Anda di halaman 1dari 7

UMBARA

Indonesian Journal of Anthropology


Volume 3 (1) Juli 2018 || eISSN 2528-1569 | pISSN 2528-2115 || http://jurnal.unpad.ac.id/umbara
DOI : 10.24198/umbara.v4i2.23722

Resensi Buku
Robert A. Stebbins. 2015, Leisure and The
Motive: Theories of Serious, Casual and Proj-
ect-Based Leisure. New York: Palgrave Mac-
millan, Jumlah halaman: vi + 80. ISBN: 978
- 1 - 349 - 84416 - 6.

Pembahasan tentang volunteerism hingga


saat ini masih jarang dikaji secara menda-
lam. Padahal, volunteerism menjadi isu yang
sering diperbincangkan oleh masyarakat dalam karyanya yang berjudul Selfish Giving?
modern saat ini. Buku-buku yang secara Volunteering Motivations and The Morality
khusus membahas teori tentang volunteer Of Giving. Menurut United Nation, volunteer
masih sedikit jumlahnya, bahkan hingga saat diartikan sebagai seseorang yang melaku-
ini belum ada pusat data dan informasi yang kan tindakan sukarela, seseorang yang tidak
diperuntukkan secara khusus guna menghim- memperoleh kompensasi secara finansial,
pun karya ilmiah terkait topik tersebut. Se- dan seseorang yang membantu pihak lain
lama puluhan tahun teori tentang volunteer (Musick dan Wilson 2008 :12 dalam Block-
mengarah pada perspektif ekonomi, hingga er 2011). Di antara keduanya mengenai kota
akhirnya muncul Robert A. Stebbins yang dan permasalahannya, yaitu tidak ada satu-
berupaya melawan arus dengan mengkritisi pun yang mengaitkan volunteer dengan wak-
teori lama dan mengembangkan teori terse- tu luang (leisure). Sebagai upaya mengoreksi
but melalui leisure perspective. definisi yang telah lama berkembang, seo-
rang profesor dari Jurusan Sosiologi di Uni-
Kegiatan volunteer dalam perspektif ekonomi versity of Calgary, Kanada, bernama Robert
didefinisikan sebagai “pekerjaan yang tidak A. Stebbins mengkritisi “definisi ekonomi”
dibayar (tenaga kerja)” atau “pekerjaan pro- melalui “definisi kehendak pribadi” sebagai
duktif yang tidak dibayar (tenaga kerja)”. pembanding.
Definisi ini dijadikan landasan oleh bebera-
pa pihak yang mengkaji kegiatan volunteer. Pada bagian awal buku, Stebbins mene-
Tomoko Hayakawa (2014) mengungkapkan, gaskan bahwa bingkai penelitian ini adalah
“Saya menyelidiki kegiatan volunteer formal Serious Leisure Perspective (SLP). Penulis
yang merupakan sebuah aksi dengan dilan- secara jelas mengutarakan perspektif yang
daskan keinginan (pribadi) dan tidak mel- digunakannya dan hal ini menguntungkan
ibatkan timbal balik berupa materi apapun pembaca, karena pembaca tidak perlu mem-
sebagai keuntungan” baca buku secara utuh untuk mengasumsikan

Submitted: 24 September 2019 || Reviewed: 1 October 2019 || Accepted: 5 October 2019 147
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Stebbins. Leisure and The Motive: Theories of Serious, Casual...

jalan pikir penulis. Tujuan penelitian ini Menurut penulis, dahulu studi terkait leisure
pun tersampaikan dengan jelas, yaitu untuk dianggap kurang penting, karena berkesan
meninjau serious leisure perspective yang sembrono, hedonisme, membuang-buang
berangkat dari literatur, teori dan empirik waktu, tidak mengarahkan pada hal-hal
yang dibangun selama 40 tahun terakhir. Di yang substansial dan kegiatannya dapat ber-
dalam menyampaikan gagasannya, penulis sifat spontanitas. Tahun 1980 peneliti sosial
tidak melakukan pembahasan secara pan- melihat leisure sebagai hal yang eksternal,
jang lebar terlebih dahulu lalu perlahan ma- ekstrinsik dan dikerjakan untuk kepentingan
suk ke inti bahasan, tetapi ia menyampaikan masyarakat. Namun, menurut perspektif ke-
bahasannya dengan langsung mengarahkan hendak pribadi, justru leisure bersifat internal,
ke poin utama. Cara ini sangat sistematis, intrinsik dan intern –dapat mengekspresikan
sehingga memudahkan pembaca menyerap diri, memperkaya diri dan sebagai pemenu-
maksud penulis. han diri-. Setelah berkembangnya pemaha-
man terkait leisure, melalui serious leisure
Stebbins mengungkapkan bahwa caranya me- perspective, leisure didefinisikan sebagai ke-
lihat volunteer dari serious leisure perspec- giatan yang tidak memaksakan keterlibatan
tive bukanlah hal yang populer. Ia menyoro- pelakunya, secara kontekstual dilaksanakan
ti kekurangan pada definisi secara ekonomi di waktu luang, pegiatnya memiliki keingi-
yang menekankan pada kata “work” (kerja). nan untuk melaksanakannya, menggunakan
Penulis terlebih dahulu merumuskan sifat-si- kemampuan dan sumber daya mereka dalam
fat “work” (kerja) yang meliputi: pengerahan melaksanakannya, dan tujuan pelaksanaan-
pikiran dan tenaga; bertujuan untuk masa de- nya untuk memuaskan diri atau sebagai pe-
pan yang cerah; serta perlunya kesesuaian menuhan diri. (Stebbins 2012: 4)
antara beban pekerjaan dengan upah yang
Dimunculkannya diagram pengelompokan
didapatkan. Banyak orang yang memutuskan
studi leisure pada bagian akhir Chapter 2
untuk keluar dari pekerjaannya, karena keti-
“Voluntering: What Is It?” merupakan ini-
dakseuaian tersebut.
siatif yang baik dari penulis, sebab pembaca
Serious Leisure Perspective menjadi lebih mudah memetakan posisi seri-
ous leisure dalam bidang studi leisure secara
Sebelum serious leisure perspective dikait- keseluruhan. Serious Persuit mencakup dua
kan dengan volunteer, penulis terlebih dahu- varietas yaitu Serious Leisure Perspective
lu menjabarkan tentang leisure perspective. dan Devotee Work (bekerja sesuai dengan
Leisure perspective bersinggungan dengan kegemaran). Pelaku dalam Devotee work
beberapa studi, di antaranya Psikologi, So- merupakan profesional yang secara berse-
siologi, Geografi, Filosofi, Histori, Politik, mangat mengabdi pada pekerjaannya karena
Ekonomi dan bahkan Antropologi. Namun, dilandasi ketertarikannya terhadap pekerjaan
dalam buku ini penulis hanya sedikit men- tersebut. Sedangkan, Serious leisure adalah
jelaskan pengaplikasiannya pada beberapa upaya pencapaian secara sistematis dari seo-
studi, yaitu Sosiologi, Psikologi dan Politik. rang amatir, pelaku hobi, atau aktivis volun-

Submitted: 24 September 2019 || Reviewed: 1 October 2019 || Accepted: 5 October 2019 148
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Stebbins. Leisure and The Motive: Theories of Serious, Casual...

teer dalam hal yang menarik dan memuaskan dan tujuan keterlibatan mereka baik sebagai
bagi mereka. Dalam kasus tertentu mereka volunteer maupun sebagai pekerja konven-
menghadirkan diri mereka dalam karir se- sional.
rious leisure yang berpusat pada keinginan
Kritik Stebbins Terhadap Definisi Ekonomi
memperoleh dan menyampaikan keahlian khu-
dari Kegiatan Volunteer
sus, pengetahuan dan pengalaman (Stebbins
1992: 3). Penulis mengkritisi interpretasi kegiatan
volunteer sebagai “pekerjaan yang tidak di-
Di dalam bukunya, Stebbins memunculkan
bayar” atau “pekerjaan produktif yang tidak
definisi dari dua kelompok leisure lainn-
dibayar” pada chapter selanjutnya yang ber-
ya. Pertama adalah casual leisure dengan
judul “Definition of Volunteering”. Musick
aktivitas yang bersifat menguntungkan se-
dan Wilson (2008:12) mengamati bahwa
cara intrinsik, merupakan hal yang (relatif)
definisi secara ekonomi hanya mempermu-
menyenangkan, berjangka pendek dan bu-
dah pengukuran dalam indikator empiris,
tuh sedikit atau bahkan tidak membutuhkan
namun masih kurang lengkap bila digunakan
pelatihan khusus dalam menjalankannya.
untuk menggambarkan kegiatan volunteer.
Berbeda dengan casual dan serious leisure,
Menurut Stebbins batasan “productive un-
project-based leisure cukup rumit walaupun
paid work” masih kurang tepat, karena tidak
pelaksanaannya sesekali. Project-based lei-
semua kegiatan volunteer berbuahkan pro-
sure membutuhkan perencanaan serta pen-
duktivitas. Produktivitas tersebut bisa diraih
getahuan khusus dalam menjalankannya,
apabila volunteer menanamkan niat dari
tetapi arah pengembangannya akan berbe-
awal untuk menjadi produktif. Ia menambah-
da dengan serious leisure. Kebanyakan dari
kan bahwa sebenarnya produktif atau tidakn-
proyek tersebut akan terus berlanjut hingga
ya seorang volunteer menjadi hal yang tidak
tuntas, walau tidak menutup kemungkinan
begitu penting. Suatu kegiatan volunteer bila
terjadi kendala dalam pelaksanaannya yang
disertai dengan niat dan setidaknya harapan
mengakibatkan aktualisasi kegiatan tersebut
(keduanya merupakan unsur dari defini-
berjangka panjang. Kegiatan volunteer dapat
si kehendak pribadi) dari pelakunya, maka
merupakan bagian dari serious, casual atau-
produktivitas tersebut akan muncul dengan
pun project-based leisure.
sendirinya.
Secara lebih lanjut Stebbins menyinggung ten-
Stebbins menyatakan kedua definisi tidak perlu
tang kewajiban pada orang-orang yang beker-
dipisahkan guna menghasilkan sebuah definisi
ja secara konvensional maupun orang-orang
yang lebih utuh. Stebbins (2013) mengusulkan
yang berkegiatan dalam ranah volunteerism. definisi yang berporos pada pekerjaan-waktu
Nyatanya, tidak mungkin ada kesamaan be- luang dalam kegiatan volunteer dengan un-
ban dan tanggung jawab antara volunteer sur-unsur ekonomi dan kehendak pribadi di
dengan pekerja-pekerja pada umumnya. Di dalamnya. Maka, kegiatan volunteer adalah
dalam pembahasan tersebut tanggung jawab kegiatan yang bersifat tidak memaksakan,
baik berupa hak maupun kewajiban dari kedua sengaja-produktif, altruistik, kegiatan tolong
pihak dapat dilihat dari leisure perspective menolong yang dibingkai dalam konteks

Submitted: 24 September 2019 || Reviewed: 1 October 2019 || Accepted: 5 October 2019 149
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Stebbins. Leisure and The Motive: Theories of Serious, Casual...

khusus dan dilakukan selama waktu luang. Kegiatan volunteer berkaitan dengan penghar-
Kegiatan tolong menolong secara altruistik gaan sebagai salah satu bentuk imbalannya. Di
tersebut dilakukan oleh seseorang dengan dalam bab ini penulis membaginya ke dalam
menggunakan kemampuan serta sumber dua kelompok, yakni penghargaan personal
daya mereka, yang sebenernya dilakukan un- (pengayaan diri, aktualisasi diri, ekspresi
tuk memuaskan diri atau sebagai bentuk pe- diri, citra diri, pemuasan diri, regenerasi diri
menuhan diri (ataupun keduanya). dari rasa penat dikala bekerja, pengembalian se-
cara finansial) dan penghargaan sosial (atraksi
Stebbins berpendapat bahwa dalam bebera-
sosial, penghargaan kelompok, berkontribu-
pa kasus seorang volunteer akan tersisihkan
si dalam pemeliharaan atau pengembangan
di antara sesamanya bila orientasi volun-
kelompok).
teer tersebut mulai mengacu pada ekonomi
semata –menjadi materialistis-. Selain itu, Review Penelitian Terkait Volunteer
menjadi volunteer mungkin dapat dilihat se-
Pada bab sebelumnya Stebbins mengungkap-
bagai kombinasi antara bekerja tanpa dibayar
kan pula 6 jenis minat dalam kegiatan volun-
dengan aktivisme, kombinasi dari aktivisme
teer, yaitu populer, gagasan ide, benda, flora,
dengan serious leisure, kombinasi dari seri-
fauna, dan lingkungan hidup. Dalam bab 5
ous leisure dengan bekerja tanpa dibayar, dan
yang berjudul “A Review of Research”, kee-
sebagai kombinasi dari ketiga unsur tersebut.
nam minat tersebut ia ulas lebih jauh melalui
Konseptualisasi ini konsisten dengan definisi
penelitian-penelitian terdahulu yang men-
ekonomi-kehendak pribadi yang telah Stebbins
gangkat tema-tema volunteerism.
gagas.
Salah satunya adalah penelitian dari Geoff
Motivasi Volunteer
Nichols dan Lindsay King (1999) berjudul
Pada chapter 4 penulis mengungkapkan bah- The Guide Association in the United King-
wa terdapat tiga aspek terdahulu yang diakui dom. Mereka berasumsi bahwa organisasi
oleh spesialis kegiatan volunteer dan warga volunteer dapat didefinisikan melalui penggu-
yang berpartisipasi di dalamnya namun ja- naan etos volunteer yang dibangun secara so-
rang diusut lebih lanjut. Pertama, terdapat sial melalui keterlibatan dalam karir volunteer
dua motivasi utama seorang volunteer, yaitu dan melalui karakteristik-karakteristik tertentu.
altruisme dan kepentingan pribadi. Kedua, Mereka juga menunjukkan implikasi dari
dalam serious leisure, kegiatan volunteer pendekatan ini bagi organisasi volunteer yang
merupakan suatu karir. Ketiga, karir dan ingin meningkatkan jumlah anggotanya.
kepentingan pribadi dalam menjadi volunteer
Gallant, Arai, dan Smale (2013) mengadop-
bisa berakar dari pengalaman sebagai imbalan
si kerangka kerja komunitarian untuk me-
khusus yang dapat diperoleh dari berbagai nemukenali hubungan antara individu dan
jenis serious leisure. Ia pun menekankan bah- komunitas. Di dalam pengumpulan data,
wa pendorong utama menjadikan volunteer se- mereka melakukan survei pada 300 orang
bagai karir lebih mengarah kepada kepentingan volunteer dari 10 organisasi volunteer di
pribadi daripada altruisme. Kanada dengan tujuan menguji hubungan

Submitted: 24 September 2019 || Reviewed: 1 October 2019 || Accepted: 5 October 2019 150
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Stebbins. Leisure and The Motive: Theories of Serious, Casual...

antara orientasi pribadi terhadap nilai indi- serious leisure saat sifatnya berkelanjutan,
vidualisme dan kolektivisme, mengidentifi- di mana ketika seseorang atau sekolompok
kasi pengalaman volunteer sebagai serious keluarga melakukan pemberian donasi tan-
leisure, dan persepsi mereka terhadap komu- pa ada unsur paksaan dari waktu ke waktu
nitas dan kohesi sosial. dengan alasan yang sama ataupun berbeda
(Stebbins, 2014:112).
Alexandra Coghlan (2005) membahas ten-
tang volunteer pariwisata. Hasil dari peneli- Bentuk kegiatan yang dilandasi oleh
tiannya adalah sebagian besar motivasi dan kepedulian adalah beberapa pekerjaan yang
harapan volunteer pariwisata terpenuhi dari bersifat welas asih. Secara signifikan bentuk
suasana hati mereka, tingkat kepuasan, dan pekerja tersebut berupa pelayanan selayak-
penilaian secara keseluruhan dari perjalanan nya profesional (misalnya, pendeta, dokter,
mereka yang dilandasi oleh empat elemen: pekerja sosial). Di luar pekerjaan, kepedulian
volunteer tersebut berkesempatan untuk dapat berupa merawat orang lain (baik yang
mengembangkan keterampilan/pengetahuan- sedang sakit maupun lansia). Individu dengan
nya; dapat bersenang-senang; mendapatkan kepedulian terhadap sekitar, merasa memiliki
pengalaman baru; dan dapat berkontribusi tanggung jawab moral untuk peduli terhadap
dalam suatu proyek yang memiliki makna orang lain ataupun kelas lain.
lebih.
Stebbins mengungkapkan bahwa terdapat
Selain itu, volunteer juga berkontribusi da- celah dalam penelitian tentang serious lei-
lam kegiatan olah raga, kegiatan seni, ke- sure perspective dan volunteer. Celah ini
giatan terkait materi, kegiatan terkait ide, muncul diakibatkan oleh adanya ketentu-
kegiatan lingkungan dan kegiatan-kegiatan an baku yang memisahkan antara volunteer
volunteer dengan tipe campuran. dengan orang yang membantu keluarga atau
kerabatnya padahal sama-sama dilandasi oleh
Kepedulian dalam Serious Leisure Perspec-
kepedulian. Seringkali aktivitas membantu
tive
keluarga yang sakit diklasifikasikan sebagai
Pembahasan tentang kedermawanan dan se- leisure-based project ataupun casual leisure.
rious leisure perspective masih jarang diang- Namun, terdapat indikasi bahwa kegiatan terse-
kat sebagai topik penelitian. Menjadi topik but tetap terus berlangsung di kala tidak adanya
yang langka bila membahas donasi dan sifat perawatan profesional yang memadai, terampil,
dermawan sebagai bagian dari serious leisure dan berasal dari luar keluarga. Perlu keha-
perspective. Menurut Wuthnow (1991) secara ti-hatian dan penelitian lebih lanjut dalam
substansial, kepedulian (caring) dimotivasi mengeksplorasi topik ini secara terbuka.
oleh belas kasih, atau simpati yang dihasilkan Poin utamanya, dengan seseorang memiliki
dengan merasakan penderitaan orang lain. kepedulian, maka dapat membuahkan ke-
Kepedulian mengarah pada kecenderungan giatan volunteer di waktu luang yang kerap
untuk menunjukkan belas kasihan atau mem- diabaikan.
beri bantuan kepada orang yang membutuh-
Refleksi
kan. Kedermawanan menjadi bagian dari

Submitted: 24 September 2019 || Reviewed: 1 October 2019 || Accepted: 5 October 2019 151
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Stebbins. Leisure and The Motive: Theories of Serious, Casual...

Di dalam buku ini penulis mengungkapkan wa, “semua altruisme normalnya merupakan
kekecewaannya terhadap keterbatasan pada komponen yang memuaskan diri serta tujuan
pembahasan terkait volunteerism. Hal ini yang memuaskan lainnya” (Smith, Stebbins,
disebabkan oleh tidak adanya pusat pene- dan Dover 2006: 19-20).
litian atau program studi spesifik yang ber-
Dalam karyanya ini Stebbins tidak hanya
fokus pada karir dalam aktivitas volunteer.
mengkritisi volunteer dari perspektif ekonomi,
Konferensi dan lokakarya tentang serious
tapi juga serious leisure perspective sebagai
leisure perspective volunteery masih jarang,
bingkai utama dari buah pemikirannya. Pada
karena tidak adanya wadah yang menghim-
kesimpulan secara singkat ia utarakan bahwa,
pun hasil-hasil pembahasan dan karya ilmiah
(1) terdapat serious leisure volunteer yang
tentang topik tersebut. Namun, secara umum
termotivasi oleh kepentingan yang tidak
terdapat pertemuan tahunan (per dua tahun/
populer dan seharusnya dicantumkan juga
tiga tahun) yang membahas volunteer dan
di bawah mikroskop serious leisure perspec-
diselenggarakan di beberapa negara. Di da-
tive; (2) pemahaman yang lebih mendalam
lam konteks ini saya sangat setuju dengan
tentang volunteer secara umum dapat dica-
penulis, bahwa sungguh disayangkan peng-
pai dengan juga mempelajari minat dari pi-
kajian terkait volunteerism masih relatif se-
hak-pihak yang terlibat dalam project-based
dikit jumlahnya, padahal belakangan hal
leisure volunteering maupun casual leisure
ini menjadi fenomena yang begitu hangat
volunteering. Dengan mempelajari latar be-
diperbincangkan.
lakang kedua bentuk leisure lainnya, kita jadi
Bagi saya, terdapat sebuah kekurangan da- dapat memahami serious leisure dengan lebih
lam buku ini, yaitu penulis yang kurang baik.
dalam memaparkan perihal altruisme. Se-
Sebagai penutup, penulis menyampaikan
bagai pembaca yang sependapat dengan per-
bahwa serious leisure perspective dapat
nyataan Hayakawa, yaitu tidak ada yang
mengarahkan penelitian dengan berfokus
benar-benar altruisme, saya merasa kurang
pada biaya dan penghargaan dari leisure.
terpuaskan atas pernyataan Stebbins ter-
Baik kegiatan volunteer maupun aktivitas
kait motivasi volunteer yang mana altru-
di waktu senggang lainnya dapat menyeim-
isme dipisahkan dengan motif kepentingan
bangkan elemen-elemen yang menyenang-
pribadi (self-interest). Padahal, ia mengakui
kan dan tidak menyenangkan. Motif dalam
bahwa nyatanya tidak ada yang benar-benar
kegiatan volunteer pun terbentuk dari upaya
altruisme, yang ada hanya altruisme relatif.
menemukan keseimbangan baik dari kegia-
Di dalam bab 4 yang berisi pembahasan terkait tan volunteer yang bersifat serious, casual,
motivasi volunteer, hanya motif kepentingan maupun project- based.
pribadi yang penulis soroti lebih dalam. Pada
Perlu digarisbawahi, sikap tidak setuju saya
bagian kesimpulan ia membahas lebih lan-
terhadap penyampaian Stebbins tak lantas
jut perihal altruistik yang sayangnya tidak
membuat kekaguman saya terhadap pernyata-
secara menyeluruh dipaparkan di bagian
an kritis penulis berkurang. Ia mengoreksi
awal. Selanjutnya ia mengungkapkan bah-
definisi volunteer yang sudah puluhan tahun

Submitted: 24 September 2019 || Reviewed: 1 October 2019 || Accepted: 5 October 2019 152
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Stebbins. Leisure and The Motive: Theories of Serious, Casual...

diikuti banyak orang. Gerakan kritis melawan


arusnya layak diapresiasi. Terlebih penulis
memunculkan abstrak pada setiap awal para-
graf yang membantu pembaca dalam mengenali
bahasan pokok dari setiap chapter sebelum mu-
lai membaca isinya.

Setelah membaca secara keseluruhan, buku ini


tidak akan sukar bila dibaca oleh para pemula
yang baru ingin mendalami topik volunteerism.
Terutama bagi saya pribadi, buku ini begitu
relevan dengan penelitian saya terkait volun-
teerism dan dapat memperkaya pemahaman
saya dalam menentukan definisi dari ke-
giatan volunteer. Pembahasan-pembahasan
dalam buku ini dapat saya pertimbangkan
untuk dijadikan bahan rujukan dalam anali-
sis penelitian saya nanti. Membaca buku ini
dapat membuka pemikiran saya terkait ke-
giatan volunteer bila dikaitkan dengan waktu
luang (leisure).

Ratriva Devi Lasmiwara


Program Studi Sarjana Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran
ratrivadevi@gmail.com

Submitted: 24 September 2019 || Reviewed: 1 October 2019 || Accepted: 5 October 2019 153

Anda mungkin juga menyukai