PENDAHULUAN
Penyakit gagal ginjal terbagi menjadi akut dan kronis. Acute kidney injury (AKI) adalah
suatu kondisi terjadinya penurunan fungsi ginjal secara mendadak yang mengakibatkan retensi
sisa metabolisme nitrogen dan zat-zat lain yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Penyakit ginjal
kronis / CKD adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya,
gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialisis atau transplantasi ginjal. Di Amerika Serikat, data tahun 1995 – 1999 menyatakan
insiden penyakit ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini
meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan
terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara – negara berkembang lainnya,
insiden ini diperkirakan sekitar 40 – 60 kasus perjuta penduduk pertahun. Konsekuensi utama
dari CKD tidak hanya mencakup progresi ke gagal ginjal stadium akhir, tetapi juga peningkatan
risiko penyakit kardiovaskular, sehingga dianjurkan untuk dilakukan deteksi dini dan terapi
untuk mencegah prognosis yang buruk
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. Y No. Rekam Medis : 297618
Umur : 42 tahun Suku :
Jenis Kelamin : Laki-laki Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Trans SPB Agama : Islam
, Tanggal Masuk RS : 23 Januari 2017
Pekerjaan : Petani Jaminan : BPJS
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan berupa autoanamnesis dan alloanamnesis(istri pasien) pada hari senin,
tanggal 23 Januari 2017 pukul 10.30 WIB di IGD, RSUD Depati Hamzah, Pangkal Pinang.
1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan sesak nafas sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit
2. Keluhan Tambahan
Jari-jari tangan terasa kaku dan kesemutan, lemas (+), mual (+), muntah (+), pusing (-),
nyeri dada(+).
5. Riwayat Keluarga
Anggota keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal sama dengan pasien.
6. Riwayat Kebiasaan
Merokok (+) sejak 25 tahun yang lalu, sehari dapat menghabiskan 1 bungkus rokok
7. Riwayat Pengobatan
pasien tidak ad riwayat pengobatan sebelumnya.
1. Tanda Vital
Tekanan Darah : 210 / 110 mmHg
Nadi : 92 kali permenit, regular, volume cukup, equal
Suhu : 36,5º C
Pernafasan : 30 kali permenit
2. Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Dr. Arifi Page 3
Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)
Kesan gizi : BB: 65, TB: 168, gizi cukup
Kepala dan leher
Kepala : ukuran normocephali, rambut hitam, lebat, tidak mudah dicabut
Wajah : tidak pucat, tidak sianosis, tampak sesuai usia
Mata : conjungtiva anemis + / + , sclera ikterik - / -, edema palpebral - / -
Telinga : telinga sepasang normotia
Hidung : liang hidung lapang,tidak hiperemis, chonca eutrofi +/+, sekret -/-
Mulut dan tenggorokan : bibir warna merah muda, tidak pucat,
tidak kering, mukosa hiperemis (-), lidah kotor (-), uvula di
tengah, tonsil T1 / T1
Leher : pembesaran KGB (-), tiroid tidak teraba membesar
Thorax
Paru
Inspeksi : pergerakan nafas dinding dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : vocal fremitus simetris kanan – kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler pada kedua lapang paru, Rh + / +, Wh - / -
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :-
Perkusi :-
Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II regular,murmur (-),gallop
(+)
Abdomen
Inspeksi : bentuk perut buncit
Auskultasi : bising usus (+) 2 kali permenit
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastium(+)
Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen
Oedem
- -
- -
Hematologi
MCH 32 mg / dl 26 – 34 Normal
Kimia Klinik
Seroimunologi
Anti HIV:
- Antibodi Non Reaktif Non Reaktif Normal
- Antigen Non Reaktif Non Reaktif Normal
Golongan darah A+
Hematologi
MCH 29 mg / dl 26 – 34 Normal
- CKD stage 5
- Ht Emergency
- Anemia
VI. Planning
Skrining HD
IVFD Asering + drip catapres 2 ampul -> tensi 170/90 -> maintenance dengan clonidin 2x1
Ranitidin 2x50mg IV
Ondansenron 3x 8gr IV
Amlodipin 1 x 10mg PO
Valsartan 1 x 80 mg PO
Bicnat 3 x 500mg PO
CaCo3 3x 500mg PO
VII. Resume
Seorang Laki-laki berusia 42 tahun datang ke Rumah Sakit Umum Depati Hamzah dengan
keluhan sesak nafas 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh lemas ,
jari- jari tangan terasa kaku dan kesemutan, lutut kaki kanan terasa kaku dan nyeri, mual(+),
muntah (+), pusing (+). BAK banyak, BAB normal. Riwayat Ht (+), Riw DM (-), Riwayat
TB (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital; TD 210/110, Nadi 120x/menit, RR 30x/menit,
S 36,5C, didapatkan conjungtiva anemis. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
penurunan Hemoglobin, hematocrit dan eritrosit, didapatkan peningkatan kadar ureum dan
kreatinin darah.
Ureum : 369, Creatinin : 18,1
Diketahui usia 38 tahun, berat badan 65 kg, dengan kreatinin 22.64 mg/dL.
72 x 18,1
= 4,88
Penatalaksanaan : Pro HD
Sesak(+), pusing KU: TSS, compos mentis E4V5M6 CKD stage V - IVFD RL 20 tpm
(+), Lemas (+)
TD : 180/130 mmHg Obs Dyspnoe - Ranitidin 2x50mg IV
N : 82x/menit kuat, isi cukup Anemia - Ondansenron 3x 8gr IV
S : 36.5oC - Clonidin 2 x 1 PO
RR : 28x/menit - Amlodipin 1 x 10mg PO
Mata : CA +/+, SI-/- - Valsartan 1 x 80 mg PO
Leher : JVP 5+1cm, KGB tidak ada pembesaran - Asam folat 2 x 0,4mg PO
Paru: suara napas vesikuler +/+, rhonki +/-+, wheezing - Bicnat 3 x 500mg PO
-/-
- CaCo3 3x 500mg PO
Jantung : BJ I II reguler, murmur -, gallop –
- Pro tranfusi darah PRC 3 x 250
Abdomen : cembung, BU +, supel, NT (-)
(Sudah masuk 1 kolf)
Ekstremitas : akral hangat, odem –
- Pemeriksaan Hb ulang dan
Laboratorium Urinalisa + kolesterol
Ureum : 294, Kreatinin 19,9 - Pro HD siang
Skrining HD: HbsAg - - Rencana USG urologi
Sesak(berkurang), KU: TSS, compos mentis E4V5M6 CKD stage V on - IVFD RL 20 tpm
pusing HD
(berkurang), TD : 140/90 mmHg - Ranitidin 2x50mg IV
Lemas (-) Obs Dyspnoe
N : 82x/menit kuat, isi cukup S : 36.5oC - Ondansenron 3x 8gr IV
Anemia
RR : 28x/menit - Amlodipin 1 x 10mg PO
Mata : CA +/+, SI-/- - Valsartan 1 x 80 mg PO
Leher : JVP 5+1cm, KGB tidak ada pembesaran - Asam folat 2 x 0,4mg PO
Paru: suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- - Bicnat 3 x 500mg PO
Jantung : BJ I II reguler, murmur -, gallop – - CaCo3 3x 500mg PO
Abdomen : cembung, BU +, supel, NT (-) - Pro tranfusi darah PRC 3 x 250
Ekstremitas : akral hangat, odem – (Sudah masuk 2 kolf)
Laboratorium - Pemeriksaan Hb ulang
Hb : 5,6, Ureum : 230, Kreatinin 15,8
Kolesterol: 45, kolesterol total 78, Trigliserid 41
Urinalisa: protein +3
USG urologi: Chronic Kidney Disease Bilateral
Follow Up
Sesak(-), pusing KU: TSS, compos mentis E4V5M6 CKD stage V on - IVFD RL 20 tpm
(-), Lemas (-) HD
TD : 110/90 mmHg - Ranitidin 2x50mg IV
Obs Dyspnoe
N : 80x/menit kuat, isi cukup - Ondansenron 3x 8gr IV
Anemia
S : 36.7oC - Amlodipin 1 x 10mg PO
RR : 28x/menit - Valsartan 1 x 80 mg PO
Mata : CA +/+, SI-/- - Asam folat 2 x 0,4mg PO
Leher : JVP 5+1cm, KGB tidak ada pembesaran - Bicnat 3 x 500mg PO
Paru: suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- - CaCo3 3x 500mg PO
Jantung : BJ I II reguler, murmur -, gallop – -
Abdomen : cembung, BU +, supel, NT (-)
Ekstremitas : akral hangat, odem –
Laboratorium:
Hb: 7,0
Follow Up
Sesak(-), pusing KU: TSS, compos mentis E4V5M6 CKD stage V on - Boleh Pulang
(-), Lemas (-) HD
TD : 110/90 mmHg - Amlodipin 1 x 10mg PO
Obs Dyspnoe
N : 80x/menit kuat, isi cukup - Valsartan 1 x 80 mg PO
Anemia
S : 36.7oC - Asam folat 2 x 0,4mg PO
RR : 28x/menit - Bicnat 3 x 500mg PO
Mata : CA +/+, SI-/- - CaCo3 3x 500mg PO
Leher : JVP 5+1cm, KGB tidak ada pembesaran - Kontrol Poli Penyakit Dalam 1
minggu kemudian
Paru: suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I II reguler, murmur -, gallop –
Abdomen : cembung, BU +, supel, NT (-)
Ekstremitas : akral hangat, odem –
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan
kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda
kerusakan ginjal diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa
Kelainan patologik
pencitraan radiologi
2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m² selama > 3 bulan dengan atau tanpa
kerusakan ginjal.
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju
filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus
yang lebih rendah. Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium.
Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal, stadium 2 kerusakan
ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan, stadium 3 kerusakan ginjal dengan
penurunan yang sedang fungsi ginjal, stadium 4 kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi
ginjal, dan stadium 5 adalah gagal ginjal. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut:1
2
Kategori GFR GFR (ml/menit/1,73 m ) Keterangan
Keterangan : AER = albumin excretion rate; ACR = albumin to creatinine ratio; *relatif
pada usia dewasa muda; **termasuk sindroma nefrotik (biasanya AER >2200 mg/24 jam,
ACR >220 mg/mmol atau ACR >2220 mg/g.
Klasifikasi atas dasar albuminuria, yang dihitung adalah AER dan ACR dengan rumus
sebagai berikut.
Tabel 2. Klasifikasi penyakit ginjal kronik dengan atau tanpa kerusakan ginjal dan
atau dengan atau tanpa peningkatan tekanan darah / hipertensi (HT).3
> 90 1 1 HT Normal
60 – 89 2 2 HT dengan Penurunan
30 – 59 3 3 3 3
15 – 29 4 4 4 4
II. Etiologi1,3,4
Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry (IRR)
pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut glomerulonefritis
(25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%).
a. Glomerulonefritis
mekanisme kekebalan tubuh memicu peradangan dan proliferasi jaringan glomerular yang dapat
Hippocrates awalnya menggambarkan manifestasi nyeri punggung dan hematuria, lalu juga
serangan yang tiba-tiba menunjukkan adanya hematuria, proteinuria, dan silinder sel darah
terganggu.2
sekunder. Glomerulonefritis primer apabila penyakit dasarnya berasal dari ginjal sendiri
sedangkan glomerulonefritis sekunder apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik
lain seperti diabetes melitus, lupus eritematosus sistemik (LES), mieloma multipel, atau
amiloidosis.2
Kebanyakan kasus terjadi pada pasien berusia 5-15 tahun. Hanya 10% terjadi pada pasien
yang lebih tua dari 40 tahun. Gejala glomerulonefritis akut yaitu dapat terjadi hematurim
oligouri, edema preorbital yang biasanya pada pagi hari, hipertensi, sesak napas, dan nyeri
b. Diabetes melitus
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat
bervariasi. Diabetes melitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari
akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering
munculnya protein dalam urin. Kehadiran protein urin tidak hanya tanda awal penyakit ginjal
diabetes, tetapi dapat menyebabkan kerusakan dan tubulointerstitial glomerular yang pada
akhirnya mengarah ke glomerulosclerosis diabetes. Hubungan yang kuat antara proteinuria dan
komplikasi diabetes lainnya mendukung pandangan bahwa peningkatan ekskresi protein urin
mencerminkan gangguan vaskular umum yang mempengaruhi banyak organ, termasuk mata,
c. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg pada seseorang yang tidak makan obat anti hipertensi. Berdasarkan penyebabnya,
hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer yang
tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik, dan hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi
Tabel
renal. 5,6
3. Klasifikasi tekanan darah sistolik, diastolik, modifikasi gaya hidup, serta terapi
obat berdasarkan Joint National Committee (JNC) VII:5,6
Target tekanan darah pada terapi pasien dengan CKD atau diabetes adah <130/80 mmHg.
d. Ginjal polikistik
Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau material yang
semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat ditemukan kista kista yang
tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula. Selain oleh karena kelainan genetik,
kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan atau penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan
kelainan genetik yang paling sering didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai adalah
penyakit ginjal polikistik dewasa (adult polycystic kidney disease), oleh karena sebagian besar
baru bermanifestasi pada usia di atas 30 tahun. Ternyata kelainan ini dapat ditemukan pada fetus,
III. Epidemiologi
Di Amerika Serikat menyatakan insidens penyakit ginjal kronik diperkitakan 100 juta
kasus perjuta penduduk per tahun, dan angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di
Malaysia diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di Negara
berkembang lainnya, insidens ini diperkirakan sekitar 40-60 kasis perjuta penduduk per tahun.1
1. Glomerulonefritis (46,39%)
4. Hipertensi (8,46%)
Penyakit gagal ginjal kronik lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Insidennya
Faktor risiko gagal ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan diabetes melitus atau
hipertensi, penyakit autoimun, batu ginjal, sembuh dari gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,
berat badan lahir rendah, dan faktor social dan lingkungan seperti obesitas atau perokok,
berumur lebih dari 50 tahun, dan individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi,
V. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama.
Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih
tersisa (surviving nefron) sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif
seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan hiperfiltrasi, yang diikuti oleh
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerolus. Proses adaptasi ini berlangsung
singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa skelrosis nefron yang masih tersisa.
Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit
factor seperti transforming growth factor β (TGF-β). Beberapa hal yang juga dianggap berperan
Perjalanan umum gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi empat stadium. Stadium
ringan dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar
BUN normal dan penderita asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat
kemih yang lama atau dengan mengadakan test LFG yang teliti.1
Stadium sedang perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak (LFG besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini kadar BUN
baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda,
tergantung dari kadar protein dalam diet. Pada stadium ini, kadar kreatinin serum juga mulai
meningkat melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan, kecuali bila penderita misalnya
mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung, atau dehidrasi. Pada stadium insufisiensi ginjal
ini pula gejala-gejala nokturia dan poliuria (diakibatkan oleh kegagalan pemekatan) mulai
timbul. Gejala-gejala ini timbul sebagai respons terhadap stress dan perubahan makanan atau
minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak terlalu memperhatikan gejala-gejala ini,
sehingga gejala tersebut hanya akan terungkap dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
teliti.1
Stadium berat dan stadium terminal gagal ginjal kronik disebut gagal ginjal stadium akhir
atau uremia. Gagal ginjal stadium akhir timbul apabila sekitar 90% dari massa nefron telah
hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai LFG hanya 10% dari
keadaan normal, dan bersihan kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml per menit atau kurang. Pada
keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat menyolok sebagai
respons terhadap LFG yang mengalami sedikit penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita mulai merasakan gejala-gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak sanggup lagi
mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Kemih menjadi isoosmotis
dengan plasma pada berat jenis yang tetap sebesar 1,010. Penderita biasanya menjadi oligourik
penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal. Kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala
yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir
gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali kalau ia mendapat pengobatan dalam bentuk
Meskipun perjalanan klinis penyakit ginjal kronik dibagi menjadi empat stadium, tetapi
dalam prakteknya tidak ada batas-batas yang jelas antara stadium-stadium tersebut.
perlu sering buang air kecil , terutama pada malam hari (nokturia);
kelelahan dan kelemahan (dari anemia atau akumulasi produk limbah dalam tubuh);
sakit kepala , mati rasa pada kaki atau tangan (neuropati perifer), gangguan tidur ,
perubahan status mental ( ensefalopati dari akumulasi produk-produk limbah atau racun
uremik), dan restless leg syndrome ;
Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) dilihat dari anamnesis, pemeriksaan
5. Meramalkan prognosis
yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik diagnosis dan pemeriksaan
dengan retensi atau akumulasi toksin azotemia, etiologi GGK, perjalanan penyakit termasuk
semua faktor yang dapat memperburuk faal ginjal (LFG). Gambaran klinik (keluhan subjektif
ii) sindrom uremia yang terduru daru lemah, letargi, anoreksia, mual, muntah, nokturia,
iii) gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah
chlorida).1
b. Pemeriksaan laboratorium
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi sesuai dengan penyakit yang
mendasarinya, penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan ureum dan kreatinin serum, dan
penurunan laju filtrasi glomerolus (LFG) yang dapat dihitung mempergunakan rumus Kockcroft-
Gault, serta kelainan biokimia darah lainnya, seperti penurunan kadar hemoglobin, hiper atau
4. ultrasonografi ginjal dapat memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang
VII. Penatalaksanaan
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada CKD bersifat konservatif. Penatalaksanaan ini lebih bermanfaat bila
penurunan fungsi ginjal masih ringan. Pengobatan konservatif ini terdiri dari 3 strategi, yaitu :
b. Sepsis
Sepsis dapat disebabkan berbagai macam infeksi, terutama infeksi saluran kemih.
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengkoreksi kelainan urologi dan antibiotik yg
telah terpilih untuk mengobati infeksi.
d. Obat-obat nefrotoksik
Obat-obat aminoglikosida, OAINS, kontras radiologi, dan obat-obat yang dapat
menyebabkan nefritis interstitialis harus dihindari.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat memperburuk fungsi ginjal, hipertensim meningkatkan
terjadinya eklamsia dan menyebabkan retardasi pertumbuhan intrauterine.
b. Asidosis metabolik
Penurunan kemampuan sekresi acid load pada CKD menyebabkan terjadinya
asidosis metabolik, umumnya bila GFR < 25 ml/mnt. Diet rendah protein 0.6
gr/hr dapat membantu mengurangi asidosis. Bila bikarbonat turun sampai < 15-17
mEq/L harus diberikan stubtitusi alkali.
c. Hiperkalemia
Hiperkalemia dapat menyebabkan aritmia kordis yang fatal. Untuk mengatasi ini,
dapat diberikan :
Insulin dan glukosa 6U insulin dan glukosa 50g dalam waktu 1 jam
Bila hiperkalemia tidak dapat diatasi, maka sudah merupakan indikasi untuk
dialisis
e. Anemia
Penyebab utama anemia pada CKD adalah terjadinya defisiensi eritropoeitin.
Penyebab lainya adalah perdarahan gastrointestinal, umur eritrosit yang pendek,
serta adanya fakotr yang menghambat eritropoiesis (toksin uremia), malnutrisi
dan defisiensi besi.
Transfusi darah hanya diberikan bila perlu dan apabila trasnfusi tersebut dapat
memperbaiki keadaan klinis secara nyata.Terapi terbaik apabila Hb <8 g% adalah
pemberian eritropoietin, tetapi pengobatan ini masih terbatas karena mahal.
1,25 dihidroksikalsiferol metabolit aktif vitamin D. Pada keadaan ini dengan GFR
< 30 mL/mnt diperlukan pemberian fosfor seperti kalsium bikarbonat atau
kalsium asetat yang diberikan pada saat makan. Pemberian vitamin D juga perlu
diberikan untuk meningkatkan absorbsi calcium di usus.
g. Hiperurisemia
Alopurinol sebaiknya diberikan 100-300 mg, apabila kadar asam urat > 10 mg/dl
atau apabila terdapat riwayat gout.
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap atau
transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila :
Dialisis
Dialisis Akses
Sebuah akses vaskular diperlukan untuk hemodialisis sehingga darah dapat dipindahkan
meskipun filter dialisis pada kecepatan cepat untuk memungkinkan pembersihan limbah, racun,
dan kelebihan cairan. Ada tiga jenis akses vaskular: fistula arteriovenosa (aVF), graft
arteriovenosa, dan kateter vena sentral.
1. Fistula arteriovenosa (aVF): Akses yang lebih disukai untuk hemodialisis adalah aVF,
dimana arteri secara langsung bergabung ke pembuluh darah. Vena ini memakan waktu
dua sampai empat bulan untuk memperbesar dan matang sebelum dapat digunakan untuk
cuci darah. Setelah matang, dua jarum ditempatkan ke dalam vena untuk dialisis. Satu
jarum digunakan untuk menarik darah dan dijalankan melalui mesin dialisis. Jarum kedua
adalah untuk mengembalikan darah dibersihkan. AVFs cenderung tidak terinfeksi atau
mengembangkan gumpalan dari jenis lainnya akses dialisis.
3. Kateter vena sentral: Sebuah kateter mungkin baik sementara atau permanen. Pipa ini
yang baik ditempatkan di leher atau pangkal paha ke dalam pembuluh darah besar.
Meskipun kateter memberikan akses langsung untuk cuci darah, mereka rentan terhadap
infeksi dan juga dapat menyebabkan pembuluh darah menggumpal atau sempit.
Peritoneal akses (untuk dialisis peritoneal): Sebuah kateter ditanamkan ke dalam rongga perut
(dibatasi oleh peritoneum) dengan prosedur bedah minor. Kateter ini adalah tabung tipis yang
terbuat dari bahan yang fleksibel lembut, biasanya silikon atau poliuretan. Kateter biasanya
memiliki satu atau dua manset yang membantu menahannya di tempat. Ujung kateter mungkin
lurus atau melingkar dan memiliki beberapa lubang untuk memungkinkan jalan keluar dan
kembali cairan. Meskipun kateter dapat digunakan segera setelah implantasi, biasanya
disarankan untuk menunda dialisis peritoneal selama minimal 2 minggu sehingga
memungkinkan penyembuhan dan mengurangi risiko kebocoran berkembang.
Hemodialisis
Hemodialisis melibatkan sirkulasi darah melalui filter atau dialyzer pada mesin dialisis.
Konsentrasi gradien zat antara darah dan dialisat menyebabkan perubahan yang
diinginkan dalam komposisi darah, seperti pengurangan produk-produk limbah (urea
nitrogen dan kreatinin), sebuah koreksi kadar asam, dan equilibrium tingkat mineral
berbagai.
Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal menawarkan hasil terbaik dan kualitas terbaik dari kehidupan.
Transplantasi ginjal Sukses terjadi setiap hari di Amerika Serikat. Transplantasi ginjal dapat
berasal dari donor hidup terkait, donor hidup tidak berhubungan, atau orang yang telah
meninggal karena sebab lain (donor kadaver). Pada penderita diabetes tipe I, transplantasi ginjal-
pankreas dikombinasikan sering merupakan pilihan yang lebih baik. Namun, tidak semua orang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa GFR diperkirakan lebih rendah, lebih tinggi albuminuria,
usia muda, dan seks laki-laki menunjuk sebuah pengembangan yang lebih cepat dari gagal ginjal.
Juga, serum albumin rendah, kalsium, dan bikarbonat, dan fosfat serum yang lebih tinggi dapat
memprediksi peningkatan risiko gagal ginjal.
Di Amerika Serikat, hemodialisis dan peritoneal dialisis memiliki populasi umum penerimaan
rumah sakit 2 per pasien per tahun; pasien yang memiliki transplantasi ginjal memiliki rata-rata 1
masuk rumah sakit per tahun. Selain itu, pasien dengan ESRD yang menjalani transplantasi
ginjal bertahan hidup lebih lama daripada mereka pada dialisis kronis.
Angka kematian yang berhubungan dengan hemodialisis yang mencolok dan menunjukkan
bahwa harapan hidup pasien masuk ke hemodialisis nyata dipersingkat. Pada tahun 2003, lebih
dari 69.000 pasien dialisis terdaftar dalam program ESRD meninggal.
KESIMPULAN
Seorang Laki-laki berusia 42 tahun datang ke Rumah Sakit Umum Depati Hamzah dengan
keluhan sesak nafas 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh lemas ,
jari- jari tangan terasa kaku dan kesemutan, lutut kaki kanan terasa kaku dan nyeri, mual(+),
muntah (+), pusing (+). BAK banyak, BAB normal. Riwayat Ht (+), Riw DM (-), Riwayat
TB (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital; TD 210/110, Nadi 120x/menit, RR 30x/menit,
S 36,5C, didapatkan conjungtiva anemis. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
penurunan Hemoglobin, hematocrit dan eritrosit, didapatkan peningkatan kadar ureum dan
kreatinin darah. Perhitungan GFR 4,88, pasien termasuk CKD stage 5. Pasien membutuhkan
HD
1. Ketut Suwitra. Penyakit Ginjal Kronik. Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti
S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4 Jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran
2. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi kelima.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Jakarta: Interna
Publishing. 2010. p. 1035-40.
3. Murray L, Wilkinson IB, Baldwin A, Wallin E. Chronic Kidney Disease. Oxford
Handbook of Clinical Medicine, Ed. 9. New York: Oxford University Press Inc. 2014. p.
294-7.
4. Davey, Patrick. At a Glance Medicine. 2005. Penerbit : Erlangga. Hal : 258, Gagal ginjal
Kronis dan pasien dialisis.
5. Silbernagl S. Gagal Ginjal kronis. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. 2007. Jakarta :
EGC.
6. Stevens PE, Levin A. Evaluation and management of chronic kidney disease: synopsis of
the kidney disease: Improving global outcomes 2012 clinical practice guideline. Annals
of internal medicine. 2013; 158(11):825-30.
7. James I. McMillan, MD. December 2007. Chronic Kidney Disease (Chronic Renal
Failure).
http://www.merckmanuals.com/professional/genitourinary_disorders/renal_failure/chroni
c_kidney_disease.html