Menurut WHO stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi
secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak.
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan 3euromu
neurologis mendadak sebagai akbat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak
(Mansjoer, 2007).
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak
sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian
(Batticaca, 2008).
Etiologi Stroke
a. Trombosis Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti di sekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia
serebri
b. Emboli Serebri
Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat 4eurom arteri serebri
c. Hemoragik
Perdarahan intracranial dan intraserebri
meliputi perdarahan di dalam ruang
subarachnoid atau di dalam jaringan otak
sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan,
sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan sehingga terjadi infark otak, edema, dan
mungkin herniasi otak
d. Hipoksia Umum. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan
hipoksia umum adalah:
1. Hipertensi yang parah
2. Henti jantung paru
3. Curah jantung turun akibat aritmia.
e. Hipoksia Lokal. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan
hipoksia setempat adalah:
1. Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid
2. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren. (Muttaqin,
2011
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena
neuromus atau emboli, maka mulai terjadi
kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan okigen dalam satu menit dapat
menunjukan gejala yang dapat pulih seperti
Patofisiologi kehilangan kesadaran.
Stroke Gangguan peredaran darah otak akan
menimbulkan gangguan pada 6euromuscu sel-sel
neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu
menyimpan glikogen sehingga kebutuhan
6euromuscu tergantung dari glukosa dan oksigen
yang terdapat pada arteri-arteri menuju otak
Klasifikasi Stroke
a. Stroke Hemoragik
Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan
subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Perdarahan otak dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Perdarahan intraserebri (PSI) Pecahnya pembuluh darah
(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak
2. Perdarahan subaraknoid (PSA) Perdarahan ini berasal dari pecahnya
aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal adari
pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang
terdapat di luar perenkim otak
b. Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan neuromuscu
serebri, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat,
baru bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namum terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunde.
Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala
utamanya adalah tmbulnya 8euromu neurologis secara
mendadak/subakut, didahului gejala prodromal, terjadi
pada waktu istirahat atau bangun pagi dengan kesadaran
biasanya tidak menurun, kecuali bila embolus cukup
besar. Biasanya terjadi pada usia > 50 tahun.
Manifestasi
Klinis Stroke
Pemeriksaan Kimia
USG Doppler
Lumbal Pungsi Darah
Pemeriksaan Darah
CT Scan EEG
Lengkap.
Pemeriksaan Elektrokardiogram
Penatalaksanaan Medik Stroke
a. Non pembedahan
1. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan
pada klien dengan riwayat ulkus, eremia dan kegagalan hepar.
Sodium heparin diberikan secara subkutan atau melalui IV drip.
2. Phenytonin (Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
3. Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu
menghancurkan trombotik dan embolik.
4. Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk
menstabilkan bekuan diatas anuarisma yang 16euromu.
5. Calcium channel blocker (Nimodipine) dapat diberika untuk
mengatasi vasospasme pembuluh darah.
b. Pembedahan
1. Karotid endarteretomi untuk mengangkat
plaque atherosclerosis.
2. Superior temporal arteri-middle serebra arteri
anatomisis dengan melalui daerah yang
tersumbat dan menetapkan kembali aliran
darah pada daerah yang dipengaruhi.
Pencegahan
• Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pengumpulan data:
1. Aktivitas/istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego
4. Eliminasi
5. Makanan/cairan
6. Neuro Sensori
7. Nyaman/nyeri
8. Respirasi
9. Keamanan
10. Interaksi Sosial
No Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Intervensi keperawatan
1 Risiko perfusi serebral Tingkat kesadaran (1) Tindakan
tidak efektif b.d diseksi Tekanan Intra Kranial (5) Observasi :
arteri. Nilai rata-rata tekanan • Monitor ukuran, bentuk,
darah (5) kesimetrisan, dan reaktifitas
Refles saraf (5) pupil
• Monitor tingkat kesadaran
(mis. Menggunakan Skala Koma
Glasgow)
• Monitor TTV
• Monitor status pernafasan :
analisa gas darah, oksimetri
nadi, kedalaman nafas, pola
nafas, dan usaha nafas
• Monitor karakteristik bicara :
kelancaran, kehadiran afasia,
atau kesulitan mencari kata
•Monitor respons terhadap
pengobatan
Terapeutik :
• Tingkatkan frekuensi
pemantauan neurologis, jika
perlu
• Hindari aktifitas yang dapat
meningkatkan tekanan
intracranial
• Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
•Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
• Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
• Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi keperawatan
keperawatan