Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

Disusun Oleh :

Achmat Riyadi

2011102412087

PRODI STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Perubahan isi pikir : waham
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau
terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk
gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di
dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa
bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia.
2. Tanda dan gejala
Ditemukan pada penderita skizofrenia.
a) Tanda dan gejala umum
1) Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakinninya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2) Klien tampak tidak mempunyai orang lain
3) Curiga
4) Bermusuhan
5) Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
6) Takut dan sangat waspada
7) Tidak tepat menilai lingkungan/realitas
8) Ekspresi wajah tegang
9) Mudah tersingung
b) Tanda dan gejala berdasarkan jenis
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :
1) Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau,
“Saya punya tambang emas.”
2) Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali,
tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara
saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan
kesuksesan saya.”
3) Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu
agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus
menggunakan pakaian putih setiap hari.”
4) Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya
pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
5) Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini
adalah roh-roh”.
6) Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya.
7) Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang
dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada
orang tersebut
8) Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan di luar dirinya.
3. Rentang Respon

Adaftif Maladaptif

Pikiran logis Proses pikiran Gangguan proses


Persepsi akurat Kadang ilusi piker:waham
Emosi konsisten Emosi +/- PSP : halusinasi
Perilaku sesuai Perilaku tidak sesuai Kerusakan emosi
Hubungan sosial Menarik diri Perilaku tidak sesuai
Isolasi social terorganisir
4. Penyebab
a Faktor Predisposisi
1) Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
2) Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks
limbic
3) Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
4) Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
b. Faktor Presipitasi
1) Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
3) Adanya gejala pemicu
5. Sumber Koping
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat
berpengaruh terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping
dapat meliputi seperti : modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua
harus secara aktif mendidik anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan
koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber
keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup,
ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara
berkesinambungan.
6. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang
menakutkan dengan respon neurobiologist yang maladaptive meliputi: regresi
berhubungan dengan masalah proses informasi dengan upaya untuk mengatasi
ansietas, proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi, menarik
diri, pada keluarga: mengingkari.
7. Pohon Masalah

Efek/Akibat Kerusakan komunikasi verbal

Core/Problem Perubahan proses pikir : waham

Penyebab/ Etiologi
Harga diri rendah Kronik

C. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


1. Kerusakan komunikasi verbal
2. Perubahan proses pikir : waham
3. Harga diri rendah Kronik

D. Data yang perlu dikaji


1. Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
2. Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan
dengan menunjukkan respon tidak sesuai
2. Waham berhubungan dengan maladapsi dibuktikan dengan isi piker tidak sesuai
realitas
3. Harga diri rendah kronis berhubungan denganke tidaksesuaian budaya dibuktikan
dengan meremehkan kemampuan mengatasi masalah
F. Rencana Tindakan Keperawatan

No. Diagnosa keperawatan SLKI SIKI


Dx
1 Gangguan komunikasi verbal Komunikasi Verbal (L.13118) Promosi komunikasi : Defisit Bicara
(D.0119) berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan (I13492)
hambatan lingkungan
dibuktikan dengan keperawatan pada pertemuan
Observasi :
menunjukkan respon tidak
ke ….. dapat dilakukan dengan
sesuai
sesuai dengan kriteria hasil: 1.1 Monitor kecepatan tekanan

1. Kemampuaan berbicara (5) kuantitas, volume, dan diksi bicara

2. Kemampuan mendengar (5) 1.2 Monitor proses kongnitif,

3. Kesesuaian ekspresi wajah anatomis, an fisiologis yang berkaitan

atau tubuh (5) engan bicara

4. Kontak mata (5) 1.3 Monitor frustrasi, marah depresi


atau hal lain yang mengganggu bicara

Skala Outcome: 1.4 Identifikasi prilaku emosional dan

1 : Menurun fisik sebagai entuk komunikasi

2 : Cukup Menurun
Terapeutik :
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat 1.5 Gunakan metode komunikas
5 : Meningkat alternatiff (menggunakan isyarat)
1.6 Sesuaikan gaya komunikasi
dengan kebutuhan
1.7 Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan
1.8 Ulangi apa yang disampaikan
pasiien
1.9 Berikan dukungan psikologis

Edukasi :

1.10 Anjurkan berbicara perlahan


1.11 Ajarkan pasien dan keluarga
proses kongnitif,anatomis, dan
fisiologis yang berhubungan dengan
kemampuan berbicara

Kolaborasi :

1.12 Rujuk ke ahli patologi bocara


atau terapis.
2 Waham (D.0105) berhubungan Status Orientasi (L. 09090) Manajemen Waham (I. 09295)
dengan maladapsi dibuktikan Oservasi :
Setelah dilakukan tindakan
dengan isi piker tidak sesuai
keperawatan pada pertemuan 1.1 Monitor waham yang isinya
realitas
membahayakan diri sendiri, orang lain
ke …..diharapkan pasien memenuhi
dan lingkungan
kriteria hasil :
1.2 Monitor efek terapeutik dan efek
1. Perilaku sesuai realita (5)
dan efek samping obat
2. Isi pikir sesuai realita (5)
Terapeutik :
3. Pembicaraan (5)
1.3 Bina hubungan interpersonal
4. Konsentrasi (5)
saling percaya saling percaya
5. Proses piker (5)
1.4 Tunjukan sikap tidak menghakimi
secara konsisten
Skala Outcome:
1.5 Hindari memperkuat gagasan
1 : Memburuk
waham
2 : Cukup Memburuk
1.6 Sediakan lingkungan aman dan
3 : Sedang
nyaman
4 : Cukup Membaik
1.7 Berikan aktivitas reakreasi dan
5 : Membaik
pengalihan sesuai kebutuhan
Edukasi :
1.8 Anjurkan mengungkapkan dan
memvalidasi waham (uji realitas)
dengan orang yang dipercaya
(pemberian asuhan/keluarga)
1.9 Anjurkan melakukan rutinitas
harian secara konsisten
1.10 Latih manajemen stress
1.11 Jelaskan tentang waham serta
penyakit terkait (mis. Delirium,
skizofrenia, atau depresi), cara
mengatasi dan obat yang diberikan
Kolaborasi :
1.12 Kolaborasi pemberian obat,
sesuai indikasi
3 Harga diri rendah kronis Kontrol diri (L. 09076)
berhubungan denganke Promosi Koping (I. 13494)
Setelah dilakukan tindakan
tidaksesuaian budaya
dibuktikan dengan keperawatan pada pertemuan observsi
meremehkan kemampuan
ke …..diharapkan pasien mampu
mengatasi masalah 1.1 identifikasi kegiatan jangka
memenuhi kriteria hasil:
pendek dan panjang sesuai
1. Verbalisasi ancaman kepada
tujuan
orang lain (5)
2. Perilaku menyerang (5)
1.2 identifikasi kemampuan yang
3. Perilaku melukai diri
dimiliki
sendiri/orang lain (5)
1.3 identifikasi sumber daya yang
4. Perilaku merusak lingkungan
tersedia untuk memenuhi tujuan
sekitar (5)
1.4 identifikasi pemahaman proses
5. Perilaku agresif/amuk (5)
penyakit
1.5 identifikasi dampak situasi
Skala Outcome:
terhadap peran dean hubungan
1 : Meningkat
1.6 identifikasi metode penyelesaian
2 : Cukup Meningkat
masalah
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
Teraupetik
5 : Menurun
1.7 diskusikan perubahan peran yang
dialami
1.8 gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
1.9 diskusikan alasan mengkritik diri
sendiri
1.10 diskusikan untuk mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku sendiri
1.11 diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan
rasa malu

edukasi

1.12 anjurkan menjalin hubungan


yang memiliki kepentingan dan
tujuan yang sama
1.13 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi

Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan


A. Proses Keperawatan
 Kondisi Klien :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Klien tampak tidak mempercayai orang lain,
curiga, bermusuhan. Takut, kadang panik. Tidak tepat menilai lingkungan /
realitas. Ekspresi tegang, mudah tersinggung
 Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir : waham
 Tujuan
 Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
 Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
 Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
 Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
 Tindakan Keperawatan
- Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus
membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus
saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
 Mengucapkan salam terapeutik
 Berjabat tangan
 Menjelaskan tujuan interaksi
 Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
- Bantu orientasi realita
 Tidak mendukung atau membantah waham pasien
 Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
 Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
 Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan
tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien
berhenti membicarakannya
 Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas.
 Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
 Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
 Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
 Berdiskusi tentang obat yang diminum
 Melatih minum obat yang benar
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Orientasi:

“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Agung Nugroho, biasa dipanggil Agung, saya
mahasiswa keperawatan dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang akan praktek
di ruangan ini selama 2 minggu ke depan. Saya hari ini dinas pagi dari pukul 07.00-14.00,
saya yang akan merawat Bapak pagi ini.”

“Nama Bapak siapa?Senangnya dipanggil apa?”

“Pak K, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang Pak K rasakan sekarang?”

“Berapa lama Pak K mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

“Bapak mau kita berbincang-bincang di mana?”

Kerja:

“Saya mengerti Pak K merasa bahwa Pak K adalah seorang…., tapi yang Bapak rasakan tidak
dirasakan oleh orang lain”

“Tampaknya Bapak gelisah sekali, bisa Bapak ceritakan apa yang Bapak rasakan?”

“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri abang sendiri?”

“Siapa menurut Bapak yang sering mengatur-atur diri Bapak?”

“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur Bapak, juga kakak dan adik Bapak yang lain?”

“Kalau Bapak sendiri inginnya seperti apa?”

“O... bagus Bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”

“Coba kita bersama-sama tuliskan rencana dan jadwal tersebut”

“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya Bapak ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan
kalau di rumah terus ya”

Terminasi :

“Oya Pak, karena sudak 15 menit, apakah Bapak mau kita berbincang-bincang lagi atau
sampai disini saja?”
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan saya?”

“Apa saja yang sudah kita bicarakan Pak”

“Bagaimana kalau saya kembali lagi 2 jam lagi”

“Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang mengenai hobi Bapak?”

“Jadi Bapak, hari ini kita sudah berbincang tentang perasaan yang Bapak rasakan, Bapak
ingin seperti apa dan jadwal yang sudah kita buat”

“Kalau begitu saya pamit dulu Pak, Selamat Pagi”

SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekkannya
Orientasi :
“Selamat Pagi, bagaimana perasaan Bapak saat ini? Bagus!”

“Apakah Bapak sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran Bapak?”

“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi Bapak tersebut?”

“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal
tersebut?”

Kerja :
“Apa saja hobi bapak? Saya catat ya Pak, terus apa lagi?”

“Wah.., rupanya Bapak pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain volley seperti
itu lho Pak”

“Bisa Bapak ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada Bapak, dimana?”

“Bisa Bapak peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?”

“Wah..baik sekali permainannya”

“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak ini ya, berapa kali sehari/seminggu Bapak
mau bermain volley?”

“Apa yang Bapak harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”

“Ada tidak hobi atau kemampuan Bapak yang lain selain bermain volley?”
Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 20 menit, apakah mau kita akhiri percakapan ini atau mau
dilanjutkan?”

“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan
Bapak?”

“Setelah ini coba Bapak lakukan latihan volley sesuai dengan jadwal yang telah kita buat
ya?”

“Besok kita ketemu lagi ya bang?”

“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?”

“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus Bapak minum, setuju?”

“Kalai begitu, saya pamit Pak ya..Selamat Pagi”


SP 3 Pasien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
Orientasi :
“Selamat Pagi Pak?.”

“Bagaimana bang sudah dicoba latihan volley? Bagus sekali”

“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat yang Bapak minum?”

“Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?”

“Berapa lama Bapak mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?

Kerja :
“Bapak berapa macam obat yang diminum per Jam berapa saja obat diminum?”

“Bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”

“Obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam”.

“Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya
abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”.

“Sebelum minum obat ini Bapak dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar
nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”

“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya Bapak tidak menghentikan sendiri obat
yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.

Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 30 menit, apakah percakapan ini mau kita akhiri atau lanjut?”

“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang bang B minum?
Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”

“Mari kita masukkan ke jadwal kegiatan Bapak? Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat
makan minta sendiri obatnya pada suster”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Pak!”
“Pak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?”
“Kalau begitu saya pamit dulu Pak, Selamat Pagi”
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. EGC : Jakarta

Keliat Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. EGC : Jakarta

Setiana Aji dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Resiko Perilaku
Kekerasan. https://id.scribd.com/doc/200689473/LP-DAN-SP-WAHAM. Diakses pada
tanggal 14 Februari 2021.

Kumolo Gilang Cahyo. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Waham Di Puri Anggrek RSJ Menur Surabaya. https://www.academia.edu/
9554704/LAPORAN_PENDAHULUAN_WAHAM. Diakses pada tanggal 14 Februari
2021.

Anda mungkin juga menyukai