Anda di halaman 1dari 18

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

PADA KASUS KERACUNAN DAN OVERDOSIS

Kelompok 5 / VIB Keperawatan


Keracunan
Perez dan Luke’s (2014) menyatakan keracunan
makanan adalah keracunan yang terjadi akibat menelan
makanan atau air yang mengandung bakteri, parasit,
virus, jamur atau yang telah terkontaminasi racun

Overdosis
Overdosis (OD) adalah mengkonsumsi obat berlebihan.
Overdosis adalah keadaan dimana seseorang mengalami
ketidaksadaran akibat menggunakan obat terlalu banyak,
Ketika batas toleransi tubuh dalam mengatasi zat
tersebut terlewati (melebihi toleransi badan) maka hal ini
dapat terjadi.
Etiologi
Keracunan makanan

3. Mikroba

1. Bahan-bahan kimia beracun 4. Bakteri

5. Virus dan jamur yang masuk


2. Kontaminasi zat-zat kimia
ke dalam tubuh manusia
Etiologi

Mengkonsumsi Mengkonsumsi Kualitas barang


lebih dari satu jenis obat lebih dari dikonsumsi
narkoba ambang batas berbeda. OD ( overdosis)
kemampuannya
Manifestasi Klinis
Gejala
keracunan
makanan dan
overdosis

Pada saluran Pada sistem


cerna saraf

Kelumpuhan
Kesemutan
Sakit Perut Mual, Muntah, Diare Rasa lemah (paralisis) otot
(parastesi)
pernafasan
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium Gas Darah Arteri


Dilakukan tes darah, tes urin, tes kondisi Hipoventilasi akan menyebabkan peningkatan
01 tinja, dan pemeriksaan parasit yang
bertujuan untuk mengetahui jenis
02 PCO2 (hiperkapnia). PO2 dapat rendah
dengan aspirasi pneumonia atau obat-obat
organisme penyebab terjadinya yang menginduksi edema paru. PO2 hanya
keracunan mengukur oksigen yang larut dalam plasma
dan bukan merupakan total oksigen dalam
darah
Uji Fungsi Ginjal
Tingkat kadar nitrogen urea darah dan Osmolalitas Serum
03 kreatinin harus diukur dan dilakukan
urinalisis
04 Perhitungan osmolalitas serum terutama
bergantung pada natrium serum,
glukosa serum serta nitrogen urea
darah
Pemeriksaan Penunjang

Elektrokardiogram
Pelebaran lama kompleks QRS yang lebih besar dari 0,1
detik adalah khas untuk takar lajak antidepresan trisiktik
dan kuinidin.

CT-Scan
Fotopolos abdomen

Patologi Anatomi (pa)


Pada keracunan akut,hasil pemeriksaan patologi
biasanya tidak khas. Sering hanya ditemukan edema
paru,dilatsi kapiler,hiperemi paru,otak dan organ-organ
lainnya
Penatalaksanaan

1. Tindakan emergensi
a. Airway : Bebaskan jalan 5. Eliminasi racun :
nafas,kalau perlu lakukan intubasi.
b. Breathing : Berikan pernafasan a. Rangsang muntah
buatan bila penderita tidak bernafas b. Kumbah Lambung
spontan atau pernapasan tidak c. Pemberian Norit
adekuat.
c. Circulation: Pasang infus bila
keadaan penderita gawat dan
perbaiki perfusi jaringan.

4. Pemberian antidotum kalau


2. Identifikasi penyebab keracunan mungkin
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Survei Primer
Airway : saluran nafas harus dibersihkan dan muntah atau beberapa gangguan lain dan, bila diperlukan,
suatu alat yang mengalirkan napas melalui oral atau dengan memasukkan pipa endotrakea.
Pada kebanyakan pasien, penempatan pada posisi sederhana dalam posisi dekubitus lateral
cukup untuk menggerakkan lidah yang kaku (flaccid) keluar dan saluran napas.

01
Breathing : pernafasan yang adekuat harus diuji dengan mengobservasi dan mengukur gas darah arteri. Pada
pasien dengan insufisiensi pernapasan harus dilakukan intubasi dan ventilasi mekanik.

Circulation : sirkulasi yang cukup harus diuji dengan mengukur denyut nadi, tekanan darah, urin yang keluar, dan
evaluasi perfusi perifer. Alat untuk intravena harus dipasang dan darah diambil untuk penentuan serum
glukosa dan untuk pemeriksaan rutin lainnya.

Disability : pemantauan status neurologis secara cepat meliputi tingkatan kesadaran dan GCS, dan ukur reaksi
pupil serta tanda-tanda vital.
Setelah primary survey dan intervensi krisis selesai,perawat harus mengkaji riwayat pasien

A : Allergies (jika pasien tidak dapat memberikan informasi perawat bisa menanyakan
keluarga atau teman dekat tentang riwayatalergi pasien)
02 M : Medication (overdosis obat :ekstasi)
P : Past Medical History (riwayat medis lalu seperti masalah kardiovaskular atau
pernafasan
L : Last oral intake (obat terakhir yang dikonsumsi :ekstasi)
E : Event (kejadian overdosisnya obat, deskripsi gejala ,keluhan utama,dan mekanisme
overdosis)
2. Survei Sekunder

a) Riwayat :  Kulit (Kulit sering tampak merah, panas, dan


01 Pernyataan dengan mulut tentang jumlah dan kering pada keracunan dengan atropin dan
jenis obat yang ditelan dalam kedaruratan toksik antimuskarinik lain. Keringat yang berlebihan
mungkin tidak dapat dipercayai : ditemukan pada keracunan dengan
1) Pemeriksaan Fisik organofosfat, nikotin, dan obat-obat
 Tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut simpatomimetik. Sianosis dapat disebabkan oleh
nadi, pernapasan, dan suhu tubuh) hipoksemia atau methemoglohinemia. Ikterus
 Mata (Konstriksi pupil (miosis) adalah dapat memberi kesan adanya nekrosis hati akibat
khas untuk keracunan narkotika, klonidin, keracunan asetaminofen atau jamur A manila
fenotiazin, insektisida organofosfat phailoides)
dan penghambat kolinesterase lainnya)  Abdomen (Bunyi usus yang hiperaktif, kram perut,
 Mulut (Mulut dapat memperlihatkan tanda- dan diare adalah umum terjadi pada keracunan
tanda luka bakar akibat zat-zat korosif. dengan organofosfat, besi, arsen, teofihin, dan
Bau yang khas alkohol, pelarut A.phalloides. )
hidrokarbon seperti bawang putih)  Sistem saraf (Pemeriksaan neurologik yang teliti
adalah esensial. Kejang fokal atau defisit motorik
lebih menggambarkan lesi struktural (seperti
perdarahan intrakranial akibat trauma) daripada
ensefalopati toksik atau metabolik
b) Pemeriksaan diagnostik

1) Pemeriksaan laboratorium. Laboratorium rutin (darah, urin, feses,


lengkap)tidak banyak membantu.
2) Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum (N: 0,5-1,5 mg/dl),
elektrolit serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl).
3) Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
4) Pemeriksaan EKG. Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada
kasus keracunan karena sering diikuti terjadinya gangguan irama
jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi
supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol,
disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya
aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik,
hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit
darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.
Ketidakefeektifan pola nafas berhubungan
A dengan distress pernafasan.

Diagnosa Keperawatan :
Defisien volume cairan berhubungan
B dengan muntah, diare.

Nyeri akut berhubungan dengan


C agen cedera biologis
Rencana Keperawatan

No Dx NOC NIC

1. Respiratory status : Ventilation Monitor vital sign


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
jam diharapkan pasien menunjukkan pola nafas upaya pernafasan
efektif dengan kriteria hasil: Monitor pola pernafasan
Status ventilasi dan pernafasan tidak terganggu Auskultasi suara nafas, perhatikan area
Kedalaman inspirasi dan kemudahan dalam penurunan atau adanya ventilasi dan adanya
bernafas. suara nafas tambahan.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
Kolaborasi dengan tim medis: pemberian
oksigen
Informasikan kepada pasien dan keluarga
tentang relaksasi untuk memperbaiki pola
nafas.
Rencana Keperawatan
No NOC NIC
Dx
2. Fluid balance 1. Monitor intake dan output, karakter serta jumlah
feses
Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam 2. Observasi kulit kering berlebihan dan membran
diharapkan terjadi pengembalian volume cairan pasien mukosa, penurunan turgor kulit
dengan kreiteria hasil : 3. Monitor status hidrasi (kelembaban membran
a. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
normal ortostatik ), jika diperlukan
b. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor 4. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi
kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
rasa haus yang berlebihan 5. Monitor vital sign
6. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
intake kalori harian
7. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan
cairan per oral
8. Kolaborasi pemberian cairan paranteral sesuai
indikasi
9. Kolaborasi pemberian cairan IV
Rencana Keperawatan
No NOC NIC
Dx
3. Pain level
Pain control
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, durasi frekuensi, karakteristik, kualitas dan faktor
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam presipitasi
diharapkan nyeri berkurang, menghilang dengan 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
kriteria hasil: 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
a. Respon nonverbal pasien menunjukkan tidak menemukan dukungan
ada nyeri 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
b. Tanda vital dalam batas normal seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
c. Tidak ada masalah pola tidur, 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
d. Pasien melaporkan nyeri berkurang. 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
e. Pasien dapat melakukan teknik nonfarmakologis 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi : napas dalam,
untuk mengurangi nyeri. relaksasi distraksi, kompres hangat/ dingin
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai