang mencari seseorang
yang mau patungan membayar ongkos perjalanan ke Seattle. Di situ
dicantumkan pula nomor teleponnya dan Jennifer memutar nomor itu. Tak ada
jawaban. Dia memutuskan untuk mencoba lagi esok paginya.

Esok harinya Jennifer pergi ke kantornya untuk terakhir kali. Otto Wenzel
sedang keluar, tetapi Ken Bailey ada, sebagaimana biasa sedang menelepon. Dia
mengenakan blue jeans dan sweater dari bahan kashmir yang lehernya berbentuk
V.

Dia sedang berkata, "Aku sudah menemukan istrimu.

Masalahnya, Sahabat, dia tak mau pulang.... Aku tahu wanita memang tak bisa
diperhitungkan.... Oke.... akan kukatakan di mana dia berada dan kau boleh
mencoba membujuknya untuk kembali." Lalu disebutkannya alamat sebuah
hotel di tengah-tengah kota. "Terima kasih kembali." Diletakkannya kembali
gagang telepon, lalu berputar dan menghadapi Jennifer. "Anda kesiangan hari
ini."
"Tuan Bailey, saya.... saya terpaksa pergi. Uang sewa tempat ini akan saya bayar
segera setelah saya mampu."

Ken Bailey bersandar di kursinya dan memperhatikannya.

Jennifer merasa tak enak diawasi begitu.

"Bisakah begitu?" tanya Jennifer.

"Akan kembali ke Washington kah Anda?"

Jennifer mengangguk.

Ken Bailey berkata, "Sebelum Anda berangkat,! bisakah Anda membantu saya?
Saya punya teman seorang pengacara Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang berulang kali mendesak saya untuk membantunya menyampaikan beberapa


surat panggilan pengadilan, padahal saya tak punya waktu. Dia membayar dua
belas setengah dolar untuk setiap surat panggilan ditambah uang perjalanan yang
diperhitungkan setiap mil. Bisakah Anda membantu?"

Sejam kemudian, Jennifer sudah berada di kantor

pengacara Peabody and Peabody, yang lantainya beralas bahan sejenis beledu.
Dalam kantor seperti inilah dia mengangan-angankan dirinya bekerja pada suatu
hari kelak, dengan patner kerja lengkap dan sebuah sofa yang bagus di sudut.
Dia diantar ke sebuah kamar kecil di bagian belakang, di mana seorang
sekretaris yang tampak lesu, memberikan setumpuk surat-surat panggilan
padanya.

"Nih. Jangan lupa mencatat berapa mil perjalanan Anda.

Anda punya mobil, kan?"

"Tidak. Saya tak punya."

"Yah, kalau naik kereta api bawah tanah, catat bayarannya."

"Baik."

Sepanjang hari itu, Jennifer menyampaikan surat-surat panggilan di daerah-


daerah Bronx, Brooklyn, dan Queens dalam hujan lebat. Pukul delapan malam
itu dia telah berhasil mengumpulkan lima puluh dolar. Dia kembali ke

apartemennya yang kecil, dalam keadaan letih dan kedinginan. Tapi dia akhirnya
berhasil mendapatkan uang, upahnya sang pertama sejak dia datang ke New
York. Dan Sekretaris itu telah mengatakan padanya bahwa masih banyak surat
panggilan yang harus disampaikannya. Pekerjaannya memang berat, menjalani
seluruh bagian kota, dan juga makan hati. Ada yang membanting pintu di depan
hidungnya, dia disumpah serapah orang, diancam, dan malah dua kali dilamar.
Mengingat harus menghadapi hari kerja seperti itu lagi rasanya lemah
semangatnya, namun, selama dia masih Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bisa tinggal di New York, masih ada harapan, betapa pun samarnya.

Jennifer membuka keran air panas lalu masuk ke dalamnya, sambil perlahan-
lahan membenamkan dirinya di dalam bak mandi, dan merasakan nikmatnya air
yang memukul-mukul tubuhnya. Tak disadarinya betapa letihnya dia tadi. Setiap
ototnya terasa sakit. Dia memutuskan bahwa makan malam yang enak akan bisa
menghidupkan semangatnya kembali. Dia akan bersenang-senang. Aku akan
memanjakan diriku makan di restoran yang sebenarnya, yang mejanya beralas
dan ada serbetnya, pikir jennifer. Mungkin mereka akan

memperdengarkan musik lembut dan aku akan minum anggur putih dan....

Angan-angan Jennifer terputus oleh dering lonceng pintu.

Aneh rasanya bunyi itu. Sejak dia pindah ke tempat itu dua bulan yang lalu, tak
seorang pun pernah mengunjunginya.

Itu tentu ibu penyewa kamar yang kesal karena sewa kamarnya yang belum
dibayar. Jennifer berbaring saja diam-diam dalam bak mandinya sambil berharap
ibu itu akan pergi. Dia merasa terlalu letih untuk bergerak.

Lonceng pintu berbunyi lagi. Dengan enggan Jennifer mengangkat dirinya dari
bak yang berair hangat itu. Dia mengenakan kimono dari bahan terry dan
berjalan ke arah pintu.

"Siapa?"

Pada sisi lain pjntu terdengar suara laki-laki berkata,


"Nona Jennifer Parker?"

"Ya."

"Saya Adam Warner. Saya seorang ahli hukum."

Dengan perasaan heran, Jennifer memasang rantai pada pintu lalu membuka
pintu itu sebesar celah saja. Pria yang berdiri di lorong rumah itu berumur tiga
puluh lebih sedikit....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia jangkung, rambutnya pirang, dan berdada bidang, sedang matanya yang
terlindung oleh kaca mata yang berbingkai tanduk, berwarna abu-abu kebiruan.
Dia mengenakan setelan yang dibuat khusus, yang harganya pasti mahal.

"Bolehkah saya masuk?" tanyanya.

Seorang penjahat tentu tidak mengenakan setelan yang dibuat khusus, sepatu
merek Gucci, dan dasi sutra. Dia juga tentu tidak mempunyai tangan yang berjari
panjang-panjang dan halus yang kukunya terpelihara.

"Sebentar."

Jennifer melepas rantainya lalu membuka pintu. Waktu Adam Warner masuk,
Jennifer memandang ke segenap bagian apartemennya yang berkamar satu itu,
seolah Adam Warner lah yang sedang memandanginya, dan dia bergidik. Pria itu
kelihatannya orang berada.

"Apa yang dapat saya bantu, Tuan Warner?"

Sedang berbicara itu, Jennifer tiba-tiba sudah menduga mengapa orang itu
datang, dan dia merasa berdebar. Ini tentu mengenai salah satu pekerjaan yang
pernah dilamarnya! Dia menyesal mengapa dia tadi tidak mengenakan kimono
bagus berwarna biru tua yang dibuat khusus, mengapa lambutnya tadi tidak
disisir rapi, mengapa....

Adam Warner berkata, "Saya seorang anggota dari panitia pemelihara disiplin
dari Persatuan Ahli Hukum New York, Nona Parker. Jaksa Negeri Kobert Di
Silva dan Hakim Lawrence Waldman telah meminta Bagian Banding untuk
memulai proses pembatalan hak sebagai pengacara terhadap Anda."
4
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kantor-kantor pengacara milik Needham, Finch, dan Warner

terletak di Wal Street 30, menempati seluruh lantai teratas

dari bangunan itu. Dalam perusahaan itu ada seratus dua

puluh lima orang ahli hukum. Kantor-kantor itu bergaya kuno

dan dijalankan dengan tenang, sesuai dengan organisasi yang

mewakili beberapa nama terbesar dalam industri itu.

Adam Warner dan Stewart Needham sedang minum teh

pagi hari, yang merupakan kebiasaan mereka. Stewart

Needham adalah seorang pria yang gagah dan apik, yang

berumur hampir tujuh puluh tahun. Dia berjanggut gaya

Vandyke, dan mengenakan setelan dari bahan triko serta

memakai vest. Kelihatannya dia tergolong orang-orang dari

zaman tua, tetapi beratus-ratus lawannya dengan menyesal

harus mengatakan, berdasarkan pengalaman bertahun-tahun,

bahwa pikiran Stewart Needham benar-benar tergolong

generasi abad kedua puluh. Dia seorang terkemuka, namun

namanya hanya dikenal dalam lingkungan yang sesuai dengan

kedudukannya. Dia lebih suka berada di garis belakang dan


menggunakan pengaruhnya yang besar untuk mempengaruhi

hasil badan legislatif, tugas-tugas badan pemerintahan tinggi,

dan politik nasional. Dia berasal dari daerah New England,

dilahirkan serta dididik dengan cara tak banyak cakap.

Adam Warner menikah dengan keponakan Needham, Mary Beth, dan Needham
menjadi pelindungnya. Ayah Adam adalah seorang senator yang dihormati.
Adam sendiri adalah seorang ahli hukum yang cerdas. Ketika dia tamat dari
Fakultas Hukum Universitas Harvard dengan predikat magna cum laude, dia
telah menerima tawaran bekerja dari perusahaan-perusahaan pengacara yang
punya nama di seluruh negeri. Dia memilih Needham, Finch, dan Pierce, dan
tujuh tahun kemudian menjadi partner mereka. Adam adalah seorang yang
menarik, dan kecerdasannya agaknya menambah tinggi penilaian orang tentang
dirinya. Dia percaya akan dirinya dan itu merupakan tantangan bagi kaum
wanita. Sejak lama Adam sudah punva cara untuk mencegah agar para klien
wanita jangan sampai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terlalu tergila-gila padanya. Sudah empat belas tahun dia menikah dengan Mary
Beth dan dia tak mau ada main di luar perkawinannya.

"Mau teh lagi, Adam?" tanya Stewart Needham.

"Tidak, terima kasih." Adam Warner sebenarnya tak suka teh. Namun setiap pagi
selama delapan tahun, dia minum teh karena dia tak mau menyakiti hati
partnernya itu. Cara menyedu teh itu adalah hasil pemikiran Needham sendiri
dan hasilnya sama sekali tak enak.

Ada dua hal vang akan disampaikan Needham, dan seperti biasanya, dia mulai
dengan berita yang menyenangkan.

"Kemarin malam aku menghadiri pertemuan dengan beberapa orang teman,"


kata Needham. Yang dimaksud dengan beberapa orang teman adalah orang-
orang top yang memegang peranan dalam menentukan siapa-siapa yang akan
menjadi penguasa di negara itu. "Mereka sedang mempertimbangkan untuk
meminta kau agar mencalonkan diri sebagai Senator Amerika Serikat, Adam."

Adam merasa bangga. Mengetahui sifat Stewart


Needham yang cermat, Adam yakin bahwa percakapan dengan temantemannya
itu bukanlah sekedar iseng saja, karena kalau demikian halnya dia tentu tidak
akan mengutarakannya sekarang.

"Pertanyaan yang penting sekarang tentulah, apakah kau merasa tertarik atau
tidak. Hal itu akan berarti membawa banyak perubahan dalam hidupmu."

Adam Warner menyadari hal itu. Bila dia memenangkan pemilihan itu, akan
berarti bahwa dia harus pindah ke Washington DC, menghentikan prakteknya
sebagai pengacara, dan memulai hidup yang benar-benar baru. Dia yakin bahwa
Mary Beth akan menyukai hal itu; Adam tak yakin akan dirinya sendiri. Namun
dia telah dididik untuk mau mengemban Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tanggung jawab. Dia juga harus mengakui sendiri bahwa memiliki kekuasaan itu
adalah menyenangkan.

"Aku merasa tertarik, Stewart."

Stewart Needham mengangguk dengan rasa puas. "Bagus.

Mereka tentu akan senang." Dia menuangkan lagi secangkir teh yang tak enak
itu dan sambil lalu mengemukakan soal yang satu lagi yang sedang
dipikirkannya. "Panitia pendisiplin persatuan ahli hukum meminta kau untuk
menyelesaikan suatu persoalan kecil, Adam. Paling-paling dalam satu atau dua
jam sudah bisa diselesaikan."

"Apa itu?"

"Sehubungan dengan perkara Michael Moretti itu. Agaknya ada seseorang yang
telah berhasil mendatangi salah seorang asisten Bobby Di Silva, dan
menyuapnya."

"Ada kubaca tentang hal itu. Tentang burung kenari itu."

"Benar. Hakim Waldman dan Bobby ingin nama wanita itu dihapuskan dari
daftar nama jabatan kita yang terhormat ini.

Demikian pula aku. Itu menodai kita."

"Mereka menyuruh aku melakukan apa?"


"Lakukanlah penelitian secara cepat saja, buktikan bahwa gadis Parker itu telah
bertindak melanggar hukum atau melanggar etika, kemudian usulkan
pembatalan haknya sebagai pengacara. Dia cukup diberi tahu saja, dan mereka
berdua akan menangani selanjutnya. Itu hanya pekerjaan rutin, bukan?"

Adam merasa heran. "Mengapa harus aku, Stewart? Kita punya beberapa belas
ahli hukum muda dalam perusahaan kita ini. Mereka itu tentu bisa menangani
hal itu."

"Pak Jaksa kita yang terhormat secara khusus meminta kau. Dia ingin agar
jangan sampai terjadi kesalahan. Kita pun tahu," sambungnya dengan datar,
"Bobby itu orang yang tak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mudah memaafkan. Besar benar keinginannya untuk

menangkap wanita yang bernama Parker itu."

Adam Warner duduk terdiam, membayangkan tumpukan tugas yang harus


diselesaikannya.

"Siapa tahu kita kelak membutuhkan bantuan kejaksaan, Adam. Yah, mau
diapakan lagi. Hal itu sudah menjadi keputusan."

"Baiklah, Stewart," kata Adam lalu bangkit.

"Benar-benarkah kau tak ingin teh lagi?"

"Tidak, terima kasih. Tehnya enak, seperti biasa."

Sekembalinya ke kantor, Adam Warner memanggil salah seorang asistennya,


seorang gadis Negro yang masih muda, bernama Lucinda.

"Cindy, tolong carikan aku semua informasi tentang seorang ahli hukum yang
bernama Jennifer Parker."

Gadis itu tertawa kecil lalu berkata, "Si Burung Kenari Kuning."

Semua orang tahu tentang dia.

Senja hari itu Adam Warner mempelajari salinan dari jalannya sidang dalam
perkara Rakyat New York melawan Michael Moretti. Robert Di Silva telan
menyampaikannya melalui seorang suruhan khusus. Sudah lewat tengah malam
Adam baru selesai. Mary Beth telah dimintanya untuk menghadiri suatu pesta
seorang diri, dan menyuruh orang membelikan roti untuk makan malamnya.
Setelah dia selesai membaca salinan itu, tak ada lagi keraguan dalam pikirannya
bahwa Michael Moretti pasti akan diputuskan bersalah oleh dewan juri,
seandainya tidak dihalangi oleh nasib buruk dalam bentuk Jennifer Parker. Di
Silva telah menuntut perkara itu tanpa salah sama sekali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adam beralih pada salinan keterangan saksi yang telah berlangsung di kamar
kerja Hakim Waldman setelah peristiwa itu.

Di Silva: Anda tamat perguruan tinggi?

Parker: Ya, Pak.

Di Silva: Dan tamat fakultas hukum?

Parker: Ya, Pak.

Di Silva: Seseorang yang tak Anda kenal menyerahkan sebuah bungkusan pada
Anda, menyuruh Anda

menyampaikannya pada saksi utama dalam sebuah sidang tentang pembunuhan,


dan Anda mau saja melakukannya.

Bukankah itu sudah melewati batas kebodohan namanya?

Parker: Bukan begitu kejadiannya.

Di Silva: Tadi Anda berkata begitu.

Parker: Maksud saya, saya sangka dia bukan orang yang tak dikenal. Saya
sangka dia salah seorang staf Anda.

Di Silva: Mengapa Anda beranggapan begitu?

Parker: Sudah saya katakan. Saya melihat dia bercakapcakap dengan Anda, lalu
dia mendatangi saya dengan membawa amplop itu, dan dia menyebut nama
saya, apalagi dia berkata bahwa Anda yang menyuruh saya

menyampaikannya pada saksi. Semua itu terjadi begitu cepat, hingga....

Di Silva: Saya rasa tidak terlalu cepat terjadinya. Saya rasa orang masih sempat
merencanakannya. Orang masih sempat mengatur seseorang untuk membayar
Anda supaya Anda mau menyerahkannya.

Parker: Itu tak benar. Saya....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di Silva: Apa yang tak benar? Bahwa Anda tak tahu Anda menyerahkan amplop
itu?

Parker: Saya tak tahu apa isinya.

Di Silva: Jadi benarlah bahwa seseorang telah membayar Anda.

Parker: Saya tidak akan membiarkan Anda

memutarbalikkan kata-kata saya. Tak ada seorang pun membayar saya.

Di Silva: Jadi Anda hanya menolong secara sukarela?

Parker: Saya sangka saya menjalankan perintah Anda.

Di Silva: Kata Anda orang itu menyebut nama Anda.

Parker: Ya.

Di Silva: Bagaimana dia tahu nama Anda?

Parker: Saya tak tahu.

DiSilva: Ah, ayolah. Anda tentu tahu. Mungkin dia menerka saja dan ternyata
benar. Mungkin dia hanya melihat ke sekeliling ruang sidang itu dan berkata, 'Itu
ada orang yang kelihatannya bernama Jennifer Parker.' Begitukah menurut
Anda?
Parker: Sudah saya katakan, saya tak tahu.

Di Silva: Sudah berapa lama Anda pacaran dengan Michael Moretti?

Parker: Tuan Di Silva, kita telah membicarakan soal itu tadi.

Sudah lima jam Anda menanyai saya. Saya letih. Tak ada lagi yang bisa saya
tambahkan. Bolehkah saya pergi?

Di Silva: Kalau Anda beranjak dari kursi itu. Anda akan saya suruh kurung.
Anda sedang dalam kesulitan besar, Nona Parker. Hanya ada satu jalan ke
luarnya. Jangan berbohong lagi dan mulailah berkata benar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Parker: Saya sudah mengatakan yang benar. Sudah saya ceritakan semua yang
saya tahu.

Di Silva: Kecuali nama orang yang telah menyampaikan amplop itu pada Anda.
Saya ingin tahu namanya dan saya ingin tahu berapa dia membayar Anda.

Masih ada tiga puluh halaman salinan lagi. Segalanya telah dilakukan oleh
Robert Di Silva, hanya memukul saja yang tidak dilakukannya. Namun Jennifer
tetap bertahan pada ceritanya.

Adam menutup salinan itu dan menggosok-gosok matanya dengan lesu. Hari
sudah pukul dua subuh.

Esoknya dia akan menyerahkan kembali perkara

Jennifer Parker itu.

Adam Warner merasa heran karena ternyata perkara Jennifer Parker itu tak bisa
diserahkannya kembali dengan mudah. Karena Adam biasa bekerja dengan
metode, maka dia menyelidiki latar belakang kehidupan Jennifer Parker lebih
dahulu. Sejauh itu, kesimpulan yang dapat ditariknya adalah bahwa gadis itu tak
pernah tersangkut dalam kejahatan, dan tak pernah ada hubungan dengan
Michael Moretti.

Ada sesuatu dalam perkara itu yang mengusik hati Adam.


Pembelaan diri Jennifer Parker terlalu rapuh. Bila dia memang bekerja untuk
Moretti, maka laki-laki itu tentu akan melindungi Jennifer dengan segala alasan
yang masuk akal. Sedang kenyataannya, kesaksian Jennifer jelas sekali polosnya
hingga terdengar ada kebenarannya.

Tengah hari, Adam menerima telepon dari jaksa, "Apa kabar, Adam?"

"Baik, Robert.”

"Kudengar kau yang menjadi algojo dalam perkara Jennifer Parker itu."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adam Warner merinding mendengar ungkapan itu. "Aku

bersedia mengadakan penyelidikan, itu memang benar."

"Aku akan berusaha menyingkirkannya untuk jangka waktu

panjang."

Adam terkejut mendengar nada kebencian dalam suara

jaksa itu. "Tenang, Robert. Haknya belum lagi dicabut."

Di Silva tertawa kecil. "Itu kuserahkan padamu, Sahabat."

Dia mengubah nada bicaranya. "Aku mendengar berita

burung, bahwa kau akan pindah ke Washington dalam

waktu singkat. Aku ingin kau tahu bahwa kau bisa

mengharapkan dukungan sepenuhnya dariku."

Memang sudah sepantasnya, pikir Adam Warner, jaksa itu

sudah berpengalaman banyak. Dia tahu betul tempat-tempat

mencari informasi, dan dia tahu mencari keuntungan yang


sebanyak-banyaknya dari informasi-informasi itu.

"Terima kasih, Robert. Terima kasih banyak."

"Sama-sama, Adam. Aku menunggu berita lagi darimu."

Maksudnya tentu berita tentang Jennifer Parker. Usaha

balas jasa yang dimaksud oleh Stewart Needham, dengan

gadis itu sebagai barang taruhannya. Adam Warner mengingat

kembali kata-kata Robert Di Silva: Aku akan berusaha

menyingkirkannya untuk jangka waktu yang panjang. Sejak

membaca dokumen tanya-jawabnya, Adam sudah

beranggapan bahwa tak ada bukti nyata untuk menuntut

Jennifer Parker. Di Silva tidak akan bisa menangkap gadis itu,

kecuali kalau gadis itu sendiri yang mengaku, atau ada

seseorang yang tampil dengan informasi yang membuktikan

bahwa dia berkomplot dengan kejahatan. Di Silva

mengharapkan Adam membantunya untuk membalaskan

dendamnya.

Kata-kata yang dingin dan keras yang tercantum dalam dokumen itu sudah jelas
sekali, namun Adam ingin sekali Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendengar nada suara Jennifer Parker waktu dia membantah tuduhan atas
dirinya.

Banyak soal-soal mendesak yang menuntut perhatian Adam, perkara-perkara


penting vang melibatkan klien-klien besar. Sebenarnya mudah saja untuk
mengambil jalan pendek dan melaksanakan keinginan Stewart Needham, Hakim
Lawrence Waldman, dan Robert Di Silva, tetapi naluri Adam Warner
membuatnya bimbang. Diambilnya lagi surat-surat mengenai Jennifer Parker itu.
Dituliskannya beberapa catatan pendek, lalu dia menelepon interlokal.

Adam telah dibebani tanggung jawab, dan dia, berniat melaksanakannya dengan
sebaik-baiknya sebatas

kemampuannya. Dia tahu benar betapa lama dan sulitnya orang harus belajar dan
kerja keras yang dituntut dari seseorang untuk menjadi ahli hukum supaya lulus
ujian keahlian. Itu merupakan hadiah yang makan waktu bertahun-tahun untuk
memperolehnya, dan dia tak ingin merampasnya begitu saja dari orang, bila dia
tak yakin bahwa itu memang berdasarkan hukum.

Esok paginya Adam Warner sudah berada dalam pesawat, pergi ke Seattle,
Washington. Dia mengadakan pertemuan dengan para profesor hukum yang
mengajar Jennifer Parker, dengan pemimpin perusahaan pengacara di mana
Jennifer magang selama dua musim panas, dan dengan beberapa bekas teman
sekelas Jennifer.

Stewart Needham menelepon Adam di Seattle. "Apa yang kaulakukan di situ,


Adam? Di sini bertumpuk perkara menunggumu. Perkara Parker itu sebenarnya
bisa diselesaikan sekejap mata saja."

"Beberapa pertanyaan telah timbul," kata Adam berhati-hati. "Satu atau dua hari
lagilah aku kembali, Stewart."

Mereka diam sebentar. "Baiklah. Tapi tak usahlah kita membuang lebih banyak
waktu daripada seperlunya."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Waktu Adam Warner meninggalkan Seattle, dia merasa hahwa dia telah
mengenal Jennifer Parker hampir sebaik gadis itu mengenal dirinya sendiri.
Dalam pikirannya telah terbentuk suatu gambaran tentang gadis itu, suatu potret
diri mentalnya, dengan bagian-bagian yang di si oleh para profesor yang telah
mengajarnya hukum, ibu kos-nya, anggota-anggota

perusahaan pengacara tempatnya magang, serta temanteman sekelasnya.


Gambaran yang diperoleh Adam sama sekali tak ada persamaannya dengan
gambaran yang diberikan oleh Robert Di Silva. Hanya bila Jennifer Parker itu
seorang aktris yang paling sempurna di dunia inilah, dia baru mungkin terlibat
dalam komplotan yang membebaskan seseorang seperti Michael Moretti.

Kini, dua minggu setelah dia bercakap-cakap dengan Stewart Needham pagi hari
itu, Adam Warner berhadapan dengan gadis yang masa lalunya telah di
jelajahinya. Adam telah melihat foto-foto Jennifer di surat-surat kabar, tetapi dia
dicengangkan oleh pesona diri gadis itu. Meski hanya mengenakan kimono tua
tanpa make-up. dan rambutnya yang berwarna coklat tua itu basah karena baru
habis mandi, gadis itu tetap mempesona.

"Saya ditugaskan untuk meneliti peran Anda dalam perkara Michael Moretti
dulu itu. Nona Parker," kata Adam.

"Itu lagi!" Jennifer merasa amarahnya timbul dalam dirinya.

Perasaan itu mulai bagai percikan api yang lalu menjadi nyala yang meluap
dalam dirinya. Rupanya mereka masih terus mengejarnya! Mereka rupanya ingin
menyuruhnya

menanggung akibatnya sepanjang sisa hidupnya. Tetapi dia sudah muak!

Jennifer berkata dengan suara gemetar, "Tak ada yang dapat saya katakan pada
Anda! Pulanglah dan laporkanlah pada mereka apa saja yang Anda mau. Saya
memang telah berbuat bodoh, tapi sepanjang pengetahuan saya, tak ada undang-
undang yang mempermasalahkan kebodohan. Jaksa Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

itu menuduh seseorang telah membayar saya." Diangkat tangannya dengan sikap
mencemooh. "Bila saya punya uang, menurut Anda. akan maukah saya tinggal
di tempat seperti ini?" Lehernya rasa tersekat. "Sa... saya tak peduli apa yang
Anda lakukan. Saya hanya ingin tak diganggu lagi. Nah, silakan pergi!"

Jennifer berbalik, lalu lari ke kamar mandi, sambil membanting pintunya.

Dia berdiri bersandar pada meja tempat mencuci muka, sambil menarik napas
panjang dan menyeka air matanya. Dia tahu bahwa tindakannya tadi bodoh. Itu
kebodohan yang kedua kalinya, pikirnya lesu. Seharusnya dia menghadapi
Adam Warner tadi dengan cara yang lain. Dia seharusnya mencoba memberikan
penjelasan tadi, bukan menyerangnya.
Mungkin dengan demikian dia tidak akan jadi ditindak. Tetapi dia tahu bahwa itu
hanya prasangka saja. Tindakan mengirim seseorang untuk menanyainya adalah
suatu teka-teki. Pada langkah berikutnya, akan datang seseorang yang akan
menunjukkan bukti, dan tindakan hukumnya pun dilakukanlah.

Maka akan diadakan sidang yang terdiri dari tiga orang ahli hukum, yang akan
membacakan tuduhannya pada suatu Badan Pendisiplin, yang kemudian akan
melapor pula pada Badan Staf Gubernur. Keputusan yang akan diusulkan sudah
ditentukan lebih dulu: pembatalan hak sebagai pengacara. Dia akan dilarang
menjalankan praktek sebagai pengacara di negara bagian New York. Ada satu
hal yang menyenangkan dalam hal ini, pikir Jennifer getir. Namaku akan
dicantumkan dalam Buku Guinness Book of Records, sebagai orang yang punya
karir di bidang hukum yang terpendek dalam sejarah.

Dia masuk ke dalam bak mandi lagi lalu duduk bersandar, membiarkan air yang
masih hangat meresapi tubuhnya, sambil melemaskan syaraf syarafnya yang
tegang. Pada saat itu dia merasa terlalu letih untuk mengacuhkan apa yang
terjadi atas dirinya. Ditutup matanya dan dibiarkannya pikirannya Tiraikasih
Website http://kangzusi.com/

melayang. Dia setengah tertidur dan baru terbangun oleh air yang sudah terasa
dingin. Dia tak tahu berapa lama dia terbaring dalam bak itu. Dengan enggan dia
melangkah ke luar sambil mengeringkan tubuhnya. Dia tak merasa lapar lagi.

Peristiwa dengan Adam Warner tadi telah mematahkan seleranya.

Jennifer menyisir rambutnya dan membubuhkan krim di wajahnya, lalu


memutuskan untuk pergi tidur tanpa makan.

Esok paginya dia akan menelepon sehubungan dengan perjalanan dengan


bayaran patungan ke Seattle itu.

Dibukanya pintu kamar mandinya dan masuk ke ruang tamu.

Adam Warner masih duduk di sebuah kursi, sambil

membalik-balik sebuah majalah. Dia mengangkat mukanya waktu Jennifer


memasuki ruang itu, dengan hanya berkain handuk.

"Maaf," kata Adam. "Saya....”


Jennifer berteriak kecil kengerian membayangkan dirinya, lalu berlari ke kamar
mandi, di mana dia mengenakan kimononya lagi. Waktu dia keluar untuk
menemui Adam lagi, dia marah sekali.

"Tanya-jawabnya sudah selesai. Anda tadi sudah saya minta untuk pergi."

Adam meletakkan majalah dan duduk dengan tenang.

"Nona Parker, apakah menurut Anda hal ini tak bisa kita bahas dengan tenang
sebentar?"

"Tidak!" Semua kemarahan yang terpendam meluap lagi dalam diri Jennifer.
"Tak ada lagi yang dapat saya katakan pada Anda maupun pada panitia
pendisiplin terkutuk itu.

Saya bosan diperlakukan seperti... seolah-olah saya ini penjahat!'"

"Adakah saya mengatakan bahwa Anda seorang penjahat?"

tanya Adam tenang-tenang.

"Anda.... bukankah untuk itu Anda berada di sini?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah saya katakan untuk apa saya kemari. Saya ditugaskan untuk menyelidiki
dan memberikan usul untuk membenarkan atau menggagalkan rencana
pembatalan hak Anda. Saya ingin mendengar kejadiannya dari pihak Anda."

' Oh begitu. Lalu harus saya bayar berapa Anda, supaya tanpa mendapat
keterangan dari saya Anda mau pergi?"

Wajah Adam menjadi tegang. "Maaf, Nona Parker." Adam bangkit lalu berjalan
ke arah pintu.

"Tunggu sebentar!"

Adam berbalik.

"Maafkan saya." kata Jennifer. "Saya... semua orang rasanya seperti memusuhi
saya. Maafkan saya."
“Permintaan maaf Anda saya terima."

Jennifer tiba-tiba menyadari betapa tipisnya kimononya.

"Bila Anda ingin menanyai saya, izinkan sayva mengganti pakaian saya dulu,
baru kita bisa bercakap-cakap."

"Baiklah. Anda sudah makan malam?"

Jennifer ragu sebentar. "Saya....”

"Saya tahu ada sebuah restoran Prancis kecil yang rasanya tepat sekali untuk
dijadikan tempat mengajukan pertanyaan-pertanyaan.'

Restoran itu kecil, tenang, dan menarik, terletak di 66th Street di daerah East
Side.

"Tidak terlalu banyak orang tahu tentang tempat ini," kata Adam Warner setelah
mereka duduk. "Ini milik suatu pasangan muda Prancis yang dulu bekerja di Les
Pyrenees.

Makanannya istimewa."

Jennifer harus membenarkan kata-kata Adam itu. Tetapi dia tak bisa menikmati
apa-apa. Seharian itu dia tak makan, tetapi dia demikian gugupnya hingga dia
tak sanggup Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memaksakan makanan barang sedikit pun ke dalam

tenggorokannya. Dia mencoba untuk santai, tetapi tak berhasil. Bagaimanapun


usahanya untuk berpura-pura, pria tampan yang duduk di hadapannya itu adalah
musuhnya.

Jennifer harus mengakui bahwa laki-laki itu benar-benar tampan. Dia


menyenangkan dan menarik, dan dalam keadaan lain, Jennifer pasti akan sangat
senang malam itu: tetapi sekarang ini bukan keadaan lain. Seluruh masa
depannya ada dalam tangan orang asing ini. Satu atau dua jam lagi akan
ditentukan arah mana sisa hidupnya akan tertuju.

Dalam usahanya untuk membuat gadis itu santai Adam telah meninggalkan
kegiatannya sendiri. Dia baru saja kembali dari perjalanan ke Jepang, dimana dia
telah bertemu dengan pejabat-pejabat tinggi pemerintahan. Orang telah
menyiapkan suatu pesta malam khusus untuk menghormatinya.

"Pernahkah Anda makan semut yang di tutul coklat?" tanya Adam.

"Belum."

Adam tertawa kecil. "Makanan itu lebih enak daripada jengkerik yang ditutupi
coklat."

Adam bercerita tentang perjalanan perburuan ke Alaska yang dilakukannya


setahun yang lalu, dimana dia diserang beruang. Dia berbicara tentang macam-
macam, kecuali tentang maksud pertemuan mereka di situ.

Jennifer telah menguatkan hatinya untuk menghadapi saat Adam akan mulai
menanyainya, nanun ketika akhirnya Adam mulai bahan pembicaraan itu,
seluruh tubuhnya jadi kaku.

Adam telah menghabiskan makanan penutupnya dan

berkata dengan tenang. "Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan, dan saya
tak mau Anda sampai merasa risau.

Oke?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer tiba-tiba merasa kerongkongannya tersumbat. Dia

tak yakin apakah dia masih bisa berbicara. Dia hanya

mengangguk.

"Saya ingin Anda menceritakan apa adanya tentang apa

yang terjadi di ruang sidang hari itu. Semua yang Anda ingat,

segalanya yang Anda rasakan. Tenang-tenang saja."

Jennifer menarik napas dalam-dalam dengan gemetar


dan berkata, "Baiklah."

Dengan terbata-bata, Jennifer mulai menceritakan peristiwa

dalam ruang sidang waktu itu. Makin lama bicaranya makin

cepat dan makin dihayatinya lagi semuanya. Adam duduk saja

tenang-tenang sambil mendengarkan, memperhatikan Jennifer

tanpa berkata apa-apa.

Setelah Jennifer selesai, Adam berkata, "Laki-laki yang

memberikan amplop itu pada Anda— apakah dia ada di kantor

Jaksa pagi harinya waktu Anda disumpah?"

“Hal itu sudah juga saya coba mengingat-ingatnya. Tapi

saya benar-benar tak ingat. Banyak sekali orang di kantor itu

hari itu dan tak seorang pun diantara mereka saya kenal."

“Pernahkah Anda melihat laki-laki itu sebelumnya di tempat

lain?"

Jennifer menggeleng tak berdaya. "Saya tak ingat. Saya

rasa tak pernah."

“Kala Anda, Anda melihatnya bercakap-cakap sebentar dengan Jaksa, tak lama
sebelum dia mendatangi Anda untuk memberikan amplop itu, adakah Anda
melihat Jaksa memberikan amplop itu kepadanya?”.

"Saya... tidak."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

'"Apakah Anda benar-benar melihat laki-laki itu bercakapcakap dengan Jaksa,


atau apakah dia hanya berada dalam kelompok orang banyak sekelilingnya
saja?"

Jennifer menutup matanya sebentar, mencoba mengingat-ingat kembali saat itu.


"Maaf. Semuanya begitu membingungkan. Saya... saya tak tahu."

"Tahukah Anda bagaimana dia sampai bisa tahu nama Anda?"

"Tidak."

"Atau mengapa dia memilih Anda?"

"Itu mudah saja. Mungkin dia langsung bisa melihat orang yang bodoh." Jennifer
menggeleng. "Tidak. Maaf. Tuan Warner, saya tak tahu."

"Orang menganggap soal itu penting sekali." kata Adam.

"Jaksa Di Silva sudah lama mengejar-ngejar Michael Moretti.

Sebelum Anda terlibat, dia punya harapan besar untuk memenangkan perkara
ini. Jaksa tak senang terhadap Anda”.

"Saya pun merasa tak senang terhadap diri saya sendiri."

Jennifer tak dapat mempersalahkan Adam Warner

mengenai apa yang harus dilakukannya. Dia hanya sekedar menjalankan


tugasnya. Mereka berusaha keras untuk menekannya dan mereka berhasil. Itu
bukan tanggung jawab Adam Warner; dia hanya merupakan alat mereka.

Jennifer tiba-tiba ingin sekali menyendiri. Dia tak ingin siapa pun melihat
kesedihannya.

"Maafkan saya," katanya. "Sa... saya kurang sehat. Saya ingin pulang."

Adam memandanginya sebentar. "Apakah Anda akan merasa lebih baik bila saya
katakan bahwa saya akan mengusulkan agar rencana pembatalan atas hak Anda
dihapuskan?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Beberapa detik lamanya barulah Jennifer bisa meresapi kata-kata Adam itu.
Jennifer menatapnya tanpa bisa berkata apa-apa, dia hanya memperhatikan
wajah Adam, menatap mata yang ahu-abu kebiruan di balik kaca mata
berbingkai tanduk itu. "Apakah Anda bersungguh-sungguh?"

"Menjadi pengacara itu penting sekali bagi Anda, bukan?"

tanya Adam.

Jennifer terkenang akan ayahnya dengan kantornya yang kecil dan nyaman, akan
percakapan yang biasa mereka lakukan, dan masa kuliahnya di fakultas hukum
yang bertahun-tahun lamanya. juga harapan-harapan dan impian-impian mereka.

Kita akan menjadi partner. Cepat-cepat kaudapatkan gelar sarjana hukummu.

"Ya," bisik Jennifer.

"Bila Anda bisa mengatasi awal yang sulit ini, saya rasa Anda akan menjadi
pengacara yang baik."

Jennifer tersemum dengan rasa terima kasih. "Terima kasih. Akan saya coba."

Kata-kata yang terakhir itu diulanginya lagi dalam angannya. Aku akan
memcoba Biarlah dia harus berbagi tempat di sebuah kantor kecil dan pengap,
dengan seorang detektif swasta yang tak berarti dan seorang yang menemukan
kembali mobil-mobil yang hilang. Bagaimanapun

juga, itu adalah sebuah kantor pengacara. Dia adalah anggota

suatu profesi yang sah, dan dia akan di zinkan untuk

membuka praktek pengacara. Hatinya penuh dengan rasa gembira. Dia


memandang Adam yang duduk di seberangnya dan dia merasa bahwa dia akan
merasa berterima kasih pada laki-laki ini untuk selama-lamanya.

Pelayan telah mulai membereskan piring-piring dari meja.

Jennifer mencoba berbicara, tetapi yang keluar hanya suara Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/
yang merupakan campuran antara tawa dan isak, "Tuan Warner....”

"Setelah kita menjalani bersama begitu banyak, saya rasa sepantasnya kalau saya
dipanggil Adam saja."

"Adam....”

"Ya?"

"Saya harap ini tidak akan merusak hubungan kita, tapi....” kata Jennifer, "saya
lapar sekali!"
5
Beberapa minggu berikutnya berlalu dengan cepat. Jennifer sibuk sekali, dari
pagi-pagi sekali sampai larut malam, menyampaikan panggilan-panggilan —
yaitu perintah pengadilan supaya seseorang hadir dalam suatu sidang untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan— dan panggilan-panggilan pengadilan untuk
hadir sebagai saksi. Jennifer tahu bahwa kemungkinannya untuk mempunyai
sebuah perusahaan pengacara yang besar, tak ada, karena setelah keributan yang
besar itu di mana dia terlibat, tak seorang pun bermimpi untuk meminta
pembelaannya. Dia harus mencari jalan untuk mencari nama, dia harus mulai
dari awal.

Sementara itu, di meja kerjanya bertumpuk-tumpuk surat panggilan dari


Peabody and Peabody yang harus

disampaikannya. Meskipun tidak praktek sebagai pengacara, dia berpenghasilan


dua belas setengah dolar ditambah dengan ongkos-ongkos lain.

Sekali-sekali bila Jennifer harus bekerja sampai malam, Ken Bailey


mengajaknya makan malam bersama. Dari luar, laki-laki itu kelihatan seperti
sinis, tetapi Jennifer merasa bahwa itu hanyalah kedok. Dia merasa bahwa laki-
laki itu kesepian. Ken Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bailey tamat dari Brown University. Dia cerdas dan banyak membaca buku-buku
yang baik. Jennifer tak mengerti mengapa dia merasa puas menghabiskan
hidupnya bekerja dalam kantor yang pengap itu, dan hanya mencoba

mencarikan suami-suami atau istri-istri orang yang hilang.

Keadaannya seolah-olah dia telah menyerah pada

kegagalannya dan tak berani mencoba untuk mencapai sukses.

Pada suatu kali waktu Jennifer menyinggung soal

perkawinan Ken Bailey, dia dibentak. "Itu bukan urusanmu,"

dan Jennifer tak pernah menyebut-nyebutnya lagi.


Otto Wenzel lain sekali. Pria kecil yang pendek dan gendut itu, hidup
perkawinannya bahagia sekali. Dia menganggap Jennifer sebagai anaknya, dan
dia sering membawakan Jennifer sup serta kue-kue buatan istrinya. Sayangnya,
istrinya sama sekali tak pandai memasak, tetapi Jennifer memaksa dirinya untuk
memakan apa saja yang dibawakan Otto Wenzel, karena dia tak mau menyakiti
hati pria itu. Pada suatu malam Sabtu, Jennifer diundang makan ke rumah
Wenzel.

Nyonya Wenzel telah memasak kol isi, yang merupakan keistimewaannya.


Ternyata kolnya terlalu matang, daging di dalamnya keras dan nasinya setengah
masak. Lauk itu terendam dalam cairan lemak ayam. Jennifer menyendoknya
dengan gagah, menyuapnya sedikit-sedikit, dan mengais-ngais makanan dalam
piringnya supaya kelihatan seolah-olah dia sedang makan.

"Bagaimana rasanya?" tanya Nyonya Wenzel berseri-seri

"Ini... ini merupakan salah satu makanan kegemaran saya."

Sejak saat itu, Jennifer diundang makan ke rumah keluarga Wenzel setiap malam
sabtu, dan Nyonya Wenzel selalu memasak makanan kegemaran Jennifer itu.

Pada suatu hari, pagi-pagi sekali, Jennifer menerima telepon dari sekretaris
pribadi Tuan Peabody Jr.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tuan Peabody ingin bertemu dengan Anda jam sebelas pagi ini. Harap datang
tepat pada waktunya.'

"Baik, Nyonya."

Pada waktu-waktu yang lalu, Jennifer hanya berurusan dengan sekretaris-


sekretaris dan petugas-petugas lain saja dari kantor Peabody. Perusahaan itu
besar dan punya nama baik, perusahaan yang menjadi impian para ahli hukum
muda, supaya diajak ikut serta menjadi anggotanya. Dalam perjalanan untuk
memenuhi janji itu, Jennifer mulai berangan-angan. Bila Tuan Peabody sendiri
yang ingin bertemu dengannya, tentu itu berarti mengenai sesuatu yang penting.

Mungkin dia telah melihat harapan baik dan ingin menawarinya pekerjaan
sebagai seorang pengacara dalam perusahaannya, akan memberinya kesempatan
untuk

memperlihatkan kemampuannya. Dia akan membuat kejutan pada mereka


semua. Pada suatu hari kelak, nama itu bahkan mungkin berubah menjadi
Peabody, Peabody and Parker.

Jennifer menghabiskan waktu yang tiga puluh menit di lorong gedung di luar
kantor itu, dan pukul sebelas tepat dia masuk ke ruang penerimaan tamu. Dia tak
mau kelihatan terlalu bersemangat. Dia disuruh menunggu dua jam lagi
sebelumnya, akhirnya dipersilakan masuk ke kamar kerja Tuan Peabody Jr. Pria
itu jangkung dan kurus, mengenakan setelan dengan vest dan sepatu yang dibuat
khusus baginya di London.

Dia tidak mempersilakan Jennifer duduk. "Nona Potter...” katanya, suaranya


melengking, tak enak didengar.

"Parker."

Tuan Peabody mengambil sehelai kertas dari meja

kerjanya. "Ini ada panggilan untuk menjadi saksi. Harap Anda


menyampaikannya."

Pada saat itu tahulah Jennifer bahwa dia tidak akan menjadi anggota perusahaan
itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tuan Peabody Jr. memberikan surat panggilan itu pada Jennifer dan berkata,
"Anda akan dibayar lima ratus dolar."

Jennifer yakin bahwa dia salah dengar. "Apakah kata Anda lima ratus dolar?"

"Benar. Tapi itu tentulah bila Anda berhasil.'"

"Ada kesulitan rupanya?" terka Jennifer.

"Yah, begitulah," Tuan Peabody Jr. mengakui. Sudah lebih dari setahun kami
mencoba memanggil orang ini. Namanya Wil iam Carlisle. Dia tinggal di tanah
miliknya di Long Island dan dia tak pernah meninggalkan rumahnya. Terus
terang saja, sudah dua belas orang mencoba untuk memanggilnya.

Dia mempunyai seorang petugas penjaga pintu yang merangkap menjadi


pengawal yang selalu mengusiri siapa saja yang datang."

"Jadi bagaimana mungkin saya...” kata Jennifer.

Tuan Peabody Jr. menyandarkan tubuhnya ke depan.

"Besar sekali jumlah uang yang dipertaruhkan dalam perkara ini. Tetapi saya tak
bisa membawa Carlisle ke pengadilan, kalau saya tak bisa menyampaikan surat
panggilan ini. Nona Potter." Jennifer tak lagi berusaha untuk memperbaikinya.

"Apakah Anda rasa Anda bisa menanganinya?"

Jennifer memikirkan tentang apa yang bisa diperbuatnya dengan uang lima ratus
dolar. "'Saya akan mencari jalan."

Pukul dua siang itu, Jennifer berdiri di luar tanah milik Wil iam Carlisle yang
megah. Rumahnya sendiri bergaya Georgia, terletak di tengah-tengah tanah yang
luasnya sepuluh are, yang terpelihara dengan cermat dan tampak indah. Suatu
jalan masuk untuk mobil yang membelok, menuju ke depan rumah. Bagian
rumah itu dilingkari dengan penuh gaya oleh pohon-pohon cemara. Jennifer
memikirkan kesulitannya dalam-dalam. Karena tak mungkin memasuki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

rumah itu, maka satu-satunya jalan ke luar adalah mencari akal untuk
memancing Tuan Wil iam Carlisle ke luar.

Setengah blok dari jalan tampak sebuah truk pengusaha kebun. Jennifer
memperhatikan truk itu sebentar, lalu berjalan mendatanginya, dan mencari
tukang-tukang kebunnya. Ada tiga orang dil antaranya sedang bekerja; mereka
adalah orang-orang Jepang.

Jennifer berjalan mendatangi orang-orang itu. "Siapa yang bertanggung jawab di


sini?" tanyanya.

Salah seorang di antaranya tegak. "Saya."

"Saya ada tugas kecil untuk Anda” Jennifer mulai berkata.


"Maaf, Nona. Kami terlalu sibuk."

"Hanya akan makan waktu lima menit."

"Tidak. Tak mungkin....”

"Anda akan saya bayar seratus dolar."

Ketiga orang itu berhenti bekerja dan melihat padanya.

Kepala tukang kebun berkata, "Anda mau membayar kami seratus dolar hanya
untuk bekerja selama lima menit?"

"Benar."

"Apa yang harus kami kerjakan...?"

Lima menit kemudian, truk perusahaan kebun itu memasuki jalan masuk ke
tanah milik Wil iam Clarlisle dan Jennifer keluar dari mobil di kuti oleh ketiga
orang tukang kebun. Jennifer melihat ke sekelilingnya, memilih sebatang pohon
yang bagus di sisi pintu depan, lalu berkata pada tukang-tukang kebun itu,

"Gali pohon itu."

Mereka mengambil sekop dari truk dan mulai menggali.

Belum semenit mereka menggali, pintu depan terkuak lebar, dan seorang laki-
laki yang besar sekali, yang mengenakan seragam petugas rumah tangga, keluar
dengan terburu-buru.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa-apaan ini? Apa yang kalian lakukan?"

"Kami dari Dinas Pemeliharaan Tanaman Long Island," kata Jennifer dengan
tegas. "Kami akan mencabut semua pohon-pohon ini."

Petugas itu memandang Jennifer dengan terbelalak. "Apa yang akan kalian
lakukan?"

Jennifer mengacungkan sehelai kertas. "Saya punya surat perintah untuk


menggali semua pohon-pohon ini."

"Tak mungkin! Tuan Carlisle bisa mendapat serangan jantung!" Dia berbalik
pada tukang-tukang kebun. "Hentikan itu!"

"Dengar, Saudara," kata Jennifer. "saya hanya menjalankan tugas saya." Jennifer
menoleh ke tukang-tukang kebun.

"Teruskan menggali, Saudara-saudara."

"Jangan!" teriak petugas rumah tangga. "Pasti ada kekeliruan! Tuan Carlisle tak
pernah memerintahkan untuk menggali pohon mana pun juga."

Jennifer mengangkat pundaknya. "Bos saya berkata bahwa ini perintah beliau."

"Di mana saya bisa berhubungan dengan bos Anda itu?"

Jennifer melihat ke arlojinya. "Beliau sedang menjalankan tugas luar ke


Brooklyn sekarang. Kira-kira jam enam beliau baru akan kembali ke kantor."'

Petugas itu membelalak pada Jennifer dengan marah sekali. "Tunggu sebentar!
Jangan lakukan apa-apa sampai saya kembali."

"Gali terus," perintah Jennifer pada tukang-tukang kebun.

Petugas itu berbalik lalu bergegas masuk ke rumah, sambil menutup pintu
dengan membantingnya. Beberapa saat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kemudian pintu terbuka lagi dan petugas ilu kembali, di kuti oleh seorang pria
setengah bava yang kecil.

"Coba ceritakan apa vang sedang terjadi di sini?”

"Apa urusan Anda?" tanya Jennifer

“Dengarkan apa urusanmu dengan saya," bentak laki-laki kecil itu. "Sayalah Wil
iam Carlisle dan ini adalah tanah milik saya."

"Kalau begitu, Tuan Carlisle," kata Jennifer, "ini ada sesuatu untuk Anda."
Dimasukkan tangannya ke dalam saku, lalu diletakkannya surat panggilan itu ke
dalam tangan Tuan Carlisle. Dia berbalik pada tukang-tukang kebun. "Sekarang
boleh berhenti menggali."

Esok harinya, pagi-pagi benar Adam Warner menelepon.

Jennifer segera mengenali suaranya.

“Saya rasa Anda akan suka mendengar”, kata Adam,

"bahwa rencana pembatalan hak Anda sebagai pengacara telah dihapuskan


dengan resmi. Tak ada lagi yang perlu Anda kuatirkan sekarang."

Jennifer menutup matanya lalu mengucap syukur

dalam hati. "Sa... saya tak bisa mengucapkan betapa besar rasa terima kasih saya
atas jasa Anda”.

“Keadilan tak selalu buta."

Adam tidak menyebutkan peristiwa yang dialaminya dalam menghadapi Stewart


Needham dan Robert Di Silva. Needham kecewa, tetapi bisa mengerti.

Jaksa Di Silva marah-marah bagai banteng mengamuk.

"Kaubiarkan perempuan jahanam itu bebas? Tuhanku, dia itu mafia, Adam! Tak
bisakah kau mengerti? Kau telah dijebaknya!"

Demikianlah dia mengomel terus, sampai Adam merasa bosan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Semua bukti yang memberatkannya hanya kebetulan saja,

Robert. Dia berada di tempat yang salah pada waktu yang

salah dan dia terjebak. Bagiku hal itu tidak berarti mafia."

Akhirnya Robert Di Silva berkata. "Baiklah, jadi dia tetap

seorang pengacara. Aku berdoa saja semoga dia membuka

praktek di New York, karena begitu dia menginjakkan kakinya


di salah satu ruang sidang, aku akan melalapnya."

Kini, sedang dia berbicara dengan Jennifer, Adam tidak

menceritakan tentang hal itu. Jennifer telah menjadikan

dirinya sendiri seorang musuh bebuyutan, tetapi tak satu pun

yang bisa diperbuat. Robert Silva adalah seorang pendendam,

sedang Jennifer adalah sasaran yang empuk. Gadis itu cerdas

dan penuh semangat, dan masih sangat muda serta cantik

pula.

Adam menyadari bahwa sebaiknya dia tidak menemui gadis

itu lagi.

Ada saatnya Jennifer merasa ingin berhenti saja. Papan

nama di pintu kantornya masih bertuliskan Jennifer Parker,

Penasihat Hukum, namun tak seorang pun bisa dibohongi,

terutama Jennifer sendiri. Di tak pernah menangani hukum.

Hari-harinya dihabiskan dengan pergi kian kemari dalam

segala cuaca dalam hujan biasa maupun hujan salju, untuk

menyampaikan surat-surat panggilan ke pengadilan pada

orang-orang yang membencinya karena menyampaikan surat-

surat itu. Kadang-kadang dia menerima perkara yang remeh,

seperti membantu orang-orang tua untuk mendapatkan kupon

makanan, menyelesaikan beberapa masalah dari orang-orang


Negro, orang-orang dari Puerto Rico, dan para penduduk lain

yang tak beruntung. Jennifer merasa terperangkap.

Malam hari lebih buruk lagi keadaannya daripada siang. Malam bagai tak
kunjung berakhir karena Jennifer tak bisa tidur, dan bila dia tertidur, dia
bermimpi tentang hantu. Hal itu bermula sejak malam hari ketika ibunya lari dari
Jennifer dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ayahnya, dan dia tak pernah bisa menemukan apa yang menyebabkan mimpi-
mimpi buruknya itu.

Dia dilanda kesepian. Sekali-sekali dia keluar juga, kencan dengan pengacara-
pengacara muda. Tetapi mau tak mau dia lalu membandingkan mereka dengan
Adam Warner, dan mereka semua banyak kekurangannya. Mereka makan malam
lalu nonton film atau sandiwara, yang disusul dengan usaha anak-anak muda itu
untuk ikut masuk ke apartemennya.

Jennifer tak tahu pasti, apakah keinginan mereka itu disebabkan karena mereka
telah merasa menjamunya makan malam, ataukah karena mereka letih,
berhubung untuk mengantar Jennifer sampai ke pintu kamarnya mereka harus
naik ke lantai empat. Ada kalanya Jennifer terdorong untuk membolehkan
mereka, hanya sekedar supaya ada yang menemaninya malam itu. Tetapi dia
tidak hanya

membutuhkan seorang teman bicara; dia perlu seseorang yang menyayanginya,


dan seseorang yang bisa pula disayanginya.

Semua laki-laki yang menarik yang mengajak Jennifer, sudah menikah, dan dia
tegas-tegas menolak untuk keluar dengan mereka. Dia ingat satu kalimat dari
film berjudul The Apartment, yang disutradarai oleh Bil y Wilder, yang
berbunyi:

“Sebaiknya kita menjauhkan diri dari pria yang sudah menikah."

Ibu Jennifer telah menghancurkan suatu perkawinan dan telah menyebabkan


kematian ayahnya. Dia tak pernah bisa melupakan peristiwa itu.

Natal tiba dan disusul oleh malam Tahun Baru. Jennifer menghabiskan waktunya
seorang diri. Menjelang malam, salju turun dengan lebat dan kota kelihatan
seperti sehelai kartu Natal yang besar sekali. Jennifer berjalan saja di sepanjang
jalan memperhatikan para pejalan kaki yang bergerak untuk pulang mencari
kehangatan di rumah dan keluarga mereka, dan Jennifer merasa tersiksa oleh
rasa kekosongan. Dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merasa sangat kehilang ayahnya. Dia senang setelah hari-hari libur berlalu,
Tahun seribu sembilan ratus tujuh puluh keadaan akan lebih baik, pikir Jennifer
menghibur dirinya.

Bila Jennifer kelihatan murung, Ken Bailey akan

menghiburnya. Diajaknya Jennifer ke Madison Square Garden untuk nonton


permainan Rangers, klub disko, dan sekali-sekali nonton film atau sandiwara.
Jennifer tahu bahwa Ken tertarik pada dirinya, tetapi pria itu tetap memelihara
jarak.

Dalam bulan Maret, Otto Wenzel memutuskan untuk pindah ke Florida dengan
istrinya.

"Tulang-belulangku tak kuat lagi menahan udara musim salju di New York ini,"
katanya pada Jennifer.

"Saya akan merasa kehilangan Anda," kata Jennifer dengan setulusnya. Dia
benar-benar telah merasa dekat dengan pria tua itu.

"Jagalah Ken baik-baik."

Jennifer melihat padanya dengan pandangan bertanya.

"Dia tak pernah menceritakannya padamu bukan?"

"Menceritakan apa?"

Otto tampak ragu sebentar, lalu berkata, "Istrinya telah bunuh diri. Ken
mempersalahkan dirinya.”

Jennifer terperanjat. "Mengerikan sekali! Mengapa.... dia berbuat senekat itu?"

"Dia menangkap basah Ken di tempat tidur bersama seorang laki-laki muda
berambut pirang”.
"Aduh, Tuhanku!"

'Ditembaknya dulu Ken, lalu mengacungkan pistol itu ke arah dirinya sendiri.
Ken selamat, tetapi istrinya tewas."

“Mengerikan sekali! Saya tak tahu bahwa... bahwa....” Tiraikasih Website


http://kangzusi.com/

"Saya maklum. Dia memang tersenyum terus, tapi hatinya menanggung beban
berat."

"Terima kasih. Anda telah menceritakannya pada saya”.

Waktu Jennifer kembali ke kantor, Ken berkata, “Jadi Pak Tua Otto akan
meninggalkan kita."

"Ya."

Ken Bailey tertawa kecil. "Jadi sekarang tinggal kita berdua menghadapi
tantangan dunia."

"Kurasa begitulah."

Memang ada benarnya juga, pikir Jennifer.

Kini Jennifer memandang Ken dengan mata yang lain.

Mereka makan siang dan makan malam bersama, tetapi Jennifer tetap tak bisa
melihat tanda-tanda homoseks pada diri laki-laki itu. Namun dia yakin bahwa
apa yang diceritakan Otto Wenzel padanya adalah benar: Ken Bailey hidup
dengan siksaan batin.

Beberapa klien dari golongan rendah mulai berdatangan.

Mereka biasanya berpakaian lusuh, kebingungan, dan dalam beberapa hal


perkara-perkaranya sama sekali tak ada artinya.

Pelacur-pelacur datang untuk meminta Jennifer mengurus uang tebusannya, dan


Jennifer sering merasa keheranan melihat betapa muda dan cantiknya beberapa
orang di antara mereka itu. Mereka menjadi sumber uang masuk yang tetap,
meskipun kecil. Jennifer tak tahu siapa yang menyuruh mereka datang padanya.
Waktu hal itu dinyatakannya pada Ken Bailey, laki-laki itu hanya mengangkat
bahunya menyatakan ketidak-tahunya dan langsung pergi.

Setiap kali seorang klien datang untuk menemui Jennifer, Ken Bailey tahu diri
dan pergi. Dia tak ubahnya seorang ayah yang bangga, yang mendorong Jennifer
supaya berhasil.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beberapa orang minta diselesaikan perkara perceraian mereka, tetapi Jennifer


menolaknya. Dia tak bisa melupakan apa yang pernah diajarkan oleh salah
seorang profesor ilmu hukum: Dalam praktek penasihat hukum, perceraian itu
sama dengan penanganan penyakit dubur dalam praktek

kedokteran, yaitu hal sama-sama tak disukai. Kebanyakan ahli hukum yang
menangani perkara perceraian, punya nama yang kurang baik. Ada pemeo yang
berbunyi, bila penglihatan suatu pasangan suami-istri merah maka para penasihat
hukum melihatnya hijau. Seorang pengacara dengan bayaran tinggi, terkenal
dengan sebutan bomber, karena dia biasa memakai cara-cara keras untuk
memenangkan perkara bagi kliennya, dan dalam prosesnya sering
menghancurkan sang suami, istri, dan anak-anak mereka.

Beberapa di antara klien-klien yang datang kantor Jennifer, lain dari yang lain
hingga menimbulkan rasa heran Jennifer.

Mereka berpakaian bagus dan berpembawaan anggun sedang perkara yang


mereka hadapkan pada Jennifer bukan perkara picisan yang biasa ditanganinya.
Ia harus membereskan soal tanah milik yang bernilai tinggi. Juga pengaduan-
pengaduan yang sebenarnya perusahaan-perusahaan pengacara besar pun akan
suka menanganinya.

"'Dari mana Anda mendengar tentang saya” tanya Jennifer.

Jawab yang diterimanya selalu bersifat mengelak. “Dari seorang sahabat...." atau
"Saya membaca tentang Anda,"

atau... "Nama Anda disebut oleh seseorang dalam suatu pesta”.

Ketika seorang Kliennya, menjelaskan tentang


masalahnya, dan menyebutkan nama Adam Warner, barulah Jennifer tibatiba
mengerti.

"Tuan Warner yang menasihatkan supaya Anda datang pada saya, bukan?"

Klien itu jadi kemalu-maluan. "Yah, sebenarnya beliau mengatakan sebaiknya


tidak menyebutkan nama beliau."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer memutuskan untuk menelepon Adam. Sudah jelas dia berhutang budi
pada laki-laki itu. Jennifer menetapkan hati untuk bersikap sopan, namun tetap
berjarak dalam pembicaraannya. Dia tentu tidak akan memberikan kesan pada
Adam, bahwa dia menelepon dengan alasan yang lain daripada untuk
mengucapkan terima kasih. Percakapan yang akan diucapkannya itu diulang-
ulangnya beberapa kali. Ketika akhirnya Jennifer sudah merasa cukup berani
untuk menelepon, seorang sekretaris memberitahukan padanya bahwa Adam
Warner sedang berada di Eropa dan beberapa minggu lagi baru akan kembali.
Keadaan yang berlawanan itu menimbulkan tekanan batin pada Jennifer.

Jennifer memergoki dirinya makin lama makin sering memikirkan Adam


Warner. Dia ingat terus dan malam hari ketika Adam datang ke apartemennya
dan betapa buruknya dia memperlakukan pria i n. Adam baik sekali karena dia
telah menerima saja kelakuannya yang kekanak-kanakan itu.

yaitu waktu Jennifer melampiaskan kemarahannya padanya.

Tambahan lagi. sekarang dia bahkan mengirimkan klien-klien padanya.

Jennifer menunggu tiga minggu lagi sebelum menelepon Adam. Kali ini dia
berada di Amerika Selatan.

"Apakah ada pesan?" tanya sekretarisnya.

Jennifer ragu sebentar. "Tidak, tak ada pesan”.

Dia mencoba menghilangkan Adam dari pikiran nya, tetapi itu tak mungkin. Dia
ingin tahu apakah laki-laki itu sudah menikah atau bertunangan. Ingin dia tahu
bagaimana rasanya menjadi Nyonya Adam Warner. Dia jadi penasaran dan
kuatir kalau kalau dia lelah gila.
Kadang-kadang Jennifer melihat nama Michael Moretti tercantum dalam surat
kabar atau majalah. Dalam majalah New Yorker, terdapat cerita yang mendalam
mengenai Antonio Granel i dan keluarga mafia di sebelah timur Amerika.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dilaporkan, bahwa keadaan kesehatan Antonio Granel i sudah sangat menurun


dan Michael Moretti, menantunya, sedang bersiap-siap untuk mengambil alih
kekuasaannya. Majalah Life menurunkan cerita tentang gaya hidup Michael
Moretti, dan pada akhir cerita itu disinggung tentang sidang perkara Moretti
yang lalu. Kini Camil o Stela sedang menjalani hukuman penjara Leavenworth,
sedang Michael Moretti bebas.

Majalah itu juga mengingatkan bagaimana Jennifer Parker telah menghancurkan


perkara yang sebenarnva bisa membuat Morel i masuk penjara atau hahkan
dihukum di kursi listrik.

Jennifer merasa mual waktu membaca cerita itu. Kursi listrik?

Dia akan dengan senang hati menekan tombol listrik untuk menghukum Michael
Moretti itu.

***

Kebanyakan klien Jennifer tak berarti, tetapi pelajaran yang didapatkannya tak
ternilai. Jennifer jadi tahu ruangan-ruangan dalam Gedung Pengadilan Kriminal
di Centre Street 100. juga orang-orang yang ada di dalamnya.

Bila ada kliennya yang ditangkap gara-gara mencuri di toko, memukul orang,
pelacuran, atau minuman keras.

Jennifer akan pergi ke pusat kota itu untuk mengatur uang tebusan, dan tawar-
menawar di pengadilan sudah menjadi kebiasaan hidupnya.

"Uang tebusan diputuskan lima ratus dolar”.

"Yang Mulia, Terdakwa tidak mempunyai uang sebanyak itu. Bila Pengadilan
bersedia menurunkan uang tebusan menjadi dua ratus dolar, dia akan bisa
bekerja kembali dan membiayai keluarganya terus."
"Baik. Dua ratus dolar."

"Terima kasih. Yang Mulia."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer jadi kenal pada pengawas dari bagian pengaduan, di mana dokumen
laporan penangkapan dikirimkan.

"Anda lagi. Parker! Demi Tuhan, tak pernahkah Anda beristirahat?"

"Halo, Letnan. Seorang klien saya telah ditangkap atas tuduhan menjadi
gelandangan. Bolehkah saya melihat laporan penangkapannya? Namanya
Connery. Clarence Connery."

"Coba katakan, Anak manis. Untuk apa Anda mau datang kemari jam tiga subuh
untuk membela seorang gelandangan?"

Jennifer tertawa kecil. "Supaya saya jadi aman di jalan."

Dia jadi terbiasa akan pengadilan malam, yang diadakan di kamar nomor dua
ratus delapan belas di Gedung Pengadilan Centre Street. Tempat itu merupakan
dunia yang penuh sesak dan berbau busuk, dengan bahasa prokemnya tersendiri.

Jennifer mula-mula terpana melihat keadaan itu.

"Parker, klien Anda ditangkap atas tuduhan aneka ragam."

"Atas tuduhan aneka ragam? Apa maksudnya?"

"Mencuri dengan mendongkel, menggagahi si pemilik rumah, mempunyai


senjata, dan berencana untuk membunuh.

Mengerti?"

"Mengerti."

"Saya datang untuk mewakili Nona Luna Tarner."

"Ya, Tuhan!"
"Dapatkah Anda katakan atas tuduhan apa?"

"Tunggu. Saya carikan kartu Luna Tarner. Dialah orang hebat... nah, ini dia. Dia
penipu besar ditangkap oleh Sahko.

di daerah hitam."

"Apa artinya itu semua?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Anda orang baru di daerah ini. ya? Sahko itu singkatan dari Satuan Anti huru-
hara Kota. Daerah hitam di sini adalah 42nd Street. Jelas?"

"Jelas."

Pengadilan malam membuat Jennifer murung Tempat itu dipenuhi pasang-surut


manusia yang datang dan pergi tanpa berhenti, terdampar di pantai pengadilan.

Setiap malam, lebih dari seratus lima puluh perkara vang didengar. Ada pelacur,
ada pencopet, pemabuk yang berbau dan babak-belur, dan orang yang ketagihan
obat bius. Ada orang Puerto Rico dan orang Meksiko, ada orang Yahudi dan
orang Irlandia, ada pula orang Yunani dan orang Itali, dan mereka ditangkap atas
tuduhan perkosaan, pencurian, memiliki senjata gelap, pemakaian obat bius,
menyerang orang, atau pelacuran. Dan ada satu persamaan pada mereka itu:
mereka miskin. Mereka miskin, mereka sesat, dan mereka ditolak oleh
masyarakat. Mereka orang-orang yang hina-dina, yang tak pada tempatnya
berada di tengah-tengah

masyarakat dan tak pula mendapat perhatian masyarakat ramai. Sebagian besar
dari mereka berasal dari Harlem Pusat, dan karena dalam penjara sudah tak ada
tempat lagi, hanya tertuduh yang bersalah berat saja yang ditahan, yang lain
dibebaskan atau didenda saja. Mereka itu lalu kembali ke St.

Nicholas Avenue atau Morningside dan Manhattan Avenues, di mana daerah


yang luasnya tiga setengah mil persegi itu didiami oleh dua ratus tiga puluh tiga
ribu orang berkulit hitam, delapan ribu orang Puerto Rico, dan kira-kira satu
jutaan ekor tikus.

Sebagian besar dari klien yang datang ke kantor Jennifer adalah orang-orang
yang telah digilas oleh kemiskinan, oleh susunan masyarakat, dan oleh dirinya
sendiri. Ada orang-orang yang sudah lama menyerah. Jennifer merasa bahwa
rasa takut mereka inilah yang menimbulkan

kepercayaan pada dirinya sendiri. Dia tidak merasa dirinya lebih tinggi daripada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka. Dia sama sekali tak bisa menjadikan dirinya contoh keberhasilan yang
gemilang, namun dia pun tahu adanya satu perbedaan besar antara dirinya dan
para kliennya: dia tak pernah mau menyerah.

Ken Bailev memperkenalkan Jennifer pada Pastor Louis Joseph Ryan. Pastor
Ryan berumur hampir enam puluh tahun, seorang pria penuh semangat yang
selalu berseri-seri, berambut berwarna hitam yang sudah bercampur uban,
namun selalu rapi dan mengikal di sekitar telinganya.

Rambutnya itu kelihatan seolah-olah selalu perlu dipangkas.

Jennifer langsung merasa suka padanya.

Kadang-kadang, bila ada anggota jemaatnya yang

menghilang, Pastor Ryan mendatangi Ken untuk meminta bantuannya. Biasanya


Ken bisa menemukan kembali

suami, istri, anak-anak, baik laki-laki atau perempuan, yang hilang itu. Ken tak
pernah menagih bayaran.

"Bayarannya nanti saja di surga,*' kata Ken selalu bila Pater Ryan menanyakan
berapa bayarannya.

Pada suatu petang waktu Jennifer sedang seorang diri, Pater Ryan mampir ke
kantor mereka.

"Ken sedang keluar, Pater Ryan. Dan dia tidak akan kembali hari ini."

"Kamulah yang ingin saya jumpai, Jennifer," kata Pater Rvan. Dia duduk di
kursi kayu yang tak nyaman di depan meja tulis Jennifer. "Ada seorang teman
saya yang sedang menghadapi suatu masalah."
Begitulah selalu cara dia mulai berbicara dengan Ken.

"Ya, Pater?"

"Dia adalah seorang jemaat wanita yang sudah berumur, dan wanita malang itu
telah mengalami kesulitan dalam mendapatkan bayaran jaminan sosialnya. Dia
pindah ke

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

daerah saya beberapa bulan yang lalu, dan suatu komputer terkutuk tidak
mencatat tentang dirinya lagi."

"Saya mengerti."

“Saya rasa kamu mau menolongnya," kata Pater Ryan, sambil bangkit. "Tapi
terus terang, tidak akan ada bayarannya."

Jennifer tersenyum. "Tak usah kuatir. Saya akan berusaha menyelesaikannya."

Pada sangkanya, pekerjaan itu akan sederhana, tetapi ternyata makan waktu tiga
hari dia baru berhasil membuat komputer itu mencatat lagi.

Pada suatu pagi, sebulan kemudian, Pater Ryan masuk ke kantor Jennifer dan
bekata, "Sebenarnya aku tak suka mengganggumu, Anak manis, tapi ada seorang
temanku yang mengalami kesulitan. Tapi dia tak punya...." Pater itu terdiam
ragu.

"Uang," terka Jennifer.

"Yah! Begitulah. Tepat sekali. Tapi orang malang itu sangat membutuhkan
bantuan."

"Baiklah. Ceritakanlah tentang dia."

"Namanya Abraham. Abraham Wilson. Dia putra dari salah seorang jemaatku.
Abraham sedang menjalani hukuman seumur hidup di penjara Sing Sing karena
telah membunuh seorang pemilik toko minuman keras dalam suatu

perampokan."
"Bila dia telah terbukti bersalah dan sedang menjalani hukumannya, maka saya
tak melihat jalan untuk

membantunya, Pater."

Pater Ryan memandangi Jennifer, lalu mendesah, bukan itu masalahnya."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan?"

"Bukan. Beberapa minggu yang lalu, Abraham membunuh seseorang lagi —


sesama narapidana yang bernama Raymond Thorpe. Dia akan diadili karena
pembunuhan, dan akan dijatuhi hukuman mati."

Jennifer telah membaca berita tentang perkara itu. "Kalau saya tak salah ingat,
dia telah menghantam orang itu sampai mati."

"Begitulah kata mereka"

Jennifer mengambil sebuah buku catatan dan sebuah pena.

"Apakah ada saksi-saksi?"

"Ada."

"Berapa orang?"

"Yah. Kira-kira seratus orang. Karena hal itu terjadi di halaman penjara."

"Luar biasa. Lalu apa yang harus saya lakukan?” Pater Ryan hanya berkata,
"Bantulah Abraham."

Jennifer meletakkan penanya. "Pater, saya rasa hanya Tuhanlah yang bisa
membantunya."

Dia. duduk bersandar di kursinya. "Dia menghadapi tigaj pukulan. Dia berkulit
hitam, dia sudah diadili karena pembunuhan, dan dia membunuh seseorang lagi
di hadapan seratus orang saksi. Kalau dia memang melakukannya, maka sama
sekali tak ada dasar pembelaan terhadap dirinya. Bila seorang narapidana lain
mengancamnya, bukankah ada para pengawal yang bisa dimintainya bantuan.
Dia malah main hakim sendiri. Tak akan ada seorang pun juri di dunia ini yang
tidak akan mendakwanya."

"Bagaimanapun juga, dia adalah sesama manusia. Maukah kau sekedar berbicara
saja dengannya?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer mendesah. "Yah, kalau Pater memang ingin saya berbicara dengan dia,
tapi saya tidak akan memberikan pembelaan apa-apa."

Pater Ryan mengangguk. "Aku mengerti. Hal itu mungkin akan tersiar luas."

Keduanya rupanya sama pikirannya. Abraham Wilson bukanlah satu-satunya


orang yang telah mendapatkan pukulan-pukulan.

Penjara Sing Sing terletak di kota Ossining, tiga puluh mil di sebelah utara
Manhattan, di tebing sebelah timur Sungai Hudson. Dari sana orang dapat
melihat ke Tappan Zee dan Teluk Haverstraw.

Jennifer pergi ke sana naik bus. Dia telah terlebih dahulu menelepon wakil
kepala penjara, dan pria itu telah mengatur pertemuan antara Jennifer dan
Abraham Wilson yang sedang dikurung di tempat yang terpisah.

Selama dalam perjalanan, Jennifer dilanda suatu perasaan yang telah lama tak
dirasakannya. Dia sedang dalam perjalanan ke Sing Sing untuk menemui
seseorang yang mungkin akan menjadi kliennya, klien yang telah didakwa
melakukan pembunuhan. Perkara semacam inilah yang telah dipelajarinya, untuk
perkara macam inilah dia telah mempersiapkan dirinya. Setelah setahun baru
sekaranglah dia merasa sebagai seorang pengacara sesungguhnya, namun dia
pun insaf bahwa dia tak realistis. Dia bukan sedang dalam perjalanan untuk
menjumpai seorang calon klien. Dia sedang dalam perjalanan untuk mengatakan
pada seseorang bahwa ia tak dapat membelanya. Dia tak bisa melibatkan diri
dalam suatu perkara yang sudah tersebar begitu luas dan yang tidak akan
mungkin dimenangkannya.

Abraham Wilson harus mencari orang lain untuk membela dirinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Sebuah taksi yang buruk membawa Jennifer dari

perhentian bus ke lembaga pemasyarakatan, yang terletak di

tanah seluas tujuh puluh are di dekat sungai. Jennifer

membunyikan bel dijalan masuk, di samping, dan seorang

pengawal membukakannya pintu. Pengawal itu mencocokkan

nama Jennifer dengan daftarnya, lalu mengantarnya ke kantor

wakil kepala penjara.

Wakil kepala penjara itu adalah seorang laki-laki yang

bertubuh besar dan tak berbentuk, mukanya berjerawat dan

rambutnya dipotong pendek seperti anggota tentara.

Namanya Howard Patterson.

"Saya akan berterima kasih sekali, bila Anda bisa

menceritakan sesuatu tentang Abraham Wilson”, Jennifer

mulai berbicara.

"Bila Anda mencari kesenangan, Anda tidak akan

menemuinya di sini." Patterson melayangkan! pandangannya

ke dokumen di meja tulis di hadapannya. "Wilson itu

sepanjang hidupnya keluar-masuk penjara. Waktu berumur

sebelas tahun dia sudah tertangkap karena mencuri mobil,

pada umur tiga belas ditangkap lagi dengan tuduhan

menyakiti orang, ditangkap karena memperkosa pada umur


lima belas tahun, menyerang orang waktu berumur delapan

belas, dipenjarakan karena menyebabkan salah seorang

gadisnya masuk rumah sakit”. Pria itu membalik-balik

dokumen itu terus. "Segala macam kejahatan sudah

dilakukannya —menikam, merampok dengan senjata, dan

akhirnya kejahatan terbesar— membunuh."

Mendengarkan dia membacanya, lemah semangat Jennifer.

Jennifer bertanya, "Adakah kemungkinannya bahwa

Abraham Wilson tidak membunuh Raymond Thorpe?"

"Lupakan saja kemungkinan itu. Wilson sendiri orang yang pertama-tama akan
mengakuinya, tapi biar dia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membantahnya sekalipun, soalnya tidak akan berubah.

Ada seratus dua puluh orang saksinya."

"Bolehkah saya bertemu dengan Saudara Wilson?"

Howard Patterson bangkit. "Tentu, tapi Anda membuangbuang waktu saja."

Abraham Wilson adalah seorang manusia yang paling jelek yang pernah dilihat
Jennifer. Kulitnya hitam legam, hidungnya patah-patah di beberapa tempat, gigi
depannya sudah tak ada, matanya liar, dan di wajahnya ada bekas luka pisau.
Tingginya kira-kira satu meter sembilan puluh sentimeter dan tubuhnya besar.
Kakinya besar sekali dan bertapak datar hingga waktu dia berjalan, hantaman
kakinya hebat sekali. Bila Jennifer ingin menggunakan satu perkataan untuk
melukiskan Abraham Wilson, maka perkataan itu adalah mengerikan. Bisa
dibayangkannya pengaruh manusia ini pada para anggota juri.

Abraham Wilson dan Jennifer duduk dalam sebuah kamar berkunjung yang
pengamanannya sempurna, di antara keduanya terdapat sekat dari kawat tebal,
dan seorang pengawal berdiri di pintu. Wilson baru saja dikeluarkan dari
kurungannya yang terpisah, dan matanya yang menonjol berkedip-kedip terus
karena silau. Bila Jennifer datang ke pertemuan ini dengan perasaan bahwa dia
mungkin tidak akan mau menangani perkara orang ini, maka setelah melihat
Abraham Wilson sendiri, dia menjadi yakin. Baru duduk saja di hadapan laki-
laki itu, dia sudah bisa merasakan kebencian yang terpancar dari manusia itu.

Jennifer membuka percakapan itu dengan berkata,

“Nama saya Jennifer Parker. Saya seorang pengacara. Pater Ryan telah meminta
saya untuk menemui anda."

Abraham meludah melalui sekat, hingga Jennifer terperciki air ludahnya. "Laki-
laki sial brengsek itu”.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sungguh suatu awal yang hebat, pikir Jennifer. Dia menahan dirinya supaya
tidak menyeka air ludah itu dari mukanya. "Adakah sesuatu yang Anda butuhkan
di sini, Saudara Wilson?"

Laki-laki itu tersenyum hingga gusinya yang tak bergigi itu kelihatan. "Aku
butuh perempuan, Anak manis. Mengerti?"

Jennifer tidak mempedulikan kata-kata itu. "Maukah Anda menceritakan apa


yang telah terjadi?"

"Hei, kalau mau mengorek riwayat hidupku, kau harus membayarnya. Aku akan
menjual riwayat hidupku itu pada perusahaan film. Mungkin aku sendiri yang
akan menjadi bintang utamanya."

Kemarahan yang diperlihatkannya, menakutkan. Jennifer hanya ingin keluar saja


dari tempat itu. Wakil kepala penjara tadi memang benar. Dia membuang-buang
waktunya saja.

"Kurasa benar-benar tak ada yang bisa kulakukan untuk membantumu, jika
Anda tak mau membantuku, Saudara Wilson. Aku sudah berjanji pada Pater
Ryan untuk sekurang-kurangnya datang dan berbicara denganmu."
Abraham Wilson tertawa dan memperlihatkan giginya yang ompong lagi. "Kau
benar-benar baik, Sayang. Yakin benarkah kau tidak akan mengubah pikiranmu
tentang perempuan yang kuminta itu?"

Jennifer bangkit. Dia merasa dia sudah cukup sabar.

"Apakah kau benci pada semua orang?"

"Dengar, Gadis cantik, mari sini supaya kau kudekap, lalu baru kita bahas
tentang kebencian."

Jennifer berdiri terpana, menatap wajah yang jelek itu.

sambil mencernakan apa yang dikatakan laki-laki itu, kemudian dia duduk
perlahan-lahan. "Maukah kau menceritakan apa sebenarnya yang telah terjadi.
Abraham?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Laki-laki itu menatap mata Jennifer, tanpa berkata apa-apa.

Jennifer menunggu sambil memperhatikannya, sambil berpikir pula, bagaimana


gerangan rasanya berkulit hitam yang berbekas luka-luka itu. Jennifer ingin pula
tahu berapa banyak bekas luka yang tersembunyi dalam hatinya.

Keduanya duduk saja berdiam diri. Akhirnya, Abraham Wilson berkata, "Aku
telah membunuh jahanam itu."

"Mengapa kau membunuhnya?”

Abraham mengangkat pundaknya. "Setan itu mendatangi aku dengan sebuah


pisau jagal yang besar, lalu..."

"Jangan membohongi aku. Para narapidana tidak boleh berkeliaran dengan


membawa pisau jagal."

Wajah Wilson menegang lalu berkata, "Keluar dari sini. Aku tidak memintamu
datang." Dia bangkit. "Dan jangan datang-datang lagi mengganggu aku, dengar?
Aku sibuk."
Dia berbalik lalu berjalan ke arah pengawal. Sesaat kemudian, kedua laki-laki itu
telah pergi. Apa boleh buat.

Paling tidak, Jennifer bisa mengatakan pada Pater Ryan bahwa dia sudah
berbicara dengan laki-laki itu. Selanjutnya tak ada lagi yang bisa dilakukannya.

Seorang pengawal mengantar Jennifer keluar dari

bangunan itu. Dia menyeberangi halaman penjara, berjalan ke arah pintu masuk
utama sambil memikirkan tentang Abraham Wilson dan perasaannya sendiri
terhadap laki-laki itu. Dia tak suka pada laki-laki itu dan oleh karenanya, dia
telah melakukan apa yang sebenarnya tak boleh dilakukannya. Dia sudah
berprasangka terhadap laki-laki itu. Dia telah mencap laki-laki itu bersalah,
padahal dia belum lagi diadili. Mungkin memang ada seseorang yang
menyerangnya, bukan dengan pisau tentu, melainkan dengan batu besar atau
batu bata.

Jennifer berhenti lalu berdiri tanpa mengambil keputusan apaapa. Nalurinya


menyuruh kembali saja ke Manhattan dan melupakan Abraham Wilson.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer membelok lalu berjalan ke arah kantor wakil kepala penjara.

"Perkara Abraham Wilson itu memang berat”, kata Howard Patterson. "Bila
mungkin, kami mencoba memberikan rehabilitasi dan bukan hukuman, tapi
perbuatan Abraham sudah terlalu jauh. Satu-satunya jalan untuk
menenangkannya adalah mengirimnya ke kursi listrik."

Mengerikan benar logika itu, pikir Jennifer. "Dia berkata pada saya bahwa laki-
laki yang dibunuhnya itu telah menyerangnya dengan pisau jagal."

"Saya rasa itu mungkin saja." Jawaban itu mengejutkan Jennifer. "Apa maksud
Anda bahwa itu mungkin? Apakah Anda ingin berkata bahwa seorang
narapidana dalam penjara ini bisa memiliki pisau? Pisau jagal?"

Howard Patterson mengangkat bahunya. "Nona Parker, di sini ada seribu dua
ratus empat puluh orang narapidana, dan beberapa di antaranya benar-benar
cerdik. Mari saya tunjukkan sesuatu pada Anda."
Patterson mengantarkan Jennifer berjalan melalui sebuah lorong panjang, ke
sebuah kamar yang terkunci. Dipilihnya sebuah kunci dari suatu kumpulan,
dibukanya pintu kamar itu, lalu dinyalakannya lampu. Jennifer mengikutinya
memasuki sebuah kamar tanpa perabot. Pada dinding kamar itu terdapat rak-rak.

"Di sinilah kami menyimpan kotak tetek-bengek kotak bengek narapidana." Dia
berjalan ke sebuah kotak besar, lalu mengangkat tutupnya.

Jennifer terbelalak memandangi isi kotak itu dengan rasa tak percaya.

Dia mengangkat mukanya melihat Howard Pettterson dan berkata, "Saya ingin
bertemu lagi dengan klien saya."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer menyiapkan diri untuk sidang perkara Abraham

Wilson dengan sebaik-baiknya, tak pernah dia menyiapkan diri

untuk apa pun juga sebaik itu selama hidupnya. Berjam-jam

dia menghabiskan waktunya dalam perpustakaan hukum,

memeriksa prosedur-prosedur dan pembelaan-pembelaan

Berjam-jam pula dia berbicara dengan kliennya, untuk

memeras setiap informasi yang sekecil apa pun, yang bisa

didapatkannya. Sungguh tak mudah tugasnya itu. Wilson sejak

awal selalu galak dan penuh cemooh.

“Kau ingin tahu tentang diriku, Manis? Waktu berumur

sepuluh tahun, aku sudah ditangkap untuk pertama kalinya.

Umur berapa kau waktu itu?"

Jennifer memaksakan dirinya untuk tidak memperdulikan


sikap benci dan penghinaannya itu, karena dia tahu bahwa

sikap-sikap itu menutupi rasa takut yang mendalam. Maka

Jennifer pun terus bertahan, mencari tahu bagaimana

kehidupan Wilson waktu masih kecil, bagaimana orang tuanya,

apa yang telah memberinya bentuk hingga menjadi laki-laki

yang demikian. Setelah berminggu-minggu, keengganan

Abraham Wilson berubah menjadi minat, dan akhirnya minat

itu berubah pula menjadi rasa terpesona. Sebelum itu tak

pernah terpikir olehnya, manusia macam apa dia itu, atau

mengapa dia sampai jadi begitu.

Pertanyaan-pertanyaan Jennifer yang mendesak, mulai menimbulkan kenangan


masa lalunya, ada yang tak

menyenangkan, ada pula yang benar-benar menyakitkan.

Beberapa kali sedang Jennifer menanyai Abraham Wilson mengenai ayahnya,


yang sering memukulinya dengan kejam.

Wilson menyuruh Jennifer pergi meninggalkannya. Jennifer pergi dengan patuh,


tetapi dia selalu kembali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kalau sebelum itu Jennifer masih ada waktu untuk hidup pribadinya, maka kini
dia sama sekali tak punya waktu lagi.

Bila dia tidak berada bersama Abraham Wilson, dia berada di kantornya, tujuh
hari dalam seminggu, mulai pagi-pagi sekali sampai lewat tengah malam,
membaca apa saja yang ditemukannya yang berhubungan dengan pembunuhan,
baik dengan sengaja maupun tidak. Dipelajarinya beratus-ratus keputusan
pengadilan banding, ikhtisar-ikhtisar acara persidangan, surat-surat sumpah,
barang-barang bukti, mosi-mosi, dokumen-dokumen. Dipelajarinya secara
mendalam dokumen-dokumen tentang maksud dan perencanaan,

tentang pembelaan diri, bahaya ganda, serta kehilangan akal untuk sementara.

Dipelajarinya cara-cara untuk memohon agar suatu tuduhan dikurangi menjadi


tuduhan pembunuhan biasa.

Abraham tidak berencana untuk membunuh orang itu.

Tetapi apakah dewan juri akan percaya hal itu? Apalagi dewan juri setempat.
Orang-orang kota benci adanya narapidana di tengah-tengah mereka. Jennifer
meminta perubahan daerah persidangan, lalu permintaan itu dikabulkan.
Sidangnya akan diadakan di Manhattan.

Jennifer harus mengambil keputusan penting: Apakah akan dihadapkannya


Abraham untuk memberikan kesaksiannya?

Penampilannya begitu mengerikan, tetapi bila anggotaanggota juri bisa


mendengar kisah dari mulutnya sendiri, mungkin mereka lalu menaruh simpati
padanya. Masalahnya, bila Abraham Wilson ditampilkan ke mimbar, maka
penuntut umum akan bisa membukakan masa lalu Wilson, juga kesalahan-
kesalahannya di masa lalunya, termasuk pembunuhan yang telah dilakukannya.

Jennifer ingin tahu, asisten jaksa mana yang akan ditugaskan oleh Di Silva untuk
melawannya. Ada enam orang yang pandai-pandai yang sudah biasa mengadili
sidang-sidang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pembunuhan, dan Jennifer telah membiasakan dirinya dengan teknik-teknik


mereka.

Dia menghabiskan waktunya di Sing Sing sebanyak

mungkin. Meninjau kembali peristiwa pembunuhan di halaman rekreasi penjara


itu, bercakap-cakap dengan para pengawal dan dengan Abraham sendiri, dan dia
mewawancarai belasan narapidana yang telah menyaksikan pembunuhan itu.

"Raymond Thorpe telah menyerang Abraham Wilson dengan sebuah pisau," kata
Jennifer. "Sebuah pisau jagal yang besar. Anda tentu melihatnya."
"Saya? Saya tidak melihat pisau."

"Pasti Anda melihatnya. Anda ada di sana."

"Nyonya, saya tidak melihat apa-apa."

Tak seorang pun mau terlibat.

Kadang-kadang Jennifer perlu untuk pergi makan seperti biasa, tetapi biasanya
dia hanya sempat makan roti dengan terburu-buru di kedai kopi, di lantai utama
gedung pengadilan.

Berat badannya mulai menurun dan dia sering mendapat serangan pusing kepala.

Ken Bailey kuatir melihat keadaannya. Diajaknya Jennifer ke Restoran Forlini di


seberang gedung pengadilan, dan dipesannya makanan banyak-banyak
untuknya.

"Apakah kau sedang mencoba membunuh dirimu sendiri?"

tanya Ken.

"Tentu saja tidak."

"Adakah kau berkaca akhir-akhir ini?"

"Tidak."

Ken memandanginya lalu berkata, "Kalau kau mau memakai otakmu, kaulepas
saja perkara ini."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mengapa?"

"Kau menjadikan dirimu bulan-bulanan. Jennifer, aku mendengar berita-berita


burung. Pers sudah mulai mengincermu lagi, mereka ingin sekali
menghancurkan kau lagi."

"Aku seorang pengacara," kata Jennifer keras kepala.


"Abraham Wilson berhak diadili dengan wajar. Aku sedang mencoba supaya dia
mendapatkan keadilan dalam sidang nanti."

Jennifer melihat kekuatiran di wajah Ken Bailey. "Jangan kuatir. Perkara ini
tidak akan tersebar seluas yang kausangka."

"Oh, tidak ya? Tahukah kau siapa yang akan menjadi penuntut umum?"

"Tidak."

"Robert Di Silva."

Jennifer tiba di Gedung Pengadilan Kriminal melalui jalan masuknya yang di


Leonard Street. Dia harus mendesak-desak di antara orang-orang yang
memenuhi lobby, melewati polisi-polisi yang berseragam, para detektif yang
berpakaian seperti kaum hippi, para ahli hukum yang dapat dibedakan dari
orang-orang lain karena tas kantor yang mereka jinjing.

Jennifer berjalan ke arah meja informasi yang bulat, di mana tak pernah
ditempatkan seorang petugas, lalu dia pergi ke lantai enam naik lift. Dia akan
menemui Pak Jaksa. Hampir setahun yang lalu terakhir Jennifer bertemu dengan
Robert Di Silva, dan Jennifer tak ingin bertemu sekarang ini. Dia akan
memberitahukan pada jaksa bahwa dia akan menarik diri dari pembelaan
Abraham Wilson.

Tiga malam Jennifer tak bisa tidur untuk mengambil keputusan itu. Akhirnya dia
memutuskan bahwa yang menjadi pertimbangannya yang utama itu adalah
kepentingan klien.

Perkara Wilson itu sebenarnya tak cukup penting bagi Di Silva Tiraikasih
Website http://kangzusi.com/

untuk menanganinya sendiri. Jadi, satu-satunya alasan mengapa jaksa


memberikan perhatian pribadinya, adalah karena Jennifer yang terlibat dalam
perkara itu. Di Silva ingin membalas dendam. Dia akan menghajar Jennifer.
Maka akhirnya Jennifer memutuskan bahwa dia tak punya pilihan lain, selain
menarik diri dari pembelaan Wilson dalam perkara itu. Dia-tak mau laki-laki itu
sampai dihukum mati gara-gara kesalahan yang pernah dibuat Jennifer! Bila dia
menarik dirinya dari perkara itu, mungkin Robert Di Silva akan memperlakukan
Wilson dengan lebih lunak. Jennifer sedang dalam perjalanan untuk
menyelamatkan nyawa Wilson.

Dia mengalami suatu perasaan aneh seolah-olah dia menghayati lagi masa
lalunya, waktu dia keluar dari lantai enam dan berjalan ke arah pintu yang
dikenalnya sejak dulu dengan tulisan Jaksa Negeri Wilayah New York yang
dicantumkan pada pintunya. Di dalamnya, sekretaris yang dulu juga yang duduk
di meja yang sama.

"Saya Jennifer Parker. Saya ada janji dengan...”

"Masuk saja segera," kata sekretaris itu. "Pak Jaksa sudah menunggu Anda."

Robert Di Silva sedang berdiri di balik meja tulisnya, mengunyah cerutu yang
basah, sambil memberikan perintah-perintah pada dua orang asisten. Dia
berhenti waktu Jennifer masuk.

"Saya sangka Anda tidak akan muncul."

"Ini, saya sudah di sini."

"Saya sangka Anda sudah lari terbirit-birit ke luar kota sekarang ini. Mau apa
Anda?"

Di seberang meja Robert Di Silva ada dua bua meja, tetapi laki-laki itu tidak
mempersilakan Jennifer duduk.

"Saya datang untuk membicarakan klien saya Abraham Wilson."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Robert Di Silva duduk, dia bersandar di kursinya dan pura-

pura berpikir. "Abraham Wilson... Oh Pembunuh Negro yang

memukul orang sampai mati dalam penjara itu. Sebenarnya

Anda tak perlu bersusah payah membela dia." Dia menoleh

pada kedua asistennya dan mereka meninggalkan kamar itu.

“Nah, bagaimana Saudara Pembela?"


"Saya ingin membicarakan tentang pertimbangan bagi

Terdakwa."

Robert Di Silva memandanginya dengan terheran-heran.

"Maksud Anda, Anda kemari akan meminta pertimbangan?

Anda benar-benar membuat saya tercengang. Saya sangka

orang yang begitu berbakat. Pasti Anda akan bisa

membebaskannya dengan mudah."

"Tuan Di Silva, saya tahu bahwa perkara ini kelihatannya

sudah jelas," Jennifer mulai, "tapi ada hal-hal yang

meringankan Abraham Wilson...”

Jaksa Di Silva memotong. "Baik saya katakan dengan

bahasa yang jelas supaya Anda mengerti, Saudara Pembela,

Ambil ah hal-hal yang meringankan itu dan perbuatlah sesuka

hati Anda dengan itu!"

Dia bangkit dan ketika dia berbicara lagi suaranya gemetar

menahan marahnya. "Memberikan pertimbangan pada Anda?

Anda telah menggagalkan hidupku! Sudah jelas ada mayatnya

dan orangmu itu akan dihukum mati karena perbuatannya itu.

Anda dengar itu? Saya sudah menjadikannya urusan pribadi

saya dan bertekad supaya dia dikirim ke kursi listrik”

"Saya datang untuk menarik diri dari perkara ini. Anda bisa
mengurangi tuduhan menjadi percobaan pembunuhan biasa.

Bagaimanapun juga, Wilson memang sudah dipenjarakan

seumur hidup. Anda bisa....”

"Tidak bisa! Dia bersalah karena membunuh habis perkara!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer berusaha menahan amarahnya. "Saya pikir dewan

juri yang seharusnya memutuskan itu

Robert Di Silva tersenyum mengejek pada Jennifer. "Anda

tak bisa membayangkan betapa menyenangkannya, seorang

ahli seperti Anda masuk ke dalam kantor saya dan

menjelaskan tentang hukum pada saya."

"Tak bisakah kita melupakan masalah pribadi kita? Saya...."

"Selama hidupku, tidak akan! Sampaikan salamku pada

temanmu Michael Moretti."

Setengah jam kemudian Jennifer minum kopi dengan Ken

Bailey.

"Aku tak tahu apa yang harus kuperbuat”, Jennifer

mengaku. "Kusangka bahwa bila aku melepaskan perkara itu,

Abraham Wilson akan mendapatkan kesempatan yang lebih

baik. Tapi Silva tak mau mempertimbangkannya. Bukan Wilson

yang akan dihukumnya, melainkan aku”.


Ken Bailey memandanginya dengan merenung "Mungkin

dia mencoba menggertak kau. Dia ingin membuat kau

ketakutan."

"Aku memang ketakutan.” Jennifer menghirup kopinya seteguk. Pahit rasanya.


"Rumit betul perkara ini. Maunya kau melihat si Abraham Wilson itu. Dengan
hanya melihatnya saja pun, para anggota juri sudah akan menyatakan dia
bersalah."

"Kapan sidangnya?"

"Sebulan lagi."

"Adakah yang bisa kubantu?"

"Ada. Membuat perjanjian dengan Di Silva."

"Apakah dengan begitu kau merasa akan ada

kemungkinan kau akan bisa membebaskan Abraham Wilson?"

''

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau ditinjau secara pesimis, aku sedang sedang mencoba menangani


perkaraku yang pertama melawan jaksa penuntut yang paling hebat, yang punya
rasa dendam terhadapku — sedang klienku nilalah seorang narapidana Negro
yang membunuh untuk kedua kalinya di hadapan seratus dua puluh orang saksi
mata."

"Hebat. Bagaimana segi optimisnya?"

"Aku akan ditabrak truk nanti sore.'"

Kini tinggal tiga minggu lagi sidang itu akan

diselenggarakan. Jennifer mengusahakan supaya Abraham Wilson dipindahkan


ke penjara di Riker's Island. Dia ditempatkan di rumah tahanan untuk laki-laki,
yaitu penjara yang terbesar dan tertua di pulau itu. Sembilan puluh lima persen
dari orang-orang tahanan di situ sedang menunggu saat akan disidangkan karena
kejahatan-kejahatan besar telah mereka lakukan: pembunuhan, pembakaran,
perkosaan, perampokan bersenjata, dan perkosaan dengan kekejaman.

Mobil-mobil pribadi tak di zinkan dibawa ke pulau itu. jadi Jennifer diantar naik
bus hijau yang kecil, ke gedung pemeriksaan dari batu bata yang berwarna abu-
abu. Dia memperlihatkan tanda pengenalnya. Di sebelah kiri bangunan itu,
dalam sebuah rumah monyet berwarna hijau, ada dua orang pengawal yang
bersenjata, dan lebih jauh lagi ada sebuah pintu gerbang di mana semua tamu
yang tak bersurat izin ditahan. Dari gedung pemeriksaan, Jennifer dibawa
dengan mobil yang sama melalui Hazen Street, jalan kecil yang memotong lahan
penjara itu, ke arah Gedung Pusat Anna M. Kross. Abraham Wilson dibawa ke
situ untuk menemuinya di dalam sebuah ruang bicara yang terdiri dari delapan
buah kamar-kamar kecil bersekat-sekat, yang khusus disediakan untuk
pertemuan antara pembela dengan kliennya.

Sambil berjalan di lorong yang panjang untuk pergi menemui Abraham Wilson,
Jennifer berpikir tempat ini tak ubahnya seperti ruang tunggu untuk ke neraka.
Di sana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terdengar suara-suara aneh sekali. Penjara itu terbuat dari batu bata, besi baja,
batu, dan genting. Pintu-pintu yang dari besi baja itu terus-menerus terbuka dan
tertutup terhantam lagi. Ada lebih dari seratus orang dalam setiap sel yang
berblok-blok. Mereka berbicara dengan berteriak-teriak, sedang dua buah
pesawat tv distel pada saluran-saluran yang berlainan, lalu ada pula pesawat tape
yang

mengumandangkan lagu-lagu Country Rock. Tiga ratus pengawal ditugaskan


dalam bangunan itu, dan suara bentakan mereka berbaur dengan aneka bunyi
lainnya dalam penjara itu.

Seorang pengawal pernah mengatakan pada Jennifer,

"Masyarakat dalam penjara adalah masyarakat yang paling sopan di dunia. Bila
seorang narapidana bersenggolan dengan yang lain, segera berkata, 'Maaf.' Para
narapidana pun paling banyak beban pikiran, tetapi paling sedikit barang...."

Jennifer duduk berhadapan dengan Abraham Wilson dan dia berpikir: Hidup-
mati laki-laki ini ada dalam tanganku. Bila dia sampai mati, maka itu adalah
karena aku gagal membelanya. Jennifer memandang mata laki-laki itu dan
melihat keputus-asaannya.

“Aku akan berbuat sebisa-bisanya," Jennifer berjanji.

Tiga hari sebelum sidang perkara Abraham Wilson dimulai, Jennifer mendengar
bahwa yang akan menjadi hakim ketua adalah Yang Mulia Laurence Waldman,
yang dulu mengetuai sidang perkara Michael Moretti, yang telah mencoba untuk
mencabut izin praktek Jennifer.

Pukul empat subuh hari Senin, di akhir bulan Desember seribu sembilan ratus
tujuh puluh, pada hari akan dimulainya sidang Abraham Wilson.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer terbangun dengan perasaan letih dan mata berat.

Tidurnya tak nyenyak karena pikirannya dipenuhi mimpi-mimpi tentang sidang


itu. Salah satu mimpinya adalah, Robert Di Silva menyuruhnya ke mimbar saksi
dan menanyainya tentang Michael Moretti. Setiap kali mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaannya, para anggota juri menyela dengan serentak :
Pembohong! Pembohong! Pembohong!

Semua mimpinya berlainan, tetapi semua ada

kesamaannya. Dalam mimpinya yang terakhir tampak Abraham Wilson yang


terikat di kursi listrik. Waktu Jennifer mendekatinya untuk menghiburnya, laki-
laki itu meludahi mukanya. Jennifer terbangun gemetar, dan dia tak bisa tidur
lagi. Dia duduk saja di kursi dan memperhatikan matahari terbit. Dia tak bisa
makan karena gugupnya. Dia ingin bisa tidur malam sebelumnya. Dia ingin
tidak begitu tegang Dia ingin hari itu berlalu.

Sedang dia mandi dan berpakaian, dia merasakan firasat kegagalan. Dia ingin
mengenakan baju hitam, tetapi dia memilih baju tiruan dari Chanel yang
berwarna hijau, yang dibelinya pada waktu Toko Lochmann mengadakan
penjualan obral.

Pukul setengah sembilan, Jennifer Parker tiba di Gedung Pengadilan Kriminal


untuk memulai pembelaan dalam perkara rakyat dari negara bagian New York
melawan Abraham Wilson. Di depan jalani masuk, tampak sekumpulan orang
dan mula-mula Jennifer menyangka ada kecelakaan. Dia melihat sederetan
kamera tv dan alat pengeras suara, dan sebelum Jennifer menyadari apa yang
terjadi, dia sudah dikerumuni para wartawan.

Seorang wartawan berkata, "Nona Parker, inilah sidang Anda yang pertama kali
sejak Anda menggagalkan

perkara Michael Moretti terhadapi Jaksa, bukan?"

Peringatan Ken Bailey ternyata benar. Dialah daya tarik yang terbesar, bukan
kliennya. Para wartawan itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berdatangan, bukan sebagai peninjau yang obyektif; mereka adalah burung elang
pencari mangsa dan Jennifer-lah bangkainya.

Seorang wanita muda yang mengenakan celana jeans menyodorkan sebuah


mikrofon ke muka Jennifer. "Benarkah Jaksa Di Silva bertekad untuk
menjatuhkan Anda?"

"No comment." Jennifer menyikut-nyikut mencari jalan masuk ke gedung.

"Pak Jaksa mengeluarkan pernyataan kemarin malam, bahwa dia berpendapat


Anda tak pantas di zinkan membuka praktek pengacara di daerah pengadilan
New York. Apakah Anda ingin mengatakan sesuatu sehubungan dengan

pernyataan itu?"

"No comment." Jennifer sudah hampir tiba dijalan masuk.

"Tahun yang lalu Hakim Waldman berusaha untuk mencabut hak Anda sebagai
pengacara. Apakah Anda akan memintanya untuk membatalkan...?"

Jennifer sudah berada dalam gedung pengadilan.

Direncanakan sidang akan diadakan di Ruang Tiga Puluh Tujuh. Lorong di luar
dipenuhi orang-orang banyak yang mencoba masuk, tetapi ruang sidang sudah
penuh. Bunyi suara terdengar mendengung dan terasa adanya suasana
keramaian. Ada sederetan bangku-bangku khusus yang disediakan untuk para
wartawan. Di Silva yang mengatur semuanya, pikir Jennifer.
Abraham Wilson duduk di meja terdakwa, dia menjulang lebih tinggi daripada
semua orang di sekelilingnya, serupa benar dengan gunung yang mengerikan.
Dia mengenakan setelan biru tua yang kekecilan, dan kemeja putih serta dasi
biru yang dibelikan Jennifer untuknya. Pakaian itu tidak mengubah keadaannya.
Abraham Wilson tetap kelihatan seperti seorang pembunuh jelek yang
mengenakan setelan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

biru tua. Akan sama saja halnya bila dia mengenakan pakaian penjaranya, pikir
Jennifer dengan semangat lemah.

Wilson memandang ke segala pelosok ruang sidang dengan menantang, dia


membelalak pada siapa saja yang bertemu pandang dengannya. Jennifer kini
sudah cukup mengenal kliennya dan mengerti bahwa sikap permusuhannya itu
adalah untuk menutupi rasa takutnya; tetapi yang didapatkan oleh setiap orang
— termasuk hakim dan juri — adalah kesan permusuhan dan kebencian. Laki-
laki besar itu merupakan ancaman. Mereka akan menganggapnya sebagai
seseorang yang harus ditakuti dan dimusnahkan.

Tak ada sedikit pun dalam kepribadian Wilson yang bisa menimbulkan rasa
suka. Tak sedikit punl pada penampilannya yang bisa menimbulkan simpati.
Yang tampak adalah wajah cacat yang jelek-itu, dengan hidung yang patah dan
gigi ompong, serta tubuh besar yang menimbulkan ketakutan orang.

Jennifer berjalan ke arah meja tertuduh di mana Abraham Wilson duduk, lalu
duduk di samping laki-laki itu. "Selamat pagi, Abraham."

Abraham menoleh padanya lalu berkata, "Tak

kusangka kau akan datang."

Jennifer teringat akan mimpinya. Dia memandang ke mata Abraham yang kecil
dan sipit. "Kau tahu betul aku pasti datang."

Abraham mengangkat bahunya tanpa acuh. "Tidak akan ada pengaruhnya.


Mereka pasti akan menghukumku. Mereka pasti akan menuduhku telah
membunuh dan kalau perlu mereka akan mensahkan sebuah undang-undang
baru yang memungkinkan mereka merebusku dalam minyak. Ini tidak akan
merupakan sidang. Ini hanya suatu show saja. Adakah kau membawa jagung
goreng?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di meja penuntut umum terdengar keributan kecil, dan waktu Jennifer


mengangkat mukanya tampak Jaksa Di Silva mengambil tempat di meja, di
sebelah sederetan asistennya.

Pria itu melihat ke arah Jennifer, lalu tersenyum. Jennifer makin merasa panik.

Seorang petugas pengadilan berseru, "Hadirin harap berdiri," dan Hakim


Lawrence Waldman masuk dari kamar pakaian hakim.

"Perhatian. Perhatian. Semua orang yang berurusan dengan Bagian Tiga Puluh
Tujuh dari pengadilan ini, mendekatlah, berikan perhatian Anda dan Anda pun
akan mendapat perhatian. Ketua sidang Yang Mulia Hakim Lawrence
Waldman."

Satu-satunya orang yang tak mau berdiri adalah Abraham Wilson.

"Berdiri!" bisik Jennifer dari sudut mulutnya.

"Jangan pedulikan mereka itu. Mereka harus datang dan mencoba menarikku
untuk berdiri."

Jennifer mengangkat tangannya yang sebesar tangan raksasa itu. "Berdiri,


Abraham. Akan kita kalahkan mereka."

Lama Abraham memandanginya, lalu perlahan-lahan dia bangkit, menjulang


tinggi di atas Jennifer.

Hakim Waldman mengambil tempat di meja hakim. Para penonton duduk


kembali. Petugas pengadilan menyerahkan sehelai kalender pengadilan kepada
hakim.

"Rakyat Negara Bagian New York melawan Abraham Wilson, dituduh


membunuh Raymond Thorpe."

Dalam keadaan biasa Jennifer sebenarnya akan menunjuk orang-orang Negro


sebagai anggota-anggota juri, tetapi karena Abraham Wilson, dia jadi tak yakin.
Wilson tidak dianggap sebagai salah seorang dari mereka. Dia seorang Tiraikasih
Website http://kangzusi.com/
penjahat, seorang pembunuh, 'seorang yang mencorengkan arang ke dahi
sukunya'. Mereka akan lebih bersemangat menjatuhkan hukuman atas dirinya
daripada orang-orang yang berkulit putih. Yang bisa diusahakan Jennifer
hanyalah mencoba menjauhkan penantang-penantang keras dari keanggotaan
juri. Tetapi para penantang keras itu tidak berkeliaran mempertontonkan diri
mereka. Mereka akan diam-diam menyembunyikan pendirian mereka,
menunggu

kesempatan untuk bertindak membalas dendam.

Pada hari kedua menjelang petang, Jennifer sudah kehabisan sepuluh


tantangannya yang tak terlawan. Dia merasakan sendiri bahwa kata-katanya
yang ditujukan pada juri, kaku dan tak lancar, sedang pidato Di Silva lancar serta
penuh keyakinan. Pria itu tahu teknik untuk menenangkan hati para juri, menarik
hati mereka supaya memihak padanya, mengajak mereka bersahabat.

Mengapa aku sampai lupa betapa pandainya Di Silva berperan sebagai aktor?
tanya Jennifer pada dirinya sendiri.

Di Silva belum menggunakan tantangan-tantangannya yang tak terkalahkan


sampai Jennifer kehabisan tantangannya, dan Jennifer tak mengerti mengapa
demikian. Sesudah terlambat dia baru tahu alasannya. Di Silva lebih cerdik
daripadanya. Di antara para juri yang akan ditanyai terakhir adalah seorang
detektif swasta, seorang manajer bank, dan ibu dari seorang dokter —semuanya
orang kuat— dan kini tak ada lagi yang dapat diperbuat Jennifer untuk
mencegah keanggotaan mereka dalam dewan juri. Jaksa telah mengalahkannya.

Robert Di Silva bangkit lalu memulai pidato pembukaannya.

"Sidang yang terhormat," —Dia lalu berpaling pada juri—

"dan Anda sekalian Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya anggota juri, pertama-tama


saya ingin mengucapkan terima kasih karena Anda telah mengorbankan waktu
Anda yang begitu berharga untuk menghadiri pengadilan perkara ini."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia tersenyum menarik. "Saya maklum bahwa duduk sebagai anggota juri ini
bisa sangat membuang waktu.
Anda punya pekerjaan utama serta keluarga yang

memerlukan perhatian Anda."

Seolah-olah dia sendiri juga salah seorang anggota, pikir Jennifer, anggota juri
yang ketiga belas.

"Saya berjanji akan menyita waktu Anda sesedikit mungkin.

Ini sebenarnya suatu perkara yang sangat sederhana. Itulah tertuduhnya, yang
duduk di sana itu.... Abraham Wilson.

Tertuduh telah dipersalahkan oleh Negara Bagian New York, membunuh


Raymond Thorpe, sesama narapidana di Penjara Sing Sing. Tak ada keraguan
lagi bahwa dia telah melakukannya. Dia telah mengakuinya sendiri. Pembela
Saudara Wilson akan menekankan bahwa pembunuhan itu dilakukannya karena
membela diri."

Jaksa berbalik untuk melihat ke tubuh besar Abraham Wilson, dan secara
otomatis mata para juri pun mengikutinya pula. Jennifer dapat melihat reaksi
pada wajah-wajah mereka. Dia memaksa dirinya untuk memusatkan

perhatiannya pada kata-kata Jaksa Di Silva.

"Beberapa tahun yang lalu, dua belas orang warga negara yang saya yakin sama
benar dengan Anda sekalian, telah memberikan suara mereka untuk
memasukkannya ke penjara.

Karena peraturan-peraturan yang berlaku, saya tidak diperbolehkan untuk


membicarakan dengan Anda kesalahan yang telah dibuat Abraham Wilson
waktu itu. Namun saya bisa mengatakan, juri pada waktu itu yakin benar bahwa
dengan mengurung Abraham Wilson, dia tidak akan bisa lagi melakukan tindak-
tindak kriminal lainnya. Sayangnya, mereka itu keliru. Karena dalam keadaan
terkurung pun, Abraham Wilson masih bisa bertindak, membunuh, untuk
memuaskan napsu berdarahnya. Kini akhirnya kita tahu bahwa hanya ada satu
jalan yang akan mencegah Wilson dari perbuatan pembunuhan lagi. Dan jalan itu
adalah menjatuhinya hukuman Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mati. Tindakan itu memang tidak akan mengembalikan nyawa Raymond Thorpe,
tapi bisa menyelamatkan hidup orang-orang lain yang akan terhindar menjadi
korban berikutnya dari tertuduh."

Di Silva berjalan di sepanjang meja para juri, sambil menatap mata para juri itu
satu demi satu. "Sudah saya katakan bahwa perkara ini tidak akan mengambil
banyak waktu Anda. Akan saya katakan mengapa saya berkata begitu.

Tertuduh yang duduk di situ itu — Abraham Wilson — telah membunuh


seseorang dengan darah dingin. Dia telah mengakui perbuatannya itu. Tapi
meski dia tak mengakuinya sekalipun, ada saksi-saksi mata yang melihat
Abraham Wilson melakukan pembunuhan itu. Bahkan lebih dari seratus orang
banyaknya saksi mata. Mari kita teliti istilah 'dengan darah dingin' itu.
Pembunuhan dengan alasan apa pun juga, adalah jahat, baik bagi saya maupun,
saya yakin, bagi Anda juga.

Tapi kadang-kadang suatu pembunuhan dilakukan dengan alasan yang sekurang-


kurangnya bisa dipahami. Umpama saja bila seseorang yang, bersenjata
mengancam seseorang yang Anda cintai.... anak, suami, atau istri. Nah, bila
Anda mempunyai sebuah pistol, mungkin Anda akanj menarik pelatuknya untuk
menyelamatkan nyawa orang yang Anda cintai itu. Baik Anda maupun saya,
mungkin tidak akan mau memaafkan hal semacam itu, tapi saya yakin kita
sekurang-kurangnya bisa memahaminya. Atau mari kita ambil contoh lain. Bila
Anda tiba-tiba terbangun tengah malam oleh seorang penyerang yang
mengancam nyawa Anda, dan Anda punya kesempatan untuk membunuhnya
demi menyelamatkan

nyawa Anda sendiri, lalu Anda membunuhnya.... yah, saya pikir kita semua bisa
mengerti mengapa hal itu sampai terjadi.

Dan hal itu tidak akan menjadikan kita penjahat yang berputus asa atau orang
jahat, bukan? Hal itu adalah sesuatu yang kita lakukan dalam keadaan
mendesak." Suara Di Silva menjadi keras. "Tetapi pembunuhan dengan darah
dingin itu lain lagi.

Mencabut nyawa seseorang manusia lain, tanpa ada alasan Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

berdasarkan perasaan, dan melakukannya karena uang dan obat-obat terlarang,


atau karena memang hanya suka membunuh...."

Dia jelas-jelas menanamkan dugaan pada para juri, tetapi tidak melewati batas,
hingga tak mungkin bisa mengatakan bahwa pernyataannya salah, untuk
membatalkan sidang atau untuk pengembalian hak terdakwa.

Jennifer memperhatikan wajah para juri; tak meragukan lagi, mereka semua
sudah berada dalam tangan Robert Di Silva. Mereka sependapat dengan setiap
perkataan yang diucapkan jaksa itu. Mereka menggeleng dan mengangguk serta
mengernyitkan dahi mereka. Semuanya mereka lakukan, hanya bertepuk tangan
saja yang tidak. Di Silva tak ubahnya pemimpin suatu orkes, sedang para juri itu
adalah pemain-pemain orkes tersebut. Tak pernah Jennifer melihat hal serupa itu.
Setiap kali jaksa menyebut nama Abraham Wilson, para anggota juri otomatis
menoleh pada tertuduh, padahal Di Silva menyebutkan nama itu hampir dalam
setiap kalimat. Jennifer telah mengingatkan Wilson agar tidak melihat pada para
juri.

Ditekankannya berulang kali supaya dia melihat ke mana saja dia mau dalam
ruang sidang itu, asal tidak ke tempat duduk para juri, karena air mukanya yang
menantang itu akan menimbulkan rasa geram hati orang. Kini dengan rasa ngeri
Jennifer melihat bahwa mata Wilson melekat ke meja para juri, berpandangan
lekat dengan para juri. Sikap menyerang bagai tertumpah dari dirinya.

"Abraham...." bisik Jennifer.

Laki-laki itu tak bergeming.

Jaksa sedang mengakhiri pidato pembukaannya. "Dalam Injil ada disebutkan,


'Kejahatan dibalas dengan kejahatan.' Itu dendam namanya. Negara tidak ingin
membalas dendam.

Yang dikehendakinya adalah keadilan. Keadilan bagi laki-laki malang yang telah
dibunuh oleh Abraham Wilson dengan darah dingin.... dengan darah dingin.
Terima kasih."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jaksa kembali ke tempat duduknya.

Waktu Jennifer bangkit untuk berbicara pada para juri, dia melanjutkan rasa
benci dan tak sabar pada orang-orang itu. Dia telah membaca buku-buku yang
menuliskan bagaimana pengacara mampu membaca pikiran para juri, dan waktu
membaca itu dia tak percaya. Tetapi sekarang dia percaya. Apa yang terkandung
dalam hati para juri itu jelas benar tampak olehnya. Mereka sudah mengambil
keputusan: kliennya bersalah, dan mereka tak sabar karena Jennifer membuang-
buang waktu mereka saja, menahan mereka dalam gedung pengadilan ini.

Padahal mereka bisa keluar mengerjakan hal-hal yang lebih penting,


sebagaimana yang telah dikatakan oleh sahabat mereka, jaksa tadi. Jennifer dan
Abraham Wilson adalah musuh-musuh mereka.

Jennifer menarik napas panjang. "Yang Mulia Bapak Ketua."

Lalu dia berbalik ke para juri, "Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya.

Mengapa kita mempunyai gedung-gedung pengadilan? Untuk apa kita semua


berada di sini? Tiada lain karena hukum yang bijaksana itu tahu bahwa dalam
setiap perkara ada dua seginya. Tetapi bila kita mendengar serangan Bapak Jaksa
atas diri klien saya, mendengarkan dia mengatakan klien saya itu bersalah tanpa
menunggu keputusan juri — keputusan Anda — kita tidak lagi percaya bahwa
dalam setiap kejadian itu ada dua seginya."

Jennifer memandangi wajah-wajah mereka, mencuri rasa simpatik atau


dukungan. Namun tak ditemukannya.

Dipaksakan dirinya untuk berbicara urus. "Berulang kali Jaksa Di Silva


mengucapkan kata-kata, 'Abraham Wilson bersalah!'

Itu tak benar. Hakim Waldman akan mengatakan pada Anda, bahwa tak seorang
tertuduh pun bersalah sebelum dia dinyatakan bersalah oleh Bapak Hakim atau
oleh juri. Itulah gunanya kita berada di sini, yaitu untuk mendapatkan jawabnya.
Abraham Wilson didakwa telah membunuh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seseorang, sesama narapidana di Sing Sing. Tapi Abraham Wilson tidak


membunuh demi uang atau demi obat terlarang.

Dia membunuh untuk menyelamatkan nyawanya sendiri. Anda tentu ingat


contoh yang bagus yang diberikan oleh Bapak Jaksa waktu dia menerangkan
perbedaan antara membunuh dengan darah dingin dan membunuh dengan hati
panas.
Membunuh dengan hati panas ialah bila kita membunuh demi melindungi
seseorang yang kita cintai, atau bila kita membela diri kita sendiri. Abraham
telah membunuh karena membelai dirinya sendiri, dan saya berani memastikan,
bahwa dalam keadaan yang sama, siapa pun di antara kita dalam ruang sidang ini
akan melakukan yang sama benar.

Bapak Jaksa dan saya sependirian dalam satu hal bahwa setiap orang punya hak
untuk melindungi dirinya sendiri. Bila Abraham Wilson tidak bertindak
sebagaimana yang telah dilakukannya, dia pasti sudah mati." Suara Jennifer
lantang mengandung ketulusan hati. Lupa dia akan kegugupannya karena
semangatnya yang berapi-api dalam pembelaannya

"Saya minta agar Anda masing-masing mengingat satu hal: di bawah undang-
undang negara ini tuduhan harus terbukti bebas dari segala keraguan bahwa
pembunuhan itu benar-benar tidak dilakukan karena membela diri. Dan sebelum
sidang ini usai kami akan mengemukakan bukti yang kuat, yang akan
menunjukkan pada Anda semua bahwa Raymond Thorpe telah dibunuh untuk
mencegah agar dia tidak membunuh klien saya. Terima kasih”

Saksi-saksi untuk Negara Bagian secara bergantian mulai diajukan. Robert Di


Silva tidak melewatkan setiap kesempatan.

Saksi-saksinya untuk orang yang menjadi korban, Raymond Thorpe, adalah


antara lain seorang pendeta, para pengawal penjara, dan sesama narapidana.
Seorang demi seorang berdiri di mimbar dan memberikan kesaksian tentang
sempurnanya watak korban, dan betapa cinta damainya dia.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setiap kali jaksa selesai menanyai seorang saksi, dia menoleh pada Jennifer dan
berkata, "Silakan menanyai Saksi."

Dan setiap kali Jennifer menyahut, "Tidak ada tanya-jawab."

Jennifer menyadari bahwa tak ada gunanya dia mencoba membatalkan


kesaksian-kesaksian mengenai korban. Sebab bila sudah selesai nanti orang akan
berpikir bahwa dia telah menghalang-halangi orang menyanjung Raymond
Thorpe sebagai orang suci. Para pengawal yang telah dilatih oleh Robert Di
Silva dengan berhati-hati, memberikan kesaksian bahwa Thorpe adalah seorang
narapidana teladan yang berkeliling di Sing Sing untuk berbuat baik, hanya
dengan niat untuk berbuat baik sesama manusia. Kenyataan bahwa Raymond
Thorpe dipenjara karena perampokan bank dan pemerkosaan, hanya merupakan
kelemahan kecil dalam watak yang sempurna.

Yang benar-benar menghancurkan pertahanan Jennifer yang memang sudah


lemah adalah gambaran bentuk tubuh Raymond Thorpe. Dia seseorang vang
bertubuh kecil, tingginya hanya satu meter tujuh puluh dua sentimeter.

Robert Di Silva mengingatkan hal itu terus, dan para juri dibuatnya supaya tidak
melupakan hal itu. Dilukiskannya dengan sebuah gambar bagaimana Abraham
Wilson

menyerang dengan bengisnya orang yang lebih kecil daripadanya, dan


menghantamkan kepala Thorpe pada dinding tembok bangunan itu di halaman
olahraga, dan dengan demikian membunuhnya seketika. Sedang Di Silva
berbicara, mata para juri menatap lekat pada bobot raksasa dari si tertuduh yang
menjadikan semua orang lain yang berada dekatnya tampak seperti orang-orang
kerdil saja.

Jaksa sedang berkata, "Kita mungkin tidak akan pernah tahu apa yang
menyebabkan Abraham Wilson menyerang lakilaki kecil yang tak berdaya dan
tak pernah mengganggu orang itu....."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hati Jennifer tiba-tiba rasa terloncat. Ada satu perkataan

dalam ucapan Di Silva itu yang memberikan peluang yang

dibutuhkannya.

"..... Mungkin kita tidak akan pernah tahu alasan mengapa

tertuduh menyerang dengan bengisnya, tapi satu hal kita

tahu, Tuan dan Nyonya-nyonya.... hal itu dilakukannya

bukanlah karena orang yang dibunuhnya itu merupakan

ancaman bagi Abraham Wilson”.


“Pembelaan diri?" Dia menoleh pada Hakim Waldman.

"Yang Mulia, sudikah Anda memerintah kan tertuduh untuk

berdiri?"

Hakim Waldman melihat pada Jennifer. "Apakah Saudara

Pembela berkeberatan?"

Jennifer sudah maklum apa yang akan terjadi tetapi dia

tahu pula bahwa bila dia menyatakan keberatannya,

keadaannya akan makin hancur "Tidak keberatan, Yang

Mulia."

"Tertuduh harap berdiri," kata Hakim Waldman.

Abraham Wilson tetap saja duduk, wajahnya menantang;

kemudian dia baru bangkit dari tampaklah tingginya yang satu

meter sembilan puluh sentimeter itu.

Di Silva lalu berkata, "Di sini ada seorang pegawai

pengadilan, Saudara Galin, yang tingginya satu meter tujuh

puluh dua sentimeter, sama benar dengan tinggi orang yang

terbunuh, Raymon Thorpe. Saudara Galin, harap berdiri di

samping tertuduh."

Pegawai pengadilan itu berjalan ke arah Abraham Wilson, lalu berdiri di


sampingnya. Jauh benar perbedaan tinggi antara kedua laki-laki itu. Jennifer
sadar bahwa dia telah mendapatkan serangan baru lagi, dan tak dapat melakukan
pembalasan apa-apa. Suatu kesan penglihatan tak pernah bisa dihapuskan. Jaksa
berdiri memperhatikan kedua laki-laki itu Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

sebentar, lalu berkata pada juri dengan suara hampir berbisik,

"Pembelaan diri?"

Sidang itu telah berjalan lebih buruk lagi daripada yang pernah di mpikan
Jennifer dalam mimpinya yang terburuk sekalipun. Dirasakannya betapa para
juri itu ingin agar sidang cepat berakhir supaya mereka bisa menyampaikan
keputusan bersalah.

Ken Bailey duduk di antara para penonton, dan dalam waktu jeda, Jennifer
sempat bercakap-cakap sebentar dengan dia.

"Perkaranya memang tak mudah," kata Ken penuh pengertian. "Sebenarnya aku
berharap bukan si King Kong itu yang menjadi klienmu. Demi Tuhan, baru
melihatnya saja, semua orang sudah akan ketakutan."

"Itu kan bukan maunya!"

"Sebenarnya dia jangan membuat ulah. Bagaimana kau dengan Pak Jaksa yang
terhormat itu?"

Jennifer tersenyum kecut. "Tuan Di Silva tadi pagi sudah memberikan pesannya.
Dia berniat untuk melemparkan aku dari usaha pengacara ini."

Setelah deretan saksi penuntut umum selesai ditanyai, dan Di Silva


menghentikan kegiatannya sebentar, Jennifer bangkit dan berkata, "Saya minta
Saudara Howard Patterson mengambil tempat di mimbar."

Wakil Kepala Penjara Sirig Sing bangkit dengan enggan, lalu berjalan ke arah
mimbar saksi, semua mata terarah padanya. Robert Di Silva menatap dengan
penuh perhatian waktu Patterson mengucapkan sumpahnya. Di Silva memutar
otaknya, dia membayangkan semua kemungkinan. Dia tahu bahwa dia telah
memenangkan perkara itu. Dia telah menyiapkan baik-baik pidato
kemenangannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer sedang berbicara pada saksi. "Tolong ceritakan masa lalu Anda pada
juri, Saudara Patterson."

Jaksa Di Silva bangkit. "Negara tidak memerlukan masa lalu itu untuk
menghemat waktu. Yang penting kita ketahui adalah bahwa Saudara Patterson
adalah Wakil Kepala Penjara Sing Sing."

"Terima kasih," kata Jennifer. "Saya rasa, para juri perlu diberi tahu bahwa
Saudara Patterson perlu diberi surat perintah pengadilan untuk datang kemari
hari ini. Dia berada di sini sebagai saksi yang enggan." Jennifer berpaling pada
Patterson. "Waktu saya meminta Anda untuk datang kemari secara sukarela dan
memberikan kesaksian Anda untuk meringankan klien saya, Anda menolak.
Benarkah itu?"

"Ya."

"Tolong katakan pada juri mengapa Anda harus diberi surat perintah pengadilan
untuk datang kemari."

"Dengan senang hati. Sepanjang hidup saya, saya sudah berurusan dengan
orang-orang seperti Abraham Wilson. Mereka itu benar-benar pengacau."

Robert Di Silva duduk di kursinya dengan membungkukkan dirinya, sambil


tertawa kecil, matanya memandang lekat pada para anggota juri.

“Lihat pembela itu menggantung dirinya sendiri”. bisiknya pada salah seorang
asistennya.

Jennifer berkala. "Saudara Patterson. Abraham Wilson sedang diadili di sini hari
ini, bukan sebagai seorang pengacau. Dia diadili demi hidupnya. Tak maukah
Anda menolong sesama manusia yang telah dituduh secara tak adil telah
melakukan tindak kriminal utama?"

"Bila dia memang dituduh secara tak adil, saya bersedia."

Tekanan pada kata-kata tak adil menyebabkan air muka para anggota juri
berubah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sebelum kejadian ini, memang sudah sering terjadi pembunuhan dalam penjara,
bukan?"

"Bila beratus-ratus orang-orang kasar dikurung hersama-sama dalam satu


lingkungan tiruan, maka akan terkumpullah sejumlah besar rasa benci, lagi
pula...."

"Jawab saja ya atau tidak, Saudara Patterson."

"Ya."

"Mengenai pembunuhan-pembunuhan yang telah terjadi selama pengalaman


Anda, dapatkah Anda mengatakan bahwa alasan-alasannya berbeda?"

"Ya. saya rasa begitulah. Kadang-kadang....”

"Ya atau tidak."

"Ya."

"Pernahkah pembelaan diri merupakan salah satu alasan dari pembunuhan-


pembunuhan itu?"

"Yah, kadang-kadang...." Dia melihat air muka Jennifer, lalu menjawab, "Ya."

"Jadi berdasarkan pengalaman Anda yang luas itu, sangatlah mungkin bahwa
Abraham Wilson sebenarnya sedang membela dirinya sendiri waktu dia
membunuh Raymond Thorpe, bukan?"

"Saya rasa tidak....."

"Saya tanya apakah itu mungkin? Ya atau tidak."

"Sangat tak mungkin," sahut Patterson dengan keras kepala.

Jennifer berpaling pada Hakim Waldman. "Yang Mulia, dapatkah Anda


memerintahkan Saksi supaya menjawab pertanyaan itu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hakim Waldman memandang Howard Patterson. "Harap Saksi menjawab


pertanyaan itu."
"Ya."

Tetapi juri sudah melihat dari sikapnya bahwa sebenarnya ia ingin mengatakan
tidak.

Jennifer berkata lagi, "Dengan izin pengadilan, saya telah memerintahkan pada
Saksi untuk membawa beberapa barang untuk diperlihatkan sebagai bukti."

Jaksa Di Silva bangkit. "Barang-barang apa?".

"Barang-barang bukti yang membuktikan benar atau tidaknya alasan pembelaan


diri itu."

"Keberatan, Yang Mulia."

"Terhadap apa Anda berkeberatan?" tanya Jennifer. "Anda belum lagi


melihatnya."

Hakim Waldman berkata, "Pengadilan tidak akan mengambil keputusan apa-apa


sebelum barang bukti itu diperlihatkan. Hidup seseorang sedang dipertaruhkan di
sini.

Tertuduh berhak mendapatkan pertimbangan."

"Terima kasih, Yang Mulia." Jennifer berpaling pada Howard Patterson lagi.
"Adakah Anda bawa barang-barang itu?" tanyanya.

Laki-laki itu mengangguk dengan bibir terkatup rapat. "Ya, tapi saya lakukan ini
dengan protes."

"Saya rasa Anda sudah cukup menjelaskan hal itu, Saudara Patterson. Boleh
kami melihatnya?"

Howard Patterson menoleh ke tempat para penonton ke tempat duduk seorang


laki-laki yang mengenakan seragam pengawal penjara. Patterson mengangguk
padanya. Pengawal itu bangkit lalu berjalan ke depan, sambil membawa sebuah
kotak kayu yang bertutup.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Jennifer mengambilnya dari orang itu. "Pihak pembela ingin menempatkan
barang-barang ini sebagai barang bukti Kelompok A, Yang Mulia."

"Apa itu?" Jaksa Di Silva ingin tahu.

"Barang ini disebut kotak tetek-bengek."

Terdengar desah dari para hadirin.

Hakim Waldman memandang Jennifer lalu berkata

perlahan-lahan, "Kotak tetek bengek kata Anda? Apa isi kotak itu, Nona
Parker?"

"Senjata-senjata. Senjata-senjata yang dibuat di Penjara Sing Sing oleh para


narapidana dengan tujuan...."

"Keberatan!" Jaksa penuntut melompat berdiri, suaranya menggelegar. Dia


berjalan cepat-cepat ke meja majelis hakim.

"Saya bersedia bertenggang rasa terhadap rekan saya yang tak berpengalaman
ini, Yang Mulia, tapi kalau dia berniat membuka praktek yang berhubungan
dengan hukum kriminal, maka saya anjurkan agar dia mempelajari lagi
peraturan-peraturan dasar dari pembuktian. Tak ada pembuktian yang
menghubungkan antara apa yang disebut kotak tetek-bengek ini dengan perkara
yang sedang diadili di pengadilan ini."

"Kotak ini membuktikan...."

"Kotak ini tidak membuktikan apa-apa." Suara Jaksa melemah. Dia berpaling
pada Hakim Waldman. "Negara keberatan diajukannya barang-barang bukti ini
karena niskala dan tak ada hubungannya!”.

"Keberatan diterima."

Dan berdirilah Jennifer di tempat itu, dengan menyadari bahwa perkaranya


hancur. Segala-galanya menentangnya: hakim, juri, Di Silva, pembuktian.
Kliennya akan dikirim ke kursi listrik, kecuali kalau....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Jennifer menarik napas dalam. "Yang Mulia, barang bukti ini benar-benar
penting dalam pembelaan kami. Saya merasa...."

"Nona Parker," Hakim Waldman menyela, "pengadilan ini tak punya waktu atau
niat untuk memberi Anda kuliah mengenai hukum, tapi Jaksa memang benar.
Sebelum memasuki ruang sidang ini, Anda sebenarnya sudah harus tahu benar
akan peraturan-peraturan dasar dari pembuktian.

Peraturan pertama adalah bahwa Anda tak dapat mengajukan bukti-bukti yang
belum dipersiapkan. Sama sekali belum ada pernyataan apa-apa apakah korban
bersenjata atau tidak.

Oleh karenanya, soal senjata-senjata ini tak ada hubungannya dengan perkara
ini. Anda ditolak."

Jennifer berdiri dengan muka merah. "Maaf," katanya berkeras, "tapi barang-
barang ini bukannya tak ada hubungannya...."

"Cukup! Anda boleh mengajukan bantahan tertulis."

"Saya tak mau mengajukan bantahan tertulis, Yang Mulia.

Apakah Anda tak mau mengakui hak klien saya?"

"Nona Parker, bila Anda teruskan, Anda akan saya tahan karena menghina
pengadilan."

"Saya tak peduli apa yang akan Anda perbuat atas diri saya," kata Jennifer.
"Dasarnya sudah dipersiapkan untuk mengajukan pembuktian ini. Jaksa sendiri
yang

menyiapkannya."

"Apa? Tak mungkin...." kata Di Silva.

Jennifer berpaling pada pencatat steno pengadilan. Harap Anda bacakan


pernyataan Tuan Di Silva yang dimulai dengan,

“Mungkin kita tidak akan pernah tahu apa yang menyebabkan Abraham Wilson
menyerang...."
Jaksa melihat pada Hakim Waldman, "Apakah akan Anda izinkan, Yang Mulia?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hakim Waldman mengangkat tangannya. Dia berpaling pada Jennifer.


"Pengadilan ini tak perlu menerangkan undang-undang pada Anda mengenai hal
itu, Nona Parker. Bila sidang ini sudah selesai, anda akan ditahan karena telah
menghina pengadilan. Karena ini adalah perkara besar, saya sendiri yang akan
menanyai Anda." Dia berpaling pada pencatat steno pengadilan. "Silakan."

Pencatat steno pengadilan membalik-balik beberapa halaman lalu mulai


membaca. "Mungkin kita tak akan pernah tahu, apa yang menyebabkan
Abraham Wilson menyerang laki-laki kecil yang tak berdaya dan tak pernah
mengganggu orang itu....”

"Cukup," potong Jennifer. "Terima kasih." Dia menoleh pada Robert Di Silva
dan berkata lambat-lambat, "Itu adalah kata-kata Anda sendiri, Tuan Di Silva.
Mungkin kita tidak akan pernah tahu apa yang menyebabkan Abraham Wilson
menyerang laki-laki kecil yang tak berdaya dan tak pernah mengganggu orang
itu..."

Dia berpaling pada Hakim Waldman. “Perkataan yang merupakan kunci di sini,
Yang Mulia, adalah tak berdaya.

Karena Jaksa sendiri yang menyatakan bahwa korban tak berdaya, beliau
membukakan peluang bagi kami untuk mengejar kenyataan bahwa korban
bukannya tak berdaya, bahwa dia sebenarnya mungkin mempunyai senjata. Apa
pun yang diajukan sebagai petunjuk, dapat diajukan dalam tanya-jawab."

Lama orang diam.

Hakim Waldman berpaling pada Robert Di Silva. "Nona Parker telah


menunjukkan titik yang sah. Anda memang telah membukakan peluang."

Robert Di Silva melihat padanya dengan pandangan tak percaya, "Tapi saya
hanya....”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pengadilan memperbolehkan pembuktian diajukan sebagai Barang Bukti A."


Jennifer menarik napas lega dengan rasa syukur. "Terima kasih, Yang Mulia."
Diambilnya kotak bertutup itu, diangkatnya lalu dibawanya menghadap juri.
"Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, dalam pernyataannya yang terakhir, Jaksa
mengatakan pada Anda bahwa apa yang akan Anda lihat dalami kotak ini bukan
pembuktian langsung. Beliau memang benar. Beliau mengatakan bahwa tak ada
satu pun hubungan antara senjata-senjata ini dengam korban. Itu pun benar. Saya
mengajukan barang bukti ini dengan alasan lain. Telah berhari-hari Anda
mendengar bahwa tertuduh yang pengacau dan tak kenal belas kasihan dan
tingginya seratus sembilan puluh sentimeter ini, dengan seenaknya menyerang
Raymond Thorpe, yang tingginya hanya seratus tujuh puluh dua sentimeter.
Gambaran yang dilukiskan bagi Anda dengan begitu cermat tetapi salah oleh
penuntut umum adalah tentang seorang jagoan pembunuh yang sadis, yang telah
membunuhi sesama narapidana tanpa alasan. Tapi coba Anda tanyai diri Anda
sendiri: Tidakkah selalu ada saja suatu alasan? keserakahan, kebencian, napsu,
pokoknya ada sesuatu? Saya percaya — dan saya mempertaruhkan nyawa klien
saya demi keyakinannya itu — bahwa pembunuhan itu memang ada alasannya.
Jaksa sendiri telah mengatakan pada anda bahwa satu-satunya alasan yang
mensahkan

pembunuhan atas diri seseorang adalah: pembelaan diri.

Seseorang yang berkelahi untuk melindungi dirinya sendiri.

Anda telah mendengar Howard Patterson memberikan kesaksiannya bahwa


berdasarkan pengalamannya,

pembunuhan memang biasa terjadi dalam penjara, bahwa para narapidana


memang biasa membuat senjata-senjata yang mematikan. Itu berarti bahwa
Raymond Thorpe mungkin saja bersenjatakan senjata seperti itu, dan bahwa
sebenarnya dialah yang telah menyerang tertuduh, dan bahwa tertuduh yang
mencoba menyelamatkan dirinya, terpaksa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membunuhnya — untuk membela diri. Bila Anda memastikan bahwa Abraham


Wilson telah membunuh Raymond Thorpe tanpa belas kasihan — dan tanpa
alasan sama sekali — maka sepatutnyalah anda menyatakan dia bersalah
sebagaimana yang dituduhkan. Tetapi, bila setelah melihat barang-barang bukti
ini, Anda lalu menjadi ragu-ragu, maka kewajiban Andalah untuk memberikan
keputusan tak bersalah." Jennifer merasakan bertambah beratnya kotak itu dalam
tangannya.

"Waktu saya mula-mula melihat ke dalam kotak ini, saya merasa tak percaya
akan penglihatan saya. Anda pun mungkin akan merasa sulit untuk percaya —
tapi

saya minta supaya Anda tak lupa bahwa barang-barang ini dibawa kemari
dengan protes Wakil Kepala Penjara Sing Sing. Ini, Tuan-tuan dan Nyonya-
nyonya, adalah kumpulan senjatasenjata yang dibuat secara sembunyi-sembunyi
oleh para narapidana di Sing Sing, dan yang telah disita.” Waktu Jennifer
berjalan ke arah meja tempat para juri, dia seolah-olah tersandung dan
kehilangan keseimbangannya.

Kotak itu terlepas dari tangannya tutupnya terbuka, dan isinya tumpah di lantai
ruang sidang. Terdengar desah orang banyak. Para juri berdiri satu demi satu
supaya bisa melihat lebih baik. Mereka menatap memandangi kumpulan senjata
yang mengerikan, yang tertumpah dari kotak itu. Hampir seratus buah
banyaknya, dengan berbagai ukuran, bentuk, dan rupa. Kapak-kapak kecil dan
pisau jagal, keris-keris kecil dan gunting yang tampak mengerikan dengan ujung
yang diasah runcing pistol-pistol berpeluru kait, parang yang mengerikan yang
semuanya hasil buatan sendiri. Ada pula kawat-kawat halus yang bergagang
kayu, yang dipakai untuk mencekik, alat pemukul dari kuli penjepit es yang
ditajamkan, parang lebar.

Kini para penonton dan wartawan ikut berdiri mengulurkan leher mereka supaya
bisa melihat lebih baik ke alat pembunuh Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

yang bertaburan di lantai Hakim Waldman

menghantamkan palunya dengan marah untuk

mengembalikan ketertiban.

Hakim Waldman melihat pada Jennifer dengan pandangan yang tak dapat
ditafsirkan. Seorang juru sita cepat-cepat maju untuk memungut isi kotak yang
tumpah. Jennifer

menyuruhnya pergi dengan isyarat.


"Terima kasih," katanya, "biar saya saja yang memungutnya."

Dengan diperhatikan oleh para juri dan penonton Jennifer berlutut dan mulai
memunguti senjata-senjata itu lalu mengembalikannya ke dalam kotak.

Dia bekerja lambat-lambat, dengan memegang senjatasenjata itu lama-lama,


sambil memandanginya tanpa perubahan air muka, sebelum memasukkannya.
Para juri telah duduk kembali, tetapi mereka tetap memperhatikan setiap gerak
Jennifer. Lima menit lamanya Jennifer baru selesai mengembalikan senjata-
senjata itu ke dalam kotak, sedang Jaksa Di Silva duduk, dengan darah
mendidih.

Setelah Jennifer selesai mengembalikan alat-alat pembunuh itu ke dalam


kotaknya, dia bangkit, melihat pada Patterson, kemudian berbalik dan berkata
pada Di Silva, "Silakan menanyai."

Kini sudah terlambat untuk memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya. "Tak
ada pertanyaan," kata jaksa.

"Kalau begitu, saya ingin memanggil Abraham Wilson ke mimbar."

"Nama Anda?" "Abraham Wilson."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Harap berbicara nyaring."

"Abraham Wilson."

"Saudara Wilson, apakah Anda membunuh Kaymond Thorpe?"

"Ya."

"Tolong katakan pada sidang, apa sebabnya."

"Dia akan membunuh saya."

"Raymond Thorpe jauh lebih kecil daripada Anda. Apakah Anda percaya bahwa
dia akan bisa membunuh Anda?"

"Dia menyerang saya dengan pisau besar terhunus hingga dia kelihatan tinggi
sekali."

Jennifer telah meninggalkan dua buah benda luar kotak tetek-bengek tadi. Yang
sebuah adalah pisau jagal yang ujungnya diasah tajam, dan sebuah lagi tang
logam yang besar. Jennifer mengangkat tangannya sambil mengangkat pisau itu.
"Apakah dengan pisau ini Raymond Thorpe menganca Anda?"

"Keberatan! Tertuduh tak mungkin tahu...."

"Pertanyaan akan saya ubah. Apakah pisau ini serupa dengan pisau yang dipakai
Raymond Thorpe untuk

mengancam Anda?"

"Ya."

"Dan tang ini?"

"Ya."

"Apakah Anda pernah bertengkar dengan Thorpe?"

"Pernah."

"Dan waktu dia mendatangi Anda denga bersenjatakan kedua benda itu, Anda
terpaksa membunuhnya untuk menyelamatkan jiwa Anda?'

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya." "Terima kasih." Jennifer berpaling pada Di Silva.

"Silakan." Robert Di Silva bangkit lalu berjalan perlahan lahan ke meja

saksi.

"Saudara Wilson, Anda sudah pernah membunuh sebelumnya, bukan? Maksud


saya pembunuhan dalam penjara itu bukan yang pertama kalinya Anda
lakukan?"

“Saya membuat kesalahan dan saya sedang menjalani hukumannya. Saya....”


“Tak usah berkhotbah pada kami. Jawab saja ya atau tidak."

"Ya."

“Jadi nyawa manusia tidak terlalu berharga di mata Anda."

"Itu tidak benar. Saya....”

"Apakah melakukan dua kali pembunuhan itu Anda sebut menghargai nyawa
manusia? berapa orang akan Anda bunuh bila nyawa manusia tidak Anda
hargai? Lima? Sepuluh? Dua puluh.'"

Dia sedang mengumpan Abraham Wilson dan Wilson

terpancing. Rahangnya terkatup rapat dan wajahnya penuh kemarahan.

Hati-hati.

"Saya hanya membunuh dua orang."

"Hanya! Anda hanya membunuh dua orang!” Jaksa menggeleng berpura-pura


murung. Dia berjalan mendekati meja saksi dan menengadah memandang
tertuduh. "Saya yakin Anda merasa diri Anda hebat karena Anda begitu besar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Anda merasa diri Anda seperti Tuhan. Kapan saja Anda mau Anda bisa
membunuh di mana pun juga....”

Abraham Wilson melompat berdiri tegak. “Keparat!"

"Jangan!" Jennifer berdoa. Jangan!

"Duduk!" bentak Di Silva. "Dalam keadaan naik darah seperti itukah Anda
waktu Anda membunuh Raymond

Thorpe?"

"Thorpe telah mencoba membunuh saya”.

"Dengan ini?" Di Silva mengangkat pisau jagal dan tang.


"Saya yakin Anda bisa saja merampas pisau itu dari dia." Dia mengangkat
tangannya sambil memutar-mutarkan kedua benda itu. "Dan Anda takut akan
benda-benda ini?" Dia berpaling lagi pada juri dan mengangkat tang itu untuk
memperlihatkannya. "Barang ini kelihatannya bukan benda pembawa maut.
Kalaupun korban mampu memukul kepala Anda dengan ini, paling-paling hanya
akan menyebabkan benjol kecil. Apalah arti tang ini, Tuan Wilson?"

"Itu dipakai untuk menghantam kemaluan," kata Abraham Wilson dengan suara
halus.

Juri meninggalkan ruangan selama delapan jam.

Robert Di Silva dan para asistennya meninggalkan ruangan untuk beristirahat,


tetapi Jennifer tetap duduk di kursinya, seolah-olah tak bisa melepaskan dirinya.

Setelah juri meninggalkan ruangan beriring-iringan, Ken Bailey mendatangi


Jennifer. "Mau minum kopi?"

"Aku tak bisa menelan apa-apa."

Jennifer tetap duduk di ruang sidang, dia takut bergerak, dan hanya samar-samar
saja dia menyadari orang-orang di sekelilingnya. Semuanya berlalu sudah. Dia
telah cukup berusaha. Ditutupnya matanya dan mencoba berdoa, tetapi rasa
takutnya terlalu kuat. Dia merasa seolah-olah dia sendiri Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

pun akan ikut dijatuhi hukuman mati bersama Abraham Wilson.

Para juri beriring-iringan masuk kembali ke ruangan, wajah mereka serius dan
tak dapat dibaca. Hati Jennifer mulai berdebar kencang. Dari wajah mereka,
Jennifer dapat melihat bahwa mereka akan menjatuhkan hukuman. Akan pingsan
rasanya dia. Gara-gara dia, seseorang akan dihukum mati.

Sebenarnya sejak semula dia harus menolak membela perkara itu. Apa haknya
untuk mempertaruhkan nyawa orang dalam tangannya? Sungguh gila dia dulu
menyangka bahwa dia akan bisa menang melawan seseorang seperti Robert Di
Silva yang telah begitu berpengalaman. Ingin dia rasanya berlari mendapatkan
para juri, sebelum mereka sempat mengatakan keputusan mereka dan berkata.
‘Tunggu! Sidang perkara Abraham Wilson ini tak adil. Tolong carikan seorang
pengacara lain untuk membelanya. Seseorang yang lebih pandai daripada saya’.
Tetapi itu sudah terlambat. Jennifer mencuri pandang ke wajah Abraham Wilson.
Dia duduk saja tanpa bergerak, sama benar dengan patung. Kini dia tidak lagi
merasakan kebencian dari laki-laki itu, hanya putus asa. Ingin Jennifer
mengatakan sesuatu untuk menghiburnya, tetapi dia tak punya kata-kata.

"Apakah Dewan Juri sudah mengambil keputusan?" tanya Hakim Waldman.

"Sudah, Yang Mulia."

Hakim mengangguk dan petugasnya berjalan ke arah ketua dewan juri,


menerima secarik kertas dari orang itu, lalu menyampaikannya kepada hakim.
Jennifer merasa seolah-olah jantungnya akan melompat ke luar dari rongga
dadanya. Dia tidak bisa bernapas. Dia ingin menahan saat ini, membekukannya
untuk selamanya, sebelum keputusan itu dibaca.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hakim Waldman mempelajari kertas yang ada dalam

tangannya itu, lalu lambat-lambat dia melihat ke sekeliling

ruang sidang itu. Matanya tertuju pada para anggota juri,

pada Robert Di Silva, pada Jennifer, dan akhirnya pada

Abraham Wilson.

"Harap Tertuduh berdiri."

Abraham Wilson bangkit, geraknya lamban dan tampak

letih, seolah-olah semua tenaganya sudah diserap dari dirinya.

Hakim Waldman membaca kertas tadi. "Juri memutuskan

bahwa tertuduh Abraham Wilson tidak bersalah sebagaimana

yang dituduhkan."

Keadaan sunyi sepi sejenak, kemudian kata-kata


selanjutnya dari Hakim Waldman tenggelam dalam suara

gemuruh para hadirin. Jennifer berdiri, terpana, tak mampu

mempercayai apa yang didengarnya. Dia menoleh pada

Abraham Wilson tanpa bisa berkata apa-apa. Laki-laki itu

menatapnya sebentar dengan matanya yang kecil dan keji itu.

Kemudian terkembang senyum di wajah itu, senyum yang

paling lebar yang pernah dilihat Jennifer. Dia membungkuk

lalu merangkul Jennifer, dan Jennifer mencoba menahan air

matanya.

Para wartawan pun mengerumuni Jennifer, memintanya

memberikan pernyataan, memberondongnya dengan

pertanyaan.

"Bagaimana perasaan Anda setelah mengalahkan Pak

Jaksa?"

"Apakah Anda sudah punya perasaan bahwa Anda akan

menang?"

"Apa yang akan Anda lakukan bila mereka mengirim Wilson ke kursi listrik?"

Jennifer menjawab setiap pertanyaan itu dengan

menggelengkan kepalanya. Dia tak dapat memaksakan dirinya Tiraikasih


Website http://kangzusi.com/

untuk berbicara dengan mereka. Mereka telah datang kemari untuk menonton
suatu pertunjukan, melihat seseorang yang dikejar-kejar ke arah kematiannya.
Seandainya keputusan tadi berbunyi sebaliknya... tak tahan dia membayangkan
hal itu.

Jennifer mulai membenahi surat-suratnya lalu

memasukkannya ke dalam tas kantornya.

Seorang petugas pengadilan mendekatinya. "Hakim Waldman ingin bertemu


Anda di kamar kerja beliau, Nona Parker."

Jennifer lupa bahwa ada tanya-jawab mengenai

penghinaan pengadilan, yang masih menunggu, tapi hal itu tak penting. Satu-
satunya hal yang berarti sekarang adalah bahwa dia telah berhasil
menyelamatkan nyawa Abraham Wilson.

Jennifer memandang ke arah meja jaksa penuntut. Jaksa Di Silva sedang


menjejal-jejalkan kertas-kertas ke dalam sebuah tas kantornya dengan geram,
sambil memarahi salah seorang asistennya. Dia menangkap pandangan Jennifer.
Mata kedua orang itu berpautan dan dia tidak memerlukan kata-kata.

Hakim Waldman sedang duduk di meja kerjanya waktu Jennifer masuk. "Silakan
duduk, Nona Parker," katanya singkat.

Jennifer mengambil tempat. "Saya tidak akan membiarkan Anda atau siapa pun
juga, menjadikan ruang sidang saya menjadi tempat tontonan."

Merah muka Jennifer. "Saya terselip lidah. Saya tak sengaja....”

Hakim Waldman mengangkat tangannya. "Jangan menyela."

Jennifer mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hakim Waldman duduk dengan membungkukkan tubuhnya.

"Ada satu hal lagi yang saya tak mau terjadi dalam ruang sidang saya, yaitu
kekurang ajaran."

Jennifer memperhatikannya dengan waspada tanpa berkata apa-apa. "Anda telah


melewati batas petang ini. Saya menyadari bahwa semangat Anda yang
berlebihan itu adalah demi hidup seseorang. Oleh karenanya saya telah

memutuskan untuk tidak menuntut Anda karena penghinaan."

"Terima kasih, Yang Mulia." Jennifer harus memaksakan diri untuk


mengucapkan kata-kata itu.

Wajah hakim itu tak dapat ditafsirkan waktu dia

melanjutkan, "Hampir selamanya, bila sidang suatu perkara usai, saya bisa
menilai apakah keadilan sudah dilaksanakan atau tidak. Pada saat ini, terus
terang, saya tak yakin."

Jennifer menunggu kalau-kalau hakim itu akan

melanjutkan.

"Itu saja, Nona Parker."

Malam itu, baik dalam surat-surat kabar, maupun dalam berita tv malam,
kembali Jennifer Parker menjadi berita pokok, tetapi kali ini dialah
pahlawannya. Dialah yang disamakan dengan tokoh David yang berhasil
mengalahkan Goliath. Foto-foto dia, Abraham Wilson dan Jaksa Di Silva
terpampang di semua halaman depan. Jennifer dengan bernapsu melahap setiap
perkataan dari cerita-cerita itu dan menikmatinya.

Benar-benar merupakan kemenangan manis, setelah semua pukulan yang telah


dideritanya sebelum itu.

Ken Bailey mengajaknya makan malam di Restoran

Luchow, merayakan hal itu dan Jennifer dikenali oleh kepala pelayan dan
beberapa pengunjung yang lain. Orang-orang yang tak dikenalnya memanggil
namanya dan
mengucapkan selamat padanya. Sungguh suatu

pengalaman yang memabukkan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana rasanya menjadi seseorang yang diagung-agungkan?" Ken


menggoda dengan tertawa kecil.

"Aku merasa lumpuh."

Seseorang mengirim sebotol anggur ke meja mereka.

"Aku merasa tak perlu minum apa-apa," kala Jennifer. "Aku sudah merasa
mabuk."

Tetapi dia haus dan dia minum tiga gelas anggur sambil bercakap-cakap tentang
sidang itu kembali dengan Ken.

"Aku ketakutan sekali saat itu. Tahukah kau bagaimana rasanya menggenggam
nyawa manusia dalam tangan kita?

Rasanya seolah-olah kita berperan seperti Tuhan. Dapatkah kaubayangkan


sesuatu yang lebih menakutkan daripada itu?

Maksudku, aku ini hanya berasal dari Kelso... bisakah kita memesan sebotol
anggur lagi, Ken?"

"Apa saja yang kauingini."

Ken memesan makanan lengkap untuk mereka berdua, tetapi perasaan Jennifer
terlalu kacau untuk makan.

"Tahukah kau apa kata Abraham Wilson padaku waktu aku menemuinya
pertama kali? Katanya, ‘Mari sini kupeluk kau, baru kita mendendangkan
tentang kebencian bersama-sama.'

Ken, aku benar-benar merasa menyatu dengan dia saat itu, dan tahukah kau?
Aku merasa seolah-olah juri akan menjatuhkan hukuman atas diriku. Aku
merasa seolah-olah akulah yang akan dihukum mati. Aku suka pada Abraham
Wilson. Bisakah aku minta anggur lagi?"

"Kau tak makan sedikit pun."

"Aku haus."

Sedang Jennifer mengisi dan mengosongkan gelasnya terus, Ken


memperhatikannya dengan kuatir. "Hati-hati Jennifer."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer melambaikan tangannya untuk menenangkan Ken. "Ini kan anggur


California. Rasanya seperti minum air biasa saja." Dia meneguk lagi.

"Kau sahabatku yang terbaik. Tahukah kau siapa temanku yang paling tak baik?
Robert Di Silva yang Agung.

Ya, Di Silva."

"Di Silva."

"Dia pun begitu pula. Dia benci setengah mati padaku. Kau

— lihatkan wajahnya tadi itu? Aduh, betapa marahnya dia padaku! Katanya dia
ingin melemparkan aku ke luar dari ruang sidang. Tapi dia tak berhasil, kan?"

"Tidak. Dia....”

"Tahukah kau apa yang sedang kupikirkan. Tahukah kau apa sebenarnya yang
kupikirkan?"

"Aku....”

"Di Silva menyamakan diriku dengan Ahab si pemburu

ikan paus putih, yang kemudian berhasil membuat

pemburunya pincang."

"Kurasa kau memang masih punya beberapa kekurangan."


"Terima kasih, Ken. Aku memang selalu bisa mengandalkan

kau. Minta sebotol anggur lagi, Ken."

"Tidakkah kau merasa sudah cukup banyak minum?"

"Bukankah ikan paus selalu haus?" kata Jennifer sambil

cekikikan. "Itulah aku. Si ikan paus putih yang besar.

Sudahkah kukatakan padamu bahwa aku suka pada Abraham

Wilson? Dialah laki-laki paling tampan yang pernah kutemui.

Aku melihat matanya, Ken, Sahabatku, dan dia benar-benar

cantik. Pernahkah kau melihat mata Di Silva? Aduuuh! Dingin

sekali! Dia itu gunung es. Tapi dia bukan orang jahat.

Sudahkah kukatakan perbandingan seperti Ahab dan ikan paus

putih?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah."

"Aku suka pada Ahab. Aku suka pada semua orang!

Tahukah kau mengapa Ken? Karena malam mi Abraham

Wilson masih hidup. Ya, dia masih hidup. Mari kita buka

sebotol anggur lagi untuk merayakannya...."

Pukul dua subuh baru Ken mengantar Jennifer pulang.

Dibantunya Jennifer menaiki tangga sampai ke tingkat empat

ke apartemennya yang kecil. Dia terengah karena harus naik


setinggi itu.

"Aku sudah mulai merasakan akibat buruk dari anggur

sebanyak itu," kata Ken.

Jennifer memandangnya dengan rasa iba. "Kalau tak biasa

jangan minum."

Lalu dia pingsan.

Dia terbangun oleh bunyi dering telepon yang nyaring.

Dengan berhati-hati dia menjangkau gagang telepon, dan dengan gerakan yang
seringan itu saja pun, setiap urat ototnya serasa akan putus. “Halo...."

"Jennifer? Di sini Ken."

"Halo, Ken."

"Kedengarannya kau seperti tak beres. Kau tak apa-apa?"

Jennifer berpikir sebentar. "Aku memang merasa tidak sehat. Jam berapa
sekarang ya?"

"Sudah hampir tengah hari. Sebaiknya kau kemari. Kacau sekali di sini."

"Ken.... aku rasanya mau mati."

"Dengarkan. Bangun dari tempat tidurmu — perlahan-lahan

— minum dua butir aspirin dan siramlah badanmu dengan air dingin, kemudian
minumlah secangkir kopi pahit, maka kau barangkali masih bisa hidup lagi."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Waktu Jennifer tiba di kantornya sejam kemudian, dia merasa lebih baik. Tidak
baik benar, pikir Jennifer, tapi lebih baik. Kedua buah telepon sedang berdering
waktu dia memasuki kantor.
"Telepon itu semua untukmu," kata Ken sambil tertawa kecil. "Tak henti-
hentinya sejak tadi pagi! Barangkali kau memerlukan papan penghubung
sendiri."

Telepon-telepon itu dari surat-surat kabar dan majalah-majalah nasional, dari


stasiun-stasiun tv dan radio yang semuanya menginginkan cerita tentang Jennifer
secara terperinci. Dalam waktu semalam saja, dia telah menjadi berita besar.
Adapula telepon-telepon lain, telepon yang telah menjadi impiannya selama ini.
Perusahaan-perusahaan pengacara yang dulu menolaknya, kini meneleponnya
bertanya kapan Jennifer punya waktu untuk menemui mereka.

Di kantornya, di pusat kota, Robert Di Silva berteriak pada asisten satunya. "Kau
harus mengumpulkan semua berita-berita rahasia mengenai Jennifer Parker. Aku
mau tahu semua klien yang ditanganinya. Mengerti?"

"Mengerti, Pak."

"Jalankan!"

“Aku berani sumpah dia bukan orang penting lagi. Seumur hidupnya dia selalu
main senjata."

"Si tolol itu mendatangi aku, minta bantuanku untuk membicarakan tentang dia
pada Mike. Kataku, 'Hei, Kawan, aku ini hanya serdadunya tahu?' Kalau Mike
memang memerlukan seorang penembak baru, dia tak perlu mencari ke lorong-
lorong gelap."

"Dia mau mempermainkan kau, Sal."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, tapi kusikut saja dia. Dia tak punya hubungan apa-apa dalam urusan ini,
kalau tak punya hubungan apa-apa, tidak akan ada artinya."

Mereka sedang bercakap-cakap dalam dapur sebuah rumah pertanian bergaya


Belanda yang sudah berumur tiga ratus tahun, di Negara Bagian New Jersey.

Mereka bertiga dalam ruangan itu: Nick Vito, Joseph Colel a, dan Salvatore
Fiore si 'Bunga Mungil'.
Nick Vito adalah seorang laki-laki berwajah seperti mayat, yang berbibir tipis
hingga hampir tak kelihatan, dan bermata cekung, berwarna hijau, dan tak
bercahaya. Dia mengenakan sepatu yang berharga dua ratus dolar dan kaus kaki
putih.

Josept Colel a 'si Joe Besar' seorang laki-laki yang tinggi besar, seperti tiang
besar dari batu granit, dan bila dia berjalan, tak ubahnya seperti sebuah
bangunan yang bergerak. Seseorang pernah menamakannya kebun sayuran.

'Colel a punya hidung seperti kentang, telinga seperti bunga kol, dan otak seperti
kacang polong.'

Suara Colel a tinggi melengking dan pembawaannya halus menyesatkan. Dia


mempunyai seekor kuda balap dan dia punya perasaan tajam yang tak diragukan
untuk menentukan pemenang dalam balap kuda. Dia mempunyai keluarga yang
terdiri dari seorang istri dan enam orang anak. Dialah dalam menangani pistol,
menyiksa orang, dan menggunakan rantai.

Istri Joe, Carmelina, adalah seorang Katolik yang taat, dan pada hari-hai minggu
bila Colel a tidak sedang bekerja, dia selalu membawa keluarganya ke gereja.

Orang yang ketiga, Salvatore Fiore, hampir hampir seperti orang katai.
Tingginya hanya satu meter lima puluh tujuh sentimeter, dan berat badannya
enam puluh dua setengah kilogram. Wajahnya polos bagai seorang putra altar,
namun cekatan pula dengan pistol maupun pisau. Kaum wanita merasa tertarik
pada laki-laki kecil itu, dan dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membanggakan bahwa kecuali mempunyai seorang istri, dia mempunyai


setengah lusin pacar dan seorang kekasih gelap yang cantik. Fiore pernah
menjadi joki, yang pernah mengikuti balap kuda dari Pimlico sampai ke Tijuana.
Waktu komisaris balap di Hol ywood Park menyingkirkan Fiore dengan tuduhan
telah memberikan obat perangsang pada kudanya, tubuh komisaris itu didapati
terapung di Danau Tahoe seminggu kemudian.

Ketiga laki-laki itu adalah laskar dalam keluarga Antonio Granel i, tetapi
Michael Moretti-lah yang telah menerima mereka bekerja dan mereka menjadl
milik Michael Moretti lahir batin.

Suatu pertemuan keluarga sedang berlangsung di ruang makan. Di ujung meja


duduk Antonio Granel i, pemimpin dari keluarga mafia yang paling kuat di
pantai sebelah timur.

Meskipun sudah berumur tujuh puluh dua tahun, dia masih kelihatan kuat,
berbahu lebar, dan dada bidang seperti seorang buruh dan rambutnya tebal
beruban. Antonio Granel i yang lahir di Palermo, Sisilia, datang di Amerika
waktu dia berumur lima belas tahun dan bekerja di pelabuhan di sebelah barat
daerah Manhattan. Menjelang umur dua puluh satu, dia menjadi tangan kanan
kepala dok. Kedua orang itu bertengkar, dan waktu bos-nya hilang secara
misterius, Antonio Granel i menggantikannya. Siapapun yang ingin bekerja di
dok harus membayarnya. Uangnya dipakainya untuk memanjat mencapai
kekuasaan, dan dia telah memperluas kekuasaannya dengan cepat, meluas ke
bidang membungakan uang dan tipu daya lainnya, pelacuran dan perjudian, juga
obat-obat terlarang, sampai pada pembunuhan. Selama tahun-tahun kegiatannya,
tiga puluh dua kali dia tertangkap, tetapi hanya satu kali dia dijatuhi hukuman,
itu pun atas tuduhan serangan kecil. Granel i adalah orang yang tak kenal belas
kasihan, cerdik dalam permainan kotor yang rendah, dan benar-benar tak kenal
moral.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di sebelah kiri Granel i duduk Thomas Colfax, pengacara keluarga besar itu.
Dua puluh lima tahun lalu lalu, Colfax adalah seorang pengacara perusahaan
yang punya masa depan yang gemilang. Tapi pada suatu hari dia membela
perkara sebuah perusahaan kecil minyak zaitun yang kemudian ternyata
dikendalikan oleh mafia, dan dengan demikian, selangkah demi selangkah, dia
pun terjebak untuk menangani perkara-perkara lain untuk mafia, sampai
akhirnya dalam beberapa tahun keluarga besar Granel i menjadi klien
tunggalnya. Mereka itu merupakan klien yang sangat menguntungkan dan
Thomas Colfax lalu menjadi orang kaya, yang menanamkan sahamnya dalam

perusahaan-perusahaan real estate, dan punya simpanan di bank-bank di seluruh


dunia.

Di sebelah kanan Granel i, duduklah Michafl Moretti, menantunya. Michael


sangat ambisius, suatu sifat yang membuat Granel i kuatir. Michael tak cocok
dalam pola keluarga. Ayahnya, Giovanni seorang sepupu jauh Granel i, tidak
lahir di Sisilia melainkan di Florence. Itu saja sudah membuat keluarga Moretti
itu patut dicurigai — Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang-orang Florence
tak bisa dipercaya.
Giovanni Moretti datang ke Amerika dan membuka sebuah toko sepatu yang
dijalankan dengan jujur. Di toko itu bahkan tak ada kamar belakang untuk
perjudian, peminjaman uang dengan bunga, atau pelacuran. Dia jadi dianggap
bodoh.

Anak Giovanni, Michael, lain sekali. Dia bisa menamatkan sekolahnya di Yale
dan Sekolah Ekonomi Wharton School.

Setelah Michael menamatkan sekolahnya, dia mendatangi ayahnya dengan satu


permintaan: dia ingin menemui keluarga jauhnya, Antonio Granel i. Tukang
sepatu tua itu pergi menemui sepupunya, dan diaturlah suatu pertemuan. Granel i
yakin bahwa Michael akan meminta pinjaman uang supaya dia bisa membuat
suatu perusahaan, mungkin sebuah toko seperti Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

seperti ayahnya yang bodoh itu. Tapi pertemuan ini benar-benar merupakan
suatu kejutan.

"Saya tahu jalan untuk membuat Anda kaya”

begitulah Michael Moretti membuka pembicaraannya.

Antonio Granel i memandang anak muda yang lancang itu dengan terkejut, dan
tersenyum dengan pengertian. "Aku sudah kaya."

"Tidak. Anda hanya menyangka bahwa Anda kaya."

Senyum orang tua itu terhapus. "Bicara tentang apa. kau ini, Anak kecil?"

Maka diceritakanlah oleh Michael Moretti.

Mula-mula Antonio Granel i melangkah dengan berhati-hati, diuji cobanya dulu


setiap petunjuk dari Michael. Ternyata semuanya berhasil dengan gemilang.
Kalau semula keluarga Granel i terlibat dalam kegiatan-kegiatan tak sah yang
menguntungkan maka kini, di bawah pengawasan Michael Moretti usahanya
makin meluas. Dalam waktu lima tahun keluarga besar itu sudah bergerak dalam
belasan perusahaan yang sah, termasuk pengemasan daging, pengadaan bahan-
bahan alat tidur, restoran-restoran, perusahaan-perusahaan pengangkutan dan
obat-obatan. Michael mencari perusahaan-perusahaan yang sedang kembang-
kempis yang memerlukan bantuan keuangan. Maka masuklah keluarga besar itu
sebagai partner kecil dan sedikit demi sedikit mengambil alih perusahaan itu,
dengan menguras habis semua kekayaan yang ada. Perusahaan-perusahaan tua
yang tak bercacat, tibatiba jatuh bangkrut. Perusahaan-perusahaan yang

memperlihatkan keuntungan yang memuaskan tetap

dipertahankan oleh Michael, dan keuntungannya

diperbesarnya, karena para karyawan dalam perusahaan-perusahaan itu dibawahi


oleh satuan-satuannya. Yang menangani asuransi perusahaan-perusahaan
tersebut adalah perusahaan asuransi milik keluarga, dan mereka harus Tiraikasih
Website http://kangzusi.com/

membeli mobil mereka pada penjual-penjual mobil milik keluarga. Michael


menciptakan suatu kaitan kerja sama raksasa, suatu rangkaian perusahaan yang
terus-menerus memeras nasabah — sedang susunya mengalir untuk

keluarga.

Dengan semua keberhasilannya itu, Michael Moretti tetap menyadari bahwa dia
punya masalah. Bila dia sudah menunjukkan pada Antonio Granel i, jalan untuk
mencapai suatu perusahaan yang sah dan aman dan sangat

menguntungkan, maka Granel i akan melemparnya ke luar.

Penghasilannya besar, karena sejak semula dia sudah minta pada Granel i untuk
memberinya suatu persentase dari semua penghasilan perusahaan, yang pada
sangka orang, kecil jumlahnya. Tetapi setelah gagasan-gagasan Michael mulai
memberikan hasil dan keuntungan-keuntungan mulai mengalir, Granel i mulai
berpikir lagi. Secara kebetulan, Michael mendengar bahwa Granel i telah
mengadakan rapat untuk membahas apa yang harus dilakukan keluarga besar
terhadap dirinya.

"Aku tak suka semua uang itu mengalir pada anak itu,"

kata Granel i pada rapat itu. "Kita singkirkan saja dia."

Michael lalu membatalkan rencana itu dengan mengawini salah seorang anggota
keluarga itu. Rosa, putri tunggal Antonio Granel i berumur sembilan belas tahun.
Ibunya telah meninggal waktu melahirkan dia. Rosa dibesarkan dalam biara, dan
hanya dalam masa libur dia di zinkan pulang.

Ayahnya memujanya, dan ayahnya itu berusaha supaya dia selalu dilindungi.
Pada suatu libur sekolah waktu Paskah, Rosa bertemu dengan Michael Moretti.
Dan dia kembali ke biara dalam keadaan tergila-gila pada Michael. Bila dia
sedang seorang diri, dia selalu terbayang akan ketampanan laki-laki yang
berambut dan bermata hitam itu.

Antonio Granel i tetap menyangka bahwa putrinya itu berpikir dia hanya seorang
pengusaha biasa yang berhasil.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi setelah bertahun-tahun, teman-teman sekelas Rosa menunjukkan tulisan


dalam surat-surat kabar dan majalah-majalah mengenai ayahnya dan usahanya
yang sebenarnya.

Dan setiap kali pemerintah mencoba untuk menangkap dan menghukum salah
seorang anggota keluarga Granel i, Rosa selalu tahu. Dia tak pernah
membahasnya dengan ayahnya, dan oleh karenanya orang tua itu selalu senang
karena menyangka bahwa putrinya tak tahu apa-apa, dan bahwa dia tidak akan
tahu yang sebenarnya.

Bila saja orang tua itu mengetahui yang sebenarnya, dia pasti akan amat terkejut,
karena Rosa menganggap perusahaan-perusahaan ayahnya itu amat menarik dan
mendebarkan. Gadis itu membenci disiplin yang diterapkan para biarawati dalam
biara, dan kebencian itu membuatnya jadi membenci semua yang berkuasa. Dia
melamunkan ayahnya sebagai seorang Robin Hood, yang melawan kekuasaan
dan menantang pemerintah. Dan karena Michael Moretti adalah seseorang yang
penting dalam organisasi ayahnya, maka orang muda itu jadi bertambah
menarik.

Sejak semula, Michael sangat berhati-hati dalam

menghadapi Rosa. Bila dia berhasil berduaan saja dengan gadis itu, mereka
berciuman dan bermesraan dengan hangat, tetapi Michael tak pernah mau
berbuat lebih jauh dari itu.

Rosa masih hijau, dan dia mau — bahkan ingin sekali —


menyerahkan dirinya pada laki-laki yang dicintainya itu. Tetapi Michael
mencegahnya.

"Aku terlalu menaruh hormat padamu, Rosa, jadi aku tak mau menidurimu
sebelum kita menikah."

Sebenarnya Antonio Granel i-lah yang terlalu dihormatinya.

Salah-salah bisa dipenggalnya kepalaku, pikir Michael.

Maka pada saat Antonio Granel i sedang membahas cara yang terbaik untuk
menyingkirkan Michael Moretti, Michael dan Rosa datang padanya dan
memberitahukan bahwa mereka saling mencintai dan ingin menikah. Laki-laki
tua itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berteriak dan mengamuk serta memberikan seribu satu alasan bahwa hal itu tak
mungkin dilakukan. Namun akhirnya, cinta sejati jugalah yang menang dan
Michael dan Rosa dinikahkan dengan upacara besar-besaran.

Setelah pesta perkawinan, orang tua itu memanggil Michael. "Rosa adalah
milikku satu-satunya, Mike. Jagalah dia baik-baik."

"Akan kujaga dia, Tony."

"Kau akan kuawasi benar-benar. Sebaiknya kaubahagiakan dia. Kau tahu apa
maksudku bukan, Mike?"

"Aku tahu apa maksudmu."

"Jangan main pelacur atau punya kekasih gelap. Mengerti?

Rosa suka memasak. Jadi usahakan supaya kau pulang makan setiap malam.
Kau harus menjadi menantu yang dapat dibanggakan."

"Aku akan berusaha keras sekali, Tony."

"Oh, omong-omong, Mike," kata Granel i lagi, "karena kau sekarang sudah
menjadi seorang anggota keluarga, perjanjian komisi yang selama ini kuberikan
tentu harus kita ubah."
Michael menepuk lengan orang tua itu. "Terima kasih, Papa, tapi itu sudah
cukup untuk kami. Aku akan bisa membelikan Rosa apa saja yang di ngininya."

Michael pergi, dan orang tua itu menatapnya dari belakang.

Itu terjadi tujuh tahun yang lalu, dan tahun-tahun berikutnya amat
menyenangkan Michael. Rosa adalah teman hidup yang menyenangkan dan tak
rewel, dan wanita itu memujanya — namun Michael tahu bahwa bila istrinya itu
meninggal atau pergi meninggalkannya, dia akan bisa hidup terus tanpa wanita
itu. Dengan mudah dia akan menemukan orang lain untuk melakukan apa-apa
yang dilakukan Rosa untuknya. Cintanya pada Rosa tidak mendalam. Michael
juga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merasa bahwa dia tidak akan bisa mencintai manusia lain.

Rasanya ada sesuatu yang kurang pada dirinya.

Dia tak punya perasaan terhadap manusia, yang ada hanya terhadap binatang.
Pada ulang tahunnya yang kesepuluh, Michael diberi seekor anak anjing. Mereka
berdua jadi tak terpisahkan. Enam minggu setelah itu, anjing itu mati dalam
suatu kecelakaan tabrak lari, dan waktu ayahnya menawarkan untuk
membelikannya seekor anjing lagi, anak itu menolak.

Sejak itu dia tak pernah memiliki anjing lagi.

Michael tumbuh dan memperhatikan ayahnya yang bekerja mati-matian untuk


mendapatkan uang sedikit, dan Michael lalu memutuskan bahwa hal itu tidak
akan terjadi atas dirinya.

Sejak pertama kali dia mendengar orang berkata tentang Antonio Granel i,
saudara sepupu jauh ayahnya yang terkenal itu, dia sudah tahu apa yang di
ngininya. Di Amerika Serikat ada dua puluh enam keluarga mafia, lima
diantaranya di New York City, dan keluarga yang dipimpin oleh Antonio
saudaranya itu, adalah yang terkuat. Sejak masa kecilnya, Michael suka sekali
mengikuti kisah-kisah tentang mafia.

Ayahnya menceritakan padanya tentang kejadian pada suatu malam mengenai


kaum Vesper di Sisilia, yaitu pada tanggal sepuluh September seribu sembilan
ratus tiga puluh satu.
Malam itu kekuasaan beralih tangan. Dalam satu malam itu saja, suatu kelompok
dalam mafia yang menamakan dirinya the Young Turks telah melakukan
perebutan kekuasaan yang berdarah, di mana lebih dari empat puluh orang dari
kelompok Mustache Petes tersapu habis. Mereka itu adalah pengawal tua yang
datang dari Italia dan Sisilia.

Michael adalah dari generasi baru. Dia telah menghapuskan pikiran-pikiran tua
dan telah membawakan gagasan-gagasan baru. Suatu badan yang terdiri dari
sembilan orang mengendalikan keluarga itu sekarang, dan Michael yakin bahwa
pada suatu hari dialah yang akan memimpin badan itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kini Michael memperhatikan kedua laki-laki yang duduk bersamanya, di meja


makan di rumah pertanian New Jersey itu. Antonio Granel i tinggal beberapa
tahun lagi umurnya, untung-untung tidak terlalu lama lagi.

Thomas Colfax-lah yang merupakan musuhnya sekarang.

Sejak semula pengacara itu sudah tidak suka padanya.

Dengan bertambahnya pengaruh Michael atas diri orang tua itu, pengaruh Colfax
makin berkurang.

Michael makin banyak memasukkan anak buahnya sendiri ke dalam organisasi.


Orang-orang seperti Nick Vito, Salvatore Fiore, dan Joseph Colel a yang setia
mati-matian padanya.

Thomas Colfax tidak menyukai hal itu.

Waktu Michael tertangkap karena pembunuhan atas diri Ramos bersaudara, dan
Camilo Stel a bersedia menjadi saksi yang memberatkannya dalam sidang
pengadilan, pengacara itu berharap supaya akhirnya dia akan bisa
menyingkirkan Michael, karena jaksa telah mempersiapkan perlawanan yang
hebat sekali.

Michael mencari jalan ke luar tengah malam. Pukul empat subuh dia keluar ke
tempat telepon umum dan menelepon Joseph Colel a.

"Minggu depan ada beberapa pengacara baru yang akan disumpah menjadi staf
Jaksa. Bisakah kau mencarikan nama-nama mereka?"

"Tentu, Mike. Gampang."

"Satu hal lagi. Teleponlah ke Detroit, suruh orang-orang kita di sana


menerbangkan salah seorang anak buahnya —

salah seorang yang tak pernah tertangkap." Kemudian Michael menggantungkan


gagang telepon.

Dua minggu kemudian, Michael Moretti duduk di ruang sidang, memperhatikan


para asisten jaksa yang baru.

Diperhatikannya mereka itu dengan cermat, matanya beralih Tiraikasih Website


http://kangzusi.com/

dari satu wajah ke wajah yang lain, mencari dan menilai. Apa yang
direncanakannya memang berbahaya, tetapi amat berani dan bisa membawa
hasil. Dia berurusan dengan pemula-pemula muda yang masih akan terlalu
gugup hingga tidak akan bertanya banyak. Mereka tentu ingin sekali membantu
dan ingin sekali menonjolkan diri. Yah, pokoknya seorang di antaranya akan
menonjol.

Michael akhirnya menjatuhkan pilihannya pada Jennifer Parker. Dia memilihnya


karena melihat bahwa gadis itu belum berpengalaman serta tegang, tetapi
berusaha untuk menyembunyikannya. Michael memilihnya karena dia adalah
wanita, dan wanita lebih mudah merasa tertekan daripada pria. Setelah Michael
merasa yakin akan pilihannya, dia menoleh pada seorang laki-laki yang
bersetelan abu-abu yang duduk di antara para penonton, lalu mengangguk ke
arah Jennifer. Hanya itu saja.

Michael memperhatikan waktu jaksa selesai menanyai si keparat Camilo Stel a.


Jaksa itu berpaling pada Thomas Colfax dan berkata, Silakan menanyai saksi.
Thomas Colfax bangkit. Jika berkenan, Yang Mulia, sekarang sudah hampir
tengah hari. Saya lebih suka kalau tanya-jawab saya tidak terganggu. Bolehkah
saya mohon agar sidang di stirahatkan untuk makan siang sekarang dan saya
akan mengadakan tanya-jawab saya nanti petang.

Dan Hakim menyatakan penundaan sidang. Kinilah saatnya!


Michael melihat anak buahnya berjalan dengan santai menggabungkan diri
dengan orang-orang yang sedang mengelilingi jaksa. Laki-laki tadi menyatu
dengan kumpulan orang-orang itu. Beberapa saat kemudian dia berjalan ke arah
Jennifer dan memberikan sebuah amplop besar. Michael tetap duduk saja sambil
menahan napasnya, memperhatikan apakah Jennifer mau menerima amplop itu.
Ternyata menerimanya dan berjalan ke arah tempat saksi. Setelah gadis itu
kembali tanpa amplop itu, barulah Michael Moretti lega.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Itu terjadi setahun yang lalu. Sejak itu surat-surat kabar telah menyalib gadis itu,
tetapi itu adalah masalah gadis itu sendiri. Michael tidak lagi menaruh perhatian
pada Jennifer Parker, sampai baru-baru ini surat-surat kabar mulai lagi
memberitakan tentang sidang Abraham Wilson. Surat-surat kabar itu telah
mengungkit-ungkit kembali sidang perkara Michael Moretti dulu itu, dan peran
Jennifer Parker dalam perkara itu. Mereka memuat foto gadis itu. Gadis itu
menarik, namun ada sesuatu yang lebih penting — tampak suatu kesadaran
kebebasan pada dirinya dan hal itu menggelitik hati Michael. Lama dia
mengamat-amati foto itu.

Michael mulai mengikuti sidang Abraham Wilson dengan perhatian yang makin
besar. Waktu anak buahnya merayakan pesta kemenangan setelah sidang perkara
Michael dinyatakan batal, Salvatore Fiore mengangkat gelasnya dan berkata,

"Dunia telah menyingkirkan seorang pengacara lagi."

Tetapi ternyata dunia tidak lagi menyingkirkan gadis ini, pikir Michael. Jennifer
telah bangkit kembali dan masih tetap ada serta berjuang. Michael suka akan hal
itu.

Dilihatnya gadis itu di layar tv semalam, membahas kemenangannya atas Robert


Di Silva, dan anehnya, Michael merasa ikut senang.

Waktu menonton itu, Antonio Granel i bertanya, "Bukankah dia yang kauperalat
dulu itu, Mike?"

"Ya. Dia cerdas, bukan? Mungkin kita bisa memakainya kelak."

10
Sehari setelah keputusan terhadap Abraham Wilson, Adam Warner menelepon.
"Aku menelepon hanya akan mengucapkan selamat."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer langsung mengenali suaranya; dia tak menyangka bahwa hatinya akan
bisa begitu tergetar.

"Di sini....”

"Aku sudah tahu." Ya Tuhan, pikir Jennifer, Mengapa kukatakan? Adam tak
perlu tahu betapa

seringnya dia memikirkannya beberapa bulan terakhir ini.

"Aku ingin menyatakan pendapatku bahwa kau telah menangani perkara


Abraham Wilson itu dengan hebat sekali.

Kau memang pantas menang."

"Terima kasih." Dia akan segera mengakhiri pembicaraannya, pikir Jennifer.


Aku tidak akan pernah bertemu dengan dia lagi. Dia mungkin terlalu sibuk
dengan kumpulan gadis-gadisnya.

Padahal Adam Warner berkata lagi, "Apakah kau kira-kira mau makan malam
denganku kapan-kapan?"

"Bagaimana kalau malam ini?" Ah, laki-laki tak suka gadisgadis yang terlalu
berhasrat begitu, tegurnya pada dirinya sendiri.

Jennifer mendengar nada senyum dalam suara Adam waktu dia berkata, "Sayang
sekali, tapi Jumat malam nanti aku baru akan bebas. Apakah kau akan sibuk?"

"Tidak." Hampir saja dia berkata, Tentu saja tidak.

"Apakah akan kujemput kau?"

Jennifer ingat akan apartemennya yang kecil dan suram, dengan sofa yang
pernya berbenjol-benjol dan meja seterika di sudut kamar. "Akan lebih mudah
bila kita bertemu di suatu tempat."
"Apakah kau suka makanan di Lutece?"

"Bolehkah aku menilainya setelah kita makan di sana?"

Adam tertawa. "Bagaimana kalau jam delapan?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, jam delapan."

Alangkah senangnya. Jennifer meletakkan kembali gagang telepon dan duduk


dengan perasaan seolah-olah berada dalam bara kesenangan. Aneh sekali,
pikirnya. Mungkin dia sudah menikah dan punya anak dua lusin. Yang dilihat
Jennifer pertama-tama kali tentang Adam waktu mereka makan malam bersama
dulu itu, adalah bahwa dia tidak memakai cincin kawin. Kenyataan yang belum
bisa

memberikan kesimpulan, pikir Jennifer kesal. Seharusnya ada undang-undang


yang mengharuskan para suami memakai cincin kawin.

Ken Bailey memasuki kantor. "Bagaimana pembela top kita?" Dia melihat ke
Jennifer dengan lebih teliti lagi. "Kau kelihatan seolah-olah baru saja menelan
seorang klien."

Jennifer ragu sebentar, lalu berkata, "Ken, maukah kau menolongku menyelidiki
seseorang?"

Ken berjalan ke meja tulis Jennifer, mengambil sebuah buku notes dan pensil.
"Katakan siapa dia?"

Jennifer sudah akan menyebutkan nama Adam, lalu

berhenti, dan merasa dirinya goblok. Apa urusannya mau mengorek-ngorek


kehidupan pribadi Adam Warner? Demi Tuhan, pikirnya, dia hanya mengajakmu
makan malam saja, bukan akan mengajakmu kawin. "Sudahlah."

Ken meletakkan pensil kembali. "Terserah."

"Ken...."
"Ya?"

"Adam Warner. Namanya Adam Warner."

Ken memandanginya dengan terkejut. "Aduh, kau tak perlu menyuruhku


menyelidiki dia. Baca saja surat-surat kabar."

"Apa yang kauketahui tentang dia?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ken Bailey menjatuhkan dirinya ke sebuah kursi di seberang Jennifer dan


mempertautkan jari-jarinya. "Coba ya.

Dia adalah patner dalam perusahaan pengacara Needham, Finch, dan Warner;
tamatan fakultas hukum di Harvard; berasal dari keluarga kaya dan banyak
dikenal masyarakat; berumur pertengahan tiga puluhan —"

Jennifer memandangnya dengan keheranan. "Bagaimana kau bisa tahu sebanyak


itu tentang dia?"

Ken mengedipkan matanya. "Aku punya banyak teman di kalangan tinggi. Ada
desas-desus orang akan menyuruhnya mencalonkan diri untuk keanggotaan
Senat Amerika Serikat.

Katanya bahkan ada kemungkinan untuk kedudukan presiden.

Dia punya apa yang disebut kharisma."

Jelas punya, pikir Jennifer. Dia mencoba berkata dengan nada ringan.
"Bagaimana dengan kehidupan pribadinya?"

Ken Bailey memandanginya dengan pandangan aneh. "Dia menikah dengan


putri seorang bekas sekretaris Angkatan Laut. Wanita itu adalah keponakan
Needham, patner Warner dalam perusahaannya."

Hati Jennifer serasa membeku. Jadi begitulah.

Ken masih memperhatikannya, keheranan. "Mengapa kau tiba-tiba menaruh


perhatian pada Adam Warner?"
"Hanya mau tahu saja."

Lama setelah Ken Bailey pergi, Jennifer masih saja duduk, memikirkan Adam
Warner. Dia mengajakku makan malam sekedar basa-basi dalam satu profesi.
Dia hanya ingin memberi selamat padaku. Tapi dia sudah mengucapkan
selamatnya melalui telepon tadi. Masa bodoh. Pokoknya aku akan bertemu lagi
dengan dia. Apakah dia akan ingat mengatakan bahwa dia punya istri. Tentu saja
tidak. Yah, aku akan makan malam bersama Adam malam Sabtu nanti, dan itu
akan merupakan akhir dari segala-galanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Senja hari itu Jennifer menerima telepon dari Peabody and Peabody. Tuan
Peabody Senior sendiri yang berbicara.

"Sudah beberapa lama saya ingin membicarakan hal ini,"

katanya. "Saya ingin makan siang bersama Anda, sekali waktu."

Jennifer tahu bahwa orang tua itu punya maksud tertentu, meskipun bicaranya
santai. Jennifer yakin pula bahwa keinginannya untuk makan siang bersamanya
itu baru timbul setelah dia membaca tentang hasil perkara Abraham Wilson.

Orang tua itu ingin bertemu dengannya, pasti bukan untuk membicarakan
tentang tugas menyampaikan surat-surat panggilan ke pengadilan lagi.

"Bagaimana kalau besok?" usul pria itu. "Di klub saya."

Besok harinya mereka bertemu untuk makan siang. Pak Tua Peabody adalah
seorang laki-laki kurus yang pucat, serupa benar dengan putranya. Vest-nya tak
berhasil menyembunyikan perutnya yang agak gendut. Jennifer tak suka pada
laki-laki itu, seperti juga dia tidak menyukai putranya.

"Di kantor kami ada lowongan untuk seorang pengacara muda yang cerdas,
Nona Parker. Kami bisa menawarkan lima belas ribu dolar setahun sebagai
permulaan."

Jennifer mendengarkan orang tua itu, sambil berpikir betapa besarnya arti
tawaran itu baginya setahun yang lalu, waktu dia mati-matian membutuhkan
mata pencaharian, memerlukan seseorang yang mempercayainya.
"Saya yakin bahwa beberapa tahun lagi Anda bahkan akan bisa menjadi partner
dalam perusahaan kami."

Lima belas ribu dolar dan kemungkinan untuk menjadi patner. Jennifer
membayangkan kantor kecil yang

ditempatinya bersama Ken, dan apartemennya yang kecil, Tiraikasih Website


http://kangzusi.com/

yang usang, yang terlalu tinggi di tingkat empat, dengan alat pemanas tiruan.

Karena Jennifer diam, Tuan Peabody menyangka bahwa itu adalah pertanda dia
setuju. "Bagus. Kami ingin Anda mulai secepat mungkin. Saya rasa Anda bisa
mulai hari Senin.

Saya....”

"Tidak."

"Yah, kalau belum bisa hari Senin....”

"Maksud saya, tidak, saya tidak bisa menerima tawaran Anda, Tuan Peabody,"
kata Jennifer, dan dia merasa heran sendiri.

"Saya mengerti." Orang tua itu berhenti sebentar. "Mungkin kami bisa mulai
dengan memberi Anda dua puluh ribu dolar setahun." Dia melihat air muka
Jennifer. "Atau dua puluh lima ribu. Sebaiknya Anda pikirkan dulu."

"Saya sudah memikirkannya. Saya akan tetap berusaha sendiri."

Klien-klien mulai berdatangan. Tidak banyak benar dan tidak lancar sekali,
namun ada klien. Kantor itu sudah mulai terasa terlalu kecil untuk Jennifer.

Pada suatu pagi, setelah Jennifer terpaksa membiarkan dua orang klien
menunggu di luar dalam gang, karena dia sedang berbicara dengan seorang klien
lain, Ken berkata, "Tak bisa terus-menerus begini. Kau harus keluar dari sini dan
mencari kantor sendiri di tengah kota."

Jennifer mengangguk. "Aku tahu. Aku pun sudah memikirkannya juga."


Ken menyibukkan dirinya dengan beberapa surat-surat supaya dia tak perlu
bertemu pandang dengan Jennifer. "Aku akan kehilangan kau."

"Bicara tentang apa kau itu? Kau tentu harus ikut aku."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beberapa saat lamanya kata-kata itu baru terserap olehnya.

Ken mengangkat mukanya dan wajahnya yang berbintik-bintik itu berkerut


karena dia tertawa lebar.

"Ikut kau?" Lalu dia memandang ke seluruh pelosok kamar sempit yang tak
berjendela itu. "Meninggalkan ini semua?"

Minggu berikutnya, Jennifer dan Ken Bailey pindah ke sebuah kantor yang lebih
besar di blok lima ratus, Fifth Avenue. Tempat itu berperabot sederhana, dan
terdiri dari tiga kamar kecil: sebuah untuk Jennifer, sebuah untuk Ken, dan
sebuah lagi untuk seorang sekretaris.

Sekretaris yang mereka terima adalah seorang gadis remaja, bernama Cynthia El
man, baru saja tamat dari New York University.

Untuk sementara, tidak akan banyak pekerjaan

untukmu," kata Jennifer meminta pengertiannya, "tapi kita akan maju perlahan-
lahan."

"Oh, saya yakin, Nona Parker." Suaranya mengandung nada pemujaan terhadap
seorang

pahlawan.

Dia ingin seperti aku, pikir Jennifer. Dijauhkan Tuhan hendaknya hal itu!

Ken Bailey masuk dan berkata, "Hei, aku jadi kesepian dalam kamar kerja
sebesar itu seorang diri. Mari kita makan malam dan nonton nanti malam."

"Aku rasanya...." Jennifer merasa letih dan dia masih harus membaca beberapa
catatan, tetapi Ken adalah sahabatnya yang terbaik dan dia tak dapat
menolaknya.

"Senang sekali."

Mereka nonton film yang berjudul Applaus, dan

Jennifer amat menyukainya. Lauren Bacall benar-benar memikat. Setelah


nonton, Jennifer makan di Restoran Sardi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah mereka memesan makanan, Ken berkata, "Aku punya dua karcis untuk
pertunjukan balet malam Sabtu nanti."

Kupikir sebaiknya kita...."

"Maaf, Ken. Aku sibuk malam Sabtu," kata Jennifer.

"Oh." Suaranya terdengar hambar sekali.

Sekali-sekali Jennifer mendapatkan Ken menatapinya bila dia menyangka tak


seorang pun melihatnya, dan Jennifer merasa sulit untuk menafsirkan air muka
Ken. Dia tahu bahwa Ken kesepian, meskipun Ken tidak pernah berbicara
tentang teman-temannya dan tak pernah berkata-kata tentang hidup pribadinya.
Jennifer tak bisa lupa akan apa yang pernah diceritakan Otto padanya, dan dia
ingin tahu apakah Ken sendiri tahu apa yang diharapkannya dari hidup ini. Dia
ingin sekali mendapatkan jalan untuk membantu Ken.

Jennifer merasa seolah-olah hari Jumat tak kunjung tiba.

Dengan makin mendekatnya janji makan malamnya bersama Adam Warner,


Jennifer merasa bertambah sulit untuk memusatkan perhatiannya pada segala
urusannya. Dia terus-menerus memikirkan Adam. Dia tahu dia bodoh. Baru
sekali dalam hidupnya dia bertemu dengan laki-laki itu, namun dia tak dapat
menghilangkannya dari pikirannya. Jennifer mencoba berpikiran sehat dengan
mengatakan pada dirinya sendiri bahwa itu semua adalah karena laki-laki itu
telah menyelamatkannya waktu dia sedang menghadapi

kemungkinan-kemungkinan haknya dicabut, kemudian mendatangkan klien-


klien baginya. Itu memang benar, tetapi Jennifer tahu bahwa soalnya lebih dari
itu. Itu adalah sesuatu yang tak dapat dijelaskannya, bahkan tidak pada dirinya
sendiri. Perasaan itu tak pernah dialaminya, rasa tertarik yang tak pernah
dialaminya terhadap laki-laki mana pun juga. Dia ingin tahu bagaimana istri
Adam. Dia pasti salah seorang wanita terpilih, yang setiap hari Rabu memasuki
pintu merah di Toko Elizabeth Arden untuk mempercantik dirinya, dari ujung
rambut sampai ke ujung kakinya. Kulitnya pasti mulus Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

dan penampilannya jauh dari sederhana, dengan keanggunan seorang wanita


terkenal yang kaya.

Pada pagi hari Jumat yang dirasanya hari ajaib itu, pukul sepuluh, Jennifer
membuat janji dengan sebuah toko penata rambut baru dari Italia, yang menurut
kata Cynthia selalu didatangi oleh para foto model. Pukul setengah sebelas
Jennifer membatalkannya. Pukul sebelas dia membaharui janji itu.

Ken Bailey mengajak Jennifer makan siang, tetapi dia terlalu gugup hingga tak
bisa makan apa-apa. Dia lalu pergi berbelanja di Toko Bendel, di mana dia
membeli baju sifon pendek berwarna hijau tua, sewarna dengan matanya,
sepasang sepatu coklat, dan dompet yang warnanya senada.

Dia tahu bahwa dia telah berbelanja terlalu banyak, jauh melebihi
kemampuannya, tetapi dia rasanya tak dapat mengekang dirinya.

Dia melewati bagian yang menjual parfum waktu dia akan keluar, dan dengan
keinginan yang gila-gilaan, yang tiba-tiba datangnya, dibelinya sebotol parfum
Joy. Benar-benar gila, karena laki-laki itu sudah menikah.

Pukul lima Jennifer pulang untuk berganti pakaian. Dia menghabiskan waktu
dua jam untuk mandi dan berdandan untuk Adam, dan setelah selesai
diperhatikannya dirinya baik-baik di cermin. Kemudian dia merusak rambutnya
yang sudah ditata begitu rapi, lalu di katnya saja ke belakang dengan pita hijau.
Begini lebih baik, pikirnya. Aku seorang ahli hukum yang akan pergi makan
malam bersama seorang ahli hukum lain.

Tetapi waktu pintu rumahnya ditutupnya, dalam ruangan itu masih tertinggal bau
harum mawar dan melati.

Restoran Lutece jauh dari yang diharapkan Jennifer.


Bendera kebangsaan Prancis berkibar di atas jalan masuk rumah kecil itu. Di
dalamnya, sebuah gang sempit menuju ke sebuah bar kecil dan lebih jauh lagi
terdapat sebuah ruangan terbuka yang cerah dan ceria, dengan kursi rotan untuk
teras Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan alas meja berkotak-kotak. Jennifer disambut di pintu oleh pemiliknya, Andre
Soltner.

"Dapatkah saya membantu Anda?"

"Saya ada janji untuk bertemu dengan Tuan Adam Warner.

Saya rasa saya telah datang terlalu awal."

Laki-laki itu menunjuk ke bar kecil. "Barangkali Anda ingin minum sementara
menunggu, Nona Parker?"

"Menyenangkan sekali," kata Jennifer. "Terima kasih."

"Akan saya suruh orang melayani Anda."

Jennifer mengambil tempat duduk, dan dengan senang memperhatikan para


wanita yang penuh dengan perhiasan dan memakai mantel bulu binatang, yang
berdatangan bersama pengiring mereka. Jennifer sudah pernah mendengar dan
membaca tentang Lutece. Tempat itu dikenal sebagai restoran yang paling
disukai oleh Jacqueline Kennedy dan makanannya enak sekali.

Seorang laki-laki beruban dan kelihatannya sebagai orang terkemuka,


mendatangi Jennifer dan berkata, "Tidak keberatan kan kalau saya menyertai
Anda sebentar?"

Jennifer menjadi tegang. "Saya sedang menunggu seseorang," katanya.


"Sebentar lagi dia...."

Laki-laki itu tersenyum lalu duduk. "Saya bukan akan menyerobot, Nona
Parker."

Jennifer memandangnya dengan heran, dia tak berhasil mengingat-ingat siapa


orang itu.
"Saya Lee Browning, dari kantor Hol and and Browning."

Kantor itu adalah salah satu perusahaan pengacara yang punya nama baik di
New York. "Saya hanya akan mengucapkan selamat pada Anda atas keberhasilan
Anda pada sidang Wilson."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih, Tuan Browning."

"Anda benar-benar berani mengadu untung. Perkara itu sebenarnya tak punya
harapan menang." Laki-laki itu memperhatikan Jennifer sebentar. "Biasanya, bila
kita berada di pihak yang bersalah dalam suatu perkara yang tak bisa dibela lagi,
kita harus berusaha supaya tidak disebarluaskan.

Rahasia pers adalah: menyanjung yang menang, sedang yang kalah ditendang.
Anda telah mengecoh kami semua. Sudahkah Anda memesan minuman?"

"Belum."

"Bolehkah saya...." Dia memanggil seorang pelayan.

"Victor, tolong bawakan kami sebotol sampanye, merek Dom Perignon."

"Baik, Tuan Browning."

Jennifer tersenyum. "Apakah Anda sedang mencoba mempengaruhi saya?"

Laki-laki itu tertawa terbahak. "Saya akan berusaha untuk menawari Anda
pekerjaan. Saya rasa Anda sudah banyak mendapat tawaran, ya?"

"Ada beberapa."

"Perusahaan kami terutama menangani perkara-perkara yang berhubungan


dengan perusahaan, Nona Parker, tetapi beberapa di antara klien kami yang
terkemuka, kadang-kadang tergelincir juga dan memerlukan seorang pembela
kriminal. Saya rasa kami bisa menawarkan gaji permulaan yang menarik.
Maukah Anda mampir ke kantor saya untuk membicarakannya?"

"Terima kasih, Tuan Browning. Saya merasa mendapat kehormatan, tapi saya
baru saja pindah ke kantor saya yang baru. Saya berharap kantor saya itu akan
maju."

Lama laki-laki itu memandanginya. "Pasti akan maju".

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia mengangkat matanya waktu seseorang mendekat, lalu bangkit dan


mengulurkan tangannya. "Adam, apa kabar?"

Jennifer mendongak melihat Adam Warner, yang sedang bersalaman dengan Lee
Browning. Jantung Jennifer mulai berdebar keras dan dia merasa wajahnya
memanas. ‘Gila, aku jadi seperti gadis ingusan'.

Adam Warner melihat pada Jennifer dan Browning lalu berkata, "Sudah saling
mengenal rupanya kalian berdua?"

"Kami baru saja akan saling lebih mengenali," kata Lee Browning seenaknya.
"Kau tiba agak terlalu cepat."

"Atau tepat pada waktunya." Adam menggandeng tangan Jennifer. "Mudah-


mudahan lain kali kau lebih beruntung, Lee."

Kepala pelayan mendatangi mereka. "Apakah Anda akan menempati meja Anda
sekarang, Tuan Warner, atau apakah Anda ingin minum di bar dulu?"

"Kami akan langsung ke meja kami, Henri."

Setelah mereka duduk, Jennifer melihat ke sekeliling ruangan itu dan mengenali
beberapa orang yang terkenal.

"Tempat ini rasanya seperti ruang Apa dan Siapa dalam sebuah majalah saja,"
katanya.

"Sekarang memang begitu," kata Adam sambil memandanginya.

Jennifer merasa wajahnya memanas lagi. Hentikan, Goblok.

Dia membayangkan berapa banyak gadis yang telah diajak Adam Warner
kemari, sedang istrinya duduk menunggunya di rumah. Dia berpikir apakah
mereka itu tahu bahwa laki-laki itu sudah menikah, atau apakah laki-laki itu
selalu berhasil merahasiakannya dari mereka. Yah, Jennifer merasa dirinya lebih
beruntung. Kau akan terkejut, Tuan Warner, pikir Jennifer.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka memesan makanan dan minuman, dan asyik

membicarakan soal tetek-bengek. Jennifer lebih sering

membiarkan Adam yang berbicara. Laki-laki itu pandai

bercanda dan menarik, tetapi Jennifer merasa tertarik bukan

karena itu. Hal itu tak mudah. Dia tersenyum mendengar

lelucon-leluconnya, dan menertawakan kisah-kisahnya.

Itu semuanya tak ada gunanya baginya, pikir Jennifer

sendiri. Dia tak ingin menggoda. Ingatan akan ibunya tetap

menghantuinya. Dia menyimpan suatu perasaan mendalam

yang tak berani dicarinya sendiri, takut pula untuk

melepaskannya.

Mereka sedang makan makanan penutup dan Adam belum

juga mengucapkan sepatah kata pun yang bisa disalah

tafsirkan. Jennifer telah membangun pertahanannya sia-sia,

membendung serangan yang tak pernah menjadi kenyataan,

dan dia merasa dirinya bodoh. Dia ingin tahu apa gerangan

yang akan dikatakan Adam bila dia tahu apa yang dipikirkan

Jennifer sepanjang malam. Jennifer tersenyum memikirkan


kegenitannya sendiri.

"Aku belum saja mendapatkan kesempatan untuk

mengucapkan terima kasih untuk klien-klien yang kaukirimkan

padaku," kata Jennifer. "Aku meneleponmu beberapa kali,

tapi...."

"Aku tahu." Adam ragu-ragu, lalu menambahkan dengan

kaku, "Aku tak mau membalas teleponmu."

Jennifer memandangnya dengan terkejut.

"Aku takut," katanya terus terang.

Nah, kata-kata itu sudah diucapkan. Adam telah membuatnya terkejut, dia telah
menjebak laki-laki itu dalam keadaan lengah, namun maksud kata-kata itu sudah
jelas. Jennifer tahu apa yang akan dikatakannya selanjutnya. Dan Jennifer tak
ingin Adam mengucapkannya. Jennifer tak ingin Adam seperti laki-laki yang
lain, laki-laki yang sudah beristri Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang berpura-pura mengaku masih bujangan. Jennifer sangat benci pada laki-laki
yang begitu, dan dia tak mau membenci laki-laki ini.

"Jennifer," kata Adam dengan tenang, "aku ingin kau tahu aku sudah beristri."

Jennifer diam saja, menatapnya dengan mulut setengah terbuka.

"Maafkan aku. Dari dulu aku seharusnya

memberitahukannya padamu." Adam tersenyum pahit. "Yah, sebenarnya tak ada


batas waktu untuk itu, bukan?"

Jennifer merasa bingung. "Meng.... mengapa kau mengajakku makan malam,


Adam?"

"Karena aku ingin bertemu lagi denganmu."


Semuanya mulai kelihatan tak wajar bagi Jennifer. Dia merasa seolah-olah
ditarik ke bawah oleh suatu gelombang pasang raksasa. Dia mendengarkan saja
apa-apa yang dikatakan Adam tentang perasaannya, dan dia tahu bahwa setiap
perkataan itu adalah benar. Dia tahu itu, karena perasaannya pun demikian pula.
Ingin dia menyuruh Adam berhenti sebelum dia berkata terlalu banyak. Namun
dia ingin pula agar Adam berbicara terus.

"Kuharap aku tidak menyakiti hatimu," kata Adam.

Adam tiba-tiba kelihatan malu dan hati Jennifer jadi tergetar "Adam, a.... aku...."

Adam melihat padanya, dan meskipun mereka tidak

bersentuhan, Jennifer merasa seolah-olah berada dalam pelukannya.

"Tolong ceritakan tentang istrimu," kata Jennifer dengan suara bergetar.

"Aku menikah dengan Mary Beth lima belas tahun yang lalu. Kami tak punya
anak."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh."

"Dia.... kami sendiri yang memutuskan untuk tidak mendapatkan anak. Kami
berdua masih muda sekali waktu kami menikah. Aku sudah lama sekali kenal
padanya. Orang tua kami bertetangga di suatu tempat peristirahatan musim
panas yang kami miliki di Maine. Waktu dia berumur delapan belas tahun, orang
tuanya tewas dalam suatu kecelakaan pesawat terbang. Mary Beth hampir gila
karena sedih. Dia tinggal sebatang kara. Aku.... kami lalu menikah."

Adam mengawininya karena belas kasihan, tapi dia terlalu ksatria untuk
mengakuinya, pikir Jennifer.

"Dia wanita yang baik sekali. Hubungan kami selalu sangat baik."

Adam menceritakan lebih banyak daripada yang ingin diketahui Jennifer, lebih
banyak daripada yang dapat dicernakannya. Nalurinya mengingatkannya supaya
melarikan diri. Dahulu, dengan mudah dia bisa menangani laki-laki yang sudah
beristri, yang ingin main-main dengan dia, tetapi nalurinya pula mengatakan
bahwa yang seorang ini lain dari yang lain. Bila dia membiarkan dirinya jatuh
cinta pada lakilaki ini, tidak akan ada jalan ke luar lagi. Gila sekali dia kalau dia
mau mulai macam-macam dengan laki-laki ini.

"Adam," kata Jennifer dengan berhati-hati, "aku suka sekali padamu. Tapi aku
tak mau berhubungan dengan laki-laki yang sudah beristri."

Adam tersenyum, dan mata di balik kaca matanya

mengandung kejujuran dan kehangatan. "Aku tidak mau mencari hubungan jalan
belakang. Aku senang bersamamu.

Aku ikut bangga sekali padamu. Aku ingin kita sekali-sekali bertemu lagi."

Jennifer ingin mengatakan, Apa gunanya berbuat begitu?

tetapi kata-kata yang terucapkan adalah, "Baik sekali."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jadi kita akan makan siang bersama satu kali sebulan, pikir Jennifer. Itu tidak
akan merugikan siapa-siapa.

Salah seorang yang pertama-tama mengunjungi Jennifer di kantornya yang baru


adalah Pater Ryan. Dia berjalan melihatlihat ketiga kamar yang kecil-kecil dan
berkata, "Bagus sekali.

Kita akan maju di dunia ini, Jennifer."

Jennifer tertawa. "Ini belum berarti maju di dunia, Pater.

Masih jauh jalan yang harus saya tempuh."

Pastor itu memperhatikannya dengan tajam. "Kau akan berhasil. Omong-omong,


aku mengunjungi Abraham Wilson minggu yang lalu."

"Bagaimana keadaannya?"

"Baik. Dia ditempatkan bekerja di toko mesin dalam penjara. Dia minta
sampaikan salamnya padamu."
"Saya ingin mengunjunginya sendiri dalam beberapa hari ini."

Pater Ryan duduk di kursi sambil menatap Jennifer terus, hingga Jennifer
bertanya, "Adakah sesuatu yang bisa saya perbuat untuk Anda, Pater?"

Wajah Pastor itu menjadi cerah. "Yah, aku tahu kau tentu sibuk, karena kau
sekarang sudah maju. Tapi seorang temanku menghadapi kesulitan. Dia
mengalami kecelakaan.

Kurasa kaulah orang yang bisa menolongnya."

Otomatis Jennifer menjawab, "Suruh dia kemari berbicara dengan saya, Pater."

"Kurasa kaulah yang harus mendatanginya. Kaki tangannya buntung."

Connie Garret tinggal dalam sebuah apartemen kecil yang rapi di Houston
Street. Yang membukakan pintu untuk Jennifer adalah seorang wanita yang
sudah berumur dan beruban, yang mengenakan celemek.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saya Martha Steele, bibi si Connie. Saya tinggal dengan Connie di sini. Silakan
masuk. Dia menunggu Anda."

Jennifer masuk ke sebuah ruang duduk yang perabotnya hanya sedikit. Connie
Garret duduk di sebuah kursi besar, dikelilingi bantal. Jennifer terkejut betapa
masih mudanya wanita itu. Entah mengapa, Jennifer menyangka akan
menemukan seorang wanita yang lebih tua. Connie Garret berumur kira-kira dua
puluh empat tahun, seumur dengan Jennifer. Wajahnya bercahaya, dan Jennifer
merasa dirinya cabul, melihat hanya batang tubuh saja tanpa ada lengan dan
kaki. Ditahannya dirinya supaya tak tampak gemetar.

Connie Garret tersenyum hangat dan berkata, "Silakan duduk, Jennifer.


Bolehkah aku memanggilmu Jennifer saja?

Pater Ryan sudah bercerita banyak tentang dirimu. Dan aku juga sudah
melihatmu di layar tv. Aku senang sekali kau bisa datang."

Jennifer ingin menjawab, 'Aku senang bisa datang,' tetapi dia menyadari betapa
akan hampa kedengarannya jawaban itu. Dia lalu duduk saja di sebuah kursi
yang lembut di seberang wanita muda itu.

"Pater. Ryan bercerita bahwa kau mengalami kecelakaan beberapa tahun yang
lalu. Bisakah kau menceritakan apa yang telah terjadi?"

"Kurasa itu salahku. Aku sedang menyeberang di persimpangan waktu aku


melangkah dari trotoar, aku tergelincir lalu jatuh di depan sebuah truk."

"Berapa tahun yang lalukah itu?"

"Bulan Desember yang lalu, tiga tahun. Aku sedang dalam perjalanan ke Toko
Bloomingdale, akan berbelanja untuk keperluan Natal."

"Apa yang terjadi setelah truk itu menabrakmu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak ingat apa-apa. Aku terbangun di rumah sakit.

Kata mereka, sebuah ambulans membawaku ke sana.

Pinggulku cedera. Kemudian dokter menemukan kerusakan pada tulangku,


kerusakan itu meluas terus sampai —" Dia berhenti dan mencoba mengangkat
bahunya. Gerakan itu menimbulkan belas kasihan. "Para dokter mencoba
memasang kaki dan tangan palsu, tapi rupanya tak cocok bagiku."

"Apakah kau pernah mengajukan tuntutan?" Connie memandang keheranan pada


Jennifer.

"Tidakkah Pater Ryan menceritakannya padamu?"

"Menceritakan apa?"

"Pengacaraku mengajukan tuntutan terhadap perusahaan umum yang memiliki


truk yang menabrakku itu, tapi kami kalah dalam sidang. Kami naik banding,
dan kalah lagi."

"Pater Ryan seharusnya menceritakan itu padaku. Bila pengadilan banding sudah
menolakmu, aku kuatir, aku tak bisa berbuat apa-apa lagi."

Connie Garret mengangguk. "Aku pun merasa begitu juga.


Aku hanya berpikir — yah, kata Pater Ryan kau bisa menciptakan suatu
keajaiban."

"Itu bidang dia sendiri. Aku hanya seorang ahli hukum."

Jennifer merasa marah pada Pater Ryan, karena telah memberikan harapan
kosong pada Connie Garret. Dengan kesal Jennifer memutuskan bahwa dia harus
berbicara dengan Pater itu.

Wanita tua tadi tak mau jauh, meskipun hanya di belakang.

"Bisakah saya menyuguhkan sesuatu, Nona Parker? Teh dengan kue


barangkali?"

Jennifer tiba-tiba sadar bahwa dia lapar, karena dia tadi tak punya waktu untuk
makan siang. Tetapi membayangkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dirinya duduk berhadapan dengan Connie Garret dan makan dengan tangannya,
dan dia merasa tak tahan.

"Tidak terima kasih. Saya baru saja makan," kata Jennifer, berbohong.

Jennifer hanya ingin keluar dari tempat itu secepat mungkin. Dia mencpba
memikirkan kata-kata gembira yang bisa diucapkannya sebagai peninggalan di
rumah itu, tetapi dia tak bisa menemukannya. Sialan Pater Ryan.

"Maaf— sebesar-besarnya. Aku ingin aku — " Connie Garret tersenyum dan
berkata, "Tak usah pikirkan lagi."

Senyum itulah yang membuat Jennifer bertahan. Jennifer yakin bahwa bila dia
berada di tempat Connie Garret, dia tidak akan bisa tersenyum lagi.

"Siapa pengacaramu?" tanya Jennifer lagi.

"Melvin Hutcherson. Kenalkah kau padanya?"

"Tidak, tapi aku akan mencarinya," katanya lagi, tanpa berniat berbuat demikian,
"aku akan berbicara dengannya."

"Kau baik sekali." Suara Connie Garret mengandung rasa terima kasih yang
tulus.

Jennifer membayangkan bagaimana kehidupan gadis itu, duduk saja di situ tanpa
daya sama sekali, berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, tanpa bisa
berbuat apa-apa sendiri.

"Tapi aku tak bisa menjanjikan apa-apa."

"Tentu saja tidak. Tapi tahukah kau, Jennifer? Aku sudah merasa lebih baik
hanya karena kau datang."

Jennifer bangkit. Itu sebenarnya saat untuk bersalaman, tetapi tak ada tangan
yang akan disalami.

"Aku senang bertemu denganmu, Connie. Aku akan memberi kabar pada
kalian," katanya kaku.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam perjalanannya kembali ke kantornya, Jennifer berpikir-pikir tentang Pater


Ryan, dan dia memutuskan tidak akan pernah mau menyerah pada bujukannya
lagi. Tak seorang pun bisa berbuat apa-apa untuk gadis cacat itu, dan tak
sepantasnya pula orang memberinya harapan apa-apa.

Tetapi dia akan memenuhi janjinya. Dia akan berbicara dengan Melvin
Hutcherson.

Waktu Jennifer kembali ke kantornya, suatu daftar panjang nama-nama orang


yang meninggalkan pesan untuknya, sudah menanti. Jennifer melihatnya
sebentar, mencari kalau-kalau ada pesan dari Adam Warner. Namun tak ada.

12

Melvin hutcherson adalah seorang laki-laki yang pendek.

Kepalanya sudah mulai membotak, hidungnya kecil seperti kancing, dan


matanya berwarna biru pucat. Dia mempunyai kantor yang buruk di daerah West
Side yang berbau kemiskinan. Meja penerima tamunya kosong.

"Dia baru saja pergi makan siang," Melvin Hutcherson menjelaskan.


Jennifer berpikir-pikir apakah dia punya sekretaris atau tidak. Melvin
Hutcherson mempersilakan ke kamar kerja pribadinya, yang tidak lebih besar
daripada ruang penerima tamu.

"Anda mengatakan melalui telepon tadi bahwa Anda ingin membicarakan soal
Connie Garret."

"Ya, betul."

Laki-laki itu mengangkat bahunya. "Tak banyak yang bisa dibicarakan. Kami
menuntut dan kami kalah. Percayalah, saya telah berusaha mati-matian
untuknya."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apakah Anda juga yang menangani perkara bandingnya?"

"Ya, dan kami kalah juga. Saya rasa usaha Anda akan sia-sia." Diamat-amatinya
Jennifer sejenak. "Mengapa Anda mau membuang-buang waktu Anda untuk
urusan seperti ini?

Bukankah Anda sudah hebat? Anda bisa bekerja untuk perkara yang
menghasilkan banyak uang."

"Saya membantu seorang sahabat. Apakah saya boleh melihat dokumennya?"

"Silakan mencarinya." Hutcherson mengangkat bahunya. "Itu adalah milik


umum."

Malam itu Jennifer mempelajari salinan-salinan tuntutan perkara Connie Garret.


Jennifer heran, karena ternyata bahwa Melvin Hutcherson telah mengatakan
yang sebenarnya: pekerjaannya memang bagus. Baik pemerintah kota, maupun
perusahaan Nationwide Motors Corporation telah dinyatakan sebagai tertuduh,
dan dia telah meminta suatu sidang lengkap dengan juri. Juri telah menyatakan
kedua tertuduh itu bebas dari tuduhan.

Dinas Kebersihan telah berusaha keras mengatasi akibat badai salju yang
melanda kota dalam bulan Desember itu; semua peralatan pembersihnya telah
digunakan. Pihak Kota membantah dengan mengatakan bahwa badai adalah
kehendak Tuhan, dan kalaupun ada kelalaian, maka itu ada pada pihak Connie
Garret.

Jennifer mengalihkan perhatiannya pada tuntutan terhadap perusahaan truk. Tiga


orang saksi mata telah memberikan kesaksiannya, bahwa pengemudinya telah
mencoba

menghentikan truknya untuk mengelak supaya jangan sampai menabrak korban,


bahwa dia tak sempat menekan rem pada waktunya, dan tanpa bisa dicegah, truk
itu lalu berputar dan menabraknya. Keputusan yang membenarkan terdakwa
telah dilakukan oleh Bagian Banding, dan perkara itu pun lalu dinyatakan
ditutup.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pukul tiga subuh, Jennifer baru selesai membaca salinan-salinan itu. Lampu
dipadamkannya, namun dia masih belum bisa tidur. Di atas kertas, hukum
memang telah diberlakukan.

Namun pikirannya tetap dibayangi oleh keadaan Connie Garret. Seorang gadis
yang berumur dua puluhan, tanpa kaki dan tangan. Dibayangkannya truk yang
telah menabrak gadis muda itu, rasa sakit yang telah dideritanya, rangkaian
pembedahan yang telah dijalaninya, setiap kali memotong sebagian dari anggota
tubuhnya. Jennifer menyalakan lampu lagi, lalu duduk di tempat tidur.
Diputarnya nomor telepon Melvin Hutcherson.

"Dalam salinan-salinan itu tak disebut-sebut tentang para dokternya," kata


Jennifer melalui telepon. "Tidakkah Anda melihat kemungkinan adanya
pekerjaan pengobatan yang salah?"

"Siapa ini?" tanya suatu suara yang masih mengantuk.

"Jennifer Parker. Apakah Anda...."

"Ya Tuhan! Tak tahukah Anda bahwa sekarang ini.... pukul empat subuh?
Apakah Anda tak punya jam?"

"Ini penting sekali. Nama rumah sakitnya pun tidak disebut-sebut dalam salinan
tuntutan itu. Bagaimana dengan pembedahan-pembedahan yang telah dilakukan
atas diri Connie Garret? Sudahkah Anda periksa?"
Keadaan sepi sebentar sementara Melvin Hutcherson mengumpulkan
ingatannya. "Saya telah berbicara dengan para kepala bagian neorologi dan
orthopedi di rumah sakit yang menanganinya. Pembedahan-pembedahan itu
memang harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawanya. Lagi pula
pembedahan-pembedahan itu dilakukan oleh para ahli kenamaan di sana dengan
sempurna. Sebab itulah rumah sakit itu tidak disebut-sebut dalam tuntutan."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer merasakan suatu frustrasi yang mendalam. "Sudah saya katakan pada
Anda, Anda membuang-buang waktu saja dalam perkara ini. Sebaiknya kita
tidur saja sekarang."

Dan terdengar bunyi gagang telepon diletakkan. Jennifer memadamkan lampu


lagi dan membaringkan badannya.

Tetapi dia makin tak bisa tidur. Beberapa waktu kemudian, Jennifer
menghentikan percobaannya untuk tidur, dia bangun lalu membuat kopi. Dia
duduk di sofa meminumnya, sambil melihat matahari yang baru terbit, mewarnai
langit Manhattan, warna dadu pucat yang perlahan-lahan berubah menjadi warna
merah cerah yang cemerlang.

Jennifer merasa kesal. Terhadap setiap ketidakadilan, seharusnya selalu ada


penangkalnya dalam hukum. Apakah orang telah melaksanakan hukum dalam
perkara Connie Garret itu? Dia melihat ke jam di dinding. Pukul setengah tujuh.
Jennifer mengangkat telepon lagi, dan memutar nomor telepon Melvin
Hutcherson.

"Adakah Anda selidiki pengalaman kerja pengemudi truk itu?" tanya Jennifer.

"Ya, Tuhan!" seru suara yang masih juga terdengar mengantuk. "Sudah gilakah
Anda? Kapan Anda tidur?"

"Mengenai pengemudi truk perusahaan umum

itu. Sudahkah Anda selidiki pengalaman kerjanya?"

"Nona, Anda menghina saya."

"Maafkan saya," Jennifer bertahan, "tapi saya ingin tahu."


"Jawabnya adalah, sudah. Pengalamannya tidak bercacat.

Kecelakaan itu adalah pengalamannya yang pertama."

Jadi jalan itu tertutup. "Saya mengerti." Jennifer berpikir keras.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona Parker," kata Hutcherson, "tolong benarlah saya. Bila Anda masih ada
pertanyaan-pertanyaan lagi, teleponlah saya pada jam-jam kantor."

"Maaf sekali," kata Jennifer linglung. "Silakan tidur lagi."

"Terima kasih banyak."

Jennifer meletakkan kembali gagang telepon. Sudah waktunya untuk berpakaian


dan pergi bekerja.

13

Tiga minggu telah berlalu sejak Jennifer makan malam bersama Adam di Lutece.
Dia mencoba melupakannya, tetapi segala-galanya mengingatkannya kembali
pada Adam; kalimat-kalimat tertentu, bagian belakang dari kepala orang

yang tak dikenalnya, dasi yang sama dengan yang pernah

dipakai Adam. Banyak pria yang mengajaknya kencan. Dia

pernah dilamar oleh beberapa di antara kliennya, oleh

pengacara-pengacara yang pernah menjadi lawannya di pengadilan, dan oleh


seorang hakim pengadilan malam, tetapi Jennifer tak menginginkan seorang pun
di antara mereka.

Ahli-ahli hukum mengundangnya untuk apa yang mereka sebut 'makan siang
sambil bersenang-senang', namun dia tidak pernah tertarik. Dia memberikan
kesan kebebasan yang membuat laki-laki merasa ditantang.

Ken Bailey selalu ada di dekatnya, tetapi kenyataan itu pun tidak pula mampu
untuk mengusir rasa sunyi yang dialami Jennifer. Hanya satu orang yang dapat
mengusirnya, sialan benar!
Adam meneleponnya pada pagi hari Senin. "Kupikir, aku ingin coba-coba saja,
kalau-kalau kau kebetulan bebas hari ini dan bisa makan siang bersamaku."

Jennifer sebenarnya tak bebas. Tapi dia berkata, "Tentu aku bebas."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer telah bersumpah pada dirinya sendiri bahwa bila

Adam meneleponnya lagi, dia akan bersikap ramah, tapi

berjarak, sopan, sama sekali tak gampangan.

Pada saat dia mendengar suara Adam, dia lupa semua yang

telah ditekadkannya itu. Tentu aku bebas.

Kata-kata yang sebenarnya tak mau diucapkannya.

Mereka makan siang di sebuah restoran kecil di China

town, dan selama dua jam mereka bercakap-cakap terus

dan merasakan waktu yang selama itu baru dua menit.

Mereka bercakap-cakap tentang hukum, tentang politik, dan

tentang pementasan, dan seolah-olah akan memecahkan

semua masalah yang rumit di dunia. Adam memang cerdas,

berotak tajam dan mempesona. Dia sungguh-sungguh

menaruh perhatian pada apa yang dilakukan Jennifer dan

ikut senang serta bangga atas keberhasilannya. Dia memang

punya hak untuk itu, pikir Jennifer. Kalau bukan karena dia,

aku pasti sudah kembali ke Kelso, Washington.


Waktu Jennifer kembali ke kantor, Ken Bailey sudah menantinya. "Enak makan
siangnya?"

"Enak, terima kasih."

"Apakah Adam Warner akan menjadi seorang klien?" Nada suaranya terdengar
terlalu santai. "Tidak, Ken. Kami hanya bersahabat."

Itu memang kenyataannya.

Minggu berikutnya, Adam mengundang Jennifer makan siang di rumah makan


pribadi perusahaannya. Jennifer merasa terkesan melihat betapa besar dan
modernnya kompleks perkantoran itu. Adam memperkenalkannya pada beberapa
anggota perusahaan, dan Jennifer merasa seperti orang yang agak terkenal,
karena mereka rupanya banyak tahu tentang dirinya. Dia bertemu dengan
Stewart Needham, partner senior dalam perusahaan itu. Laki-laki itu sopan tetapi
menjaga jarak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terhadap Jennifer, dan Jennifer ingat bahwa Adam beristrikan kemenakannya.

Adam dan Jennifer makan di ruang makan yang dindingnya berlapis kayu.
Makanan di situ ditangani oleh seorang juru masak dan seorang pelayan.

"Di ruang inilah anggota-anggota perusahaan mengemukakan masalah mereka."

Jennifer ingin tahu apakah Adam menyindirnya. Dia merasa sulit untuk
memusatkan perhatiannya pada makanannya.

Sepanjang petang itu Jennifer teringat terus pada Adam.

Dia tahu bahwa dia harus melupakannya, harus berhenti menemuinya. Adam
adalah milik wanita lain.

Malam itu Jennifer pergi dengan Ken Bailey, nonton Two by Two, karya Richard
Rodgers yang terbaru.

Waktu mereka memasuki ruang tunggu, terdengar

dengung suara orang banyak, dan Jennifer menoleh untuk melihat apa yang
terjadi. Sebuah sedan mewah panjang yang berwarna hitam, berhenti di tepi, lalu
seorang pria dan seorang wanita keluar dari mobil itu.

"Benar dia!" seru seorang wanita, dan orang-orang mulai berkumpul


mengelilingi mobil. Pengemudinya yang tegap, melangkah menyisih dan
Jennifer melihat Michael Moretti dengan istrinya.

Orang-orang memusatkan pandangan mereka pada

Michael. Dia seakan-akan seorang pahlawan rakyat, yang cukup tampan untuk
menjadi seorang bintang film, dan cukup berani hingga memukau angan setiap
orang.

Jennifer berdiri memperhatikan Michael Moretti dan istrinya menerobos melalui


orang banyak. Michael melewati Jennifer dalam jarak satu meter, dan mata
mereka bertemu sebentar.

Jennifer melihat betapa hitamnya mata itu hingga orang Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

orangan matanya tak kelihatan. Sesaat kemudian mereka menghilang ke dalam


gedung.

Jennifer tak dapat menikmati pertunjukan itu. Melihat Michael dia teringat akan
kenangan yang benar-benar telah menekan harga dirinya. Jennifer meminta Ken
membawanya pulang setelah pertunjukan yang pertama.

Esok harinya Adam menelepon Jennifer dan dia

menguatkan hatinya untuk menolak bila Adam

mengajaknya pergi. Dia akan berkata, Terima kasih Adam, tapi aku sibuk sekali.

Tetapi Adam hanya berkata, "Aku harus pergi ke luar negeri untuk beberapa
lamanya."

Jennifer merasa seolah-olah perutnya ditinju. "Ber... berapa lama kau akan
pergi?"

"Hanya beberapa minggu. Aku akan meleponmu begitu aku kembali."


"Baiklah," kata Jennifer ceria. "Selamat jalan."

Dia merasa seolah-olah kematian seseorang.

Dibayangkannya Adam di pantai Rio, dikelilingi gadis-gadis setengah telanjang,


atau dalam sebuah gubuk kecil di Mexico City, sambil minum-minum margaritas
dengan seorang gadis cantik bermata hitam, atau dalam sebuah pondok

peristirahatan di Swiss, bermesraan dengan — hentikan!

perintah Jennifer pada dirinya sendiri. Dia tadi seharusnya bertanya ke mana
Adam akan pergi. Mungkin saja dia bepergian untuk keperluan bisnis ke suatu
tempat yang gersang, di mana dia tak punya waktu untuk wanita, mungkin di
tengah-tengah padang pasir di mana dia harus bekerja dua puluh empat jam
lamanya.

Dia tentu harus menyinggung soal itu secara santai saja. Apakah kau akan
bepergian jauh? Bisakah kau berbahasa asing? Bila kau ke Paris, tolong bawakan
teh Vervaine

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untukku. Kurasa suntikan-suntikannya sakit, ya? Apakah kau pergi bersama


istrimu? Sudah gilakah aku ini?

Ken masuk ke kamar kerjanya dan menatapnya. "Kau berbicara sendiri, Jennifer.
Tak apa-apakah kau?"

Tidak. Ingin rasanya Jennifer berteriak. Aku memerlukan dokter. Aku harus
mandi, bersiram air dingin. Aku membutuhkan Adam Warner.

Dia berkata, "Aku baik-baik saja. Hanya agak letih."

"Sebaiknya kau pergi tidur lebih awal." Dia ingin tahu apakah Adam pergi tidur
lebih awal.

Pater Ryan menelepon. "Aku pergi menjenguk Connie Garret. Katanya kau
mampir beberapa kali."

"Ya." Dia mengunjungi gadis itu untuk mengimbangi rasa bersalahnya karena
dia tak sanggup membantunya. Dia merasa frustrasi.

Jennifer membenamkan dirinya dalam pekerjaan, namun waktu masih juga terus
berjalan lamban. Hampir setiap hari dia berada di ruang sidang dan hampir
setiap malam dia mempelajari ikhtisar-ikhtisar perkara.

"Kurangilah sedikit kegiatanmu. Kau akan membunuh dirimu sendiri." Begitu


Ken menasihatinya.

Tetapi Jennifer perlu meletihkan jasmani dan pikirannya.

Dia tak mau punya waktu untuk berpikir. Tolol aku ini, pikirnya. Seorang yang
benar-benar goblok.

Empat minggu kemudian, Adam baru menelepon. "Aku baru saja kembali,"
katanya. Suaranya membuat hati Jennifer berdebar. "Bagaimana kalau kita
makan siang bersama, di suatu tempat?"

"Baiklah, aku akan senang sekali, Adam." Menurut Jennifer, dia sudah
membawakan kata-kata itu dengan baik. Dia hanya berkata, Baiklah, aku akan
senang sekali, Adam.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Di Oak Room, di Hotel Plaza?"

"Baiklah."

Tempat itu sangat kaku dan tak romantis, pengunjungnya kebanyakan


pengusaha-pengusaha kendaraan, pedagang-pedagang, penjual-penjual surat-
surat saham, dan orang-orang bank yang semuanya sudah setengah baya.

Lama tempat itu merupakan benteng bagi kaum pria melulu, dan baru-baru ini
saja pintunya terbuka bagi wanita.

Jennifer tiba awal dan diberi tempat duduk. Beberapa menit kemudian Adam
tiba. Jennifer memperhatikan tubuhnya yang jangkung dan langsing itu berjalan
menuju ke tempatnya duduk dan mulutnya tiba-tiba kering. Kulit Adam
kelihatan coklat bekas sengatan matahari, dan Jennifer berpikir apakah angan-
angannya mengenai Adam yang berada di pantai yang penuh dengan gadis-gadis
itu, memang benar. Adam tersenyum pada Jennifer, lalu menggenggam
tangannya, dan Jennifer menyadari bahwa pada saat itu semua pikirannya
mengenai Adam Warner dan laki-laki yang sudah beristri, tidak berlaku lagi. Dia
tak dapat menguasai dirinya lagi. Dia merasa seolah-olah ada orang lain yang
menuntunnya, yang mengatakan padanya apa-apa yang harus dilakukannya. Tak
dapat dia menjelaskan apa yang sedang terjadi atas dirinya, karena dia tak
pernah mengalami hal seperti itu. Mungkin ini bisa disebut ilmu kimia, pikirnya.
Atau sebutlah karma, mungkin pula surga. Yang disadari Jennifer hanyalah
bahwa dia ingin berada dalam pelukan Adam, tak ada yang lain yang pernah di
ngininya lebih daripada itu, selama hidupnya. Sambil memandanginya, Jennifer
membayangkan Adam bercintaan dengannya, mendekapnya, menumpahkan
cintanya pada dirinya, dan Jennifer merasa wajahnya menjadi merah.

"Maafkan aku membuat janji begitu singkat sebelumnya,"

kata Adam meminta maaf. "Seorang klien membatalkan janji makan siang."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diam-diam Jennifer berterima kasih pada klien itu. "Aku membawakan sesuatu
untukmu," kata Adam. Oleh-oleh itu berupa sehelai tutup kepala dari sutra cantik
yang berwarna hijau bercampur keemasan. "Ini dari Milan."

Jadi ke sana dia rupanya. Gadis Itali. "Cantik sekali, Adam, terima kasih."

"Pernahkah kau ke Milan?"

"Tidak. Aku pernah melihat gambar katedral di sana.

Indah sekali."

"Aku kurang suka melihat-lihat kota. Teoriku, gereja di suatu tempat sama saja
dengan yang di tempat lain."

Setelah itu, bila Jennifer mencoba mengingat-ingat tentang peristiwa makan


siang itu, apa-apa yang mereka bicarakan, apa yang mereka makan, siapa-siapa
yang mampir ke meja mereka untuk menyapa Adam, dia tak bisa ingat apa-apa.

Yang di ngatnya hanyalah, betapa dekatnya Adam padanya, sentuhannya,


wajahnya. Keadaan itu seolah-olah membuat Jennifer tersihir, dia seolah-olah
dihipnotisir, dan dia tak mampu melepaskan dirinya.

Suatu saat Jennifer berpikir, Aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku akan
bermain cinta dengan dia. Satu kali saja. Tentu tidak akan senikmat yang
kubayangkan. Dengan begitu aku akan bisa bebas dari dia.

Waktu tangan mereka bersentuhan secara tak sengaja, keduanya merasakan


seolah-olah dialiri arus listrik. Mereka duduk bercakap-cakap saja, ke utara, ke
selatan, tanpa ada artinya. Mereka duduk, namun mereka seolah-olah

berdekapan dalam suatu pelukan yang tak tampak, sambil saling membelai
dengan penuh napsu. Keduanya tak sadar apa yang mereka makan atau apa yang
mereka katakan.

Napsu yang ada dalam diri mereka adalah napsu yang lain, yang lebih kuat, dan
makin lama makin kuat, hingga keduanya tak dapat lagi menahannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di tengah-tengah waktu makan itu, Adam meletakkan tangannya di atas tangan


Jennifer dan berkata dengan serak,

"Jennifer...."

"Ya. Marilah kita keluar dari sini," bisik Jennifer.

Jennifer menunggu di ruang tunggu yang ramai di mana orang lalu-lalang,


sementara Adam mendaftar di meja pendaftaran. Mereka diberi sebuah kamar di
bagian yang lama dari Hotel Plaza itu, dari mana mereka bisa melihat 58th
Street. Mereka menggunakan lift yang di bagian belakang, dan Jennifer merasa
perjalanan menuju ke tingkat atas itu, seolah-olah tak ada akhirnya.

Kalau mengenai makan siang itu Jennifer tak bisa mengingat apa pun juga, maka
mengenai kamar yang mereka tempati itu, segalanya bisa di ngatnya. Sampai
bertahun-tahun kemudian pun dia bisa mengingat pemandangan dari situ, warna
tirai jendelanya, alas lantainya, juga setiap gambar serta perabotnya. Dia ingat
suara-suara dari kota, jauh di bawah mereka, yang dibawa angin masuk ke
kamar. Citra tentang petang itu melekat pada dirinya selama sisa hidupnya.

Bayangan itu bagaikan ledakan ajaib dalam gerak lambat yang beraneka warna.
Segala keindahan dan kenikmatan dalam kebersamaannya dengan Adam:
dimulai sejak Adam

membukakan pakaiannya, merasakan tubuh Adam di tempat tidur,


kelembutannya yang diselingi dengan kekasaran.

Beberapa jam kemudian, sedang mereka berbaring

menenangkan diri, Adam berkata, "Rasanya baru kali inilah aku benar-benar
hidup."

Jennifer membelai dada Adam dengan lembut, lalu

tertawa nyaring.

Adam melihat padanya dengan pandangan bertanya. "Apa yang lucu?"

"Tahukah kau apa yang telah kukatakan pada diriku sendiri? Bahwa bila aku
sudah merasakan

kebersamaan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

denganmu satu kali saja, aku akan bisa melepaskan diri darimu."

Adam menggeliat menghadapi Jennifer dan

memandanginya. "Lalu.....?"

"Aku keliru. Aku merasa seolah-olah kau merupakan sebagian dari diriku. Atau
sekurang-kurangnya," — Dia ragu-ragu sebentar — "sebagian dari dirimu
merupakan sebagian dari diriku."

Adam mengerti apa yang dipikirkan Jennifer.

"Kita akan mencari jalan ke luar," kata Adam. "Hari Senin, Mary Beth akan
berangkat ke Eropa dengan bibinya selama sebulan."

14
Hampir setiap malam Jennifer bersama Adam.

Malam yang pertama, Adam menginap di apartemen

Jennifer yang kecil dan tak nyaman itu, dan pagi harinya dia berkata, "Kita tak
usah bekerja hari ini untuk mencari tempat tinggal yang lebih pantas bagimu."

Mereka berdua pergi mencari apartemen, dan senja harinya Jennifer sudah
menandatangani surat perjanjian sewa-menyewa di sebuah bangunan baru di luar
Sutton Place, yang bernama The Belmont Towers. Di depan gedung itu
terpasang papan pemberitahuan Penuh.

"Untuk apa kita masuk?" tanya Jennifer.

"Lihat saja."

Apartemen yang mereka lihat adalah apartemen

bertingkat dua yang bagus, yang berkamar lima buah dan diperaboti dengan
bagus pula. Itulah apartemen yang termewah yang pernah dilihat Jennifer. Di
lantai atas ada sebuah kamar tidur

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

besar, lengkap dengan kamar mandi sedang di lantai bawah ada kamar tidur
tamu dengan kamar mandi

tersendiri, dan sebuah ruang tamu, dari mana orang bisa melihat pemandangan
indah dari East River dan dari kota.

Ada pula teras yang luas, dapur dan kamar makan.

"Bagaimana? Suka?" tanya Adam.

"Bukan sekedar suka, aku tergila-gila," seru Jennifer, "tapi ada dua masalahnya,
Sayang. Pertama-tama, aku tidak akan mampu membayarnya. Dan kedua,
kalaupun aku mampu, ini sudah kepunyaan orang lain."

"Ini milik perusahaan kami. Kami menyewakannya pada tamu-tamu VIP kami
yang berkunjung. Mereka akan kusuruh cari tempat yang lain."
"Lalu bagaimana dengan sewanya?"

"Aku yang akan mengurusnya. Aku...."

"Tidak."

"Mengapa tidak, Sayang. Aku mampu membayarnya, dan...."

Jennifer menggeleng. "Kau tak mengerti, Adam. Aku tak bisa memberimu apa-
apa kecuali diriku sendiri. Dan itu ingin kuberikan dengan cuma-cuma."

Adam merangkulnya, dan Jennifer merapatkan dirinya pada Adam sambil


berkata, "Aku tahu.... aku harus bekerja siang dan malam."

Pada hari Sabtu mereka pergi berbelanja. Adam

membelikan Jennifer sehelai baju tidur yang cantik, lengkap dengan kimononya
di Toko Bonwit Tel er, dan Jennifer membelikan Adam sehelai kemeja merek
Turnbul and Asser.

Mereka membeli perangkat permainan catur di Toko Gimbel dan sebuah lukisan
wanita di Toko Junior dekat Abraham and Straus. Mereka membeli puding plum
di Toko Altman, serta Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

buku-buku di Doubleday. Mereka mendatangi Toko Gammon dan Caswel -


Massey, di mana Adam membelikan Jennifer beraneka-ragam keperluan, cukup
untuk sepuluh tahun.

Mereka makan malam di tikungan, di dekat apartemen itu.

Setiap malam setelah pulang kantor, mereka bertemu di apartemen itu dan
membicarakan kejadian-kejadian sehari itu.

Jennifer menyiapkan makan malam dan Adam menyiapkan mejanya. Setelah


makan, mereka membaca atau nonton tv, atau main remi atau main catur.
Jennifer sering memasak makanan kegemaran Adam.

"Aku ini tak tahu malu," kata Jennifer pada Adam. "Aku mau melakukan apa
pun juga untukmu."
Adam mendekapnya erat. "Jangan merasa malu."

Jennifer merasa aneh. Sebelum mereka mengadakan

hubungan terlarang, mereka bertemu secara terang-terangan.

Tetapi setelah mereka kini mengadakan hubungan suami-istri, mereka tak berani
muncul bersama di hadapan umum, maka mereka pergi ke tempat-tempat di
mana mereka tidak akan bertemu dengan teman-teman mereka: di restoran-
restoran keluarga yang kecil di pusat kota, atau nonton konser musik ruangan di
sekolah musik di Third Street. Mereka pergi nonton sandiwara baru di Omni
Theatre Club di 18th Street, dan mereka makan begitu banyak hingga mereka
memantangkan makanan Italia selama sebulan. Sayangnya waktu kita tak sampai
sebulan lagi, pikir Jennifer. Empat belas hari lagi Mary Beth sudah akan
kembali.

Mereka pergi ke Gedung The Half Note untuk

mendengarkan jazz malam hari di daerah Vil age, dan mengintip ke etalase toko-
toko seni.

Adam suka olahraga. Jennifer diajaknya nonton regu Knicks main, dan Jennifer
jadi demikian terbawa oleh permainan itu, hingga dia menyoraki pemain sampai
serak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada hari Minggu mereka bermalas-malasan, mereka makan pagi dengan masih
mengenakan kimono, membaca berita perdagangan dari surat kabar Times,
mendengarkan lonceng gereja berdentangan di seberang Manhattan, setiap
dentangnya bagaikan memanjatkan doa.

Jennifer melihat pada Adam yang sedang asyik mengisi teka-teki silang, dan
berpikir: Panjatkanlah doa bagiku. Dia tahu bahwa apa yang sedang
dilakukannya itu salah. Dia tahu bahwa itu tidak akan bertahan terus. Namun,
dia tak pernah mengecap kebahagiaan dan kenikmatan hidup demikian besarnya.
Orang-orang yang sedang bercinta hidup dalam dunia tersendiri, di mana setiap
rasa diagungkan, dan kesenangan yang sedang dirasakan Jennifer dengan Adam
sekarang ini, sama nilainya dengan apa pun juga yang harus dibayarnya
kemudian hari. Dan Jennifer menyadari bahwa dia harus membayar.
Waktu menunjukkan segi kehidupan yang lain. Selama ini, hidup Jennifer diukur
dengan jam dan

pertemuan-pertemuan dengan para klien. Kini dihitung waktunya menit demi


menit yang.dapat dihabiskannya bersama Adam. Dia memikirkan Adam bila dia
sedang bersamanya, dan dia juga memikirkan laki-laki itu walaupun jauh
darinya.

Jennifer pernah membaca tentang laki-laki yang mendapat serangan jantung


dalam pelukan kekasih simpanannya, dan oleh karenanya disimpannya nomor
telepon dokter pribadi Adam dalam buku telepon pribadinya di samping tempat
tidurnya, supaya bila terjadi sesuatu, hal itu bisa diatasi segera secara diam-diam
tanpa mempermalukan Adam.

Jiwa Jennifer dipenuhi emosi yang tak pernah

dikenalnya sebelumnya. Dia tak pernah menganggap dirinya pandai dalam


pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, namun dia ingin berbuat apa saja bagi Adam.
Dia ingin memasak untuknya, membersihkan segala-galanya

untuknya, menyiapkan pakaiannya pagi hari. Merawatnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adam menyimpan beberapa setel pakaian di apartemen itu, dan malam hari dia
lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Jennifer. Jennifer berbaring di
sampingnya, memperhatikan Adam sampai laki-laki itu tertidur, dan dia sendiri
menahan kantuknya selama mungkin, karena dia takut akan kehilangan satu saat
saja dari kebersamaan mereka.

Akhirnya, bila Jennifer tak dapat lagi menahan matanya, dia akan menyandarkan
dirinya ke lengan Adam dan tidur dengan perasaan puas dan aman. Penyakit tak
bisa tidur yang begitu lama di dap Jennifer, kini sudah hilang. Setan malam apa
pun yang menyiksanya dulu, kini telah lenyap. Bila dia menggolekkan dirinya
dalam pelukan Adam, dia langsung merasa aman.

Kalau sedang berada dalam apartemen mereka, dia senang sekali memakai
kemeja Adam, dan malam hari dia memakai piyama Adam. Bila dia masih
berada di tempat tidur pagi hari, sedang Adam sudah pergi, Jennifer akan
berguling ke sisi tempat Adam tidur. Dia suka mencium bekas bau tubuh Adam
yang hangat.

Rasanya semua lagu-lagu cinta populer yang didengarnya, ditulis khusus untuk
Adam dan dirinya, dan Jennifer berpikir, Seniman Noel Coward memang benar.
Sungguh

mengherankan betapa besarnya pengaruh musik murahan.

Mula-mula Jennifer menyangka bahwa perasaan badani yang meletup-letup yang


dihayatinya, lama-lama akan lenyap.

Tetapi ternyata sebaliknya, perasaan itu makin lama makin kuat.

Diceritakannya pada Adam tentang dirinya, segala-galanya yang tak pernah


diceritakannya pada siapa pun juga. Dengan Adam dia tak berkedok. Dia adalah
Jennifer Parker, sepolosnya, apa adanya, dan Adam tetap mencintainya.

Sungguh suatu keajaiban. Lalu ada lagi satu keajaiban yang mereka nikmati
bersama: mereka bisa tertawa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer makin lama makin cinta pada Adam, suatu hal yang rasanya tak
mungkin terjadi. Dia ingin agar apa yang mereka miliki bersama, tidak akan
berakhir. Tetapi dia tahu bahwa itu akan berakhir juga. Baru kali inilah selama
hidupnya dia percaya akan takhyul. Adam suka minum semacam kopi Kenya
dengan rasa tertentu. Beberapa hari sekali Jennifer membeli sedikit.

Tapi setiap kali dia hanya membeli sedikit.

Salah satu hal yang ditakuti Jennifer adalah kalau-kalau sesuatu akan terjadi atas
diri Adam, kalau dia sedang bepergian, dan bahwa dia baru akan tahu setelah
membaca tentang kejadian itu, atau mendengarnya dari acara pembacaan berita.
Dia tak pernah menceritakan ketakutannya itu pada Adam.

Bila Adam akan datang kemalaman, dia akan meninggalkan surat-surat pendek
di mana-mana dalam apartemen itu, yang akan ditemukan Jennifer tanpa
disangkanya. Mungkin dia menemukannya dalam kotak tempat roti, atau di
lemari es, atau dalam sepatunya. Surat-surat itu amat menyenangkan Jennifer
dan dia menyimpannya semua.
Sisa-sisa hari yang masih memungkinkan mereka bersama berlalu cepat dengan
segala kegiatan mereka yang penuh dengan kegembiraan. Akhirnya tibalah
malam hari menjelang pulangnya Mary Beth. Jennifer dan Adam makan malam
di apartemennya, mendengarkan musik dan bermain cinta.

Sepanjang malam itu Jennifer terbaring saja tanpa bisa tidur sambil memeluk
Adam terus. Dia terus mengingat-ingat kebahagiaan yang mereka nikmati
bersama.

Rasa sakitnya baru akan datang kemudian.

Waktu mereka sedang sarapan, Adam berkata, "Apa pun yang terjadi, aku ingin
kau tahu satu hal ..... kaulah satusatunya wanita yang kucintai dengan
setulusnya."

Waktu itulah rasa sakit itu datang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

15

Obat penghilang rasa sakit itu adalah kerja, dan Jennifer membenamkan diri
sepenuhnya dalam pekerjaan, hingga dia tak punya waktu untuk berpikir.

Dia menjadi sasaran empuk pers, dan keberhasilannya dalam ruang sidang selalu
disebarluaskan. Klien-klien berdatangan padanya, demikian banyaknya hingga
tak tertangani, dan walaupun perhatian khusus Jennifer adalah pada bidang
hukum kriminal, atas anjuran Ken dia juga mulai menerima perkara-perkara lain.

Ken Bailey jadi lebih penting bagi Jennifer daripada semula.

Dia menangani bagian penyelidikan dalam perkaraperkaranya, dan dia pandai


sekali. Dia bisa pula membahas

masalah-masalah lain dengan Ken, dan Jennifer menghargai pendapat-pendapat


Ken.

Jennifer dan Ken pindah lagi, kali ini ke sebuah gedung perkantoran yang luas di
Park Avenue. Jennifer
mempekerjakan dua orang ahli hukum muda yang cerdas-cerdas, Dan Martin
dan Ted Harris, keduanya bekas staf Robert Di Silva, dan dua orang sekretaris
lagi.

Dan Martin adalah bekas pemain bola di Universitas Northwestern, dia


berpenampilan olahragawan, dan berotak seorang sarjana.

Ted Harris adalah seorang anak muda yang kurus kecil dan pemalu. Dia
memakai kaca mata yang kacanya setebal botol dan sangat pintar.

Martin dan Harris mengurus semua pekerjaan tulis-menulis, dan Jennifer


menangani pemunculan dalam sidang-sidang.

Papan nama pada pintu bertuliskan: JENNIFER PARKER & ASSOCIATES.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perkara-perkara yang datang di kantor mereka, mulai dari pembelaan terhadap


perusahaan-perusahaan industri sehubungan dengan tuntutan polusi, sampai pada
pembelaan terhadap orang mabuk yang mengalami pencambukan waktu diseret
di kedai minum. Orang mabuk itu tentulah kiriman dari Pater Ryan.

"Dia punya masalah kecil," kata Pater Ryan pada Jennifer.

"Dia sebenarnya seorang suami dan ayah yang baik, tapi lakilaki malang itu
mendapat tekanan begitu hebat, hingga dia kadang-kadang minum terlalu
banyak."

Jennifer hanya bisa tersenyum. Kalau menurut Pater Ryan, tak seorang pun dari
warga parokinya yang bersalah, dan satu-satunya keinginannya adalah
membebaskan mereka dari kesulitan yang mereka timbulkan sendiri, gara-gara
kecerobohan mereka. Jennifer bisa memahami imam itu, karena pada dasarnya
dia pun berperasaan demikian pula.

Mereka berhubungan dengan orang-orang dalam kesusahan yang tak punya


siapa-siapa untuk menolongnya, yang tak punya uang maupun kemampuan
untuk melawan pihak

penguasa, dan akhirnya mereka tergilas.


Kata keadilan sering kali hanya dihormati dalam

pelanggarannya. Dalam ruang sidang, baik jaksa penuntut maupun pembela,


tidak mencari keadilan: pokok pikiran permainannya adalah untuk menang.

Sekali-sekali Jennifer dan Pater Ryan bercakap-cakap tentang Connie Garret,


tetapi pembicaraan tentang gadis itu selalu membuat Jennifer merasa masygul.
Sudah jelas terjadi ketidakadilan dalam perkara itu, dan hal itu menyakitkan hati
Jennifer.

Dalam kantornya, di ruang belakang Restoran Lony, Michael Moretti sedang


mengamat-amati Nick Vito yang sedang menyapu kantor dengan berhati-hati,
dengan sebuah alat elektronik, untuk mencari kalau-kalau ada alat penyadap
yang tersembunyi. Menurut seorang penghubungnya dipihak Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

kepolisian, tak satu alat penyelidik elektronik pun yang di zinkan oleh pihak
penguasa, tetapi sekali-sekali seorang alat negara atau seorang detektif muda
yang terlalu bersemangat, memasang alat penyadap secara tak sah, dengan
harapan untuk mendapatkan informasi. Michael adalah orang yang waspada.
Kantor dan rumahnya setiap pagi dan malam selalu disapu dengan cara begitu.
Dia menyadari bahwa dia adalah sasaran utama bagi beberapa badan hukum,
namun dia tidak merasa kuatir. Dia tahu apa yang mereka lakukan, tetapi mereka
tak tahu apa yang dia lakukan, dan kalaupun mereka tahu, mereka tak dapat
membuktikannya.

Kadang-kadang, larut malam Michael mengintai melalui lubang di pintu


belakang restoran, memperhatikan bagaimana petugas-petugas FBI, yaitu Badan
Intelejensi Pemerintah, memungut sampahnya untuk diselidiki, dan diganti
dengan sampah lain.

Pada suatu malam Nick Vito berkata, "Ya Tuhan, Bos, bagaimana kalau keparat-
keparat itu sampai berhasil menggali sesuatu?"

Michael tertawa. "Mudah-mudahan saja. Sebelum mereka sampai kemari sudah


kita tukarkan sampah kita dengan sampah restoran di sebelah."

Tidak, petugas-petugas federal itu tidak akan bisa menyentuhnya. Kegiatan-


kegiatan keluarga telah meluas, dan Michael punya rencana yang belum
dikemukakannya. Satusatunya penghalang adalah Thomas Colfax. Michael
menyadari bahwa dia harus menyingkirkan ahli hukum tua itu. Dia
membutuhkan otak orang muda yang segar. Dan lagi-lagi pikirannya tertuju pada
Jennifer Parker.

Sekali seminggu Adam dan Jennifer bertemu untuk makan siang, dan hal itu
merupakan siksaan bagi mereka berdua, karena mereka tak bisa tetap berduaan
saja, tak bisa mendapatkan ketenangan berduaan saja. Mereka berbicara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melalui telepon dengan menggunakan nama-nama kode.

Adam adalah Tuan Adam, sedang Jennifer adalah Nona Jay.

"Aku benci sembunyi-sembunyi begini," kata Adam.

"Aku juga benci." Tetapi pikiran akan kehilangan Adam membuat Jennifer takut.

Ruang sidanglah tempat pelarian Jennifer untuk

menghilangkan siksaan pribadinya. Ruang sidang itu adalah panggung, tempat di


mana dia mengadu kekuatan melawan orang yang terbaik yang bisa ditawarkan
oleh pihak lawan.

Ruang sidang merupakan sekolahnya dan dia belajar dengan baik. Suatu sidang
adalah suatu permainan yang dimainkan dalam batas-batas peraturan yang kaku,
di mana pemain yang lebih baiklah yang menang, dan Jennifer bertekad untuk
menjadi pemain yang terbaik itu.

Tanya-jawab bagi Jennifer menjadi suatu peristiwa panggung, dengan kecepatan,


irama serta penentuan saat yang terlatih. Dia belajar untuk mengenali
pemimpinpemimpin juri dan memusatkan perhatiannya pada orang itu, karena
dia tahu bahwa orang itu akan bisa menyeret anggotaanggota yang lain.

Sepatu seseorang memberikan petunjuk tentang wataknya.

Jennifer mencari anggota juri yang mengenakan sepatu yang enak dipakai,
karena orang itu lebih cenderung mempunyai sifat yang mudah diajak
bermusyawarah.

Jennifer mempelajari tentang siasat, rencana keseluruhan dari suatu sidang, dan
mengenai taktik, gerak-gerik pertempuran dari hari ke hari. Dia jadi ahli dalam
mengambil hati hakim.

Jennifer menghabiskan waktu berjam-jam untuk

menyiapkan setiap perkara, berhati-hati benar dalam pemilihan kata-katanya, dia


tahu bahwa, kebanyakan perkara dimenangkan atau dikalahkan sebelum sidang
dimulai. Dia jadi pandai sekali dalam mencari hal-hal yang bisa membantu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ingatannya, hingga dia bisa mengingat nama-nama para juri, umpamanya: Smith
— seorang laki-laki berotot yang sanggup menangani kapak besar; Helm —
laki-laki yang mengemudikan kapal; Newman — seorang bayi yang baru lahir.

Sidang biasanya di stirahatkan pukul empat sore, dan bila Jennifer sedang
bertanya-jawab dengan seorang saksi sebelum waktu istirahat itu, dia akan
memperlambat jalannya tanya-jawab sampai beberapa menit sebelum pukul
empat, untuk kemudian menghantam saksi itu dengan pukulan kata-katanya,
hingga bisa meninggalkan kesan kuat dan tangguh atas diri juri.

Dia jadi pandai membaca bagian tubuh seseorang, bila seorang saksi di mimbar
sedang berbohong, akan tampaklah beberapa gerak tubuh tertentu: menggosok-
gosok dagu, mengatupkan bibir erat-erat, menutupi mulut dengan tangan,
menarik-narik daun telinga, atau melicinkan rambut. Jennifer jadi ahli dalam
membaca gerak-gerik itu, dan dia pun lalu mengambil langkah yang mematikan.

Jennifer tahu bahwa bagi seorang wanita adalah tidak menguntungkan menjadi
seorang pembela dalam perkara kriminal. Dia bekerja dalam wilayah khusus
untuk laki-laki.

Baru sedikit sekali pembela wanita dalam bidang kriminal, dan beberapa orang
pembela laki-laki membenci Jennifer.

Pada suatu hari Jennifer menemukan secarik kertas tertempel pada tas kerjanya,
bertulisan: Ahli-ahli hukum wanita merupakan obat pencahar yang terbaik.
Sebagai balasannya, Cynthia memasang kertas di meja tulisnya dengan tulisan:
Tempat bagi seorang wanita adalah di rumah... dan dalam senat.

Kebanyakan juri mulai dengan bersikap penuh prasangka terhadap Jennifer,


karena kebanyakan perkara yang ditanganinya adalah soal-soal yang kotor, dan
kelihatan adanya kecenderungan akan in jadi hubungan baik antara dirinya
dengan kliennya. Sesuai dengan pekerjaannya itu, menurut orang banyak,
sepantasnya dia berpakaian kelaki Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lakian, tetapi dia tak mau. Namun dia juga menjaga agar caranya berpakaian
tidak sampai menimbulkan rasa iri pada anggota juri yang wanita, meskipun dia
tetap menampilkan kewanitaannya, untuk tidak memberikan kesan pada kaum
laki-laki bahwa dia seorang lesbian. Suatu saat, Jennifer mungkin akan
menertawakan pertimbangan semacam itu.

Tetapi dalam ruang sidang hal itu merupakan kenyataan paling keras. Karena dia
sudah memasuki dunia laki-laki, maka dia harus bekerja dua kali lebih berat dan
dua kali lebih baik daripada saingan-saingannya. Jennifer jadi tahu bahwa dia
tidak hanya harus mempersiapkan perkaranya sendiri dengan sebaik-baiknya,
tetapi dia juga harus mempelajari perkara lawannnya dengan baik. Dia berbaring
di tempat tidurnya malam hari, atau duduk di meja tulisnya di kantor dan
membayangkan siasat lawannya. Apa yang akan dilakukannya seandainya dia
berada di pihak lawan? Kejutan apa yang akan dibuatnya? Dia adalah seorang
jenderal, yang merencanakan pertempuran yang mematikan di kedua belah
pihak.

Cynthia berbicara melalui intercom. "Ada seorang laki-laki di saluran tiga yang
ingin berbicara dengan Anda. Tapi dia tak mau memberitahukan namanya atau
mengatakan pada saya mengenai hal apa."

Enam bulan yang lalu, Cynthia pasti sudah menolak laki-laki itu. Tetapi Jennifer
mengajarnya supaya tak pernah menolak siapa pun juga.

"Hubungkan dia," kata Jennifer.

Sesaat kemudian didengarnya suara seorang laki-laki yang bertanya dengan


berhati-hati, "Apakah ini Jennifer Parker?"

"Benar."

Suara itu ragu-ragu. "Apakah saluran ini aman?"

“Ya, aman. Apa yang bisa saya perbuat untuk Anda?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


"Bukan untuk saya. Melainkan untuk... untuk seorang teman saya."

"Oh, apa kesulitan teman Anda itu?"

"Harap Anda ingat benar, ini sesuatu yang harus dirahasiakan."

"Saya mengerti."

Cynthia masuk lalu memberikan surat-surat pada Jennifer.

"Tunggu," kata Jennifer di alat penerima telepon.

"Keluarga teman saya itu mengurungnya di rumah sakit jiwa. Padahal dia waras.
Itu merupakan komplotan. Para penguasa pun ikut campur tangan."

Jennifer hanya setengah mendengarkan. Disangkutkannya gagang telepon itu ke


bahunya sambil dia melihat-lihat surat-surat yang datang pagi itu.

Laki-laki itu berkata lagi, "Wanita itu kaya dan keluarganya mengejar uangnya."

"Teruskan," kata Jennifer sambil terus memeriksa surat-surat.

"Mereka mungkin akan mengurung saya juga, bila mereka tahu bahwa saya
membantu teman saya itu. Itu bisa membahayakan saya, Nona Parker."

Perkara yang tak masuk akal, jennifer menyimpulkan.

"Saya rasa saya tak bisa berbuat apa-apa, tapi bisa saya sarankan supaya Anda
mencari seorang dokter ahli penyakit jiwa untuk membantu teman Anda itu”

"Anda tak mengerti. Semua orang sudah campur tangan dalam hal itu."

"Saya mengerti," kata Jennifer membujuk. "Saya....”

"Maukah Anda menolongnya?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tak ada yang dapat saya — atau begini saja. Coba beri saya nama dan alamat
teman Anda itu dan bila ada kesempatan, akan saya lihat."
Lama keadaan sepi. Akhirnya laki-laki itu berkata, “tapi ingat ini harus
dirahasiakan."

Jennifer ingin laki-laki itu berhenti berbicara. Kliennya yang pertama sudah
menunggu di ruang tunggu. "Akan saya ingat."

"Cooper. Helen Cooper. Dia mempunyai sebidang tanah milik di Long Island,
tapi mereka telah

merampasnya."

Jennifer mencatatnya dengan patuh di dalam buku

catatannya. "Baik. Di sanatorium apa kata Anda dia ditempatkan?"

Terdengar bunyi gagang telepon diletakkan dan hubungan pun terputus. Jennifer
melemparkan catatan tadi ke keranjang sampah.

Dia berpandangan dengan Cynthia. "Keras benar dunia di luar sana," kata
Cynthia. "Nona Marshal menunggu, dia ingin berbicara dengan Anda."

Seminggu sebelumnya Jennifer telah berbicara dengan Lorretta Marshal melalui


telepon. Nona Marshal telah meminta Jennifer untuk membelanya dalam
menuntut Curtis Randall III sebagai ayah dari bayinya. Curtis Randall III adalah
seorang laki-laki kaya yang punya pergaulan luas dalam masyarakat.

Jennifer sudah pula berbicara dengan Ken Bailey tentang hal itu. "Kita
memerlukan informasi tentang Curtis Randal III.

Dia tinggal di New York, tapi kudengar dia sering berada di Palm Beach. Aku
ingin tahu latar belakangnya, dan apakah dia pernah meniduri seorang gadis
bernama Lorretta Marshal ."

Sudah diberikannya pada Ken nama hotel-hotel di Palm Beach yang diberikan
wanita itu padanya. Dua hari kemudian Ken Bailey melapor kembali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semuanya cocok. Selama dua minggu mereka


menghabiskan waktu bersama di hotel-hotel di Palm Beach, Miami, Atlantic
City. Lorretta Marshal telah melahirkan seorang anak perempuan delapan bulan
yang lalu."

Jennifer duduk bersandar dan melihat pada Ken sambil merenung.


"Kedengarannya kita bisa menuntutnya."

"Kurasa tidak."

"Apa masalahnya?"

"Masalahnya klien kita itu. Dia suka tidur dengan siapa saja tanpa pilih bulu."

"Maksudnya, ayah bayi itu bisa siapa saja di antara jumlah yang banyak itu?"

"Maksudku bisa saja salah seorang dari sepat uli dunia ini."

"Apakah ada di antara yang lain-lain itu yang cukup kaya untuk mampu
menanggung biaya seorang bayi?"

"Yah, banyak di antaranya cukup kaya, tapi yang terkaya memang Curtis Randal
III."

Ken memberinya sehelai daftar nama-nama yang panjang.

Lorretta Marshal melangkah memasuki kamar. Jennifer tak dapat


membayangkan wanita bagaimana yang akan

dilihatnya. Besar kemungkinannya seorang pelacur cantik yang berkepala


kosong. Tetapi Lorretta Marshal betul-betul merupakan suatu kejutan. Dia bukan
saja tak cantik, dia bahkan boleh dikatakan biasa-biasa saja. Potongan tubuhnya
biasa. Mengingat banyaknya pengalaman romantis Nona Marshal , Jennifer telah
mengharapkan tak kurang dari seseorang yang cantik mempesona. Sedang
Lorretta Marshal dapat disamakan dengan seorang guru SD biasa. Dia
mengenakan rok dari wol bercorak kotak-kotak, blus berleher kemeja yang
dikancing sampai ke atas, sehelai vest berwarna biru tua, dan sepatu yang
nyaman dipakai. Mula-mula Jennifer Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yakin bahwa Lorretta Marshal berencana untuk memperalat dirinya guna


memaksa Curtis Randal supaya membayar biaya-biaya membesarkan bayi yang
sebenarnya bukan anaknya.

Setelah bercakap-cakap selama sejam, Jennifer tahu bahwa pendapatnya tadi


berubah. Lorretta Marshal polos dan jujur.

"Tentu saja saya tak punya bukti bahwa Curtis adalah ayah Melanie," katanya
sambil tersenyum malu. "Curtis bukan satusatunya laki-laki yang meniduri
saya."

"Lalu apa yang membuat Anda berpikir bahwa dialah ayah anak Anda itu, Nona
Marshall?"

"Saya bukan sekedar berpikir. Saya yakin akan hal itu.

Memang sulit menjelaskannya, tetapi saya bahkan tahu saat Melanie menjadi
janin. Seorang wanita kadang-kadang bisa merasakannya."

Jennifer mengamat-amatinya, mencoba menemukan suatu tanda kepalsuan atau


kebohongan. Namun tak

ditemukannya. Gadis itu sama sekali tak berpura-pura.

Mungkin, sifatnya yang itulah yang merupakan daya tarik khusus bagi laki-laki.
"Apakah Anda mencintai Curtis Randal ?"

"Oh ya. Dan Curtis mengatakan bahwa dia juga mencintai saya. Sekarang saya
tentu tak yakin lagi, apakah dia masih mencintai saya, setelah semua kejadian
ini."

Bila kau mencintainya, pikir Jennifer keheranan, bagaimana kau bisa tidur
dengan semua laki-laki yang lain itu? Jawabnya mungkin terletak pada wajah
murung yang biasa-biasa saja itu, serta potongan badan yang tak istimewa.

"Bisakah Anda membantu saya, Nona Parker?" "Perkara menuntut orang sebagai
ayah selalu sulit," kata Jennifer dengan berhati-hati. "Pada saya ada daftar
panjang nama lakilaki yang jumlahnya belasan orang, yang pernah menjadi
teman tidur Anda dalam tahun lalu. Mungkin masih ada yang lain lagi. Kalau
saya saja mempunyai daftar seperti itu, pasti pembela Curtis Randal pun punya
juga."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lorretta Marshal mengerutkan alisnya. "Bagaimana dengan tes golongan darah,


atau semacamnya ...?"

"Tes darah itu hanya boleh diajukan sebagai barang bukti, untuk membuktikan
bahwa si terdakwa bukan ayahnya. Tes semacam itu tidak bisa menjadi dasar
yang sah."

"Sebenarnya bukan diri saya sendiri yang saya pikirkan.

Saya ingin Melanie terlindung. Bukankah layak kalau Curtis mengurus


anaknya?"

Jennifer ragu-ragu mempertimbangkan keputusannya. Dia telah mengatakan


yang sebenarnya pada Lorretta Marshal .

Perkara tuntutan sebagai ayah memang sulit. Bahkan kadang-kadang kacau dan
menjengkelkan. Pembela terdakwa pasti akan berusaha untuk
menghancurkannya bila perempuan ini disuruh mengambil tempat di mimbar.
Mereka akan

mengajukan sederetan laki-laki yang pernah menidurinya, dan sebelum mereka


selesai, mereka akan memberikan kesan bahwa gadis ini tak lebih dari seorang
pelacur. Perkara seperti itu bukanlah perkara di mana Jennifer suka melibatkan
dirinya.

Sebaliknya, dia merasa percaya pada Lorretta Marshal . Dia bukan bangsanya
wanita pencari keuntungan yang ingin memeras bekas pacarnya, Gadis itu yakin
benar bahwa Curtis Randall adalah ayah anaknya. Jennifer lalu mengambil
keputusan.

"Baiklah," katanya, "kami akan bekerja keras untuk menyelesaikannya."

Jennifer mengatur suatu pertemuan dengan Roger Davis, ahli hukum yang
membela Curtis Randall. Davis adalah seorang partner dalam suatu perusahaan
pengacara besar di Wal Street, dan betapa penting kedudukannya dalam
perusahaan itu dilihat dari luas dan bagusnya ruangan yang ditempatinya. Dia
sombong dan angkuh, dan Jennifer membencinya pada pandangan pertama itu.
"Apa yang dapat saya bantu?" tanya Roger Davis.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sebagaimana yang sudah saya jelaskan melalui telepon, saya datang untuk
kepentingan Lorretta Marshal ."

Laki-laki itu melihat padanya dengan pandangan tak sabar,

"Jadi?"

"Dia telah meminta bantuan saya untuk mengajukan tuntutan terhadap Tuan
Curtis Randal III, sebagai ayah. Saya lebih suka untuk tidak melakukannya."

"Anda tolol sekali kalau mau."

Jennifer menahan rasa marahnya. "Kami tak ingin menyeret nama klien Anda ke
pengadilan. Karena saya yakin Anda pun tahu bahwa perkara semacam ini bisa
menodai nama. Oleh karenanya, kami bersedia mengadakan sesuatu perjanjian
yang adil di luar pengadilan."

Roger Davis tersenyum mengejek pada Jennifer. "Saya tahu Anda tentu mau
mengusulkannya. Karena Anda tak punya dasar hukumnya. Sama sekali tidak."

"Saya rasa ada."

"Nona Parker, saya tak punya waktu untuk banyak bicara.

Klien Anda adalah seorang pelacur. Dia mau tidur dengan semua makhluk yang
bergerak. Saya punya daftar nama lakilaki yang menidurinya. Daftar itu
sepanjang lengan saya ini.

Apakah Anda pikir bahwa klien saya yang akan menjadi korban? Klien Andalah
yang akan hancur. Kalau tak salah dia seorang guru. Kelak, bila saya sudah
selesai menanganinya, dia tidak akan bisa mengajar lagi di mana pun juga
seumur hidupnya. Dan akan saya katakan satu hal lagi. Randall juga percaya
bahwa dialah ayah bayi itu. Tapi Anda tidak akan pernah bisa membuktikannya
sampai kapan pun."

Jennifer duduk bersandar mendengarkan, wajahnya tidak mengungkapkan apa-


apa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kami berpendapat bahwa klien Anda bisa saja dihamili oleh siapa pun juga,
termasuk oleh orang yang serendah-rendahnya sekalipun. Anda ingin membuat
perjanjian? Baiklah.

Tapi baik saya katakan apa yang akan kami lakukan. Kami akan membelikan
Anda pil antihamil, supaya hal itu tidak terjadi lagi."

Jennifer bangkit, pipinya panas rasa terbakar. "Tuan Davis,"

katanya, "pidato singkat Anda itu akan membuat klien Anda harus membayar
setengah juta dolar."

Dan Jennifer lalu keluar.

Ken Bailey yang dibantu oleh tiga orang asisten pun tak mampu menggali apa-
apa untuk menjatuhkan Curtis Randal III. Dia seorang duda, seorang tokoh yang
berdiri tegak bagaikan tonggak bersih dalam masyarakat, dan dia jarang sekali
terlibat dalam peristiwa seks.

"Si Keparat itu sesuci orang yang dilahirkan kembali," keluh Ken Bailey.

Mereka duduk di ruang pertemuan tengah malam, yailu malam menjelang sidang
yang akan menentukan supaya seorang ayah membiayai anaknya. "Aku telah
berbicara dengan salah seorang pengacara di kantor Davis,

Jennifer. Mereka bertekad akan menghancurkan klien kita.

Mereka tidak main-main”.

“Mengapa kau mau begitu bersusah payah untuk kasus itu?" tanya Dan Martin.

"Aku tidak akan menilai kehidupan seks-nya, Dan. Dia yakin bahwa Curtis
Randall adalah ayah bayinya. Maksudku, dia betul-betul yakin. Yang di ngininya
adalah uang untuk bayinya

— tak satu sen pun untuk dirinya sendiri. Kurasa dia pantas dibela di
pengadilan."

"Kami bukannya memikirkan dia," sahut Ken. "Kami memikirkan kau. Kau
sudah terkenal. Semua orang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memperhatikan kau. Kurasa perkara ini tak mungkin dimenangkan. Maka itu
akan menodai namamu."

"Baiknya kita semua tidur," kata Jennifer. "Sampai bertemu di pengadilan."

Jalannya sidang bahkan lebih buruk daripada yang diramalkan Ken Bailey.
Jennifer telah menyuruh Lorretta Marshal membawa bayinya ke ruang sidang,
tapi kini Jennifer bertanya sendiri apakah dia tidak membuat kesalahan taktik.
Jennifer duduk saja tanpa bisa berbuat apa-apa, sementara Roger Davis
mengajukan saksi-saksi secara bergantian ke mimbar, dan memaksa mereka satu
demi satu untuk mengakui bahwa mereka sudah pernah tidur dengan Lorretta
Marshal . Jennifer tak berani menanyai mereka. Mereka adalah korban, dan
mereka memberikan kesaksian di muka umum hanya karena dipaksa. Jennifer
tak dapat berbuat apaapa, kecuali duduk saja, sementara nama kliennya dikotori
habis-habisan. Diperhatikannya wajah para juri dan dilihatnya bahwa rasa
kebencian mereka makin lama makin bertambah. Roger Davis pandai sekali, dia
tak mau menuding Lorretta Marshal sebagai pelacur. Dia tak perlu berbuat
demikian. Orang-orang yang di mimbar itu yang melakukan untuknya.

Jennifer telah membawa pula saksi-saksi tokohnya sendiri, untuk memberikan


kesaksian tentang jasa-jasa baik yang telah diberikan Lorretta Marshal sebagai
seorang guru, bahwa dia pergi ke gereja secara teratur, dan bahwa dia adalah
seorang ibu yang baik; namun semuanya itu tidak memberikan pengaruh
dibanding dengan banyaknya jumlah pacar Lorretta Marshall. Jennifer berharap
agar bisa mendapatkan simpati dari juri dan membesar-besarkan nasib buruk
seorang wanita muda yang telah dikhianati oleh seorang hidung belang yang
kaya dan kemudian ditinggalkan setelah hamil. Namun sidang tidak demikian
jalannya.

Curtis Randal III duduk di meja tertuduh. Dia seolah-olah merupakan orang
pilihan dari seorang sutradara. Dia seorang Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/
laki-laki yang masih kelihatan bergaya dalam umurnya yang sudah mendekati
enam puluh tahun, dengan rambut yang sudah banyak beruban, raut muka yang
teratur, dan kulitnya berwarna coklat karena sengatan matahari. Dia keturunan
keluarga yang berlatar belakang orang-orang terkenal dalam masyarakat,
menjadi anggota perkumpulan-perkumpulan yang baik, kaya dan berhasil.
Jennifer bisa merasakan seolah-olah anggota-anggota juri yang wanita membuka
pakaian laki laki itu dalam hati mereka.

Pasti, pikir Jennifer. Mereka berpikir bahwa merekalah yang pantas tidur
bersama pangeran menarik itu, dan bukan wanita jelek yang duduk dalam ruang
sidang dengan memangku bayi berumur sepuluh bulan itu.

Malangnya lagi bagi Lorretta Marshal , anak itu

samasekali tidak ada kesamaan dengan ayahnya. Bahkan sebenarnya tidak pula
dengan ibunya. Bisa saja dia bayi orang lain.

Seolah-olah membaca pikiran Jennifer itu, Roger Davis berkata pada juri, "Itu
mereka duduk, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, ibu dan anak. Ya. Tapi anak
siapa? Anda telah melihat Tertuduh. Saya mau menantang siapa saja dalam
ruang sidang inil yang bisa menunjukkan satu saja kesamaan antara Tertuduh
dengan bayi ini. Bila klien saya adalah ayah anak ini, pasti ada suatu tanda
sekecil apa pun sesuatu di mata mereka, atau di hidung, atau dagu. Mana
persamaan itu? Tak ada bukan? Dan alasannya sederhana sekali. Tertuduh bukan
ayah anak ini. Tidak, saya kuatir sekali bahwa yang sedang kita hadapi sekarang
adalah suatu contoh klasik dari seorang perempuan liar yang ceroboh, yang
menjadi hamil, lalu melihat-lihat pacarnya yang mana yang kira-kira bisa
membiayai hidupnya."

Suaranya menjadi halus. "Yah, tak seorang pun di antara kita di sini boleh
menudingnya. Apa yang ingin dilakukan Loretta Marshal dalam kehidupan
pribadinya adalah urusannya sendiri. Kenyataan bahwa dia adalah seorang guru,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan dengan demikian bisa mempengaruhi pikiran anak-anak kecil, yah, itu pun
bukan hak saya untuk memutuskannya.

Saya berdiri di sini bukan hendak berceramah tentang moral; saya di sini sekedar
melindungi kepentingan-kepentingan seorang pria yang tak bersalah”.
Jennifer memperhatikan para anggota juri, dan hatinya luruh melihat bahwa
semuanya berada di pihak Curtis Randal .

Jennifer tetap percaya pada Lorretta Marshall. Kalau saja bayi itu serupa dengan
ayahnya! Roger Davis memang benar.

Sama sekali tak ada persamaannya. Dan Davis telah berusaha agar juri
menyadari hal itu.

Jennifer memanggil Curtis Randal ke mimbar. Dia tahu inilah satu-satunya


kesempatan untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi, kesempatannya
yang terakhir untuk memutar balikkan persoalan. Diperhatikannya sebentar
lakilaki di kursi saksi itu.

"Pernahkah Anda menikah, Tuan Randal ?"

"Pernah. Istri saya meninggal dalam suatu kebakaran."

Kata-kata itu dengan sendirinya menimbulkan reaksi berupa simpati di kalangan


juri.

Sialan! Jennifer cepat-cepat melanjutkan. "Apakah Anda tak pernah menikah


lagi?"

"Tidak. Saya terlalu mencintai istri saya, dan saya....”

"Apakah Anda dan istri Anda mempunyai anak?"

"Tidak. Malangnya dia tak bisa mendapatkannya."

Jennifer menunjuk pada bayi itu. "Kalau begitu apakah Melanie satu-satunya....”

"Keberatan!"

"Keberatan dibenarkan. Pembela dari

Penggugat seharusnya tahu itu."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maaf, Yang Mulia. Pertanyaan itu terluncur ke luar."


Jennifer berbalik lagi pada Curtis Randal . "Apakah Anda suka pada anak-
anak?"

"Ya, suka sekali."

"Anda adalah ketua dewan direksi dalam perusahaan Anda sendiri bukan, Tuan
Randal ?"

"Benar."

"Tak pernahkah Anda berharap untuk mempunyai seorang anak laki-laki yang
akan melanjutkan nama Anda?"

"Saya rasa semua laki-laki menginginkannya."

"Jadi, seandainya Melanie dilahirkan sebagai anak laki-laki dan bukan....”


"Keberatan!"

"Keberatan dibenarkan." Hakim menoleh pada Jennifer.

"Nona Parker, saya harap Anda tidak berbuat begitu lagi."

"Maaf, Yang Mulia." Jennifer berbalik kembali pada Curtis Randall. "Tuan
Randall, apakah Anda biasa mengambil wanita-wanita yang tidak Anda kenal,
lalu membawanya ke hotel?"

Dengan gugup Curtis Randal menjilatkan lidahnya ke bibir bawahnya. "Tidak."

"Tidakkah Anda mula-mula bertemu dengan Lorretta Marshal di sebuah bar, lalu
membawanya ke sebuah kamar di hotel?"

Lidah laki-laki itu menjilat bibirnya lagi. "Benar.... tapi itu hanya.... kebutuhan
seks saja."

Jennifer membelalak padanya. "Anda mengatakan itu hanya 'kebutuhan seks


saja', seolah-olah Anda merasa bahwa seks itu sesuatu yang kotor."

"Tidak." Lidahnya terulur lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer memperhatikan gerak itu, dia terpesona melihat lidah itu bergerak-gerak
menjilati bibirnya Tiba-tiba pikirannya dipenuhi oleh suatu harapan yang masih
samar. Kini dia tahu apa yang harus dilakukannya. Dia harus menanyai orang itu
terus-menerus. Namun dia harus berhati-hati supaya juri tidak sampai bersikap
memusuhinya.

"Berapa banyak wanita yang pernah Anda ajak pergi dari bar?"

Roger Davis melompat bangkit. "Tak ada hubungannya, Yang Mulia. Dan saya
berkeberatan dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Hanya Lorretta
Marshal -lah satusatunya wanita yang terlibat dalam perkara ini. Kita sudah tahu
bahwa Tertuduh memang sudah mengadakan hubungan suami-istri dengan
wanita itu. Kecuali itu, kehidupan pribadinya tak ada hubungannya dalam ruang
sidang ini."
"Saya tidak sependapat, Yang Mulia. Bila Tertuduh adalah semacam laki-laki
yang....”

"Keberatan dibenarkan. Harap hentikan cara bertanya yang begitu, Nona


Parker."

Jennifer mengangkat bahunya. "Baik, Yang Mulia." Dia berpaling lagi pada
Curtis Randal . “Mari kita ingat kembali malam hari Anda mengajak Lorretta
Marshal pergi dari bar.

Bagaimana bar itu?"

"Saya.... saya tak ingat. Saya belum pernah ke sana sebelum itu."

"Bar itu adalah bar yang biasanya didatangi oleh orang-orang seorang diri,
bukan?"

"Saya tak tahu."

"Nah, supaya Anda tahu, Bar The Play Pen itu sejak dulu adalah bar untuk
orang-orang seorang diri. Tempat itu terkenal menjadi tempat jemputan wanita-
wanita, suatu tempat pertemuan antara laki-laki dan wanita untuk kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pergi tidur bersama. Bukankah untuk itu Anda pergi ke sana, Tuan Randall?"

Curtis Randal mulai menjilat bibirnya lagi. “Mung....

mungkin begitu. Saya tak ingat."

“Anda tak ingat?" Suara Jennifer bernada mengejek.

"Ingatkah Anda tanggal pertemuan Anda yang pertama dengan Lorretta Marshal
di bar itu?"

“Tidak, saya tak ingat. Tak pasti."

“Kalau begitu biar saya ingatkan Anda."

Jennifer berjalan ke meja penggugat dan mulai melihatlihat beberapa surat-surat.


Dituliskannya sehelai surat pendek seolah-olah dia sedang menyalin suatu
tanggal, lalu diberikannya pada Ken Bailey. Laki-laki itu membacanya dengan
teliti, wajahnya menunjukkan keheranan.

Jennifer berjalan kembali ke meja saksi. "Waktu itu tanggal sepuluh Januari,
Tuan Randal ."

Dari sudut matanya, Jennifer melihat Ken Bailey

meninggalkan ruang sidang.

"Saya rasa, mungkin. Seperti saya katakan, saya tidak ingat."

Selama lima belas menit berikutnya, Jennifer terus menanyai Curtis Randal .
Tanya-jawab itu berjalan lancar, namun tak gencar, dan Roger Davis tidak
menyela karena dia melihat bahwa Jennifer tidak mendapatkan perhatian para
juri, yang mulai tampak bosan.

Jennifer bercakap terus sambil mengawasi Ken Bailey dari sudut matanya. Di
tengah-tengah suatu pertanyaan, Jennifer melihat Ken bergegas masuk ke ruang
sidang dengan membawa sebuah bungkusan kecil.

Jennifer mengalihkan pandangannya pada hakim. "Yang Mulia, bolehkah saya


minta istirahat lima belas menit?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hakim melihat pada jam di dinding. "Karena sekarang sudah hampir waktu
makan siang, sidang ditunda sampai jam setengah dua."

Pukul setengah dua sidang mulai berjalan lagi Jenntfer menyuruh Lorretta
Marshal pindah duduk ke tempat yang lebih dekat dengan tempat juri dengan
bayi di pangkuannya.

Hakim berkata, "Tuan Randall, Anda masih dalam keadaan di bawah sumpah.
Anda tidak akan disumpah lagi. Silakan mengambil tempat di mimbar."

Jennifer memperhatikan Curtis Randal yang duduk di mimbar saksi. Dia berjalan
mendekatinya dan bertanya,

"Berapa orang anak Anda yang tak sah?"


Roger Davis bangkit. "Keberatan! Ini keterlaluan, Yang Mulia. Saya tak mau
klien sava dijadikan bahan penghinaan."

Hakim berkata, "Keberatan dibenarkan" Dia menoleh pada Jennifer. "Nona


Parker, Anda sudah saya peringati....”

"Maaf, Yang Mulia," kata Jennifer dengan kesal. Ia memandang pada Curtis
Randall, dan melihat bahwa dia telah berhasil mendapatkan apa yang di
ngininya. Dia sedang menjilat-jilat bibirnya dengan gugup. Jennifer menoleh ke
Lorretta Marshal dan bayinya. Bayi itu sedang menjilati bibirnya pula. Jennifer
berjalan perlahan-lahan ke arah bayi itu, lalu berdiri lama-lama di depannya
untuk memusatkan perhatian juri ke arah itu.

"Lihatlah anak itu," kata Jennifer dengan suara halus.

Mereka semua menatap ke Melanie kecil, yang sedang menjilat-jilatkan lidahnya


yang dadu ke bibirnya.

Jennifer berbalik lalu berjalan kembali ke mimbar saksi.

"Dan lihat pula laki-laki ini."

Dua belas pasang mata terpusat pada Curtis Randal . Lakilaki itu duduk sambil
menjilati bibir bawahnya, dan tiba-tiba Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tak ada lagi yang dapat menyangkal persamaan antara keduanya. Terlupakanlah
kenyataan bahwa Lorretta Marshal telah ditiduri oleh belasan laki-laki lain.
Orang lupa akan kenyataan bahwa Curtis Randal itu bagaikan tonggak lambang
kesempurnaan dalam masyarakat.

"Inilah laki-laki," kata Jennifer dengan suara murung, "yang mempunyai


kedudukan dan harta. Seorang laki-laki yang terpandang. Hanya satu pertanyaan
yang akan saya tanyakan: laki-laki macam apakah yang tak mau mengakui
anaknya sendiri?"

Kurang dari satu jam juri keluar untuk bermusyawarah.

Mereka kembali dengan keputusan yang menguntungkan pihak penggugat.


Lorretta Marshal akan menerima dua ratus ribu dolar tunai, dan dua ribu dolar
sebulan untuk pemeliharaan anaknya.
Setelah keputusan itu dijatuhkan, Roger Davis berjalan dengan gontai
mendapatkan Jennifer mukanya merah karena marah. "Apa yang telah Anda
perbuat dengan bayi itu?"

"Apa maksud Anda?"

Roger Davis ragu-ragu, dia jadi tak yakin akan dirinya.

"Soal bibir itu. Itulah yang membuat juri memihak Anda, cara bayi itu menjilat-
jilat bibirnya itu. Bisakah Anda menjelaskannya?"

"Sebenarnya," kata Jennifer dengan anggun, "bisa saja. Itulah yang disebut sifat
keturunan." Dan dia pergi.

Jennifer dan Ken Bailey membuang botol bekas sirup dalam perjalanan mereka
pulang ke kantor

Boleh dikatakan sejak semula Adam Warner sudah tahu bahwa perkawinannya
dengan Mary Beth merupakan suatu kekeliruan. Dia telah bertindak tanpa
pertimbangan dan bercita-cita terlalu muluk mencoba melindungi seorang gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang kelihatannya sangat menderita dan sangat peka terhadap segala kejahatan
di dunia.

Adam mau mengorbankan apa saja asalkan tidak menyakiti Mary Beth, tetapi
cintanya pada Jennifer sangat mendalam.

Dia membutuhkan seseorang yang dapat diajak berbicara, dan pilihannya jatuh
pada Stewart Needham. Stewart selalu bersikap penuh perhatian padanya. Dia
akan mengerti kedudukan Adam.

Ternyata bahwa pertemuan dengan Stewart sangat lain sifatnya daripada yang
direncanakan Adam. Waktu Adam memasuki kantor Stewart Needham, pria itu
berkata, "Tepat sekali saatnya. Aku baru saja selesai berbicara melalui telepon
dengan panitia pemilihan. Mereka akan meminta dengan resmi padamu supaya
bersedia berkampanye untuk keanggotaan Senat Amerika Serikat. Kau akan
mendapat dukungan penuh dari partai."

"Aku.... bagus sekali," kata Adam.


"Banyak yang harus kita kerjakan, Sahabat. Kita harus mulai mengatur beberapa
hal. Aku akan membentuk

suatu panitia pengumpulan dana. Kurasa kita harus mulai dari situ...."

Selama dua jam mereka membahas rencana-rencana untuk kampanyenya.

Setelah mereka selesai, Adam berkata, "Stewart, ada sesuatu yang bersifat
pribadi yang ingin kubicarakan denganmu."

"Sayang, aku sudah terlambat untuk menemui seorang klien, Adam."

Dan Adam tiba-tiba punya perasaan bahwa Stewart

Needham sudah tahu sejak semula apa yang ada dalam pikiran Adam.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adam berjanji untuk bertemu dan makan siang bersama

Jennifer di sebuah restoran perusahaan susu di West Side.

Jennifer sedang menunggunya di kamar kecil di belakang.

Adam masuk dengan penuh semangat, dan melihat

air mukanya, Jennifer tahu bahwa sesuatu telah terjadi.

"Ada berita untukmu," kata Adam. "Aku diminta

berkampanye untuk menjadi anggota Senat Amerika Serikat."

"Waduh, Adam!" Jennifer tiba-tiba merasa sangat berdebar.

"Hebat sekali! Kau akan menjadi senator yang jempolan."

"Persaingannya akan berat sekali. New York ini, negara

bagian yang keras."


"Tidak apa-apa. Tak seorang pun bisa mengalahkan kau."

Dan Jennifer yakin bahwa itu benar. Adam cerdas dan penuh

keberanian, dia mau memperjuangkan pendiriannya. Jennifer

merasa bahwa dia pun pernah berjuang keras.

Jennifer menggenggam tangan Adam, dan berkata! dengan

hangat, "Aku bangga sekali padamu, Sayang."

"Tenang, aku belum lagi terpilih. Kau tentu pernah

mendengar tentang permainan kotor yang biasa dipakai orang

dalam usaha itu."

"Itu tak ada hubungannya dengan rasa banggaku

terhadapmu. Aku cinta sekali padamu, Adam."

"Aku juga cinta padamu."

Adam ingin menceritakan pada Jennifer tentang

rencananya yang hampir terlaksana untuk membicarakan

soal mereka dengan Stewart Needham, tetapi dia

mengurungkan niatnya itu. Biarlah nanti saja sampai dia

selesai membereskannya.

"Kapan kau akan mulai berkampanye?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mereka minta agar aku segera mengumumkan bahwa aku akan mencalonkan
diri. Aku harus mendapatkan dukungan penuh dari partai."
"Bagus sekali."

Ada sesuatu yang tidak bagus yang mengganggu pikiran Jennifer. Sesuatu yang
tak mau dia mengucapkannya, tapi dia tahu bahwa cepat atau lambat dia akan
harus

menghadapinya. Dia ingin agar Adam menang, tetapi kampanye untuk


keanggotaan senat itu akan merupakan pedang yang beracun, yang mengancam
dirinya. Bila Adam menang, dia akan kehilangan kekasihnya itu. Dia harus
berkampanye dengan nama yang bersih, dan tidak akan ada lagi peluang dalam
hidupnya untuk berbuat sesuatu yang bisa mengancam nama baiknya. Dia
seorang pria yang beristri, dan kalau sampai diketahui umum bahwa dia
mempunyai kekasih gelap, itu akan merupakan bunuh diri dalam politik.

Malam itu pertama kalinya sejak dia jatuh cinta pada Adam, Jennifer tak bisa
tidur. Dia tak tidur sampai subuh, berjuang melawan hantu-hantu malam.

Cynthia berkata, "Ada telepon menunggu Anda. Dari makhluk penghuni Mars
dulu itu lagi."

Jennifer menatapnya tanpa mengerti.

"Maksud saya, orang yang bercerita tentang rumah sakit gila itu."

Jennifer sudah lupa sama sekali pada laki-laki itu. Agaknya dia benar-benar
memerlukan bantuan seorang dokter ahli penyakit jiwa.

"Katakan supaya dia...." Dia mendesah. "Sudah, biarlah.

Biar aku sendiri yang mengatakannya."

Diangkatnya gagang telepon. "Jennifer Parker."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suara yang sudah dikenalnya, berkata, "Adakah Anda selidiki tentang informasi
yang saya berikan dulu?"

"Saya belum sempat." Dia ingat bahwa catatan yang telah dibuatnya dulu sudah
dibuangnya. "Saya ingin membantu Anda. Dapatkah Anda menyebutkan nama
Anda?"

"Tak bisa," bisik laki-laki itu. "Orang-orang itu akan mengejar saya juga. Tolong
selidiki saja. Helen Cooper. Long Island."

"Saya bisa memberi tahu Anda seorang dokter yang....” Hubungan terputus.

Jennifer masih tetap duduk sebentar, berpikir, lalu meminta Ken Bailey datang
ke kamar kerjanya.

"Ada apa, Bos?"

"Kurasa... tak apa-apa. Aku beberapa kali menerima telepon aneh dari seseorang
yang tak mau menyebutkan namanya. Maukah kau menolong mencari tahu
tentang seorang wanita yang bernamai Helen Cooper? Katanya dia memiliki
sebidang tanah yang luas di Long Island."

"Di mana dia sekarang?"

"Kalau tidak di suatu rumah sakit jiwa, ya di Planet Mars."

Dua jam kemudian, Ken Bailey masuk kembali dan

mengejutkan Jennifer karena mengatakan, "Penghuni Planet Mars-mu itu sudah


mendarat. Memang ada seseorang yang bernama Helen Cooper yang dikurung di
Rumah Sakit Jiwa The Heathers di Westchester."

"Yakinkah kau?" tanya Jennifer.

Ken Bailey tampak tersinggung.

"Bukan itu maksudku," kata Jennifer cepat-cepat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ken adalah seorang detektif paling ulung yang pernah dikenalnya. Dia tak
pernah mengatakan sesuatu bila dia belum meyakininya, dan dia tidak pernah
salah dalam menyatakan pendapatnya.

"Apa urusan kita dengan wanita itu?" tanya Ken.


"Ada orang yang berpikir bahwa dia dipaksa masuk ke rumah sakit jiwa itu.
Kuminta kau mau meneliti latar belakangnya. Aku ingin tahu tentang
keluarganya."

Informasi itu sudah ada di meja Jennifer esok paginya.

Helen Cooper adalah janda seorang bangsawan yang telah diwarisi kekayaan
besar senilai empat juta dolar oleh almarhum suaminya. Putrinya menikah
dengan pengawas bangunan tempat mereka tinggal, dan enam bulan setelah
pernikahan itu, kedua mempelai itu pergi ke pengadilan untuk meminta agar ibu
itu dinyatakan tak waras, dan supaya tanah miliknya dinyatakan berada di bawah
pengawasan mereka.

Mereka telah mendapatkan tiga orang dokter ahli penyakit jiwa yang
membuktikan ketidakwarasan Helen Cooper, dan pengadilan lalu
memerintahkan agar dia dimasukkan ke rumah sakit jiwa.

Setelah Jennifer selesai membaca laporan itu dia mengangkat kepalanya


memandang Keh Bailey. "Seluruhnya kedengaran kurang beres, ya?"

"Bukan hanya tak beres! Itu semua bohong belaka.

Apa yang akan kaulakukan?"

Itu suatu pertanyaan yang sulit. Jennifer tak tahu siapa yang akan menjadi
kliennya. Bila keluarga Nyonya Cooper sudah mengusahakan supaya dia
dikurung, mereka pasti tidak akan menyambut baik campur tangan Jennifer, dan
karena wanita itu sendiri telah dinyatakan tak waras, dia tentu tak berhak
meminta bantuan hukum dari Jennifer. Sungguh menarik persoalan itu. Satu hal
yang sudah diketahui Jennifer dengan pasti: ada atau tak ada klien, dia tidak
akan tinggal Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diam dan melihat seseorang dimasukkan ke rumah sakit jiwa dengan paksa.

"Aku akan mengunjungi Nyonya Cooper." Jennifer memutuskan.

Rumah Sakit Jiwa Heather terletak di Westchester di suatu daerah kehutanan


yang luas. Seluruh tanah yang

mengelilinginya dipagari, dan satu-satunya jalan masuk adalah melalui pintu


gerbang yang dikawal. Jennifer belum siap untuk memberitahukan pada keluarga
itu apa yang dilakukannya, maka dia menelepon ke sana kemari mencari seorang
kenalan yang ada hubungannya dengan rumah sakit itu. Kenalannya itulah yang
mengatur kunjungannya pada Nyonya Cooper.

Pemimpin rumah sakit itu, Nyonya Franklin, adalah seorang wanita yang berhati
keras dan berwajah keras pula, yang mengingatkan Jennifer akan Nyonya
Danvers, tokoh dalam cerita Rebecca.

"Kalau menurut aturan sebenarnya," dengus Nyonya Franklin, "saya tak boleh
mengizinkan Anda berbicara dengan Nyonya Cooper. Tapi kita anggap saja ini
suatu kunjungan tak resmi. Ini tidak akan dilaporkan."

"Terima kasih."

"Akan saya perintahkan orang mengantarnya kemari."

Helen Cooper adalah seorang wanita yang berparas menarik, yang berumur
hampir tujuh puluh tahun. Matanya yang biru dan hidup memancarkan
kecerdasan, dan dia anggun sekali, seolah-olah dia sedang menerima Jennifer di
rumahnya sendiri.

"Anda baik sekali mau mengunjungi saya," kata Nyonya Cooper, "tapi saya tak
tahu maksud kedatangan Anda."

"Saya seorang pengacara, Nyonya Cooper. Dua kali saya menerima telepon dari
orang yang tak mau menyebutkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

namanya, yang mengatakan bahwa Anda berada di sini, dan bahwa sebenarnya
Anda tak pantas berada di sini."

Nyonya Cooper tersenyum lembut. "Itu tentu si Albert."

"Albert?"

"Dia adalah pelayan kepala di rumah kami selama dua puluh lima tahun. Waktu
anak saya, Dorothy, menikah, dia dipecat." Wanita itu mendesah. "Kasihan
Albert. Dia benar-benar seseorang dari masa lalu, di dunia yang lain. Saya rasa,
saya pun demikian pula. Anda masih sangat muda, Nona manis, Anda mungkin
tidak melihat betapa besarnya perubahan yang telah terjadi. Tahukah Anda apa
yang tak ada lagi sekarang ini? Keanggunan. Saya kuatir hal itu kini sudah
digantikan oleh keserakahan."

"Putri Andakah yang Anda maksud?" tanya Jennifer dengan halus.

Mata Nyonya Cooper menjadi sedih. "Saya tidak menyalahkan Dorothy,


melainkan suaminya. Laki-laki itu orang yang tidak menarik, maksud saya
moralnya. Anak saya lahiriahnya yang tidak menarik. Herbert menikahi Dorothy
untuk mendapatkan uangnya, tapi kemudian diketahuinya bahwa seluruh tanah
milik ada dalam tangan saya. Dia tak suka itu."

"Apakah hal itu dinyatakannya pada Anda?"

"Oh ya, menantu saya itu berterus terang dalam hal itu.

Menurut dia, seharusnya saya memberikan tanah milik itu pada anak saya pada
waktu itu juga, dan jangan

menyuruhnya menunggu sampai saya mati. Sebenarnya saya mau, tapi saya tak
percaya pada menantu saya itu. Saya tahu apa yang akan terjadi bila dia berhasil
menguasai semua uang itu."

"Pernahkah Anda mengalami sakit jiwa, Nyonya Cooper?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Helen Cooper memandangi Jennifer sejenak dan berkata dengan murung,


"Menurut dokter-dokter itu, saya menderita schizophrenia dan paranoia."

Jennifer merasa bahwa dia tak pernah berbicara dengan orang yang lebih waras
daripada wanita itu, selama hidupnya.

"Tahukah Anda bahwa tiga orang dokter yang telah membuktikan bahwa Anda
tak waras?"

"Tanah milik Cooper itu bernilai empat juta dolar, Nona Parker. Orang bisa saja
mempengaruhi banyak dokter dengan uang sebanyak itu. Tapi saya kuatir Anda
hanya membuangbuang waktu saja. Menantu saya yang mengawasi tanahtanah
milik itu sekarang. Dia tidak akan pernah membiarkan saya keluar dari sini."
"Saya ingin bertemu dengan menantu Anda itu."

Plaza Towers terletak di East 72nd Street, di salah satu daerah pemukiman yang
terbagus di New York. Helen Cooper memiliki rumah tinggal sendiri di bagian
atas bangunan itu.

Kini papan nama pada pintu rumah itu bertulisan Mr and Mrs Herbert
Hawthorne.

Jennifer telah menelepon lebih dahulu pada putri Nyonya Cooper, Dorothy. Dan
waktu Jennifer tiba di apartemen itu, Dorothy bersama suaminya sudah
menunggu. Helen Cooper tak salah mengenai putrinya. Dia tidak menarik. Dia
kurus dan raut mukanya seperti tikus, tak berdagu dan mata kanannya agak
juling. Suaminya, Herbert, rupanya seperti salah seorang badut dari Archie
Bunker. Umurnya sekurang-kurangnya dua puluh tahun lebih tua daripada
Dorothy.

"Mari masuk," geram laki-laki itu.

Dari lorong tempat penerimaan tamu itu, Jennifer diajak masuk ke dalam sebuah
ruang tamu yang besar sekali.

Dindingnya dipenuhi lukisan-lukisan karya pelukis-pelukis besar dari Prancis


dan Belanda.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan kasar Hawthorne berkata pada Jennifer,

"Nah, coba katakan ada apa?"

Jennifer berpaling pada istrinya. "Ini mengenai ibu Anda."

"Ada apa dengan dia?"

"Kapan beliau itu pertama kali memperlihatkan tanda-tanda ketidakwarasan?"

"Dia....”

Herbert Hawthorne cepat-cepat menyela, "Segera setelah Dorothy dan saya


menikah. Orang tua itu tak suka pada saya."

Itu justru bukti kewarasannya, pikir Jennifer.

"Saya sudah membaca laporan dokter," kata Jennifer. "Laporan-laporan itu


kelihatannya tak benar."

"Apa maksud Anda, tak benar?" Nada bicaranya galak.

"Maksud saya, laporan-laporan itu menyatakan bahwa mereka itu bekerja dalam
keadaan yang meragukan. Dalam laporan itu tidak terdapat penjelasan-
penjelasan nyata untuk memastikan apa yang disebut waras dalam masyarakat.

Sebagian dari keputusan mereka didasarkan atas apa yang Anda dan istri Anda
katakan mengenai tingkah laku Nyonya Cooper."

"Apa yang ingin Anda katakan sebenarnya?"

"Saya ingin mengatakan bahwa pembuktian itu tidak murni.

Tiga orang dokter lain mungkin akan memberikan keputusan yang sangat lain."

"Hei, dengar," kata Herbert Hawthorne. "Saya tak tahu apa mau Anda
sebenarnya. Tapi orang tua itu gila. Para dokter berkata begitu dan pengadilan
pun sudah memutuskan begitu."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saya sudah membaca dokumen pengadilan," sahut

Jennifer. "Pengadilan juga menganjurkan supaya keadaannya

ditinjau kembali secara berkala."

Wajah Herbert Hawthorne tampak kacau. "Maksud Anda

mereka mungkin mengeluarkannya dari tempat itu?"

"Mereka pasti akan mengeluarkannya," Jennifer berjanji.

"Saya akan berusaha supaya hal itu terjadi."


"Tunggu sebentar! Apa-apaan semuanya ini?"

"Apanya itulah yang ingin saya selidiki." Jennifer

berpaling pada istrinya. "Telah saya selidiki sejarah penyakit

ibu Anda sebelum ini. Tidak pernah ada yang tak beres

dengan beliau, baik pikirannya maupun perilakunya.

Beliau....”

Herbert Hawthorne menyela, "Itu tak ada artinya sedikit

pun! Hal-hal seperti itu bisa saja terjadi sewaktu-waktu.

Dia....”

"Tambahan lagi," Jennifer melanjutkan berbicara dengan

Dorothy, "saya juga menyelidiki kegiatan-kegiatan sosial ibu

Anda, sebelum Anda menyingkirkannya. Hidupnya benar-

benar normal."

"Saya tak peduli apa kata Anda atau siapa pun juga.

Pokoknya dia gila!" teriak Herbert Hawthorne.

Jennifer berbalik padanya dan memperhatikannya sebentar.

"Apakah Anda meminta pada Nyonya Cooper untuk

memberikan tanah miliknya pada Anda?"

"Itu bukan urusan Anda!"

"Itu akan saya jadikan urusan saya. Saya rasa untuk

sementara cukup sekian saja." Jennifer berjalan ke arah pintu.


Herbert Hawthorne melangkah ke depan Jennifer,

nienghalang-halanginya. "Tunggu. Anda mencampuri soal orang tanpa di ngini.


Anda ingin mendapatkan uang, bukan?

Baiklah, saya mengerti. Bagaimana kalau saya beri Anda cek Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

sebesar seribu dol ar sekarang juga atas jasa-jasa yang Anda berikan, lalu
lepaskan semuanya ini?"

"Maaf," sahut Jennifer. "Saya tak bersedia."

"Apakah Anda sangka Anda akan menerima lebih banyak dari orang tua itu?"

"Tidak," kata Jennifer. Ditatapnya mata laki-laki itu. "Hanya salah seorang di
antara kita yang menginginkan uang dalam urusan ini."

Enam minggu lamanya diadakan pemeriksaan-pemeriksaan dan konsultasi


dengan ahli-ahli penyakit jiwa, serta pertemuan-pertemuan dengan empat badan
pemerintahan.

Jennifer membawa ahli-ahli penyakit jiwa sendiri, dan setelah mereka selesai
mengadakan pemeriksaan, serta Jennifer sudah pula menyampaikan semua hasil
penyelidikannya, hakim membatalkan keputusannya yang terdahulu dan Helen
Cooper dibebaskan sedang pengawasan atas tanah miliknya dikembalikan
padanya.

Pagi hari, waktu Nyonya Cooper dibebaskan, dia menelepon Jennifer.

"Saya ingin mengajak Anda makan siang di

Restoran Twenty One."

Jennifer melihat jadwal kerjanya. Acaranya untuk pagi itu padat sekali, dia ada
pula janji lain untuk makan siang, dan petangnya akan sibuk di pengadilan,
tetapi dia maklum betapa besarnya arti undangan itu bagi wanita tua itu. "Saya
akan datang," kata Jennifer.

"Kita akan mengadakan perayaan kecil-kecilan." Suara Helen Cooper terdengar


girang.

Makan siang itu berjalan dengan baik sekali. Nyonya Cooper adalah nyonya
rumah yang penuh perhatian, dan jelas kelihatan bahwa dia dikenal baik di
restoran itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jerry Berns mengantar mereka ke sebuah meja lantai atas, di mana mereka
dikelilingi oleh barang-barang antik yang cantik dan alat-alat makannya dari
perak pada masa Georgia.

Baik makanannya maupun pelayanannya, sempurna.

Helen Cooper menunggu sampai mereka minum kopi

sebagai penutup. Lalu dia berkata pada Jennifer, "Saya amat berterima kasih
padamu, Anakku. Saya tak tahu akan kaukenakan bayaran berapa pada saya, tapi
saya ingin memberikan lebih dari itu."

"Bayaran yang saya terima cukup tinggi."

Nyonya Cooper menggeleng. "Tak mengapa." Dia menyandarkan tubuhnya ke


depan, digenggamnya tangan Jennifer dan berkata dengan berbisik, "Akan
kuberikan tanahku yang di Wyoming padamu."

17

Halaman depan dari surat kabar New York Times memuat dua buah berita
menarik, berdampingan. Yang satu adalah berita bahwa Jennifer Parker telah
berhasil membebaskan seorang wanita yang telah dituduh membunuh suaminya.

Yang sebuah lagi adalah berita tentang Adam Warner yang mencalonkan dirinya
untuk keanggotaan Senat Amerika serikat.

Jennifer membaca berita tentang Adam berulang kali.

Berita itu mengemukakan tentang latar belakangnya, tentang jasanya sebagai


seorang penerbang dalam perang Vietnam, dan memberitakan pula bahwa dia
telah menerima bintang Distinguised Flying Cross atas keberaniannya. Berita Ini
penuh dengan pujian-pujian, dan beberapa orang terkemuka yang dimintai
keterangannya mengatakan bahwa Adam Warner akan mengharumkan nama
Amerika Serikat dan bangsanya.

Pada akhir berita itu di syaratkan bahwa bila Adam berhasil dalam
kampanyenya, maka hal itu akan merupakan batu Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

loncatan yang mudah baginya untuk mencalonkan diri sebagai presiden Amerika
Serikat.

Di New Jersey, di rumah pertanian Antonio Granel i, Michael Moretti dan


Antonio Granel i baru saja selesai sarapan. Michael sedang membaca berita
tentang Jennifer Parker.

Dia mengangkat mukanya dan melihat pada ayah

mertuanya lalu berkata, "Dia telah berhasil lagi, Tony."

Antonio Granel i sedang menyendok telur dadar, "Siapa yang telah berhasil
melakukan apa?"

"Ahli hukum itu. Jennifer Parker. Dia luar biasa.” Antonio Granel i menggeram.
"Aku tetap tak suka seorang ahli hukum wanita bekerja untuk kita Perempuan
lemah. Kita tak pernah bisa tahu apa yang akan mereka lakukan."

"Kau benar, kebanyakan mereka memang begitu Tony."

Tidak akan ada untungnya melawan mertuanya Selama Antonio Granel i masih
hidup, dia berbahaya. Tetapi dengan memperhatikannya sekarang Michael yakin
bahwa dia tak perlu menunggu terlalu lama. Orang tua itu sudah mengalami
serangan jantung beberapa kali dan tangannya gemetar.

Berbicara pun sudah sulit dan dia berjalan dengai bertopang pada tongkat.
Kulitnya sudah seperti kertas kulit yang kering dan kuning. Cairan tubuhnya
sudah habis. Laki-laki yang namanya tercantum pada kepala daftar kejahatan
dalam negara itu, kini tak lebih dari harimau yang tak bergigi.

Namanya telah menimbulkan rasa ketakutan besar dalam hati para musuh mafia
yang tak terhitung banyaknya dan kebencian dalam hati para janda mereka. Kini,
sedikit sekali orang yang bisa melihat Antonio Granel i. Dia bersembunyi di
balik punggung Michael Moretti, Thomas Colfax, dan beberapa orang lain yang
dipercayainya. Michael belum diangkat —

dijadikan kepala keluarga — itu hanya tinggal soal waktu saja lagi. Brown 'si
Jari Tiga' Lucchese, pernah menjadi pemimpin mafia yang terkuat di wilayah
bagian timur, kemudian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyusul Antonio Granel i, dan sebentar lagi... Michael akan sabar menanti. Dia
telah menempuh jalan yang teramat panjang, sejak sebagai seorang pemuda yang
berwajah segar dan sok pemberani, dia berdiri di hadapan para pemimpin
organisasi kriminal di New York, dan sambil memegang sehelai kertas yang
menyala dia bersumpah, "Akan terbakar seperti inilah saya bila saya
membocorkan rahasia-rahasia Cosa Nostra."

Kini dia duduk semeja dengan orang tua itu. Michael berkata, "Barangkali kita
bisa memakai perempuan Parker itu untuk perkara-perkara kecil. Sekedar untuk
melihat dulu bagaimana dia."

Granel i mengangkat bahunya. "Hati-hati sajalah, Mike. Aku tak suka ada orang
asing dalam soal-soal rahasia keluarga."

“Biar aku yang menanganinya." Michael menelepon petang itu juga. Waktu
Cynthia memberitahukan bahwa Muliael Morreti menelepon, Jennifer merasa
bagaikan dilanda air bah penuh kenangan yang semuanya tidak menyenangkan.

Jennifer tak dapat menduga-duga untuk apa Michael Moretti meneleponnya.

Karena ingin tahu, diangkatnya juga gagang! telepon. "Mau apa, Saudara?

Michael Moretti terkejut mendengar tajamnya nada bicara Jennifer. "Saya ingin
bertemu dengan Anda. Saya rasa ada sesuatu yang sebaiknya kita bicarakan
berdua."

"Tentang apa, Tuan Moretti?"

"Itu tak dapat dikatakan melalui telepon. Satu hal bisa saya katakan, Nona
Parker.... ini adalah sesuat yang akan sangat berarti bagi Anda."

"Saya hanya bisa mengatakan ini, Tuan Moretti," kata Jennifer datar. "Bahwa tak
satu pun yang akari Anda katakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

atau lakukan akan ada artinya sedikit pun bagi saya." Lalu gagang telepon
dibantingnya!

Michael Moretti terduduk di meja kerjanya sambil menatap gagang telepon yang
sudah terputus hubungannya, di tangannya. Dia merasa hatinya tergelitik, tetapi
rasa itu bukanlah rasa marah. Dia tak tahu benar apa itu, dan dia tak yakin
apakah dia menyukainya atau tidak. Sepanjang hidupnya dia sudah biasa
memakai perempuan, dan

penampilannya yang tampan dengan rambut dan mata yang berwarna hitam,
serta kebengisannya yang tak dapal disangkal, telah memudahkannya untuk
mendapatkan teman tidur hingga dia tak ingat lagi sudah berapa banyaknya.

Pada dasarnya, Michael Moretti amat membenci wanita.

Mereka terlalu lembut. Mereka tak punya semangat. Rosa umpamanya. Dia
sama saja dengan seekor anjing kesayangan yang melakukan apa saja yang
diperintahkan padanya, pikir Michael. Dia mengurus rumahku, memasak
untukku,

memarahiku bila aku ingin dimarahi, menutup mulutnya bila kusuruh diam.

Michael tak pernah mengenal perempuan yang punya semangat, yang berani
melawannya. Tapi Jennifer telah berani memutuskan pembicaraannya dengan
telepon. Apa katanya tadi? Tak satu pun yang akan Anda katakan atau lakukan,
akan ada artinya sedikit pun bagi saya. Michael Moretti mengingat kata-kata itu
lalu tersenyum sendiri. Jennifer keliru.

Dia, Michael, akan menunjukkan bahwa dia keliru.

Dia duduk bersandar, mengingat-ingat bagaimana Jennifer di pengadilan,


membayangkan wajahnya, membayangkan tubuhnya. Tiba-tiba dia
membayangkan bagaimana Jennifer di tempat tidur. Mungkin dia bagaikan
seekor kucing yang garang. Dibayangkannya tubuh Jennifer tanpa pakaian,
memberontak melawannya. Diangkatnya gagang telepon lalu memutar suatu
nomor.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Waktu terdengar suara seorang gadis, Michael berkata,

"Buka pakaianmu. Sebentar lagi aku ke sana."

Dalam perjalanannya kembali ke kantornya, Setelah makan siang, waktu


Jennifer sedang menyeberang Third Avenue, dia hampir digilas truk.
Pengemudinya menginjak remnya kuat, dan bagian belakang dari truk itu
melesat ke samping, nyaris menggilasnya.

"Ya Tuhan, Nona!" teriak sopir itu. "Mengapa tak melihatlihat waktu berjalan?"

Jennifer tidak mendengarkannya. Dia menatap nama yang tertulis di bagian


belakang truk itu. Di situ tertulis Nationwide Motors Corporation. Dia masih
saja berdiri di tempat itu memperhatikannya, lama setelah truk itu menghilang
dari pandangan.

Kemudian dia berbalik lalu bergegas kembali ke kantornya.

"Ken ada?" tanyanya pada Cynthia.

"Ada di kamar kerjanya."

Jennifer masuk menemuinya. "Ken, bisakah kau menyelidiki Nationwide Motors


Corporation? Kita memerlukan suatu daftar dari semua kecelakaan yang telah
melibatkan truk-truk mereka selama lima tahun terakhir ini."

"Itu akan makan waktu."

"Pakailah LEXIS." Maksudnya komputer nasional yang sudah diakui”.

"Ada apa sebenarnya ini?"

"Aku belum tahu, Ken. Ini baru naluriku saja. Kalau sudah ada sesuatu nanti,
baru akan kukatakan padamu."

Jennifer telah melupakan sesuatu waktu meneliti perkara Connie Garret, gadis
cantik yang tak berkaki tangan yang harus menghabiskan sisa hidupnya sebagai
makhluk aneh itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Pengemudinya mungkin tak pernah membuat kesalahan, tapi bagaimana dengan
truknya sendiri? Mungkin memang ada seseorang yang harus bertanggung
jawab.

Esok paginya, Ken Bailey menyerahkan laporannya pada Jennifer. "Apa pun
rencanamu, kelihatannya kau seperti menang judi. Nationwide Motor
Corporation telah menjadi penyebab lima belas kecelakaan dalam lima tahun
terakhir ini, dan beberapa dari truk mereka telah ditarik dari peredaran."

Jennifer merasa debar jantungnya makin lama makin kuat.

"Di mana letak salahnya?"

"Kesalahan pada cara kerja remnya yang menyebabkan bagian belakang dari
truk terbelok bila remnya ditekan kuat-kuat."

Yang menggilas Connie Garret adalah bagian belakang dari sebuah truk.

Jennifer mengadakan rapat staf dengan Dan Martin, Ted Harris, dan Ken Bailey.
"Kita akan maju ke pengadilan membawa perkara Connie Garret," Jennifer
memberitahukan.

Ted Harris menatapnya melalui kaca matanya yang setebal botol susu. "Tunggu
sebentar, Jennifer, aku sudah menyelidiki hal itu. Dia sudah kalah dalam perkara
banding. Kita akan dikenakan res judicata."

"Apa itu res judicata?" tanya Ken Bailey.

Jennifer menjelaskan, "Dalam perkara sipil, hal itu sama artinya dengan bahaya
ganda dalam perkara kriminal. Suatu gugatan ada batas akhirnya."

Ted Harris menambahkan, "Bila suatu keputusan mengenai suatu perkara sudah
diambil, maka perkara itu baru akan dibuka lagi dalam keadaan yang sangat
istimewa. Kita tak punya dasar untuk membukanya kembali."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ada dasarnya. Kita akan menuntutnya atas dasar penemuan."

Asas penemuan berbunyi: Fakta-fakta yang relevan yang dikumpulkan oleh


kedua belah pihak dan diketahui oleh kedua belah pihak pula, diperlukan untuk
mengakhiri suatu perkara gugatan.

"Tergugat yang sudah lama dilupakan adalah Nationwide Motors. Mereka telah
merahasiakan informasi dari pengacara Connie Garret. Ada kesalahan pada cara
kerja rem truk-truk perusahaan i u, tapi mereka merahasiakannya."

Jennifer melihat pada kedua ahli hukum pembantunya.

"Kurasa inilah yang harus kita lakukan...."

Dua jam kemudian, Jennifer duduk di ruang tamu Connie Garret.

"Aku ingin maju ke pengadilan lagi. Kurasa ada gugatan yang bisa kita ajukan."

"Tidak. Aku tak bisa menjalani suatu sidang lagi."

"Connie...."

"Pandangilah aku ini, Jennifer. Aku ini makhluk aneh. Setiap kali aku melihat ke
cermin, aku ingin membunuh diriku.

Tahukah kau mengapa aku tidak melakukannya?" Suaranya merendah menjadi


suatu bisikan. "Karena aku tak sanggup.

Aku tak bisal"

Jennifer duduk diam, dia terharu. Mengapa dia bisa begitu kurang menenggang
rasa?

"Bagaimana kalau kucoba suatu penyelesaian di luar pengadilan? Kurasa, bila


mereka mendengar adanya pembuktian, mereka akan mau menyelesaikannya
tanpa sidang."

Perkantoran Maguire and Guthrie, perusahaan pengacara yang membela


Nationwide Motors Corporation, terletak di Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

daerah Fifth Avenue di sebuah bangunan modern dari kaca dan chrome, lengkap
dengan air mancur yang gemercik di depannya. Jennifer melapor di meja
penerimaan tamu.

Petugas penerima tamunya mempersilakannya duduk, dan lima belas menit


kemudian Jennifer diantar masuk ke dalam kantor Patrick Maguire. Dia adalah
partner senior dalam perusahaan itu, seorang asal Irlandia yang keras dan
tertempa hidup, dan bermata tajam yang bisa melihat segala-galanya.

Dia mengisyaratkan supaya Jennifer duduk. "Senang bertemu dengan Anda,


Nona Parker. Anda sudah sangat terkenal di kota ini."

"Saya harap bukan karena keburukan."

"Kata orang Anda keras. Tapi kelihatannya tidak."

"Saya harap tidak."

"Mau minum kopi? Atau wiski Irlandia yang baik?"

"Kopi saja."

Patrick Maguire menekan bel dan seorang sekretaris membawakan dua cangkir
kopi di nampan dari perak murni.

"Nah, apa yang bisa saya bantu?" kata Maguire.

"Mengenai perkara Connie Garret."

"Oh ya, seingat saya dia kalah dalam perkara itu, lalu kalah juga dalam perkara
bandingnya."

Seingat saya. Jennifer mau mempertaruhkan jiwanya bahwa Patrick Maguire


sebenarnya bisa mengucapkan di luar kepala semua statistik dalam perkara itu.

"Saya akan minta diadakan sidang baru."

"Begitukah? Atas dasar apa?" tanya Maguire dengan sopan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer membuka tas kerjanya lalu mengeluarkan


dokumen yang sudah disiapkannya. Kemudian diserahkannya pada Maguire.

"Saya akan minta sidang dibuka kembali atas dasar, tak adanya dasar penutupan
sidang dahulu."

Maguire membalik-balik surat-surat itu tanpa bergeming.

"Oh, ya," katanya. "Soal rem itu."

"Sudah tahukah Anda?"

"Tentu." Kumpulan surat-surat itu diketuknya dengan jarinya yang gemuk


pendek. "Nona Parker, surat-surat ini sama sekali tidak akan membantu Anda.
Anda harus membuktikan bahwa truk yang terlibat dalam kecelakaan itu, juga
cacat dalam cara kerja remnya. Padahal rem itu mungkin sudah belasan kali
diteliti dan diperbaiki sejak kecelakaan itu, maka tidak akan bisa dibuktikan
bagaimana keadaannya waktu itu."

Dokumen itu didorongnya ke arah Jennifer. "Tak ada perkara yang bisa Anda
gugat."

Jennifer menghirup kopinya seteguk. "Saya hanya harus membuktikan betapa


buruknya alat pengaman truk-truk itu.

Kalau saja klien Anda itu rajin, dia akan tahu bahwa rem itu tak beres."

"Apa usul Anda?" tanya Maguire santai.

"Klien saya adalah seorang gadis yang berumur dua puluhan yang harus tetap
duduk dalam kamarnya selama hidupnya karena dia tak punya kaki dan tangan.
Saya ingin penyelesaian yang akan bisa mengimbangi sedikit siksaan batin yang
sedang dialaminya."

Patrick Maguire menghirup kopinya seteguk. "Penyelesaian dalam bentuk


bagaimana yang Anda kehendaki?"

"Dua juta dolar."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Laki-laki itu tersenyum. "Banyak sekali jumlah uang itu untuk seseorang yang
tak punya dasar perkara."

"Bila saya maju ke pengadilan, Tuan Maguire, saya pastikan bahwa saya akan
punya dasar perkara. Dan saya akan memenangkan jauh lebih banyak daripada
itu. Bila Anda memaksa kami untuk menuntut, maka kami akan menuntut lima
juta dolar."

Maguire tersenyum lagi. "Anda membuat saya benar-benar takut. Mau kopi
lagi?"

"Tidak, terima kasih." Jennifer bangkit.

"Tunggu dulu! Silakan duduk dulu. Saya belum mengatakan tidak."

"Anda tidak mengatakan ya."

"Minumlah kopi lagi. Kami membuatnya sendiri."

Jennifer teringat akan Adam dan kopi Kenya

"Dua juta dolar itu bukan jumlah uang yang sedikit, Nona Parker."

Jennifer tidak berkata apa-apa.

"Yah, kalau kita menyebutkan jumlah yang agak kurang, saya mungkin bisa...."
Dia tidak meneruskan kalimatnya itu, melainkan mengangkat tangannya sebagai
isyarat memberi tekanan.

Jennifer tetap diam.

Akhirnya Patrick Maguire berkata, "Anda benar-benar menghendaki dua juta


dolar, ya?"

"Saya sebenarnya menginginkan lima juta, tuan Maguire."

"Baiklah. Saya rasa kami mungkin bisa mengatur sesuatu."

Mudah sekali!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


"Saya harus berangkat ke London besok pagi, saya akan kembali minggu
depan."

"Saya ingin soal ini segera selesai. Saya akan berterima kasih sekali bila Anda
berbicara dengan klien Anda secepat mungkin. Saya ingin memberikan cek pada
klien saya minggu depan."

Patrick Maguire mengangguk. "Itu mungkin bisa diatur."

Sepanjang perjalanan kembali ke kantornya, Jennifer merasa risau. Urusan tadi


itu terlalu mudah penyelesaiannya.

Malam itu dalam perjalanannya pulang, Jennifer berhenti di sebuah toko penjual
obat. Waktu dia keluar dan akan menyeberangi jalan, dilihatnya Ken Bailey
sedang berjalan dengan seorang anak muda tampan yang berambut pirang.

Jennifer ragu-ragu, lalu membelok ke sebuah lorong supaya dia tidak kelihatan.
Kehidupan pribadi Ken adalah urusannya sendiri.

Pada hari yang sudah dijanjikan pada Jennifer untuk bertemu dengan Patrick
Maguire, dia menerima telepon dari sekretaris laki-laki itu.

"Tuan Maguire minta supaya dimaafkan, Nona Parker. Dia akan terikat terus
sepanjang hari ini. Dia akan senang bertemu dengan Anda besok kalau Anda
bersedia."

"Baik," kata Jennifer. "Terima kasih."

Telepon itu telah menggugah tanda bahaya dalam pikiran Jennifer. Nalurinya
memang benar. Patrick Maguire memang punya rencana!

"Tahan semua telepon untukku," katanya pada Cynthia.

Jennifer mengunci dirinya dalam kamar kerjanya, berjalan hilir-mudik sambil


mencoba memikirkan setiap segi kemungkinan. Patrick Maguire mula-mula
mengatakan bahwa dia tak punya dasar untuk mengajukan perkara. Kemudian,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hampir tanpa memerlukan bujukan, dia bersedia membayar Connie Garret dua
juta dolar. Jennifer ingat bahwa sejak itu pun dia sudah merasa risau. Dan sejak
itu pun, Patrick Maguire tak pernah bisa ditemui. Mula-mula dia pergi ke
London — kalau itu memang benar — kemudian

rapat-rapat yang tidak memungkinkannya menerima

telepon Jennifer sepanjang minggu itu. Dan kini lagi-lagi penundaan.

Lalu mengapa? Satu-satunya alasannya mungkin bila

— Jennifer berhenti berjalan lalu mengangkat telepon antar kantor dan


memanggil Dan Martin.

"Tolong periksa tanggal kejadian kecelakaan Connie Garret, Dan. Aku ingin tahu
kapan batas waktu hukumnya habis."

Dua puluh menit kemudian, Dan Martin masuk ke kantor Jennifer, mukanya
pucat.

"Habislah kita," katanya. "Rasa was-wasmu memang benar.

Batas waktu hukumnya habis hari ini."

Jennifer tiba-tiba merasa mual. "Tak mungkin salah?"

"Tidak ada. Maaf, Jennifer. Seharusnya salah seorang di antara kami memeriksa
sebelumnya. Aku — aku sama sekali tidak menyangka."

"Aku pun tidak." Jennifer lalu mengangkat gagang telepon lalu memutar suatu
nomor. "Tolong Patrick Maguire. Jennifer Parker di sini."

Rasanya seumur hidup Jennifer harus menunggu, lalu kemudian dia berkata
dengan ceria. "Halo, Tuan Maguire.

Bagaimana keadaan London?" Dia diam mendengarkan.

"Tidak, saya tak pernah ke sana.... Oh ya, nantilah.... Saya menelepon ini,"
katanya dengan ringan, "untuk mengatakan bahwa saya baru saja berbicara
dengan Connie Garret.

Sebagaimana saya katakan waktu itu, dia sebenarnya tak mau ke pengadilan
kalau tak terpaksa. Jadi kalau bisa kita selesaikan hari ini....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Terdengar melalui telepon suara gelak tertawa Patrick Maguire. "Suatu


percobaan yang baik, Nona Parker. Tapi batas waktu hukumnya habis hari ini.
Tak seorang pun bisa menuntut siapa-siapa lagi. Kalau Anda mau mengatur
waktu untuk makan siang bersama suatu waktu, bisa kita bicarakan soal nasib."

Jennifer berusaha menekan suaranya supaya tidak

terdengar marah. "Kotor sekali permainan Anda, Kawan."

"Dunia memang kotor, Sahabat," kata Patrick Maguire tergelak.

"Soalnya bukan bagaimana cara orang memainkan permainannya, melainkan


apakah kita akan menang atau kalah, bukan?"

"Anda memang pandai, Nona manis, tapi saya sudah jauh lebih lama makan
garam dalam soal beginian daripada Anda.

Katakan pada klien Anda, ucapan saya semoga dia lebih berhasil dalam
percobaannya lain kali."

Dan Maguire lalu memutuskan hubungan.

Jennifer terduduk saja sambil terus memegang gagang telepon. Dia teringat akan
Connie Garret yang duduk di rumahnya, menunggu berita. Kepala Jennifer mulai
berdenyut dan peluh mulai berbintik-bintik di dahinya. Dia mengambil aspirin
dari dalam laci meja kerjanya lalu melihat jam di dinding. Pukul empat. Mereka
masih punya waktu sampai pukul lima untuk memasukkan surat tuntutannya
pada petugas Pengadilan Tinggi.

"Berapa lama kaubutuhkan untuk menyiapkan surat tuntutan?" tanya Jennifer


pada Dan Martin yang berdiri saja di sana, ikut merasakan risau.

Anak muda itu melihat jam juga. "Sekurang-kurangnya tiga jam. Bahkan
mungkin empat jam. Tak ada lagi jalan lain."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Harus ada jalan, pikir Jennifer. "Bukankah Nationwide punya cabang yang
tersebar di seluruh Amerika Serikat ini?"

"Ada."

"Di San Francisco sekarang baru jam satu. Kita akan menuntut mereka di sana
dan kemudian baru minta

perubahan tempat."

Dan Martin menggeleng. "Jennifer, semua surat-suratnya ada di sini. Bila kita
punya cabang perusahaan di San Francisco, dan memberitahukan pada mereka
apa yang kita perlukan dan mereka mengurus surat-surat baru, mereka masih
tetap tak sempat mengejar batas waktu jam lima itu."

Ada sesuatu dalam diri Jennifer yang tak mau menyerah.

"Jam berapa sekarang di Hawai?"

"Jam sebelas siang."

Pusing kepala Jennifer lenyap seakan-akan oleh suatu keajaiban, dia melompat
dari kursinya dengan bersemangat.

"Itu dia! Selidiki apakah Nationwide ada kegiatan di sana.

Mereka tentu punya, entah pabrik, entah kantor penyalur, bengkel, apa saja —
Kalau ada, kita menuntut di sana."

Dan Martin menatapnya sebentar, kemudian wajahnya berseri. "Baik!" Dia


segera bergegas ke balik pintu.

Masih terngiang-ngiang di telinga Jennifer, nada puas dalam suara Patrick


Maguire di telepon. Katakan pada klien Anda, ucapan saya, semoga bernasib
lebih baik lain kali. Tidak akan pernah ada lain kali bagi Connie Garret.
Sekaranglah saatnya.

Tiga puluh menit kemudian interkom Jennifer berbunyi dan Dan Martin berkata
dengan berapi-api. "Nationwide Motors membuat gagang kemudi di Pulau
Oahu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Itu dia! Hubungi sebuah perusahaan pengacara di sana dan minta supaya
mereka segera mengajukan surat-surat di sana."

"Apakah kau tahu perusahaan tertentu?"

"Tidak. coba cari seseorang dari Martindale — Hubbel .

Langsung minta supaya mereka menyerahkan surat-surat itu pada kejaksaan


setempat untuk Nationwide. Minta supaya mereka menelepon kita kembali
segera setelah surat-surat itu diserahkannya. Aku akan menunggu di kantor sini."

"Ada lagi yang harus kulakukan?"

"Berdoalah."

Telepon dari Hawai datang pukul sepuluh malam itu.

Jennifer cepat-cepat menangkap gagang teleponnya dan suatu suara berkata


dengan halus, "Tolong, Nona Parker."

"Saya sendiri."

"Di sini Nona Sung dari perusahaan pengacara Gregg and Hoy di Oahu. Kami
ingin memberi tahu Anda bahwa lima menit yang lalu kami sudah menyerahkan
surat-surat yang Anda minta kepada kejaksaan terhadap Nationwide Motors
Corporation."

Jennifer menghela napas dalam-dalam. "Terima kasih.

Terima kasih banyak."

Cynthia mempersilakan Joey La Guardia masuk.

Jennifer belum pernah melihat laki-laki itu. Dia telah menelepon lebih dahulu,
meminta Jennifer untuk membelanya dalam perkara kekerasan. Laki-laki itu
bertubuh pendek, gempal, dan mengenakan setelai mahal yang kelihatannya
dijahit dengan cermat untuk orang lain. Dia memakai cincin berlian yang besar
sekali di kelingkingnya.
La Guardia tersenyum menampakkan gigi-gigi kuning dan berkata, "Saya datang
pada Anda karena saya butuh bantuan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setiap orang pernah berbuat salah bukan, Nona Parker? Polisi menangkap saya
karena saya telah menyakiti beberapa orang, tapi saya pikir mereka itu memang
mau mencelakakan saya —

yah, daerah di sana itu memang rawan. Saya menyerang mereka sebelum mereka
bisa mencelakakan saya."

Ada sesuatu dalam sikap laki-laki itu yang dinilai Jennifer palsu dan
menjijikkan. Dia berusaha terlalu keras untuk dibenarkan.

Dia mengeluarkan uang seikat besar. "Nih, seribu dolar tunai, dan seribu lagi
nanti kalau kita ke pengadilan. Bisa kan?"

"Jadwal kerja saya sudah penuh untuk beberapa bulan berikut ini. Dengan
senang hati akan saya berikan nama beberapa orang pengacara lain."

Laki-laki itu lalu bersikap bersikeras. "Tidak. Saya tidak mau yang lain. Andalah
yang terbaik."

“Untuk sekedar tuduhan kekerasan biasa, Anda

tidak memerlukan yang terbaik."

'Hei, dengarkan," kata laki-laki itu, "akan saya berikan uang lebih banyak lagi."
Suaranya mengandung nada putus asa.

"Dua ribu tunai dan....”

Jennifer menekan tombol pemanggil di bawah meja

kerjanya dan Cynthia masuk. "Antar Tuan La Guardia ke luar, Cynthia."

Lama Joey La Guardia membelalak pada Jennifer,

diambilnya kembali uangnya, lalu dimasukkan dengan kasar ke dalam sakunya.


Dia keluar dan kantor itu tanpa berkata apaapa. Jennifer menekan tombol
interkom.

“Ken, bisakah kau datang sebentar?"

Tak sampai tiga puluh menit kemudian Ken sudah

berhasil mendapatkan laporan lengkap mengenai Joey La Guardia.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Daftar kejahatannya satu mil panjangnya," kata Ken pada Jennifer. "Sejak
berumur enam belas tahun dia sudah keluar-masuk penjara."

Ken melihat lagi ke catatannya di kertas. "Dia sekarang dibebaskan dengan


jaminan. Dia ditangkap minggu yang lalu karena kekerasan dan penganiayaan.
Dia memukul dua orang laki-laki tua yang berutang pada organisasinya."

Tiba-tiba semuanya kelihatan seperti sudah diatur. "Apakah Joey La Guardia


bekerja untuk organisasi itu?"

"Dia adalah salah seorang tukang pukul Michael Moretti."

Jennifer jadi marah sekali. "Bisakah kau memberiku nomor telepon Michael
Moretti?"

Lima menit kemudian, Jennifer berbicara dengan Moretti.

"Wah, ini suatu kesenangan yang tak disangka-sangka, Nona Parker. Saya....”

"Tuan Moretti, saya tak suka diperalat."

"Apa yang Anda bicarakan ini?"

"Dengarkan. Dengarkan baik-baik. Saya bukan barang jualan. Tidak sekarang


dan tidak untuk selamanya. Saya tak mau membela perkara Anda atau siapa pun
yang bekerja untuk Anda. Yang saya ingini adalah supaya Anda tidak
mengganggu saya lagi. Jelas?"

"Boleh saya bertanya?"

"Silakan."
"Maukah Anda makan siang dengan saya?"

Jennifer memutuskan hubungan.

Terdengar suara Cynthia melalui interkom. "Seorang bernama Patrick Maguire


ada di sini ingin bertemu dengan Anda, Nona Parker. Dia tak ada janji, tapi
katanya....” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer tersenyum sendiri. "Suruh Tuan Maguire menunggu."

Jennifer ingat percakapan mereka melalui telepon. Bukan soal bagaimana cara
kita memainkan permainan itu, melainkan apakah kita akan menang atau tidak,
bukan? Anda memang pandai, Nona manis, tapi saya sudah jauh lebih lama
makan garam dalam soal beginian daripada Anda.

Katakan pada klien Anda, ucapan saya, semoga berhasil lebih baik lain kali.

Empat puluh lima menit lamanya Jennifer membiarkan Patrick Maguire


menunggu, barulah dia memanggil

Cynthia.

"Persilakan Tuan Maguire masuk."

Sikap ramah Patrick Maguire sudah tak tampak lagi.

Dia sudah kalah siasat, dan dia marah, dan tidak pula dia menyembunyikan rasa
marahnya itu.

Dia langsung berjalan ke arah meja kerja Jennifer dan membentak, "Anda benar-
benar menyulitkan saya, Kawan."

"Begitukah, Kawan?"

Laki-laki itu duduk tanpa dipersilakan lagi. "Tak usahlah kita berpura-pura lagi.
Saya telah menerima telepon dari kantor pusat Nationwide Motors. Saya kurang
perhitungan terhadap Anda. Klien saya bersedia mengadakan penyelesaian." Dia
memasukkan tangannya ke dalam saku, mengeluarkan sebuah amplop, lalu
menyampaikannya pada Jennifer.
Jennifer membuka amplop itu. Di dalamnya terdapat sehelai cek yang sudah
ditandatangani, yang dibayarkan kepada Connie Garret. Besarnya seratus ribu
dolar.

Jennifer memasukkan cek itu kembali ke dalam

amplop, lalu mengembalikannya pada Patrick Maguire.

"Itu tidak cukup. Kami menuntut lima juta dolar."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maguire tertawa kecil. "Tidak akan bisa. Karena klien Anda tidak akan pergi ke
pengadilan. Saya baru saja

mengunjunginya. Tak ada jalan bagi Anda untuk bisa membawa gadis itu ke
pengadilan. Dia! amat ketakutan, dan tanpa dia, Anda tak punya kesempatan
apa-apa."

"Anda tak punya hak berbicara dengan Connie Garret tanpa kehadiran saya,"
kata Jennifer marah.

"Saya hanya berusaha untuk berbuat baik pada semua orang. Terima uang itu
dan bersenang-senanglah, Kawan."

Jennifer bangkit. "Keluar. Anda membuat saya mual."

Patrick Maguire berdiri, "Saya tak tahu bahwa. Anda bisa merasa mual."

Dan dia keluar dengan membawa cek itu.

Sambil memperhatikan laki-laki itu pergi, Jennifer berpikir apakah dia tadi tidak
membuat kesalahan besar. Dia memikirkan apa arti seratus ribu dolar itu bagi
Connie Garret.

Tetapi itu tak cukup. Tak cukup kalau dibanding dengan apa yang harus diderita
oleh gadis itu setiap hari selama sisa hidupnya.

Namun Jennifer menyadari bahwa Maguire benar dalam satu hal. Tanpa
kehadiran Connie Garret diruang pengadilan, tidak akan ada pula
kemungkinannya juri akan memutuskan pembayaran sebanyak lima juta dolar
itu. Jennifer memerlukan pengaruh dari kehadiran Connie Garret dalam ruang
sidang. Setelah juri melihat keadaannya; tapi Jennifer tak bisa lagi membujuk
gadis itu untuk pergi ke ruang sidang.

Dia harus mencari jalan ke luar lain.

Adam menelepon.

"Maaf aku selama ini tak meneleponmu," katanya meminta maaf. "Aku harus
menghadiri banyak rapat sehubungan dengan kampanye keanggotaan senat,
dan....”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tak apa-apalah, Sayang. Aku mengerti." Aku memang harus mengerti,


pikirnya.

"Aku rindu sekali padamu."

"Aku juga rindu padamu, Adam." Kau tidak akan pernah tahu betapa rindunya
aku.

"Aku ingin bertemu denganmu."

Jennifer ingin mengatakan, Kapan? tapi dia menunggu.

Adam melanjutkan. "Aku harus pergi ke Albany petang ini. Aku akan
meneleponmu setelah aku kembali."

"Baiklah." Tak ada lagi yang dapat dikatakannya, tak ada pula yang dapat
dilakukannya.

Pukul empat subuh Jennifer terbangun dari mimpi yang mengerikan, dan dia
tiba-tiba tahu dengan cara bagaimana dia akan memenangkan lima juta dolar
milik Connie Garret.

18

"Kami telah mengatur serangkaian perjamuan makan malam untuk


mengumpulkan dana di seluruh negara. Kita hanya akan mendatangi kota-kota
besar. Kota-kota yang kurang penting akan kita capai melalui beberapa
pertunjukan tv nasional, seperti acara Inilah Bangsamu, acara Hari ini dan acara
Pertemuan dengan Pers. Menurut perhitungan kami, kami akan
mengumpulkan.... Adam, kau mendengarkan atau tidak?"

Adam berpaling pada Stewart Needham dan ketiga

laki-laki lain dalam ruang pertemuan itu — mereka itu adalah ahli-ahli media
massa, kata Needham meyakinkan — dan Adam berkata, "Ya, tentu, Stewart."

Padahal dia sedang memikirkan sesuatu yang sama sekali lain. Jennifer. Adam
menginginkan Jennifer berada di sini, di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sisinya, ikut merasakan saat yang mendebarkan dari kampanye ini, ikut serta
pada saat ini, berbagi hidup dengannya.

Sudah beberapa kali Adam mencoba membahas soal itu dengan Stewart
Needham, tetapi setiap kali patnernya itu berhasil mengalihkan pokok
pembicaraan.

Adam memang duduk di situ, tapi dia memikirkan Jennifer dan Mary Beth. Dia
tahu dia tak adil membanding-bandingkan mereka berdua, tapi dia tak bisa
mengelak.

Jennifer adalah pendamping yang menggairahkan. Dia menaruh perhatian pada


segala-galanya dan dia membuatku merasa hidup. Mary Beth hidup dalam dunia
kecil pribadinya sendiri.

Aku dan Jennifer punya seribu satu persamaan. Aku dan Mary Beth tak punya
persamaan apa-apa, kecuali ikatan perkawinan kami....

Aku suka pada rasa humor Jennifer. Dia pandai

menertawakan dirinya sendiri. Mary Beth menghadapi segala sesuatu dengan


serius....

Jennifer membuatku merasa muda. Mary Beth seakan-akan lebih tua daripada
umurnya yang sebenarnya....
Jennifer bisa mandiri. Mary Beth bergantung padaku dan harus kuberi tahu apa
yang harus dilakukannya.

Lima perbedaan-perbedaan penting antara wanita yang kucintai dan istriku.

Lima alasan mengapa aku tak mungkin bisa meninggalkan Mary Beth.

19

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada suatu pagi, hari Rabu, di awal bulan Agustus,

dimulailah sidang Connie Garret melawan Nationwide Motors

Corporation. Biasanya sidang seperti itu hanya akan

diberitakan sebanyak satu atau dua paragraf saja dalam surat-

surat kabar, tetapi karena Jennifer Parker yang akan membela

si penggugat, maka media massa mengerahkan seluruh

tenaganya.

Patrick Maguire duduk di meja pembela terdakwa, dikelilingi

oleh sederetan asisten yang mengenakan setelan konservatif

berwarna abu-abu.

Maka mulailah proses pemilihan suatu dewan juri. Maguire

kelihatan santai, hampir-hampir tak acuh, karena dia tahu

bahwa Connie Garret tidak akan muncul dalam ruang sidang.

Melihat seorang gadis cantik tak berkaki tangan akan

merupakan suatu penggugah emosi yang hebat sekali bagi juri


untuk menarik suatu jumlah uang yang sangat banyak —

tetapi kini tidak akan ada gadis dan tidak akan ada

penggugah.

Kali ini, pikir Maguire, Jennifer Parker telah menipu

dirinya sendiri.

Juri sudah terbentuk dan sidang pun mulai berjalan. Patrick

Maguire mengucapkan pidato pembukaannya, dan Jennifer

harus mengakui sendiri bahwa laki-laki itu memang pandai

sekali. Dengan panjang-lebar dia membahas soal Connie

Garret yang masih muda dan malang, mengucapkan semua,

hal-hal yang diutarakan Jennifer, mencuri gebrakan emosi

yang sudah direncanakan Jennifer. Dia berbicara tentang

kecelakaan itu dengan menekankan bahwa Connie Garret

telah tergelincir di es dan bahwa pengemudi truk itu tidak

bersalah.

"Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, penggugat meminta agar kami membayar lima


juta dolar." Maguire menggeleng-geleng seolah-olah tak percaya. "Lima juta
dolar! Pernahkah Anda melihat uang sebanyak itu? Saya tak pernah. Perusahaan
saya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menangani klien-klien yang punya uang, tetapi ingin saya ceritakan bahwa
selama bertahun-tahun saya membuka praktek pengacara, tak pernah saya
melihat uang satu juta dolar — atau bahkan setengah juta dolar."

Maguire melihat pada air muka para juri bahwa mereka pun tak pernah.
"Kami akan mengemukakan saksi-saksi mata yang akan menceritakan pada
Anda bagaimana kecelakaan itu terjadi.

Dan kejadian itu memang benar-benar suatu kecelakaan.

Sebelum kami selesai, kami sudah akan bisa memperlihatkan pada Anda bahwa
Nationwide Motors tidak bersalah dalam hal ini. Anda tentu melihat bahwa
orang yang mengajukan tuntutan, Connie Garret, tidak hadir dalam ruang sidang
hari ini. Pembelanya telah memberi tahu Hakim Silverman bahwa gadis itu sama
sekali tidak akan muncul. Connie Garret tak ada dalam ruang sidang hari ini di
mana dia seharusnya berada, tapi saya bisa menceritakan pada Anda di mana dia
sedang berada. Pada saat ini, sementara saya berdiri di sini berbicara dengan
Anda, Connie Garret sedang duduk di rumahnya menghitung-hitung uang yang
pada sangkanya akan Anda berikan padanya. Dia sedang menunggu teleponnya
berdering dan menunggu pembelanya mengatakan padanya, berapa juta dolar
dapat diperasnya dari Anda.

Kita sama-sama tahu bahwa setiap kali terjadi suatu kecelakaan yang melibatkan
suatu perusahaan besar —

meski secara tak langsung sekalipun — ada orang yang akan langsung berkata,
"Ah, perusahaan itu kaya. Mereka tentu banyak uang. Mari kita ambil
kesempatan sebisanya."

Patrick Maguire berhenti sebentar.

"Connie Garret tak hadir di ruang sidang hari ini karena dia tak tahan
menghadapi Anda. Dia tahu bahwa apa yang dilakukannya itu tak bermoral.
Nah, kita akan menyuruhnya pergi dengan tangan hampa, sebagai pelajaran bagi
orang-orang lain yang akan tergoda pula untuk berbuat yang sama

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

di masa yang akan datang. Orang-orang harus

bertanggungjawab alas perbuatannya sendiri. Bila Anda tergelincir di atas es


dijalan, Anda tak bisa menyalahkan kakak Anda. Dan Anda tak pantas mengeruk
lima juta dolar dari dia.

Terima kasih."
Dia berpaling dan mengangguk pada Jennifer. lalu berjalan ke meja terdakwa
dan duduk.

Jennifer bangkit lalu berjalan mendekati juri.

Dipandanginya wajah-wajah mereka, sambil mencoba menilai yang telah


diberikan oleh Maguire.

"Rekan saya yang terhormat telah mengatakan pada Anda bahwa Connie Garret
tidak akan berada di ruang sidang ini selama sidang ini berlangsung. Itu memang
benar!"

Jennifer menunjuk ke tempat yang kosong di meja

penggugat. "Di situlah Connie Garret akan duduk bila dia hadir. Bukan di kursi.
Melainkan di kursi roda khusus. Kursi roda tempatnya duduk. Connie Garret
tidak akan hadir dalam ruang sidang ini, tapi sebelum sidang ini selesai Anda
akan mendapatkan kesempatan bertemu dengan dia dan

mengenalnya sebagaimana saya sudah mengenalnya."

Tampak Patrick Maguire mengerutkan alisnya. Dia

membungkukkan badannya lalu berbisik dengan salah seorang asistennya.

Jennifer meneruskan. "Saya mendengarkan waktu Tuan Maguire berbicara


demikian fasihnya, dan saya ingin mengatakan bahwa saya terharu. Hati saya
serasa di ris-iris karena perusahaan senilai sekian milyar dolar itu diserang tanpa
belas kasihan oleh seorang gadis berumur dua puluh empat tahan yang tak
berkaki dan tak bertangan itu. Wanita muda yang pada saat ini sedang menunggu
di rumah, yang dengan serakahnya menunggu dering telepon yang akan
mengatakan padanya bahwa dia akan menjadi kaya." Suara Jennifer jadi
merendah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kaya, yah, tapi untuk apa? Untuk membeli berlian, untuk tangan yang tak ada
lagi? Membeli sepatu dansa untuk kaki yang akan membawanya ke pesta-pesta
ke mana dia tidak akan diundang? Coba Anda pikirkan semua kesenangan yang
akan dinikmatinya dengan uang itu."
Jennifer berbicara dengan tulus dan tenang, sambil matanya bergerak lambat-
lambat ke wajah para juri. "Tuan Maguire tak pernah melihat uang sebanyak
lima juta dolar sekaligus. Saya pun tak pernah. Tapi saya akan mengatakan ini.
Bila saya menawarkan pada salah seorang di antara Anda uang tunai sebanyak
lima juta dolar sekarang juga, dan sebagai penukarnya saya hanya minta agar
kedua belah kaki dan kedua belah tangan Anda dipotong, maka saya rasa uang
lima juta dolar tidak lagi kelihatan banyak.... Dalam hal ini hukum jelas sekali,"
Jennifer menerangkan. "Dalam sidang yang terdahulu di mana Penggugat kalah,
para tergugat menyadari kekurangan pada cara kerja rem truk-truk buatan
mereka, dan mereka merahasiakan hal itu dari Penggugat dan dari persidangan.
Dengan berbuat demikian mereka telah melanggar hukum. Itulah dasar dari
sidang baru ini.

Berdasarkan survei pemerintah baru-baru ini, penyebab terbesar dari kecelakaan-


kecelakaan yang diakibatkan oleh truk-truk melibatkan roda dan bannya, dan
cara kerja rem serta kemudinya. Silakan Anda pelajari angka-angka ini
sebentar...."

Patrick Maguire memperhatikan serta menilai para juri, dan dia ahli dalam hal
itu. Sedang Jennifer terus-menerus berbicara tentang statistik, Maguire melihat
bahwa para juri merasa bosan dalam sidang itu. Itu semua terlalu bersifat teknis.
Sidang bukan lagi mengenai gadis yang buntung, melainkan tentang truk dan
jarak mengerem serta bagian alat rem yang tak beres. Hilang perhatian para juri.

Maguire memandang Jennifer dan berpikir, Dia tidak sepintar sebagaimana yang
disebarluaskan. Maguire tahu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bahwa seandainya dia yang berada di pihak lain dan membela Connie Garret, dia
akan mengabaikan statistik dan masalah permesinan itu, dia akan
mempermainkan emosi para juri.

Jennifer Parker telah melakukan yang terbalik.

Kini Patrick Maguire bersandar dan merasa santai.

Jennifer mendekati meja hakim. "Yang Mulia dengan izin pengadilan, saya ingin
memperlihatkan suatu barang bukti."

"Barang bukti apa?" tanya Hakim Silverman.


"Pada awal sidang ini, saya sudah berjanji pada para anggota juri, akan
memperkenalkan Connie Garret. Karena dia sendiri tak bisa berada di sini saya
ingin minta izin untuk memperlihatkan beberapa gambarnya."

"Saya tidak melihat keberatan dalam hal itu," kata Hakim Silverman. Dia
berpaling pada Patrick Maguire. "Apakah Pembela Terdakwa berkeberatan?"

Patrick Maguire bangkit perlahan-lahan, tetapi berpikir cepat. "Gambar-gambar


apa?"

"Beberapa gambar mengenai Connie Garret di rumah," kata Jennifer.

Patrick Maguire sebenarnya lebih suka gambar-gambar itu tidak diperlihatkan,


tetapi sebaliknya foto-foto seorang gadis buntung di kursi roda, jelas tidak
memberikan kesan sehebat pemunculan gadis itu sendiri. Lalu ada pula faktor
pertimbangan lain bila dia berkeberatan, dia akan kelihatan tak simpatik di mata
juri.

Maka dikatakannya dengan sikap murah hati, "Silakan perlihatkan gambar-


gambar itu."

"Terima kasih."

Jennifer berpaling pada Dan Martin dan mengangguk. Dua orang laki-laki di
deretan belakang maju ke depan dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebuah layar yang bisa dibawa dan sebuah proyektor film, lalu mereka mulai
memasangnya.

Patrick Maguire bangkit, terkejut. "Tunggu! Apa-apaan ini?"

Jennifer menyahut dengan polos, "Inilah gambar-gambar yang telah Anda


izinkan saya untuk mempertunjukkannya."

Patrick Maguire tetap saja berdiri dengan hati yang mendidih. Jennifer tidak
mengatakan apa-apa tentang gambar hidup. Tetapi sudah terlambat untuk
menyatakan

keberatannya. Dia mengangguk singkat lalu duduk lagi.


Jennifer minta supaya layar itu ditempatkan sedemikian hingga juri dan Hakim
Silverman dapat melihatnya dengan jelas.

"Bisakah saya minta supaya ruangan digelapkan, Yang Mulia?"

Hakim memberi aba-aba pada seorang petugas, yang lalu menurunkan kerai.
Jennifer berjalan ke proyektor, yang berukuran enam belas milimeter, lalu
menghidupkannya, dan layar pun hidup.

Selama tiga puluh menit berikutnya tak terdengar bunyi di dalam ruang sidang
itu. Sebelum itu, Jennifer telah menyewa seorang kameraman profesional dan
seorang direktur periklanan yang masih muda untuk membuat film itu. Mereka
membuat film mengenai kehidupan Connie Garret dalam sehari, dan itu
merupakan sebuah kisah yang polos, nyata, dani mengerikan. Tak ada lagi yang
ketinggalan untuk diangankan. Film itu menunjukkan gadis muda yand buntung,
diangkat waktu bangun pagi, dibawa kalau ingin ke wc, dibersihkan seperti
seorang bayi yang tak! berdaya...

dimandikan... disuapi, dan diganti pakaiannya.... Jennifer telah berulang kali


melihat film itu, namun kini, ketika dia melihatnya lagi, tenggorokannya terasa
tersumbat lagi, dan matanya digenangi air. Dia tahu bahwa film itu memberikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kesan yang sama pula atas diri hakim dan juri sertai penonton sidang di ruangan
itu.

Setelah film berakhir, Jennifer berpaling padai

Hakim Silverman. "Sekarang Penggugat beristirahat."

Lebih dari sepuluh jam juri keluar, dan dengan berlalunya setiap jam, semangat
Jennifer pun makin lemah. Semula dia yakin akan mendapatkan keputusan
segera. Bila mereka terkesan oleh film itu sebagaimana dia sendiri, pengambilan
keputusan itu seharusnya hanya memerlukan tak lebih dari satu atau dua jam.
Waktu juri keluar beriring-iringan, Patrick Maguire bingung sekali karena dia
merasa yakin bahwa dia pasti kalah, bahwa dia sekali lagi telah menilai Jennifer
terlalu rendah. Tetapi setelah berjam-jam berlalu dan para juri masih belum juga
kembali, harapan Maguire mulai timbul. Para juri tidak akan memerlukan waktu
begitu lama untuk mengambil keputusan yang berdasarkan emosi. "Kita akan
menang. Makin lama mereka di dalam bertengkar, makin banyak emosi mereka
yangi berkurang."

Beberapa menit sebelum tengah malam, ketua juri

memberikan surat pendek kepada Hakim Silverman untuk dibacakan. Hakim


mempelajari permintaan ilu, lalu mengangkat mukanya. "Harap kedua pembela
mendekat ke meja Dewan Hakim."

Setelah Jennifer dan Patrick Maguire berdiri di hadapannya, Hakim Silverman


berkata, "Saya akan memberitahukan pada Anda mengenai surat pendek yang
baru saja saya terima dari Ketua Juri. Dewan Juri bertanya apakah mereka bisa
mendapatkan izin yang sah untuk memberikan kepada Connie Garret lebih dari
lima juta dolar, seperti yang dituntut oleh pembelanya”.

Jennifer tiba-tiba merasa pusing. Hatinya terasa terangkat.

Dia berpaling untuk melihat Patrick Maguire. Wajah laki-laki itu pucat-pasi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saya beri tahukan pada mereka," kata Hakim Silverman,

"bahwa adalah hak mereka untuk menentukan jumlah berapa pun juga yang
menurut mereka adil."

Tiga puluh menit kemudian, juri beriring-iringan masuk ke ruang sidang


kembali. Ketua juri mengumumkan bahwa mereka telah memihak pada
penggugat. Jumlah ganti rugi yang berhak diterimanya adalah enam juta dolar.

Jumlah itu merupakan ganti rugi cedera perorangan yang terbesar dalam sejarah
Negara Bagian New York.

20

Waktu Jennifer berjalan memasuki kantornya esok paginya,

didapatinya beberapa helai surat kabar terletak berjajaran di

atas meja kerjanya. Fotonya erpampang di halaman depan

dari semua surat kabar itu. Dalam jambangan terdapat empat


puluh delapan tangkai bunga mawar merah yang cantikcantik.

Jennifer tersenyum. Rupanya Adam masih, sempat

mengiriminya bunga.

Dibuka kartunya lalu membaca: Selamat. Michael Moretti.

Interkom berbunyi dan Cynthia berkata, "Tuan Adam

menelepon."

Jennifer cepat-cepat mengangkat teleponnya. Dia berusaha

menjaga agar suaranya terdengar tenang. "Halo, Sayang."

"Kau telah berhasil lagi."

"Aku beruntung."

"Klienmu yang beruntung. Beruntung karena kau pembelanya. Kau tentu merasa
senang sekali."

Memenangkan perkara memang membuatnya senang.

Tetapi bila bersama Adam dia merasa senang sekali. "Ya."

sahutnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ada sesuatu yang penting yang akan kuceritakan padamu," kata Adam.
"Bisakah kau menjumpai aku untuk minum teh petang ini?"

Lemah semangat Jennifer. Hanya ada satu hal yang mungkin akan diceritakan
Adam: Adam tidak akan pernah bisa bertemu dengannya lagi.

"Ya, baiklah, tentu...."

"Di Mario? Jam enam?"


"Baik."

Mawar-mawar itu diberikannya pada Cynthia.

Adam sudah menunggu di restoran itu, duduk di meja

bagian belakang. Supaya dia tidak akan mendapat malu bila

aku sampai histeris, pikir Jennifer. Tapi dia sudah bertekad

untuk tidak akan menangis. Tidak akan, di hadapan Adam.

Dari wajah yang kurus dan letih, Jennifer tahu apa yang

dialami Adam, dan dia berniat untuk meringankannya sedapat

mungkin. Jennifer duduk dan Adam lalu menggenggam

tangannya.

"Mary Beth akan minta cerai dari aku," kata Adam, dan

Jennifer hanya bisa menatapnya tanpa bisa berbicara.

Mary Beth yang membuka pembicaraan. Mereka baru saja

kembali dari perjamuan makan malam untuk pengumpulan

dana di mana Adam merupakan pembicara utamanya.

Pertemuan malam itu sangat berhasil. Selama perjalanan

pulang, Mary Beth diam saja, dia kelihatan tegang.

"Kurasa pertemuan tadi telah berjalan cukup baik, bukan?"

kata Adam.

"Ya, Adam."

Tak ada lagi yang mereka katakan sampai mereka


di rumah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maukah kau minum sebelum tidur?" tanya Adam.

"Tidak terima kasih. Aku ingin kita berbicara."

"Oh? Mengenai apa?"

Mary Beth memandanginya dan berkata, "Mengenai kau dan Jennifer Parker."

Adam merasakannya sebagai suatu pukulan di badannya.

Adam bimbang sebentar, dia tak yakin apakah akan menyangkalnya, ataukah....

"Sudah beberapa lama aku tahu. Aku tidak

mengatakan apa-apa karena aku akan mengambil

keputusan apa yang akan kulakukan."

"Mary Beth, aku....”

"Biarkan aku bicara dulu. Aku tahu bahwa hubungan kita

tidak — yah — tidak sebagaimana yang kita harapkan. Dalam

beberapa hal aku mungkin bukan istri sebagaimana harusnya."

"Apa pun yang terjadi, bukanlah salahmu. Aku....”

"Tunggu, Adam. Ini sulit sekali bagiku. Kini aku

telah mengambil keputusan. Aku tidak akan

menghalanghalangimu."

Adam menatapnya dengan rasa tak percaya. "Aku tidak....”

"Aku terlalu cinta padamu untuk menyakitimu. Kau punya


masa depan politik yang gemilang di hadapanmu. Aku tidak

ingin ada sesuatu yang akan merusaknya. Jelas, bahwa aku

tidak membahagiakanmu sepenuhnya. Bila Jennifer Parker

bisa membahagiakanmu, aku ingin kau mengambil dia."

Adam merasa seolah-olah percakapan itu berlangsung di

dalam air. "Lalu bagaimana dengan kau sendiri?"

Mary Beth tersenyum. "Aku tidak akan apa-apa, Adam. Tak

usah kaurisaukan aku. Aku punya rencana sendiri."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"A... aku tak tahu apa yang harus kukatakan."

"Tak perlu kau mengatakan apa-apa. Aku yang mengatakannya untuk kita
berdua. Bila aku terus bertahan dengan kau dan membuatmu risau saja,
pengaruhnya akan buruk bagi kita berdua juga, bukan? Aku yakin si Jennifer itu
cantik, karena kalau tidak, perasaanmu terhadapnya tentu tidak akan seperti yang
sedang kaualami sekarang." Mary Beth berjalan ke arah Adam, lalu
merangkulnya. "Jangan memandang seperti ketakutan begitu, Adam. Apa yang
akan kulakukan ini adalah yang terbaik untuk semua pihak."

"Kau hebat sekali."

"Terima kasih." Dengan lembut ditelusurinya wajah Adam dengan ujung-ujung


jarinya lalu tersenyum. "Adam sayangku, aku akan selalu menjadi sahabatmu
yang terbaik. Selalu."

Kemudian dia lebih mendekat dan merebahkan kepalanya di pundak Adam.

Adam hampir-hampir tak dapat mendengar suaranya waktu dia berkata, "Sudah
lama sekali kau tidak memelukku, Adam.

Kau tak perlu mengatakan bahwa kau cinta padaku, tapi maukah kau — maukah
kau — memelukku lagi sekali lagi dan bercintaan denganku? Untuk terakhir kali
bersamaku?"

Kini Adam teringat akan peristiwa itu lagi, waktu itu berkata pada Jennifer,
"Mary Beth yang punya gagasan untuk bercerai."

Adam berbicara terus, tetapi Jennifer sudah tidak mendengarkan lagi; dia hanya
mendengar suara musik. Dia merasa dirinya bagai mengambang, melambung.
Dia tadi telah menguatkan hatinya untuk mendengar Adam mengatakan bahwa
mereka tidak akan bisa bertemu lagi — dan sekarang ternyata begini! Semuanya
ini terlalu banyak untuk diresapi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia tahu betapa pedihnya peristiwa dengan Mary Beth itu bagi Adam, dan
Jennifer makin bertambah cinta pada Adam.

Dia merasa seolah-olah ada beban yang selama ini menindih, terangkat dari
rongga dadanya, seolah-olah dia bisa bernafas lagi.

"Mary Beth baik sekali dalam hal ini," kata Adam. "Dia wanita yang luar biasa.
Dia ikut berbahagia setulusnya dengan kita."

"Rasanya sulit untuk dipercaya."

"Kau tak mengerti. Sudah berapa lama ini kami hidup sebagai... adik-kakak saja.
Aku tak pernah membicarakan denganmu, tapi...." Adam ragu, lalu berkata
dengan berhati-hati, "Mary Beth tidak punya... gairah yang kuat."

"Oh."

"Dia ingin bertemu denganmu." Hal itu membuat Jennifer bingung. "Kurasa tak
bisa, Adam. Aku akan merasa.... tak enak."

"Percayalah padaku."

"Kalau.... kalau itu maumu, Adam, baiklah."

"Bagus, Sayang. Kita akan bertemu untuk minum teh. Aku akan mengantarmu."

Jennifer berpikir sebentar. "Apakah.... apakah tidak akan lebih baik kalau aku
pergi sendiri?"

Esok paginya, Jennifer keluar dari Saw Mil River Parkway menuju ke arah kota.
Pagi itu udara kering dan cerah, hari yang bagus untuk bepergian. Jennifer
menghidupkan radio dalam mobil dan mencoba menghilangkan rasa gugupnya
dalam menghadapi pertemuan mendatang.

Rumah keluarga Warner adalah sebuah rumah yang besar dan kokoh, bergaya
rumah Belanda asli yang menghadap ke sungai di daerah Croton-on Hudson,
dibangun di atas tanah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menghijau yang beberapa are luasnya. Jennifer mengarahkan mobilnya


memasuki sebuah lorong mobil ke jalan masuk yang megah. Dia membunyikan
bel dan sesaat kemudian pintu dibuka oleh seorang wanita menarik yang
berumur di pertengahan tiga puluhan. Jennifer sama sekali tak menyangka akan
bertemu dengan wanita pemalu dari daerah selatan ini. Wanita itu menyalaminya
dan sambil tersenyum hangat dia berkata, "Aku Mary Beth. Adam tak adil
membiarkan kau datang seorang diri. Mari masuk."

Istri Adam itu mengenakan rok dari wol yang berwarna coklat muda, yang agak
lebar ke bawah, dan blus sutra yang terbuka cukup rendah hingga kelihatan buah
dada yang cukup matang tetapi masih indah. Rambutnya yang berwarna pirang
agak kecoklatan, dibiarkan terurai panjang dan agak mengikal di sekeliling
wajahnya, menambah bagus matanya yang biru.

Mutiara yang melingkar di lehernya tidak akan mungkin disangka tiruan. Mary
Beth Warner berpembawaan anggun sekali.

Bagian dalam rumah itu, indah, kamar-kamarnya luas dan lapang, penuh dengan
barang-barang antik serta lukisan-lukisan indah.

Seorang pelayan laki-laki menyuguhkan teh di ruang tamu utama; perangkat


minumnya dari perak model

Georgia.

Selelah pelayan meninggalkan ruangan itu, Mary Beth berkata, "Aku yakin kau
cinta sekali pada Adam."

Jennifer menjawab dengan kaku, "Saya ingin Anda tahu, Nyonya Warner, tak
seorang pun diantara kami yang punya rencana....”

Mary Beth Warner meletakkan tangannya di lengan

Jennifer. "Tak perlu kauceritakan hal itu padaku. Aku tak tahu apakah Adam
sudah menceritakannya padamu, tapi

perkawinan kami sudah menjadi suatu perkawinan yang hanya berisi sopan
santun. Kami berkenalan sudah sejak kanak Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

kanak. Kurasa sudah sejak pertama kali bertemu dengan Adam, aku sudah jatuh
cinta padanya. Kami selalu pergi ke pesta bersama-sama, berteman dengan
orang-orang yang sama, dan kurasa memang sudak tak terelakkan lagi bahwa
kami lalu menikah. Jangan salah paham, aku masih tetap memuja Adam, dan
aku yakin dia pun memujaku. Tapi manusia berubah, bukan?"

"Ya."

Jennifer memandangi Mary Beth, dan hatinya dipenuhi rasa syukur. Apa yang
sebenarnya mungkin merupakan peristiwa buruk dan mengerikan, ternyata
merupakan sesuatu yang penuh keramahan dan keindahan. Adam memang
benar. Mary Beth memang seorang wanita yang luar biasa.

"Saya berterima kasih sekali pada Anda," kata Jennifer.

"Dan aku pun berterima kasih padamu," Mary Beth berkata terus terang. Dia
tersenyum malu dan berkata lagi,

"Ketahuilah, aku pun sedang benar-benar jatuh cinta. Semula aku ingin segera
bercerai, tapi kupikir, demi Adam sebaiknya kami menunggu sampai selesai
pemilihan."

"Agaknya semua orang yakin bahwa Adam akan menjadi senator kita," Mary
Beth melanjutkan, "dan bila kami bercerai sekarang, akan sangat mengganggu
kesempatannya. Hanya enam bulan saja lagi, jadi kuputuskan akan lebih baik
baginya bila kutunda." Dia melihat pada Jennifer. "Tapi maaf.... apakah kau
setuju begitu?

"Tentu," kata Jennifer.


Jennifer harus mengatur kembali caranya berpikir. Kini masa depannya akan
terikat pada Adam. Bila Adam menjadi senator, dia akan tinggal bersamanya di
Washington DC. Itu akan berarti bahwa dia harus menghentikan praktek
pengacaranya di sini, tapi itu lak apa-apa. Semuanya tak ada artinya, asal mereka
bisa bersama.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Adam akan menjadi seorang senator yang hebat," kata Jennifer.

Mary Beth mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Bukan hanya itu, pada suatu
hari kelak Adam akan menjadi seorang presiden yang hebat."

Waktu Jennifer tiba kembali di apartemennya, telepon berdering. Adam yang


menelepon. "Bagaimana

pertemuan dengan Mary Beth?"

"Adam, dia baik sekali."

"Dia berkata begitu pula tentang kau."

"Kita pernah membaca tentang daya tarik dari daerah selatan masa lalu, tapi kita
tidak sering melihatnya. Mary Beth punya daya tarik itu. Dia benar-benar
seorang wanita yang hebat."

"Kau juga hebat, Sayang. Di mana kau ingin menikah?"

"Di mana pun jadi, kalau perlu di lapangan Times Square"

kata Jennifer. "Tapi kurasa kita harus menunggu, Adam."

'Menunggu apa?"

“Sampai selesai masa pemilihan. Karirmu penting. Sekarang ini suatu perceraian
akan merupakan pukulan bagimu."

“Hidup Prbadiku....”

".... akan merupakan hidup bagi masyarakat ramai. Kita tak boleh berbuat
sesuatu yang akan merusak kesempatanmu.
Kita bisa menunggu enam bulan lagi."

"Aku tak sabar menunggu."

"Aku pun tidak, Sayang." Jennifer tersenyum. "Sebenarnya kita tidak menunggu,
bukan?"

21

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hampir setiap hari Jennifer dan Adam makan siang

bersama, dan satu atau dua kali seminggu Adam bermalam

di apartemen mereka. Mereka harus lebih berhati-hati

daripada biasanya karena kampanye Adam sudah dimulai

dengan aktif, dan dia sudah menjadi tokoh nasional yang

terkemuka. Dia berpidato pada rapat-rapat umum politik dan,

perjamuanperjamuan makan malam untuk pengumpulan

dana, dan pendapat-pendapatnya mengenai

peristiwa-peristiwa nasional makin banyak dimuat dalam

pers.

Adam dan Stewart Needham sedang minum teh kebiasaan

mereka pagi hari.

"Aku melihatmu pada pertunjukan tv dalam acara Hari ini,

tadi pagi," kata Needham. "Bagus, Adam. Semuanya sudah

ada dalam genggaman kita. Kudengar orang mengundangmu


lagi."

"Stewart, aku benci melakukan pertunjukan-pertunjukan

itu. Aku merasa seperti seorang pemain sandiwara yang

sedang mengadakan pertunjukan”.

Stewart mengangguk dengan tenang. "Itulah politikus,

Adam.... mereka itu juga pemain sandiwara. Memainkan peran

dan menjadi apa yang di ngini masyarakat ramai. Bila politisi

berbuat di muka umum sebagaimana mereka adanya, waduh

— maka negara ini akan menjadi suatu kerajaan."

"Aku tak suka perjuangan untuk mendapatkan kedudukan

dalam masyarakat ini lalu menjadi kontes pribadi."

Stewart Needham tersenyum. "Bersyukurlah bahwa kau mempunyai pembawaan


untuk itu, Bung. Angka-angkamu dalam pengumpulan suara meningkat terus,
setiap minggu."

Dia berhenti sebentar untuk menuang teh lagi. "Percayalah, ini baru merupakan
permulaannya. Mula-mula senat dulu, kemudian sasaran nomor satu. Tak ada
satu pun lagi halangan bagimu." Dia berhenti untuk menghirup tehnya. "Tapi itu
pun kalau kau tidak berbuat yang tak senonoh."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adam memandangnya. "Apa maksudmu?"

"Lawanmu adalah seorang yang tak segan berjuang dengan cara rendah. Aku
berani bertaruh bahwa saat ini dia sedang meneliti hidupmu dengan mikroskop.
Dia tidak akan menemukan cacat, bukan?"

“Tidak," Adam mengucapkan perkataan itu secara otomatis.


“Bagus," kata Stewart Needham. "Bagaimana Mary Beth?"

Jennifer dan Adam sedang bermalas-malasan pada akhir pekan itu di sebuah
rumah pedesaan di Vermont yang telah disewa Adam dari seorang sahabatnya.
Udara kering dan segar, membelikan tanda-tanda musim salju yang mendatang.

Akhir pekan itu sempurna rasanya, menyenangkan dan santai.

Siang hari mereka berjalan jauh dan malam hari memainkan permainan-
permainan dalam rumah sambil ngobrol di depan perapian yang menyala.

Dengan teliti mereka mengikuti berita di semua surat kabar hari Minggu. Adam
melaju terus dalam semua pengumpulan suara. Hampir semua media massa
memihak pada Adam.

Mereka menyukai gayanya, kejujurannya, kecerdasannya, dan keterbukaannya.


Mereka terus-menerus menyamakannya dengan John Kennedy.

Adam berbaring santai di depan perapian sambil

memperhatikan bayang-bayang nyala api yang seperti menari-nari di wajah


Jennifer. "Maukah kau menjadi istri presiden?"

"Maaf. Aku sudah mencintai seorang senator."

"Apakah kau akan kecewa kalau aku tak menang, Jennifer?"

"Tidak. Aku ingin kau memenangkannya, tak lain karena kau menginginkannya,
Sayang."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bila aku menang itu akan berarti harus tinggal di Washington."

"Asal kita bersama, aku tak peduli apa-apa."

"Bagaimana dengan praktek pengacaramu?"

Jennifer tersenyum. "Berita yang terakhir kudengar, di Washington juga ada ahli-
ahli hukum."
"Bagaimana kalau kuminta kau menghentikannya?"

"Aku akan berhenti."

"Aku tak ingin kau berhenti. Kau terlalu pandai dalam hal itu."

"Yang penting bagiku hanyalah supaya bisa bersamamu.

Aku begitu mencintaimu, Adam."

Adam membelai rambut Jennifer yang lembut, yang

berwarna coklat tua, lalu berkata, "Aku juga cinta padamu.

Cinta sekali."

Mereka pergi tidur, dan lama kemudian tidur.

Malam Senin mereka kembali ke New York. Mereka

mengambil mobil Jennifer di bengkel di mana Jennifer menitipkannya, lalu


Adam kembali ke rumahnya. Jennifer kembali ke apartemen mereka di New
York.

Setiap hari Jennifer selalu penuh kesibukan. Kalau sebelumnya dia sudah merasa
sibuk, sekarang dia seperti terperangkap. Dia membela perusahaan-perusahaan

internasional yang telah melanggar undang-undang dan tertangkap, senator-


senator yang tertangkap basah dalam perbuatan salah, bintang-bintang film
dalam kesulitan. Dia membela pemimpin-pemimpin bank, tetapi juga perampok-
perampok bank, politisi, dan juga ketua-ketua serikat-serikat kerja.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Uang mengalir terus, tapi itu tak penting bagi Jennifer. Dia

memberikan uang ekstra banyak pada stafnya dan

menghambur-hamburkan hadiah-hadiah.

Perusahaan-perusahaan yang harus melawan Jennifer


dalam sidang tak lagi mengirim pengacara-pengacara mereka

yang kelas dua, jadi Jennifer harus berhadapan dengan

pembela-pembela terkemuka yang berbakat di dunia.

Dia diterima menjadi anggota persekutuan pengacara

yang bernama American Col ege of Trial Lawyers, dan Ken

Bailey pun sangat terkesan.

"Tuhanku," katanya, "tahukah kau, hanya satu persen dari

para pengacara di negeri ini yang bisa masuk?"

"Rupanya aku telah menjadi wanita pilihan mereka," kata

Jennifer sambil tertawa.

Bila Jennifer membela seorang terdakwa Manhattan, dia

selalu yakin bahwa Robert Silva-lah yang akan menjadi

penuntut umumny atau yang menjadi dalangnya. Makin

banyak kemenangan yang dicapai Jennifer, makin bertambah

kebencian laki-laki itu padanya.

Pada suatu sidang di mana Jennifer dihadapkan pada jaksa,

Di Silva menempatkan belasan ahli kenamaan di mimbar saksi

untuk mendukung tuntutannya.

Jennifer tidak memanggil ahli-ahli. Dia hanya berkata pada

para juri: "Bila kita ingin membuat pesawat antariksa atau

ingin mengukur jarak bintang, kita minta bantuan para ahli.


Tapi bila kita ingin sesuatu yang sangat penting dijalankan

dengan sebaik-baiknya, kita kumpulkan saja dua belas

orang-orang biasa untuk melakukannya. Sepanjang ingatan

saya, pendiri agama Kristen pun berbuat demikian pula."

Dan Jennifer memenangkan perkara itu.

Salah satu teknik yang menurut Jennifer sangat efektif bagi juri adalah dengan
mengatakan, "Saya tahu bahwa kata-kata Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

'undang-undang' dan 'ruang sidang' kedengarannya agak menakutkan dan jauh


dari kehidupan Anda, tapi bila hal itu tidak Anda pikirkan, maka yang kita
lakukan di sini hanyalah menangani kebenaran-kebenaran dan kesalahan-
kesalahan yang telah diperbuat terhadap sesama manusia seperti kita sendiri.
Mari kita lupakan bahwa kita berada dalam ruang sidang, Saudara-saudara. Mari
kita bayangkan bahwa kita sedang duduk-duduk dalam ruang tamu saya, dan

membicarakan apa yang telah terjadi atas diri terdakwa yang malang ini, sesama
manusia ini."

Maka, dalam bayangan mereka, para juri itu memang sedang duduk-duduk di
ruang tamu Jennifer, terbawa oleh pesonanya. Cara ini berhasil dengan baik bagi
Jennifer, sampai pada suatu hari waktu dia sedang membela seorang klien
melawan Robert Di Silva. Jaksa itu berdiri lalu mengucapkan pidato
pembukaannya yang ditujukan pada juri.

"Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya," kata Di Silva. "Saya ingin Anda melupakan


bahwa Anda sedang berada dalam suatu sidang pengadilan hukum. Saya minta
Anda membayangkan bahwa Anda sedang duduk di ruang tamu saya dan duduk-
duduk secara tak resmi, mengobrol tentang perbuatan-perbuatan yang
mengerikan, yang telah dilakukan oleh Terdakwa ini."

Ken Bailey membungkuk dan berbisik pada jennifer,

"Kaudengarkah apa yang dilakukan keparat itu? Dia mencuri siasatmu!"


"Jangan kuatir." sahut Jennifer dingin.

Waktu Jennifer bangkit untuk berbicara pada juri, dia berkata, "Tuan-tuan dan
Nyonya-nyonya, saya tak pernah mendengar sesuatu yang lebih melampaui batas
daripada kata-kata jaksa tadi itu." Suaranva lantang mengandung kemarahan.
"Sejenak, saya rasanya tak percaya akan pendengaran saya. Berani benar dia
menyuruh Anda melupakan bahwa Anda sedang berada dalam suatu sidang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengadilan hukum. Ruang sidang ini adalah salah satu milik yang paling
berharga yang ada pada bangsa kita! Tempat ini merupakan dasar dari
kemerdekaan kita. Kemerdekaan Anda, kemerdekaan saya, dan kemerdekaan
terdakwa. Dan seorang jaksa meminta Anda untuk melupakan di mana Anda
berada, untuk melupakan tugas Anda atas dasar sumpah. Saya rasa itu sangat
mengejutkan dan rendah sekali. Saya minta supaya Anda ingat, Tuan-tuan dan
Nyonya-nyonya, di mana Anda sedang berada, ingat bahwa kita semua berada di
sini untuk mengusahakan agar keadilan ditegakkan dan agar terdakwa diadili
dengan benar."

Para juri mengangguk membenarkan.

Jennifer melihat ke meja tempat Robert Di Silva duduk.

Laki-laki itu menatap lurus ke depan matanya tampak berkaca-kaca.

Klien Jennifer lalu dibebaskan.

Setiap kali setelah memenangkan suatu perkara selalu ada empat lusin bunga
mawar merah di meja kerja Jennifer, dengan kartu dari Michael Moretti! Setiap
kali kartu itu disobek Jennifer dan ia memerintahkan Cynthia untuk membawa
pergi bunga mawar itu. Bagaimanapun juga Jennifer merasa bahwa bunga itu
kotor karena berasal dari laki-laki itu. Akhirnya Jennifer menulis surat pendek
pada Michael Moretti, meminta untuk berhenti mengiriminya bunga.

Waktu Jennifer kembali dari ruang sidang setelah memenangkan perkara


berikutnya, ditemukannya lima lusin bunga mawar merah.

22

Perkara Perampok Berjas Hujan telah membuat nama Jennifer tercantum pada
tajuk rencana surat-surat kabar lagi.

Terdakwa mendapatkan perhatian Jennifer melalui Pater Ryan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Seorang sahabatku sedang dalam kesulitan...." dia mulai, dan mereka berdua
pun lalu tertawa terbahak.

Sahabat itu ternyata adalah Paul Richards, seorang pengelana yang dituduh telah
merampok bank. melarikan seratus lima puluh ribu dolar. Si orang perampok
memasuki bank itu dengan mengenakan jas hujan hitam yang panjang, yang di
dalamnya disembunyikan sebuah senapan berlaras pendek. Leher baju hujan itu
dinaikkan supaya mukanya tersembunyi sebagian. Begitu dia berada di dalam,
dia menodongkan senapan itu dan memaksa seorang kasir untuk menyerahkan
semua uang tunai yang ada. Kemudian

perampok itu melarikan diri dengan mobil yang memang sedang menunggu.
Beberapa orang saksi telah melihat mobil yang melarikan diri itu, sebuah sedan
hijau, tetapi nomor kendaraannya ditutupi dengan lumpur.

Karena perampokan bank merupakan kejahatan federal, FBI (Badan Inteligen


Federal) ikut turun tangan dalam perkara itu. Semua petunjuk-petunjuk tentang
penjahat itu mereka masukkan ke dalam komputer dan yang keluar adalah nama
Paul Richards.

Jennifer pergi mengunjunginya di Riker's Island, penjara tempatnya ditahan.

"Saya berani bersumpah, demi Tuhan, saya tidak melakukan perampokan itu,"
kata Paul Richards. Laki-laki itu berumur lima puluhan, dia berwajah merah
dengan mata biru yang kekanak-kanakan, dia terlalu tua untuk berkeliaran dan
melakukan perampokan bank.

"Saya tak peduli apakah Anda bersalah atau tidak," Jennifer menjelaskan, "tapi
ada satu syarat saya. Saya tak mau membela klien yang berbohong pada saya."

"Saya bersumpah demi ibu saya bahwa saya tidak melakukannya."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Jennifer sudah lama tak percaya lagi pada sumpah. Klien-klien telah bersumpah
padanya demi ibu, istri, kekasih, atau anak-anak mereka. Bila Tuhan mau
meladeni sumpah-sumpah itu, pasti jumlah penghuni dunia sudah mengalami
penurunan.

"Anda pikir mengapa FBI menangkap Anda?"

Tanpa ragu Paul Richards menjawab, "Karena kira-kira sepuluh tahun yang lalu
saya pernah merampok bank dan terlalu goblok hingga tertangkap."

"Apakah Anda juga memakai senapan berlaras pendek yang disembunyikan di


balik jas hujan?"

"Ya. Saya menunggu sampai hari hujan, lalu menyerang bank."

"Tapi yang terakhir ini, apakah bukan Anda

yang melakukannya?"

"Bukan. Ada seorang keparat yang cerdik dan menirukan cara saya."

Tanya-jawab pendahuluan diadakan di hadapan Hakim Fred Stevens, seseorang


yang berdisiplin ketat. Menurut desas-desus dia paling suka membuang semua
penjahat ke sebuah pulau yang tak bisa dicapai orang, di mana mereka akan
tinggal selama sisa hidup mereka. Hakim Stevens berpendapat bahwa setiap
orang yang kedapatan mencuri untuk pertama kalinya harus dipotong tangan
kanannya dan bila tertangkap lagi, harus dipotong tangan kirinya, menurut
tradisi Islam kuno. Dia adalah hakim yang terjahat yang pernah dijumpai
Jennifer. Ia memanggil Ken Bailey.

"Ken, tolong gali segala-galanya tentang diri Hakim Stevens."

"Hakim Stevens? Dia itu orang jujur, sejujur nabi. Dia...."

"Aku tahu. Tolonglah lakukan."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jaksa penuntut federal adalah seorang ahli yang bernama Carter Gifford.
"Bagaimana Anda akan membela dia?" tanya Gifford.

Jennifer memandangnya dengan polos dan terkejut

"Dengan mengatakan bahwa dia tak bersalah tentu."

Jaksa itu tertawa getir. "Hakim Stevens akan mengalahkan Anda dengan mudah
sekali. Saya rasa ada baiknya Anda minta sidang dengan juri."

“Tidak."

Gifford memperhatikan Jennifer dengan curiga. “Apakah Anda akan


menyerahkan klien Anda itu ke dalam tangan hakim penggantung itu?"

“Benar."

Gifford tertawa kecil. "Saya yakin Anda akan menderita kekalahan juga suatu
hari, Jennifer. Saya tak sabar menunggu saat itu."

"Negara Amerika Serikat melawan Paul Richards Apakah Terdakwa hadir?"

"Hadir, Yang Mulia," kata petugas pengadilan.

"Para pengacara harap maju ke meja Dewan Hakim dan memperkenalkan


dirinya."

Jennifer dan Carter Gifford berjalan ke arah Hakim Stevens.

"Jennifer membela Terdakwa."

"Carter Gifford membela Amerika Serikat."

Hakim Stevens berpaling pada Jennifer dan berkata dengan singkat, "Saya sudah
banyak mendengar tentang Anda, Nona Parker. Jadi akan saya katakan sekarang
juga bahwa saya tak mau membuang-buang waktu pengadilan ini. Saya tidak
akan mengizinkan penundaan dalam perkara ini. Saya akan Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

melanjutkan tanya-jawab pendahuluan ini dan ingin menyelesaikan gugatan.


Saya bermaksud untuk menetapkan tanggal sidang secepat mungkin Saya rasa
Anda menghendaki sidang dengan dewan juri dan....”
"Tidak, Yang Mulia."

Hakim Stevens melihat padanya dengan terkejut. "Anda tidak akan minta
diadakan sidang dengan juri?"

"Tidak. Karena saya pikir tidak akan ada gugatan."

"Apa?" Carter Gifford menatapnya dengan tajam.

"Menurut pendapat saya, Anda tak punya cukup bukti untuk menghadapkan
klien saya ke sidang.”

Carter Gifford membentak. "Anda harus mengubah pendapat itu!" Dia berpaling
pada Hakim Stevens. "Yang Mulia, pemerintah punya dasar yang kuat untuk
mengajukan suatu perkara. Terdakwa pernah ditangkap karena melakukan
kejahatan yang sama benar dengan cara yang sama pula.

Komputer kita telah menunjuk dia di antara lebih dari dua ribu iurang yang
dicurigai. Orang yang bersalah ada di antara kita dalam ruang sidang ini, dan
Penuntut tak punya niat untuk membatalkan perkara melawan dia."

Hakim Stevens berpaling pada Jennifer. "Pengadilan melihat terdapatnya cukup


bukti prima facie untuk mengadakan gugatan dan sidang. Adakah yang akan
Anda katakan lagi?"

"Ada, Yang Mulia. Tak ada seorang saksi pun yang secara positif bisa mengenali
Paul Richards. UU pun tak bisa menemukan uang yang telah dicuri. Sebenarnya,
satu-satunya yang menghubungkan terdakwa dengan kejahatan ini adalah angan-
angan Jaksa saja."

Hakim menatap Jennifer dan berkata dengan suara yang halus sekali,
"Bagaimana dengan komputer yang telah menunjuk dia?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer mendesah. "Itu membawa masalah bagi kita, Yang Mulia."

"Saya rasa memang begitu," kata Hakim Stevens dengan tegas. "Lebih mudah
untuk tidak mempercayai saksi hidup, tapi sulit untuk tidak mempercayai
komputer."
Carter Gifford mengangguk dengan rasa puas. “Tepat, Yang Mulia."

Jennifer berpaling dan menghadapi Gifford. "FBI menggunakan pesawat IBM


370/168, bukan?"

"Itu merupakan peralatan yang paling modern di dunia."

Hakim Stevens bertanya pada Jennifer, "Apakah Pembela ingin menantang


efisiensi komputer itu?"

"Sebaliknya, Yang Mulia. Ke dalam pengadilan ini saya telah membawa seorang
ahli komputer yang bekerja untuk perusahaan yang telah membuat alat yang
berkode 370/168

itu. Dialah yang menyusun informasi yang kemudian memunculkan nama klien
saya."

"Mana dia?"

Jennifer berbalik dan melambai memanggil seorang laki-laki kurus tinggi yang
duduk di bangku. Dia maju dengan gugup.

Jennifer berkata, "Ini Tuan Edward Monroe."

"Bila Anda menyuap saksi saya," kata Jaksa dengan amarah yang meledak,
"saya akan....”

"Saya hanya akan bertanya pada Tuan Monroe untuk bertanya pada
komputernya, apakah mungkin ada orang lain yang dicurigai. Saya pilih sepuluh
orang yang mempunyai sifat-sifat khas umum yang sama dengan klien saya.
Tuan Monroe menyusun statistik mengenai umur, tinggi badan, berat badan
warna mata, tempat lahir — pokoknya data-data yang sama yang menghasilkan
nama klien saya”.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apakah maksudnya semua ini, Nona Parker?" hanya Hakim Stevens tak
sabaran.

"Maksud saya, komputer telah mengenali seorang di antara sepuluh orang yang
merupakan orang yang paling dicurigai dalam perampokan bank itu."

Hakim Stevens berpaling pada Edward Monroe

"Betulkah begitu?"

"Benar, Yang Mulia." Edward Monroe membuka tas kantornya lalu


mengeluarkan catatan hasi

komputer.

Juru sita mengambilnya dari Monroe lalu menyerahkannya pada hakim. Hakim
Stevens melihat catatan itu, lalu wajahnya menjadi merah.

Dia melihat pada Edward Monroe. "Olok-olok apaan ini?"

"Bukan olok-olok, Pak."

"Komputer telah mencatat nama saya sebagai

seorang yang mungkin dicurigai?" tanya Hakim Stevens.

"Benar, Pak."

Jennifer menjelaskan, "Komputer tidak punya daya pertimbangan, Yang Mulia.


Alat itu hanya bisa memberikan jawab atas informasi yang diberikan padanya.
Anda dan klien saya kebetulan sama tinggi, sama berat, dan seumur pula.

Anda berdua sama-sama pula mengendarai sedan berwarna hijau, dan Anda
berdua berasal dari negara bagian yang sama.

Benar-benar hanya itulah bukti yang ada pada Jaksa penuntut.

Satu-satunya faktor lain adalah cara kejahatan itu dilakukan.

Waktu Paul Richards melakukan perampokan bank itu sepuluh tahun yang lalu,
berjuta-juta orang membacanya. Siapa pun diantaranya bisa saja menirukan cara
kerjanya itu. Dan ternyata memang ada seseorang yang melakukannya."

Jennifer menunjuk ke kertas di tangan hakim i u. "Itu menunjukkan pada Anda


betapa lemahnya dasar perkara pengaduan negara bagian sebenarnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Yang Mulia....” kata Carter Gifford tergagap, lalu terdiam lagi. Dia tak tahu apa
yang harus dikatakannya.

Hakim Stevens melihat lagi ke hasil kerja

komputer ditangannya, lalu memandang Jennifer.

“Apa yang Anda lakukan," tanyanya, "seandainya hakimnya seseorang yang


lebih muda, lebih kurus dari saya, dan yang mengendarai mobil biru?"

"Maka komputer itu menunjukkan pada saya, sepuluh orang lain yang dicurigai,"
kata Jennifer "Dan pilihan saya yang berikutnya adalah jaksa negeri dari Negara
Bagian New York yaitu Robert Di Silva."

Jennifer sedang duduk di kamar kerjanya, membaca tajuk-tajuk rencana waktu


Cynthia memberitahukan, "Ada Tuan Paul Richards."

"Persilakan dia masuk, Cynthia."

Laki-laki itu masuk ke dalam kamar dengan

mengenakan jas hujan hitam dan membawa sebuah kotak permen yang di kat
dengan pita merah, "Saya hanya mau mengucapkan terima kasih.”

"Anda lihat, kan? Kadang-kadang keadilan bisa berjaya."

"Saya akan ke luar kota. Saya rasa saya perlu berlibur." Dia memberikan kotak
permen itu. "Suatu tanda kecil dari rasa terima kasih saya."

"Terima kasih, Paul."

Laki-laki itu memandang Jennifer dengan kagum.

"Anda memang hebat." Dia lalu pergi.

Jennifer melihat ke kotak gula-gula di atas meja kerjanya, lalu tersenyum. Dalam
menangani perkara dari teman-teman Pater Ryan, biasanya kurang dari sekotak
permen yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diterima Jennifer sebagai imbalan. Bila dia menjadi gemuk gara-gara makan,
permen itu, itu adalah kesalahan Pater Ryan.

Jennifer membuka ikatan pita lalu membuka kotaknya. Di dalamnya terdapat


sepuluh ribu dolar, yang terdiri dari mata uang yang tak baru lagi.

Pada suatu petang, waktu Jennifer sedang meninggalkan gedung pengadilan,


dilihatnya sebuah mobil sedan mewah Cadil ac berwarna hitam yang
dikemudikan oleh seorang sopir, di tepi jalan. Waktu Jennifer akan melewati
mobil itu, Michael Moretti keluar. "Saya menunggu Anda."

Dipandang dari dekat, ada gairah hidup bagaikan arus listrik yang hampir
melumpuhkan pada laki-laki itu.

"Jangan halangi saya," kata Jennifer. Wajahnya memerah dan marah, dan bahkan
jadi lebih cantik daripada yang di ngat Michael Moretti.

"Waduh," kata Michael sambil tertawa, "tenanglah. Saya hanya mau berbicara
dengan Anda. Saya hanya meminta Anda untuk mendengarkan. Saya akan
membayar waktu yang Anda pakai untuk itu."

"Tidak akan cukup uang Anda untuk itu."

Dia beranjak akan melewati Michael. Laki-laki itu memegang lengannya dengan
sikap membujuk. Baru

menyentuhnya begitu saja, Michael sudah makin berdebar.

Michael memanfaatkan seluruh daya tariknya. "Pakailah akal sehat Anda. Anda
tidak akan tahu apa yang Anda tolak kalau Anda tidak mendengarkan dulu apa
yang akan saya katakan. Sepuluh menit saja. Hanya itu saja yang saya minta.

Anda akan saya antar ke kantor Anda. Kita bisa berbicara dalam perjalanan."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer memperhatikannya sejenak, lalu berkata, "Saya mau ikut Anda dengan
satu syarat. Saya minta jawaban atas satu pertanyaan."

Michael mengangguk. "Tentu. Tanyakanlah."


"Siapa yang punya gagasan untuk menyalah gunakan saya dengan bangkai
burung kenari dulu itu?"

"Gagasan saya," sahut Michael tanpa ragu.

Jadi, sekarang Jennifer tahu. Mau dia rasanyal membunuh laki-laki itu. Dengan
wajah bersunguth-sungut dia melangkah masuk ke mobil itu dan Michael
Moretti duduk di sampingnya.

Jennifer mendengarnya memberikan alamat kantornya pada sopirnya tanpa


bertanya lebih dahulu.

Waktu mobil bergerak, Michael Moretti berkata, "Saya senang melihat semua
yang hebat-hebat yang Anda alami."

Jennifer tidak merasa perlu menjawab.

"Saya benar-benar merasa senang."

"Anda belum mengatakan apa mau Anda."

"Saya ingin menjadikan Anda kaya."

"Terima kasih. Saya sudah cukup kaya," suaranya mengandung kebencian yang
mendalam yang dirasakannya terhadap laki-laki itu.

Wajah Michael Moretti memerah. "Saya mencoba berbuat baik pada Anda, tapi
Anda melawan saya terus."

Jennifer berpaling melihat padanya. "Saya tak perlu jasa-jasa baik Anda."

Dengan nada membujuk Michael berkata, "Baiklah.

Mungkin saya mencoba untuk mengimbangi sedikit apa yang telah saya lakukan
terhadap Anda. Yah, saya bisa mengirim banyak klien pada Anda. Klien-klien
yang penting. Dengan bayaran mahal. Anda tak dapat membayangkan....”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tuan Moretti," Jennifer menyela, "demi kebaikan kita berdua, saya harap Anda
berhenti berbicara."
"Tapi saya bisa....”

"Saya tak mau menjadi kuasa Anda atau siapa pun teman Anda."

"Kenapa tidak?"

"Karena kalau saya menjadi kuasa salah seorang dari kalian, maka mulai saat itu
Anda akan memiliki saya."

"Anda salah tanggap," protes Michael. "Sahabat-sahabat saya bergerak dalam


usaha-usaha yang sah. Maksud saya, bank-bank, perusahaan-perusahaan
asuransi....”

"Sudahlah. Jasa saya tak bisa dipakai oleh mafia."

"Siapa mengatakan mafia?"

"Sebutlah apa saja sesuka Anda. Saya bukan milik siapa siapa, saya milik diri
saya sendiri. Saya ingin tetap begitu."

Mobil berhenti karena lampu merah.

"Di sini sudah cukup dekat," kata Jennifer, "Terima kasih.

Anda telah memberi saya tumpangan."

Dibukanya pintu mobil lalu keluar.

"Kapan saya bisa bertemu dengan Anda lagi?"

"Tidak akan pernah, Tuan Moretti."

Michael memperhatikannya ketika dia berjalan menjauh.

Tuhanku, pikirnya, itu baru perempuan. Dia merasa birahinya timbul, dan dia
tersenyum karena dia yakin bahwa bagaimana pun juga, dia akan berhasil
mendapatkannya.

Waktu itu akhir bulan Oktober, dua minggu menjelang pemilihan, dan
perjuangan pengumpulan suara sedang giat-giatnya. Adam bertarung melawan
Senator John Trowbridge yang sudah sering terpilih, seorang politikus kawakan,
dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

para ahli berpendapat bahwa itu akan merupakan pertarungan yang seru.

Pada suatu malam, Jennifer duduk menonton Adam

mengadakan perdebatan dengan lawannya di tv. Mary Beth memang benar, suatu
perceraian pada saat ini akan dengan mudah menghancurkan kemungkinan-
kemungkinan Adam yang makin besar untuk mencapai kemenangannya.

Waktu Jennifer memasuki kantornya setelah keluar lama untuk makan siang
sambil menyelesaikan suatu urusan, didapatinya suatu pesan yang mendesak
untuk menelepon seseorang yang bernama Rick Arlen.

"Tiga kali dia menelepon selama setengah jam ini," kata Cynthia.

Rick Arlen adalah seorang bintang penyanyi rock yang boleh dikatakan dalam
satu malam saja telah menjadi seorang penyanyi yang paling top di dunia
Jennifer pernah mendengar tentang besarnya penghasilan bintang-bintang
penyanyi rock, tetapi sebelum dia terlibat dalam persoalan Rick Arlen, dia tak
punya bayangan tentang artinya. Dari rekaman-rekaman, pemunculan-
pemunculan di pentas, penjualan, dan sekarang film-film, penghasilan Rick
Arlen lebih dari lima belas juta dolar setahun. Rick berumur dua puluh lima
tahun, seorang pemuda petani dari Alabama yang lahir dengan tenggorokan yang
merupakan tambang emas baginya.

"Hubungkan lagi dia," kata Jennifer.

Lima menit kemudian Rick berbicara di telepon,

"Hai, Kawan, sudah berjam-jam saya berusaha menghubungi Anda."

"Maaf, Rick, saya ada rapat tadi."

"Ada masalah nih. Saya harus berjumpa dengan Anda."

"Bisakah Anda datang ke kantor saya petang ini?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


"Saya rasa tak bisa. Saya di Monte Carlo, membantu Putri Grace dan Pangeran.
Kapan paling tepat Anda bisa kemari?"

"Saya tak mungkin bisa," protes Jennifer. "Meja tulis saya penuh...."

"Saya membutuhkan Anda, Manis. Anda harus naik pesawat terbang petang ini."

Dan dia memutuskan hubungan. Jennifer berpikir tentang pembicaraan telepon


itu. Rick Arlen tak mau membicarakan masalahnya melalui telepon. Mungkin
mengenai obatobat terlarang, gadis-gadis, atau bahkan dengan pemuda lain. Dia
mempertimbangkan untuk mengutus Ted Harris atau Dan Martin saja untuk
menyelesaikan persoalan itu, tapi dia suka pada Rick Arlen. Akhirnya Jennifer
memutuskan untuk pergi sendiri. Dia mencoba menghubungi Adam sebelum
berangkat, tapi dia sedang keluar kantor.

"Tolong pesankan tempat di pesawat Air France ke Nice"

katanya pada Cynthia. "Katakan sekalian bahwa aku akan membutuhkan sebuah
mobil untuk menjemputku dan

mengantarku ke Monte Carlo."

Dua puluh menit kemudian dia sudah mendapat tempat di pesawat terbang jam
tujuh malam itu. Ada pelayanan helikopter dari Nice langsung ke Monte Carlo,"
kata Cynthia.

"Saya sudah mendaftarkan Anda untuk itu."

"Bagus. Terima kasih."

Waktu Ken Bailey mendengar untuk apa Jennifer

berangkat, dia bertanya, "Pikirnya siapa dia itu?"

"Dia yang tahu siapa dia, Ken. Dia adalah seorang klien kita yang terbesar."

"Kapan kau akan kembali?"

"Tak akan lebih dari tiga atau empat hari."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


"Semuanya tak akan sama di sini bila kau tak ada.

Aku akan kehilangan kau."

Jennifer jadi ingin tahu apakah Ken masih

berhubungan dengan pemuda berambut pirang itu.

"Tolong pertahankan benteng kita sampai aku kembali."

Biasanya Jennifer suka bepergian dengan pesawat terbang.

Selama berada di udara, dia menganggap dirinya bebas dari segala tekanan,
suatu pelarian sementara dari semua masalah yang menyesakkan selama dia
berada di bumi, suatu oasis yang sepi di angkasa, jauh dari klien-kliennya yang
tak sudah-sudahnya menuntut. Namun, penerbangan menyeberangi Atlantik ini
tidak menyenangkan. Rasanya terempas-empas luar biasa, dan perut Jennifer
terasa mual dan terbalik.

Waktu pesawat terbang akan mendarat di Nice esok paginya, barulah dia merasa
agak baik. Sebuah helikopter sudah siap menunggu untuk menerbangkannya ke
Monte Carlo. Jennifer belum pernah menumpang helikopter dan dia ingin
merasakannya. Tetapi kenaikan pesawat yang mendadak dan geraknya yang
menukik membuatnya mabuk lagi. Dia tak dapat menikmati pemandangan
Pegunungan Alpen yang sangat indah di bawah, juga Grand Corniche dengan
mobil-mobil yang tampak seperti mainan, yang sedang mendaki sisi gunung
yang curam dengan jalan yang melingkar.

Bangunan-bangunan Monte Carlo mulai kelihatan, dan beberapa menit


kemudian helikopter itu mendarat di depan kasino musim panas yang modern
dan berwarna putih, di pantai.

Cynthia telah menelepon sebelumnya, dan Rick Arlen sudah ada di tempat itu
untuk menjemputnya.

Laki-laki itu merangkul Jennifer. "Bagaimana perjalananmu?"

"Agak kurang mulus."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Rick Arlen memperhatikan Jennifer lebih teliti, lalu berkata,

"Kau kelihatannya tidak begitu sehat. Mari ke tempat istirahatku supaya kau bisa
beristirahat sebelum peristiwa besar nanti malam."

"Peristiwa besar apa?"

"Pesta perjamuan besar. Untuk itulah kau kusuruh kemari."

"Apa?"

"Ya. Putri Grace memintaku untuk mengundang siapa saja yang kusukai. Aku
suka padamu."

"Aduh, Rick!"

Ingin sekali rasanya Jennifer mencekik laki-laki itu. Rick tak sadar betapa
hebatnya kehancuran yang telah disebabkannya dalam hidupnya. Dia berada tiga
ribu mil terpisah dari Adam, klien-kliennya itu membutuhkannya, belum lagi
perkara pengadilan yang harus disidangkan — dan dia telah membiarkan dirinya
tergoda untuk datang ke Monte Carlo hanya untuk menghadiri suatu pesta!

“Rick, bagaimana kau sampai....”

Terlihat olehnya wajah Rick yang berseri-seri, dan dia lalu tertawa.

Ah sudahlah, dia sudah berada di sini. Apalagi pesta itu mungkin ternyata
menyenangkan.

Pesta itu hebat dan gemerlapan. Pesta itu merupakan pesta musik untuk
mengumpulkan dana untuk anak-anak yatim-piatu, yang disponsori oleh Yang
Mulia Putri Grace dan Pangeran Rainier Grimaldi. Pesta itu diadakan di alam
terbuka di kasino musim panas. Sungguh malam yang indah. Udara malam itu
segar dan harum, dan angin sepol yang bertiup dari Laut Tengah, meniup pohon-
pohon palma yang tinggi.

Jennifer membayangkan betapa dia akan senang bila Adam ada di sini ikut
menikmatinya bersama. Disediakan seribu lima Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/
ratus tempat duduk yang ditempati oleh para penonton yang bersorak-sorai.

Ada enam orang bintang internasional yang mengadakan pertunjukan, tetapi


Rick Arlen-lah yang menjadi bintang utamanya. Dia di ringi oleh sebuah band
yang ribut dan diterangi lampu-lampu gemerlapan yang seakan-akan menodai
langit sekelam beludru itu. Setelah dia selesai, dia memperoleh tepuk tangan
yang riuh.

Setelah pesta musik itu, menyusul pesta khusus di restoran ikan di bawah Hotel
de Paris. Aneka makanan dan minuman disuguhkan dengan bebas di sekeliling
kolam besar, di mana belasan lilin yang menyala, terapung-apung di atas
kepingan-kepingan berbentuk bunga lili.

Menurut perkiraan Jennifer ada tiga ratus orang sana.

Jennifer tidak membawa pakaian pesta, dia melihat para wanita yang berpakaian
bagus-bagus sekali, Jennifer jadi merasa dirinya sebagai gadis kecil penjaja
rokok. Rick memperkenalkannya pada para bangsawan sampai pada putri-putri
kerajaan. Kelihatannya separuh dari bangsawan-bangsawan dari seluruh Eropa
hadir di situ. Dia bertemu dengan para ketua organisasi perusahaan-perusahaan
dan penyanyi-penyanyi opera yang terkenal. Ada pula perancang-perancang
busana dan ahli-ahli waris kaya, serta pemain bola terkenal, Pele. Sedang
Jennifer asyik bercakap-cakap dengan seorang pemilik bank dari Swiss, dia tiba-
tiba merasa pusing sekali.

"Maafkan saya," kata Jennifer. Dia pergi mencari Rick Arlen.

"Rick, aku....”

Haru melihat sebentar saja, Rick langsung berkata, “Kau pucat sekali, Manis.
Mari kita menyingkir."

Tiga puluh menit kemudian, Jennifer sudah terbaring di tempat tidur, di vila
yang disewa Rick Arlen.

"Aku sudah memanggil dokter," kata Rick.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak butuh dokter. Aku hanya terserang virus atau semacamnya."
"Benar, 'yang semacamnya' itulah yang akan diperiksanya."

Dr Andre Monteaux adalah seorang laki-laki tua yang kecil kurus, yang berumur
delapan puluhan. Dia berjanggut yang digunting rapi dan membawa tas alatalat
kedokteran berwarna hitam.

Dokter itu berpaling pada Rick Arlen. "Harap tinggalkan kami."

"Baik, saya akan menunggu di luar."

Dokter itu mendekati tempat tidur. "Alors mengapa Anda?"

"Kalau saya tahu ada apa dengan saya," kata Jennifer lemah, "Sayalah yang
diminta datang kemari dan Anda yang terbaring di sini."

Laki-laki itu duduk di tepi tempat tidur. "Bagaimana perasaan Anda?"

"Rasanya seperti terserang sampar."

"Coba keluarkan lidah Anda."

Jennifer mengulurkan lidahnya dan mengeluarkan suara seperti tercekik. Dr.


Monteaux memeriksa nadinya dan mengukur suhu badannya.

Setelah selesai, Jennifer bertanya, "Ada apa saya, menurut Anda, Dokter?"

"Bisa salah satu dari beberapa kemungkinan. Bila besok Anda cukup kuat, saya
minta Anda pergi ke tempat praktek saya, di mana saya bisa memeriksa dengan
lebih

menyeluruh."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer merasa terlalu lemah untuk membantah "Baiklah,"

katanya. "Saya akan ke sana."

Esok paginya, Rick Arlen mengantar Jennifer ke Monte Carlo, di mana Dr.
Monteaux memeriksanya secara

menyeluruh.

"Mungkin saya terserang semacam kuman, ya?” tanya Jennifer.

"Kalau Anda menginginkan suatu ramalan, sahut dokter tua itu, "akan saya
datangkan seorang peramal. Kalau Anda ingin tahu penyakit Anda, kini harus
bersabar sampai kita menerima kembali laporan laboratorium."

"Kapan?"

"Biasanya dua atau tiga hari lagi."

Jennifer tahu bahwa dia tak mungkin tinggal dua atau tiga hari lagi. Mungkin
Adam membutuhkan dia. Dia sendiri pun membutuhkan Adam.

"Sementara itu, saya minta Anda tinggal di tempat tidur dan beristirahat."

Jennifer diberinya sebotol pil.

"Pil-pil ini untuk menenangkan Anda."

"Terima kasih." Jennifer menuliskan sesuatu pada secarik kertas. "Anda bisa
menghubungi saya di sini."

Setelah Jennifer pergi barulah Dr. Monteux melihat ke kertas itu. Di situ tertulis
sebuah nomor telepon di New York.

Di lapangan terbang Charles de Gaul e di Paris, di mana Jennifer berganti


pesawat, diminumnya dua buah pil yang diberikan Dr. Monteux padanya, dan
sebuah pil tidur. Dia tidur nyenyak selama perjalanan ke New York, tetapi waktu
dia turun dari pesawat dia tidak merasa lebih baik. Dia tidak minta dijemput, jadi
dia naik taksi ke apartemennya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Senja hari telepon berdering. Adam yang menelepon.

"Jennifer! Di mana kau....”


Jennifer menguatkan dirinya supaya suaranya terdengar sehat. "Maafkan aku,
Sayang. Aku terpaksa pergi ke Monte Carlo untuk menemui seorang klien, aku
tidak berhasil menghubungi kau sebelumnya."

“Aku kuatir setengah mati. Kau tak apa-apa?"

“Aku baik-baik saja. Aku.... aku sibuk sekali di sana”.

“Tuhanku! Aku sudah membayangkan yang ngeri-ngeri."

“Tak ada yang perlu dikuatirkan," Jennifer meyakinkannya.

"Bagaimana jalannya kampanye?"

“Baik. Kapan aku bisa menemui kau? Aku harus pergi ke Washington, tapi itu
bisa ditunda....”

"Jangan tunda, pergi sajalah," kata Jennifer. Dia tak mau Adam melihatnya
dalam keadaan begini "Aku akan sibuk lagi.

Akhir pekan sajalah kita bertemu."

"Baiklah." Nadanya terdengar enggan. "Bila kau tak ada kegiatan jam sebelas,
aku akan muncul dalam berita tv stasiun CBS."

"Aku akan nonton kau, Sayang."

Lima menit setelah gagang telepon diletakkan. Jennifer sudah tidur lagi.

Pagi harinya, Jennifer menelepon Cynthia mengatakan bahwa dia tidak akan
datang ke kantor. Jennifer tidur gelisah, dan waktu bangun, dia merasa belum
baik. Dia mencoba sarapan, tapi semua dimuntahkannya kembali. Dia merasa
lemah, dan kemudian baru menyadari bahwa hampir tiga hari dia tak makan apa-
apa.

Pikirannya dengan sendirinya melayang pada bermacammacam penyakit yang


mengerikan yang mungkin

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menghinggapinya. Yang pertama-tama kanker, tentu. Diraba-rabanya kalau ada


benjolan-benjolan di payudaranya, tapi dia tak merasakan apa-apa yang tak
beres. Kanker tentu saja bisa menyerang di mana-mana. Mungkin juga semacam
virus, tapi kalau memang itu, dokter tentu sudah menemukannya langsung.
Sulitnya, apa saja pun mungkin. Jennifer merasa putus asa dan tak berdaya. Dia
bukan orang yang suka membayangkan dirinya sakit, dia selalu sehat-sehat, dan
sekarang dia merasa telah dikhianati tubuhnya sendiri. Dia tak ingin sesuatu
terjadi atas dirinya. Justru karena kini segala-galanya sedang membuatnya
bahagia.

Dia pasti akan baik. Pasti.

Sekali lagi dia merasa mual.

Jam sebelas pagi itu. Dr. Andre Monteux menelepon dari Monte Carlo.
Terdengar suara petugas, "Sebentar, saya hubungkan dengan dokter itu."

Yang 'sebentar' itu terasa seperti seratus tahun, dan Jennifer menggenggam
gagang telepon kuat-kuat, dia tak tahan menunggu.

Akhirnya terdengar suara Dr. Monteux berkata, "Bagaimana perasaan Anda?"

"Masih sama saja," jawab Jennifer gugup. "Sudahkah Anda menerima hasil
pemeriksaannya?"

"Berita baik," kata Dr. Monteux. "Yang jelas bukan sampar."

Jennifer tak sabar lagi. "Lalu apa? Ada apa dengan saya?"

"Anda hamil, Nyonya Parker."

Jennifer terduduk, dia tak bisa bergerak dan hanya menatap telepon. Waktu dia
bisa berbicara lagi, dia tanya,

"Ya.... Yakinkah Anda?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Yakin. Ini pasti bayi Anda yang pertama, ya?"

"Ya."
"Saya anjurkan supaya Anda menghubungi seorang ahli kandungan secepat
mungkin. Melihat betapa beratnya tanda-tanda awal pada diri Anda, Anda
mungkin akan mengalami kesulitan."

"Baiklah," sahut Jennifer. "Terima kasih Anda sudah menelepon, Dr. Monteux."

Jennifer meletakkan kembali gagang telepon dan duduk dengan pikiran kacau-
balau. Dia tak yakin kapan pembuahan itu terjadi, atau bagaimana persaannya.
Dia tak bisa berpikir sehat.

Ia akan mendapatkan anak dari Adam. Dan tiba-tiba dia tahu bagaimana
perasaannya. Dia merasa bahagia sekali; dia merasa seolah-olah dia telah diberi
hadiah yang tak terhingga nilainya.

Saatnya tepat sekali, seolah-olah dewa-dewa berada di pihak mereka. Pemilihan


akan selesai secepatnya dan dia bisa segera menikah dengan Adam. Pasti anak
laki-laki. Dia tak sabar menceritakannya pada Adam.

Diteleponnya Adam di kantornya. "Tuan Warner tak ada di kantor,"


sekretarisnya memberi tahu. "Bisa Anda coba di rumahnya."

Jennifer enggan menelepon Adam di rumahnya, tapi dadanya serasa akan


meledak oleh berita itu. Diputarnya nomor telepon rumahnya. Mary Beth yang
menerima.

"Maaf, aku mengganggumu," kata Jennifer. "Ada sesuatu yang ingin saya
bicarakan dengan Adam. Ini Jennifer Parker."

"Aku senang kau menelepon," kata Mary Beth Kehangatan suaranya


meyakinkan. "Adam sedang menghadiri pertemuan Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

pertemuan, tapi dia akan kembali nanti malam. Datang saja ke rumah. Kita
makan malam bersama. Jam tujuh bisa?"

Jennifer ragu sebentar. "Baiklah."

Adalah ajaib bahwa Jennifer tidak mengalami kecelakaan waktu dia


mengemudikan mobilnya ke Croton-on-Hudson.
Pikirannya melayang jauh mengangankan masa depan. Dia sering membicarakan
tentang anak-anak dengan Adam. Dia ingat kata-kata Adam. Aku ingin sepasang
anak yang rupanya seperti kau.

Waktu berjalan di jalan raya, dia mengangankan suatu gerakan halus dalam
rahimnya, tapi dikatakannya sendiri bahwa itu omong kosong. Masih terlalu
awal. Tapi tidak akan lama lagi. Bayi Adam ada dalam rahimnya. Bayi itu hidup
dan sebentar lagi akan menendang-nendang. Rasanya hebat, rasanya
membingungkan. Dia....

Jennifer mendengar seseorang membunyikan klakson mobilnya, dia menoleh


dan dilihatnya bahwa dia hampir membuat sebuah truk terdesak ke tepi jalan.
Jennifer melemparkan senyum yang mengandung permintaan

maaf, lalu meneruskan perjalanannya. Tak satu pun yang bisa merusak suasana
hari ini.

Hari sudah senja waktu Jennifer berhenti di depan rumah keluarga Warner. Salju
halus sudah mulai Utuh, seolah-olah membedaki pepohonan tipis-tipis. Mary
Beth yang

mengenakan baju brokat panjang berwarna biru,

membukakan pintu depan untuk menyambut Jennifer.

Digandengnya Jennifer dengan hangat dan diantarnya masuk ke rumah, dan


Jennifer jadi ingat akan waktu mereka bertemu untuk pertama kali.

Mary Beth tampak bahagia dan berseri. Dia banyak berbicara tentang tetek-
bengek, membuat tamunya

merasa tenang. Mereka masuk ke kamar perpustakaan di mana api sedang


menyala dalam perapian.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Aku belum mendapat kabar dari Adam," kata Mary Beth.

"Mungkin dia tertahan. Sementara itu kita berdua bisa mengobrol panjang.
Kudengar kau bersemangat waktu di telepon tadi."
Mary Beth membungkuk seolah-olah mengajak

berkomplot. “Apakah ada berita besar yang akan

kau sampaikan?"

Jennifer melihat pada wanita ramah di hadapannya dan tercetuslah kata-kata itu,
"Aku sedang mengandung bayi Adam."

Mary Beth bersandar kembali di kursinya dan

tersenyum. "Wah! Luar biasa! Aku juga sedang mengandung."

Jennifer terbelalak memandangnya. "A.... aku tak mengerti."

Mary Beth tertawa. "Sebenarnya sederhana sekali.

Bukankah aku istri Adam yang sah?"

"Tapi.... tapi bukankah kau dan Adam akan bercerai?" kata Jennifer lambat-
lambat.

"Anak manis, mengapa aku harus minta cerai dari Adam?

Aku memujanya."

Jennifer merasa kepalanya mulai berputar-putar.

Percakapan jadi tak menentu. "Kau.... kau mencintai orang lain. Katamu kau...."

"Aku berkata bahwa aku mencintai seseorang. Itu memang benar. Aku mencintai
Adam. Sudah kukatakan padamu, bahwa aku mencintai Adam sejak pertama kali
aku bertemu dengan dia."

Dia pasti tidak bersungguh-sungguh. Dia sedang mengusik Jennifer,


mempermainkannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hentikanlah!" kata Jennifer. "Kalian berdua seperti kakak-adik saja. Adam tak
bermain cinta lagi dengan...."
Suara Mary Beth mengandung tawa. "Kasihan sekali kau, Sayang! Aku heran
bahwa orang sepintar kau bisa...." Dia membungkuk lagi dan kini berkata
bersungguh-sungguh. "Kau percaya padanya! Kasihan. Tapi aku mengandung.
Sungguh."

Jennifer berjuang untuk menenangkan dirinya. "Adam mencintai aku. Kami akan
menikah."

Mary Beth menggeleng. Matanya yang biru menatap mata Jennifer dan di situ
tampak jelas kebencian, membuat jantung Jennifer terasa berhenti sejenak.

"Kalau begitu Adam akan menjadi orang yang beristri dua.

Aku tidak akan minta cerai dari dia. Dan bila kubiarkan Adam menceraikan aku
untuk kawin dengan kau, dia akan kalah dalam pemilihan. Padahal sekarang, dia
akan

memenangkannya. Kemudian kami akan ke Gedung Putih, Adam dan aku. Tidak
ada tempat dalam hidupnya bagi seseorang seperti kau. Selama ini pun tidak. Dia
hanya mengira bahwa dia cinta padamu. Tapi itu akan berlalu bila didengarnya
bahwa aku sedang mengandung bayinya. Adam memang sudah lama
menginginkan anak."

Jennifer memejamkan matanya rapat-rapat, mencoba menghentikan sakit


kepalanya yang hebat.

"Maukah kau sesuatu?" tanya Mary Beth cemas.

Jennifer membuka matanya. "Sudah kaukatakan pada Adam bahwa kau hamil?"

"Belum," kata Mary Beth tersenyum. "Kurasa nanti malam saja akan kukatakan
padanya setelah dia pulang dan setelah kami pergi tidur."

Jennifer merasa benci sekali. "Kau seperti binatang bengis...."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukankah semuanya sudah jelas? Aku istrinya. Kau pelacur simpanannya."

Jennifer bangkit dengan kepala pusing. Sakit kepalanya makin hebat, dia merasa
tak tahan karena seperti dipalu.

Telinganya berdengung keras dan dia takut kalau-kalau dia pingsan. Dia berjalan
ke arah pintu masuk dengan terhuyunghuyung.

Jennifer berhenti di pintu, dan menekankan dirinya pada pintu itu. Dia mencoba
berpikir. Adam berkata bahwa dia mencintainya, tapi dia meniduri wanita ini, dia
menghamilinya pula.

Jennifer berbalik lalu berjalan ke luar menempuh udara malam yang dingin.

24

Adam sedang dalam putaran terakhir dari kampanye

berkeliling negara. Beberapa kali dia menelepon Jennifer, tapi

dia selalu dikelilingi rencana perjalanannya dan dia tak punya

kesempatan untuk berbicara banyak, sedang Jennifer tak

pula berkesempatan untuk menyampaikan beritanya.

Jennifer tahu mengapa Mary Beth sampai hamil: dia telah

merayu Adam supaya mau tidur dengannya. Tapi Jennifer

ingin mendengarnya dari Adam sendiri.

"Beberapa hari lagi aku akan kembali dan kita akan

bercakap-cakap," kata Adam.

Kini lima hari lagi menjelang pemilihan. Adam memang

pantas menang karena dia lebih baik. Jennifer merasa Mary

Beth memang benar waktu dia mengatakan bahwa itu

mungkin merupakan batu loncatan untuk kedudukan


kepresidenan di Amerika Serikat. Jennifer akan memaksa

dirinya untuk menunggu dan melihat bagaimana jadinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bila Adam terpilih menjadi senator, Jennifer akan kehilangan dia. Adam akan
pergi ke Washington dengan Mary Beth. Tidak akan ada lagi jalan untuk
bercerai. Skandal tentang seorang anggota senat baru yang menceraikan istrinya
yang sedang hamil untuk mengawini kekasih peliharaannya yang sedang hamil
pula, akan sangat mengancam kehidupannya. Tapi bila Adam kalah dalam
perebutan suara itu, maka dia akan bebas. Bebas untuk kembali menjalankan
praktek pengacaranya, bebas untuk mengawini Jennifer, dan tak perlu kuatir atau
peduli apa yang dipikirkan orang. Mereka akan bisa hidup bersama selama sisa
hidup mereka. Menimang anak-anak mereka.

Hari pemilihan tiba, ditandai dengan hujan sejak subuh. Karena besarnya
perhatian pada perebutan suara untuk keanggotaan senat, bisa diharapkan akan
banyak sekali pemilih yang akan datang ke tempat-tempat pemungutan suara,
meskipun cuaca buruk.

Pagi hari, Ken Bailey bertanya, "Apakah kau akan pergi memberikan suaramu
hari ini?"

"Ya."

"Kelihatannya tidak akan banyak selisih suara nanti ini, ya?"

"Kecil sekali."

Sudah agak siang Jennifer baru pergi ke tempat

pemungutan suara, dan sambil memasuki bilik pemilihan dia berpikir dengan
murung, satu suara bagi Adam Warner berarti satu suara melawan Jennifer
Parker. Dia memberikan suara untuk Adam, lalu keluar dari bilik itu. Dia merasa
tak sanggup kembali ke kantornya. Dia berjalan saja di sepanjang jalan
sepanjang petang itu, mencoba untuk tidak berpikir, mencoba untuk tidak
merasa; berpikir dan merasa, menyadari bahwa dalam beberapa jam lagi sisa
hidupnya akan ditentukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

25

"Inilah pemilihan dengan perbedaan suara yang terkecil,

yang pernah kita alami selama bertahun-tahun," kata penyiar

tv.

Jennifer seorang diri di rumah melihat penghitungan suara

pada siaran tv stasiun NBC. Dia baru saja menyiapkan

makanan ringan berupa telur dadar dan roti panggang, tapi

kemudian terlalu gugup untuk bisa makan sesuatu. Dia duduk

dengan mengenakan kimono, meringkuk di sofa,

mendengarkan nasibnya disiarkan pada berjuta-juta orang.

Setiap penonton punya alasan masing-masing untuk nonton,

untuk menginginkan salah seorang calon menang atau kalah,

tapi Jennifer yakin bahwa tak seorang pun di antara mereka

yang terlibat dalam pemilihan itu sedalam dia. Bila Adam

menang, itu akan merupakan akhir dari hubungan mereka,

dan... akhir dari bayi dalam rahimnya.

Tampak sekilas gambar Adam di layar, dan di sisinya, Mary

Beth. Jennifer bisa berbangga diri karena kepandaiannya

menafsirkan orang, tapi dia telah benar-benar terkicuh oleh

sikap dan mulut manis perempuan keparat itu. Dia berusaha


terus untuk menekan bayangan Adam yang meniduri

perempuan itu dan membuatnya hamil.

Edwin Newman berkata, "Inilah suara-suara masuk yang

terakhir dalam perebutan kursi senat antara anggota lama,

John Trowbridge dan penantangnya Adam Warner. Di

Manhattan, John Trowbridge mengumpulkan dua ratus dua

puluh satu ribu tiga ratus tujuh puluh lima suara, sedang

Adam Warner dua ratus empat belas ribu delapan ratus

sembilan puluh lima.

Di Daerah Pemilihan Empat Puluh Lima dari daerah

perwakilan di Queens, John Trowbridge unggul dua setengah

persen”

Hidup Jennifer sedang diukur dengan angka-angka persen.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dari daerah-daerah Bronx, Brooklyn, Queens,. Richmond, dan daerah-daerah


Nassau, Rockland, Suffolk, dan Westchester, terkumpul jumlah dua juta tiga
ratus ribu suara bagi John Trowbridge, dan dua juta seratus dua puluh ribu bagi
Adam Warner, sedang hasil pemungutan dari negara bagian New York baru saja
masuk. Adam Warner telah membuat kejutan dengan merupakan saingan berat
melawan John Trowbridge, yang sudah terpilih untuk ketiga kalinya.

Sejak semula, jumlah suara boleh dikatakan terbagi sama kuat dalam perebutan
kursi ini. Menurut hasil pemungutan yang terakhir, dengan enam puluh dua
persen dari suara yang dihitung, Senator Trowbridge mulai mengumpulkan suara
lebih banyak. Waktu kami membaca hasil pemungutan yang terakhir sejam yang
lalu, Senator Trowbridge mengumpulkan dua persen lebih banyak. Hasil
pemungutan sekarang menunjukkan bahwa dia maju dengan kelebihan dua
setengah persen. Bila kecenderungan ini berjalan terus, maka komputer NBC
akan meramalkan Senator Trowbridge yang akan menjadi pemenang dalam
perebutan kursi senat untuk Amerika Serikat ini. Sambil bergerak terus dalam
perebutan suara antara..."

Jennifer menatap terus ke pesawat tv-nya dengan hati berdebar-debar. Rasanya


berjuta-juta orang memberikan suaranya untuk menentukan Adam untuk
Jennifer atau Adam untuk Mary Beth. Jennifer merasa kepalanya ringan dan
pusing. Dia tak boleh lupa makan sesuatu nanti. Tapi sekarang tidak. Sekarang
tak satu pun yang berarti, kecuali apa yang sedang terjadi di layar di
hadapannya. Ketegangan makin meningkat, dari menit ke menit, dari jam ke
jam.

Tengah malam, Senator Trowbridge unggul tiga persen.

Jam dua subuh, setelah tujuh puluh satu persen dari suara yang terkumpul
dihitung, Senator Trowbridge unggul tiga setengah persen. Komputer
mengatakan bahwa Senator John Trowbridge akan memenangkan pemilihan itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer masih saja menatap pesawat tv tanpa emosi, tanpa perasaan apa-apa.
Adam kalah. Jennifer menang. Dia telah memenangkan Adam dan putra mereka
berdua. Kini dia bebas untuk menceritakan pada Adam, menceritakan padanya
tentang bayi mereka, merencanakan masa depan mereka bersama.

Jennifer merasa kasihan pada Adam, karena dia tahu betapa besarnya arti
pemilihan itu bagi Adam. Tapi lama-lama tentu Adam akan lupa juga. Dia akan
mencoba lagi kelak, dan Jennifer akan bisa membantunya. Adam masih muda.
Dunia terbentang di hadapan mereka berdua. Di hadapan mereka bertiga.

Jennifer tertidur di sofa, bermimpi tentang Adam, tentang pemilihan dan Gedung
Putih. Dia, Adam, dan putra mereka, berada di ruang Oval. Adam sedang
mengucapkan pidato pelantikannya. Mary Beth masuk dan mengganggu. Adam
membentaknya dan suaranya makin lama makin nyaring.

Jennifer terbangun. Suara yang didengarnya adalah suara Edwin Newman.


Siaran tv masih berjalan terus. Hari sudah subuh.

Edwin Newman yang tampak keletihan sedang


membacakan suara masuk terakhir hasil pemilihan.

Jennifer mendengarkan, pikirannya masih setengah tidur.

Waktu akan bangkit dari sofa didengarnya Edwin berkata,

"Dan inilah hasil terakhir dari pemilihan senator untuk Negara Bagian New
York. Adam Warner telah mengalahkan pemegang kedudukan yang lama,
Senator John Trowbridge, dengan kemenangan tipis kurang dari setengah
persen."

Berlalulah sudah. Jennifer sudah kalah.

26

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Waktu Jennifer masuk ke kantornya kesiangan pagi itu,

Cynthia berkata, "Tuan Adam menelepon, Nona Parker.

Sepanjang pagi ini dia menelepon terus."

Jennifer ragu, lalu berkata, "Baiklah, Cynthia, akan

kuterima." Dia masuk ke kamar kerjanya dan mengangkat

gagang telepon. "Halo, Adam, selamat ya."

"Terima kasih. Kita harus berbicara. Bisakah kau

membebaskan diri untuk makan siang?"

"Bisa," kata Jennifer ragu.

Bagaimanapun juga harus dihadapi.

Itulah pertama kali Jennifer bertemu dengan Adam selama

tiga minggu. Diperhatikannya wajah Adam. Dia kelihatan letih


dan pucat. Dia seharusnya berwajah merah karena

kemenangannya, tapi sebaliknya dia kelihatan gugup sekali

dan salah tingkah. Mereka memesan makanan, namun tak

seorang pun di antara mereka menyentuhnya, dan mereka

berbicara tentang pemilihan. Kata-kata mereka hanya

merupakan kedok untuk menyembunyikan pikiran masing-

masing.

Akhirnya, kepura-puraan itu tak dapat dipertahankan, dan

Adam berkata, "Jennifer..." Dia menarik napas panjang lalu

mengucapkannya cepat-cepat, "Mary Beth mengandung "

Bagaimanapun juga, tak tahan rasanya Jennifer mendengar

kenyataan itu diucapkan oleh Adam sendiri. "Aku menyesal,

Sayang. Hal itu.... terjadi begitu saja. Sulit rasanya

menjelaskannya."

"Tak perlu kaujelaskan." Jennifer bisa melihat peristiwa itu

dengan jelas. Mary Beth yang mengenakan baju tidur yang

menantang.... atau tanpa busana.... dan Adam....

"Aku merasa diriku goblok sekali," kata Adam. Mereka berdiaman dengan rasa
tak enak, lalu Adam berkata lagi,

"Tadi pagi aku menerima telepon dari ketua Komite Nasional.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Ada suara mengenai rencana akan menyiapkan diriku untuk pencalonan presiden
yang akan datang." Dia ragu lagi.

"Masalahnya, dengan kehamilan Mary Beth, waktunya jadi tak tepat untuk
mendapatkan perceraian. Aku jadi tak tahu apa yang harus kulakukan. Sudah
tiga malam ini aku tak tidur." Dia memandang Jennifer dan berkata, "Aku
sebenarnya tak mau meminta ini darimu, tapi.... bisakah kita menunggu dulu
sebentar sampai semuanya "beres?"

Jennifer melihat pada Adam di seberang meja dan hatinya terasa pedih sekali,
dia merasa kehilangan yang tak terkirakan hingga dia merasa tak tahan.

"Sementara itu kita tetap berhubungan sesering mungkin,"

kata Adam lagi. "Kita...."

Jennifer memaksakan dirinya untuk berbicara. "Tidak, Adam. Sebaiknya kita


putuskan saja."

Adam menatapnya. "Kau tentu tidak bersungguh-sungguh.

Aku cinta padamu, Sayang. Kita akan mencari jalan untuk...."

"Jalan itu tak ada. Istri dan anakmu tidak akan bisa hilang begitu saja. Hubungan
kita yang harus kita putuskan. Aku tetap mencintaimu. Setiap detik dari
kebersamaan denganmu."

Jennifer bangkit dari tempat duduknya, karena dia tahu bahwa bila dia tidak
keluar dari restoran itu, dia akan menjerit-jerit. "Kita tak boleh bertemu lagi."

Jennifer tak tahan melihat mata Adam yang

membayangkan kepedihan.

"Demi Tuhan, Jennifer! Jangan lakukan ini. Jangan lakukan!

Kita...."

Jennifer tidak mendengar kata-kata selanjutnya. Dia berjalan cepat-cepat ke


pintu, lari dari kehidupan Adam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

27

Telepon-telepon dari Adam tak lagi diterima atau

dibalasnya. Surat-suratnya dikembalikan tanpa dibuka. Pada

surat yang terakhir diterimanya, ditulisnya meninggal di

amplopnya, lalu dimasukkannya kembali ke kotak pos. Itu

memang kenyataannya, pikir Jennifer, aku memang sudah

mati.

Dia tak tahu bahwa ada rasa sakit yang sehebat itu. Dia

ingin menyendiri, namun dia tak sendiri. Ada seorang manusia

lain dalam tubuhnya dan merupakan bagian dari dirinya dan

bagian dari Adam. Dan dia akan membinasakannya.

Dipaksanya dirinya untuk memikirkan di mana dia akan

menggugurkan kandungannya. Beberapa tahun yang lalu,

suatu pengguguran akan berarti seorang dokter gadungan

dalam sebuah kamar yang kotor dan jorok yang tersembunyi

di sebuah lorong— tapi itu tak perlu lagi sekarang. Sekarang

dia bisa saja pergi ke sebuah rumah sakit dan meminta supaya

pengguguran itu dilakukan oleh seorang ahli terkenal. Harus di

suatu tempat di luar New York City. Foto-foto Jennifer sudah

terlalu sering masuk surat-surat kabar, sudah terlalu sering


muncul di tv. Dia perlu tempat di mana dia tak dikenal, suatu

tempat di mana orang tidak akan bertanya-tanya. Tak boleh

diketahui adanya kaitan antara dia dan Adam Warner. Senator

Amerika Serikat Adam Warner. Bayi mereka harus mati tanpa

diketahui orang.

Jennifer membayangkan, bagaimana kira-kira bayi itu, dan

dia mulai menangis demikian hebatnya hingga napasnya

sesak.

Hari mulai hujan. Jennifer menengadah ke langit

dan berpikir apakah Tuhan ikut menangisinya.

Ken Bailey adalah satu-satunya orang yang dapat

dipercayai Jennifer untuk membantunya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku akan menggugurkan kandunganku," kata Jennifer tanpa pendahuluan.


"Apakah kau kenal seorang dokter yang baik?"

Ken mencoba menutupi rasa terkejutnya, tapi Jennifer bisa melihat bermacam-
macam perasaan yang berbaur yang terbayang di air mukanya.

"Di suatu tempat di luar kota, Ken. Di suatu tempat di mana orang tak kenal
padaku."

"Bagaimana kalau di Kepulauan Fiji?" Suaranya mengandung kemarahan.

"Aku serius."

"Maaf. Aku.... kau membuatku terkejut sekali." Berita itu benar-benar telah
membuatnya terperanjat. Dia memuja Jennifer. Ada kalanya dia merasa
mencintainya, tapi tak yakin, dan hal itu merupakan siksaan. Terhadap Jennifer
dia tidak akan bisa berbuat sebagaimana dia telah memperlakukan istrinya.
Tuhanku, pikir Ken, mengapa Kau tak mau memastikan mengenai diriku?

Dia menyusupkan jari-jarinya ke rambutnya yang merah dan berkata, "Kalau kau
tak mau melakukannya di New York, kuanjurkan di North Carolina saja. Tempat
itu tidak terlalu jauh."

"Bisakah kau menolong melihat kemungkinannya?"

"Bisa. Baiklah. Aku...."

"Ya?"

Ken memalingkan mukanya. "Tak apa-apa."

Selama tiga hari berikutnya Ken Bailey menghilang. Waktu dia masuk ke kamar
kerja Jennifer pada hari yang ketiga, kelihatannya dia tak bercukur dan matanya
merah serta cekung.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer memandangnya, lalu bertanya. "Kau tak apa-apa?"

"Tak apa-apa." "Adakah sesuatu yang bisa kubantu?" "Tidak."

Bila Tuhan tak bisa menolongku, apalagi kau,

Kekasihku.

Diserahkannya pada Jennifer secarik kertas yang bertulisan, Dokter Eric Linden,
Memorial Hospital, Charlotte, North Carolina.

"Terima kasih."

"Kembali. Kapan kau akan pergi untuk itu?"

"Akhir pekan ini."

"Tak inginkah kau aku ikut denganmu?" tanyanya salah tingkah.


"Tak usah, terima kasih. Aku tak apa-apa."

"Bagaimana dengan perjalanan pulang?"

"Aku tidak akan apa-apa."

Ken masih saja berdiri, dia ragu. "Sebenarnya bukan urusanku, tapi apakah kau
yakin akan niatmu itu?"

"Aku yakin."

Jennifer merasa tak punya pilihan lain. Tak ada yang lebih

di ngininya di dunia ini daripada memelihara bayi Adam ini,

tapi dia tahu bahwa sangat tak masuk akal untuk

membesarkan bayi itu seorang diri.

Dia melihat pada Ken dan berkata lagi, "Aku yakin."

Rumah sakit itu adalah sebuah bangunan bertingkat dua,

dan terbuat dari batu bata, terletak di pinggiran kota

Charlotte. Tempat itu menyenangkan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wanita yang bertugas di meja pendaftaran rambutnya beruban dan umurnya


hampir tujuh puluh. "Bisa saya membantu Anda?"

"Ya," kata Jennifer. "Saya Nyonya Parker. Saya ada janji dengan Dokter Linden
untuk.... untuk...." Jennifer tak sampai hati untuk mengucapkannya.

Wanita itu mengangguk penuh pengertian. "Dokter sudah menunggu Anda,


Nyonya Parker. Akan saya suruh seseorang menunjukkan jalan pada Anda."

Seorang jururawat muda yang cekatan mengantar Jennifer ke sebuah kamar


periksa di ujung lorong rumah sakit itu, lalu berkata "Akan saya katakan pada
Dokter Linden bahwa Anda sudah di sini. Silakan berganti pakaian. Di
gantungan ada pakaian rumah sakit."

Perlahan-lahan, dengan dipenuhi perasaan tak nyata, Jennifer membuka


pakaiannya sendiri dan mengenakan pakaian rumah sakit yang putih. Dia merasa
seolah-olah sedang mengenakan celemek tukang jagal. Sebentar lagi dia akan
membunuh suatu kehidupan di dalam dirinya. Dalam bayangannya, celemek itu
berbercak-bercak darah, darah dari bayinya. Jennifer lalu gemetar.

Didengarnya suara berkata, "Nah, tenang saja."

Jennifer mengangkat mukanya dan melihat seorang lakilaki yang gemuk pendek,
berkepala botak, dan memakai kaca mata berbingkai tanduk yang membuatnya
jadi kelihatan seperti burung hantu.

"Saya Dokter Linden." Dia melihat kartu yang ada dalam tangannya.

"Anda Nyonya Parker?" Jennifer mengangguk.

Dokter itu memegang lengan Jennifer lalu berkata dengan nada membujuk,
"Duduklah." Dia pergi ke wastafel lalu mengisi sebuah gelas dari kertas dengan
air. "Minum ini."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer menurut. Dokter itu duduk di sebuah kursi dan memperhatikannya


sampai gemetarnya berkurang.

"Jadi Anda ingin kandungan Anda digugurkan?"

"Ya."

"Sudahkah hal ini dibicarakan dengan suami Anda, Nyonya Parker?"

"Sudah. Kami.... kami berdua menginginkannya."

Dokter itu mengamat-amatinya. "Anda kelihatan sehat-sehat saja."

"Saya merasa.... merasa sehat."

"Apakah kesulitan dalam hal keuangan?"


"Tidak," jawab Jennifer dengan tajam. Mengapa orang ini banyak sekali
bertanya? "Kami.... kami tak bisa punya bayi ini, itu saja."

Dokter Linden mengeluarkan pipa. "Mengganggukah saya dengan ini?"

"Tidak."

Dokter Linden menyalakan pipa itu dan berkata, "Ini kebiasaan buruk." Dia
bersandar lalu menghembuskan segumpal asap.

"Bisakah kita selesaikan hal ini?" tanya Jennifer.

Sarafnya demikian tegang hingga rasanya akan putus. Dia merasa sewaktu-
waktu dia bisa berteriak.

Dokter Linden sekali lagi mengisap pipanya lama-lama dan perlahan-lahan.


"Saya rasa kita harus berbicara dulu sebentar."

Dengan usaha yang besar sekali, Jennifer berhasil menguasai niatnya untuk
melawan. "Baiklah."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Soalnya mengenai pengguguran ini," kata Dokter Linden,

"sifatnya final. Anda masih bisa mengubah pikiran Anda sekarang, tapi Anda
tidak bisa lagi mengubahnya setelah bayinya dibuang."

"Saya tidak akan mengubah pikiran saya."

Dokter mengangguk lalu mengisap pipanya perlahan-lahan lagi. "Baiklah kalau


begitu."

Bau tembakau yang manis membuat Jennifer merasa mual lagi. Dia ingin dokter
itu menyingkirkan pipanya. "Dokter Linden....."

Dokter Linden bangkit dengan enggan dan berkata,

"Baiklah, Nyonya muda, mari saya periksa Anda."

Jennifer berbaring di meja pemeriksaan. Kakinya


dimasukkan ke dalam sebuah kekang dari logam yang terasa dingin.
Dirasakannya jari-jemari dokter itu meraba-raba di dalam tubuhnya. Jari-jari itu
terasa lembut dan penuh keahlian, dan Jennifer tidak menghayati rasa malu,
hanya suatu rasa kehilangan yang tak terkatakan, rasa sedih yang mendalam.
Tanpa di ngininya timbul gambaran-gambaran putra mereka dalam pikirannya,
karena dia yakin bahwa anak itu pasti anak laki-laki. Anak itu berlari-lari,
bermain-main, dan tertawa-tawa. Tumbuh menyerupai ayahnya.

Dokter Linden sudah selesai dengan pemeriksaannya.

"Anda bisa berpakaian sekarang, Nyonya, Parker. Anda boleh menginap di sini
satu malam, kalau Anda mau, dan pembedahannya akan kita lakukan besok
pagi."

"Tidak!" Suara Jennifer terdengar lebih tajam daripada yang dimaksudnya. "Saya
ingin itu dilakukan sekarang saja."

Dokter Linden memperhatikannya lagi dengan air muka bertanya.

"Ada dua orang pasien yang sudah datang lebih dulu dari Anda. Akan saya suruh
seorang jururawat kemari untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengadakan pemeriksaan laboratorium, lalu menyiapkan Anda di kamar Anda.


Pembedahan akan dilakukan empat jam lagi.

Mau begitu?"

"Baiklah," bisik Jennifer.

Jennifer berbaring di tempat tidur yang sempit dengan memejamkan matanya,


menunggu Dokter Linden kembali. Di dinding ada sebuah jam kuno, dan bunyi
tik-tak jam itu seolah-olah memenuhi kamar itu. Bunyi tik-tak itu kemudian
seakan-akan berubah menjadi: Adam kecil. Adam kecil, Adam kecil, putra kami,
putra kami, putra kami.

Jennifer tak berhasil menghapuskan gambaran bayi itu dari pikirannya. Pada saat
itu, bayi itu ada dalam tubuh ibunya, nyaman, hangat, dan hidup, terlindung dari
dunia luar dalam rahim yang amniotic. Jennifer bertanya sendiri, apakah janin
bayi itu sudah punya perasaan pendahuluan mengenai apa yang akan terjadi atas
dirinya. Dia ingin tahu apakah bayi itu akan merasa sakit bila pisau
membunuhnya. Jennifer menutup telinga dengan tangannya supaya tidak
mendengar bunyi detik jam. Dirasakannya napasnya mulai menyesak, dan
tubuhnya bersimbah peluh. Dia mendengar bunyi, lalu membuka matanya.

Dokter Linden berdiri di sampingnya, wajahnya

menunjukkan rasa kuatir. "Apakah Anda baik-baik saja, Nyonya Parker?"

"Ya," bisik Jennifer. "Saya hanya ingin ini berlalu."

Dokter Linden mengangguk. "Itulah yang akan kita lakukan sekarang." Dia
mengambil sebuah alat suntik dari meja di samping tempat tidur, lalu mendekati
Jennifer.

"Apa isinya itu?"

"Demerol dan phenergan, untuk menenangkan Anda.

Beberapa menit lagi kita akan pergi ke kamar bedah."

Dia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyuntik Jennifer. "Rupanya ini untuk pertama kali Anda menggugurkan, ya?"

"Ya."

"Kalau begitu, baik saya jelaskan jalannya. Pembedahan itu tidak akan terasa
sakit dan boleh dikatakan sederhana. Di kamar bedah Anda akan diberi suntikan
nitrous oxide untuk pembiusan keseluruhan, dan oksigen melalui kedok. Bila
Anda sudah tak sadar kami akan memasukkan semacam cermin kecil ke dalam
vagina Anda, supaya kami bisa melihat apa yang kami lakukan. Lalu kami akan
membesarkan leher rahim dengan alat-alat dari logam, mula-mula dengan yang
berukuran kecil, makin lama makin besar, dan bagian dalam dari rahim Anda
akan dikeruk dengan alat kuret. Ada pertanyaan sebegitu jauh?"

"Tidak."

Jennifer mulai merasa hangat dan mengantuk. Dia bisa merasakan


ketegangannya hilang lenyap bagaikan oleh suatu keajaiban, dan dinding-
dinding kamar mulai mengabur. Dia ingin menanyakan sesuatu pada dokter, tapi
dia tak ingat apa itu... sesuatu mengenai bayi itu... sekarang sudah tak penting
lagi. Yang penting sekarang adalah bahwa dia sedang menjalani apa yang harus
dilakukannya. Beberapa menit lagi semuanya itu akan berlalu, dan dia akan bisa
memulai hidupnya lagi.

Dia merasa dirinya mengambang dalam keadaan indah bagai dalam mimpi... dia
sadar ada orang-orang yang masuk ke ruang itu. mereka mengangkatnya ke
sebuah meja logam beroda... dia bisa merasakan rasa dingin di punggungnya
menembusi baju rumah sakitnya yang tipis. Dia didorong melalui lorong rumah
sakit itu dan dia lalu menghitung lampu-lampu yang bergantungan. Rasanya
penting untuk

mendapatkan jumlah yang benar, tapi dia tak tahu mengapa.

Dia didorong memasuki sebuah kamar bedah putih yang bebas hama dan
Jennifer berpikir, Di sinilah bayiku akan mati.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jangan kuatir, Adam kecil. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu.
Dan di luar kehendaknya, dia pun menangis.

Dokter Linden menepuk-nepuk lengannya. "Tak apa-apa.

Tidak akan sakit."

Kematian tanpa rasa sakit, pikir Jennifer. Bagus sekali. Dia sayang pada bayinya.
Dia tak mau bayi itu disakiti.

Seseorang memasang kedok di mukanya dan suatu

suara berkata, "Isap napas dalam-dalam."

Jennifer merasa tangan orang yang mengangkat

baju rumah sakitnya dan mengangkangkan kakinya.

Sekarang akan terjadi. Hal itu akan terjadi sekarang. Adam kecil. Adam kecil.
Adam kecil.

"Saya minta Anda tenang," kata Dokter Linden.

Jennifer mengangguk. Selamat jalan bayiku.

Dirasakannya suatu alat baja yang dingin mulai bergerak di antara kedua
pahanya dan perlahan-lahan dimasukkan. Alat pembunuh asing itulah yang akan
membunuh bayi Adam.

Tiba-tiba didengarnya suara yang terasa asing berteriak,

"Hentikan! Hentikan! Hentikan!"

Lalu Jennifer melihat ke wajah-wajah yang keheranan, yang memandanginya


dengan terbelalak, dan dia pun menyadari bahwa teriakan tadi itu berasal dari
dirinya. Kedok tertekan makin kuat ke wajahnya. Dia terserap oleh suatu
pusaran yang berputar makin lama makin cepat, lalu menenggelamkannya. Yang
terakhir di ngatnya adalah lampu putih besar di langit-langit di atasnya, berputar-
putar, dan masuk ke dalam tengkorak kepalanya.

Waktu Jennifer sadar, dia terbaring di tempat tidur dalam kamarnya di rumah
sakit. Melalui jendela dia bisa melihat bahwa di luar hari sudah gelap. Tubuhnya
terasa sakit seolah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

olah bekas dipukuli, dan dia ingin tahu berapa lama dia tak sadar. Dia masih
hidup, tapi bayinya....

Dijangkaunya bel yang terpasang di tempat tidurnya, lalu ditekannya. Bel itu
ditekannya terus, serasa tak bisa berhenti.

Dia kebingungan.

Seseorang jururawat muncul di pintu lalu cepat-cepat pergi lagi. Beberapa saat
kemudian Dokter Linden masuk bergegas.

Dia mendekat ke sisi tempat tidur, lalu dengan halus melepaskan jari-jari
Jennifer dari bel itu.

Jennifer mencengkam lengan dokter itu kuat-kuat dan berkata dengan suara
serak, "Bayi saya.... dia mati!"

"Tidak, Nyonya Parker," kata Dokter Linden. "Dia masih hidup. Saya harap dia
laki-laki. Anda terus-menerus menyebutnya Adam."

28

Hari Natal berlalu, dan tahun baru pun tiba, tahun seribu sembilan ratus tujuh
puluh tiga. Salju yang turun dalam bulan Februari digantikan oleh angin keras
dalam bulan Maret, dan Jennifer tahu bahwa sudah tiba waktunya dia berhenti
bekerja.

Dia mengadakan rapat staf di kantornya.

"Aku akan mengambil cuti besar," Jennifer mengumumkan.

"Aku akan pergi selama lima bulan."

Terdengar gumam mereka terkejut.

"Tapi bukankah kami masih akan bisa menghubungimu?"

tanya Dan Martin.

"Tidak, Dan. Aku tidak akan bisa dihubungi."

Ted Harris menatapnya dari balik kaca matanya yang tebal.

"Jennifer, kau tak bisa begitu saja....”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Akhir minggu ini aku akan berangkat."

Bicaranya mengandung nada keputusan yang tidak

menghendaki pertanyaan selanjutnya. Rapat itu selanjutnya membahas tentang


perkara-perkara yang masih harus ditangani.

Setelah semuanya pergi, Ken Bailey bertanya, "Apakah semuanya ini sudah
kaupikirkan matang-matang?"
"Aku tak punya pilihan lain, Ken."

Ken memandanginya. "Aku tak tahu siapa laki-laki keparat itu, tapi aku benci
padanya."

Jennifer meletakkan tangannya di lengan Ken. "Terima kasih atas perhatianmu.


Tapi aku baik-baik saja."

"Ketahuilah, kau akan menghadapi kesulitan. Anak-anak akan menjadi besar.


Mereka suka bertanya. Anak itu ingin tahu siapa ayahnya."

"Akan kuhadapi itu."

"Baiklah kalau begitu." Dengan nada yang berubah lembut dia menambahkan,
"Bila ada sesuatu yang bisa kulakukan —

apa saja — kau tahu bahwa aku selalu siap."

Jennifer melingkarkan lengannya ke leher Ken. "Terima kasih, Ken. Terima


kasih banyak."

Jennifer tinggal lama di kantornya setelah semua orang pergi, duduk seorang diri
dalam gelap, dan dia berpikir. Dia akan selalu mencintai Adam. Tak satu pun
bisa mengubah hal itu, dan dia yakin bahwa Adam pun masih mencintainya.

Sebenarnya akan lebih mudah bila Adam tidak mencintaiku, pikir Jennifer.
Sungguh suatu ironi yang tak tertanggungkan: mereka saling mencintai tapi tak
bisa berkumpul, bahwa hidup mereka akan terpisah makin lama makin jauh.
Adam kini berada di Washington bersama Mary Beth dan anak mereka.

Suatu hari kelak Adam mungkin akan berada di Gedung Putih.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer membayangkan anaknya sendiri, yang akan tumbuh, yang ingin tahu
siapa ayahnya. Dia tidak akan bisa memberitahukannya, Adam pun tidak akan
pernah boleh tahu bahwa dia mengandung anaknya, karena hal itu akan
menghancurkan Adam.

Dan bila ada orang lain yang tahu, maka Adam akan binasa dengan cara yang
lain pula.

Jennifer telah memutuskan untuk membeli sebuah rumah di pinggiran kota, di


suatu tempat di luar Manhattan, di mana dia akan bisa hidup bersama anaknya
dalam dunia kecil mereka sendiri.

Dia menemukan rumah itu benar-benar secara kebetulan.

Pada suatu hari dia sedang dalam perjalanan untuk menemui seorang klien di
Long Island. Dia membelok dijalan Ekspres Long Island pada pembelokan tiga
puluh enam, tetapi dia salah belok dan mendapatkan dirinya berada di Sands
Point.

Jalan-jalan di situ sunyi dan diteduhi pohon-pohon yang tinggi, anggun. Rumah-
rumah dibangun jauh dari jalan, masing-masing rumah terpisah di tanah milik
tersendiri. Di depan sebuah rumah model kolonial di Jalan Sands Point,
tergantung pengumuman Dijual. Pekarangannya dikelilingi pagar, dan ada
sebuah pintu gerbang indah dari besi tempa yang menuju ke jalan yang licin
tempat mobil masuk, diterangi oleh lampu-lampu bertiang di kiri-kanannya.
Halaman depannya luas dan ditumbuhi sederetan pohon-pohon untuk
melindungi rumah.

Dari luar, rumah itu tampak menggiurkan. Jennifer mencatat nama makelarnya,
kemudian membuat janji untuk melihatlihat rumah itu esok petangnya.

Agen real estate-nya adalah seorang laki-laki yang bersungguh-sungguh, yang


pandai membujuk, sebangsa petugas penjualan yang dibenci Jennifer. Tapi
Jennifer bukan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akan membeli pribadi laki-laki itu, dia akan membeli sebuah rumah.

"Rumah itu cantik sekali," kata laki-laki itu. "Ya, benar-benar cantik. Umurnya
sudah kira-kira seratus tahun. Masih dalam keadaan sempurna. Benar-benar
sempurna."

Benar-benar berlebihan kalau dikatakannya sempurna.


Kamar-kamarnya besar dan lapang, tapi perlu perbaikan.

Alangkah akan senangnya, pikir Jennifer, memperbaiki rumah ini lalu


menatanya.

Di lantai atas, di seberang kamar tidur utama, ada sebuah kamar yang bisa
diubah menjadi sebuah kamar bayi. Dia akan mewarnainya biru dan....

"Apakah Anda ingin melihat-lihat sekelilingnya?"

Rumah di pohonlah yang membuat Jennifer memutuskan untuk membelinya.


Rumah itu dibangun di atas sebuah langkan yang tinggi di sebuah pohon oak
yang kokoh. Rumah pohon untuk anaknya. Tanahnya tiga are luasnya, halaman
belakangnya melandai perlahan-lahan menuju ke sebuah selat kecil, di mana ada
sebuah dok. Rumah itu akan merupakan tempat yang bagus sekali untuk tempat
anaknya tumbuh, karena luasnya tempat untuknya berlari-lari. Kelak anak itu
akan memiliki sebuah kapal kecil. Mereka benar-benar akan bisa memencilkan
diri di sini, hal mana memang diperlukan.

Jennifer sudah memastikan bahwa ini akan merupakan dunia yang akan menjadi
miliknya dan anaknya saja.

Keesokan harinya rumah itu dibelinya.

Jennifer tak pernah menyangka betapa akan sakitnya meninggalkan apartemen


yang ditempatinya bersama Adam.

Kimono dan piama Adam masih ada di situ, demikian pula sandal dan alat-alat
cukurnya. Setiap kamar punya beratus-ratus kenangan tentang Adam, kenangan
tentang masa lalu yang indah, namun sudah mati. Jennifer mengumpulkan
barang-barangnya secepatnya lalu keluar dari situ.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di rumahnya yang baru, Jennifer menyibukkan dirinya dari pagi-pagi benar


sampai larut malam, supaya tak ada waktu untuk berpikir tentang Adam. Dia
pergi ke toko-toko di Sands Point dan Port Washington untuk memesan perabot
rumah tangga dan kain-kain gorden. Dia membeli alat-alat tidur dari Porthault,
sendok-garpu, piring-piring, mangkuk, dan cangkir.
Dia memanggil buruh setempat untuk membetulkan saluran-saluran yang macet,
atap yang bocor, dan alat-alat listrik yang usang. Dari pagi-pagi benar sampai
senja, rumah itu penuh dengan tukang-tukang cat, ahli-ahli listrik, dan pekerja-
pekerja pemasang kertas lapis dinding.

Jennifer ke sana-kemari, mengawasi segala-galanya. Siang hari dia membuat


dirinya letih, dengan harapan dia bisa tidur malam harinya, tapi hantu-hantu
yang dulu kembali lagi, menyiksanya dengan mimpi-mimpi buruk yang
mengerikan.

Dia berkeliling ke toko-toko antik untuk membeli lampu-lampu dan meja, serta
barang-barang seni. Dia membeli air mancur dan patung untuk kebun, juga
barang-barang hiasan buatan Lipschitz, Nogu-chi, dan Miro.

Di bagian dalam rumah semuanya kelihatan cantik.

Bob Clement adalah seorang klien Jennifer di California dan bermacam-macam


permadani yang dirancangnya untuk ruang tamu dan kamar bayi, membuat
kamar-kamar itu semarak dengan warna-warni lembut.

Perut Jennifer makin membesar, dan dia pergi ke desa untuk membeli pakaian
hamil. Dia menyuruh memasang telepon yang nomornya tidak didaftarkan.
Telepon itu dipasangnya hanya untuk keadaan darurat, tak seorang pun diberinya
nomor telepon itu, dan dia pun tidak

mengharapkan telepon dari siapa-siapa. Satu-satunya orang di kantor yang tahu


di mana dia tinggal adalah Ken Bailey, dan sahabatnya itu disuruhnya
bersumpah untuk

merahasiakannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada suatu petang Ken pergi mengunjungi Jennifer.

Jennifer membawanya berkeliling rumah dan pekarangan, dan dia betul-betul


senang.

"Sungguh cantik, Jennifer. Cantik sekali. Hebat benar hasil karyamu." Ken
melihat ke perut Jennifer. "Berapa lama lagi?"
"Dua bulan lagi." Jennifer meletakkan tangan Ken di perutnya, lalu berkata,
"Coba rasakan."

Ken merasakan suatu tendangan.

"Makin hari makin kuat saja dia," kata Jennifer dengan bangga.

Jennifer memasakkan makan malam buat Ken. Ken

menunggu sampai mereka selesai makan makanan penutup, barulah dia


mengemukakan yang akan dikatakannya.

"Aku bukan mau mengorek-ngorek," katanya, "tapi tidakkah orang yang


sebenarnya ayahnya perlu ikut berbuat sesuatu?"

"Bahan pembicaraan ditutup."

"Baiklah. Maafkan aku. Kantor sangat kehilangan kau. Ada klien baru yang....”

Jennifer mengangkat tangannya. "Aku tak mau mendengar tentang itu."

Mereka bercakap-cakap sampai tiba waktunya Ken harus pulang, dan Jennifer
tak senang melihatnya pergi. Dia seorang laki-laki dan seorang sahabat yang
baik.

Jennifer menutup dirinya dari dunia dengan segala cara.

Dia berhenti membaca surat-surat kabar, dan tak mau lagi nonton tv atau
mendengarkan radio. Dunianya adalah di sini, di antara empat dinding ini. Inilah
sarangnya, rahimnya, tempat dia akan melahirkan putranya ke dunia ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dibacanya semua buku yang bisa didapatkannya mengenai membesarkan anak-


anak, mulai dari karangan Dokter Spock sampai pada Ames dan Gesel .

Setelah Jennifer selesai menata kamar bayi, kamar itu di sinya dengan
bermacam-macam mainan. Didatanginya toko olahraga, dan melihat bola kaki,
alat pemukul basebal , dan sarung tangan penangkap bola. Dan dia
menertawakan dirinya. Gila-gilaan aku ini. Dia lahir pun belum. Namun alat
pemukul basebal dan sarung tangan penangkap bola itu dibelinya juga. Dia
tergoda ingin membeli bola kaki, tapi pikirnya, Itu nanti saja.

Bulan Mei datang dan disusul oleh Juni.

Para pekerja sudah selesai dan rumah itu menjadi sepi dan lengang. Dua kali
seminggu Jennifer pergi ke desa untuk berbelanja di supermarket, dan dua
minggu sekali dia mengunjungi Dokter Harvey, dokter ahli kandungan yang
menanganinya. Dengan patuh Jennifer minum susu lebih banyak daripada yang
disukainya, vitamin-vitamin diminumnya, dan semua makanan yang sehat dan
bergizi dimakannya. Sekarang dia menjadi besar dan merasa kaku, dan dia mulai
merasa sulit bergerak.

Dia selalu aktif, dan pikirnya dia akan benci sekali kalau dia sampai menjadi
berat dan kaku, dan harus bergerak lambat.

Tapi entah mengapa, kini dia tak peduli. Tak ada lagi alasan untuk bergegas.
Hari-hari terasa lamban dan dipenuhi mimpi serta kedamaian. Suatu jam harian
dalam dirinya telah memperlambat jalannya sendiri. Jennifer seolah-olah sedang
mengumpulkan tenaga, dan menumpahkannya pada tubuh lain yang hidup di
dalam tubuhnya.

Pada suatu pagi Dokter Harvey memeriksa Jennifer, lalu berkata, "Dua minggu
lagi, Nyonya Parker."

Sudah dekat sekali sekarang. Mula-mula dia menyangka bahwa dia mungkin
akan takut. Dia sudah mendengar ocehan Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

ibu-ibu tua tentang rasa sakit itu, kecelakaan-kecelakaannya, bayi-bayi yang


cacat tubuh, namun Jennifer tidak merasa takut. Dia hanya ingin melihat
bayinya, tak sabar dia rasanya agar persalinannya cepat berlalu supaya dia bisa
memeluk anaknya.

Kini Ken Bailey hampir setiap hari datang ke rumah itu, membawakannya
bermacam-macam buku untuk anak-anak, dan selusin buku-buku Dokter Seuss.

"Anak laki-lakimu itu akan menyukai buku-buku ini," kata Ken.

Jennifer tersenyum karena Ken mengatakan anak laki-laki.


Suatu pertanda baik.

Mereka berjalan-jalan dengan santai di pekarangan dan makan siang di tepi


sungai, duduk di bawah sinar matahari.

Jennifer risau memikirkan penampilannya. Mengapa Ken mau membuang-buang


waktunya bersama dengan seorang wanita gemuk yang jelek seperti dalam sirkus
ini, pikirnya.

Sedang Ken memandangi Jennifer dengan berpikir: Dialah wanita tercantik yang
pernah kulihat.

Rasa sakit yang pertama datang pukul tiga subuh. Rasa sakit itu demikian
hebatnya hingga Jennifer merasa tak bisa bernapas. Beberapa saat kemudian rasa
sakit itu berulang lagi, dan dengan gembira Jennifer berpikir, Sudah hampir
waktunya.

Dia mulai menghitung waktu di antara rasa sakit itu, dan waktu rasa sakit itu
masing-masing berjarak sepuluh menit, dia menelepon dokter ahli
kandungannya. Jennifer pergi ke rumah sakit dengan mengemudikan mobilnya
sendiri, dia berhenti sebentar di pinggir jalan setiap kali sakitnya terasa lagi.
Seorang petugas sudah siap menantinya di luar waktu dia tiba. Dan beberapa
menit kemudian, Dokter Harvey memeriksanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah selesai, dokter itu berkata dengan meyakinkan,

"Nah, ini pasti akan merupakan persalinan yang mudah, Nyonya Parker. Santai
saja dan kita biarkan alam menjalankan tugasnya."

Ternyata persalinan itu tak mudah, tapi tidak pula terlalu sulit. Jennifer sanggup
menanggung rasa sakit itu, karena dari rasa sakit itu akan terjadi sesuatu yang
indah. Hampir delapan jam lamanya dia menderita, dan pada akhirnya, setelah
tubuhnya serasa hancur dan bengkok karena kejangan-kejangan, dia berpikir
bahwa derita itu tidak akan berakhir.

Tiba-tiba dia merasa sakitnya hilang dan disusul oleh rasa kosong, lalu tiba-tiba
rasa damai.
Dia mendengar tangis melengking, dan Dokter Harvey mengangkat bayinya
sambil berkata, "Inginkah Anda melihat putra Anda, Nyonya Parker?"

Senyum Jennifer seakan-akan menyinari kamar itu.

29

Bayi itu diberinya nama Joshua Adam Parker, beratnya empat kilogram enam
ons. Dia bertubuh sempurna. Jennifer tahu bahwa bayi selalu jelek waktu
dilahirkan, kulitnya kisut dan merah, mirip monyet kecil. Tapi Joshua Adam
tidak. Dia cantik. Para jururawat di rumah sakit itu berulang kali mengatakan
betapa tampannya Joshua, dan Jennifer tak bosan-bosannya mendengar pujian
itu. Persamaannya dengan Adam nyata sekali. Joshua Adam bermata abu-abu
kebiru-biruan seperti ayahnya dan bentuk kepalanya sempurna. Bila Jennifer
memandangnya dia serasa melihat Adam.

Perasaannya aneh, suatu pembauran yang tajam antara kebahagiaan dan


kesedihan. Betapa akan senangnya Adam melihat putranya ini!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Waktu Joshua berumur dua hari dia melihat pada Jennifer sambil tersenyum, dan
Jennifer buru-buru menekan bel memanggil jururawat.

"Lihat! Dia tersenyum!"

"Dia bersendawa, Nyonya Parker."

"Bayi-bayi lain mungkin bersendawa," kata Jennifer berkeras. "Anak saya ini
tersenyum."

Dulu Jennifer ingin tahu bagaimana perasaannya kelak terhadap bayinya, dia tak
yakin apakah dia akan menjadi ibu yang baik. Bayi-bayi biasanya
membosankan. Mereka mengotori popok mereka, selalu menuntut diberi makan,
menangis, dan tidur. Tak ada komunikasi dengan mereka.

Aku pasti tidak akan punya perasaan apa-apa terhadapnya sampai dia berumur
empat atau lima tahun, pikir Jennifer dulu. Betapa kelirunya. Sejak Joshua
dilahirkan, Jennifer sudah mencintainya dengan rasa cinta yang tak disadarinya
ada dalam dirinya. Rasa cinta itu adalah cinta yang sangat melindungi. Joshua
masih begitu kecil, sedang dunia begitu luas.

Waktu Jennifer membawa Joshua pulang dari rumah sakit, dia dibekali suatu
daftar panjang instruksi-instruksi, tapi itu semuanya hanya membuatnya panik
saja. Selama dua minggu yang pertama, seorang jururawat yang berpraktek
bebas, tinggal di rumahnya. Setelah itu Jennifer berdiri sendiri, dan dia sangat
ketakutan kalau-kalau dia berbuat salah dan mungkin mengakibatkan kematian
bayinya. Dia takut anak itu tiba-tiba berhenti bernapas setiap saat.

Waktu Jennifer pertama kali membuatkan susu Joshua, dia menyadari bahwa dia
lupa membebas-hamakan dotnya.

Dibuangnya susu itu di wastafel lalu membuat susu baru lagi.

Setelah dia selesai, dia baru ingat bahwa sekarang botolnyalah yang lupa
dibebashamakannya. Jennifer mulai lagi. Baru saja minuman Joshua itu siap,
bayi itu sudah menjerit marah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ada kalanya Jennifer merasa dirinya tak mampu menangani bayinya. Pada saat-
saat yang tak disangka-sangka dia dilanda perasaan tertekan. Dikatakannya pada
dirinya sendiri bahwa itu adalah perasaan masygul yang normal sesudah
melahirkan, tetapi penjelasan itu tidak membuatnya senang. Dia selalu merasa
letih sekali. Rasanya dia tak tidur-tidur sepanjang malam karena harus memberi
Joshua minum, tapi akhirnya dia bisa juga tertidur. Dia terbangun oleh tangis
Joshua dan dia terhuyung-huyung kembali ke kamar bayi.

Dia terus-menerus menelepon dokter, tanpa peduli pukul berapa, siang atau
malam.

"Napas Joshua terlalu cepat.... Dia bernapas terlalu lambat.... Joshua batuk.... Dia
tidak mau makan malam ini....

Joshua muntah."

Untuk menyelamatkan dirinya sendiri, dokter akhirnya datang ke rumah Jennifer


dan memberinya ceramah.

"Nyonya Parker, saya tak pernah melihat bayi yang lebih sehat dari putra Anda.
Mungkin dia kelihatan rapuh, tapi tubuhnya sekuat sapi. Jangan kuatir terus
mengenai dia, tapi nikmatilah dia. Ingat saja satu hal — kita berdua akan lebih
dulu mati daripada dia!"

Maka Jennifer mulai merasa tenang. Kamar tidur Joshua ditatanya dengan
gorden-gorden dari bahan halus dan alas tempat tidurnya dari bahan yang
berlatar belakang biru dihiasi bunga-bunga putih dan kupu-kupu kuning. Ada
tempat tidur kecil, sebuah boks untuk tempat bermain, sebuah rak kecil yang
berlaci-laci yang sewarna, sebuah meja kecil dan kursi kecil, seekor kuda-
kudaan, dan lacinya penuh mainan.

Jennifer senang sekali menggendong Joshua,

memandikannya, menggantikan popoknya, membawanya makan angin dalam


kereta dorong baru yang masih berkilat.

Jennifer bercakap-cakap terus dengan bayi itu, dan waktu Joshua berumur empat
minggu, Jennifer mendapat hadiah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

senyuman dari anaknya itu. Bukan sendawa, pikir Jennifer dengan rasa bahagia.
Suatu senyuman!

Waktu Ken Bailey untuk pertama kalinya melihat bayi itu, lama dia menatapnya.
Jennifer tiba-tiba merasa panik, dan berpikir, Dia akan mengenalinya. Dia akan
tahu bahwa itu adalah bayi Adam.

Tapi Ken hanya berkata, "Dia cantik sekali. Dia seperti ibunya."

Jennifer menyuruh Ken menggendong Joshua dan dia menertawakan betapa


kakunya Ken. Tanpa disadarinya dia berpikir, Joshua tidak akan pernah punya
ayah yang akan menggendongnya.

Enam minggu sudah berlalu dan sudah tiba pula waktunya untuk bekerja
kembali. Jennifer tidak suka memikirkan dia harus berpisah dari anaknya,
biarpun hanya untuk beberapa jam sehari. Tapi pikiran untuk kembali ke
kantornya membuatnya merasa berdebar. Sudah begitu lama dia benar-benar
memisahkan dirinya dari segala-galanya. Sudah tiba waktunya untuk memasuki
kembali dunianya yang lain.

Dia melihat ke dalam cermin dan memutuskan bahwa yang pertama-tama harus
dilakukannya adalah mengembalikan tubuhnya ke bentuk semula. Dia sudah
menjalani diet dan melakukan senam segera setelah kelahiran Joshua, tapi kini
dia menjalankannya dengan lebih giat lagi, dan dia segera kelihatan seperti
semula lagi.

Jennifer mulai mencari pembantu rumah tangga. Ditelitinya mereka itu seolah-
olah mereka adalah anggota juri, mencari kelemahan-kelemahan mereka,
ketakjujuran mereka, dan ketakmampuan mereka. Setelah lebih dari dua puluh
orang calon yang punya kemampuan diwawancarainya, barulah ditemukannya
seorang yang berkenan di hatinya dan yang dipercayainya. Dia adalah seorang
wanita Skotlandia, setengah baya, bernama Nyonya Mackey, yang sudah pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bekerja untuk suatu keluarga selama lima belas tahun, dan baru berhenti setelah
anak-anak dalam keluarga itu besar dan bersekolah.

Jennifer meminta bantuan Ken untuk menyelidiki wanita itu, dan setelah Ken
meyakinkan bahwa Nyonya Mackey tak bercacat, Jennifer menerimanya
bekerja.

Seminggu kemudian Jennifer bekerja kembali.

30

Menghilangnya Jennifer Parker secara tiba-tiba telah menimbulkan banyak


desas-desus di antara kantor-kantor pengacara di Manhattan.

Setelah dalam kalangan itu tersiar kabar bahwa Jennifer sudah kembali,
perhatian orang bukan main besarnya. Tamu-tamu yang diterima Jennifer makin
lama makin banyak. Para ahli hukum dari kantor-kantor pengacara lain mampir
untuk menjenguk.

Cynthia, Dan, dan Ted telah memasang hiasan-hiasan kertas di seluruh ruangan,
disertai kata-kata Selamat Datang Kembali. Mereka menyuguhkan sampanye
dan kue-kue.

"Pagi-pagi begini?" protes Jennifer.

Tapi anak buahnya bersikeras.


"Keadaan di sini kacau sekali tanpa kau," kata Dan Martin.

"Kau tidak berencana untuk berbuat begitu lagi, kan?"

Jennifer melihat padanya lalu berkata, "Tidak, aku tidak punya rencana untuk
melakukannya lagi."

Tamu-tamu yang tak disangka-sangka berdatangan,

mereka ingin meyakinkan diri bahwa Jennifer baik-baik saja dan mendoakan
keselamatannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pertanyaan-pertanyaan yang menanyakan ke mana dia selama itu, dielakkannya


dengan senyum. "Kami tak boleh memberikan jawaban."

Sepanjang hari dia mengadakan rapat dengan anggotaanggota stafnya. Beratus-


ratus pesan melalui telepon telah menumpuk.

Waktu Ken Bailey berada di kamar kerja Jennifer berduaan saja, dia berkata,
"Tahukah kau siapa yang membuat kami gila karena usahanya untuk
menghubungimu?"

Rasa tersentak hati Jennifer. "Siapa?"

"Michael Moretti."

"Oh."

"Aneh sekali dia itu. Waktu kami menolak mengatakan padanya di mana kau
berada, kami disuruhnya

bersumpah bahwa kau baik-baik saja."

"Lupakan saja Michael Moretti itu."

Jennifer mempelajari perkara-perkara lain yang ditangani oleh kantor mereka.


Bisnis sedang hebat. Mereka telah mendapatkan beberapa orang klien baru yang
penting.
Beberapa di antara klien yang lama, tak mau berurusan dengan siapa pun juga
kecuali Jennifer, dan mereka menunggu sampai Jennifer kembali.

"Akan kutelepon mereka secepatnya," Jennifer berjanji.

Dipelajarinya pesan-pesan lain melalui telepon. Ada belasan pesan telepon dari
Tuan Adam. Barangkali dia seharusnya memberi tahu Adam bahwa dia baik-
baik saja, bahwa tak ada apa-apa terjadi atas dirinya. Tapi dia tahu bahwa dia
tidak akan tahan mendengar suara Adam, mengetahui bahwa dia dekat padanya,
tapi tak dapat bertemu dengannya, tak dapat menyentuhnya, tak dapat
memeluknya. Tak dapat

menceritakan padanya tentang Joshua.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cynthia telah mengumpulkan cerita-cerita dalam surat-surat kabar, yang pikirnya


akan menarik bagi Jennifer. Di antaranya terdapat suatu seri yang menceritakan
tentang Michael Moretti dengan sindikatnya, di mana disebutkan bahwa dia
adalah pemimpin mafia yang paling penting di negeri itu. Fotonya terpasang dan
di bawahnya terdapat keterangan gambar yang berbunyi, Saya hanya seorang
salesman asuransi.

Tiga bulan lamanya Jennifer baru dapat mengejar

ketertinggalannya dalam perkara-perkara. Sebenarnya dia bisa menanganinya


dalam waktu yang lebih singkat, tapi dia bersikeras untuk pulang pukul empat
setiap hari, tanpa peduli dalam persoalan apa pun dia terlibat. Soalnya Joshua
menunggunya.

Setiap pagi hari sebelum Jennifer berangkat ke kantor, dia menyiapkan sendiri
sarapan untuk Joshua, dan dia menghabiskan waktunya sebanyak mungkin untuk
bermain-main dengan Joshua sebelum berangkat ke kantor.

Setelah Jennifer pulang petang hari, seluruh waktunya dihabiskannya bagi


Joshua. Dipaksanya dirinya untuk meninggalkan masalah-masalah kerjanya di
kantor, dan menolak semua perkara yang akan memisahkannya dari putranya.
Dia tak lagi bekerja pada akhir pekan. Tak satu apa pun dibiarkannya
mengganggu dunia pribadinya.
Dia senang membacakan nyaring untuk Joshua.

Nyonya Mackey menegurnya. "Dia masih bayi, Nyonya Parker. Dia tak mengerti
sepatah pun yang Anda

katakan."

Dengan penuh keyakinan Jennifer menjawab, "Joshua mengerti."

Dan dia pun terus membaca.

Joshua merupakan serangkaian keajaiban yang tak habis-habisnya. Waktu dia


berumur tiga bulan mengoceh, dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mulailah Jennifer bercakap-cakap dengan dia. Joshua bersenang-senang dalam


boks, bermain-main dengan sebuah bola yang berbunyi dan seekor kelinci
mainan yang dibawakan Ken. Waktu berumur enam bulan dia sudah mulai
mencoba memanjat keluar dari boks, dia gelisah, dan ingin menyelidiki dunia.
Jennifer memeluknya dan Joshua menangkap jari-jari ibunya dengan tangannya
yang mungil dan mereka lalu mengadakan percakapan yang panjang dan serius.

Hari-hari Jennifer di kantor selalu penuh. Pada suatu pagi dia menerima telepon
dari Philip Redding, presiden suatu perusahaan minyak yang besar.

"Apakah kita kira-kira bisa bertemu?" katanya. "Saya ada masalah."

Jennifer tak perlu menanyakan apa masalahnya. Presiden itu telah dituduh
membayar suap untuk mengadakan usaha di Timur Tengah. Dia bersedia
memberikan bayaran tinggi untuk menangani perkara itu, tapi Jennifer benar-
benar-tak ada waktu.

"Maaf," katanya, "saya tak bisa membantu, tapi saya bisa menunjukkan
seseorang yang pandai sekali."

"Ada yang memberi tahu saya, supaya saya tak mau menerima penolakan dari
Anda," sahut Philip Redding.

"Siapa orang itu?"

"Seorang teman saya. Hakim Lawrence Waldman."


Jennifer merasa sulit percaya mendengar nama itu. "Hakim Waldman
menyarankan Anda untuk menghubungi saya?"

"Kata beliau Andalah yang terbaik. Tapi saya pun sudah tahu."

Jennifer memegang telepon itu sambil berpikir tentang pengalamannya dulu


dengan Hakim Waldman, dia yakin benar Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

bahwa laki-laki itu membencinya dan berniat untuk menghancurkannya.

"Baiklah. Kita sarapan bersama besok pagi," kata Jennifer.

Setelah gagang digantungnya, dia memutar nomor untuk menelepon Hakim


Waldman.

Terdengar suara yang sudah dikenalnya melalui telepon.

"Sudah lama sekali saya tak berbicara dengan Anda, Nona manis."

"Saya ingin mengucapkan terima kasih, karena Anda telah menganjurkan Philip
Redding supaya dia menelepon saya."

"Saya ingin yakin bahwa dia dibela oleh orang yang pandai."

"Sekali lagi, terima kasih, Yang Mulia."

"Maukah kau makan malam dengan seorang tua sekali waktu?"

Jennifer terkejut sekali. "Saya akan suka sekali makan malam dengan Anda."

"Bagus. Kau akan kubawa ke klubku. Itu tempat berkumpul orang-orang kolot
dan mereka tidak terbiasa dengan wanita muda. Kedatanganmu di sana akan
menggemparkan mereka."

Hakim Waldman adalah anggota klub yang bernama

Century Association di West 43rd Street, dan waktu dia dan Jennifer bertemu di
sana untuk makan malam, Jennifer melihat bahwa hakim itu telah memperolok-
olokkannya waktu mengatakan tentang orang-orang kolot di tempat itu. Ruang
makannya penuh dengan penulis-penulis, seniman-seniman, ahli-ahli hukum,
dan para bintang film.

"Telah menjadi kebiasaaan untuk tidak memperkenalkan siapa pun juga di sini,"
Hakim Waldman menjelaskan pada Jennifer. "Orang menganggap bahwa setiap
orang yang datang kemari tentu bisa dikenali."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer mengenali antara lain Louis Auchincloss, George Plimpton, dan John
Lindsay, yang duduk di meja terpisah-pisah.

Agaknya pergaulan sosial Lawrence Waldman sama sekali berbeda dari apa yang
disangka Jennifer. Sambil minum cocktail laki-laki itu berkata pada Jennifer,
"Dulu aku ingin agar izin usaha pengacaramu dicabut karena kupikir kau
memberi malu profesi kita."

Jennifer merasa senang. Dia telah bertemu dengan hakim-hakim yang mudah
disuap, bodoh, atau tak mampu. Dia menaruh hormat pada Lawrence Waldman.
Orang ini adalah seorang ahli hukum yang sangat pandai dan juga laki-laki yang
tulus.

"Terima kasih, Yang Mulia."

"Di luar ruang sidang, tidakkah lebih baik kalau kita saling menyebut Lawrence
dan Jennie?"

Hanya ayahnyalah satu-satunya orang yang pernah

menyebutnya Jennie.

"Suka sekali, Lawrence."

Makanannya enak sekali, dan makan malam itu menjadi awal dari kebiasaan
yang mereka lakukan setiap bulan.

Keduanya amat menyukai pertemuan makan bersama yang merupakan kebiasaan


itu.

31
Waktu itu adalah musim panas dalam tahun seribu

sembilan ratus tujuh puluh empat. Tanpa disadari, satu tahun telah berlalu sejak
Joshua Adam Parker dilahirkan. Dia mulai melangkah setapak-setapak dan dia
sudah mengerti kata-kata hidung, mulut, dan kepala.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Luar biasa pintarnya anak ini," kata Jennifer tanpa

malu pada Nyonya Mackey.

Jennifer merencanakan pesta ulang tahun Joshua, seolah-

olah itu akan diadakan di Gedung Putih. Pada hari Sabtu dia

berbelanja hadiah-hadiah. Joshua dibelikannya baju, buku-

buku, dan mainan, serta sebuah sepeda roda tiga yang dua

tahun lagi baru bisa dikendarai anak itu. Dia membeli hadiah-

hadiah untuk anak-anak tetangga yang telah diundang ke

pesta itu, dan sepanjang petang itu dihabiskannya untuk

memasang kertas hias aneka warna dan balon-balon. Kue

ulang tahun dibuatnya sendiri lalu ditinggalkannya di meja

dapur. Entah bagaimana, Joshua berhasil menjangkau kue itu,

dicengkamnya segenggam lalu dimasukkannya ke dalam

mulutnya hingga rusaklah kue itu sebelum tamu datang.

Jennifer telah mengundang dua belas orang anak dari

daerah itu bersama ibu mereka. Satu-satunya tamu laki-laki

dewasa adalah Ken Bailey. Dia menghadiahi Joshua sebuah


sepeda roda tiga yang sama benar dengan yang dibeli

Jennifer.

Jennifer tertawa dan berkata, "Tak masuk akal, Ken.

Joshua belum cukup besar untuk itu."

Pesta itu hanya berlangsung dua jam, tapi meriah sekali.

Anak-anak makan terlalu banyak sampai ada yang muntah di

permadani, mereka berebutan mainan, dan menangis kalau

balonnya pecah. Tapi secara menyeluruh Jennifer

menganggap pesta itu telah berhasil dengan gemilang. Joshua

adalah tuan rumah yang sempurna dalam pesta itu, kecuali

beberapa peristiwa kecil dia telah bersikap anggun dan penuh

percaya diri.

Malam itu setelah semua tamu pulang, dan Joshua sudah ditidurkan, Jennifer
duduk di sisi tempat tidurnya mengawasi anaknya yang tidur itu, sambil
mengagumi makhluk istimewa yang telah keluar dari dalam tubuhnya, hasil
cintanya dengan Adam Warner itu. Adam pasti akan bangga melihat bagaimana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

baiknya tingkah laku Joshua. Kegembiraannya rasa tersapu karena hanya


dimilikinya sendiri.

Jennifer membayangkan tentang pesta-pesta ulang tahun yang akan datang.


Joshua akan berumur dua tahun, lalu lima tahun, kemudian sepuluh, dan dua
puluh tahun. Lalu dia akan menjadi pria dewasa dan meninggalkannya. Anaknya
itu akan menjalani hidupnya sendiri.

Berhent!l Jennifer memarahi dirinya sendiri. Kau merasa kasihan pada dirimu
sendiri. Malam itu dia berbaring di tempat tidurnya, tanpa tidur, menghayati
kembali setiap kejadian terperinci dari pesta tadi, dan mengenang segala-
galanya.

Mungkin pada suatu hari kelak, dia akan bisa

menceritakannya pada Adam.

32
Dalam bulan-bulan berikutnya, Senator Adam Warner menjadi buah bibir orang
ramai. Latar belakangnya, kemampuannya, dan kharismanya, telah membuatnya

diterima baik di senat sejak semula. Dia berhasil menduduki beberapa tempat
dalam beberapa panitia penting dan dia mensponsori suatu peraturan perburuhan
yang penting yang berjalan dengan lancar dan mulus. Adam Warner punya
sahabat-sahabat yang berkuasa dalam kongres. Banyak orang yang mengenal
dan menghormati ayahnya. Sudah menjadi pengertian umum bahwa Adam akan
memperebutkan

kedudukan kepresidenan kelak. Jennifer merasakan kebanggaan yang manis-


manis getir.

Jennifer sering kali menerima undangan dari klien-klien, rekan-rekan seprofesi,


dan sahabat-sahabat, untuk makan malam, menonton sandiwara, atau ke
berbagai pertemuan amal, tapi hampir semua ditolaknya. Hanya sekali-sekali dia
keluar makan malam dengan Ken Bailey. Dia senang sekali kalau sedang
bersama Ken. Laki-laki itu lucu dan suka

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menertawakan dirinya sendiri, tapi di balik kedok kegembiraan itu, Jennifer tahu
bahwa dia adalah laki-laki yang perasa dan tersiksa. Kadang-kadang dia datang
ke rumah Jennifer pada akhir minggu untuk makan siang atau makan malam,
dan dia bermain-main dengan Joshua berjam-jam lamanya. Mereka berdua
saling menyayangi.

Pada suatu kali setelah Joshua ditidurkan, dan Jennifer sedang makan malam
bersama Ken di dapur, Ken menatap Jennifer terus hingga Jennifer bertanya,
"Adakah sesuatu yang tak beres, Ken?"

"Ya, Tuhan, ada," erang Ken. "Maafkan aku, alangkah kerasnya dunia ini."

Dia lalu tak berkata apa-apa lagi. Kini sudah hampir sembilan bulan Adam tidak
mencoba menghubungi Jennifer lagi, tapi Jennifer tetap rajin membaca tulisan-
tulisan tentang Adam dalam surat-surat kabar atau majalah, dan

menontonnya setiap kali dia muncul di tv. Jennifer mengingatnya terus. Betapa
tidak? Anaknya merupakan manusia hidup yang selalu mengingatkan akan
adanya Adam.

Joshua sekarang sudah berumur dua tahun dan serupa benar dengan ayahnya.
Matanya yang biru sama seriusnya dengan mata ayahnya, dan gerak-geriknya
pun sama benar. Joshua adalah jiplakan kecil dari Adam. Dia hangat, penuh rasa
sayang, dan suka bertanya.

Jennifer merasa heran waktu mendengar bahwa perkataan yang pertama-tama


bisa diucapkan Joshua adalah car-car, waktu Jennifer pada suatu hari
membawanya berjalan-jalan dengan mobil.

Kini dia sudah bisa berbicara dengan kalimat-kalimat, dan dia tak pernah lupa
mengucapkan tolong dan terima kasih.

Pada suatu kali, waktu Jennifer mencoba menyuapinya di kursi tingginya, Joshua
berkata dengan tak sabar, "Mama, pergilah main dengan mainan Mama sana."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ken telah membelikan Joshua seperangkat alat-alat menggambar, dan dengan


rajin Joshua mulai menggambari dinding-dinding ruang tamu.

Waktu Nyonya Mackey akan menghukumnya, Jennifer

berkata, "Jangan. Bukankah itu bisa hilang dicuci? Joshua sedang menyatakan
keinginannya."

"Hanya itu pulalah yang akan saya lakukan," dengus Nyonya Mackey. "Akan
menyatakan keinginan diri saya. Anda akan membuat anak itu manja dan rusak."

Tetapi Joshua tidak manja. Dia banyak akal dan tuntutan, tapi itu normal untuk
anak berumur dua tahun. Dia takut pada alat penghisap debu, binatang-binatang
buas, kereta api, dan dia takut kegelapan.

Joshua suka akan segala macam olahraga. Suatu peristiwa, waktu mereka sedang
memperhatikan dia berlarian bersama beberapa orang temannya, Jennifer
berpaling pada Nyonya Mackey dan berkata, "Meskipun aku ibu Joshua sendiri,
aku bisa melihatnya secara objektif, Nyonya Mackey. Kurasa dia akan menjadi
seorang olahragawan ulung."
Jennifer telah mengatur kebijaksanaan untuk menghindari setiap perkara yang
mungkin membuatnya meninggalkan kota dan pergi dari Joshua. Tetapi pada
suatu pagi dia menerima telepon yang mendesak dari Peter Fenton, seorang klien
yang memiliki sebuah perusahaan pembuatan barang-barang.

"Aku ingin membeli sebuah pabrik di Las Vegas. Bisakah kau terbang ke sana
untuk menemui pengacara-pengacara mereka?"

"Aku akan mengutus Dan Martin," usul Jennifer. "Kau kan tahu aku tak suka
pergi ke luar kota, Peter?"

"Jennifer, kau akan bisa menyelesaikan segala-galanya dalam dua puluh empat
jam. Kau akan diantar dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pesawat terbang perusahaan dan esok harinya kau sudah akan kembali."

Setelah bimbang sebentar, Jennifer berkata, "Baiklah."

Dia sudah pernah pergi ke Las Vegas dan dia merasa tak acuh. Dia tak bisa
menyukai Las Vegas, tetapi juga tidak membencinya. Orang harus melihatnya
sebagai sesuatu yang luar biasa, suatu kebudayaan tersendiri dengan gaya
bahasanya sendiri, undang-undang serta moral tersendiri pula.

Tak ada kota di dunia ini yang sama dengan kota itu. Lampu-lampu neon yang
besar-besar menyala sepanjang malam, akan memamerkan keanggunan istana-
istananya yang hebat, yang khusus dibangun untuk menguras dompet para turis
yang datang berbondong-bondong bagaikan tikus-tikus ladang, dan berbaris-
baris menunggu orang mengambil alih tabungan mereka yang telah mereka
penuhi dengan seksama.

Jennifer memberikan suatu daftar instruksi yang

panjang dan terperinci tentang perawatan Joshua.

"Berapa lama Anda akan pergi, Nyonya Parker?"

"Besok aku kembali."

"Aduhai!"
Esok harinya, pagi-pagi benar pesawat jet Lear milik Peter Fenton sudah
menjemput Jennifer dan menerbangkannya ke Las Vegas. Sepanjang petang dan
malam harinya dihabiskan Jennifer untuk membicarakan kontrak itu secara
terperinci.

Setelah selesai, Peter Fenton mengajak Jennifer makan malam bersama.

"Terima kasih, Peter, tapi kurasa aku akan tinggal dalam kamarku saja dan cepat-
cepat pergi tidur. Aku akan kembali ke New York besok pagi."

Hari itu telah tiga kali Jennifer berbicara dengan Nyonya Mackey, dan setiap kali
Nyonya Mackey meyakinkannya bahwa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Joshua baik-baik saja. Dia mau makan, dia tak demam, dan dia kelihatan senang.

"Apakah dia kehilangan aku?" tanya Jennifer.

"Dia tidak mengatakannya," desah Nyonya Mackey.

Jennifer tahu bahwa Nyonya Mackey menganggapnya

bodoh, tapi dia tak peduli. "Katakan padanya aku akan kembali besok."

"Akan saya sampaikan pesan itu, Nyonya Parker."

Jennifer berniat untuk makan malam seorang diri di kamarnya, tapi entah
mengapa, kamar itu tiba-tiba terasa menekan, rasanya dinding-dindingnya
menjepitnya. Dia tak bisa berhenti memikirkan Adam.

Bagaimana dia sampai bisa bercinta dengan Mary Beth dan membuatnya hamil,
padahal...

Kepura-puraan yang sering dimainkan Jennifer, bahwa Adam-nya sedang


mengadakan perjalanan bisnis dan segera akan kembali padanya, kali ini tak
berhasil. Pikiran Jennifer selalu pada gambar Mary Beth yang memakai baju
tidurnya dari bahan renda dan Adam...

Dia harus keluar ke suatu tempat di mana banyak orang berkumpul. Barangkali
sebaiknya aku nonton suatu pertunjukan. Dia mandi cepat-cepat, berpakaian, lalu
pergi.
Di ruang pertunjukan utama, Marty Al en akan mengadakan pertunjukan. Di
depan pintu masuk untuk pertunjukan akhir, terlihat antrian yang panjang sekali.
Jennifer menyesal mengapa dia tidak meminta pada Peter Fenton untuk
memesankan tempat di situ.

Dia mendatangi petugas di dekat pintu dan bertanya,

"Berapa lama saya harus menunggu untuk mendapatkan sebuah meja?"

"Berapa orang dalam rombongan Anda?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saya seorang diri."

"Maaf, Nona. Menyesal....”

"Tempat khususku saja, Abe," terdengar suatu suara di sebelahnya.

Wajah petugas itu berseri-seri dan berkata, "Tentu, Tuan Moretti. Mari silakan."

Jennifer menoleh dan terlihat olehnya mala Michael Moretti yang hitam dan
dalam itu..

"Tidak, terima kasih," kata Jennifer. "Saya....”

"Anda harus makan." Michael Moretti memegang lengan Jennifer, dan Jennifer
terpaksa berjalan di sebelah laki-laki itu, mengikuti petugas tadi ke meja
istimewa di tengah-tengah suatu ruangan yang luas. Jennifer merasa jijik
membayangkan dia harus makan bersama Michael Moretti, tapi dia tak tahu
bagaimana dia bisa keluar dari situ sekarang tanpa menimbulkan kekacauan.
Kini menyesal benar dia tak mau makan bersama Peter Fenton.

Mereka duduk di meja menghadap pentas, lalu petugas berkata, "Selamat makan,
Tuan Moretti, Nona."

Jennifer merasakan mata Michael Moretti lekat pada dirinya dan dia merasa tak
enak. Laki-laki itu duduk saja diam-diam, tanpa berkata apa-apa. Michael
Moretti memang seorang lakilaki yang banyak berdiam diri, laki-laki yang tak
percaya pada kata-kata, seolah-olah kata-kata hanya merupakan jebakan, bukan
suatu alat komunikasi. Kediamannya itu mencekam.

Michael Moretti menggunakan kediamannya sebagaimana orang lain


memanfaatkan kata-kata.

Waktu akhirnya dia berbicara, Jennifer terkejut karena tak menyangka.

"Saya tak suka anjing," kata Michael Moretti. "Karena anjing bisa mati."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dan kata-katanya itu seolah-olah membukakan suatu bagian dari dirinya yang
pribadi sifatnya, yang berasal dari suatu sumber yang dalam sekali. Jennifer tak
tahu bagaimana dia harus menjawabnya.

Orang datang menyuguhkan minuman mereka, dan mereka minum dengan


berdiaman saja. Jennifer seolah-olah mendengarkan percakapan yang tidak
mereka ucapkan.

Dia memikirkan tentang kata-kata yang diucapkan laki-laki itu tadi: Saya tak
suka anjing. Karena anjing bisa mati. Dia ingin tahu bagaimana agaknya masa
kanak-kanak Michael Moretti. Tanpa disadarinya Jennifer lalu memperhatikan
lakilaki itu. Dia menarik; daya tariknya bisa membahayakan dan mengacaukan.
Dia memancarkan kekerasan, yang sewaktu-waktu bisa meledak.

Jennifer tak dapat mengatakan mengapa, tapi berada di dekat laki-laki ini, dia
jadi merasa sebagai seorang wanita sesungguhnya. Mungkin itu disebabkan oleh
cara matanya yang hitam kelam itu memandanginya, yang kemudian diarahkan
ke tempat lain, seolah-olah takut membukakan isi hatinya terlalu banyak.
Jennifer menyadari bahwa sudah lama dia tidak lagi memikirkan dirinya sebagai
seorang wanita. Sejak hari dia kehilangan Adam. Hanya laki-lakilah yang bisa
membuat orang merasa dirinya sebagai wanita, pikir Jennifer, membuat dirinya
merasa cantik, membuatnya merasa digandrungi.

Jennifer merasa bersyukur Michael Moretti tak dapat membaca pikirannya.

Beberapa orang mendatangi tempat mereka untuk

menyampaikan rasa hormat mereka pada Michael Moretti: pengusaha-pengusaha


besar, bintang-bintang film, seorang hakim, seorang senator Amerika Serikat.
Orang-orang berkuasa yang menyatakan hormat pada orang yang

berkuasa, dan Jennifer mulai merasa betapa besarnya pengaruh laki-laki itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saya akan memesan makanan khusus untuk kita," kata Michael Moretti. "Sebab
di sini makanannya mereka siapkan untuk delapan ratus orang tamu. Rasanya
seperti makan di pesawat terbang saja."

Dia mengangkat tangannya dan petugas tadi segera berada di sisinya. "Ya, Tuan
Moretti. Apa yang Anda inginkan malam ini?"

"Kami ingin Chateaubriand, merah muda dan

dihanguskan."

"Baik, Tuan Moretti."

"Pommes soufjles dan slada bayam."

"Baik, Tuan Moretti."

"Makanan penutupnya kami pesan nanti saja."

Sebotol sampanye dibawa ke meja itu, kiriman dari pemilik tempat itu.

Jennifer mulai merasa santai, merasa senang, meskipun tanpa dikehendakinya.


Sudah lama dia tidak keluar dengan laki-laki yang menarik. Tetapi dengan
berpikiran begitu, timbul pula pikiran lain. Mengapa aku sampai bisa menilai
Michael Moretti itu menarik? Dia seorang pembunuh, binatang tak bermoral,
tanpa perasaan.

Jennifer biasa mengenal dan membela belasan laki-laki yang telah melakukan
kejahatan yang mengerikan, tapi menurut perasaannya tak seorang pun di antara
mereka itu yang sama berbahayanya dengan laki-laki ini. Dia telah menanjak
mencapai puncak sindikat, dan untuk mencapai hal itu tidaklah cukup hanya
dengan mengawini putri Antonio Granel i saja.

"Selama Anda tak di tempat, saya menelepon satu, dua kali," kata Michael.
Menurut Ken Bailey, hampir setiap hari dia Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

menelepon. "Ke mana Anda waktu itu?" Pertanyaan itu diucapkan dengan nada
santai.

"Pergi."

Lama mereka diam. "Ingatkah Anda akan tawaran yang pernah saya ajukan pada
Anda?"

Jennifer menghirup sampanye seteguk. "Jangan mulai dengan itu lagi."

"Anda bisa mendapatkan.....”

"Sudah saya katakan saya tidak tertarik. Tak ada tawaran yang tak bisa ditolak.
Itu hanya ada dalam buku-buku, Tuan Moretti. Saya menolak."

Michael Moretti teringat akan peristiwa yang terjadi di rumah ayah mertuanya
beberapa minggu yang lalu. Waktu itu ada rapat keluarga, dan rapat itu tak lancar
jalannya. Thomas Colfax membantah semua yang diusulkan Michael.

Setelah Colfax pergi, Michael berkata pada ayah

mertuanya, "Colfax sudah menjadi nenek-nenek ceriwis, kurasa sudah tiba


waktunya untuk menyingkirkannya, Papa."

"Si Tommy itu orang baik. Selama bertahun-tahun ini dia telah menyelamatkan
kita dari banyak kesulitan."

"Itu sejarahnya. Sekarang tak ada lagi itu padanya."

"Lalu siapa yang akan kita ambil untuk menggantikannya?"

"Jennifer Parker."

Antonio Granel i menggeleng. "Sudah kukatakan padamu, Michael. Tak baik


membawa orang perempuan memasuki usaha kita."

"Yang ini bukan perempuan biasa. Dia adalah seorang ahli hukum yang terbaik
di sini."
"Nantilah kita lihat," kata Antonio Granel i. "Kita lihat dulu."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Michael Moretti adalah laki-laki yang terbiasa

mendapatkan apa-apa yang di ngininya, dan makin kuat Jennifer menolaknya,


makin kuat pula keyakinannya untuk mendapatkan wanita itu. Kini sedang dia
duduk di sisi Jennifer, Michael memandangi Jennifer dan berpikir, Suatu hari
kelak kau akan menjadi milikku, Manis — milikku seutuhnya.

"Apa yang sedang Anda pikirkan?"

Michael Moretti tersenyum ringan dan lamban pada Jennifer, dan Jennifer
menyesal bertanya begitu. Sudah tiba waktunya untuk pulang.

"Terima kasih atas makan malamnya yang enak sekali, Tuan Moretti. Saya harus
bangun pagi-pagi, jadi...."

Lampu-lampu mulai meredup dan musik memainkan lagu pembukaan.

"Anda tak bisa pulang sekarang. Pertunjukannya akan dimulai. Anda akan
menyukai Marty Al en."

Pertunjukan itu merupakan semacam hiburan yang hanya Las Vegas bisa
menyelenggarakannya, Jennifer benar-benar menyukainya. Segera setelah
pertunjukan selesai, dia akan pulang, pikirnya. Tetapi setelah pertunjukan usai
dan Michael Moretti mengajaknya dansa, dia menganggap tak pantas untuk
menolak. Apalagi, harus diakuinya sendiri, bahwa dia merasa senang. Michael
Moretti mahir sekali dansa, dan Jennifer merasa santai dalam rangkulannya.
Suatu kali waktu suatu pasangan lain menabrak mereka, Michael terhimpit pada
Jennifer, dan sesaat Jennifer merasakan kejantanan laki-laki itu. Tetapi Michael
segera menjauh, dan dengan berhati-hati menjaga jarak yang pantas.

Sesudah itu, mereka masuk ke kasino. Tempat itu luas, dengan lampu-lampu
yang terang-benderang, dan ribut.

Tempat itu dipenuhi oleh penjudi-penjudi yang asyik memainkan bermacam-


macam jenis judi. Mereka main seolah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
olah hidup mereka tergantung pada kemenangan mereka di situ. Michael
membawa Jennifer ke salah sebuah meja dadu dan memberinya dua belas
kepingan untuk pasangan.

"Mudah-mudahan Anda bernasib baik," katanya. Baik boss maupun petugas-


petugasnya memperlakukan Michael dengan hormat. Mereka menyebutnya Mr
M. dan mereka memberinya bertumpuk-tumpuk kepingan untuk pasangan
masing-masing seharga seratus dolar, dan mereka menerima bayarannya tidak
dalam bentuk uang tunai, melainkan hanya dalam bentuk catatan saja. Michael
main dengan taruhan besar dan dia kalah banyak, tapi dia kelihatan tenang-
tenang saja.

Dengan memakai kepingan pasangan Michael, Jennifer menang tiga ratus dolar,
yang dengan paksaan diberikannya pada Michael. Dia tak mau berhutang dalam
bentuk apa pun padanya.

Sepanjang malam itu, sekali-sekali, beberapa orang wanita datang untuk


berbasa-basi dengan Michael. Jennifer melihat bahwa mereka semua muda dan
menarik. Michael bersikap sopan pada mereka, tapi jelas bahwa dia hanya
menaruh perhatian pada Jennifer. Tanpa dikehendakinya, Jennifer merasa bangga
dan senang.

Pada awal malam itu, Jennifer merasa letih dan masygul, tapi Michael Moretti
telah memancarkan semangat hidup yang demikian besarnya, hingga seolah-olah
tertumpah memenuhi udara dan menyelubungi Jennifer.

Michael membawanya ke sebuah bar kecil, di mana suatu perkumpulan musik


jazz sedang main, dan setelah itu mereka pergi lagi ke ruang duduk sebuah hotel
lain untuk mendengarkan sebuah grup penyanyi yang baru. Ke mana pun
Michael pergi, dia selalu diperlakukan seperti raja. Semua orang mencoba untuk
mendapatkan perhatiannya, untuk menyapanya, untuk menyentuhnya, untuk
menunjukkan padanya bahwa mereka pun ada di situ.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selama mereka berduaan, tak sekali pun Michael

mengucapkan perkataan yang mungkin menyakitkan hati Jennifer. Namun,


Jennifer merasa bahwa laki-laki itu memancarkan napsu seksnya hingga Jennifer
merasakannya sebagai serangkaian gelombang yang memukulnya. Jennifer
merasa seolah-olah tubuhnya lecet-lecet dipukuli. Tak pernah dia mengalami hal
seperti itu. Perasaan itu sangat mengganggu, namun sekaligus menyenangkan.
Laki-laki itu mempunyai gairah hewani yang buas, yang tak pernah ditemui
Jennifer sebelumnya.

Pukul empat subuh barulah Michael mengantar Jennifer kembali ke kamar


hotelnya. Waktu mereka tiba di pintu kamar Jennifer, Michael menyalami
Jennifer dan berkata, "Selamat tidur. Saya hanya ingin Anda tahu bahwa inilah
malam yang paling bahagia bagi saya selama hidup saya."

Kata-katanya itu membuat Jennifer takut.

33

Di Washington, popularitas Adam Warner makin meningkat.

Dia makin sering menjadi bahan berita dalam surat-surat kabar dan majalah-
majalah. Adam mulai mengadakan penyelidikan mengenai sekolah anak-anak
Yahudi, dan mengetuai suatu panitia senat yang pergi ke Moskow untuk
menjumpai orang-orang yang berbeda pendapat dengan mereka. Di surat kabar
ada foto-foto tentang kedatangannya di lapangan Terbang Sheremetyevo, sedang
disalami perwira-perwira Rusia yang tak tersenyum. Waktu Adam kembali
sepuluh hari kemudian, surat-surat kabar memberikan pujian-pujian hangat
mengenai hasil perjalanannya.

Pemberitaan tentang dia makin meluas. Rakyat ingin membaca tentang Adam
Warner dan media massa memenuhi selera mereka. Adam menjadi ujung tombak
dalam

perombakan senat. Dia mengetuai suatu panitia yang Tiraikasih Website


http://kangzusi.com/

menyelidiki keadaan dalam wisma negara untuk anak-anak terlantar, dan dia
mengunjungi penjara-penjara di seluruh negara. Dia berbicara dengan orang-
orang tahanan, dengan para pengawal maupun kepala penjara, dan setelah dia
menyerahkan laporan hasil penyelidikan panitianya, dimulailah perombakan
besar-besaran.

Bukan hanya majalah-majalah politik, majalah-majalah wanita pun memuat


berita tentang dia. Dalam majalah Cosmopolitan, Jennifer melihat foto Adam,
Mary Beth, dan putri mereka, Samantha. Jennifer duduk di dekat perapian di
kamar tidurnya dan memperhatikan foto itu lama-lama. Mary Beth tersenyum
memandang kamera, dengan daya tarik daerah selatan yang hangat dan manis.
Putri mereka bagai pinang dibelah dua dengan ibunya. Jennifer mengalihkan
pandangannya ke foto Adam. Dia tampak letih. Tampak garis-garis halus di
sekeliling matanya, yang semula tak ada, sedang cambangnya mulai diselingi
uban. Sesaat Jennifer membayangkan seolah-olah dia sedang melihat wajah
Joshua yang sudah dewasa. Persamaannya tak dapat dibantah, fotografernya
telah menyuruh Adam memandang kamera, dan Jennifer merasa seolah-olah
Adam sedang menatapnya.

Jennifer mencoba membaca pancaran matanya, dan dia jadi ingin tahu apakah
Adam pernah ingat padanya.

Jennifer balik lagi memandang foto Mary Beth dan putrinya.

Kemudian majalah itu dilemparkannya ke dalam perapian dan diperhatikannya


majalah itu hangus terbakar.

Adam Warner duduk di kepala meja makannya, menjamu Stewart Needham dan
enam orang tamu lainnya. Mary Beth duduk di ujung, di seberang meja,
mengobrol dengan seorang senator lain dari Oklahoma yang istrinya bertaburan
perhiasan.

Washington rupanya telah menghidupkan gairah Mary Beth. Di sini dia penuh
semangat. Dengan meningkatnya kedudukan Adam, Mary Beth telah menjadi
salah seorang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nyonya rumah yang top di Washington dan dia senang sekali dengan
kedudukannya itu. Kedudukan sosial di Washington membosankan Adam, dan
dia senang bisa menyerahkan hal itu pada Mary Beth. Istrinya pandai
menjalankan tugas itu dan Adam bersyukur.

"Di Washington ini," kata Stewart Needham, "perundingan-perundingan lebih


banyak terjadi di meja makan seperti ini daripada di ruangan-ruangan resmi di
kongres."

Adam memandang berkeliling meja itu, dan dia ingin malam ini cepat berlalu.
Dari luar, segala sesuatu tampak sempurna. Di dalam segala-galanya salah. Dia
menikah dengan seorang wanita tapi dia mencintai wanita lain. Dia terperangkap
dalam suatu perkawinan dari mana dia tak bisa membebaskan dirinya. Bila Mary
Beth dulu tidak hamil, Adam yakin dia akan melangsungkan perceraiannya. Kini
sudah terlambat, nasibnya sudah ditentukan. Mary Beth telah memberikan
seorang gadis cilik yang cantik, dan Adam mencintai anak itu. Tapi Adam tetap
tak bisa menghapuskan Jennifer dari ingatannya.

Istri gubernur sedang berbicara dengan dia, "Kau beruntung sekali, Adam. Kau
memiliki segala-galanya dalam dunia ini, yang kauingini, bukan?"

Adam tak sanggup menjawabnya.

34

Musim-musim datang dan pergi, dan semuanya itu berkisar di seputar Joshua.
Dialah yang merupakan pusat dari dunia Jennifer. Dia memperhatikan anaknya
itu tumbuh dan berkembang, dari hari ke hari, dan rasanya tak terhingga ajaibnya
waktu anak itu mulai berjalan, berbicara, dan mengeluarkan pendapatnya.
Suasana hati anak itu terus-menerus berubah, kadang-kadang dia liar dan agresif
dan ada kalanya dia malu dan penuh kasih sayang. Dia menjadi risau Tiraikasih
Website http://kangzusi.com/

bila Jennifer harus meninggalkannya malam hari, dan dia masih takut akan
kegelapan, karenanya Jennifer selalu membiarkan lampu kecil menyala di kamar
tidurnya malam hari.

Waktu Joshua berumur dua tahun, dia amat menyulitkan, benar-benar suatu
penampilan 'puber Dua Tahun'. Dia perusak, keras kepala, dan suka mengamuk.
Dia suka sekali

'mengujak-utik' barang-barang. Dia merusakkan mesin jahit Nyonya Mackey,


menghancurkan kedua buah pesawat tv di rumah dan membongkar arloji
Jennifer. Dia mencampurkan garam dengan gula dan membelai-belai dirinya bila
disangkanya dia sedang seorang diri. Ken Bailey memberi Jennifer seekor anak
anjing gembala keturunan Jerman, yang diberi nama Max. Joshua menggigit
anjing itu.

Bila Ken datang mengunjungi mereka, Joshua


menyapanya dengan berkata, "Halo! Apakah Anda punya

'begituan'? Bolehkah saya melihatnya?"

Dalam tahun itu, mau rasanya Jennifer memberikan Joshua dengan segala
senang hati pada orang asing mana pun juga yang sedang lewat.

Waktu berumur tiga tahun, Joshua tiba-tiba menjadi bidadari, yang lembut dan
penuh kasih sayang. Potongan tubuhnya seperti ayahnya, dan dia suka bekerja
dengan tangan. Dia tidak lagi merusak barang-barang. Dia senang sekali bermain
di luar, memanjat dan berlari, dan mengendarai sepeda roda tiganya.

Jennifer membawanya ke kebun binatang Bronx dan

menonton sandiwara boneka. Mereka berjalan-jalan di pantai dan melihat


festival film Marx Brothers di Manhattan, dan setelah itu minum es krim soda di
Toko Old Fashioned Mr Jennings di lantai sembilan gedung Bonwit Tel er.

Joshua menjadi seorang teman. Sebagai hadiah hari Ibu, Joshua mempelajari
lagu kesayangan ayah Jennifer — Shine Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

On, Harvest Moon — dan menyanyikannya untuk Jennifer.

Saat itu merupakan saat yang paling mengharukan dalam hidup Jennifer.

Benar kata orang, pikir Jennifer, bahwa kita tidak mewarisi dunia dari orang tua
kita, kita meminjamnya dari anak-anak kita.

Joshua sudah masuk taman kanak-kanak dan dia senang.

Malam hari setelah Jennifer pulang, mereka duduk-duduk di depan perapian dan
membaca bersama-sama. Jennifer membaca majalah Trial Magazine dan The
Barrister, sedang Joshua membaca buku-buku bergambarnya. Jennifer

memperhatikan Joshua waktu dia bergolek di lantai, dahinya berkerut karena


sedang penuh perhatian, dan dia tiba-tiba teringat akan Adam. Rasanya masih
seperti luka yang menganga. Ingin dia tahu, di mana Adam dan sedang apa dia.

Apa yang sedang dilakukan Adam dan Mary Beth serta Samantha?
Jennifer berusaha untuk tetap memisahkan kehidupan pribadinya dari kehidupan
profesionalnya, dan satu-satunya mata rantai antara kedua dunia itu adalah Ken
Bailey.

Dia membawakan Joshua mainan dan buku-buku dan

memainkan berbagai permainan dengan dia. Dia seolah-olah seorang ayah


pengganti.

Pada suatu hari Minggu petang, Jennifer dan Ken berdiri di dekat pondok di
pohon, memperhatikan Joshua memanjatnya.

"Tahukah kau apa yang dibutuhkan anak itu?" tanya Ken.

"Apa?"

“Seorang ayah." Dia menoleh pada Jennifer. Ayah kandungnya pasti brengsek
sekali."

"Jangan begitu, Ken."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maaf. Itu memang bukan urusanku. Itu masa lalu. Masa depan yang menjadi
pikiranku. Tak wajar dirimu hidup seorang diri seperti....”

"Aku tidak seorang diri. Aku punya Joshua."

"Bukan itu yang kubicarakan." Didekapnya jennifer lalu diciumnya dengan


lembut. "Oh, Tuhan. Jennifer, maafkan aku...."

Michael Moretti berbelas kali menelepon Jennifer. Jennifer tak pernah mau
menerima telepon-telepon itu. Suatu kali Jennifer berpikir rasanya dia melihat
laki-laki itu sekilas, duduk di bagian belakang suatu ruang sidang di mana dia
sedang membela suatu perkara, tapi waktu dia melihat lagi, Michael sudah tak
ada lagi.

35

Pada suatu siang, sudah agak malam, waktu Jennifer sedang bersiap-siap untuk
meninggalkan kantor, Cynthia berkata, "Ada seorang yang bernama Clark
Holman di telepon."

Mula-mula Jennifer ragu, tapi kemudian berkata, "Baiklah kuterima."

Clark Holman adalah seorang pengacara, anggota

persekutuan pembela yang sah.

"Maaf, aku mengganggumu, Jennifer," katanya, "tapi kami ada perkara, yang tak
seorang pun mau menanganinya, dan aku akan berterima kasih sekali kalau kau
bisa membantu kami. Aku tahu betapa sibuknya kau, tapi....”

"Siapa terdakwanya?"

"Jack Scanlon."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer langsung mengenali nama itu karena sudah tercantum di halaman-


halaman depan surat surat kabar selama dua hari berturu-turut. Jack Scanlon
ditangkap karena telah menculik seorang anak perempuan berumur empat tahun
da menahan anak itu sebagai sandera. Dia dikenali dari kumpulan-kumpulan
lukisan yang didapatkan polisi dari saksisaksi mata penculikan itu.

"Mengapa harus aku, Clark?"

"Scanlon yang meminta kau."

Jennifer melihat ke jam pada dinding. Dia akan terlambat pulang. "Di mana dia
sekarang?"

"Di Pusat Tahanan Metropolitan."

Jennifer mengambil keputusan cepat. "Aku akan pergi dan berbicara dengan dia.
Atur saja, ya?"

"Baik. Terima kasih banyak. Aku berhutang budi padamu."

Jennifer menelepon Nyonya Mackey. "Aku akan pulang agak terlambat. Beri
saja Joshua makan, dan suruh dia menunggu aku."
Sepuluh menit kemudian, Jennifer sudah berada dalam perjalanan ke kota.

Bagi Jennifer, penculikan adalah suatu kejahatan sang paling kejam, terutama
penculikan anak kecil, yang tak berdaya. Tetapi setiap orang yang dituduh,
berhak untuk disidang betapapun mengerikannya kejahatan itu. Itulah dasar
hukum: keadilan bagi yang paling rendah sampai yang paling tinggi.

Jennifer memperkenalkan dirinya pada pengawal di tempat penerimaan tamu,


lalu dia diantar ke kamar tamu bagi ahli hukum.

"Akan saya ambilkan Scanlon," kata pengawal itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beberapa menit kemudian, dia membawa masuk seorang laki-laki kurus,


perlente, yang berumur hampir empat puluh tahun, berjenggot pirang dan rambut
berwarna pirang keputihan. Rupanya hampir seperti Jesus.

"Terima kasih atas kedatangan Anda, Nyonya Parker,"

katanya. Suaranya halus dan lembut. "Terima kasih atas perhatian Anda."

"Silakan duduk."

Dia duduk di kursi di hadapan Jennifer.

"Anda minta bertemu dengan saya?"

"Ya. Meskipun saya rasa hanya Tuhanlah yang bisa menolong saya. Saya telah
melakukan suatu kesalahan yang bodoh."

Jennifer melihat pada laki-laki itu dengan jijik. "Menculik seorang gadis kecil
yang tak berdaya untuk mendapatkan uang tebusan itu, Anda namakan
'kesalahan yang bodoh'?"

"Saya menculik Tammy bukan untuk uang tebusan."

"Oh? Lalu untuk apa Anda menculiknya?"

Jack Scanlon lama berdiam diri sebelum dia berbicara. "Istri saya, Evelyn,
meninggal waktu melahirkan anak kami. Saya mencintainya lebih dari apa pun
juga di dunia ini. Bila di muka bumi ini ada orang suci, wanita itulah orangnya.
Evelyn orang yang tak kuat. Dokter kami menasihatkan supaya dia jangan
sampai punya anak, tapi dia tak mau mendengarkan." Dia menekuni lantai
karena malu. "Mung... mungkin sulit bagi Anda untuk memahaminya, tapi dia
berkata bagaimanapun juga dia ingin anak, sebab dengan demikian dia akan
mempunyai sesuatu yang merupakan sebagian dari diri saya."

Jennifer sangat memahami hal itu.

Jack Scanlon berhenti berbicara, pikirannya agaknya melayang jauh.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi dia melahirkan?"

Jack Scanlon mengangguk. "Keduanya meninggal."

Agaknya sulit dia melanjutkan. "Beberapa lamanya, saya....

saya pikir saya akan... saya tak mau hidup tanpa dia. Saya terus merasa
penasaran bagaimana gerangan rupa anak kami itu. Saya memimpikan terus
bagaimana jadinya sekiranya mereka berdua tetap hidup. Saya terus-menerus
mencoba memutar-balik jam ke saat sebelum Evelyn...."

Dia berhenti, suaranya tersekat oleh kepedihan hatinya.

"Saya berpaling pada Injil, dan kitab itu menyelamatkan pikiran saya.
'Perhatikan, telah kutempatkan di hadapanmu sebuah pintu terbuka yang tak bisa
ditutup oleh siapa pun juga’. Kemudian, beberapa hari yang lalu saya lihat
seorang anak perempuan kecil bermain-main dijalan, dan rasanya seolah-olah
Evelyn telah dilahirkan kembali. Warna mata dan rambutnya sama dengan
Evelyn. Anak itu mengangkat mukanya, melihat saya lalu tersenyum, dan
saya.... saya tahu kedengarannya tak masuk akal.... tapi rasanya Evelyn yang
tersenyum pada saya. Saya pasti sedang kehilangan akal saya.

Saya pikir, Inilah anak perempuan yang sebenarnya dilahirkan Evelyn. Inilah
anak kami."

Jennifer dapat melihat laki-laki itu membenamkan kukunya ke daging.


"Saya tahu itu salah, tapi saya ambil juga dia." Dia mengangkat mukanya lalu
menatap mata Jennifer. "Saya sama sekali tak mau menyakiti anak itu."

Jennifer memperhatikannya dengan cermat, mendengarkan baik-baik, mencari


nada-nada palsu. Tapi kepalsuan itu tak ada. Dia adalah laki-laki tersiksa.

"Bagaimana dengan surat tuntutan uang tebusan itu?"

tanya Jennifer.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saya tidak mengirim surat tuntutan uang tebusan.

Uanglah barang terakhir yang saya ingini di dunia ini. Yang saya inginkan
hanyalah si Kecil Tammy."

"Seseorang telah mengirim surat tuntutan uang tebusan pada keluarga itu. Polisi
terus mengatakan bahwa sayalah yang mengirimnya, padahal bukan saya."

Jennifer mencocokkan bagian-bagian cerita itu. "Cerita tentang penculikan itu


muncul di surat-surat kabar sebelum atau sesudah Anda ditangkap polisi?"

"Sebelumnya. Saya ingat keinginan saya agar mereka berhenti menulis tentang
hal itu. Saya ingin pergi dengan Tammy dan saya takut orang akan menghalangi
kami."

"Jadi ada orang yang membaca tentang penculikan itu dan mencoba menerima
uang tebusan itu?"

Jack Scanlon menjalin-jalinkan jarinya dengan lemah. "Saya tak tahu. Saya
hanya tahu bahwa saya ingin mati saja."

Kepedihan hatinya nyata sekali, hingga Jennifer merasa amat terkesan olehnya.
Bila dia tidak berbohong — dan hal itu jelas terbaca di wajahnya— maka dia tak
pantas mati untuk apa yang telah dilakukannya. Dia memang harus dihukum,
tapi tidak dihukum mati.

Jennifer pun lalu mengambil keputusan. "Saya akan mencoba menolong Anda."
"Terima kasih," kata laki-laki itu dengan tenang, "Saya sebenarnya tak peduli
lagi apa yang akan terjadi atas diri saya."

"Saya peduli."

"Saya kuatir," kata Jack Scanlon lagi, "sa.... saya tak punya uang untuk
membayar Anda."

"Tak usah kuatirkan itu. Tolong ceritakan saja tentang diri Anda sendiri."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa yang ingin Anda ketahui?"

"Mulai dari awal. Di mana Anda dilahirkan?”

"Di North Dakota, tiga puluh lima tahun yang lalu. Saya dilahirkan di suatu
tanah pertanian. Yah, sebut sajalah begitu, meskipun tempat itu hanya
merupakan sebidang tanah kecil di mana tak banyak tanaman mau tumbuh.
Kami orang miskin.

Waktu saya berumur lima belas tahun, saya meninggalkan rumah. Saya
mencintai ibu saya, tapi saya benci pada ayah.

Saya tahu, Injil mengatakan bahwa kita berdosa kalau kita menjelek-jelekkan
orang tua kita. lapi dia orang jahat. Dia senang melecut saya."

Jennifer bisa melihat tubuhnya menegang waktu dia melanjutkan.

"Maksud saya, dia benar-benar suka melakukannya. Bila saya melakukan yang
sekecil-kecilnya yang dianggapnya salah, dia lalu melecut saya dengan sebuah
ikat pinggang kulit yang memakai gesper tembaga yang besar. Kemudian saya
disuruhnya berlutut, dan mohon ampun pada Tuhan. Lama juga saya membenci
Tuhan, sehebat saya membenci ayah saya." Dia berhenti, tak bisa berbicara,
agaknya karena terlalu dipenuhi kenangan itu.

"Jadi Anda lari dari rumah?"

"Ya. Saya pergi ke Chicago dengan menumpang-numpang.


Saya tak banyak mengenyam sekolah, tapi di rumah saya suka membaca. Bila
kedapatan Ayah, itu akan merupakan satu alasan lagi untuk melecut saya. Di
Chicago saya mendapatkan pekerjaan di sebuah pabrik. Di situlah saya bertemu
dengan Evelyn. Tangan saya cedera kena mesin giling dan saya dibawa orang ke
rumah pengobatan, dan di sana ada Evelyn.

Dia seorang perawat." Dia tersenyum kepada Jennifer. "Dia wanita tercantik
yang pernah saya lihat. Dua minggu tangan saya baru sembuh, dan setiap hari
saya pergi menemuinya untuk diobati. Setelah itu kami mulai bergaul. Kami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyinggung soal perkawinan, tapi perusahaan kehilangan pesanan besar dan


saya bersama semua orang di bagian saya diberhentikan. Hal itu tidak
mempengaruhi Evelyn. Kami menikah dan dia mengurus saya. Itulah yang
merupakan satusatunya bahan pertengkaran kami. Saya dibesarkan dengan citra
bahwa laki-lakilah yang harus mengurus wanita. Saya mendapat pekerjaan
sebagai sopir truk dan hasilnya bagus.

Satu-satunya hal yang tak kami sukai adalah bahwa kami terpisah, kadang-
kadang sampai seminggu lamanya. Di luar itu, kami benar-benar bahagia.
Kemudian Evelyn hamil."

Tubuhnya tampak bergetar. Tangannya mulai gemetar.

"Evelyn dan putri kami meninggal." Air matanya mengalir di pipinya. "Saya tak
mengerti mengapa Tuhan berbuat begitu.

Dia tentu punya alasan, tapi saya tak tahu apa alasan itu."

Tubuhnya terayun-ayun ke depan dan ke belakang di kursinya. Tanpa menyadari


apa yang dilakukannya, lengannya bersilang di dadanya, seolah-olah menahan
kesedihannya.

' Aku akan menuntunmu dan mengajarimu bagaimana cara menjalani hidup; aku
akan menasihatimu.

Kursi listrik tidak akan mendapatkan orang ini, pikir Jennifer.

"Saya akan kembali untuk menemui Anda besok” Jennifer berjanji padanya.
Uang tebusan tahanan diputuskan dua ratus ribu dolar.

Jack Scanlon tak punya uang, jadi Jenniffer yang membayar untuknya. Scanlon
dilepas dari rumah tahanan pusat, dan Jennifer menemukan sebuah penginapan
kecil di West Side ke mana dia bisa pindah. Jennifer memberinya pula seratus
dolar untuk biaya permulaan hidupnya.

"Saya tak tahu bagaimana caranya," kata Jack Scanlon,

"tapi setiap sen akan saya kembalikan pada Anda. Saya akan mulai mencari
pekerjaan. Saya tak peduli apa itu. Saya mau mengerjakan apa saja."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Waktu Jennifer meninggalkannya, laki-laki itu asyik mencari pekerjaan di antara


iklan-iklan yang membutuhkan tenaga.

Penuntut umum federal, Earl Osborne, adalah seorang lakilaki yang besar dan
tegap, dengan muka bulat yang halus dan tingkah laku ramah-tamah yang bisa
menyesatkan. Jennifer terkejut melihat Robert Di Silva ada di kantor Osborne.

"Kudengar kau yang akan menangani perkara ini," kata Di Silva. "Rupanya tak
ada yang terlalu kotor bagimu, ya?"

Jennifer menoleh pada Earl Osborne. "Apa perlunya dia di sini? Bukankah ini
perkara federal?"

"Jack Scanlon mengambil anak itu dari mobil orang tuanya," sahut Osborne.

"Pencurian mobil, perampokan besar," kata Di Silva.

Jennifer berpikir, apakah Di Silva akan berada di situ, sekiranya dia tak terlibat.
Dia berpaling kembali pada Earl Osborne.

"Saya ingin berunding," kata Jennifer. "Klien saya...."

Earl Osborne mengangkat tangannya. "Tidak ada kesempatan. Yang satu ini akan
kami adili sampai tuntas."

"Ada beberapa keadaan....”


"Anda bisa menceritakan itu semua dalam sidang pendahuluan."

Di Silva tertawa mengejek padanya.

"Baiklah," kata Jennifer. "Sampai bertemu di pengadilan."

Jack Scanlon mendapatkan pekerjaan di sebuah bengkel servis kendaraan di


West Side, dekat penginapannya, dan Jennifer mampir di situ menjenguknya.

"Sidang pendahuluannya akan diadakan lusa," Jennifer memberi tahu. "Aku


akan berusaha supaya pemerintah setuju Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memberikan pertimbangan agar kau dituduh bersalah dengan tuduhan yang lebih
ringan. Kau tetap masih harus menjalani hukuman, Jack, tapi aku akan berusaha
supaya hukumannya menjadi seringan mungkin."

Bayangan rasa terima kasih di wajah laki-laki itu rasanya sudah cukup
merupakan imbalan.

Atas anjuran Jennifer, Jack Scanlon telah membeli setelan yang pantas untuk
dipakai pada sidang pendahuluan.

Rambutnya sudah dipangkas dan jenggotnya dipendekkan, Jennifer puas dengan


penampilannya.

Mereka melalui tata cara pengadilan. Jaksa Negeri Di Silva hadir. Setelah Earl
Osborne mengajukan kesaksiannya dan mengajukan tuntutan, Hakim Barnard
berpaling pada Jennifer.

"Adakah yang akan Anda katakan, Nona Parker?"

“Ada, Yang Mulia. Saya ingin membebaskan pemerintah dari biaya sidang.
Dalam perkara ini ada keadaan-keadaan yang meringankan yang belum
dikemukakan. Saya

mengajukan permohonan agar klien saya didakwa atas kesalahan yang lebih
ringan."

"Tidak bisa," kata Earl Osborne. "Pemerintah tidak akan menyetujuinya."


Jennifer menoleh pada Hakim Barnard. "Bisakah hal ini kita bahas di ruang kerja
Yang Mulia?"

"Boleh. Tanggal sidang akan saya tentukan setelah saya mendengar apa yang
akan dikatakan pembela."

Jennifer berpaling pada Jack Scanlon yang berdiri di situ, kebingungan.

"Kau bisa kembali ke pekerjaanmu," kata Jennifer padanya.

"Nanti aku mampir untuk menyampaikan hasil pembicaraan kami."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Laki-laki itu mengangguk lalu berkata dengan tenang,

"Terima kasih, Nona Parker."

Jennifer memperhatikannya, lalu berbalik dan

meninggalkan ruang sidang.

Jennifer, Earl Osborne, Robert Di Silva, dan Hakim Barnard

duduk di ruang kerja hakim.

Osborne berkata pada Jennifer, "Aku tak mengerti

bagaimana kau sampai minta pertimbangan dari aku. Menculik

karena meminta uang tebusan adalah suatu kesalahan besar.

Klienmu bersalah dan dia harus membayar apa yang telah

dilakukannya."

"Jangan percaya begitu saja semua yang kau baca di surat

kabar, Earl. Jack Scanlon tak ada hubungan apa-apa dengan

surat tuntutan uang tebusan itu."


“Kau sedang mencoba membohongi siapa? Kalau tidak

untuk uang tebusan untuk apa?"

"Akan kuceritakan," kata Jennifer.

Lalu diceritakan Jennifer pada mereka. Diceritakannya

tentang tanah pertanian keluarga Jack, tentang pukulan-

pukulan, tentang Jack Scanlon yang jatuh cinta pada Evelyn

dan mengawininya, dan bagaimana dia kehilangan istri dan

anaknya waktu istrinya itu melahirkan.

Mereka mendengarkan tanpa berkata apa-apa, dan setelah

Jennifer selesai, Robert Di Silva berkata, "Jadi, Jack Scanlon

menculik anak orang karena anak itu mengingatkannya pada

anak yang sebenarnya akan dimilikinya? Dan istri Jack Scanlon

meninggal waktu melahirkan?"

"Benar." Jennifer berpaling pada Hakim Barnard. "Yang Mulia, saya rasa dia
bukanlah orang yang pantas dihukum mati."

"Aku sependapat dengan kau," kata Di Silva tanpa diduga.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer memandangnya dengan terkejut.

Kemudian Di Silva mengeluarkan beberapa lembar kertas dari tas kerjanya.


"Sekarang aku ingin menanyakan sesuatu,"

katanya. "Bagaimana perasaanmu kalau orang yang begini yang dihukum mati?"
Dia mulai membaca sebuah dokumen.
"Frank Jackson, umur tiga puluh delapan tahun. Lahir di Nob Hil , San
Francisco. Ayahnya seorang dokter, ibunya seorang tokoh terkemuka dalam
masyarakat. Waktu berumur empat belas tahun, Jackson mulai menggunakan
obat-obat bius, lari dari rumah, tertangkap di Height Ashbury, dan dikembalikan
pada orang tuanya. Tiga bulan kemudian Jackson

membongkar ruang penyimpanan obat-obat ayahnya, mencuri semua obat-obat


bius yang ada di situ, lalu lari. Tertangkap di Seattle atas tuduhan memiliki dan
menjual obat-obat terlarang, dihukum di penjara remaja, dibebaskan waktu dia
berumur delapan belas tahun, ditangkap lagi sebulan kemudian atas tuduhan
perampokan bersenjata dan rencana untuk membunuh..."

Jennifer merasa perutnya tegang. "Apa hubungannya itu semua dengan Jack
Scanlon?"

Earl Osborne tersenyum masam padanya. "Jack Scanlon adalah Frank Jackson."

"Saya tak percaya."

Di Silva berkata, "Lembaran kuning ini datang dari FBI satu jam yang lalu.
Jackson adalah seorang artis jempolan dan pembohong, hal mana merupakan
kelainan jiwanya. Selama sepuluh tahun terakhir ini dia telah ditangkap atas
tuduhan-tuduhan, mulai dari menikam, membakar dengan sengaja, sampai
merampok bersenjata. Dia telah menjalani hukuman di Penjara Joliet. Dia tak
pernah punya pekerjaan tetap dan dia tak pernah kawin. Lima tahun yang lain
ditangkap oleh FBI dengan tuduhan penculikan. Dia menculik seorang anak
perempuan berumur tiga tahun dan mengirim surat tuntutan uang tebusan.
Jenazah anak perempuan itu ditemukan di Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

sebuah perhutanan dua bulan kemudian. Menurut laporan pemeriksaan mayat,


tubuhnya sudah membusuk, tapi ada tanda-tanda tusukan pisau di seluruh
tubuhnya. Dia diperkosa dan disiksa."

Jennifer tiba-tiba merasa mual.

"Jackson dibebaskan berdasarkan alasan-alasan teknis yang dicari-cari oleh


seorang ahli hukum yang gila-gilaan."

Waktu Di Silva berbicara lagi, nadanya mencemooh.


"Itukah laki-laki yang kauinginkan bebas berkeliaran di jalan?"

"Boleh aku melihat dokumen itu?"

Tanpa berkata apa-apa Di Silva memberikannya pada Jennifer, dan Jennifer


membacanya. Orang itu adalah Jack Scanlon. Tak dapat diragukan lagi Fotonya
yang dibuat polisi, terjepit pada kertas dokumen berwarna kuning itu. Dia
tampak masih muda waktu itu dan dia tak berjenggot, tapi tak mungkin keliru
lagi, itulah dia. Jack Scanlon ? Frank Jackson —

telah membohonginya habis-habisan. Dikarang-karangnya kisah hidupnya dan


Jennifer mempercayai setiap

perkataannya. Laki-laki itu begitu meyakinkan hingga Jennifer sudah tak mau
lagi bersusah payah meminta Ken Bailey untuk menyelidikinya.

"Boleh aku melihatnya?" kata Hakim Barnard.

Jennifer menyerahkan dokumen itu padanya. Hakim itu melihatnya sepintas, lalu
memandang Jennifer, "Bagaimana?"

"Saya tak mau membelanya."

Di Silva berpura-pura terkejut dan mengangkat alisnya.

"Anda membuat saya terkejut sekali, Nona Parker. Anda selalu berkata bahwa
semua orang berhak dibela oleh seorang ahli hukum."

"Memang semua orang," sahut Jennifer datar. "Tapi saya punya peraturan tetap
yang keras: saya tak mau membela Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang yang berbohong pada saya. Tuan Jackson harus mencari seorang pembela
lain."

Hakim Barnard mengangguk. "Pengadilan yang akan mengatur hal itu."

Osborn berkata, "Saya minta supaya jaminan

pembebasannya segera ditarik kembali, Yang Mulia. Saya rasa dia terlalu
berbahaya untuk bebas berkeliaran."
Hakim Barnard berpaling pada Jennifer. "Pada saat ini Anda masih pembelanya
yang resmi, Nona Parker. Apakah Anda berkeberatan?"

"Tidak," kata Jennifer tegang. "Tidak ada keberatan apaapa."

"Saya akan memerintahkan untuk menarik kembali kebebasannya."

Hakim Lawrence Waldman telah mengundang Jennifer untuk menghadiri


undangan perjamuan makan malam amal.

Jennifer merasa gersang setelah semua kejadian petang itu dan sebenarnya lebih
suka pulang dan menghabiskan malam itu dengan tenang bersama Joshua, tapi
dia tak mau mengecewakan hakim itu. Dia mengganti pakaiannya di kantor, dan
pergi menemui Hakim Waldman di Waldorf-Astoria di mana perjamuan itu
diselenggarakan.

Perjamuan itu merupakan pesta besar-besaran, yang dihibur oleh bintang-bintang


Hol ywood, tapi Jennifer tak bisa menikmatinya. Pikirannya melayang ke tempat
lain. Hakim Waldman memperhatikannya.

"Adakah sesuatu yang tak beres, Jennie?"

Jennifer memaksa dirinya untuk tersenyum. "Tidak, hanya suatu masalah bisnis,
Lawrence."

Dalam bisnis apa aku ini sebenarnya, pikir Jennifer, berurusan dengan penjahat-
penjahat kemanusiaan,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pemerkosa-pemerkosa, pembunuh-pembunuh, dan penculik-penculik? Jennifer


lalu memutuskan bahwa malam itu baik sekali untuk bermabuk-mabukan.

Seorang petugas mendatangi meja mereka dan berbisik di dekat telinga Jennifer.
"Maaf, Nona Parker, ada telepon untuk Anda."

Jennifer seketika merasakan ada bahaya. Satu-satunya orang yang tahu ke mana
bisa menghubunginya adalah Nyonya Mackey. Dia hanya mungkin menelepon
kalau ada sesuatu yang tak beres.
"Maafkan aku," kata Jennifer.

Dia mengikuti petugas itu menuju ke sebuah kantor kecil di luar ruangan pesta
itu.

Jennifer mengangkat gagang telepon dan terdengar suara seorang laki-laki


berbisik, "Keparat kau! Kau menipuku!"

Tubuh Jennifer mulai gemetar. "Siapa ini?" tanyanya.

Padahal sebenarnya dia sudah tahu.

"Kausuruh polisi menangkapku."

"Itu tak benar! Aku....”

"Kau berjanji akan menolongku."

"Aku akan menolongmu. Di mana...?”

"Bangsat pembohong!" Suaranya makin merendah hingga sulit bagi Jennifer


untuk menangkap kata-katanya. "Kau akan menerima balasannya. Lihat saja!"

"Tunggu du....”

Hubungan diputuskan. Jennifer menggigil. Ada sesuatu yang sama sekali tak
beres. Frank Jackson alias Jack Scanlon telah berhasil lolos dan dia menyalahkan
Jennifer atas usaha penangkapan itu. Bagaimana dia tahu di mana dia berada?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pasti dia mengikutinya. Mungkin dia sedang menunggunya di luar sekarang.

Jennifer mencoba menguasai tubuhnya yang gemetar, mencoba berpikir,


membayangkan apa yang terjadi. Laki-laki itu rupanya telah melihat polisi yang
datang akan menangkapnya dan dia telah melarikan diri. Tak penting bagaimana
caranya. Yang penting adalah bahwa laki-laki itu telah menyalahkannya atas
kejadian itu.

Hakim Waldman melihat wajah Jennifer. "Ada apa sebenarnya?"


Jennifer menceritakan padanya dengan singkat. Hakim itu terperanjat.

"Ya, Tuhan! Maukah kau kuantar pulang?"

"Aku tak apa-apa, Lawrence. Tolong antar saja aku sampai ke mobilku, aku bisa
sendiri."

Diam-diam mereka menyelinap ke luar dari ruang pesta yang besar itu, dan
Hakim Waldman menunggui Jennifer sampai petugas membawakan mobilnya.

"Apakah kau yakin bahwa kau bisa tanpa aku?"

"Terima kasih. Aku yakin polisi akan berhasil menangkapnya sebelum pagi hari.
Tak banyak orang serupa dia berkeliaran. Selamat malam."

Jennifer berangkat, sambil meyakinkan dirinya bahwa tak ada orang


mengikutinya. Setelah dia yakin bahwa dia seorang diri, dia membelok ke Jalan
Ekspres Long Island, dan pulang.

Dia melihat ke kaca spion terus, mengamat-amati mobil-mobil di belakangnya.


Suatu kali mobilnya dihentikannya di tepi jalan, membiarkan semua kendaraan
melewatinya, dan setelah jalan di belakangnya kosong, baru dia meneruskan
lagi. Kini dia merasa lebih aman. Pasti tidak akan lama lagi Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

polisi berhasil menangkap Frank Jackson. Sekarang pasti sudah dimulai


pencaharian menyeluruh atas diri penjahat itu.

Jennifer membelok ke jalan masuk ke rumahnya.

Pekarangan dan rumahnya yang seharusnya terangbenderang, kini gelap. Dia


terbelalak memandangi rumahnya dari mobil, dengan rasa tak percaya, sedang
pikirannya mulai tegang penuh rasa kuatir. Dengan ketakutan yang amat sangat,
dibukanya pintu mobilnya cepat-cepat lalu berlari ke pintu depan. Pintu itu
terbuka sedikit. Jennifer terhenti di pintu itu sebentar, penuh ketakutan, lalu
masuk ke lorong rumah.

Kakinya tersandung sesuatu yang sangat dan lembut, dan napasnya jadi tersekat.
Dinyalakannya lampu. Max terbaring di permadani yang berlumuran darah.
Leher anjing itu telah disembelih dari telinga ke telinga sebelahnya. "Joshua!"
teriaknya. "Nyonya Mackey!" Jennifer berlari dari kamar ke kamar sambil
menyalakan lampu-lampu dan memanggil-manggil nama mereka, jantungnya
berdebar demikian kuatnya hingga dia merasa sulit bernapas. Dia berlari menaiki
tangga ke kamar Joshua. Tempat tidur anak itu bekas ditiduri, tapi kini kosong.
Jennifer mencari ke semua kamar di rumah itu, lalu berlari turun lagi, pikirannya
buntu. Frank Jackson pasti sudah lama tahu di mana dia tinggal. Dia pasti
mengikutinya pulang pada suatu malam, atau setelah dia mendatanginya di
bengkel servis itu. Dia telah mengambil Joshua dan akan membunuhnya untuk
menghukum Jennifer, ibunya.

Waktu dia melewati kamar cuci, dia mendengar bunyi halus menggaruk-garuk
dari arah kamar pakaian. Perlahan-lahan Jennifer berjalan ke arah pintu kamar
kecil itu lalu menarik pintunya. Di dalamnya gelap gulita.

"Jangan sakiti lagi saya," terdengar suara merintih.

Jennifer menyalakan lampu. Nyonya Mackey terbaring di lantai,, kaki dan


tangannya terikat kuat dengan kawat. Dia hanya setengah sadar.

Cepat-cepat Jennifer berlutut di sisinya. "Nyonya Mackey!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wanita tua itu mengangkat mukanya memandang Jennifer dan matanya mulai
bisa melihat. "Dia mengambil Joshua,"

katanya terisak.

Perlahan-lahan sekali Jennifer membuka simpul kawat yang sudah menggigit ke


dalam daging kaki dan tangan Nyonya Mackey. Dagingnya lebam dan berdarah.
Jennifer membantu pelayannya itu berdiri, Nyonya Mackey menangis dengan
histeris. "Saya tak bisa mencegahnya. Sa.... saya sudah mencobanya: Saya...."

Dering telepon membelah ruangan itu. Kedua orang wanita itu terdiam. Telepon
berdering terus, dan bunyinya terasa jahat. Jennifer berjalan ke arah telepon itu
lalu mengangkat gagangnya.

"Aku ingin tahu apakah kau sudah tiba di rumah," kata suara itu.

"Di mana anakku?"


"Tampan benar anak itu, ya?" kata suara itu lagi.

"Tolonglah! Akan kulakukan apa saja. Apa saja yang kau mau!"

"Kau telah melakukan segalanya, Nona Parker."

"Jangan! Tolong!" Jennifer terisak tanpa daya.

"Aku senang mendengar kau menangis," bisik suara itu.

"Kau akan menemukan anakmu kembali, Nona Parker. Baca saja surat-surat
kabar besok."

Dan hubungan pun diputuskan.

Jennifer berdiri tak bergerak, berjuang supaya tak pingsan.

Dia mencoba berpikir. Frank Jackson telah mengatakan, Kau akan menemukan
anakmu kembali, Nona Parker. Itu berarti bahwa Joshua masih hidup. Kalau
tidak, dia tentu tidak mengatakan demikian. Jennifer menyadari bahwa dia hanya
menduga-duga berdasarkan kata-kata yang digunakan, Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

berusaha untuk menghibur dirinya. Dia harus melakukan sesuatu secepatnya.

Nalurinya yang pertama menyuruhnya menelepon Adam, meminta bantuannya.


Bukankah anaknya juga yang diculik, anaknya yang akan dibunuh. Tapi dia tahu
bahwa Adam tidak akan bisa membantu apa-apa. Dia berada di tempat yang dua
ratus tiga puluh lima mil jauhnya. Hanya tinggal dua pilihan lagi: yang pertama
adalah menelepon Robert Di Silva, mengatakan padanya apa yang telah terjadi,
dan meminta agar dia membentuk jaringan untuk mencoba menangkap Frank
Jackson. Oh, Tuhan! Itu akan makan waktu terlalu lama.

Pilihan kedua adalah FBI. Mereka sudah terlatih untuk menangani suatu
penculikan. Masalahnya, ini tidak sama dengan penculikan yang lain. Tak ada
surat tuntutan uang tebusan yang bisa mereka telusuri, tak ada kesempatan untuk
mencoba memperangkap Frank Jackson dan menyelamatkan jiwa Joshua. FBI
selalu bergerak menurut salurannya yang biasa dan teguh pada garisnya. Pada
saat seperti ini tidak akan menolong. Dia harus mengambil keputusan cepat...
selagi Joshua masih hidup. Robert Di Silva atau FBI? Aduh, alangkah sulitnya
memikirkannya.

Dia menarik napas dalam-dalam lalu mengambil keputusan.

Dicarinya nomor telepon. Jari-jarinya gemetar demikian hebatnya hingga dia


harus memutar tiga kali untuk mendapatkan nomor yang tepat.

Waktu seorang laki-laki menjawab, Jennifer berkata, "Saya ingin berbicara


dengan Michael Moretti."

36

"Maaf, Nyonya. Ini Restoran Tony. Kami tak kenal Michael Moretti."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tunggu!" pekik Jennifer. "Jangan putuskan hubungan!"

Dia memaksa dirinya untuk berbicara setenang mungkin. "Ini

penting sekali. Saya... seorang temannya. Nama saya

Jennifer Parker. Saya perlu segera berbicara dengan dia."

"Tapi, Nyonya, sudah saya katakan...."

“Berikan padanya nama saya dan nomor telepon saya ini."

Lalu dia menyebutkan nomor teleponnya. Jennifer mulai

menggagap demikian hebatnya, hingga dia sulit berbicara.

"Ka... ka...katakan padanya...."

Hubungan diputuskan orang.

Dengan perasaan beku Jennifer meletakkan gagang telepon.

Dia kembali pada salah satu dari pilihannya semula. Atau kedua-duanya. Tak ada
alasan mengapa Robert Di Silva dan FBI tak bisa menyatukan kekuatan mereka
untuk menemukan Joshua. Yang membuatnya merasa akan gila adalah

kesadarannya, betapa kecil kemungkinan mereka bisa menemukan Frank


Jackson. Waktunya sudah tak ada lagi.

Baca saja surat-surat kabar besok. Kata-katanya yang terakhir itu yang bersifat
memutuskan, yang membuat Jennifer yakin bahwa dia tidak akan meneleponnya
lagi, tidak akan memberi kesempatan pada siapa pun untuk menelusuri dan

mencarinya. Tapi dia harus berbuat sesuatu. Dia akan mencoba Di Silva. Dia
menjangkaukan tangannya ke pesawat telepon lagi. Telepon itu berdering waktu
tangannya sampai ke situ, hingga dia terperanjat.

"Di sini Michael Moretti."

"Michael! Aduh, Michael, tolong aku, tolonglah! Aku...." Dia lalu terisak tanpa
bisa menguasai dirinya. Gagang telepon terlepas dari tangannya, lalu diambilnya
lagi cepat-cepat, takut kalau-kalau Michael memutuskan hubungannya.
"Michael?"

"Aku di sini." Suaranya tenang. "Tenangkan dirimu, dan ceritakan ada apa."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"A.... aku...." Dia menghirup napas cepat-cepat dan dalam, berusaha untuk
menghentikan gemetarnya. "Anakku, Joshua.

Dia.... dia diculik. Dia akan membunuhnya."

"Tahukah kau siapa yang menculiknya?"

"Ya. Namanya Frank.... Frank Jackson." Jantungnya berdebar kuat.

"Ceritakan apa yang terjadi." Suaranya tenang dan penuh percaya diri.

Jennifer memaksa dirinya untuk berbicara lambat-lambat, menceritakan


peristiwa yang telah terjadi.

"Bisakah kau melukiskan bagaimana Jackson itu?"

Jennifer membayangkan garis besar gambaran laki-laki itu dalam angannya.


Gambaran itu disalinnya menjadi kata-kata, lalu Michael berkata, "Bagus.
Tahukah kau di mana dia pernah dipenjarakan?"

"Di penjara Joliet. Katanya dia akan membunuh...."

"Di mana bengkel servis tempatnya bekerja itu?"

Diberikannya alamat itu pada Michael.

"Tahukah kau nama penginapan tempatnya tinggal selama ini?"

"Ya. Tidak." Jennifer tak ingat. Dibenamkan kukunya ke dahi sampai berdarah,
memaksa dirinya untuk mengingat-ingat. Michael menunggu dengan sabar.

Tiba-tiba Jennifer ingat. "Namanya penginapan Travel Wel .

Letaknya di 10th Avenue. Tapi aku yakin dia tak ada lagi di sana."

"Kita lihat saja."

"Aku ingin anakku kembali hidup-hidup."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Michael Moretti tidak menyahut, dan Jennifer

tahu mengapa.

"Lalu bila kutemukan Jackson....?"

Jennifer menarik napas dalam-dalam, gemetar, sebelum berkata, "Bunuh dia."

"Jangan jauh-jauh dari teleponmu."

Hubungan diputuskan. Jennifer mengembalikan gagang telepon.

Aneh, dia merasa agak tenang, seolah-olah sesuatu telah berhasil dilaksanakan.
Sebenarnya tak ada alasan dia bisa begitu yakin pada Michael Moretti. Ditinjau
dari sudut logika, perbuatannya itu sembrono dan tak masuk akal; tapi hal ini tak
ada hubungannya dengan logika. Nyawa anaknya dalam bahaya. Dengan sengaja
dia telah menyuruh seorang pembunuh menangkap seorang pembunuh lain. Bila
tak berhasil... Jennifer teringat akan gadis kecil yang telah diperkosa dan
diperlakukannya dengan kekerasan.

Jennifer pergi mengurus Nyonya Mackey. Luka-luka dan lecetnya dirawatnya,


lalu dibawanya ke tempat tidur. Jennifer menawarkan obat penenang pada
wanita itu, tapi Nyonya Mackey menolak obat itu.

"Saya tak bisa tidur," tangisnya. "Aduh, Nyonya Parker!

Anak itu diberinya pil tidur."

Jennifer menatapnya ketakutan.

Michael Moretti duduk di meja kerjanya, menghadapi tujuh orang yang sudah
disuruhnya datang. Dia sudah memberikan perintah-perintahnya pada tiga orang
yang pertama.

Dia berpaling pada Thomas Colfax. "Tom, tolong gunakan pengaruh koneksimu.
Pergi datangi Kapten Notaras dan mintalah semua keterangan mengenai Frank
Jackson. Aku memerlukan semua yang ada pada mereka tentang orang itu."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tapi kita lalu menggunakan hubungan baik kita, Mike.

Kurasa...."

"Jangan membantah! Kerjakan saja!"

"Baiklah," kata Colfax kaku.

Michael menoleh pada Nick Vito. "Selidiki bengkel servis tempat Jackson
bekerja. Cari tahu apakah dia memasang tukang pukul di sana, kalau-kalau dia
punya teman."

Pada Salvatore Fiore dan Joseph Colela, "Pergi ke penginapan Jackson.


Sekarang dia mungkin sudah tak ada lagi di sana, tapi tanyakan kalau-kalau dia
berteman dengan seseorang di sekitar itu. Aku ingini tahu siapa-siapa
temannya." Dia melihat ke arlojinya. "Sekarang sudah tengah malam. Kalian!
kuberi waktu delapan jam untuk menemukan Jackson."
Orang-orang itu keluar.

Michael berseru lagi pada mereka, "Aku tak mau sampai terjadi sesuatu atas diri
anak itu. Lapor terus. Aku menunggu."

Michael Moretti memperhatikan mereka pergi, kemudian mengangkat gagang


salah satu pesawat telepon di mejanya dan mulai memutar.

Pukul satu subuh.

Kamar itu tak besar, tapi rapi sekali. Frank Jackson suka akan kerapian. Dia
merasa bahwa itu merupakan bagian dari hidupnya. Kerai-kerai dil jendela sudah
diturunkan dan kepingan-kepingan

kerai itu dipasang tegak supaya tak seorang pun bisa melihat ke dalam kamar.
Pintu terkunci dan dipasang rantai, lalu ditindihnya pula dengan kursi. Dia
berjalan ke tempat tidur di mana Joshua terbaring. Frank Jackson telah
memasukkan dengan paksa tiga butir pil tidur ke dalam kerongkongan anak itu,
dan dia masih tidur nyenyak. Jackson Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

adalah laki-laki yang tak mau untung-untungan dalam segala sesuatu, maka kaki
dan tangan Joshua di katnya dengan kawat yang sama dengan yang dipakainya
untuk mengikat Nyonya Mackey. Jackson memandangi anak yang sedang tidur
itu, dan dia dilanda oleh rasa sedih.

Mengapa orang-orang selalu memaksa dirinya melakukan hal-halyang


mengerikan ini? Dia sebenarnya laki-laki lembut yang suka damai, tapi bila
semua orang menentang kita, bila semua orang menyerang kita, kita tentu harus
membela diri.

Sulitnya, semua orang selalu menilainya rendah. Mereka tak menyadari bahwa
dia lebih pintar dari mereka semua, sampai semuanya terlambat.

Setengah jam sebelum polisi tiba, dia sudah tahu bahwa mereka akan
menangkapnya. Waktu itu dia sedang mengisi bensin sebuah mobil Chevrolet
Camaro, dan dilihatnya majikannya masuk ke dalam kantor untuk menerima
telepon.

Jackson tak bisa mendengar percakapannya, tapi itu tak perlu.


Dia bisa melihat majikannya mencuri-curi melihat padanya sedang dia berbicara
berbisik di telepon. Frank Jackson tibatiba tahu apa yang telah terjadi. Polisi
akan datang menangkapnya. Si Parker celaka itu telah menipunya, dan telah
menyuruh polisi mengurungnya. Perempuan itu sama saja dengan yang lain.
Majikannya masih berbicara di telepon waktu Frank Jackson cepat-cepat
mengambil jaketnya, lalu menghilang. Tak sampai tiga menit diperlukannya
untuk menemukan sebuah mobil yang tak terkunci di jalan dan menggunakan
kawat untuk menghidupkan mesinnya.

Beberapa saat kemudian dia sudah dalam perjalanan menuju ke rumah Jennifer
Parker.

Jackson benar-benar harus mengagumi kecerdasannya sendiri. Mana ada orang


yang akan ingat untuk mengikuti wanita itu, untuk mengetahui di mana dia
tinggal. Hal itu dilakukannya pada hari Jennifer membebaskannya dari tahanan.
Dia memberhentikan mobilnya di seberang rumah Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

Jennifer dan terkejut melihat Jennifer disambut oleh seorang anak laki-laki kecil
di pintu pagar rumah itu. Diperhatikannya kedua beranak itu, dan sudah pada
saat itulah dia merasakan bahwa anak itu mungkin bisa dimanfaatkannya bila
perlu.

Anak itu merupakan berkat yang tak disangka, bolehlah disebut jaminan nasib
baiknya.

Jackson tersenyum sendiri mengingat betapa ketakutannya pelayan tua keparat


itu. Dia merasa senang waktu mengikatkan kawat ke pergelangan dan mata kaki
wanita tua itu. Tidak, sebenarnya dia tak suka. Dia merasa terlalu keras.

Itu dilakukannya karena perlu sekali. Pelayan itu menyangka bahwa dia akan
memperkosanya. Perempuan itu membuatnya jijik. Sebenarnya semua
perempuan menjijikkan, kecuali ibunya yang bagaikan orang suci itu. Semua
perempuan kotor, tak suci, bahkan kakaknya sendiri yang pelacur itu. Hanya
anak-anak yang murni. Dia ingat akan gadis cilik yang diculiknya terakhir. Anak
itu cantik, rambutnya keriting, panjang, dan berwarna pirang, sayangnya dia
harus merupakan balasan atas dosa-dosa ibunya. Ibu anak itu membuat Jackson
sampai dipecat dari pekerjaannya.

Orang-orang suka membuat kita sampai tak bisa mencari nafkah dengan halal,
lalu bila kita melanggar hukum mereka yang bodoh itu, kita dihukumnya. Yang
laki-laki pun jahat juga, tapi perempuanlah yang paling jahat. Mereka itu seperti
babi-babi yang mengotori tempat suci dari tubuh kita. Lihat saja Clara, pelayan
rumah makan yang akan dibawanya ke Kanada itu. Gadis itu cinta padanya.
Gadis itu menyangka betapa terhormatnya dia, karena dia tak pernah

menyentuhnya. Kalau saja dia tahu! Bayangan bercintaan dengan dia saja telah
membuat Jackson muak. Tapi dia terpaksa harus membawa gadis itu ke luar
negeri, karena polisi mencari laki-laki yang seorang diri. Dia akan mencukur
jenggotnya dan memotong rambutnya, dan begitu dia berhasil melewati
perbatasan, Clara akan disingkirkannya. Itu tentu akan menyenangkan sekali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Frank Jackson berjalan ke tempat sebuah kopor karton yang sudah rusak, di atas
rak barang-barang. Dibukanya kopor itu lalu dikeluarkannya sebuah kotak
perkakas dari situ.

Dia mengambil paku-paku dan tukul. Barang-barang itu diletakkannya di atas


meja kecil di sisi tempat tidur, di sebelah anak yang sedang tidur itu. Lalu dia
masuk ke kamar mandi dan mengangkat sebuah jerigen bensin berisi dua galon,
dari bak mandi. Dibawanya ke kamar tidur dan diletakkannya di lantai. Joshua
akan dibakarnya hingga menyala. Tapi itu pun setelah dia disalib dulu.

Pukul dua subuh.

Berita itu sudah tersebar di seluruh New York dan ke seluruh negeri. Bermula di
bar-bar dan rumah-rumah hiburan.

Sepatah kata yang diucapkan dengan berhati-hati di sana sini, dibisikkan ke


telinga yang siap dengar. Dimulai sebagai suatu tetes dan meluas ke restoran-
restoran murahan dan diskotik yang ribut, serta ke tempat-tempat penjualan
majalah yang buka sepanjang malam. Berita itu didengar oleh sopir-sopir taksi,
sopir-sopir truk, dan gadis-gadis yang berkeliaran tengah malam. Berita itu
bagaikan sebutir kerikil yang dijatuhkan ke dalam sebuah danau yang dalam dan
gelap, yang menimbulkan lingkaran riak yang makin lama makin meluas dan
menyebar. Dalam beberapa jam saja, semua orang di jalanan tahu bahwa
Michael Moretti menginginkan info secepatnya. Tak banyak orang yang diberi
kesempatan untuk membantu Michael Moretti. Inilah kesempatan emas untuk
seseorang, karena Moretti adalah orang yang tahu menunjukkan
penghargaannya. Berita yang tersebar itu menyatakan bahwa dia sedang mencari
seorang laki-laki kurus berambut pirang yang mirip Jesus. Orang-orang pun
mulai menggali ingatannya.

Pukul dua lewat seperempat subuh. Joshua Adam Parker mulai bergerak dalam
tidurnya dan Frank Jackson

mendekatinya. Dia belum membuka piama anak itu. Jackson Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

memeriksa apakah paku-paku dan tukul masih ada di tempat dan siap pakai.
Penting sekali untuk bertindak cermat dalam hal ini. Dia akan memaku tangan
dan kaki anak itu sebelum kamar dibakarnya. Ia bisa saja melakukan hal itu
ketika anak itu tidur tadi, tapi itu salah. Anak itu perlu bangun dulu untuk
melihat apa yang sedang terjadi, untuk mengetahui bahwa dia dihukum karena
dosa-dosa ibunya. Frank Jackson melihat arlojinya. Pukul setengah delapan,
Clara akan menjemputnya di penginapan itu. Masih ada lima jam dan lima belas
menit.

Masih banyak sekali waktu.

Frank Jackson duduk dan memperhatikan Joshua, dan satu kali dia bahkan
mengelus dengan lembut rambut anak kecil itu.

Pukul tiga subuh.

Telepon-telepon yang pertama mulai diterima.

Ada dua buah pesawat di meja Michael Moretti, dan bila yang sebuah
diangkatnya, yang sebuah berdering pula.

"Aku telah mendapatkan info tentang laki-laki itu, Mike.

Beberapa tahun yang lalu dia melakukan perampokan di Kansas City bersama
Bigjoe Ziegler dan Mei Cohen."

"Aku tak perlu tahu apa yang dilakukannya beberapa tahun yang lalu. Di mana
dia sekarang?"

Bigjoe mengatakan sudah enam bulan dia tak mendengar tentang laki-laki itu
lagi. Aku akan mencoba menghubungi Mei Cohen."

"Lakukan!"

Berita telepon yang berikutnya pun tidak menggembirakan.

"Aku sudah pergi ke penginapan Jackson. Dia sudah keluar.

Dia membawa sebuah kopor berwarna coklat dan sebuah jerigen memuat dua
galon yang mungkin berisi bensin.

Petugas di situ tak tahu ke mana dia."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Bagaimana dengan bar-bar di sekitar tempat itu"

“Salah seorang penjaga bar mengenali lukisan dirinya, tapi katanya orang itu tak
sering ke situ. Hanya dua atau tiga kali dia ke situ sehabis bekerja."

“Seorang diri?"

"Menurut penjaga bar itu, ya. Agaknya dia tak tertarik pada gadis-gadis di situ."

"Selidiki bar-bar tempat kaum gay”

Baru saja Michael meletakkan gagang telepon, telepon itu sudah berdering lagi.
Kali ini dari Salvatore Fiore.

"Colfax sudah berbicara dengan Kapten Notaras. Petugas barang-barang sitaan


polisi mempunyai catatan atas adanya surat gadai atas nama milik pribadi Frank
Jackson. Aku sudah mendapatkan nomor surat gadainya dan nama toko

tempatnya menggadaikan. Toko itu dimiliki oleh seorang Yunani, Gus Stavros,
yang menadah barang-barang curian."

"Sudah kauselidiki toko itu?"

"Besok pagi baru bisa kami selidiki, Mike. Toko itu tutup.

Aku...."
Michael Moretti marah sekali. "Kita tak bisa menunggu sampai pagi! Berangkat
segera ke sana!"

Ada telepon dari Joliet. Michael sulit mengikuti pembicaraannya karena orang
yang menelepon baru saja mengalami pembedahan jakun, dan suaranya seolah-
olah berasal dari dasar sebuah kotak.

"Teman satu sel Jackson bernama Mickey Nicola. Mereka bersahabat karib."

"Tahu di mana Nicola itu sekarang?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, terakhir saya dengar dia berada di suatu tempat di bagian timur. Dia teman
kakak si Jackson. Kami tak punya alamat perempuan itu."

"Apa alasan penangkapan Nicola?"

"Karena perampokan barang-barang perhiasan.” Pukul setengah empat subuh.

Toko pegadaian itu terletak di Spanish Harlem di Second Avenue dan 124th
Street. Toko itu merupakan bangunan bertingkat dua yang tak menarik; tokonya
di bawah dan tempat tinggal di tingkat atas.

Gus Stavros terbangun oleh cahaya lampu senter yang disorotkan ke mukanya.
Secara otomatis dia menjangkau tombol alarm di sisi tempat tidurnya.

"Lebih baik jangan," kata suatu suara.

Cahaya lampu senter itu dialihkan dan Gus Stavros duduk di tempat tidurnya.
Dia melihat kedua laki-laki yang berdiri di kiri-kanannya dan tahu bahwa
peringatan tadi memang benar.

Yang seorang sebesar raksasa dan yang seorang lagi katai.

Stavros merasa seakan-akan penyakit asmanya akan menyerang.

"Pergilah ke lantai bawah dan ambil apa saja yang kalian mau," katanya dengan
napas sesak. "Aku tidak akan bergerak."

Si Raksasa, Joseph Colel a, berkata, "Bangun. perlahan-lahan."


Gus Stravros bangkit dari tempat tidurnya, berhati-hati, tidak sampai membuat
suatu gerakan mendadak.

Si Kecil, Salvatore Fiore, menyodorkan secarik kertas ke hidungnya. "Ini nomor


suatu surat gadai. Kami mau melihat barangnya."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik."

Gus Stavros turun ke lantai bawah, di kuti oleh kedua laki-

laki tadi. Baru enam bulan yang lalu Stavros menyuruh pasang

suatu sistem alarm yang beragam. Ada lonceng yang bisa

ditariknya dan ada pula tempat-tempat tersembunyi di lantai

yang bisa di njaknya, yang akan menjamin datangnya

bantuan. Tapi dia tidak melakukan satu pun dari

kemungkinan-kemungkinan itu karena nalurinya mengatakan

bahwa dia sudah akan mati sebelum siapa pun sempat datang

padanya. Dia tahu bahwa satu-satunya kesempatannya adalah

memberikan kedua laki-laki itu apa saja yang mereka ingini.

Dia hanya berdoa jangan sampai dia mati gara-gara serangan

asma celakanya, setelah laki-laki itu pergi.

Dinyalakannya lampu-lampu di lantai bawah dan mereka

semua berjalan ke arah pintu depan. Gus Stavros tak tahu apa

yang sedang terjadi, tapi dia sadar bahwa bahaya yang

mengancamnya bisa jauh lebih besar. Bila kedua laki-laki itu


datang semata-mata untuk merampoknya, mereka bisa saja

membersihkan isi toko itu tadi dan sudah pergi sekarang. Tapi

mereka agaknya hanya tertarik pada satu macam barang. Dia

ingin tahu bagaimana mereka itu bisa menghindari sistem

alarm baru yang hebat, yang terpasang di pintu-pintu dan

jendela-jendela, tapi dia memutuskan untuk tidak bertanya.

"Bergerak terus," kata Joseph Colel a.

Gus melihat ke nomor surat gadai itu lagi, lalu mulai

mencari arsipnya. Dia menemukan apa yang dicarinya,

mengangguk dengan puas, lalu pergi ke sebuah brankas besar

yang bisa dimasuki orang, membukanya, dengan kedua orang

itu tetap dekat di belakangnya. Stavros mencari di sepanjang

rak lemari, sampai dia menemukan sebuah amplop kecil.

Sambil berbalik pada kedua laki-laki itu, dibukanya amplop itu

lalu dikeluarkannya sebentuk cincin bermata berlian besar

yang berkilauan ditimpa sinar lampu dari atas.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ini dia," kata Gus Stavros. "Saya memberinya lima ratus dolar untuk itu."
Cincin itu bernilai paling kurang dua puluh ribu dolar.

"Kau memberikan lima ratus dolar pada siapa." tanya Salvatore Fiore.

Gus Stavros mengangkat bahunya. "Seratus orang langganan datang kemari


setiap hari. Nama di
amplopnya tertulis John Doe."

Entah dari mana, Fiore tiba-tiba mengeluarkan sepotong pipa timah, lalu
menghantamkannya dengan bengis ke hidung Gus Stavros. Laki-laki itu jatuh ke
lantai sambil menjerit kesakitan, menimpa darahnya sendiri.

Dengan tenang Fiore bertanya, "Siapa katamu yang membawanya?"

Gus Stavros terengah mencari napas, berkata, "Saya tak tahu namanya. Dia tak
menyebutkan namanya. Sumpah mati."

"Bagaimana, rupanya?"

Darah mengalir ke dalam kerongkongan Gus Stavros demikian derasnya hingga


dia hampir tak bisa berbicara, tapi dia tahu bahwa kalau dia pingsan sebelum dia
sempat berbicara, dia tidak akan pernah bangun lagi.

"Coba saya ingat-ingat dulu," dia memohon.

Stavros mencoba memusatkan ingatannya, tapi kepalanya pusing sekali karena


kesakitan, hingga sulit baginya. Dia memaksa dirinya untuk mengingat
langganan yang masuk waktu itu, yang kemudian mengeluarkan cincin itu dari
sebuah kotak dan memperlihatkannya padanya. Sekarang dia ingat.

"Ra... rasanya dia pirang dan kurus kering...." Dia tersedak karena darahnya.
"Bantu saya berdiri."

Salvatore Fiore menyepak rusuknya. "Bicara terus."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia berjenggot, jenggot pirang....”

"Ceritakan tentang permata cincin itu. Dari mana itu?"

Dalam puncak kesakitannya pun, Gus Stavros masih bimbang. Bila dia
berbicara, dia akan mati kelak. Kalau tidak, dia akan mati saat ini. Dia
memutuskan untuk menunda kematiannya selama mungkin.

"Permata itu dari Toko Tiffany."


"Siapa yang bekerja sama dengan si Pirang itu?"

Gus Stavros merasa lebih sulit bernapas. "Mickey Nicola."

"Di mana kami bisa menemukan Nicola?"

"Saya tak tahu. Di.... dia sudah lari dengan seorang gadis di Brooklyn."

Fiore mengangkat kakinya dan menonjok hidung

Stavros lagi. Gus Stavros menjerit kesakitan.

"Siapa nama pelacur itu?" tanya Joseph Colel a.

"Jackson. Blanche Jackson."

Pukul setengah lima pagi.

Rumah itu terletak jauh menjorok ke dalam, dikelilingi sebuah pagar kayu kecil
berwana putih dengan sebuah kebun yang terpelihara baik-baik di depannya.
Salvatore Fiore dan Joseph Colel a menginjak-injak bunga-bunga itu dan
berjalan terus ke pintu belakang. Tak sampai lima detik, mereka sudah berhasil
membukanya. Mereka masuk lalu berjalan ke arah tangga ke lantai atas. Dari
sebuah tempat tidur di atas, mereka mendengar bunyi tempat tidur berderak-
derak dan suara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kedua lakilaki itu
mengeluarkan pistol mereka, lalu perlahan-lahan menaiki tangga.

Terdengar suara perempuan berkata, "Aduhai! Kau hebat sekali, Mickey! Lebih
kuat lagi, Sayang."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Seluruhnya untukmu, Manis. Jangan hentikan dulu."

"Aaahh, tidak," erang yang perempuan. "Mari kita...."

Perempuan itu mengangkat mukanya, lalu berteriak. Yang laki-laki menggeliat.


Dia membuat gerakan menggapai ke bawah bantal, tapi kemudian
mengurungkan niatnya.

"Baiklah," katanya. "Dompetku ada dalam saku celanaku di kursi itu. Ambil ah,
lalu angkat kaki cepat-cepat. Aku sedang sibuk."

"Bukan dompetmu yang kami ingini, Mickey," kata Salvatore Fiore.

Kemarahan di wajah Mickey Nicola berubah menjadi sesuatu yang lain. Dia
duduk di tempat tidur i u, bergerak dengan berhati-hati sambil mencoba
memperhitungkan kemungkinan. Yang perempuan menarik selimut sampai
menutupi dadanya, wajahnya membayangkan kemarahan bercampur ketakutan.

Dengan berhati-hati Nicola mengayunkan kakinya ke sisi tempat tidur, lalu


duduk di tepinya, siap melompat. Napsu birahinya sudah hilang sama sekali. Dia
memperhatikan kedua laki-laki itu, menantikan kesempatan.

"Mau apa kalian?"

"Apakah kau bekerja sama dengan Frank Jackson?"

"Persetan dengan kalian."

Joseph Colel a menoleh pada temannya. "Tembak saja bolanya yang dua buah
itu."

Salvatore Fiore mengangkat pistolnya lalu membidik.

"Tunggu!" teriak Mickey Nicola. "Gila kalian ini!" Dia melihat ke mata laki-laki
kecil itu lalu cepat-cepat berkata, "Ya, aku bekerja sama dengan Jackson."

"Mickey!" teriak perempuan itu marah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Laki-laki itu menoleh dengan kasar. "Tutup mulutmu! Apa kausangka aku akan
mau jadi jembel tak bertenaga?"

Salvatore Fiore menoleh pada perempuan itu dan berkata,

"Kau kakak si Jackson, ya?"

Wajah perempuan itu membayangkan kemarahan amat

sangat. "Tak pernah mendengar nama itu."


Fiore mengangkat pistolnya dan makin mendekati

tempat tidur. "Kalian kuberi waktu dua detik untuk berbicara, kalau tidak, kalian
akan hancur di dinding itu."

Ada sesuatu dalam suara itu yang membuat perempuan itu beku ketakutan. Fiore
mengangkat pistolnya lagi dan wajah perempuan itu jadi pucat-pasi.

"Katakan saja apa yang ingin mereka ketahui," seru Mickey.

Pistol mendekat terus sampai menekan payudara

perempuan itu.

"Jangan! Ya! Frank Jackson itu adikku."

"Di mana kami bisa menemukannya?"

"Aku tak tahu. Aku tak bertemu dengan dia. Demi Tuhan aku tak tahu! Aku...."
Tangan Fiore menekan picu pistol.

"Clara!" pekik

perempuan itu. "Clara yang tahu! Tanyakan pada Clara!"

"Siapa Clara?" tanya Colel a.

"Di... dia pelayan bar, kenalan Frank."

"Di mana kami bisa bertemu dengan dia?"

Kali ini tak ada yang ragu. Kata-kata itu keluar dengan mudahnya. "Dia bekerja
di sebuah bar yang bernama The Shakers di Queens." Perempuan itu lalu
menggigil.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Salvatore memandang kedua insan itu, lalu berkata dengan sopan, "Kalian bisa
meneruskan permainan cinta kalian sekarang. Selamat menikmati."

Dan kedua laki-laki itu pun pergilah. Pukul setengah enam pagi.
Clara Thomas, yang berasal dari Thomachevsky, sudah hampir bisa memenuhi
apa yang di mpikan seumur hidupnya.

Dia bersenandung dengan senangnya sambil mengisi kopor kartonnya dengan


pakaian yang akan diperlukannya di Kanada. Dia sudah biasa bepergian dengan
laki-laki, sebelum itu, tapi yang ini lain. Ini akan merupakan perjalanan bulan
madunya. Frank Jackson tidak seperti seorang pun diantara laki-laki yang pernah
dikenalnya. Laki-laki yang datang ke bar, yang suka meraba-rabanya, mencubit
bokongnya, tak lebih dari binatang. Frank Jackson lain. Dia seorang pria
terhormat.

Clara menghentikan pekerjaannya sebentar untuk mengingat perkataan itu lagi:


pria terhormat. Dia tak pernah berpikir begitu sebelumnya, tapi itulah Frank
Jackson. Dia baru empat kali bertemu dengan Frank

Selama hidupnya, tapi dia sudah tahu bahwa dia mencintai laki-laki itu. Sejak
semula dia sudah tahu bahwa laki-laki itu pun tertarik padanya, karena dia selalu
duduk dalam ruang kecilnya. Dan setelah kedatangannya yang kedua kali, laki-
laki itu mengantarnya pulang, setelah bar tutup.

Aku harus mendapatkannya, pikir Clara dengan puas, kalaupun aku masih bisa
mendapatkan seorang laki-laki muda setampan itu.

Dia berhenti sebentar berbenah, pergi ke cermin lemari pakaian, memperhatikan


dirinya. Mungkin dia agak terlalu gemuk dan warna rambutnya agak terlalu
merah, tapi dengan berpantang dia akan bisa mengurangi beberapa kilogram
kelebihan beratnya itu, dan dia akan lebih berhati-hati kalau mencat rambutnya
lain kali. Secara keseluruhan, dia tidak terlalu kecewa dengan apa yang
dilihatnya. Pelacur tua ini Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masih kelihatan bagus, katanya sendiri. Dia tahu bahwa Frank Jackson ingin
menidurinya, meskipun laki-laki itu tak pernah menyentuhnya. Pria itu memang
benar-benar luar biasa. Ada semacam — Clara mengerutkan dahinya mencari
perkataan yang tepat — semangat yang bermutu pada dirinya. Clara dibesarkan
dalam keluarga Katolik yang baik, dan dia tahu bahwa dia mencemarkan agama
bila dia berpikiran demikian, tapi bagaimanapun Frank Jackson
mengingatkannya pada Jesus. Dia ingin tahu bagaimana kiranya Frank di tempat
tidur.

Yah, bila Frank pemalu, dialah yang akan mengajarkan caranya. Frank telah
membicarakan rencana mereka akan menikah, begitu mereka tiba di Kanada.
Impiannya telah menjadi kenyataan. Clara melihat ke arlojinya dan insaf bahwa
dia harus bergegas. Dia sudah berjanji akan menjemput Frank di penginapannya
pukul setengah delapan.

Clara melihat kedua laki-laki itu melalui cermin waktu mereka memasuki kamar
tidurnya. Entah darimana mereka muncul. Seorang raksasa dan seorang kerdil.
Clara melihat terus waktu keduanya berjalan ke arahnya.

Laki-laki yang kecil melihat ke kopornya. "Akan pergi ke mana kau, Clara?"

"Itu bukan urusanmu. Ambil saja apa yang kauingini, dan pergi dari sini.
Penggal leherku bila dalam kamar ini ada barang yang berharga lebih dari
sepuluh dolar."

"Aku tahu sesuatu yang bisa membuat lehermu terpenggal," si Raksasa berkata.

"Ambil saja, Bangsat!" bentak Clara. "Kalau ini akan merupakan soal
pemerkosaan, baiknya kuberi tahu saja kalian bahwa aku sedang dalam
perawatan dokter karena penyakit kelamin."

"Kami tidak akan menyakitimu," kata Salvatore Fiore. "Kami hanya ingin tahu
di mana Frank Jackson."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka melihat perubahan pada wanita itu. Tubuhnya tibatiba mengejang dan di
wajahnya seolah-olah terpasang kedok.

"Frank Jackson?" Suaranya mengandung teka-teki. "Aku tak kenal orang yang
bernama Frank Jackson."

Salvatore Fiore mengeluarkan sebatang pipa timah dari sakunya dan maju
selangkah mendekatinya.

"Aku tak takut," kata Clara. "Aku....” Lengan Fiore melesat ke wajah Clara, dan
disertai rasa sakit yang hebat Clara merasakan beberapa buah giginya patah-
patah dan terkumpul dalam mulutnya bagai kerikil halus. Dibukanya mulutnya
akan berbicara dan darah pun mengalir ke luar. Kini orang yang besar yang
mengangkat pipanya.
"Jangan! Jangan!" katanya dengan mulut bagai tersumbat.

"Di mana kami bisa menemukan Frank Jackson?" tanya Joseph Colel a dengan
sopan.

"Frank ada.... ada...."

Clara membayangkan pacarnya yang manis dan lembut itu berada dalam tangan
kedua binatang buas ini. Mereka akan menyakitinya dan nalurinya mengatakan
bahwa Frank tidak akan bisa menanggung rasa sakit itu. Dia terlalu perasa.
Kalau saja dia menemukan jalan untuk menyelamatkannya, tentu pacarnya itu
akan berterima kasih padanya seumur hidup.

"Aku tak tahu."

Salvatore Fiore maju lagi dan Clara mendengar bunyi kakinya berderak patah,
bersamaan dengan rasa sakit yang tak terperikan. Dia jatuh ke lantai, tak mampu
berteriak karena mulutnya penuh darah.

Joseph Colel a berdiri di atasnya dan berkata dengan senang, "Kau barangkali
tak mengerti. Kami tidak akan membunuhmu. Kami hanya akan terus
mematahkan tulang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

belulangmu. Bila kami sudah selesai, kau akan tinggal seperti tahi kucing saja
nanti. Percaya atau tidak?"

Clara percaya. Frank Jackson tidak akan mau melihatnya lagi. Dia akan
kehilangan pacarnya itu gara-gara kedua bangsat ini. Tidak akan ada lagi impian
yang menjadi kenyataan, tidak akan ada perkawinan. Sekarang si Kecil yang
maju dengan pipa timahnya.

"Jangan, jangan," erang Clara. "Frank ada.... ada di penginapan Brookside di


Prospect Avenue. Dia....."

Dia pingsan.

Joseph pergi ke pesawat telepon lalu memutar suatu nomor.

Michael Moretti menjawab. "Ya?"


"Penginapan Brookside di Prospect Avenue. Kamikah yang harus
mendatanginya?"

"Jangan. Aku akan menemui kalian di sana. Jaga supaya dia tak pergi."

"Dia tidak akan ke mana-mana."

Pukul setengah tujuh.

Anak itu mulai bergerak lagi. Laki-laki itu memperhatikan anak itu membuka
matanya. Anak itu melihat kawat di pergelangan dan di kakinya, lalu
menengadah ke Frank Jackson, dan dia lalu teringat kembali.

Inilah laki-laki yang menjejalkan pil-pil itu ke kerongkongannya, lalu


menculiknya. Joshua tahu tentang penculikan-penculikan dari tv. Polisi akan
datang dan menyelamatkannya dan memasukkan laki-laki ini ke penjara.

Joshua sudah bertekad untuk tidak menunjukkan rasa takutnya, karena dia ingin
menceritakan pada ibunya betapa beraninya dia.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ibu saya akan datang membawa uang itu," Joshua meyakinkan laki-laki itu,
"jadi Anda tak perlu menyakiti saya."

Frank Jackson mendekati tempat tidur itu, lalu tersenyum pada anak itu. Benar-
benar cantik anak ini. Dia akan lebih suka membawa anak ini ke Kanada
daripada membawa Clara.

Frank Jackson melihat ke arlojinya dengan enggan. Sudah waktunya membenahi


barang-barangnya.

Anak itu mengangkat tangannya yang terikat, darahnya sudah membeku.

"Tolonglah, lepaskan ikatan ini," pintanya dengan sopan.

"Saya tidak akan lari."

Frank Jackson suka mendengar kesopanan anak ini

berbicara. Nyata bahwa dia anak yang punya aturan. Padahal anak-anak zaman
sekarang sama sekali tak tahu sopan santun. Mereka berlari saja berkeliaran di
jalan-jalan seperti binatang liar.

Frank Jackson masuk ke kamar mandi di mana dia telah meletakkan kembali
jerigen bensin supaya tidak mengotori permadani di ruang tamu. Dia bisa
membanggakan diri dalam memperhatikan soal-soal terperinci seperti itu.
Dibawanya jerigen itu ke kamar tidur lalu diletakkannya. Dia pergi ke sisi anak
itu, diangkatnya tubuh yang terikat itu lalu dibaringkannya di lantai. Kemudian
diambilnya tukul dan dua buah paku besar, lalu berlutut di sisi anak itu.

Joshua Parker memperhatikannya dengan mata lebar. "Apa yang akan Anda
lakukan dengan benda-benda itu?"

"Sesuatu yang akan membuatmu amat berbahagia.

Pernahkah kau mendengar tentang Jesus Kristus?"

Joshua mengangguk. "Tahukah kau bagaimana dia mati?"

"Disalib."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagus. Kau anak cerdas. Kita tak punya salib sekarang,

jadi kita harus melakukannya dengan apa yang ada."

Mata anak itu mulai membayangkan ketakutan amat

sangat.

Frank Jackson berkata, "Tak ada yang perlu ditakutkan.

Jesus pun tak takut. Kau tak boleh takut."

"Saya tak ingin menjadi Jesus," bisik Joshua. "Saya mau

pulang."

"Aku akan mengirimmu pulang." Frank Jackson berjanji.


"Kau akan kukirim pulang kepada Jesus."

Frank Jackson mengeluarkan sehelai sapu tangan dari saku

belakang celananya, lalu mendekatkannya ke mulut anak itu.

Joshua mempertautkan giginya kuat-kuat.

"Jangan membuatku marah."

Frank Jackson menekankan ibu jari dan telunjuknya di pipi

Joshua, memaksanya membuka mulut. Sapu tangan tadi

disumpalkan ke dalam mulutnya lalu melekatkan sepotong

plester untuk menahan sapu tangan itu. Joshua menegangkan

tangannya yang terikat kawat, dan tangan itu mulai berdarah

lagi. Frank Jackson mengelus luka yang terbuka lagi itu.

"Ini darah Kristus," katanya dengan lembut.

Diangkatnya salah satu tangan anak itu, dibalikkannya lalu

diletakkannya di lantai. Kemudian diambilnya sebuah paku.

Dengan sebelah tangannya ditempelkannya paku itu ke

telapak tangan Joshua, sedang yang sebelah lagi mengambil

tukul. Lalu paku tadi ditukulkannya ke lantai menembusi

tangan anak ilu.

Pukul tujuh lewat seperempat pagi.

Mobil mewah Michael Moretti yang berwarna hitam, tertahan di Jalan Ekspres
Brooklyn Queens, oleh sebuah truk pembawa sayuran yang telah menumpahkan
muatannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hingga berserakan di jalan. Hal itu menyebabkan lalu lintas macet.

"Ambil jalan yang di sebelah sana dan lewati mobil itu,"

perintah Michael Moretti pada Nick Vito.

"Ada mobil polisi di depan, Mike."

“Pergi datangi mobil itu dan katakan pada siapa saja yang sedang bertugas
bahwa aku akan berbicara dengannya."

"Baik, Bos."

Nick Vito keluar dari mobil lalu berjalan bergegas ke mobil patroli jalan itu.
Beberapa saat kemudian dia kembali dengan seorang sersan polisi. Michael
Morreti menurunkan kaca pintu mobil itu lalu mengulurkan tangannya. Tangan
itu berisi lima lembar uang bernilai seratus dolar.

"Saya harus cepat-cepat, Saudara."

Dua menit kemudian, mobil polisi itu, dengan lampu merah yang menyala,
menuntun mobil mewah itu melewati

kekacauan di jalan. Setelah mereka bebas dari kemacetan lalu lintas, sersan tadi
keluar dari mobil polisi dan berjalan ke arah mobil Michael Moretti.

"Perlukah saya menuntun mobil Anda ke sebuah tempat, Tuan Moretti?"

"Tidak, terima kasih," kata Michael. "Jumpai saya hari Senin." Pada Nick Vito
dia berkata, "Jalan terus!"

Pukul setengah delapan pagi.

Lampu neon di depannya menerangi papan nama yang bertulisan:

PENGINAPAN BROOKSIDE

SINGLE -DOUBLE
SEWA HARIAN ATAU MINGGUAN

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

PELAYANAN MEMUASKAN

Joseph Colel a dan Salvatore Fiore duduk dalam mobil mereka yang diparkir di
seberang bungalow nomor tujuh.

Beberapa menit sebelumnya, mereka telah mendengar bunyi tukul dari dalam,
jadi mereka tahu bahwa Frank Jackson masih ada di situ.

Seharusnya kita melompat saja dan membunuhnya secara mendadak, pikir Fiore.
Tapi instruksi Michael Moretti berbunyi lain.

Mereka duduk bersandar menunggu.

Pukul delapan kurang seperempat pagi.

Di dalam bungalow nomor tujuh, Frank Jackson sedang melakukan persiapan-


persiapannya yang terakhir. Anak lakilaki itu telah mengecewakannya. Dia telah
pingsan. Semula Jackson ingin menunggu sampai Joshua sadar kembali,
sebelum memukulkan paku-paku berikutnya, tapi dia sudah terlambat.
Diangkatnya jerigen bensin, lalu dipercikkannya bensin ke tubuh anak itu
dengan berhati-hati, jangan sampai mengenai muka yang bagus itu. Dia sempat
membayangkan tubuh di bawah piama itu dan ingin supaya dia masih sempat
untuk.... ah, tidak, itu bodoh sekali. Setiap saat Clara mungkin tiba. Dia sudah
harus siap berangkat bila perempuan itu tiba.

Dia merogoh sakunya, mengeluarkan kotak korek api lalu diletakkannya dengan
rapi di sebelah jerigen bensin, tukul, dan paku-paku. Orang-orang selalu tidak
memikirkan betapa pentingnya kerapian.

Frank Jackson melihat ke arlojinya lagi dan berpikir apa gerangan yang
menghambat Clara.

Pukul delapan kurang sepuluh menit pagi.

Di luar bungalow nomor tujuh, mobil hitam mewah berhenti mendadak hingga
tergelincir, dan Michael Moretti melompat Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

ke luar. Kedua laki-laki dalam mobil yang pertama mengikutinya.

Joseph Colel a menunjuk ke bungalow nomor tujuh. "Dia ada di dalam situ."

"Bagaimana dengan anak itu?"

Orang yang besar itu mengangkat bahunya. “Entah ya.

Gorden-gordennya tertutup semua."

"Apakah kami harus masuk dan mengambilnya sekarang?"

tanya Salvatore Fiore.

"Tinggal di sini."

Kedua laki-laki itu melihat padanya dengan terkejut. Dia adalah pemimpin
tertinggi. Dia punya anak buah yang bisa mengambil langkah-langkah untuknya
sementara dia duduk bersandar dengan aman. Tapi sekarang dia masuk sendiri.
Itu salah.

"Bos, Sal dan aku bisa...” kata Joseph Colel a.

Tapi Michael Moretti sudah berjalan menuju ke pintu bungalow nomor tujuh,
sambil memegang sebuah pistol yang dipasang alat peredam. Dia berhenti
sebentar untuk mendengarkan, lalu mundur dan menendang dengan suatu
tendangan yang kuat sekali hingga pintu terbuka.

Dalam satu detik yang menegangkan, Moretti melihat suasana di dalam: laki-laki
berjenggot itu sedang berlutut di dekat anak kecil itu — tangan anak itu terpaku
di lantai, sedang kamar itu berbau bensin. Laki-laki berjenggot itu menoleh ke
pintu dan menatap Moretti. Kata-kata terakhir yang terucapkan olehnya adalah,
"Rupanya bukan Cla...."

Peluru Moretti yang pertama mengenai tengah-tengah dahinya. Pelurunya yang


kedua menghancurkan

tenggorokannya, dan pelurunya yang ketiga menembusi Tiraikasih Website


http://kangzusi.com/

jantungnya. Tapi waktu itu dia sudah tidak merasakan apaapa lagi.

Michael Moretti pergi ke pintu lalu melambai kedua laki-laki yang masih
menunggu di luar. Mereka bergegas masuk ke pondok itu. Michael berlutut di
dekat anak itu dan memegang nadinya. Nadi itu terasa lemah dan tak teratur, tapi
anak itu masih hidup. Michael menoleh pada Joseph Colel a. "Telepon Dokter
Prone. Katakan kita sedangi dalam perjalanan ke rumahnya."

Pukul setengah sepuluh pagi. Pada saat telepon berdering, Jennifer cepat-cepat
mengangkat gagangnya dan

menggenggamnya erat-erat. "Halo."

Terdengar suara Michael Moretti berkata, "Aku akan mengantarkan anakmu


pulang."

Joshua mulai sadar dari tidurnya. Jennifer membungkuk, merangkulnya, dan


mendekapnya dengan lembut. Waktu Michael menggendongnya masuk ke
rumah, dia masih tidur.

Waktu Jennifer melihat tubuh Joshua yang tak sadar, pergelangan dan mata
kakinya dibalut tebal, dan tubuhnya terbungkus kain kasa, Jennifer hampir-
hampir akan gila.

Michael juga membawa dokter, dan orang tua itu

menghabiskan setengah jam untuk meyakinkan Jennifer bahwa Joshua akan


sembuh kembali.

"Tangannya akan sembuh," kata dokter meyakinkannya.

"Hanya akan tinggal bekas luka yang kecil saja, untungnya tak ada syaraf atau
serat-serat yang rusak. Luka-luka bekas bensinnya hanya merupakan lecet saja.
Tubuhnya sudah saya mandikan dengan air mineral. Dalam beberapa hari ini
saya akan datang untuk memeriksanya terus. Percayalah, dia tidak akan apa-
apa."

Sebelum dokter itu pergi, Jennifer memintanya untuk mengobati Nyonya


Mackey.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Joshua telah ditidurkan lagi dan Jennifer tetap menunggu di sisinya,


menungguinya untuk menenangkannya bila dia terjaga. Anak itu bergerak, lalu
matanya terbuka.

Waktu dia melihat ibunya, dia berkata dengan letih, "Aku sudah yakin Mama
akan datang. Sudahkah Mama memberi laki-laki itu uang tebusannya?"

Jennifer hanya mengangguk, dia tak sanggup berbicara.

Joshua tersenyum, "Mudah-mudahan dia membeli permen terlalu banyak dengan


uang itu lalu sakit perut. Jadi lucu, kan?"

"Lucu sekali, Sayang," bisik Jennifer. "Tahukah kau apa yang akan kita lakukan
berdua minggu depan? Aku akan membawamu ke....."

Joshua tidur lagi.

Berjam-jam kemudian, Jennifer baru kembali ke ruang tamu. Dia terkejut


melihat Michael Moretti masih ada di situ.

Mau tak mau dia teringat akan pertemuannya yang pertama dengan Adam
Warner waktu laki-laki itu juga menunggunya di apartemen Jennifer yang kecil
dulu.

"Michael...." Kata-kata rasanya tak mau keluar. "A.... aku tak bisa mengatakan
be.... betapa besar rasa terima kasihku."

Michael memandangnya, lalu mengangguk.

Jennifer memaksa dirinya bertanya. "Lalu... lalu Frank Jackson?"

"Dia tidak akan mengganggu siapa-siapa lagi."

Jadi semuanya sudah berlalu. Joshua sudah selamat. Tak ada satu pun lagi yang
ada artinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Jennifer melihat pada Michael Moretti dan berpikir, Banyak sekali hutang
budiku padamu. Bagaimana aku bisa

membalasnya?

Michael memperhatikannya, diliputi kesunyian.

BAGIAN II

37

Dalam keadaan tanpa busana, Jennifer berdiri menatap ke luar jendela yang
besar, dari mana dia dapat melihat Teluk Tangier. Hari itu hari yang indah dalam
musim gugur, udaranya dingin, dan di teluk itu tampak banyak sekali layar-layar
putih, bagaikan burung air, dan kapal-kapal motor yang menderu-deru bunyinya.
Lima atau enam buah kapal pesiar sedang berlabuh di pelabuhan. Jennifer
merasakan kehadiran Michael, lalu berbalik.

"Kau suka pemandangan itu?"

"Suka."

Michael memandangi tubuh Jennifer. "Aku juga suka."

Tangannya merayap ke payudara Jennifer, lalu mengelusnya.

"Mari kita kembali ke tempat tidur.".

Jennifer menggigil oleh sentuhannya. Michael menuntut sesuatu yang tak pernah
diminta oleh laki-laki lain mana pun juga, dan Michael melakukan apa-apa yang
tak pernah diperbuat orang atas dirinya sebelumnya.

"Ya, Michael."

Mereka berjalan kembali ke kamar tidur, dan di sana, sesaat lamanya, Jennifer
terkenang akan Adam Warner. Tapi kemudian dia lupa segala-galanya, kecuali
apa yang sedang terjadi atas dirinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer tak pernah mengenal laki-laki seperti Michael Moretti. Laki-laki itu tak
pernah puas. Tubuhnya tegap, langsing, dan keras, dan tubuh itu menyatu
dengan tubuh Jennifer, membawanya ke dalam hasratnya yang berapi-api,
membawa serta ke puncak gelombang napsu yang memukul berulang-ulang kali
hingga ingin rasanya dia menjerit karena kesenangan yang meluap-luap. Bila
mereka sudah selesai bermain cinta, dan Jennifer terbaring keletihan, Michael
memulai lagi permainannya. Dan Jennifer terbawa lagi olehnya ke dalam gairah
yang rasanya tak tertanggungkan.

Kini Michael berbaring di sampingnya, menatap

wajahnya yang merah karena bahagia. "Kau suka kan, Sayang?"

"Ya."

Ada terkandung rasa malu dalam jawaban itu, malu karena dia amat
membutuhkannya, membutuhkan permainan cintanya.

Jennifer terkenang yang pertama kali.

Waktu itu adalah pagi hari waktu Michael Moretti membawa Joshua pulang
dengan selamat. Jennifer sudah tahu bahwa Frank Jackson sudah mati, dan
bahwa Michael Moretti-lah yang membunuhnya. Laki-laki yang berdiri di
hadapannya ini telah menyelamatkan anaknya untuknya, telah membunuh orang
demi dia. Hal itulah yang membuat Jennifer pertama kalinya mempunyai
perasaan yang mendalam.

"Bagaimana aku bisa menyatakan rasa terima

kasihku?" tanya Jennifer.

Michael Moretti lalu berjalan mendekatinya, mendekapnya, dan menciumnya.


Karena rasa setianya, terhadap Adam, Jennifer berpura-pura sendiri bahwa itu
hanya akan berakhir dengan ciuman itu saja; tapi sebaliknya, itulah merupakan
awalnya. Dia tahu apa dan siapa Michael Moretti itu, namun yang penting
sekarang adalah apa yang telah dilakukannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer tak mau berpikir dan membiarkan emosinya menguasai dirinya.


Mereka lalu naik ke lantai atas, ke kamar tidur Jennifer, dan Jennifer mengatakan
pada dirinya sendiri, bahwa dia sedang membayar budi yang telah diberikan
Michael padanya. Mereka lalu ke tempat tidur, dan terjadilah pengalaman yang
jauh daripada yang pernah di mpikan Jennifer.

Adam Warner sudah bermain cinta juga dengannya, tapi Michael Moretti
memilikinya seluruhnya. Setiap jengkal dari tubuhnya dipenuhi Michael dengan
sensasi yang sempurna.

Michael seolah-olah bermain cinta dalam warna-warni yang cemerlang


menyilaukan, dan warna-warni itu berganti-ganti terus dari suatu saat ke saat
yang lain, hingga merupakan kaleidoskop yang indah. Suatu saat dia bermain
cinta dengan lembut, penuh perasaan, dan saat berikutnya dia bengis,
menghantam, dan menuntut, dan perubahan-perubahan itu membuat Jennifer
tergila-gila. Dia menghentikan

permainannya, membuat Jennifer penasaran, menjadikan Jennifer


menginginkannya lagi, dan bila Jennifer sudah hampir mencapai kepuasannya,
dia berhenti.

Hingga Jennifer tak dapat menahan lagi dan meminta,

"Lagi Michael! Ulangi!"

Dan mulailah Michael menghantamnya lagi sampai

Jennifer menjerit kesenangan. Dia bukan lagi wanita yang membalas budi. Dia
telah menjadi budak terhadap sesuatu yang tak dikenal sebelumnya. Empat jam
lamanya Michael menggaulinya, dan waktu laki-laki itu pergi, Jennifer tahu
bahwa hidupnya sudah berubah.

Jennifer berbaring di tempat tidurnya memikirkan apa yang telah terjadi,


mencoba memahaminya.

Bagaimana dia bisa begitu mencintai Adam dan masih juga begitu terpesona
oleh Michael Moretti? Thomas Aquinas telah mengatakan bahwa kalau kita
memasuki jantung kejahatan,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


kita tidak akan menemukan apa-apa lagi di sana. Jennifer ingin tahu apakah
demikian pula halnya dengan cinta. Dia menyadari bahwa apa yang telah
dilakukannya antara lain disebabkan oleh kesepian yang amat sangat. Dia telah
terlalu lama dalam bayangan khayal, seorang laki-laki yang tak bisa dilihatnya
maupun dimilikinya, namun dia tahu bahwa dia akan selalu mencintai Adam.
Atau apakah itu sekedar suatu kenangan dari cinta itu?

Jennifer tak yakin akan perasaannya terhadap Michael.

Rasa terima kasih, ya. Tapi itu hanya sebagian kecil saja. Ada yang lebih dari itu.
Yang jauh lebih besar. Dia tahu apa dan siapa Michael Moretti itu. Michael telah
membunuh demi dia, itu memang benar, tapi dia pun telah membunuh untuk
orang dan kepentingan-kepentingan lain pula. Dia telah membunuh orang-orang,
demi uang, kekuasaan, demi rasa dendam.

Mengapa dia sampai bisa mempunyai perasaan seperti ini terhadap laki-laki
seperti itu? Mengapa dia sampai bisa membiarkan laki-laki itu bermain cinta
dengan dirinya dan mempunyai hasrat berapi-api pula terhadapnya? Dia dilanda
rasa malu dan dia berpikir, Orang macam apa aku ini?

Dia tidak menemukan jawabnya.

Surat-surat kabar petang melaporkan adanya kebakaran di sebuah penginapan di


Queens. Dalam reruntuhannya ditemukan kerangka seseorang yang tak dikenal.
Dicurigai adanya pembakaran dengan sengaja.

Setelah Joshua kembali, Jennifer telah berusaha untuk membuat segala-galanya


senormal mungkin baginya, takut kalau-kalau bekas kejadian malam itu akan
menyiksa batinnya. Setelah Joshua bangun, Jennifer menyiapkan makanan
untuknya dan membawakannya ke tempat tidur.

Makanan yang dibawakannya itu tak masuk akal, merupakan campuran dari
bermacam makanan kesukaan Joshua: roti Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

dengan sosis, sandwich dengan mentega kacang, dan bir dari akar-akaran.

"Seharusnya Mama melihat orang itu," kisah Joshua sambil makan. "Dia gila!"
Diangkatnya tangannya yang berbalut.
"Menurut Mama, apakah dia benar-benar menyangka aku ini Jesus Kristus?"

Jennifer menahan tubuhnya supaya tak menggigil. "En....

entahlah, Sayang."

"Mengapa orang sampai mau membunuh orang lain, ya?"

"Yah...." Maka pikiran Jennifer kembali melayang pada Michael Moretti.


Apakah dia berhak untuk menilai laki-laki itu?

Dia tak tahu tekanan-tekanan mengerikan apa yang mendasari hidup orang itu,
yang telah menjadikan dia sebagaimana adanya sekarang. Dia harus tahu lebih
banyak tentang laki-laki itu, mencari tahu dan memahaminya.

"Apakah aku harus ke sekolah besok?" tanya Joshua.

Jennifer mendekap anaknya itu. "Tak usah, Sayang. Kita berdua akan tinggal di
rumah dan membolos sepanjang minggu. Kita...."

Telepon berdering.

Michael yang berbicara. "Bagaimana Joshua?"

"Dia baik-baik.... terima kasih."

"Dan bagaimana perasaanmu?" Jennifer merasa kerongkongannya tersekat


karena malu. "Aku.... a.... aku baik-baik juga."

Michael tertawa kecil. "Bagus. Aku akan menemuimu untuk makan siang besok.
Di Restoran Donato Mulberry Street. Pukul setengah satu."

Jennifer mengulangi kata-kata itu dan dia tak bisa melangkah surut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pelayan kepala Restoran Donato kenal pada Michael, dan mereka menyiapkan
meja yang terbaik untuknya. Banyak orang yang mampir ke meja mereka untuk
memberi salam, dan Jennifer lagi-lagi terheran-heran melihat bagaimana orang-
orang menghormatinya. Aneh sekali, karena Michael Moretti mengingatkannya
pada Adam Warner, kedua laki-laki itu adalah orang-orang yang punya
kekuasaan, masing-masing dalam bidangnya sendiri.

Jennifer bertanya pada Michael tentang latar belakangnya, karena ingin, tahu
bagaimana dan mengapa dia sampai terperangkap dalam kehidupan yang
dijalaninya sekarang.

Michael cepat-cepat menyela, "Apakah kausangka aku termasuk di sini karena


keluargaku atau karena seseorang menekanku?"

"Ya.... tentu, Michael."

Michael tertawa. "Aku telah berusaha mati-matian untuk mencapai kedudukanku


yang sekarang ini. Aku menyukainya.

Aku suka uangnya. Aku suka kekuasaannya. Aku ini raja, Sayang, dan aku suka
menjadi raja."

Jennifer memandanginya, mencoba untuk memahaminya.

"Tapi kau tak mungkin suka...."

"Dengarkan!" Dia yang semula banyak berdiam diri, kini mencurahkan kata-
katanya, mencurahkan kalimat-kalimat dan rahasia hatinya, mencurahkan
segala-galanya, seolah-olah semuanya itu sudah tersimpan dalam dirinya selama
bertahun-tahun, menunggu sampai seseorang datang untuk mendengarkannya.
"Ayahku bolehlah disebut botol Coca-Cola."

"Botol Coca-Cola?"

"Benar. Ada bermilyar-milyar orang seperti dia di dunia ini, dan kita tak dapat
membedakan yang seorang dari yang lain.

Dia seorang tukang sepatu. Dia bekerja membanting tulang Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

sekedar cukup memberi kami makan. Kami tak punya apaapa.

Hidup miskin itu hanya bagus bunyinya dalam buku-buku saja.

Dalam kehidupan sebenarnya, itu berarti kamar-kamar yang berbau busuk


karena tikus dan kecoa, dan makanan tak enak yang membuat kita tak pernah
kenyang. Waktu aku masih kecil aku mengerjakan apa saja untuk mendapatkan
uang. Aku menjadi anak suruhan orang-orang besar, aku mengantarkan kopi dan
cerutu pada mereka, aku mencarikan mereka pelacur

— apa saja asal bisa hidup terus. Lalu pada suatu musim panas, aku pergi ke
Mexico City. Aku tak punya uang, tak punya apa-apa. Celanaku robek. Pada
suatu malam seorang gadis mengajakku menghadiri suatu perjamuan makan
besar di sebuah restoran besar. Sebagai makanan penutup disuguhkan semacam
kue khusus Meksiko dengan sebuah boneka keramik di tengah-tengahnya.
Seseorang dalam perjamuan itu menjelaskan bahwa menurut kebiasaannya,
barang siapa mendapatkan boneka keramik itu, dialah yang harus membayar
biaya perjamuan itu. Aku yang mendapatkan boneka itu." Dia berhenti sebentar.
"Boneka itu kutelan."

Jennifer menggenggam tangan Michael. "Michael, banyak orang yang hidup


miskin dan...."

"Jangan bandingkan aku dengan orang lain." Nada bicaranya keras dan tak kenal
kompromi. "Aku adalah aku.

Aku tahu siapa diriku, Manis. Aku ingin tahu apakah kau tahu siapa dirimu itu."

"Kurasa aku tahu."

"Mengapa kau mau bermain cinta denganku?"

Jennifer bimbang. "Yah, a.... aku berterima kasih padamu, dan...."

"Omong kosong! Kau menginginkan aku."

"Michael, aku...."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tak perlu membeli perempuan. Tidak dengan uang, tidak pula dengan rasa
terima kasih."

Jennifer harus mengakui sendiri bahwa Michael memang benar. Dia memang
menginginkan Michael, sebagaimana Michael mengingini dirinya. Tapi, pikir
Jennifer, laki-laki ini pernah mencoba dengan sengaja menghancurkan diriku.

Bagaimana mungkin aku melupakan hal itu?

Michael membungkuk ke arah Jennifer dan menggenggam telapak tangannya.


Perlahan-lahan dibelainya setiap jari, tanpa melepaskan pandangannya dari
Jennifer. "Jangan permainkan aku. Jangan pernah coba, Jennifer."

Jennifer merasa tak berdaya. Apa pun yang terjadi di antara mereka berdua,
menghapuskan masa lalu itu.

Waktu mereka sedang makan makanan penutiip, Michael berkata, "Ngomong-


ngomong, ada perkara untukmu."

Jennifer merasa seolah-olah mukanya ditampar.

Dia menatap Michael. "Perkara apa?"

"Salah seorang anak buahku, Vasco Gambutti, tertangkap karena membunuh


seorang polisi. Kuminta kau

membelanya."

Jennifer merasa dirinya disakiti, dan marah karena Michael mencoba


memanfaatkan dirinya.

"Maaf, Michael," katanya datar. "Sudah kukatakan sebelumnya. Aku tak mau
terlibat dengan.... dengan....

teman-temanmu."

Michael tersenyum malas padanya. "Pernahkah kau mendengar tentang anak


singa kecil dari Afrika? Dia meninggalkan induknya pergi ke sungai untuk
minum, lalu seekor gorila memukulnya sampai jatuh. Sedang dia mencoba
berdiri, seekor macan tutul menyikutnya. Kemudian serombongan gajah datang
dan hampir saja menginjak-injaknya sampai mati. Anak singa itu kembali ke
sarangnya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penuh ketakutan dan berkata, 'Tahukah, Mama.... belantara di luar sana itu benar-
benar kejam!."
Lama mereka diam. Dunia memang merupakan belantara yang kejam, pikir
Jennifer, tapi selama ini dia selalu berdiri di tepinya, di luar belantara itu, bebas
melepaskan dirinya bila di ngininya. Dia telah membuat peraturan-peraturan,
dan klien-kliennya menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan itu.

Tapi kini Michael Moretti telah mengubah semuanya itu. Ini merupakan
belantara Michael. Jennifer merasa takut, takut terperangkap ke dalamnya.
Namun, bila di ngatnya apa yang telah dilakukan Michael bagi dirinya, dia
memutuskan bahwa apa yang dimintanya itu hanya soal yang kecil.

Dia bersedia membantu Michael sekali ini saja. "Kita akan menangani perkara
Vasco Gambutti," kata Jennifer memberi tahu Ken Bailey.

Ken melihat pada Jennifer dengan rasa tak percaya. "Dia seorang mafia! Salah
seorang tukang pukul Michael Moretti.

Itu bukan jenis klien vang biasa kita terima."

"Yang ini kita terima."

"Jennifer, kita tak bisa sampai terlibat dalam gerombolan itu."

"Gambutti berhak diadili dalam sidang yang adil, seperti semua orang." Kata-
kata itu terdengar hampa, bahkan bagi telinganya sendiri.

"Aku tak bisa membiarkan kau...."

"Selama ini masih kantorku, akulah yang membuat keputusan-keputusan."


Jennifer melihat rasa terkejut dan tersinggung di mata Ken.

Ken mengangguk, lalu berbalik berjalan ke luar kantor itu.

Ingin Jennifer memanggilnya kembali dan mencoba

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjelaskan. Tapi bagaimana mungkin? Dia tak yakin apakah dia bisa
menjelaskannya pada dirinya sendiri.

Waktu Jennifer pertama kali bertemu dengan Vasco Gambutti, dia mencoba
menganggap laki-laki itu sebagai seorang klien biasa. Dia sudah biasa
menangani klien yang telah dituduh karena pembunuhan, tapi bagaimanapun
juga, yang ini lain. Laki-laki ini adalah seorang anggota dari suatu jaringan yang
luas suatu organisasi kejahatan, suatu komplotan yang menghisap entah berapa
milyar dolar dari negara, suatu komplotan kejam yang tak segan membunuh bila
perlu, untuk melindungi diri sendiri.

Tuduhan terhadap Gambutti berat sekali. Dia tertangkap waktu sedang


merampok sebuah toko yang menjual bulu binatang, lalu membunuh seorang
polisi yang sedang tak tugas, yang mencoba mencegahnya. Surat-surat kabar
pagi memberitakan bahwa Jennifer Parker yang akan menjadi ahli hukum
pembelanya.

Hakim Lawrence Waldman menelepon, "Benarkah berita itu, Jennie?"

Jennifer langsung tahu apa maksudnya. "Benar, Lawrence."

Diam sebentar. "Aku heran. Kau tentu tahu siapa dia."

"Ya, aku tahu."

"Kau memasuki wilayah berbahaya."

"Tidak. Aku hanya membantu seorang teman."

"Begitukah? Berhati-hatilah."

"Baiklah." Jennifer berjanji.

Kemudian Jennifer baru menyadari bahwa hakim itu tidak menyebut-nyebut


tentang makan bersama lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah meneliti bahan-bahan yang telah dikumpulkan oleh stafnya, Jennifer


memutuskan bahwa perkara itu tak bisa dibela.

Vasco Gambutti telah tertangkap basah dalam suatu pembunuhan dan


perampokan, dan sama sekali tak ada hal-hal yang meringankan. Selanjutnya,
bila korbannya adalah seorang polisi, maka pikiran para anggota juri selalu
dipengaruhi oleh emosi yang kuat.

Dia memanggil Ken Bailey ke kantornya untuk memberinya instruksi.

Ken tidak mengatakan apa-apa, tapi Jennifer merasakan keengganannya dan dia
merasa sedih. Jennifer berjanji pada dirinya sendiri bahwa sekali ini sajalah dia
mau bekerja untuk Michael.

Telepon pribadinya berdering dan Jennifer mengangkat gagangnya. Michael


berkata, "Halo, Sayang. Aku menginginkan kau. Temui aku setengah jam lagi."

Jennifer terduduk diam, mendengarkan, dia sudah

merasakan lengan Michael yang memeluknya, tubuh Michael yang


menghimpitnya.

"Aku akan datang," kata Jennifer.

Maka lupalah dia akan janji pada dirinya sendiri.

Sidang perkara Gambutti berlangsung selama sepuluh hari.

Pers mengerahkan tenaga untuk menghadirinya, ingin menonton Jaksa Di Silva


dan Jennifer Parker dalam suatu pertarungan terbuka lagi. Di Silva telah
membuat persiapannya dengan cermat sekali, dan dengan sengaja dia tidak
membesar-besarkan tuduhannya, dibiarkannya para anggota juri menafsirkan
sendiri bahan-bahan pemikiran yang diajukannya dan mengembangkannya
sendiri, menimbulkan rasa takut dalam pikiran mereka, rasa takut yang lebih
besar daripada yang dilukiskannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer duduk diam-diam selama pembacaan tuduhan itu, jarang dia berdiri
untuk menyatakan keberatannya.

Pada hari terakhir sidang itu, dia mengambil langkah. Ada peraturan dalam
hukum bahwa bila pembelaan terhadap seseorang lemah, maka pembela harus
mengajukan lawannya ke sidang. Karena Jennifer tak ada bahan pembelaan
untuk Vasco Gambutti, maka dia memutuskan untuk mengajukan Scott Norman,
anggota polisi yang terbunuh, ke sidang. Ken Bailey telah menggali segala
sesuatu yang perlu diketahui tentang Scott Norman. Tingkah lakunya kurang
baik, tapi sebelum Jennifer selesai, dia telah membuatnya sepuluh kali lebih
buruk daripada yang sebenarnya. Norman sudah dua puluh tahun dalam
angkatan kepolisian, dan selama masa itu tiga kali dia diskors atas tuduhan
melakukan kekerasan yang tak perlu. Dia telah menembak dan hampir
membunuh seorang terdakwa yang tak bersenjata, dia telah memukul seorang
pemabuk di sebuah bar dan seseorang sampai perlu diangkut ke rumah sakit
gara-gara dia, hanya karena orang itu terlibat dalam perkelahian dalam rumah
tangganya sendiri.

Meskipun kejadian-kejadian itu telah terjadi dalam masa dua puluh tahun itu,
Jennifer telah membuatnya seolah-olah almarhum telah melakukan serangkaian
perbuatan yang menjijikkan tanpa-henti-hentinya. Jennifer telah mengajukan
sejumlah saksi di mimbar untuk memberikan kesaksian yang memberatkan
perwira polisi yang meninggal itu, dan Robert Di Silva sama sekali tak dapat
berbuat apa-apa.

Dalam kesimpulannya, Di Silva berkata, "Ingat, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya


anggota juri, bahwa Perwira Scott Norman bukanlah orang yang harus diadili di
sini. Perwira Scott Norman adalah yang menjadi korban. Dia dibunuh oleh
tertuduh Gambutti," sambil menunjuk orang itu.

Tapi Jaksa Di Silva menyadari sejak semula bahwa kata-katanya itu tak ada
gunanya. Jennifer telah membuat Perwira Scott Norman jadi manusia yang sama
jahatnya dengan Vasco Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gambutti. Dia bukan lagi anggota polisi yang agung, yang mengorbankan
hidupnya dalam mencegah kejahatan. Jennifer Parker telah merusak citra diri
polisi itu hingga si korban menjadi tidak lebih baik daripada si pembunuh yang
dituduh.

Juri kembali dengan keputusan tidak bersalah atas tuduhan pembunuhan tingkat
pertama, melainkan menuduh Vasco Gambutti dengan pembunuhan biasa. Itu
merupakan

kekalahan besar bagi Di Silva, dan media massa cepat memberitakan satu lagi
kemenangan bagi Jennifer Parker.

"Pakai bajumu yang sifon. Ini harus kita rayakan," kata Michael pada Jennifer.
Mereka makan malam di restoran seafood di Vil age.

Pemilik restoran mengirim sebotol sampanye yang istimewa.

Michael dan Jennifer minum demi keselamatan.

"Aku puas sekali."

Karena diucapkan oleh Michael, itu merupakan

penghargaan besar.

Michael meletakkan sebuah kotak kecil yang di bungkus dengan kertas berwarna
merah putih ke tangan Jennifer.

"Bukalah."

Michael memperhatikan waktu Jennifer melepaskan ikatan benang emas


kemudian membuka tutup kotaknya. Dalam kotak itu terletak sebentuk cincin
bermata zamrud segi empat yang besar, dikelilingi berlian.

Jennifer memandangnya dengan terbelalak. Dia ingin menolak. "Aduh,


Michael!" Dan dia melihat pandangan kebanggaan bercampur senang di wajah
pria itu.

"Michael, apa yang harus kuperbuat dengan dirimu?"

Dan dalam hatinya ia berkata: Aduh, Jennifer, apa yang harus kuperbuat dengan
dirimu sendiri?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kauperlukan itu supaya sepadan dengan bajumu itu."

Michael memasukkan cincin itu ke jari manis tangan kiri Jennifer.

"A.... aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Aku....

terima kasih. Rupanya ini benar-benar suatu perayaan."

Michael tertawa. "Perayaan yang sebenarnya belum lagi dimulai. Ini baru
permainan pendahuluannya."

Mereka sedang berada dalam mobil mewah, dalam

perjalanan ke apartemen milik Michael di pinggiran kota.

Michael menekan sebuah tombol untuk menaikkan kaca yang memisahkan


bagian belakang mobil dari

pengemudinya.

Kami terkunci, terpisah dalam dunia kecil kami sendiri, pikir Jennifer. Adanya
Michael di dekatnya membuat hasratnya berkobar.

Jennifer menoleh melihat mata Michael yang hitam. Michael pun mendekatinya
dan mulai meraba paha Jennifer, dan tubuh Jennifer langsung terbakar.

Bibir Michael mencari bibir Jennifer dan tubuh mereka berhimpitan. Jennifer
merasakan kejantanan yang keras, dan dia lalu meluncur turun ke lantai mobil.
Dia mulai bermain cinta dengan Michael, membelai-belai Michael dan
mengecupinya hingga Michael mulai mengerang, dan Jennifer pun ikut
mengerang bersamanya, sambil mempercepat gerakan-gerakannya, hingga
dirasakannya Michael mencapai puncak kepuasannya. Perayaannya sudah
dimulai.

Kini Jennifer memikirkan masa lalu itu sambil berbaring di kamar hotel di
Tangier, dan mendengarkan Michael mandi. Dia telah merasa puas dan senang.
Satu-satunya yang

dirindukannya adalah anaknya. Dia telah merencanakan untuk sekali-sekali


membawa serta Joshua dalam perjalanannya, tapi nalurinya menyuruhnya
memisahkan Joshua jauh-jauh dari Michael Moretti. Joshua tak boleh sampai
tersentuh oleh bagian hidupnya yang itu. Jennifer merasakan seolah-olah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hidupnya terdiri dari serangkaian kotak-kotak: ada Adam, ada anaknya, ada pula
Michael Moretti. Dan masing-masing harus terpisah dari yang lain.

Michael keluar dari kamar mandi dengan hanya berkainkan handuk. Bulu-bulu
tubuhnya berkilat karena basah kena air.
Dia adalah binatang liar yang membangunkan hasrat.

"Berpakaianlah. Ada yang harus kita kerjakan."

39

Kejadiannya perlahan-lahan sekali hingga seolah-olah sama sekali tak terjadi.


Dimulai dengan Vasco Gambutti, dan tak lama setelah itu Michael meminta
Jennifer untuk menangani suatu perkara lain lagi, kemudian satu lagi, hingga
segera menjadi suatu rangkaian perkara yang tak berkesudahan.

Michael menelepon Jennifer dan berkata, "Aku butuh bantuanmu, Manis. Salah
seorang anak buahku menghadapi kesulitan."

Jennifer lalu teringat kata-kata Pater Ryan, Seorang temanku menghadapi


masalah kecil. Apakah ada

perbedaannya? Amerika telah menerima penyakit Godfather.

Jennifer membujuk dirinya sendiri dengan berkata bahwa apa yang dilakukannya
sekarang sama saja dengan yang dilakukannya selama ini. Sebenarnya perbedaan
itu ada —

bahkan suatu perbedaan besar.

Dia berada di tengah-tengah suatu organisasi dunia yang besar.

Michael mengajak Jennifer ke rumah pertanian di New Jersey. Di situlah


Jennifer pertama kali bertemu dengan Antonio Granel i, dan beberapa orang lain
dari organisasi itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada sebuah meja besar dalam dapur kuno itu ada Nick Vito, Arthur Scotto yang
diberi gelar Fat Artie, Salvatore Fiore, dan Joseph Colel a.

Waktu Jennifer dan Michael masuk, mereka berdiri di ambang pintu


mendengarkan Nick Vito sedang berkata, "...

seperti waktu aku sedang main di Atlanta. Tiba-tiba datang si pengganggu


keparat itu dan mencoba menyikutku sebab dia juga mau main."

"Kau kenal orangnya?" tanya Fat Artie Scotto.

"Buat apa tahu? Dia minta supaya lampu dinyalakan. Dia mencoba memelukku."

"Memelukmu?"

"Ya. Dia belum terlalu mabuk."

"Apa yang kaulakukan?"

"Eddy Fratel i dan aku membawanya ke sudut halaman dan menembaknya.


Peduli apa, biar bagaimanapun nasibnya memang sial."

"Hei, apa kabar si kecil Eddie?"

"Dia sedang mendekam di Penjara Lewisburg."

"Bagaimana dengan ceweknya. Hebat perempuan itu."

"Memang. Aku kepingin main dengan dia."

"Tapi dia masih setia pada Eddie. Entah apa sebabnya."

"Aku suka pada Eddie. Dia pemberani." Benar-benar percakapan orang-orang


gembel.

Michael tertawa melihat reaksi Jennifer mendengar percakapan itu, lalu berkata,
"Mari kuperkenalkan pada Papa."

Antonio Graneli merupakan suatu kejutan besar bagi Jennifer. Dia duduk di kursi
roda, seorang laki-laki yang lemah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekali, yang hanya seperti kerangka; sulit membayangkan bagaimana dia


dulunya.

Seorang wanita menarik, berambut coklat, dan

berperawakan sintal memasuki ruangan itu, Michael berkata pada Jennifer, "Ini
Rosa, istriku."
Selama ini, Jennifer takut menghadapi saat itu. Beberapa malam setelah Michael
meninggalkannya dengan rasa sangat puas, Jennifer berjuang melawan rasa
bersalah yang seakan-akan mempengaruhi dirinya. Aku tak mau menyakiti
seorang wanita lain. Aku mencuri. Aku harus menghentikan ini. Harus!

Tapi dia selalu kalah dalam pertempuran itu.

Rosa memandang Jennifer dengan mata yang bijaksana.

Dia pasti tahu, pikir Jennifer.

Mula-mula terasa kekakuan, lalu kemudian Rosa berkata perlahan, "Saya senang
bertemu Anda, Nyonya Parker.

Michael menceritakan betapa pintarya Anda."

Antonio Granel i menggeram. "Tak baik perempuan terlalu pintar. Sebaiknya


laki-laki saja yang berurusan dengan otak."

"Saya menganggap Nyonya Parker sebagai seorang lakilaki, Papa," kata Michael
dengan wajah polos.

Mereka makan malam di ruang makan kuno yang luas.

"Anda duduk di sebelah saya," perintah Antonio Granel i pada Jennifer.

Michael duduk di sebelah Rosa. Thomas Colfax, pengacara perusahaan, duduk


berseberangan dengan Jennifer, dan Jennifer bisa merasakan sikap bermusuhan
dari laki-laki itu.

Makanannya sempurna. Kebanyakan makanan Italia: mula-mula dihidangkan


makanan besar yang disebut antipasto, kemudian menyusul pasta fagioli. Ada
slada kacang yang dicampur dengan jamur, daging piccata, linguini, dan ayam
goreng. Lauk-pauk berdatangan bagaikan tak ada hentinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak kelihatan pembantu di rumah itu, dan Rosa tak henti-hentinya berdiri,
duduk, dan melapangkan meja untuk kemudian membawa lauk baru lagi dari
dapur.
"Anakku, Rosa ini, pandai sekali memasak," kata Antonio Granel i pada
Jennifer. "Hampir sama pandainya dengan ibunya, kan Mike?"

"Ya," sahut Michael dengan sopan.

"Rosa juga seorang istri yang baik sekali," Antonio Granel i melanjutkan, dan
Jennifer ingin tahu apakah itu suatu pernyataan sepintas saja, ataukah suatu
peringatan.

"Kau tidak menghabiskan dagingmu," kata Michael

"Tak pernah aku makan sebanyak ini, seumur hidupku,"

bantah Jennifer.

Padahal acara makan itu belum selesai.

Dihidangkan semangkuk buah-buahan segar dan sepiring ceper keju, kemudian


es krim dengan saus coklat panas. Dan kemudian permen, mulai yang manis
sampai yang pedas.

Jennifer tak habis pikir bagaimana Michael bisa menjaga berat badannya.

Percakapannya ringan dan menyenangkan, dan bisa saja terjadi di rumah mana
pun di antara seribu keluarga Italia, dan Jennifer merasa sulit percaya bahwa
keluarga itu lain dari keluarga-keluarga lain.

Sampai Antonio Granel i bertanya, "Adakah sesuatu yang Anda ketahui tentang
Unione Sicil iana?"

"Tidak," jawab Jennifer.

"Baiknya saya ceritakan itu pada Anda, Nyonya."

"Pa, namanya Jennifer."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Itu bukan nama Itali, Mike. Terlalu sulit bagiku untuk mengingatnya. Kau
kupanggil Nyonya saja, ya? Boleh?"
"Boleh," sahut Jennifer.

"Unione Sicil iana itu dimulai di Sicilia untuk melindungi orang-orang miskin
terhadap ketidakadilan. Kau tahu, orang-orang yang berkuasa merampok orang-
orang yang miskin. Orang-orang miskin tak punya apa-apa — tak punya uang,
tak ada pekerjaan, tidak mendapatkan keadilan. Maka dibentuklah Unione itu.
Bila terjadi ketidakadilan, orang mendatangi anggota-anggota persekutuan
rahasia itu dan dendam mereka pun terbalas. Unione segera menjadi lebih kuat
daripada hukum, karena dia merupakan hukum rakyat.

Kami percaya apa yang tercantum dalam Injil, Nyonya." Dia menatap mata
Jennifer. "Bila ada yang mengkhianati, kami membalas dendam."

Peringatan itu jelas sekali.

Secara naluriah Jennifer sudah lama tahu bahwa bila dia bekerja untuk organisasi
itu, berarti dia mengambil langkah besar. Tapi sebagaimana kebanyakan orang
luar, dia mempunyai pengertian yang salah tentang organisasi itu.

Secara umum, mafia itu dilukiskan sebagai sekumpulan gerombolan yang hanya
duduk-duduk saja sambil memerintah orang untuk membunuh dan hanya
menghitung uang dari praktek lintah darat dan rumah-rumah pelacur. Itu hanya
sebagian dari keadaan yang sebenarnya. Dari rapat-rapat yang dihadiri Jennifer,
dia jadi tahu selebihnya: mereka adalah pengusaha-pengusaha yang bekerja
dalam ukuran yang bukan main besarnya. Mereka memiliki hotel-hotel, bank-
bank, restoran-restoran, kasino, perusahaan-perusahaan asuransi dan pabrik-
pabrik, perusahaan-perusahaan pembangunan, dan serangkaian rumah sakit.
Mereka mengawasi persatuan-persatuan buruh dan perkapalan. Mereka bergerak
dalam usaha rekaman dan menjual mesin-mesin pengecer rokok dan permen.
Mereka memiliki perusahaan-perusahaan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pemakaman, toko-toko roti dan kue, juga perusahaan perusahaan konstruksi.


Uang masuk mereka bermilyar-milyar setahun. Bagaimana rnereka menjalankan
perusahaan-perusahaan itu bukan urusan Jennifer. Tugasnya hanyalah membela
bila ada di antara mereka yang mengalami kesulitan dalam hukum.

Robert Di Silva telah menuntut tiga orang anak buah Michael Moretti karena
telah membuat sekelompok gerobak penjual makanan siang, terbalik. Mereka
dituntut telah berkomplot mengacaukan perdagangan dengan kekerasan.

Satu-satunya saksi yang mau memberikan kesaksiannya yang memberatkan para


tertuduh adalah seorang wanita yang memiliki salah satu gerobak itu.

"Perempuan itu akan menghancurkan kita," kata Michael pada Jennifer. "Dia
harus ditangani."

"Kalian memiliki sebuah penerbitan majalah, bukan?" tanya Jennifer.

"Ya, tapi apa hubungannya dengan

gerobak-gerobak penjual makanan itu?"

"Lihat saja nanti."

Diam-diam Jennifer mengatur supaya majalah itu

menawarkan sejumlah besar uang kalau saksi itu mau memuat kisah
kesaksiannya itu. Wanita itu menerima tawaran tersebut. Dalam sidang, Jennifer
memanfaatkannya untuk mengaibkan alasan kesediaan wanita itu, dan tuduhan
pun ditarik kembali.

Hubungan Jennifer dengan teman-teman kerjanya berubah.

Waktu kantor itu mulai menerima serangkaian perkara mafia berturut-turut, Ken
Bailey masuk ke kamar kerja Jennifer dan berkata, "Bagaimana ini? Kau tak bisa
membela bajingan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bajingan itu terus-menerus. Mereka akan menghancurkan kita."

"Jangan kuatir, Ken. Bukankah mereka membayar?"

"Masa kau begitu picik, Jennifer. Kaulah yang kelak harus membayar. Mereka
akan mencengkeram dirimu."

Justru karena dia tahu bahwa Ken memang benar, maka dia lalu berkata dengan
marah, "Hentikan, Ken."'

Ken menatapnya lama, lalu berkata, "Kau benar. Kau yang bos."
Pengadilan kriminal hanya merupakan dunia yang sempit, dan berita-berita
tersebar dengan cepat. Waktu tersiar berita bahwa Jennifer Parker akan membela
perkara organisasi, sahabat-sahabatnya yang berniat baik mendatanginya, dan
mengemukakan keberatan-keberatan yang sama dengan yang telah dikatakan
Hakim Lawrence Waldman dan Ken Bailey padanya.

"Bila kau melibatkan dirimu dengan bajingan-bajingan itu, kau akan disamakan
dengan mereka."

"Semua orang berhak untuk dibela," jawab Jennifer pada mereka semua.

Jennifer menghargai peringatan-peringatan mereka, tapi dia merasa bahwa itu


semua tak ada gunanya. Dia bukan bagian dari organisasi itu; dia semata-mata
membela beberapa anggotanya. Dia adalah ahli hukum seperti ayahnya, dan dia
tidak akan pernah melakukan apa-apa yang akan memalukan ayahnya. Belantara
itu memang ada, tapi dia masih tetap berada di luarnya.

Pater Ryan datang mengunjunginya. Kali ini bukan untuk meminta bantuannya
membela seorang teman.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku kuatir mendengar tentang kau, Jennifer. Aku mendengar laporan bahwa
kau menangani.... anu....

orang-orang yang tak benar."

"Siapa orang-orang yang tak benar itu? Apakah Pater menilai dulu orang-orang
yang datang pada Pater untuk meminta bantuan? Apakah Pater menyuruh orang-
orang pergi menjauhi Tuhan karena mereka telah membuat dosa?"

Pater Ryan menggeleng. "Tentu tidak. Tapi kalau orang secara pribadi membuat
kekeliruan, itu lain. Lain lagi halnya bila korupsi dijalankan dalam bentuk
organisasi. Bila kau membantu orang-orang itu, berarti kau membenarkan
perbuatan mereka. Kau menjadi bagiannya."

"Bukan. Saya seorang ahli hukum, Pater. Saya menolong orang-orang yang
dalam kesulitan."

Jennifer sudah mengenal Michael Moretti lebih baik daripada siapa pun juga.
Michael menyatakan perasaannya pada Jennifer, perasaan yang tak pernah
dibukakannya pada siapa pun juga. Pada dasarnya dia adalah laki-laki yang
kesepian dan suka menyendiri, dan Jennifer adalah orang pertama yang telah
berhasil menembusi bentengnya.

Jennifer merasa bahwa Michael membutuhkan dirinya. Itu tak pernah


dirasakannya dari Adam. Dan Michael telah memaksanya untuk mengakui
bahwa dia pun membutuhkan Michael. Michael telah mengorek perasaan-
perasaan Jennifer yang telah ditekannya baik-baik — napsu liar yang mencari
penyalurannya, yang selama ini dia takut melepaskannya. Tak ada larangan bagi
Michael. Bila mereka sedang di tempat tidur, tak ada lagi batas-batas, tak ada
penghalang. Semata-mata kesenangan, kesenangan yang pada sangka Jennifer
dulu tidak akan mungkin ada.

Michael mengaku pada Jennifer bahwa dia tidak mencintai Rosa, tapi nyata
benar bahwa Rosa memuja Michael. Wanita itu selalu siap melayaninya,
mengurus semua kebutuhannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer juga bertemu dengan para istri anggota-anggota mafia lainnya, dan
Jennifer menilai hidup mereka itu sangat menarik. Suami-suami mereka keluar-
masuk restoran, bar, dan pacuan kuda dengan kekasih-kekasih simpanan mereka,
sedang istri-istri mereka tinggal di rumah menunggu mereka.

Seorang istri mafia selalu mendapat uang saku yang besar jumlahnya, tapi
mereka harus berhati-hati cara

membelanjakannya, karena takut menarik perhatian dinas pajak.

Terdapat urut-urutan kedudukan berdasarkan kemampuan masing-masing, mulai


dari prajurit rendahan sampai kedudukan yang tertinggi yang disebut Capo di
tutti capi, dan sang istri tak boleh memiliki mantel atau mobil yang lebih mahal
daripada yang dimiliki oleh istri atasan suaminya.

Para istri harus mengadakan perjamuan-perjamuan makan malam untuk rekan-


rekan suaminya, tapi mereka harus berhati-hati supaya tidak terlalu mewah,
harus sesuai dengan kedudukan suaminya dalam hubungan dengan yang lain-
lain.
Dalam upacara-upacara seperti pernikahan dan

pembaptisan, pada saat mana hadiah-hadiah disebutkan siapa pemberinya,


seorang istri tidak diperkenankan memberikan hadiah yang lebih mahal daripada
istri seseorang yang kedudukannya lebih tinggi dalam organisasi.

Tata caranya sama ketatnya dengan tata cara dalam perusahaan baja Amerika
Serikat, atau di perusahaan-perusaan besar lainnya.

Mafia merupakan badan penghasil uang yang mahabesar, tapi Jennifer sudah
tahu bahwa ada satu unsur yang tak kalah pentingnya: kekuasaan.

"Organisasi kami lebih besar daripada pemerintahan kebanyakan negara di


dunia," kata Michael pada Jennifer.

"Penghasilan kami lebih banyak daripada beberapa Tiraikasih Website


http://kangzusi.com/

perusahaan-perusahaan terbesar di Amerika ini kalau digabungkan."

"Ada bedanya," kata Jennifer. "Mereka itu bekerja dengan sah, dan...."

Michael tertawa. "Maksudmu, yang tidak tertangkap.

Belasan perusahaan di negeri ini sudah pernah dituduh melanggar satu atau dua
undang-undang. Jangan menipu dirimu, Jennifer. Rata-rata orang Amerika
zaman ini tak bisa menyebutkan nama dua orang antariksawan yang sudah
pernah terbang ke angkasa luar, tapi mereka kenal nama-nama Al Capone dan
Lucky Luciano."

Jennifer menyadari bahwa Michael sama besar

pengabdiannya dengan Adam, dengan caranya sendiri-sendiri.

Bedanya adalah bahwa hidup mereka menuju ke arah yang berlawanan.

Dalam perusahaan, Michael sama sekali tak kenal keragu-raguan. Itulah titik
kekuatannya. Keputusan-keputusan yang diambilnya semata-mata yang tepat
untuk organisasi.
Di masa lampau, Michael mengabdi penuh untuk memenuhi ambisinya. Waktu
dalam hidupnya tak ada tempat yang berdasarkan emosi terhadap seorang
wanita. Baik Rosa maupun pacar-pacarnya yang lain tak pernah merupakan
bagian dari kebutuhannya yang sebenarnya.

Dengan Jennifer lain halnya. Michael membutuhkannya sebagaimana dia belum


pernah membutuhkan wanita lain sebelumnya. Michael tak pernah mengenal
seorang pun seperti dia. Badaniah, Jennifer menggairahkan, seperti juga banyak
wanita lain. Yang membuatnya istimewa adalah kecerdasannya dan kesadaran
akan kebebasan dirinya. Rosa selalu patuh padanya, perempuan-perempuan lain
takut padanya; tapi Jennifer menantangnya. Jennifer setaraf dengan dia. Jennifer
tidak hanya cerdas. Otaknya cemerlang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Michael menyadari bahwa dia tidak akan pernah mau melepaskan Jennifer.

Jennifer kadang-kadang mengadakan perjalanan dengan Michael untuk urusan


perusahaan, tapi sedapat mungkin dia menghindari untuk bepergian, karena dia
ingin bersama Joshua sebanyak mungkin. Joshua sekarang sudah berumur enam
tahun dan telah menjadi gemuk sekali. Jennifer sudah menyekolahkannya ke
sebuah sekolah swasta di dekat rumah mereka, dan Joshua senang sekali.

Dia naik sepeda beroda dua dan mempunyai satu armada mobil balap mainan;
dia suka bercakap-cakap dengan bersungguh-sungguh pada Jennifer dan Nyonya
Mackey.

Karena Jennifer ingin supaya Joshua tumbuh menjadi kuat dan mandiri, maka
dia selalu menjaga dengan cermat keseimbangan dalam segala tindakannya,
supaya Joshua tahu betapa dia mencintai anaknya itu, membuat anak itu
menyadari bahwa ibunya selalu siap sedia bila dia membutuhkannya, namun
juga memberinya pengertian supaya mandiri.

Jennifer mengajar anaknya supaya suka membaca buku-buku yang baik dan
menyukai musik. Diajaknya anaknya menonton sandiwara, tapi tidak pada
malam pembukaan, karena akan terlalu banyak orang yang akan mengenalinya
dan akan bertanya. Pada akhir pekan, mereka berdua menonton film dan
bersenang-senang. Pada hari Sabtu mereka nonton film pertunjukan sore, lalu
pergi makan di restoran dan kemudian nonton film lain lagi. Pada hari Minggu
mereka pergi berlayar atau bersepeda berdua. Jennifer memberikan seluruh
perbendaharaan cintanya pada anak itu, namun dia berhati-hati supaya anak itu
tidak menjadi manja.

Siasat tindakannya dalam menghadapi Joshua

direncanakannya dengan lebih cermat daripada dia merencanakan suatu perkara


pengadilan. Dia bertekad untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak jatuh ke dalam perangkap kebiasaan suatu keluarga yang hanya ada satu
orang tuanya.

Jennifer tidak merasa berkorban dalam menghabiskan begitu banyak waktu


bersama Joshua; anak itu memang sangat menyenangkan. Mereka memainkan
permainan dengan kata-kata, dan Jennifer senang sekali melihat ketangkasan
otak anak itu. Dia termasuk anak yang terpandai dalam kelasnya dan seorang
olahragawan yang terkemuka, tapi dia tidak menganggap dirinya hebat. Dia
punya rasa humor yang tinggi.

Bila tidak mengganggu pelajarannya, Jennifer membawa Joshua bepergian.


Dalam libur sekolah musim dingin, Jennifer mengambil cuti untuk membawa
Joshua pergi main ski ke daerah Pocono. Dalam musim panas anak itu diajaknya
ke London dalam suatu perjalanan bisnis, dan dua minggu lamanya mereka
berjalan mengelilingi desa-desa. Joshua amat menyukai Inggris.

"Bisakah aku bersekolah di sana kelak?" tanyanya.

Jennifer merasa terpukul. Tidak akan lama lagi anak itu akan meninggalkannya
untuk menuntut ilmu, untuk mencari hidupnya, kawin, dan membina rumah
tangga dengan keluarganya sendiri. Bukankah itu yang di nginkannya bagi
anaknya itu? Tentu saja benar. Bila Joshua sudah siap, dia akan melepas anak itu
dengan tangan terbuka, namun dia menyadari betapa akan sulitnya hal itu.

Joshua sedang memandanginya, menunggu jawabnya.

"Bisa, Mama?" tanyanya. "Ke Oxford barangkali?"

Jennifer mendekapnya erat. "Tentu. Mereka

akan beruntung kalau kau masuk ke situ."


Pada suatu hari Minggu pagi waktu Nyonya Mackey sedang berlibur, Jennifer
harus pergi ke Manhattan untuk mengambil suatu dokumen mengenai
keterangan seorang saksi. Joshua pergi bermain-main ke rumah temannya.
Waktu Jennifer Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pulang, dia segera menyiapkan makan untuk mereka berdua.

Dia membuka lemari es.... dan terpana. Di dalam lemari es didapatinya selembar
lipatan kertas kecil terselip di antara dua buah botol susu. Adam biasa
meninggalkan surat-surat kecil begitu untuknya. Jennifer menatap surat itu,
bagai tersihir, tak berani menyentuhnya. Perlahan-lahan diambilnya lipatan
kertas itu lalu dibukanya. Surat kecil itu berbunyi, Kejutan!.

Bolehkah saya mengajak Alan makan bersama kita?

Setengah jam kemudian barulah denyut nadi Jennifer normal kembali.

Sekali-sekali Joshua menanyakan ayahnya pada Jennifer.

"Beliau tewas di Vietnam, Joshua. Beliau adalah pria pemberani."

"Tak adakah foto beliau pada kita?"

"Tak ada, Sayang. Kami... kami belum lama menikah waktu beliau meninggal."

Dia benci harus berbohong, tapi dia tak punya pilihan lain.

Michael Moretti hanya satu kali bertanya tentang ayah Joshua. "Aku tak peduli
apa yang telah terjadi sebelum kau menjadi milikku....aku hanya ingin tahu."

Jennifer berpikir, betapa akan besar tekanan Michael atas diri Senator Adam
Warner bila dia tahu keadaan sebenarnya.

"Dia tewas di Vietnam. Namanya tak perlu kusebutkan."

40

Di Washington DC, suatu panitia penyelidikan senat yang diketuai oleh Adam
Warner, telah mencapai hari terakhir dari suatu pemeriksaan intensif mengenai
pesawat pembom XK-1, yang sedang diminta persetujuannya dari senat oleh
angkatan udara. Berminggu-minggu lamanya saksisaksi mata

berdatangan ke Capitol Hil . Sebagian dari mereka Tiraikasih Website


http://kangzusi.com/

memberikan keterangan bahwa pesawat pembom yang baru itu akan merupakan
pesawat yang terlalu mahal yang akan menghabiskan keuangan pertahanan dan
menghancurkan negara, sedang sebagian yang lain lagi menyatakan bahwa bila
angkatan udara tidak mendapatkan persetujuan untuk memiliki pesawat itu,
maka pertahanan Amerika akan demikian lemahnya hingga Rusia mungkin akan
menyerang Amerika Serikat dalam waktu yang singkat sekali.

Adam telah menyediakan dirinya untuk mengadakan

penerbangan uji coba dari sebuah contoh pesawat pembom baru itu, dan rekan-
rekannya dengan senang hati menerima tawarannya itu. Adam adalah teman
sejawat mereka, seorang anggota klub mereka, dia tentu mau mengatakan yang
sebenarnya.

Pada suatu hari Minggu pagi Adam menerbangkan pesawat pembom itu dengan
awak seperlunya, dan dia telah mencoba pesawat itu dengan penerbangan yang
keras. Penerbangan itu ternyata berhasil baik dan dia melaporkan kembali
kepada panitia senat bahwa pesawat pembom baru XK-1 itu adalah suatu
kemajuan dalam penerbangan. Dinasihatkannya supaya pesawat itu diproduksi
segera. Senat kemudian menyetujui dana untuk itu.

Pers menyiarkan kejadian itu dengan panjang-lebar. Surat-surat kabar


melukiskan Adam sebagai seorang pendatang baru dalam lingkungan senator
penyelidik, seorang ahli hukum yang mau turun sendiri ke lapangan, untuk
mempelajari sendiri kenyataannya, dan tidak sekedar mempercayai katakata dari
orang-orang yang memberikan keterangan dan orang-orang lain yang terlihat
karena melindungi kepentingannya sendiri.

Baik Newsweek maupun Time memuat kisah tentang Adam sebagai tajuk
rencana, dan berita dalam Newsweek berakhir sebagai berikut: Senat telah
menemukan seorang pelindung baru yang jujur dan mampu untuk menyelidiki
beberapa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masalah vital yang sering merupakan sampah bagi negara ini, dan menjadikan
masalah itu jelas, bukan menjadikannya bahan sengketa. Di antara orang-orang
yang berwenang terdapat kepercayaan yang makin mendalam bahwa Adam
Warner mempunyai kemampuan-kemampuan yang akan

memungkinkannya untuk mencapai kedudukan presiden.

Jennifer membaca berita tentang Adam itu dengan penuh perhatian dan merasa
bangga sekali. Tapi juga dengan rasa sakit. Dia masih mencintai Adam, dan dia
juga cinta pada Michael Moretti. Dia tak mengerti bagaimana hal itu mungkin.

Telah menjadi perempuan macam apa dia itu. Adam telah menciptakan kesepian
dalam hidupnya. Michael lelah menghapuskan kesepian itu.

Penyelundupan obat-obat bius dari Meksiko makin

meningkat, dan sudah jelas bahwa satu organisasi kejahatan ada di belakang
kegiatan itu. Adam diminta untuk mengetuai suatu panitia penyelidik.

Dikumpulkannya tenaga dari lima atau enam perusahaan pengacara yang besar-
besar di Amerika Serikat, lalu terbang ke Meksiko, dan mendapatkan kesediaan
kerja sama dari pemerintah Meksiko. Dalam waktu tiga bulan, lalu lintas
obatobat terlarang itu telah jauh berkurang.

Di rumah pertanian di New Jersey, Michael Moretti berkata,

"Kita menghadapi kesulitan."

Mereka sedang duduk di ruang kerja yang besar dan nyaman. Dalam ruang itu
ada Jennifer, Antonio Granel i, dan Thomas Colfax. Antonio Granel i baru saja
sembuh dari suatu serangan jantung, dan dalam satu malam umurnya seolah-olah
telah bertambah dua puluh tahun. Dia merupakan karikatur dari seseorang yang
sudah menciut. Mukanya yang sebelah kanan sudah lumpuh, hingga bila dia
berbicara, air liurnya berleleran dari sudut mulutnya. Dia sudah tua dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hampir tak bisa berpikir dengan waras lagi. Dia makin banyak bergantung pada
pertimbangan Michael. Meskipun dengan enggan, dia bahkan sudah mau
menerima Jennifer.

Tidak demikian halnya dengan Thomas Colfax. Perselisihan antara Michael dan
Colfax telah makin meruncing. Colfax menyadari bahwa Michael dengan
sengaja menggantikan dia dengan perempuan itu. Colfax mengakui sendiri
bahwa Jennifer memang seorang ahli hukum yang pintar, tapi apa yang bisa
diketahui perempuan itu tentang kebiasaan borgata itu? Tentang apa yang telah
membuat persekutuan itu bisa bekerja begitu lancarnya selama betahun-tahun
ini? Mengapa Michael sampai bisa memasukkan seorang asing — seorang
wanita pula lagi! — dan mempercayakan pada wanita itu rahasia mati-hidup
mereka. Keadaan itu tak dapat dipertahankan. Colfax telah berbicara dengan
pemimpin tertinggi organisasi, para perwira organisasi, dan para prajuritnya,
seorang demi seorang, menyatakan rasa kuatirnya, mencoba menarik mereka ke
pihaknya, tapi mereka semua takut melawan Michael. Bila Michael
mempercayai perempuan itu, maka mereka tahu bahwa mereka pun wajib
mempercayainya juga.

Thomas Colfax menyadari bahwa dia akan harus menunggu saatnya. Tapi dia
pasti mencari jalan untuk menyingkirkan perempuan itu.

Jennifer menyadari benar perasaan Colfax itu. Dia telah menggantikan laki-laki
itu, dan harga diri Colfax tentulah tidak akan mau memaafkannya. Kesetiaannya
pada sindikat itu akan membuatnya tetap bertahan dan melindungi Jennifer, tapi
bila rasa bencinya menjadi lebih hebat daripada kesetiaannya itu...

Michael berpaling pada Jennifer. "Pernahkah kau mendengar tentang Adam


Warner?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jantung Jennifer berhenti berdetak sesaat. Tiba-tiba dia merasa sulit bernapas.
Michael memperhatikannya karena dia mengharapkan jawaban.

"Mak.... maksudmu senator itu?" Jennifer berhasil berkata.

"Heeh. Kita harus menenangkan bajingan itu sedikit."

Jennifer merasakan wajahnya kehilangan darah. "Mengapa, Michael?"

"Dia mengganggu kelancaran kerja kita. Gara-gara dia, pemerintah Meksiko


telah menutup pabrik-pabrik milik temanteman kita di sana. Semuanya akan
hancur. Aku ingin menghancurkan bangsat itu. Dia harus angkat kaki."

Jennifer memutar otaknya. "Bila kau mengganggu Senator Warner," katanya


dengan memilih kata-katanya dengan hati-hati, "berarti kau akan
menghancurkan dirimu sendiri."

"Aku tidak akan membiarkan...."

"Dengar, Michael. Kalau dia kausingkirkan, mereka akan mencari sepuluh orang
untuk menggantikannya. Bahkan seratus orang. Semua surat kabar di negeri ini
akan menentangmu. Penyelidikan yang sedang berlangsung sekarang tak berarti
apa-apa bila dibandingkan dengan apa yang akan terjadi bila Senator Warner
kaucelakakan."

"Sudah kukatakan, kita dirugikanl" kata Michael dengan marah.

Jennifer mengubah nada bicaranya. "Michael, pakailah otakmu. Kau sudah


sering melihat penyelidikan seperti itu dilakukan. Berapa lama hal itu
berlangsung? Lima menit setelah senator itu menyelesaikannya, dia akan
menyelidiki sesuatu yang lain lagi dan semuanya itu akan berlalu. Pabrik-pabrik
yang ditutup akan dibuka lagi dan kita akan melanjutkan perdagangan kita.
Dengan jalan itu tidak akan ada akibat balik. Bila kaucobakan juga menjalankan
caramu, maka perkara itu tidak akan berkesudahan."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak setuju," kata Thomas Colfax. "Menurut pendapatku...."

"Tidak ada yang meminta pendapatmu," kata Michael Moretti dengan geram.

Wajah Thomas Colfax seolah-olah baru saja ditampar.

Michael tidak memperhatikannya. Colfax berpaling pada Antonio Granel i


mencari dukungan. Orang tua itu sudah tertidur.

Michael berkata pada Jennifer, "Baiklah, Saudara Penasihat, untuk sementara


Warner akan kita biarkan."

Jennifer menyadari bahwa dia menahan napasnya. Kini dia menghirup udara
perlahan-lahan. "Ada lagi yang lain?"

"Ada." Michael mengambil sebuah korek api emas yang berat, lalu menyalakan
sebatang rokok. "Teman kita Marco Lorenzo dituduh melakukan pemerasan dan
perampokan."

Jennifer telah membaca tentang perbuatan itu. Menurut surat-surat kabar,


Lorenzo adalah seorang yang

berpembawaan jahat sejak lahir, yang sering sekali harus mendekam dalam
penjara karena kejahatan-kejahatan kekerasan.

"Apakah aku harus mengajukan banding?"

"Tidak. Usahakan supaya dia masuk penjara."

Jennifer memandangnya tak mengerti.

Michael meletakkan korek apinya ke meja kembali.

"Kudengar Di Silva merencanakan untuk mengusirnya kembali ke Sicilia. Marco


punya banyak musuh di sana. Bila dia dikembalikan ke sana, tak akan sampai
dua puluh empat jam dia hidup. Tempat yang teraman baginya adalah Penjara
Sing Sing. Bila keadaan sudah mereda, satu atau dua tahun lagi, baru kita
keluarkan dia. Bisa kauusahakan itu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer bimbang sebentar. "Bila kita berada di daerah hukum yang lain,
mungkin aku bisa mengusahakannya. Tapi ini daerah Di Silva, dia tidak akan
mau menerima permohonan pertimbangan dari aku."

"Barangkali kita harus meminta pertolongan orang lain untuk melakukannya,"


kata Colfax cepat.

"Kalau aku memang ingin orang lain yang

melakukannya," bentak Michael, "aku sudah mengatakannya tadi." Dia


berpaling pada Jennifer. "Aku mau kau yang menanganinya."

Michael Moretti dan Nick Vito memperhatikan dari jendela waktu Thomas
Colfax memasuki mobilnya, lalu pergi.

"Aku ingin kau menyingkirkan dia, Nick," kata Michael. "Aku tak bisa lagi
mempercayainya. Dia seperti masih hidup di masa lampau, seperti pak tua."

"Terserah, Mike. Kapan aku harus melakukannya?"

"Segera. Akan kuberi tahu nanti."

Jennifer sedang duduk di kamar kerja Hakim Lawrence Waldman. Dalam


setahun, baru itulah dia bertemu lagi dengan pria itu. Pembicaraan-pembicaraan
melalui telepon dan acara-acara makan sudah tak ada lagi. Yah, apa boleh buat,
pikir Jennifer. Dia menyukai Lawrence Waldman dan dia menyesal persahabatan
mereka sampai terputus, tapi dia sudah menentukan pilihannya.

Mereka sedang menunggu Robert Di Silva, dan mereka duduk berdiaman saja
dengan perasaan tak enak, masing-masing tidak berusaha untuk memulai
percakapan. Setelah jaksa itu masuk, dimulailah rapat.

Hakim Waldman berkata pada Jennifer, "Kata Bobby kau ingin membahas suatu
permohonan pertimbangan sebelum aku menjatuhkan vonis atas diri Lorenzo."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar." Jennifer menoleh pada Jaksa Di Silva. "Saya rasa akan salah bila kita
memasukkan Lorenzo ke Penjara Sing Sing. Itu bukan tempat yang baik
baginya. Dia orang asing yang tak sah. Saya rasa dia harus dikirim kembali ke
tempat asalnya, Sicilia."

Di Silva melihat pada Jennifer dengan terkejut. Dia telah merencanakan untuk
mengusulkan pemulangan kembali penjahat itu, tapi kalau itu pula yang di ngini
Jennifer Parker, maka dia harus mengubah keputusannya.

"Mengapa Anda mengusulkan itu?" tanya Di Silva.

"Karena beberapa alasan. Pertama-tama hal itu akan mencegah dia untuk
melakukan kejahatan lagi di sini, dan...."

"Sama saja kalau dia ada dalam sel di Penjara Sing Sing."

"Lorenzo sudah tua. Dia tidak akan tahan dalam penjara.

Dia akan jadi gila bila dimasukkan ke dalam penjara. Semua sahabatnya ada di
Sicilia. Di sana dia bisa hidup tenang di bawah sinar matahari dan bisa mati
dengan tenang dalam lingkungan keluarganya."

Mulut Di Silva terkatup rapat karena marah. "Yang sedang kita bicarakan ini
adalah seorang penjahat yang telah menghabiskan hidupnya dengan merampok,
memperkosa, dan membunuh, dan kau menginginkan agar dia berada di tengah-
tengah sahabat-sahabatnya di bawah sinar matahari?"

Dia menoleh pada Hakim Waldman. "Orang ini

tak bersungguh-sungguh."

"Marco Lorenzo punya hak untuk...."

Di Silva menghantamkan tinjunya ke meja. "Dia sama sekali tak punya hak apa-
apa! Dia telah dituduh berbuat kekerasan dan perampokan bersenjata."

"Di Sicilia, bila seorang laki-laki....”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia tidak berada di Sicilia, persetan!" teriak Di Silva. "Dia ada di sini! Dia telah
berbuat kejahatan-kejahatan di sini dan dia akan dihukum di sini. Yang Mulia,
kita membuang waktu Anda saja. Negara menolak semua permohonan
pertimbangan dalam perkara ini. Kami akan minta supaya Marco Lorenzo
dijatuhi hukuman masuk Sing Sing."

Hakim Waldman berpaling pada Jennifer. "Adakah lagi yang ingin kaukatakan?"

Jennifer memandang Robert Di Silva dengan marah.

"Tidak ada, Yang Mulia."

"Besok vonis akan dijatuhkan. Anda berdua

dipersilakan pergi."

Di Silva bangkit dan meninggalkan kamar itu.

Di luar, di lorong gedung, jaksa menoleh pada Jennifer dan tersenyum. "Kau
sudah kehilangan semangat, Saudara Pembela."
Jennifer mengangkat bahunya. "Kita tak bisa selalu menang."

Lima menit kemudian, Jennifer memasuki kamar telepon untuk berbicara dengan
Michael Moretti. "Tak usah kuatir lagi. Marco Lorenzo akan dimasukkan ke
Sing Sing."

41

Waktu berlalu bagaikan sebuah sungai yang tak bertepi, tak berbatas. Musim-
musimnya tidak lagi ditandai oleh musim salju, semi, gugur, atau musim panas,
melainkan oleh harihari ulang tahun, kesenangan, kesulitan, dan penderitaan.
Ada pertempuran-pertempuran pengadilan yang dimenangkan, dan ada perkara
yang kalah, kenyataan mengenai Michael serta kenangan tentang Adam. Tapi
terutama Joshua-lah yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merupakan kalender waktu, yang mengingatkan betapa cepatnya waktu berlalu.

Sukar dipercaya bahwa dia kini sudah berumur tujuh tahun.

Rasanya seolah-olah dalam semalam saja, dia telah beralih dari permainan
dengan pensil berwarna ke model-model pesawat terbang dan olahraga. Joshua
telah menjadi tinggi dan makin hari makin mirip ayahnya, bukan saja dalam
penampilan lahiriahnya. Dia perasa dan sopan, dan dia punya citra kuat tentang
kejujuran. Bila Jennifer menghukumnya atas suatu perbuatannya, Joshua berkata
melawan, "Tinggi badanku memang baru satu meter dua puluh senti, tapi aku
punya hak."

Dia benar-benar Adam cilik. Sebagaimana Adam, Joshua juga seorang


olahragawan. Pahlawan-pahlawannya adalah Bebble bersaudara dan Cari Stotz.

"Mama tak pernah mendengar tentang mereka," kata Jennifer.

"Di mana saja Mama selama ini? Mereka itulah yang membentuk kelompok
olahraga Little League."

"Oh, Bebble bersaudara dan Cari Stotz yang itu."

Pada hari-hari akhir pekan, Joshua nonton semua peristiwa olahraga di tv —


sepak bola, basebal , bola keranjang — apa saja. Mula-mula Jennifer
membiarkan Joshua nonton permainan-permainan itu seorang diri, tapi waktu
Joshua mulai membahas permainan-permainan itu dengannya setelah nonton,
dan Jennifer merasa benar-benar buta, dia lalu memutuskan untuk ikut nonton.
Maka berdualah mereka duduk di depan pesawat tv sambil ngemil popcorn dan
menyoraki pemain-pemain.

Pada suatu hari Joshua pulang dari main bola, dengan air muka kusut, lalu
berkata, "Ma, bisakah kita berbicara dari hati ke hati?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tentu, Joshua."

Mereka duduk di meja dapur dan Jennifer menyiapkan roti berlapis mentega
kacang dan menuang segelas susu untuk Joshua.

"Apa masalahnya?"

Suaranya tenang dan mengandung rasa kuatir. "Anu....

saya mendengar kawan-kawan bercakap-cakap, dan saya jadi ingin tahu....


apakah masih akan ada seks bila saya sudah besar?"

Jennifer membeli sebuah kapal layar Newport yang kecil, dan pada hari-hari
akhir pekan, Jennifer dan Joshua pergi ke

teluk untuk berlayar. Jennifer senang memperhatikan wajah

Joshua kalau dia sedang memegang kemudi. Wajahnya dihiasi

senyum penuh kebanggaan, yang disebut Jennifer senyum

Eric the Red. Joshua pandai sekali berlayar, seperti ayahnya.

Kenangan itu menyadarkan Jennifer. Dia berpikir, apakah dia ingin


menghidupkan kembali hidupnya bersama Adam dahulu melalui anaknya itu.
Semuanya yang dilakukannya dengan Joshua — berlayar, atau peristiwa-
peristiwa olahraga lain —

semuanya adalah hal-hal yang telah dilakukannya pula dengan ayah anak itu.
Jennifer meyakinkan dirinya bahwa dia melakukan itu semua karena Joshua suka
melakukannya, tapi dia tak yakin apakah dia benar-benar jujur. Diperhatikannya
Joshua mengurus layar kapalnya, wajahnya berseri-seri, pipinya kecoklatan oleh
matahari dan angin, dan Jennifer menyadari bahwa apa pun alasannya tidaklah
penting. Yang penting adalah bahwa anaknya berbahagia hidup bersamanya.

Anak itu bukan menjadi pengganti ayahnya. Dia adalah dirinya sendiri dan
Jennifer mencintainya lebih dari siapa pun juga di muka bumi ini.

42

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Antonio Granel i meninggal, dan Michael mengambil alih

seluruh kekuasaan dalam kerajaannya. Pemakamannya

diselenggarakan besar-besaran, sebagaimana sepantasnya

dilakukan atas diri seseorang yang berkedudukan Godfather.

Para kepala dan anggota keluarga sindikat lain dari seluruh

negara datang untuk memberi penghormatan terakhir pada

teman mereka, dan akan meyakinkan pada pimpinan yang

baru mengenai kesetiaan dan dukungan mereka. FBI juga

hadir untuk mengambil foto-foto, demikian pula enam orang

dari badan pemerintahan lainnya.

Rosa sangat sedih karena dia amat mencintai ayahnya, tapi

dia menghibur dirinya dan merasa bangga karena suaminyalah

yang mengambil alih kedudukan ayahnya sebagai kepala

keluarga.

Jennifer makin hari makin menunjukkan manfaat dirinya


bagi Michael. Bila ada masalah, Jennifer-lah yang diajak

berunding oleh Michael. Thomas Colfax makin menjadi embel-

embel yang mengganggu saja.

"Tak usah kuatirkan dia," kata Michael pada Jennifer. "Dia

akan segera mundur."

Dering halus telepon membangunkan Jennifer. Dia tetap

berbaring sebentar, memasang telinganya lagi, lalu duduk dan

melihat ke jam digital yang ada di meja kecil. Jam

menunjukkan pukul tiga subuh. Jennifer mengangkat

gagangnya.

"Halo," Michael berbicara. "Bisakah kau langsung

berpakaian?"

Jennifer menegakkan duduknya dan berusaha

menghilangkan kantuknya dengan mengedip-ngedipkan

matanya. "Ada apa?"

"Eddie Santini baru saja ditangkap dengan tuduhan perampokan bersenjata. Dia
sudah dua kali masuk penjara.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bila dia sampai dipenjarakan lagi, dia tidak akan dilepaskan lagi."

"Apakah ada saksi?"

"Ada tiga orang, dan mereka melihatnya dengan baik."


"Di mana dia sekarang?"

"Di Seventeenth Precinct."

"Aku akan ke sana, Michael."

Jennifer mengenakan kimono dan turun ke dapur lalu membuat sepoci kopi
untuk dirinya. Dia duduk di ruang makan sarapan, meminum kopi panasnya
sambil menatap ke kegelapan malam dan berpikir. Tiga orang saksi dan mereka
semua melihat dengan jelas.

Jennifer mengangkat telepon lalu memutar sebuah nomor.

"Tolong sambungkan ke pemerintah kota."

Jennifer berbicara cepat-cepat. "Saya ada informasi untuk Anda. Seorang laki-
laki bernama Eddie Santini baru saja ditangkap atas tuduhan perampokan
bersenjata. Pembelanya adalah Jennifer Parker. Dia akan mencoba
membebaskannya."

Jennifer memutuskan hubungan lalu mengulangi

pembicaraan itu dengan dua buah surat kabar dan dua buah stasiun tv. Setelah
dia selesai menelepon, dia melihat ke arlojinya, lalu dia minum secangkir kopi
lagi dengan santai.

Dia ingin memberi waktu pada para fotografer untuk pergi ke daerah 51st Street.
Dia naik ke lantai atas dan berpakaian.

Sebelum dia berangkat, dia pergi ke kamar tidur Joshua.

Lampu kecilnya menyala. Anak itu tidur nyenyak, selimutnya acak-acakan


melilit tubuhnya karena gelisah. Dengan halus Jennifer memperbaiki letak
selimut itu, mencium dahi anak itu, lalu berjalan berjinjit ke luar kamar itu.
"Mau ke mana, Ma?"

Jennifer berbalik lalu berkata, "Aku akan pergi bekerja.

Tidurlah lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jam berapa sekarang?"

"Jam empat subuh."

Joshua tertawa geli. "Sebagai seorang wanita, Mama bekerja pada jam yang
aneh."

Jennifer mendekati tempat tidur anaknya lagi. "Dan sebagai seorang laki-laki
kau tidur pada jam-jam yang aneh."

"Nanti malam kita nonton pertandingan Mets, ya Ma?"

"Pasti. Nah, sekarang selamat bermimpi lagi."

"Baik, Ma. Selamat membela perkara."

"Terima kasih, Kawan."

Beberapa menit kemudian, Jennifer sudah berada dalam mobilnya, dalam


perjalanan ke Manhattan.

Waktu Jennifer tiba, seorang fotografer dari surat kabar Daily News sedang
menunggu. Dia menatap

Jennifer dan berkata, "Benar rupanya! Anda benar-benar menangani perkara


Santini itu rupanya?"

"Bagaimana Anda tahu?" tanya Jennifer.

"Kabar burung, Saudara Pembela."

"Anda membuang waktu saja. Tidak akan ada pengambilan foto."

Jennifer masuk, lalu mengurus jaminan pembebasan bagi Eddie Santini, dia
mengulur-ulur pelaksanaan itu sampai dia merasa yakin bahwa kameraman tv,
seorang wartawan, serta seorang fotografer dari New York Times tiba di tempat
itu.

Diperkirakan dia tak bisa lagi menunggu wartawan dari surat kabar Post.
Kapten polisi yang bertugas berkata, "Ada beberapa orang wartawan dan petugas
tv di luar, Nona Parker. Anda bisa keluar lewat belakang kalau Anda mau."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Biar sajalah," kata Jennifer. "Akan saya tangani mereka."

Eddie Santini diajaknya keluar lewat lorong depan di mana para fotografer dan
wartawan sedang menunggu.

"Tuan-tuan, harap jangan mengambil foto." Jennifer lalu menghindar waktu


fotografer dan kameraman tv

memotret.

"Apa yang membuat Anda mau menangani perkara ini?"

tanya seorang wartawan.

"Besok Anda akan mendengarnya. Sementara itu, saya anjurkan sebaiknya


jangan memakai foto-foto itu dalam pemberitaan."

"Ah, apakah Anda tak pernah mendengar tentang kemerdekaan pers?"

Tengah hari Jennifer menerima telepon dari Michael Moretti. Suaranya bernada
marah. "Sudahkah kau membaca surat-surat kabar?"

"Tidak."

"Foto Eddie Santini terpampang di semua halaman-halaman depannya dan pada


berita-berita tv. Aku tidak menyuruh kau menjadikan perkara ini suatu
pertunjukan umum."

"Aku tahu. Itu gagasanku sendiri."

"Ya, Tuhan! Apa maksudmu?"

"Tujuannya, Michael, saksi yang tiga orang itu."

"Ada apa dengan mereka?"


"Kaukatakan mereka melihat Eddie Santini dengan jelas.

Nah, bila mereka dipanggil di pengadilan untuk mengenalinya, mereka masih


harus membuktikan bahwa mereka

mengenalinya, bukan karena mereka telah melihat fotonya di halaman-halaman


depan surat-surat kabar dan di tv."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lama tak ada yang berbicara, lalu Michael berkata dengan nada kagum,
"Bajingan goblok aku ini!"

Jennifer tertawa.

Ken Bailey sedang menunggu di kamar kerjanya petang itu waktu Jennifer
masuk, dan dia segera tahu bahwa ada sesuatu yang tak beres.

"Mengapa tak kaukatakan padaku?" tanya Ken.

"Mengatakan apa?"

"Tentang kau dan Michael Moretti."

Jennifer membatalkan jawaban ketus yang sudah hampir tercetus. Mengatakan,


Itu bukan urusanmu, memang mudah sekali. Tapi Ken adalah sahabatnya, dia
menaruh perhatian.

Secara tak langsung, itu urusannya juga. Jennifer terkenang semuanya, kantor
kecil yang mereka tempati bersama, bagaimana Ken membantunya. Ada seorang
sahabatku, ahli hukum, yang telah berulang kali meminta bantuanku untuk
menyampaikan surat-surat panggilan menghadap ke

pengadilan. Aku tak punya waktu. Dia membayar dua belas setengah dolar untuk
setiap surat panggilan ditambah uang jalan. Bisakah kau membantuku?

"Sebaiknya tak usah kita bahas soal ini, Ken."

"Mengapa tidak?" Suaranya mengandung kemarahan yang hebat.

"Semua orang membicarakannya. Katanya kau adalah kekasih Moretti." Wajah


Ken pucat. "Ya, Tuhan!"

"Hidup pribadiku...."

"Dia hidup dalam selokan dan kau membawa air selokan itu ke dalam kantor ini.
Kau mengajak kami semua bekerja untuk Moretti dan penjahat-penjahat itu."

"Berhenti!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Memang untuk mengatakan itulah aku datang. Aku akan berhenti."

Kata-kata Ken itu sangat mengejutkan. "Kau tak bisa berhenti. Dugaanmu
mengenai Michael Moretti itu keliru.

Kalau saja kau mau bertemu dengan dia, kau akan

menyadari...."

Begitu kata-kata itu keluar, Jennifer tahu bahwa dia keliru.

Ken memandangnya dengan sedih, "Rupanya dia benar-benar sudah


menjeratmu. Aku hanya mau mengenangmu sebagai gadis yang tahu benar siapa
kau sebenarnya. Tolong sampaikan salam perpisahanku pada Joshua."

Dan Ken Bailey lalu pergi.

Jennifer merasa air matanya mulai memenuhi pelupuk matanya, dan lehernya
jadi tersekat demikian eratnya hingga dia merasa sulit bernapas. Diletakkan
kepalanya ke meja, lalu menutup matanya. Dia mencoba menghilangkan rasa
sakit itu.

Waktu Jennifer membuka matanya, hari sudah malam.

Kantor sudah gelap, yang tampak hanya nyala merah yang mengerikan dari
lampu-lampu jalanan. Dia pergi ke jendela lalu menatap kota di bawahnya.
Malam hari, kota itu tampak seperti hutan belantara dengan hanya satu api
unggun yang hampir padam, untuk mencegah datangnya kengerian yang
mengintai.
Itulah hutan belantara milik Michael. Dan jalan ke luar dari situ sudah tak ada
lagi.

43

Keadaan kacau sekali di The Cow Palace, San Francisco, tempat yang penuh
dengan delegasi dari seluruh negara.

Mereka itu ribut dan berbicara nyaring. Ada tiga orang yang bersaing untuk
menjadi calon presiden, dan masing-masing Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

telah membuat kemajuan dalam masa pendahuluan. Tetapi bintangnya, yang


menonjol melebihi mereka, adalah Adam Warner. Pada pemungutan suara yang
kelima, Adam telah terpilih sebagai calon dengan suara bulat. Partainya akhirnya
berhasil mendapatkan seorang calon yang bisa mereka ajukan dengan bangga.
Presiden yang masih menjabat, pemimpin dari partai oposisi, telah mendapatkan
nilai kepercayaan yang rendah dan sebagian besar rakyat menilainya kurang
cakap.

"Hanya bila kau berbuat yang tak senonoh yang disiarkan oleh surat-surat kabar
dalam terbitan jam enam nanti sore, kau baru akan kehilangan kesempatan untuk
menjadi presiden berikutnya dari Amerika Serikat," kata Stewart Needham
meyakinkan Adam.

Setelah terpilih menjadi calon itu, Adam terbang ke New York untuk suatu
pertemuan di Hotel Regency dengan Needham dan beberapa anggota partai yang
terkemuka. Turut hadir dalam ruangan itu, Blair Roman, kepala dari suatu
perusahaan periklanan yang nomor dua terbesar di negeri itu.

"Blair akan bertugas untuk menyebarluaskan kampanyemu, Adam," kata Stewart


Needham.

"Saya senang sekali di kutsertakan," kata Blair Roman sambil tersenyum. "Anda
akan merupakan presiden ketiga yang saya tangani."

"Begitukah?" Adam merasa tak terkesan oleh orang itu.

"Sebaiknya saya beri Anda penerangan tentang rencana permainannya." Blair


Roman berjalan hilir-mudik dalam kamar itu, sambil seolah-oleh mengayunkan
alat pemukul golf. "Kita akan menyuguhkan suatu propaganda tv ke seluruh
negeri ini, untuk memberikan citra diri Anda sebagai orang yang bisa
memecahkan segala masalah Amerika. Anda adalah Papa Besar — tapi Papa
Besar yang muda dan tampan. Mengerti, Saudara Presiden?"

"Tuan Roman."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya?"

"Jangan panggil saya Saudara Presiden."

Blair Roman tertawa, "Maaf. Terselip lidah, A.W. Dalam pikiran saya, Anda
sudah berada di Gedung Putih. Percayalah, saya yakin Andalah orangnya untuk
kedudukan itu, kalau tidak, saya tidak akan mau menangani kampanye ini. Saya
terlalu kaya untuk bekerja dengan mengharapkan uang."

Waspadalah terhadap orang-orang yang berkata

bahwa mereka terlalu kaya untuk bekerja dengan

mengharapkan uang, pikir Adam.

"Kami sudah tahu bahwa Andalah orang untuk kedudukan itu.... Sekarang kita
ingin memberitahu rakyat mengenai hal itu. Lihat saja kertas-kertas yang sudah
saya siapkan ini, beberapa bagian dari negara ini sudah saya bagi-bagi menjadi
beberapa kelompok etnis. Kami akan mengirim Anda ke tempat-tempat penting
di mana kita bisa memberikan kesan yang mendalam."

Dia membungkuk mendekati wajah Adam dan berkata

dengan bersungguh-sungguh, "Istri Anda juga merupakan bahan kampanye yang


baik. Majalah-majalah wanita akan berebutan mencari bahan tentang kehidupan
keluarga Anda.

Kami benar-benar akan mempropagandakan Anda, A.W."

Adam mulai merasa tak senang. "Lalu bagaimana rencana Anda untuk
melakukannya?"
"Mudah saja. Anda adalah suatu barang produksi, A.W.

Kami akan berusaha untuk menjadikan Anda laku, seperti juga kami berusaha
membuat barang-barang produksi lainnya laku terjual. Kami...."

Adam menoleh pada Stewart Needham. "Stewart, bisakah aku berbicara empat
mata denganmu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tentu." Needham berpaling pada yang lain dan berkata,

"Mari kita beristirahat dulu untuk makan, dan bertemu lagi di sini jam sembilan.
Kita akan melanjutkan pembicaran ini lagi."

Waktu kedua laki-laki itu tinggal berduaan, Adam berkata,

"Ya, Tuhan, Stewart.... Orang itu berencana untuk menjadikan soal ini suatu
show. 'Kau hanyalah suatu barang produksi, A.W. Kami akan berusaha
membuatmu laku, seperti juga kami berusaha untuk membuat barang-barang
produksi lain laku terjual.' Dia menjijikkan!"

"Aku mengerti bagaimana perasaanmu, Adam," Needham membujuk "tapi Blair


bisa berhasil. Waktu dia mengatakan bahwa kau adalah presiden yang ketiga
yang ditanganinya, dia tidak main-main. Semua presiden, mulai dari
Eisenhower, selalu ada perusahaan periklanan yang menjadi otak kampanyenya.
Suka atau tidak, suatu kampanye selalu ada segi propagandanya. Blair Roman
tahu psikologi umum.

Bagaimanapun menjijikkannya, adalah kenyataan bahwa bila seseorang ingin


terpilih dalam suatu kedudukkan umum, orang itu harus dijual — harus dianggap
barang dagangan."

"Aku benci."

"Itu sebagian dari pengorbanan yang harus kauberikan."

Dia berjalan mendekati Adam lalu merangkul pundak Adam.

"Kau hanya harus ingat tujuannya. Kau ingin ke Gedung Putih?


Baik. Kita akan berusaha apa saja supaya kau bisa ke sana.

Tapi kau juga harus memainkan perananmu. Bila diharuskan menjadi binatang
gelanggang dalam suatu sirkus, turuti saja."

"Apakah kita benar-benar membutuhkan Blair Roman?"

"Kita memerlukan seseorang seperti itu. Blair termasuk yang terbaik. Biar aku
yang menanganinya. Aku akan berusaha supaya dia tidak terlalu banyak
menyusahkanmu."

"Terima kasih."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kampanye pun dimulai. Dimulai dengan beberapa pidato singkat di tv dan


pemunculan-pemunculan pribadi, dan makin lama makin meluas hingga tersebar
ke seluruh negara. Ke mana pun orang pergi selalu ada gambar Senator Adam
Warner yang besar dan berwarna. Di setiap negara bagian, orang bisa melihatnya
di tv, mendengarnya melalui radio, dan melihat fotonya di papan reklame.
Hukum dan ketertiban adalah salah satu bahan pidato utama dalam kampanye
itu, dan panitia penyelidik yang diketuai Adam benar-benar diberi tekanan.

Adam merekam pidato singkatnya selama satu menit di tv, pidato singkat tiga
menit, dan pidato singkat lima menit, yang ditujukan untuk bagian-bagian
tertentu di negeri itu. Pidato-pidato singkat yang akan disiarkan di Virginia Barat
membahas pengangguran dan penyediaan besar batu arang yang bisa membuat
daerah itu makmur; bagian tv di Detroit

membicarakan tentang kebobrokan dalam kota; di New York City, pokok pidato
adalah meningkatnya angka kejahatan.

"Yang harus Anda lakukan hanyalah, mengenai sasaran soal yang penting di
suatu tempat, A.W." Blair Roman memberi tahu Adam. "Bahan pidato utama tak
perlu dibahas secara mendalam. Kami akan mempromosikan bahan

produksinya, dan itulah Anda."

"Tuan Roman," kata Adam, "saya tak peduli bagaimana statistik Anda. Saya
bukan barang makanan dan saya tak ingin dijual seperti barang makanan. Saya
tetap akan membahas bahan pidato saya secara mendalam, karena saya pikir
rakyat Amerika cukup cerdas dan ingin tahu sedalam-dalamnya tentang itu."

"Saya hanya...."

"Saya minta Anda mengatur suatu perdebatan antara saya dan Presiden untuk
membahas soal-soal yang mendasar."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baiklah," kata Blair Roman. "Saya akan segera menemui petugas kepresidenan,
A.W."

"Satu hal lagi," kata Adam.

"Ya? Apa itu?"

"Jangan sebut saya A.W.!"

Di antara surat-surat terdapat pemberitahuan dari Persatuan Ahli Hukum


Amerika yang mengumumkan tentang pertemuan tahunan di Acapulco. Jennifer
sedang sibuk menangani beberapa perkara, dan dalam keadaan biasa dia akan
menolak undangan itu. Tapi pertemuan itu akan berlangsung bertepatan dengan
libur sekolah Joshua, dan Jennifer berpikir betapa akan senangnya Joshua di
Acapulco.

"Kuterima undangan itu," katanya pada Cynthia. "Tolong pesankan tiga tempat."

Dia akan mengajak Nyonya Mackey juga. Pada waktu makan malam itu,
Jennifer menyampaikan berita itu pada Joshua. "Bagaimana kalau kita pergi ke
Acapulco?"

"Itu kan di Meksiko," kata Joshua. "Di pantai baratnya."

"Betul."

"Bisakah kita pergi ke pantai di mana kaum wanita berenang tanpa bh?"

"Joshua!"

"Pokoknya kan ada yang begituan di sana. Orang telanjang itu wajar."
"Akan kupikirkan dulu."

"Dan bisakah kita menangkap ikan dengan menyelam?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer membayangkan Joshua mencoba menarik seekor ikan besar dan dia
tersenyum. "Akan kita coba. Ada ikan yang besar sekali."

"Itu yang menarik," kata Joshua serius. "Kalau gampang-gampangan saja tak
menarik. Tak ada seninya lagi."

Seperti Adam saja yang berbicara.

"Aku setuju."

"Apa lagi yang bisa kita lakukan di sana?"

"Banyak, bisa menunggang kuda, bersepeda, melihat-lihat pemandangan."

"Kita jangan pergi melihat-lihat gereja, ya? Gereja itu di mana-mana serupa
saja."

Kata-kata Adam lagi, Bila kita sudah melihat sebuah gereja, berarti semua gereja
sudah kita lihat.

Pertemuan akan dimulai hari Senin. Jennifer, Joshua, dan Nyonya Mackey
terbang ke Acapulco pada hari Jumat pagi dengan menumpang jet Brainiff.
Joshua sudah sering terbang, tapi dia masih berdebar-debar karena senangnya
bila ingat akan naik pesawat terbang. Nyonya Mackey tak bergerak karena
ketakutan.

Joshua menghiburnya. "Pikir saja begini. Kalaupun pesawat sampai mengalami


kecelakaan, kita hanya satu detik menderita." Nyonya Mackey menjadi pucat.

Pesawat mendarat di Lapangan Terbang Benito Juarez pukul empat petang, dan
sejam kemudian mereka bertiga tiba di Las Brisas. Hotel tempat mereka
menginap terletak delapan mil di luar kota Acapulco dan terdiri dari serangkaian
bungalow berwarna merah muda yang cantik, yang dibangun di atas bukit.
Masing-masing ada pekarangan pribadi yang kecil.
Sebagaimana juga beberapa bungalow yang lain, bungalow Jennifer ada kolam
renangnya tersendiri. Mereka

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sulit mendapatkan tempat, karena ada pertemuan lain, dan Acapulco sudah
penuh sesak. Tapi Jennifer menelepon salah seorang pemilik perusahaan yang
menjadi kliennya, dan sejam kemudian dia mendapat informasi bahwa dia
ditunggu di Las Brisas dengan senang hati.

Setelah mereka membongkar kopor, Joshua berkata,

"Bisakah kita pergi ke kota untuk mendengarkan mereka berbicara? Saya tak
pernah pergi ke suatu negara di mana tak seorang pun pandai berbahasa Inggris."
Dia berpikir sebentar lalu menambahkan, "Negara Inggris jangan dihitung
tentu."

Mereka pergi ke kota dan berjalan di sepanjang Zocalo, pusat kota yang paling
ramai. Tapi Joshua kecewa karena satu-satunya bahasa yang terdengar adalah
bahasa Inggris.

Acapulco penuh dengan wisatawan Amerika.

Mereka berjalan-jalan di sepanjang pasar yang beraneka warna di tembok laut


utama, di seberang Sanborn yaitu bagian kota yang tua. Di sana ada beratus-ratus
warung kecil yang menjual bermacam-macam barang-barang dagangan.

Senja harinya mereka menumpang sebuah calan-dria, yaitu sebuah kereta yang
ditarik kuda. Mereka pergi ke Pie de la Cuesta, pantai senja, lalu kembali ke
kota.

Mereka makan malam di Restoran Armando's Le Club, dan makanannya enak


sekali.

"Saya suka sekali makanan Meksiko," kata Joshua.

"Bagus," kata Jennifer. "Tapi yang ini Restoran Prancis."

"Ya, tapi ada rasa Meksiko-nya."


Hari Sabtu adalah hari yang penuh. Pagi hari mereka berbelanja di Quebrada, di
mana terdapat toko-toko besar yang lebih baik, lalu berhenti untuk makan siang
cara Meksiko di Coyuca 22. "Saya berani bertaruh, Mama pasti akan
mengatakan bahwa ini juga restoran Prancis."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak, ini Meksiko asli, Gringo."

"Apa itu gringo?"

"Kau itu gringo, artinya Amerika, Amigo."

Mereka berjalan melewati gedung fronton di dekat Plaza Caleta, dan Joshua
melihat papan-papan reklame yang mereklamekan permainan jai alai di
dalamnya.

Anak itu berhenti memandangi reklame itu dengan mata terbuka lebar, dan
Jennifer bertanya, "Inginkah kau melihat permainan jai alai itu?"

Joshua mengangguk. "Kalau tidak terlalu mahal. Kalau kita sampai kehabisan
uang, kita nanti tak bisa pulang."

"Kurasa bisa kita atur."

Mereka masuk, lalu menonton permainan keras antara dua regu. Jennifer
memasang taruhan untuk Joshua dan regu yang dipertaruhkannya, menang.

Waktu Jennifer mengajak kembali ke hotel, Joshua berkata,

"Aduh, Ma, tak bisakah kita melihat penyelam-penyelam dulu?"

Tadi pagi dia mendengar manajer hotel bercerita tentang penyelaman itu.

"Kau benar-benar belum ingin beristirahat, Joshua?"

"Oh, kalau Mama terlalu letih, baiklah.... Saya selalu lupa umur Mama."

Jennifer jadi terharu. "Jangan pikirkan umurku." Lalu dia menoleh pada Nyonya
Mackey. "Kau masih kuat?"
"Tentu," erang Nyonya Mackey.

Pertunjukan penyelaman itu berlangsung di antara batu-batu karang La


Quebrada. Jennifer, Joshua, dan Nyonya Mackey berdiri di sebuah pelataran
penonton untuk umum, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sedang penyelam-penyelam yang membawa lampu-lampu yang menyala terjun


sedalam seratus lima puluh kaki, ke dalam sebuah teluk kecil sempit yang diapit
oleh tebing-tebing batu karang. Saat mereka terjun itu disesuaikan dengan
datangnya ombak besar. Salah perhitungan yang sekecil-kecilnya akan berarti
kematian mendadak.

Setelah pertunjukan itu selesai, seorang anak-laki-laki berkeliling


mengumpulkan derma untuk para penyelam.

"Uno peso, por favor."

Jennifer memberinya lima pesos. Malam itu Jennifer bermimpi tentang


penyelam-penyelam itu.

Las Brisas mempunyai pantai tersendiri, La Concha, namanya. Dan pagi-pagi


benar pada hari Minggu, Jennifer, Joshua, dan Nyonya Mackey pergi ke sana,
menumpang sebuah mobil jip yang berlangit-langit merah muda yang khusus
disediakan oleh hotel untuk para tamunya. Cuaca baik sekali. Laut bagaikan
sehelai kain kanvas berwarna biru berkilauan, dengan bintik-bintik yang terdiri
dari speedboad dan kapal-kapal layar.

Joshua berdiri di tepi pelataran, menonton para pemain ski air yang lewat.

"Tahukah Mama bahwa olahraga ski air diciptakan di Acapulco ini, Ma?"

"Tidak. Dari mana kaudengar itu?"

"Mungkin saya baca, atau mungkin juga saya karang sendiri."

"Aku lebih cenderung percaya pada 'yang dikarang sendiri'

itu."

"Apakah itu berarti bahwa saya tidak akan boleh pergi main ski air?"
"Speedboat itu laju sekali. Apakah kau tak takut?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Joshua memandangi pemain-pemain ski itu melayang di permukaan air. "Laki-


laki itu berkata, 'Aku akan mengirim kau pulang ke tempat Jesus.' Lalu memaku
tangan saya."

Itulah pertama kali Joshua menyatakan pengalaman mengerikan yang telah


dialaminya.

Jennifer berlutut lalu mendekap anaknya itu. "Mengapa kau ingat itu, Joshua?"

Anak itu mengangkat bahunya. "Entah, ya. Barangkali karena Jesus bisa berjalan
di atas air dan semua orang itu seperti berjalan di atas air saja." Dia melihat
wajah ibunya yang ketakutan. "Maafkan saya, Ma. Saya tak sering ingat kejadian
itu. Sungguh."

Jennifer mendekapnya erat-erat, "Tak apa-apa, Sayang.

Tentu kau boleh main ski nanti. Mari kita makan siang dulu."

Restoran di alam terbuka di La Concha, meja-mejanya terbuat dari besi tempa


beralaskan bahan berwarna merah muda dan dilindungi payung-payung bergaris
merah muda dan putih. Makan siang di situ diselenggarakan secara prasmanan
dan meja hidangan yang panjang penuh dengan berbagai macam lauk-pauk. Ada
udang galah, kepiting, dan ikan salem, bisa memilih daging dingin atau panas,
bermacam sayuran baik mentah maupun yang direbus, bermacammacam keju
dan buah-buahan. Di meja yang terpisah terdapat sederetan makanan penutup
yang baru dimasak. Kedua wanita itu memperhatikan Joshua mengisi dan
menghabiskan isi piringnya tiga kali, dan kemudian setelah kenyang duduk
bersandar.

"Restoran yang baik sekali," kata anak itu. "Saya tak peduli makanan apa itu."
Dia bangkit. "Saya pergi melihat-lihat permainan ski dulu."

Nyonya Mackey makan sedikit sekali. "Tak apa-apakah kau?" tanya Jennifer.
"Kau tak makan apa-apa sejak kita tiba."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Nyonya Mackey membungkuk ke depan, lalu berbisik dengan misterius, "Saya
takut dendam Montezuma!"

"Kurasa kau tak perlu kuatir tentang hal itu di tempat seperti ini."

"Saya tak bisa makan makanan luar negeri," dengus Nyonya Mackey.

Joshua datang kembali ke meja dengan berlari-lari dan berkata, "Saya sudah
mendapatkan motor airnya, bolehkah saya pergi sekarang, Ma?"

"Tidakkah kau mau menunggu sebentar lagi?"

"Untuk apa?"

"Joshua, kau akan tenggelam karena perutmu masih penuh benar."

"Coba saja lihat!" pintanya.

Sementara Nyonya Mackey nonton di darat, Jennifer dan Joshua naik speedboat,
dan Joshua mulai belajar main ski air.

Selama lima menit yang pertama dia jatuh terus, tapi setelah itu demikian
pandainya dia main sehingga seolah-olah sudah sejak lahir dia main ski.
Sebelum petang itu berakhir, Joshua sudah pandai memainkan berbagai gerakan
dengan ski, dan akhirnya main di atas tumitnya tanpa ski.

Selanjutnya mereka bermalas-malasan dan berenang.

Dalam perjalanan pulang ke Las Brisas di dalam jip, Joshua bersandar pada
Jennifer dan berkata, "Tahukah, Mama? Saya rasa mungkin inilah hari yang
paling hebat seumur hidup saya."

Kata-kata Michael terkilas dalam pikiran Jennifer: Aku hanya ingin kau tahu
bahwa malam inilah aku paling berbahagia selama hidupku.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada hari Senin pagi-pagi benar, Jennifer bangun lalu berpakaian untuk
menghadiri pertemuan besar itu. Dia mengenakan rok berwana hijau tua yang
mengembang sekali, dan blus tanpa bahu yang bersulam bunga mawar merah
yang besar sekali. Model blus yang terbuka itu menampakkan kulitnya yang
berwarna merah perunggu karena sinar matahari. Jennifer memperhatikan
dirinya di cermin dan dia merasa puas. Meskipun anaknya menganggapnya
sudah tua sekali, Jennifer menyadari bahwa penampilannya masih seperti kakak
Joshua yang cantik, yang berumur tiga puluh empat tahun. Dia tertawa sendiri
dan berpikir bahwa liburan ini merupakan salah satu gagasannya yang terbaik.

"Aku harus pergi bekerja sekarang. Jaga Joshua baik-baik.

Jangan biarkan dia terlau banyak kena sinar matahari," pesan Jennifer pada
Nyonya Mackey.

Pusat gedung pertemuan yang besar sekali itu

merupakan suatu kelompok yang terdiri dari lima buah bangunan yang
dihubung-hubungkan oleh teras-teras beratap. Bangunanbangunan itu terhampar
di tanah seluas lebih dari tiga puluh lima hektar dengan tumbuh-tumbuhan hijau
yang subur. Pekarangannya berumput, terpelihara dengan baik, di sanasini
dipasangi patung-patung model pra-Columbia.

Pertemuan besar Persatuan Ahli Hukum Amerika itu diadakan di Teotihuacan,


balai utama yang bisa

memuat undangan sebanyak tujuh ribu lima ratus

orang.

Jennifer pergi ke meja pendaftaran, mendaftarkan diri lalu memasuki balai


pertemuan. Ruangan itu penuh sesak. Dalam kumpulan orang banyak itu dia
melihat banyak sahabat dan kenalannya. Hampir semuanya tidak memakai
setelan resmi yang biasa, melainkan kemeja sport yang berwarna cerah.

Kelihatannya seolah-olah semua orang sedang berlibur. Ada atasan yang baik,
pikir Jennifer, mengapa orang mengadakan pertemuan di tempat seperti
Acapulco ini dan bukan Chicago atau Detroit. Mereka jadi bisa menanggalkan
kerah baju Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka yang kaku dengan dasi yang suram dan bersenang-senang di bawah sinar
matahari.
Jennifer telah diberi lembar acara waktu di pintu, tapi karena asyik bercakap-
cakap dengan beberapa orang teman, dia tidak memperhatikannya.

Melalui pengeras suara terdengar orang berkata,

"Perhatian! Perhatian! Para hadirin dipersilakan mengambil tempat masing-


masing. Perhatian! Kami akan segera memulai pertemuan ini. Silakan duduk!"

Kelompok-kelompok kecil itu mulai berpencar dan

orang-orang mulai mencari tempat duduk. Jennifer melihat enam orang naik ke
mimbar.

Di tengah-tengah mereka terdapat Adam Warner. Jennifer terpana melihat Adam


berjalan menuju kursi di dekat pengeras suara, lalu duduk. Dia merasa
jantungnya berdebar.

Terakhir dia bertemu dengan Adam adalah waktu mereka makan siang bersama
di restoran kecil Itali; pada hari itu Adam mengatakan bahwa Mary Beth hamil.

Ingin benar Jennifer segera melarikan diri. Dia tak menyangka Adam akan
berada di tempat itu dan dia tak tahan menghadapinya. Dia jadi panik
memikirkan bahwa Adam dan anaknya berada di satu kota. Jennifer menyadari
bahwa dia harus keluar dari gedung itu secepat mungkin.

Baru saja dia berbalik untuk pergi, terdengar ketua mengumumkan melalui
pengeras suara, "Saudara-saudara, segera setelah semua hadirin duduk, kita akan
mulai."

Karena orang-orang di sekelilingnya duduk semua, Jennifer merasa tak pantas


berdiri. Jennifer duduk dengan tekad untuk menyelinap pergi segera setelah
mendapat kesempatan.

Ketua berkata, "Pagi ini kita mendapat kehormatan dengan hadirnya seseorang
yang telah dicalonkan untuk menjadi Presiden Amerika Serikat, sebagai
pembicara tamu. Beliau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

adalah anggota Persatuan Ahli Hukum Amerika Serikat cabang New York dan
salah seorang anggota Senat Amerika Serikat yang paling terkemuka. Dengan
penuh rasa bangga saya perkenalkan: Senator Adam Warner."
Jennifer memperhatikan Adam bangkit menyambut tepuk tangan yang hangat.
Dia mendekati pengeras suara, lalu memandang ke ruangan. "Terima kasih,
Saudara Ketua, Saudara-saudara sekalian."

Suara Adam terdengar penuh dan bergema, dan. sikapnya penuh wibawa dan
pesona. Ruangan menjadi benar-benar sepi.

"Banyak alasan mengapa kita berkumpul di sini." Dia berhenti sebentar. "Ada di
antara kita yang suka berenang dan ada pula yang suka menyelam...." Grrr —
orang tertawa membenarkan. "Tetapi alasan utama kehadiran kita di sini adalah
untuk bertukar pikiran dan pengetahuan, dan membahas konsep-konsep baru.
Pada zaman ini, ahli hukum lebih banyak disorot daripada kapan pun juga
sepanjang masa. Bahkan hakim agung dari mahkamah agung pun memberikan
penilaian yang tajam pada profesi kita."

Jennifer senang mendengar kata kita yang digunakan Adam, menunjukkan


bahwa dia merasa salah seorang di antara mereka. Dibiarkannya kata-kata Adam
menyerapi dirinya, dia sudah merasa puas dengan hanya

memandanginya saja, memperhatikan gerak-geriknya, mendengarkan suaranya.


Suatu saat, Adam berhenti sebentar dan menyusupkan jari-jari ke rambutnya,
dan Jennifer merasa dadanya tertusuk melihat gerak itu. Gerak itu sama benar
dengan kebiasaan Joshua. Putra Adam itu berada hanya beberapa mil dari tempat
itu, dan Adam tidak akan pernah tahu.

Suara Adam menjadi lebih kuat, lebih mantap. "Beberapa di antara Saudara-
saudara di sini ada ahli hukum di bidang kriminal. Saya harus mengakui bahwa
cabang itu adalah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cabang yang paling menarik dalam profesi kita. Ahli-ahli hukum kriminal sering
kali berurusan dengan hidup atau mati.

Itu suatu profesi yang sangat terhormat dan salah satu yang bisa kita banggakan.
Namun —" Suaranya menjadi keras —

"ada di antara mereka —" Sekarang Jennifer mendengar bahwa Adam


memisahkan dirinya dengan penggunaan kata

'mereka' — "yang memberi malu pada sumpah yang mereka ucapkan. Sistem
hukum Amerika didasarkan atas hak pada setiap warga negara tanpa pilih, untuk
disidang secara adil.

Tapi bila undang-undang lalu dijadikan bahan olok-olok, bila para ahli hukum
menghabiskan waktu dan tenaganya, angan dan keahliannya, untuk mencari
jalan melanggar undang-undang itu, mencari jalan untuk merobohkan keadilan,
maka saya rasa sudahlah waktunya untuk melakukan sesuatu."

Semua mata dalam ruangan itu tertuju pada Adam yang berdiri dengan mata
berapi-api. "Saudara-saudara, saya berbicara berdasarkan pengalaman pribadi
dan rasa marah yang mendalam karena melihat beberapa kejadian. Baru-baru ini
saya mengetuai suatu panitia senat untuk melakukan penyelidikan tentang
kejahatan yang terorganisir di Amerika Serikat ini. Panitia saya sering merasa
dihalang-halangi dan dipermalukan oleh orang-orang yang menganggap dirinya
lebih berkuasa daripada badan pelaksana tertinggi bangsa kita. Saya telah
melihat hakim disuap, keluarga dari para saksi diancam, dan saksi-saksi utama
menghilang. Kejahatan terorganisir di negara kita ini tak ||bahnya seperti ular
pithon yang mematikan, yang memeras perekonomian kita, menelan habis
pengadilan-pengadilan kita, bahkan mengancam kehidupan kita. Sebagian
terbesar dari ahli-ahli hukum kita adalah pria dan wanita yang terhormat, yang
melakukan pekerjaan yang terhormat, tapi saya ingin memberikan peringatan
pada segolongan kecil yang berpikir bahwa undang-undang mereka berada di
atas undang-undang kita: Anda telah membuat kekeliruan besar dan Anda akan
dihukum karenanya. Terima kasih."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adam duduk sedang hadirin bertepuk tangan riuh dan meriah sambil berdiri.
Jennifer jadi ikut-ikutan bangkit dan bertepuk tangan bersama yang lain, tapi
pikirannya tertuju pada kata-kata Adam yang terakhir. Rasanya seolah-olah
Adam telah berbicara langsung pada dirinya. Jennifer berbalik lalu berjalan
menuju pintu keluar, sambil menguak jalan di antara orang banyak.

Waktu Jennifer tiba di dekat pintu, dia dicegat oleh seorang ahli hukum Meksiko
yang tahun lalu bekerja sama dengan dia.

Laki-laki itu mencium tangan Jennifer dengan sopan lalu berkata, "Suatu
kehormatan besar kau berada di negeri kami lagi, Jennifer. Aku minta dengan
sangat supaya kau makan bersamaku nanti malam."

Jennifer dan Joshua telah merencanakan untuk pergi ke Maria Elena malam itu
untuk menonton penari-penari setempat. "Maaf, Luis. Aku sudah ada janji."

Matanya yang besar berair-air, menunjukkan kekecewaan.

"Kalau begitu, besok saja?"

Sebelum Jennifer sempat menjawab, seorang asisten jaksa dari New York sudah
berada di sampingnya.

"Halo," katanya. "Untuk apa kau kemari berkumpul dengan rakyat jelata?
Bagaimana kalau kita makan bersama malam ini? Ada sebuah disko Meksiko
bernama Napentha, lantainya dibuat dari kaca yang disorot lampu dari bawah
dan ada cermin di atasnya."

"Menarik sekali, tapi terima kasih, aku sibuk malam ini."

Beberapa saat kemudian Jennifer mendapati dirinya dikelilingi oleh ahli-ahli


hukum dari seluruh negara, baik yang pernah bekerja sama dengan dia maupun
yang pernah menjadi lawannya. Dia menjadi kerumunan orang banyak dan
semua ingin berbicara dengan dia. Setengah jam kemudian barulah Jennifer
dapat membebaskan dirinya. Dia bergegas ke Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

lobi, dan sedang dia berjalan ke arah pintu keluar, Adam berjalan ke arahnya,
dikerumuni oleh para wartawan dan petugas-petugas keamanan. Jennifer
berusaha untuk menarik diri, tapi terlambat. Adam sudah melihatnya.

"Jennifer!"

Sesaat timbul niatnya untuk berpura-pura tidak

mendengarnya, tapi dia tentu tidak bisa mempermalukan Adam di hadapan


orang-orang lain itu. Dia hanya akan menyapanya cepat-cepat dan berlalu.

Diperhatikannya Adam berjalan ke arahnya sambil berkata pada para wartawan,


"Tak ada lagi yang dapat saya katakan, Saudara-saudara."

Sesaat kemudian, Adam sudah memegang tangannya,

menatap matanya seakan-akan mereka tak pernah berpisah.


Mereka berdiri di ruangan itu dikelilingi oleh orang banyak, namun mereka
merasa seolah-olah berduaan saja. Jennifer tak sadar berapa lama mereka berdiri
berpandangan begitu.

Akhirnya Adam berkata, "Se — sebaiknya kita minum."

"Sebaiknya tidak." Jennifer ingin keluar dari tempat itu.

Adam menggeleng. "Tidak diperkenankan."

Adam menggandengjennifer lalu menuntunnya ke bar yang sudah penuh sesak.


Mereka menemukan sebuah meja di bagian belakang.

"Aku meneleponmu dan menulis surat padamu," kata Adam. "Kau tak pernah
menerima teleponku, dan surat-suratku dikembalikan."

Adam menatapnya dengan pandangan bertanya. "Tak ada sehari pun berlalu
tanpa aku ingat padamu. Mengapa kau menghilang begitu saja?"

"Itu sebagian dari tindakan ajaibku," jawab Jennifer ringan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seorang pelayan datang untuk bertanya apa yang ingin mereka pesan. Adam
menoleh pada Jennifer. "Ingin apa kau?"

"Tidak apa-apa. Aku benar-benar harus pergi, Adam."

"Kau tak bisa pergi sekarang. Ini suatu perayaan. Hari jadinya revolusi."

"Revolusi mereka atau revolusi kita?"

"Apa bedanya?" Dia menoleh pada pelayan. "Margarita, dua."

"Tidak. Aku —" Baiklah, pikir Jennifer, satu gelas saja.

"Minuman untuk saya, buat yang keras," kata Jennifer sembrono.

Pelayan mengangguk lalu pergi.

"Aku selalu membaca tentang dirimu," kata Jennifer. "Aku bangga sekali,
Adam."

"Terima kasih." Adam ragu. "Aku juga membaca tentang kau."

Jennifer memberi jawaban yang sesuai dengan nada bicara Adam. "Tapi kau
tidak bangga padaku, bukan?"

"Kelihatannya kau banyak klien dari sindikat."

Jennifer merasa pertahanan dirinya meningkat. "Kusangka ceramahmu sudah


berakhir tadi."

"Ini bukan ceramah, Jennifer. Aku menguatirkan kau.

Panitiaku sedang mengejar-ngejar Michael Moretti, dan kami akan berhasil


menangkapnya."

Jennifer melihat ke sekeliling bar yang dipenuhi para ahli hukum itu. "Demi
Tuhan, Adam, tak pantas kita membahas soal ini, terutama di sini."

"Lalu di mana?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tak di mana-mana. Michael Moretti adalah klienku. Aku tak bisa membahas
tentang dia denganmu."

"Aku ingin berbicara denganmu. Di mana?"

Jennifer menggeleng. "Sudah kukatakan. Aku —"

"Aku harus berbicara tentang kita."

"Tidak ada 'kita'." Jennifer akan bangkit.

Adam menahan lenganjennifer. "Janganlah pergi. Aku tak bisa membiarkan kau
pergi. Sekarang belum."

Jennifer duduk lagi dengan enggan.

Adam memandang lekat pada wajah Jennifer. "Pernah kau mengingat aku?"
jennifer memandang Adam dan dia tak tahu apakah dia harus tertawa atau
menangis. Pernahkah dia mengingat Adam. Adam hidup di rumah Jennifer.
Jennifer memberinya ciuman selamat pagi setiap hari, menyiapkan sarapannya,
pergi berlayar bersamanya, mencintainya. "Ya," kata Jennifer akhirnya, "aku
ingat padamu."

"Aku senang. Apakah kau bahagia?"

"Tentu." Jennifer tahu bahwa dia terlalu cepat menjawab.

Sebab itu diubahnya suaranya jadi seenaknya. "Praktekku berhasil. Dalam hal
keuangan aku berkecukupan, aku sering bepergian, aku bertemu dengan banyak
pria menarik.

Bagaimana istrimu?"

"Dia baik-baik saja." Suara Adam merendah. "Dan anakmu?"

Adam mengangguk, dan wajahnya membayangkan rasa

bangga waktu berkata. "Samantha baik sekali. Rasanya dia tumbuh terlalu
cepat."

Anak itu tentu seumur dengan Joshua.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau tak pernah menikah?"

"Tidak."

Lama mereka diam, lalu Jennifer mencoba berkata lagi, tapi dia ragu terlalu
lama. Sudah* terlambat. Adam telah melihat matanya dan dia segera maklum.

Dia menggenggam tangan Jennifer. "Oh, Jennifer. Aduh, Sayangku!"

Jennifer merasa darahnya mengalir ke wajahnya. Dia sudah lama tahu bahwa ini
akan merupakan kesalahan besar.

"Aku harus pergi, Adam. Aku ada janji." "Batalkan janji itu,"
desaknya. "Maaf. Tak bisa." Jennifer hanya ingin keluar dari tempat itu dan
pulang melarikan diri.

"Aku seharusnya terbang kembali ke Washington menumpang pesawat petang


ini. Tapi bisa kuatur untuk menginap kalau kau mau menemaniku nanti malam."

"Tidak! Tidak!"

"Jennifer, aku tak bisa membiarkan kau pergi lagi. Jangan dengan cara ini. Kita
harus berbicara. Mari kita makan malam saja," kata Adam.

Digenggamnya tangan Jennifer lebih erat. Jennifer memandangnya, berjuang


dengan segenap kekuatannya, tapi merasa dirinya makin lemah.

"Tolonglah, Adam," pintanya. "Orang tak boleh melihat kita berduaan. Bila kau
sedang mengejar Michael Moretti —"

"Ini tak ada hubungannya dengan Moretti. Seorang sahabatku telah menawari
aku untuk menggunakan

kapalnya. Kapal itu bernama Paloma Blanca. Berlabuh di Klub Kapal Pesiar.
Jam delapan."

"Aku tak mau ke sana."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku mau. Aku akan menunggumu di sana." Di seberang ruangan itu, di bar
yang penuh sesak, Nick Vito sedang duduk dengan dua orang gadis Meksiko
yang diberikan seorang sahabat padanya. Keduanya cantik, polos, dan masih di
bawah umur, persyaratan-persyaratan yang memenuhi selera Nick.

Sahabatnya telah menjanjikan keistimewaan kedua gadis itu, dan dia benar.
Gadis-gadis itu sedang menyandarkan diri pada Nick sambil membisikkan janji-
janji yang mendebarkan ke telinganya, tapi Nick Vito tak mendengarkan. Dia
sedang menatap ke seberang tempat itu, ke ruang kecil di mana Jennifer Parker
sedang duduk dengan Adam Warner.

"Mari kita naik ke kamarmu sekarang, Sayang," usul salah seorang gadis itu
pada Nick.
Nick Vito ingin sekali berjalan ke tempat Jennifer dan orang asing temannya itu
untuk menyapanya, lapi kedua gadis itu telah berhasil menyelipkan tangan
mereka ke celah paha Nick dan membelai-belainya. Dia jadi terangsang.

"Ayolah kita naik," kata Nick Vito.

Paloma blanca adalah sebuah kapal motor yang memancar dengan bangga dan
putih serta berkilauan di bawah sinar bulan. Jennifer mendekati kapal itu
perlahan-lahan, sambil melihat berkeliling untuk meyakinkan diri bahwa tak ada
seorang pun melihatnya. Adam telah mengatakan padanya bahwa dia akan
menghindari petugas-petugas, keamanan rahasia dan kelihatannya dia telah
berhasil. Setelah Jennifer mendapatkan tempat duduk untuk Joshua dan Nyonya
Mackey di Maria Elena, dia lalu naik taksi dan menyuruh sopirnya
menurunkannya dua blok sebelum dermaga.

Berulang kali Jennifer mengangkat gagang telepon untuk menelepon Adam


untuk mengatakan bahwa dia tidak akan menemuinya. Dia lalu menulis surat
pendek, tapi kemudian merobeknya. Sejak saat dia meninggalkan Adam di bar,
Jennifer tersiksa oleh ketidakpastian. Dicarinya alasan-alasan untuk tidak
menemui Adam. Pertemuan itu tidak mungkin Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

membawa akibat baik, bahkan akan membawa bencana yang sangat besar. Karir
Adam akan terancam bahaya. Dia sedang berada di puncak popularitas umum,
seorang yang penuh cita-cita dalam masa penuh cemooh, harapan negara untuk
masa depan. Dia adalah kesayangan media massa, tapi pers yang telah
membantu menciptakan citra dirinya itu pulalah yang akan siap sedia
mendorongnya ,ke dalam jurang yang teramat dalam, bila saja Adam
mengkhianati citra dirinya itu.

Oleh karena itulah Jennifer telah mengambil keputusan untuk tidak


menemuinya. Dia adalah seorang wanita lain, yang menjalani hidup yang
berbeda, dan dia kini milik Michael....

Adam sedang menunggunya di atas titian untuk naik ke kapal.

"Aku takut sekali kau tidak akan datang," katanya.

Dan Jennifer pun langsung berada dalam pelukan laki-laki itu dan mereka lalu
berciuman.
"Bagaimana dengan awak kapal ini, Adam?" tanya Jennifer akhirnya.

"Mereka kusuruh pergi. Masihkah kauingat cara berlayar?"

"Masih."

Mereka mengembangkan layar, lalu menarik talinya ke sisi kapal sebelah kanan,
dan sepuluh menit kemudian kapal Paloma Blanca menuju ke pelabuhan terus ke
laut terbuka.

Selama setengah jam yang pertama, mereka sibuk mengatur pelayaran, tapi tak
sesaat pun mereka lupa bahwa mereka hanya berduaan saja. Ketegangan mereka
makin memuncak, dan keduanya menyadari bahwa apa yang telah terjadi tak
dapat dielakkan.

Setelah mereka akhirnya meninggalkan pelabuhan dan mereka berlayar di


Samudra Pasific yang disinari rembulan, Adam pindah ke tempat Jennifer lalu
merangkulnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka main cinta di dek kapal di bawah bintang, sedang angin yang harum
yang bertiup sepoi-sepoi lembut, menyejukkan tubuh mereka.

Masa lalu dan masa depan tersapu habis, yang ada hanya saat ini, yang
merangkul mereka berdua dalam saat yang pendek itu. Jennifer tahu bahwa
berada dalam pelukan Adam malam ini, bukanlah suatu awal; sebaliknya itu
adalah merupakan yang terakhir. Tak ada jalan untuk menjembatani dunia yang
memisahkan mereka. Mereka telah berjalan terlalu jauh ke arah yang
berlawanan, dan tak ada lagi jalan kembali.

Sekarang tidak, selamanya pun tidak.

Jennifer selalu menyimpan suatu bagian jdari Adam, yaitu Joshua, dan itu cukup
sudah baginya, harus cukup baginya.

Kenangan tentang malam itu harus disimpannya selalu selama sisa hidupnya.

Mereka berbaring berdua, mendengarkan pukulan ombak yang lembut pada


badan kapal.
Adam berkata, "Besok —"

"Jangan bicara," bisik Jennifer. "Cintai sajalah aku, Adam."

Bibir Adam dikecupinya dengan ciuman-ciuman kecil dan mengelus-ngeluskan


jemarinya dengan lembut ke sepanjang tubuh Adam yang kuat dan langsing itu.

"Oh Tuhan, Jennifer," bisik Adam, dan mulutnya mulai menciumi tubuh
Jennifer.

"Bajingan itu memberi aku malocchio terus," keluh Salvatore Fiore, si Kecil,
"jadi aku harus membakarnya."

Nick Vito tertawa, karena siapa pun yang begitu bodoh dan mau main-main
dengan si Bunga Kecil, harus mau keluar untuk makan siang. Nick Vito sedang
bersenang-senang di dapur rumah pertanian bersama Salvatore Fiore dan Joseph
Colel a, mereka membicarakan masa lalu sambil menunggu Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

rapat di ruang tamu usai. Si Kerdil dan si Raksasa itu adalah sahabat-sahabat
karibnya. Mereka selalu menempuh bahaya bersama-sama. Nick Vito melihat
pada kedua sahabatnya itu dan berpikir, Mereka ini seperti saudara-saudara
kandungku.

"Bagaimana Pete, saudara sepupumu itu?" tanya Nick pada si raksasa Colel a.

"Dia sakit kanker dan harus dibedah, tapi dia akan sembuh."

"Dia baik."

"Ya, Pete memang orang baik, hanya dia agak kurang beruntung. Pada suatu
perampokan bank, dia bertugas mengawasi polisi, tapi sialnya dia yang
ditangkap polisi dan dipenjarakan. Dia dipenjarakan dan menderita sekali.
Pembela mencoba membebaskannya, tapi mereka gagal."

"Ya, kasihan. Pete itu bukan orang sembarang." "Memang.

Dia suka segala-galanya yang besar, uang besar, perempuan yang besar, dan
mobil besar."
Dari ruang tamu terdengar suara yang makin meninggi dan marah. Mereka diam,
mendengarkan sebentar.

"Kedengarannya Colfax menunjukkan ketololannya lagi."

Thomas Colfax dan Michael Moretti sedang berdua saja di kamar itu, membahas
suatu kegiatan perjudian besar yang akan dimulai oleh keluarga itu di Kepulauan
Bahama. Michael telah menugaskan Jennifer untuk mengatur segi

perdagangannya.

"Kau tak bisa melakukan itu, Mike," Colfax membantah.

"Aku kenal semua orang di sana. Jennifer tidak tahu. Biar aku saja yang
menanganinya." Dia sadar bahwa dia berbicara terlalu lantang, tapi dia tak dapat
menguasai dirinya lagi.

"Sudah terlambat," kata Michael.

"Aku tak bisa mempercayai gadis itu. Tony juga tidak."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tony sudah tak ada lagi di antara kita." Snara Michael terdengar halus, suatu
pertanda bahaya.

Thomas Colfax menyadari bahwa inilah saat yang tepat untuk membela diri.
"Sungguh, Mike, aku hanya berkata bahwa menurutku masuknya gadis itu
adalah suatu

kekeliruan. Aku sependapat denganmu bahwa dia cerdas, tapi kuperingatkan


kau, sebelum dia binasa, dia bisa

menghancurkan kita semua."

Padahal Thomas Colfax sendiri yang dikuatirkan Michael.

Penyelidikan Komisi Kejahatan Warner sedang dijalankan dengan gencar-


gencarnya. Bila mereka sampai menangkap Colfax, berapa lamakah orang tua itu
akan bisa bertahan terhadap mereka sebelum dia membuka mulut? Thomas lebih
tahu banyak tentang keluarga mereka daripada Jennifer Parker. Colfax-lah yang
bisa menghancurkan mereka semua, dan Michael tidak mempercayainya.

"Suruh dia pergi sebentar," kata Thomas Colfax. "Hanya sampai penyelidikan itu
mereda saja. Dia seorang wanita. Bila mereka menekannya, dia akan buka
mulut."

Michael memperhatikannya sebentar, lalu mengambil keputusan. "Baiklah, Tom.


Mungkin penda-patmu benar.

Mungkin Jennifer tidak berbahaya, tapi sebaliknya, bila dia tidak berada di pihak
kita seratus persen, untuk apa kita harus mengambil sikap untung-untungan?"

"Itulah yang kusarankan." Thomas Colfax bangkit dari kursinya dengan rasa
lega. "Kau mengambil langkah yang bijak."

"Aku tahu." Mike berpaling ke arah dapur lalu berteriak,

"Nick!"

Sesaat kemudian Nick Vito muncul.

"Antar Pak Pengacara kembali ke New York. Nick."

"Baik, Bos."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oh ya. Sambil lalu, tolong mampir dan sampaikan suatu bungkusan." Dia
menoleh pada Thomas Colfax. "Kau tidak keberatan, kan?"

"Tentu tidak, Mike." Wajahnya merah karena merasa menang.

"Mari ikut. Barangnya ada di lantai atas," kata Michael Moretti pada Nick Vito.

Nick mengikuti Michael naik ke kamar tidurnya. Setelah mereka masuk,


Michael menutup pintunya.

"Kuminta kau berhenti sebelum keluar dari daerah New Jersey."

"Baik, bos."
"Kau harus menurunkan sampah." Nick Vito tampak kebingungan tak mengerti.
"Pengacara itu," Michael menjelaskan.

"Oh, baiklah."

"Bawa dia ke tempat tumpukan sampah. Tidak akan ada seorang pun malam hari
begini."

Lima belas menit kemudian mobil mewah mereka meluncur ke arah New York.
Nick Vito mengemudikan, sedang Thomas Colfax duduk di sebelahnya.

"Aku senang Mike sudah memutuskan untuk menyingkirkan perempuan keparat


itu," kata Thomas Colfax.

Nick mengerling ke arah ahli hukum di sebelahnya yang tidak menaruh curiga
itu. "He-eh."

Thomas Colfax melihat ke arloji emasnya yang bermerek Baume and Mercier.
Waktu itu pukul tiga subuh; waktu tidurnya sudah lama lewat. Dia bekerja terus
seharian itu dan dia letih. Aku sudah terlalu tua untuk melakukan semua
pertempuran ini, pikirnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Masih berapa jauh lagi perjalanan kita?" "Tak jauh,"

gumam Nick.

Pikiran Nick Vito kacau-balau. Membunuh adalah bagian dari pekerjaannya, dan
dia menyukai pekerjaan itu, karena dengan membunuh dia merasa mendapatkan
kekuatan. Nick merasa dirinya sebagai dewa bila dia membunuh; dia merasa
berkekuasaan besar. Tapi malam ini dia bingung. Dia tak mengerti mengapa dia
diperintah untuk menembak Thomas Colfax. Colfax adalah pengacara mereka,
orang yang dicari oleh semua anggota sindikat bila dalam kesulitan. Di samping
Godfather, pengacaralah orang yang paling penting dalam organisasi itu. Colfax
sudah sering kali menghindarkan Nick dari penjara.

Setani pikir Nick. Colfax memang benar. Mike sebenarnya tak pernah boleh
membawa masuk perempuan ke dalam organisasi mereka. Laki-laki berpikir
dengan otak. Perempuan dengan pantatnya. Oh, ingin benar dia menangani
Jennifer Parker itu. Akan disakitinya perempuan itu habis-habisan, kemudian —

"Awas! Kau menyimpang dari jalan!"

"Maaf." Nick cepat-cepat membelokkan mobil itu ke jalannya kembali.

Tempat tumpukan sampah itu tinggal dekat lagi. Nick merasa peluhnya keluar di
ketiaknya. Dia mengerling pada Thomas Colfax lagi.

Membunuh orang ini adalah soal yang mudah sekali. Sama saja dengan
membawa bayi tidur, tapi sialan. Bayinya bukan yang ini\ Ada orangyang
menghasut Mike. Ini dosa. Rasanya seperti harus membunuh ayah sendiri.

Dia ingin dapat membicarakannya dengan Salvatore atau Joe. Mereka pasti bisa
memberi tahu apa yang harus diperbuatnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tumpukan sampah itu sudah tampak oleh Nick di depan, di sebelah kanan jalan
raya. Syarafnya mulai menegang, sebagaimana yang selalu terjadi sebelum dia
memukul.

Ditekankannya lengan kiri ke sisi tubuhnya yang sebelah kiri, dan dirasakannya
tonjolan pistol berlaras pendek berukuran 38

buatan Smith dan Wesson. Pistol yang tersembunyi itu memberikan ketenangan
padanya.

"Aku perlu tidur nyenyak," Thomas Colfax menguap.

"Ya." Dia memang akan tidur lama, lama sekali.

Mobil sudah mendekati tumpukan sampah sekarang. Nick melihat ke kaca spion
dan memperhatikan jalan di hadapannya. Tak sebuah mobil pun kelihatan.

Dia tiba-tiba menekan rem lalu berkata, "Sialan, kelihatannya ban kita kempis."

Mobil dihentikannya, dibukanya pintu mobil lalu keluar ke jalan. Pistolnya


dikeluarkannya dari sarungnya dan dipegang di sisinya. Lalu dia berjalan ke
tempat Colfax duduk dan berkata, "Bisakah Anda membantu?"
Thomas Colfax keluar dari mobil. "Aku tak begitu pandai me —" Dia melihat
pistol yang teracung di tangan Nick dan terhenti. Dia mencoba menelan. "A —
ada apa Nick?"

Suaranya parau. "Apa yang telah kulakukan?"

Pertanyaan itulah yang telah memenul|i benak Nick sepanjang malam itu. Ada
orang yang mempermainkan Mike.

Colfax ada di pihak mereka, dia adalah salah seorang dari mereka. Waktu adik
laki-laki Nick mendapat kesulitan dengan polisi federal, Colfax-lah yang
bertindak dan menyelamatkan anak itu. Orang tua itu bahkan memberinya
pekerjaan. Aku berhutang budi pada orang tua ini, sialan, pikir Nick.

Tangannya yang menggenggam pistol itu diturunkannya.

"Demi Tuhan, aku tak tahu, Tuan Colfax. Ini tak beres."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thomas Colfax melihat padanya sebentar lalu mendesah.

"Lakukanlah sebagaimana yang diperintahkan padamu, Nick."

"Demi Tuhan, aku tak bisa melakukannya. Anda adalah pembelaku."

"Mike akan membunuhmu kalau kaubiarkan aku pergi."

Nick tahu bahwa yang dikatakan Colfax itu benar. Michael Moretti bukanlah
orang yang mau menerima ketidakpatuhan.

Nick teringat akan Tommy Angelo. Angelo bertugas sebagai sopir pada suatu
penyelundupan bulu binata'ng. Michael memerintahkannya untuk mengambil
mobil yang bekas mereka pakai untuk itu, dan memusnahkannya di sebuah
mesin pemusnah di bengkel besi tua di New Jersey milik keluarga. Waktu itu
Tommy Angelo terburu-buru karena harus memenuhi janji kencan, maka mobil
itu dibuangnya saja di East Side Street, di mana para detektif pemerintah
menemukannya. Esok harinya Angelo lenyap, dan diberitakan bahwa tubuhnya
dimasukkan ke dalam sebuah mobil
Chevrolet tua dan dimusnahkan bersama. Tak seorang pun yang melawan
Michael Moretti tetap hidup. Tapi ada suatu jalan, pikir Nick.

"Mike tak perlu tahu," kata Nick. Otaknya yang biasanya lamban kini bekerja
dengan cepat, bahkan hebat. "Dengar,"

katanya, "Anda hanya harus keluar dari negeri ini. Akan kuceritakan pada Mike
bahwa Anda sudah kukuburkan di bawah sampah, maka mereka tidak akan
menemukan Anda.

Anda bisa bersembunyi di Amerika Selatan atau tempat lain.

Anda tentu punya tabungan."

Thomas Colfax berusaha supaya harapannya tidak sampai terdengar di suaranya.


"Uangku banyak sekali, Nick. Akan kuberikan padamu seberapa —"
Nick menggeleng kuat-kuat. "Ini kulakukan bukan untuk uang. Ini kulakukan
karena—" Bagaimana dia bisa mengucapkannya? — "aku menaruh hormat pada
Anda. Aku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hanya minta supaya Anda juga melindungi aku. Bisakah Anda menumpang
pesawat yang terpagi ke Amerika Selatan?"

"Tak ada kesulitannya, Nick," kata Thomas Colfax. "Tolong antar saja aku ke
rumahku. Pasporku ada di sana."

Dua jam kemudian, Thomas Colfax sudah ada

dalam pesawat jet Eastern Airlines. Pesawat itu menuju ke Washington DC.

Hari itu adalah hari mereka yang terakhir di Acapulco, suatu pagi yang
sempurna, dengan angin sepoi yang hangat dan lembut, yang meniupkan lagu-
lagu di daun-daun pohon palma.

Pantai di La Concha penuh sesak wisatawan yang dengan serakahnya


memanfaatkan matahari sebelum mereka kembali ke pekerjaan rutin dalam
kehidupan mereka seharihari.

Joshua berlari-lari datang ke meja tempat mereka sedang sarapan, dengan


memakai pakaian renang. Tubuhnya yang atletis dan lentur itu tampak sehat dan
coklat karena sinar matahari. Nyonya Mackey berjalan perlahan-lahan di
belakangnya.

"Sudah cukup lama sekali makanan saya dicernakan, Ma.

Bolehkah saya pergi main ski air sekarang?"

"Joshua, kau baru saja selesai makan."

"Daya perubahan zat dalam tubuh saya ini tinggi sekali,"

dia menjelaskan dengan bersungguh-sungguh. "Makanan saya cepat tercerna."

Jennifer tertawa. "Baiklah. Bersenang-senanglah, ya?"

"Ya, Ma. Mama nonton saja, ya?"


Jennifer memperhatikan Joshua berlari-lari di sepanjang dermaga ke arah sebuah
speedboat yang sedang

menunggunya. Dilihatnya anak itu bercakap-cakap serius dengan pengemudinya,


dan mereka berdua menoleh ke arah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer. Jennifer memberikan isyarat mengizinkan, dan pengemudi itu


mengangguk, sedang Joshua mengenakan alatalat ski airnya.

Kapal motor itu menderum waktu dihidupkan mesinnya, dan Jennifer melihat
Joshua yang bangkit dengan alat ski yang sudah terpasang.

"Olahragawan yang hebat sekali anak itu," kata Nyonya Mackey.

Pada saat itu Joshua berpaling akan melambai pada Jennifer, dia kehilangan
keseimbangannya, lalu jatuh kena tiang. Jennifer melompat, lalu berlari ke
dermaga. Sesaat kemudian dilihatnya kepala Joshua muncul di atas permukaan
air, dan melihat padanya dengan tertawa.

Jennifer berdiri terpana, jantungnya berdebar keras, diperhatikannya Joshua yang


mengenakan alat ski airnya kembali. Speedboat berputar dan mulai hergerak
maju lagi, lalu menambah kecepatan untuk memungkinkan Joshua berdiri lagi.
Sekali lagi dia menoleh untuk melambai Jennifer, lalu melaju menjauh di atas
permukaan gelombang. Jennifer memperhatikannya; dia masih tetap berdebar
dan ngeri. Bila sesuatu sampai terjadi atas dirinya... Dia ingin tahu apakah ibu-
ibu lain juga mencintai anaknya seperti dia, tapi agaknya tak mungkin. Dia
bersedia mati bagi Joshua, mau membunuh demi anak itu. Aku sudah
membunuh seseorang demi dia, pikir Jennifer, melalui tangan Michael Moretti.

"Jatuh seperti itu tadi bisa berbahaya," kata Nyonya Mackey.

"Syukurlah tidak."

Satu jam lamanya Joshua berada di air. Waktu motor mendekat ke pantai
kembali, Joshua melepaskan tali penariknya, dan dengan anggun meluncur
sendiri ke arah pasir di pantai.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia berlari ke arah Jennifer penuh kegirangan. "Kalau Mama melihat kecelakaan
di sana tadi! Mengerikan sekali!

Sebuah kapal layar terbalik, dan kami berhenti, lalu menyelamatkan para
penumpangnya."

"Bagus sekali, Nak. Berapa nyawa kausela-matkan?"

"Enam orang."

"Dan kalian menarik mereka keluar dari air?"

Joshua ragu. "Yah, kami bukan menarik mereka ke luar dari air. Mereka itu
duduk di sisi kapal mereka. Tapi mereka mungkin mati kelaparan kalau kami tak
datang."

Jennifer menggigit bibirnya menahan senyum. "Oh, begitu.

Beruntung benar mereka, kalian datang, ya?'"

"Jelas."

"Kau tidak sakit waktu kau sendiri jatuh, Sayang?"

"Tentu tidak." Dia meraba bagian belakang kepalanya.

"Cuma benjol sedikit."

"Coba kuraba."

"Untuk apa? Mama kan tahu bagaimana rasanya benjolan?"

Jennifer menjangkaukan tangannya, lalu

perlahan-lahan meraba-raba bagian belakang kepala Joshua.

Jari-jarinya menemukan sebuah benjolan besar. "Sampai sebesar telur, Joshua."

"Ah, tak apa-apa."

Jennifer bangkit. "Sebaiknya kita kembali ke hotel."


"Sebentar lagilah, Ma."

"Tak bisa lagi. Kita harus berbenah. Kau tentu tak mau sampai kehilangan
pertandingan bolamu pada hari Sabtu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Joshua mendesah. "Tidak. Soalnya si Terry Waters sudah menunggu-nunggu


kesempatan untuk menggantikan saya."

"Mana bisa. Dia melemparkan bola seperti anak perempuan."

Joshua mengangguk dengan rasa puas. "Memang, ya?"

Sekembali mereka ke Las Brisas, Jennifer menelepon manajer hotel meminta


supaya mendatangkan seorang dokter ke kamar mereka. Dokter itu tiba tiga
puluh menit kemudian.

Dia seorang Meksiko yang Kemuk dan tegap, sudah setengah baya, dengan
berpakaian setelan putih model tua. Jennifer mempersilakannya masuk ke
bungalow mereka.

"Apa yang dapat saya bantu?" tanya Dokter Raul Mendoza.

"Anak saya tadi pagi jatuh. Di kepalanya ada benjolan besar. Saya ingin yakin
bahwa dia tak apa-apa."

Jennifer mengantarnya ke kamar tidur Joshua, di mana anak itu sedang


membenahi kopornya.

"Joshua, ini Dokter Mendoza.'"

Joshua mengangkat mukanya dan bertanya, "Siapa yang sakit?"

"Tak ada siapa-siapa yang sakit, Sayang. Mama hanya meminta dokter
memeriksa kepalamu."

"Aduh, Mama! Ada apa dengan kepala saya?"

"Tidak apa-apa. Mama hanya akan lebih tenang bila Dokter Mendoza
memeriksanya. Kau mau kan menyenangkan hati Mama?"
"Perempuan!" keluh Joshua. Dia melihat pada dokter itu dengan curiga. "Anda
tidak akan menusukkan satu jarum pun ke badan saya, bukan?"

"Tidak, Senor, saya ini dokter yang tak suka menyakiti."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Itu yang saya suka."

"Silakan duduk."

Joshua duduk di tepi tempat tidurnya, dan Dokter Mendoza meraba-raba bagian
belakang dari kepala Joshua. Joshua menyeringai kesakitan tapi dia tidak
berteriak. Dokter membuka tas alat-alatnya lalu mengeluarkan sebuah kaca
pemeriksa mata. "Coba buka matamu lebar-lebar."

Joshua mematuhinya. Dokter Mendoza menatap melalui alat tadi.

"Apakah Dokter melihat gadis-gadis telanjang menari di situ?"

"Joshua!"

"Saya kan sekedar bertanya."

Dokter Mendoza memeriksa mata Joshua yang sebelah lagi.

"Kau sehat walafiat. Begitu ungkapannya, bukan?" Dokter itu bangkit lalu
menutup tas alat-alatnya. "Sebaiknya benjolan itu dikompres dengan es,"
katanya pada Jennifer. "Besok anak itu akan sehat."

Jennifer merasa seolah-olah suatu beban berat telah diangkat dari hatinya.
"Terima kasih," katanya.

"Saya akan mengurus pembayaran dengan kasir hotel, Nyonya. Selamat tinggal,
Anak muda."

"Selamat jalan, Dokter Mendoza."

Setelah dokter itu pergi, Joshua berpaling pada ibunya.

"Mama memang suka membuang-buang uang, ya Ma?"


"Aku tahu. Aku suka memboroskannya kalau untuk makanan, kesehatanmu —"

"Sayalah orang yang paling sehat dalam regu kami."

"Pertahankanlah keadaan itu."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Joshua tertawa. "Saya berjanji."

Mereka menumpang pesawat terbang yang pukul enam ke New York, dan tiba
kembali di Sands Point, rumah mereka, larut malam. Joshua tidur terus
sepanjang perjalanan pulang.

Ruangan itu rasanya penuh hantu. Adam Warner ada di ruang kerjanya,
menyiapkan suatu pidato besar-besaran yang akan disiarkan tv, tapi dia tak bisa
memusatkan pikirannya.

Pikirannya dipenuhi oleh Jennifer. Sejak dia kembali dari Acapulco, dia tak bisa
memikirkan apa pun juga yang lain.

Pertemuan dengan Jennifer hanya lebih meyakinkan Adam pada apa yang
memang telah diketahuinya sejak awal. Dia telah menjatuhkan pilihan yang
salah. Dia sebenarnya tak pernah boleh melepaskan Jennifer. Kebersamaan
dengan Jennifer lagi mengingatkannya akan semua yang telah dimilikinya, tapi
kemudian dibuangnya, dan dia tak tahan mengingat hal itu.

Dia berada dalam keadaan yang buruk sekali. Blair Roman pasti akan
menyebutnya, situasi yang tak akan memenangkan.

Pintu diketuk orang, dan Chuck Morrison, asisten kepala Adam, masuk dengan
membawa sebuah kaset. "Bisakah aku berbicara sebentar denganmu, Adam?"

"Tak bisakah nanti saja, Chuck, aku sedang —"

"Tak bisa." Suara Chuck terdengar gugup.

"Baiklah. Apa yang begitu mendesak?"

Chuck Morrison lebih mendekati meja kerja Adam. "Aku baru saja menerima
telepon. Mungkin dari orang gila, tapi kalau bukan, entahlah, aku tak tahu. Coba
dengarkan ini."

Dimasukkannya kaset tadi ke dalam recordernya. di atas meja Adam, ditekannya


sebuah tombol dan mulailah pitanya bersuara.

Siapa nama Anda?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Itu tak penting. Saya tak mau berbicara kecuali dengan Senator Adam Warner.

Senator sedang sibuk sekarang. Coba tulis saja surat pada beliau dan saya akan

Tidakl Dengarkan. Ini penting sekali. Katakan pada Senator Adam Warner,
bahwa saya bisa menyerahkan Michael Moretti padanya. Saya mempertaruhkan
hidup saya dengan menelepon ini. Tolong sampaikan pesan itu pada Senator
Adam Warner.

Baiklah. Di mana Anda?

Saya menginap di penginapan Capitol di 32nd Street, kamar empat belas.


Katakan padanya supaya datang setelah hari gelap dan dia harus yakin bahwa dia
tidak di kuti orang.

Saya tahu Anda pasti merekam percakapan ini. Bila Anda memutar pita ini
untuk orang lain kecuali Senator itu, matilah saya.

Terdengar bunyi klik, dan suara di pita itu berakhir.

Chuck Morrison berkata, "Bagaimana pendapatmu?"

Adam mengerutkan dahinya. "Kota ini penuh dengan orang bejat. Tapi
sebaliknya, orang itu tahu umpan apa yang harus dipakainya bukan? Michael —
Tuhanku — Moretti!"

Pukul sepuluh malam itu, Adam Warner dengan di kuti oleh empat orang
pasukan keamanan rahasia, dengan berhati-hati mengetuk pintu kamar empat
belas di penginapan Capitol. Pintu dibuka selebar celah saja.
Begitu Adam melihat wajah laki-laki yang di dalam itu, dia berbalik pada orang-
orang yang menyertainya dan berkata,

"Tinggal di luar saja. Jangan biarkan siapa pun juga mendekati tempat ini.”

Pintu terbuka lebih lebar, dan Adam masuk ke kamar.

"Selamat malam, Senator Warner."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Selamat malam, Tuan Colfax."

Kedua laki-laki itu berdiri saling menilai.

Thomas Colfax kelihatan lebih tua daripada waktu Adam melihatnya terakhir
kali, tapi ada suatu perbedaan lain yang hampir tak dapat dikatakan. Kemudian
Adam baru tahu. Rasa ketakutan. Thomas Colfax dalam keadaan takut. Selama
ini dia adalah orang yang punya rasa percaya diri, boleh dikatakan angkuh, dan
kini rasa percaya diri itu telah lenyap.

"Terima kasih atas kedatangan Anda, Senator."

Suara Colfax terdengar tegang dan gugup.

"Katanya Anda akan berbicara dengan saya mengenai Michael Moretti."

"Saya bisa menyerahkannya ke pangkuan Anda."

"Bukankah Anda pengacara Moretti? Mengapa Anda mau berbuat begitu?"

"Saya punya alasan-alasan sendiri."

"Seandainya saya mau bekerja sama dengan Anda, apa yang Anda harapkan
sebagai imbalannya?"

"Pertama-tama, kekebalan seutuhnya. Kedua, saya ingin pergi ke luar negeri.


Saya akan memerlukan paspor dan surat-surat — suatu bukti diri baru."

Jadi rupanya Michael Moretti telah memerintahkan untuk membunuh Thomas


Colfax. Itulah satu-satunya penjelasan atas apa yang sedang terjadi sekarang.
Adam

hampir-hampir tak bisa percaya akan nasib baiknya. Inilah kesempatan terbaik
yang mungkin diperolehnya.

"Bila saya memberi Anda kekebalan," kata Adam, "— saya belum bisa
menjanjikan apa-apa — Anda tentu mengerti bahwa saya akan minta supaya
Anda mau dibawa ke

pengadilan dan memberikan kesaksian penuh. Saya akan meminta segala-


galanya yang Anda tahu."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Akan saya berikan."

"Apakah Moretti tahu di mana Anda sekarang berada?"

"Sangkanya saya sudah mati." Thomas Colfax tersenyum gugup. "Bila dia
menemukan saya, saya akan mati."

"Dia tidak akan menemukan Anda, bila kita membuat suatu perjanjian."

"Jadi saya mempertaruhkan hidup saya ke dalam tangan Anda, Senator."

"Terus terang," kata Adam, "saya sama sekali tidak peduli Anda, Moretti-lah
yang saya ingini. Mari kita bicarakan syarat-syarat dasarnya. Bila kita sudah
mencapai persetujuan, Anda akan mendapatkan perlindungan sepenuhnya yang
bisa diberikan pemerintah. Bila saya merasa puas dengan kesaksian Anda, kami
akan memberi Anda sejumlah uang yang cukup untuk hidup di negara mana pun
yang Anda pilih, dengan bukti diri yang Anda kehendaki. Sebagai imbalannya,
Anda harus menyetujui yang berikut ini: saya memerlukan kesaksian penuh dari
Anda mengenai kegiatan-kegiatan Moretti. Anda harus memberikan kesaksian di
hadapan dewan juri yang besar, dan bila Moretti dihadapkan ke sidang, saya
harap Anda mau menjadi saksi di pihak pemerintah. Setuju?"

Thomas Colfax memalingkan mukanya. Akhirnya dia

berkata, "Tony Granel i tentu berbalik dalam kuburnya. Apa yang telah terjadi
dengan manusia? Bagaimana nasib kehormatan?"
Adam tidak mendapatkan jawaban. Inilah orang yang sudah beratus kali
mempermainkan undang-undang, yang telah menebus pembunuh-pembunuh
sampai bebas lepas, yang telah membantu menjadi otak kegiatan-kegiatan dari
organisasi kejahatan yang paling kejam yang pernah dikenal dunia beradab. Dan
dia bertanya bagaimana nasib

kehormatan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thomas Colfax bertanya pada Adam, "Kita akan

mengadakan perjanjian. Saya ingin itu dilakukan secara

tertulis, dan saya minta supaya itu ditandatangani oleh jaksa

agung."

"Baiklah." Adam melihat ke sekeliling kamar penginapan

yang buruk itu. "Sebaiknya Anda pindah dari tempat ini."

"Saya tak mau ke hotel. Moretti punya telinga di mana-

mana."

"Di tempat ke mana Anda akan dibawa, tidak akan ada."

Sepuluh menit setelah pukul dua belas tengah malam,

sebuah truk militer dan dua buah jip yang dikendarai oleh dua

orang marinir bersenjata, berhenti di depan kamar nomor

empat belas. Empat orang polisi militer masuk ke kamar itu

dan sebentar kemudian keluar lagi dengan menggiring

Thomas Colfax secara ketat ke bak belakang truk tadi. Iring-

iringan itu berangkat lagi dari penginapan itu dengan sebuah


jip di depan truk itu, dan sebuah lagi menyusul di

belakangnya. Iring-iringan itu menuju ke Quantico, Virginia,

tiga puluh mil di sebelah selatan Washington. Iring-iringan

yang terdiri dari tiga mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi,

dan empat puluh lima menit kemudian tiba di pangkalan Korps

Marinir Amerika Serikat di Quantico.

Komandan pangkalan itu, Mayor Jenderal Roy Wal ace, dan

beberapa orang anggota marinir khusus, telah siap menunggu

di pintu gerbang. Begitu iring-iringan itu berhenti, Jenderal

Wal ace berkata pada kapten yang bertugas khusus, "Tahanan

itu harus dibawa segera ke tempat tahanan tertutup. Tidak

akan ada yang boleh berbicara dengan dia."

Mayor Jenderal Wal ace memperhatikan waktu iring-iringan itu memasuki


halaman. Dia mau mengorbankan sebulan gajinya untuk bisa mengenali laki-laki
dalam truk itu. Daerah komando jenderal itu, terdiri dari stasiun udara korps
marinir seluas tiga ratus sepuluh are dan sebagian dari akademi FBI, Tiraikasih
Website http://kangzusi.com/

lagi pula merupakan pusat utama untuk latihan para perwira Korps Marinir
Amerika Serikat. Selama ini mereka tak pernah dimintai kesediaannya untuk
menempatkan seorang tawanan sipil. Ini betul-betul merupakan suatu
pengecualian.

Dua jam sebelumnya, dia telah menerima telepon dari komandan korps marinir
sendiri. "Ada seorang laki-laki yang sedang dalam perjalanan ke pangkalanmu,
Roy. Kuminta supaya kau mengosongkan tempat tahanan yang tertutup, dan
menempatkannya di sana sampai ada perintah-perintah selanjutnya."

Jenderal Wal ace menyangka dia telah salah dengar.


"Benarkah Anda katakan tempat tahanan tertutup, Pak?"

"Benar. Aku mau orang itu ditempatkan di situ seorang diri.

Tak ada seorang pun boleh mendekati dia. Pengawalan di tempat itu harap
dilipatgandakan. Mengerti?"

"Mengerti, Jenderal."

"Satu hal lagi, Roy. Bila terjadi sesuatu atas diri orang itu, selama dia berada di
bawah pengawasanmu, kau akan mendapat hukuman."

Komandan lalu memutuskan hubungan.

Jenderal Wal ace memperhatikan truk itu menuju ke tempat tahanan tertutup, dan
kembali ke kantornya, lalu menelepon pembantunya Kapten Alvin Giles.

"Mengenai orang yang ditempatkan dalam tahanan yang tertutup itu —" kata
Jenderal Wallace.

"Ya, Jenderal."

"Tujuan kita yang utama adalah keselamatannya. Kuminta supaya kau sendiri
yang memilih pengawal-pengawalnya. Tak ada orang lain yang boleh
mendekatinya. Tak boleh ada pengunjung, tak boleh ada surat-surat atau
kiriman-kiriman.

Mengerti?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, Pak."

"Kau sendiri harus hadir waktu makanannya sedang dimasak."

"Ya, Jenderal."

"Bila ada seseorang yang menaruh perhatian yang tak wajar tentang dia, segera
laporkan padaku. Ada pertanyaan?"

"Tidak, Pak."
"Bagus, Al. Lakukan semua dengan baik. Bila terjadi

sesuatu yang tak beres, aku yang akan dihukum."

Jennifer terbangun oleh bunyi hujan halus di atap. Hujan

turun pagi-pagi sekali, dan Jennifer berbaring saja

mendengarkan rintik-rintiknya yang halus mengenai rumah.

Dia melihat kejam weker. Sudah waktunya untuk

melakukan kegiatan hariannya.

Setengah jam kemudian, Jennifer turun ke lantai bawah, ke

kamar makan untuk sarapan bersama Joshua. Tapi anak itu

tak ada di situ.

Nyonya Mackey masuk dari dapur. "Selamat pagi, Nyonya

Parker."

"Selamat pagi. Mana Joshua?"

"Dia kelihatan begitu letih hingga saya pikir, biarkan saja dia tidur lebih lama.
Besok dia harus ke sekolah."

Jennifer mengangguk. "Pikiran yang baik."

Dia sarapan seorang diri, lalu naik ke lantai atas untuk pamit pada Joshua. Anak
itu masih tergolek di tempat tidurnya, tidur nyenyak.

Jennifer duduk di tepi tempat tidurnya dan berkata perlahan-lahan, "Hei,


Penidur, aku mau pamit."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Anak itu membuka matanya sebelah perlahan-lahan. "Ya, Sobat, bye." Suaranya
terdengar berat karena kantuknya.
"Apakah saya harus bangun?"

"Tidak. Coba dengar. Hari ini kau boleh bermalas-malasan seharian. Kau boleh
tinggal di rumah dan bersenang-senang.

Hujan terlalu lebat untuk pergi ke luar."

Joshua mengangguk dengan mengantuk. "Baiklah, Ma."

Matanya tertutup lagi dan dia tidur.

Sepanjang petang itu Jennifer berada di pengadilan, dan waktu dia selesai dan
tiba di rumah, hari sudah pukul tujuh lewat. Hujan yang seharian tadi rintik-
rintik saja, kini menjadi lebat, dan waktu Jennifer memasuki jalan mobil ke arah
garasi, rumahnya kelihatan seperti sebuah puri yang terkepung dikelilingi oleh
parit yang meluap, yang airnya berwarna abu-abu.

Nyonya Mackey membukakan pintu depan lalu membantu Jennifer


menanggalkanjas hujannya yang basah kuyup.

Jennifer mengguncang-guncangkan kepalanya untuk

membuang air yang melekat di rambutnya, lalu bertanya,

"Mana Joshua?"

"Tidur."

Jennifer memandang Nyonya Mackey dengan kuatir. "Tidur teruskah dia


sepanjang hari ini?"

"Tentu saja tidak. Tadi dia bangun dan macam-macam yang dikerjakannya. Saya
menyiapkan makan malamnya, tapi waktu saya naik ke lantai atas untuk
memanggilnya, dia sudah tertidur lagi, jadi saya pikir, biar sajalah."

"Begitukah?"

Jennifer masuk ke kamar Joshua lalu masuk perlahan-lahan. Joshua sedang tidur.
Jennifer membungkuk dan meraba dahinya. Badannya tak panas; warna
mukanya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
normal. Jennifer memegang nadinya. Tak ada apa-apa, kecuali angan-angannya
sendiri. Dia telah membiarkan angannya itu terbang mengawang. Padahal Joshua
mungkin main terlalu giat sepanjang hari tadi, jadi wajarlah bila dia letih.
Jennifer menyelinap ke luar dari kamar itu lalu turun lagi.

"Tolong siapkan beberapa potong sandwich untuk Joshua, Nyonya Mackey.


Letakkan di sisi tempat tidurnya.

Dia bisa memakannya kalau dia bangun."

Jennifer makan malam di meja kerjanya sambil

mengerjakan ikhtisar-ikhtisar perkara, dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan


untuk saksi dalam sidang esok harinya. Terniat dalam hatinya untuk menelepon
Michael, mengatakan bahwa dia sudah kembali, tapi dia ragu berbicara dengan
dia, karena masih terlalu singkat jarak waktunya sesudah malam yang
dihabiskannya bersama Adam.... Michael sangat peka. Setelah lewat tengah
malam barulah dia selesai membaca. Dia berdiri lalu meregangkan tubuhnya,
mencoba menghilangkan ketegangan di punggung dan di tengkuknya.

Surat-suratnya dimasukkan ke dalam tas kerjanya, lampu-lampu dipadamkannya


lalu naik ke lantai atas. Dia melewati kamar Joshua dan menjenguk ke dalam.
Anak itu masih tidur.

Sandwich di meja kecil, di samping tempat tidurnya, belum disentuh.

Esok paginya waktu Jennifer turun untuk sarapan, Joshua sudah ada di sana,
sudah berpakaian dan siap untuk pergi ke sekolah.

"Pagi, Ma."

"Selamat pagi, Sayang. Bagaimana perasaanmu?" "Baik.

Saya benar-benar letih. Pasti karena matahari Meksiko itu."

"Mungkin."

"Acapulco memang benar-benar hebat. Bisakah kita ke sana lagi pada libur saya
yang akan datang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mengapa tidak? Senangkah kau akan kembali lagi ke sekolah?"

"Saya menolak menjawabnya, dengan alasan bahwa jawaban itu akan


mengancam diri saya."

Pertengahan petang itu, sedang Jennifer mendengarkan keterangan seorang


saksi, Cynthia memanggil lewat interkom.

"Maaf, saya mengganggu, tapi ini ada seseorang yang bernama Nyonya Stout
menelepon —"

Dia adalah wali kelas Joshua. "Tolong sambungkan."

Jennifer mengangkat gagang telepon. "Halo, Nyonya Stout.

Apakah ada sesuatu yang tak beres?"

"Ah, tidak, semuanya baik-baik saja, Nyonya Parker. Saya tak bermaksud
mengejutkan Anda. Saya hanya berpikir, sebaiknya saya sarankan pada Anda
bahwa akan lebih baik bila Joshua bisa tidur lebih banyak."

"Apa maksud Anda?"

"Hari ini dia tidur terus dalam hampir semua mata pelajaran. Baik Nona Wil
iams maupun Nyonya Toboco mengatakan begitu. Mungkin Anda bisa
mengusahakan supaya dia pergi tidur lebih awal."

Jennifer menatap telepon itu. "Saya — ya akan saya usahakan."

Perlahan-lahan dia meletakkan kembali gagang telepon itu lalu berpaling pada
orang-orang yang ada dalam kamar itu dan memperhatikannya.

"Ma — maafkan saya," katanya. "Permisi, saya harus pergi."

Dia bergegas keluar ke ruang penerimaan tamu. "Cynthia, cari Dan. Minta
supaya dia meneruskan mendengarkan keterangan saksi itu. Ada sesuatu yang
terjadi."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


"Semua —" Jennifer sudah keluar dari pintu.

Dia pulang, mengemudikan mobilnya seperti orang gila, melebihi batas


kecepatan, melanggar lampu merah. Pikirannya dipenuhi oleh bayangan-
bayangan yang mengerikan, yang terjadi atas diri Joshua. Jalan rasanya tak ada
akhirnya, dan ketika rumahnya tampak di kejauhan, Jennifer membayangkan
jalan mobil menuju rumahnya penuh dengan ambulans dan mobil-mobil polisi.
Nyatanya tempat itu kosong. Dia menghentikan mobilnya di samping pintu
depan lalu bergegas masuk ke dalam rumah. "Joshua!"

Anak itu ada dalam kamar belajarnya, nonton pertandingan basebal di tv.

"Hai, Ma. Mama pulang awal. Mama dipecat?" Jennifer berdiri di ambang pintu
menatap anaknya, tubuhnya rasa mengambang karena lega. Dia merasa dirinya
sebagai orang yang tolol.

"Coba Mama tadi melihat pengumpulan angka yang terakhir. Craig Swan benar-
benar luar biasa!"

"Bagaimana perasaanmu, Nak?"

"Hebat."

Jennifer meletakkan tangannya ke dahi Joshua. Dia tak demam.

"Kau yakin kau tak apa-apa?"

"Tentu saja. Mengapa Mama kelihatan lucu begitu? Mama menguatirkan


sesuatu? Apakah Mama ingin bicara dari hati ke hati?"

Jennifer tersenyum. "Tidak, Sayang, Mama hanya —

apakah ada sesuatu yang terasa sakit?"

Joshua mengerang. "Dengar, Regu Met kalah lima lawan enam. Tahukah Mama
apa yang terjadi pada putaran pertama?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia mulai bercerita dengan berapi-api tentang cara main


regu kesayangannya. Jennifer melihat saja padanya, dengan

perasaan memuja dan berpikir, Sialan angan-anganku ini. Dia

tentu sehat-sehat saja.

"Teruskanlah nonton sisa pertandingan itu. Mama akan

menyiapkan makan malam."

Jennifer masuk ke dapur dengan hati ringan. Dia lalu

membuat cake pisang, salah satu makanan penutup

kesukaan Joshua.

Tiga puluh menit kemudian, waktu Jennifer kembali ke

kamar belajar itu, Joshua terbaring di lantai, tak sadarkan diri.

Perjalanan ke Rumah Sakit Blinderman Memorial bagaikan

tak ada akhirnya. Jennifer duduk di bagian belakang ambulans

sambil menggenggam erat tangan Joshua. Seorang petugas

memegang alat bantuan zat asam di muka Joshua. Anak itu

belum lagi sadar. Sirene ambulans mengaung-ngaung, tapi

lalu lintas padat dan ambulans berjalan lambat, sedang

orang-orang yang ingin tahu, mengintai melalui jendela

melihat wanita yang berwajah putih pucat dan anak laki-laki

yang tak sadar. Jennifer merasakan hal itu sebagai suatu

pelanggaran terhadap ketenangan pribadi.

"Mengapa orang tak memakai kaca tak tembus eahaya


untuk ambulans?" tanya Jennifer.

Petugas itu terkejut dan memandangnya. "Bagaimana, Bu?"

"Tidak... tak apa-apa."

Setelah rasanya berabad-abad lamanya, barulah ambulans berhenti di pintu


masuk darurat di bagian belakang rumah sakit. Dua orang dokter yang bertugas
sedang menunggu di pintu. Jennifer berdiri saja tanpa bisa berbuat apa-apa,
hanya melihat saja waktu Joshua dipindahkan dari ambulans ke brankar.

"Apakah Anda ibu anak ini?" tanya seorang petugas.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya."

"Mari silakan ikut kami."

Maka menyusul ah suatu kaleidoskop yang kabur, yang terdiri dari bunyi cahaya
dan gerak. Jennifer melihat Joshua didorong melalui lorong rumah sakit yang
panjang dan putih ke kamar foto.

Jennifer ingin ikut, tapi petugas berkata, "Anda harus mendaftarkan putra Anda
dulu."

Seorang wanita yang kurus di meja depan bertanya pada Jennifer, "Bagaimana
cara Anda membayar? Apakah Anda seorang pemegang asuransi Blue Cross
atau asuransi lain?"

Ingin rasanya Jennifer berteriak pada perempuan itu dan kembali ke sisi Joshua,
tapi dipaksanya dirinya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Setelah
pertanyaan-pertanyaan terjawab dan Jennifer sudah mengisi beberapa formulir,
barulah wanita itu mengizinkan Jennifer pergi.

Dia bergegas ke kamar foto, lalu masuk. Kamar itu kosong, Joshua sudah tak ada
di situ. Jennifer berlari ke luar, ke lorong, sambil melihat ke sekelilingnya
dengan gugup.

Seorang jururawat lewat.


Jennifer mencekam lengan jururawat itu. "Mana anak saya?"

"Saya tak tahu," sahutnya. "Siapa namanya?"

"Joshua. Joshua Parker."

"Di mana Anda meninggalkannya tadi?"

"Dia — dia tadi sedang difoto — dia —"Jennifer mulai kacau. "Apa yang
diperbuat orang atas diri anakku? Katakan!"

Jururawat itu memperhatikan Jennifer dengan cermat, lalu berkata, "Tunggu di


sini, Nyonya Parker. Saya akan mencoba mencari tahu."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beberapa menit kemudian jururawat itu kembali. "Dokter Morris ingin bertemu
dengan Anda. Mari ikut saya."

Jennifer merasa kakinya gemetar. Dia merasa sulit berjalan.

"Tak apa-apakah Anda?" Jururawat itu memperhatikannya.

"Saya ingin melihat anak saya." Mulutnya terasa kering karena ketakutan.

Mereka masuk ke sebuah kamar yang penuh dengan alatalat yang aneh. "Tunggu
di sini."

Beberapa saat kemudian Dokter Morris masuk. Dokter itu gemuk, mukanya
merah dan jari-jarinya coklat bekas rokok.

"Nyonya Parker?"

"Di mana Joshua?"

"Mari masuk kemari." Jennifer diajaknya ke dalam sebuah kantor kecil di


seberang kamar dengan .ilat-alat aneh tadi.

"Silakan duduk."

Jennifer duduk. "Jo — tak — tidak serius, bukan, Dokter?"


"Kami belum tahu." Suaranya halus, tak sepadan untuk laki-laki seukuran dia.
"Saya memerlukan beberapa keterangan. Berapa umur putra Anda itu?"

"Baru tujuh tahun."

Kata baru itu keluar begitu saja, seolah-olah

leguran terhadap Tuhan.

"Apakah baru-baru ini dia mengalami kecelakaan?"

Dalam pikiran Jennifer terkilas bayangan Joshua vang berpaling untuk melambai
lalu kehilangan keseimbangannya dan jatuh kena tiang. "Dia — dia mengalami
kecelakaan waktu sedang main ski air. Kepalanya terbentur."

Dokter itu membuat catatan-catatan. "Kapan itu terjadi?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saya — beberapa — hari yang lalu. Di Acapulco." Sulit rasanya untuk berpikir
tenang.

"Apakah dia kelihatan baik-baik saja setelah kecelakaan itu?"

"Ya. Hanya ada benjolan di bagian belakang kepalanya, tapi selebihnya dia —
dia kelihatannya tak apa-apa."

"Apakah Anda melihat dia kehilangan daya ingatnya?"

"Tidak."

"Ada perubahan-perubahan pada pribadinya?"

"Tidak."

"Tak ada kejang-kejang atau tengkuk kaku atau pusing kepala?"

"Tidak."

Dokter berhenti menulis lalu memandangjennifer. "Saya baru saja membuat foto-
fotonya, tapi itu tidak cukup. Saya masih — akan mengadakan pemeriksaan
CAT."

"Pemeriksaan —?"

"Itu nama sebuah alat berkomputer dari Inggris yang bisa mengambil foto dari
bagian dalam otak. Sesudah itu mungkin saya masih harus mengadakan
beberapa tes. Anda setuju, bukan?"

"Bi — bi — bila —" Dia jadi gagap — "itu perlu. Tapi itu tidak sakit, bukan?"

"Tidak. Mungkin saya juga harus mengambil isi tulang punggungnya."

Dokter itu membuatnya takut.

Jennifer memaksa dirinya untuk mengucapkan

pertanyaan, "Menurut Anda, apa penyakit anak saya itu? Ada apa dengan dia?"
Dia tak bisa mengenali suaranya sendiri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lebih baik saya tidak menduga-duga dulu, Nyonya Parker. Satu atau dua jam
lagi kita akan tahu. Dia sudah bangun. Anda ingin bertemu dengan dia?"

"Ingin sekali."

Seorang jururawat mengantar Jennifer ke kamar Joshua.

Dia sedang berbaring di tempat tidur, kecil dan pucat kelihatannya. Dia
mengangkat mukanya waktu Jennifer masuk.

"Hai, Ma."

"Hai, Nak." Jennifer duduk di tepi tempat tidur anaknya.

"Bagaimana perasaanmu?"

"Rasanya aneh. Seolah-olah saya tidak di sini."

Jennifer menggapai lalu mengambil tangan Joshua. "Kau ada di sini, Sayang.
Dan Mama di sini juga bersamamu."
"Semuanya kelihatan seperti dua."

"Su — sudahkah hal itu kauceritakan pada dokter?"

"Sudah. Dia pun kelihatan dua. Mudah-mudahan saja Mama tidak disuruhnya
membayar dua kali." Dengan lembut Jennifer merangkulkan tangannya ke

Joshua lalu mendekapnya. Tubuhnya terasa kecil dan layu.

"Ma."

"Ya, Sayang."

"Mama kan tidak akan membiarkan saya mati, ya?"

Mata Jennifer tiba-tiba terasa ditusuk-tusuk. "Tidak Joshua, Mama tidak akan
membiarkan kau mati. Para dokter akan menyembuhkanmu, lalu Mama akan
membawamu pulang."

"Oke. Dan Mama sudah berjanji kita akan pergi ke Acapulco lagi, kapan-kapan."

"Ya. Segera setelah —"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Joshua sudah tertidur lagi.

Dokter Morris masuk ke kamar itu dengan dua orang lakilaki yang memakai jas
putih.

"Kami akan mulai mengadakan tes-tesnya sekarang, Nyonya Parker. Sebentar


saja. Anda boleh saja tinggal di sini dan santai saja."

Jennifer melihat mereka membawa Joshua ke luar kamar.

Dia tetap duduk di tempat tidur, dan merasa seolah-olah tubuhnya baru saja
dipukuli. Semua energinya habis terkuras.

Dia duduk saja sambil menatap terus ke dinding yang berwarna putih, «seolah-
olah sedang kemasukan.
Sesaat kemudian suatu suara berkata, "Nyonya Parker —"

Jennifer mengangkat mukanya dan melihat Dokter Morris.

"Silakan, lanjutkan saja melakukan tes-tesnya," kata Jennifer.

Dokter itu memandangnya dengan pandangan aneh. "Kami sudah selesai."

Jennifer melihat pada jam yang ada di dinding. Rupanya sudah dua jam dia
duduk di situ. Kapan waktu itu berlalu? Dia memandang wajah dokter, mencoba
membacanya, mencari tanda-tanda yang kecil, yang akan memberitahukan
padanya apakah berita itu baik atau buruk. Betapa seringnya sudah dia
melakukan hal serupa itu, membaca wajah para anggota juri, dan dengan
demikian tahu dari air muka mereka, bagaimana keputusan mereka kelak.
Seratus kali? Lima ratus? Kini karena panik yang melanda dirinya, Jennifer lalu
tak bisa membaca apa-apa. Tubuhnya lalu menggigil tanpa bisa dikuasainya.

Dokter Morris berkata, "Putra Anda menderita subdural haematoma. Dalam


istilah awamnya, telah terjadi bekas pukulan yang telah membeku pada
otaknya."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kerongkongannya tiba-tiba menjadi demikian keringnya hingga tak sepatah pun


bisa diucapkannya.

"A —" Dia menelan lalu mencoba lagi, "A — pa itu -—?" Dia tak sanggup
melanjutkan kalimatnya.

"Saya harus segera membedahnya. Saya akan memerlukan persetujuan Anda."

Kasar benar senda-gurau laki-laki ini terhadapnya. Sebentar lagi dia pasti akan
tersenyum dan berkata bahwa Joshua tak apa-apa. Saya hanya menghukum Anda
saja, Nyonya Parker, karena telah membuang-buang waktu saya. Tak ada apa-
apa dengan putra Anda, dia hanya butuh tidur. Dia sedang tumbuh. Anda jangan
mengambil waktu kami yang

sebenarnya bisa kami manfaatkan untuk merawat pasien lain yang benar-benar
sakit. Dia akan tersenyum padanya dan berkata, "Anda bisa membawa pulang
putra Anda sekarang."
Dokter Morris melanjutkan. "Putra Anda masih muda dan tubuhnya
kelihatannya kuat. Kita bisa berharap

pembedahannya akan berhasil."

Dia akan membelah otak anaknya, mengoyak-ngoyaknya dengan alat-alat yang


tajam, mungkin menghancurkan apa saja yang telah membentuk Joshua sebagai
Joshua. Bahkan mungkin — membunuhnya.

"Tidak!" perkataan itu diucapkan sebagai pekik kemarahan.

"Apakah Anda tak mau memberi kami izin untuk membedah?"

"Saya —" Pikirannya begitu kacau, dia tak bisa berpikir. "A

— apa yang akan terjadi bila tidak dibedah?"

Dokter Morris menjawab apa adanya, "Putra Anda akan meninggal. Apakah
ayah anak itu ada di sini?"

Adam! Aduhai, betapa inginnya dia Adam ada di sini, betapa inginnya dia
merasakan lengan Adam merangkul Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tubuhnya, menghiburnya. Dia ingin Adam mengatakan padanya bahwa


semuanya akan beres, bahwa Joshua akan sembuh.

"Tidak ada," sahut Jennifer akhirnya, "dia tak ada. Sa —

saya memberi Anda izin. Lakukanlah pembedahan itu."

Dokter Morris mengisi suatu formulir lalu memberikannya pada Jennifer.


"Tolong Anda tanda tangani."

Jennifer menanda-tangani surat itu tanpa melihatnya lagi.

"Berapa lama pembedahan itu?"

"Saya tak bisa tahu, sebelum saya buka —" Dokter itu melihat air muka Jennifer.
"Sebelum saya mulai membedah.

Apakah Anda mau menunggu di sini?"


"Tidak!" Dinding-dinding rasanya menyempit, mencekiknya.

Dia tak bisa bernapas. "Adakah tempat di mana saya bisa berdoa?"

Tempat berdoanya itu sebuah kapel tua dengan lukisan Jesus di atas altar. Ruang
itu kosong, Jennifer seorang diri di situ. Dia berlutut, tapi dia tak bisa berdoa.
Dia memang bukan orang yang kuat pada agama — untuk apa Tuhan

mendengarkan doanya sekarang? Dia mencoba menenangkan pikirannya supaya


dia bisa bercakap-cakap dengan Tuhan, tapi rasa takutnya lebih besar; rasa takut
itu telah menyelubungi sepenuhnya. Dia terus-menerus menyesali dirinya tanpa
ampun. Kalau saja aku tidak mengajak Joshua ke Acapulco, pikirnya.... Kalau
saja aku tidak membiarkannya main ski air...

Kalau saja aku tak percaya pada dokter Meksiko itu... Kalau saja. Kalau. Bila.
Dia mulai tawar-menawar dengan Tuhan.

Sembuh-kanlah dia, dan aku akan berbuat apa saja bagi-Mu.

Dia membantah adanya Tuhan. Sekiranya ada Tuhan, maukah dia berbuat begini
terhadap seorang anak yang tak pernah menyakiti seorang pun? Tuhan macam
apayang mau

membiarkan anak-anak mati?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Akhirnya, karena keletihan yang amat sangat, pikiran Jennifer jadi lebih lamban
dan dia ingat apa yang dikatakan Dokter Morris, Dia masih muda, dan tubuhnya
kelihatannya kuat. Kita bisa berharap pembedahan ini akan berhasil.

Segala-galanya akan beres. Pasti. Bila semua ini sudah berlalu, dia akan
membawa Joshua ke suatu tempat di mana dia bisa beristirahat. Kalau dia suka,
Acapulco pun boleh.

Mereka akan membaca dan memainkan bermacam-macam permainan dan


bercakap-cakap.

Waktu akhirnya Jennifer sudah terlalu letih untuk berpikir, dia terduduk saja di
sebuah bangku, pikirannya kosong dan hampa, kosong. Seseorang menyentuh
lengannya dan dia menengadah. Dokter Morris berdiri di sampingnya. Jennifer
melihat air mukanya, dan dia tak perlu bertanya lagi.

Dia kehilangan kesadarannya.

Joshua terbaring di atas sebuah meja sempit dari logam, tubuhnya diam untuk
selamanya. Kelihatannya seolah-olah dia tidur dengan tenang,. wajah mudanya
yang tampan

membayangkan mimpi-mimpi jauh yang penuh rahasia.

Jennifer telah beribu kali melihat air muka anak itu seperti itu, kalau dia tidur
dengan nyaman di tempat tidurnya yang hangat, sementara Jennifer duduk di sisi
tempat tidurnya, mengamati wajah anaknya itu dengan hati penuh rasa cinta
hingga dia merasa tercekik. Dan, entah sudah berapa kali dia memperbaiki letak
selimutnya dengan lembut untuk melindungi anak itu dari dinginnya malam?

Kini dingin itu berada jauh dalam tubuh Joshua sendiri. Dia tidak akan hangat
lagi. Mata yang cemerlang itu tidak akan pernah terbuka lagi untuk melihat
padanya, dan dia tidak akan pernah lagi melihat senyum di wajah itu, atau
mendengar suaranya, atau merasakan lengan-lengan mungilnya yang kuat,
merangkulnya. Tubuhnya telanjang di bawah kain itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer berkata pada dokter, "Tolong beri dia selimut. Dia kedinginan."

"Dia tak bisa —" Dokter Morris melihat mata Jennifer, dan dia lalu berkata, "Ya,
baiklah, Nyonya Parker," Dia lalu berpaling pada jururawat dan berkata, "Ambil
selimut."

Ada enam orang dalam ruangan itu, kebanyakan di

antaranya berseragam putih dan rasanya mereka semua berbicara pada Jennifer,
tapi Jennifer tak mendengar apa-apa yang mereka katakan. Dia merasa dirinya
berada dalam sebuah tabung gelembung, terpisah dari mereka semua. Dia bisa
melihat bibir mereka bergerak, tapi dia tidak mendengar bunyi. Dia ingin
berteriak menyuruh mereka pergi, tapi dia takut akan membuat Joshua terkejut.
Seseorang
mengguncang lengannya dan terputuslah kesepian itu —

kamar itu tiba-tiba dipenuhi suara-suara meraung, dan semua orang seakan-akan
berbicara sekaligus.

Dokter Morris sedang berkata, "...perlu diadakan pembedahan mayat."

Dengan tenang Jennifer berkata, "Kalau Anda sentuh lagi anakku, akan kubunuh
Anda."

Dia lalu tersenyum pada semua orang di sekelilingnya karena dia tak mau orang-
orang itu marah pada Joshua.

Seorang jururawat membujuk Jennifer supaya keluar dari ruangan itu, tapi
Jennifer menggeleng. "Saya tak bisa meninggalkannya seorang diri. Mungkin
nanti ada orang yang memadamkan lampu. Joshua takut akan kegelapan."

Seseorang mencengkam lengannya, kemudian Jennifer merasakan tusukan


jarum, dan sesaat kemudian dia merasa diselubungi kehangatan dan kedamaian,
dan dia tertidur.

Sudah sore benar Jennifer baru terbangun. Dia berada dalam sebuah kamar kecil
di rumah sakit. Dia cepat-cepat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bangkit, berpakaian, lalu mencari Dokter Morris. Dia merasa tenang sekali.

Dokter Morris berkata, "Kami akan membantu Anda mengurus segala-galanya


sehubungan dengan

pemakamannya, Nyonya Parker. Anda tak perlu —"

"Saya akan mengurusnya sendiri."

"Baiklah." Dpkter itu ragu dan salah tingkah. "Mengenai pembedahan mayat itu,
saya yakin Anda tidak bersungguh-sungguh waktu menolaknya tadi pagi. Saya
—"

"Anda keliru. Saya tetap menolak."

Selama dua hari berturut-turut, Jennifer mengerjakan semua kebiasaan-kebiasaan


yang berhubungan dengan kematian. Dia pergi ke pengurus pemakaman
setempat dan mengurus penguburan itu. Dia memilih sebuah peti kecil yang
berlapis kain satin. Dia bisa menguasai dirinya dan tak menangis sedikit pun,
dan kemudian hari, kalau dia mengingat-ingat peristiwa itu lagi, dia tak ingat
apa-apa lagi.

Rasanya seseorang telah mengambil alih tubuh dan pikirannya, dan bertindak
atas nama dirinya. Dia dalam keadaan schok yang hebat, berlindung di balik
dinding supaya tidak menjadi gila.

Waktu Jennifer meninggalkan kantor pengurus pemakaman itu, laki-laki itu


berkata, "Jika ada pakaian khusus yang Anda inginkan supaya dipakaikan pada
putra Anda dalam penguburan ini, Nyonya Parker, bisa Anda suruh antarkan,
dan kami akan memakaikannya."

"Saya akan memakaikan pakaian Joshua sendiri."

Laki-laki itu memandang Jennifer dengan terkejut.

"Tentu, kalau itu yang Anda inginkan, tapi —" Orang itu melihat Jennifer pergi,
dan berpikir, apakah Jennifer tahu betapa sulitnya mengenakan pakaian m^yat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer pulang dengan mengemudikan mobilnya sendiri.

Dia menghentikannya dijalan masuk mobil, lalu masuk ke rumah.

Nyonya Mackey ada di dapur, matanya merah dan

mukanya tegang karena sedih. "Aduh, Nyonya Parker!

Saya tak bisa percaya —"

Jennifer tidak melihat atau mendengarnya. Dia berjalan saja melewati Nyonya
Mackey, langsung naik ke lantai atas, ke kamar Joshua. Kamar itu tetap sama
seperti biasa. Tak ada satu pun yang berubah, kecuali bahwa kamar itu kosong.

Buku-buku Joshua dan barang-barang mainannya, baseball, dan alat-alat skinya,


semuanya ada di sana menantikan Joshua. Jennifer berdiri di ambang pintu,
menatap ke dalam kamar itu sambil mencoba mengingat-ingat untuk apa dia
pergi ke kamar itu. Ohya, pakaian untuk Joshua. Dia berjalan ke lemari pakaian
Joshua. Ada setelan biru tua yang dibelikannya untuk anak itu pada hari ulang
tahunnya yang terakhir. Joshua mengenakannya malam itu, waktu dia
membawanya makan malam di Lutece. Jelas benar di ngatnya betapa dewasa
tampaknya Joshua malam itu, dan dengan perasaan haru waktu itu Jennifer
berpikir, Suatu hari kelak dia akan duduk di sini bersama gadis yang akan
dikawininya. Kini hari itu tidak akan tiba. Tidak akan ada yang tumbuh. Tak ada
gadis. Tak ada kehidupan.

Kecuali setelan biru itu, ada beberapa celana blue jeans, celana biasa, dan baju-
baju kaus, satu di antaranya memakai nama regu basebal Joshua. Jennifer
membelai-belai pakaian itu tanpa sadar, tanpa tahu waktu berlalu.

Tiba-tiba saja Nyonya Mackey berada di sampingnya. "Tak apa-apakah Anda,


Nyonya Parker?"

Jennifer menjawab dengan sopan, "Aku tak

apa-apa, Nyonya Mackey."

"Bisakah saya membantu Anda?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak, terima kasih. Aku akan mengenakan pakaian Joshua. Baju mana kira-
kira yang suka dipakainya menurutmu?" Suaranya cerah dan ceria, tapi matanya
mati.

Nyonya Mackey melihat mata itu dan ketakutan. "Cobalah Anda berbaring
sebentar, Nyonya.^Saya akan memanggil dokter."

Jennifer tetap memilih-milih pakaian yang tergantung dalam lemari itu.


Diambilnya seragam basebal lalu dilepaskannya dari gantungan pakaian.
"Kurasa Joshua suka yang ini. Nah, apa lagi yang akan dibutuhkannya, ya?"

Tanpa bisa berbuat apa-apa, Nyonya Mackey melihat Jennifer berjalan ke bufet
anaknya, lalu mengeluarkan pakaian dalam, kaus kaki, dan kemeja. Joshua akan
memerlukan barang-barang ini karena dia akan pergi berlibur. Berlibur panjang.
"Apakah menurutmu dia akan cukup hangat memakai ini?"

Nyonya Mackey tak dapat menahan air matanya.

"Janganlah," pintanya. "Tinggalkan saja. Nanti saya bereskan."

Tapi Jennifer sudah turun ke lantai bawah membawa pakaian itu.

Jenazahnya terbaring di kamar mayat. Joshua telah dibaringkan di atas sebuah


meja panjang yang membuat tubuh anak itu kelihatan kecil sekali.

Waktu Jennifer datang membawa pakaian Joshua,

pengurus pemakaman itu mencoba sekali lagi. "Saya sudah berbicara dengan
Dokter Morris. Kami berdua sepakat, Nyonya Parker, bahwa akan jauh lebih
baik bila Anda biarkan kami yang menangani ini semua. Kami sudah biasa dan
—"

Jennifer tersenyum pada orang itu. "Keluarlah."

Orang itu meneguk air liurnya dan berkata, "Baiklah, Nyonya Parker."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer menunggu sampai orang itu meninggalkan kamar, lalu berbalik ke


tempat anaknya.

Dilihatnya muka anaknya yang tidur itu, lalu berkata,

"Mama akan mengurusmu, Sayang. Kau akan memakai seragam baseball-mu.


Kau suka, kan?"

Kain penutup tubuh itu disingkapkannya dan terlihatlah tubuh telanjang yang
layu, lalu mulailah dia mengenakan pakaian itu. Dia mulai dengan memasang
celana dalamnya —

dia merasa ngeri waktu teraba olehnya tubuh anaknya yang sedingin es. Rasanya
sekeras dan sekaku batu pualam.

Jennifer memaksa mengatakan pada dirinya bahwa tubuh tak bernyawa yang
dingin kaku ini bukanlah anaknya, bahwa Joshua sedang berada di suatu tempat
lain, hangat dan senang. Tapi dia tak dapat memaksa dirinya untuk percaya.

Joshua-lah yang terbaring di meja ini. Tubuh Jennifer mulai menggigil. Rasanya
seolah-olah kedinginan dalam tubuh Joshua telah merasuk dirinya sendiri,
membuatnya merasa kedinginan sampai ke sumsum. "Hentikan!" katanya pada
dirinya sendiri dengan garang. "Hentikan! Hentikan!

HentikanP'

Dia menghirup napas dalam-dalam sambil geme-' tar, dan setelah dia akhirnya
menjadi lebih tenang, dia mulai lagi mengenakan pakaian anaknya, sambil terus
bercakap-cakap dengannya. Dipakaikannya celana dalamnya, lalu celana
panjangnya, dan waktu dia mengangkat anak itu akan memakaikan kemejanya,
kepalanya terkulai, lalu jatuh kena meja. Jennifer terpekik, "Aduh, maafkan
Mama, Joshua, ampuni Mama!" Dan dia lalu menangis.

Hampir tiga jam diperlukan Jennifer untuk memasang pakaian Joshua. Anak itu
memakai seragam baseball dan baju kaus kesukaannya, kaus kaki putih, dan
sepatu olahraga. Topi basebal -nya. menutupi wajahnya, maka Jennifer akhirnya
meletakkan topi itu di dada anak itu. "Kaubawa saja topi ini, Sayangku."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Waktu petugas pengurus pemakaman itu datang dan

menjenguk ke dalam kamar, Jennifer sedang berdiri di sisi

tubuh yang sudah berpakaian itu, memegang tangan Joshua

dan bercakap-cakap dengannya.

Laki-laki itu mendekatinya dan berkata dengan lembut,

"Kami akan mengurusnya sekarang."

Jennifer memandangi anaknya lagi untuk terakhir kalinya.

"Harap berhati-hati. Kepalanya luka."

Pemakamannya berlangsung sederhana. Hanya Jennifer


dan Nyonya Mackey yang tinggal melihat peti mati kecil yang

putih itu dimasukkan ke dalam liang kubur yang baru digali.

Ada terpikir oleh Jennifer untuk memberi tahu Ken Bailey,

karena Ken menyayangi Joshua dan demikian pula sebaliknya.

Tapi Ken sudah tak ada lagi dalam hidup mereka.

Waktu orang mulai melemparkan tanah ke peti mati itu,

Nyonya Mackey berkata, "Marilah, Nyonya. Mari saya antar

Anda pulang."

Jennifer menjawab dengan sopan, "Aku tak apa-apa. Aku

dan Joshua tidak akan membutuhkan-mu lagi, Nyonya

Mackey. Kau akan kuberi pesangon berupa gaji setahun dan

surat keterangan. Aku' dan Joshua mengucapkan terima kasih

atas segala-galanya."

Nyonya Mackey terpana menatap Jennifer yang lalu

berbalik dan pergi meninggalkannya. Dia berjalan dengan

berhati-hati, tegak lurus, seolah-olah dia sedang menjalani

suatu lorong abadi yang hanya cukup dijalani oleh satu orang.

Rumahnya sepi dan damai. Dia naik ke kamar Joshua dan menutup pintunya,
lalu berbaring di tempat tidur anaknya itu.

Dipandanginya semua barang milik , anak itu, semua barang yang dicintainya.
Seluruh dunia Jennifer ada dalam kamar itu.

Tak ada lagi yang harus dikerjakannya sekarang, tak perlu pergi ke mana-mana.
Yang ada hanya Joshua. Jennifer Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memulai kenangannya dengan hari kelahiran Joshua dan menghayati kembali


semua kenangan tentang anaknya itu.

Joshua yang mulai berjalan tertatih-tatih... Joshua yang mengatakan car-car dan
Mama, pergilah main dengan mainan Mama sendiri... Joshua yang untuk
pertama kalinya pergi ke sekolah seorang diri, seperti tokoh kecil yang berani...
Joshua yang terbaring di tempat tidur karena sakit campak, tubuhnya tersiksa
karena kesakitan... Joshua yang dalam pertandingan basebal membuat regunya
menang... Joshua berlayar...

Joshua memberi makan gajah di kebun binatang... Joshua yang menyanyikan


lagu Shine On, Harvest Moon pada hari Ibu... Kenangan itu berputar terus
seperti film dalam otaknya.

Kenangan itu berhenti pada hari keberangkatan mereka ke Acapulco.

Acapulco... di mana dia bertemu dengan Adam dan

bercintaan dengannya. Dia rupanya dihukum karena dia telah memikirkan


dirinya sendiri. Pasti, pikir Jennifer, pasti ini hukuman bagiku. Inilah nerakaku.

Dan dia mulai lagi, mulai dengan hari kelahiran Joshua...

Joshua yang melangkahkan kakinya untuk pertama kali...

Joshua mengatakan car-car, dan Mama, pergilah main dengan mainan Mama
sendiri...

Waktu berlalu begitu saja. Kadang-kadang Jennifer mendengar telepon berdering


di suatu tempat yang jauh di rumah itu, dan satu kali dia mendengar seseorang
mengetuk pintu depan rumahnya, tapi suara-suara itu tak ada artinya baginya.
Dia tidak akan membiarkan apa pun mengganggu kebersamaannya dengan
anaknya. Dia tinggal terus dalam kamar itu, tanpa makan dan tanpa minum,
tenggelam dalam hidupnya sendiri bersama Joshua. Dia tak tahu lagi tentang
waktu, tak tahu sudah berapa lama dia berbaring di situ.

Hari itu sudah hari kelima. Jennifer mendengar bel pintu depan berbunyi lagi,
dan bunyi seseorang menggedor pintu itu, tapi dia tak peduli. Siapa pun dia, dia
pasti akan pergi lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sayup-sayup didengarnya kaca pecah, dan beberapa saat kemudian pintu ke


kamar Joshua terbuka lebar dan Michael Moretti tegak berdiri di ambang pintu.

Satu kali sudah cukup bagi Michael untuk melihat tubuh dan wajah yang kurus
kering, dengan mata cekung yang menatapnya saja, dan dia pun berseru, "Ya,
Tuhan!"

Michael Moretti mengerahkan seluruh tenaganya untuk membawa Jennifer


keluar dari kamar itu. Jennifer melawannya dengan histeris, meninjunya, dan
mencakar matanya. Nick Vito sedang menunggu di lantai bawah, dan mereka
berdualah baru berhasil membawa Jennifer masuk ke mobil. Jennifer tak tahu
siapa mereka dan untuk apa mereka di situ. Dia hanya tahu bahwa mereka
membawanya pergi dari anaknya. Dia mencoba mengatakan pada mereka bahwa
dia akan mati kalau mereka mencoba memisahkan dari anaknya itu, tapi
akhirnya dia terlalu letih untuk melawan lagi. Dia tertidur.

Waktu Jennifer terbangun, dia berada dalam sebuah kamar yang cerah dan
bersih. Dari jendela kamar itu dia bisa melihat pemandangan gunung dan danau
biru di kejauhan. Seorang perawat yang berseragam sedang duduk di sebuah
kursi di sisi tempat tidur, sambil membaca majalah. Dia mengangkat mukanya
waktu Jennifer membuka matanya.

"Di mana saya?" Lehernya terasa sakit dibawa bercakap.

"Anda berada di tengah-tengah sahabat Anda, Nona Parker.

Tuan Moretti yang membawa Anda kemari. Dia sangat kuaur tentang diri Anda.
Dia akan senang sekali kalau mendengar bahwa Anda sudah bangun."

Perawat 'itu bergegas keluar dari kamar itu. Jennifer terbaring saja di situ,
pikirannya hampa, tak mau dibawa berpikir. Tapi kenang-kenangan mulai
bertimbulan lagi, tanpa bisa dicegah, dan tak ada tempat untuk bersembunyi
menghindarinya, tiada tempat untuk melarikan diri. Jennifer menyadari bahwa
dia sudah mencoba membunuh dirinya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tanpa sebenarnya punya keberanian untuk melakukannya. Dia hanya ingin mati
dan ingin hal itu terjadi. Michael telah menyelamatkannya. Ironis sekali. Bukan
Adam, melainkan Michael. Dia sadar bahwa dia tak adil bila dia menyalahkan
Adam. Dia tidak menceritakan yang sebenarnya pada Adam, telah
merahasiakannya hingga Adam tak tahu mengenai anak mereka yang sudah
dilahirkannya, yang kini sudah meninggal.

Joshua sudah tiada. Sekarang Jennifer bisa menghadapi kenyataan itu. Rasa sakit
itu dalam dan menyiksa, dan dia tahu bahwa rasa sakit itu akan dibawanya
sepanjang hidupnya. Tapi dia bisa menanggungnya. Dia harus bisa.

Itulah keadilan yang menuntut balas.

Jennifer mendengar langkah-langkah kaki dan mengangkat mukanya. Michael


masuk ke "dalam kamar. Dia berdiri memandangi Jennifer dengan agak heran.
Dia seperti orang gila waktu Jennifer menghilang. Dia hampir hilang ingatan
karena takut kalau-kalau sesuatu telah terjadi atas diri Jennifer.

Michael berjalan mendekati tempat tidur, lalu menunduk.

"Mengapa tak kaukatakan padaku?" Michael duduk di tepi tempat tidur. "Aku
turut berdukacita."

Jennifer menggenggam tangan Michael. "Terima kasih kau telah membawaku


kemari. Ku — kurasa aku sudah agak sinting."

"Sedikit."

"Sudah berapa lama aku di sini?"

"Empat hari. Dokter telah memberimu makan melalui infus."

Jennifer mengangguk, gerak sekecil itu pun memerlukan usaha yang besar
sekali. Dia merasa letih luar biasa.

"Sebentar lagi orang mengantar sarapan. Dokter memerintahkan padaku untuk


membuatmu gemuk."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tak lapar. Kurasa aku tak akan pernah mau makan lagi."
"Kau harus makan."

Dan Jennifer heran karena ternyata Michael benar. Waktu perawat datang
membawakan telur setengah matang dengan roti panggang dan teh di nampan,
dia menyadari bahwa dia lapar sekali.

Michael tetap saja di situ dan memperhatikannya, dan setelah Jennifer selesai,
Michael berkata, "Aku harus kembali ke New York untuk menyelesaikan
beberapa urusan. Beberapa hari lagi aku akan kembali."

Dia membungkuk lalu mencium Jennifer dengan lembut.

"Sampai ketemu hari Jumat." Perlahan-lahan dibelaikannya jari-jarinya ke wajah


Jennifer. "Aku ingin kau cepat sembuh.

Kau dengar itu?"

Jennifer memandangnya lalu berkata, "Ya, aku dengar."

Ruang pertemuan yang besar di markas Korps Marinir Amerika Serikat penuh
orang hingga melimpah. Di luar ruangan, satu skuadron pengawal bersenjata
siap siaga. Di dalam berkumpul orang-orang istimewa. Suatu dewan juri khusus
duduk di kursi, di sepanjang dinding. Di suatu sisi sebuah meja panjang, duduk
Adam Warner, Robert Di Silva, dan Asisten direktur dari FBI. Di hadapan
mereka duduk Thomas Colfax.

Adam yang mengusulkan untuk membawa juri khusus itu ke markas.

"Itulah satu-satunya jalan, kita pasti bisa melindungi Colfax."

Dewan juri khusus menyetujui usul Adam, dan sekarang sidang rahasia itu akan
dimulai.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adam berkata pada Thomas Colfax, "Harap Anda mengenalkan diri Anda."

"Nama saya Thomas Colfax."

"Apa pekerjaan Anda, Saudara Colfax?"


"Saya seorang pengacara, dengan surat izin praktek untuk wilayah New York,
juga di banyak negara bagian di negeri ini."

"Sudah berapa lama Anda menjalankan praktek pengacara?"

"Lebih dari tiga puluh lima tahun."

"Apakah Anda membuka praktek untuk umum?"

"Tidak, Pak. Saya punya satu klien."

"Siapa klien Anda itu?"

"Selama hampir tiga puluh lima tahun, Antonio Granel i, yang sekarang sudah
meninggal. Dia digantikan oleh Michael Moretti. Saya menjadi kuasa Michael
Moretti dan

organisasinya."

"Apakah yang Anda maksud itu organisasi kejahatan?"

"Betul, Pak."

"Sehubungan dengan kedudukan yang Anda pegang selama itu, apakah boleh
kami simpulkan bahwa kedudukan Anda memungkinkan Anda untuk
mengetahui kegiatan-kegiatan di dalam, dari apa yang disebut organisasi itu?"

"Sedikit sekali kejadian di sana yang tidak saya ketahui."

"Dan kegiatan-kegiatan itu adalah kegiatan kriminal?"

"Benar, Senator."

"Dapatkah Anda melukiskan sifat dari beberapa kegiatan itu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thomas Colfax berbicara selama dua jam berikutnya.

Suaranya terdengar mantap dan tetap. Disebutkannya nama-


nama, tempat-tempat, dan tanggal-tanggal kejadian, dan

sekali-sekali kisahnya demikian mempesona hingga

orang-orang dalam ruangan itu lupa di mana mereka berada.

Mereka terperangkap dalam kisah-kisah mengerikan yang

sedang diceritakan Colfax.

Dia berbicara tentang kontrak-kontrak pembunuhan yang

dikeluarkan, tentang saksi-saksi yang dibunuh supaya mereka

tidak bisa memberikan kesaksiannya, tentang pembakaran

gedung-gedung, penyiksaan, perbudakan kulit putih —

serangkaian kejahatan yang menyerupai daftar panjang dari

l ieronymus Bosch. Untuk pertama kalinya diceritakan inti

operasi dari suatu sindikat kejahatan yang lerbesar di dunia,

dibeberkan untuk dilihat oleh semua orang.

Kadang-kadang Adam atau Robert Di Silva menanyakan

sesuatu, mengingatkan Thomas Colfax, menyuruhnya mengisi

kekosongan-kekosongan bila perlu.

Sidang itu berjalan jauh lebih baik daripada yang

diharapkan Adam. Tetapi tiba-tiba, ketika sudah mendekati

akhir, ketika tinggal beberapa menit saja lagi, terjadilah

bencana itu.

Salah seorang dari dewan juri menanyakan suatu operasi


membungakan uang.

"Itu terjadi dua tahun yang lalu. Michael menyingkirkan saya dari beberapa
kegiatan terakhir. Jmnifer Parker yang menangani hal itu."

Adam membeku.

"Jennifer Parker?" tanya Robert Di Silva. IVrdengar semangat yang meluap-luap


dalam pertanyaan itu.

"Benar, Pak." Suara Thomas Colfax mengandung nada dendam. "Sekarang


dialah pembela tetap muanisasi itu."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ingin benar Adam menyuruhnya menutup mulut, untuk memerintahkan supaya


apa yang baru diucapkannya tidak dicatat, tapi sudah terlambat. Di Silva seolah-
olah sedang mencari nadi leher untuk, menyembelihnya, dan tak satu pun yang
bisa menghalanginya.

"Ceritakan lagi tentang perempuan itu," kata Di Silva tegang.

Thomas Colfax melanjutkan. "Jennifer Parkerl terlibat dalam usaha mendirikan


perusahaan-j perusahaan kedok,

pembungaan uang..."

Adam mencoba menyela. "Saya tidak —"

"...pembunuhan."

Perkataan itu tergantung-gantung dalam ruangan itu.

Adam memecahkan kesunyian itu, "Kita — kita harus tetap berpegang pada
fakta, Tuan Colfax! Apakah Anda ingin mengatakan pada kami bahwa Jennifer
Parker terlibat dalam pembunuhan?"

"Itulah yang ingin saya katakan. Dia memerintahkan untuk membunuh orang
yang telah menculik anaknya. Nama laki-laki itu Frankjackson. Disuruhnya
Moretti-membunuh orang itu dan Moretti melakukannya."
Terdengar gumam suara kacau.

Anaknya! Adam berpikir: Pasti ada kekeliruan.

Dia berkata dengan menggagap, "Saya rasa — saya rasa sudah cukup bukti yang
kita dengar, yang bukan sekedar didengar dari orang lain. Kami —"

"Itu tidak saya dengar dari orang lain," Thomasl Colfax memberikan keyakinan.
"Saya ada di kaman bersama Moretti waktu dia menelepon."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adam mengepalkan kedua belah tangannya yang1 ada di bawah meja demikian
kuatnya, hingga seolah-olah tak berdarah lagi. "Saksi kelihatan sudah letih. Saya
rasa sudah cukup untuk sidang ini."

Robert Di Silva berkata pada juri khusus, "Saya ingin mengusulkan sesuatu
tentang prosedur..."

Adam sudah tidak mendengarkan lagi. Dia ingin tahu di mana dia sekarang
berada. Dia sudah menghilang lagi. Sudah berulang kali Adam mencoba
menemukannya. Tapi sekarang dia putus asa. Dia harus menemukan Jennifer
secepatnya.

Operasi pembongkaran terbesar dalam pelanggaran hukum di Amerika Serikat


mulai bergerak maju.

Satuan Penyerangan Federal melawan organisasi kejahatan dan pemerasan,


bekerja sama dengan FBI, Dinas Pos dan Bea Cukai, Dinas Perpajakan Dalam
Negeri, Biro Narkotika Federal, dan banyak liadan-badan lain.

Bidang penyelidikannya meliputi pembunuhan, komplotan pembunuhan,


pemerasan, penyiksaan, penghindaran

pembayaran pajak penghasilan, pe-nipuan-penipuan dalam organisasi buruh,


pembakaran rumah, lintah darat, dan obatobat terlarang.

Thomas Colfax telah memberi mereka kunci peti rahasia dari kejahatan dan
korupsi, yang akan membantu
menghapuskan sebagian besar dari ? i vanisasi kejahatan.

Keluarga Michael Moretti yang akan dipukul paling hebat, tapi juga bukti-bukti
yang mengenai keluarga-keluarga lain di seluruh negara.

Di seluruh Amerika Serikat maupun di luar negeri, petugas-petugas pemerintah


secara diam-diam menanyai teman-teman dan rekan pengusaha mengenai orang-
orang dalam daftar mereka. Petugas-petugas di Turki, Meksiko, San Salvador,
Marseil es, dan Honduras bekerja sama dengan rekan-rekan Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

kerjanya, dengan memberi mereka informasi mengenai kegiatan-kegiatan


pelanggaran hukum yang sedang dilakukan orang di negara-negara itu. Penjahat-
penjahat kecil dijaring dulu, dan setelah mereka berbicara, mereka dibebaskan
sebagai imbalan kesaksian yang telah mereka berikan mengenai tokoh-tokoh
penting dalam kejahatan. Semuanya dijalankan dengan berhati-hati, supaya
mangsa yangi utama tidak sampai merasa mendapat peringatan' tentang badai
yang akan melanda mereka.

Sebagai ketua Panitia Penyelidikan Senat, Adam Warner terus-menerus harus


menerima tamu yand mengalir di rumahnya, di Georgetown, dan sidang-] sidang
dalam ruang kerjanya sering berlangsung sampai subuh. Tak diragukan lagi
bahwa bila semua ini sudah berlalu dan organisasi Michael Moretti sudah
digulung, maka perjuangan perebutan kursi kepresidenan akan dengan mudah
membawa kemeJ nangan bagi Adam.

Dia seharusnya merasa bahagia. Tapi dia risaui menghadapi krisis moral yang
terbesar dalam hidupnya. Jennifer Parker benar-benar telah terlibat,; dan dia
harus memberinya peringatan, menyuruh^ nya melarikan diri selagi masih ada
kesempatanJ Namun dia ada tanggungjawab lain:

tanggungjawab terhadap panitia yang menyandang namanyaJ

tanggung jawab terhadap senat Amerika Serikal sendiri. Dialah yang akan
menuntut Jennifer Parker,

Bagaimana dia bisa menjadi pelindungnya? Bila dia memberi peringatan pada
Jennifer dan hal itu ketahuan, maka ia akan menghancurkan nama baik panitia
penyelidikan itu dan menghancurkan semua yang sudah berhasil dilaksanakan.
Hal itu akan menghancurkan masa depan dan keluarganya.

Adam terpana waktu mendengar Colfax mengatakan bahwa Jennifer mempunyai


anak.

Dia merasa, dia harus berbicara dengan Jennifer.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adam memutar nomor telepon Jennifer, dan seorang sekretaris mengatakan,


"Maaf, Tuan Adams, Nona Parker tak ada di kantor."

"Ini — ini penting sekali. Tahukah Anda di mana saya bisa menghubunginya?"

"Tidak, Tuan. Mungkin orang lain bisa membantu Anda?"

Tak seorang pun bisa membantunya.

Selama minggu berikutnya, setiap hari Adam mencoba menghubungi Jennifer.


Sekretaris Jennifer hanya berkata,

"Maaf, Tuan Adams, Nona Parker tak ada di kantor."

Suatu hari Adam sedang berada di kamar kerjanya, dan akan menelepon Jennifer
untuk ketiga kalinya, tiba-tiba Mary Beth masuk ke kamar itu. Adam seenaknya
mengembalikan gagang telepon. Mary Beth mendekatnya lalu membelai
rambutnya. "Kau kelihatan letih, Sayang."

"Aku baik-baik saja."

Mery Beth berjalan ke sebuah kursi dari kulit halus \<ing ada di seberang meja
kerja Adam. lalu duduk. "Semuanya menumpuk-numpuk bukan, Adam?"

"Kelihatannya begitulah."

"Kuharap semuanya lekas selesai, demi kebaikanmu. Tentu tegangnya bukan


main, ya?"

"Aku bisa menanggungnya, Mary Beth. Tak usah kuadrkan diriku."

"Tapi aku merasa kuatir. Nama Jennifer Parker ada dalam daftar itu, ya?"
Adam memandangnya dengan tajam. "Dari mana kau tahu itu?"

Mary Beth tertawa. "Pahlawanku, rumah ini seolah-olah sudah kaujadikan


tempat pertemuan umum. Dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sendirinya aku ikut mendengar juga sedikit-sedikit apa yang terjadi.


Kelihatannya semua orang bernapsu untuk menangkap Michael Moretti dan
pacarnya itu." Diperhatikannya wajah Adam, namun dia tak melihat reaksi apa-
apa.

Mary Beth memandang suaminya dengan penuh kasih

sayang. Alangkah bodohnya laki-laki.Dia lebih tahu tentang Jennifer Parker


daripada Adam. Mary Beth memang selalu merasa heran melihat seorang laki-
laki yang bisa hebat dalam bidang usaha dan politik, namun bodoh bila
mengenai wanita.

Lihat saja betapa banyaknya orang-orang yang benar-benar berkuasa yang


menikah dengan perempuan-perempuan kecil murahan. Mary Beth tahu
hubungan suaminya dengan Jennifer Parker. Bukankah Adam seorang laki-laki
yang menarik, yang banyak disukai orang? Dan sebagaimana semua laki-laki,
dia tanggap sekali mengenai hal itu. Mary Beth memakai falsafah: maafkan, tapi
tak pernah melupakan.

Mary Beth tahu apa yang terbaik untuk suaminya. Segala-galanya yang
diperbuatnya adalah demi kebaikan Adam. Bila semuanya itu sudah berlalu, dia
akan mengajak Adam pergi.

Dia benar-benar kelihatan letih. Mereka akan meninggalkan Saman-tha dengan


pembantu, dan pergi ke suatu tempat yang romantis. Mungkin ke Tahiti.

Mary Beth melihat ke luar jendela dan melihat dua orang petugas dinas rahasia
sedang bercakap-cakap. Mary Beth punya perasaan campur-aduk tentang
kehadiran orang-orang itu. Dia tak suka karena merasa kebebasan pribadinya
terganggu, namun sebaliknya, kehadiran mereka di situ mengingatkannya bahwa
suaminya adalah seorang calon untuk kedudukan kepresidenan Amerika Serikat.
Ah, tidak, bodoh benar dia. Suaminya benar-benar akan menjadi presiden
Amerika Serikat. Semua orang berkata begitu.
Bayangan akan tinggal di Gedung Putih rasanya sudah hampir benar terwujud,
hingga baru mengingatnya saja, Mary Beth sudah merasa hangat. Kegiatan yang
paling disukainya yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dibayangkannya, bila Adam sedang sibuk dengan rapat-rapatnya, dia akan


mengubah tata ruang Gedung Putih. Dia akan duduk seorang diri dalam
kamarnya, sambil

mengubah penataan perabot rumah tangga dalam otaknya, merencanakan semua


hal-hal yang mendebarkan yang akan dilakukannya bila dia menjadi First Lady.

Dia sudah pernah melihat ruangan-ruangan yang tak boleh dimasuki oleh umum:
perpustakaan Gedung Putih yang berisi hampir tiga ribu buah buku, Ruangan
Cina dan Ruang Penerimaan Diplomatik, kamar-kamar keluarga, juga tujuh buah
kamar tamu di lantai dua.

Dia akan tinggal di gedung itu bersama Adam dan menjadi bagian dari
sejarahnya. Mary Beth merinding teringat betapa Adam nyaris melemparkan
semua kesempatan itu gara-gara perempuan Parker itu. Tapi syukurlah semua itu
sudah berlalu.

Kini dia memperhatikan Adam yang duduk di meja

kerjanya, dia kelihatan pucat dan lesu.

"Bagaimana kalau kau kubuatkan kopi, Sayang?" Adam ingm menolak, tapi
mengubah pikirannya. "Enak sekali, tentu aku mau." "Sebentar, ya?"

Begitu Mary Beth meninggalkan kamar itu, Adam

mengangkat telepon lagi dan memutar nomor. Hari sudah malam, dan dia tahu
kantor Jennifer pasti sudah tutup, tapi tentu ada yang dinas menjaga telepon.
Setelah Adam menunggu seolah-olah seabad lamanya, barulah seorang petugas
menjawab.

"Ada soal yang mendesak," kata Adam. "Sudah beberapa hari ini saya mencoba
menghubungi Jennifer Parker. Di sini Tuan Adams."
"Tunggu sebentar." Kemudian suara itu terdengar lagi,

"Maaf, Tuan Adams, saya tidak mendapatkan berita di mana Nona Parker
berada. Maukah Anda meninggalkan pesan?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak." Adam membanting gagang teleponnya dengan rasa frustrasi, karena dia
tahu bahwa kalaupun dia mau meninggalkan pesan, Jennifer tetap tidak akan
mau menghubunginya.

Dia duduk sambil memandang ke kegelapan malam hari, memikirkan belasan


surat perintah penangkapan yang segera akan dikeluarkan. Salah satu di
antaranya atas tuduhan pembunuhan.

Surat perintah itu akan ditujukan pada Jennifer.

Lima hari kemudian barulah Michael Moretti kembali ke pondok gunung di


mana Jennifer menginap. Selama berada di sana, Jennifer hanya beristirahat,
makan, dan berjalan-jalan di sekeliling lorong-lorong. Waktu didengarnya mobil
Michael, Jennifer keluar untuk menyambutnya.

Michael memandanginya dari atas ke bawah, lalu berkata,

"Kau kelihatan jauh lebih baik."

"Aku memang merasa jauh lebih baik, terima kasih."

Mereka berjalan di sepanjang jalan yang menuju ke danau.

Michael berkata, "Aku akan memintamu berbuat sesuatu untukku." "Apa itu?"

"Berangkat ke Singapura besok." "Singapura?"

"Seorang pramugara telah ditangkap di lapangan udara di sana karena membawa


muatan ganja. Namanya Stefan Bjork. Dia dipenjarakan. Tolong bebaskan dia
dengan uang jaminan sebelum dia bicara."

"Baiklah."

"Kembalilah secepat mungkin. Aku akan merasa kehilangan kau."


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ditariknya Jennifer dan didekapnya, lalu diciumnya dengan

lembut sekali, kemudian berbisik, "Aku cinta padamu,

Jennifer."

Jennifer tahu bahwa Michael belum pernah mengucapkan

kata-kata itu pada siapa pun juga.

Tapi kini sudah terlambat. Semua sudah berlalu. Ada

sesuatu yang sudah mati dalam dirinya, dan tinggal ah dia

dengan rasa bersalah dan kesepian. Dia telah memutuskan

untuk mengatakan pada Michael akan pergi untuk selamanya.

Tidak akan ada lagi Adam dan tidak akan ada lagi Michael. Dia

harus pergi ke suatu tempat seorang diri, dan mulai lagi dari

awal. Dia harus melunasi hutang. Inilah yang terakhir yang

akan dilakukannya untuk Michael dan sekembalinya dari sana

dia akan mengatakannya pada Michael.

Esok paginya, Jennifer berangkat ke Singapura.

Nick vito, Tony Santo, Salvatore Fiore, dan Joseph Colel a

sedang makan siang di Tony's Place. Mereka duduk di ruang

depan, dan setiap kali pintu terbuka, mereka otomatis

menoleh untuk melihat siapa-siapa pendatang baru. Michael

Moretti ada di kamar belakang, dan meskipun tak ada konflik


baru di antara keluarga, lebih baik berjaga-jaga.

"Apa yang terjadi atas diri Jimmy?" tanya Joseph Colel a, si

Raksasa.

"Astutatu — Morte," kata Nick Vito. "Anak celaka itu jatuh

cinta pada adik seorang detektif. Babi betina itu rupanya

hanya umpan. Berdua dengan abangnya dia membujuk Jimmy

untuk berkhianat. Jimmy berusaha untuk memancing

percakapan dengan Mike, dan dia lalu memasang kawat untuk

menyadap percakapan itu dalam kaki celananya."

"Lalu apa yang terjadi?" tanya Fiore.

"Jimmy lalu begitu gugup hingga dia lalu mau buang air kecil. Waktu celananya
dibuka, kawat sialan itu keluar."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Celaka!"

"Mike menyerahkannya pada Gino. Gino memakai kawat Jimmy sendiri untuk
mencekiknya. Anak itu mati perlahan-lahan."

Pintu terbuka dan keempat laki-laki itu menoleh ke arah pintu. Seorang laki-laki
penjaja surat kabar masuk dengan membawa New York Post edisi petang.

Joseph Colel a berseru, "Mari sini, Koran." Dia berpaling pada kawan-
kawannya. "Aku kepingin tahu keadaan di Hialeah. Aku bertaruh pada pacuan
kuda hari ini."

Penjaja-koran itu sudah berumur tujuh puluhan dan berkulit kasar karena
sengatan matahari. Dia menyerahkan selembar surat kabar pada Joseph Colel a
yang memberinya satu dolar.
"Ambil saja sisanya."

Michael Moretti pun akan berkata begitu. Joseph

Colel a mulai membuka surat kabar itu, lalu mata Nick Vito menangkap sebuah
foto di halaman depan.

"Hei!" serunya. "Aku pernah melihat orang itu!"

Tony Santo ikut mengintip melalui bahu Vito. "Tentu, Goblok. Itu kan Adam
Warner. Dia sedang memperebutkan kursi presiden."

"Bukan," kata Vito berkeras. "Aku pernah melihat-nya."

Dikernyitkan alisnya, mencoba untuk mengingat. Tiba-tiba dia ingat.

"Aku ingat! Dialah laki-laki yang kulihat dalam bar di Acapulco bersama
Jennifer Parker."

"Bicara apa kau itu?"

"Ingatkah kalian waktu aku berada di sana bulan yang lalu untuk menyerahkan
suatu bungkusan? Aku melihat laki-laki ini bersama Jennifer Parker. Mereka
sedang minum-minum."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Salvatore Fiore menatapnya. "Yakinkah kau?" "Yakin.

Mengapa?"

"Kurasa sebaiknya kauceritakan pada Mike," kata Fiore lambat.

Michael Moretti memandangi Nick Vito, dan berkata, "Kau sudah gila. Mau apa
Jennifer Parker dengan Senator Warner?"

"Mana aku tahu, Bos. Aku hanya tahu bahwa mereka sedang duduk minum-
minum di bar itu."

"Hanya mereka berdua saja?"


"Ya."

Salvatore Fiore menyela, "Sebaiknya kauselidiki hal itu, Mike. Si bangsat


Warner itu sedang mati-matian menyelidiki kita. Lalu mengapa Jennifer minum-
minum dengan dia?"

Itulah yang ingin diketahui Michael. Jennifer memang pernah berbicara tentang
Acapulco dan pertemuan besar itu, dan dia menyebutkan pula nama beberapa
orang yang ditemuinya di sana. Tapi dia tidak berkata sepatah pun tentang Adam
Warner.

Dia berpaling pada Tony Santo. "Siapa pengurus dari persatuan penjaga pintu
sekarang?"

"Charlie Corel i."

Lima menit kemudian, Mike sudah berbicara dengan Charlie Corel i melalui
telepon.

"...The Belmont Towers," kata Michael. "Seorang sahabatku tinggal di sana


sembilan tahun yang lalu. Aku ingin berbicara dengan orang yang waktu itu
bertugas sebagai penjaga pintu di sana." Michael mendengarkan sebentar.
"Terima kasih banyak, Kawan." Lalu dia meletakkan gagang telepon.

Nick Vito, Santo, Fiore, dan Colel a memperhatikannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hei, Bangsat-bangsat, tak ada kerjakah kalian? Keluar dari sini." Keempat laki-
laki itu cepat-cepat pergi.

Michael berpikir, membayangkan Jennifer dengan Adam Warner. Mengapa


Jennifer tak pernah menyebutkan nama laki-laki itu? Lalu ayah Joshua yang
katanya tewas dalam peperangan Vietnam. Mengapa pula Jennifer tak pernah
menyebutkan namanya?

Michael Moretti lalu berjalan hilir-mudik dalam

kantornya itu.
Tiga jam kemudian, Tony Santo mengantar seorang lakilaki pemalu berumur
enam puluhan

yang berpakaian compang-camping dan jelas ketakutan.

"Ini Wal y Kawolsky," kata Tony.

Michael bangkit lalu menjabat tangan Kawolsky. "Terima kasih atas


kedatanganmu, Wal y. Aku senang sekali. Silakan duduk. Bisakah aku
menawarkan minuman atau sesuatu yang lain?"

"Tidak, tidak, terima kasih, Tuan Moretti. Saya baik-baik saja. Terima kasih
banyak." Dia mem-bungkuk-bungkuk terus.

"Jangan gugup. Aku hanya ingin menanyakan

beberapa pertanyaan, Wal y."

"Silakan, Tuan Moretti. Apa pun yang ingin Anda ketahui.

Apa saja."

"Masihkah kau bekerja di Belmont Towers?"

"Saya? Tidak, Tuan. Sudah lima tahun yang lalu s.iya berhenti. Ibu mertua saya
sakit encok berat

155an —

"Apakah kau ingat orang-orang yang menyewa lempat itu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya. Saya rasa saya ingat kebanyakan di antaranya. Mereka sudah seperti —"

"Apakah kau ingat seseorang yang bernama |ciinifer Parker?"

Wajah Wal y Kawolsky berseri. "Oh, tentu. Dia «-orang wanita yang baik sekali.
Saya bahkan ingat nomor apartemennya. Seribu sembilan ratus dua puluh
sembilan, seperti angka tahun waktu pasaran ilunia hancur, bukan? Saya suka
padanya."
"Apakah banyak orang yang mengunjungi Nona l'.uker, Wal y?"

Wal y menggaruk kepalanya perlahan-lahan. "Yah, sulit mengatakannya, Tuan


Moretti. Saya li.mya melihatnya kalau dia keluar atau pulang."

"Pernahkah seorang laki-laki bermalam di apartemennya?"

Wal y Kawolsky menggeleng. "Oh, sama sekali tidak, Tuan."

Jadi semuanya ini isapan jempol belaka. Michael merasa lega sekali. Dia
memang tahu bahwa Jennifer tidak akan pernah —

"Bisa-bisa teman prianya pulang dan menangkap basah mereka." Michael


berpikir mungkin dia salah ? tafsir. "Teman prianya?"

"Ya. Pria yang hidup bersama Nona Parker di sana."

Kata-kata itu bagaikan pukulan keras dengan palu di perut Michael. Dia lalu tak
dapat mengendalikan dirinya.

Diterkamnya leher baju Wal y Kawolsky lalu ditariknya sampai orang itu berdiri.
"Goblok! Aku kan tadi sudah tanya apakah —

siapa nama pria itu?"

Laki-laki kecil itu ketakutan. "Saya tak tahu, Tuan Moretti.

Demi Tuhan, saya tak tahu!" ~

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Michael mendorongnya dengan kasar. Diambilnya surat kabar tadi, lalu


didorongnya ke bawah hidung Wal y Kawolsky.

Kawolsky melihat foto Adam Warner dan berkata dengan bersemangat, "Itulah
dia! Itulah teman prianya."

Dan Moretti merasa seolah-olah dunia hancur lalu menghimpitnya. Jennifer telah
membohonginya selama ini; Jennifer telah mengkhianatinya dengan Adam
Warner! Mereka berdua telah main d belakangnya, berkomplot melawannya,
mempermainkannya. Jennifer telah menjadikannya bahan olok-olok.
Rasa dendam lama mulai bergelora dengan keras dalam diri Michael Moretti,
dan dia memutuskan akan membunuh mereka berdua.

54

Jennifer terbang dari New York ke London, terus ke Singapura, dengan berhenti
selama dua jam di Bahrain.

Lapangan terbang yang boleh dikatakan masih baru di emirat penghasil minyak
itu sudah penuh sesak dengan laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Mereka
semua mengenakan pakaian khas setempat. Mereka itu tidur di lantai atau di
bangku. Di depan toko minuman keras di lapangan terbang ilu, terdapat
peringatan tercetak bahwa barang siapa minum di tempat umum akan diancam
dengan hukuman penjara.

Suasananya penuh kebencian, dan Jennifer merasa senang waktu


penerbangannya dilanjutkan.

Pesawat jet 747 mendarat di Lapangan Terbang Changi di Singapura pukul


empat lewat empat puluh menit petang.

Lapangan terbang itu masih baru benar, empat belas mil jauhnya dari pusat kota.
lapangan terbang baru itu menggantikan lapangan yang lama yang bernama

International Airport. Waktu pesawat terbang mendarat dan meluncur dijalur


pendaratan, Jennifer melihat tanda-tanda pembangunan yang masih berlangsung.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bangunan bea cukainya besar, lapang, dan modern. Di sana tersedia kereta-
kereta bagasi untuk kemudahan para penumpang. Para petugas bea cukainya
bekerja dengan efisien dan sopan dan dalam 15 menit Jennifer sudah selesai, lalu
pergi menuju kumpulan taksi.

Di luar jalan masuk, seorang laki-laki Cina setengah baya mendatanginya. "Nona
Jennifer Parker?"

"Ya."

"Saya Chou Ling." Dia penghubung Michael di Singapura.


"Saya membawa mobil yang siap membawa Anda."

Chou Ling mengawasi orang memasukkan barang-barang Jennifer ke dalam


ruang bagasi mobil, dan beberapa menit kemudian mereka memulai perjalanan
ke pusat kota.

"Apakah penerbangan tadi menyenangkan?" tanya Chou Ling.

"Ya, terima kasih." Pikiran Jennifer sudah melayang pada Stefano Bjork.

Seolah-olah pandai membaca pikiran Jennifer, Chou Ling menganggukkan


kepalanya ke arah depan mereka. "Itu Penjara Changi. Bjork ada di situ."

Jennifer menoleh untuk melihat. Penjara Changi adalah sebuah bangunan besar,
jauh dari jalan raya, dikelilingi pagar hijau dan kawat berduri yang dialiri listrik.
Di setiap sudut ada menara pengawas, yang dijaga oleh pengawal bersenjata, dan
jalan masuknya dihalangi oleh kawat berduri lagi, lalu lebih jauh ke dalam ada
lagi pengawal di pintu gerbang.

"Selama perang," Chou Ling berkisah, "semua karyawan Inggris di pulau ini
ditawan di situ."

"Kapan saya bisa ke situ untuk menjumpai Bjork?"

Chou Ling menjawab dengan berhati-hati sekali. "Ini suatu persoalan yang
sangat peka. Pemerintah sangat tegas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengenai pemakaian obat-obat terlarang. Para pelanggar hukum yang


melakukan kesalahan itu untuk pertama kalinya sekalipun, ditangani tanpa
ampun. Orang-orang yang memperjualbelikan obat-obat itu..." Chou Ling
mengangkat bahunya penuh arti. "Singapura dikendalikan oleh beberapa
keluarga yang berkuasa. Keluarga Shaw, C.K. Tang, Tan Chin Tuan, dan Lee
Kuan Yew, perdana menteri. Keluarga-keluarga itulah yang mengendalikan
keuangan dan perdagangan Singapura. Mereka tak mau obat-obat bius ada di
sini."

"Kita tentu punya beberapa teman yang punya pengaruh di sini."

"Ada seorang inspektur polisi, David Touh — seorang yang punya rasa
pertimbangan."
Jennifer berpikir, berapa nilai 'punya rasa penimbangan' itu, tapi dia tak
bertanya. Masih ada cukup waktu. Dia duduk bersandar dan melihat-lihat
pemandangan. Mereka sedang melewati daerah pinggiran Singapura, dan kesan
yang tak terhingga besarnya adalah betapa banyaknya tanaman hijau dan bunga
bermekaran di mana-mana. Di kiri-kanan Mac Pherson Road terdapat kompleks
pertokoan yang modern, yang berdampingan dengan kuil-kuil dan pagoda-
pagoda kuno. Orang-orang yang berjalan di sepanjang jalan pun, ada yang
memakai pakaian kuno dengan serban, ada pula yang berpakaian bagus dengan
gaya Barat mutakhir. Kota itu kelihatannya merupakan suatu campuran yang
beraneka warna dari kebudayaan kuno dan kota dunia yang modern.

Pusat-pusat pertokoannya kelihatan masih baru dan segalanya bersih sekali.


Jennifer mengungkapkan hal itu.

Chou Ling tersenyum. "Untuk itu ada penjelasannya yang sederhana. Barang
siapa membuang sampah sembarangan, didenda lima ratus dolar, dan hal itu
dilaksanakan dengan ketat."

Mobil membelok, lalu terus ke Stevens Road, dan di atas mereka, di sebuah
bukit, Jennifer melihat sebuah bangunan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

indah berwarna putih dikelilingi oleh pohon-pohon dan bunga-bunga.

"Itulah Shangri-La, hotel Anda."

Lobinya besar sekali, putih, dan bersih tanpa cacat, dengan pilar batu pualam
dan kaca di mana-mana.

Sementara Jennifer mencatatkan diri, Chou Ling berkata,

"Inspektur Touh akan menghubungi Anda nanti." Diberikannya sehelai kartu


nama pada Jennifer. "Anda selalu bisa menghubungi saya di nomor itu."

Seorang pelayan dengan wajah tersenyum mengambil bagasi Jennifer dan


mengantarkannya ke lift melalui sebuah langkan. Ada sebuah kebun yang besar
sekali di bawah air terjun, ada pula kolam renang. Shangri-La adalah hotel yang
paling mempesona yang pernah dilihat Jennifer. Kamarnya di lantai dua, terdiri
dari sebuah ruang tamu besar dan kamar tidur, dan sebuah teras dari mana dia
bisa melihat suatu hamparan bunga anthuriums berwarna merah dan putih,
bugenvil ungu dan pohon-pohon kelapa. Serasa berada di tengah-tengah surga
dunia, pikir Jennifer.

Angin sepoi-sepoi bertiup. Hari seperti inilah yang disukai Joshua. Bisakah kita
pergi berenang petang ini, Ma? Hentikan!

Jennifer menegur dirinya sendiri.

Dia berjalan ke arah telepon. "Saya ingin berbicara dengan Amerika Serikat,
New York City. Dengan Tuan Michael Moretti." Jennifer menyebutkan
nomornya.

Operator berkata, "Maaf. Semua sedang bicara. Silakan mencoba lagi nanti."

"Terima kasih."

Di lantai bawah, operator itu melihat pada seseorang di sisi papan pusat nomor
telepon hotel itu, seolah meminta pendapatnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang itu mengangguk. "Bagus," katanya. "Bagus sekali."

Satu jam setelah Jennifer tiba di hotel itu, datang telepon dari Inspektur Touh.

"Nona Jennifer Parker?"

"Ya. Saya sendiri."

"Di sini Inspektur David Touh." Suaranya lembut tanpa logat tertentu.

"Ya, Inspektur. Saya memang sedang menunggu telepon dari Anda. Saya ingin
cepat-cepat mengurus —"

Inspektur itu cepat-cepat menyela, "Bisakah saya mengajak Anda makan


bersama malam ini?"

Suatu peringatan. Mungkin dia takut teleponnya disadap.

"Senang sekali."

The Great Shanghai adalah sebuah restoran yang teramat besar dan ribut sekali,
sebagian besar pengunjungnya adalah orang-orang setempat yang sedang makan
dan bercakapcakap nyaring. Di sebuah pelataran ada sebuah band yang terdiri
dari tiga alat musik, dan seorang gadis cantik yang mengenakan cheongsam
sedang menyanyikan lagu-lagu Amerika populer.

Petugas penerima tamu berkata pada Jennifer,

"Apakah Anda mau meja untuk satu orang?"

"Saya akan menemui seseorang. Inspektur Touh."

Petugas itu tersenyum lebar. "Pak Inspektur sedang menunggu Anda. Mari saya
antar." Diantarkannya Jennifer ke sebuah meja di bagian depan ruangan itu, di
dekat tempat band.

Inspektur David Touh adalah seorang laki-laki menarik yang jangkung, kurus,
yang berumur empat puluhan, berair muka Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

halus, dan matanya hitam berair-air. Pakaiannya setelan hitam yang bagus dan
hampir resmi.

Dia menarik sebuah kursi untuk Jennifer, lalu

duduk kembali. Band sedang memainkan lagu rock

yang memekakkan.

Inspektur Touh membungkuk ke arah Jennifer, lalu berkata, "Bolehkah saya


memesankan minuman untuk Anda?"

"Silakan. Terima kasih."

"Sebaiknya Anda mencoba cendol."

"Apa itu?"

"Minuman yang dibuat dari santan, gula kelapa, dan agar-agar kecil-kecil. Anda
pasti menyukainya."

Inspektur mengangkat mukanya, dan seorang pelayan wanita segera berada di


sisinya. Inspektur memesan dua gelas cendol dan dim sum sebangsa makanan
pendahuluan Cina.

"Saya harap Anda tak keberatan kalau saya memesan makanan untuk Anda?"

"Sama sekali tidak. Saya senang."

"Saya dengar di negeri Anda kaum wanita terbiasa memegang kendali. Di sini
laki-laki yang masih memegang tugas itu."

Orang ini mengutamakan jenis kelamin, pikir Jennifer, tapi dia tak ingin
bertengkar. Dia membutuhkan orang ini. Karena ributnya dan suara musik,
mereka hampir-hampir tak bisa bercakap-cakap. Jennifer duduk saja bersandar
dan melihat ke sekelilingnya dalam ruangan itu. Jennifer sudah pernah pergi ke
negeri Timur lainnya, tapi orang-orang di Singapura menurut dia luar biasa
cantiknya, baik perempuan maupun laki-laki.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pelayan meletakkan minuman di hadapan Jennifer.

Minuman itu seperti coklat bersoda dengan

lempenganlempengan kecil yang licin di dalamnya.

Inspektur Touh mengerti air mukanya. "Anda harus mengaduknya."

"Saya tak dengar."

Laki-laki itu berteriak, "Anda harus mengaduknya!"

Dengan patuh Jennifer mengaduk minuman itu, lalu

dicicipinya.

Rasanya sama sekali tak enak, terlalu manis. Tapi Jennifer

mengangguk dan berkata, "Ra — rasanya lain."

Enam piring ceper dim sum dihidangkan. Di antaranya ada


yang berbentuk aneh yang tak pernah dilihat Jennifer, tapi

Jennifer memutuskan untuk tidak menanyakan namanya.

Makanannya enak.

Dengan berteriak untuk mengatasi hiruk-pikuk di ruangan

itu, Inspektur Touh menjelaskan, "Restoran ini terkenal karena

makanannya yang bergaya Nonya. Yaitu suatu campuran dari

bahan-bahan Cina dan bumbu Melayu. Tak pernah ada

resepnya yang dituliskan."

"Saya ingin membicarakan tentang Stefan Bjork," kata

Jennifer.

"Saya tak bisa mendengar Anda." Suara band memekakkan

telinga.

Jennifer membungkuk mendekatinya. "Saya ingin tahu

kapan saya bisa bertemu dengan Stefan Bjork."

Inspektur Touh mengangkat bahunya dan mengisyaratkan

dengan air mukanya bahwa dia tak bisa mendengarnya.

Jennifer jadi terpikir apakah laki-laki ini memilih meja ini

supaya mereka bisa bercakap-cakap dengan aman, ataukah

dia sengaja memilihnya supaya mereka tak bisa berbicara.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian serangkaian lauk-pauk tak sudah-sudahnya menyusul dim sum.


Makan malam mereka malam itu benar-benar hebat. Satu-satunya yang dianggap
Jennifer sebagai gangguan adalah bahwa satu kali pun dia tak bisa
mengemukakan persoalan Stefan Bjork.

Setelah mereka selesai makan dan keluar, Inspektur Touh berkata, "Mobil saya
ada di sini." Dijentikkannya jarinya, dan sebuah mobil Mercedes berwarna hitam
yang terparkir bergerak, lalu berhenti di dekat mereka. Inspektur itu membuka
pintu belakang untuk Jennifer. Seorang polisi bertubuh besar yang berseragam
duduk di belakang kemudi.

Ada sesuatu yang tak beres. Bila Inspektur Touh ingin membicarakan soal-soal
rahasia denganku, pikir Jennifer, dia tentu mengatur supaya kami berduaan saja.

Jennifer masuk ke dalam mobil bagian belakang, dan inspektur itu lalu duduk di
sampingnya. "Ini kunjungan Anda yang pertama di Singapura, bukan?"

"Ya.".

"Kalau begitu banyak yang harus Anda lihat."

"Saya datang kemari bukan untuk melihat-lihat, Inspektur.

Saya harus pulang secepat mungkin."

Inspektur Touh mendesah. "Kalian yang berdarah Kaukasia ini selalu terburu-
buru. Sudahkah Anda mendengar tentang Jalan Bugis?"

"Belum."

Jennifer mengubah letak duduknya supaya dia bisa memperhatikan Inspektur


Touh. Laki-laki itu wajahnya sering berubah-ubah, dan gerak-geriknya penuh
arti. Dia kelihatan ramah dan banyak bicara, namun sepanjang malam itu dia
tidak mengatakan apa-apa yang penting.

Mobil berhenti karena ada jigsaw, yaitu sebangsa becak yang ditarik oleh
manusia. Inspektur Touh memperhatikan Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

jigsaw yang ditumpangi oleh dua orang wisatawan asing itu lewat dengan penuh
rasa benci.
"Suatu hari kelak kami akan melarang kendaraan itu berdasarkan hukum."

Satu blok dari Jalan Bugis, Jennifer dan Inspektur Touh keluar dari mobil.

"Mobil dilarang masuk ke jalan itu," Inspektur menjelaskan.

Laki-laki itu memegang lengan Jennifer, lalu berjalan di sepanjang trotoar yang
ramai itu. Beberapa menit kemudian orang jadi demikian banyaknya hingga
hampir tak bisa bergerak. Jalan Bugis itu sempit dengan banyaknya warung-
warung di kiri-kanannya, tempat menjual buah-buahan, sayur, ikan, dan daging.

Ada pula restoran alam terbuka dengan kursi-kursi yang mengelilingi meja-meja
kecil. Jennifer berdiri saja menyerapi pemandangan itu dengan segala bunyinya,
baunya, serta warnanya yang bercampur-baur. Inspektur Touh memegang lengan
Jennifer lagi, lalu menyikut-nyikut membuka jalan untuk mereka. Mereka tiba ke
sebuah restoran yang di depannya ada tiga buah meja, semuanya ada orangnya.

Inspektur mencekam lengan seorang pelayan laki-laki yang sedang lewat, dan
sebentar kemudian pemilik restoran itu mendatangi mereka. Inspektur
mengatakan sesuatu padanya dalam bahasa Cina. Pemilik itu mendatangi salah
satu meja, berbicara dengan tamu-tamu itu. Tamu-tamu itu memandang
Inspektur, lalu cepat-cepat bangkit dan pergi. Inspektur dan Jennifer duduk di
meja itu.

"Maukah Anda saya pesankan sesuatu?"

"Tidak, terima kasih." Jennifer melihat ke lautan manusia yang berdesak-


desakan, baik di tepi-tepi sampai ke tengah jalan. Dalam keadaan lain mungkin
dia bisa merasa senang melihat semua itu. Singapura adalah sebuah kota yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mempesona, sebuah kota yang bisa dinikmati bersama seorang yang kita cintai.

Inspektur Touh berkata, "Lihat, hari sudah hampir tengah malam."

Jennifer mengangkat mukanya. Mula-mula dia tak melihat apa-apa. Lalu


dilihatnya bahwa semua pemilik toko, secara serentak mulai menutup warung-
warung mereka. Dalam waktu sepuluh menit, semua warung sudah ditutup dan
dikunci, dan semua pemiliknya sudah menghilang.
"Apa yang sedang terjadi?" tanya Jennifer.

"Akan Anda lihat."

Terdengar suara dengung dari kumpulan orang banyak di ujung jalan, dan orang-
orang mulai bergerak ke arah trotoar, hingga dengan demikian tinggal ah suatu
ruangan kosong di tengah jalan.

Seorang gadis Cina yang mengenakan gaun malam panjang yang ketat sedang
berjalan di tengah-tengah jalan. Gadis itu adalah yang tercantik yang pernah
dilihat Jennifer. Gadis itu berjalan dengan anggun dan langkah lambat, sambil
sebentar-sebentar berhenti untuk menyapa orang yang duduk di beberapa meja,
kemudian berjalan terus lagi.

Waktu gadis itu mendekati meja tempat Jennifer dan inspektur duduk, Jennifer
bisa melihatnya lebih baik dari dekat, dan dia ternyata lebih cantik lagi. Raut
mukanya halus dan lembut, sedang potongan badannya mempesona. Gaun
sutranya yang putih, dibelah di kedua belah sisi di bawah hingga kita bisa
melihat pahanya yang melengkung lembut, dan dapat pula melihat payudaranya
yang kecil, tapi sempurna bentuknya.

Waktu Jennifer menoleh akan berbicara dengan inspektur, muncul pula seorang
gadis lain. Yang ini bahkan mungkin lebih cantik daripada yang pertama. Dua
orang lagi berjalan di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

belakangnya, dan dalam sekejap Jalan Bugis dipenuhi oleh gadis-gadis remaja
yang cantik-cantik itu. Mereka itu campuran, ada yang Melayu, India, dan Cina.

"Mereka pasti pelacur," tebak Jennifer.

"Ya, waria."

Jennifer terbelalak memandangnya. Itu tak mungkin. Dia berpaling dan melihat
lagi ke gadis-gadis itu. Dia sama sekali tak bisa melihat sifat kelaki-lakian
barang sedikit pun pada mereka.

"Anda bercanda."

"Mereka itu disebut Bil y Bojs" Jennifer merasa bingung.


"Tapi mereka —"

"Mereka itu semua sudah menjalani operasi. Mereka menganggap diri mereka
wanita." Inspektur itu mengangkat pundaknya.

"Jadi, yah, mengapa tidak. Mereka tidak mengganggu.

Anda harus tahu," dia menambahkan, “bahwa di sini pelacuran dilarang. Tapi Bil
y Boys ini daya tarik yang baik bagi turis dan selama mereka tidak mengganggu,
polisi menutup mata saja."

Jennifer menoleh lagi ke anak-anak remaja yang

berkelainan dijalan itu. Mereka berhenti di beberapa buah meja dan membuat
janji dengan para langganan.

"Mereka hidup lumayan. Mereka menuntut bayaran sampai dua ratus dolar. Bila
mereka sudah terlalu tua untuk bekerja, mereka menjadi Mama-sans."

Kini kebanyakan gadis itu duduk di meja dengan kaum pria, menawarkan jasa
mereka. Satu demi satu, mereka itu mulai berdiri dan pergi dengan langganan
mereka.

"Dalam semalam, mereka melayani dua sampai tiga langganan," inspektur


menjelaskan. "Mereka mengambil alih

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jalan Bugis ini pada tengah malam, dan mereka harus keluar menjelang jam
enam pagi, supaya warung-warung bisa dibuka lagi untuk dagang. Bila Anda
sudah siap, kita bisa pergi."

"Saya sudah siap."

Sedang berjalan itu, mau tak mau bayangan Ken Bailey terkilas di pikiran
Jennifer, dan dia berpikir, Kuharap kau bahagia.

Dalam perjalanan pulang, Jennifer memutuskan

bahwa, ada sopir atau tidak, dia akan menyebutkan nama Bjork.
Waktu mobil membelok ke Orchard Road, Jennifer berkata dengan tegas,
"Mengenai Stefan Bjork —"

"Oh ya. Sudah saya atur, Anda bisa menemuinya jam sepuluh besok pagi."

55

Di Washington d.c. Adam Warner yang sedang menghadiri suatu rapat dipanggil
untuk menerima telepon yang mendesak dari New York.

Jaksa Robert Di Silva yang menelepon. Suaranya bernada penuh kemenangan.


"Juri besar khusus baru saja mengembalikan tuduhan yang kita minta atas semua
penjahat itu! Kita sudah siap untuk bergerak." Tak ada jawaban.

"Apakah Anda ada di situ, Senator?"

"Masih." Adam memaksakan nada antusias ke dalam suaranya. "Itu berita


besar."

"Kita harus bisa mulai mengepung dalam waktu dua puluh empat jam. Bila Anda
bisa terbang ke New York, saya rasa kita harus mengadakan rapat terakhir besok
pagi dengan semua badan-badan, supaya kita bisa mengatur langkah-langkah
kita.

Bisa Anda usahakan itu, Senator?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bisa," kata Adam.

"Akan saya atur semua. Jam sepuluh besok pagi."

"Saya akan datang." Adam meletakkan kembali gagang telepon. Juri besar
khusus baru saja mengembalikan tuduhan yang kita minta atas semua penjahat
itu.

Adam mengangkat gagang telepon lagi, lalu mulai memutar nomor lagi.

56

Ruang pengunjung di Penjara Changi adalah sebuah ruangan kecil yang kosong,
dengan dinding yang dikapur putih.

Ruang itu hanya berisi sebuah meja panjang dengan kursi-kursi kayu yang keras,
yang ditempatkan di kedua belah sisinya. Jennifer menunggu sambil duduk di
salah sebuah kursi itu. Dia mengangkat mukanya waktu pintu terbuka, dan
Stefan Bjork masuk digiring oleh seorang pengawal yang berseragam.

Bjork berumur tiga puluhan. Dia seorang laki-laki jangkung yang berwajah
suram dan matanya menonjol. Dia menderita kelainan kelenjar gondok, pikir
Jennifer. Tampak jelas memar pada dahi dan pipinya. Laki-laki itu duduk di
seberang Jennifer.

"Saya Jennifer Parker, pembela Anda. Saya akan mencoba mengeluarkan Anda
dari sini."

Laki-laki itu memandangnya dan berkata, "Sebaiknya segera saja".

Kata-kata itu mungkin suatu ancaman, mungkin pula suatu permohonan.


Jennifer ingat kata-kata Michael: Usahakan supaya dia bisa ditahan di luar
dengan jaminan, sebelum dia membuka mulut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apakah mereka memperlakukan Anda dengan baik?"

Laki-laki itu mencuri pandang pada penjaga yang sedang berdiri di dekat pintu.
"Ya, lumayan."

"Saya sudah mengajukan permohonan supaya Anda ditahan di luar, dengan


jaminan."

"Bagaimana kemungkinannya?" Bjork tak bisa menyembunyikan besarnya


harapan dalam suaranya.

"Saya rasa cukup baik. Paling lama dua atau tiga hari lagi."

"Saya harus keluar dari tempat ini."

Jennifer bangkit. "Sampai bertemu tak lama lagi."


"Terima kasih," kata Stefan. Dia mengulurkan tangannya.

"Jangan!" kata penjaga dengan tajam.

Keduanya menoleh pada pengawal itu.

"Tak boleh bersalaman."

Stefan Bjork memandang Jennifer, lalu berkata dengan serak, "Segeralah."

Waktu Jennifer kembali ke hotelnya, ada pesan tertulis bahwa Inspektur Touh
tadi meneleponnya. Sedang dia membaca pesan itu, telepon berdering. Inspektur
Touh berbicara.

"Sementara Anda menunggu, Nona Parker, saya pikir mungkin Anda akan bisa
bersenang-senang mengelilingi kota kami."

Mula-mula Jennifer ingin menolak, tapi dia menyadari bahwa tak ada satu pun
yang bisa dilakukannya sampai dia berhasil menempatkan Bjork di pesawat
terbang untuk keluar dari tempat ini. Sebelum itu berhasil, dia perlu menjaga
hubungan baik dengan Inspektur Touh.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka Jennifer berkata, "Terima kasih. Saya akan senang sekali."

Mereka berhenti untuk makan siang di Kampachi, lalu terus menuju ke pinggiran
kota, terus ke utara ke Bukit Timah Road ke Malaysia, melewati serangkaian
desa-desa kecil yang penuh warna, di mana terdapat berbagai macam warung
dan toko makanan. Penduduknya kelihatannya berpakaian baik, dan mereka
kelihatannya cukup berada. Jennifer dan Inspektur Touh berhenti di Pemakaman
Kranji dan Tugu Pahlawan Peperangan. Mereka berjalan menaiki tangga dan
memasuki gerbang biru yang terbuka. Di depan gerbang terdapat sebuah salib
besar dari pualam, dan di latar belakang ada sebuah pilar yang besar sekali.
Pekuburan itu merupakan lautan dari salib-salib putih.

"Peperangan buruk sekali akibatnya bagi kami," kata Inspektur Touh. "Kami
semua kehilangan banyak sahabat dan anggota keluarga."

Jennifer diam saja. Dalam angannya dia melihat sebuah makam di Sands Point.
Tapi dia tak mau membiarkan dirinya mengingat apa yang terbaring di bawah
onggokan tanah yang kecil itu.

Di Manhattan sedang berlangsung suatu rapat badanbadan penegak hukum di


unit intelegen kepolisian di Hudson Street.

Dalam kamar yang penuh itu, terasa suasana kemenangan.

Kebanyakan orang-orang itu dulu mengadakan penyelidikan dengan sikap sinis,


karena mereka sudah sering mengerjakan pekerjaan semacam itu. Dalam tahun-
tahun yang lalu pun mereka telah berhasil menumpuk bukti-bukti yang

memberatkan penjahat-penjahat, pembunuh-pembunuh, dan pemeras-pemeras.


Tapi dalam perkara kejahatannya, pengacara-pengacara berbakat yang
bayarannya mahal telah memenangkannya dan berhasil membebaskan penjahat-
penjahat yang mereka bela. Kali ini akan lain halnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kesaksian dari bekas pembela tetap sindikat, Thomas Colfax, ada dalam tangan
mereka, dan tak seorang pun yang akan bisa menggoyahkan-nya. Selama lebih
dari dua puluh lima tahun laki-laki itu telah merupakan poros dari sindikat itu.
Dia akan tampil di pengadilan dan akan menyebutkan nama-nama, tanggal,
fakta-fakta, dan angka-angka. Dan kini badan hukum itu sudah diberi aba-aba
untuk bergerak.

Adam-lah yang telah bekerja paling keras dari siapa punjuga dalam ruangan itu,
untuk menjadikan saat itu tercipta. Peristiwa itu akan merupakan pendorong
kemenangan yang akan membawanya ke Gedung Putih. Kini setelah saatnya
tiba, semuanya hancur. Di hadapan Adam terdapat daftar nama orang-orang yang
akan dituntut oleh juri besar khusus. Nama yang keempat pada daftar itu adalah
nama Jennifer Parker, sedang tuduhan-tuduhan yang tercantum di belakang
namanya adalah pembunuhan dan berkomplot untuk menjalankan beberapa
kejahatan besar.

Adam Warner melihat ke sekeliling ruangan itu, dan memaksa dirinya berbicara.
"Anda — saya harus mengucapkan selamat pada Anda semua."

Dia mencoba untuk berbicara lagi, tapi tak ada kata-kata yang terucapkan. Dia
dilanda rasa benci pada dirinya sendiri, hingga dia merasa tersiksa.
Tepat benar apa yang dikatakan orang Spanyol, pikir Michael Moretti. Dendam
itu umpama makanan yang

sebaiknya dimakan setelah dingin. Satu-satunya alasan mengapa Jennifer Parker


masih hidup sekarang adalah karena perempuan itu berada di luar jangkauannya.
Tapi dia akan segera kembali. Dan sementara itu, Michael sudah bisa mengecap
apa yang akan terjadi atas diri Jennifer. Gadis itu telah mengkhianatinya,
sebagaimana biasanya perempuan mengkhianati seorang laki-laki. Atas
perbuatannya itu, Michael Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akan berusaha supaya Jennifer mendapatkan perlakuan khusus.

Di Singapura, Jennifer mencoba lagi untuk menelepon Michael.

"Maaf," kata petugas telepon memberitahu, "hubungan ke Amerika Serikat


masih penuh."

"Tolong coba terus, ya?"

"Tentu, Nona Parker."

Petugas itu mendongak melihat ke laki-laki yang mengawal di samping papan


penghubung, dan laki-laki itu memberinya senyum berkomplot.

Robert Di Silva yang sedang berada di markas besarnya dalam kota sedang
melihat surat perintah penangkapan yang baru saja disampaikan padanya. Surat
perintah itu atas nama Jennifer Parker.

Akhirnya berhasil juga aku menangkapnya, pikirnya. Dan dia mengecap rasa
puas yang hebat.

Petugas telepon memberitahukan, "Inspektur Touh ada di lobi. Dia ingin bertemu
dengan Anda."

Jennifer merasa heran, karena dia tidak mengharapkannya.

Inspektur itu tentu membawa berita tentang Stefan Bjork.

Jennifer turun ke lobi dengan lift.


"Maafkan saya karena tidak menelepon," kata Inspektur Touh meminta maaf.
"Saya rasa sebaiknya berbicara langsung saja dengan Anda."

"Apakah Anda membawa berita?"

"Kita bisa berbicara dalam mobil. Saya ingin memperlihatkan sesuatu pada
Anda."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka menjalani Yio Chu Kang Road.

"Apakah ada kesulitan?" tanya Jennifer.

"Sama sekali tak ada. Pembebasan atas jaminan itu akan diputuskan lusa."

Lalu ke mana laki-laki ini akan membawanya?

Mereka sedang melewati sekelompok gedung-gedung di Jalan Goatopah Road,


dan pengemudi menghentikan mobil.

Inspektur Touh berpaling pada Jennifer. "Saya yakin ini akan menarik bagi
Anda."

"Apa yang menarik?"

"Marilah. Anda akan melihatnya."

Bagian dalam dari gedung itu, tua dan tak terpelihara, tapi kesan yang paling
menonjol adalah baunya, yang memberikan kesan buas, primitif, dan busuk. Tak
pernah Jennifer mencium bau seperti itu sebelumnya.

Seorang gadis bergegas mendatangi mereka dan berkata,

"Apakah Anda memerlukan penunjuk jalan? Saya —"

Inspektur Touh mengisyaratkan supaya dia pergi. "Kami tidak memerlukan


Anda."

Dipegangnya lengan Jennifer dan mereka lalu berjalan ke luar, ke pekarangan.


Ada enam buah tangki besar yang ditanamkan dalam tanah, dan dari dalam
tangki-tangki itu terdengar serangkaian bunyi bergeseran yang aneh. Jennifer
dan Inspektur Touh sampai ke tangki yang pertama. Di situ terdapat tanda
pengumuman: Jangan Ulurkan Tangan Anda Ke Kolam. Berbahaya. Jennifer
melihat ke dalam tangki itu.

Tangki itu penuh dengan buaya, besar dan kecil, ada beberapa puluh ekor,
semuanya bergerak terus, bergeseran timpa-menimpa.

Jennifer merinding. "Apa ini?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ini sebuah tempat pemeliharaan buaya." Inspektur ikut melihat ke bawah, ke


binatang-binatang melata itu. "Bila binatang-binatang itu berumur tiga sampai
enam tahun, mereka dikuliti dan kulit itu dijadikan dompet, ikat pinggang, dan
sepatu. Anda lihat bahwa kebanyakan di antaranya mulutnya terbuka. Begitulah
cara mereka bersantai. Justru bila mulut mereka terkatup, kita harus berhati-
hati."

Mereka berjalan terus ke sebuah tangki yang berisi dua ekor buaya yang besar
sekali.

"Yang ini sudah berumur lima belas tahun. Mereka dipelihara hanya dengan
maksud untuk pembiakan."

Jennifer menggigil. "Mereka jelek sekali. Saya tak mengerti mengapa mereka
tahan hidup berdua."

Inspektur Touh berkata, "Mereka tak suka. Sebenarnya mereka tak sering
kawin."

"Mereka pasti dari zaman prasejarah."

"Tepat. Mereka membawa kita kembali ke masa jutaan tahun yang lalu, dengan
cara hidup yang primitif yang sama seperti di awal zaman."

Jennifer ingin tahu mengapa laki-laki itu membawanya kemari. Bila Inspektur
itu menyangka bahwa dengan melihat binatang-binatang yang mengerikan itu,
Jennifer akan tertarik, dia keliru. "Bisakah kita pergi sekarang?" tanya Jennifer.
"Sebentar lagi." Inspektur mengangkat mukanya melihat gadis yang menemui
mereka di dalam tadi. Gadis itu sedang membawa sebuah nampan ke arah tangki
nomor satu.

"Hari ini adalah hari memberi makan," kata Inspektur.

"Perhatikan."

Dia mengajak Jennifer ke tangki pertama itu. "Buaya-buaya itu diberi makan
ikan dan paru-paru babi setiap tiga hari sekali."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gadis itu mulai melemparkan makanan ke dalam kandang

buaya itu, dan kandang itu seketika meledak menjadi suatu

kesatuan kegiatan yang kacau-balau. Buaya-buaya itu, besar

dan kecil, menyerang makanan mentah yang berdarahdarah

itu, mengoyaknya dengan taring-taringnya yang tajam.

Sedang Jennifer memperhatikan, dua di antara mereka

memperebutkan sepotong daging, dan kedua binatang itu

langsung berhadapan dan saling menyerang, saling menggigit

dan menghantam hingga kandang itu mulai berisi darah. Bola

mata salah satu buaya itu terkorek ke luar, tapi giginya masih

tertancap pada rahang penyerangnya dan dia tak mau

melepaskannya. Waktu darah mulai mengalir lebih banyak

meronai air, buaya-buaya yang lain pun mulai ikut serta.

Mereka menerkam kedua kawan mereka yang sudah luka itu,


mengoyakkan kepalanya sampai dagingnya kelihatan.

Kemudian mereka melahap keduanya hidup-hidup.

Jennifer merasa akan pingsan. "Marilah kita keluar

dari sini."

Inspektur Touh memegang lengan Jennifer. "Sebentar

lagi."

Dia masih terus memperhatikan, dan sebentar kemudian

barulah dituntunnya Jennifer ke luar.

Malam itu, Jennifer bermimpi tentang buaya-buaya yang

saling mencakar dan mengoyakkan sampai sama-sama

hancur. Dua di antaranya tiba-tiba berubah menjadi Michael

dan Adam, dan Jennifer terjaga di tengah-tengah mimpi

buruknya itu, tubuhnya gemetar. Dia tak bisa tidur lagi.

Razia-razia sudah dimulai. Baik petugas-petugas pertahanan federal, maupun


petugas-petugas setempat, bertindak di beberapa negara bagian dan bahkan di
beberapa negeri asing.

Telah diatur supaya razia itu dijalankan secara serentak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di Ohio, seorang senator yang sedang berpidato di

hadapan suatu organisasi wanita mengenai kejujuran

pemerintah ditangkap.

Di New Orleans, suatu badan yang menjalankan taruhan


secara tak sah ditutup.

Di Amsterdam, suatu badan yang menyelendupkan berlian

dihentikan.

Seorang manajer bank di Gary, Indiana, ditangkap atas

tuduhan membungakan uang organisasi.

Di Kansas City, sebuah toko besar yang menjual barang-

barang bekas kena razia, karena ternyata bahwa barang-

barang itu adalah barang-barang curian.

Di Phoenix, Arizona, enam orang detektif dalam kegiatan

kejahatan ditahan.

Di Napoli, sebuah pabrik cocaine dirampas.

Di Detroit, suatu organisasi pencurian mobil yang meluas di

seluruh negara bagian dilumpuhkan.

Karena tak berhasil menelepon Jennifer, Adam Warner

pergi ke kantornya.

Cynthia langsung mengenalinya.

"Maaf, Senator Warner, Nona Parker sedang ke luar negeri."

"Di mana dia?"

"Di Hotel Shangri-La di Singapura."

Harapan Adam timbul lagi. Dia bisa menelepon Jennifer dan melarangnya
kembali.
Baru saja Jennifer keluar dari kamar mandi, pengurus rumah tangga hotel
masuk.

"Maaf. Jam berapa Anda akan keluar dari hotel hari ini?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saya tidak akan keluar hari ini. Besok saya baru berangkat."

Pengurus rumah tangga itu tampak keheranan. "Saya disuruh menyiapkan kamar
ini untuk sualu rombongan yang akan datang larut malam ini."

"Siapa yang menyuruh Anda berbuat begitu?"

"Manajer."

Di lantai bawah, datang telepon dari luar negeri. Yang bertugas pada papan
penghubung telepon adalah orang lain, dan yang berdiri sampingnya pun orang
lain pula.

Petugas berbicara pada alat penerima. "New York City memanggil Jennifer
Parker?"

Petugas itu melihat pada laki-laki yang berdiri di sampingnya. Laki-laki itu
menggeleng.

"Maaf, Nona Parker sudah keluar dari hotel."

Razia masih berlangsung terus. Orang melakukan

penangkapan-penangkapan di Honduras, San Salvador, Turki, dan Meksiko.


Jaringan itu menyapu pedagang-pedagang, pembunuh-pembunuh, peram-pok-
perampok bank, dan

orang-orang yang membakar dengan sengaja. Di Fort Lauderdale, Atlantic City,


dan Palm Springs telah diambil langkah-langkah pengamanan.

Dan hal itu berjalan terus.

Di New York, Robert Di Silva mengikuti dengan cermat semua kegiatan yang
sedang dilakukan itu. Jantungnya berdebar makin kuat bila dia memikirkan
tentang jaringan yang makin mendekati Jennifer Parker dan Michael Moretti itu.

Michael Moretti lolos dari jaringan penangkapan secara kebetulan sekali. Waktu
itu adalah hari peringatan kematian ayah mertuanya, dan Michael pergi berziarah
ke kuburan orang tua itu bersama Rosa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lima menit setelah mereka berangkat, satu mobil penuh agen FBI tiba di rumah
Michael dan satu mobil lagi di kantornya. Waktu mereka mendengar bahwa
Michael tak ada di kedua tempat itu, agen-agen itu menunggu.

Jennifer baru sadar bahwa dia lalai memesan tempat di pesawat terbang untuk
Stefan Bjork kembali ke Amerika Serikat. Dia menelepon perusahaan Singapore
Airlines.

"Di sini Jennifer Parker. Saya sudah terdaftar pada perusahaan Anda pada
Penerbangan One Twelve yang akan berangkat besok sore ke London. Saya
ingin mendaftarkan satu tempat tambahan."

"Terima kasih. Harap menunggu sebentar." Jennifer menunggu dan beberapa


menit kemudian suara itu terdengar lagi. "Apakah Anda Nona Parker dengan
ejaan P-A-R-K-E-R ?"

"Benar."

"Pendaftaran Anda telah dibatalkan, Nona Parker."

Jennifer terkejut. "Dibatalkan? Oleh siapa?"

"Saya tak tahu. Nama Anda sudah dicoret dari daftar penumpang kami."

"Pasti ada kekeliruan. Tolong cantumkan lagi nama saya di daftar Anda."

"Maaf, Nona Parker. Penerbangan One-Twelve sudah penuh."

Inspektur Touh-lah yang bisa membereskan segala

sesuatunya, pikir Jennifer. Dia tadi sudah menyatakan kesediaannya untuk diajak
makan malam bersama Inspektur itu. Waktu itu dia akan mendengar apa yang
terjadi. Inspektur menjemputnya awal.

Jennifer menceritakan tentang kekacauan di hotel dan pendaftaran pesawat


terbang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Laki-laki itu hanya mengangkat bahunya. "Inilah akibat cara kerja kami yang
sudah sangat terkenal tak efisien itu. Nanti saya selidiki."

"Bagaimana dengan Stefan Bjork?"

Inspektur Touh mengatakan sesuatu dalam bahasa Cina kepada sopirnya, dan
mobil lalu berputar balik.

"Anda belum melihat Kallang Road. Anda akan suka sekali melihatnya."

Mobil membelok ke kiri, ke Lavender Street, kemudian setelah melewati satu


blok, membelok ke kanan, ke Kal ang Bharu. Di sana banyak tampak papan-
papan iklan besar, toko-toko bunga, dan perusahaan-perusahaan peti mati.
Beberapa blok kemudian, mobil membelok lagi.

"Ke mana kita?"

Inspektur menoleh pada Jennifer dan berkata

dengan tenang, "Kita sekarang berada di Jalan Tanpa Nama."

Jalan mobil mulai diperlambat. Di kedua sisi jalan hanya ada pengusaha-
pengusaha penguburan orang. Toko-toko itu berderetan: Tan Kee Seng, Clin
Noh, Ang Yung Long, Goh Soon. Di depan mereka tampak orang sedang

menyelenggarakan penguburan. Semua orang yang sedang berkabung


mengenakan pakaian putih dan suatu band yang terdiri dari tiga alat, dimainkan:
sebuah alat tiup besar, sebuah yang kecil, dan tambur. Jenazah diletakkan di atas
sebuah meja yang dikelilingi rangkaian bunga, sedang sebuah foto yang besar
dipasang pada sebuah kuda-kuda menghadap ke depan. Orang-orang yang
berkabung duduk berkeliling; mereka itu makan.

567
Jennifer menoleh pada Inspektur. "Apa ini?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Inilah rumah-rumah kematian. Penduduk asli di sini menyebutnya rumah mati.


Mereka sulit mengucapkan kata kematian. Inspektur memandang Jennifer dan
berkata, "Tapi kematian memang merupakan bagian dari kehidupan, bukan?"

Jennifer melihat betapa dingin mata inspektur itu, dan dia tiba-tiba merasa takut.

Mereka pergi ke Restoran Golden Phoenix, dan

setelah mereka duduk, barulah Jennifer berkesempatan untuk bertanya.

"Inspektur Touh, apakah Anda punya alasan tertentu mengapa Anda membawa
saya ke tempat pemeliharaan buaya, dan ke rumah-rumah kematian tadi itu?"

Inspektur itu memandangnya dan berkata dengan datar,

"Tentu. Saya pikir tempat-tempat itu menarik perhatian Anda.

Terutama karena Anda datang kemari untuk membebaskan klien Anda, Tuan
Bjork. Kebanyakan bangsa kami yang muda-muda mati karena obat bius yang
dimasukkan ke negeri kami ini, Nona Parker. Sebenarnya saya bisa membawa
Anda ke rumah sakit di mana kami mencoba menyembuhkannya, tapi saya rasa
akan lebih mengesankan, bila Anda melihat di mana mereka akan berakhir."

"Tapi semuanya itu tak ada hubungannya dengan saya."

"Itu hanya soal pendapat." Sirna sudah semua keramahan dari suaranya.

Jennifer berkata, "Inspektur Touh, saya rasa Anda dibayar mahal untuk —"

"Tidak akan cukup uang di dunia ini bagi siapa pun juga untuk membayar saya."

Dia bangkit lalu mengangguk pada seseorang, dan Jennifer menoleh. Dua orang
laki-laki yang mengenakan setelan abu-abu mendekati meja mereka.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona Jennifer Parker?"


"Ya."

Tak perlu lagi mereka mengeluarkan surat-surat tanda pengenal mereka sebagai
petugas FBI. Jennifer sudah tahu sebelum mereka berbicara. "FBI. Kami ada
surat-surat ekstradisi dan surat perintah untuk menangkap Anda. Kami akan
membawa Anda kembali ke New York naik pesawat terbang tengah malam."

57

Waktu Michael Moretti meninggalkan makam ayah

mertuanya, dia sudah terlambat untuk pergi memenuhi suatu janji. Dia
memutuskan untuk menelepon kantornya dan membatalkannya. Dia berhenti di
sebuah tempat telepon umum di tepi jalan raya dan memutar nomor kantornya.

Telepon berbunyi dan suatu suara menjawab, "Bangunan Acme."

Michael berkata, "Di sini Mike. Katakan —"

"Tuan Moretti tak ada. Telepon saja nanti."

Michael merasa tubuhnya menegang. Dia hanya berkata.

"Restoran Tony."

Dia mengembalikan gagang telepon, lalu bergegas kembali ke mobil. Rosa


melihat wajahnya dan berkata, "Adakah sesuatu yang tak beres, Mike?"

"Entahlah. Kau akan kuantar ke rumah saudara sepupumu.

Tinggal di sana sampai kau mendengar berita dari aku."

Tony mengikuti Michael masuk ke kantornya di belakang restoran.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kudengar rumahmu dan kantor di pusat kota

penuh dengan polisi, Mike."


"Terima kasih," kata Michael. "Aku tak mau diganggu."

"Tidak akan."

Michael menunggu sampai Tony keluar dari kamar itu dan

menutup pintunya. Lalu dia mengangkat gagang telepon dan

memutar-mutar piring-piringannya dengan marah.

Kurang dari dua puluh menit kemudian Michael Moretti

sudah tahu bahwa dia sedang menghadapi suatu bencana

besar. Menerima laporan-laporan tentang razia-razia dan

penangkapan-penangkapan itu, Michael merasa tak dapat

percaya. Semua anak buahnya, dari yang tak penting sampai

yang penting, ditangkap. Rumah-rumah minum kena razia,

operasi-operasi perjudian dibekukan, arsip dan catatan rahasia

disita. Semua kejadian itu seperti mimpi buruk saja. Polisi pasti

sudah menerima informasi dari seorang anggota organisasi.

Michael menelepon keluarga-keluarga lain di seluruh

negara, dan mereka semua ingin tahu apa yang terjadi.

Mereka sedang dihantam habis-habisan dan tak seorang pun

tahu dari mana sumber kebocorannya. Mereka semua curiga

bahwa itu berasal dari keluarga Moretti.

Jimmy Guarrhno, di Las Vegas, memberi ultimatum pada

Michael. "Aku menelepon ini atas nama badan komisi, Mike."


Badan Komisi Nasional adalah kekuasan tertinggi yang

mengambil alih kekuasaan keluarga perorangan bila ada

kesulitan. "Polisi sedang menggerebek semua keluarga. Pasti

ada seseorang yang penting yang telah membuka mulut. Kami

dengar dia adalah salah seorang anak buahmu. Kami beri kau

waktu dua puluh empat jam untuk mendapatkan dan

menghabisinya."

Di masa-masa yang lalu, razia polisi selalu hanya

menangkap cabang-cabang yang kecil saja, yang tak ada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

artinya. Inilah pertama kalinya orang penting diciduk juga.

Seseorang yang penting yang telah membuka mulut. Kami dengar dia adalah
salah seorang anak buahmu.

Mereka pasti benar. Keluarga Moretti selalu yang paling sulit terpukul dan
sekarang polisi mencarinya. Pasti ada seseorang yang memberinya informasi
yang meyakinkan, karena kalau tidak, polisi tidak akan mengadakan
penggerebekan sebesar ini. Tapi siapa orang itu? Michael bersandar dan berpikir.

Siapa pun yang memberi tahu penguasa-penguasa itu, pasti mengetahui soal-soal
di dalam yang hanya diketahui olehnya sendiri dan dua kaki tangannya yang
terpenting, yaitu Salvatore Fiore dan Joseph Colel a. Hanya mereka bertigalah
yang tahu di mana arsip-arsip disembunyikan. Satu-satunya orang lain yang juga
tahu adalah Thomas Colfax, tapi Colfax sudah terkubur di bawah tumpukan
sampah di New Jersey.

Michael duduk memikirkan Salvatore Fiore dan Joseph Colel a. Rasanya tak bisa
dipercaya bahwa salah seorang di antara mereka itu telah melanggar sumpah
omerta dan membuka rahasia. Sejak awal mereka itu sudah ikut dia; dia
sendirilah yang telah memilih mereka. Dia telah

memperbolehkan mereka menjalankan operasi pembungaan uang untuk


kepentingan mereka sendiri, juga usaha pelacuran. Mengapa mereka mau
mengkhianatinya? Jawabnya tentu sederhana: kursi yang sedang didudukinya
sekarang ini.

Mereka menginginkan kursinya ini. Segera setelah dia keluar, mereka akan
masuk dan mengambil alih. Mereka itu merupakan suatu tim; mereka pasti
bekerja sama.

Kemarahan Moretti disusul niat untuk membunuh. Keparat-keparat goblok itu


mencoba menyikutnya, tapi mereka tidak akan hidup untuk menikmatinya.
Pertama-tama dia harus mengatur dulu supaya anak buahnya yang tertangkap
dilepaskan dengan jaminan. Dia membutuhkan seorang pengacara yang bisa
dipercayainya — Colfax sudah mati, dan Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

Jennifer — Jennifer! Michael merasakan lagi kedinginan yang menyelubungi


hatinya. Masih terngiang-ngiang di telinganya ucapannya sendiri. Kembalilah
secepat mungkin. Aku akan merindukanmu. Aku cinta padamu, Jennifer. Dia
telah mengucapkan kata-kata itu, padahal Jennifer telah mengkhianatinya. Dia
harus dihukum.

Michael menelepon dan menunggu lagi, dan lima belas menit kemudian Nick
Vito bergegas masuk ke kantornya.

"Apa yang sedang terjadi?" tanya Michael.

"Polisi masih berkeliaran di mana-mana, Mike. Aku berputar-putar saja dengan


mobilku beberapa kali. Tapi aku bertindak sesuai dengan perintahmu. Aku tetap
menghindar."

"Ada tugas untukmu, Nick."

"Siap, bos. Apa yang harus kulakukan?"

"Bereskan Salvatore dan Joe."

Nick Vito terbelalak memandangnya. "A — aku tak mengerti. Waktu


kaukatakan, bereskan mereka, maksudmu kan bukan —"

Michael berteriak, "Maksudku pecahkan kepala mereka sampai otaknya keluar!


Apakah perlu digambarkan?"

"Ti — tidak," kata Nick Vito tergagap. "Aku hanya — Sal dan Joe adalah kaki
tanganmu yang top"

Michael bangkit, matanya mendelik berbahaya. "Kau mau mengajari aku


bagaimana mengurus persoalanku, Nick?"

"Tidak, Mike. Aku — ya tentu. Mereka akan kubereskan.

Kapan?"

"Sekarang. Langsung. Aku tak mau mereka sempat melihat bulan nanti malam.
Mengerti?"

"Ya. Aku mengerti."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tangan Michael terkepal erat. "Kalau aku sempat, aku sendiri yang akan
mengurus mereka. Aku ingin supaya mereka menderita, Nick. Buat supaya
mereka menderita perlahan-lahan, dengar? Perlahan-lahan sekali."

"Baik. Baiklah."

Pintu terbuka dan Tony masuk bergegas, wajahnya

kelabu. "Ada dua orang petugas FBI di luar, dengan surat perintah untuk
menangkapmu. Demi Tuhan, aku tak tahu bagaimana mereka sampai tahu bahwa
kau ada di sini.

Mereka —"

Michael Moretti berpaling pada Nick Vito dan membentak.

"Keluar lewat jalan belakang. Jalan!" Dia menoleh pada Tony.

"Katakan pada mereka aku sedang di wc. Sebentar lagi aku menemui mereka."
Michael mengangkat gagang telepon lalu memutar

suatu nomor. Sebentar kemudian dia berbicara dengan seorang hakim dari
mahkamah agung di New York.

"Ada dua orang petugas di rumahku membawa

surat perintah untuk menangkap aku."

"Atas dasar tuduhan apa, Mike?"

"Entahlah, dan aku tak peduli. Kau kutelepon untuk menyelesaikan persoalannya
nanti supaya aku bisa dibebaskan dengan jaminan. Aku tak bisa diam-diam
dalam kurungan. Aku banyak urusan."

Sunyi sebentar, lalu hakim itu berkata dengan berhati-hati,

"Maaf, Mike, aku tak bisa membantumu kali ini. Penangkapan-penangkapan


sedang dilakukan di mana-mana, bila aku mau mencampuri —"

Michael Moretti berbicara dengan nada yang mengerikan.

"Dengarkan, Keparat, dengarkan baik-baik. Bila aku sampai satu jam saja berada
dalam penjara, aku akan berusaha supaya kau juga berada di balik terali penjara
selama sisa hidupmu. Aku sudah mengurusmu dengan baik begitu lama.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Apakah kau mau aku menceritakan pada jaksa, berapa perkara yang
kauselesaikan untukku? Apa kau mau aku memberitahu panitia penyelidik
kejahatan, berapa jumlah simpananmu di Swis? Apakah kau mau —"

"Demi Tuhan, Michael!"

"Kalau begitu lakukan!"

"Akan kuusahakan," kata Hakim Lawrence Waldman. "Akan kucoba —"

"Coba, Keparat! Lakukan! Kaudengar itu, Larry? Kerjakan!"

Michael membanting gagang telepon.


Otaknya sedang bekerja dengan cepat dan dingin. Dia tak kuatir akan
dimasukkan ke penjara. Dia tahu bahwa Hakim Waldman akan menjalankan
perintahnya, dan dia bisa percaya pada Nick Vito untuk membereskan Fiore dan
Colel a. Tanpa kesaksian mereka, pemerintah tidak akan bisa membuktikan apa-
apa untuk menjatuhinya hukuman.

Michael melihat ke cermin kecil di dinding, menyisir rambutnya, memperbaiki


letak dasinya, lalu keluar menemui kedua petugas FBI itu.

Hakim Lawrence telah berhasil. Michael sudah tahu itu.

Pada sidang pendahuluan, seorang pembela yang dipilih oleh Hakim Waldman
memohon pembebasan dengan jaminan, dan jumlahnya diputuskan lima ratus
ribu dolar.

Di Silva marah dan frustasi waktu Michael Moretti keluar dari ruang sidang.

58

Nick vito adalah laki-laki yang kecerdasannya

terbatas. Caranya mengabdi pada organisasi adalah dengan menjalankan semua


perintah tanpa bertanya dan melaksanakannya dengan efisien. Nick Vito sudah
sering Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berhadapan dengan pistol dan pisau, tapi dia tak pernah mengenal takut. Namun
kini dia takut. Sesuatu yang tak dapat ditangkapnya dengan daya pikirnya telah
terjadi, dan dia merasa bahwa bagaimanapun juga, dia ikut bertanggung jawab
atas kejadian itu.

Sepanjang hari dia mendengar tentang razia-razia yang sedang berjalan,


penangkapan-penangkapan yang sedang dilakukan. Didesas-desuskan bahwa ada
seorang pengkhianat, seorang yang berkedudukan tinggi dalam organisasi.
Dengan daya pikirnya yang terbatas itu sekalipun, Nick Vito bisa
menghubungkan kenyataan bahwa dia telah membiarkan Thomas Colfax hidup,
dan bahwa tak lama setelah itu terdengar berita adanya seseorang yang
mengkhianati keluarga pada pejabat-pejabat pemerintah. Nick Vito yakin bahwa
itu tak mungkin Salvatore Fiore dan Joseph Colel a.

Kedua mereka itu sudah seperti saudaranya sendiri, dan keduanya sama fanatik
kesetiaannya dengan dia sendiri, pada Michael Moretti. Tapi dia tidak akan bisa
menjelaskan itu pada Michael kalau dia tak ingin dicincang halus, karena yang
mungkin berkhianat adalah Thomas Colfax, padahal Colfax disangka sudah
mati.

Nick Vito bingung apa yang harus diperbuatnya. Dia sayang pada si Kembang
Kecil dan si Raksasa. Fiore dan Colel a sudah banyak sekali menolongnya di
masa lalu, seperti juga Thomas Colfax. Tapi dia telah meloloskan Thomas
Colfax, dan sekarang lihat apa yang terjadi. Maka Nick Vito memutuskan bahwa
dia tidak akan bermurah hati lagi. Kini nyawanya sendiri yang harus
dilindunginya. Bila Fiore dan Col ela sudah dibunuhnya, selamatlah dia. Tapi
karena mereka itu seperti saudara-saudaranya sendiri, dia akan berusaha supaya
mereka mati cepat.

Nick Vito mudah saja menentukan di mana mereka berada, karena mereka harus
selalu siap siaga kapan pun Michael memerlukan mereka. Si Kecil Salvatore
Fiore sedang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengunjungi kekasih simpanannya di apartemen perempuan itu di 83rd Street


dekat Museum Sejarah Alam. Nick tahu bahwa sahabatnya itu selalu pulang dari
sana pukul lima untuk kembali ke rumah istrinya. Sekarang pukul tiga. Nick
menimbang-nimbang. Dia bisa menunggu di depan gedung apartemen itu atau
bisa juga langsung naik dan masuk ke apartemen itu. Dia merasa terlalu gugup
untuk menunggu. Dia merasa muak dengan semua peristiwa ini. Bila ini semua
sudah berlalu, pikirnya aku akan minta libur dari Michael.

Mungkin akan kubawa beberapa orang gadis pergi ke Bahama.

Baru memikirkannya saja, dia telah merasa lebih baik.

Nick Vito memarkir mobilnya di sudut jalan dekat apartemen itu, lalu berjalan
kaki ke gedung itu. Dengan menggunakan sepotong cel uloid, dia membuka
pintu depan, lalu masuk. Dia tidak menggunakan lift melainkan naik tangga ke
lantai tiga. Dia berjalan ke arah pintu yang di ujung gang, dan setiba di situ pintu
itu digedornya.

"Buka pintu! Polisi!"

Didengarnya langkah-langkah cepat di balik pintu, dan beberapa saat kemudian


pintu terbuka sebatas rantai pengaman yang besar. Di balik pintu dilihatnya
tubuh Marina, kekasih Salvatore Fiore, yang tanpa busana.

"Nick!" seru perempuan itu. "Gila kau. Kau menakuti aku setengah mati."

Ditanggalkannya rantai pengaman pada pintu, lalu dibukanya, "Sal, si Nick!"

Si Kecil Salvatore Fiore keluar dari kamar tidur, juga tanpa busana, "Hei, Nicky!
Mengapa kau kemari?"

"Sal, ada pesan dari Mike."

Nick Vito mengacungkan sebuah pistol kaliber 22 yang memakai alat peredam
suara dan menekan pelatuknya. Jarum penembaknya menghantam ke petrum,
dan pelurunya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terdorong ke luar dari moncongnya dengan kecepatan tiga ribu meter sedetik.
Peluru yang pertama menghancurkan batang hidung Salvatore Fiore. Peluru
yang kedua mengeluarkan mata kirinya. Waktu Marina membuka mulutnya akan
berteriak, Nick Vito berbalik dan mengirim sebuah peluru ke kepalanya. Waktu
perempuan itu roboh ke lantai, Nick menembakkan sebuah peluru lagi ke
dadanya, untuk meyakinkan. Sayang, perempuan ini terbuang-buang, pikir Nick,
tapi Mike tentu tak suka kalau kubiarkan seorang saksi hidup, barang seorang
saja.

Si Besar Joseph Colel a memiliki seekor kuda yang sedang turut dalam pacuan
kuda yang kedelapan di Belmont Park di Long Island. Belmont adalah sebuah
tempat pacuan yang panjangnya satu setengah mil, suatu ukuran panjang yang
tepat benar untuk kuda yang sedang di kut-sertakan si Raksasa itu. Dia telah
menganjurkan pada Nick untuk bertaruh atas kuda itu. Di masa lalu, Nick telah
banyak menang taruhan berkat petunjuk dari Colel a. Colel a selalu
mempertaruhkan uang sedikit atas nama Nick, bila kudanya ikut pacuan.

Sedang Nick berjalan ke tempat duduk Colel a, dia merasa menyesal bahwa di
masa yang akan datang tidak akan ada lagi yang memberinya petunjuk. Pacuan
yang kedelapan baru saja dimulai. Colel a sedang berdiri di tempat duduknya,
menyoraki kudanya. PacuaTi itu adalah pacuan dengan taruhan besar, dan orang-
orang berteriak-teriak dan bersorak-sorak sedang kudanya mengitari putaran
yang pertama.
Nick Vito masuk dari belakang ke tempat khusus Colel a, dan bertanya,
"Bagaimana keadaannya, Sobat?"

"Hei, Nick, kaudatang tepat pada waktunya. Si Beauty Queen akan


memenangkan pacuan ini. Aku sudah

menaruhkan uang untukmu."

"Bagus, Joe."

Nick Vito menekan pelatuk pistolnya yang berkaliber 22 ke tulang punggung


Joseph Colel a, lalu menembakkannya tiga Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

kali menembusi jasnya. Bunyi yang teredam tak terdengar berkat sorak-sorai
orang banyak. Nick melihat Joseph Colel a roboh ke tanah. Dipertimbangkannya
apakah akan diambilnya kartu taruhan yang ada dalam saku Colel a. Tapi dia
mengurungkan niatnya itu. Kuda itu bisa saja kalah.

Nick Vito berbalik, lalu berjalan tanpa tergesa ke jalan keluar, seorang manusia
yang tak dikenal dalam

kumpulan orang banyak.

Telepon pribadi Michael Moretti berdering. "Tuan Moretti?"

"Siapa yang mau bicara dengan dia?"

"Di sini Kapten Tanner."

Michael berpikir sebentar mengingat-ingat nama itu.

Seorang kapten polisi. Di wilayah Queens. Salah seorang bayaran mereka.

"Di sini Moretti."

"Saya baru saja mendapatkan informasi yang saya rasa akan menarik bagi
Anda."

"Dari mana kau menelepon?"


"Dari telepon umum."

"Ceritakan."

"Saya sudah tahu sumber segala kekacauan ini."

"Kau terlambat. Mereka sudah dibereskan."

"Mereka? Oh, yang saya dengar hanya Thomas Colfax."

"Kau tak tahu apa yang kaukatakan itu. Colfax sudah mati."

Kini giliran Kapten Tanner yang kebingungan. "Apa kata Anda? Thomas Colfax
sedang duduk di Markas Besar Marinir di Quantico saat ini, sedang
membukakan semua rahasia pada siapa saja yang mau mendengarnya."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau gila!" bentak Michael. "Aku tahu betul—" Dia terdiam.

Tentang apa dia tahu betul? Dia memang sudah menyuruh Nick Vito untuk
membunuh Thomas Colfax, dan Vito mengatakan bahwa hal itu sudah
dilaksanakannya. Michael lalu berpikir. "Yakin benarkah kau, Tanner?"

"Tuan Moretti. Apakah saya mau menelepon kalau saya tak yakin?"

"Akan kuselidiki. Kalau kau benar, aku akan ingat padamu."

"Terima kasih, Tuan Moretti."

Kapten Tanner meletakkan gagang telepon dengan rasa puas pada dirinya
sendiri. Dari pengalaman masa lampau dia tahu bahwa Michael Moretti adalah
orang yang tahu membalas budi. Inilah kesempatan yang besar itu, kesempatan
yang memungkinkannya untuk pensiun. Dia melangkah ke luar dari tempat
telepon umum itu, menempuh udara dingin dalam bulan Oktober.

Ada dua orang berdiri di tempat telepon itu, dan waktu kapten itu akan melewati
mereka, salah seorang di antaranya menghadangnya. Dia memperlihatkan kartu
tanda

pengenalnya.
"Kapten Tanner? Saya Letnan West dari Dinas Keamanan Dalam Negeri.
Komisaris polisi ingin berbicara dengan Anda."

Michael Moretti menggantungkan gagang telepon perlahan-lahan. Naluri


hewaninya meyakinkannya bahwa Nick Vito telah membohonginya. Thomas
Colfax masih hidup. Itulah penyebab dari semua yang sedang terjadi sekarang.
Dialah rupanya yang telah menjadi pengkhianat. Padahal Michael telah
menyuruh Nick Vito untuk membunuh Salvatore Fiore dan Joseph Colel a.
Tuhan, bodoh benar dia! Dia telah ditipu oleh seorang penembak bayaran,
sampai harus membunuh dua orang anak buahnya yang paling utama! Bukan
main geramnya dia.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia memutar sebuah nomor lalu berbicara singkat di telepon itu. Setelah
menelepon untuk kedua kalinya, dia duduk menunggu.

Waktu didengarnya Nick Vito berbicara di telepon, Michael memaksa dirinya


supaya kemarahannya tidak terdengar dalam suaranya,

"Bagaimana jalannya?"

"Beres, Bos. Tepat seperti yang kauperintahkan. Mereka menderita perlahan-


lahan."

"Bukankah aku bisa mengandalkan kau, Nick?"

"Tentu bisa. Kau kan tahu, Bos."

"Nick, kuminta kau membantuku untuk yang terakhir kalinya. Salah seorang
anak buah meninggalkan sebuah mobil di sudut antara York dan 95th Street.
Mobil itu mobil Camaro berwarna coklat. Kuncinya ada di belakang klep
pelindung matahari. "Kita akan menggunakannya untuk suatu pekerjaan malam
ini. Tolong bawa kemari, ya?"

"Baik, Bos. Kapan kaubutuhkan? Aku baru saja akan —"

"Aku perlu sekarang. Langsung, Nick."

"Aku segera datang."


"Bye, Nick."

Michael mengembalikan gagang telepon. Ingin dia berada di sana menyaksikan


Nick Vito meledakkan dirinya bersama mobil itu. Tapi ada satu hal mendesak
yang harus dilakukannya.

Jennifer Parker segera akan dalam perjalanannya pulang, dan dia ingin
menyiapkan segala-galanya untuknya.

59

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rasanya seperti suatu produksi film Holywood saja, pikir

Mayor Jenderal Roy Wal ace, dengan tahananku sebagai

bintangnya.

Ruang pertemuan yang besar, di markas besar Korps

Marinir Amerika Serikat, penuh dengan ahli-ahli teknik dari

Korps Sandi, berkeliaran kian-kemari memasang kamera dan

peralatan suara serta lampu-lampu, sambil berbicara dengan

bahasa khususnya sendiri.

Mereka sedang bersiap-siap untuk mem-filmkan

kesaksian Thomas Colfax.

"Itu merupakan jaminan keamanan ekstra," kata Jaksa Di

Silva berkeras. "Kita tahu bahwa tak seorang pun bisa

mendekatinya, tapi akan lebih aman bila direkam." Dan yang

lain-lain pun setuju.


Satu-satunya orang yang tak hadir di situ adalah Thomas

Colfax. Dia akan dibawa masuk pada saat terakhir, bila segala-

galanya sudah siap.

Benar-benar seperti bintang film.

Thomas Colfax sedang mengadakan pertemuan dalam

selnya dengan David Terry dari Departemen Kehakiman yang

bertugas menciptakan tanda-tanda bukti diri baru bagi

orang-orang yang ingin menghilang.

"Coba saya jelaskan sedikit dulu mengenai acara pengamanan saksi oleh
Pemerintah Federal," kata Terry. "Bila sidang sudah selesai, kami akan mengirim
Anda ke negara mana pun juga yang Anda pilih. Perabot rumah tangga dan
semua milik Anda yang lain akan dikirim dengan kapal oleh suatu perusahaan
ekspedisi di Washington, dengan nomor kode. Nomor itu nanti akan kami
serahkan pada Anda. Tidak akan ada jalan lain bagi siapa pun juga untuk
menelusuri Anda. Kami akan memberi Anda tanda bukti diri dan latar belakang
baru, dan bila Anda suka, bahkan juga wajah baru."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saya akan mengurus itu sendiri." Tak seorang pun dipercayainya untuk
mengetahui apa yang akan dilakukannya dengan wajahnya.

"Biasanya, bila kami memberi tanda bukti diri baru kepada seseorang, kami juga
mencarikannya pekerjaan di bidang apa pun yang cocok baginya, dan kami
memberinya uang.

Mengenai diri Anda, Tuan Colfax, saya dengar bahwa keuangan bukan
masalah."

Thomas Colfax ingin tahu apa yang akan dikatakan David Terry, kalau dia tahu
berapa banyak uangnya yang sudah diamankannya di bank-bank di Jerman,
Swis, dan Hongkong.
Dia sendiri pun sudah tak tahu lagi, tapi menurut perkiraan kasarnya, sembilan
atau sepuluh juta dolar.

"Ya," kata Colfax, "saya rasa soal uang memang bukan masalah."

"Baiklah kalau begitu. Yang pertama-tama yang harus ditentukan adalah ke


mana Anda ingin pergi. Adakah tempat tertentu dalam pikiran Anda?"

Pertanyaannya sederhana sekali, namun besar sekali artinya di balik itu. Yang
sebenarnya akan dikatakan orang itu adalah, Di mana kau akan menghabiskan
sisa hidupmu?

Karena Colfax tahu bahwa, begitu dia tiba di suatu tempat mana pun yang di
ngininya, dia tidak akan meninggalkannya lagi. Tempat itu akan merupakan
tempat tinggal abadinya, tempatnya berlindung, dan dia tidak aman di bagian
mana pun dari dunia ini.

"Brasilia."

Itu merupakan tempat yang paling masuk akal. Di sana dia sudah memiliki
sebidang perkebunan seluas dua ratus ribu are, atas nama suatu perusahaan
Panama, hingga tidak akan bisa ditelusuri sampai pada dirinya. Perkebunan itu
sendiri sudah merupakan sebuah benteng. Dia akan mampu

membayar orang-orang untuk melindunginya, hingga Tiraikasih Website


http://kangzusi.com/

kalaupun Michael Moretti akhirnya tahu di mana dia berada, tak seorang pun
bisa mendekatinya. Dia akan bisa membeli apa saja, termasuk semua perempuan
yang di ngininya.

Thomas Colfax suka wanita Amerika Selatan. Orang menyangka bahwa bila
laki-laki mencapai umur enam puluh lima tahun, kekuatan seksnya akan hilang,
bahwa dia tidak punya hasrat lagi, tapi Colfax mengalami bahwa semakin dia
tua, makin besar pula seleranya pada wanita. Dia bahkan suka sekali kalau bisa
mengajak tidur dua atau tiga perempuan muda sekaligus, yang semuanya
melayaninya. Makin muda makin baik.

"Brasilia akan mudah mengurusnya," kata David Terry.


"Pemerintah kita akan membelikan Anda sebuah rumah kecil di sana, dan —"

"Itu tak perlu." Colfax hampir saja tertawa terbahak membayangkan dirinya
harus tinggal di sebuah rumah yang kecil. "Yang saya minta dari Anda hanya
memberi saya tanda bukti diri baru dan perjalanan dengan selamat. Yang lain
semua saya urus sendiri."

"Semau Andalah, Tuan Colfax." David Terry bangkit. "Saya rasa semuanya
sudah kita bicarakan." Dia tersenyum meyakinkan. "Urusan ini akan mudah
sekali. Saya akan segera mulai mengatur langkah-langkah. Segera setelah Anda
selesai memberikan kesaksian, Anda akan sudah berada dalam pesawat yang
menuju ke Amerika Selatan.'"

"Terima kasih." Thomas Colfax memperhatikan tamunya pulang, dan dia senang
sekali. Dia telah berhasil! Michael Moretti telah membuat kesalahan karena telah

menganggapnya remeh, dan itu akan merupakan kesalahan Moretti yang


terakhir. Colfax akan menguburkannya demikian dalam hingga dia tidak akan
bisa bangun lagi.

Dan kesaksian yang diberikannya akan difilmkan. Itu akan menarik. Dia ingin
tahu apa dia akan diberi make-up. Dia melihat dirinya di cermin. Tidak buruk,
pikirnya, untuk laki-laki Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seumurku. Aku masih tampan. Gadis-gadis Amerika Selatan lebih suka pria
yang agak tua yang sudah beruban.

Dia mendengar pintu sel terbuka, dan dia menoleh.

Seorang sersan marinir membawakan makanan Colfax. Masih banyak waktunya


untuk makan sebelum pembuatan film dimulai.

Pada hari pertama, Thomas Colfax mengeluh tentang makanan yang disuguhkan
padanya, dan sejak saat itu Jenderal Wal ace mengatur supaya semua makanan
Colfax dipesan. Selama Colfax ditahan di benteng itu, usulnya yang sekecil-
kecilnya pun dianggap perintah. Mereka ingin melakukan segala sesuatu untuk
menyenangkannya, dan Colfax memanfaatkannya sepenuhnya. Dimintanya
perabot rumah tangga, sebuah pesawat tv, dan setiap hari dia diberi surat kabar
dan majalah terbaru.
Sersan itu meletakkan makanan ke atas meja yang sudah disiapkan untuk dua
orang, dan seperti setiap hari, dia pun berkata,

"Kelihatannya enak, Tuan."

Colfax tersenyum dengan sopan lalu duduk. Panggang daging sapi yang
setengah matang, yang disukainya, kentang yang dihancurkan, dan puding
Yorkshire. Dia menunggu sampai marinir itu menarik kursi dan duduk di
seberangnya.

Sersan itu mengambil pisau dan garpu, memotong daging sedikit dan
memakannya. Satu lagi gagasan Jenderal Wal ace.

Harus ada pencicip khusus untuk makanan Colfax. Seperti raja-raja zaman
dahulu saja, pikirnya. Diperhatikannya marinir itu mencoba daging panggang,
kentang, dan puding Yorkshire.

"Bagaimana rasanya?"

"Terus terang saya lebih suka daging yang matang."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Colfax mengambil pisau dan garpunya sendiri, dan mulai makan. Sersan itu
keliru. Daging itu tepat benar masaknya, kentangnya cukup berlemak dan panas,
dan puding Yorkshire-nya enak.

Colfax mengambil lalap dan menaruhnya di atas dagingnya.

Pada gigitan kedua Colfax menyadari bahwa ada sesuatu yang sama sekali tak
beres. Mulutnya terasa terbakar dan rasa itu menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia
merasa terbakar.

Kerongkongannya tercekik, kejang, dan dia mulai sulit mencari udara. Sersan
marinir yang duduk di seberangnya

memandangnya dengan terbelalak. Thomas Colfax

mencengkam lehernya, dan mencoba mengatakan pada sersan itu apa yang
terjadi, tapi tak sepatah kata pun terucapkan. Api dalam tubuhnya serasa
menjalar dengan lebih cepat, dan dia amat tersiksa. Tubuhnya menjadi kaku dan
kejang, lalu terbalik ke belakang, ke lantai.

Sersan itu memperhatikannya sebentar, lalu membungkuk ke tubuh itu dan


membalik kelopak mata Thomas Colfax untuk meyakinkan bahwa dia sudah
meninggal.

Kemudian dia pergi meminta bantuan.

60

Singapore airlines Penerbangan 246 mendarat di

Lapangan Udara Heathrow di London pukul setengah delapan pagi. Para


penumpang lain ditahan di tempat duduk masing-masing, sampai Jennifer dan
kedua petugas FBI keluar dari pesawat dan masuk ke kantor pengamanan
lapangan udara.

Ingin benar Jennifer membaca surat kabar untuk

mengetahui apa yang sedang terjadi di negerinya, tapi kedua pengiringnya yang
diam terus-menerus menolak

permintaannya itu, dan menolak diajak berbicara.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dua jam kemudian, mereka bertiga naik ke

pesawat terbang TWA yang menuju ke New York.

Di Gedung Pengadilan Amerika Serikat di Foley Square, sedang diadakan rapat


darurat. Yang hadir adalah Adam Warner, Robert Di Silva, Mayor Jenderal
Wallace, dan enam orang wakil dari FBI departemen kehakiman, dan

departemen perbendaharaan.

"Bagaimana hal itu sampai bisa terjadi?" tanya Robert Di Silva dengan suara
bergetar karena marahnya. Dia berpaling pada jenderal itu. "Anda sudah diberi
tahu betapa pentingnya Thomas Colfax itu bagi kami."
Jenderal itu mengangkat tangannya tak berdaya. "Kami sudah mengambil semua
langkah pengamanan sebisa-bisanya, Tuan. Kini kami sedang menyelidiki
bagaimana orang sampai bisa menyelundupkan racun asam biru itu ke —"

"Saya sama sekali tak peduli bagaimana orang melakukannya! Colfax sudah
mati!"

Orang dari departemen perbendaharaan berbicara, "Berapa pentingnyakah


kematian Colfax itu bagi kita?

"Banyak sekali," sahut Di Silva. "Mencari saksi saja sulitnya bukan main. Apa
lagi sampai bisa memperlihatkan arsip-arsip dan pembukuan keuangannya. Saya
berani bertaruh bahwa akan ada saja pembela yang mengatakan semua catatan
dan buku itu palsu."

"Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya seorang dari departemen
perbendaharaan.

Jaksa menjawab, "Kita teruskan langkah-langkah kita.

Jennifer Parker sedang dalam perjalanan pulang dari Singapura. Kita punya
cukup bukti untuk menyingkirkannya selama-lamanya. Sementara dia kita tahan,
akan kita suruh dia menarik Michael Moretti pula. "Dia berpaling pada Adam.

"Anda setuju bukan, Senator?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adam merasa mual. "Maaf."

Dia cepat-cepat keluar dari ruangan itu.

61

Petugas-petugas pemandu di tanah, yang memakai tutup telinga yang kebesaran,


mengayun-ayunkan kedua tongkatnya yang berlampu sorot, memandu pesawat
jumbo 747 ke arah jalur tempat menunggu. Pesawat berhenti di lingkaran
tertentu dan setelah diberi aba-aba, pilot menghentikan keempat mesin turbo
buatan Pratt And Whitney.
Di dalam pesawat, pramugara berbicara melalui pengeras suara, "Tuan-tuan dan
Nyohya-nyonya, kita baru saja mendarat di Lapangan Udara Kennedy, New
York. Terima kasih atas penerbangan Anda dengan TWA. Para penumpang harap
tinggal di tempat duduk sampai ada pengumuman selanjutnya. Terima kasih."

Terdengar dengung suara protes orang. Sesaat kemudian pintu dibuka. Kedua
orang petugas FBI yang duduk dengan Jennifer di bagian depan pesawat bangkit.

Salah seorang di antaranya menoleh pada Jennifer dan berkata, "Mari."

Para penumpang melihat dengan perasaan ingin

tahu waktu ketiga orang itu meninggalkan pesawat.

Beberapa menit kemudian terdengar lagi suara pramugara melalui pengeras


suara, "Terima kasih atas kesabaran Anda, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya.
Sekarang Anda boleh turun."

Sebuah mobil pemerintah menunggu di jalan masuk, di samping lapangan udara.


Mula-mula mereka berhenti di Gedung Metropolitan Correctio-nal Centre di
Park Row nomor 150. Gedung itu berhubungan dengan Gedung Pengadilan
Amerika Serikat di Foley Square.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah Jennifer didaftarkan, salah seorang FBI berkata,

"Maaf, kami tak bisa menahan Anda di sini. Kami mendapat perintah untuk
membawa Anda ke Penjara Riker's Island."

Perjalanan ke Riker's Island berlangsung tanpa bicara.

Jennifer duduk di tempat duduk belakang, diapit oleh kedua petugas FBI itu. Dia
tidak berkata apa-apa, tapi otaknya sibuk bekerja. Kedua laki-laki itu tak mau
berbicara selama perjalanan menyeberangi samudra, maka Jennifer tak bisa
menduga betapa besar kesulitan yang dihadapinya. Dia tahu bahwa keadaannya
serius, karena tidaklah mudah untuk mendapatkan ekstradisi.

Dia tak bisa berbuat apa-apa untuk membela dirinya, sementara dia berada
dalam penjara. Usahanya yang pertama haruslah supaya dia bisa bebas dengan
jaminan.

Mereka sedang menyeberangi jembatan ke Riker's Island, dan Jennifer melihat


ke jalan yang sudah dikenalnya, jalan yang sudah beratus-ratus kali dilaluinya
bila dia pergi menemui kliennya. Sekarang dia sendiri yang menjadi tahanan.

Tapi tidak akan lama, pikir Jennifer. Michael akan membebaskan aku.

Kedua orang petugas FBI menggiring Jennifer masuk ke dalam gedung


penerimaan dan salah seorang petugas tadi menyerahkan perintah ekstradisi pada
pengawal.

"Jennifer Parker."

Pengawal melihat surat perintah itu. "Kami memang menunggu Anda, Nona
Parker. Anda mendapat tempat di kamar tahanan nomor tiga."

"Saya berhak untuk menelepon satu kali."

Pengawal menganggukkan kepalanya ke arah telepon di meja tulisnya. "Tentu."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jennifer mengangkat gagangnya sambil berdoa semoga Michael Moretti ada. Dia
mulai memutar nomor.

Michael Moretti memang sudah menunggu telepon dari Jennifer. Selama dua
puluh empat jam, dia tidak berpikir tentang yang lain. Dia sudah menerima
informasi waktu Jennifer mendarat di London, waktu pesawatnya

meninggalkan Heathrow, dan waktu dia tiba kembali di New York. Dia duduk di
meja kerjanya sambil mengikuti dalam angannya, perjalanan Jennifer ke Riker's
Island.

Dibayangkannya Jennifer masuk ke penjara itu. Dia pasti akan minta izin untuk
menelepon sebelum dia dimasukkan ke sel.

Jennifer pasti akan meneleponnya. Hanya itu yang diharapkannya. Satu jam lagi
dia akan minta agar Jennifer dibebaskan dari situ; dan perempuan itu kemudian
akan mendatanginya. Michael Moretti membayangkan saat Jennifer Parker
berjalan melewati pintu.

Jennifer telah berbuat sesuatu yang tak dapat dimaafkan.

Dia telah menyerahkan tubuhnya pada laki-laki yang akan memusnahkannya.


Selain itu, apa lagi yang telah

diberikannya? Rahasia-rahasia apa yang telah dibocorkannya?

Adam Warner adalah ayah dari anak Jennifer. Michael kini yakin Jennifer telah
membohonginya sejak awal, mengatakan padanya bahwa ayah Joshua telah
meninggal. Yah, itu memang suatu ramalan yang akan segera menjadi
kenyataan, kata Michael sendiri. Dia terlanda konflik yang ironis. Di satu pihak,
dia punya senjata yang ampuh yang bisa menghina dan menghancurkan Adam
Warner. Dia bisa memeras Adam Warner dengan ancaman akan menyiarkan
hubungannya dengan Jennifer; tapi bila itu dilakukannya, dia akan membeberkan
pula tentang dirinya sendiri. Bila keluarga-keluarga lain sampai mendengar —
dan mereka pasti akan mendengarnya — bahwa peliharaan Michael adalah
kekasih simpanan dari ketua Panitia Penyelidikan Senat, maka Michael akan
menjadi bahan tertawaan. Dia tidak akan bisa lagi Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

mengangkat kepalanya atau memerintah anak buahnya.

Seorang suami yang bisa dipermainkan perempuan tak pantas menjadi seorang
kepala. Maka, bagaimanapun

menggiurkannya ancaman pemerasan itu, dia akan merupakan senjata makan


tuan. Michael menyadari bahwa dia tak berani menggunakannya. Dia harus
menghancurkan

musuh-musuhnya itu dengan jalan lain.

Michael melihat ke peta kecil yang digambarkan secara kasar di atas meja
kerjanya di depannya. Peta itu adalah peta jalan yang akan dilalui Adam Warner
dalam perjalanannya untuk menghadiri suatu perjamuan makan malam pribadi
dalam rangka pengumpulan dana malam itu. Peta itu telah dibeli Michael
Moretti dengan harga lima ribu dolar. Peta itu akan berarti kematian Adam
Warner.
Telepon di meja kerja Michael berdering, dan dia terkejut.

Diangkatnya gagangnya dan terdengar suara Jennifer di ujung lain. Suara yang
telah membisikkan cinta kasih ke telinganya, yang telah memintanya untuk main
cinta dengannya, yang —

"Michael — kaukah itu?"

"Ya, aku di sini. Di mana kau?"

"Mereka membawaku ke Riker's Island. Mereka menahanku atas tuduhan


pembunuhan. Belum ada ketentuan berapa besarnya uang tebusan. Kapan kau
bisa—?"

"Aku akan membebaskanmu secepatnya. Tenang sajalah."

"Ya, Michael." Didengarnya kelegaan dalam suara Jennifer.

"Gino akan kusuruh menjemputmu."

Beberapa saat kemudian, Michael menjangkau telepon lagi, dan memutar suatu
nomor. Dia berbicara di telepon selama beberapa menit.

"Aku tak peduli berapapun tingginya uang tebusannya. Aku mau dia keluar
sekarang juga."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gagang telepon dikembalikannya, lalu menekan sebuah tombol di meja


kerjanya. Gino Gal o masuk.

"Jennifer Parker ada di Riker's Island. Satu atau dua jam lagi dia akan
dibebaskan. Jemput dia dan bawa kemari."

"Baik, Bos."

Michael bersandar di kursinya. "Katakan padanya bahwa kita tak perlu kuatir
tentang Adam Warner lagi setelah hari ini."

Wajah Gino Gallo menjadi cerah. "Benarkah?"


"Benar. Dia sedang dalam perjalanan untuk mengucapkan pidato, tapi dia tidak
akan sampai ke situ. Dia akan mengalami kecelakaan di jembatan, di New
Canaan."

Gino Gal o tersenyum. "Hebat sekali, Bos."

Michael menunjuk ke pintu. "Pergi."

Jaksa Di Silva menentang pembebasan dengan jaminan atas diri Jennifer, dengan
seluruh kemampuan yang ada padanya. Mereka sedang menghadap Wil iam
Bennet, seorang hakim dari Mahkamah Agung New York.

"Yang Mulia," kata Robert Di Silva, "terdakwa telah dituduh dengan bermacam-
macam kejahatan besar. Kita telah mengekstradisikannya dari Singapura. Bila
dia boleh dibebaskan dengan tebusan, dia akan melarikan diri ke suatu tempat, di
mana kita tak bisa mengusahakan ekstradisi. Saya mohon supaya Yang Mulia
menolak permintaan pembebasan itu."

John Lester, seorang bekas hakim yang mewakili Jennifer, berkata, "Jaksa
bersalah telah memutarbalikkan dengan cara yang kotor, Yang Mulia. Klien saya
tak pernah melarikan diri ke mana-mana. Dia ke Singapura karena suatu urusan.
Bila pemerintah menyuruhnya kembali, dia akan melakukannya dengan senang
hati. Dia seorang pengacara yang terhormat Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/

dengan praktek yang maju di sini. Tidaklah masuk akal kalau dia harus
melarikan diri."

Lebih dari tiga puluh menit pertengkaran itu terjadi.

Akhirnya Hakim Bennet berkata, "Pembebasan

diperkenankan dengan jaminan sebesar lima ratus ribu dolar."

"Terima kasih, Yang Mulia," kata kuasa Jennifer. "Kami akan membayar
jaminan itu."

Lima belas menit kemudian, Gino Gal o membantu Jennifer memasuki bagian
belakang mobil Mercedes.
"Cepat sekali," kata laki-laki itu. Jennifer tak menjawab. Dia sedang memikirkan
apa yang terjadi. Di Singapura dia benar-benar terasing. Dia sama sekali tak tahu
apa yang sedang terjadi di Amerika Serikat, tapi dia yakin bahwa penangkapan
atas dirinya bukanlah suatu kejadian yang tak punya kaitan.

Mereka bukan ingin menangkap dia sendiri. Dia perlu benar berbicara dengan
Michael dan mencari tahu apa yang sedang terjadi. Di Silva pasti sudah yakin,
maka dia memerintahkan supaya dia dibawa kembali atas tuduhan pembunuhan.
Dia —

Gino Gal o mengucapkan dua patah kata yang menarik perhatian Jennifer.

"...Adam Warner..."

Jennifer semula tidak mendengarkan.

"Apa katamu?"

"Kataku, kita tak perlu kuatir lagi akan Adam Warner.

Michael sudah memerintahkan untuk membereskannya."

Jennifer merasa jantungnya berdebar. "Sungguh? Kapan?"

Gino Gal o melepaskan sebelah tangannya dari kemudi, akan melihat arlojinya.
"Kira-kira lima belas menit lagi.

Direncanakan supaya kelihatannya seperti kecelakaan."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mulut Jennifer tiba-tiba terasa kering. "Di mana —?" Dia tak dapat
mengucapkan kata-kata itu. "Di ma — di mana itu akan terjadi?"

"New Canaan. Di jembatan."

Mereka sedang melewati Queens. Di depan tampak

sebuah pusat perbelanjaan dengan sebuah apotek.

"Gino, bisakah kau berhenti di toko obat itu? Aku harus membeli sesuatu."
"Tentu." Dengan cekatan dia memutar kemudi dan membelok memasuki jalan
masuk ke pusat perbelanjaan.

"Perlukah kubantu?"

"Tidak, tidak, aku — aku hanya sebentar." Jennifer keluar dari mobil lalu masuk
bergegas. Di bagian belakang toko itu ada sebuah tempat telepon. Jennifer
membuka dompetnya.

Dia tak punya uang kecil, hanya mata uang Singapura saja.

Dia cepat-cepat pergi ke kasir lalu mengeluarkan selembar uang dolar.

"Bisa saya minta tukaran dengan uang kecil?" Kasir yang sedang merasa bosan
mengambil uang Jennifer dan

memberinya segenggam uang logam. Jennifer berlari ke tempat telepon. Seorang


wanita gemuk sedang

mengangkat gagang telepon dan memutar nomor telepon.

Jennifer berkata, "Saya dalam keadaan darurat. Bisakah saya —"

Wanita itu memandangnya dengan mendelik dan

terus memutar.

"Halo, Hazel," teriak wanita itu. "Ramalan bintangku tepat.

Hari ini aku sial sekali! Ingatkah kau sepatu yang ingin kubeli di Toko Delman?
Percayakah kau, sudah mereka jual sepatu satu-satunya yang pas untukku itu."

Jennifer mencolek wanita itu dan meminta, "Tolonglah!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pakai teleponmu sendiri," desis wanita itu. Dia kembali ke corong telepon.
"Ingatkah kau sepatu dari kulit suede yang kita lihat dulu? Habis! Jadi tahukah
kau apa yang kulakukan?

Aku berkata pada kerani toko..."


Jennifer memejamkan matanya dan berdiri saja, tanpa menyadari keadaan di
sekelilingnya, hanya merasakan siksa dalam dirinya. Michael tak boleh
membunuh Adam Warner. Dia harus melakukan apa saja untuk

menyelamatkannya.

Wanita itu menggantungkan gagang telepon dan berbalik pada Jennifer.


"Seharusnya aku menelepon lagi untuk menghajarmu," katanya.

Begitu dia pergi dengan senyum kemenangan, Jennifer cepat-cepat menangkap


gagang telepon itu. Dia

menelepon kantor Adam.

"Maaf," kata sekretarisnya, "Senator Warner tak ada di kantor. Apakah Anda
mau meninggalkan pesan?"

"Ini penting dan mendesak sekali," kata Jennifer.

"Tahukah Anda ke mana saya bisa menghubunginya?"

"Tidak, maaf. Kalau Anda mau —" Jennifer memutuskan hubungan. Dia
berpikir lagi, lalu cepat-cepat memutar nomor lain. "Robert Di Silva."

Lama sekali rasanya dia harus menunggu, baru

terdengar, "Kantor Kejaksaan Negeri."

"Saya harus berbicara dengan Tuan Di Silva. Di sini Jennifer Parker."

"Maaf. Tuan Di Silva sedang rapat. Beliau tak bisa digang —

"

"Tolong panggil dia. Ini keadaan darurat. Cepat!" Suara Jennifer bergetar.

Sekretaris Di Silva ragu. "Sebentar."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebentar kemudian Robert Di Silva berbicara, "Ya?"


Suaranya tak ramah.

"Dengar, dengarkan baik-baik," kata Jennifer. "Adam Warner akan dibunuh.


Sepuluh atau lima belas menit lagi.

Mereka berencana akan melakukannya di Jembatan New Canaan."

Jennifer memutuskan hubungan. Tak ada lagi yang bisa diperbuatnya. Sekilas
terbayang tubuh Adam yang hancur, dan dia menggigil. Dia melihat ke arlojinya
dan diam-diam berdoa semoga Di Silva masih sempat menyiapkan bantuan ke
sana.

Robert Di Silva meletakkan kembali gagang telepon, lalu menoleh pada enam
orang yang ada dalam kamar kerjanya.

"Aneh sekali telepon itu."

"Siapa itu?"

"Jennifer Parker. Katanya mereka akan membunuh Senator Warner."

"Mengapa dia menelepon?"

"Mana aku tahu."

"Apakah menurut Anda berita itu bisa dipercaya?"

Jaksa Di Silva berkata, "Tentu tidak."

Jennifer memasuki pintu kantor, dan mau tak mau, hati Michael tergetar melihat
kecantikannya. Begitulah selalu hatinya setiap kali dia melihat Jennifer. Di luar
dia adalah wanita tercantik yang pernah dilihatnya. Tapi di dalam, dia
pengkhianat berbahaya. Diperhatikannya bibir yang telah mengecup Adam
Warner, dan tubuh yang telah terbaring dalam pelukan Adam Warner.

Sambil berjalan, Jennifer berkata, "Michael, aku senang sekali bertemu kau.
Terima kasih karena kau sudah mengatur segalanya begitu cepat."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tak ada sulitnya. Aku sudah menunggumu, Jennifer."


Jennifer tak dapat membayangkan betapa dalamnya arti katakata itu.

Dia duduk. "Michael, demi Tuhan, apa yang sedang terjadi?"

Michael menatapnya, setengah mengaguminya. Dia yang bertanggung jawab


membantu orang menghancurkan

kerajaannya, dan dengan polos dia masih bertanya, apa yang sedang terjadi.

"Tahukah kau mengapa mereka membawa aku kembali?"

Tentu, pikir Michael. Supaya kau bisa berbicara lebih banyak lagi. Dia teringat
akan burung kenari kecil yang kuning, dengan leher yang sudah patah. Sebentar
lagi Jennifer akan seperti itu.

Jennifer memandang mata Michael yang hitam itu. "Kau tak apa-apa?"

"Aku lebih baik daripada biasanya." Dia bersandar di kursinya. "Beberapa menit
lagi semua kesulitan kita akan berlalu."

"Apa maksudmu?"

"Senator Warner akan mengalami kecelakaan. Hal itu benar-benar akan


melumpuhkan panitia." Dia melihat jam di dinding. "Setiap saat aku akan
menerima laporan telepon."

Ada sesuatu yang aneh dalam sikap Michael, sesuatu yang menakutkan. Tiba-
tiba Jennifer punya firasat akan adanya bahaya. Dia tahu bahwa dia harus keluar
dari sini.

Dia berdiri. "Aku belum sempat membongkar kopor-koporku. Aku akan pergi
—"

"Duduk." Nada rendah dalam suara Michael membuat bulu kuduknya berdiri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Michael —"

"Duduk."
Dia mengerling ke pintu. Gino Gal o sedang berdiri bersandar pada daun pintu
itu, memperhatikan Jennifer dengan air muka polos.

"Kau tidak akan pergi ke mana-mana," kata Michael. '

"Aku tak menger —"

"Jangan bicara. Jangan ucapkan sepatah kata pun lagi."

Mereka duduk menunggu, saling menatap, dan satusatunya bunyi dalam kamar
itu hanyalah bunyi detik jam pada dinding yang terasa nyaring. Jennifer
mencoba membaca mata Michael, namun mata itu hampa, tak ada bayangan
apaapa.

Dering telepon memecahkan kesunyian kamar itu. Michael mengangkat


gagangnya. "Halo?... Yakinkah kau?... Baiklah.

Pergi dari situ." Dikembalikannya gagang telepon, lalu melihat pada Jennifer.
"Jembatan New Canaan penuh dengan polisi."

Jennifer merasakan kelegaan merayapi seluruh tubuhnya.

Dia merasa senang sekali. Michael sedang memperhatikannya, dan dia berusaha
untuk menyembunyikan perasaan itu.

"Apa artinya itu?" tanya Jennifer.

"Tak apa-apa," sahut Michael, "tak apa-apa. Karena bukan di situ Adam Warner
akan mati."

62

Jembatan kembar di Garden State Parkway tidak tercantum pada peta. Garden
State Parkway melintasi Sungai Raritan di antara kedua cabang Amboy yang
membelah jembatan menjadi dua, sebuah ke arah utara yang sebuah lagi ke
selatan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mobil itu baru tiba di sebelah Barat Perth Amboy, menuju


ke jembatan yang sebelah selatan. Adam Warner duduk di

belakang dengan seorang petugas dari dinas rahasia di

sebelahnya, sedang dua orang petugas dinas rahasia lainnya

duduk di depan.

Sejak enam bulan yang lalu, Agen Clay Reddin ditugaskan

sebagai pengawal pribadi senator itu, dan dia mulai mengenal

Adam Warner dengan baik. Selama ini dia beranggapan bahwa

senator itu seorang yang terbuka dan mudah didekati, tapi

sepanjang hari ini, dia aneh, diam, dan berjarak. Dia sedang

menghadapi kesulitan besar, pikir Agen Clay Reddin. Agen itu

tak ragu lagi bahwa Senator Warner-lah yang akan menjadi

presiden Amerika Serikat berikutnya, dan Clay Reddin yang

bertanggung jawab supaya tak sampai terjadi apa-apa atas

diri senator itu. Dipelajarinya lagi langkah-langkah

pengamanan yang telah diambil untuk melindungi senator itu,

dan dia puas serta yakin bahwa tidak akan ada kesalahan.

Agen Reddin mengerling lagi pada orang yang mungkin

menjadi calon presiden itu, dan ingin tahu apa yang sedang

dipikirkannya.

Adam Warner sedang memikirkan cobaan yang sedang

dihadapinya. Dia telah diberi tahu Di Silva bahwa Jennifer


Parker sudah ditangkap.

Membayangkan Jennifer dikurung seperti binatang,

merupakan siksaan baginya. Dia terkenang terus akan saat-

saat indah yang mereka nikmati bersama. Tak pernah dia

mencintai wanita lain seperti dia mencintai Jennifer.

Salah seorang petugas dinas rahasia yang di depan

berkata, "Kita akan tiba di Atlantic City tepat seperti yang

direncanakan, Pak Presiden."

Pak Presiden. Sebutan itu lagi. Berdasarkan semua pengumpulan suara yang
terakhir, dia berada jauh di atas. Dia merupakan pahlawan bagi negara, dan
Adam tahu bahwa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penyelidikan kejahatan yang sedang diketuainya, yang akan menghancurkan


Jennifer Parker, punya andil yang tak kecil artinya dalam sukses itu.

Adam melihat ke depan dan tampak bahwa mereka sedang mendekati jembatan
kembar. Tetapi di depan jembatan itu ada sebuah jalan simpang, dan sebuah truk
yang besar sedang berhenti di jalan masuk di seberang jalan itu. Waktu sedan
mereka mendekati jembatan, truk itu mulai bergerak, hingga kedua kendaraan itu
tiba bersamaan di jembatan.

Sopir dinas rahasia itu menginjak rem dan memperlambat jalannya. "Lihat si
Goblok itu."

Radio bergelombang pendek berbunyi. "Sasaran Satu!

Sasaran Satu!"

Agen dinas rahasia yang duduk di samping sopir

mengangkat alat untuk berbicara. "Di sini Sasaran Satu."

Kini truk itu bersisian dengan sedan dan bersama-sama mulai memasuki badan
jembatan.

Truk itu merupakan penghalang yang benar-benar

menghalangi pemandangan sopir sedan. Sopir sedan mempercepat jalannya


untuk mendahuluinya, tapi bersamaan dengan itu truk pun menambah
kecepatannya pula.

"Mau apa dia?" gumam si sopir.

"Kami dapat berita mendesak dari Kantor Kejaksaan Negeri.

Sasaran Satu dalam bahaya! Anda dengar itu?"

Tanpa memberi tanda, truk itu mengambil jalan kanan, mengenai sisi sedan,
memaksanya menyerempet pagar jembatan. Serentak ketiga orang dinas rahasia
mengeluarkan pistol mereka.

"Jatuhkan diri!"

Adam didorong ke lantai mobil, sedang Agen Reddin melindungi Adam.


Petugas-petugas dinas rahasia itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menurunkan kaca pintu mobil yang di sebelah kiri, lalu mengacungkan pistol.
Tapi tak ada sasaran yang akan ditembak. Sisi badan truk menghalangi
segalanya. Sopir truk itu jauh di depan, tak kelihatan. Terasa lagi suatu
dorongan, kemudian terdengar bunyi derak waktu mobil sedan itu menabrak
pagar jembatan lagi. Sopir membanting kemudi ke kiri, berjuang supaya mobil
tetap berada di jembatan, tapi truk itu tetap mendesaknya kembali. Sungai
Raritan yang dingin gelap, mengalir deras enam puluh meter di bawah mereka.

Petugas di samping sopir cepat menangkap mikrofon radionya dan berbicara


cepat, "Di sini Sasaran Satu! Bahaya!

Bahaya! Harap bantuan!"

Tetapi semua orang didalam sedan itu yakin bahwa sudah terlambat
mengharapkan bantuan untuk menyelamatkan mereka. Sopir mencoba
menghentikan mobil, tapi bemper truk yang besar itu sudah memautnya, dan
menyeret mobil kecil itu. Tinggal beberapa detik lagi truk besar itu akan berhasil
menggulingkannya dari tepi jembatan. Pengemudi sedan itu mencoba memakai
siasat mengelak, dengan secara bergantian menggunakan rem dan gas, untuk
memperlambat dan

menambah kecepatan, tapi truk itu menekannya terus ke pagar jembatan dengan
kejam. Mobil sedan itu tak punya ruangan untuk bergerak. Truk itu menutup
semua jalan untuk lewat ke sebelah kiri, sedang di sebelah kanan didesak terus
ke pagar besi jembatan. Sopir mati-matian mempertahankan kemudi, waktu truk
sekali lagi menekan sedan dengan keras, dan semua orang mendengar pagar
jembatan mulai berderak akan lepas.

Kini truk menekan makin kuat, memaksakan sedan itu ke tepi. Semua yang
berada dalam mobil merasakan mobil yang tiba-tiba miring, waktu roda depan
melanggar pagar jembatan dan jatuh ke tepi jembatan itu. Mobil itu tergantung-
gantung di tepi jembatan dan para penumpangnya mempersiapkan diri untuk
mati dengan caranya sendiri-sendiri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adam tidak merasa takut, dia hanya merasa sedih yang amat mendalam
mengingat kekalahan dan hidupnya yang sia-sia. Seharusnya dengan Jennifer dia
membagi hidupnya, punya anak — dan tiba-tiba sesuatu dalam dirinya seolah-
olah memberi tahu padanya, bahwa mereka punya anak.

Sedan melonjak sekali lagi dan Adam berteriak satu kali, menyesali
ketidakadilan yang telah dan yang sedang terjadi.

Di atas kepala mereka terdengar derum helikopter polisi yang sedang merendah,
dan sesaat kemudian terdengar tembakan senapan mesin. Truk itu terlonjak dan
tiba-tiba semua gerak berhenti. Adam dan yang lain-lain mendengar helikopter
itu berputar-putar di atas mereka. Mereka semua tetap tak bergerak, karena
mereka tahu bahwa gerak yang sekecil-kecilnya pun akan membuat mobil
terlempar melewati jembatan, tercebur ke air.

Terdengar lengking sirene mobil polisi yang mendekat, dan beberapa menit
kemudian terdengar suara-suara yang memekikkan perintah-perintah. Mesin
mobil truk menderum hidup kembali. Lambat dan cermat truk itu bergerak
sedikit demi sedikit, menjauhi mobil yang terjepit, membebaskan mobil itu dari
tekanannya. Mobil sedan terangkat sebentar dengan cara yang mengerikan, lalu
berhenti. Sebentar kemudian truk sudah dimundurkan supaya tidak menjadi
penghalang, Adam dan yang lain-lain bisa melihat lagi melalui kaca pintu
sebelah kiri.

Ada enam buah mobil satuan, dan polisi berseragam dengan pistol teracung
memenuhi jembatan itu.

Seorang kapten polisi berdiri di sisi mobil yang penyok itu.

"Kami tidak akan bisa membuka pintu-pintu mobil,"

katanya. "Jadi Saudara-saudara akan kami keluarkan melalui kaca-kacanya —


sama sekali tak sulit."

Adam-lah yang mula-mula dikeluarkan melalui kaca, perlahan-lahan dan


berhati-hati, supaya tidak mengganggu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

keseimbangan mobil dan melemparkannya ke sungai.

Ketiga orang petugas dinas rahasia menyusul.

Setelah semua orang dikeluarkan dari mobil, kapten polisi menoleh pada Adam
dan bertanya, "Apakah Anda tak apaapa, Pak?"

"Tidak," katanya. "Saya tak apa-apa."

Adam berpaling melihat mobil yang tergantung-gantung di tepi jembatan, dan


kemudian melihat ke air sungai yang jauh di bawahnya.

Michael Moretti mendongak melihat jam di dinding. "Pasti sudah selesai


sekarang." Dia menoleh pada Jennifer. "Pacarmu sudah ada di dalam sungai
sekarang."

Jennifer memandanginya dengan wajah pucat. "Kau tak bisa —"

"Jangan kuatir. Kau akan diadili dalam sidang yang adil."

Dia berpaling pada Gino Gal o. "Apakah tadi kaukatakan bahwa Adam Warner
akan diledakkan di New Canaan?"

"Tepat seperti yang diperintahkan, Bos."


Michael melihat pada Jennifer. "Sidang sudah selesai."

Dia bangkit, lalu berjalan ke tempat Jennifer duduk.

Dicengkeramnya blus Jennifer lalu ditariknya sampai dia berdiri.

"Aku mencintaimu dulu," bisiknya. Ditamparnya Jennifer kuat-kuat, Jennifer tak


bergeming. Ditamparnya lagi lebih keras, kemudian sekali lagi untuk ketiga
kalinya, lalu Jennifer roboh ke lantai.

"Bangun! Kita akan bepergian." Jennifer tetap berbaring, dia pusing karena
tamparan-tamparan itu, dia mencoba menghilangkan rasa pusing itu. Michael
menariknya dengan kasar sampai berdiri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apakah kau ingin kubereskan dia, Bos?" tanya Gino Gal o.

"Tidak. Bawa saja mobil ke belakang."

"Baik, Bos." Dia bergegas keluar dari kamar.

Mereka tinggal berduaan.

"Mengapa?" tanya Michael. "Dulu dunia ada dalam tangan kita, tapi itu kausia-
siakan. Mengapa?" Jennifer tak menjawab.

"Apakah kau mau kuhantam lagi demi masa lalu?" Michael mendekatinya dan
mencengkam lengan Jennifer. "Mau?"

Jennifer tak bereaksi. "Kau tidak akan menyakiti siapa-siapa lagi, kau dengar
itu? Aku akan melemparkanmu ke dalam sungai menemani kekasihmu! Kalian
bisa berduaan di sana."

Gino Gal o kembali ke kamar itu dengan wajah putih. "Bos!

Ada —"

Terdengar bunyi benda pecah di luar kamar. Michael membungkuk mengambil


pistol dari laci mejanya. Pistol itu sudah di tangannya waktu pintu terbuka. Dua
orang polisi federal masuk dengan pistol teracung.
"Jangan bergerak!"

Dalam saat yang singkat itu Michael mengambil keputusan.

Diangkat pistolnya, dia berbalik, lalu ditembakkanya pada Jennifer. Dia masih
sempat melihat pelurunya memasuki tubuh Jennifer, sesaat sebelum polisi mulai
menembak. Masih dilihatnya darah tersembur dari dada Jennifer, lalu dia merasa
sebuah peluru menghantam dirinya, kemudian sebuah lagi.

Dilihatnya Jennifer terbaring di lantai. Michael tak tahu, mana yang lebih
menyiksa, kematian Jennifer atau kematiannya sendiri. Dirasakannya sebuah
peluru menghantamnya lagi, lalu dia tidak merasakan apa-apa lagi.

63

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dua orang dokter sedang mendorong Jennifer di brankar, membawanya ke luar


dari kamar bedah dan masuk ke kamar ICU. Seorang polisi berseragam ikut di
sisi Jennifer. Lorong rumah sakit penuh dengan polisi, detektif, dan para
wartawan.

Seorang laki-laki berjalan ke meja penerimaan tamu dan berkata, "Saya ingin
melihat Jennifer Parker."

"Apakah Anda keluarganya?"

"Bukan. Saya temannya."

"Maaf. Tak boleh ada pengunjung. Dia ada di ruang ICU."

"Saya akan menunggu."

"Mungkin lama."

"Biarlah," kata Ken Bailey.

Sebuah pintu samping terbuka, dan Adam yang diapit oleh suatu tim petugas
dinas rahasia masuk. Wajahnya kurus dan cekung.

Seorang dokter siap menyambutnya. "Silakan, Senator Warner." Adam


diantarnya ke sebuah kamar kerja kecil.

"Bagaimana dia?"

"Kami tak bisa optimis. Kami telah mengeluarkan tiga

buah peluru."

Pintu terbuka dan Jaksa Robert Di Silva masuk terburu-

buru. Dia melihat pada Adam Warner dan berkata, "Saya

benar-benar senang Anda tak apa-apa."

Adam berkata, "Saya tahu bahwa saya berhutang budi

pada Anda. Bagaimana Anda tahu?"

"Jennifer Parker menelepon saya. Dikatakannya bahwa

Anda akan dibereskan di New Canaan. Saya pikir itu mungkin

suatu usaha untuk mengalihkan perhatian saja, tapi saya tak

mau mengadu untung, maka saya pun lalu menyelidikinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara itu saya mendengar rute perjalanan Anda, dan kami cepat-cepat
mengirim perlindungan. Saya rasa si Parker itu yang berencana menghancurkan
Anda."

"Tidak," kata Adam. "Tidak."

Robert Di Silva mengangkat bahunya. "Terserah Anda, Senator. Yang penting


Anda selamat." Dia berpaling pada dokter. "Apakah dia masih bisa hidup?"

"Kemungkinannya tipis."

Jaksa itu melihat air muka Adam dan salah menafsirkannya.


"Jangan kuatir. Kalau dia selamat, dia akan kita hukum berat."

Jaksa memandang Adam dengan lebih tajam lagi. "Anda sendiri tak sehat
kelihatannya. Mengapa Anda tak pulang saja dan beristirahat?"

"Saya ingin melihat Jennifer Parker dulu."

Dokter berkata, "Dia dalam keadaan koma. Mungkin dia tidak akan sadar."

"Saya ingin melihatnya."

"Silakan, Senator. Mari."

Dokter itu berjalan di depan, ke luar dari kamar, disusul oleh Di Silva, kemudian
Adam. Mereka berjalan di lorong sejauh beberapa meter, ke arah ruangan yang
bertanda ICU

— Dilarang Masuk. Dokter membukakan pintu untuk kedua pria itu.

"Dia ada di kamar yang pertama." Di depan pintunya ada seorang polisi yang
mengawal. Dia mengambil sikap siap waktu melihat jaksa. "Tak seorang pun
boleh mendekati kamar ini tanpa izin tertulis dari saya. Mengerti?" kata Di Silva.

"Siap, Pak."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adam dan Di Silva memasuki kamar itu. Ada tiga buah tempat tidur di situ, yang
dua buah kosong. Jennifer terbaring di tempat tidur yang ketiga, dengan selang-
selang yang terpasang di lubang hidung dan pergelangan tangannya.

Adam mendekati tempat tidur itu dan menatapnya. Wajah Jennifer pucat sekali,
dan matanya tertutup. Dalam keadaan tenang begitu, dia kelihatan lebih muda.
Adam serasa melihat wajah gadis yang masih polos beberapa tahun yang lalu,
gadis yang berkata dengan marah padanya, Bila ada orang yang menyuap saya,
apakah Anda pikir saya akan mau tinggal di tempat seperti ini? Saya tak peduli
Anda mau apa. Pokoknya saya mau supaya saya tidak diganggu. Adam
terkenang akan keberaniannya, cita-citanya, dan sifatnya yang mudah
tersinggung. Dia seperti malaikat, yang percaya pada keadilan dan mau berjuang
untuk itu. Kemudian apa yang salah? Dia pernah dan masih mencintai gadis ini.
Tapi dia telah menentukan pilihan yang salah yang telah meracuni hidup mereka
semua, dan dia tahu bahwa dia tidak akan pernah merasa bebas dari rasa bersalah
selama hidupnya.

Dia menoleh pada dokter. "Beri tahu saya kalau dia—" Dia tak bisa
mengucapkan perkataan itu. "— kalau terjadi sesuatu."

"Tentu," kata dokter.

Adam Warner memandangi Jennifer lama-lama dan

mengucapkan selamat berpisah dalam hatinya. Lalu dia berbalik dan keluar
untuk menghadapi para wartawan yang siap menunggu.

Antara sadar dan tidak, Jennifer mendengar orang-orang itu pergi. Dia tak tahu
apa yang mereka katakan, karena katakata mereka dikacaukan oleh rasa sakit
yang mencekamnya.

Rasanya dia mendengar suara Adam, tapi dia tahu bahwa itu tak mungkin. Adam
sudah meninggal. Dia mencoba membuka matanya, tapi dia tak mampu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pikiran Jennifer mulai mengambang... Abraham Wilson berlari-lari masuk ke


kamar itu membawa sebuah kotak. Lakilaki itu tersandung dan kotak itu terbuka,
lalu seekor burung kenari kuning terbang ke luar dari kotak itu.... Robert Di
Silva berteriak. Tangkapi Jangan biarkan lepasl... Michael Moretti
menangkapnya dan tertawa, lalu Pater Ryan berkata, Lihat semua orangl Ini
suatu keajaibanl dan Connie Garret menari-nari berkeliling dalam kamar itu,
semua orang bertepuk tangan.... Nyonya Cooper berkata, Aku akan memberikan
Wyoming padamu... Wyoming... Wyoming... lalu Adam masuk dengan
membawa berpuluh-puluh tangkai bunga mawar, dan Michael berkata, Bunga-
bunga itu dari aku, dan Jennifer berkata, Akan kutaruh dalam jambangan. Lalu
bunga-bunga itu layu, mati, dan airnya tumpah ke lantai dan menjadi danau, dan
kemudian dia berlayar dengan Adam, dan Michael mengejar mereka dengan ski
air, lalu dia berubah menjadi Joshua yang tersenyum pada Jennifer, lalu
melambai tapi kehilangan kesimbangan, dan Jennifer berteriak, Jangan jatuh...
Jangan jatuh — Jangan jatuh... lalu sebuah ombak yang sangat besar
mengangkat Joshua ke udara dan anak itu merentangkan lengannya seperti Jesus,
lalu lenyap.
Pikiran Jennifer menjadi tenang sesaat. Joshua sudah hilang.

Adam sudah tak ada. Michael sudah mati.

Dia tinggal seorang diri. Akhirnya semua orang memang tinggal seorang diri.
Setiap orang mati dengan caranya masing-masing. Kini akan lebih mudah mati.

Dia diresapi perasaan damai yang berkah. Segera tidak akan ada lagi rasa sakit.

64

Pada suatu hari yang dingin dalam bulan Januari di Gedung Capitol, Adam-
Warner sedang disumpah sebagai presiden Amerika Serikat yang keempat puluh.
Istrinya memakai topi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dari bulu musang dan sehelai mantel dari bulu musang berwarna lebih gelap,
yang meningkatkan keindahan warna kulitnya yang pucat, dari mantel itu hampir
bisa menyembunyikan kehamilannya. Dia berdiri di sebelah putrinya, dengan
bangga mereka berdua memperhatikan waktu Adam mengucapkan sumpah
jabatannya. Dan seluruh negara ikut bersenang bersama mereka bertiga. Mereka
adalah yang terbaik di Amerika: sopan, jujur, dan baik, dan mereka memang
pantas tinggal di Gedung Putih. Di sebuah kantor pengacara yang kecil di Kelso,
Washington, Jennifer Parker duduk seorang diri melihat pelantikan itu di tv. Dia
nonton terus sampai acara terakhir dari upacara selesai, Adam, Mary Beth, dan
Samantha meninggalkan pentas, dikelilingi oleh petugas-petugas dinas rahasia.
Kemudian Jennifer memadamkan pesawat tv dan melihat gambar-gambar di
layar itu hilang. Sama benar halnya dengan mematikan masa lalu: menutup
semua yang sudah terjadi atas dirinya — cinta, kematian, kesenangan, serta rasa
sakit.

Tak satu pun yang bisa menghancurkan dirinya. Dia adalah orang yang selamat
dalam perjuangannya.

Dikenakannya topi dan mantelnya lalu berjalan ke luar, berhenti sebentar untuk
melihat papan nama yang bertulisan: Jennifer Parker, Penasihat Hukum. Sesaat
dia terkenang akan dewan juri yang telah membebaskannya. Dia masih tetap
seorang pengacara, sebagaimana ayahnya dulu. Dan dia akan terus mencari
sesuatu yang sulit didapatkan, yang disebut keadilan. Dia berbalik menuju
gedung pengadilan.
Jennifer berjalan lambat-lambat di sepanjang jalan sepi yang bekas tersapu
angin. Salju turun dengan halus, seolah-olah menyelimutkan selendang sifon ke
bumi. Dari sebuah apartemen tak jauh dari situ, tiba-tiba terdengar suara orang
bergembira-ria, yang rasanya begitu asing, hingga Jennifer berhenti sebentar
untuk mendengarkan. Mantelnya

dieratkannya dan dia melanjutkan perjalanannya, sambil Tiraikasih Website


http://kangzusi.com/

mengintip ke tirai salju yang ada di hadapannya, seolah-olah dia ingin melihat ke
masa depannya.

Namun masa lalunyalah yang tampak olehnya, dan dia mencoba mengingat-
ingat kapan masa bahagianya berakhir.

0ooo0

Anda mungkin juga menyukai