Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

DISUSUN OLEH :

Achmat Riyadi
2011102412087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada
keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai
realitas.(Sunaryo, 2004)
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang
tidak sesuai dengan kenyataan (Sheila L Vidheak, 2001 : 298).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan
dari luar (Maramis, 1998).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada
rangsangan dari luar ekternal.
Tanda dan Gejala:
a. Bicara, senyum, tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup (mencium) dan
merasa suatu yang tidak nyata.
c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
e. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.
f. Sikap curiga dan saling bermusuhan.
g. Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal.
h. Menarik diri menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan.
j. Ketakutan.
k. Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian,
berhias yang rapi.
l. Mudah tersinggung, jengkel, marah.
m. Menyalahkan diri atau orang lain.
n. Muka marah kadang pucat.
o. Ekspresi wajah tegang.
p. Tekanan darah meningkat.
q. Nafas terengah-engah.
r. Nadi cepat
s. Banyak keringat.

2. Tanda dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicara sendiri, pergerakan mata cepat,
diam, asyik dengan pengalaman sensori, kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dan realitas rentang perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau
menit, kesukaran berhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,
perubahan berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (2015).
a. Pendengaran : Mendengar suara- suara / kebisingan, paling sering suara kata
yang jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-
kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan : stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar giometris,
gambar karton dan atau panorama yang luas dan komplek. Penglihatan dapat
berupa sesuatu yang menyenangkan/ sesuatu yang menakutkan seperti monster.
c. Penciuman : membau bau- bau seperti bau darah, urine, feses umumnya bau-bau
yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya sering kibat stroke,
tumor, kejang/ dernentia.
d. Pengecapan : merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, feses.
e. Perabaan : mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Sinestetik : merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena (arteri),
pencernaan makanan.
g. Kinestetik : merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Rentang Respon
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon neurobiologis
sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat,
emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang meliputi
delusi, halusinasi, dan isolasi sosial.
a. Respon adaptif

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang berlaku.
Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan
dapat memecahkan asalah tersebut.
Respon adaptif :

1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan


2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
b. Respon psikosossial
Meliputi :
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca
indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladapttif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang
dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, ada pun respon maladaptive antara lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakinioleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.Perilaku tidak terorganisirmerupakan sesuatu yang tidak teratur.
4) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negative mengancam (Damaiyanti,2012).

P4.
enyeba
b

Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain klien
menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan
berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya
klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan
dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan
membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu
terjadinya halusinasi.
Tanda dan gejala :
 Aspek fisik :
 Makan dan minum kurang
 Tidur kurang atau terganggu
 Penampilan diri kurang
 Keberanian kurang
o Aspek emosi :
 Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
 Merasa malu, bersalah
 Mudah panik dan tiba-tiba marah
 Aspek sosial
 Duduk menyendiri
 Selalu tunduk
 Tampak melamun
 Tidak peduli lingkungan
 Menghindar dari orang lain
 Tergantung dari orang lain
 Aspek intelektual
 Putus asa
 Merasa sendiri, tidak ada sokongan
 Kurang percaya diri
 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
1) Faktor Biologis :
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (herediter),
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2) Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.Menjadi korban, pelaku maupun saksi
dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar
atau overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan
Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi
rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia
perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan
yang rendah serta pernah mengalami kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya
riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam
hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang
sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat
5. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stress
(Prabowo,2014).
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi :
1) Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2) Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain/ sesuatu benda
3) Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
4) Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien
C. Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal)

effect

Gangguan persepsi sensori: halusinasi

Core Problem

Isolasi sosial
Causa

D. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


1) Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)
2) Gangguan persepsi sensori : halusinasi
3) Isolasi sosial
E. Data yang perlu dikaji
a. Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
b. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif :
- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
- Klien merasa makan sesuatu
- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
- Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
- Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
- Klien berbicara dan tertawa sendiri
- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
- Disorientasi
c. Isolasi sosial
Data Subyektif
:
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi
verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak
berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan dibuktikan
dengan mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
2. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber daya personal dibuktikan
dengan tidak berminat berinteraksi dengan orang lain atau lingungan
3. Risiko perilaku kekerasan dibuktikan dengan halusinasi

G. Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosa SLKI SIKI
keperawatan
.
Dx
1. Gangguan Persepsi sensori (L. 13124) Manajemen Halusinasi : (I. 09288)
persepsi sensori Setelah dilakukan tindakan Observasi :
(D.0085) pada pertemuan ke ..... dapat 1. Monitor prilaku yang mengindikasi halusinasi
berhubungan dilakukan dengan sesuai dengan
2. Monitor an sesuaikan tingkat aktivitas dan
dengan kriteria hasil:
stimulasi lingkungan
gangguan a. Verbalisasi mendengar bisikan
3. Monitor isi halusinasi (misalnya : Kekerasan dan
penglihatan
(5) membahayakan diri)

b. Verbalisasi melihat bayangan


Terapeutik :
(5)
1. Pertahankan lingkungan yang aman
c. Verbalisasi merasakan sesuatu
melalui indra perabaan (5) 2. Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat
d. Verbalisasi merasakan sesuatu mengontrol prilaku
melalui indra penciuman (5) 3. Diskusikan perasaan dan respons terhadap
e. Verbalisasi merasakan sesuatu halusinasi
melalui indra pengecapan (5) 4. Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi
f. Distorsi sensori (50
Edukasi :
g. Perilaku halusinasi (5)

1. Anjurkan memonitor sendiri situasi


Skala outcome:
terjainya halusinasi
1 : menurun
2. Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk
2 : cukup Menurun
memberi dukungan dan umpan balik korektif
3 : sedang terhadap halusinasi
3. Anjurkan melakukan distraksi (misalnya;
mendengarkan musik, melakukan aktivitas fisik an
4 : cukup meningkat teknik relaksasi)
5 : meningkat 4. Ajarkan pasien dan keluarga cara
mengontrol halusinasi

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan


antiansietas, jika perlu.

2 Isolasi sosial Keterlibatan sosial (L. 13115) Proosi sosialisasi ( I.13498)

(D. 0121) Setelah dilakukan tindakan Observasi :


keperawatan pada pertemuan 1. Identifikasi kemampuan melakukan interaksi
berhubungan
ke...... diharapkan pasien dengan orang lain
dengan
memenuhi kriteria hasil : 2. Identifikasi hambaatan melakukan interaksi degan
ketidakadekuat a. verbalisasi isolasi (5) orang lain
an sumber daya b. verbalisasi ketidakamanan di 3. Memotivasi meningkatkan keterlibatan dalam
personal tempat umum (5) suatu hubungan
c. perilaku menarik diri (5) 4. Motivasi berpartisipasi dalam aktifitas baru dan
d. verbalisasi perasaan berbeda kegiatan kelompok
dengan orang lain (5) 5. Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
dan setiap peningkatan kemampuan
skala outcome: Edukasi :
1 : meningkat 1. Anjurkan berinteraksi ddengan orang lain secara
2 : cukup meningkat bertahap
3 : sedang 2. Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
4 : cukup menurun 3. Latih bermain peran untuk meningkatan
5 : menurun keterampilan komunikasi
4. Latih mengekspresikan marah dengan tepat
3 Risiko perilaku kontrol diri (L. 09076) Pencegahan perilaku kekerasan (I. 14544)

kekerasan Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawatan pada pertemuan 3.1 monitor adanya benda yang berpotensi
dibuktikan
ke...... diharapkan pasien mampu membahayakan (mis. Benda tajam, tali)
dengan
memenuhi kriteria hasil: 3.2 monitor keamanan barang yang dibawa oleh
halusinasi a. verbalisasi ancaman kepada pengunjung
orang lain (5) 3.3 monitor selama penggunaan barang yang dapat
b. verbalisasi umpatan (5) membahayakan (mis. Pisau cukur)
c. perilaku menyerang (5) Teraupetik
d. perilaku melukai diri sendiri/ 3.4 pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara
rutin
3.5 libatkan keluarga dalam perawatan
Edukasi
e. perilaku merusak lingkungan 3.6 anjurkan pengunjung dan keluarga untuk
f. perilaku agresif/ amuk (5)
mendukung keselamatan pasien
g. suara keras (5)
3.7 latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
h. bicara ketus (5)
3.8 latih mengurangi kemarahan secara verbal dan
nonverbal ( mis. Relaksasi, bercerita)
skala outcome:
1 : meningkat
2 : cukup meningkat
3 : sedang
4 : cukup menurun
5 : menurun
Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar Klien sering ketawa dan tersenyum
sendiri Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak jelas
serta melihat setan-setan.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
3. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

B. Strategi komunikasi dan pelaksanaan ( latihan fase orientasi, kerja dan


terminasi setiap SP)

merawat bapak Nama Saya Agung Nugroho, biasa dipanggil Agung. Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apa?”

a ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 me

suara itu?”
ng sering bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut? Pada keadaan apa suara itu terde

itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
ma, dengan menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan terat
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik membentak”. ”Caranya sebagai ber
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba
”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-


cakap dengan orang lain

Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya
Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini
saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman
untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong,
saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah
misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak soalnya bapak sedang
dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian
bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita
latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 08.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan


aktivitas terjadwal
Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ?
Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakuk
Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sam
Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suar

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya
sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit
sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”

Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat
menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang
dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu
(HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah
hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau
putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau
obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti
saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan
bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain.
Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah
obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara
yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).
Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada
waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah
datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI. 1999
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Saktian Yusuf. Laporan Pendahuluan Halusinasi. https://www.academia.edu/28333404/LAPO
RAN_PENDAHULUAN_HALUSINASI. Diakses pada tanggal 14 Februari 2021.
Putri Lia. Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran. https://www.academi
a.edu/16870056/MAKALAH_ASUHAN_KEPERAWATAN_JIWA_HALUSINASI_PENDENGAR
AN_bonita. Diakses pada tanggal 14 Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai