Anda di halaman 1dari 8

Kiteria diagnosis:

1. Hipokalemia.
a. Kelemahan otot biasanya terjadi pada ekstremitas bawah, dapat unilateral atau
bilateral, disertai dengan keluhan nyeri di awal serangan. Kelemahan otot bersifat
gradual. Pada kondisi yang berat dapat terjadi paralisis total dalam 24-48 termasuk
otot pernafasan dan dapat terjadi gagal nafas dan aritmia. Pada serangan yang
berlangsung lama, kelemahan bisa menetap. Pada pemeriksaan fisik terdapat
penurunan kekuatan motorik, penurunan sampai hilangnya refleks tendon dan
sensibilitas, namun kesadaran tidak terpengaruh.
b. Pada EKG tampak tanda hipokalemia yaitu gelombang T mendatar, terdapat
gelombang U, interval PR normal atau memanjang, dan depresi segmen ST.
c. Kadar kalium < 3,5 mEq/L.

Alur diagnosis hipokalemia


3. Penegakan diagnosis TB Anak
Catatan:
 Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter
 Berat badan dinilai saat datang (moment opname)
 Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku Puskesmas
 Foto Rontgen toraks bukan alat diagnostik utama pada TB Anak
 Semua anak dengan Reaksi Cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring TB
Anak
 Didiagnosis TB bila jumlah skor >6, (skor maksimal 13)
 Pasien yang mendapat skor 5, dengan usia balita atau ada kecurigaan TB yang kuat,
rujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut
 Profilaksis diberikan bila ada anak yang kontak dengan pasien TB dewasa sputum
BTA (+) namun evaluasi dengan sistem skoring nilainya
Setelah dilakukan penilaian berdasarkan scoring dan dijumlahkan terhadap keluhan dan
pemeriksaan penunjang, dan jumlahnya >6, maka didiagnosis TB dan selanjutnya mengikuti
algoritme di bawah ini.
Kriteria diagnosis TB anak:
Alur diagnosis TBMDR:

4. Meningitis:
Alur diagnosis:
Pemeriksaan dan pemantauan tingkat kesadaran dengan Pediatric Glasgow Coma Scale
(PGCS) dan tekanan darah masih jarang dilakukan di UGD. Penilaian tingkat kesadaran
sebaiknya dilakukan dengan skor PGCS karena merupakan parameter yang objektif, terukur,
dapat divalidasi, dan telah disepakati secara umum oleh klinisi sehingga dapat digunakan
untuk memantau perkembangan kesadaran pasien secara objektif.6,9 Selain itu, penurunan
skor PCS >3 poin menunjukkan telah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial yang
berarti. Pungsi lumbal dilakukan dalam 4 jam sejak pasien masuk rumah sakit. Kemungkinan
lamanya waktu tersebut dapat berhubungan dengan pemeriksaan funduskopi sebagai salah
satu cara menentukan ada tidaknya kontra indikasi pungsi lumbal dan pemeriksaan tersebut
dilakukan pada semua pasien. Seharusnya, pemeriksaan tersebut tidak diperlukan pada bayi
dengan ubun-ubun masih terbuka dan ubun-ubun tidak tegang dan tidak membonjol.
Pemeriksaan funduskopi dilakukan bersama sama dengan ophtamologist, pungsi lumbal lebih
cepat dilakukan pada kelompok dengan konsultasi kepada ophtalmologist langsung dilakukan
di UGD (rata-rata 12,2 jam, median 3,2jam) dibandingkan konsultasi dilakukan ketika di
bangsal. Pemeriksaan funduskopi untuk menentukan ada tidaknya edema papil dilakukan
bersama-sama dengan ophtalmologist.
Penurunan kesadaran atau iritabilitas
• Tanda peningkatan tekanan intrakranial (ubun-ubun membonjol)
• Tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, tanda kernig, brudzinski), tanda rangsang
meningeal bisa tidak ditemukan pada usia
Penurunan kesadaran atau iritabilitas
• Tanda peningkatan tekanan intrakranial (ubun-ubun membonjol)
• Tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, tanda kernig, brudzinski), tanda rangsang
meningeal bisa tidak ditemukan pada usia
Penurunan kesadaran atau iritabilitas
• Tanda peningkatan tekanan intrakranial (ubun-ubun membonjol)
• Tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, tanda kernig, brudzinski), tanda rangsang
meningeal bisa tidak ditemukan pada usia
ihat apakah ada riwayat:
 Demam
 Muntah
 Tidak bisa minum atau menyusu
 Sakit kepala atau nyeri di bagian belakang leher
 Penurunan kesadaran
 Kejang
 Gelisah
 Cedera kepala yang baru dialami.
Dalam pemeriksaan, apakah ada:
 Tanda rangsang meningeal
 Kejang
 Letargis
 Gelisah
 Ubun-ubun cembung (bulging fontanelle)
 Ruam: petekiae atau purpura
 Bukti adanya trauma kepala yang menunjukkan kemungkinan fraktur tulang
tengkorak yang baru terjadi.
Selain itu, lihat apakah ada tanda di bawah ini yang menunjukkan adanya peningkatan
tekanan intrakranial:
 Pupil anisokor
 Spastisitas
 Paralisis ekstremitas
 Napas tidak teratur

Pemeriksaan Laboratorium
Jika mungkin, pastikan diagnosis dengan pungsi lumbal dan pemeriksaan cairan
serebrospinal (CSS). Jika CSS keruh dan reaksi Nonne dan Pandy positif, pertimbangkan
meningitis dan segera mulai berikan pengobatan sambil menunggu hasil laboratorium.
Pemeriksaan mikroskopik CSS pada sebagian besar meningitis menunjukkan peningkatan
jumlah sel darah putih (PMN) di atas 100/mm3. Selanjutnya dilakukan pengecatan Gram.
Tambahan informasi bisa diperoleh dari kadar glukosa CSS (rendah: < 1.5 mmol/liter),
protein CSS (tinggi: > 0.4 g/l), dan biakan CSS (bila memungkinkan). Jika terdapat tanda
peningkatan tekanan intrakranial, tunda tindakan pungsi lumbal tetapi tetap lakukan
pengobatan.
Penyebab spesifik meningitis
Pertimbangkan meningitis tuberkulosis jika:
o Demam berlangsung selama 14 hari
o Demam timbul lebih dari 7 hari dan ada anggota keluarga yang menderita TB
o Hasil foto dada menunjukkan TB
o Pasien tetap tidak sadar
o CSS tetap mempunyai jumlah sel darah putih yang tinggi (tipikal < 500 sel darah
putih per ml, sebagian besar berupa limfosit), kadar protein meningkat (0.8–4 g/l)
dan kadar gula darah rendah (< 15 mmol/liter).
Pada pasien yang diketahui atau dicurigai menderita HIV-positif, perlu pula dipertimbangkan
adanya TB atau meningitis kriptokokal.

Tuberkuloma
Tuberculosis pada sistem saraf pusat dapat di definisikan dengan lesi tuberculosis yang
terlokalisir atau dapat disebut sebagai tuberculoma. Tuberculoma intracranial adalah masa
dari jaringan granulomatosis yang disebabkan oleh penyebaran kuman tuberculosis melalui
pembuluh darah, yang terutama dari tb paru. Histologi pada tuberculoma terdiri dari kaseus
nekrotik yang dikelilingi dengan kapsul yang terdiri dari fibroblast, sel epitel, sel langerhan
dan limfosit.
Gejala dari tuberkuloma intracranial dapat tidak terlihat atau tidak disadari, terutama tidak
ada gejala yang menunjukan adanya kuman TB. Tuberkuloma asimtomatik terkadang lebih di
temukan melalui CT Scan pada anak dengan Tuberculosis milier. Keluhan utama yang dapat
ditemukan pada tuberkuloma biasanya kejang pada anak. Tuberkuloma dapat juga didapatkan
tanda adanya serangan akut peningkatan tekanan intra kranial yang disebabkan oleh obstruksi
seperti hidrosefalus atau tanda fokal neurologis. Tuberkuloma dalam ukuran besar dapat
dikatakan juga tumor otak dengan gejala peningkatan TIK kronis dan gejala fokal neurologis

Patogenesis
Sebagian besar infeksi tuberkulosis disebabkan oleh M. tuberculosis. Kuman TB mencapai
SSP dengan rute hematogen sekunder. Terdapat dua tahap pengembangan lesi tuberkulosis-
SSP, yang pertama berkembang di otak selama tahap bakteremia atau segera sesudahnya dan
yang kedua adalah pecah atau tumbuh satu atau lebih dari lesi ini menghasilkan
pengembangan TB SSP. Tahap awal dapat terjadi pada meningen, permukaan subpial atau
subependimal otak, atau mungkin memang tetap tidak aktif selama bertahun-tahun. Stimulus
spesifik yang diperlukan untuk ruptur atau pertumbuhan lesi ini masih belum sepenuhnya
dipahami walaupun mekanismenya diketahui bersifat imunologis. Jenis lesi yang dihasilkan
dari pelepasan basil ke dalam cairan serebrospinal (CSF) tergantung pada virulensi bakteri
dan ketahanan imun host. Penyebaran jarang langsung dapat terjadi pada meningen dari
telinga tengah atau tulang calvarial. Sebuah penelitian tentang parameter imunologis
menunjukkan hubungan antara pengembangan meningitis tuberkulosis (TBM) pada anak-
anak dan jumlah limfosit T CD4 yang secara signifikan lebih rendah bila dibandingkan
dengan anak-anak yang hanya memiliki kompleks paru. [3] Lesi otak juga berasal dari
penyebaran hematogen dari paru-paru, dan ketika ada inokulasi yang cukup besar dengan
imunitas yang didapatkan dari sel yang tidak adekuat, lesi parenkim dapat berkembang
menjadi tuberkuloma atau abses tuberkulosa. Sebuah penelitian terbaru dari Vietnam
beranggapan tentang hubungan antara genotipe bakteri dan inang sebagai penyebab genesis
penyakit ekstrapulmoner paru. Pada TBM, eksudat gelatin yang tebal berkembang di sekitar
basal, fisura sylvian dan batang otak. Karena hal ini dapat menyebabkan obstruksi aliran
keluar dari ventrikel keempat atau memang dari saluran air otak, hidrosefalus sering
berkembang pada anak-anak dan hal ini semakin memperburuk kondisi klinis dengan
meningkatnya tekanan intrakranial. Otak dapat mengalami edema, infiltrasi perivaskular
dengan limfosit dan sel mononuklear, dan reaksi mikroglial. Sindrom seperti vaskulitis dapat
terjadi, di mana perubahan inflamasi dapat terlihat pada dinding pembuluh darah, dan lumen
pembuluh ini dapat menyempit atau bahkan tersumbat oleh pembentukan thrombin dan hal
ini dapat menyebabkan area kecil infark. Pada sebagian besar pasien, lokasi infark terletak
pada distribusi medial striate dan thalamoperforating arteri. Berbagai jenis TB SSP telah
dirangkum dalam Tabel 1. [5]

Sumber:
1. WHO. Guidance for national tuberculosis programmes on the management of
tuberculosis in children.2ed . World Health Organization.2014.1-145
2. Bresolin NL, Grillo E, Fernandes VR, Carvalho FLC, GoesJEC, da Silva RJM. A case
report and review of hypokalemic paralysis secondary to renal tubular acidosis. Pediatr
Nephrol 2005;20:818-20.
3. American Thoracic Society. Diagnostic standards and classification of tuberculosis in
adults and children. Am J Respir Crit Care Med 2000; 161: 1376−95.
4. Donald PR, Schoeman JF. Central Nervous System Tuberculosis in Children. Scient
Direct. 2009 ; 28 : 413-23.

Anda mungkin juga menyukai