PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Waktu luang merupakan bagian yang terpenting bagi setiap orang.
Sebagaimana diketahui bahwa pada hakekatnya kehidupan manusia khususnya
mahasiswa, selalu ditandai dengan berbagai aktivitas atau kegiatan, seperti
kegiatan belajar, privat, kursus, dan bekerja, yang selalu terikat oleh waktu aktif,
dalam arti kegiatan tersebut selalu berhubungan dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Namun dalam mengisi kegiatan di luar jam tersebut tentunya
memerlukan waktu, terlihat penggunaan waktu luang banyak di manfaatkan
sebagai cara untuk mencapai tujuan sesuai dengan kebutuhan, melalui kegiatan
yang dipilih pada dasarnya akan mendapatkan kepuasan, sebaliknya kegagalan
dalam
memenuhi
kebutuhan
akan
mendapatkan
kekecewaan
terhadap
kegiatan yang lain. Namun hal ini tidak menjadi alasan bagi mahasiswa dalam
memanfatkan waktu luang yang ada setelah selesai perkuliahan, misalnya ke
perpustakan untuk memperbanyak pengetahuan atau referensi yang ada.
Berdasarkan uraian diatasa, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian
khusus mengenai: Pemanfaatan Waktu Luang Mahasiswa (Study kasus Fakultas
Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sriwijaya).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis berupaya menguraikan
rumusan masalah yaitu
1. Bagaimana mahasiswa
Jurusan
Akuntansi
Universitas
Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Waktu Luang
Konsep waktu luang berasal dari terjemahan konsep leisure. Dalam bahasa
Indonesia, leisure diterjemahkan dalam beberapa arti yaitu waktu senggang,
waktu luang atau waktu leluasa. Setiap individu memiliki jumlah waktu dalam
sehari semalam, yaitu kurang lebih 24 jam. Tetapi tidak setiap individu memiliki
waktu yang sama untuk berbagai aktivitas dari segala aspek kehidupannya. Oleh
sebab itu, kebanyakan orang awam dan beberapa ahli membagi waktu atas 2 jenis
yaitu waktu kerja dan waktu luang. Waktu kerja, yaitu waktu yang dicurahkan
seseorang dalam hidupnya untuk memperoleh sesutatu (upah/gaji,barang/jasa)
agar dapat bertahan hidup. Sedangkan waktu selain dari waktu kerja dipandang
sebagai waktu luang. Dari sudut pandang seperti ini maka waktu untuk tidur,
makan, minum, merawat tubuh, mengikuti arisan, ronda, mengasuh anak, atau
silahturahmi kepada orang tua dianggap sebagai waktu luang.
Pandangan tentang pembagian waktu atas waktu kerja dan waktu luang
menuai berbagai kritik dan salah satunya berasal dari kalangan feminis dimana
mereka mempertanyakan kegiatan mengasuh anak, memasak, membersihkan
rumah serta berbagai macam aktivitas lainnya seorang ibu rumah tangga di rumah
dimasukkan ke dalam aktivitas dari waktu luang, bukan waktu kerja. Padahal jika
kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh orang lain maka orang tersebut harus
dibayar. Dengan adanya berbagai kritik dari pembagian waktu diatas muncullah
pandangan pembagian waktu yang lain dari James F. Engel, Roger D. Blackwell
dan Paul W. Miniard (1994). Mereka membagi waktu atas 3 jenis yaitu waktu
yang dibayar, waktu wajib dan waktu leluasa.
Waktu yang dibayar merupakan waktu yang digunakan untuk memperoleh
pendapatan/penghasilan secara langsung. Sedangkan waktu wajib merupakan
waktu yang dicurahkan untuk melakukan sesuatu sebagai individu dan makhluk
sosial. Waktu wajib meliputi waktu kewajiban fisiologis, waktu kewajiban sosial,
dan waktu kewajiban moral. Waktu kewajiban fisiologis merupakan waktu wajib
yang dicurahkan untuk kepentingan fisiologis dari individu seperti waktu untuk
tidur, makan, minum atau perawatan tubuh seperti spa dan memotong rambut.
Sedangkan waktu kewajiban sosial menunjuk pada waktu wajib yang dicurahkan
untuk berbagai macam aktivitas individu sebagai makhluk sosial seperti arisan,
ronda, melayat orang meninggal, membesuk orang sakit, menghadiri acara
perkawinan dan gotong royong. Sementara waktu kewajiban moral merupakan
waktu wajib yang dicurahkan dalam kegiatan yang berkaitan dengan nilai, norma
atau moral dalam kelompok, komunitas atau masyarakat seperti mendidik anak
dan silahturrahmi. Terakhir waktu leluasa yang disebut juga waktu luang atau
waktu senggang, menurut Engel dkk dengan mengutip Voss, didefinisikan sebagai
periode waktu yang diacu sebagai waktu yang dapat digunakan secara leluasa. Itu
adalah waktu ketika individu tidak merasakan masalah ekonomi, hukum, moral,
atau desakan sosial atau kewajiban, tidak pula kebutuhan fisiologis. Pilihan
bagaimana memanfaatkan waktu ini semata-mata merupakan milik individu
bersangkutan (1994:268)
Untuk menyederhana kan pemahaman dari penjelasan diatas disajikan
perbandingan konsep tradisional dan kontempoter mengenai waktu luang:
1. Konsep tradisional
2. Konsep Kontemporer
Definisi waktu luang tersebut, menurut Jean Doma Sweedo, seperti yang
dikutip oleh Syaikh Madun Rasyid (2005: 24-25) memiliki 4 ciri:
1. Memiliki watak atau ciri kebebasan, yakni bebas dari kewajiban-kewajiban
dan bebas untuk memilih aktivitas-aktivitas.
2. Tidak ada kemanfaatan. Akibatnya, waktu luang bukan sebuah kereta yang
bisa dipergunakan untuk mencapai tujuan apapun, baik yang bersifat materi
maupun sosial.
b. Positivisme
Menurut Doyle Paul Johnson (1986: 26-27) kata positivisme menunjuk
pada pendekatan terhadap pengetahuan empiris. Menurut pendekatan ini, semua
yang kita tahu akhirnya berasal dari pengalaman inderawi atau data empiris. Ilmu
pengetahuan mencakup suatu pendekatan sistematis dalam mengumpulkan data
empiris dengan tujuan untuk menemukan hukum-hukum alam. Suatu hukum alam
Gagasan order atau tatanan tentang leisure (waktu luang) dalam perspektif
modern dilihat sebagai suatu sub sistem dalam sistem sosial yang memberikan
sumbanagan fungsi-fungsi tertentu yang diperlukan bagi stabilitas keseluruhan
sistem sosial. Fungsi-fungsi tersebut termasuk di dalamnya relaksasi, latihan,
inovasi, edukasi dan preservasi (Rojek, 2955: 39). Fungsi-fungsi tersebut tidak
hanya berguna bagi individu tetapi juga untuk masyarakat. Oleh sebab itu, leisure
(waktu luang) merupakan elemen terpenting dalam tatanan sosial modern. Dalam
masyarakat modern, waktu dan ruang leisure terlindungi dan terkonsentrasi.
Ruang leisure dalam tatanan masyarakat modern meliputi teater, gedung
(lapangan) olah raga, taman, bioskop, tempat parkir, dan jalan bagi pejalan kaki.
Sedangkan waktu leisure terkonsentrasi pada masa liburan, akhir pekan, dan
malam hari. Menurut Rojek (1995) bahwa penetapan waktu dan ruang leisure
memiliki implikasi politik: apabila waktu dan ruang leisure telah ditetapkan, maka
ia harus dikaitkan dengan suatu kebijakan dan dipertahankan. Karena ia telah
menjadi basis bagi terjadinya konflik kepentingan bagi setiap pihak yang
berkepentingan (keluarga, industri, pemerintahan, dan sebagainya). Dari
pandangan ini, leisure dapat meningkatkan dan memperkaya integrasi sosial
dalam tatanan sosial modern.
Apa beda antar fungsionalisme dan order? Secara umum keduanya
memiliki banyak persamaan, namun ada perbedaan penekanan, yaitu yang disebut
pertama lebih fokus pada fungsi, sedangkan yang kedua pada keberlangsungan
dan keberlanjutan order atau tatanan .
e. Teori Konservatif
Teori konservatif mengambil gagasan fungsionalisme, positivisme, dan
pluralisme dalam mengembangkan teorinya. Teori Konservatif melihat leisure
sebagai
pilihan
pribadi
(individual
choice)
dan penentuan
diri
(self-
yang dikutip Rojek (1995: 40-41) terdapat enam keuntungan bagi masyarakat bila
mempunyai leisure yang efektif.
1) Penyesuaian dan Kohesi Sosial
Leisure dapat meningkatan keahlian personal dan menumbuhkan kondisi
sosial yang menyenangkan. Leisure dapat meningkatkan kompetisi, semangat
kerjasama, dan ketekunan. Pada gilirannya kualitas pribadi seperti tersebut di
atas akan meningkatkan keahlian personal seseorang. Selanjutnya leisure
dapat pula menyuburkan toleransi sosial, kesabaran, dan kegembiraan
personal sehingga terbentuk kondisi sosial yang menyenangkan. Dalam
berolahraga, misalnya, orang akan berkompetensi, bekerjasama, sabar dan
tekun untuk meraih yang terbaik serta bergembira. Dengan demikian, orang
berolahraga dapat meningkatkan keahlian personal dan menemukan kondisi
sosial yang menyenangkan.
2) Realisasi Diri
Kepuasan dan kreativitas yang sering diabaikan dalam ruang kerja,
ternyata dalam ruang leisure dibebaskan. Seperti dibahas di atas, leisure
memperkaya keahlian personal dan menghasilkan kebahagiaan orang. Ini
merupakan bentuk dari realisasi diri.
3) Restorasi dan Pembaharuan Komunitas
Leisure dapat pula menimbulkan rasa kebersamaan atau keterkaitan dalam
komunitas. Ketika kota, misalnya, menyediakan taman kota beserta tempat
bermainnya, warga kota akan berkumpul di sana untuk melakukan aktivitas
waktu luang mereka. Melalui taman kota, warga berinteraksi satu sama lain
dan melakukan aktivitas waktu luang bersama. Altivitas waktu luang tersebut
mengikat mereka dan memberikan kebanggaan dan kegairahan kepada
warganya. Kondisi seperti inilah menyebabkan restorasi dan pembaharuan
komunitas.
4) Kewarganegaraan dan Tanggungjawab
Keikutsertaan dalam aktivitas leisure dapat pula dipandang sebagai
penetralan perilaku anti sosial. Dengan kata lain, keikutsertaan warga kota
dalam kegiatan waktu luang, misalnya pergi bersama keluarga ke taman kota
dan melakukan aktivitas waktu luang di sana, akan memlihara harmoni sosial.
10
11
12
asumsi moral. Dalam dunia ekstansi, rasa malu tidak saja memudar, ia malah
ditolak. Sebaliknya, rasa tak bermalu tidak saja tak perlu dijauhi, ia malah dibeli
dengan harga yang mahal. Ekstasi menjadikan orang gembira ria pada saat
melakukan kekerasan, merasa bijaksana ketika melakukan perbuatan cabul,
merasa tampil sebagai sosok sempurna tatkala berbuat kriminal. Jadi, dunia
ekstasi adalah dunia yang diatur dengan hukum yang terbalik, yang amoral itu
bisa membanggakan, yang ilusif itu adalah kebenaran, yang rahasia itu adalah
selubung penutup. Hubungan waktu luang dan ekstasi adalah pada saat waktu
luang dalam sebuah permainan kontemporer, misalnya play-station, seseorang
tengelam dalam ekstasi permainan, yang ditandai dengan keterpesonaan dengan
sirkuit elektronik, ketakjuban dengan citraan simulasi, kegairahan akan kecepatan
respon, dan ketagihan akan tantangan. Sehingga menghasilkan semacam
kepanikan yang tercipta oleh jaringan koneksi elektronik, ekstansi kecepatan
pengoperasian tombol dan pergantian citraan.
b. Tesis Hiperrealitas
Kata hiperrealitas terdiri dari dua kata, yaitu kata hiper dan realitas. Kata
hiper kalau ditelusuri pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, bermakna diatas,
berlebihan, di luar atau terlampau, serta melampaui batas. Sedangkan konsep
realitas masih merunjuk pada kamus yang sama memiliki arti kenyataan. Jadi,
hiperrealitas dapat diartikan sebagai kenyataan yang berlebihan atau kenyataan
yang melampaui batas. Gagasan Baudrillard dipahami oleh Yasraf Amir Piliang
bahwa sebagai suatu keadaan runtuhnya realitas, yang diambil alih oleh rekayasa
model-model (citraan, halusinasi, simulasi) yang dianggap lebih nyata dari realitas
sendiri, sehingga perbedaan antara keduanya menjadi kabur. Hiperrealitas
memperlihatkan ketidakjelasan antara realitas dan nonrealitas, dimana realitas itu
sendiri dihasilkan dalam bentuk model. Model Amerika Serikat dalam disneyland
lebih nyata dibandingkan dengan kesertaanya dengan dunia sosial, sebab Amerika
Serikat semakin menjadi Disneyland. Hiperrealitas menurut Baudrillard, lanjut
Best dan Kellner, merupakan sebuah kondisi dimana model-model menggantikan
realitas itu sendiri, sebagaimana dicontohkan dalam fenomena seperti rumah ideal
13
dalam majalah wanita atau gaya hidup, ibu ideal sebagaimana digambarkan dalam
majalah keluarga. Dalam kasus tersebut, model itu menjadi penentu realitas, dan
batasan antara hiperrealitas dan kehidupan keseharian menjadi hilang.
Hubungan antara waktu luang dan Hiperrealitas misalnya menonton
sinetron televisi, anda akan merasakan seolah-olah berada dalam suatu dunia
realitas, malah lebih nyata dari realitas itu sendiri. Ketika ada adegan sadis anda
marah dengan kesadisan yang disimulasi oleh skenario. Anda juga akan marah
kepada aktor pemeran antagonis (penjahat) ketika anda bertemu denganya di
dunia keseharian karena sang aktor berperilaku jahat, kejam,dan sadis dalam layar
kaca.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan metode penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang digunakann
untuk memahami prinsip-prinsip umum yang mendasari gejala-gejala yang
14
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
16
Pertanyaan
Apa kegiatan anda di waktu
luang?
Jawaban
Olahraga
Membaca
Frekuensi
8
7
Persentase
16%
14%
Buku
Tidur
11
22%
Bermain Game
14
28%
Lainnya
10
20%
Total
50
100%
Tabel 4.1.1 Persentase kegiatan waktu luang mahasiswa Jurusan Akuntansi
Universitas Sriwijaya Kampus Palembang.
Dari hasil penelitian diperoleh data sebesar 28% mahasiswa menghabiskan
waktu luang untuk bermain games, 22% tidur, 20% kegiatan lain, 16% olahraga,
dan 14% membaca buku.
Pertanyaan
Berapa lama waktu luangmu dalam
jawaban
< 1 jam
Frekuensi
7
1-3 jam
21
> 3 jam
22
Total
50
Table 4.1.2 persentase lamanya waktu luang dalam satu hari.
satu hari?
Persentase
14%
42%
44%
100%
jawaban
Ada
Frekuensi
46
Persentase
92%
Tidak Ada
Total
4
50
8%
100%
tersebut?
Table 4.1.3 persentase pendapat mahasiswa mengenai manfaat waktu luang.
17
18
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Waktu luang adalah waktu ketika individu tidak merasakan masalah
ekonomi, hukum, moral/desakan sosial dan kewajiban, serta kebutuhan sosiologis.
Menurut kami, kebanyakan mahasiswa memiliki waktu luang yang digunakan
untuk hal-hal yang bermanfaat. Hal-hal tersebut seperti melakukan hobi mereka,
contohnya olahraga. Disamping itu juga bermanfaat bagi tubuh mereka.
Hasil penelitian yang telah dilakukan mengatakan sebagian besar
mahasiswa memanfaatkan waktu luangnya dengan bermain game dengan alasan
19
dapat melatih otak dan meningkatkan kreatifitas mahasiswa. Waktu luang yang
mereka miliki selama lebih dari 3 jam. Bagi mereka, waktu luang itu adalah
sesuatu yang bermanfaat karena mereka dapat menghilangkan kepenatan dan
meningkatkan kreativitas mahasiswa.
5.2 Saran
Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu luang yang dimiliki
dengan kegiatan positif. Misalnya sebagai mahasiswa ekonomi kita bisa
memanfaatkan waktu luang dengan melakukan bisnis kecil seperti membuka
online shop dan kegiatan ekonomi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anmon.
2015.
Tips-Tips
Mengisi
Waktu
Luang.
20
LAMPIRAN
KUISIONER SOSIOLOGI DAN POLITIK
WAKTU LUANG
1. Apa kegiatan anda di waktu luang?
a. Olahraga
b. Membaca buku
c. Tidur
d. Bermain game
e. Lainnya....
Alasan
21
Alasan
22