Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

Risiko Perilaku Kekerasan (RPK)

DISUSUN OLEH :

Achmat Riyadi
2011102412087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


LAPORAN PENDAHULUAN

1. MasalahUtama
Perilaku Kekerasan

2. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak
langsung dan konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang
ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu
hubungan interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan
adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung
pada dirinya sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan sebagai
pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara verbal
sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat
(Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku
kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan
hilangnya kontrol diri atau kendali diri.
Tanda dan gejala :
- Muka merah dantegang
- Pandangantajam
- Mengatupkan rahang dengankuat
- Mengepalkantangan
- Jalanmondar-mandir
- Bicarakasar
- Suara tinggi, menjerit atauberteriak
- Mengancam secara verbal ataufisik
- Melempar atau memukul benda atua oranglain
- Merusak barang ataubenda
- Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan oerilaku
kekerasan
B. Tanda dan gejala
Jelaskan tanda dan gejala kepada klien pada tahap marah, kritis atau perilaku kekerasa, dan
kemungkinan bunuh diri. Muka merah, tegang, pandangan mata tajam, mondar-mandi,
memukul, iritable, sensitif dan agresif (Kusumawati, dkk. 2010:83). Tanda dan gejala,
perilaku kekerasan yaitu suka marah, pandangan mata tajam, otot tegang dan nada suara
tinggi, berdebat, sering pula memaksakan kehendak ,merampas makanan dan memukul
bila tidak sengaja(Prabowo,2014:143).
a. Motoragitaton
Gelisah, mondar mandir, tidak dapat duduk tenang, otot tegang, rahang
mengencang, pernapasan meningkat, mata melotot, pandangan mata tajam.
b. Verbal
Memberikan kata-kata ancaman melukai, disertai melukai ptingkat ringan,
bicara keras, nada suara tinggi, berdebat
c. Efek
Marah, bermusuhan, kecemasan berat, efek baik, mudah tersinggung
d. Tingkatkesadaran
Binggung, kacau, perubahan sttus mental, disorientasi, dan gaya ingat menurun
(Prabowo, 2014:143). Pada pengkajian awal dapat dietahui alasan utama klien
ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan dirumah. Kemudian perawat dapat
melakukan pengkajian dengan cara :
1) Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat. Seringpula tampak klien memaksakan kehendak : merampas
makanan, memukul jika tidaksenang.
2) Wawancara : diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-
tanda marah yang dirasakan klien (Kusumawati, dkk.2010:83).
C. RentangRespon
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK


Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada dirinya sendiri maupun
orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol.
a. Responadaptif
1) Peryataan ( Assertion) Respon marah dimana individu mampu
menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa
menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan
memberikankelegaan.
2) Frustasi Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai
tujuan, kepuasan atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan
tersebut individu tidak menemukan alternatiflain.
b. Responmaladaftif
1) Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan
perasaan yang sedang dialami untuk menghindari suatu tuntutan nyata
2) Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk
menuntut suatu yang dianggapnya benar.
3) Amuk dankekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilang kontrol, dimana
individu dapat merusak diri sendiri, serta lain maupun lingkungan
(Prabowo,2014:141-142).
D. Penyebab
a. Faktorpredisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan
jika faktor berikut dialami oleh individu (Prabowo.2014:142).
1) Psikologis ,kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak,dihina, atau sanksi penganiayaan
(Prabowo.2014:142).
2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilakukekerasan.
3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif)
dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima(permisssive)
4) Bioneurologis banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan (Prabowo.2014:143).
5) Faktor sosial budaya Seseorang akan berespons terhadap peningkatan
emosionalnya secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya.
Sesuai dengan teori menurut Bandura bahwa agresi tidak berbeda dengan
respon-respon yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau
imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku
kekerasan. Adanya norma dapat membantu memdefinisikan espresi marah
yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima
(Kusumawati,dkk.2010:81).
6) Faktor biologis Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya
pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik)
ternyata meniumbulan perilaku agresif, di mana jika terjadi kerusakan
fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran
rasional), dan lobus temporal ( untuk interpretasi indra penciuman dan
memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatasi dan
hendak menyerang objek yang ada disekitarnya
(Kusumawati,dkk.2010:81-82).
b. Faktorpresipitasi
Faktor predisposisi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau interaksi
interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti ini kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputus asaan, ketidak berdayaan,percaya diri yang kurang
dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
dengan lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan,kehilangan orang yang dicinta/pekerjaan dan kekerasanmerupaka
faktor penyebab yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula
memicu perilaku kekerasan (Prabowo.2014:143)
Secara umum seseorang akan marah jia dirinya merasa terancam, baik berupa
injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidaberdayaan, kehidupan yang
penuh dengan aresif, dan masa lalu yang tidakmenyenangkan.
2) Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
esternal darilingungan.
3) Lingkungan : panas, padat, dan bising (Kusumawati, dkk.2010 :82).

E. Sumber Koping
Sumber koping dapat berupa aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan, teknik
defensive, dukungan social, dan motivasi. Hubungan antara individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sangat berperan penting pada saat ini. Sumber koping
lainnya termasuk kesehatan dan energy, dukungan spiritual, keyakinan positif,
keterampilan menyelesaikan masalah dan social, sumber daya sosian dan material,
dan kesejahteraan fisik.
Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat berfungsi sebagai dasar harapan
dan dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi hal yang paling buruk.
Keterampilan pemecahan masalah termasuk kemampuan untuk mencara
informasi, mengidentifikasi masalah, menimbang alternative, dan melaksanakan
rencanatindakan.
F. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk melindungi
diri antara lain :
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiasakan kemarahanya kepada
objek lain seperti meremas remas adonan kue ,meninju tembok dan
sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasamarah.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginannya yang tidak baik,
misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya
tersebut mencoba merayu, menyumbuny.
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kedalam
sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuannya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak
kecil bahwa benci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh
tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekankan dan akhirnya ia dapat
melupakanya. d. Reaksi formasi
d. Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan melebihi
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan mengunakanya sebagai
rintangan. Misalnya seseorang yang tetarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orng tersebut dengankuat.
e. Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada objek yang
tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi
itu. Misalnya, Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan
14 hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai
bermain pedang-pedangan dengan temannya (Prabowo,2014:144).

3. PohonMasalah

Effect : Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal

Core Problem ; Perilaku kekerasan

Causa : Harga diri rendah kronis


4. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
1. Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, danverbal
2. Perilakukekerasan
3. Harga diri rendahkronis

5. Data yang perlu dikaji


a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif:
- Klien mengatakan benci atau kesal padaseseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal ataumarah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwalainnya.

Data Objektif :
- Mata merah, wajah agakmerah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/oranglain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangantajam.
- Merusak dan melemparbarang-barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif:
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal ataumarah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwalainnya.
Data Obyektif;
- Mata merah, wajah agakmerah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicaramenguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangantajam.
- Merusak dan melemparbarang-barang.
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Datasubyektif:
- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
Data obyektif:
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
6. DiagnosaKeperawatan
 Risiko perilaku kekerasan dibuktikan dengan curiga pada oranglain
 Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan mengendalikan
dorongan marah dibuktikan denganmengancam
 Harga diri rendah kronis berhubungan dengan kurangnya pengakuan dari orang
lain dibuktikan dengan menolak penilaian positif dirisendiri
7. Rencana TindakanKeperawatan
No. Diagnosa keperawatan SLK SIK
I I
Dx

1. Risiko perilaku kekerasan Setelah dilakukan tindakan Promosi Koping (I. 09312)
dibuktikan dengan curiga pada keperawatan pada pertemuan ke …..
observsi
orang lain dapat dilakukan dengan sesuai
dengan kriteria hasil: 1.1 identifikasi kegiatan jangka
a. Verbalisasi ancaman kepaa pendek dan panjang sesuai
orang lain(5) tujuan
b. Verbalisasi umpatan(5) 1.2 identifikasi kemampuan yang
c. Prilaku menyerang(5) dimiliki
d. Prilaku melukai diri sendiri 1.3 identifikasi sumber daya yang
atau orang lain(5) tersedia untuk memenuhi tujuan
e. Prilaku merusak lingkungan 1.4 identifikasi pemahaman
sekitar(5) proses penyakit
Skala outcome: 1 1.5 identifikasi dampak situasi
: menurun terhadap peran dean hubungan
2 : cukup Menurun 3
: sedang
4 : cukup meningkat
5 : meningkat 1.6 identifikasi metode
penyelesaianmasalah

Teraupetik

1.7 diskusikan perubahan peran


yangdialami
1.8 gunakan pendekatan yang
tenang danmeyakinkan
1.9 diskusikan alasan mengkritik
dirisendiri
1.10 diskusikan untuk
mengklarifikasi kesalahpahaman
dan
mengevaluasi perilakusendiri
1.11 diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan
rasamalu
edukasi
1.12 anjurkan menjalin hubungan
yang memiliki kepentingan dan
tujuan yangsama

1.13 anjurkan mengungkapkan

perasaan danpersepsi

2 Perilaku kekerasan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Pengendalian Marah (I.


berhubungan dengan keperawatan pada pertemuan ke 09290)
…..diharapkan pasien memenuhi
ketidakmampuan
kriteria hasil :
observsi
mengendalikan dorongan a. Kemampuan mencari
marah dibuktikan dengan informasi tentang faktor 1.1 identifikasi penyebab/pemicu
mengancam resiko(5) kemarahan
b. Kemampua mengientifikasi 1.2 identifikasi harapan perilaku
faktor resiko(5) terhadap ekspresikemarahan
1.3 monitor potensi agresitidak
c. Kemampuan melakukann konstruktif melakukan
strategi kontrol resiko(5) tindakan sebelumagresif
d. Kemampuan menghindari
Teraupetik
faktorresiko(5)
1.4 cegah kerusakan fisik akibat
skala outcome:
ekspresi marah (mis.
1 : meningkat Menggunakansenjata)
2 : cukup meningkat 1.5 cegah aktivitas pemicu agresi
3 : sedang (mis. Meninju tas, mondar
4 : cukupmenurun mandir, berolahraga
5 : menurun berlebihan)
1.6 lakukan kontrol eksternal (mis.
Pengekangan, time-out, dan
seklusi), jikaperlu
1.7 dukung menerapkan strategi
pengendalian marah dan ekspresi
amarahadaptif
1.8 berikan penguatan atas
keberhasilan penerapan
strategi pengendalianmarah

edukasi

1.9 jlaskan makna, fungsimarah,


frustasi, dan responmarah
1.10 Anjurkan meminta bantuan
perawat atau keluarga selama
ketegangan meningkat
1.11 Ajarkan strategi untuk
mencegah ekspresi marah
maladatif
1.12 Ajarkan metode untuk

memodulasi pengalaman emosi

yang kuat (mis. Latihan


asertif, teknik relaksasi,
jurnal, ativitas penyaluran
energi)

3 Harga diri rendah kronis kontrol diri (L. 09076) Promosi Koping (I. 13494)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan
observsi
kurangnya pengakuan dari
keperawatan pada pertemuan
orang lain dibuktikan dengan 1.1 identifikasi kegiatan jangka
ke ….. diharapkan pasien mampu
menolak penilaian pendek dan panjang sesuaitujuan
memenuhi kriteria hasil:
positif diri sendiri
a. Penilaian diri positif (5) 1.2 identifikasi kemampuan yang
b. Perasaan memiliki kelebihan dimiliki

atau kemampuan positif (5)


1.3 identifikasi sumber daya yang
c. Penerimaan penilaian positif
tersedia untuk memenuhitujuan
terhadap diri sendiri (5)
1.4 identifikasi pemahaman
d. Minat mencoba hal baru (5)
proses penyakit
1.5 identifikasi dampak situasi
skala outcome:
terhadap peran dean hubungan
1 : menurun 1.6 identifikasi metode
2 : cukup menurun penyelesaianmasalah
3 : sedang
Teraupetik
4 : cukup meningkat
5 : meningkat 1.7 diskusikan perubahan peran
yangdialami
1.8 gunakan pendekatan yang
tenang danmeyakinkan
1.9 diskusikan alasan mengkritik
dirisendiri
1.10 diskusikanuntuk mengklarifikasi
kesalahpahamandan engevaluasi
perilakusendiri
1.11 diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan
rasamalu

edukasi

1.12 anjurkan menjalin hubungan


yang memiliki kepentingan dan
tujuan yangsama
1.13 Anjurkan mengungkapkan
perasaan danpersepsi
Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan
A. ProsesKeperawatan
 Kondisi klien:

 Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan

 Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilakukekerasan
3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernahdilakukannya
4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yangdilakukannya
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilakukekerasannya
6. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapipsikofarmaka.
 Tindakan
1. Bina hubungan salingpercaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus
saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
2. Mengucapkan salamterapeutik
3. Berjabattangan
4. Menjelaskan tujuaninteraksi
5. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemupasien
6. Diskusikanbersamapasienpenyebabperilakukekerasansaatinidan yang lalu
7. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilakukekerasan
8. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secarafisik
9. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secarapsikologis
10. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secarasosial
11. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secaraspiritual
12. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secaraintelektual
7. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara:
1. Verbal
2. terhadap oranglain
3. terhadap dirisendiri
4. terhadaplingkungan
8. Diskusikan bersama pasien akibatperilakunya
9. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasansecara:
1. Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafasdalam
2. Obat
3. Social/verbal: menyatakan secara asertif rasamarahnya
4. Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinanpasien
10. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
1. Latihan nafas dalam dan pukul kasur –bantal
2. Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
11. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
1. Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan denganbaik
2. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secaraverbal.
12. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
1. Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat,berdoa
2. Buat jadwal latihan sholat,berdoa
13. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
1. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minumobat
2. Susun jadwal minum obat secarateratur
14. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
mengontrol PerilakuKekerasan
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan SP 1 Pasien:
Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I

Orientasi:
“Selamat Pagi pak, perkenalkan nama saya Agung Nugroho, panggil saya Agung saya
mahasiswa Keperawatan dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang akan
praktek disini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00. Saya
yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa,
senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di
ruang tamu?”

Kerja :
“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?.
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum
menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak
rasakan?”
“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan?. Apa kerugian cara yang bapak lakukan?
Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkankerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan
cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri,
lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan
melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung,
bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah
bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri atau
dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........
(sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya(sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa
yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas
dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari
bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak”

SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2


a. Evaluasi latihan nafasdalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur danbantal
c. Susun jadwal kegiatan harian carakedua

Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan
fisik untuk cara yangkedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”

Kerja :
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan
bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan
bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya”

Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal
mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan
jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua
cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak
latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”

SP 3 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua carafisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan denganbaik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secaraverbal
Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?,
apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri;
kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah
kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

Kerja :
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah
lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya
pak: Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya karena
minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya
perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta
obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Baguspak.”
Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak
praktekkan. Bagus pak”
Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba
praktekkan. Bagus”

Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yangbaik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak
mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Cobamasukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll.
Bagus nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal
b. Latihansholat/berdoa
c. Buat jadual latihansholat/berdoa

Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Kerja :
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang
mana maudicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga,
ambil air wudhu kemudiansholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan
caranya”

Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga
ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali
bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat
tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,
jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah bapak, setuju pak?”

SP 5 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah
dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minumobat.
c. Susun jadual minum obat secarateratur
ORIENTASI
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara
yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?.
Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja :
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa
Bapak minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini
harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah
benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya
pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya
pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?”
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat
yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita
tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua
dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan
kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”
Daftar Pustaka

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung,2000
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi
3. Jakarta: EGC.
Siswoto. 2017. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Resiko Perilaku Kekerasan.
https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-pk.pdf. Diakses pada tanggal
14Februari 2021.
2017. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Resiko Perilaku
Kekerasan. https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-pk-
b.pdf.Diaksespada tanggal 14 Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai