,FISQua
2024
Klasifikasi hipertensi
1. Hipertensi resisten
TDS < 140 dan atau TDD < 90 mmHg th/ maks & intervnsi gaya hdp.
2. Hipertensi berdasar etiologi
• Hipertensi Essensial (idiopatik) : tanpa kelainan patologis yg jelas.
• Hipertensi sekunder: akibat penyakit lainnya (ginjal, endokrin, vaskuler,
obat”an dll)
3. Hipertensi krisis (emergensi & urgensi)
• Hipertensi emergensi: hipertensi derajat 3 dgn organ damage (HMOD)
akut, mengancam jiwa & memerlukan penanganan segera.
• Hipertensi urgensi: hipertensi berat tanpa tanpa organ damage
(HMOD), tidak memerlukan rawat inap & diberikan obat sesuai algoritme
HIPERTENSI KRISIS
• Hipertensi krisis: Peningkatan tekanan darah yang sangat
tinggi (sistolik ≥ 180 atau diastolik ≥ 110), Hipertensi
merupakan penyakit yang kronik, namun dapat peningkatan
secara akut atau tiba-tiba, yang disebut krisis hipertensi.
Seseorang dikatakan mengalami krisis hipertensi jika tekanan
darah mencapai ≥ 180/120 mmHg. Kondisi ini bisa berakibat
fatal karena dapat disertai dengan kerusakan organ target,
seperti jantung, otak dan ginjal.
Penyebab
• Terdapat beberapa kejadian yang dapat memicu terjadinya
krisis hipertensi. Penyebab yang paling sering adalah ketidak
patuhan minum obat anti hipertensi.
• Penyebab sering lainnya adalah konsumsi obat-obatan
simpatomimetik yang mempunyai efek meningkatkan tekanan
darah dan laju jantung
• Kerusakan fungsi tubuh (Fungsi ginjal, fungsi hati dll)
Gejala hipertensi krisis
1. Gejala ringan :
a. Mual, muntah
b. Sakit Kepala
c. Kaku pada tengkuk
d. Nyeri Dada
e. Sesak Napas
2. Gejala yg lebih berat
a. Gangguan kesadaran sampai pingsan
b. Kejang
c. Nyeri Dada hebat
Tata laksana hipertensi krisis
• Tatalaksana hipertensi krisis bertujuan untuk menurunkan tekanan darah
dan penanganan gejala sesuai kerusakan target organ yang terjadi.
• Pada hipertensi emergensi target penurunan tekanan darah harus dicapai
dalam waktu yang cepat yaitu dalam 1-2 jam. Sedangkan pada hipertensi
urgensi pada umumnya masih memiliki waktu untuk menurunkan tekanan
darah secara bertahap dalam satu sampai dua hari.
• Dengan demikian cara terpenting untuk menghindari terjadinya hipertensi
krisis adalah dengan patuh mengkonsumsi obat anti hipertensi
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi (INASH, 2019)
Kenapa Hipertensi Harus di Obati ?
• ischaemia • Stroke
• myocardial infarction • TIA (Transient Ischaemic Attack)
• cardiac hypertrophy • PRIND (Prolonged Reversible
• congestive heart failure Ischaemic Neurological Deficit)
HYPERTENSION
• retinopathy
• nephrosclerosis • lesions
• atrophy of nephrons • swelling of optic disc
• renal failure • blindness
Target Organ Damage in Hypertension
GFR
Proteinuria Renal failure
Glomerulosclerosis
Aldosterone release
LVH Heart
Fibrosis failure /
myocardial Death
Remodeling
Apoptosis infarction
Vasoconstriction Stroke
Hypertrophy Vascular hypertrophy
Endothelial dysfunction
Atherosclerosis Hypertension
Remodeling
Autoregulation
NON FARMAKOLOGI
DIET SEIMBANG
BERHENTI MEROKOK
MENGURANGI ASUPAN GARAM
MENGURANGI BERAT BADAN
OLAH RAGA TERATUR
ISTIRAHAT CUKUP
BERDOA
FARMAKOLOGI
Tujuan : untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas.
Metode farmakologi :
Pengobatan secara bertahap (Stepped Care)
•Tahap I: Dengan menggunakan satu obat (diuretik atau beta bloker).
Mulai dosis kecil, alu ditingkatkan sampai TD yang diinginkan tercapai.
•Tahap II: Dengan menggunakan dua jenis obat, dengan menambah
diuretik, B Bloker, Alpha bloker ACE Inhibitor atau Kalsium antagonis.
•Tahap III: Dengan menggunakan tiga obat, dengan menambah
vasodilator ( biasanya hidralazin )
•Tahap IV: Dengan menggunakan empat obat. Biasanya dengan
menambah ACE Inhibitor atau Guanetidin.
ANTI HIPERTENSI
1. Diuretik untuk menurunkan volume cairan extra seluler Lasix
2. ACE. Inhibitor utk penghambat enzim konversi angiotension
3. Antagonis kalsium utk menurunkan kontraktilitas jantung
menurunkan kerja jantung shg menurunkan keb oksigen
miokard nifediphine,
4. Vasodilator untuk melebarkan pembuluh darah cedocard
5. Penghambat adrenergic (mengurangi resistensi perifer
menurunkan denyut jantung Reserpin)
1. BETA BLOKER
Efek yang ditimbulkan adalah :
1.Mengurangi frekuensi nadi, kontraktilitas dan tekanan darah
sehingga mengurangi kebutuhan oksigen miokard
2.Menurunkan after load
CONTOH : PRAZOSIN
Diagnosa keperawatan
Gangguan penurunan cardiac output
Intoleransi aktivitas
Gangguan rasa nyaman
Dll
TUJUAN
Tekanan darah terkontrol dengan baik
Tidak ada komplikasi
Klien dapat memahami tentang proses ,
prognosis dan pengobatan
Perubahan cara hidup sehat
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Observasi vital sign
Monitor dan grafik tekanan darah
Monitor dan catat kualitas pulsasi apek dan perifer
Observasi warna kulit, kelembaban, temperature dan pengisian kapiler
Auskultasi dan catat suara jantung
Berikan suasana nyaman
Observasi dan catat adanya edema
Berikan KIE ttg efek dosis obat-obatan yang diberikan
Batasi cairan sesuai dengan kebutuhan
Ukur intake dan output
Berikan diet rendah garam atau diet jantung serta kolaborasi dengan tim gizi
EVALUASI
Tekanan darah terkontrol dengan baik
Minum obat teratur
Gaya hidup sehat dan bersih
Tidak ada kecacatan dan komplikasi lanjutan
Pasien nyaman
ASKEP KETOASIDOSIS
DIABETIKUM
Definisi Ketoasidosis Diabetikum
Merupakan gangguan metabolisme akut yang terjadi
pada hiperglikemi yang tidak terkontrol akibat defisiensi
insulin absolut atau relative
Dapat mengancam kehidupan oleh karena terjadi
dehidrasi berat akibat osmotik diuretik, gangguan
keseimbangan elektrolit dan terjadinya shock/
Merupakan keadaan dekompensasi kekacauan
metabolic yang ditandai oleh trias gejala yaitu
hiperglikemia, asidosis dan ketosis
ETIOLOGI
Ketoasidosis diabetik dikelompokkan menjadi dua akibat, yaitu
akibat hiperglikemia dan akibat ketosis, yg sering dicetuskan
oleh:
-Infeksi
-Stress fisik dan emosional;
respons hormonal terhadap stress mendorong peningkatan
proses katabolik . Menolak terapi insulin
TANDA DAN GEJALA
• Hiperglikemi : gula darah meningkat, glukosuria
• Asidosis metabolic : ketonemia, ketosuria, pH rendah,
HCO3 ,pCO2, frek. Pernafasan ( kussmaul ) , nafas berbau keton
• Diuresis osmotic : poliuri , polidipsi , dehidrasi , hipotensi ,
hemokonsentrasi , gangguan keseimbangan elektrolit.
• Mekanisme kompensasi : produksi urine meningkat , kadar Na+ ,
tekanan darah , N, P , konstriksi perifer
• Dekompensasi : koma , vasodilatasi , kulit hangat , tanda – tanda syok
Pemeriksaan Diagnostik
Kadar glukosa darah: > 250 mg /dl tetapi tidak > 800 mg/dl
Elektrolit darah (tentukan corrected Na) dan osmolaritas serum.
Analisis gas darah, BUN dan kreatinin.
Darah lengkap (pada KAD sering dijumpai lekositosis), urinalisis (kultur urine bila ada indikasi).
Foto thorak .
Ketosis (Ketonemia dan Ketonuria)
Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
Pemeriksaan Osmolalitas = 2[Na+K] + [GDR/18] + [UREUM/6]
Hemoglobin glikosilat (HbA1c) : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH < 7,3 dan penurunan pada HCO3 250 mg/dl
Kriteria diagnosis
• Kadar glukosa: > 250 mg/dl
• PH: < 7,35
• HCO3: rendah
• Anion gap: tinggi
• Keton serum: positif atau ketonuria
Manajemen kolaboratif
• Memperbaikai volume darah sirkulasi
• Mengganti keadaan metabolism lemak menjadi katabolisme
karbohidrat dengan pemberian insulin
• Identifikasi dan memperbaiki factor-faktor pencetus KAD
• Memperbaiki kesimbangan cairan dan elektrolit
Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit
• Fase awal NaCl 0,9% 2 ltr/jam
• Bicnat dalam ketoasidosis diharapkan diberikan pada saat rehidrasi awal,
setelah guyur NaCl. Bicnat diberikan bila Ph dibawah 7,1
• Kemudian 1 lt/jam selama 4 jam selanjutnya 500 cc/jam
• Ini berlaku pada klien tanpa komplikasi gaga ginjal dan jantung
• Saat NaCl masuk 1 ltr/jam, insulin mulai diberikan drip: dosis awal 10
unit/jam dgn pemantauan GD perjam selama 12 jam
• Seiring pemberian drip insulin, berikan juga drip KCl 50 meq/8 jam/kolf
• Jika dalam waktu 12 jam GD sudah mencapai < 200 mg/dl, perlu ditambah
Dex 5%, periksa GD tiap 4 jam dan berikan insulin secara sliding scale
• Bila GD stabil, drip insulin distop, KCl di stop
• Sliding scale dilanjutkan tiap 6 jam, minimal 24 jam
• NaCl dan Dex 5 % maintenance, sampai intake peroral adekuat
Jadi dapat disimpulkan jalur infuse yang digunakan: