Manajemen Terapi
Hipertensi Urgensi dan
Hipertensi Emergensi
Ketika keadaan darurat hipertensi telah terdiagnosis segera mulai terapi obat antihipertensi. Sering sebelum hasil semua
penelitian laboratorium tersedia. Setelah pasien lebih stabil secara klinis, investigasi penyebab presentasi harus dilakukan.
Algoritme diagnosis dan manajemen krisis hipertensi
Sumber: Setiyohadi B, A Nasution S, Moda Arsana P. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta Pusat: Interna Publishing;
2019.
Tatalaksana
Terapi Non-Farmakologis
Diet rendah garam (Natrium Klorida (1.5-3.8 gram/hari)
Diet DASH (konsumsi bahan makan tinggi buah dan sayuran (8-10 serving/hari), rendah lemak dan kolesterol
Tatalaksana
Terapi Farmakologis
Tatalaksana
Terapi Farmakologis
Tatalaksana
Terapi Farmakologis
Penggunaan obat-obatan antihipertensi berdasarkan pada tipe kerusakan organ target.
Emergency condition Preffered Agent Comments
Drug of Choice Second line drugs
Neurologic
Hypertensive encephalopathy Nitroprusside Labetalol or nicardipine Avoid methyldopa and diazoxide
Cardiac
Aortic dissection ꞵ-blocker + nitroprusside Labetalol, trimethaphan Titrate BP to the lowest possible level
Avoid hydralazine, diazoxide
Adrenergic crisis
Pheochromacytoma Cocaine Nitroprusside + ꞵ-blocker Phentolamine
Eclampsia Methyldopa Hydralazine Avoid diuretics, sodium nitroprusside
Magnesium sulfate (do not use with calcium
channel blocker)
Sumber: Setiyohadi B, A Nasution S, Moda Arsana P. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta Pusat: Interna Publishing;
2019.
Tatalaksana
Terapi Farmakologis
Obat hipertensi oral yang dipakai di Indonesia
Kesimpulan
Krisis hipertensi kegawatan yang sering dijumpai di IGD. Hipertensi emergensi (darurat), peningkatan tekanan
darah sistolik > 180 mmHg atau diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ terget sedangkan
hipertensi urgensi (mendesak), yaitu peningkatan tekanan darah seperti pada hipertensi emergensi namun tanpa
disertai kerusakan organ target.
Faktor penyebab hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami. Peningkatan tekanan darah yang
mendadak menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol yang berdampak pada kerusakan vaskular,
deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi.
Kesimpulan
Manajenem penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi urgensi dengan pemberian obat-obatan oral aksi cepat
akan menurunkan tekanan darah dalam 24 jam awal.
Terapi hipertensi emergensi disesuaikan tergantung pada kerusakan organ target. Managemen tekanan darah dilakukan
dengan obat-obatan parenteral secara tepat dan cepat. Pasien harus berada di dalam ruangan/ ICU agar monitoring
tekanan darah bisa dikontrol dengan pemantauan yang tepat.
Terima kasih