Anda di halaman 1dari 42

Case Report Science (CRS)

*Program Studi Profesi Dokter/ G1A219024


**Pembimbing/ dr. Paranita Utama, Sp.N

STROKE HEMORAGIK

Denanda Rahayu, S.Ked*


dr. Paranita Utama, Sp.N **

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU SARAF RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

STROKE HEMORAGIK

Oleh:
Denanda Rahayu
G1A219024

Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior

Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD Raden Mattaher/ Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan


Jambi, Oktober 2020
Pembimbing

dr. Paranita Utama, Sp.N

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus CRS yang berjudul
“STROKE HEMORAGIK”. Tulisan ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Saraf RSUD Raden
Mattaher Kota Jambi.
Terwujudnya laporan kasus CRS ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan,
dan dorongan berbagai pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan
penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Paranita Utama, Sp.N sebagai
pembimbing.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus CRS ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua
pihak. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan
kedokteran dan kesehatan. Semoga kebaikan dan pertolongan semuanya
mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Jambi, Oktober 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS.........................................................................2
BAB 1II ANALISIS KASUS......................................................................48
BAB IV KESIMPULAN.............................................................................51
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................52

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Stroke menurut WHO (World Health Organisation) adalah gangguan otak


fokal ataupun global secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan vaskuler
dan dapat menyebabkan kematian yang berlangsung selama 24 jam atau lebih.1
Berdasarkan studi Global Burden of Disease 2010 (GBD 2010), stroke
adalah penyebab kedua kematian global dan penyebab ketiga disabilitas yang
terukur dalam Disability-adjusted life-years (DALY). Dalam kombinasi beban
penyakit neurologis dan serebrovaskular yang diukur dalam GBD 2010, stroke
hemoragik (35.7%) dan stroke Iskemik (22.4%) berkontribusi paling besar
terhadap proporsi DALY, diikuti migraine dan penyakit neurologik lain.2
Stroke dapat dibagi menjadi dua, yaitu stroke non hemoragik dan stroke
hemoragik, Stroke hemoragik termasuk dalam patologi primer dimana area perdarahan
secara langsung menyebabkan kerusakan jaringan otak. Stroke hemoragik memiliki
prevalensi sekitar 10-15% dari semua stroke dan signifikan lebih tinggi terhadap
morbiditas dan mortalitas dibandingkan stroke iskemik. 3
Resiko terjadinya stroke meningkat seiring dengan usia dan lebih tinggi
pada pria dibandingkan dengan wanita pada usia berapapun. Faktor risiko mayor
meliputi hipertensi arterial, penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, perilaku
merokok, hiperlipoproteinemia, peningkatan fibrinogen plasma dan obesitas. Hal
lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke adalah penyalahgunaan
obat, pola hidup yang tidak baik, dan status social dan ekonomi yang rendah.4
Banyak kasus stroke hemoragik membutuhkan perawatan jangka panjang,
hanya 20% penderita yang dapat hidup secara independen, sedangkan 40% kasus
meninggal dalam 30 hari dan sekitar separuhnya akan meninggal dalam 48 jam.
Sebanyak 80% kasus stroke hemoragik dimana kerusakan diakibatkan pecahnya
pembuluh darah arteri akibat hipertensi kronis atau angiopati amiloid.5

1
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.K
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ds. Nipah Panjang RT 01 Tanjung Jabung Timur
Pekerjaan : IRT
No RM : 191388
MRS : 14 Oktober 2020; 19:15 WIB
Ruang Perawatan : ICU

DAFTAR MASALAH
No Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal
.
1. Kelemahan 13 Oktober 2020 - -
anggota gerak
atas dan bawah
sebelah kanan.
2. Penurunan 13 Oktober 2020 - -
Kesadaran
3. Nyeri kepala 14 Oktober 2020 - -

2
II. DATA SUBYEKTIF (Anamnesis tanggal 05 Maret 2020)
Anamnesis : Autoanamnesis
1. Keluhan Utama : Kelemahan anggota gerak sebelah kanan sejak ± 1 hari
SMRS.
2. Riwayat penyakit Sekarang
a. Lokasi Lengan dan tungkai kanan
b. Onset Mendadak saat sedang berdiri setelah
c. Kualitas Pasien merasa tangan dan kaki kanannya tidak
bisa digerakkan sama sekali
c. Kuantitas Mengganggu aktivitas
d. Kronologi Pasien datang dengan keluhan
kelemahan anggota gerak sebelah kanan sejak ±
1 hari SMRS. Keluhan dirasakan secara
mendadak yang timbul ketika pasien sedang
berbaring sepulang dari berkebun. Kelemahan
anggota gerak kanan membuat pasien tidak bisa
berjalan. Pasien mengatakan sepulang dari
berkebun dirinya masih sempat mandi dan
wudhu, sambil menunggu untuk sholat dzuhur
pasien berbaring, tetapi saat pasien ingin
bangun, tiba-tiba pasien tidak bisa
menggerakkan tangan dan kaki sebelah kirinya.
Awalnya pasien mengeluhkan nyeri kepala
sebelah kanan yang terjadi secara mendadak dan
semakin lama semakin memberat disertai
dengan rasa kesemutan pada tangan dan kaki
sebelah kiri tetapi pasien masih bisa
beraktivitas. Nyeri kepala dirasakan berdenyut
dan terus-menerus. Keluhan juga disertai dengan
mulut mencong ke sebelah kiri (+), bicara pelo
(-), mual (-), muntah (-), demam (-), kejang(-),
penurunan kesadaran (-), BAK dan BAB tidak

3
ada keluhan. Karena keluhan tersebut pasien
dibawa ke RS Chatib Quzwain Sarolangun dan
kemudian di rujuk ke IGD RSUD Raden
Mattaher Jambi.
e. Faktor memperberat Hipertensi (+)
DM (+)
f. Faktor memperingan (-)
g. Gejala yang (-)
menyertai

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat Stroke (+) 7 tahun Os mengalami kelemahan anggota gerak
sebelah kiri
- Riwayat hipertensi (+)
- Riwayat DM (+)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat trauma kepala (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


 Riwayat penyakit yang sama (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat DM (-)
 Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat stroke (-)

5. Riwayat Sosial Ekonomi :


 Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
 Pasien sudah menikah, tinggal bersama suami dan anaknya.
 Pasien memiliki kebiasaan
 Pasien menggunakan BPJS selama dirawat.

4
III. PEMERIKSAAN FISIK (OBJEKTIF)
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2020
1. Keadaan Umum dan Tanda Vital
 Kesadaran : Koma GCS : 6 ( E4 V1 M1)
 Tekanan Darah : 160/100 mmHg
 Nadi : 96 kali/menit
 Respirasi : 19 kali/menit, pernapasan regular
 Suhu : 37 °C
 SpO2 : 99%

2. Status Generalisata
 Kepala : Normocephal (+)
 Mata : Edema palpebra (-/-), conjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor,  ± 3 mm/
± 3 mm, refleks cahaya (+/+), katarak (-/-)
 THT : Dalam batas normal
 Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa kering (-), lidah
hiperemis (-), T1-T1, faring hiperemis (-).
 Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
 Dada : Simetris ka=ki
 Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I dan BJ II regular, gallop (-), murmur (-)
 Paru :
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), fremitus
taktil sama kanan dan kiri

5
Perkusi : Fremitus vokal sama kiri dan kanan, Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), masa (-).
Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (-), undulasi (-),
shifting dullness (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Ekstremitas :
Superior : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)
Inferior : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)

3. Status Psikitus :
- Cara berpikir : Sulit dinilai
- Perasaan hati : Sulit dinilai
- Tingkah laku : Sulit dinilai
- Ingatan : Sulit dinilai
- Kecerdasan : Sulit dinilai

4. Status Neurologi
a. Kesadaran kualitatif : Somnolen
b. Kesadaran kuantitatif (GCS) :6 (E4M1V1)
c. Kepala
- Bentuk : Normocephal
- Simetri : (+)
- Pulsasi : (-)
d. Tanda Rangsang meningeal
- Kaku kuduk : (-)
- Brudzinsky 1 : (-)
- Brudzinsky 2 : (-/-)

6
- Brudzinsky 3 : (-/-)
- Brudzinsky 4 : (-/-)
- Kernig : (-/-)
e. Tanda Rangsang meningeal
- Laseque : Sulit dinilai
- Patrick : Sulit dinilai
- Kontra Patrick : Sulit dinilai
f. Nervus kranialis
Nervus Kranialis Kanan Kiri
N I (Olfaktorius)
Subjektif Sulit dinilai Sulit dinilai
Objektif (dengan bahan) Sulit dinilai Sulit dinilai
N II (Optikus)
Tajam penglihatan Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapangan pandang Sulit dinilai Sulit dinilai
Melihat warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N III (Okulomotorius)
Sela mata Sulit dinilai Sulit dinilai
Ptosis Sulit dinilai Sulit dinilai
Pergerakan bola mata Sulit dinilai Sulit dinilai
Nistagmus Sulit dinilai Sulit dinilai
Ekso/endophtalmus Sulit dinilai Sulit dinilai
Pupil :
bentuk Bulat, ±3 mm Bulat, ±3 mm
reflex cahaya langsung + +
reflex cahayu tidak + +
langsung
Melihat kembar Sulit dinilai Sulit dinilai
N IV (Trochlearis)
Pergerakan bola mata ke Sulit dinilai Sulit dinilai
bawah-dalam
Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai
N V (Trigeminus)
Motorik
Otot Masseter Normal Normal
Otot Temporal Normal Normal
Otot Pterygoideus Normal Normal
Sensorik
Oftalmikus Sulit dinilai Sulit dinilai
Maksila Sulit dinilai Sulit dinilai

7
Mandibula Sulit dinilai Sulit dinilai
N VI (Abdusen)
Pergerakan bola mata Sulit dinilai Sulit dinilai
(lateral)
Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai
N VII (Fasialis)
Mengerutkan dahi Sulit dinilai Simetris
Menutup mata Sulit dinilai Normal
Memperlihatkan gigi Sulit dinilai Paresis N.VII
Senyum Sulit dinilai Paresis N.VII
Sensasi lidah 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N VIII (Vestibulocochlearis)
Suara berbisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Swabach test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
N IX (Glossofaringeus)
Sensasi lidah 1/3 blkg Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks muntah + +
N X (Vagus)
Arkus faring Simetris
Berbicara Normal
Menelan Baik
Refleks muntah Baik
Nadi Normal
N XI (Assesorius)
Menoleh ke kanan + +
Menoleh ke kiri + +
Mengangkat bahu + +
N XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah Lurus ke depan
dijulurkan
Atropi papil -
Tremor lidah -
Disartria -

8
g. Badan dan Anggota Gerak
1. Badan

Motorik Kanan Kiri

Respirasi Simetris Simetris


Duduk Simetris Simetris
Bentuk kolumna
Normal Normal
vertebralis
Pergerakan kolumna
Normal Normal
vertebralis
Sensibilitas Kanan Kiri
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Kanan Kiri
Reflek kulit perut atas Normal Normal
Reflek kulit perut tengah Normal Normal
Reflek kulit perut bawah Normal Normal
Reflek kremaster tidak dilakukan tidak dilakukan

2. Anggota Gerak Atas

Motorik Kanan Kiri

Pergerakan Baik Kurang


Kekuatan 5 3
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas Kanan Kiri

Taktil Normal Normal


Nyeri Normal Normal
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks Fisiologis Kanan Kiri

Biseps + +

Triseps + +

9
Radius + +
Ulna + +
Refleks Patologis Kanan Kiri

Hoffman-Tromner (-) (-)

3. Anggota Gerak Bawah

Motorik Kanan Kiri

Pergerakan Baik Kurang


Kekuatan 5 3
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas Kanan Kiri

Taktil Normal Normal


Nyeri Normal Normal
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Fisiologis Kanan Kiri

Patella + +
Achilles + +
Refleks Patologis Kanan Kiri

Babinsky (-) (+)


Chaddock (-) (+)
Rosolimo (-) (-)
Mendel-Bechtrew (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki (-) (-)

4. Koordinasi, Gait, Keseimbangan

10
 Cara berjalan : Tidak dilakukan
 Test Romberg : Tidak dilakukan
 Disdiadokinesis : Tidak dilakukan
 Ataksia : Tidak dilakukan
 Rebound phenomen : Tidak dilakukan
 Dismetria : Tidak dilakukan

5. Gerakan Abnormal
 Tremor : (-)
 Atetosis : (-)
 Miokloni : (-)
 Khorea : (-)
 Rigiditas : (-)

6. Alat Vegetatif
Miksi : Sulit dinilai
Defekasi : Sulit dinilai

7. Test Tambahan
Test Nafziger : Tidak dilakukan
Tes Valsava : Tidak dilakukan

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Rutin (14 Oktober 2020)

Parameter Hasil Nilai Rujukan


WBC 14,6 x103/mm3 4-10 x 103/mm3
RBC 4,27 x 106/mm3 3,5 -5,5 x 106/mm3
HGB 11,9 g/dl 11-16 g/dl

11
HCT 35,2 % 35-50 %
PLT 297 x 103/mm3 100-300 x 103/mm3
GDS 142 g/dl <200 g/dl

b. Kimia Darah (15 Oktober 2020)

Parameter Hasil Nilai Rujukan


Asam Urat 3,9 mg/dl 2,6-6,0 mg/dl
Kolesterol 207 mg/dl <200 mg/dl
Trigliserida 72 mg/dl <150 mg/dl
HDL 39 mg/dl >34 mg/dl
LDL 154 mg/dl <120 mg/dl

c. Faal Ginjal (14 Oktober 2020)

Parameter Hasil Nilai Rujukan


Ureum 39 mg/dl 15-39 mg/dl
Kreatinin 1,1 mg/dl 0,6-1,1 mg/dl

d. Elektrolit (14 Oktober 2020)

Parameter Hasil Nilai Rujukan


Natrium 144,30 mmol/L 135-148 mmol/L
Kalium 3,15 mmol/L 3,5-5,3 mmol/L
Chlorida 106,10 mmol/L 98-110 mmol/L
Kalsium 1,02 mmol/L 1,19-1,23 mmol/L

Siriraj Stroke Score (SSS)


(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x
tekanan diastolic) – (3 x petanda ateroma) - 12
Keterangan :
Derajat kesadaran : 0 = kompos mentis
1 = somnolen
2 = sopor/koma
Vomitus : 0 = tidak ada ; 1 = ada
Nyeri kepala : 0 = tidak ada ; 1 = ada
Ateroma : 0 = tidak ada ; 1 = salah satu atau lebih : diabetes,

12
angina, penyakit pembuluh darah
Skor > 1 : perdarahan
Skor -1 s.d 1 : perlu CT Scan
Skor < -1 : infark cerebri

Siriraj Stroke Skor pada Ny.K


1. Kesadaran : 2 x 2,5 = 5
2. Muntah : 0 x2= 0
3. Nyeri Kepala :1x2=2
4. Tekanan darah : diastolic 100 x 0,1 = 10
5. Ateroma :1x3 =3
6. Konstante : 12
Jumlah : 5 + 0 + 2 + 10 - 3 - 12 = 2
Interpretasi skor = Perdarahan
Algoritme Gadjah Mada
Penurunan Nyeri kepala Babinski Jenis stroke
kesadaran
+ + + Perdarahan
+ + - Perdarahan
+ - + perdarahan
- - + Iskemik
Hasil : - + + Perdarahan

e. Pemeriksaan Radiologi
1. Rontgen Thorax (02 Maret 2020)

13
Kesan : Perdarahan di thalamus kanan dengan perifokal edema (estimasi
volume ± 3,29 cc)

14
15

b. CT-Scan Kepala tanpa Kontras (02 Maret 2020)

Kesan : Intra serebral haemoregik


Ich vol : 28,1cc
c. EKG
16

6. Diagnosa Banding
- Stroke non hemoragik
- Space Occupying Lession (SOL)

7. Diagnosa
- Diagnosa Klinis : Hemiparese sinistra + Parese N.VII tipe
sentral ec ICH + Hipertensi grade II +
Hipokalsemia
- Diagnosa Topis : Hemisfer dextra (Thalamus)
- Diagnosa Etiologi : Stroke Hemoragik

I. RINGKASAN
S:
• Kelemahan anggota gerak sebelah kiri sejak ± 10 jam SMRS dirasakan secara
mendadak yang timbul ketika pasien sedang berbaring sepulang dari berkebun.
• Awalnya pasien mengeluhkan nyeri kepala sebelah kanan yang terjadi secara
mendadak dan semakin lama semakin memberat. Nyeri kepala dirasakan berdenyut
dan terus-menerus.
• Awalnya pasien juga mengeluhkan rasa kesemutan pada tangan dan kaki sebelah kiri
tetapi pasien masih bisa beraktivitas.
• Keluhan juga disertai dengan mulut mencong ke sebelah kiri (+), bicara pelo (-), mual
(-), muntah (-), demam (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-), BAK dan BAB tidak
ada keluhan.
• Riwayat stroke disangkal
• Riwayat hipertensi tidak diketahui
• Riwayat DM disangkal
• Riwayat trauma kepala disangkal
17

• Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak muda

O:
Kesadaran : Compos Mentis GCS : 15 ( E4 V5 M6)
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 71 kali/ menit
Respirasi : 20 kali/ menit, pernapasan regular
Suhu : 36,6°C
 Pemeriksaan darah rutin : dalam batas normal
 Pemeriksaan elektrolit : Hipokalsemia

A:
Diagnosa Klinis : Hemiparese sinistra + Parese N.VII tipe
sentral ec ICH + Hipertensi grade II +
Hiperuricemia
Diagnosa Topis : Hemisfer dextra (Thalamus)
Diagnosa Etiologi : Stroke Hemoragik
Diagnosa Banding : Stroke Non-Hemoragik, SOL

P:
Non Medikamentosa :
- Bed Rest
- O2 Nasal Canul 4 Liter/menit
- Elevasi kepala 30 derajat
- Konsul Spesialis Saraf
- Latihan anggota gerak (Fisioterapi)

Medikamentosa :
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm + Ketorolac drip 30 mg
- Inj. Citicoline 2 x 1 gram
- Inj. Omeprazole 1 x 40 mg
18

- Inj. Furosemide 2 x 20 mg
- PO: Amlodipin 1 x 10 mg (pagi)

Pemeriksaan anjuran :
o Laboratorium : darah rutin, elektrolit, faal ginjal (ureum/kreatinin), faal hati, faal
lemak
o CT-Scan Kepala tanpa Kontras

Mx :
Pantau tanda-tanda vital dan status neurologi

Ex :
Memberi penjelasan kepada keluarga mengenai keadaan pasien dan terapi yang akan
diberikan, rencana rawat, masa dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen nyeri,
risiko, dan komplikasi. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan kontrol
secara teratur.

II. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
19

IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN


Tanggal S O A P

09- 09- Kelumpuhan KU: Tampak sakit sedang - Kesan - O2 3 liter Nasal
Canul
2020 anggota gerak lateralisasi
Kesadaran: stupor - GCS
kiri (+) ke kiri e.c - IVFD Nacl
Jam 11 (E3V3M5) TTV:
ICH - 0,9% 20 tpm - Drip
06.30 Penurunan
TD: 170/100 mmHg manitol 4 x 125 cc
Hipertensi
kesadaran (+)
N: 90x/m RR: 30x/m
grade II - Inj. Citicolin 2 x
Nyeri kepala T: 36,8˚C 1000mg
- Asma
(+) SpO2 : 95% dengan - Inj. Omeprazole
1x40mg
O2 3 L bronkial
- PNGT
PF generalisata :
Onset hari ke Amlodipin 1x10mg
- Paru : wheezing – - Kateter
ekspirasi (+/+) 3 - NGT
PF neurologi - Konsul Sp.P
N.VII
- Mengerutkan dahi (+)

- Menutup mata (+)


- Lipatan nasolabial
(tidak simetris)
- Mencucu (-)
- Menggembungkan
pipi (-)

N.XII
Deviasi lidah (+) ke
kanan

Mejulurkan lidah (-)


20

10- 09- Kelumpuhan KU: Tampak sakit sedang - Kesan - O2 3 liter Nasal
Canul
2020 anggota gerak lateralisasi
Kesadaran: stupor - GCS
kiri (+) ke kiri e.c - IVFD Nacl
Jam 12 (E3V3M6) TV:
ICH - 0,9% 20 tpm - Drip
06.30 Penurunan
TD: 160/100 mmHg manitol 4 x 125 cc
Hipertensi
kesadaran (+)
N: 88x/m RR: 32x/m
grade II - Inj. Citicolin 2 x
Nyeri kepala T: 37,2˚C 1000mg
- Asma
(+) SpO2 : 95% dengan - Inj. Omeprazole
1x40mg
O2 3 L bronkial
- PNGT
Amlodipin 1x10mg
PF generalisata : Onset hari ke - PNGT
- Paru : wheezing – salbutamol 3x2mg
ekspirasi (+/+) 4 - Kateter
- NGT

PF neurologi
N.VII
- Mengerutkan dahi
(+)

- Menutup mata (+)


- Lipatan nasolabial
(tidak simetris)
- Mencucu (-)
- Menggembungkan
pipi (-)

N.XII
Deviasi lidah (+) ke
kanan

Mejulurkan lidah (-)


21

11- 09- Kelumpuha KU: Tampak sakit sedang - Kesan - O2 3 liter Nasal Canul
2020 lateralisasi
n anggota - IVFD Nacl 0,9% 20
Kesadaran: somnolen
Jam ke kiri e.c tpm
gerak kiri - GCS 13
06.30 ICH - Drip manitol 4 x 125
(+) (E3V4M6) TV: cc
- Hipertensi
Penurunan TD: 150/90 mmHg - Inj. Citicolin 2 x
grade I -
kesadaran 1000mg
N: 112x/m Asma
(+) bronchial - Inj. Omeprazole
RR: 28 x/m 1x40mg
Nyeri kepala T: 39,2˚C - Ulkus
- Inj. Furosemid
(+) BAB SpO2 : 95% dengan dekubitus 2x20mg
cair, - PNGT Amlodipin
O2 3 L
berlendir, 1x10mg
frekuensi PF Generalisata : - Diare akut
6x - PNGT Candesartan
- Wheezing 1x16mg
ekspirasi Onset hari ke
–5 - PNGT Paracetamol
(+/+)
4x500mg
- Ulkus soliter di
- Kateter
regio gluteus sinistra
- NGT
- Konsul Sp.PD
PF neurologi - Konsul Sp.GK
N.VII
- Mengerutkan dahi
(+)
- Menutup mata (+)
- Lipatan nasolabial
(tidak simetris)
- Mencucu (-)
- Menggembungka
n pipi (-)

N.XII
Deviasi lidah (+) ke
kanan

Mejulurkan lidah (-)


12- 09- Kelumpuha KU: Tampak sakit sedang - Kesan - O2 3 liter Nasal
2020 lateralisasi Canul
n anggota Kesadaran: somnolen
Jam ke kiri e.c - IVFD Nacl
gerak kiri
22

06.30 (+) GCS 13 (E3V4M6) TV: ICH 0,9% 20 tpm

D: 140/90 mmHg - Hipertensi - Drip manitol 2


Penurunan
x 125 cc
kesadaran N: 112x/m grade I -
Asma - Inj. Citicolin 2
(+) Nyeri RR: 28 x/m x 1000mg
bronchial
kepala T: 39,2˚C pO2 : 95% - Inj.
- Ulkus
Omeprazole 1x40mg
(+) dengan O2 3 L
berkurang dekubitus - Inj.
BAB cair, F Generalisata : Metronidazol 3x500mg
berlendir, - Wheezing ekspirasi - Diare akut - Inj. Ceftriaxone
frekuensi 5x 2x2gr
(+/+)
- Ulkus soliter di regio - Inj. Furosemid
2x20mg
gluteus sinistra Onset hari ke
– - PNGT
Amlodipin 1x10mg
5
F neurologi - PNGT
Candesartan 1x16mg
N.VII
- PNGT
Mengerutkan dahi (+) Paracetamol
Menutup mata (+) 4x500mg
Lipatan nasolabial - PNGT Zinc
(tidak simetris) 1x20mg
Mencucu (-) - Attapulgite
3x1tab
Menggembungkan pipi
- Nutrisi 1500
(-)
kkal
N.XII
- Miring kanan,
Deviasi lidah (+) ke
miring kiri tiap 2 jam -
kanan
Kateter
Mejulurkan lidah (-)
- NGT
- GV luka
23

13- 09- Kelumpuha - KU: Tampak sakit - Kesan - O2 3 liter


2020 lateralisasi ke Nasal Canul
n anggota sedang
Jam kiri e.c ICH - IVFD Nacl
gerak kiri
06.30 - Kesadaran: 0,9% 20 tpm
(+) - Hipertensi
somnolen - Drip
grade I -
Penurunan manitol 2 x 125 cc
- GCS 13 (E3V4M6) Asma
kesadaran - Inj.
- TV: bronchial
Citicolin 2 x
(+) Nyeri - Ulkus 1000mg
TD: 130/90 mmHg
kepala dekubitus - Inj.
NN: 108x/m Omeprazole
- Diare akut
(+) RR: 26 x/m 1x40mg
berkurang
BAB cair, T: 38,4˚C - Inj.
Onset hari ke – Metronidazol
frekuensi 3x SpO2 : 95% dengan 6 3x500mg
O2 3 L - Inj.
Ceftriaxone 2x2gr
PF Generalisata :
- Inj.
- Wheezing ekspirasi
Furosemid 2x20mg
(+/+)
- PNGT
- Ulkus soliter di Amlodipin
regio gluteus 1x10mg

sinistra - PNGT
Candesartan
1x16mg
PF neurologi - PNGT
Paracetamol
N.VII
4x500mg
- Mengerutkan dahi
- PNGT Zinc
(+) 1x20mg
- Menutup mata (+) - PNGT
Attapulgite 3x1tab
- Lipatan nasolabial
- Nutrisi
(tidak simetris)
1500 kkal
- Mencucu (-)
- Miring
- Menggembungkan
kanan, miring kiri
pipi (-)
tiap 2 jam - Kateter
N.XII
- NGT
Deviasi lidah (+) ke
- GV luka
kanan
24

Mejulurkan lidah (-)

14- 09- Kelumpuha - KU: Tampak sakit - Kesan - O2 3 liter


2020 lateralisasi ke Nasal Canul
n anggota sedang
Jam kiri e.c ICH - IVFD Nacl
gerak kiri - Kesadaran:
06.30 0,9% 20 tpm
(+) - Prehipertensi
somnolen - Drip
- Asma manitol 2 x 125 cc
Penurunan - GCS 13 (E3V4M6) bronchial
kesadaran - Inj.
- TV: - Ulkus Citicolin 2 x
(+) Nyeri dekubitus 1000mg
TD: 130/80 mmHg
kepala - Inj.
NN: 86 x/m Omeprazole
(+) Onset hari ke –
RR: 25 x/m 1x40mg
berkurang 7
BAB cair, T: 37,1˚C - Inj.
frekuensi Metronidazol
SpO2 : 95% dengan 3x500mg
1x, ampas
(+) O2 3 L - Inj.
Ceftriaxone 2x2gr
PF Generalisata :
- Inj.
- Wheezing ekspirasi Furosemid 2x20mg
(+/+) - PNGT
- Ulkus soliter di Amlodipin
1x10mg
regio gluteus
- PNGT
sinistra
Candesartan
1x16mg

PF neurologi - PNGT
Paracetamol
N.VII
4x500mg
- Mengerutkan dahi
- PNGT Zinc
(+) 1x20mg
- Menutup mata (+) - Nutrisi
1500 kkal
- Lipatan nasolabial
- Miring
(tidak simetris)
kanan, miring kiri
- Mencucu (-)
tiap 2 jam - Kateter
- Menggembungkan
pipi (-) - NGT
25

N.XII - GV luka
Deviasi lidah (+) ke
kanan

Mejulurkan lidah (-)

15- 09- Kelumpuha - KU: Tampak sakit - Kesan - O2 3 liter


2020 Nasal Canul
n anggota sedang lateralisasi ke
Jam - IVFD Nacl
gerak kiri kiri e.c ICH -
06.30 - Kesadaran: 0,9% 20 tpm
(+) Prehipertensi
somnolen - Drip
Penurunan - Asma manitol 1 x 125 cc
- GCS 13 (E3V4M6)
kesadaran bronchial - Inj.
- TTV: Citicolin 2 x
(+) Nyeri 1000mg
TD: 130/80 mmHg - Ulkus
kepala - Inj.
NN: 86 x/m dekubitus
Omeprazole
(+) RR: 25 x/m 1x40mg
berkurang
BAB cair, T: 37,1˚C Onset hari ke – - Inj.
frekuensi Metronidazol
SpO2 : 95% dengan 8 3x500mg
1x, ampas
(+) O2 3 L - Inj.
Ceftriaxone 2x2gr
PF Generalisata :
- Inj.
- Wheezing ekspirasi Furosemid 2x20mg
(+/+) - PNGT
- Ulkus soliter di Amlodipin
1x10mg
regio gluteus
- PNGT
sinistra
Candesartan
1x16mg

PF neurologi - PNGT
Paracetamol
N.VII
4x500mg
- Mengerutkan dahi
- PNGT Zinc
(+) 1x20mg
- Menutup mata (+) - Nutrisi
1500 kkal
- Lipatan nasolabial
- Miring
(tidak simetris)
kanan, miring kiri
- Mencucu (-)
tiap 2 jam - Kateter
26

- Menggembungkan - NGT
pipi (-) - GV luka

N.XII
Deviasi lidah (+) ke
kanan

Mejulurkan lidah (-)


16- 09- Kelumpuha - KU: Tampak sakit - Kesan - O2 3 liter
2020 Nasal Canul
n anggota sedang lateralisasi ke
Jam - IVFD Nacl
gerak kiri - Kesadaran: kiri e.c ICH -
06.30 0,9% 20 tpm
(+) Prehipertensi
somnolen - Drip
Penurunan - Asma manitol 1 x 125 cc
- GCS 13 (E3V4M6)
kesadaran bronchial - Inj.
- TTV: Citicolin 2 x
(+) Nyeri 1000mg
TD: 130/80 mmHg - Ulkus
kepala - Inj.
NN: 84 x/m dekubitus
Omeprazole
(+) 1x40mg
RR: 25 x/m
berkurang
BAB cair, T: 36,8 ˚C Onset hari ke – - Inj.
frekuensi Metronidazol
SpO2 : 95% dengan 9 3x500mg
1x, ampas
(+) O2 3 L - Inj.
Ceftriaxone 2x2gr
PF Generalisata :
- Inj.
- Wheezing ekspirasi Furosemid 2x20mg
(+/+) - PNGT
- Ulkus soliter di Amlodipin
1x10mg
regio gluteus
- PNGT
sinistra
Candesartan
1x16mg

PF neurologi - PNGT
Paracetamol
N.VII
4x500mg
- Mengerutkan dahi
- PNGT Zinc
(+) 1x20mg
- Menutup mata (+) - Nutrisi
1500 kkal
- Lipatan nasolabial
- Miring
(tidak simetris)
kanan, miring kiri
- Mencucu (-)
27

- Menggembungkan tiap 2 jam - Kateter


pipi (-) - NGT
N.XII - GV luka
Deviasi lidah (+) ke
kanan

Mejulurkan lidah (-)

17- 09- Kelumpuha - KU: Tampak sakit - Kesan - O2 3 liter


2020 Nasal Canul
n anggota sedang lateralisasi ke
Jam - IVFD Nacl
gerak kiri - Kesadaran: kiri e.c ICH -
06.30 0,9% 20 tpm
(+) Prehipertensi
somnolen - Drip
Penurunan - Asma manitol 1 x 125 cc
- GCS 13 (E3V4M6)
kesadaran - Inj.
- TTV: bronchial
(+) Citicolin 2 x
- Ulkus 1000mg
TD: 130/80 mmHg
dekubitus - Inj.
NN: 84 x/m Omeprazole
RR: 24 x/m 1x40mg
T: 36,8 ˚C Onset hari ke – - Inj.
Metronidazol
SpO2 : 95% dengan 10 3x500mg
O2 3 L - Inj.
Ceftriaxone 2x2gr
PF Generalisata :
- Inj.
- Wheezing ekspirasi Furosemid 2x20mg
(+/+) - PNGT
- Ulkus soliter di Amlodipin
1x10mg
regio gluteus
- PNGT
sinistra
Candesartan
1x16mg

PF neurologi - PNGT
Paracetamol
N.VII
4x500mg
- Mengerutkan dahi
- PNGT Zinc
(+) 1x20mg
- Menutup mata (+) - Nutrisi
1500 kkal
- Lipatan nasolabial
- Miring
(tidak simetris)
28

- Mencucu (-) kanan, miring kiri


- Menggembungkan tiap 2 jam - Kateter
pipi (-) - NGT
N.XII - GV luka
Deviasi lidah (+) ke
kanan

Mejulurkan lidah (-)

18- 09- Kelumpuha - KU: Tampak sakit - Kesan - O2 3 liter


2020 Nasal Canul
n anggota ringan lateralisasi ke
Jam - IVFD Nacl
gerak kiri - Kesadaran: kiri e.c ICH
06.30 0,9% 20 tpm
(+) somnolen - Prehipertensi - Inj.
Penurunan - Asma Citicolin 2 x
- GCS 13 (E3V4M6) 1000mg
kesadaran
- TTV: bronchial
(+) - Inj.
- Ulkus Omeprazole
TD: 130/80 mmHg 1x40mg
N: 80 x/m dekubitus
- Inj.
RR: 24 x/m Onset hari ke – Metronidazol
3x500mg
T: 36,9 ˚C 11
- Inj.
SpO2 : 95% dengan Ceftriaxone 2x2gr
O2 3 L - Inj.
Furosemid 2x20mg
PF Generalisata :
- PNGT
- Wheezing ekspirasi Amlodipin
(+/+) 1x10mg
- Ulkus soliter - PNGT
Candesartan
di regio gluteus
1x16mg
sinistra
- PNGT
PF neurologi N.VII Paracetamol

- Mengerutkan dahi 4x500mg

(+) - PNGT Zinc


1x20mg
- Menutup mata (+) - Nutrisi
- Lipatan nasolabial 1500 kkal
(tidak simetris) - Miring
- Mencucu (-) kanan, miring kiri
29

- Menggembungkan tiap 2 jam - Kateter


pipi (-) - NGT
N.XII - GV luka
Deviasi lidah (+) ke
kanan

Mejulurkan lidah (-)


30

19- 09- Kelumpuha - KU: Tampak sakit - Kesan - O2 3 liter


2020 Nasal Canul
n anggota ringan lateralisasi
Jam - IVFD Nacl
gerak kiri ke kiri e.c
06.30 - Kesadaran: 0,9% 20 tpm
(+) ICH -
somnolen - Inj. Citicolin
Prehiperten 2 x 1000mg
Penurunan - GCS 13 (E3V4M6)
kesadaran si - Inj.
(+) - TTV: Omeprazole
- Asma 1x40mg
TD: 130/80 mmHg
- Inj.
N: 82 x/m bronchial Metronidazol
RR: 24 x/m 3x500mg
- Ulku
T: 36,7 ˚C - Inj.
Ceftriaxone 2x2gr
SpO2 : 95% dengan dekubitus
- Inj.
O2 3 L Onset hari ke Furosemid 2x20mg
– - PNGT
PF Generalisata :
12 Amlodipin 1x10mg
- Wheezing ekspirasi
- PNGT
(+/+) Candesartan
- Ulkus soliter 1x16mg
di regio gluteus - PNGT
Paracetamol
sinistra
4x500mg
PF neurologi N.VII
- PNGT Zinc
- Mengerutkan dahi 1x20mg
(+) - Nutrisi 1500
kkal
- Menutup mata (+)
- Miring
- Lipatan nasolabial
kanan, miring kiri
(tidak simetris)
tiap 2 jam - Kateter
- Mencucu (-)
- Menggembungkan - NGT

pipi (-) - GV luka

N.XII Deviasi lidah


(+) ke kanan
Mejulurkan lidah (-)
31

BAB III
ANALISIS MASALAH

Berdasarkan anamnesis, pasien laki-laki 47 tahun datang dengan keluhan


utama kelemahan anggota gerak kiri dengan onset mendadak atau tiba – tiba.
Parese atau plegi yang bersifat mendadak hanya memiliki dua etiologi yang
mungkin yaitu vaskuler dan trauma, namun plegi pada pasien ini tidak didahului
oleh trauma, maka diagnosa banding teratas di tahap ini adalah stroke yang
disebabkan oleh gangguan vaskuler. Stroke sendiri adalah suatu gangguan fungsi
saraf akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah otak yang terjadi secara
mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam yang
menyebabkan gangguan baik fokal ataupun global. Hal ini sesuai dengan kondisi
keluhan utama pada pasien ini. Namun, tipe lesi berupa UMN atau LMN harus
dikonfirmasi kembali dengan pemeriksaan fisik.

Pasien juga mengeluhkan keluhan muncul saat beraktivitas. Aktivitas


memicu terjadinya tekanan darah yang meningkat secara tiba – tiba sehingga
dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah pada otak. Keluhan disertai pula
dengan nyeri kepala berdenyut, Berdasarkan literature, nyeri kepala merupakan
tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial. Satu – satunya peningkatan
tekanan intracranial yang terjadi dalam waktu yang cepat adalah karena adanya
perdarahan, maka sejauh ini diagnosa yang paling memungkinkan adalah stroke
hemoragik. Hal ini akan dikonfirmasi kembali dengan algoritma gajah mada dan
siriraj stroke score setelah dilakukan pemeriksaan fisik.

Selanjutnya, berdasarkan anamnesis kepada pasien dan keluarga, pasien


mengalami penurunan kesadaran semenjak kejadian hingga dibawa ke rumah
sakit. Namun tidak tejadi lucid interval, maka perdarahan subarachnoid dan
pendarahan epidural untuk sementara dapat disingkirkan dan dikonfirmasi
kembali dengan pemeriksaan fisik. Sejauh ini, diagnosa yang paling
memungkinkan adalah stroke hemoragik ec perdarahan intraserebral.

Penglihatan kabur, penglihatan dua, gangguan pendengaran, gangguan


penciuman, gangguan pengecapan disangkal. Hal ini menunjukkan tidak ada

31
32

33
gangguan sensorik nervus cranialis pasien. Namun hal tersebut di atas harus
dikonfirmasi kembali dengan pemeriksaan fisik nervus cranialis. Buang air kecil
dan buang air besar tidak ada keluhan, hal ini menunjukkan tidak terdapat
gangguan fungsi vegetatif pada pasien ini.

Selain itu, dari anamnesis didapatkan pasien berjenis kelamin laki – laki
dan berusia 47 tahun sehingga dua hal ini meningkatkan risiko terjadinya stroke.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi dan obesitas sehingga meningkatkan risiko
stroke.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran GCS 11 (E3V3Mx), TD


180/110 mmHg dan tanda vital lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan
kesadaran pasien diberi rangsangan suara dengan cara dipanggil namun tidak ada
respon. Pasien lalu diberikan rangsangan nyeri pada sternum, Pasien bisa
melokalisir nyeri hanya dengan tangan kanannya saja. Sehingga pada pasien ini
didapatkan kesadaran kualitatifnya adalah stupor. Berdasarkan Konsensus
Penatalaksanaan Hipertensi 2019 oleh PERHI, pasien ini didiagnosa dengan
hipertensi grade III.

Dari pemeriksaan status generalisata pupil isokor namun mulut tampak


miring ke kiri, hal ini menunjukkan adanya kelainan pada nervus cranialis VII
namun tetap harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan nervus cranialis sedangkan
yang lainnya didapatkan dalam batas normal. Selanjutnya Pada pemeriksaan tanda
rangsang meningeal didapatkan hasil negatif yang menunjukkan tidak ada
keterlibatan meningen, maka kemungkinan perdarahan subarachnoid dapat
disingkirkan.

Pada pemeriksaan kekuatan motorik, didapatkan hilangnya pergerakan


pada ekstremitas superior et inferior sinistra dengan kesan lateralisasi ke kiri dan
merujuk pada lesi UMN karena kelemahan motorik disertai dengan eutrofi
sedangkan pada lesi LMN akan cenderung ditemukan kondisi atrofi. Namun
sekali lagi, hal ini harus kembali dikonfirmasi dengan pemeriksaan neurologis
lainnya.

32
33

Selanjutnya ditentukan apakah stroke yang dialami Tn. B adalah stroke


iskemik dan stroke hemoragik berdasarkan tanda dan gejala klinis yang telah
diamati. Berdasarkan literature, hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti
algoritma gajah mada dan juga siriraj stroke score. Pada pasien ini didapatkan
adanya penurunan kesadaran dan nyeri kepala. Kondisi Tn. S memenuhi 2 dari 3
kriteria yang dinilai pada algoritma gajah mada, maka dasar penegakan diagnosa
stroke hemoragik pada Tn. S semakin kuat.

Berdasarkan Siriraj Stroke Score, skor > 1 merujuk pada stroke hemoragik
Siriraj Stroke Skor pada Tn. S:

1. Kesadaran : 2x 2,5 = 5
2. Muntah :0x2 = 0
3. Nyeri Kepala : 1x 2 = 2
4. Tekanan darah : diastolic 110 x 0,1 = 11
5. Ateroma (DM, Angina pectoris) : 0 x -3 = 0
6. Konstante : - 12
Jumlah : 5 + 0 + 2+ 11– 0 – 12 = 6
Interpretasi skor -0,5 berarti perdarahan

33
34

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka pada Tn. B ditegakkan


diagnose klinis berupa kesan lateralisasi ke kiri et paresis nervus VII sentral
sinistra tipe UMN ec stroke suspek ICH

Diagnosis pasien ini didasarkan pada anamnesis didapatkan kelumpuhan anggota


gerak yang terjadi secara mendadak ketika sedang beraktivitas, nyeri kepala,
penurunan kesadaran, tidak ada tanda rangsang meningeal. Adanya kelumpuhan
pada anggota gerak kiri disebabkan karena adanya perdarahan intracranial.
Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena adanya peningkatan tekanan darah
yang terjadi secara tiba – tiba sehingga sering terjadi pada saat sedang
beraktivitas. Diduga terjadi kerusakan di daerah motorik dan sensorik di hemisfer
serebri kanan sehingga ditegakkan diagnosa topis berupa hemisfer serebri dextra.
Diagnosa etiologi pada pasien ini adalah vascular dan diagnosa sekunder
hipertensi grade III , obesitas grade II, dan asma bronchial intermitten derajat
sedang.

Pada pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan darah rutin ditemukan leukosit


12.300/mm3. Peningkatan leukosit disini bisa terjadi karena perdarahan yang
terjadi di otak. Pasien disarankan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu
CT Scan kepala sebagai gold standard penegakan diagnose stroke. didapatkan
hasil adanya perdarahan Intraserebral sinistra.

Pasien ini kemudian dirawat, bed rest dengan kepala diposisikan 30 derajat,
diberikan terapi medikamentosa dan fisioterapi. Medikamentosa yang diberikan
berupa O2 3L /menit via nasal canul, IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i, Inf. Manitol 20%
4 x 125 cc, Inj. Omeprazole 2 x 40 mg, Inj citicoline 2 x 1 gr dan PNGT
Amlodipin 10mg. Oksigen diberikan pada stroke akut untuk menjaga saturasi >
95%. Cairan yang diberikan berupa NaCl 0.9% sesuai dengan guideline stroke
akut yang dianjurkan oleh PERDOSSI. Infus manitol diberikan untuk
mengendalikan peningkatan tekanan intracranial pada pasien ini dengan dosis
yaitu 0,5 – 1 mg/kgBB/hari. Untuk mencegah timbulnya mual dan muntah akibat
dari asam lambung pada pasien ini maka diberikan golongan proton pump
inhibitor yaitu omeprazole infus 2 x 40 mg. Tekanan darah dibutuhkan pada
pasien stroke untuk mempertahankan perfusi jaringan. Penurunan tekanan darah

34
35

yang tinggi pada stroke akut sebagai tindakan rutin tidak dianjurkan karena
kemungkinan dapat memperburuk kerusakan neurologis akibat hipoperfusi pada
jaringan otak. Sehingga Pasien ini diberikan antihipertensi pada hari pertama
karena tekanan darah 180 mmHg untuk systole dan 110 mmHg untuk diastole
yaitu amlodipin perNGT 1 x 10 mg. Citicoline 2 x 1 gr diberikan untuk
meningkatkan metabolisme otak dengan meningkatkan sintesis asetilkolin dan
memulihkan fosfolipid konten di otak. Selanjutnya dilakukan pemantauan
kesadaran, tanda – tanda vital, dan status neurologis termasuk kejang. Terapi ini
sesuai dengan teori penatalaksanaan stroke hemoragik.

35
36

BAB V
KESIMPULAN

Stroke hemoragik adalah ekstravasasi darah yang berlangsung spontan dan


mendadak ke dalam parenkim otak yang bukan disebabkan oleh trauma (non
traumatis). Stroke hemoragik umumnya di dahului oleh kerusakan dinding
pembuluh darah kecil otak akibat hipertensi.
Penelitian menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47% wanita dan 53%
laki-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78%) berumur lebih dari 60 tahun.
Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki
menunjukkan outcome yang lebih buruk.
Hipertensi merupakan penyebab terbanyak (72-81%). Perdarahan
intraserebral spontan yang tidak berhubungan dengan hipertensi, biasanya
berhubungan dengan diskrasia darah, hemartroma, neoplasma, aneurisma, AVM,
tumor otak metastasis, pengobatan dengan antikoagulans, gangguan koagulasi
seperti pada leukemia atau trombositopenia, serebralarteritis, amyloid angiopathy
dan adiksi narkotika.
Banyak faktor resiko yang mengakibatkan seseorang terkena stroke yaitu :
tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis kelamin, gen, ras) dan dapat dimodifikasi
(riwayat stroke, penyakit jantung coroner, hipertensi, diabetes mellitus, TIA,
dislipidemia, obesitas, merokok).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala dan tanda klinis serta
gambaran radiologis. Pencitraan dengan CT-Scan mendukung penegakan
diagnosis stroke hemoragik. Penatalaksanaan stroke hemoragik terdiri dari
penatalaksanaan umum dan khusus.
Prognosis stroke hemoragik dipengaruhi oleh letak, ukuran dan derajat
kesadaran.

36
37

DAFTAR PUSTAKA

1. Setyopranoto I. 2011. Stroke: Gejala dan penatalaksanaan in CDK 185/Vol.38


no.4/Mei-Juni 2011
2. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Guideline Stroke 2011. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia: Jakarta, 2011.
3. Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Riskesdas (hal. 129). Jakarta:
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
4. Hossman, K.A., Heiss W.D., and Michael B. (2010). Textbook of Stroke
Medicine. Cambrigde University Press. Section 1: 13
5. Haynes, E., Pancioli, A., Shaw, G., & Woo, D. 2012. Peripheral Leucocytes
and Intracerebral Hemorrhage. Opeolu Ohio Edu, 22: 221-228
6. Moore KL dan Agur AMR. 2002. Anatomi Klinis Dasar. alih bahasa, Hendra
Laksman. (Ed) Vivi Sadikin dan Virgi Saputra. Jakarta: EGC. Hlm 361-364.
7. Chakrabarty, Arundhaty, Shivane Aditya. 2008. Pathology of intracerebral
haemorrhage. National Health Service UK
8. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview.
9. Perdarahan Intraserebral Hipertensif Abdul Gofar Sastrodiningrat Divisi Ilmu
Bedah Saraf Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, Medan Suplemen Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39
No. 3 September 2006
10. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New
York. Thieme Stuttgart. 2000
11. Marder, C.P., Fink, K.R.T., Fink, J.R., and Narla, V. (2014).
Subarachnoidhemorrhage: beyond aneurysm. Review: Neuroradiology.
Department of Radiology, University of Washington. AJR:202, Pages 25-37.
12. Zazulia A. Intracerebral Hemorrhage, Primary. Elsevier Saunders.
Philadelphia; 2014.

37
38

13. Caplan, L.R. 2000. Caplan’s Stroke : A Clinical Approach. 3 rd ed.


Butterworth-Heinemann. Boston
14. Cordonnier, C. R. (2014). Stroke and Cerebrovascular. o.-t. intracerebral,
Oxford Textbook (hal. 51-53). United Kingdom: Oxford University Press.
15. Carhuapoma, J.R.; Mayer, S.A.; Hanley, D.F. 2010. Intracerebral
Hemorrhage.Cambridge University Press. New York
16. Perdossi. (2011). Guidline Stroke. Jakarta: Perdossi.
17. Rajguru, M., Agrawal, A., Kumar, N.S.S., and Kumar, T.A. 2014. An
overview of clinical and therapeutic implications of citicoline. Narayana
Medical Journal. Vol. 3. 2 : 2.
18. Doijad, R.C., Pathan A.B., Pawar, N.B., Baraskar, S.S., Maske, V.D., and
Gaikwad, S.L. (2012). Therapeutic Applications of Citicoline and Piracetam
as Fixed Dose Combination. Review Article: Asian Journalof Biomedical &
Pharmaceutical Sciences, 2 (12) : 15-20.
19. Setiawan. Stroke Hemoragik dalam Stroke pengelolaan mutakhir. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang : 1992

38

Anda mungkin juga menyukai