0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan4 halaman
Chorea latrogenik adalah jenis chorea yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan seperti obat antipsikosis. Gejalanya berupa gerakan tidak terkendali pada anggota gerak seperti jari dan tangan yang menyebar ke seluruh tubuh. Diagnosanya didasarkan pada riwayat penggunaan obat dan gejala klinis seperti gerakan tiba-tiba dan meningkat saat stres. Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan seperti MRI dan PET d
Chorea latrogenik adalah jenis chorea yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan seperti obat antipsikosis. Gejalanya berupa gerakan tidak terkendali pada anggota gerak seperti jari dan tangan yang menyebar ke seluruh tubuh. Diagnosanya didasarkan pada riwayat penggunaan obat dan gejala klinis seperti gerakan tiba-tiba dan meningkat saat stres. Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan seperti MRI dan PET d
Chorea latrogenik adalah jenis chorea yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan seperti obat antipsikosis. Gejalanya berupa gerakan tidak terkendali pada anggota gerak seperti jari dan tangan yang menyebar ke seluruh tubuh. Diagnosanya didasarkan pada riwayat penggunaan obat dan gejala klinis seperti gerakan tiba-tiba dan meningkat saat stres. Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan seperti MRI dan PET d
Jenis chorea ini disebabkan karena penggunaan obat-obatan yang
pada umumnya obat yang digunakan untuk pasien sakit jiwa atau di sebut obat antipsikosis seperti haloperidol dan fenotiazin.
Chorea dapat melibatkan seisi tubuh saja, sehingga disebut
hemikorea. Bila hemikorea bangkit secara keras sehingga seperti membanting-bantingkan diri, maka istilahnya ialah hemibalismus.
E. Manifestasi Klinis
Diagnosis chorea ditegakkan berdasarkan gejala klinis :
o Gerak chorea melibatkan jari-jari dan tangan, diikuti secara gradual
oleh lengan dan menyebar ke muka dan lidah. Bicara menjadi cadel. Bila otot faring terlibat dapat terjadi disfagia dan kemungkinan pneumonia oleh aspirasi. Sensibilitas normal. o Gerakan terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga dan akan berkurang atau menghilang jika penderita tertidur, tetapi akan bertambah buruk jika melakukan aktivitas atau mengalami tekanan emosional o Pasien yang menderita chorea tidak sadar akan pergerakan yang tidak normal, kelainan mungkin sulit dipisahkan. Pasien dapat menekan chorea untuk sementara dan sering beberapa gerakan tersama (Parakinesia) ketidak mampuan untuk mengendalikan kontraksi voluntar (impersisten motorik) seperti terlihat selama tes mengenggam manual atau mengeluarkan lidah, adalah gambaran karakteristik dari chorea dan menghasilkan gerakan menjatuhkan objek dan kelemahan. Peregangan refleks otot sering bersifat hung up dan pendular. Pada beberapa pasien yang terkena gerakan berjalan seperti menari dapat ditemukan. Berdasarkan pada penyebab dasar chorea gejala motorik lain termasuk disartria, disfagiam ketidakstabilan postural, ataksia, distonia dan mioklunus F. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
Untuk membedakan chorea primer dan sekunder :
1. Penyakit huntington; satu-satunya pemeriksaan
laboratorium untuk mengkonfirmasi penyakit ini adalah dengan cara tes genetik. Kelainan ini terdapat pada kromosom ke 4 yang ditandai dengan adanya pengulangan abnormal dari trinucleotide CAG, dimana panjang lengan menetukan lamanya serangan. 2. Penyakit Wilson; rendahnya kadar seruloplasmin dalam serum dan meningkatnya kadar tembaga dalam serum pada pemeriksaan urin. Protenuria ditemukan pada pasien yang mempunyai gangguan ginjal, tetapi tidak semua pasien mengalami hal ini. Pada pemeriksaan fungsi hati umumnya abnormal. Kadar amoniak dalam serum mungkin meningkat. Jika hasil diagnosa masih belum pasti maka biopsi hati akan sangat membantu dalam mengkonfirmasi diagnosa tersebut 3. Sydenham Chorea; chorea dapat terjadi setelah infeksi streptokokus. Umumnya 1-6 bulan pasca infeksi, kadang-kadang setelah 30 tahun. Oleh karena itu, maka titer antibody antistreptokokus tidak begitu dipresentasikan. Tanpa bukti adanya infeksi streptokokus yang mendahului, maka diagnosa chorea harus ditegakkan tanpa penyebab lain. 4. Neuroachanthocytosis; diagnosa ditegakkan oleh adanya gambaran acanthosit pada darah perifer. Kadar kreatinin kinase serum mungkin meningkat. Pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk diferensial diagnosis dari pada chorea adalah: o pemeriksaan kadar complement o titer antinuclear antibody (ANA) o titer antibody fosfolipid o asam amino dalam serum dan urin o tiroid stimulating hormone (TSH), thyroxine (T4) dan parathyroid (PTH)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pasien dengan Hutington Disease dan Choreo acantocithosis menunjukan
adanya penurunan signal pada neostriatum, cauda dan putamen. Tidak ada perbedaan penting pada penyakit ini. Penurunan signal neostriatal dihubungkan dengan adanya peningkatan zat besi. Atrofi umum, seperti halnya atrofi lokal pada neostriatum, pada sebagian cauda dengan adanya pelebaran pada bagian cornu anterior menandakan adanya penurunan signal pada neostriatal.
Kebanyakan kasus sydenham korea tidak menunjukan adanya kelainan.
Akan tetapi, pada beberapa laporan studi ditemukan adanya perbedaan volume pada cauda, putamen dan globus pallidus dimana pada sydenham korea lebih besar di banding yang normal. Pasien dengan hemibalimus menunjukkan adanya perubahan signal pada inti subthalmik kontra lateral dan sedikit pada striatum atau nukleus thalamik.
MRI otak pada pasien korea senilis menunjukkan adanya penurunan
intensitas sinyal pada seluruh striatum (diakibatkan deposit besi) dan pada batas caput caudatus dan putamen tetapi tidak ada atrofi pada sturktur tersebut.
Positron Emission Tomography (PET)
Uptake fluorodopa (F-dopa) normal atau sedikit berkurang pada pasien dengan korea. Pada HD dan coreoacanthocytosis terjadi hipermetabolisme bilater pada nucleus caudatus dan putamen.
Pada pasien chorea dan demensia terjadi menurunan metabolisme glukosa pada