Anda di halaman 1dari 14

Skenario 2

Yani yang Lemas

Yeni, Usia 8 bulan , berat badan anak 8 kg. Datang kerumah Sakit dengan didampingi

ibunya. Ibunya mengeluh bahwa anaknya mencret sejak 5 hari yanglalu. BAB cair, dan tidak

berbau. Selain itu juga anaknya demam dan muntah-muntah. Orangtua mengatakan anaknya

belum buang air kecil sejak 1 hari ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan anak letergis,

lemas, tidak mau minum, mata sangat cowong, berat badan turun menjadi 6,8 kg. Turgor dan

elastisitas kulit kembalisangat lambat.

Terminologi Asing

1. Letargis : Letargi adalah suatu keadaan di mana terjadi penurunan kesadaran dan
pemusatan perhatian serta kesiagaan. Kondisi ini juga seringkali dipakai untuk
menggambarkan saat seseorang tertidur lelap, dapat dibangunkan sebentar namun
kesadaran yang ada tidak penuh, dan berakhir dengan tertidur kembali. (Penurunan
kesadaran ringan)

2. Mata Cowong : Mata cowong adalah mata yang cekung atau menjorok ke dalam. Mata
cowong adlh salah satu tanda dehidrasi pd bayi

3. Turgor Kulit : Tingkat kelenturankulit untuk menentukan apakah anak kurang cairan
atau tidak

Rumusan Masalah
1. Mengapa Yani mengalami mencret 5 hari yang lalu?
2. Mengapa Yani tampak letargis, lemas dan mata cowong?
3. Mengapa terjadi demam dan muntah pada yani?
4. Mengapa BAB cair dan tdk berbau?

Hipotesis
Skenario 2

1. Mencret-mencret atau diare dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obat, keracunan atau
alergi makanan, intoleransi laktosa serta penyakit chron atau celiar, dan infeksi
virusmerupakan penyebab diare pada bayi umur 0-24 bulan.

2. Hal ini disebabkan oleh anak yang awalnya mengalami mencret yang dapat mengalami
kehilangan banyak cairan dan elektrolit dalam tubuh. Hal ini yang dapat menyebabkan
keadaan dehidrasi dimana tanda yang dialamibayi yang dehidrasi berat bayi
tampakmengantuk karena kesadaran menurun , lemasdan mata cowong

3. Demam merupakan reaksi kekebalan tubuh terhadap infeksi mikroorganisme dan mual
muntah merupakan gejalapada gastroenteritis

4. Itu disebabkan karena infeksi yang dialami bayi merupakan infeksi yang disebabkan
oleh virus. Infeksi virus merupakan penyebab tersering pada bayiusia 0-24 bulan
dengan ciri ciri BAB cair dan tidak berbau.
Skenario 2

Skema
Ibu membawa anaknya Yani
Mencret sejak hari yang lalu
(usia 8 bulan dengan BB 8 kg )

Disebabkan virus, bakteri dan


Kehilangan Cairan dan elektrolit
jamur

Merangsang Hipoksia
pengeluaran cairan

Hipersekresi mukosa
Prostaglandin 2 lambung
meningkat

Asam lambung
Termoregulator
meningkat
meningkat

Muntah – Kehilangan
Demam
cairan

- Letargis
- Turgor melambat
- Mata cowong
- Output
meningkat – BB
meningkat
Skenario 2

Tujuan Pembelajaran
1. Definisi Diare

2. Klasifikasi Diare

3. Epidemologi Diare

4. Etiologi Diare

5. Patofisiologi Diare

6. Manifestasi Klinis Diare

7. Penegakan Diagnosis Diare

8. Diagnosis Banding

9. Penatalaksanaan Diare

10. Komplikasi dan Prognosis Diare

PEMBAHASAN
1. Definisi Diare
Skenario 2

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih
cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan
anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-
rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang
hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tahun,
yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut
diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume tinja.

2. Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare berdasarkan Time (waktu)

a. Diare akut

Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi
tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam
waktu kurang dari 2 minggu.
b. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari
diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-
infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang
menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik
adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.
Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a. Diare sekresi ( secretory diarrhea)
b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)

3. Etiologi
Skenario 2

Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines2005, etiologi diare


akut dibagi atas empat penyebab:
a. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium
perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
b. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
c. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli,
Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
d. Non infeksi : Malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.

4. Epidemologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3
juta kasus kematian sebagai akibatnya7. Diperkirakan angka kejadian di negara
berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama
kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan8.
Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per
1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar
280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan
balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3
dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 29. Diare pada anak merupakan
penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat
pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3
juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.

5. Patofisiologi
Skenario 2

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
a. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditem ukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun
dilakukan puasa makan/minum.
b. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus
yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO 4,
Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada
defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.
c. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan
penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
d. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
Skenario 2

Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA +K+ATPase
di enterosit dan absorpsi Na+dan air yang abnormal.
e. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas mot ilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain: diabetes
mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
f. Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya
kelainan morfo logi membran epitel spesifik pada usus halus.
g. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan.
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam
pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali
sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat
inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare
sekretorik.
h. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut
kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa).
Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh bakteri
tersebut.

6. Manifestasi Klinis

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan
mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet
karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama
diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan
elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
Skenario 2

dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-
ubun membesar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan,
sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi
dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik.

7. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari.
Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering
berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-
tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-
tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak,
ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refilldapat menentukan derajat dehidrasi yang
terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:
obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare.
Subyektif dengan menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain .

Tabel penilaian
Skenario 2

Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi :


1) Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri (C ke A)
2) Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentukan dari adanya 1 gejala kunci (yang
diberi tanda bintang) ditambah minimal 1 gejala yang lain (minimal 1 gejala) pada
kolom yang sama.

c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan,
Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat
dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus
diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan
lain-lain. Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur
cacing, parasit, bakteri, dan lain-lain.
Skenario 2

8. Diagnosis Banding

9. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk
mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga
menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
1) Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3) Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4) Ant ibiot ik Selektif
5) Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1) Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan
rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matangs. Pemberian oralit didasarkan
pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
Skenario 2

a. Diare tanpa dehidrasi


Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk di infus.
(Kemenkes RI, 2011)
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh
dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi
muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya
1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare
berhenti.
2) Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi
epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,
sesudah larut berikan pada anak diare(Kemenkes RI, 2011).
Skenario 2

3) Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan.
Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang
minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan
atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan
makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering.
Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011).

4) Pemberian antibiotika hanya atas indikasi


Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat
pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek
kolera (Kemenkes RI, 2011).

5) Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat
dengan balita harus diberi nasehat tentang:
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
1. Diare lebih sering
2. Muntah berulang
3. Sangat haus
4. Makan/minum sedikit
5. Timbul demam
6. Tinja berdarah
7. Tidak membaik dalam 3 hari.

10. Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi
Diare dapat menyebabkan berbagai komplikasi, yaitu sebagai berikut:
Skenario 2

a. Gangguan elektrolitPenderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang


mengandung sejumlah ionnatrium, klorida, kalsium dan bikarbonat sehingga
mengalami gangguan elektrolit yang sering berupa hipokalemia, hiponatremia.
b. Gangguan keseimbangan asam basa Pada saat diare, sejumlah besar bikarbonat
yang hilang melalui tinja bisamenyebabkan asidosis metabolik.
c. Dehidrasi Pada diare, pengeluaran cairan melebihi pemasukannya sehingga akan
terjadi defisit cairan tubuh yang dapat menyebabkan dehidrasi..
d. Syok hipovolemik Pada diare akut dengan dehidrasi berat, volume darah
berkurang sehingga dapatterjadi dampak negatif pada bayi dan anak-anak antara
lain syok hipovolemik..
Prognosis
Prognosis diare kronik maupun diare akut ini sangat tergantung pada
penyebabnya. Pada SKI prognosis adalah baik, Pada penyakit endokrin,prognosis
tergantung pada penyakit dasarnya. Pada penyebab obat-obatan,tergantung pada
kemampuan untuk menghindari pemakaian obat-obat tersebut. Pada pasca bedah
prognosis tergantung pada sejauh mana akibat tindakan operasi pada penderita di
samping faktor penyakit dasarnya sendiri.

REFERENSI
Purwadianto, Agus dan Sampurna, Budi. Kedaruratan Medik.
Jakarta ; Binarupa Aksara Publisher
Repository Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai