i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat yang telah
dikaruniakan kepad penyusun sehingga dapat meneyelesaikan Buku
Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi / CSSD UPTD RSD Merah Putih.
KEPUTUSAN DIREKTUR
UPTD RUMAH SAKIT DAERAH MERAH PUTIH
NOMOR :
TENTANG
ii
sakit;
2. Bahwa untuk mencapai keberhasilan tersebut perlu
dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit dengan cara
melakukan sterilisasi pada alat atau bahan tertentu yang
bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan
mikroba termasuk endospore;
Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 382/Menkes/SK/III/2008 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Kesehatan Lainnya.
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman
Menejerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
5. Buku Pedoman dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, DEPKES RI,
2007
6. Buku Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah
Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, tahun
2009.
iii
MEMUTUSKAN
Ditetapkan : di Mertoyudan
Pada tanggal :
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4
BAB II STANDAR KETENAGAAN...............................................................8
BAB III STANDAR FASILTAS
.................................................................................................................
12
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
.................................................................................................................
17
BAB V LOGISTIK
.................................................................................................................
25
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
.................................................................................................................
28
BAB VII KESELAMATAN KERJA
.................................................................................................................
30
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
.................................................................................................................
40
BAB IX PENUTUP
.................................................................................................................
Lampiran I : Keputusan Direktur UPTD RSD
42 Merah Putih Kabupaten Magelang
Nomor :
Tanggal :
PEDOMAN PELAYANAN PUSAT CSSD
UPTD RUMAH SAKIT MERAH PUTIH KABUPATEN
MAGELANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau
bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua
bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Rumah sakit
sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan yang
v
mengutamakan keselamatan pasien dan petugas selalu
berupaya untuk mencegah terjadinya resiko infeksi rumah
sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu
dilakukan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung dengan cara melakukan sterilisasi pada alat
atau bahan tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan
semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan
dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Salah satu indicator keberhasilan dalam pelayanan
rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial
di rumah sakit. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu
dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit. Pusat
sterilisasi merupakan salah satu pemutus mata rantai
kehidupan mikroba termasuk endospora. Pusat sterilisasi
adalah tempat yang penting di dalam rumah sakit untuk
mengendalikan infeksi dan punya peran yang sangat
penting dalam upaya menekan kejadian infeksi di rumah
sakit. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, pusat
sterilisasi sangat tergantung dengan berbagai unit lain yang
terkait antara lain, unsur pelayanan medik, unsur
penunjang medik, instalasi lain seperti perlengkapan,
logistic, perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana,
sanitasi dan lain-lain. Hal ini saling terkait, apabila terjadi
hambatan pada salah satu unit maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Alat dan bahan yang digunakan di rumah sakit sangat
bervariasi dan banyak. Penggunaan alat dan bahan yang
disterilkan di rumah sakit juga demikian besar, dan hal ini
merupakan dasar pemikiran untuk Rumah Sakit Islam
Sultan Agung harus memiliki pusat sterilisasi tersendiri
dan mandiri dengan pengelolaan yang baik. Pusat
sterilisasi/ Central Sterile Supply Department (CSSD)
merupakan salah satu instansi yang berada dibawah
kepala instalasi kamar bedah dan bertanggung jawab
langsung kepada Direktur Pelayanan Rumah Sakit. Pusat
sterilisasi ini bertugas untuk memberikan pelayanan
terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari
vi
mikroba (termasuk endospora) secara cepat dan tepat.
Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan
secara professional, diperlukan pengetahuan dan
ketrampilan tertentu yang baik oleh perawat, apoteker,
ataupun tenaga non medik yang berpengalaman dibidang
sterilisasi. Angka infeksi nosokomial sangat tinggi,
dibuktikan dari hasil survey prevalensi di 11 rumah sakit
di Jakarta dan RS. Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun
2003 didapatkan angka (infeksi Luka Operasi) 18,9 %,
ISK (infeksi Saluran Kemih) 15,1 %, Pneumonia 24,5 %
dan Infeksi saluran nafas lain 15,1 % infeksi lain sebesar
32,1 %.
Maka peran pusat sterilisasi (CSSD) untuk meminimalkan resiko
terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya adalah sangat perlu diterapkan. Hal ini juga terkai dengan
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pendidikan, pembinaan dan
pelatihan serta monitoring dan evaluasi terkait infeksi.
B. FALSAFAH
C. Umum
Sebagai pedoman dalam pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna
menekan kejadian infeksi di RSD Merah Putih Magelang.
D. Khusus
1. Sebagai pedoman dalam pelayanan pusat sterilisasi (CSSD) di
RSD Merah Putih Magelang.
2. Sebagai kontrol mutu dan pengawasan terhadap hasil sterilisasi.
vii
3. Dapat membantu menurunkan angka kejadian infeksi atau
infeksi nosokomial di RSD Merah Putih Magelang.
4. Sebagai panduan kerja bagi tenaga pemberi pelayanan
pusat sterilisasi dalam memberikan pelayanan.
5. Sebagai panduan kerja bagi tenaga di satelit CSSD sebagai
tangan panjang pelayanan pusat sterilisasi dalam memberikan
pelayanan sterilisasi.
6. Mewujudkan patient safety sebagai wujud pengendalian infeksi
nosokomial di rumah sakit.
E. ISTILAH
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas
Etilen oksida pada sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas
etilen oksida.
2. AAMI adalah singkatan dari Associaton for the advancement of
Medical Instrumentation
3. AHA adalah singkatan dari American Hospital Association
4. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk
sterilisasi dengan menggunakan uap bertekanan
5. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada
permukaan kulit dan membran mukosa untuk menurunkan
jumlah mikroorganisme
6. Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang
dapat membentuk spora serta resisten terhadap panas dan
digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi
7. Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk
spora dan digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida
8. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda
terkontaminasi
9. Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada
mesin sterilisasi uap berpompa vakum, penemu metodenya
adalah j.h Bowie dan J. Dick
10. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah
pencemar mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya
sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut
11. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui
sistem termal (panas) atau kimia
viii
12. Goggle adalah alat proteksi mata
13. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan
syhu tertentu secara kontinyu untuk menumbuhkan kultur
bakteri
14. Inkubator biologi adalah sedian berisi sejumlah tertentu
mikroorganisme spesifik dalam bentuk spesifik dalam bentuk
spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi
tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi
telah tercapai.
15. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape
yang menandai terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang
disterilkan, ditandai dengan adanya perubahan warna
16. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll
pada mesin sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal
17. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah
Sakit dimana padA saat masuk rumah sakit tidak ada
tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
18. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter,
jarum suntik maupun pembuluh darah
19. Point of use : menunjukkan tempat pemakaian alat
20. Satelit CSSD adalah desentralisasi oleh unit, atas monitor dan
kendali CSSD
21. Sentralisasi adalah sistem yang mencerminkan kegiatan terpusat,
dalam satu atap manajement agar kualitas yang dicapaidapat
tersetandar. Tidak ada duplikasi pelayanansehingga terjadi
effisiensi cost.
22. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk
spora
23. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme
termasuk spora melalui cara fisika atau kimia
24. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat
mensterilkan.
25. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk
mengukur perbedaan suhu dan digunakan untuk mengkalibrasi
suhu pada mesin sterilisasi.
F. MANFAAT
ix
Sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD) dan satelit
CSSD yang berada di unit kerja dalam meningkatkan mutu
pelayanan yang bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya
infeksi di Rumah Sakit Merah Putih Magelang.
G. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 1 tentang Keselamatan Kerja tahun 1970
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
6. Permenkes no 1204 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit Tahun 2004
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya tahun 2008
8. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan
Kesehatan tahun 2010
9. The APSIC Guidlines For Desinfection and Sterilisation of
Instruments In Healt Care Facilities, 2017
x
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Status Kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD)
dan di satelit CSSD diharapkan:
1) Sehat jasmani, rohani
2) Tidak pernah menderita / sedang menjalani proses pengobatan
TBC pada setahun terakhir.
3) Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik dan X-ray
untuk penyakit paru.
4) Cek up kesehatan dan mempunyai laporan mengenai sakit yang
pernah dialami selama bekerja di CSSD seperti infeksi saluran
nafas, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, infeksi pada mata dan
tertusuk jarum minimal setahun satu kali.
xii
6. Dapat bekerja dengan baik dalam berbagai
kondisi.
7. Mempunyai keinginan mengembangkan
sterilisasi.
8. Kondisi kesehatan baik secara jasmani
maupun rohani.
3) Staf CSSD Uraian tugas:
a. Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
b. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD
c. Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
d. Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur
operasional yang ada
e. Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara
langsung maupun melalui telp.
f. Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian yang
relative membosankan.
g. Dapat menerima tekanan kerja.
h. Memakai alat pelindung diri setiap melakukan
aktifitas CSSD.
i. Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit
CSSD terhadap peralatan, gedung/bangunan dan
aset yang ada.
Kualifikasi Tenaga
1. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat dengan
tambahan kursus/ pelatihan sterilisasi.
2. Dapat belajar dengan cepat.
3. Mempunyai ketrampilan yang baik.
4. Personal hygiene baik.
5. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
4) Administrator
Uraian tugas :
1. Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
2. Bertanggungjawab terhadap bahan yang digunakan di CSSD
3. Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
4. Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
5. Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung
maupun melalui telp, dapat menjalankan pekerjaan rutin/
harian terkait pelaporan.
6. Dapat menjalankan tugas administrasi dan stok CSSD
dengan baik, dapat menerima tekanan kerja.
7. Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas
CSSD.
8. Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD
terhadap peralatan, gedung bangunan dan aset yang ada.
Kualifikasi Tenaga:
1. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat.
xiii
2. Dapat belajar dengan cepat.
3. Mempunyai ketrampilan administrasi yang baik.
4. Personal hygiene baik.
5. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
7. Disiplin dalam mengerjakan pelaporan bulanan, stok
opname, anfrah BMHP, dll.
5) Staf Satelit CSSD Uraian tugas:
a. Bertanggung jawab kepada penanggungjawab unit masing-
masing dibawah supervise penanggungjawab CSSD
b. Tahan terhadap bahan yang digunakan selama proses
sterilisasi
c. Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
d. Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang
ada
e. Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung
f. Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian yang relative
membosankan.
g. Dapat menerima tekanan kerja.
h. Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD
terhadap peralatan, gedung/ bangunan dan aset yang ada.
i. Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas
CSSD.
Kualifikasi Tenaga :
1. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat dengan tambahan
kursus/ pelatihan sterilisasi.
2. Dapat belajar dengan cepat.
3. Mempunyai ketrampilan yang baik.
4. Personal hygiene baik.
5. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
BAB III
STANDAR FASILITAS
xiv
berada
A. Bangunan CSSD
Yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
1. RS dengan 200 TT, luas bangunan minimal 130 m2.
2. RS dengan 400 TT, luas bangunan minimal 200 m2.
3. RS dengan 600 TT, luas bangunan minimal 350 m2.
4. RS dengan 800 TT, luas bangunan minimal 400 m2.
5. RS dengan 1000 TT, luas bangunan minimal 450 m2.
Denah ruang CSSD (Lampiran 1)
B. Lokasi CSSD
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruang pemakai alat/
bahan steril terbesar di rumah sakit seperti kamar bedah, ICU, unit
perawatan, dll di rumah sakit. Penetapan/ pemilihan lokasi yang tepat
akan memudahkan dan berdampak pada efisiensi kerja dan
meningkatkan pengendalian infeksi di rumah sakit. Lokasi yang tepat
akan meminimalkan resiko kontaminasi silang karena pengaruh lalu
lintas/ transportasi alat steril. Unit CSSD diupayakan juga dekat
dengan loundry atau pencucian linen karena set linen untuk
kebutuhan steril akan lebih mudah dalam penyiapannya.
C. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi
Pada prinsipnya ruang CSSD terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor
yang didesain sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang antara ruang kotor ke ruang bersih. Selain itu
pembagian ruang CSSD juga dibuat senyaman mungkin disesuaikan
dengan alur kerjanya. Ruang CSSD dibagi dalam 5 ruang yaitu :
1. Ruang dekontaminasi
Ruang ini didesain untuk penerimaan barang kotor. Unit yang
mengirimkan alat kotor setelah digunakan melalui ruang ini.
Ruang dekontaminasi harus dapat menampung semua barang
kotor yang akan dibersihkan dan akan menjalani proses
sterilisasi. Ruang dekontaminasi direncanakan, dipelihara dan
selalu dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi
dan untuk melindungi petugas penerimaan CSSD dari benda-
benda tajam, yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal
berbahaya lainnya. Pada satelit pelayanan CSSD yang berada di
unit, sebisa mungkin dibuat desain yang sama dengan CSSD,
sehingga keamanan dan keselamatan petugas juga tetap terjamin.
a. Ventilasi
Udara dan partikel kecil pada debu dapat membawa
mikroorganisme dari satu termpat ke tempat lainsehingga
dapat mengkontaminasi alat kesehatan yang sudah melewati
dekontaminasi, alat bersih siap disterilkan dan bahkan alat
yang sudah steril. Oleh sebab itu, ruang dekontaminasi harus
mempunyai system ventilasi yang baik, yaitu:
xv
1) Udara dapat keluar/ dengan dihisap. Ruang
dekontaminasi dengan menggunakan system sirkulasi
udara yang mempunyai filter.
2) Tekanan udara harus negative supaya tidak
mengkontaminasi udara ruang lainnya.
3) Tidak dianjurkan penggunaan kipas angin.
b. Suhu dan kelembaban
Suhu dan kelembaban akan mempengaruhi lingkungan
kerja dan juga kenyamanan para petugas di ruang
dekontaminasi. Suhu dan kelembaban yang
direkomendasikan adalah:
1) Suhu udara ruangan antara 18 C- 22 C
2) Kelembaban udara antara 35 %- 75 %
c. Kebersihan
Kebersihan ruang CSSD sangatlah penting. Pembersihan
ruang, alat dan bahan yang ada di CSSd harus
menggunakan pembersih yang sesuai.Debu, serangga dan
vermin adalah pembawa mikroorganisme penyebab/
penyebar infeksi. Harus ada peraturan tertulis mengenai
prosedur pengumpulan sampah, pembuangan limbah dan
transportasinya. Hal ini diberlakukan pada sampah dan
limbah baik yang menyebabkan infeksi dan yang berbahaya
atau tidak.
xvii
dari dinding untuk memudahkan pembersihan. Hindari
terjadinya penumpukan debu pada kemasan dan jangan
letakkan rak dekat dengan kran atau saluran air lainnya.
Petugas yang berdinas di ruang penyimpanan barang steril
adalah petugas yang terlatih, sehat, terbebas dari penyakit
menular terutama yang ditularkan melalui droplet. Petugas
didalam ruang penyimpanan bahan steril menggunakan jas
khusus yang sesuai dengan persyaratan. Lokasi ruang
penyimpanan barang steril tidak berada di lalu lintas
utama dengan pintu khusus dan jendela yang minim untuk
mengurangi kemungkinan kuman dari luar masuk.
E. Kalibrasi alat
Kalibrasi alat secara periodic dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih
terhadap jenis mesin sterilisasi. Secara periodic minimal sekali
dalam setahun dilakukan oleh BPFK atau Badan Pengamanan
Fasilitas Kesehatan Departemen Kesehatan atau agen tunggal
pemegang merk alat.
F. Pendokumentasian
xviii
Setiap mesin yang ada mempunyai dokumentasi riwayat
pemeliharaan/ perawatan mesin. Dokumentasi ini tersimpan dan
dilaporkan pada bagian pemelihgaraan sarana medis RS Islam
Sultan Agung Semarang, teknisi CSSD atau pihak yang
membutuhkan perawatan mesin tersebut. Informasi yang dimuat
adalah:
1. Tanggal permohonan servis/ maintenance mesin.
2. Model dan jenis alat.
3. Nama teknisi servis.
4. Alasan/ hasil servis (deskripsi yang dilakukan).
5. Jenis dan kuantitas suku cadang jika ada yang diganti.
6. Keterangan/ lain-lain.
G. Alat Pelindung Diri
Pusat sterilisasi (CSSD) harus dilengkapi dengan alat pelindung diri
sesuai kebutuhan tenaga kerja yang ada didalamnya. Apron lengan
panjang yang tahan terhadap cairan kimia, penutup kepala, masker
dan goggle yang dipakai oleh staf saat melakukan pekerjaan yang
memungkinkan adanya percikanatau kontaminasi cairan yang
mengandung darah atau cairan infeksius lainnya. Harus ada alas
kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan penutup
kaki yang tahan air. Penggunaan sarung tangan, gaun pelindung dan
goggle harus dicuci setiap selesai dipakai.
xix
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN CSSD
xx
6. Penyimpanan dan distribusi
Disesuaikan dengan tanggal kadaluarsa, disesuaikan dan
ditempatkan pada rak sesuai ruang yang membutuhkan.
Dengan menggunakan metode FIFO (first in first out) Alat atau
barang yang lebih dahulu menjalani proses sterilisasi yang
didistribusi terlebih dahulu.
7. Pemantauan kualitas sterilisasi
a. Pemantauan proses sterilisasi dengan penggunaan indicator
sterilitas: Indikator fisika, kimia dan biologi
b. Pemantauan hasil steril : dengan test mikrobiologi.
8. Pencatatan dan pelaporan
B. Alur Kerja
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam melakukan proses terhadap
alat/ bahan. Dibuatnya alur supaya :
1. Pekerjaan dapat effektif dan efisien.
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang.
3. Jarak yang ditempuh pekerja lebih simple dan tidak bolak-balik.
4. Memudahkan dalam pemantauan.
xxii
Supaya efektif, bahan pencuci harus membantu menghilangkan
residu dan kotoran organic tanpa merusak alat. Bahan pencuci
harus:
a. Sesuai dengan bahan yang disarankan pada alat dan metode
mencuci yang dipilih.
b. Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan
pencuci yang dapat dipakai.
c. Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran
yang ada. Protein cukup bengan detergen yang bersifat basa.
Garam mineral dengan menggunakan detergen asam.
d. Pertimbangkan penggunaan enzyme pelarut protein untuk
mencuci alat
e. Penggunanan enzymatic akan lebih effisien dan effektif pada
perendaman sebelum proses pencucian.
Mencuci Manual
a. Pencucian secara manual dilakukan pada intrumen atau alat
yang lembut dan rumit.
b. Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang
disarankan oleh produsen alat.
c. Bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 C-50 C. Lebih
baik lagi menggunakan air deionisasi atau air sulingan.
d. Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum
melalui proses berikutnya.
Mencuci Mekanik
a. Menggunakan mesin cuci akan dapat meningkatkan
produktifitas, lebih bersih dan lebih aman untuk petugas.
xxiii
b. Pembersih ultrasonic melepas semua kotoran dari seluruh
permukaan alat/ instrument.
c. Alat pembersih juga perlu dilakukan pembersihan secara rutin.
Desinfeksi Kimia
a. Pemilihan jenis desinfeksi berdasarkan pemakaian alat dan
level desinfeksi yang diperlukan untuk pemakaian tersebut.
b. Harus sesuai label instruksi dari produsen alat dan bahan
tersebut.
2. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud adalah termasuk semua material yang
tersedia untuk membungkus, mengemas dan menampug alat-alat
yang dipakai ulang sebelum proses sterilisasi, penyimpanan dan
pemakaian. Tujuan pengemasan adalah sebagai perlindungan
terhadap alat dan bahan terhadap segala penyebab yang merusak
kondisi steril.
xxiv
j. Aplikasi informasi pengendalian mutu, seperti nomer lot,
tanggal, kode petugas
k. Petunjuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
l. Peringatan waktu pengeringan, pendinginan dan
penanganan asetelah proses sterilisasi
m. Informasi aplikasi pelindung
n. Petunjuk penempatan pada penyimpanan dan atau distribusi ke
tempat pemakaian.
o. Informasi kepada pemakai untuk mencegah kemungkinan
kontaminasi
3. Metode Sterilisasi
a) Sterilisasi Panas Kering
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas
akan diabsorbsi oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan
lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya
suhu sterilisasi tercapai. Biasanya digunakan pada bahan
yang terbuat dari kaca.
b) Sterilisasi Etilen Oksida (EtO)
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap
sterilan yang baik, dan juga siap melepaskan gas dan uap
tersebut dari kemasan dan isinya selama waktu aerasi
c) Sterilisasi uap
Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan
koagulasi sel protein secara irreversible.
d) Mesin sterilisasi uap dan vacum (STEAM)
Proses sterilisasi yang menggunakan uap jenuh di bawah
tekanan untuk waktu paparan tertentu dan pada suhu
tertentu.
e) Sterilisasi dengan Plasma
Pada plasma yang terbentuk dari hidrogen piroksida
f) Sterilisasi suhu Rendah Uap Formaldehid
Telah lama digunakan untuk mendisinfeksi ruangan, lemari,
maupun instrumen. Sayangnya formaldehid (dalam keadaan
tunggal) tidak dapat digunakan untuk sterilisasi alat rentan
panas, khususnya dengan lumen kecil, karena daya
penetrasinya lemah serta aktivitas sporisidalnya juga lemah.
xxv
5. Monitoring dan Evaluasi
a) Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk
mengamati pelayanan proses sterilisasi dan cakupan program
pelayanan proses sterilisasi seawal mungkin, untuk dapat
menemukan dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam
pelaksanaan program.
b) Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir
seperti pada tahap pengemasan, sterilisasi dan sebagainya,
juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka kinerja dari
pengelolaan sterilisasi di Rumah Sakit Merah Putih
Magelang.
BAB V
LOGISTIK
xxviii
5. Pada hari yang sudah disepakati, Petugas logistik farmasi
menyampaiakan untuk pengambilan barang yang sudah disiapkan
sesuai pesanan ke gudang farmasi.
6. Petugas Administrasi melakukan pengecekan antara Bon
permintaan dengan barang yang diserahkan
7. Apabila barang yang diserahkan sesuai dengan permintaan,
Administrasi menandatangani penerimaan pada Bon permintaan.
8. Barang yang telah diterima di buatkan tanda terima barang oleh
Petugas logistik farmasi.
9. Petugas Administrasi dibantu petugas lain menempatkan Barang ke
dalam lemari stok barang.
xxix
xxx
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Merupakan suatu system yang membuat asuhan pasien di Rumah
Sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil.
Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien
Petugas CSSD mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah
terjadinya kecelakaan pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit
sehubungan dengan alat-alat/instrument yang di gunakan.
Melakukan proses dekontaminasi, disinfeksi, pengemasan,
sterilisasi, dan penanganan barang steril secara aseptic dan benar
sesuai dengan SOP yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi
petugas untuk mencegah terjadinya kecelakaan/luka pada pasien.
Pasien penerima barang yang belum di uji kelayakan fungsi dan
cara pakainya dapat mengalami komplikasi maupun penundaan
tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on-steril (seperti
instrument bedah) apabila di gunakan pada pasien dapat
menimbulkan infeksi nosokomial.
Saran tindakan aman
1. Lakukan pengujian terhadap instrument/alat sebelum di
distribusikan dari CSSD sesuai dengan petunjuk pabrik dan
SOP di CSSD
2. Pastikan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan
bebas dari pengotor, kerusakan atau bahaya lain yang dapat
mempengaruhi penggunaan barang /alat
3. Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan
tertutup pada saat transportasi menuju daerah dekontaminasi
4. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk
melakukan proses sterilisai mengalami pengujian secara
teratur dan dijamin bekerja secara baik
5. Pastikan bahwa semua komponen instrument berada dalam
keadaan lengkap, dan berfungsi secara normal
6. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara
visual selama siklus berlangsung melalui pengujian indikator
kimia, biologis dan pengujian deteksi udara dalam chamber
(sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum)
B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan keselamatan pasien
(Patient Safety) :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
xxxi
masyarakat.
3. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah
Sakit.
4. Terlaksananya program – program pencegaha sehingga tidak
terjadi pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
C. Keselamatan Umum
1. Aturan Umum Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan aturan yang penting untuk
mencegah penyebaran infeksi, langkah – langkahnya sebagai
berikut :
a. Tuangkan Cairan anti septik/ sabun ke telapak tangan
secukupnya.
b. Gosokkan kedua telapak tangan.
c. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya.
d. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
e. Jari – jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
f. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya.
g. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tanagn kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya.
h. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
i. Keringkan kedua tangan dengan tissue.
xxxiv
xxxv
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk
mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk
kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan
dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan
kerja, secara langsung dan tidak langsung.
Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan
yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari
risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia
dengan jabatannya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang
selanjutnya disingkat K3RS adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber
daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya
pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah
sakit.
B. Tujuan
1. Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan cidera serta mempertahankan kondisi
yang aman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, dan pengunjung
2. Pengaturan K3RS bertujuan untuk terselenggaranya
keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit secara
optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan
3. Manajemen risiko K3RS bertujuan untuk meminimalkan
risiko keselamatan dan kesehatan di Rumah Sakit
sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap
keselamatan dan kesehatan SDM Rumah Sakit, pasien,
xxxvi
pendamping pasien, dan pengunjung.
xxxvii
F. Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit dilakukan melalui :
1. Identifikasi dan penilaian risiko dilakukan dengan cara
inspeksi keselamatan dan Kesehatan Kerja di area Rumah
Sakit.
2. Pemetaan area risiko merupakan hasil identifikasi area risiko
terhadap kemungkinan kecelakaan dan gangguan keamanan di
Rumah Sakit.
3. Upaya pengendalian merupakan tindakan pencegahan
terhadap risiko kecelakaan dan gangguan keamanan.
xxxviii
rehabilitasi medik dan program kembali bekerja (return to work).
xl
dilakukan dengan memperhatikan sistem ventilasi dan sistem
exhaust yang berhubungan langsung dengan udara luar (ke
luar gedung)
6. Pada saat memindahkan barang ke dalam cabinet aerasi,
petugas harus menggunakan sarung tangan dan tidak
memegang barang dekat dengan tubuh atau menghisap udara di
atas barang yang di pindahkan tersebut
7. Pada saat memindahkan wadah dari mesin EO ke dalam
aerator sebaiknya kereta ditarik dan tidak di dorong
8. Setelah barang di masukkan ke dalam kabinet aerasi dan
siklus aerasi sudah di jalankan, maka fase siklus tersebut
tidak boleh dihentikan sampai proses aerasi selesai
9. Apabila ada petugas yang terpapar dengan EO segera bawa ke
ruang gawat darurat untuk evaluasi lebih lanjut
a. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90
%) digunakan sebagai desinfektan intermediat dengan
kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan
virusidal
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas,
ventilasi dan oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
xli
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau
kertas secara perlahan
b. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau
menyengat. Umumnya digunakan sebagai disinfektan.
Formalin adalah larutan yang mengandung formaldehid dan
methanol dengan kadar bervariasi (biasanya antara 12-15 %)
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan
jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi, dan
penatalaksanaan sirkulasi
c. Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan
dalam proses sterilisasi kimia alat-alat kesehatan, pereaksi
dalam sintesa kimia organik terutama dalam pembuatan
etilen glikol, fungisida, dan fumigan bahan makanan dan
tekstil
xliii
Pemaparan jangka panjang : Kerusakan hati, potensial
karsinogen
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara
yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan
jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi, dan
penatalaksanaan sirkulasi
d. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol,
asam karbolat, hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbon
xliv
kreolin, likresol. Lisol banyak digunakan sebagai desinfektan
rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar mandi/WC
dan untuk menghilangkan bau busuk. Dalam bidang
kesehatan digunakan sebagai larutan antiseptic dengan
konsentrasi antara 1-2 %. LDL oral pada manusia adalah 140
mg/kg.
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berup penatalaksanaan jalan
nafas, ventilasi dan oksigenasi dengan oksigen lembab
100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi
e. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya
mengandung bahan aktif Natrium hipoklorit (Na OCL) 5-10 %.
Selain digunakan sebagai pemutih juga digunakan sebagai
disinfektan. Pada konsentrasi > 20 % zat ini bersifat korosif
dan bila tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan
asam lambung akan melepaskan asam klorat gas klor bebas
dalam lambung yang apabila terhirup dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru.
xlvi
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
xlvii
c. Keamanan petugas
d. Kepuasan pasien
e. Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada
input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi
dan kelompok daripada untuk perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan
antar Rumah Sakit
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang
dipilih untuk dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk
dapat menilai indikator, sehingga dapat sebagai batas yang
memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik.
4. Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a. Acuan dari berbagai sumber
b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan
xlviii
BAB IX
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
xlix