Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL

HUBUNGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DENGAN TEKANAN DARAH


PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RS DR KOESNADI BONDOWOSO

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh:

AHMAD GUFRON MARZUKI

(1611011036)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH JEMBER
2020

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DENGAN TEKANAN DARAH


PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RS DR KOESNADI BONDOWOSO

Ahmad Gufron Marzuki


NIM. 16.1101.1036

Proposal ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui untuk dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Proposal Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jember


Jember,Juni 2020
Pembimbing I

Ns. Luh Titi Handayani.,S.Kep.,M.kes


NIP. 0112289/0701077604

Pembimbing II

Ns. Ginanjar S.A, M.Kep.,Sp.Kep.M.B


NIP. 1002901159683

ii
PENGESAHAN

HUBUNGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DENGAN TEKANAN DARAH


PASIEN GGK DI RS DR KOESNADI BONDOWOSO

Ahmad Gufron Marzuki


NIM. 16.1101.1036

Dewan Penguji Ujian Proposal pada Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
Jember, Juni 2020

Penguji,
1. Ketua : Wahyudi Widada, S.Kep., M.Ked. (..………….)
NPK. 1967121610704448
2. Penguji I : Ns. Luh Titi Handayani, S. Kep., M. Kes ( ................... )
NPI. 0112289/0701077604
3. Penguji II : Ns. Ginanjar S.A, M.Kep., Sp.Kep.M.B ( ................... )
NPK. 1002901159683

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jember

Ns. Awatiful Azza, M.Kep.,Sp.Kep.Mat.


NIP.197012132005012001

iii
PENGUJI PROPOSAL

Dewan Penguji Ujian Proposal Pada Program S1 Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jember

Jember, Juni 2020

Penguji I

Wahyudi Widada, S. Kep., M.Ked


NPK. 1967121610704448

Penguji II

Ns. Luh Titi Handayani, S.Kep., M.Kes


NIP. 0112289/0701077604

Penguji III

Ns. Ginanjar S.A, M.Kep., Sp. Kep. M.B


NIP. 1002901159683

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat serta hidayah-

Nya yang selalu memberikan kekuatan, kesabaran, kelancaran serta kemudahan dalam

menyusun tugas akhir ini. Semua ini tidak terlepas dari segala bantuan doa dan motivasi dari

orang yang saya hormati dan sayangi. Terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua saya yang sangat saya cintai dan sayangi Ayah saya Choiri Kuswanto dan

Ibu Siti Munawaroh serta Adek kandung saya Nabiel Iqbal Fathoni, terimakasih banyak

atas segala kasih sayang, dukungan, motivasi, semangat dan doanya selama ini. Kesuksesan

saya tidak akan terlepas dari doa yang selalu bapak dan ibu panjatkan setiap saat.

2. Dosen pembimbing Ns. Luh Titi Hadayani, S. Kep., M. Kes dan Ns. Ginanjar S.A.,
M.Kep., Sp.

Kep.M.B yang selalu memberikan motivasi, selalu peduli dan perhatian. Ucapan

terimakasih yang tak terhingga atas ilmu yang telah diberikan sangatlah bermanfaat bagi

saya.

3. Dosen-dosen yang telah menjadi orang tua kedua yang tidak bisa saya sebut satu per satu,

terimakasih atas ilmu yang diberikan selama saya menuntut ilmu di Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember.

4. Almamater Fakultas Ilmu Kesehatan S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Jember, terimakasih telah membantu mewujudkan cita-cita saya.

5. Rekan-rekan seperjuangan di Program Studi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Jember Angkatan 2016.

v
MOTTO

“Segala permasalahan yang sulit pasti ada hikmah di balik itu semua. Semua keinginan pasti
akan tercapai kalau di landasi dengan ikhtiar dan berserah diri, Selalu tanamkan sifat tawakkal
pada diri kita serta jangan lupa ikhtiar yang tidak ada batasnya teruslah berjuang mencapai
semua keinginan seperti kata-kata jawa “ kawula mung sederma, mobah-mosik kersaning
hyang sukomo (mulailah dengan sebisamu, baru akhirnya serahkan semuanya kepada allah
SWT)”, insyaalllah semua akan berjalan dengan lancar dan mendapat lindungan dari
Allah.SWT,

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Hubungan Peningkatan Berat

Badan Dengan Tekanan Darah Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rs Koesnadi Bondowoso .”

Penyusunan proposal ini sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Keperawatan. Banyak

hambatan yang penulis temukan dalam penyusunan proposal ini yang semata-mata karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Dengan bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus dan ikhlas atas

bimbingannya kepada yang terhormat:

1. DR. Hanafi, M. Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Jember

2. Ns. Awatiful Azza, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Mat., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jember.

3. Ns. Sasmiyanto, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jember.

4. Ns. Luh Titi Handayani, S. Kep., M. Kes selaku pembimbing I yang memberikan

bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan proposal ini.

5. Ns. Ginanjar S.A., M.Kep., Sp. Kep.M.B. Selaku pembimbing II yang memberikan

bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan proposal ini

6. Rekan-rekan di Program Studi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember

Angkatan 2016.

7. Pihak-pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam proses

penyelesaian proposal ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

vii
Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa dalam penyusunan proposal ini masih

banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknik penulisan karena keterbatasan yang

dimiliki penulis. Semoga amal baik yang telah dilakukan mendapat pahala dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih memerlukan penyempurnaan,

oleh karena itu penulis mengharapkan koreksi dan telaah yang konstruktif agar proposal ini

menjadi lebih baik.

Jember,Juni 2020

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................................ 5
1.3 Tujuan penelitian ................................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 8
2.1 Gagal Ginjal Kronik ........................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian ................................................................................................... 8
2.1.2 Etiologi ........................................................................................................ 9
2.1.3 Patofisiologi ................................................................................................ 9
2.1.4 Manifestasi Klinis ..................................................................................... 10
2.1.5 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis ................................................................. 11
2.1.6 Gambaran Klinis ........................................................................................ 13
2.1.7 Penegakan Diagnosa ................................................................................. 14
2.1.8 Penatalaksanaan ......................................................................................... 14
2.2 Kelebihan Berat Badan ................................................................................... 15
2.2.1 Pengertian ................................................................................................. 15
2.2.2 Klasifikasi IDWG ...................................................................................... 15
2.2.3 Pengukuran IDWG .................................................................................... 16
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi IDWG ................................................ 17
2.2.5 Komplikasi IDWG ..................................................................................... 19
2.3 Tekanan Darah.................................................................................................. 20
2.3.1 Pengertian ................................................................................................. 20
2.3.2 Fisiologi Tekanan Darah .......................................................................... 21
2.3.3 Klasifikasi Tekanan Darah ....................................................................... 23
2.3.4 Komplikasi Tekanan Darah ....................................................................... 23
2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah .................................. 24

ix
2.4 Penelitian Terkait ............................................................................................. 25
BAB III. KERANGKA KONSEP HIPOTESIS PENELITIAN ............................... 27
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................................... 28
3.2 Hipotesis ............................................................................................................ 28
BAB IV. METODE PENELITIAN ............................................................................ 29
4.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 29
4.2 Populasi, Sampel Dan Sampling ..................................................................... 29
4.2.1 Populasi .................................................................................................... 29
4.2.2 Sampel ...................................................................................................... 30
4.2.3 Sampling ................................................................................................... 30
4.3 Definisi Operasional ......................................................................................... 31
4.4 Tempat Penelitian ............................................................................................. 33
4.5 Etika Penelitian ................................................................................................ 33
4.5.1 Informed Consent ...................................................................................... 33
4.5.2 Anonimity ................................................................................................... 34
4.5.3 Confidentiality ........................................................................................... 34
4.6 Alat Dan Pengumpulan Data .......................................................................... 34
4.7 Prosedur Pengumpulan Data .......................................................................... 34
4.7.1 Tahap Administratif ................................................................................... 35
4.7.2 Tahap Pelaksanaan ........................................................................................... 35
4.8 Analisis Data ..................................................................................................... 36
4.8.1 Pengolahan Data ........................................................................................ 36
4.8.2 Analisa Data .............................................................................................. 37

x
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan kerusakan ginjal yang

menyebabkan ginjal tidak bisa membuang racun dan produk sisa darah

dalam ginjal, ditandai adanya protein dalam urin dan penurunan laju

filtrasi glomerulus (LFG) yang berlangsung kurang lebih selama tiga

bulan(Sarastika et al., 2019). Gagal Ginjal Kronik dapat menimbulkan

sistoma, yaitu laju filtrasi glomerular berada dibawah 60 ml/men/1.73

m², dan disertai dengan kelainan sedimen urine. Selain itu, gagal ginjal

kronik juga dapat menjadi indikasi penyebab terjadinya gagal ginjal

kronik pada penderita kelainan bawaan, misalnya hioeroksaluria dan

sistinuria (Muhammad, 2012). Gagal ginlal kronis (GGK) adalah

gangguan fungsi renal yang progresil dan irreversible dimana

kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan elektrolit dan akan menyebabkan uremia. (retensi

urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2002

dalam Ii et al., 2015).

Gagal Ginjal Kronik (GGK) telah menjadi masalah kesehatan serius

di dunia. Penyakit ini meningkat 32% sejak tahun 2005. Di tahun 2010

terdapat 2,3-7,7 juta orang meninggal akibat penyakit ginjal tanpa

mendapatkan terapi hemodialisis. Selain itu, terdapat 1,7 juta orang

1
2

meninggal pada tahun 2018 akibat kerusakan ginjal akut. Secara

keseluruhan, setiap tahun terdapat 5-10 juta orang meninggal akibat

penyakit ginjal ini (Wahyuni et al., 2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar

tahun 2013 dan 2018 menunjukan bahwa prevalensi penyakit gagal

ginjal kronis di Indonesia ≥ 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter pada

tahun 2013 adalah 0,2% dan terjadi peningkatan pada tahun 2018

sebesar 0,38%. Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat

menyebabkan gagal ginjal kronik. Hipertensi merupakan faktor resiko

yang paling banyak ditemukan dengan pravelensi hipertensi sebanyak

25,8%, kemudian disusul dengan penyakit diabetes mellitus dengan

pravelensi sebesar 5,7%, serta obesitas dengan pravelensi 14,8% . Untuk

Provinsi Jawa Timur penyakit gagal ginjal kronis tampak lebih rendah

dari prevalensi nasional. Pada tahun 2017 kematian yang disebabkan

karena gagal ginjal kronis mencapai 1.243 orang di Indonesia (Hasneli,

2017). Data dari Rs koesnadi Bondowoso menunjukkan bahwa

prevalensi penderita Gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di

Rs koesnadi Bondowoso mengalami peningkatan dari tahun 2018-2020

dimana pada tahun 2018 tercatat sebanyak 155 penderita, tahun 2019

tercatat sebanyak 173 penderita, dan pada tahun 2020 dari bulan januari

sampai bulan maret tercatat sebanyak 112 penderita maka pada tahun

ini cenderung lebih banyak pasien yang menderita penyakit gagal ginjal

kronik.
3

Penyakit gagal ginjal kronis yang sudah mencapai stadium akhir dan

ginjal tidak berfungsi lagi, diperlukan cara untuk membuang zat-zat

racun dari tubuh dengan terapi pengganti ginjal yaitu dengan cuci darah

(Hemodialisis), Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD),

dan pencangkokan (Transplantasi) ginjal. Terapi pengganti yang paling

banyak digunakan di Indonesia adalah hemodialisis. Hemodialisis

adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus

dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan akibat

penurunan laju filtrasi glomerulus dengan mengambil alih fungsi ginjal

yang menurun (Djarwoto, 2018). Indikator keberhasilan pasien HD

mengelola cairan adalah dengan mengontrol kenaikan berat badan.

Peningkatan berat badan dalam waktu singkat dapat berarti peningkatan

jumlah cairan dalam tubuh

Peningkatan berat badan yang mengindikasikan kelebihan cairan

dikenal dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG). IDWG merupakan

peningkatan volume cairan yang dimanifestasikan dengan peningkatan

berat badan sebagai dasar untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk

selama periode interdialitik. Semakin tinggi IDWG maka semakin besar

jumlah kelebihan cairan dalam tubuh pasien dan semakin tinggi risiko

komplikasi dan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada

tekanan darah.

Pada pasien yang menjalani hemodialisa rutin maka berat badannya

akan ditimbang sebelum dan sesudah hemodialisa. Pengukuran IDWG


4

sendiri dengan cara menghitung selisih berat badan sebelum menjalani

hemodialisa( BB pre) dengan BB setelah menjalani terapi hemodialisa

periode sebelumnya (BB post). IDWG yang berlebih dapat

menimbulkan berbagai komplikasi seperti hipertensi, gangguan fungsi

fisik, sesak napas karena adanya edema pulmonal yang dapat

mingkatkan terjadinya kegawat daruratan hemodialisis, meningkatnya

resiko dilatasi, hipertropi ventricular dan gagal jantung. (Smeltzer &

Bare, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Sarifuddin l yang didapatkan bahwa 3

responden tidak mengalami perubahan tekanan darah pasca

hemodialisis, hal ini menunjukkan tidak selamanya seseorang dapat

mengalami perubahan tekanan darah pasca hemodialisis, karena masih

ada faktor-faktor lain yang dapat mempertahankan tekanan darah

seseorang, salah satu diantaranya adalah viskositas darah (kekentalan

darah), bila terdapat pemantauan yang benar saat proses penarikan

cairan, maka dapat mempertahankan tekanan darah, namun saat proses

penarikan cairan terjadi penarikan cairan yang berlebihan dapat

menyebabkan kepekatan pada darah sehingga dapat menyebabkan

perubahan pada tekanan darah yakni, peningkatan tekanan darah. Dalam

(Noradina, 2018).

Berdasarkan latar belakang tersebut peniliti akan meneliti

peningkatan berat badan dengan tekanan darah pasien Gagal Ginjal

Kronik di kabupaten Bondowoso.


5

1.2 Perumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah

Gagal ginjal kronik merupakan penyakit ginjal yang fungsi

ginjalnya menurun secara perlahan atau menaun dan akan

menyebabkan munculnya kejadian penyakit bawaan atau berbagai

penyakit ginjal lainnya. Penyakit ini bersifat progresif dan umumnya

tidak dapat pulih kembali (irreversible). Terapi yang sering

digunakan oleh pasien GGK di indonesia ialah terapi hemodialisa.

Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang

teruntukkan pada pasien gagal ginjal stadium akhir. Terapi ini

menggunakan membran semi permeabel yang bertujuan untuk

menyaring sisa metabolisme yang rusak dan bertujuan untuk

menyeimbangkan cairan elektrolit dalam tubuh pasien gagal ginjal

kronik, prevalensi gagal ginjal setiap harinya semakin meningkat di

negara indonesia maupun dunia, Kelebihan volume cairan

merupakan salah satu masalah utama bagi pasien Hemodialysis,

Kelebihan volume cairan dapat menjadi indikator intake cairan

pasien selama periode interdialitik yang dapat mempengaruhi status

kesehatan dan dapat menimbulkan penyakit komplikasi seperti

hipertensi, gangguan fungsi fisik, sesak napas karena adanya edema

pulmonal. Indikator keberhasilan pasien HD mengelola cairan Ialah

dengan mengontrol kenaikan berat badannya.


6

2. Pertanyaan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pertanyaan

masalah pada penelitian ini adalah mengetahui hubungan

peningkatan berat badan dengan Tekanan darah pasien Gagal Ginjal

Kronik.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan penelitian ini

adalah mengetahui hubungan peningkatan berat badan dengan tekanan

darah pasien Gagal Ginjal Kronik.

1.3 Manfaat Penelitian

a. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat membantu memberikan informasi

mengenapeningkatan berat badan dengan tekanan darah pada

pasien yang menjalani terapi hemodialisa supaya masyarakat

bisa menganalisa dan lebih berhati-hati dalam menjaga kesehatan

tubuhnya.

b. Bagi petugas kesehatan

Melalui penelitian ini diharapkan perawat dapat

menjalankan perannya dan dapat mengkaji peningkatan berat

badan dengan tekanan darah pada pasien GGK di tengah-tengah

masyarakat untuk memebantu pencegahan penyakit tidak

menular khususnya Gagal Ginjal ini.


7

c. Perkembangan ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana diagnosis dalam

mencari sebab masalah atau kegagalan yang terjadi di dalam sistem

penilaian pelayanan kesehatan yang sedang berjalan. Dengan

demikian akan memudahkan pencarian alternatif pemecahan

masalah.

d. Instansi layanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran pada instansi pelayanan kesehatan terhadap pasien

GGK yang menjalani terapi hemodialisa. Sehingga instansi

kesehatan dapat melakukan promosi kesehatan untuk melakukan

pencegahan penyakit Gagal Ginjal ini.

e. Bagi Peneliti

Utnuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi data

dasar atau refrensi dalam melakukan penelitian mengenai

peningkatan berat badan dengan tekanan darah pasien Gagal

Ginjal Kronik yang menjalani terapi hemodialisa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gagal Ginjal Kronik

2.1.1 Pengertian

Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan kerusakan ginjal yang

menyebabkan ginjal tidak bisa membuang racun dan produk sisa darah

dalam ginjal, ditandai adanya protein dalam urin dan penurunan laju filtrasi

glomerulus (LFG) yang berlangsung kurang lebih selama tiga

bulan(Sarastika, Kisan, et al., 2019). Chronic kidney disease (CKD) adalah

suatu kerusakan pada struktur atau fungsi ginjal yang berlangsung ≥ 3 bulan,

dengan atau tanpa disertai penurunan glomerular filtration rate (GFR).

Selain itu, CKD dapat pula didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana

GFR < 60 mL/menit/1,73 m2 selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa disertai

kerusakan ginjal (Chronic & Disease, n.d.).

Gagal ginjal kronik merupakan suatu masalah kesehatan yang

penting, mengingat selain prevalensi dan angka kejadiannya semakin

meningkat juga pengobatan pengganti ginjal yang harus dialami oleh

penderita gagal ginjal merupakan pengobatan yang mahal, butuh waktu dan

kesabaran yang harus ditanggung oleh penderita dan keluarganya (Husna,

n.d.). Gagal ginjal merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh

dunia. Angka Kejadiannya meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya

jumlah pasien dengan gagal ginjal kronik menyebabkan kenaikan jumlah

8
9

pasien yang menjalani terapi hemodialisis setiap tahunnya semakin

bertambah (Mariana & Astutik, n.d.).

2.2 Etiologi

Penyebab terjadinya GGK yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh

kasus di dunia desababkan oleh penyakit diabetes serta tekanan darah tinggi

(Chronic & Disease, 2011). Keadaan lain yang dapat menyebabkan

kerusakan ginjal diantaranya adalah penyakit peradangan seperti

glomerulonefritis, penyakit ginjal polikistik, malformasi saat perkembangan

janin dalam rahim ibu, lupus, obstruksi akibat batu ginjal, tumor atau

pembesaran kelenjar prostat, dan infeksi saluran kemih yang berulang-

ulang.

2.1.2 Patofisiologi

Pada awal perjalananya, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan

penimbunanan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian

ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal,

manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-

nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron

yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya

serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan semakin banyaknya nefron yang

mati, maka nefron yang tersisia menghadapi tugas yang semakin berat,

sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati(Dwi Cahyani,

2018).
10

Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan

pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein.

Seiring dengan penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan

jaringan parut dan aliran darah ginjal mungkin berkurang. Pelepasan renin

meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan yang menyebabkan

hipertensi. Hipertensi akan mempercepat gagal ginjal (Dwi Cahyani, 2018).

2.1.3 Manifestasi klinis

Manifestasi kardiovaskular pada gagal ginjal kronis mencakup

hipertensi, gagal jantung dan edema pulmoner sedangkan gejala

dermatologi yang sering terjadi yaitu rasa gatal yang parah dan pada gejala

gastrointestinal juga sering terjadi mencakup anoreksia, mual, muntah, dan

cegukan (Sarastika, Mendrofa, et al., 2019).

Beberapa gejala dan pemeriksaan yang dapat dijadikan pegangan

/indikator terjadinya penurunan fungsi ginjal yang signifikan yaitu:

a. Jumlah urin (kemih) berkurang atau tidak ada urin. Jumlah urin

< 500 mV24 iam atau <20 m/KgBB/jam pada orang dewasa dan

<1 ml/KgBB4am pada anak-anak, walaupun jumlah air yang

diminum dalam jumlah yang wajar/normal.

b. PucaVanemia, Penderita terlihat pucat pada muka maupun

telapak tangannya, bila diukur Hb < 10 g/dl.

c. Mual, muntah dan tidak nafsu makan

d. Nafas berat, mudah sesak bila banyak minum atau melakukan

kerja
11

e. Tubuh terasa sangat lemah.

f. Sering cegukan/sedakan (hiccup) yang berkepanjangan.

g. Pemeriksaan laboratorium yang penting: ureum darah sangat

tinggi (nilai normal ureum<40 mg/dl), kreatinin darah juga

tinggi (nilai normal kreatinin <1,5 mg/dl), Hb sangat rendah

(nilainormal Hb 12-'15 g/dlpaOa perempuan dan 13-17,5 g/dl

pada laki-laki).

2.1.4 Klasikasi gagal ginjal kronis

a. Stadium 1 (glomerulo filtrasirate/GFR normal (> 90 ml/min)

Seseorang perlu waspada akan kondisi ginjalnya berada pada

stadium 1 apabila kadar ureum atau kreatinin berada di atas

normal, di dapati darah atau protein pada dalam urin, adanya

bukti visual kerusakan ginjal melalui pemeriksaan MRl, CT

Scan, ultrasound atau contrast x-ray, dan salah satu keluarga

menderita penyakit ginjal polikistik.(Sarastika, Mendrofa, et al.,

2019)

b. Stadium 2 (penurunan GFR ringan atau 60 s/d 89 m/min)

apabila: kadar ureum atau kreatinin berada di atas normal, di

dapati darah atau protein dalam urin, adanya bukti visual

kerusakan ginjal melalui pemeriksaan MRl, CT Scan,

ultrasound atau contrast x-ray, dan salah satu keluarga

menderita penyakit ginjal polikistik.


12

c. Stadium 3 (penurunan GFR moderat atau 30 s/d 59 m/min)

Seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami

penurunan GFR moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min.

Dengan penurunan pada tingkat ini akumulasi sisa-sisa

metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut uremia.

Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan darah

tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan terhadap tulang.

d. Stadium 4 (penurunan GFR parah atau 15-29 ml/min) Pada

stadium ini lungsi ginjal hanya sekitar 15-30% , apabila

seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam

waktu dekat diharuskan menjalani terapi terapi pengganti

ginjal/dialisis atau melakukan transplantasi. Kondisi dimana

teriadi penumpukan racun dalam darah atau uremia, Selain itu

besar kemungkinan muncul komplikasi seperti tekanan darah

tinggi (hipertensi), anemia, penyakit tulang, serta masalah-

masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.

e. Stadium 5 (penyakit ginjal stadium akhirAerminal atau < 15

ml/min) Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh

kemampuannya untuk bekerja secara optimal. Untuk itu

diperlukan suatu terapi pengganti ginjal (dialisis) atau

transplantasi agar penderita dapat bertahan hidup. Gejala yang

dapat timbul pada stadium 5 antara lain, kehilangan napsu

makan, nausea, sakit kepala, merasa lelah, tidak mampu


13

berkonsentrasi, gatal - gatal, urin tidak keluar atau hanya sedikit

sekali, bengkak, terutama di seputar wajah, mata dan

pergelangan kaki, keram otot dan perubahan warna kulit.

Seseorang di diagnosa menderita gagal ginjal terminal

disarankan untuk melakukan hemodialisis, peritoneal dialisis

atau transplantasi ginjal.

2.1.5 Gambaran klinis

Pada stadium dini, terjadi kehilangan daya cadang ginjal dimana

GFR masih normal atau justru meningkat. Setelah itu, terjadi penurunan

fungsi nefron yang progresif yang ditandai dengan peningkatan kadar urea

dan kreatinin serum. Sampai pada GFR sebesar 60%, pasien masih belum

merasakan keluhan apapun. Ketika GFR sebesar 30%, barulah pasien

merasakan seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang, dan

penurunan berat badan. Sampai pada GFR di bawah 30%, pasien

menunjukkan beberapa gejala uremia yang nyata seperti anemia,

peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium,

pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terserang

infeksi, terjadi gangguan keseimbangan elektrolit dan air. Pada GFR di

bawah 15%, maka timbul gejala dan komplikasi yang sangat serius(Ommy

Agustriadi, Ketut Suwitra, Gde Raka Widiana, Wayan Sudhana, Jodi

Sidharta Loekman & Bagian, n.d.).

2.1.6 Penegakkan diagnosa


14

Kerusakan ginjal dapat dideteksi secara langsung maupun tidak

langsung. Bukti langsung kerusakan ginjal dapat ditemukan pada

pemeriksaan pencitraan maupun pemeriksaan histapotologi. Pemeriksaan

pencitraan meliputi pemeriksaan ultrasonoggrafi, computed tomography,

MRI dan isotope scanning. Bukti tidak langsung Inflamasi atau

abnormalitas fungsi glomerulus menyebabkan kebocoran sel darah merah

atau protein. Hal ini dideteksi dengan adanya hematuria atau proteinuria

(Chronic & Disease, 2011).

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien GGK ini disesuaikan pada stadium

yang di alami pasien dan akan melakukan terapi spesifik terhadap penyakit

dasarnya paling tepat diberikan sebelum terjadinya penurunan GFR

sehingga tidak terjadi perburukan fungsi ginjal. Selain itu, perlu juga

dilakukan pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid dengan

engikuti dan mencatat penurunan GFR yang terjadi. Perburukan fungsi

ginjal dapat dicegah dengan mengurangi hiperfiltrasi glomerulus, yaitu

melalui pembatasan asupan protein dan terapi farmakologis guna

mengurangi hipertensi intraglomerulus. Pencegahan dan terapi terhadap

penyakit kardiovaskular merupakan hal yang paling penting mengingat 40-

45 % kematian pada GGK disebabkan oleh penyakit kardiovaskular

(Chronic & Disease, n.d.).


15

2.2 Kelebihan Berat Badan

2.2.1 Pengertian

IDWG adalah peningkatan volume cairan yang dimanifestasikan

dengan peningkatan berat badan sebagai dasar untuk mengetahui

jumlah cairan yang masuk selama periode interdialitik (Arnold, 2007).

Peningkatan volume cairan merupakan salah satu masalah utama

bagi pasien dialisis, karena dalam kondisi normal manusia tidak dapat

bertahan lebih lama tanpa intake cairan dibandingkan dengan makanan.

Namun bagi penderita penyakit ginjal kronik harus melakukan

pengendalian intake cairan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Apabila fungsi ginjal berhenti, maka terapi dialisis yang menggantikan

tugas dari ginjal tersebut, tetapi pasien harus melakukan pengendalian

intake cairan. Kebanyakan klien yang menjalani terapi hemodialisis di

Indonesia tiap 2 kali perminggu dan palaksanaan terapi selama 4- 5 jam.

Itu artinya tubuh harus menanggung kelebihan cairan diantara dua

waktu dialisis. IDWG dapat menjadi indikator intake cairan pasien

selama periode interdialitik yang dapat mempengaruhi status kesehatan

pasien selama menjalani terapi hemodialisis (Istanti, 2009).

2.2.2 Klasifikasi IDWG

Menurut Neumann (2013) IDWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh

adalah tidak lebih dari 3% dari berat kering.Kozier (2004) dan Yetti

(1999) mengklasifikasikan penambahan berat badan menjadi 3

kelompok, yaitu berat badan ringan, sedang, dan berat.


16

Tabel Grafik IDWG

Grafik Rentang Prosentase Kenaikan Rentang Kenaikan dalam Penelitian

a. Ringan 2% < 4% < 3,9%

b. Sedang 5% 4-6% 4-6%

c. Berat 8%
> 6% > 6%

(Yetti, 1999)

2.2.3 Pengukuran IDWG

IDWG merupakan indikator kepatuhan pasien terhadap pengaturan

cairan. IDWG diukur berdasarkan dry weight (berat badan kering)

pasien dan juga dari pengukuran kondisi klinis pasien. Berat badan

kering adalah berat badan tanpa kelebihan cairan yang terbentuk setelah

tindakan hemodialisis atau berat terendah yang aman dicapai pasien

setelah dilakukan dialisis (Kallenbach, 2005).

Berat badan pasien ditimbang secara rutin sebelum dan sesudah

hemodialisis. IDWG diukur dengan cara menghitung berat badan

pasien setelah (post) HD pada periode hemodialisis pertama

(pengukuran I). Periode hemodialisis kedua, berat badan pasien

ditimbang lagi sebelum (pre) HD (pengukuran II), selanjutnya

menghitung selisih antara pengukuran II dikurangi pengukuran I dibagi

pengukuran II dikalikan 100%. Grafik Rentang Prosentase Kenaikan

Rentang Kenaikan dalam Penelitian a. Ringan 2 % < 4% < 3,9% b.

Sedang 5 % 4-6% 4-6% c. Berat 8 % > 6% (Kozier, 2004) (Yetti, 1999)


17

> 6% Misalnya BB pasien post HD ke 1 adalah 54 kg, BB pasien pre

HD ke 2 adalah 58 kg, prosentase IDWG (58 -54) : 58 x 100% = 6,8 %

(Istanti, 2009).

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi IDWG

Berbagai faktor yang mempengaruhi IDWG antara lain faktor dari

pasien itu sendiri (internal) dan faktor eksternal seperti faktor fisik dan

psikososial. Faktor-faktor yang berpengaruh pada kenaikan berat badan

interdialitik antara lain (Arnold, 2007)

a. Intake Cairan

Prosentase air di dalam tubuh manusia 60%, dimana ginjal

yang sehat akan mengekskresi dan mereabsorpsi air untuk

menyeimbangkan osmolalitas darah. Sedangkan pada pasien

dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis

mengalami kerusakan dalam pembentukan urin sehingga dapat

menyebabkan kelebihan volume cairan dalam tubuh (Smeltzer &

Bare, 2008).

b. Rasa Haus

Pasien PGK meskipun dengan kondisi hipervolemia, sering

mengalami rasa haus yang berlebihan yang merupakan salah satu

stimulus timbulnya sensasi haus (Black & Hawks, 2005). Merespon

rasa haus normalnya adalah dengan minum, tetapi pasien-pasien

PGK tidak diijinkan untuk berespon dengan cara yang normal

terhadap rasa haus yang mereka rasakan. Rasa haus atau keinginan
18

untuk minum disebabkan oleh berbagai faktor diantaraya masukan

sodium, kadar sodium yang tinggi, penurunan kadar posatium,

angiotensin II, peningkatan urea plasma, urea plasma yang

mengalami peningkatan, hipovolemia post dialisis dan faktor

psikologis (Istanti, 2009).

c. Dukungan Sosial dan Keluarga

Tindakan hemodialisis pada pasien PGK dapat menimbulkan

stress bagi pasien. Dukungan keluarga dan sosial sangat dibutuhkan

untuk pasien. Dukungan keluarga dapat meningkatkan kualitas

hidup pasien dan berhubungan dengan kepatuhan pasien untuk

menjalankan terapi (Sonnier, 2000).

d. Self Eficaci

Self Efficacy yaitu kekuatan yang berasal dari seseorang yang bisa

mengeluarkan energi positif melalui kognitif, motivasional, afektif

dan proses seleksi. Self Efficacy dapat mempengaruhi rasa percaya

diri pasien dalam menjalani terapinya (hemodialisis). Self Efficacy

yang tinggi dibutuhkan untuk memunculkan motivasi dari dalam

diri agar dapat mematuhi terapi dan pengendalian cairan dengan

baik, sehingga dapat mencegah peningkatan IDWG Bandura (2000)

dalam (Istanti, 2009).

e. Stress

Stress dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan

elektrolit didalam tubuh. Stress meningkatkan kadar aldosteron dan


19

glukokortikoid, menyebabkan retensi natrium dan garam. Respon

stress dapat meningkatkan volume cairan akibatnya curah jantung,

tekanan darah, dan perfusi jaringan menurun. Cairan merupakan

salah satu stressor utama yang dialami oleh pasien yang menjalani

hemodialisis (Potter & Perry, 2006).

Penyesuaian diri terhadap kondisi sakit juga menimbulkan

stress pada pasien, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan

dalam kehidupan pasien. Dampak psikologis pasien PGK yang

menjalani HD dapat dimanifestasikan dalam serangkaian

perubahan perilaku antara lain menjadi pasif, ketergantungan,

merasa tidak aman, bingung dan menderita. Pasien merasa

mengalami kehilangan kebebasan, harapan umur panjang dan

fungsi seksual sehingga dapat menimbulkan kemarahan yang

akhirnya timbul suatu keadaan depresi (Rustiana, 2012). Menurut

Istanti (2009) stress pada pasien HD dapat menyebabkan pasien

berhenti memonitoring asupan cairan, bahkan ada juga yang

berhenti melakukan terapi hemodialisis, kejadian ini secara

langsung dapat berakibat pada IDWG.

2.2.5 Komplikasi IDWG

Peningkatan berat badan selama periode interdialitik mengakibatkan

berbagai macam komplikasi. Komplikasi ini sangat membahayakan

pasien kerena pada saat periode interdialitik pasien berada dirumah


20

tanpa pengawasan dari petugas kesehatan. Sebanyak 60%-80% pasien

meninggal akibat kelebihan intake cairan dan makanan.

pada periode interdialitik (Istanti, 2009). Sedangkan (Hudak &

Gallo, 1996) menyampaikan bahwa adanya kelebihan cairan yang

melebihi IDWG dapat dimanifestasikan : tekanan darah meningkat,

nadi meningkat, dispnea, rales basah, batuk, edema. IDWG yang

berlebihan pada pasien dapat menimbulkan masalah, diantaranya yaitu

: hipertensi yang semakin berat, gangguan fungsi fisik, sesak nafas,

edema pulmonal yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya

kegawatdaruratan hemodialisis, meningkatnya resiko dilatasi,

hipertropi ventrikuler dan gagal jantung (Smeltzer & Bare, 2002).

2.3 Tekanan Darah

2.3.1. Pengertian

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbukan pada

dinding arteri. Tekanan darah terjadi karena fenomena siklis yaitu

siklis puncak saat ventrikel berkontraksi di sebut sistolik dan siklis

saatjantung beristirahat disebut diastolik (Syaifuddin, 2009).

Tekanan darah merupakan sebuah daya yang di hasilakan

oleh darah dalam satuan luas dinding pembuluh. Tekanan darah

adalah suatu hal yang penting dalam sirkulasi tubuh, peningkatan

atau penurunannya akan mempengaruhi hemeostatis tubuh. Tekanan

darah selalu diperlukan untuk mengalirkan darah di dalam arteri,

arteriola, kapiler dan vena, untuk membentuk suatu aliran darah


21

yang menetap (Guytton & Hall, 2007 dan Anggara & Prayitno,

2013).

2.3.2. Fisiologi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah suatu keadaan dimana jantung sedang

berkontraksi dan relaksasi dalam tekanan darah terdapat pusat

pengendalian tekanan. ada pada dua pertiga proksimal medulla

oblongata dan sepertiga distal pons. Tugasnya adalah untuk

mengatur vasokontriksi pembuluh darah dan peningkatan frekuensi

denyut nadi. Pusat pengawasan dan pengaturan tekanan darah

terdapat pada sistem saraf, sistem hormonal dan system

hemodinamik. (Smeltzer & Bare, 2008 dan Syaifuddin, 2009).

Sistem saraf yang mempengaruhi tekanan darah terdiri dari

pusat-pusat yang terdapat di belakang otak misalnya vasomotor dan

di luar saraf pusat contohnya baroreseptor. Rangsangan pada pusat

vasomotor dapat terjadi secara langsung seperti penurunan kadar O2

darah dan peningkatan CO2 darah karena berbagai rangsangan pusat

vasomotor.Presoreseptor dan kemoreseptor rangsangan yang

dikirim oleh ujung saraf yangpeka terhadap rangsangan motorik

menyebabkan aktivitas vasokonstruktor dan kardiovaskuler

sehingga menimbukan umpan balik positif dan negatif, hipotalamus

berperan dalam mengatur emosi dan tingkah laku. Hipotalamus

anterior menyebababakan penurunan tekanan darah dan rangsangan

posterior meningkatkan tekanan darah (Syaifuddin, 2009).


22

Sistem hormonal juga sebagai pusat pengawasan dan pengaturan

tekanan darah secara langsung atau sistemik contoh hormon -

hormon yang mempengaruhi tekanan darah adalah vasopressin,

kortikosteroid, rennin angiotensin, epinefrin, norepinefrin,

bradikinin, serotonin dan ion-ion cairan didalam tubuh. Sistem

hormonal adalah proses regulasi jangka panjang yang bisa

melibatkan ginjal dalam pengaturan hormonal baik secara langsung

maupun tidak langsung. Pengaruh langsung yang diberikan ginjal

adalah kemampuan untuk mempengaruhi volume darah ketika

volume darah meningkat maka kecepatan laju filtrasi di ginjal akan

meningkat. Pada kejadian yang demikian, ginjal tidak mampu

memproses lebih cepat hasil fitrasi sehingga akan banyak cairan

yang meninggalkan tubuh melalui urin. Akibatnya volume darah

akan menurun dan diikuti penurunan tekanan darah. Sebaliknya saat

tekanan darah atau volume darah menurun, maka air akan ditahan

dan kembali ke sistem aliran darah. Pada saat tekanan darah arteri

menurun sel khusus pada ginjal akan melepaskan hormon rennin,

yang akan memicu serial reaksi enzimatika yang akan

memperoduksi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat yang

meningkatkan tekanan darah sistemik. Angiotensin II juga

merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan aldesteron, suatu

hormon yang mempercepat absorsi garam dan air. Selanjutnya akan


23

terjadi peningkaatn tekanan darah (Muttaqin Arif, 2009 dan

Syaifuddin, 2009).

Sistem hemodinamika diperankan oleh adanya perubahan

tekanan osmotik dan tekanan hidrostatis baik intravascular maupun

ekstravaskular. Kadar natrium secara langsung mempengaruhi nilai

osmotik cairan sehingga mempengaruhi proses sekresi aldosteron

dan hormon antidiuretik, kedua hormon mempengaruhi tekanan

darah (Syaifuddin, 2009).

2.3.3. Klasifikasi Tekanan Darah

Tabel Klasifikasi Tekanan Darah

No Kategorik SBP mm Hg DBP mm Hg

1 Normal <120 <80

2 Pre Hipertensi 120 - 139 80 – 89

3 Hipertensi Stage 1 140– 159 90 – 99

4 Hipertensi Stage 2 >160 >100

2.3.4. Komplikasi Tekanan Darah

Komplikasi hipotensi terjadi karena pada awal hemodialisis

terjadi penurunan volume darah tiba-tiba akibat perpindahan darah

dari intavaskuler ke dalam dializer. Penurunan volume darah

memicu aktivasi reflek cardiopressor mengakibatkan peningkatan


24

aktifitas saraf parasimpatis mengakibatakan penurunan curah

jantung dan tekanan darah. Komplikasi hipertensi pada hemodialisis

terjadi dikarenakan kelebihan cairan pradialisis dan mengakibatkan

retensi vaskuler dan pompa jantung, penarikan cairan menyebabkan

turunnya volume cairan. Penurunan Relative Bood Volume (RBV)

dan Total Body Volume (TBV) menurunkan aliran darah ke ginjal

dan menstimulasi pelepasan rennin dan menyebabkan perubahan

angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga menyebabkan

vasokontriksi dan sekresi aldosteron (Armiyati, 2010).

2.3.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Faktor yang mempengaruhi tekanan darah hemodialisis pada

pasien gagal ginjal kronis yaitu riwayat keluarga, mekanisme

penyakit genetik dapat melibatkan sejumlah tipe dari mutasi DNA.

Salah satunya adalah sindrom hipertensi. Pada sindrom ini yaitu

suatu gen yang biasanya diekspresikan dalam zona fasikulata

adrenal telah disusun kembali untuk menghubungkannya dengan

rangkaian penyandi dari suatu gen yang biasanya dikeluarkan pada

zona glomerulosa yang produknya mengubah kortikosteroid

menjadi aldosteron. Hal ini menyebabkan produksi aldosteron yang

berlebihan sehingga menimbulkan hipertensi. Diet natrium, cairan

dan kalium, tubuh mempunyai mekanisme untuk mengeluarkan

kelebihan natrium namun karena tingginya garam yang diasup ginjal

menjadi kesulitan dalam mengeluarkanya akibatya jumlah natrium


25

didalam tubuh menumpuk dan natrium mempunyai sifat meretensi

cairan (Lolyta, 2012).

a. Penelitian Terkait

2,41. Menurut (Wibowo & Siregar, 2020) pasien-pasien yang datang dengan

IDWG Ringan dan Sedang, dapat menjalani HD dengan aman dan

nyaman tanpa mengalami komplikasi. Namun sebaliknya, pada pasien

yang memiliki IDWG Sedang sampai Berat, mayoritas mengalami

komplikasi, baik dengan menunjukkan manifestasi klinis maupun tidak.

2,42. Menurut(Fiora Ladesvita, 2019) bahwa ada hubungan negatif yang

sedang antara berat badan interdialisis dengan adekuasi hemodialisa

dimana semakin tinggi berat badan interdialisis maka semakin rendah

nilai adekuasi hemodialisa. Berat badan sangat mempengaruhi nilai V

dimana nilai V diperoleh dari hasil perkalian berat badan pasien dengan

estimasi jumlah cairan dalam tubuh. Nilai V yang tinggi akan

mengakibatkan penurunan adekuasi hemodialisa.

2,43. Menurut (Endang Sri Wahyuni, 2019)mengatakan tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara karakteristik (jenis kelamin, usia,

tingkat pendidikan,status konseling gizi, tingkat pengetahuan tentang

asupan natrium dan cairan dengan IDWG. Ahli gizi perlu memberikan

motivasi dan edukasi yang lebih intensif bagi pasien dan keluarganya

tentang jenis makanan tinggi natrium dan cairan, cara mengendalikan

asupan natrium dan cairan serta mengurangi rasa haus.


26

2,44. Menurut (Bayhakki & Hasneli, 2018) pada penelitiannya menunjukkan

tidak ada hubungan antara lama waktu menjalani hemodialiasis dengan

IDWG pada pasien hemodialisis di RSUD Dumai (p value = 0,952).

Dengan rata-rata lama waktu menjalani hemodialisis adalah 26,65 bulan

dan rata-rata IDWG dari penelitian ini adalah 2,73 kilogram.

2,45. Menurut (Mustikasari et al., 2017) dalam analisisnya diketahui bahwa

tidak ada pengaruh yang signifikan antara karakteristik responden yang

meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama hemodialisa

terhadap nilai Interdialytic Weight Gain (IDWG) pasien hemodialisa

dengan nilai p value > 0,05.


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

INPUT PROSES OUTPUT

Independent:
Pasien Gagal Peningkatan Berat Badan:
Ginjal Kronik 1. Peningkatan Berat
Tekanan Darah
Badan
2. Jenis Kelamin
3. Riwayat Sakit
4. Umur
5. Pendidikan

Variabel Confonding:

Intake cairan
Rasa haus
Dukungan sosial dan
keluarga
Stress

Keterangan : 1. Diteliti

2. Tidak diteliti

27
28

Tabel 3.1 kerangka konsep Hubungan Peningkatan Berat Badan dengan

Tekanan Darah Pasien Gagal Ginjal Kronik

3.2 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian sebagai berikut.

H1 : Ada Hubungan Peningkatan Berat Badan dengan Tekanan

Darah pada Pasien Gagal Ginjal Kronik.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Metode Penelitian menggambarkan strategi atau cara yang

dilakukan untuk menjelaskan dan memecahkan masalah. Metode penelitian

membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian. Dalam metode

penelitian mencakup prosedur dan teknik penelitian. Metode penelitian

berisi rumusan langkah-langkah penelitian dan pendekatan yang digunakan

(Mariana & Astutik, n.d.). Desain penelitian yang digunakan peneliti pada

penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif yaitu bertujuan untuk

menyajikan gambaran lengkap untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai

suatu fenomena atau kenyataan social, dengan cara mendeskripsikan

sejumlah variabel yang berkenan dengan masalah yang di teliti antara

fenomena yang di uji.

4.2 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik

hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif

daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang

lengkap dan jelas. Populasi juga dapat diartikan sebagai wilayah

generalisasi yang terdiri atas subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan (Mariana & Astutik, n.d.). Populasi dalam

29
30

penelitian ini pasien yang menjalani terapi hemodialisa. Berikut data

dari Rs koesnadi Bondowoso selama 3 tahun terakhir.

No Tahun Pasien HD

1. 2018 155

2. 2019 173

3 2020 112

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel menggunakan

sampel yang diambil dari populasi tersebut. Penelitian ini

menggunakan total sampling. Total sampling ialah teknik

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah

populasi jaya (Mariana & Astutik, n.d.).

4.2.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi

untuk dapat mewakili populasi dan memperoleh sampel yang benar-

benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. Cara

pengambilan sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah probability sampling dengan cluster sampling. Dimana

peneliti dalam pengambilan sampel berdasarkan setiap tahunnya

dengan menentukan pasien terapi HD paling banyak tiga tahun

terakhir sebagai berikut. Data dari Rs koesnadi Bondowoso

menunjukkan bahwa prevalensi penderita Gagal ginjal kronik yang


31

menjalani hemodialisa di Rs koesnadi Bondowoso mengalami

peningkatan dari tahun 2018-2020 dimana pada tahun 2018 tercatat

sebanyak 155 penderita, tahun 2019 tercatat sebanyak 173 penderita,

dan pada tahun 2020 dari bulan januari sampai bulan maret tercatat

sebanyak 112 penderita, dan dari data menunjukkan paling banyak

terdapat penderita Gagal Ginjal Kronik pada 3 bulan pertama pada

tahun 2020.

4.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah variabel operasional yang dilakukan

penelitian berdasarkan karakteristik yang diamati serta di tentukan

berdasarkan parameter ukuran dalam penelitian. Definisi operasional juga

mengungkapkan variabel dari skala pengukuran masing-masing variabel

tersebut. Definisi operasional menjelaskan detail, spesifik, tegas, rinci

tentang variabel yang diamati (Donsu, 2016)


32

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Independent Dimana kondisi tubuh mengalami Studi dokumentasi Buku rekam - nominal

Variabel : penigkatan atau penurunan berat badan medis pasien

Peningkatan Berat saat melakukan terapi Hemodialisa

Badan

2. Dependent Variabel Studi dokumentasi Buku rekam - Ordinal

: Tekanan Darah medis pasien


33

4.4 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

peneliti melaksanakan penelitiannya dimulai dengan penyusunan

proposal skripsi yang dimulai pada bulan februari 2020 – maret 2020.

Setelah itu peneliti melanjutkan pengambilan data awal pada bualan April

2020 di wilayah kabupaten Bondowoso. Penelitian ini menggunakan

penelitian deskriptif yaitu mengumpulkan data dari beberapa data.

4.5 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian termasuk pada era riset modern. Terutama jika subjek

penelitian adalah manusia, secara otomatis etika menjadi salah satu aspek

yang harus ada dalam proses penelitian (Nursalam, 2013).

4.5.1 Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dan responden yang berupa lembar persetujuan menjadi

responden. Tujuan dari informed consent adalah supaya responden

mengetahui tujuan, prosedur, dan kemungkinan dampak yang terjadi

dalam penelitian. Jika responden bersedia maka responden harus

mentandatangani lembar persetujuan. Apabila responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan responden

tersebut dan tidak boleh memaksakan kehendak responden.


34

4.5.2 Anonimity

Penyampaian kepada responden bahwa subjek penelitian

tidak perlu memberi nama pada lembar alat pengumpulan data.

Dalam hal ini peneliti juga wajib untuk tidak mencantumkan nama

responden pada lembar alat pengumpulan data maupun pada

penyajian hasil penelitian.

4.5.3 Confidentiality

Pada hal ini, kerahasiaan pada penelitian harus terjamin

dengan cara tidak menyebarluaskan penyajian data, hasil penelitian,

maupun masalah-masalah lainnya. Penyebarluasan hanya pada

kelompok tertentu yang berkaitan dengan penelitian.

4.6 Alat Pengumpulan Data

Instrumen merupakan alat atau cara pada penelitian untuk

mengumpulkan data yang selanjutnya disebut sebagai alat pengumpulan

data (Jiwantoro, 2017). Peneliti menggunakan data sekunder yaitu berupa

data dari rekam medis, artikel, jurnal serta situs resmi di internet yang

berkenan dengan penelitian yang dilakukan.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada

subjek penelitian serta proses pengumpulan karakteristik subjek yang

diperlukan dalam suatu penelitian. Tahap-tahap dalam pengumpulan data

tergantung dari desain penelitian dan teknik instrumen yang digunakan

peneliti (Nursalam, 2013).


35

4.7.1 Tahap Administratif

a. Peneliti melakukan permohonan ijin untuk dilaksanakanya

pengambilan data awal kepada dekan Fakultas Universitas

Muhammadyah Jember. Permohonan ijin diberikan melalui bentuk

surat

b. Peneliti mangajukan surat ijin dari dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadyah Jember kepada kepala Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik.

c. Surat pengantar dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik lalu

kemudian diserahkan kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Bondowoso.

d. Surat rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso

lalu diserahkan kepada kepala Rs Koesnadi Bondowoso guna

pengambilan data awal.

4.7.2 Tahap Pelaksanaan

Setelah peneliti mendapatkan ijin dari kepala Rs Koesnadi

Bondowoso, selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan responden di wilayah kerja Rs koesnadi bondowoso

dengan bantuan perawat

b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukanya penelitian kepada

responden
36

c. Memberikan lembar persetujuan menjadi responden sebagai

bentuk informed consent

d. Melakukan pengukuran data dengan mengambil data dari rekam

medis pada pasien Gagal Ginjal yang menjalani terpai

Hemodialisa.

e. Mengevaluasi seluruh hasil pengukuran data

4.8 Analisis Data

4.8.1 Pengolahan Data

Dalam analisis data, data mentah tidak dapat digunakan

untuk menjawab masalah dalam penelitian. Maka dalam statistik,

data tersebut harus diolah terlebih dahulu dengan tujuan agar data

mentah dapat diubah menjadi informasi (Nursalam, 2013).

Langkah-langkah pengolahan data yang harus ditempuh adalah

sebagai berikut :

a. Editing

Editing merupakan suatu upaya untuk melakukan

pengecekan guna memastikan kebenaran data-data yang telah

diperoleh. Editing juga dapat dilakukan untuk melengkapi data

yang kurang atau sebagai rujukan pengambilan data ulang jika

ada data yang tidak sesuai.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode angka

(numeric) terhadap data yang diperoleh berdasarkan beberapa


37

kategori. Pemberian coding sangat penting bila analisis dan

pengolahan data menggunakan komputer. Coding yang

diberikan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu :

1) Variabel Independen 1

Pasien Gagal Ginjal Kronik

2) Variabel Independen 2

Peningkatan Berat Badan

3) Variabel Dependen

Tekanan Darah

c. Processing

Pemrosesan data dilakukan dengan cara entry data atau

memasukkan data dari instrumen penelitian ke komputer agar

data dapat dianalisis. Selanjutnya data akan diproses dalam

bentuk tabulasi data.

d. Cleaning

Pembersihan data atau cleaning dilakukan dengan cara

mengecek kembali kebenaran data yang sudah dimasukkan ke

dalam program komputer sehingga benar-benar siap untuk

dianalisis.

4.8.2 Analisa Data

Analisis data bertujuan untuk menarik kesimpulan tentang

karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh sampel.

Proses pengambilan kesimpulan melalui pendugaan atau pengujian


38

hipotesis. Tujuan lain dari analisis data yaitu untuk mendeskripsikan

data (Donsu, 2016). Analisa data yang dilakukan pada penelitian ini

antara lain :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk statistik deskriptif yang

dilaporkan dalam bentuk ditribusi frekuensi dan prosentase

Analisa univariat dilakukan untuk menganalisis satu variabel,

baik variabel independen maupun dependen (Donsu, 2016).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Peningkatan

Tekanan Darah pasien Gagal Ginjal Kronik. Sedangkan

variabel independen dalam penelitian ini adalah Peningkatan

Berat Badan pasien Gagal Ginjal Kronik

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel independen dan dependen (Donsu, 2016).

Dalam penelitian ini peneliti menganalisis hubungan

Peningkatan Berat Badan dengan Tekanan Darah Pasien Gagal

Ginjal Kronik. Uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

uji spearman rho yaitu uji statistik untuk mengetahui hubungan

antara dua atau lebih variabel yang berskala ordinal (Jiwantoro,

2017). Secara komputerisasi dengan tingkat signifikan 5%

(0,05), bila ditemukan nilai p value ditemukan ≤ 0,05 maka H1

diterima yang memiliki arti bahwa ada hubungan Peningkatan


39

Berat Badan dengan Tekanan Darah Pasien Gagal Ginjal

Kronik.

3. Analisa Multivariat

Analisis multivariat merupakan analisa data yang dapat

dilakukan dalam waktu bersamaan dan melibatkan lebih dari

dua variabel. Analisis multivariat dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel secara

bersama-sama. Apabila data berdistribusi normal, maka uji

statistik yang dilakukan dengan menggunakan analisis

deskriptif, sedangkan apabila data berdistribusi tidak normal

maka uji statistik yang digunakan adalah analisis regresi logist.

Anda mungkin juga menyukai