Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DEPARTEMEN SURGICAL

APENDISITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
 Apendistis adalah peradangan dari apendik periformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. ( dermawan,Deden.2010 )
 Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui
peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi
(Sabiston, 1995)
 Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi,
walaupun apendisitis dapat terjadi setiap usia, namun paling sering pada
orang dewasa muda, sebelum era antibiotic. ( dermawan, Deden.2010 )
 Peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut
yang paling sering terjadi. (Kapita Selekta Kedokteran, Doc.hal 307).
 Ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci) melekat pada
seacum tepat di bawah katup Ileosekal. Suatu pradangan apendiks yang
mengenai semua lapisan dinding organ tersebut (Brunner dan Suddarth, 2002).
2. Etiologi
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya
obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini
biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit),
hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh,
cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi
lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.
3. Klasifikasi
a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis,
yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta
difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial,
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva
yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
4. Manifestasi klinik
a. Nyeri pada kuadrat kanan bawah . sifat : nyeri tekan lepas.
b. Demam ringan
c. Mual muntah
d. Spasme oto abdomen – tungkai sulit untuk diluruskan
e. Konstipasi atau diare
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik lengkap dan tes laboratorium serta radiologi
b. Hitung darah lengkap dilakukan dan akan menunjukkan peningkatan jumlah
darah putih, jumlah leokosit mungkin lebih besar dari 10.000/mm 3
c. Pemeriksaan USG bila terjadi infiltrat apendikularis
d. Pemeriksaan radiologi dan ultra sonografy menunjukkan densitas pada kuadran
bawah/tingkat aliran udara setempat
e. Pemeriksaan urin untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan saluran
kemih.
6. Patofisiologi

Bakteri, fekalit, tumor, makanan rendah


serat, peningkatan tekanan intra lumen.

Penyumbatan pengeluaran secret mucus

Vasokongesti

Penurunan supply darah pada appendix

Penurunan supply O2 pada appendix

Appendix mulai nekrosis, bakreti masuk

Kerusakan Membran sell dari appendix

Dimulainya Proses inflamasi


Pelepasan mediator kimia Aktivasi Vomitting di pusat Neuthrophil ke area
Medulla

Histamine, Prostaglandin, Pus formation,


Stimulasi nervus Penekanan pada
Leukotrienes, Bradykinin (bakteri fagosit
vagus fungsi Simpatis GI
dan sell2 mati)
Bengkak pada appendix
Nausea & Anorexia
Resiko infeksi
vomitting
Prostaglandin, Bradykinin (jika rupture)
Kebutuhan nutrisi:
Defisit kurang dari
Nyeri pada intra abdomen
volume cairan kebutuhan tubuh

Nyeri

Interleukin-1

Inflamasi appendix
Peningkatan sel
(appendicitis)
darah putih

appendoctomy Kurang
pengetahuan

Trauma jaringan

Luka terbuka Kerusakan Nociceptor


membrane sel pada dermis

Kerusakan Resiko Proses Mengirim


integritas infeksi inflamasi impuls ke
jaringan CNS
Pelepasan
prostaglandin/ Nyeri pada lokasi
bradikinin pembedahan

Intoleran
7. Penatalaksanaan medis
a. Pemeriksaan fisik
Ada 2 cara pemeriksaan :
1) Psoas sign
Pasien terlentang, tungkai kanan lurus dan ditahan oleh pemeriksa.
Pasien disuruh aktif memfleksikan articulation coxae kanan, akan
terasa nyeri di perut kanan bawah ( cara aktif ) pasien miring ke
kiri, paha kanan dihiperekstensi oleh pemeriksa, akan terasa nyeri
di perut kanan bawah ( cara pasif ).
2) Obturator sign
Dengan gerakan fleksi dan endorotasi articulation coxae pada
posisi supine akan menimbulkan nyeri. Bila nyeri berarti kontak
dengan m.obturator internus, artinya appendix terletak di pelvis.
3) Pemeriksaan laboratorium
Terjadi leukositosis ringan (10.000 – 20.000 /ml ) dengan
penibgkatan jumlah netrofil.
4) Pemeriksaan Radiologi : tampak distensi sekum pada appendiditis
akut.
5) USG : menunjukan densitas kuadrat kanan bawah / kadar aliran
udara terlokalisasi.
a. Pembedahan : apendiktomy – menurunkan resiko perforasi.
1) Sebelum operasi
 Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan
gejala apendisitis seringkali masih belum jelas. Dalam
keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta
melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak
boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun
bentuk peritomitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan
rectal serta pemeriksaan darah ( leukosit dan hitung jenis )
diulang secara periodic. Foto abdomen dan thoraks tegak
dilakukan untuk mencari keuntungan adanya penyulit lain.
Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan
lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam
setelah timbulnya keluhan.
 Intubasi bila perlu
 Antibiotic
2) Operasi apendiktomi
3) Pascaoperasi
Perlu dilakukan observasi tanda – tanda vital untuk mengetahui
terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia, atau gangguan
pernafasan. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar,
sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien
dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak
terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan
operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum,
puasakan diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
Kemudian berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu
naikkan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan
saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
Satu hari pascaoperasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak
ditempat tidur selama 2x30 menit. Padahari kedua pasien dapat
berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat
diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
4) Penatalaksanaan gawat darurat non-operasi
Bila tidak ada fasilitas bedah, berikan penatalaksanaan seperti
dalam peritonitis akut. Dengan demikian, gejala apendisitis akut
akan mereda dan kemungkinan terjadinya komplikasi akan
berkurang.
b. Pemasangan NGT
c. Pemberian antibiotic yang sesuai dengan hasil kultur
d. Transfuse untuk mengatasi anemia dan penanganan syok septic secara
intensif.
8. Komplikasi
a. Perforasi apendiks :
Perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk
dilakukan dalam masa tersebut. Tanda – tanda perforasi meliputi
meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadrat kana bawah
dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus,
demam,malaise, dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan
peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak pasien
pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.
b. Peritonitis – abses
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi
untuk menutup asal perforasi. Bila terbentuk abses apendiks akan teraba
massa di kuadrat kanan bawah yang cenderung menggelembung kea rah
rectum atau vagina.
c. Dehidrasi
d. Sepsis
e. Elektrolit darah tidak seimbang
f. Pneumonia
B. Konsep Askep
1. Pengkajian
a. Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
b. Keluhan utama :
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam
beberapa waktu lalu. Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat
hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
c. Riwayat kesehatan masa lalu:
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang
Pemeriksaan fisik Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe, pernapasan
dangkal. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal,
diare kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan,
penurunan atau tidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam.
Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi
duduk tegak. Keamanan Demam, biasanya rendah.

ANALISA DATA
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS : klien mengeluh nyeri Inflamasi pada appendix Nyeri akut
pada abdomen
Pelepasan mediator kimia (prostaglandin
DO: ekspresi gelisah,hasil & bradikinin)
USG ada sumbatan pada
kuadran kanan bawah. Rangsang nyeri pada abdomen

Nyeri akut
2. DS: pasien mengatakan Etiologi (Bakteri, fekalit, tumor, makanan Resiko Kekurangan
lemas rendah serat, peningkatan tekanan intra volume cairan
DO: mukosa lembab, lumen)
turgor >2detik

Inflamasi pada appendix

Aktivasi vomiting di pusat medulla

Stimulasi nausea dan womitting

Kurang vol cairan


3. DS: klien mengatakan Etiologi (Bakteri, fekalit, tumor, makanan Resiko infeksi
nyeri pada abdomen rendah serat, peningkatan tekanan intra
lumen)
DO: hasil USG terdapat
Inflamasi appendix
sumbatan pada kuadran
kanan abdomen, Pus (bakteri fagosit dan sel2 mati)
Keadaan sudah
berlangsung lama >48jam Resiko infeksi

4. DS : klien mengatakan Appedisitis Kurang


tidak tahu apa yang harus pengetahuan
dilakukan sebelum operasi Muncul banyak masalah

Tindakan operasi
DO: ekspresi wajah
gelisah, akan dilakukan Tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan
tindakan appendoctomy tindakan apa yang dilakukan pada pasien

Kurang pengetahuan

2. Diagnosa
Pada klien Praoperasi :
a) Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam nyeri
berkurang/ hilang
Kriteria hasil :
 Klien melaporkan rasa sakit / nyerinya berkurang / terkontrol.
 Wajah tampak rileks.
 Klien dapat tidur / istirahat dengan cukup.
Intervensi :
1) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya ( skala 0 – 10 )
selidiki dengan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
R/ : untuk menilai keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi – fowler.
R/ : gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen
bawah, menghilangkan tekanan abdomen, sehingga menurunkan
nyeri.
3) Anjurkan klien nafas dalam,( hirup udara dari hidung dan
keluarkan melalui mulut ).
R/ : nafas dalam otot – otot menjadi relaksasi sehingga dapat
mengulangi nyeri.
4) Berikan aktifitas hiburan.
R/ : meningkatkan relaksasi dan dapat menurunkan nyeri.
5) Pertahankan puasa/penghisapan NGT pada awal, sesuai program
medis.
R/ : Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic usus dan iritasi
gaster atau muntah.
6) Berikan analgesic sesuai indikasi.
R/ : menghilangkan nyeri.
7) Berikan kantong es pada abdomen.
R/ : menghilangkan dan mengurangi nyeri.
b) Resiko tinggi terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pemasukan cairan yang tidak adekuat ( mual, muntah,
anoreksia ).
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
intake cairan pada klien adekuat.
Kriteria hasil:
 Cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang.
 Turgor kulit baik, tanda – tanda vital stabil, membrane mukosa
lembab.
 Pengeluaran urine adekuat, dan normal.
 Pengisian kapiler <2 detik.
Intervensi :
1) Monitor tanda – tanda vital ( suhu, nadi,napas,dan tekanan darah).
R/: Mengidentifikasi fluktuasi volume intravascular, indicator
secara dini tentang adanya hipovolemi
2) Observasi membrane mukosa, kaji turgor kulit
c) Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahankan tubuh, perforasi/rupture pada apendiks.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
tidak terjadi infeksi pada klien.
Kriteria hasil:
 Bebas dari tanda – tanda infeksi.
 Tidak ada drainase purulen.
 Tanda – tanda vital: suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah
dalam batas normal.
 Hasil lab: lekosit dalam batas normal.
Intervensi:
1) Monitor tanda – tanda infeksi: perhatikan adanya demam,
perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
R/: Mengidentifikasi adanya peningkatan suhu sebagai indicator
adanya infeksi.
2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
klien.
R/: Menurunkan resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme.
3) Lakukan pencukuran pada area operasi (perut kanan bawah).
R/: Dengan pencukuran klien terhindar dari infeksi post operasi.
4) Anjurkan klien mandi dengan sempurna sebelum operasi.
R/: Kulit yang bersih dapat mencegah timbulnya mikroorganisme
(Mo).
5) Berikan antibiotik sesuai terapi.
R/: Menyembuhkan infeksi/mencegah penyebaran infeksi.
.
d) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prosedur
pembedahan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam muncul
pemahaman klien tentang proses penyakit dan prosedur pembedahan.
Kriteria hasil:
 Klien memahami prosedur yang harus dilakukan sebelum dan
sesudah operasi.
 Kooperatif dalam tindakan persiapan operasi maupun sesudah
operasi.
Intervensi:
1) Jelaskan prosedur persiapan operasi: pemasangan infuse, puasa 6 –
8 jam sebelum operasi, cukur area operasi.
R/: Meningkatkan kerjasama dengan klien dalam persiapan
prosedur atau tindakan medis yang diberikan.
2) Jelaskan situasi kamar bedah.
R/: Memberikan kondisi kamar bedah, menurunkan ansietas.
3) Jelaskan pada klien tentang latihan – latihan yang akan dilakukan
setelah operasi.
R/: Menyiapkan klien agar dapat bekerjasama dalam melakukan
latihan – latihan yang akan dilakukan setelah operasi.
4) Jelaskan prosedur operasi kolaborasi dengan medik.
R/: Memberikan gambaran tentang prosedur operasi, menurunkan
ansietas.
5) Kolaborasi dengan medik saat melakukan inform consent pada
klien dan keluarga.
R/: Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk
menentukan pilihan, sebagai legalitas bagi rumah sakit.
3. Evaluasi
No Dx keperawatan Tgl/ jam Evaluasi ttd
.
1. Nyeri akut 1-5- S : klien mengatakan nyeri berkurang
2012 O: ekspresi wajah pasien rileks, skala
07.00am nyeri 3 (range 1-10)
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
2. Resiko 1-5- S: klien mengatakan tidak lemas
Kekurangan
2012 O: intake cairan adekuat, infuse terpasang,
volume cairan
07.30am turgor < 2 detik
A: masalah teratasi
P: lanjutkan pada masalah keperawatan
selanjutnya
3. Resiko infeksi 1-5- S: -
2012 O: tidak terjadi distensi abdomen, leukosit
07.30am dbn, ttv dbn, tidak ada drainase purulen
A: masalah teratasi
P: lanjutkan pada masalah keperawatan
selanjutnya
4. Kurang 1-5- S: pasien mengatakan paham tentang
pengetahuan
2012 tindakan operasi
07.45am O: wajah pasien tidak bingung, bisa
menjawab pertanyaan seputar op.
appendectomy
A: masalah teratasi
P: lanjutkan pada masalah keperawatan
selanjutnya
REFERENSI
1. Arif Mansyoer dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 2,
Media Aescularis FKUI : Jakarta.
2. Brunner dan Suddath edisi 8, 2004. Keperawatan medikal
Bedah, ECG : Jakarta.
3. Marilyan E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3
4. http://www.scribd.com/doc/20792200/Pathophysiology-of-
Appendicitis. Diakses tanggal 29-04-2012 jam 18.00
5. http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/. Diakses
tanggal 29-04-2012 jam 18.30
6. NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011, EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai