Anda di halaman 1dari 7

Seorang laki-laki mengalami

kecelakaan lalulintas

IGD
Secondary survey
Primary survey

Airway (penilaian jalan napas) Anamnesis: Riwayat penyakit sekarang,


Obstruksi (chin lift, head tilt). Trauma tulang vertebra servikal: dahulu, dan keluarga. Pemeriksaan AMPLE:
jaw thrust, Lepas gigi palsu. Bisa batuk (gunakan nasopharingeal Allergies, Medikasi, Pain, Last meal, Event of
airway), tidak bisa batuk (gunakan intubasi endotrakeal). injury (tanyakan riwayat kecelakaan,
mekanisme cedera yang terjadi). Setelah itu
lakukan observasi tanda-tanda vital.
Pemeriksaan fisik: pemeriksaan B1-B6,
Breathing (penilaian pernafasan) pemeriksaan kepala dan leher, thorax ,
Dekompresi pneumothorax, pemberian ventilasi dan oksigenasi. abdomen, ekstremitas (lakukan pemeriksaan lesi
kepala, inspeksi dan palpasi apakah ada fraktur
terbuka atau tertutup, lokasi region cedera,
kekakuan pada medulla spinalis)
Circulation (menilai sirkulasi/peredaran darah)
Hentikan perdarahan eksternal dengan menekan langsung pada
luka. Syok hipovolemik (kristaloid IV), larutan isotonis jika
hipotensi. Transfusi darah, bila tensi stabil (infus 0,9 NS 1,5
ml/kgBB/jam). Obat simptomatik IV/supp

Disability (penilaian neurologis)


Pemeriksaan penunjang (jika pasien stabil):
Menilai GCS, reflex pupil, ada tanda lateralisasi/tidak, tingkat
cidera tulang belakang jika ada. Pemeriksaan darah (DL, BGA, GDA, cross
match), CT scan kepala, foto leher lat, thorax
foto AP, radiologis lain atas indikasi

Exposure (paparan/control lingkungan)


Membuka pakaian selama pemeriksaan, menjaga suhu tubuh
tetap normal agar tidak hipotermia. Pasang kateter, evaluasi
produksi urine

Operatif ICU-ROI MRS di ruang HCU-F

Membaik Memburuk

VS. Stabil Stabilisasi + Resusitasi


Neurologis Stabil Rediagnosis Cito

Figure 1. Alogaritma kegawatdaruratan Ruang


ICU - ROI Operasi
perawatan (LCU)
Penjelasan:

Pengkajian kegawatdaruratan dimulai dari primary survey yang terdiri dari airway, breathing,
circulacy, disability dan exposure, selanjutnya secondary survey dengan teknik head to toe.

1. Primary survey
Primary survey adalah penilaian yang cepat dan sistematis yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan.
Tahapan–tahapan primary survey terdiri dari:
Airway
1) Menilai jalan nafas, permasalahan berupa adanya sumbatan jalan nafas, penyebab
berupa:
• Penurunan kesadaran : koma, trauma kepala, radang otak, penggunaan
obat/alcohol
• Penyakit : laryngitis, edema laring
• Trauma/kecelakaan : trauma wajah,trauma pada jalan nafas, dan lain-lain
• Benda asing di jalan nafas : darah, muntahan, makanan, gigi palsu, dan
lain-lain

2) Perlu diperhatikan pada pasien antara lain:


a) Look/lihat
• Perubahan status mental : agitasi/gelisah tanda adanya hipoksemia
• Gerak nafas (ada/tidak gerakan)
• Ada/tidaknya retraksi pada dinding dada (anak)
• Adanya perubahan bentuk pada dinding dada
• Adanya benda asing dalam rongga mulut : darah/sekret, muntahan,
gigi palsu/tanggal/patah
• Sianosis
• Penggunaan otot bantu pernafasan
b) Listen/dengar
• Adakah aliran udara (kalau tidak sadar)
• Apakah bicara normal (tidak ada sumbatan)
• Ada suara tambahan : snoring (sumbatan parsial karena pangkal
lidah jatuh kebelakang), gurgling (karena cairan), stridor
(penyempitan jalan nafas)
c) Feel/raba & rasakan
Adanya aliran udara nafas, krepitasi, deviasi trachea, hematoma pada
leher, teraba adanya getaran pada leher.

3) Tindakan membebaskan jalan nafas (airway management)


 Penderita tidak sadar
• Cek respon : dipanggil, ditepuk, diberi rangsang
• Tidak ada respon : cek apakah ada benda asing dalam mulut,
apakah pangkal lidah jatuh kebelakang, bila ada benda asing
miringkan kepala penderita kesatu sisi (bukan pada trauma kepala)
 Penyebab : pangkal lidah jatuh
• Tindakan manual : perbaiki posisi kepal
• Obstruksi :
- Head tilt (dorong dahi kebelakang)
- Chin lift (angkat dagu keatas)
- Jaw thrust (dorong mandibula kedepan atas)

• Trauma : hati-hati kemungkinan adanya patah tulang leher,


tindakan hanya dilakukan gerakan terbatas, yang dilakukah hanya
jaw thrust, tindakan dilakukan dengan immobilisasi manual agar
kepala tidak bergerak (berada dalam satu garis lurus) atau pasang
bidai leher
• Bantuan alat : bila ada pasang pipa orofaring atau nasopharyngeal
(jika pasien dapat melakukan reflex batuk), intubasi endrotrakeal
(jika pasien tidak dapat melakukan reflex batuk).
 Penyebab : terdapat benda asing
- Cair : sapuan jari (finger sweep), Gunakan penghisap (suction)
- Pada kasus tersedak (chocking) : lakukan pukulan pada punggung bayi & anak (back
blows), lakukan hentakan pada abdomen atau abdominal thrust (Heimlich manuver )
atau hentakan pada thorax/thoracal thrust.

Breathing
Menilai pernafasan cukup. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai, maka lakukan
dekompresi pneumothorax, tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada dan ventilasi
buatan. Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain:
 Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.

 Look/lihat : sianosis, takhepneea, status mental, tension pneumothorax, gerakan


dan bentuk simetris dada (hematothorax, pneumothorax), tidak tampak gerakan
(paralisis otot nafas).
 Listen/dengar: tak bisa nafas/sulit nafas, stridor, wheeze (seperti pasien astma),
terjadi penurunan/hilang suara nafas.
 Feel : adanya aliran udara nafas, krepitasi.

 Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan


 Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan oksigenasi:
 Pemberian ventilasi : mouth to mouth, bag-valve mask
 Pemeberian oksigenasi : nasal canule, masker rebreathing atau non rebreathing,
bag-Valve Masker

Circulacy
Menilai sirkulasi atau peredaran darah. Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap
status sirkulasi pasien, antara lain :
a. Tingkat Kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang, yang akan
mengakibatkan penurunan kesadaran (jangan dibalik, penderita yang sadar belum
tentu normovolemik).
b. Warna Kulit
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemia. Penderita trauma yang
kulitnya kemerahan, terutama pada wajah dan ekstremitas, jarang yang dalam
keadaan hipovolemia. Sebaliknya, wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstremitas
yang pucat, merupakan tanda hipovolemia.
c. Nadi
Periksalah pada nadi yang besar seperti a. Femoralis atau a. Karotis (kiri,kanan)
untuk kekuatan nadi, kecepatan dan irama. Setelah cek nadi dan mulai lakukan
CPR jika diperlukan. CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk
digunakan.
d. Perdarahan eksternal harus cepat dinilai, kontrol perdarahan yang dapat
mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan secara langsung.

Terapi:
- Jika perdarahan: Hentikan perdarahan eksternal dengan menekan langsung pada luka.
- Syok hipovolemik: kristaloid IV
- Jika hipotensi: larutan isotonis
- Transfusi darah
- Jika tensi stabil: infus 0,9 NS 1,5 ml/kgBB/jam

Disability
Pemeriksaan status neurologis terdiri dari:
a. Tingkat kesadaran: Berdasarkan skala Glasgow coma scale (GCS).
Cedera kepala berdasar GCS, yang dinilai setelah stabilisasi ABC diklasifikasikan:
GCS 14-15 : Cedera otak ringan (COR)
GCS 9-13 : Cedera otak sedang (COS)
GCS 3-8 : Cedera otak berat (COB)
b. Saraf kranial, terutama:
• Saraf II-III, yaitu pemeriksaan pupil: besar dan bentuk, reflek cahaya, reflek
konsensuil (bandingkan kanan kiri)
• Tanda-tanda lesi saraf VII perifer
c. Motoris dan sensoris, bandingkan kanan dan kiri, atas dan bawah mencari tanda
lateralisasi

Exposure
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien diduga
memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line penting untuk dilakukan.
Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah mengekspos pasien
hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan,
tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien.

2. Secondary survey
Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara head to
toe, dari depan hingga belakang. Secondary survey dilakukan setelah pasien stabil.
a. Anamnesis
Anamnesis meliputi identitas pasien, riwayat pasien meliputi keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga. Anamnesis
juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan keluarga:
A:alergi (adakah alergi pada pasien?), M: medikasi/obat-obatan (riwayat minum obat-
obatan), P: pertinent medical history (riwayat medis pasien), L: last meal
(obat/makanan yangbaru saja di konsumsi), E: event (penyebab cedera). Setelah
anamnesis dilakukan tanda-tanda vital yang meliputi suhu (normal: 36,5-37,5), nadi
(normal: 60-100x/menit), frekuensi nafas (normal: 12-20x/menit), saturasi oksigen
(normal: >95%), tekanan darah (normal: 120/80 mmHg), berat badan, skala nyeri.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, serta pemeriksaan
khusus untuk menentukan kelainan patologis, dengan metode:
- Dari ujung rambut sampe ujung kaki, atau
- Perorgan B1-B6 (breath, blood, brain, bowel, bladder, bone)

Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan cedera otak adalah:


- Pemeriksaan kepala untuk mencari tanda jejas di kepala, patah dasar tengkorak,
patah tulang wajah, trauma pada mata, auskultasi pada arteri karotis untuk
menentukan adanya bruit yang berhubungan dengan diseksi karotis.
- Pemeriksaan pada leher dan tulang belakang untuk mencari tanda adanya
cedera meliputi jejas, deformitas, status motoric, sensorik, dan autonomic.
- Pemeriksaan thorax
- Pemeriksaan abdomen
- Pemeriksaan ekstremitas
3. Pemberian obat simptomatik IV
4. Jika pasien telah stabil, lakukan pemeriksaan penunjang yang meliputi:
Pemeriksaan darah (DL, BGA, GDA, cross match), CT scan kepala, foto leher lat, thorax
foto AP, radiologis lain atas indikasi.
5. Lakukan pemasangan kateter jika di perlukan untuk evaluasi produksi urine
6. Jika pasien tidak memerlukan operasi pasien MRS (masuk rumah sakit) di ruangan HCU-
F (high care unit), tapi jika pasien memerlukan operasi maka pasien di bawah ke ruang
operasi kemudian setelah operasi pasien di pindahkan ke ruangan ICU-ROI (ruang
observasi intensif) kemudian pasien MRS di ruangan HCU-F. Setelah MRS di ruangan
HCU-F jika keadaan pasien membaik maka pasien di pindahkan ke ruangan perawatan
(LCU/low care unit), jika keadaan pasien memburuk maka di lakukan stabilisasi +
resusitasi dan rediagnosis cito kemudian di pindahkan ke ICU-ROI atau operasi jika
perlu.

Anda mungkin juga menyukai