PENDAHULUAN
1
kematian. Dari berbagai siklus kehidupan tersebut, kematian merupakan
salah satu yang masih mengandung misteri yang sangat besar
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui apa pengertian dari Eutanasia
1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis Eutanasia
1.3.3 Untuk mengetahui hukum pidana dari Eutanasia
1.3.4 Untuk mengetahui Eutanasia dalam pandangan islam
1.3.5
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dengan sengaja kehidupan seseorang dengan cara kematian yang tenang dan
mudah untuk menamatkan penderitaannya.
4
2.2 JENIS-JENIS EUTANASIA
1. Eutanasia aktif
Eutanasia aktif adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh
dokter atau tenaga kesehatan untuk mencabut atau mengakhiri hidup
seorang pasien, misalnya dengan memberikan obat-obat yang mematikan
melalui suntikan, maupun tablet. Pada eutanasia aktif ini, pasien secara
langsung meninggal setelah diberikan suntikan mati.
2. Eutanasia pasif
Eutanasia pasif adalah tinakan mengakhiri nyawa pasien denga
menghentikan pengobatan atau perawatan suportifyang mempertahankan
hidup, misalnya antibiotik, nutrisi, cairan, respirator, yang tidak diperlukan
lagi oleh pasien.
1. Eutanasia volunter
Eutanasia volunter adalah eutanasia yang dilakukan atas persetujuan dari
pasiennya sendiri dalam keadaan sadar.
2. Eutanasia involunter
Eutanasia involunter adalah tindakan yang menyebabkan kematian yang
dilakukan bukan atas dasar persetujuan dari klien dan seringkali melanggar
keinginan klien. Namun di sisi lain, kondisi pasien sendiri tidak
memungkinkan untuk memberikan izin, misalnya pasien mengalami koma
atau tidak sadar. Pada umumnya, pengambilan keputusan untuk
melakukan eutanasia didasarkan pada ketidaktegaan seseorang melihat
pasien kesakitan.
5
2.3 HUKUM EUTANASIA
6
PASAL 359 KUHP
7
2.4 EUTANASIA DALAM PANDANGAN ISLAM
8
perintah berobat adalah perintah sunnah, bukan wajib. Kesimpulannya,
hukum berobat adalah sunnah, bukan wajib. (Zallum, 1998: 69)., termasuk
dalam hal memasang alat0alat bantu bagi pasien.
9
mempunyai hak atau kewenangan untuk memberi hidup atau
mematikannya. (Qs. Yunus: 56, Qs. Al-Mulk: 1-2). Dengan demikian
melalui eutanasia aktif berarti manusa mengambil hak Allah SWT yang
sudah menjadi ketetapanNya. Memudahkan proses kemtian secara aktif
tidak diperkenankan oleh syari’ah. Sebab yang yang demikian itu berati
dokter melakukan tindakan aktif dengan tujuan membunuh pasien yang
sakit dan mempercepat kematiannnya melalu pemberian obat secara over
dosis atau cara lainnya. Dalam hal ini dokter telah melakukan pembunuhan
yang haram hukumnya, bahkan termasuk dosa besar. Perbuatan tersebut
tidak dapat lepas dari kategori pembunuhan meskipun yang mendorongnya
itu rasa kasihan terhadap si sakit dan untuk meringankan penderitaaanya.
Karena bagaimanapun dokter tidaklah lebih pengasih dan penyayang dari
pada Allah Al-Khaliq. Karena itu serahkanlah urusan tersebut kepada
Allah, karena Dia-lah yang memberikan kehidupan kepada manusia dan
yang mencabutnya apabila telah tiba ajal yang telah di tetapkan-Nya.
10
Menurut jumhur ulama mengobati atau berobat dari penyakit
hukumnya sunnah dan tidak wajib. Meskipun segolongan kecil ulama ada
yang mewajibkannya, seperti kalangan ulama Syafi’i dan Hambali
sebagaimana dikemukakan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah.
11
Euthanasia aktif yaitu cara menghentikan alat pernafasan buatan
dari pasein, yang menurut pandangan dokter ahli ia sudah “mati” atau
“dikatagorikan telah mati” karena jaringan otak ataupun fungsi saraf
sebagai media hidup dan merasakan telah rusak. Kalau yang dilakukan
dokter tersebut semata-mata menghentikan alat pengobatan, hal ini sama
dengan tidak memberikan pengobatan. Dengan demikian masalahnya
sama seperi cara-cara euthanasia pasif lainnya. Karna itu, euthanasia untuk
seperti ini adalah bukan termasauk katagori euthanasia aktif yang
diharmkan. Tindakan tersebut dibenarkan syari’ah dan tidak terlarang
terutama bila peralatan bantu medis tersebut hanya dipergunakan pasien
sekedara untuk kehidupan lahiriah yang tampak dalam pernafasan dan
denyut nadi saja, padahal bila dilihat secara medis dari segi aktivitas maka
pasein tersebut sudah seperti orang mati tidak responsif, tidak dapat
mengerti sesuatu dan tidak merasakan apa-apa, karena jaringan otak dan
sarafnya sebagai sumber semua aktivitas hidup rusak.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
13
DAFTAR PUSTAKA
“Etika kedokteran & hukum kesehatan”/ M. jusuf hanafiah & amri amir. –ed.4.-
Jakarta : EGC, 2008.
Prof. Dr. Notoatmodjo Soekidjo Etika dan hukum kesehatan. Rineka cipta 2010
Dra.Hj Suhaemi Emi Mimin Mpd. Etka keperawatan aplikasi pada praktik. EGC
2004
14