Anda di halaman 1dari 9

KESULITAN YANG DIHADAPI MAHASISWA DALAM

MEMPELAJARI DAN MELAFALKAN PELAFALAN BAHASA


MANDARIN

Oleh
Endrica Violetta
V0420022
D3 Bahasa Mandarin
Sekolah Vokasi
endricavioletta@student.uns.ac.id

1. Pengantar
Ketika seseorang sedang mempelajari sesuatu yang baru ataupun yang
sudah pernah ia pelajari, pasti orang tersebut menghadapi kesulitan tersendiri.
Apalagi jika mempelajari bahasa asing yang bukan merupakan bahasa utama di
negaranya. Begitu juga dengan mahasiswa baru D3 Bahasa Mandarin di Sekolah
Vokasi Universitas Sebelas Maret. Mahasiswa baru jurusan bahasa Mandarin ini
mendapati beberapa kesulitan yang pasti dihadapi karena mempelajari bahasa
Mandarin yang bukan merupakan bahasa utama di Indonesia.
Paper ini akan membahas hal mengenai kesulitan-kesulitan yang
dihadapi mahasiswa jurusan bahasa Mandarin dalam mempelajari dan melafalkan
pelafalan bahasa Mandarin yang sangat berbeda dengan pelafalan bahasa
Indonesia.
Setidaknya terdapat lima artikel yang berkaitan dengan topik kesulitan
seseorang dalam mempelajari dan melafalkan pelafalan bahasa Mandarin.
Kelimaartikel itu adalah Afrina, Cleveresty (2020), Febiola (2019), Mulyaningsih
(2014), dan Supriadi (2014).
Afrina dan Cleveresty (2020) menjelaskan tentang konsonan (Z, ZH, C,
CH, SH, dan R) yang tidak ada dalam konsonan bahasa Indonesia beserta
kesulitan mahasiswa dalam membedakan pelafalan bahasa Mandarin dengan
pelafalan bahasa Indonesia. Febiola (2019) menjelaskan tentang dampak dari
bahasa ibu dalam melafalkan pelafalan bahasa Mandarin dan cara mengatasi
kesulitan dalam mempelajari dan melafalkan pelafalan bahasa Mandarin.
Mulyaningsih (2014) menjelaskan tentang perbedaan pelafalan bahasa Indonesia
dengan bahasa Mandarin yang dapat menjadi faktor kesulitan mahasiswa dalam
mempelajari bahasa Mandarin. Supriadi (2014) menjelaskan tentang kesalahan-
kesalahan dalam melafalkan pelafalan bahasa Mandarin dan perbedaan konsonan
yang ada dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Mandarin. Dan yang terakhir,
Ina (2016) menjelaskan tentang perlunya motivasi dalam penguasaan bahasa
Mandarin pada mahasiswa untuk mendorong minat mahasiswa mempelajari
bahasa Mandarin dengan lebih baik sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
Dalam penelitian ini akan ada empat topik yang dibahas. Pertama,
bentuk-bentuk kesulitan yang dihadapi mahasiswa. Kedua, bentuk kesulitan yang
dominan dihadapi mahasiswa. Ketiga, faktor yang membuat mahasiswa
mengalami kesulitan. Dan yang terakhir, cara mengatasi kesulitan yang dihadapi
oleh mahasiswa.

2. Metode
Penelitian oleh penulis ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data dan metode
kajian pustaka.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan
beberapa pertanyaan kepada responden menggunakan sarana angket formulir yang
penulis buat melalui Google Form. Mahasiswa sebagai responden menjawab
beberapa pertanyaan mengenai kesulitan yang dihadapi oleh mereka sesuai
dengan topik pada rumusan masalah. Setelah mendapatkan respon dari
mahasiswa, kemudian dapat dilakukan analisis oleh penulis mengenai kesulitan
mahasiswa dalam mempelajari dan melafalkan pelafalan bahasa Mandarin,
dengan mendata setiap respon yang telah responden isi dalam formulir Google
Form tersebut dan kemudian menyimpulkannya dalam bentuk grafik hasil agar
memudahkan pembaca melihat hasil data yang diperoleh.
Metode yang digunakan selanjutnya adalah metode kajian pustaka yang
dilakukan dengan mempelajari beberapa artikel jurnal yang sesuai dan berkaitan
dengan topik yang dibahas oleh penulis.
Responden dalam penelitian ini adalah 10 orang mahasiswa baru dari
program studi D3 Bahasa Mandarin di Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret
angkatan 2020, yang telah belajar bahasa Mandarin kurang lebih selama 1
semester.

3. Hasil dan Pembahasan

1. "Apakah Mahasiswa Mengalami Kesulitan?"

30%
Ya, saya kesulitan
Tidak, saya tidak
kesulitan

70%

Pada pertanyaan pertama yang diajukan, yaitu “Apakah mahasiswa


mengalami kesulitan dalam mempelajari dan melafalkan pelafalan bahasa
Mandarin?”, didapatkan hasil dalam bentuk persentase seperti berikut.

Dalam persentase data tersebut mendapatkan hasil70% yaitu 7 dari 10


orang yang mengalami kesulitan dalam belajar dan melafalkan pelafalan bahasa
Mandarin dan kemudian terdapat 30% yaitu 3 dari 10 orang yang tidak mengalami
kesulitan. Akan tetapi, setelah penulis lihat dari keseluruhan data yang telah
didapatkan, 3 orang yang memilih opsi tidak mengalami kesulitan tersebut tetap
mengisi pertanyaan selanjutnya yang menanyakan kesulitan yang mereka hadapi.
Maka dari itu, dapat penulis simpulkan bahwa kesepuluh responden mengalami
kesulitan dalam mempelajari dan melafalkan pelafalan bahasa Mandarin.
2. Bentuk Kesulitan Mahasiswa dalam Pelafalan

Kesulitan melafalkan konsonan

Kesulitan melafalkan nada

Kesulitan keduanya (konsonan & nada)

Tidak Kesulitan

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5


Pertanyaan kedua, yaitu “Apa kesulitan yang dihadapi oleh
mahasiswa?”. Pada pertanyaan ini disajikan beberapa opsi bagi mahasiswa untuk
memilih jenis kesulitan yang dihadapinya, mahasiwa diperbolehkan untuk
memilih lebih dari satu opsi yang ada. Dan berikut hasil dalam bentuk grafiknya.

Dari pertanyaan kedua ini didapatkan hasil 3 orang yang memilih


kesulitan dalam melafalkan konsonan, kemudian 2 orang yang memilih kesulitan
dalam melafalkan nada, dan 5 orang yang memilih kesulitan dalam melafalkan
keduanya (konsonan maupun nada), sedangkan untuk opsi tidak kesulitan tidak
ada yang memilihnya.
Pertanyaan ketiga, yaitu “Apa kelompok konsonan spesifik yang sulit
untuk dilafalkan oleh mahasiswa?” dan pertanyaan keempat, yaitu “Apa nada
spesifik yang sulit untuk dilafalkan oleh mahasiswa?”. Pada pertanyaan yang
ketiga dan keempat ini mahasiswa dapat memilih lebih dari satu opsi yang telah
disediakan oleh penulis. Opsi pada pertanyaan ketiga dibuat dalam bentuk
kelompok konsonan yang jika dilafalkan dalam bahasa Mandarin terdengar mirip,
agar memudahkan penulis untuk mengidentifikasikan data yang masuk. Berikut
grafik data pada pertanyaan ketiga.

3. Kesulitan Mahasiswa dalam Pelafalan Konsonan


Konsonan B, P, M, dan F

Konsonan D, T, N, dan L

Konsonan G, K, dan H

Konsonan J, Q, dan X

Konsonan Z, ZH, C, CH, SH, dan R

Tidak mengalami kesulitan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pada pertanyaan ketiga ini terdapat 6 orang yang memilih hanya
konsonan (Z, ZH, C, CH, SH, dan R), kemudian 1 orang yang memilih opsi
konsonan (J, Q, dan X), dan juga opsi konsonan (Z, ZH, C, CH, SH, dan R). Dan
1 orang yang memilih opsi konsonan (G, K, dan H), opsi (J, Q, dan X), dan opsi
konsonan (Z, ZH, C, CH, SH, dan R). Selain itu tidak ada yang memilih opsi
lainnya. Selanjutnya adalah grafik dan penjelasan pertanyaan keempat.

4. Kesulitan Mahasiswa dalam Melafalkan Nada


Nada 1

Nada 2

Nada 3

Nada 4

Tidak kesulitan

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Pada pertanyaan keempat ini terdapat 3 orang yang memilih opsi nada
2, kemudian 2 orang yang memilih opsi tidak kesulitan, dan juga 1 orang yang
memilih opsi nada 2 dan 3. Selain itu tidak ada yang memilih opsi lainnya. Dapat
dilihat bahwa mahasiswa D3 bahasa Mandarin angkatan 2020 masih mengalami
berbagai kesulitan, salah satunya yaitu dalam pelafalan konsonan dan juga
pelafalan nada.
Dari data-data yang telah didapatkan tersebut dapat dilihat bahwa
kesulitan mahasiswa lebih dominan dalam melafalkan konsonan dengan bentuk
spesifik pada kelompok konsonan (Z, ZH, C, CH, SH, dan R). Seperti yang
dibahas oleh Afrina dan Cleveresty (2020) bahwa kebanyakan mahasiswa
kesulitan untuk melafalkan konsonan (Z, ZH, C, CH, SH, dan R) hal ini
dikarenakan beberapa konsonan ini tidak terdapat dalam konsonan bahasa
Indonesia dan dengan adanya faktor dari bahasa ibu yang melekat dalam pelafalan
mahasiswa, membuat mahasiswa kesulitan untuk membedakan cara melafalkan
kelompok konsonan ini dengan baik dan benar. Juga menurut Mulyaningsih
(2014) dan Supriadi (2014), adanya perbedaan pelafalan antara bahasa Mandarin
dan bahasa Indonesia, yaitu dalam bahasa Mandarin terdapat konsonan yang
beraspirasi dan tidak beraspirasi, membuat mahasiswa kesulitan karena dalam
bahasa Indonesia tidak ada konsonan yang beraspirasi ataupun tidak beraspirasi.
Kemudian kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam pelafalan nada
lebih dominan pada nada 2. Kesulitan dalam melafalkan nada 2 dikarenakan
adanya kemiripan pelafalan antara nada 2 dan 3. Kedua nada ini sekilas jika
didengarkan sama, akan tetapi tetap berbeda, nada 2 durasinya lebih pendek, tipis
dan dengan nada yang naik, sedangkan nada 3 durasinya sedikit lebih panjang,
lebih tebal, dan turun naik dalam nada pelafalannya. Hal inilah yang membuat
mahasiswa kesulitan untuk melafalkan nada 2 karena lebih mudah untuk
membedakan dan melafalkan nada 3 yang lebih jelas.
Mahasiswa yang mengalami kesulitan dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Penulis juga mengidentifikasikan faktor yang menyebabkan mahasiswa
kesulitan untuk melafalkan pelafalan bahasa Mandarin. Penulis memberikan
beberapa opsi dalam pertanyaan mengenai faktor yang membuat mahasiswa
kesulitan untuk mempelajari dan melafalkan bahasa Mandarin ini, dan salah satu
opsi yang tersedia dapat responden isi secara mandiri sesuai dengan keadaan yang
dihadapi responden. Selain itu, responden juga dapat memilih lebih dari satu opsi
yang telah diberikan, sama seperti pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Berikut
grafik faktor yang menyebabkan mahasiswa kesulitan untuk melafalkan pelafalan
Bahasa Mandarin.

5. Faktor yang Menyebabkan Mahasiswa Kesulitan Melafalkan


Pelafalan Bahasa Mandarin
Kurang berlatih
Tidak percaya diri
Tidak terbiasa dengan pelafalan bahasa Mandarin
Tidak ada
Lainnya

0 1 2 3 4 5 6 7
Dari data ini didapatkan hasil 5 orang yang memilih opsi kurang
berlatih, 2 orang yang memilih tidak percaya diri, 1 orang memilih opsi tidak
terbiasa dengan pelafalan bahasa Mandarin, 1 orang memilih opsi tidak terbiasa
dengan pelafalan bahasa Mandarin dan kurang berlatih, sedangkan untuk opsi
lainnya dimana responden dapat mengisi opsi secara mandiri faktor yang
membuat mereka kesulitan melafalkan pelafalan bahasa Mandarin, tidak ada yang
memilihnya.
Dari data ini didapatkan hasil bahwa kebanyakan mahasiswa kesulitan
dalam melafalkan pelafalan bahasa Mandarin dikarenakan kurangnya berlatih
untuk mengucapkan pelafalan yang sesuai, dan adanya dampak negatif dari
bahasa ibu, yaitu bahasa Indonesia yang merupakan bahasa utama responden.
Faktor ini sejalan dengan penjelasan oleh Febiola (2019). Bahasa ibu dapat
mempengaruhi dalam melafalkan bahasa Mandarin dikarenakan adanya
perbedaan-perbedaan yang ada, mulai dari konsonan yang tidak ada dalam bahasa
Indonesia, perbedaan cara melafalkan konsonan, dan pelafalan nada yang tidak
ada dalam pelafalan bahasa Indonesia.
Oleh karena faktor-faktor tersebut, menurut Ina (2016), diperlukan
adanya motivasi yang kuat agar dapat mempengaruhi mahasiswa dalam perilaku
dan prestasinya, dengan didukung oleh faktor-faktor lainnya yang mendorong
mahasiswa agar dapat menguasai bahasa Mandarin dengan lebih baik.
Hal lain yang harus diupayakan oleh mahasiswa agar dapat menguasai
bahasa Mandarin terkhusus dalam pelafalan adalah dengan banyak berlatih
menggunakan berbagai metode pembelajaran yang sesuai untuk mahasiswa,
memahami perbedaan-perbedaan antara bahasa Indonesia dengan bahasa
Mandarin agar tidak terpengaruh oleh pelafalan dari bahasa Indonesia, dan juga
menguasai metode pembelajaran dan membuat strategi dalam pembelajaran, agar
kedepannya mahasiswa dapat lebih percaya diri saat berbicara dalam bahasa
Mandarin dengan pelafalan yang baik dan benar. Beberapa cara ini dijelaskan oleh
Febiola (2019) agar mahasiswa dapat mengatasi kesulitan mereka dalam belajar
dan melafalkan pelafalan bahasa Mandarin.
4. Simpulan
Dari penelitian ini dapat penulis simpulkan bahwa, seluruh mahasiswa
yang menjadi responden mengalami kesulitan baik dalam melafalkan konsonan
maupun nada dalam bahasa Mandarin. Dan kemudian, kesulitan yang dominan
dialami mahasiswa adalah dalam membedakan dan melafalkan konsonan (Z, ZH,
C, CH, SH, dan R). Sedangkan pada nada, sebagian besar mahasiswa mengalami
kesulitan dalam melafalkan nada 2.
Faktor yang membuat mahasiswa kesulitan dalam mempelajari dan
melafalkan pelafalan bahasa Mandarin adalah karena kurangnya berlatih
mengucapkan berbagai konsonan, nada, dan kosakata dalam bahasa Mandarin.
Selain itu, perbedaan pelafalan yang ada di antara bahasa Indonesia dan bahasa
Mandarin membuat mahasiswa masih sulit untuk membedakan cara melafalkan
konsonan maupun nada yang sesuai dan benar. Mahasiswa memerlukan motivasi
yang kuat agar dapat memiliki semangat untuk terus berlatih dalam mempelajari
dan melafalkan pelafalan bahasa Mandarin.

Daftar Pustaka
Afrina, U., & Cleveresty, T. B. (2020, April). Analisis Kesalahan Pelafalan Bunyi
Konsonan (Z, C, S, ZH, CH, SH, R) Pada Mahasiswa Program Studi D-4.
METAHUMANIORA, Vol. 10, No. 1, 79-89. Retrieved from
http://journal.unpad.ac.id/metahumaniora/article/view/26969/0

Febiola, M. (2019). Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Mandarin Dalam


Kompetensi Berbicara Mahasiswa Indonesia di Chongqing, Tiongkok.
Seminar Nasional Ilmu Terapan (SNITER), 1-8. Retrieved from
https://ojs.widyakartika.ac.id/index.php/sniter/article/view/159/150

Ina. (2016). Motivasi Penguasaan Bahasa Mandarin Pada Pelajar dan Mahasiswa
Kota Pontianak. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, 2063-2074. Retrieved from
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jvip/article/view/21578/17456
Mulyaningsih, D. H. (2014). Perbandingan Fonologi Bahasa Indonesia.
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 13, No. 1, 1-10.
Retrieved from
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/article/view/804

Supriadi, N. (2014, Oktober). Analisis Kesalahan Fonologis Bahasa Mandarin


Oleh Mahasiswa D3 Bahasa Mandarin Universitas Jenderal Soedirman.
Parole Vol.4, No. 2, 99-119. Retrieved from
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/parole/article/view/8157

Anda mungkin juga menyukai