Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 4

“KASUS 4 : BIDAN PUSTU DIDUGA LAKUKAN MALPRAKTEK”

Dosen Pengampu: Riyanti, S.SiT., M.Keb


Mata Kuliah : Etik Kolegal Dalam Praktik Kebidanan

Disusun oleh :
1. Annisa Firdianti Arifah (P06224220034)
2. Dea Susanti Agustin (PO6224220039)
3. Eva Juliani Angellina (PO6224220045)
4. Meisya Dwi Putri (PO6224220055)

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


JURUSAN DIPLOMA III KEBIDANAN SEMESTER 2
TAHUN 2020/2021
Kasus 4 : Bidan Pustu Diduga Lakukan Malpraktek
Sumber:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/06/05/30027/Bidan.Pustu.Diduga.Lakuka
n.Malpraktek

Palembang, CyberNews. Bidan Puskesmas Pembantu (Pustu) Kelurahan 5 Ulu,


Kecamatan Seberang Ulu 1, Kota Palembang, Sumatra Selatan, Yt, diduga melakukan
malpraktik sehingga mengakibatkan seorang bayi pasiennya meninggal dunia setelah diobati.

Informasi dari Pustu itu, Jumat, menyebutkan, dugaan telah terjadi malpraktik dilakukan
bidan Yt, karena setelah memberi obat pasiennya, Paris (3 bulan), justru mengalami kejang-
kejang dan tubuhnya membiru. Kondisi tersebut terjadi sekitar setengah jam, usai Paris diberi
tiga macam obat oleh bidan tersebut.

Kendati bayi itu sempat dibawa ke RSUD Bari Kota Palembang untuk mendapatkan
pertolongan, namun tidak lama kemudian ia meninggal dunia. Orang tua bayi itu, Santi (45),
membenarkan kejadian yang dialami anaknya tersebut. Namun menurut Kepada Dinas
Kesehatan Kota Palembang, Gema Asiani, obat yang diberikan kepada Paris oleh bidan Yt sesuai
standar.

Menurut Gema, dengan penyakit panas yang diderita pasien itu, bidan bersangkutan
memberikan obat yang sesuai, yaitu pil CTM, Paracetamol, dan obat batuk warna merah. Belum
diketahui kemungkinan kasus ini akan dituntut keluarga pasien atau tidak, sehingga dapat
diproses lebih lanjut atau kedua orang tuanya telah menerima keadaan tersebut.

Di Sumsel saat ini telah berjalan program pengobatan gratis, khususnya diperuntukkan
bagi warga kurang mampu di daerah ini, sehingga mendorong optimalisasi fungsi puskesmas dan
puskesmas pembantu maupun RS pemerintah dan RS swasta jejaring layanan gratis tersebu
ANALISIS KASUS
Malpraktik berasal dari bahasa inggris malpractice, kata mal artinya salah atau tidak
semestinya, sedangkan practice atau praktik adalah proses penanganan kasus (pasien) dari
seseorang professional yang sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditentukan oleh kelompok
profesinya. Sehingga malpraktik dapat diartikan melakukan tindakan atau praktik yang salah satu
menyimpang dari ketentuan atau prosedur yang baku. Dalam bidang kesehatan, malpraktik
adalah penyimpangan penanganan kasus atau masalah kesehatan (termasuk penyakit) oleh
petugas kesehatan, sehingga menyebabkan dampak buruk bagi penderita atau pasien
(Notoatmodjo, 2010).

Profesi tenaga medis mengandung risiko tinggi karena bentuk, sifat dan tujuan tindakan
yang dilakukan oleh seorang tenaga medis dapat berpotensi menimbulkan bahaya bagi
seseorang. Undang-undang memberikan kewenangan secara mandiri kepada tenaga medis untuk
melakukan dan bertanggung jawab dalam melaksanakan ilmu medis menurut sebagian atau
seluruh ruang lingkupnya serta memanfaatkan kewenangan tersebut secara nyata. Seorang tenaga
medis dinyatakan melakukan kesalahan profesional apabila melakukan tindakan yang
menyimpang atau lebih dikenal sebagai malpraktik.

Berikut definisi dan pengertian malpraktik dari beberapa sumber buku:


 Menurut Hanafiah (2003), malpraktik adalah sebuah tindakan yang atas dasar kelalaian
dalam mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim
dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang terluka menurut ukuran di lingkungan
yang sama.
 Menurut Fuady (2005), malpraktik adalah kelalaian seorang dokter untuk
mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu yang lazim dipergunakan dalam
mengobati pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama,
yang dimaksud kelalaian di sini adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa
yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, tapi sebaliknya
melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam
situasi tersebut.
 Menurut Komalasari (1998), malpraktik adalah kesalahan dalam menjalankan profesi
yang timbul sebagai akibat adanya kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dokter.
Dengan demikian medical malpractice atau kesalahan dalam menjalankan profesi medik
yang tidak sesuai dengan standar profesi medik dalam menjalankan profesinya.
 Menurut Koeswadji (1998), malpraktik adalah bentuk kelalaian profesi dalam bentuk
luka atau cacat yang dapat diukur yang terjadinya pada pasien yang mengajukan gugatan
sebagai akibat langsung dari tindakan dokter.
 Menurut Amir (1997), malpraktik adalah tindakan yang salah oleh dokter pada waktu
menjalankan praktek, yang menyebabkan kerusakan atau kerugian bagi kesehatan dan
kehidupan pasien, serta menggunakan keahliannya untuk kepentingan pribadi

Unsur-unsur Malpraktik

Malpraktik merupakan kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan yang
tidak sesuai dengan standar pelayanan medik, sehingga pasien menderita luka, cacat, atau
meninggal dunia. Adapun unsur-unsur malpraktik adalah sebagai berikut:

1. Adanya kelalaian. Kelalaian adalah kesalahan yang terjadi karena kekurang hati-hatian,
kurangnya pemahaman, serta kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan akan profesinya,
padahal diketahui bahwa mereka dituntut untuk selalu mengembangkan ilmunya.
2. Dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan berdasarkan Pasal 2 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, Tenaga Kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterampilan fisik, dan
tenaga keteknisan medis. Yang dimaksud tenaga medis adalah dokter atau dokter
spesialis.
3. Tidak sesuai standar pelayanan medik. Standar pelayanan medik yang dimaksud adalah
standar pelayanan dalam arti luas, yang meliputi standar profesi dan standar prosedur
operasional.
4. Pasien menderita luka, cacat, atau meninggal dunia. Adanya hubungan kausal bahwa
kerugian yang dialami pasien merupakan akibat kelalaian tenaga kesehatan. Kerugian
yang dialami pasien yang berupa luka (termasuk luka berat), cacat, atau meninggal dunia
merupakan akibat langsung dari kelalaian tenaga kesehatan.
Dalam kasus diatas jika mengacu pada contoh-contoh kasus tindakan tindak pidana
Malpraktek di Indonesia yang sering terjadi adalah Malpraktek Sempit yaitu tindakan dilakukan
dengan sadar, dengan tujuan tindakan memang terarah kepada akibat yang hendak ditimbulkan,
walaupun ia mengetahui bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Pada kelalaian yaitu tidak ada motif atau pun tujuan untuk menimbulkan akibat yang terjadi.
Akibatnya yang timbul disebabkan karena adanya kelalaian yang sebenarnya terjadi diluar
kehendaknya.

Alur Sanksi Bidan


Malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya
kelalaian, kurangnya pengetahuan, faktor ekonomi, rutinitas,dan juga perubahan hubungan
antara bidan dengan pasien. Untuk dapat mencegah terjadinya malpraktek yang dilakukan oleh
bidan dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan tidak memberikan jaminan atau
garansi akan keberhasilan usahanya, dalam melakukan tindakan harus ada informed consent,
mencatat semua tindakan kedalam rekam medik, dan lain-lain.

Untuk penyelesaian tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan yang telah
masuk ke pengadilan, semua tergantung kepada pertimbangan hakim yang menangani kasus
tersebut untuk menentukan apakah kasus yang ditanganinya termsuk kedalam malpraktek atau
tidak. Atau apakah si pelaku dapat dimintai pertanggung jawaban secara pidana atau tidak.

Melakukan malpraktek yuridis (melanggar hukum) berarti juga melakukan malpraktek


etik (melanggar kode etik). Sedangkan malpraktek etik belum tentu merupakan malpraktek
yuridis. Apabila seorang bidan melakukan malpraktek etik atau melanggar kode etik. Maka
penyelesaian atas hal tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu IBI. Dan pemberian
sanksi dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku didalam organisasi IBI tersebut.
Sedangkan apabila seorang bidan melakukan malpraktek yuridis dan dihadapkan ke muka
pengadilan. Maka IBI melalui MPA dan MPEB wajib melakukan penilaian apakah bidan
tersebut telah benar-benar melakukan kesalahan.
Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi
bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan, dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya sesuai
dengan standar profesi, maka IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan hukum kepada bidan
tersebut dalam menghadapi tuntutan atau gugatan di pengadilan

Perundang-undangan tentang malpraktek

Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan mati atau
luka-luka berat. Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati : Barangsiapa
karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.

Pasal 1365 KUHS :

Setiap perbuatan melanggar hokum yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain, mewajibkan
orang yang karena kesalahannya mengakibatkan kerugian itu, menganti kerugian tersebut. Cara
membuktikan kelalaiannya adalah Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban) Jika
seorang bidan melakukan pekerjaan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan
apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka bidan tersebut dapat
dipersalahkan. Kepala dinas kesehatan akan memcabut SIPB setelah mendengar saran dan
keputusan dari MPEB dan IBI . MPEB akan melakukan sidang dari kasus ini. MPEB akan
meminta keterangan dari bidan dan saksi. Yang menjadi saksi dari kasus ini adalah asisten bidan.
MPEB akan meminta keterangan dari bidan dan saksi. Setelah asisten bidan mengatakan yang
sebenarnya bahwa bidan lah yang menahan rujukan karena alasan komisi, maka MPEB akan
memberikan sanksi yang setimpal karena sudah merugikan orang lain kepada bidan tersebut dan
sebagai gantinya izin praktik bidan tersebut akan di cabut. Keputusan MPEB bersifat final.
Dalam hal tindak pidana malpraktik tidak diatur dengan jelas dalam KUHP. Pengaturan di dalam
KUHP lebih kepada akibat dari perbuatan malpraktek tersebut.
Pada pasal 360 ayat 1 dan ayat 2 KUHP serta pasal 361KUHP.

Pasal 360 KUHP

Ayat 1: “Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat dihukum dengan
penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun”.

Ayat 2: “Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga
orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatannya atau pekerjaannya
sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau hukuman
kurungan selama-lamanya enam bulan atau hukuman denda setinggi-tingginya Rp.4.500,-

Upaya pencegahan malpraktek yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan
pelayanan kebidanan.

1. Terhadap lembaga pendidikan meningkatkan pembinaan kebidanan yang lebih baik,


maupun yang dimiliki pemerintah, daerah, ataupun swasta. agar dapat mennghasilkan
bidan-bidan berkualitas. Para perserta pendidikan kebidanan inilah yang akan menjadi
calon-calon bidan yang akan melayani masyarakat. Sehingga dapat mencegah terjadinya
tindak malpraktek yang dilakukan oleh bidan dari awal atau bahkan dapat dihilangkan
2. Meningkatkan peran dan pengawasan dari pemerintah khususnya dinas kesehatan.
Karena tindak malpraktek yang dilakukan oleh bidan perlu mendapat perhatian,
pengawasan yang lebih dari pemerintah dan dinas kesehatan. Telah banyak teijadinya
malpraktek yang dilakukan oleh bidan, tetapi untuk memperoleh data mengenai adanya
kasus malpraktek yang dilakukan oleh bidan, dinas kesehatan sama sekali tidak memiliki
data tentang hal itu.
3. Memaksimaikan Peran IBI (Ikatan Bidan indonesia) sebagai wadah organisasi profesi
bagi bidan tentu saja diharapkan agar dapat mengawasi dan mcmbina anggotanya agar
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan kepada masyarakat. Sehingga
terjadinya tindakan malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat ditanggulangi.
4. Partisipasi dari masyarakat untuk ikut mengawasi jika terjadinya tindakan malpraktek
yang dilakukan oleh bidan dan kesadaran hukum dari masyarakat untuk menempuh jalur
hukum apabila menjadi korban dari tindakan malpraktek sehingga kemudian muncul efek
jera bagi bidan dan dapat menanggulangi terjadinya tindak malprakiek yang dilakukan
bidan.

Solusi Untuk Kasus Diatas

Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi pasien dalam bidang pelayanan
medis terlebih dahulu haruslah mengetahui pihak yang bertanggung jawab apabila terjadi tindak
malpraktik, dan bentuk penyelesaian atau solusi pada kasus tersebut. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka perlu dilakukan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif (pendekatan yang
dilakukan secara utuh kepada subjek penelitian), seperti dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi.

Dari dugaan kasus malpraktik yang dilakukan, sebenarnya bidan YT sudah


melakukannya sesuai dengan standar. Karena bayi tersebut mengalami demam, maka ibat yang
diberikan bidan YT (pil CTM, paravetamol, dan obat batuk merah) adalah benar. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan dari kepala dinas kesehatan kota Palembang yang menyatakan
bahwa obat yang diberikan bidan YT sudah sesuai standar. Jadi, solusi pada kasus tersebut
menurut kami adalah perlu dilakukan pendekatan kepada orang tua korban, bahwa yang
dilakukan Bidan YT adalah bukan mal praktik. Karena jika kasus tersebut adalah malpraktik,
maka terdapat kesalahan penanganan yang dilakukan

Anda mungkin juga menyukai