Anda di halaman 1dari 8
HARTA DAN AKAD PENGEMBANGAN HARTA HULUAN ragam aset atau portofolio keuangan syari‘ah dapat berupa deposito, reksadana, si, pasar modal dan lain sebagainya menjadi pilihan keluarga muslim kelas menengah dalam pengelolaanharta, Perkembangan industritersebutmampu melayanigolongan rakat tersebut terhadap kebutuhan aktifitas ekonomi sesuai dengan prinsip-prinsip Kebutuhan tersebut muncul seiring dengan semakin berkembangnya populasi menengah ke atas Indonesia yang merefleksikan pula semangat keislaman yang he nghasilan cukup memadai dan tingkat tabungan yang semakin meningkat di kalangan semakin merangsang industri jasa pengelolaan kekayaan, terlebih lagi ibadi-pribadi muslim tersebut semakin sempit iki waktu Juang untuk mengurusi kekayaan. Kehadiran pengelola kekayaan tentu kan sangat membantu kebutuhan segmentasi masyarakat ini. Bahkan pengelolaan aan ini bukan hanya bersifat pada pengelolaan yang berorientasi profit tetapi juga ‘asi sosial dan kebutuhan keluarga lainnya, seperti alokasi kekayaan untuk membayar iban zakat, infak, sedekah atau wakaf. Selain itu pengeluaran kebutuhan keluarga j alternatif dan alokasi biaya pendidikan anak atau untuk rekreasi. |AJEMEN HARTA DALAM ISLAM jatu hal yang perlu digarisbawahi dalam praktik Manajemen Kekayaan Islam (Islamic +h Management) atau Perencanaan Keuangan Islam (Islamic Financial Planning) sejauh Jum mencerminkan hakikat pengelolaan kekayaan dalam Islam, Nilai-nilai moral dalam h dan akhlak, belum tergambar secara utuh dalam aktifitas industri baru tersebut. sebab itu, selintas praktik Islamic wealth management terkesan sebatas "pengelolaan para pemilik orang kaya untuk memelihara atau bahkan menggandakan kekayaan ka secara syariat/halal (jika tidak ingin didefinisikan aktifitas penumpukan harta syariat),” Kondisi ini tentu akan mengkerdilkan makna Islamic wealth management tas hanya aktifitas berorientasi materil, tanpa “ruh’, tanpa “jiwa” keislaman yang lebih | nuansa ibadah pada setiap aktifitas muamalah.' engan demikian, sebelum memahami secara lebih menyeluruh apa hakikat Islamic th management dan menanamkan jiwa keislaman dalam muamalah-muamalah hammad, Romadhonomic, Yogyakarta: STEI Yogyakarta, 2012 “Harta dan Akad Pengembangan Harta | Islam yang berkaj : jlai-nilai mora tan diidentifikasi Ste pisa dijadikan pedoman, yang ayy. ari nasehat Nal norang shaleh’ juga hadits ang artin, he anfaat bagi manusia lain harta yang b, ang baik adalah yang beray, Jrgetolaan kekayaan/harta (Weal -keuan| an, sebaiknya a a peberapa nilai d arti a baik adalah harta, eee “Sebaik-baik manusia adalah mani eats yaita er moral yang disebutkan oleh hac n di on ang-rang shaleh, berarti Ee ae mencerminkan keshalehan pela, management), Pengelolaae ree os kasinya adalah harta tersebut dikelola dengan nj,, atau pemilik harta, Apa indikasinya? Indi as : yi Nilai moral kedua mungkin aja cara-cara dan tujuan untuk kepentingan Allal itu nilai manusia yang paling baik adala) semakin mentekniskan definisi keshalehan, yal TTerkait dengan wealth menagemen manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain. an optimalkan kemanfaata kekayaan sepatutnya menjadi alat untuk menyebarkan atau * ue bisa diukur berdasar pemiliknya, Dengan kata lain, keshalehan seseorang akan sema st S eaeniacta gale ] jumlah kekayaannya yang mampu memberikan manfaat bagi ling! ungs a i % rt, itu hanyalah alat untuk mencapai tujuan yang lebih baik yaitu mewujudkan pemilkny menjadi manusia yang paling mulia. Berdasarkan nilai-nilai moral Islam ini, orientasi manusia dalam mengelola hartany, berdasarkan syari’ah Islam akan berorientasi utama pada dua hal. Pertama, pemanfaatai harta tersebut digunakan untuk kelangsungan kehidupan diri dan keluarganya, sebaga sebuah kebutuhan yang wajib berdasarkan kefitrahannya sebagai manusia. Kedua adalal pemanfaatan harta tersebut bagi manusia diluar keluarga, atau pemanfaatan yang bermoti pada amal shaleh sebagai alat dalam rangka mendapatkan gelar kemuliaan dari Tuhat berdasarkan standar-standar yang dikabarkan juga oleh Tuhan. Motif kebutuhan primer dan amal shaleh menjadi dua sasaran utama penggunaan atat pemanfaatan harta. Karena lazimnya kebutuhan primer tersebut relatif tetap bagi setia individu, maka pertambahan kekayaan sepatutnya mempengaruhi penambahan pee sha a atau pemanfaatan kekayaan tersebut bagi manusia lain. Paradigma ini akan me hi motivasi seseorang dalam mencari kekayaan. Diyakini bahwa Semangat men tite cad hakikatnya adalah refleksi dari semangat mengoptimalkan amal shaleh, b eal mengoptimalkan penikmatan atasnya, ; bukan semangal Lihatlah contoh-contoh yang disajikan oleh kehidu terdabulu, para Nabi dan Rasul, Sahabat dan para Wali, meshing sla-manusia mulia mereka sebagai saudagar-saudagar yang melimpah perniagaannya, teta i Jarah_mengenali memotret kehidupan keseharian mereka yang bersahaja. Mereka mega ta tak luput cukup untuk hidup mereka dan selebihnya mereka ikhlaskan. untuk Taree puaigeng umat, untuk Tuhan mereka. Seseorang diantara mereka yang mulia ity usia lain, untuk “manusia di dunia itu seperti tamu, dan harta mereka seperti pinjaman, Akh berkata: pergi dan pinjaman pasti dikembalikan.” nya tamu akan ? Hadits, * Hadits. Dengan demikian, tujuan pengelolaan harta tidak dilimitasi pada kegiatan penumpukan 2 sesuai syariat tetapi lebih dari itu adalah pengelolaan harta untuk mengoptimalkan menjadi manusia yang terbaik di mata Allah SWT. Orientasi kepemilikan harta tidak Ja orientasi penikmatan atasnya tetapi berorientasi pada pemanfaatan demi sebuah ahagiaan sejati. Di samping itu, tanpa upaya penjagaan secara disiplin kepatuhan pada prinsip-prinsip ‘ah termasuk nilai-nilai moral Islam, kecenderungan sistem aplikasi ekonomi ~ jangan syari’ah akan membedakan dengan apa yang ada dalam konvensional. Karena ku industri akhirnya hanya berkaitan dengan penyediaan produk dalam rangka gelolaan kekayaan ataupun likuiditas yang merujuk pada preferensi (lebih berorientas! {a produk halal daripada produk Islami) para pemilik harta, Bahkan pada skala yang h luas perilaku penyediaan produk oleh praktisi keuangan syari’ah di pasar tidak nperhatikan hubungan atau implikasi sektor kuangan syari‘ah terhadap aktifitas dan jerja perekonomian secara luas. Portofolio-portofolio sebagai produk-produk keuangan rah yang digunakan dalam pengelolaan kekayaan. IDOMAN DALAM MANAJEMEN HARTA SECARA SYAR'L Ketidakpedulian praktisi keuangan syari’ah terhadap substansi prinsip-prinsip angan syari’ah apalagi pada nilai-nilai moral Islaminya, ditambah dengan tingkat edukasi preferensi masyarakat (sebagai pengguna produk-produk keuangan syari’ah untuk utuhan pengelolaan dan perencanaan keuangan keluarga) yang masih rendah, membuat kasi ekonomi atau keuangan syari'ah masih sebatas aplikasi halal saja. Aplikasi ekonomi iu keuangan syari'ah yang kualitasnya masih sangatrendah. Aplikasi keuangan yang hanya 's pada aplikasi yang bebas dari riba atau judi (spekulasi) adalah aplikasi minimum dari Ktik ekonomi - keuangan syari’ah, mungkin dapat disebut levelnya ada pada aplikasi nomi halal, tetapi jika praktik ekonomi Islam diinginkan naik pada level selanjutnya yang ih tinggi (“aplikasi ekonomi Islami”), maka etika dan nilai-nilai perilaku ekonomi dalam m haruslah mulai diperkenalkan. Perilaku-perilaku seperti mencari harta bukan untuk mpuk tapi untuk memperluas kemanfaatan bagi masyarakat khususnya masyarakat afa. Perilaku-perilaku ini adalah perilaku yang berbekal dengan keyakinan pada janji an bahwa Tuhan akan semakin menambah, memperlancar rezeki bagi mereka yang mbelanjakan hartanya di jalan Tuhan. Seiring dengan pembelajaran dan peningkatan keyakinan atau pemahaman terhadap idah dan akhlak, dilengkapi dengan pengetahuan dan skill syari’ah yang memadai, akan ncul manusia-manusia yang mampu memelihara ruh Islam terjaga dalam aplikasi dan gembangan ekonomi-keuangan Islam. Khusus bagi Islamic Wealth Management atau mic Financial Planning, harapannya adalah industri ini menjadi industri yang shaleh, 1g memproduksi dan menyebarkan keshalehan dan semakin membentuk serta melayani ongan orang-orang kaya yang shaleh. 5: Harta dan Akad Pengembangan Harta i pin an Canscaner Mempertimbangkan kepentingan dakwah, masyarakat dan keluarga yang bersifat mendesak. mnyisihkan Harta Manajemen harta adalah mengatur harta untuk masa sekarang dan masa yang akan tang. Oleh karena itu, dua aktivitas berikut ini adalah cara-cara yang digunakan:! Menabung a, Kebutuhan (bukan keinginan) di masa depan. b. Kebutuhan sekarang yang mendesak. c. Tidak bermotif menumpuk harta. Investasi/Usaha a, Niat, cara dan tujuan hanya dikarenakan, digariskan (syariat) dan ditujukan untuk Allah (halal dan thayib). b. Mempertimbangkan kontribusi kemanfaatan atau amal shaleh yang maksimal bagi manusia lain; lingkungan keluarga dan masyarakat. c. Mendukung kesejahteraan (kemandirian ekonomi umat) dan dakwah. Aktivitas pengelolaan harta juga harus dilandasi oleh prinsip keyakinan bahwa setiap rta yang dibelanjakan dijalan Allah akan Allah lipatgandakan balasannya, baik berupa ahala maupun balasan harta materiil (monetary gain). Keyakinan ini pula yang nanti jada pembahasan pengelolaan kekayaan sclanjutnya dalam rangka melindungi nilainya, enjadi sangat penting. Karena salah satu cara melindungi nilai kekayaan dalam Islam Islamic Hedging) adalah menginfakkannya di jalan Allah. Itulah logika ekonomi Islam yang harusnya menjadi keyakinan para pelakunya, yang kemudian menjadi built in dalam erilaku ekonomi. Renungkan kalimat mulia di bawah ini. “Allah SWT tidak mewahyukan kepadaku untuk mengumpulkan harta benda dan enjadi pedagang. Namun aku diperintahkan sebagaimana yang tercantum dalam firman- lya, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang ng bersujud (shalat). Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini fajal).’ KAD DALAM KEUANGAN SYARIAH Gambaran hukum Islam mengenai prinsip-prinsip keuangan syari’ah adalah tercakup lam bentuk kontrak (akad) dan bentuk instrumen keuangan. Dua hal ini (akad dan istrumen keuangan) akan memberi jalan bagi akademisi maupun investor yang ingin nsisten menggunakan prinsip Islam dalam menilai instrumen investasi yang tersedia di ‘ . kademisi mau dj atas, para al PUN in ‘ instrumen keuangan yang ada, nee baikan dan bahkan inovasj key, My keuangan untuk Kesejahterag, a 7 dasa nsip-prinsip Cae" modifikas' elakukan per" baru instrumen asarkan prin nolak atau me ada peluang untuk m kan tawara n-tawaran ; lebih luas (masohat mura) aes eran — ‘ i gi ng dan keuangan ¢! al Saas iu . Huang han a embedalan antara wa etd a nb muamalat. sjantara satu pihak dengan pihak lain. Wa’ad na yi pe ae | janji (promise) ji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya. Sedang,, janji bei pa terhadap pihak lainnya, Wo, pihak yang memberi j t ; y iberi janji ti i ban apa-a ihak yang diberi janji tidak memikul kewaji a ya, tau diteeaphan secara rinci dan spesifik terms and condition-nya. Dengan demikian, bil maka sanksi yang diterimanya |e} pihak yang berjanji tidak dapat memenuhi janjinya, merupakan sanksi moral.” Akad adalah ikatan kontrak dua pihak yang telah bersepakat. Hal ini berarti di dala, agad masing-masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masip yang telah disepakati terlebih dahulu. Akad telah disepakati secara rinci dan spesifik tentay terms and condition-nya. Dengan demikian, bila salah satu atau kedua pihak yang terik, dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka salah satu atau kedua pihe tersebut menerima sanksi yang sudah disepakati dalam akad. Di dalam figh muamalat, pembahasan akad berdasark: i kompensasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: agad aba eae eat pawl Dengan penjelasan sebagai berikut:* gad tHarah mutawad Agad tabarru’, (Tabarru’‘berasal dari kata birr, di De lalam bahasa Arab, i i adalah segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi aaa eee ae saksi tide dal. Berd sar mot © erta mel tidak serta mm demikian, masih maupun memberi kemanfaatan yang aktivitas tolong-menolong dalam ran ka berbuat kebai Yang berbuatkebaikan tersebut dak bertak mensyarathanimbelon ot £6477 ph va. Imbalan dari akad tabarru’ adalah dari Allah Swrp ieee Pun kepada piha ‘ ‘an dari manusia, demikian, pih i pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh memin Namu ta kepada counterpart-ny Aktivitas meminjamkan uany d. i ; nja ig dapat dilakukan den, arta atau gard (pinjaman); (2) meminjamkan harta densa atu @) meminjamk erikan a, ail Peminjam atau rahn (gadai eee (gadai), dan (3) meminjamkan harta untuk mengambieie? oleh ¢ alih { Muhammad, Manajemen Bank ’ 5 Syariah, Yogyak Ibid. vakaria: UPP STIM YKPN Yogyakarta, 2014 Pinjamai sri pihak lain disebut hiwalah (pengalihan utang). Aktivitas meminjamkan jasa dapat jakukan dengan tiga cara, yaitu: (1) meminjamkan jasa pada saat ini untuk melakukan psuatu atas nama orang lain disebut wakalah; (2) memberikan jasa untuk pemeliharaan au tau barang disebut wadi’ah; dan (3) memberikan jasa untuk melakukan sesuatu sabila terjadi sesuatu disebut kafalah, Aktivitas memberikan sesuatu yang dimiliki kepada irang lain dapat dilakukan dengan cara hibah, shadaqah, infak, wagaf, dan hadiah. Fungsi agad tabarru’ adalah untuk mencari keuntungan akhirat, karena itu bukan akad isnis. Jadi, akad ini tidak dapat digunakan untuk tujuan-tujuan komersil. Bila tujuannya dalah mendapatkan laba, gunakanlah akad-akad yang bersifat komersil, yakni akad tijarah. amun demikian, bukan berarti akad tabarru’ sama sekali tidak dapat digunakan dalam egiatan komersil. Bahkan pada kenyataannya, penggunaan akad tabarru’ sering sangat vital jalam transaksi komersil, karena akad tabarru’ ini dapat digunakan untuk menjembatani tau memperlancar akad-akad tijarah. Akad Tijarah, (berarti perdagangan= aktivitas mencari untung) adalah segala macam erjanjian yang menyangkut for profit transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan encari keuntungan, karena itu bersifat komersil. Contoh akad tijarah adalah akad-akad westasi, jual-beli, sewa-menyewa. Di dalam menjalankan investasi, hasil atau keuntungan adang dapat dipastikan dan kadang tidak dapat dipastikan. Oleh karena itu, berdasarkan ingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya, akad tijarah dapatbagi menjadi dua kelompok sar, yakni: (1) Natural Uncertainty Contract; dan (2) Natural Certainty Contracts."® Natural Certainty Contracts atau kontrak yang secara alamiah memberikan hasil pasti dalah kontrak yang dilakukan oleh kedua belah pihak untuk saling mempertukarkan set yang dimilikinya, karena itu objek pertukarannya (baik barang maupun jasa) pun harus ditetapkan di awal akad dengan pasti, baik jumlahnya (quantity), mutunya (quality), arganya (price), dan waktu penyerahannya (time of delivery). Jadi, kontrak-kontrak ini secara “sunnatullah” (by their nature) menawarkan return yang tetap dan pasti. Jenis ‘ontrak ini adalah kontrak-kontrak jual-beli, upah-mengupah, sewa-menyewa, dan lain- jain, yakni sebagai berikut: (1) Akad Jual-Beli (Al-Bai; Salam, dan Istishna’) dan (2) Akad ewa-Menyewa (Ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik). Dalam akad-akad di atas, pihak-pihak yang bertransaksi saling mempertukarkan asetnya (baik real assets maupun financial assets). Jadi masing-masing pihak tetap berdiri- sendiri (tidak saling bercampur membentuk usaha baru), sehingga tidak ada pertanggungan risiko bersama. Juga tidak ada percampuran aset si A dengan aset si B. Sebagai contoh, Tuan A memberikan barang ke Tuan B, kemudian sebagai gantinya Tuan B menyerahkan wang kepada Tuan A. Di sini barang ditukarkan dengan wang, sehingga terjadilah kontrak jual-beli (al-bai’). Natural Uncertainty Contracts (NUC) atau kontrak yang secara alamiah tidak memberikan hasil pasti, adalah kontrak yang terjadijika pihak-pihak yang bertransaksi saling . s ab, Harta dan Akad Pengembangan Harta 115 pin an Canscaner

Anda mungkin juga menyukai