43219210038
Perekonomian Indonesia
ACC PEREK 11
1.
Neraca pembayaran (balance of payment atau BOP) adalah catatan sitematis dari semua transaksi
ekonomi internasional (perdaganagn, investasi, pinjaman dan sebagainya) yang terjadi antara
penduduk dalam negeri suatu negara dan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun), yang biasanya dinyatakan dalam dollar AS.
Oleh karena itu BOP sangat berguna karena menunjukkan struktur dan komposisi transaksi
ekonomi dan posisi keuangan internasional suatu negara. Lembaga-lembaga keuangan internasional,
seperti IMF, bank dunia dan negara-negara donor juga menggunakan BOP sebagai salah satu
indikator dalam mempertimbangkan pemberian bantuan keuangan keapda suatu negara.
Selain itu, BOP juga merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara di samping
variable-variabel ekonomi makro lainnya, seperti laju pertumbuhan PDB, tingkat pendapatan per
kapita, tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang domestik. (Tulus, T.H.
Tambunan, Dr., 2001).
2.
1. SISTEMATIKA NERACA PEMBAYARAN LN
Tujuan utama pembuatan neraca pembayaran LN adlaah :
1) Agar otoritas moneter pemerintah mengetahui kedudukan (hubungan) keuangan internasional,
2) Untuk membantu membuat kebijakan moneter dan fisikal
3) Mengambil kebijakan perdagangan dan pembayaran (hubungan keuangan internasional).
Transaksi kredit adalah transaksi yang menimbulkan hak untuk menerima pembayaran dari
penduduk negara lain (tanda +). Transaksi debit adalah transaksi yang menimbulkan kewajiban
untuk melakukan pembayaran kepada penduduk negara lain (tanda -) (Nopirin, 1990)
Pos-pos dalam neraca pembayaran LN. menurut model Bank Indonesia
a. Transaksi berjalan
b. Modal diluar sektor moneter
c. Jumlah (a + B)
d. Selisih perhitungan C dan E, dan
e. Lalu lintas moneter
Penyajian neraca pembayaran LN menurut model IMF memuat pos-pos
a. Neraca Barang dan Jasa
b. Hibah
c. Transaksi berjalan (A + B)
d. Lalu lintas modal (D1 – Di Luar Sektor Moneter dan L2 sektor moneter)
e. Selisih perhitungan
(Laporan Bank Indonesia Tahun 2000)
Sebelum krisis ekonomi 1997 transaksi berjalan kita cenderungan tiap tahun mengalami defisit,
karena :
1) Besarnya pembayaran bunga pinjaman
2) Besarnya pembayaran ongkos angkutan dan asuransi
3) Besarnya pembayaran jasa-jasa lain. Defisit transaksi berjalan selalu diusahakan ditutup dengan
surplus pada neraca modal (lalulintas modal) melalui pinjaman luar negeri.
Tahun-tahun sesudah krisis ekonomi 1997, transaksi berjalan selalu mengalami surplus, karena :
1) Impor barang menurun dengan drastis akibat melonjaknya kurs dolar AS
2) Ekspor barang cenderung terus meningkat akibat merosotnya nilai tuakr rupiah (lihat Lampiran :
Neraca Pembayaran Indonesia Tahun 1997, 1998, 1999, 2000 dan 2001).
c. JUMLAH (A + B)
Pos ini merupakan perhitungan antara saldo transaksi berjalan dengan saldo neraca modal (modal
di luar sektor moneter).
Pada tahun 1997, 1998, 1999 : saldo transaksi berjalan (miliar $); -5,0, 4,1 dan 5,2. Sedangkan
saldo neraca modal (miliar $) berturut-turut 2,6,-3,9, -3,2. dengan demikian julmah (A + B) ; $-2,4
miliar (1997) $0,2 miliar (1998) dan $2,0 miliar (1999)
3. CADANGAN DEVISA
1) Devisa dan Valuta Asing
Devisa (foreign exchange) menurut pasal 1 UU No. 32/1964 adalah :
a. Saldo bank resmi dari Bank Indonesia
b. Valuta asing lainnya tidak termasuk uang logam, yang mempunyai catatan kurs resmi dari BI
Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian devisa mencakup baik valuta asing
dalam bentuk simpanan dibank maupun valuta asing dalam bentuk uang tunai tidak termasuk uang
logam), yang kedua-duanya mempunyai catatan kurs resmi di Bank Indonesia.
Menurut UU No. 32/1964 dibedakan tiga jenis devisa :
(1) Devisa ready, yaitu devisa yang telah dikreditkan ke dalam rekening bank dan siap untuk
dipergunakan
(2) Devisa Ready, yaitu devisa yang belum dikreditkan ke dalam rekening bank dan masih dalam proses
penagihannya atau masih menunggu jatuh tempo untuk dapat dipergunakan.
(3) Devisa tunai, yaitu devisa yang berupa uang kertas asing atau bank note yang mempunyai catatan
kurs resmi pada Bank Indonesia.
Valuta Asing (foreign currency) atau valas tidak lain adalah jenis devissa tunai seperti dimaksud di
atas.
(Roselyne, Hutabarat, 1992)
Items Maret 1998
Gross Foreign Assets 16.589,8
- Liquid reserves 1) 10.809,9
- Others reserve 2) 5.779,9
Loss gross foreign liabilities 2.940,9
Plus net forward position 3) -34,0
Loss reserve agains FCDs 4) 435,2
Equal Net Intgernational Reserves 13.179,7
Catatan :
1) Liquid reserve, termasuk emas, sekuritas dalam valas, deposito luar negeri lainnya dan special
drawwing right (SDR)
2) Others reserve terdiri dari : export draft, deposito di cabang-cabang luar negeri bank nasional dan
deposito yang ditempatkan di bank-bank asing untuk menggaransi L/C
3) Claims forward terhadap non resident dikurangi kewajiban forward
4) FCDs = foreign currency deposits
(Laporan Bank Indonesia, Tahun 2000)
(3) Meningkatnya Inflasi
Laju inflasi tiga tahun menjelang krisis meningkat: 7,04% (1993/1994) ; 8,57% (1994/1995) dan 8,86
(1995/1996). Hal ini mempengaruhi tingkat suku bunga, karena ekspektasi inflasi merupakan
komponen suku bunga nominal.
Suku bunga krdit di Indonesia tinggi (1995/1996); kredit modal kerja 19,30%, kerdit investasi
16,39%, sedangkan LIBOR 5,39% dan SIBOR 5,37%.
Pinjaman swasta
Jumlah 106,4 100,0 109,3 100,0
Posisi Komitmen Realiasi
31-12-98 Restrukturisasi Restrukturisasi 99
Miliar $ Miliar $ % Miliar $ %
Jeni
s
Pemerintah 67.3 4.7 6,9 3.8 80,1
Swasta 83.6 29.5 35,3 9.6 32,5
Bank 10.8 6.3 58,3 6.2 98,4
Nonbank 72.8 23.2 31,9 3.4 14,7
Total 150.9 34.2 22,7 13.4 39,2
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia, 1999
Hampir setiap tahun TB mengalami saldo defisit ( - ) kecuali pada tahun-tahun 1974, 1979 dan 1980
yaitu pada masa oil boom I dan II.
Besar kecilnya rasio ekspor impor terhadap PDB menunjukkan besar-kecilnya peranan atau
sumbangan perdagangan luar negeri terhadap PDB. Makin bsar rasio ekspor impor terhadap PDB,
makin besar sumbangan ekspor impor terhadap PDB, yang berarti pula makin besar pengaruh
perdagangan luar negeri terhadap perekonomian nasional.
Tahun 1980 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar $69,800 miliar, nilai ekspor saat itu
$21,909 miliar dan nilai impor $10,909 maka kalau kita hitung rasio ekspor – impor erhadap PDB
pada tahun 1980 sebesar 47,0%. Rasio itu pada tahun 1996/1997 meningkat menjadi 55,7%, karena
saat itu jumlah PDB sebesar $231,400 miliar, sedang total nilai ekspor + impor sebesar $128,913
miliar.
Besarnya % nilai ekspor dan impor terhadap PDB tersebut menunjukkan bahwa keterpaduan
ekonomi Indonesia masih lemah. Ekonomi Indonesia sangat tergantung pada ekonomi luar negeri.
Pengaruh Perdagangan luar negeri dapat diketahui melalui indikator indeks nilai tukar perdagangan
(terms of trade) perubahan terms of trade (TOT) dari tahun ke tahun akan mempengaruhi besarnya
pendapatan domestik bruto (GDY = Gross Domestic Yield). Untuk mengetahui berapa besar
pengaruh TOT terhadap GDY, maka perlu dilakukan prosedur sebagai berikut : (Suseno, 1995).
1) Menentukan indeks harga ekspor (Px) dan indeks harga impor (Pm).
XB MB
Px = --------- . 100% ; Pm = --------- . 100%
XK MK
Keterangan :
XB = ekspor harga berlaku
XK = ekspor harga konstan
MB = impor harga berlaku
MK - impor harga konstan
Px
TOT = ------- . 100%
Pm
3) Menentukan nilai kapasitas impor (Cm), yaitu kemampuan mengimpor barang-barang dari luar
negeri berdasarkan nilai ekspor.
XB XK
Cm = ------- . 100%, atau ------- . TOT
Pm 100
Contoh Perhitungan :
Tabel Ekspor Impor menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan 1993 (miliar rupiah)
Uraian 1998 2002
Ekspor harga berlaku (XB) 506.244,8 559.941,9
Ekspor harga konstan (XK) 134.707,2 116.907,1
Impor harga berlaku (MB) 413.058,1 459.631,1
Impor harga konstan (MK) 132.400,7 97.985,1
PDB s/d harga konstan 1993 376.374,7 426.740,5
Kebijakan ekonomi internasional dalam arti luas adalah tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah
yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk dari pada
perdagangan dan pembayaran internasional.
Dalam arti sempit kebijakan ekonomi internasional adalah tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah
yang secara langsung mempengaruhi perdagangan dan pembayaran internasional.
Instrumen kebijakan ekonomi internasional meliputi : (1) kebijakan perdagangan internasional; (2)
kebijakan pembayaran internasional; (2) kebijakan bantuan luar negeri.