Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA JABIREN


KABUPATEN PULANG PISAU

Dibuat Oleh :

WAHYUDI
PO.62.20.1.18.078

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

KELAS REGULER XXIB

TAHUN 2021
I. KONSEP LANSIA
A. Proses Menua
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut secara
alamiah). Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua makluk hidup. Sampai saat
ini banyak sekali teori yang menerangkan proses menua. Mulai dari teori degeneratif
yang didasari oleh habisnya daya cadangan vital, teori terjadinya atropi yaitu teori
yang mengatakan bahwa proses menua adalah proses evolusi dan teori imunologik
yaitu teori adanya produk sampah dari tubuh yang makin bertumpuk. Tetapi seperti
diketahui lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologis maupun
psikologis, yang penting untuk diketahui bahwa aktivitas fisik dapat menghambat /
memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketuan meliputi : hereditas, nutrisi, status
kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress. Menurut UU No. 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas.”
Sebenarnya lansa merupakan suatu proses alami yang tidak dapat ditentukan oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa
tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi sehingga bagi kebanyakan orang, masa
yang merupakan masa yang kurang menyenangkan.

B. Pembagian Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age) : usia 45-54 tahun
2. Lanjut suia (elderly) : antara 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : antara 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun.
II. LANSIA DENGAN HIPERTENSI
A. Latar Belakang
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya
umur dan TD meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering
ditemukan dan menjadi fakfor utama stroke, payah jantung dan penyakit jantung dan
ceroba vaskuler. Secara nyata kematian karena CUD, morbiditas penyakit
kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi. Saat ini penelitian
longitudinal telah membuktikan hal ini pada pengobatan hipertensi diastolic.

B. Pengertian
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg(Kodim
Nasrin, 2017 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2018).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah
diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Hipertensi
didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan
yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai
hipertensi maligna.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi
berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik
(Smith Tom, 1995). Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport  Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah
C. Etiologi
Berdasar penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Hipertensi primer / esensial
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa hal
yang mempengaruhi (faktor predisposisi) hipertensi primer diantaranya:
a. Asupan garam terlalu tinggi/berlebihan
b. Kurang olahraga
c. Stress psikologis
d. Genetik/keturanan
e. Obesitas/kegemukan
f. Aterosklerosis/pergeseran pada dinding arteri
2. Hipertensi sekunder / hipertensi renal
Yaitu terhadap sekitar 5% kasus penyebab spesifiknya diketahui seperti
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperal dias
teronisme primer dan sindrom cushing, feokromasitoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, penggunaan konstrasepsi oral,
penyakit renal vaskuler dan renal parendrymal, kelainan endokrin, tumor otak,
encephalitis, peningkatan volume introvaskuler, luka bakar.

D. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.


b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas

E. Patofisiologi
Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi menyebabkan aliran
darah meningkat. Sehingga dalam pembuluh darah terjadi sclerosis yang
kemudian aliran darah tersebut menjadi statis (adanya retensi garam). Hal tersebut
menyebabkan peningkatan kerja jantung yang ditandai dengan peningkatan
kontraksi otot jantung sehingga otot jantung mengalami pembesaran dan
mengakibatkan penurunan cardiac output.
Peningkatan TD dapat menyebabkan sclerosis yang menimbulkan pengecilan
pembuluh darah. Jika dalam serebral terjadi peningkatan vaskuler (aliran darah)
karena adanya peningkatan ini menyebabkan aliran darah turun, sehingga suplai
darah ke otak kurang dan dapat terjadi nyeri. Karena  suplai darah ke otak
berkurang maka O2 yang diedarkan oleh darah ke otak menjadi berkurang pula,
sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan. Dampak hipertensi pada ginjal terjadi
vaskontriksi pembuluh darah ginjal yang menyebabkan penurunan aliran darah.
Hal ini menyebabkan rennin (yang merupakan enzim yang disekresi oleh sel
junkta glomerulus ginjal) bekerja pada substratnya berupa pembentukan
engiotensin peptida II yang berpengaruh terhadap aldosteron untuk mengikat
natrium dan air ke inter stisial, hal tersebut mengakibatkan peningkatan volume
cairan dalam tubuh.

F. Pathway
G. Manifestas Klinis
Kebanyakan pasien yang menderita hipertensi tidak mempunyai keluhan tetapi
beberapa pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemes, sesak nafas, kelelahan,
kesadaran menurun, gelisah, mual, muntah, epistaksis, kelemahan otot atau perubahan
mental. Perubahan fisik pada lansia terkait dengan penyakit hipertensi :
Perubahan sistem kardiovaskuler yaitu
1. Elastisitas, dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah umur 20
tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)
bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan
pusing mendadak)
5. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatknya resistensi dari pembuluh
darah perifer, sistolis normal ± 170 mmHg. Distolis normal ± 90 mmHg. Dengan
adanya penurunan suplai O2 ke otak maka kebutuhan otak akan O2 berkurang. Hal
tersebut dapat menyebabkan pingsan pada akhirnya akan terjadi resiko injuri.
(Price & Wilson, 2019), (Smeltzer & Bare, 2018).

H. Komplikasi Hipertensi

1. Terjadi penurunan ketajaman penglihatan


2. Pendarahan retina
3. Perubahan kecepatan dan irama denyut nadi dan kecepatan nafas
4. Susah bernafas dan bengkak
5. Sakit kepala, pusing, perubahan cara berjalan

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
 Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
 Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
 Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
 Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
 Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
 Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
 Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
 Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
 Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
 Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
 Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
 EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi. Foto dada: apakah ada oedema
paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan
destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
 IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
 CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
 IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu
ginjal,
perbaikan ginjal.

 Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal
tab, CAT scan.
 (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai
kondisi klinis pasien

J. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas dengan
minimalnya atau tanpa efek samping. Bila mungkin tekanan darah bisa dipertahankan
systole 140 mmHg dan diastole 90 mmHg.
1. Pengobatan Non Farmakologi
a. Perubahan cara hidup
b. Mengurangi asupan garam dan lemak
c. Mengurangi asupan alcohol
d. Berhenti merokok
e. Mengurangi berat badan bagi penderita obesitas
f. Meningkatkan aktivitas fisik
g. Olah raga teratur
h. Menghindari ketegangan
i. Istirahat cukup
j. Berdoa
2. Pengobatan Farmakologi
a. Diuretik
b. Beta biokes
c. Kalsium antagonis
d. Ace inhibitor, alfa adhenergic blocking agen
Asuhan Keperawatan Pada Hipertenis

1. Pengkajian
a. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, antara lain: kegemukan, riwayat
keluarga positif, peningkatan kadar lipid serum, merokok sigaret berat,
penyakit ginjal, terapi hormon kronis, gagal jantung, kehamilan
b. Aktivitas/ Istirahat, gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton. Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
c. Sirkulasi, gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda:
kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi,
murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis,
suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/
bertunda
d. Integritas Ego, gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
e. Eliminasi, gejala: gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
f. Makanan/cairan, gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan
tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir-akhir ini (meningkat/turun) dan riwayat penggunaan diuretik. Tanda:
berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
g. Neurosensori, gejala: keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit
kepala, sub oksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontan setelah beberapa jam), gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis). Tanda: status mental, perubahan keterjagaan,
orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir, penurunan kekuatan
genggaman tangan
h. Nyeri/ketidak nyamanan, gejala: angina (penyakit arteri koroner/keter
lambatan jantung), sakit kepala
i. Pernafasan, gejala: dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok. Tanda: distress
j. pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan.
(krakties/mengi), sianosis.
k. Keamanan, gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/ringiditas ventrikulr, iskemia miokard.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Nyeri
4. Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan
berlebihan

Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Resiko tinggi Tujuan dan kriteri hasil Nic Cardiac Care
terhadap Noc: - Evaluasi adanya nyeri dada
penurunan curah - Cardiac pump (intensitas, lokasi, durasi)
jantung b.d rffectiveness - Catat adanya disritmia jantung
peningkatan - Circulation status - Vital - Catat adanya tanda dan gejala
afterload, sign status Kriteria hasil penurunan cardiac putput
vasokonstriksi, - Tanda vital dalam rentang - Monitor status kardiovaskuler
hipertrofi/rigiditas normal (tekanan darah, - Monitor status pernafasan yang
ventrikuler, Nadi, Reprasi) menandakan gagal jantung
iskemia miokard - Dapat mentoleransi - Monitor abdomen sebagai
aktivitas, tidak ada indicator penurunan perfusi
kelelahan - Monitor balance cairan
- Tidak ada edama paru, - Monitor adanya perubahan
perifer dan tidak ada asites tekanan darah
- Tidak ada penurunan - Monitor respon pasien terhadap
kesadaran efek pengobatan antiaritmia
- Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
- Monitor toleransi activitas
pasien
- Monitor adanya
dyspneu,fatigue,tekipneu dan
ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan
stress Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi,suhu dan RR
- Catat adanya flukuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat pasien
berbaring,duduk,atau berdiri
- Auskultasi
TD,nadi,RR,sebelum,selama,dan
setelah aktivitas
- Moitor kualitas nadi
- Monitor adanya pulsus
paradoksus
- Monitor adanya pulsus alterans
- Monitor jumlah dan irama
jantung
- Monitor bunyi jantung
2 Intoleransi - Energy conservation Nic Activity Therapy
aktivitas b.d - Activity tolerance - Kolaborasi dengan tenaga
kelemahan, - Self Care :ADLs Kriteria rehabilitasi Medik dalam
ketidak Hasil : merencanakan program terapi
seimbangan suplai - Berpartisipasi dalam yang tepat
dan kebutuhan aktivitas fisik tanpa disertai - Bantu klien untuk
oksigen peningkatan tekanan mengidentifikasi aktivitas yang
darah,nadi dan RR mampu dilakukan
- Mampu melakukan - Bantu untuk memilih aktivitas
aktivitas sehari-hari konsisten yang sesuai dengan
(ADLs) secara ,mandiri kemmpuan fisik,psikologi dan
- Tanda tanda vital normal sosial
- Energy psikomotor - Bantu untuk mengidentifikasi
- Level kelemahan aktivitas yang disukai
- Bantu klean untuk membuat
- Mampu berpindah : jadwal latihan di waktu luang
dengan atau tanpa bantuan - Bantu pasien dan keluarga
alat untuk mengidentifikasi
- Status kardio pulmunari kekurangan dalam beraktivitas
adekuat - Sediakan penguatan positif bagi
- Sirkulasi status baik yang aktif beraktifitas
- Status respirasi :
pertukaran gas dan - Bantu pasien untuk
ventilasi adekuat mengembangkan motifasi diri
dan penguatan
- Monitor respon
fisik,emosi,sosial dan spiritual
3 Nyeri Noc NIC Pain manajemen
- Pain level - Lakukan pengajian nyeri secara
- Pain control komperensif termasuk lokasi
- Comfort level Kriteria ,karakteristik, durasi, frekuensi,
hasil: kualitas dan faktor presifasi
- Mampu mengontrol nyeri - Operfasi reaksi non serba dari
(tahu penyebab ketidak nyamanan
nyeri,mampu mengunakan - Gunakan tehnik komunikasi
tehnik nonfarmakologi teropotik untuk mengetahui
untuk mengurangi nyeri) pengalaman nyeri pasien
- Melaporkan bahwa nyeri - Kaji kotor yang mempengaruhi
bekurang dengan respon nyeri
menggunakan manajemen - Evaluasi pengalaman nyeri di
nyeri masa lampau
- Mampu mengenali nyeri - Ajarkan tentang tehnik
- Menyatakan rasa nyaman nonfarmakologi
setelah nyeri bekurang - Evaluasi keefetifitasan kontrol
nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
4 Ketidak Noc Nic: Nutriton management
seimbangan nutrisi - Nutritional status :food - Kaji adanya alergi makanan
lebih dari and fluid intake - Kolaborasi dengan gizi untuk
kebutuhan tubuh - Kriteria Hasil : Adanya menentukan jumlah kalori dan
b/d masukan peningkatan berat badan nutrisi yang dubutuhkan pasien
berlebihan sesuai dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk
- Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake Fe
dengan tinggi badan - Anjurkan pasien untuk
- Mampu mengidentifikasi meningkatkan protein dan
kebutuhan nutrisi vitamin C
- Tidak ada tanda tanda - Berikan substansi gula
malnutrisi - Yakinkan diet yang dimakan
- Tidak terjadi penurunan mengandung tinggi serat untuk
berat badan yang berakti mencegah konstipasi
- Berikan makanan yang terpilih
(sudah dikonsultasikan degan ahli
gizi)
- Anjurkan pasien bagaimana
membuat catatatn makan harian.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2017. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa oleh Monica
Ester, (Ed. 8). Jakarta: EGC.

Ganang, William, F. 2018. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, (Ed.20), Alih bahasa oleh Brahm
U Panit (et.al). Jakarta: EGC.

Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine Mc. Carty. 2017. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, (ed.4, buku 2), Terjemahan oleh: Peter Anugrah. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare. Brenda. 2019. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah:
Brunner dan Suddarth (ed.8, vol.2). Terjemahan oleh Agung Waluyo, (et,all). Jakarta:
EGC.

Nugroho, Wahyudi SKM. 2020. Keperawatan Gerontik (edisi 2). Jakarta: Penerit buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai