BAB II
PEMBAHASAN
Kesimpulan
Dari awal masyarakat Sumatra Barat memang sudah
mempunyai kecenderungan yang berbeda antara
adat dan agama. Kaum Padri yang dengan gerakan
pemurniannya ingin menjadikan Sumatra Barat
menjadi wilayah yang masyarakatnya bebas dari
perilaku yang negatif dan berbau maksiat.
Sedangakan Kaum Adat yang berada di Sumatra
Barat lebih menginginkan adanya keselarasan
antara agama dan adat.
Karena perbedaan itulah kemudian timbul
perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh Kaum
Padri dan Kaum Adat. Dari perlawanan tersebut
masuklah Belanda dalam perlawanan tersebut
setelah Inggris keluar dari wilayah Sumatra Barat
untuk membantu Kaum Adat melawan Kaum Padri.
Maksud Belanda tidak hanya untuk membantu
melawan Kaum Padri namun juga ingin menguasai
wilayah Sumatra Barat tersebut.
Berbagai perlawanan pun dilakukan antara Kaum
Pardi yang dipimpin oleh para Tuanku-tuanku
dengan Belanda. Semua pasukan dikerahkan, alat-
alat perang digunakan. Bahkan tidak sedikit yang
gugur dalam perlawanan tersebut. Kemenangan
dan kekalahan dialami oleh Belanda dan Kaum
Padri. Sampai pada akhirnya Kaum Padri harus
takluk kepada kekuatan Belanda yang memang
lebih kuat. Pemimpin pasukan Padri yang kuat yaitu
Tuanku Imam Bonjol akhirnya ditangkap oleh
Belanda dan diasingkan di Priangan, kemudian ke
Ambon dan terakhir di Manado. Setelah itu beliau
wafat tahun 1864. Kekuasaan di Sumatra Barat
akhirnya jatuh ke tangan Belanda.
DAFTAR PUSTAKA
· *
http://anemonz.blogspot.com/2011/08/perang-
padri-1821-1837.html diakses hari sabtu, pada
tanggal 3/1/2014, pukul 19 : 25 wib.
· * http://gerakanpaderi.wordpress.com/tokoh-
tokoh/ diakses pada hari sabtu, tanggal 1/3/2014,
pukul:21: 20 wib.
· * sumber http://swaramuslim.net diakses hari
sabtu tanggal 3/1/2014 jam 21: 20 wib.