Disusun oleh :
1. Annisa Firdianti Arifah (P06224220034)
2. Dea Susanti Agustin (PO6224220039)
3. Eva Juliani Angellina (PO6224220045)
4. Meisya Dwi Putri (PO6224220055)
Informasi dari Pustu itu, Jumat, menyebutkan, dugaan telah terjadi malpraktik dilakukan
bidan Yt, karena setelah memberi obat pasiennya, Paris (3 bulan), justru mengalami kejang-
kejang dan tubuhnya membiru. Kondisi tersebut terjadi sekitar setengah jam, usai Paris diberi
tiga macam obat oleh bidan tersebut.
Kendati bayi itu sempat dibawa ke RSUD Bari Kota Palembang untuk mendapatkan
pertolongan, namun tidak lama kemudian ia meninggal dunia. Orang tua bayi itu, Santi (45),
membenarkan kejadian yang dialami anaknya tersebut. Namun menurut Kepada Dinas
Kesehatan Kota Palembang, Gema Asiani, obat yang diberikan kepada Paris oleh bidan Yt sesuai
standar.
Menurut Gema, dengan penyakit panas yang diderita pasien itu, bidan bersangkutan
memberikan obat yang sesuai, yaitu pil CTM, Paracetamol, dan obat batuk warna merah. Belum
diketahui kemungkinan kasus ini akan dituntut keluarga pasien atau tidak, sehingga dapat
diproses lebih lanjut atau kedua orang tuanya telah menerima keadaan tersebut.
Di Sumsel saat ini telah berjalan program pengobatan gratis, khususnya diperuntukkan
bagi warga kurang mampu di daerah ini, sehingga mendorong optimalisasi fungsi puskesmas dan
puskesmas pembantu maupun RS pemerintah dan RS swasta jejaring layanan gratis tersebu
ANALISIS KASUS
Malpraktik berasal dari bahasa inggris malpractice, kata mal artinya salah atau tidak
semestinya, sedangkan practice atau praktik adalah proses penanganan kasus (pasien) dari
seseorang professional yang sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditentukan oleh kelompok
profesinya. Sehingga malpraktik dapat diartikan melakukan tindakan atau praktik yang salah satu
menyimpang dari ketentuan atau prosedur yang baku. Dalam bidang kesehatan, malpraktik
adalah penyimpangan penanganan kasus atau masalah kesehatan (termasuk penyakit) oleh
petugas kesehatan, sehingga menyebabkan dampak buruk bagi penderita atau pasien
(Notoatmodjo, 2010).
Profesi tenaga medis mengandung risiko tinggi karena bentuk, sifat dan tujuan tindakan
yang dilakukan oleh seorang tenaga medis dapat berpotensi menimbulkan bahaya bagi
seseorang. Undang-undang memberikan kewenangan secara mandiri kepada tenaga medis untuk
melakukan dan bertanggung jawab dalam melaksanakan ilmu medis menurut sebagian atau
seluruh ruang lingkupnya serta memanfaatkan kewenangan tersebut secara nyata. Seorang tenaga
medis dinyatakan melakukan kesalahan profesional apabila melakukan tindakan yang
menyimpang atau lebih dikenal sebagai malpraktik.
Unsur-unsur Malpraktik
Malpraktik merupakan kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan yang
tidak sesuai dengan standar pelayanan medik, sehingga pasien menderita luka, cacat, atau
meninggal dunia. Adapun unsur-unsur malpraktik adalah sebagai berikut:
1. Adanya kelalaian. Kelalaian adalah kesalahan yang terjadi karena kekurang hati-hatian,
kurangnya pemahaman, serta kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan akan profesinya,
padahal diketahui bahwa mereka dituntut untuk selalu mengembangkan ilmunya.
2. Dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan berdasarkan Pasal 2 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, Tenaga Kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterampilan fisik, dan
tenaga keteknisan medis. Yang dimaksud tenaga medis adalah dokter atau dokter
spesialis.
3. Tidak sesuai standar pelayanan medik. Standar pelayanan medik yang dimaksud adalah
standar pelayanan dalam arti luas, yang meliputi standar profesi dan standar prosedur
operasional.
4. Pasien menderita luka, cacat, atau meninggal dunia. Adanya hubungan kausal bahwa
kerugian yang dialami pasien merupakan akibat kelalaian tenaga kesehatan. Kerugian
yang dialami pasien yang berupa luka (termasuk luka berat), cacat, atau meninggal dunia
merupakan akibat langsung dari kelalaian tenaga kesehatan.
Dalam kasus diatas jika mengacu pada contoh-contoh kasus tindakan tindak pidana
Malpraktek di Indonesia yang sering terjadi adalah Malpraktek Sempit yaitu tindakan dilakukan
dengan sadar, dengan tujuan tindakan memang terarah kepada akibat yang hendak ditimbulkan,
walaupun ia mengetahui bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Pada kelalaian yaitu tidak ada motif atau pun tujuan untuk menimbulkan akibat yang terjadi.
Akibatnya yang timbul disebabkan karena adanya kelalaian yang sebenarnya terjadi diluar
kehendaknya.
Untuk penyelesaian tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan yang telah
masuk ke pengadilan, semua tergantung kepada pertimbangan hakim yang menangani kasus
tersebut untuk menentukan apakah kasus yang ditanganinya termsuk kedalam malpraktek atau
tidak. Atau apakah si pelaku dapat dimintai pertanggung jawaban secara pidana atau tidak.
Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan mati atau
luka-luka berat. Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati : Barangsiapa
karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.
Setiap perbuatan melanggar hokum yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain, mewajibkan
orang yang karena kesalahannya mengakibatkan kerugian itu, menganti kerugian tersebut. Cara
membuktikan kelalaiannya adalah Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban) Jika
seorang bidan melakukan pekerjaan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan
apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka bidan tersebut dapat
dipersalahkan. Kepala dinas kesehatan akan memcabut SIPB setelah mendengar saran dan
keputusan dari MPEB dan IBI . MPEB akan melakukan sidang dari kasus ini. MPEB akan
meminta keterangan dari bidan dan saksi. Yang menjadi saksi dari kasus ini adalah asisten bidan.
MPEB akan meminta keterangan dari bidan dan saksi. Setelah asisten bidan mengatakan yang
sebenarnya bahwa bidan lah yang menahan rujukan karena alasan komisi, maka MPEB akan
memberikan sanksi yang setimpal karena sudah merugikan orang lain kepada bidan tersebut dan
sebagai gantinya izin praktik bidan tersebut akan di cabut. Keputusan MPEB bersifat final.
Dalam hal tindak pidana malpraktik tidak diatur dengan jelas dalam KUHP. Pengaturan di dalam
KUHP lebih kepada akibat dari perbuatan malpraktek tersebut.
Pada pasal 360 ayat 1 dan ayat 2 KUHP serta pasal 361KUHP.
Ayat 1: “Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat dihukum dengan
penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun”.
Ayat 2: “Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga
orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatannya atau pekerjaannya
sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau hukuman
kurungan selama-lamanya enam bulan atau hukuman denda setinggi-tingginya Rp.4.500,-
Upaya pencegahan malpraktek yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan
pelayanan kebidanan.
Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi pasien dalam bidang pelayanan
medis terlebih dahulu haruslah mengetahui pihak yang bertanggung jawab apabila terjadi tindak
malpraktik, dan bentuk penyelesaian atau solusi pada kasus tersebut. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka perlu dilakukan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif (pendekatan yang
dilakukan secara utuh kepada subjek penelitian), seperti dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi.