ALZHEIMER
BAB I
KONSEP TEORI
1. Segi Medis
A. Pengertian
Penyakit Alzheimer adalah penyakit degeneratif otak yang progresif, yang mematikan sel otak sehingga
mengakibatkan menurunnya daya ingat, kemampuan berpikir, dan perubahan perilaku.
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang bersifat degeneratif dan progresif pada otak yang
menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta mengakibatkan gangguan memori, berpikir, dan tingkah
laku.
Penyakit alzheimer adalah penyakit degenerasi neuron kolinergik yang merusak dan menimbulkan
kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas.
Kesimpulannya, penyakit Alzheimer adalah penyakit degeneratif yang menyerang sel otak secara
progresif yang mengakibatkan penurunan daya ingat, gangguan memori, berpikir tingkah laku dan
kelumpuhan yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas.
B. Etiologi
Penyebab degenrasi neuron kolinergik pada penyakit Alzheimer tidak diketahui. Sampai sekarang belum
satupun penyebab penyakit ini diketahui, tetapi ada tiga teori utama mengenai penyebabnya, yaitu :
1. Virus lambat
Merupakan teori yang paling populer(meskipun belum terbukti) adalah yang berkaitan dengan virus
lambat. Virus-virus ini mempunyai masa inkubasi 2-30 tahun sehingga transmisinya sulit dibuktikan.
Beberapa jenis tertentu dari ensefalopati viral ditandai oleh perubahan patologis yang menyerupai plak
senilis pada penyakit Alzheimer.
2. Proses Autoimun
Teori autoimun berdasarkan pada adanya peningkatan kadar antibodi-antibodi reaktif terhadap otak
pada penderita penyakit Alzheimer. Ada dua tipe amigaloid(suatu kompleks protein dengan ciri seperti
pati yang diproduksi dan dideposit pada keadaan-keadaan patologis tertentu), yang satu kompos isinya
terdiri atas rantai-rantai IgG dan yang lainnya tidak diketahui. Teori ini menyatakan bahwa komplek
antigen-antibodi dikatabolisir oleh fagosit dan fragmen-fragmen imunoglobulin dihancurkan di dalam
lisosom.
3. Keracunan aluminium
Teori keracunan aluminium menyatakan bahwa karena aluminium bersifat neurotoksik, maka dapat
menyebabkan perubahan neuofibrilar pada otak. Deposit aluminium telah diidentifikasi pada beberapa
klien dengan penyakit Alzheimer, tetapi beberapa perubahan patologi yang menyertai penyakit ini
berbeda dengan yang terlihat pada keracunan aluminium.
C. Patofisiologi
Proses penuaan yang terjadi pada otak dapat berupa penurunan berat otak, pelebaran sulci serebral,
penyempitan gyrus dan pembesaran ventrikel-ventrikel.
Terjadinya penyakit Alzheimer ini disebabkan karena adanya proses degeneratif dan hilangnya
kemampuan selektif sel-sel dalam korteks serebral. Hilangnya sel-sel otak baik di kortikal maupun
struktur subkortikal misalnya sel cholinergik mengakibatkan menurunnya produksi neurotransmiter
acethylcoline sampai dengan 75 %.
Hal ini yang kemudian menimbulkan gangguan kognitif. Neuro transmiter lain yang mengalami
penurunan adalah nerophinephrine, dopamin, serotinin.
Secara mikroskopik pasien alzheimer ditemukan adanya lesi pada jaringan otak yang berupa “Neuritic
Plague, Neurofibrillary tangles” serta adanya degenerasi granulo vaskuler. Neuritic Plague mengelilingi
sel-sel saraf terminal baik akson maupun dendrit yang mengandung amiloid protein. Penumpukan
Neuritic Plague pada frontal korteks dan hipokampus mengakibatkan penurunan fungsi. Neurofibrillary
Tangles merupakan massa fibrosa pada sel saraf. Disamping itu kemungkinan degeneratif sel otak juga
terjadi akibat proses metabolisme. Dimana pada pasien dengan alzheimer umumnya usia lanjut dan
terjadi penurunan metabolisme sekitar 25 %.
Patways
Kelainan neurotransmiter
Demensia
Mengalami masalah dalam mengingat detail pekerjaan, disorientasi terhadap tempat dan waktu,
mengalami kesulitan dalam tes ingatan sederhana
Menjadi semakin keras kepala dan bersikap kasar secara verbal dan fisik terhadap orang lain ketika
merasa terganggu
Bicaranya tidak jelas dan penuh dengan frase yang tidak berarti
Gejala klasik penyakit demensia alzheimer adalah kehilangan daya ingat (memori) yang terjadi secara
bertahap, termasuk :
6. Agitasi, masalah dengan daya ingat, dan membuat keputusan yang buruk dapat menimbulkan
perilaku yang tidak biasa.
Gejala stadium awal yang sering diabaikan dan disalah artikan sebagai usia lanjut atau sebagai bagian
normal dari proses otak menua. Klien menunjukan gejala sebagai berikut :
Proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata. Dan klien menunjukan gejala sebagai
berikut :
a. Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru dan nama orang
e. Kesulitan berjalan
1. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara umum
didapatkan:
· atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior frontal,
sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh
2. Pemeriksaan neuropsikologik
· Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungsi
kognitif umum danmengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.
· Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian otak
yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian
berbahasa..
3. CT Scan
· Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan beratnya gejala
klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental
4. MRI
· Peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping anterior horn pada
ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan kelainan di
kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya atropi hipokampus,
amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii.
· MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer dengan penyebab lain,
dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.
5. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit alzheimer
didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik
6. PET (Positron Emission Tomography)
· Metabolisme O2
· Up take I.123 sangat menurun pada regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan
fungsi kognisi danselalu dan sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi
Aktivitas I. 123 terendah pada refio parieral penderita alzheimer. Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat
kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara
rutin.
8. Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer. Pemeriksaan laboratorium
ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin,
B12, Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, skreening antibody
yang dilakukan secara selektif.
(http://yulianafransiska.wordpress.com/2009/03/15/alzheimer-dementia-pada-penyakit-alzheimer/)
G. Komplikasi
· Pneumonia
· Kontraktur
· Dekubitus
H. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan patofisiologis masih
belum jelas.
a. Pengobatan Simptomatik
1. Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk pengobatan simptomatik
penyakit Alzheimer, dimana penderita Alzheimer didapatkan penurunan kadar asetilkolin. Untuk
mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral
seperti fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki
memori dan apraksia selama pemberian berlangsung. Beberapa peneliti mengatakan bahwa obat-
obatan anti kolinergik akan memperburuk penampilan intelektual pada organ normal dan penderita
Alzheimer.
2. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita Alzheimer didapatkan penurunan thiamin
pyrophosphatase dependent enzyme yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini
disebabkan kerusakan neuronal pada nucleus basalis. Pemberian thiamin hidrochloryda dengan dosis
3gr/hari selama tiga bulan peroral, menunjukan perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi
dibandingkan placebo selama periode yang sama.
3. Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat memperbaiki fungsi kognisi dan proses
belajar pada percobaan binatang. Tetapi pemberian 4000mg pada penderita Alzheimer tidak
menunjukan perbaikan klinis yang bermakna.
4. Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita Alzheimer dapat disebabkan kerusakan noradrenergik
kortikal. Pemberian klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alpha 2 reseptor agonis dengan
dosis maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu, didapatkan hasil yang kurang memuaskan untuk
memperbaiki fungsi kognitif.
5. Haloperidol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku.
Pemberian oral haloperidol 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut. Bila
penderita Alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti depressant (aminitryptiline25-
100 mg/hari).
(http://yulianafransiska.wordpress.com/2009/03/15/alzheimer-dementia-pada-penyakit-alzheimer/)
b. Terapi Nonfarmakologi
3. Fisioterapi
5. Terapi musik
6. Terapi rekreasi
2. Hidup sehat fisik dan rohani ( olahraga teratur dengan makanan 4 sehat 5 sempurna)
b. Gunakan daftar tugas tertulis, (seperti jenis barang yang akan dibeli)
2. Segi Keperawatan
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnosa medis. Keluhan utama yang sering
menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta pertolongan kesehatan adalah penurunan daya ingat,
perubahan kognitif, dan kelumpuhan gerak ekstremitas.
Pada anamnesa, klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang baru. Pada beberapa kasus,
keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering mengalami tingkah laku aneh dan kacau serta sering
keluar rumah sendiri tanpa meminta izin pada anggota keluarga yang lain sehingga sangat meresahkan
anggota keluarga yang menjaga klien.
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung, penggunaaan obat-obatan anti ansietas dalam jangka waktu yang lama. Dan riwayat Sindrom
down yang pada suatu saat kemudian menderita penyakit Alzheimer pada usia empat puluhan.
Penyebab penyakit Alzheimer ditemukan memiliki hubungan genetik yang jelas. Diperkirakan 10-30%
klien Alzheimer menunujukkan tipe yang diwariskan dan dinyatakan sebagai penyakit Alzheimer familiar
(FAD). Pengkajian adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan Diabetes mellitus
diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya
penyakit.
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons
atau pengaruhnya dalam masyarakat. Adanya pperubahan hubungan dan peran kerana klien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien
merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif.
6. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengrah pada keluhan-keluhan klien, oemeriksaan fisik sangat
berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per
sistem dan terarah(B1-B6) dengan fokus pemeriksaan pada B3(Brain) dan dihubungkan dengan keluhan-
keluhan klien.
1. Keadaan Umum
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai dengan degenerasi
neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubhan pada tanda vital meliputi bradikardi,
hipotensi, dan oenurunan frekuensi pernapasan.
a. B1 (BREATHING)
Gangguan fungsi pernapasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi , makanan atau saliva,
dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran napas.
1. Inspeksi, didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan
produksi sputum, sesak napas, dan penggunaan otot bantu napas.
4. Auskultasi, bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, ronkhi pada klien dengan peningkatan
produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan
inaktivitas.
b. B2 (BLOOD)
Hipotensi postural berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan
tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
c. B3 (BRAIN)
Pengkajian B3(brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada
sistem lainnya.
Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan status kognitif klien.
Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan
penurunan status
3. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status kognitif klien.
a. Saraf I. Biasanya pada klien dengan penyakit Alzheimer tidak ada kelainan dan fungsi penciuman
tidak ada kelainan.
b. Saraf II. Hasil tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia. Klien dengan
penyakit Alzheimer mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
c. Saraf III, IV, VI. Pada beberapa kasus penyakit Alzheimer biasanya tidak ditemukan adanya kelainan
pada nervus ini.
d. Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada nervus ini.
f. Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis dan penurunan aliran
darah regional.
g. Saraf IX dan X. Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan
perubahan status kognitif.
i. Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan
normal.
5. Sistem Motorik
· Inspeksi umum, pada tahap lanjut, klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada fungsi
motorik secara umum.
· Keseimbangan dan koordinasi, didapatkan mengalami gangguan karena adanya perubahan status
kognitif dan ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.
6. Pemeriksaan Refleks
Pada tahap lanjut penyakit Alzheimer, sering didapatkan bahwa klien kehilangan refleks postural ,
apabila klien mencoba untuk berdiri klien akan berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan
dengan gaya berjalan seperti di dorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan(salah
satunya ke depan atau ke belakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
7. Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit Alzheimer mengalami penurunan terhadap sensorik
secara progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati yang dihubungkan
dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
a. B4 (BLADDER)
Pada tahap lanjut, beberapa klien sering berkemih tidak pada tempatnya, biasanya yang berhubungan
dengan penurunan status kognitif pada klien Alzheimer. Penurunan refleks kandung kemih yang bersifat
progresif dan klien mungkin mengalami inkontinensia urin, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan
postural.
b. B5 (BOWEL)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan
fisik umum dan perubahan status kognitif. Karena penurunan aktifitas umum, klien sering mengalami
konstipasi
c. B6 (BONE)
Pada tahap lanjut biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan umum
dan penurunan status kognitif menyebabkan masalah pada pola aktifitas dan pemenuhan aktivitas
sehari-hari. Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan disebabkan
karena perubahan pada gay berjalan dan kaku seluruh gerakan akan memberikan risiko pada trauma
fifik bila melakukan aktivitas
B. Diagnosa Keperawatan
2. Defisit perawatan diri ( makan, minum, berpakaian, hiegiene) berhubungan dengan perubahan
proses pikir
3. Pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
dan perubahan proses pikir.
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan perubahan proses pikir dan disfungsi karena
perkembangan penyakit
6. Resiko injuri berhubungan dengan kehilangan memori, kerusakan motorik dan kerusakan
komunikasi
7. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengenal bahaya dalam
lingkungan
C. Intervensi Keperawatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, terjadi peningkatan memori dengan
kriteria hasil :
· Pasien dapat menunjukkan kemampuan meningkatkan memori, orientasi dan berkurangnya
gelisah
Intervensi
Rasional
1. Perkenalkan namanya
2. Defisit perawatan diri ( makan, minum, berpakaian, hiegiene) berhubungan dengan perubahan
proses pikir
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dalam waktu 2 x 24 jam, terdapat perilaku
peningkatan dalam pemenuhan perawatan diri dengan kriteria hasil :
· klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri
Rasional
1. Hindari aktifitas yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu
Klien dalam keadaan cemas dan tergantung. Hal ini dilakaukan untuk mencegah frustasi dan harga diri
klien
Memberi bantuan dalam mendorong diri untuk bangun tanpa bentuan orang lain serta mencegah klien
mengalami trauma
4. Modifikasi lingkungan
6. Kolaborasi
3. Pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
dan perubahan proses pikir.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
dengan kriteria hasil :
Rasional
Klien mengalami kesulitan dalam mempertahankan berat badan mereka, mulut mereka kering akibat
obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan
Tanda kehilangan berat badan dan kekurangn intake nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme
4. Anjurkan pemberian cairan 2500 cc / hari selama tidak terjadi gangguan jantung
Mencegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama tidak sadar dan mencegah
terjadinya konstipasi
5. Lanjutkan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan seperti serum, transferin, dan glukosa
Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien
Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam, terjadi peningkatan dalam perilaku komunikasi yang efektif dengan
kriteria hasil:
Intervensi
Rasional
Gangguan bicara ada pada banyak klien yang mengalami penyakit Alzheimer
Ketergantungan klien pada ventilator akan lebh baik, rileks, perasaan aman, dan mengerti bahwa selama
menggunakan ventilator perawat akan memenuhi segala kebutuhannya
4. Buatlah catatan dikantor perawatan tentang keadaan klien yang tak dapat berbicara
Mengingatkan staf perawat untuk berespons dengan klien selama memberikan perawatan
5. Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat dengan klien untuk berbicara dengan klien memberikan
informasi tentang keluarganya
Keluarga dapat merasakan akrab dengan berada dekat klien selama berbicara
Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu dalam membentuk peningkatan latihan percakapan dan
membantu patugas kesehatan untuk mengembangkan metode komunikasi
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan perubahan proses pikir dan disfungsi karena
perkembangan penyakit
Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam, koping menjadi efektif dengan kriteria hasil :
· mampu menyatakan komunikasi dengan orang terdekat tentang situasi yang terjadi
Intervensi
Rasional
1. Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan membantu memperlambat kemajuan penyakit
Klien Alzheimer sering merasakan malu, sehingga klien dibantu dan didukung untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan
Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari untuk mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang
dapat mengarah pada tidak adanya keinginan dan apatis.
6. Resiko injuri berhubungan dengan kehilangan memori, kerusakan motorik dan kerusakan
komunikasi
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam, tidak terjadi injuri pada pasien dengan kriteria hasil :
Intervensi
Rasional
3. Jelaskan pada pasien setelah bangun tidur tidak langsung melakukan pergerakan
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam, tidak terjadi trauma dengan kriteria hasil:
Intervensi
Rasional
1. Kaji derajat gangguan kemampuan atau kompetensi, munculnya tingkah laku yang impulsif.
Mengidentifikasi resiko potensial dilingkungan dan mempertinggi kesadaran sehingga pemberi asuhan
lebih sadar akan bahaya
Seseorang dengan gangguan kognitif merupakan awal untuk mengalami trauma sebagai akibat
ketidakmampuan untuk bertanggung jawab terhadap keamanan
Pasien mungkin tidak dapat melaporkan tanda atau gejala dan obat dapat dengan mudah menimbulkan
kadar toksisitas pada lansia.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Kasus Alzheimer
Tn. Rudi (65 tahun) seorang juru gambar dirawat di rumah sakit karena keluarganya tidak mampu lagi
mengendalikan perilaku bermasalahnya. Menurut kelurganya, ia sering mengalami masalah dalam
mengingat detail pekerjaan. Selain itu masalah yang tampak di rumah yaitu dimana ia menjadi keras
kepala dan bahkan bersikap kasar secara verbal dan fisik terhadap orang lain ketika ia merasa terganggu.
Ia juga kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya seperti mandi dan berpakaian. Pada
pemeriksaan neurologis menunjukkan bahwa ia mengalami disorientasi terhadap tempat dan waktu. Ia
mengalami kesulitan dalam tes ingat sederhana, gagal mengingat salah satu dari enam objek yang
diperlihatkan padanya sepuluh menit sebelumnya, tidak dapat mengingat nama orang tua atau saudara
kandungnya. Bicaranya tidak jelas dan penuh dengan frase yang tidak berarti. Dari hasil pemeriksaan
neurologis tersebut pasien didiagnosa menderita demensia tipe Alzheimer. Terapi yang diberikan adalah
obat-obat antipsikotik.
A. Pengelompokan data
DS :
· Menurut keluarganya, ia sering mengalami masalah dalam mengingat detail dalam pekerjaan
· Ia menjadi semakin keras kepala dan bahkan bersikap kasar secara verbal dan fisik terhadap orang
lain ketika ia merasa terganggu
· Ia juga kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya seperti mandi dan berpakain
DO :
· Pada pemeriksaan neurologis menunjukkan bahwa ia mengalami disorientasi terhadap tempat dan
waktu
· Ia mengalami kesulitan dalam tes ingatan sederhana, gagal mengingat salah satu dari enam objek
yang diperlihatkan padanya sepuluh menit sebelumnya, tidak dapat mengingat nama orang tua atau
saudara kandungnya
· Bicaranya tidak jelas dan penuh dengan frase yang tidak berarti
· Dari hasil pemeriksaan neurologis tersebut pasien didiagnosa menderita demensia tipe Alzheimer
B. Analisa data
No
Etiologi
Problem
1.
DS :
· Menurut keluarganya, ia sering mengalami masalah dalam mengingat detail dalam pekerjaan
DO :
· Ia mengalami kesulitan dalam tes ingatan sederhana, gagal mengingat salah satu dari enam objek
yang diperlihatkan padanya sepuluh menit sebelumnya, tidak dapat mengingat nama orang tua atau
saudara kandungnya
· Dari hasil pemeriksaan neurologis tersebut pasien didiagnosa menderita demensia tipe Alzheimer
2.
DS :
· Ia menjadi semakin keras kepala dan bahkan bersikap kasar secara verbal dan fisik terhadap orang
lain ketika ia merasa terganggu
DO:
· Dari hasil pemeriksaan neurologis tersebut pasien didiagnosa menderita demensia tipe Alzheimer
3.
DS : -
DO :
· Bicaranya tidak jelas dan penuh dengan frase yang tidak berarti
4.
DS :
· Ia juga kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya seperti mandi dan berpakain
DO :
· Dari hasil pemeriksaan neurologis tersebut pasien didiagnosa menderita demensia tipe Alzheimer
Kerusakan Kognitif
C. Diagnosa keperawatan
2. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengenal bahaya dalam
lingkungan
D. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan 1
v Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, terjadi peningkatan memori
dengan kriteria hasil :
v Intervensi
1. Perkenalkan namanya
Diagnosa keperawatan 2
Resiko terhadap trauma berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengenal bahaya dalam
lingkungan
v Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, tidak terjadi trauma dengan
kriteria hasil :
v Intervensi
1. Kaji derajat gangguan kemampuan atau kompetensi, munculnya tingkah laku yang impulsif.
R / seseorang dengan gangguan kognitif merupakan awal untuk mengalami trauma sebagai akibat
ketidakmampuan untuk bertanggung jawab terhadap keamanan
R / pasien mungkin tidak dapat melaporkan tanda atau gejala dan obat dapat dengan mudah
menimbulkan kadar toksisitas pada lansia
Diagnosa keperawatan 3
v Intervensi:
R/ Gangguan bicara ada pada banyak klien yang mengalami penyakit Alzheimer
3. Letakkan bel/lampu panggilan ditempat yang mudah dijangkau dan berikan penjelasan cara
menggunakannya
R/ Ketergantungan klien pada ventilator akan lebh baik, rileks, perasaan aman, dan mengerti bahwa
selama menggunakan ventilator perawat akan memenuhi segala kebutuhannya
4. Buatlah catatan dikantor perawatan tentang keadaan klien yang tak dapat berbicara
R/ Mengingatkan staf perawat untuk berespons dengan klien selama memberikan perawatan
5. Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat dengan klien untuk berbicara dengan klien memberikan
informasi tentang keluarganya
R/ Keluarga dapat merasakan akrab dengan berada dekat klien selama berbicara
R/ ahli terapi wicara bahasa dapat membantu dalam membentuk peningkataan latihan percakapan
Diagnosa keperawatan 4
v Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dalam waktu 2 x 24 jam, terdapat perilaku
peningkatan dalam pemenuhan perawatan diri dengan kriteria hasil :
· klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri
v Intervensi
1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan kemampuan melakukan ADL
2. Hindari aktifitas yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu
R / klien dalam keadaan cemas dan tergantung. Hal ini dilakaukan untuk mencegah frustasi dan harga
diri klien
R / memberi bantuan dalam mendorong diri untuk bangun tanpa bentuan orang lain serta mencegah
klien mengalami trauma
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2002. Asuhan Keprawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba
Medika
Nugroho, Wahyudi. 2002. Keperawatan Gerontik & Geriatik. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah, 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Sagung Seto
http://yulianafransiska.wordpress.com/2009/03/15/alzheimer-dementia-pada-penyakit-alzheimer/
Unknown at 3:40 AM
Share
No comments:
Post a Comment
Home
About Me
Unknown
Powered by Blogger.