Unsur sikap dan karakteristik yang wajib dimiliki oleh seorang wirausahaan adalah :
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif
tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Menurut Gede Anggan Suhanda (dalam
Suryana, 2003 : 32) Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk
mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan
yang harus dipenuhi.
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang
lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi
pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Selalu Perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih
optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan
penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif
dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu
berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23).
Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang
sudah ada. Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap
tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke
depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia
harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda.
Menurut Levit, kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru (thinking new thing), oleh karena itu
menurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu
yang lama dengan cara-cara baru.
Menurut Zimmerer dalam buku yang ditulis Suryana (2003 : 24) dengan judul buku
“Entrepreneurship And The New Venture Formation”, mengungkapkan bahwa ide-ide kreativitas
sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang baru dan
berbeda.
Istilah Entrepreneurship diapdosi dari Bahasa Perancis, entreprendre yang berarti melakukan (to
under take), memulai atau berusaha melakukan tindakan mengorganisir dan mengatur. Istilah
Entrepreneurship mulai diperkenalkan dalam tulisan Richard Cantillon yang berjudul Essai Sur la
Nature du Commerce en General tahun 1755. (Hannah Orwa Bula, “Evolution and Theories of
Entrepreneurship: A Critical Review on the Kenyan Perspective”, International Journal of Business
and Commerce, Vol. 1, No.11, Lahore, 2012).
Dalam literatur-literatur kewirausahaan diartikan berbeda-beda oleh para ahli. Berikut beberapa
pengertian entrepreneurship (kewirausahaan).
Menurut Suryana dalam Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses (2013), entrepreneurship
merupakan suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan dan mencari peluang
dari masalah yang dihadapi oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat ide baru dengan mengkombinasikan, mengubah, atau merekonstruksi
ide-ide lama. Sedangkan inovasi merupakan penerapan dari penemuan suatu proses produksi baru
atau pengenalan akan suatu produk baru.
Danang Sunyoto dalam Kewirausahaan Untuk Kesehatan (2013) memiliki pandangan tentang
entrepreneurship yaitu suatu sikap untuk menciptakan sesuatu yang baru serta bernilai bagi diri
sendiri dan orang lain. Entrepreneurship tidak hanya tentang mencari keuntungan pribadi, namun
juga harus mempunyai nilai sosial.
Abu Marlo pada buku Entrepreneurship Hukum Langit (2013) menjelaskan bahwa entrepreneurship
adalah kemampuan seseorang untuk peka terhadap peluang dan memanfaatkan peluang tersebut
untuk melakukan perubahan dari sistem yang ada. Dalam dunia entrepreneurship, peluang adalah
kesempatan untuk mewujudkan atau melaksanakan suatu usaha dengan tetap memperhitungkan
resiko yang dihadapi.
Robbin & Coulter menjelaskan Kewirausahaan yakni suatu proses dimana seseorang atau suatu
kelompok individu menggunakan upaya yang terorganisir & sarana untuk mencari sebuah peluang
dan menciptakan suatu nilai yang tumbuh dengan memenuhi kebutuhan serta keinginan melalui
sebuah inovasi dan keunikan, tidak mempedulikan apapun sumber daya yang digunakan pada saat
ini.
Berdasarkan definisi dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diperoleh secara rinci unsur-unsur
utama yang ada dalam entrepreneurship, yaitu: penerapan kreativitas dan inovasi, pemanfaatan
peluang, membuat perubahan, dan memberikan nilai tambah bagi diri sendiri dan orang lain.
Perbedaan Entrepreneurship dan Entrepreneur
Perbedaan antara Entrepreneurship dengan Entrepreneur adalah pada proses dan pelakunya. Jika
entrepreneurship merujuk pada proses atau kegiatan, maka entrepreneur lebih merujuk pada
pelaku. Dengan kata lain, orang yang melakukan proses Entrepreneurship (kewirausahaan) disebut
Entrepreneur (wirausaha/wiraswata). Pada masa dulu, istilah entrepreneur merupakan sebutan bagi
para pedagang yang membeli barang di daerah-daerah dan kemudian menjualnya dengan harga
yang tidak pasti.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang pandai
atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi
untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkannya
Louis Jacques Filion dalam buku De l’intuition au projet d’entreprise menggambarkan entrepreneur
sebagai orang yang imajinatif, yang ditandai dengan kemampuannya dalam menetapkan sasaran
serta dapat mencapai sasaran-sasaran itu. Ia juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan
peluang-peluang dan membuat keputusan.
Joseph Schumpeter seorang ahli ekonomi dari Austria mendefinisikan entrepreneur adalah seorang
yang ingin dan mampu untuk melakukan perombakan sistem ekonomi, mengubah ide baru atau
penemuan baru menjadi sebuah inovasi yang sukses. Inovasi baru tersebut dapat berwujud:
Dalam suatu organisasi, kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang mendukung
kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan. Banyak ahli yang mencoba untuk mendefinisikan
kepemimpinan. Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang denan cara
kepatuhan, kepercayaan, hormat, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan
bersama (Timpe, 2002:181). Hughesc dalam Ria (2009:11) menyatakan bahwa kepemimpinan
merupakan fenomena kompleks yang melibatkan tiga hal utama yakni pemimpin, pengikut, dan
situasi. Fenomena mengenai kepemimpinan ini diyakini memiliki pengaruh terhadap produktifitas
dan kohefisitas kelompok (Bass dalam Ria, 2009:11).
Tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik, karena gaya kepemimpinan haruslah fleksibel dan
harus disesuaikan dengan perilaku, sistem nilai yang dianut bawahan, situasi lingkungan,
kematangan dan situasi bawahan. Seorang pemimpin yang berhasil dan efektif bila dapat melakukan
gaya kepemimpinan yang tepat pada situasi yang tepat. Terdapat kriteria perilaku kepemimpinan
yang dapat menentukan gaya kepemimpinan pengusaha adalah: (1) gaya kepemimpinan diktator, (2)
gaya kepemimpinan partisipasi, (3) gaya kepemimpinan delegasi, (4) gaya kepemimpinan
konsiderasi.
1.1 Diktator
Pada kepemimpinan diktator atau otokratis, pemimpin membuat keputusan sendiri karena
kekuasaan terpusatkan dalam diri satu orang. Pemimpin tersebut memikul tanggung jawab dan
wewenang penuh. Pengawasan bersifat ketat, langsung dan tepat. Keputusan dipaksakan dengan
menggunakan imbalan dan kekhawatiran akan dihukum. Jika ada, maka komunikasi bersifat turun
kebawah. Bila wewenang dari pemimpin diktator bisa menjadi otokrat kebapak-bapakan.
1.2 Partisipasi
Pola kepemimpinan partisipasi adalah pola kepemimpinan dimana atasan memotivasi bawahan
untuk berperan serta dalam organisasi terutama dalam pengambilan keputusan sehingga akan
mendatangkan gairah bagi para bawahan. Pada kepemimpinan ini pendelegasian wewenang sangat
diutamakan, sedangkan komunikiasi berjalan baik untuk mencari solusi dalam setiap permaslahan
yang ada. Pada kepemimpinan partisipasi, pemimpin cenderung memberikan perhatian kepada
bawahan dan pekerjaan sehingga komunikasi berjalan berbagai arah (situasional dan diagonal).
Kepemimpinan partisipasi ini tidak efektif bila bawahan tidak menunjang keberhasilan perusahaan
karena bawahan tidak matang. Davis (1997) dalam Dalimunthe (2002: 80) menyatakan partisipasi
adalah keterlibatan dan emosional dari orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong
mereka untuk memberikan sumbangan pada tujuan kelompok dan ikut serta bertanggungjawab.
1.3 Delegasi
Mendelegsaikan adalah memberi tanggung jawab sepenuhnya kepada bawahan untuk mengerjakan
suatu pekerjaan dan meminta pertanggungan jawab dari pelaksanaan pekerjaan. Seorang pemimpin
berhak mendelegasikan wewenang kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, pemimpin
menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan penyelesaian pekerjaan. Pimpinan tidak
akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya melakukan
sedikit kontak dengan bawahan.
1.4 Konsiderasi
Konsiderasi yang diberikan oleh pimpinan merupakan faktor yang penting dalam mencapai tujuan
organisasi. Sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuan memberikan
perhatian pada bawahan, agar menghasilkan kerja yang optimal. Konsiderasi yang diberikan
merupakan motivasi kepada para bawahan untuk lebih giat bekerja sehingga prestasi kerjanya akan
lebih baik. Para bawahan yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan, perbedaan ini
seringkali didasarkan oleh tujuan dan kebutuhan masing-masing yang berbeda dari bawahan.
2. Kewirausahaan
Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata kewiraswastaan akhir-
akhir ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan. Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu
entreprendre yang artinya memulai atau melaksanakan. Wiraswasta atau wirausaha berasal dari
kata: Wira yaitu utama, gagah berani, luhur; Swa: sendiri; Sta: berdiri; dan Usaha: kegiatan produktif.
Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008:h 10) mendifinisikan “Kewirausahaan adalah proses penciptaan
sesuatuyang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung risiko
keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta
kepuasan dan kebebasan pribadi”.
Kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri
dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan
yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam
menghadapi tantangan-tantangan persaingan (Nasrullah Yusuf, 2006).
1. Pengambilan resiko
3. Memanfaatkan peluang-peluang
6. Mandiri
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah pencapaian suatu tujuan
tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu
atau mengikuti arah tertentu. Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin memimpin para
karyawannya dengan baik. Seorang pemimpin dikatakan berhasil jika percaya pada pertumbuhan
yang berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari
perusahaan.
Para wirausaha memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, mereka mengembangkan gaya
kepemimpinan mereka sendiri sesuai dengan karakter pribadi mereka dalam memajukan
perusahaannya.
Perilaku Kepemimpinan
1. Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran. Merencanakan dana mencapai sasaran.
2. Menetapkan tujuan yang sukar dapat dicapai, dan memberitahukan orang-orang apa yang
diharapkan dari merekan.
Pemimpin yang orientasi orangnya rendah cenderung bersikap dingin dalam berhubungan dengan
karyawan mereka, memusatkan perhatian pada prestasi individu dan persaingan daripada
kerjasama, serta tidak pernah mendelegasikan tugas dan tanggung jawab.
Memimpin tidaklah sama dengan mengelola (manage). Walaupun beberapa wirasahawan adalah
seorang pemimpin dan beberapa pemimpin adalah wirausahawan, memimpin dan mengelola
bukanlah merupakan aktifitas yang identik. Kepemimpinan adalah bagian dari manajemen.
Pengelolaan (manage) adalah bidang yang lebih luas dibandingkan memimpin dan dipusatkan pada
masalah perilaku maupun non perilaku. Kepemimpinan terutama ditekabkan pada isu perilaku.
1. (Purposeful) - MEMILIKI TUJUAN YANG JELAS UNTUK DICAPAI: tujuan yang sesungguhnya
Memiliki tujuan yang jelas berarti punya pendinian, memiliki fokus, memiliki keyakinan akan
keputusannya, memiliki kemampuan memutuskan, dan berdaya tahan, sesungguhnya merupakan
kualitas pencapaian yang sukses dan tuntutan tujuan apa pun. Tak dapat dipungkiri, ini adalah salah
satu kualitas manusia yang paling dicari dalam kehidupan, namun banyak orang yang belum
memilikinya. Seseorang yang tidak memiliki tujuan dapat diibaratkan sebagai sebuah kapal di
tengah-tengah kabut di lautan yang telah kehilangan kemudi dan layar sekaligus. Di saat semuanya
berjalan mulus, sering kali dilema muncul tanpa kita sadari, kecuali mungkin kurangnya pemahaman
akan arah yang jelas atau gerakan yang meyakinkan. Saat cuaca berubah ia akan bereaksi dengan
pengaruh dari luar. Namun kita tetap dapat kehilangan arah tujuan kita seandainyapun layar dan
kemudi tetap ada di tempatnya. Kecuali jika Anda mcmiliki tujuan yang jelas dalam mengambil suatu
tindakan, Anda akan menuju arah yang salah.
Pertanyaan-pertanyaan yang harus kita jawab sendiri mengenai ‘akan menjadi seperti apa
perusahaan saya, jika semua orang seperti saya’ adalah sebagai berikut: Menanamkan akuntabilitas
yang sebenarnya dalam diri kita membutuhkan evaluasi yang teratur. Kebiasaan memahami betapa
kita harus bertanggung jawab terhadap apa yang kita pikirkan dan lakukan menupakan hal bernilai
untuk dibangun. Menanamkan akuntabilitas yang sebenarnya pada din orang lain membutuhkan
pujian dan evaluasi kinerja yang teratur. Kebiasaan semacam ini akan mengembangkan loyalitas
yang lebih mendalam dan pemahaman yang lebih besar sebagaimana tanggung jawab yang kita
harapkan dan orang lain. Sebagian besar evaluasi kinerja tradisional terlalu terpisah-pisah dan lebih
berlandaskan pada ‘bagaimana Anda dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik’ danipada
‘seberapa balk yang telah Anda lakukan.’ Evaluasi kinerja seharusnya mengikutsertakan secara tepat
apa yang ingin dicapai dan kata itu: baik mengevaluasi maupun juga memuji.
Tidak ada kualitas tunggal yang mendefinisikan para pemimpin, baik yang berpemikiran wirausaha
atau tidak. Namun kualitas yang tak dapat diabaikan adalah melakukan sesuatu yang benar
berdasarkan kesadaran akan kehormatan dan penghargaan pada orang lain. Memahami apa yang
benar untuk dilakukan dan secara nyata mengerjakannya berarti memiliki integnitas. Filsuf Yunani
Socrates percaya bahwa untuk sungguh mengetahui apa yang benar tidak mungkin tanpa bertindak
selaras dengannya. Ketika dia telah dijatuhi hukuman mati oleh pemenintah untuk apa yang
dianggap sebagai pandangan yang sangat kontroversial, teman-temannya memaksanya untuk
melarikan diri dengan rencana yang telah mereka susun. Socrates dengan tegas menolak saran
mereka, dengan menjawab: ‘Sepanjang hidupku, aku telah mengajarkan bahwa orang harus
mematuhi hukum yang berlaku di suatu tempat. Jika hukum itu salah maka kita harus
memperbaikinya melalui diskusi, dan walaupun saya menjadi korban ketidakadilan, saya tidak dapat
dengan tiba-tiba melawan apa yang menjadi kepencayaan saya hanya karena hidup saya terancam.
Pnionitas pertama manusia bukan hanya untuk hidup, namun untuk memimpin suatu kebaikan dan
menjalani kehidupan’ Dengan lebih memilih untuk memberikan hidupnya dibandingkan hidup tanpa
integnitas, dia membuat sebuah contoh sangat besar mengenai melakukan apa yang Anda ajarkan.
Pemimpin wirausaha bukanlah seorang yang mudah cocok, kecuali dalam hal ketaatan mereka
terhadap nilai inti. Tak seorang pun mencapai sukses yang sesungguhnya untuk menjadi diri sendiri
dengan menjadi seorang yang mudah cocok (konformis). Namun dalam bisnis, banyak orang
berpegang teguh pada pola yang mereka percayai, yaitu selubung mayoritas merupakan suatu
prasyarat bagi persetujan dan keberhasilan. Dengan cara ini bisnis menjadi mangsa mitos , mendasar
—bahwa mayoritas secara otomatis dan tanpa terkecuali selalu benar. Namun mayoritas tidaklah
maha tahu semata-mata karena dia adalah mayoritas dan sullt untuk memastikan kebenaran
pendapat tersebut.
Ketika Anda memiliki keberanian terhadap pendirian Anda dan keberanian untuk menjadi diri Anda
sendiri dan mengikuti jalan yang Anda percayai sebagai yang terbaik, kekuatan Anda yang sejati
berkembang secara alami. Di dalamnya, Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ditinjau ulang
dan diperhatikan, sementara kategori Kelemahan lebih diutamakan daripada apa yang dianggap
sebagai kekuatan. Setiap laporan akan menekankan lebih pada yang pertama daripada yang terakhir
secara sungguh-sungguh, sekalipun salah pedoman, kepercayaan bahwa sesuatu yang salah haruslah
menjadi perhatian.
Suatu keputusan yang nyata merupakan sesuatu yang sangat penting. Bukan apa yang anda, Anda
makan, ke mana Anda akan pergi atau bahkan, mobil apa yang akan Anda beli. Keputusan yang
sesungguhnya adalah sesuatu yang mempengaruhi masa depan dan keberhasilan Anda dan juga
orag lain. Sedikit orang akan berpendapat bahwa salah satu kemampuan yang terpenting dalam
bisnis adalah untuk maju bersama dengan yang lain. Saya percaya bahwa itu sama pentingnya
dengan membuat keputusan yang benar ‘Tentu saja demikian! dapat saya bayangkan Anda berkata
kepada diri Anda sendiri. Hidup ini akan menjadi sempurna yang kita harapkan jika ini yang terjadi.
Namun membuat keputusan yang sulit, apalagi selalu membuat keputusan yang benar. Saya
berpendapat, setiap dari kita dapat belajar bagaimana untuk menjadi intuitif sampai pada titik saat
kita harus membuat sesuatu keputusan yang sangat penting, baik besar maupun kecil, dengan
latihan bertahap untuk menjadi yang terbaik.
Manusia memiliki keunikan, dalam menempatkan batasan waktu bagi suatu hasil yang diinginkannya
dalam hidup, khususnya berkaitan dengan relasi. Tentu saja, mudah bersikap sabar terhadap sesuatu
yang ihasilnya sudah ten- tu, karena dalam kepastian, hanya sedikit ruang untuk kecemasan.
Terdapat hubungan langsung yang berkaitan antara kesabaran dan kepastian, sebanyak antara
ketidaksabaran dan keraguan. Semakin Anda tidak sabar untuk sesuatu berjalan sesuai kehendak
Anda, semakin Anda bertanya-tanya apakah akan terjadi demikian. Kapanpun Anda
mempertanyakan suatu ide intuitif yang Anda percayai benar, pertanyaan Anda menyebabkan
meningkatnya keraguan sampai Anda berpikir bahwa ide itu tidak tidak masuk akal dan kemudian
mengabaikan atau mengulurnya hingga sesuai dengan batasan rasional Anda. Sekalipun ide tersebut
benar dalam rasio Anda, terpengaruh oelh ketidaksabaran Anda untuk mencapai apa yang Anda
inginkan, akan tampak sebagai ide yang salah atau jalan yang terlalu lambat untuk apa yang Anda
inginkan. Bersikap sabar membutuhkan keyakinan.
Pemasaran adalah istilah yang pada mulanya dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana
keberhasilan suatu bisnis bergantung sepenuhnya pada sesuatu di luar dirinya. Pemasaran
mengajarkan, jika kita mendengarkan perekonomian, masyarakat, dan konsumen, kita dapat
menggunakan informasi tersebut untuk menentukan strategi internal. Aneh,nya pemasaran sangat
jarang digunakan untuk hal ini. Bukan berarti ‘siapakah konsumen kita’ , pemasaran telah menjadi
sekadar alat pendukung penjualan dengan bertanya ‘bagaimana kita dapat menjual lebih banyak
yang kita inginkan. Dengan telah beralihnya kita dari budaya menjual produk menjadi melayani
konsumen, sekarang menjadi lebih penting untuk mendengarkan pasar kita dan menentukan apa
yang mereka inginkan dibanding masa-masa sebelumnya.
Manusia dilahirkan dengan cara pandang yang optimis atau positif, namun pesimisme atau
pandangan-pandangan negatif sering kali memungkinkan untuk dikedepankan. Pesimisme datang
dan kekecewaan, dari suatu impresi buruk yang terbentuk karena rintangan yang terjadi di masa
lalu. Mungkin pesimisme menunjukkan kehati-hatian dan pengalaman, namun yang baik adalah
untuk berpikir hanya pada kesulitan macam apa yang dapat terjadi di depan kita? Efek psikologis dan
optimisme adalah dia membantu pencapaian keberhasilan.
Setiap orang mengetahui betapa pentingnya layanan pelanggan. Setiap orang berpikir bahwa mreka
mengetahui layanan sebaik apa yang dibutuhkan. Walaupun begitu, persepsi konsumenlah yang
benar-benar harus diperhitungkan. Memahami persepsi konsumen terhadap Anda, produk Anda,
layanan Anda, dan bisnis Anda merupakan kunci untuk membangun hubungan jangka panjang dan
keberhasilan dalam menumbuhkan penjualan. Meskipun demikian, kecuali kita mampu
menyesuaikan diri dengan kebutuhan pelanggan, kita akan dapat memaksimalkan nilai yang kita
bentuk dari kesempatan memiliki konsumen. Mendapatkan masukan dari konsumen sama
pentingnya dengan menerima masukan tentang diri kita. Itu membantu kita mengevaluasi tindakan
nyata yang diperlukan.
Dalam berwirausaha dibutuhkan sosok yang dapat memimpin dan bertanggung jawab dalam
mengurus dan mengelola suatu usaha.
Pemimpin adalah jabatan tertinggi yang memiliki tugas-tugas yang sangat penting dan vital dalam
kewirausahaan seperti pengambil keputusan, penanggung jawab tindakan yang dilakukan oleh
setiap bawahannya, memberikan wewenang, dan lain-lain.
Bila dalam mengelola suatu usaha tidak ada pemimpin, maka akan terjadi kekacauan dan kerancuan
dalam pembagian tugas-tugas yang mengakibatkan kebangkrutan.
Pengambilan keputusan dalam kondisi berisiko adalah pengambilan keputusan dimana terjadi hal-
hal sebagai berikut :
Alternatif yang harus dipilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil.
Diasumsikan bahwa pengambil keputusan mengetahui peluang yang akan terjadi terhadap berbagai
tindakan dan hasil.
Risiko terjadi karena hasil pengumpulan keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti, walaupun
diketahui nilai probabilitasnya.
Pada kondisi ini, keadaan alam sama dengan kondisi tidak pasti. Bedanya dalam kondisi ini, ada
informasi atau data yang akan mendukung dalam membuat keputusan, berupa besar atau nilai
peluang terjadinya bermacam-macam keadaan.
R. Terry
Pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua
atau lebih alternatif yang ada”.
Theo Haiman
Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan, suatu pemilihan cara bertindak. Dalam
hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh manajer sebagai
suatu yang paling efektif, berarti penempatan untuk mencapai sasaran dan pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah
alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang.
Chester I. Barnard
Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalam gambaran proses
keputusan ini secara relative dan dapat dikatakan bahwa pengertian tingkah laku organisasi lebih
penting dari pada kepentingan perorangan.
Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula yang banyak diterima oleh
kalangan luas ialah teori rasional komprehensif. Unsur-unsur utama dari teori ini dapat dikemukakan
sebagai berikut :
Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-
masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu
sama lain.
Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan
dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kePentingannya Berbagai altenatif untuk
memecahkan masalah tersebut diteliti secara saksama. Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang
ditmbulkan oleh setiap altenatif Yang diPilih diteliti. Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang
menyertainya, dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif lainnya. Pembuat keputusan akan
memilih alternatif’ dan akibat-akibatnya’ yang dapat memaksimasi tercapainya tujuan, nilai atau
Sasaran yang telah digariskan.
Teori Inkremental
Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan keputusan
yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan (seperti daram teori rasional
komprehensif) dan, pada saat yang sama, merupakan teori yang lebih banyak menggambarkan cara
yang ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil kepurusan sehari-hari.
Penganjur teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni setuju terhadap kritik-kritik
para teoritisi inkremental yang diarahkan pada teori rasional komprehensif, akan tetapi ia juga
menunjukkan adanya beberapa kelemahan yang terdapat pada teori inkremental. Misalnya,
keputusan-keputusan yang dibuat oleh pembuat keputusan penganut model inkremental akan lebih
mewakili atau mencerminkan kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang kuat dan
mapan serta kelompok-kelompok yang mampu mengorganisasikan kepentingannya dalam
masyarakat, sementara itu kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang lemah dan yang
secara politis tidak mampu mengorganisasikan kepentingannya praktis akan terabaikan.
Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman perilaku para pembuat
keputusan itu dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu:
Nilai-nilai Politik
Pembuat keputusan mungkin melakukan penilaian atas altematif kebijaksanaan yang dipilihnya dari
sudut pentingnya altematif-altematil itu bagi partai politiknya atau bagi kelompok-kelompok klien
dari badan atau organisasi yang dipimpinnya.
Nilai-nilai organisasi
Para pembuat kepurusan, khususnya birokrat (sipil atau militer), mungkin dalam mengambil
keputusan dipengaruhi oleh nilai-nilai organisasi di mana ia terlibat di dalamnya’ Organisasi, semisal
badan-badan administrasi, menggunakan berbagai bentuk ganjaran dan sanksi dalam usahanya
untuk memaksa para anggotanya menerima, dan bertindak sejalan dengan nilai-nilai yang telah
digariskan oleh organisasi
Nilai-nilai Pribadi
Hasrat untuk melindungi atau memenuhi kesejateraan atau kebutuhan fisik atau kebutuhan
finansial’ reputasi diri, atau posisi historis kemungkinan juga digunakan- oleh para pembuat
teputusan sebagai kriteria dalam pengambilan keputusan.
Nilai-nilai Kebijaksanaan
Dari perbincangan di atas, satu hal hendaklah dicamkan, yakni janganlah kita mempunyai anggapan
yang sinis dan kemudian menarik kesimpulan bahwa para pengambil keputusan politik inr semata-
mata hanyalah dipengaruhi oleh pertimbangan-penimbangan demi keuntungan politik, organisasi
atau pribadi. Sebab, para pembuat keputusan mungkin pula bertindak berdasarkan atas penepsi
mereka terhadap kepentingan umum atau keyakinan tertentu mengenai kebijaksanaan negara apa
yang sekiranya secara moral tepat dan benar
Nilai-nilai Ideologis
Ideologi pada hakikatnya merupakan serangkaian nilai-nilai dan keyakinan yang secara logis saling
berkaitan yang mencerminkan gambaran sederhana mengenai dunia serta berfungsi sebagai
pedoman benindak bagi masyarakat yang meyakininya.
Individual atau kelompok baik secara institusional ataupun organisasional, sifatnya futuristik.
Tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain)
Tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan Komposisi kelompok. Ada 4 hal yang
perlu diperhatikan dalam menyusun komposisi kelompok.
komunikasi dan status struktur; biasanya yang osisinya tertinggi paling mendominasi dalam
kelompok.
ukuran kelompok; semakin besar kelompok semakin menyebar opini, konsekuensinya adalah
semakin lemah partisipasi individu dalam kelompok tersebut.
Kesamaan anggota kelompok Keputusan kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila anggota
kelompok sama satu dengan yang lain.
Pengaruh (pengkutuban) polarisasi kelompok. Seringkali keputusan yang dibuat kelompok lebih
ekstrim dibandingkan keputusan individu. Hal itu disebabkan karena adanya perbadingan sosial.
Tidak semua orang berada di atas rata-rata. Oleh karena itu untuk mengimbanginya perlu dibuat
keputusan yang jauh dari pendapat orang tersebut.
Model Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Kepastian (Certainty). Menggambarkan bahwa setiap
rangkaian keputusan (kegiatan) hanya mempunyai satu hasil (pay off tunggal). Model ini disebut juga
Model Kepastian/ Deterministik.
Model Pengambilan Keputusan dalam kondisi Berisiko (Risk). Menggambarkan bahwa setiap
rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan masing-masing
kemungkinan hasil probabilitasnya dapat diperhitungakan atau dapat diketahui. Model Keputusan
dengan Risiko ini disebut juga Model Stokastik.
Secara umum, langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Proses identifikasi atau perumusan persoalan keputusan. Identifikasi masalah dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Penggunaan seven tools dalam manajemen biasanya dapat membantu proses
identifikasi ini.
Penetapan parameter dan variabel yang merupakan bagian dari sebuah persoalan keputusan.
Biasanya pemecahan masalah yang menggunakan model matematika sangat memerlukan adanya
variabel yang terukur.
Penetapan kriteria pemilihan alternatif untuk mendapatkan alternatif yang terbaik. Biasanya kriteria
pemilihan ini didasarkan pada pay off atau hasil dari keputusan.
Pelaksanaan keputusan dan evaluasi hasilnya. Tahap ini disebut tahap implementasi, dimana
alternatif solusi yang terpilih akan diterapkan dalam jangka waktu tertentu dan setelah itu akan
dievaluasi hasilnya berdasarkan peningkatan atau penurunan pay off atau hasil.
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993) (dalam Suryana,2003) wirausaha adalah orang
yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan
peluang berusaha. Untuk dapat melakukan semua itu diperlukan sebuah perencanaan yang tepat
dan terperinci, sebab perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan bahwa sebuah
usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan,
bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu
tercapainya tujuan usaha.
Seorang wirausaha, menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) (dalam
Suryana,2003), mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : Wirausaha adalah orang yang
menciptakan bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian dengan maksud untuk
memperoleh keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengenali peluang dan mengombinasikan
sumber-sumber yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Jadi, pengertian perencanaan usaha menurut kelompok adalah sebagai proses penentuan visi, misi
dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program dan anggaran yang diperlukan untuk
menjalankan suatu usaha atau bisnis tertentu.
Rencana usaha harus dibuat tertulis sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan dan pedoman untuk
menjaga agar kegiatan bisnis terarah dan focus pada pencapaian tujuan. Dengan membuat suatu
penilaian terlebih dahulu sebelum melakukan investasi yang kemudian dituangkan dalam suatu
laporan secara tertulis, Manfaat yang bisa diperoleh dari perencanaan bisnis adalah, bisa digunakan
sebagai pedoman atau alat untuk mengetahui apakah kegiatan bisnis yang akan dijalankan itu
memungkinkan dan memiliki kelayakan untuk dijalankan dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk
mewujudkannya serta dapat dijadikan sebagai alat pengawasan.
Menurut Bygrave, (1994:115) ada beberapa alasan penting mengapa orang harus menyusun
perencanaan usaha:
Perencanaan usaha bisa dibuat dalam bentuk jangka pendek ataupun jangka panjang sehingga dapat
ditentukan langkah awal dan pentahapan program kegiatan yang akan dilakukan dan target yang
hendak dicapai serta resiko,hambatan dan tantangan yang akan dihadapi pada setiap tahapannya
dan ini merupakan rencana perjalanan yang akan diikuti oleh wirausaha. kedalaman dan rincian dari
sebuah perencanaan usaha sangat tergantung kepada luasnya bisnis yang akan dilakukan, dan
kompleksitas dari proses pengelolaan bisnis tersebut. Perencanaan usaha juga harus didasarkan
pada kebutuhan masyarakat akan adanya barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan
tersebut, sehingga perencanaan usaha harus berbasis pada permintaan pasar.
Strategi adalah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan usaha dengan melibatkan semua
sumberdaya atau faktor produksi yang dimiliki. Dalam dunia bisnis dikenal beberapa strategi yang
biasa diterapkan perusahaan sebagai berikut:
1. Defender, strategi bisnis yang diarahkan untuk meraih dan mempertahankan pasar pada
segmen sempit dari seluruh pasar potensial yang ada.
2. Prospector, strategi bisnis yang diarahkan secara agresif untuk meraih pasar seluas-luasnya
melalui inovasi produkproduk baru.
3. Analyzer, strategi bisnis yang dijalankan melalui imitasi, yaitu meniru apa yang dilakukan
prospektor. Strategi bisnis seperti ini bertujuan meraih keuntungan dengan meminimalkan risiko.
4. Kepemimpinan dalam biaya (cost-leadership strategy), strategi bisnis yang diarahkan untuk
meraih pasar seluasluasnya melalui harga produk yang semurah-murahnya.
5. Diferensiasi (differentiation strategy), strategi bisnis yang diarahkan untuk meraih pasar seluas-
luasnya melalui keunikan produk yang dihasilkan. Keunikan tersebut bisa dicirikan oleh kualitas yang
tinggi, pelayanan yang prima, maupun rancangan produk yang inovatif.
6. Fokus (focus strategy), strategi bisnis yang diarahkan dalam segmen pasar yang sempit yang
dijalankan melalui fokus dalam kepemimpinan biaya (cost focus) atau fokus dalam diferensiasi
(differentiation focus).
Suatu perencanaan usaha yang baik pada umumnya memiliki sifat sebagai berikut:
1. Fokus, artinya perencanaan usaha dibuat berdasarkan visi, misi tertentu serta tujuan yang
jelas.
2. Rasional dan faktual, artinya perencanaan usaha dibuat berdasarkan pemikiran yang masuk
akal, realistik, berorientasi masa depan serta didukung dengan fakta-fakta yang ada.
3. Berkesinambungan dan estimasi, artinya perencanaan usaha dibuat dan dipersiapkan untuk
tindakan yang berkelanjutan serta perkiraan-perkiraan tentang kondisi di masa datang.
4. Preparasi dan fleksibel, artinya perencanaan usaha dibuat sebagai persiapan, yaitu pedoman
untuk tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan yang disesuaikan dengan lingkungan bisnis yang
dihadapi.
5. Operasional, artinya perencanaan usaha dibuat sesederhana mungkin, rinci serta dapat
dilaksanakan.
Apabila suatu perencanaan usaha memiliki sifat-sifat di atas, maka dengan membuat perencanaan
usaha akan diperoleh beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Pekerjaan atau aktivitas dapat dilakukan secara teratur dan dengan tujuan yang jelas.
2. Menghindari pekerjaan atau aktivitas yang tidak produktif serta penggunaan sumberdaya
yang lebih efisien.
4. Menyediakan landasan untuk pengawasan dan upaya perbaikan. Artinya, perencanaan usaha
digunakan untuk menjamin bahwa tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
Pada umumnya, suatu produk berpotensi untuk laku dijual dan menguntungkan apabila penawaran
untuk produk tersebut masih lebih kecil dari permintaannya. Peluang usaha muncul ketika
permintaan pasar lebih besar dari penawarannya. Jadi peluang usaha dicirikan oleh masih adanya
permintaan pasar untuk produk tersebut.
Berdasarkan langkah indentifikasi akan diperoleh berbagai alternatif jenis usaha yang mungkin
dipilih. Dari sejumlah alternatif yang ada, usaha selanjutnya dilakukan penilaian awal untuk
menentukan jenis usaha yang paling memungkinkan dan dipandang paling menguntungkan.
Tentunya dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mungkin menjadi pendukung maupun
penghambat usaha. Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain:
e) Cara-cara pendistribusian.
g) Selera konsumen.
b) Aspek produksi
c) Aspek finansial
Langkah terakhir dalam proses perencanaan usaha adalah membuat proposal usaha. Proposal usaha
adalah dokumen tertulis dari perencanaan usaha.