Anda di halaman 1dari 18

DUA KALIMAT SYAHADAT DAN IMPLIKASINYA

MAKALAH
Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah SatuTugas
Pada Mata Kuliah Praktek Ibadah Program Studi Hukum Keluarga Islam
(Ahwal Syakhsiyyah) Kelompok2

OLEH :
KELOMPOK 2
NURUL AINUN ELLA
742302019008 742302019009

NURAINI MOHD. AZROY


742302019010 742302019011

MIRNAWATI
742302019012

DOSEN PEMBIMBING :
FIRDAUS, S.Sy., M.H.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE


2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur tak terhingga penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT.

Karena dengan izin-Nya jualah sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.

Salawat dan salam tak lupa penyusun kirimkan kepada junjungan Nabi mulia

Muhammad SAW. Serta sengenap sahabat terpilih, keluarga tercinta dan beserta para

pengikut-pengikutnya.

Dalam penulisan makalah ini, penyusun tidak terlepas dari berbagai hambatan
dan kesulitan yang pada dasarnya memberikan hikmah tersendiri bagi penyusun. Oleh

karena itu, penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak, baik yang bersifat moril maupun materil.

Selanjutnya bagi semua kalangan yang telah membantu menyelesaikan

makalah ini penyusun menyampaikan terima kasih yang tak terhingga dan

penghargaan yang setinggi-tingginya. Serta penyusun berharap semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.

Watampone, 30 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Makna Syahadat 3

B. Rukun Syahadat 4

C. Syarat-syarat Syahadat 6

D. Konsekuensi Syahadat 8

E. Yang Membatalkan Syahadat 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 14

B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi umat Islam, kata Syahadat bukanlah kata yang asing lagi di telinga
manusia. Syahadat adalah seperti nafas yang senantiasa menemani hidup manusia.
Syahadat adalah salah satu syarat utama keislaman seseorang. Tanpa syahadat dalam
hati, pikiran, ucapan, dan tindakan mereka, maka tiada pula islam dalam kehidupan
manusia.

Syahadat adalah sebuah perkara vital dalam kehidupan umat islam. Syahadat
ibarat ruh, sedangkan islam sendiri ibarat jasadnya. Maka jasad tersebut akan mati
jika ruh tersebut tidak ada atau mati. Perkara syahadat adalah sebuah perkara yang
menyangkut ketauhidan seseorang. Itulah, mengapa Syahadat ini menjadi salah satu
bagian yang primer bagi umat islam.

Di dalam agama islam, kedua kalimat Syahadat tersebut merupakan sebuah


rangkaian utuh yang harus diimani secara menyeluruh. Haram bagi umat islam untuk
hanya mengimani salah satunya saja. Haram bagi umat islam untuk hanya mengakui
Allah saja namun tidak mengakui Rasulullah Muhammad saw, begitu juga
sebaliknya. Agar umat islam dapat memaksimalkan kualitas Syahadat dalam
kehidupannya, maka terlebih dahulu mereka haruslah mengetahui mengenai makna
yang terkandung dalam dua kalimat tersebut.

B. RumusanMasalah
1. Apa makna dari dua kalimat syahadat ?
2. Apa saja rukun-rukun syahadat?
3. Apa syarat-syarat dari syahadat ?

[Type text]
2

4. Apa konsekuensi dari syahadat?


5. Apa-apa yang saja yang dapat membatalkan syahadat ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa makna dari dua kalimat syahadat!


2. Untuk mengetahui apa saja rukun-rukun syahadat!
3. Untuk mengetahui apa syarat-syarat dari syahadat !
4. Untuk mengetahui apa konsekuensi dari syahadat !
5. Untuk mengetahui apa-apa yang membatalkan syahadat !
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Syahadat LaaIlaaha Illallaah Muhammadar Rasuulullah


1. Makna syahadat Laa Ilaaha Illallah
Yaitu beri‟tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan
menerimai badah kecuali Allah Subhanahu wa Ta‟ala, menta‟ati hal tersebut dan
mengamalkannya. LaaIlaaha menafikkan hak penyembahan dari yang selain Allah, siapa
pun orangnya. Illallah adalah menetapkan hak Allah semata untuk disembah.
Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah “Tidak ada sesembahan yang
hak selain Allah”. Khabar “laa” harus ditakdirkan “bihaqqi” (yang hak), tidak boleh di
taqdirkan dengan “maujud‟ (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan
yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-
tuhan tersebut adalah ibadah pula terhadap Allah. Ini tentu kebatilan yang nyata.
Kalimat LaaIlaaha Illalla telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran yang batil,
antara lain:
1) LaaIlaaha Illalla artinya:
“Tidak ada sesembahan kecuali Allah”.Ini adalah batil, karena maknanya:
Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu
adalah Allah.
2) LaaIlaaha Illalla artinya:
“Tidak ada pencipta selain Allah”. Ini adalah sebagian dari arti kalimat
tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, Karena arti ini hanya
mengakui kalimat tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.
3) LaaIlaaha Illalla artinya:
“Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah” ini juga sebagian dari
makna kalimat LaaIlaaha Illalla tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna
tersebut belum cukup.1
Semua tafsiran diatas adalah batil atau kurang. Jadi diperingatkan disini bahwa
tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar.Sedangkan tafsir yang benar

1
Agus Hasan Bashori, Kitab Tauhid, (Jakarta: Akafa Press, 2001) h.52-53
4

menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama peneliti) yaitu “Tidak ada sesembahan yang hak
selain Allah”.
2. Makna Syahadat Anna Muhammadar Rasulullah
Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa Beliau adalah hamba Allah dan Rasul-
Nya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan
konsekuensinya: mentaati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi
larangannya dan tidak menyebah Allah kecuali dengan apa yang di syariatkan.

B. Rukun Syahadatain
1. Rukun Laa Ilaaha Illallah
Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun:
a. An-Nafyu atau peniadaan: (‫ )ال إله‬dan pembatalan syirik dengan segala bentuknya dan
mewajibkan terhadap segala apa yang disembah selain Allah.
ّ ‫ )إأل‬menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah
b. Al-Itsbat (penetapan): (‫للاه‬
kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.
Makna dua rukun ini banyak disebutkan dalam Al-Qur‟an. Seperti firman Allah:

“karena itu barang siapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat...” (Al-Baqarah:256)
Firman Allah, “siapa yang ingkar kepada thagut” itu adalah makna dari ‫ال له‬,
rukun pertama. Sedangkan firman Allah “dan beriman kepada Allah”adalah makna dari
‫ إالّه ّه‬begitu pula firman Allah kepada Nabi Ibrahim alaihis-salam:
rukun kedua, ‫للا‬

“seungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku
menyembah) Tuhan yang menjadikanku...” (Az-Zukhruf: 26-27).
Firman Allah, “sesungguhnya aku berlepad diri” ini adalah makna nafsyu
(peniadaan) dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, “tetapi (aku menyembah)
Tuhan yang menjadikanku”, adalah makna itsbat (penetapan) pada rukun kedua.2

2
Yusuf Harun, Kitab Tauhid, (Jakarta: Islamic propogation, 2016) h.53-54
5

2. Rukun Syahadat Muhammadar Rasulullah


Syahadat itu juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat ‫( عبده ورسوله‬hamba dan
utusanNya). Dua rukun itu menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan)
pada hak Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Beliau adalah hamba dan RasulNya.
Beliau adalah makhluk yang paling sempurna dalam dua sisi yang mulia ini.
‫ العبد‬di sini artinya hamba yang menyembah. Maksudnya, beliau adalah manusia
yang diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Juga
berlaku atas apa yang berlaku atas orang lain. Sebagaimana firman Allah:

“katakanlah aku ini hanya seorang manusia seperti kamu...” (Al-Kahfi: 110)

Beliau hanya memberikan hak hubudiyah kepada Allah dengan ebenar-benarnya,


dan karena Allah memujinya:

“bukankah Allah cukup untuk melindungi hambaNya.” (Az-Zumar: 36)

“segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya kitab (Al-Qur‟an)...”.
(Al-Kahfi: 1)

“maha suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al-
Masjidil Haram...”. (Al-Isra‟: 1)
Sedangkan Rasul artinya, orang yang diutus kepada seluruh manusia dengan misi
dakwah kepada Allah sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir (pemeberi
peringatan).3
Persaksian untuk Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dengan dua sifat ini
meniadakan ifrath dan tafrith pada hak Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Karena
banyak orang yang mengaku umatnya lalu melebihkan haknya atau mengkultuskannya
hingga mengangkatnya di atas martabat sebagai hamba hingga kepada martabat ibadah
(peneyembahan) untuknya selain dari Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Mereka ber-
istighatsah (meminta pertolongan) kepada beliau, dari selain Allah, seperti memenuhi
hajat dan menghilangkan kesulitan. Tetapi dipihak lain sebagian orang kengingkari
kerasulannya dan mengurangi haknya, sehingga ia bergantung kepada pendapat-pendapat

3
Abdullah Haidir, Tauhid dan makna syahadatain, (Jakarta: Islamic Propogation, 2016) h. 12-14
6

yang menyalahi ajarannya, serta memaksakan diri dalam mena‟wilkan hadits-hadits dan
hukum-hukumnya.

C. Syarat-syarat Syahadat
1. Laa ilaaha illallah
Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat, tanpa syarat-syarat itu
syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Secara global tujuh syarat
itu adalah:
 Ilmu,yang menafikan jahl (kebodohan)
 Yaqin,yang menafikan syak (keraguan)
 Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan)
 Inqisyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan)
 Ikhlash yang menafikan syirik.
 Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta)
 Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha (kebencian)

a. ‘Ilmu (mengetahui)
Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan
apa yang ditetapkan, yang menafikan ketidaktahuannya dengan hal tersebut.
Allah berfirman:

…”Kecuali orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka yang mengetahui
(nya).”(Az-Zukhruf:86)
Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan
hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya,tetapi tidak
mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.
b. Yakin
Orang yang mengikrarkan harus meyakini kandungan syahadat itu. Manakala ia
meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu.4

Allah berfirman:

4
Abdullah Haidir, Tauhid dan makna syahadatain, (Jakarta: Islamic Propogation, 2016) h. 15
7

“sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orangyang berfirman


kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu …”(Al-Hujurat: 15)
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi shallallahu‟alaihi wa sallam
bersabda:
“Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebun) ini, yang menyaksikan bahwa tiada
ilah selain Allah dengan hati yangmeyakininya, maka berilah kabar gembira dengan
(balasan) Surga.”(HR.Al-Bukhari).
Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.
c. Qabul (menerima)
Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyembah Allah semata
dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.
Siapa yang mengucapkan,tetapi tidak menerima dan menta‟at, maka ia termasuk
orang-orang yang difirmankan Allah:

“Sesungguhnya mereia dahulu apabila dikatakan kepada mereka, laa ilaaha illallah‟
(tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. Dan
mereka berkata: „Apakah sesungguhnya kamiharus meninggalkan sembahan-sembahan
kami karena penyair gila?”(Ash-Shaffat 35-36).
Ini sepertinya halnya penyembah kuburan dewasa. Mereka mengikrarkan laa
ilaaha illalla, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan
demikian berarti mereka belum menerima makna laa ilaaha illallah.
d. Inqiyad (Tunduk dan Patuh dengan Keadaan Makna Syahadat).
Allah berfirman:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah,sedangkan dia orang yang berbuat kebaikan,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.” (Luqman: 22).5

5
Yusuf Harun, Kitab Tauhid, (Jakarta: Islamic propogation, 2016) h.55
8

Al-„urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah
yanqadu (patuh, pasrah)
e. Shidq (jujur)
Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkannya. Manakalanya
lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan
pendusta.
Allah berfirman:

“Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan Hari
Kemudian‟, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada pemyakit,
lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta.” (Al-Baqarah: 8-10)
D. Konsekuensi Syahadatain
1. Konsekuensi Laa ilaha illallah
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-cam yang
dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah . Dan beribadah
kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah.
Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya. Sehingga mereka
menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa para makhluk, kuburan,
pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya.
Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid‟ah. Mereka menolak para da‟i yang
mengajak kepada tauhid dan mencela orang yang beribadah hanya kepada Allah
semata.

B. Konsekuensi Syahadat Muhammadar Rasulullah


Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya,
mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari
hal-hal bid‟ah dan muhdatsat (baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala
pendapat orang.6

6
Yusuf Harun, Kitab Tauhid, (Jakarta: Islamic propogation, 2016) h.55-56
9

E. Yang Membatalkan Syahadatain


Yaitu hal - hal yang membatalkan Islam, karena dua kalimat Syahadat itulah yang
membuat seseorang masuk dalam Islam. Mengucapkan Keduanya adalah pengakuan
terhadap kandungannya dan konsisten mengamalkan konsekuensinya berupa segala
macam syiar - syiar Islam. Jika ia telah membatalkan perjanjian yang telah di ikrarkannya
ketika mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut.

Yang membatalkan Islam itu banyak sekali. Para fuqaha‟ dalam kitab - kitab fiqih
telah menulis bab khusus yang diberi judul “Bab Riddah (kemurtadan)”. Dan yang
terpenting adalah sepuluh hal, yaitu:

1. Syirik dalam beribadah kepada Allah.


Allah berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar.” (QS. An - Nisa : 48)7

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah


Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil,
sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan

7
Abdullah Haidir, Tauhid dan makna syahadatain, (Jakarta: Islamic Propogation, 2016) h. 16
10

kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun”. (QS. Al - Maidah : 72)8
Termasuk di dalamnya yaitu menyembelih karena selain Allah, misalnya
untuk kuburan yang dikeramatkan atau untuk jin dan lain - lain.
2. Orang yang menjadikan antara dia dan Allah perantara - perantara. Ia berdoa kepada
mereka, meminta syafa‟at kepada mereka dan bertawakkal kepada mereka. Orang
seperti ini kafir secara ijma‟.
3. Orang yang tidak mau mengkafirkan orang - orang musyrik dan orang yang masih
ragu terhadap kekufuran mereka atau membenarkan madzhab mereka, dia itu kafir.
4. Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi shallallahu „alaihi wasallam lebih
sempurna dari petunjuk beliau, atau hukumnya lain lebih baik dari hukum beliau.
Seperti orang - orang yang mengutamakan hukum para thaghut di atas hukum
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam, mengutamakan hukum atau undang -
undang manusia di atas hukum Islam, maka dia kafir.
5. Siapa yang membenci sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu
„alaihi wasallam sekalipun ia juga mengamalkanya, maka ia kafir.
6. Siapa yang menghina sesuatu dari agama Rasul shallallahu „alaihi wasallam atau
pahala maupun siksanya, maka ia kafir. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah:

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu),
tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan
bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-
Nya kamu selalu berolok-olok?"
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami
memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab

8
Yusuf Harun, Kitab Tauhid, (Jakarta: Islamic propogation, 2016) h.56
11

golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat
dosa. (QS. At - Taubah : 65 - 66)
7. Sihir, diantara Sharf dan „athf (barangkali yang dimaksud adalah amalan yang bisa
membuat suami benci kepada istriny atau membuat wanita cinta kepadanya/pelet).
Barangsiapa melakukan atau meridhainya,maka ia kafir. Dalilnya adalah firman
Allah:

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman.
Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada
manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan
Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan,
"Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir." Maka mereka
mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang
(suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya
kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak
memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli
(menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh,
sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka
tahu”. (QS. Al - Baqarah : 102)9

9
Yusuf Harun, Kitab Tauhid, (Jakarta: Islamic propogation, 2016) h.57
12

8. Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi umat Islam.
Dalilnya adalah firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin
bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (QS.Al - Maidah :
51)
9. Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari syari‟at
Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wasallam, seperti halnya Nabi Hidhir boleh
keluar dari syari‟at Nabi Musa „alaihis salam, maka ia kafir. Sebagaimana yang
diyakini oleh ghulat sufiyah (sufi yang berlebihan/melampaui batas) bahwa mereka
dapat mencapai suatu derajat atau tingkatan yang tidak membutuhkan untuk
mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam.10
10. Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak pula mengamalkannya.
Dalilnya adalah firman Allah:

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan
ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan
memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa”. (QS. As - Sajadah : 22)

10
Yusuf Harun, Kitab Tauhid, (Jakarta: Islamic propogation, 2016) h.57-58
13

Syaikh Muhammad At-Tamimy berkata: “Tidak ada bedanya dalam hal yang
membatalkan syahadat ini antara orang yang bercanda, yang serius (bersungguh -
sungguh) maupun yang takut, kecuali orang yang dipaksa. Dan semuanya adalah
bahaya yang paling besar serta yang paling sering terjadi. Maka setiap muslim wajib
berhati - hati dan mengkhawatirkan dirinya serta mohon perlindungan kepada Allah
Subhanahu wa ta‟ala dari hal - hal yang bisa mendatangkan murka Allah dan
siksaNya yang pedih.”11

11
Yusuf Harun, Kitab Tauhid, (Jakarta: Islamic propogation, 2016) h.
14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syahadat adalah sebuah pernyataan kepercayaan dalam keesaan Allah dan Rasulullah
sebagai RasulNya. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, kita hidup di dunia ini untuk
kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, mengakui dan meyakini bahwa Muhammad
SAW. Sebagai hamba dan utusan Allah, mengimani semua yang datang dari beliau termasuk
tentang para Nabi dan para Rasul Allah yang terdahulu. Setiap tindakan dan amal kita sudah
seharusnya bersandar pada prinsip syahdat. Karena semua amal yang kita lakukan adalah
derifasi dari pernyataan atas keyakinan dan kesaksian tersebut dan tidak berdiri sendiri
melainkan diatasnya.

B. Saran
Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Dia wajib
memahami isi dari dua kalimat dia nyatakan itu, serta bersedia menerima konsekuensi
ucapannya.
15

DAFTAR PUSTAKA

Haidir Abdullah, Tauhid dan Makna Syahadatain, Jakarta: Islamic propagation, 2016
Harun Yusuf, Kitab Tauhid, Jakarta: Islamic Propogation, 2016
Hasan Bashori Agus, Kitab Tauhid, Jakarta: Akafa Press, 2001.

Anda mungkin juga menyukai