KARDIOVASKULER
PENGELOMPOKAN PRAKTIS
PENYAKIT KARDIOVASKULER
SELAYANG PANDANG
II. KARDIOMIOPATHI
III. MIOKARDIOPATHI
IV. KOMPLIKASI
I. GANGGUAN KONDUKSI LISTRIK JANTUNG:
≈ ARRHYTHMIA ( = ARITMIA ?)
KLASIFIKASI:
Supraventrikuler (+ Atrium):
Sinus rhythm Atrial tachycardia (TC)
Sinus arhythmia Supraventricular TC
Sinus Bradycardia Atrial Flutter
Sinus Tachycardia Atrial Fibrillation
Atrial Premature Complexes AV Junction Rhythm
Sinus Block and or Arrest
Ventricular Rhythm:
Ventricular escape (Rhythm) Ventricular TC
Ventricular Premature Cmplexes Ventricular Asystole
Ventricular Fibrillation Idioventricular TC
Gangguan konduksi:
Atrial Stillstand
AV Block I,II,III
Gangguan Rhythm dan Konduksi:
Ventricular Pre Excitation
Wolff – Parkinson- White Symdrome
II. KARDIOMIOPATHI (KM)
Prinsip Klinis :
1. Kerusakan Struktur dan Fungsional
2. Tidak termasuk: katub, vaskuler, pulmoner,
perikard, kongenital, sistemik
3. ada idiopathis/primer dan sekunder
4. KLASIFIKASI :
1. DILATATIO
2. HIPERTROFI
3. RESTRIKTIF
III. MIOKARDIOPATHI
Prinsip KLINIS :
1. Perubahan miokard yang INFEKTIF, TOKSIS, DEGENERATIF
2. Termasuk : Endokarditis Valvularis, Perikarditis & Effusio
Epikarditis
3. Tidak Termasuk : Endokarditis Bakteriel, Endokarditis Muralis
4. KLASIFIKASI :
PRIMER
SEKUNDER
KARDIOMIOPATHI
Kardiomiopathi (CM) umumnya menyinggung
tentang “Penyakit Otot Jantung=Miokard”, baik
primer karena ototnya yang metabolically altered,
atau sekunder karena penyakit sistemiknya
Myocardial failure dapat terjadi akibat peningkatan
kinerja otot disebut CM of overload
Ada 3 bentuk
Dilatatio (mostly in dogs)
Hypertrofi (mostly in cats)
Restriktif= intermediate
Dilatatio cordis (DCM) pada Anjing
Anamnesis
Gambaran klinis/PE : kardinal dan final
EKG: murmur sistolik (Bi dan Tri)
Radiografi: kardiomegali, edema Pulmonum dan
Liquidothoraks
USG: “golden standard” dilatasi lumen LV – RV
dan Atrium, dinding miokard menipis
Lab: azotemia prerenal, alkalosis metabolik
(hipoK, hipoCl, hipoNa)
PROGNOSIS:
Genetic basis:
Unknown:
Persia
Maine coon
idiopathik
Ragdoll
Akromegali
Hipertensi
Urban cats
Hipertiroid
Defisiensi taurine (+/-)
Old cats (6-9)
PATOGENESIS:
1. Beta-blockers
2. Diltiazem
3. Furosemid
4. ACE-Inhibitor
5. Nitroglyserin
6. Digoxin
7. Anticoagulant drug
GAGAL JANTUNG
PEMBENDUNGAN (CHF)
Deskripsi klinis:
Akkumulasi cairan didalam jaringan
disertai peningkatan tekanan hidrostatik
kapiler dan tekanan diastolik intra atrial
dan ventrikuler
ANAMNESIS
Syncope/lethargia
lemah/ Stamina menurun
Dyspnea/bersin/batuk/Orthopnea
Pembesaran Abdominal (ascites dan atau
Hepatomegali/Splenomegali)
Lihat lampiran
Anamnesis (1)
ANAMNESIS (lanjutan)
Fase Fase
Fase kompensasi
kecederaan dekompensasi
Frank Starling-
Myocardial failure
Mechanism Circulus
Valvular
RAAS
insufficiency vitiosus
SNS Activation
Excessive afterload
Myocardial -
Inadequate preload
hypertrophy
Diastolic
dysfunction
A
State
Kaskade RAAS
hati Reabsorbsi
ginjal Natriun & air
pro- renin Volume darah
angiotensi naik
nogen
angiotensinogen
aldosteron
Vasokon
Angiotensin l -striksi
adrenal
ACE
TANDA-TANDA KLINIS
DIAGNOSIS
Palpasi
Auskultasi
Radiografi thoraks
Elektrokardiografi (EKG)
Blood work
Echokardigrafi (USG)
Other invasive, sophisticated test
Diagnosis 2
DIAGNOSIS (lanjutan)
1. Palpasi
BY CARDIAC PALPATION:
sensasi getar teraba (ada turbulensi cairan dalam
dysrhythmia ,
kardiomegaly
Lokasi Apex beat (left, or shift to right)
Diagnosis 3
DIAGNOSIS (lanjutan)
2. Auscultasi
BY AUSCULTATION:
Heart rate: brady, tachy, normal,
Rhythm: dibedakan dari respiratory arrhythmias,
Membedakan muffled atau tiadanya heart sound
Membedakan extra sounds: murmurs, gallop
sounds (S3 or S4) , systolic clicks split heart sound
(S1 or S2)
Diagnosis 4
DIAGNOSIS (lanjutan)
3. Radiografi Thoraks
CANNOT detect reduction of CO
Memberikan gambaran kongesti paru-2
Memberikan gambaran distensi pulmoner
Gambaran radiografis: vena-2 mengendur, interstitial
edema paru-2 (clouding/silhuette) , alveolar edema
Lokasi edema: a) DOG area perihilar kaudodorsal b)
CAT bervariasi, patchy dan irregular
Air Bronchogram
Detil jantung: a) pembesaran lumen, b) pembesaran
buluh darah besar, c) heartworm disease, d) pleural
effusion atau pericardial effusion
Diagnosis 5
DIAGNOSIS (lanjutan)
4. Elektrokardiografi
pada banyak kasus, EKG CHF NORMAL
Berdasar distribusi purkinje system, anjing dan
kucing (and human) digolongkan CLASS II with
minimal branching of purkinje fibers
Dapat juga memberikan gambaran:
electrolyte imbalance
myocardial ischemia/hypoxemia
drug intoxication
thoracic effusion
pericardial effusion
Diagnosis 6
DIAGNOSIS (lanjutan)
5. blood work
DIAGNOSIS (lanjutan)
5. blood work ...
DIAGNOSIS (lanjutan)
6. echocardiography
DIAGNOSIS (lanjutan)
7. Non invasive Moderate supports:
Ketidakseimbangan elektrolit
Ketidakseimbangan asam-basa
Ketidakseimbangan hormon tiroid
Agen imfeksius termasuk Cacing jantung
Serum taurine/carnitine
Assay untuk lyme’s disease
PROGNOSTIC VALUES
Kompensasi bagi circulatory failure:
Disebut FAILURE atas alasan 2 hal:
Kegagalan sirkulatorik akibat kekurangan volume
sirkulatori oleh sebab HILANG DARAH atau
kejadian SYOK
Suatu kegagalan karena satu bagian jantung gagal
memenuhi CO Akibat Heart Disease
In both cases BP falls
Prognostic values (1)
Guard to Doubt
THERAPI
TUJUAN
Reverse the cause of CHF
Identify and correct any precipitating cause of CHF
Extend the quality of life (reduce the risk of morbid
events)
Extend survivals
Therapi ...2
There are TWO (2) APPROACHES to management:
Modify vascular volume
Apply therapies to improve hemodynamic
performance ( ABC-Staging)
Therapi ...3
Vasodilators
ACE inhibitors
Positive inotropes
Negative chronotropes
Antiarrhythmias
Lihat lampiran
APPLY THERAPIES TO IMPROVE HEMODYNAMIC
PERFORMANCE ( ABC-STAGING)
Stage A berisiko, tanpa terapi kecuali hipertensi
Therapi ...5
Nutritional Management:
Lihat lampiran
DEFINISI:
KANAN
Gagal mencukupi sirkulasi dan laju perfusi
metabolisme sistim vena sistemik
(Contoh: Pembendungan Vena Cava)
MEKANISME KEJADIAN EDEMA PADA
CHF:
Anamnesis
1. Gambaran klinis
2. Radiografi X ray:
2.1. pembesaran silhuette jantung double apex
2.2. Cor pulmonale + edema ventrl CHF-R
2.3. edema pulmonun CHF-L
3. USG
retrograde mediocanial (DV):
perluasan lumen atrium/ventrikel (R/L)
turbulensi aliran darah
PROGNOSIS:
1. Diuretik
2. Diet rendah garam Kurangi preload
3. Venodilator dopamin
4. Digitalisasi inotrop positif
5. Epinefrine
6. ACE inhibitor
7. Beta (adrenergic receptor) blocker
8. Ancillary
Furosemid = 1-4 mg/kgbb
Dopamin = 3-10 mcg/kgbb
Epinefrin = 5 mcg/kgbb (resusitasi)
Captopril = 2 mg/kgbb
Propanolol = o,1 – 0,2 mg/kgbb
Teofillin = 10 mg/kgbb
Digoxin = 0.005-0,010 mg/kgbb, 2x/d for dog, 1x /d for cat
end
SISTIM PENCERNAAN PADA R
E
RUMINANSIA T
N
O
W
U
L
A
N
S
A
R
I
PEMERIKSAAN KHUSUS ALAT PENCERNAAN
DAN ABDOMEN PADA RUMINANSIA
a. Riwayat /Anamnesis:
Riwayat lengkap , sedetail mungkin meliputi : stadium siklus
kebuntingan, laktasi, hari sejak partus, produksi, sifat diet,
kecepatan serangan dan lamanya sakit
e. Abdomen Kanan
Konsistensi isi rumen secara normal agak lengket, dan isi rumen
yang berair menunjukkan bakteri dan protozoa inaktif. Busa yang
berlebihan berhubungan dengan tympani berbusa akibat tympani
rumen primer atau indigesti vagus
Bau dari isi rumen secara normal aromatis, dan walaupun sesuatu
yang tajam, pada hidung tidak dapat objektif.
Pembusukan protein bau apak, busuk
pembentukan asam laktat berlebihan disebabkan oleh karena biji-
bijian atau distensi karena karbohidrat secara intensif bau asam
PH rumen :
- Jenis makanan dan interval waktu antara makanan terakhir dan
pengambilan sampel untuk pemeriksaan pH.(normal antara 6,2 – 7.3.)
- pH yang tinggi (8 – 10 ) pembusukan protein terjadi dalam
rumen atau jika sampel tercampur dengan saliva.
- pH rendah ( 4 – 5 ) setelah makan karbohidrat, secara umum nilai
pH dibawah 5 menunjukkan distensi karbohidrat
G. Explorasi Rectal pada abdomen
Suatu abnormalitas spesifik dari alat pencernaan dipalpasi
pada pemeriksaan rectal
A. INDIGESTI SEDERHANA
a.Definisi:
Gangguan ringan fungsi saluran pencernaan ruminant akibat
atoni lambung (makanan sulit dicerna)
b. Etiologi:
- Faktor diet yang merubah lingkungan ruminal
- Faktor kualitas dan kuantitas makanan Abnormalitas diet
* Protein rendah * Berjamur * Terlalu panas
* Beku * Biji-bijian * Makanan sulit dicerna
f. Differensial diagnosa
- Semua penyakit lambung bagian depan
- Acetonemia
- Retikulitis traumatika
- Konsumsi karbohidrat yang berlebihan
- Dislokasi abomasum kearah kiri
- Stadium awal hypocalsemia
- Allergi dan reaksi anafilaksis
- Dilatasi abomasum
- Indigesti vagus
g. Pengobatan
- Tartar emetik ( 10 – 12 g)
- Stimulan parasympatomimetik
- Carbamyl
- cholin chlorida -Neostigmin
- Physostigmin
(2.5 mg/45kgBB)
- Laxansia
- Magnesium sulfat (0.1 – 1 kg/hwn dewasa)
a. Etiologi :
- Penutupan yang tidak cukup pada sulcus reticuler saat minum susu
susu masuk rumen dalam jumlah besar (harusnya masuk
abomasum).
-Pemeriksaan isi rumen setelah anak sapi minum susu bekuan kasein
- Hewan yang terkena tetap tumbuh lambat selama tetap minum susu
c. Terapi dan Pencegahan :
a. Definisi :
Pemuaian (distensi) abnormal dari rumen dan retikulum
karena adanya retensi gas hasil fermentasi secara
berlebihan
b. Etiologi :
- Tympani ruminal primer (gelembung busa)
Makanan :
(pangonan --> kacang-kacangan
kereman --> biji-bijian)
- Tympani ruminal sekunder (gelembung gas bebas)
Obstruksi esofagus
c. Predisposisi :
- Protein yang larut pada daun kacang-kacangan, saponin,
hemicellulosa merupakan bahan pembentuk busa primer
membentuk makromolekular sekeliling gelembung gas rumen
sangat stabil pada pH 6
- Mucin Salivary anti pembentuk busa
dengan adanya air yang tinggi pada rumput produksi
saliva berkurang
d. Patogenesis :
- Sering defikasi/urinasi
-Dyspnoe, nafas dengan mulut terbuka, lidah menjulur
keluar,salivasi, kepala/leher diregangkan kedepan
Frick speculum - used to pass a stomach tube through the oral cavity, speculum
prevents the animal from chewing the tube
Position of stomach tube
used with a Frick speculum
through the oral passage into the rumen
Standard trocar (inserted into cannula)
a. Definisi :
Perforasi dinding retikulum oleh benda asing
tajam menghasilkan awal dari peritonitis lokal akut :
- Menyebar peritonitis difusa akut
b. Etiologi
Termakannya benda asing seperti paku, kawat pengikat
rumput, yang tercampur dalam makanan dan potongan
pagar yang terlewat dalam penghancur makanan
(dedak)
C. Patogenesis
- kiposis
- otot-otot bagian abdomen menegang
- kesakitan pada saat defikasi dan urinasi
2.Peritonitis lokal kronis
- Berbaring, coma
e. Diagnosa
Berdasarkan gejala klinis :
- Serangan tiba-tiba
- Rintihan rasa rasit
- Stasis rumen
- anoreksia
- produksi susu sangat turun
- palpasi profundal ventral abdomen sakit
- Demam sedikit tapi nyata
- Hemogram leukositosis left shift
- Sampel peritoneal peradangan
f. Differential Diagnosa
- ‘ephemeral fever’
- ketosis,
- indigesti simple
Penanganan konservatif :
Etiologi :
- Konsumsi sejumlah serat kasar yang berkualitas buruk
baik protein yang dapat dicerna ataupun energinya.
-Akibat makan ‘hay’/’silage ‘ pada tanah yang berpasir
ataupun akar sisa potongan yang berpasir dan kotor.
-Penyakit ini umum terjadi pada sapi potong muda yang
bunting dilepas di padang penggembalaan sepanjang tahun
makan serat kasar yang terdapat pada
rumput/dedaunan /jerami gandum dengan ataupun tanpa
biji-bijian.
-Impaksi umumnya terjadi karena serat kasar yang tidak
dapat dicerna.
-Karena cairan tidak bergerak melebihi abomasum kedalam
duodenum untuk penyerapan Berbagai derajat dehidrasi
- Ion potasium juga terpisah dari abomasum hypokalemia.
-Hampir tidak ada bahan makanan atau cairan bergerak
melebihi pylorus dehidrasi, alkalosis, ketidakseimbangan
elektrolit dan menderita kelaparan yang cepat.
-Impaksi abomasum biasanya cukup parah atoni abomasal
yang permanen.
Patogenesa :
- Serat kasar yang dipotong-potong dan tanah halus
lewat lambung depan lebih cepat dari pada serat kasar
yang panjang ,kombinasi daya cerna yang rendah/ makan yang
berlebihan akumulasi berlebihan pada lambung depan dan
abomasum.
- Jika sejumlah pasir ditelan, omasum, abomasum , usus
besar dan sekum dapat menjadi impaksi. Pasir terakumulasi
dalam abomasum atoni abomasum dan dilatasi khronis.
Sekali impaksi abomasum terjadiobstruksi sub acut alat
pencernaan bagian atas terjadi.
- Ion H dan Cl secara terus menerus disekresi kedalam
abomasum meskipun impaksi dan atoni, terjadi alkalosis
dengan hypochloremia.
- Rumen statis/diam dan penuh, isi rumen kering atau
dapat terdiri dari jumlah cairan yang berlebihan jika sapi
yang bersangkutan telah makan makanan ampas yang
halus.
- pH rumen dalam kisaran normal ( 6,5 – 7). Aktivitas
protozoa dapat normal sampai berkurang dengan jelas
baik dalam jumlah dan aktivitasnya.
-Impaksi abomasum biasanya terletak seperempat kanan
bawah abdomen pada lantai dinding abdomen meluas
kebelakang melebihi arcus costalis kanan, tetapi dapat
-atau tidak dapat dengan mudah dipalpasi karena uterus
bunting, tetapi impaksi omasum dapat juga dipalpasi.
Sulit untuk membedakan impaksi omasum dan abomasum.
Gejala Klinis :
- Anoreksia komplit, feses sedikit, distensi ringan.
Serangan biasanya lambat, setelah beberapa hari menjadi
cepat, sapi yang terkena kehilangan berat badan dalam
beberapa hari, terlalu lemah untuk bangkit.
- Suhu tubuh biasanya normal tetapi dapat subnormal
- Kecepatan jantung bervariasi dari normal dapat
meningkat. Pada kasus lanjut alkalosis, hypokhloremia dan
dehidrasi menjadi jelas.
- Kecepatan napas pada umumnya meningkat, suara lenguh
pada ekspirasi disebabkan distensi abomasal yang terutama
terdengar pada saat sapi berbaring.
- Discharge nasal mukoid biasanya berkumpul pada hidung
bagian luar dan moncong biasanya kering serta retak-retak
karena gagalnya hewan untuk menjilat hidung juga pengaruh
dehidrasi
Perjalanan penyakit tergantung pada perluasan impaksi
,keparahan ketidak seimbangan asam-basa dan elektrolit
parah dapat mati dalam waktu 3 – 6 hari setelah
serangan/tanda klinis muncul. Pada beberapa kasus
ruptura abomasum dan kematian akibat peritonitis difusa
akut , shock dalam beberapa jam.
- Pada impaksi pasir terjadi penurunan berat badan,
diarrhea kronis dengan pasir dalam feses, lemah, berbaring
mati dalam beberapa minggu.
- Impaksi parah dan distensi rumen serta abomasum
dapat terjadi pada sapi yang diberi jumlah berlebihan
potongan jerami halus, terjadi distensi abomasum yang
besar , anoreksia, feses kering –jumlahnya sedikit, hewan
akan berhenti memamah serabut/serat yang kering.
-Rumen membesar
dapat atonik atau hypermotility tergantung
pada lesi
dapat terjadi netrofilia diduga sebagai infeksi
khronis.
- Hypochloremia umum sebagai akibat impaksi diet. Pada
banyak kasus sulit untuk membedakan antara 2 penyebab
impaksi abomasum, sehingga perlu diadakan laparotomy
untuk eksplorasi abdomen untuk bukti adanya lesi
peritoneal. Adanya leukopenia dan netropenia/netrofilia
yang jelas dapat membantu dalam diagnosa.
Diferential diagnosa :
Peritonitis difusa - Obstruksi usus
Patologi-klinis :
- Alkalosis metabolik - Hypokhloremia
- Hypokalemia - Hemokonsentrasi
- Jumlah total serta diferensial leukosit dalam kisaran
normal.
Diagnosa :
Tergantung pada sejarah nutrisi, penemuan klinis yang
nyata dan hasil laboratorium..
Impaksi abomasum sebagai komplikasi retikulitis
traumatika --> terjadi pada akhir kebuntingan, pada
umumnya hanya pada 1 hewan, demam ringan dapat/tidak
terjadi , hewan dapat melenguh pada palpasi dalam dari
proc. xyphoideus.
Terapi :
- Tantangan pada treatment mampu atau tidak dapat
mengenal kasus yang akan berespos terhadap terapi dapat
mengambil keputusan untuk pengamanan (dipotong).
-Larutan elektrolit diinfus secara terus menerus selama 72
jam pada dosis 100 – 150 ml / Kg BB periode diatas 24 jam
- Dioctyl Sodium Sulfosuccinat kedalam rumen dengan
sonde lambung dosis 120 – 180 ml larutan 25 %/450 Kg/hari
selama 3 – 5 hari, dicampur dengan 10L air hangat dan 10 L
mineral oil. Jumlah mineral oil dapat ditingkatkan menjadi 15 L
setelah hari ke 3--> beberapa hari sampai persembuhan
tampak.
-abomasotomy , rumenotomi,
-Pada sapi yang terkena impaksi akibat pasir, pasirnya harus
dikeluarkan dan beri makanan hay yang baik serta rumput
campuran yang terdiri dari mollases dan mineral.
2. Dislokasi Abomasum ke sisi Kiri (LDA)
a. Etiologi
a.1 . Atoni abomasum:
-adanya pengaruh stress : -setelah partus
- produksi susu yang tinggi
-toxaemia - mastitis, ,
- indigesti
- makan yang tinggi kadar konsentrat
a.2. Kausa mekanis :
- pada uterus yang gravid
- aktif pada masa birahi.
b. Patogenesis
d. Differensial Diagnosa.
- Retikuloperitonitis traumatika
- Indigesti vagus
- Hernia diafragmatika
e. Pengobatan.
a. Etiologi
b. Patogenesis
Bakteri :
-E. coli bakteri terpenting penyebab diarrhea pada
pedet
-E. coli bertaut pada usus suatu pertautan dan
menghilangkan lesi dengan pemutusan ‘brush border’
dan menghilangkan struktur mikrovilli pada tempat
pertautan, menurunkan aktivitas enzym dan merubah
transport ion dalam usus.
- Salmonella spp. Terutama S. typhimurium dan S.dublin ,
tetapi --> diarrhea pada pedet berumur 2 minggu.
Salmonella --> enterotoxin, --> peradangan pada usus halus.
Pada pedet infeksi oleh organisme --> cepat menjadi
bakterimia
- Clostridium perfingens : type A, B, C dan E menghasilkan
variasi toksin nekrotis dan perdarahan cepat enteritis
pedet dapat fatal. Penyakit ini jarang pada pedet dan
biasanya sporadis. Infeksi dengan tipe B dan C umumnya
menyebabkan enteritis dan dysentri pada anak domba.
- Compylobacter jejuni dan Yersinia enterolitica -->
ditemukan pada feses pedet dan anak domba penderita
diarrhea tetapi juga dapat dijumpai pada feses hewan
sehat.
Virus :
- Rota virus. Terdiri dari : grup A dan B
Grup A --> diarrhea dengan beberapa serotype yang
berbeda virulensinya.
Rota virus akan bereplikasi dalam enterosit dewasa
(yang memproduksi enzym pada vili usus halus) ruptur
dan terkelupasnya enterosit dengan melepas virus
menginfeksi sel yang bersebelahan. Rota virus tidak
menginfeksi sel muda dari crypta. Akibat strain virulent
Rota virus hilangnya enterosit melebihi kemampuan
crypta usus untuk menggantikannya, sehingga tinggi vili
akan berkurang penurunan wilayah permukaan usus
yang absorbtif dan aktivitas enzym pencernaan usus.
- Corona virus umum berkaitan dengan diare pada pedet.
Virus ini akan bereplikasi pada epithelium tractus
respiratorius bagian atas , enterosit usus lesi yang sama
dengan rota virus selain itu juga menginfeksi sel epitel usus
besar terjadi atropi tepian colon.
- Virus lain termasuk : Breda virus, calici virus, astro virus dan
parvo virus dapat ditemukan pada feses pedet yang diare,
tetapi juga dapai ditemukan pada feses hewan sehat.
Protozoa :
- Cryptosporidium parvum penyebab umum dari diarrhea
pedet dan anak domba. Parasit tersebut tidak menyerang
tetapi melekat pada ujung permukaan enterosit bagian distal
usus halus dan colon mengakibatkan hilangnya mikrovili,
penurunan aktivitas enzym mukosa dengan villi tumpul dan
bergabung ( pengurangan wilayah absorbtif pada permukaan
villi) dan perubahan inflamatori pada submukosa.
Penyebab lain :
- Susu atau susu formula pengganti yang tidak sesuai
volume feses yang banyak dengan konsentrasi cairan lebih
banyak dari normal tetapi tidak mengandung diarrhea dan
berat badan menurun.
- Susu pengganti yang buruk kualitasnya, protein yang rusak
oleh panas atau sejumlah kacang kedelai yang berlebihan atau
protein ikan atau karbohidrat yang berasal bukan dari susu
beresiko tinggi terhadap diarrhea.
- Pemberian chloramphenicol, tetracyclin peroral pada pedet
selama 3-5 hari perubahan pada villi malabsorbsi dan
diarrhea ringan. Pemberian antibiotika terlalu lama dengan
dosis tinggi menyebabkan terjadinya diarrhea karena
superinfeksi bakteri pada usus.
Patogenesa:
Diarrhea pada ruminansia neonatus biasanya berhubungan
dengan penyakit pada usus halus akibat hypersekresi
atau malabsorbsi.
Treatment:
-Penggantian cairan dan elektrolit, merubah diet, anti
mikroba dan Imunoglobulin, penggunaan obat anti diarrhea
dan adsorbsi
-Cairan untuk rehidrasi peroral harus diformulasikan untuk
memicu co-transport Na dengan glukosa dan asam amino
-Kekurangan cairan basal yang dapat diperbaiki dengan
pemberian awal isotonis (13 g /L) larutan sodium bicarbonat,
--> 100 mL/Kg BB selama 4 – 6 jam. Karena pedet sering
hipoglisemia 25 – 50 g Dextrosa ditambahkan pada larutan
bicarbonat .
Larutan bicarbonat sebaiknya diikuti dengan terapi cairan
secara iv larutan keseimbangan fisiologis 5 – 8 mL/Kg BB/jam
selama 20 jam.
Pendahuluan:
1.Merupakan Problema klinis yang paling
sering ditemukan sehari-hari
2.Bervariasi dari yang tidak spesifik - spesifik
3.Keluhan pemilik umumnya: dysphagia,
regurgitasi, vomitus dan diarrhea
Penampilan klinis utama dari gangguan traktus
digestivus
(berdasarkan fungsi fisiological)
Problem pada fungsi Gejala klinis
organ fisiologis utama
Oropharynx Taste,prehensi, penurunan napsu mkn
mastikasi, - anoreksia,
pembentukan bolus, dysphagia, ptyalism,
intake cairan, halitosis, tersedak or
memulai proses mengais wajah
penelanan, melunakan
dan melicinkan
ingesta, melembabkan Continued………….
rongga mulut
Esophagus Transport Regurgitasi, gejala
ingesta,mempermudah bronchopulmonary
passage aboral dari yg persistent ,
ingesta dan mencegah ptyalism, tidak dapat
baliknya melalui menelan
relaksasi reflesif
Lambung menampung ingesta Vomitus
(temporer), sekresi (pengeluaran ingesta
asam HCl dan dengan paksa),
pepsin digesti kasar, berbagai bahan yang
sekresi mucus dimuntah = kuning,
melicinkan ingesta, bercak darah, seperti
mengatur kopi dan jernih
penghantaran ke usus
halus
Continued……..
Usus Halus mencernakan dan Diare (cair dan
penyerapan nutrisi, banyak),melena atau
sekresi air dan lemak,
electrolit, motilitas vomitus,kehilangan
aboral (segmental dan berat badan
peristaltik),
mempertahankan
immunitas lokal,
produksi hormon GI
Usus Besar penyerapan air dan Diare sangat frequent,
Elektrolit (proximal feces semi terbentuk,
colon, penyimpanan mucus pada feces,
bahan fecal kering , darah segar dalam
motilitas aboral feces, tenesmus,
(segmental and dyschezia*, rasa sakit
peristaltik) pada rektum
Mucocele
1. STOMAGOGI
(Abbv.: stomatitis,glossitis and gingivitis)
Definisi:
1. proses inflamatori pada mukosa rongga
mulut, lidah dan gusi menyebabkan
ulserasi,necrosis and infeksi II.
2. Dapat melibatkan jaringan lunak rongga mulut tunggal
atau multipel
Causa :
-Infeksius
Bacterial Fusiform bacilli (Bacteriodes melaninogenicus) dan
spirochete
Viral FRV, FCV, FeLV
Mycotic Candida albicans, Blastomyces dermaditidis,
Histoplasma capsulatum
- Sistemik uremia (ulser),
- Metabolik diabetes mellitus (Penyakit Periodontal ),
hypothyroidism ( periodontitis persistent),
hyperparathyroidism (ulser dan penyakit
periodontal )
-Trauma material asing (phycogranulomatosis),
senyawa caustik
-Obat & toxin logam berat (thallium),
Sod. Diphenylhydantoin/dilantin,
-Immune pemphigus vulgaris, bullous pemphigoid,
SLE, DLE, dermatitis allergic contact
terhadap plastic
Pathogenesis:
Permukaan epitel pada rongga mulut kontak dengan sejumlah besar
m.o dan menjadi subjek terhadap berbagai pengaruh trauma
rongga mulut; adanya penurunan mekanisme pertahanan rongga
mulut (dan sistemik) menyebabkan terjadinya infeksi II. mis:.
Diagnosis:
1. History
2. Gejala klinis
3. Pemeriksaan Lab. spesifik (berdasarkan kausa):
1. Infeksius tests thdp FeLV, FCV, FHV, Cytology (elemen
Blastomyces dan Histoplasma), Culture: Gram’s stain (candida)
2. Metabolic Tests T3/T4, Diabetes mellitus,PTH, Uremia
4. Biopsy
1. Membedakan lesi inflammatori non spesifik dari neoplasia
2. menegaskan lesi dari kelainan yang diperantarai immune
5. Hematology : bervariasi anaemia, leucocytosis, eosinophilia
Differential Diagnosis:
1. Oral Neoplasia
2. Kelainan Oral Idiopatik
3. Semua yang berpotential penyebab of inflammatori pada oral
Treatment:
1. Antimicrobial Amoxillin, Lyncomycin, Cephalexin,
Tetracycline, Metronidazole
2. Antifungals Ketoconazole, Amphotericin B
3. Pembersih oral Chlorhexidine 0,2%, Hydrogen Peroxide 1,0%
or Povidone Iodine dalam Saline 1:10
2. TONSILOPHARYNGITIS
Definisi:
1. Inflammasi pada mukosa pharynx and Lymphnodus tonsil
dgn akibat hyperplasia lymphoid pada jaringan tonsils
Causa:
Pathogenesis:
Gejala Klinis :
1. History : Batuk, regurgitasi, vomitus dan discharge nasal
2. P.E. : dysphagia, ptyalism, halitosis, gagging, inappetenze
- anorexia, demam (anjing muda)
Oral cavity : erythematous, lesi ulcerative, proliferative .
Pembesaran tonsillar Bilateral (menonjol dari
crypta)
Diagnosis:
1. History
2. Gejala klinis (pada keadaan darurat dengan sedasi tonsils
merah, bengkak kadang menonjol)
3. Culture M.o membantu jika material purulenta nyata
Differential Diagnosis :
Treatment :
1. Identifikasi dan eliminate kausa primer
2. Antibiotik Broadspectrum selama 5-7 hari
3. Tonsilectomy
Figure 1: Esophagitis (conformed) in a dog
Figure 2: esophagitis (conformed) in a dog
(same patient as figure 1)
Figure 3 : Esophageal nodular growth
(unconformed) in a cat
Figure 4 : canine esophagus with dysphagia
(unconformed)
Pertemuan II GIT
PENYAKIT PADA LAMBUNG
Fisiologi Lambung
- Fase cephalik
Sekresi gastrin distimulasi oleh :
kondisi yang diharapkan, melihat, merasakan , membaui dan
lewatnya makanan melalui oropharynx.
Serat efferent vagus berakhir pada sel G, sel parietal dan Chief cell
pelepasan gastrin, HCl, pepsinogem
• Fase Gastrik
Penentu yang sangat penting dari sekresi lambung : dimulai oleh:
- distensi lambung dan
- protein yang dicerna
Distensi pada area kel. Parietal (fundus dan Body) atau are kel. Pyloric
aktivitas sel G dan sel parietal
(spt yang dilakukan oleh reflex vagal cephalik)
Fase intestinal :
pemasukan protein kedalam usus halus respons sekresi asam
yang berbeda
3 komponen pada fase ini dapat berbeda terhadap :
- Stimulasi langsung sekresi asam
- Penambahan respon maksimal terhadap histamin dan gastrin
- Pelepasan gastrin ke dalam ruang-lekukan lambung
(semua menurun)
• Histamin terdapat dalam eosinofil dan mast cell pada mukosa
lambung
Penggunaan
Antagonis
Reseptor H2
Untuk
Mengontrol
Sekresi lambung
Sekresi Elektrolit
Mucus
• sedikit menghalangi pergerakan air dan elektrolit
• Tidak melindungi terhadap asam lambung atau aktivitas
proteolitik dari pepsin
Gastrin
-Sekresi asam
-sekresi pepsin
- Ion hidrogen yang berasal dari ionisasi air dalam sel parietal,
dipindahkan kedalam lumen lambung dalam pertukaran dgn K
oleh H+/K+ATPase
Definisi :
1. Inflamasi sampai kerusakan pada mucosa lambung akibat dari
suatu perlukaan
2. Spontaneous
Causes:
Asal dari Lambung :
mekanik tulang, batu, plastik, hairballs
chemicals Obat, toxin tanaman, makanan basi,
infectious bacterial enterotoxins,
mycotoxins, distemper, parvo,
hepatitis, corona virus, Physaloptera spp.,
Ollulanus tricuspis
Allergen alergi makanan
Non lambung:
Penyakit sistemik yang mempengaruhi perubahan mukosa lambung
Pathogenesis:
VOMITUS:
-Asal Lambung :
neoplasia, retensi (disebabkan oleh
dysfungsi pylorus), GASTRITIS CHRONIC
-Non gastric :
-Obstruksi pada usus halus, penyakit pada
pancreas/ ginjal/hati.
Definisi :
3. Physaloptera spp.
Pathogenesis :
mucosa / submucosa Inflamasilesi kronis barrier
mucosal rusak dgn 3 klasifikasi:
1. Vomitus Intermittent
2. Vomitus terdiri dari of mucus, gastric juice dan (kadang-kadang)
makanan
4. Polydipsia
Diagnosis:
1. History
2. Gejala klinis
3. Laboratory:
a. Microcytic hypochromic anemia
b. Leucocytosis dgn Eosinophilia absolute
c. Fecal test (kesampingkan parasitism intestinal )
1. Gastritis Akut
2. Neoplasia
4. Dysfungsi Metabolik/organ :
insuffisiensi Adrenocortical , Uremia, insuffisiensi
eksokrine Pancreatis kronis,insuffisiensi hepatik kronis.
Prognosis:
bervariasi, tergantung pada keparahan dan and responsiveness
terhadap terapi symptomatic sebelumnya
Treatments:
1. Hilangkan kausa jika teridentifikasi
4. Corticosteroid:
Prednisone 1mg/Kg BW
5. Antiemeticum:
Chlorpromazine 0,5 mg/KgBB
Pada kasus ULCUS GASTRIC
1. Kurangi dosis Corticosteroid
2. GAntikan dengan ANTACIDS
DISEASE OF THE SMALL
INTESTINE
CONGENITAL/DEVELOPMENTAL DISORDERS:
DEGENERATIVE DISEASES:
1. Ulcers
2. Sclerosis
INFECTIOUS DISEASES:
INFLAMMATORY DISORDERS:
IMMUNE DISORDERS:
Definisi :
Maldigesti :
Malabsorpsi :
1. Riwayat (Anamnesis)
2. Gejala klinis
3. Pemeriksaan feces
a. Sudan III untuk pemeriksaan terhadap lemak
b. Kandungan pati dan serat otot terhadap MALDIGESTI
c. Pemeriksaan mikroskopis terhadap telur cacing dan
protozoa
d. Test pencernaan gelatin untuk protease (uji – berarti
insufisiensi tripsin)
e. Kultur faeces terhadap salmonella
4. Laboratorium :
Intestinal BIOPSY
Differential Diagnosis:
1. Hyperthyriodismus (kucing)
2. Protein losing Enteropathy
Prognosis:
Tergantung pada kausa utama, perubahan diet,
suplementasi enzimatis atau vitamin
Treatments:
1. treatment kausa utama
2. Perubahan diet :
2.1. Porsi sedikit dan frekuensi makan lebih sering
2.2. Pakan rendah kandungan lemak (C : P harus 4 :1)
3. SuplementasiVitamin
4. Turunkan Diarrhea dan Tenesmus:
4.1. Loperamide HCl: 0,08 mg/KG BB. QID
4.2. Isopropamide (anjing) : 0,14-0,22 mg/KG BW
5. Protectant dan Absorbent:
5.1. Bismuth Subsalysilate
5.2. Kaolin-Pectin
PROTEIN LOSING ENTEROPATHY
Definisi:
Dikarakterisasi dengan hilangnya protein serum secara
berlebihan kedalam saluran pencernakan secara primer
atau disebabkan oleh penyakit lain
Causa:
1. Diarrhea kronis
2. Penurunan berat badan sampai cachexia
3. Kepucatan anemia kronis anorexia
4. Edema (peripheral atau rongga tubuh)
Diagnosis:
1. Riwayat
2. Gejala Klinis
3. Pemeriksaan Faeces terhadap Endoparasitism
4. Uji Laboratorium :
Terhadap Lymphangiectasia : Lymphocyt↓, Ca↓,
Protein↓, Cholesterol↓
5. Radiography:
Penebalan saluran pencernakan/ penyakit obstruktif/ ascites
6. Biopsy endoscopy
Differential Diagnosis:
0. Jika teridentifikasi:
Kesampingkan causa lain dari primer
Kesampingkan maldigesti/malabsorpsi
Kesampingkan OEDEMA dari HYPOPROTEINEMIA lainnya
1. Makanan diet rendah lemak porsi kecil, lebih sering
makan
2. Perawatan suportif:
2.1. Furosemide diuretikum pada Loop of Henle’s
2.2. Transfusions Plasma meningkatkan tekanan
oncotik
2.3. Antiulcers CIMETIDINE
RANITIDINE
3. Terapi Spesific terhadap kausa utama
COLITIS/PROCTITIS
Definisi :
Etiologi :
- Namun terapi tipe ini tidak efektif jika terdapat peradangan dan
kerusakan mukosa yang nyata.
Pemahaman:
merupakan kondisi final/terminal dari pelbagai
penyakit/kerusakan pada hati yang cenderung
merusak parenkhim hati secara progresif.
Predisposisi:
Breed : Bedlington T, Westhighland white T
, Sky T, Dobberman, Cocker Spaniel
Genetik : German Shepherd
• Gejala HE
• Aliran darah lambung menurun adanya hipertensi
portal
• Kemampuan untuk mempertahankan barrier mukosa
lambung normal menurun gastritis , ulcer
• Penurunan metabolisme hepatik pada penyerapan
histidin dari usus peningkatan sekresi histamin
• Histamin stimulasi sel parietal sekresi HCl
Prognosis:
baik, jika kadar TPP dpt dipertahankan
doubt – poor, untuk kasus lainnya
Therapi:
2. Diuretikum:
2.1. Spironolactone 1-2 mg/kgBB, PO, 2x/d
2.2. Furosemide 1-2 mg/kgBB, PO, 2x/d
3. Hemostiptikum interna:
3.1. vitamin K 2-5 mg/kgBB, SC, 2x/d
4. Antibiotik:
4.1. Amoksilin + Clavulenat: 10mg/kgBB,PO, 3x/d
4.2. Trimethoprim+ sulfa : 15 mg/kgBB,PO, 2x/d
PANKREATITIS
Pankreas
Fungsi pankreas eksokrin
- Memproduksi zymogen inaktif berubah menjadi
enzim pencernaan yang aktif (mis, Trypsinogen,
chymotrypsinogen, proelastase).
- Beberapa enzim aktif yang akan dilepaskan antara lain
lipase dan α-amilase.
- Mensekresi produk yang perlu untuk penyerapan
vitamin B12 dan Zinc.
- Mensekresi bicarbonat membantu untuk membuffer
asam yang memasuki duodenum dari lambung
Sekresi dari produk pankreas distimulasi oleh
cholecystokinin dan sekretin.
Fungsi Pankreas
• Eksokrin:
– Asini:
• Sekresi cairan
pankreas
• Endokrin:
– Pulau
Langerhans :
• Sekresi insulin
dan glukagon
Sekresi Pankreas
• Interaksi enzim2 duodenum & pankreas
– Enterokinase dari mukosa duodenum & menempel
pada brush border mengaktivasi trypsinogen →
trypsin
– Trypsin mengaktivasi chymotrypsinogen →
chymotrypsin
– Trypsin mengaktivasi procarboxypeptidase →
carboxypeptidase
• Trypsin, chymotrypsin & carboxypeptidase → protein
→ proteolitik
• Amilase pankreas → starch/pati → amilolitik
• Lipase pankreas → lipid → lipolitik
• Deoxyribonucleases & ribonucleases → masing2 DNA
& asam ribonukleat
Fungsi eksokrin Pankreas
Etiologi:
Akut:
tidak spesifik multifactors:
1. nutrisi : diet lemak tinggi, obesity
2. peradangan : hambatan peruraian chylomikron
parvovirus, toxoplasma, FIP
3. Obat : Azathioprin, thiazid, sulfonamid,
furosemid, estogen, tetrasiklin,
kortikosteroid, INH, chlorpromazin
4. sistemik : iskemia, gang. limfatik hati
pankreas, uremia,
hiperadnocorticocism,
hiperkalsemia, diabetes mellitus
gang.sal.empedu
Kronis:
unknown, tendensi pada:
1. primer : idiopathik aging, sistemik (lih. akut !!)
2. sekunder : kelanjutan AKUT nekrotik
Patogenesis:
• Adanya kerusakan yang melampaui kapasitas untuk
mencegah autodigesti induksi peradangan pankreas
Intradigesti: Ekstradigesti:
GE hemorrhagika Endometritis akut
leptospirosis (CAT) Pielonefritis
Volvulus/obstruksi intestinal uremia
Peritonitis
Diabetes mellitus
Prognosis:
• Akut : baik
• Kronis : hati-hati
Therapi: