Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN PALIATIF

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Paliatif yang diampu oleh Ibu Elisa,
Skep, Ns, MKes

Disusun Oleh :
Kelompok 13
Damar Darmawan P1337420617061
Sapna Luthfiyana P1337420617073
Fika Nur Rahmadani
Bian Firmansyah
Adi Laksino

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang perlunya perawatan  paliatif  adalah karena meningkatnya
jumlah  pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa
dan anak seperti  penyakit kanker, penyakit degeneratif,  penyakit paru obstruktif 
kronis, cystic fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung (heart failure), penyakit
genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan perawatan paliatif,
di samping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Tujuan perawatan paliatif untuk mengurangi  penderitaan  pasien,
meningkatkan  kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya.
Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit dan yang
ditangani bukan hanya penderita,  tetapi juga keluarganya. Meski pada akhirya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Prinsip-prinsip Perawatan Paliatif adalah menghargai setiap kehidupan,
menganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak mempercepat atau menunda
kematian, menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan, menghilangkan
nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, mengintegrasikan aspek psikologis, sosial,
dan spiritual dalam perawatan pasien dan keluarga, menghindari tindakan medis yang
sia-sia, memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan
kondisinya sampai akhir hayat, memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa
duka cita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nyeri?
2. Bagaimana proses terjadinya nyeri?
3. Bagaimana pengkajian nyeri pasien paliatif?
4. Bagaimana obat-obatan untuk pasien paliatif?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui definisi nyeri
2. Mengetahui proses terjadinya nyeri
3. Mengetahui ccara pengkajian nyeri pada pasien paliatif
4. Mengetahui obat-obatan untuk pasien paliatif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Nyeri
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri
merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang disertai
oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan sebagai
suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang tidak berbahaya (non noksius,
epikritik) misalnya: sentuhan ringan, kehangatan, tekanan ringan.
Definisi tersebut menjelaskan konsep bahwa nyeri adalah hasil kerusakan
struktural, bukan saja tanggapan sensorik dari suatu proses nosisepsi, tetapi juga
merupakan tanggapan emosional (psikologik) yang didasari atas pengalaman
termasuk pengalaman nyeri sebelumnya. Persepsi nyeri menjadi sangat subjektif
tergantung kondisi emosi dan pengalaman emosional sebelumnya. Toleransi terhadap
nyeri meningkat bersama pengertian, simpati, persaudaraan, pengetahuan, pemberian
analgesik, anisolitik, antidepresan dan pengurang gejala. Sedangkan toleransi nyeri
menurun pada keadaaan marah, cemas, bosan, kelelahan, depresi, penolakan sosial,
isolasi mental dan keadaan yang tidak menyenangkan.
Nyeri pada dasarnya adalah reaksi fisiologis karena merupakan reaksi
perlindungan untuk menghindari stimulus yang membahayakan tubuh. Tetapi bila
nyeri tetap berlangsung walaupun stimulus penyebab sudah tidak ada, berarti telah
terjadi perubahan patofisiologis yang justru merugikan tubuh dan membutuhkan
terapi.
Pengetahuan tentang nyeri sangat penting untuk menyusun program
penghilangan nyeri pasca pembedahan. Derajat nyeri dapat diukur dengan macam-
macam cara, misalnya tingkah laku pasien, skala verbal dasar/ Verbal Rating Scales
(VRS), dan yang umum adalah skala analog visual/ Visual Analogue Scales (VAS).
B. Patofisiologi Nyeri
Reseptor untuk stimulus nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor ini peka terhadap
rangsang mekanis, suhu, listrik atau kimiawi yang menyebabkan terlepasnya bahan
kimia ion hidrogen, ion kalium, ion polipeptida, histamin dan prostaglandin untuk
kemudian dapat bekerja merangsang nosiseptor. Distribusi nosiseptor bervariasi di
seluruh tubuh, dengan jumlah terbesar terdapat di kulit. Nosiseptor terletak di
jaringan subkutis, otot rangka dan sendi. Impuls rasa nyeri yang berasal dari
nosiseptor akan disalurkan ke susunan saraf pusat afferent melalui dua serat syaraf,
yaitu: Tipe syaraf bermyelin (A-Delta fiber) atau dikenal dengan jalur nyeri cepat dan
tipe syaraf tak bermyelin (C fiber) atau dikenal dengan jalur nyeri lambat. Kemudian
akan timbul emosi serta perasaan yang tidak menyenangkan sehingga timbul rasa
nyeri dan reaksi menghindar.
Persepsi nyeri dalam tubuh diatur oleh substansi yang dinamakan
neuroregulator. Neuroregulator ini mempunyai aksi rangsang dan aksi hambat.
Substansi P adalah salah satu contoh neurotansmiter dengan aksi merangsang. Ini
mengakibatkan pembentukan aksi potensial, yang menyebabkan hantaran impuls dan
mengakibatkan pasien merasakan nyeri. Serotonin adalah salah satu contoh
neurotransmiter dengan aksi menghambat. Serotonin mengurangi efek dari impuls
nyeri. Substansi kimia lainnya mempunyai efek inhibitor terhadap transmisi nyeri
adalah endorfin dan enkafelin. Substansi ini bersifat seperti morfin yang diproduksi
oleh tubuh. Endorfin dan enkafelin ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi dalam
sistem syaraf pusat. Kadar endorfin dan enkafelin setiap individu berbeda. Kadar
endorfin ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ansietas. Hal ini akan
berpengaruh juga terhadap perasaan nyeri seseorang. Walaupun stimulusnya sama,
setiap orang akan merasakan nyeri yang berbeda. Individu yang mempunyai kadar
endorfin yang banyak akan merasakan nyeri yang lebih ringan daripada mereka yang
mempunyai kadar endorfin yang sedikit.
Antara suatu stimulus noksius sampai dirasakannya sebagai persepsi nyeri terdapat 4
rangkaian elektrofisiologik. Seluruh rangkaian tersebut disebut peristiwa nosisepsi
yang dimulai dengan:
1. Proses Tranduksi
Suatu stimuli kuat dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima
ujung-ujung saraf perifer (reseptor meisner, merkel, corpusculum paccini, golgi
mazoni). Reseptor-reseptor ini disebut sebagai nosiseptif dan mempunyai ambang
rangsang tertentu. Kerusakan jaringan karena trauma pembedahan akan
menyebabkan sintesa prostaglandin. Prostaglandin inilah yang akan menyebabkan
sensitisasi reseptor-reseptor nosiseptif dan dikeluarkan zat-zat nyeri seperti
histamin, serotonin dan lain-lain yang akan menimbulkan sensasi nyeri.
2. Proses Transmisi
Penyaluran impuls melalui saraf sensoris sebagai lanjutan proses transduksi
melalui serabut saraf A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis,
dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh
traktus spinothalamikus yang selanjutnya disalurkan ke daerah somatosensoris di
korteks serebri dimana isyarat tersebut diterjemahkan.
3. Proses modulasi
Adalah proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang
dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior
medulla spinalis merupakan proses asenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik
endogen (enkafalin, endorfin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls
nyeri pada kornu posterior medula spinalis. Kornu posterior merupakan pintu
yang dapat terbuka atau tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik
endogen tersebut.
4. Proses Persepsi
Adalah hasil akhir proses interaksi kompleks dari proses transduksi, transmisi,
dan modulasi yang diterjemahkan oleh daerah somato sensorik kortes serebri
menghasilkan suatu perasaan subyektif sebagai persepsi nyeri.
C. Pengkajian Nyeri
1. Pengkajian Nyeri
a. PQRST
P (Palliative) : Penyebab nyeri
Q (Quality) : Kualitas nyeri
R (Regio) : Lokasi dan penyebaran nyeri
S (Subjective) : Deskripsi pasien mengenai skala nyeri
T (Temporal) : Periode/waktu yang berkaitan dengan nyeri
b. OPQRS
O (Onset) : Kapan terjadinya nyeri
P (Provocation) : Apa yang memperburuk nyeri, apakah nyeri menetap
Q (Quality) : Tanyakan bagaimana jenis nyeri yang dirasakan
R (Radiation) : Penyebaran nyeri ke bagian tubuh lain
S (Severity) : Deskripsi pasien mengenai skala nyeri
c. COLDERRA
C (Characteristic) : Apakah nyeri bersifat tumpul, sakit, tajam,
menusuk atau menekan.
O (Onset) : Kapan nyeri mulai terasa
L (Location) : Lokasi/tempat nyeri dirasakan.
D (Duration) : Berapa lama nyeri berlangsung; terus
menerus atau hilang timbul
E (Exacerbation) : Apa yang memperburuk nyeri
R (Radiation) : Penyebaran nyeri ke bagian tubuh lain
R (Relief) : Apa yang meredakan nyeri
A (Associated sign/symptom) : Tanda-tanda dan gejala yang berhubungan
2. Skala Nyeri
a. Skala Angka (Numeric Rating Scale)
Tanyakan intensitas nyeri dengan menggunakan angka 0- 10, 0 berarti tidak
nyeri dan 10 sangat nyeri.
b. Skala Kategori
Dalam skala kategori, nyeri dibagi menjadi 3, yaitu Nyeri Ringan, Nyeri
Sedang dan Nyeri Berat.
c. Visual Analog Scale
VAS menggunakan skor 0 – 10 pada garis lurus

d. Behaviour Pain Scale


Digunakan pada pasien yang tidak dapat berkomunikasi atau menggunakan
ventilator.

Keterangan :

Ekspresi Wajah
Tenang 1
Sebagian Muka menegang (dahi mengerenyit) 2
Seluruh muka menegang (kelopak mata menutup) 3
Wajah menyeringai 4
Pergerakan atau posisi ekstremitas atas
Tenang 1
Menekuk sebagian di daerah siku 2
Menekuk total dengan disertai jari-jari mengepal 3
Menekuk total secara terus-menerus 4
Toleransi terhadap ventilator mekanik
Dapat mengikuti pola ventilasi 1
Batuk tetapi masih dapat mengikuti pola ventilasi 2
Melawan pola ventilasi 3
Pola ventilasi tidak ditoleransi 4

Nilai < 5 berarti pasien bebas nyeri


Nilai > 5 berarti pasien mengalami nyeri yang perlu diterapi
e. Skala Wajah (Wong Beker Scale)

D. Obat-Obatan Nyeri Pasien Paliatif


1. NSAID (Non Sterois Anti Inflamatory Drug)
NSAID sangat efektif untuk menangani nyeri tulang. Selain itu, dipakai pada
nyeri akibat inflamasi dan kerusakan jaringan, nyeri karena metastase tulang,
demam neoplastik dan nyeri post operasi.
Contoh :
a. ORAL (Celecoxib, Diclofenak, Ibuprofen, Ketoprofen, Ketorolac, Asam
Mefenamat, Meloxicam, Piroxicam)
b. PARENTERAL (Ketorolac)

2. Non Opioid (Parasetamol)


a. Digunakan untuk nyeri ringan, terutama untuk jaringan lunak dan
muskuloskeletal serta penurun panas
b. Sebagai suplemen opioid sehingga memungkinkan dosis opioid yang lebih
kecil.
c. Dosis parasetamol adalah 500 mg – 1000 mg per 4 jam. Dosis maksimal
adalah 3 gram perhari.
3. Opiod Lemah
Digunakan untuk nyeri sedang, dapat diberikan melalui Oral dengan dosis 0,5-
1mg/kg.
Contoh :
Tramadol : Diberikan melalui Oral (dosis maksimal 8mg/kg/hari) dan Parenteral
(dosis maksimal 600 mg/24 jam)
4. Opioid Kuat
Digunakan untuk nyeri berat/sedang.
Contoh :
Morfin : Diberikan melaui Oral (mulai dosis kecil 2,5 – 5 mg/4 jam) dan
Parenteral (dosis morfin parenteral adalah 1/3 dosis oral).
5. Adjuvant (Kortikosteroid, antidepresan, anti epilepsi, relaksan otot,
antispasmodik)

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai