SINDROM NEFROTIK
Oleh :
NIM : 20.300.0024
BANJARMASIN
2021
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
SINDROM NEFROTIK
Oleh :
NIM : 20.300.0024
Banjarmasin,
Mengetahui,
2
A. Definisi
Pada proses awal atau SN ringan, untuk menegakkan diagnosis tidak semua
gejala ditemukan. Proteinuria massif merupakan tanda khas SN akan tetapi
pada SN berat yang disertai kadar albumin rendah, ekskresi protein dalam
urin juga berkurang. Proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai
komplikasi yang terjadi pada SN.
B. Etiologi
3
d. Glumerulonefritis membranoploriferatif (GNMP)
C. Patofisiologi
4
kadar lipoprotein lipase plasma (enzim utama yang memecah lemak di
plasma darah).
5
Etiologi primer dan sekunder
Kerusakan glomerulus
Perubahan permeabilitas membran glomerulus
Penurunan laju filtrasi glomerulus
Protein terfiltrasi
Edema Penurunan
volume intravaskuler
Hipovolemia
6
Ekspansi paru tdk adekuat Gangguan Mobilitas
Fisik
Gangguan integritas Perubahan perfusi Gangguan Pola Nafas
kulit jaringan / cerebral tidak efektif
7
D. Tanda dan Gejala
3. Edema anasarka
5. Lipiduria
E. Penatalaksanaan Medis
2. Diuretik
Diuretik misalnya furosemid (dosis awal 20-40 mg/hari) atau golongan
tiazid dengan atau tanpa kombinasi dengan potassium sparing diuretic
(spironolakton) digunakan untuk mengobati edema dan hipertensi.
Penurunan berat badan tidak boleh melebihi 0,5 kg/hari.
3. Diet.
Diet untuk pasien SN adalah 35 kal/kgbb./hari, sebagian besar terdiri dari
karbohidrat. Diet rendah garam (2-3 gr/hari), rendah lemak harus
diberikan. Penelitian telah menunjukkan bahwa pada pasien dengan
penyakit ginjal tertentu, asupan yang rendah protein adalah aman, dapat
8
mengurangi proteinuria dan memperlambat hilangnya fungsi ginjal,
mungkin dengan menurunkan tekanan intraglomerulus. Derajat
pembatasan protein yang akan dianjurkan pada pasien yang kekurangan
protein akibat sindrom nefrotik belum ditetapkan. Pembatasan asupan
protein 0,8-1,0 gr/ kgBB/hari dapat mengurangi proteinuria. Tambahan
vitamin D dapat diberikan kalau pasien mengalami kekurangan vitamin
ini.
4. Terapiantikoagulan
Bila didiagnosis adanya peristiwa tromboembolisme , terapi antikoagulan
dengan heparin harus dimulai. Jumlah heparin yang diperlukan untuk
mencapai waktu tromboplastin parsial (PTT) terapeutik mungkin
meningkat karena adanya penurunan jumlah antitrombin III. Setelah terapi
heparin intravena , antikoagulasi oral dengan warfarin dilanjutkan sampai
sindrom nefrotik dapat diatasi.
5. TerapiObat
Terapi khusus untuk sindroma nefrotik adalah pemberian kortikosteroid
yaitu prednisone 1 – 1,5 mg/kgBB/hari dosis tunggal pagi hari selama 4 –
6 minggu. Kemudian dikurangi 5 mg/minggu sampai tercapai dosis
maintenance (5 – 10 mg) kemudian diberikan 5 mg selang sehari dan
dihentikan dalam 1-2 minggu. Bila pada saat tapering off, keadaan
penderita memburuk kembali (timbul edema, protenuri), diberikan kembali
full dose selama 4 minggu kemudian tapering off kembali. Obat
kortikosteroid menjadi pilihan utama untuk menangani sindroma nefrotik
(prednisone, metil prednisone) terutama pada minimal glomerular lesion
(MGL), focal segmental glomerulosclerosis (FSG) dan sistemik lupus
glomerulonephritis. Obat antiradang nonsteroid (NSAID) telah digunakan
pada pasien dengan nefropati membranosa dan glomerulosklerosis fokal
untuk mengurangi sintesis prostaglandin yang menyebabkan dilatasi. Ini
menyebabkan vasokonstriksi ginjal, pengurangan tekanan intraglomerulus,
dan dalam banyak kasus penurunan proteinuria sampai 75 %.
9
Sitostatika diberikan bila dengan pemberian prednisone tidak ada respon,
kambuh yang berulang kali atau timbul efek samping kortikosteroid. Dapat
diberikan siklofosfamid 1,5 mg/kgBB/hari. Obat penurun lemak golongan
statin seperti simvastatin, pravastatin dan lovastatin dapat menurunkan
kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL.
F. Komplikasi
10
Terjadinya infeksi oleh kerana defek imunitas humoral, selular, dan
gangguan system komplemen. Oleh itu bacteria yang tidak berkapsul
seperti Haemophilus influenzae and Streptococcus pneumonia boleh
menyebabkan terjadinya infeksi. Penurunan IgG, IgA dan gamma globulin
sering ditemukan pada pasien SN oleh kerana sintesis yang menurun atau
katabolisme yang meningkat dan bertambah banyaknya yang terbuang
melalui urine.
Gagal ginjal akut disebabkan oleh hypovolemia. Oleh kerana cairan
berakumulasi di dalam jaringan tubuh, kurang sekali cairan di dalam
sirkulasi darah. Penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan ginjal tidak
dapat berfungsi dengan baik dan timbulnya nekrosis tubular akut.
G. Prognosis
H. Manifestasi Klinik
11
3. Pucat Hematuri, azotemeia hipertensi ringan
I. Pemeriksaan diagnostik
1. Uji urine
2. Uji darah
a. Albumin serum – menurun.
3. Uji diagnostik
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin.
12
Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
1. Keadaan Umum :
2. Riwayat :
13
Alasan masuk rumah sakit
Faktor pencetus
Lamanya sakit
4. Pengkajian sistem
Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada ( terkait
dengan edema ).
o Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada
tidaknya sianosis, diaphoresis.
o Sistem pernafasan : kaji pola bernafas, adakah wheezing atau
ronkhi, retraksi dada, cuping hidung.
o Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku (mood,
kemampuan intelektual, proses pikir), kaji pula fungsi sensori,
fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
o Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya
hepatomegali / splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan
buang air besar.
o Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan
jumlahnya.
B. Diagnosa Keperawatan
14
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perpindahan cairan dari intra
sel ke intratisial.
C. Intervensi Keperawatan
15
5. Tidak ada keluhan
2 Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi status
jaringan renal keperawatan selama ... hidrasi klien
berhubungan diharapkan gangguan (misalnya :
dengan penurunan perfusi jaringan renal tidak membran
konsentrasi Hb di terjadi mukosa lembab,
dalam darah, kriteria hasil : keadekuatan
hipoksia jaringan Indikator IR ER nadi dan
1. sesak nafas tekanan darah )
teratasi
2. edema 2. Pantau hasil
perifer laboratorium
tidak ada terutama
3. kadar peningkatan
kreatinin kreatinin dan
dan ureum ureum
dalam batas
3. Observasi TTV
normal
klien tiap 1 jam
4. kadar Hb
dalam
4. Kaji adanya
darah
edema
dalam batas
normal 5. Pantau intake
Keterangan :
dan output
1. Keluhan Ekstrim
cairan
2. Keluhan Berat
3. Keluhan Sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak ada keluhan
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau suhu
infeksi keperawatan selama ... minimal setiap 4
berhubungan diharapkan gangguan
16
dengan imunitas perfusi jaringan renal tidak jam sekali
tubuh yang terjadi
2. Pantau SDP (Sel
menurun. kriteria hasil :
Darah Putih)
Indikator IR ER
1. Suhu tubuh
3. Gunakan teknik
dalam batas
aseptik yang
normal
ketat pada setiap
2. Nilai
tindakan
laboratoriu
m dalam
4. Kolaborasi
batas
pemberian
normal
antibiotik
Keterangan :
1. Keluhan Ekstrim
2. Keluhan Berat
3. Keluhan Sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak ada keluhan
4 Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan latihan
mobilitas fisik keperawatan selama ... ROM pasif
berhubungan diharapkan hambatan untuk sendi jika
dengan kelemahan. mobilitas fisik dapat dapat tidak
teratasi merupakan
kriteria hasil : kontraindikasi
Indikator IR ER minimal 2 kali
1. kekuatan sehari
output
dalam batas 2. Atur posisi
normal pasien dengan
2. TTV dalam memiringkan
batas tubuhnya
normal. kekanan dan
17
Keterangan : kekiri setiap 2
1. Keluhan Ekstrim jam
2. Keluhan Berat
3. Kaji tingkat
3. Keluhan Sedang
fungsional klien
4. Keluhan Ringan
dengan
5. Tidak ada keluhan
menggunakan
skala mobilitas
18
3. Keluhan Sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak ada keluhan
LEMBAR KONSULTASI
NIM : 20.300.0024
19
20
21