Anda di halaman 1dari 4

Algoritma diagnosis pasien sinkop/ riwayat sinkop

Gejala Klinis

Riwayat
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang

Faktor presipitan yang jelas (rasa nyeri, ansietas, batuk, buang air kecil)
Terjadi saat berdiri Diagnosis: Sinkop Neurogenik
Ada keluhan mual Tidak memerlukan pemeriksaan penunjang untuk evaluasi. J
Pulih kembali dalam waktu cepat
Tidak ada gejala yang mendahului

Periode postictal (> 5 menit)


Diagnosis: Kejang (seizure)
Lidah tergigit Lakukan evaluasi dengan EEG dan
neuroimaging
Aktivitas tonik klonik yang memanjang

Diagnosis: Kemungkinan dehidrasi, perdarahan, atau karena ob


Lakukan
Adanyaevaluasi dengan
hipotensi CT scan untuk mengetahui adanya occult hem
ortostatik
Gejala timbul setelah berdiri

Riwayat dyspnea dan adanya faktor risiko


Pada pemeriksaan fisik didapatkan takikardia, distensi vena jugular, suara jantung S2 lebih besar, ventrikel kanan
Pada pemeriksaan penunjukan didapatkan adanya hipoksia, infiltrat pada rontgen toraks,
Diagnosis: right-bundle-branch
Kemungkinan emboli block,
paruh
Lakukan evaluasi dengan scan ventilasi-pe

Diagnosis: Kemungkinan hipoglikemia jika disertai dengan gejala hipog


Jika diagnosis masih belum jelas, lakukan cardiac work-up
Pasien sedang menjalani terapi insulin, sulfonilurea, atau thiazolidinediones

Diagnosis: Kemungkinan stenosis aorta


Terdengar murmur yang signifikan
Lakukan evaluasi dengan ekokardiogram

Tidak ada penemuan yang khas Belum ada diagnosis pasti

Eksklusi penyakit jantung lainnya (occult heart diseases) dengan pemeriksaan ekokardiogram,,

Hasil tidak normal. Hasil no


Lakukan pemeriksaan holter, loop recording, dan EPS (Electrophysiologic
Lakukanstudy)
pemeriksaan tilt-t
Berdasarkan evaluasi klinis dapat ditentukan penyebab dari sinkop atau pemeriksaan
apa yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis seorang pasien. Riwayat medis dan
pemeriksaan fisik merupakan hal yang penting dalam evaluasi klinis. Informasi mengenai
riwayat pasien yang perlu diketahui antara lain sebagai berikut1:
Faktor yang mencetuskan kejadian sinkop. Misalnya: buang air kecil, batuk,
aktivitas yang menguras tenaga
Gejala yang mengawali (premonitory symptoms) seperti aura.
Onset tiba-tiba atau lambat.
Gejala yang menyertai. Misalnya: palpitasi, nyeri dada, sakit kepala.
Aktivitas, sinkop terjadi saat berisitirahat atau saat beraktivitas.
Posisi yang mencetuskan sinkop. Misalnya: berdiri, duduk, perubahan posisi.
Penyakit yang diderita pasien. Misalnya: penyakit jantung atau penyakit sistemik
lainnya.
Riwayat penggunaan obat-obatan. Perlu diketahui pula cara penggunaan, dosis,
dan jumlah pemakaian terakhir.
Dan hal-hal lain seperti, adanya cedera akibat sinkop, inkontinensia, pemulihan
sinkop yang cepat, atau status postictal
Frekuensi dan tingkat keparahan kejadian sinkop.
Anggota keluarga ataupun saksi mata yang melihat pasien sinkop juga perlu
ditanyakan untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian sinkop tersebut. Para saksi
dapat memberikan informasi mengenai apa yang dikeluhkan pasien sesaat sebelum kejadian
dan observasi terhadap pasien (adanya kejang, pasien tampak pucat, dan lain sebagainya),
serta berapa lama pasien pulih kembali dari sinkop.1
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah tanda-tanda vital (suhu, laju pernapasan,
denyut nadi), tekanan darah ortostatik, carotid-sinus massage, serta pemeriksaan jantung dan
neurologis lain.1
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan apabila ada pasien sinkop atau riwayat
sinkop, yakni:
Upright Tilt-table testing
Diindikasikan untuk sinkop yang rekuren, satu kali episode sinkop yang
menimbulkan cedera, atau kejadian sinkop pada situasi yang berisiko tinggi (pilot,
supir), dengan atau tanpa riwayat penyakit jantung ataupun episode vasovagal
sebelumnya. Pada pasien tertentu, berbaring dengan posisi kemiringan 60 o dan 80o
dalam waktu 30 60 menit dapat menyebabkan episode vasovagal. Pemeriksaan
dapat dipercepat apabila dikombinasi dengan obat-obatan yang dapat
menyebabkan pooling darah vena atau meningkatkan kerja sistem adrenergik
(misalnya: isoproterenol, nitrogliserin, edrofonium, atau adenosin). Spesifisitas tes
ini mendekati 90%, namun menurun apabila dilakukan provokasi farmakologis.
Berdasarkan penelitian sensitivitas tes ini berkisar antara 20 74%, jauhnya
rentang yang ada disebabkan karena populasi penelitian yang bervariasi,
perbedaan teknik yang digunakan, dan tidak adanya pemeriksaan gold standard
yang dapat digunakan sebagai pembanding.2
Elektrokardiografi
EKG 12 lead merupakan pemeriksaan rutin yang dikerjakan pada pasien sinkop.
Abnormalitas yang sering ditemukan pada pasien sinkop adalah bifasicular block,
infark miokardium lama (adanya Q waves), hipertrofi ventrikel kiri, sinus
bradikardia, dan Wenckebach AV block. Pasien dengan hasil pemeriksaan EKG
yang normal memiliki prognosis yang lebih baik, dengan kemungkinan yang
rendah sinkopnya disebabkan karena penyebab kardiogenik dan jarang ditemukan
adanya kelainan pada pemeriksaan elektrofisiologis.1
Ekokardiografi
Pemeriksaan ini dapat membantu dokter untuk menentukan prognosis pasien dan
evaluasi invasif yang diperlukan. Misalnya, ditemukan adanya fraksi ejeksi
ventrikel kiri yang rendah yang mengarah pada aritmia ventrikular dan
menjadikan indikasi untuk dilakukannya evaluasi elektrofisiologis atau implantasi
defibrilator.1
Exercise Tolerance Test
Merupakan pemeriksaan yang berguna untuk pasien dengan sinkop yang
dicetuskan akibat aktivitas yang menguras tenaga (exertional syncope). Hipotensi
yang terjadi dapat disebabkan oleh kelainan struktur jantung, kronotropik yang
inkompeten, dan gangguan konduksi jantung yang bisa menyebabkan AV block.
Aritmia supraventrikular dan ventrikular juga dapat dicetuskan oleh aktivitas.
Hipotensi dan bradikardia pada saat terminasi aktivitas juga dapat digunakan
untuk mendiagnosis adanya instabilitas refleks vasomotor.1
Electrophysiology Studies (EPS)
EPS merupakan pemeriksaan yang invasif dengan memasukkan kateter
multielektroda melalui kulit dan dipandu dengan fluoroskopi atau sensor magnetik
yang mengarahkan ke lokasi jantung yang spesifik. Kemudian elektroda merekam
aktivitas konduksi jantung pasien. Indikasi pemeriksaan ini adalah apabila pasien
mengalami sinkop yang rekuren tanpa kelainan struktur jantung dan hasil tilt-
table testing yang negatif1 Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan
fungsi sinus node, konduksi AV, serta menentukan diagnosis dan prognosis aritmia
supraventrikular dan ventrikular. Pemanjangan waktu recovery sinus node (> 1500
ms) adalah penemuan yang spesifik (85 100%) untuk diagnosis disfungsi sinus
node.2

Daftar Pustaka
1. Crawford MH. Current Diagnosis and Treatment in Cardiology. Ed ke-3. New York:
Mc-Graw Hill Medical; 2006.
2. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J.
Harrisons Principles of Internal Medicine. Ed ke-17. New York: Mc-Graw Hill
Professional Publishing; 2008.

Anda mungkin juga menyukai