Anda di halaman 1dari 102

APLIKASI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK

MENDETEKSI KERUSAKAN BIJI PINANG DENGAN


METODE PROBABILISTIC NEURAL NETWORK

TESIS

OLEH :
RUSLI
117034015/TE
n Pada RSUD Moh. Husien Palembang Berbasis Intranet dengan Hypertext Preprocessor
(PHP)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
APLIKASI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK
MENDETEKSI KERUSAKAN BIJI PINANG DENGAN
METODE PROBABILISTIC NEURAL NETWORK

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik


Dalam Program Studi Magister Teknik Elektro
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara

OLEH:
RUSLI
117034015/TE

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Judul Tesis : APLIKASI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK
MENDETEKSI KERUSAKAN BIJI PINANG DENGAN
METODE PROBABILISTIC NEURAL NETWORK

Nama Mahasiswa : Rusli


Nomor Induk : 117034015
Program Studi : Magister Teknik Elektro

Menyetujui
Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ir. Usman Baafai ) (Prof.Drs. Tulus, M.Si., Ph.D)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan,

( Suherman, Ph.D ) ( Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME )


Telah Lulus: 04 Desember 2015
Telah diuji Pada
Tanggal: 04 Desember 2015

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Dr. Ir. Usman Baafai.
Anggota : 1. Prof. Drs. Tulus, M.Si., Ph.D.
2. Prof. Dr. Muhammad Zarlis.
3. Prof. Dr. Opim S. Sitompul, M.Sc.
ABSTRAK

Penentuan mutu biji pinang dilakukan cara mengamati kondisi secara visual mata
manusia. Pengamatan mutu dengan cara ini mempunyai beberapa kelemahan, antara
lain membutuhkan waktu yang lama dan mengahasilkan pemilihan biji pinang dengan
mutu yang tidak kosisten karena keterbatasan visual manusia, kelelahan dan adanya
perbedaan persepsi tetang mutu biji pinang pada masing-masing pengamat. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeteksi kerusakan biji pinang menggunakan metode
Probabilistic Neural Network (PNN) dan ekstraksi fitur GLCM (Gray Level Co-
occurrence Matrix) dilakukan untuk mendapatkan nilai matrik co- occurance untuk
sudut 0o, 45o, 90o dan 135o derajat untuk masing-masing nilai offset 0 1, -1 1, -1 0, -1
-1. Hasil peneltian di peroleh tingkat keberhasilan 100% untuk pengujian fitur
entrophy dan mengkombinasikan kelima fitur. Sedangkan tingkat keberhasilan
terendah diperoleh untuk pengujian fitur homogenitas diperoleh hasil deteksi sebesar
66,66% dimana terdapat 10 citra yang tidak dapat terdetekksi dengan baik.

Kata Kunci : Pinang, ekstraksi fitur, Gray Level Co-occurrence Matrix


(GLCM), Probabilistic Neural Network (PNN).

i
ABSTRACT

Determining the quality of betel nuts is done by visually observing human eye
condition. This method has some weaknesses because it takes long time and the
selected betel nuts will be inconsistent due to human visual limitation, weariness, and
different perception on detecting the damage of betel nuts by each observer. The
objective of the research was to detect the damage of betel nuts by using Probabilistic
Neural Network (PNN) and the extraction of Gray Level Co-occurrence Matrix
(GLCM) in order to obtain co-occurrence metrical values for the angels of 0o, 45o,
90o, and 135o for each offset value of 0 1, -1 1, -1 0, and -1-1. The result of the
research showed that the level of success was 100% for entrophy feature test and the
combination of the five features. Meanwhile, the lowest level of success for
homogeneity feature test was 66.66% in which 10 images could not be detected
properly.

Keywords: Betel nut, Feature Extraction, Gray Level Co-occurrence Matrix


(GLCM), Probabilistic Neural Network (PNN)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga

penulis dapat menyiapkan penelitian thesis ini dengan baik. Penelitian ini dilakukan

untuk memenuhi salah satu syarat kurikulum Program Studi Magister Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian tesis ini berjudul

“Aplikasi Pengolahan Citra Digital Untuk Mendeteksi Kerusakan Biji Pinang

Dengan Metode Probabilistic Neural Network”.

Penulis terutama mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada

Orang tua tercinta Ayahanda (alm) M. Thaher dan Ibunda Zalikha, serta yang tercinta

Istriku Elly Safriani beserta buah hati anak-anak tersayang Muhammad Aqsha dan

Muhammad Syakir atas doa dan semangat yang diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Ir. Usman Baafai selaku ketua pembimbing,

Bapak Prof. Drs. Tulus, M.Si., Ph.D selaku anggota komisi pembimbing dan Bapak

Fahmi, M.Sc., Ph.D yang dengan penuh sabar, arif dan bijaksana memberikan

bimbingan, dorongan, petunjuk serta arahan kepada penulis. Ucapan terima kasih

juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof.Dr. Muhammad Zarlis dan Bapak Prof.

Dr. Opim S. Sitompul, M.Sc selaku pembanding utama I dan II yang telah banyak

memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

iii
Selesainya tesis ini juga melibatkan berbagai pihak yaitu Bapak Suherman

Ph.D selaku Ketua Program Studi atas upaya dan usahanya menyukseskan Program

Studi Magister Teknik Elektro, serta seluruh staf pengajar Program Studi Magister

Teknik Elektro. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas konstribusi dan

bantuannya, dan terima kasih buat Pak Hasdari, Bu Nur, Pak Martin dan kawan-

kawanku Muhammad Nasir, Ismi Amalia, Aidi Finawan dan Salahuddin.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam tulisan tesis ini, oleh sebab

itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi

kesempurnaan tesis ini sehingga harapan penulis agar tulisan ini dapat memenuhi

persyaratan yang diperlukan untuk suatu tesis dalam Program Studi Magister Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dapat tercapai.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga tesis

ini dapat berguna bagi kita semua. Amin.

Medan, 04 Desember 2015


Penulis,

Rusli

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS :
Nama : Rusli
Tempat/ Tanggal Lahir : Matang Tunong, 27 Maret 1974
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Laksamana Malahayati No. 111.
Geudong Alue - Bireuen.

RIWAYAT PENDIDIKAN :
 Sekolah Dasar Desa Lapang tamat tahun 1987.
 Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Panton Labu tamat tahun 1990
 Sekolah Menengah Atas Swasta Adidarma Banda Aceh tamat tahun 1993
 Politeknik Universitas Syiah Kuala tamat tahun 1997
 Intitut Teknologi Sepuluh Nopember - PENS Surabaya tamat tahun 2003

RIWAYATPEKERJAAN :
 Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe sejak 01 Maret
2000 sampai dengan sekarang

Medan, 04 Desember 2015


Penulis,

Rusli

v
DAFTAR ISI

Halaman
ABTRAK ............................................................................................................. i

ABSTRACT .......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v

DAFTAR ISI........................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN..................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ............................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5

2.1 Visi Komputer (Computer vision ) ............................................. 7


2.2 Pinang ........................................................................................... 9
2.3 Pengolahan Citra .......................................................................... 10
2.3.1 Citra RGB ............................................................................ 11
2.3.2 Ekstraksi warna ekstraksi nilai piksel red, green dan
blue (RGB)........................................................................... 12
2.4 Histogram Citra ............................................................................. 13
2.5 Mengubahan Citra Warna Ke Citra Aras Eabuan ....................... 15
2.6 Ektraksi fitur Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM)........... 16
2.7 Probabilistic Neural Network (PNN) .......................................... 21

vi
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 23

3.1 Metode yang Diusulkan................................................................. 23


3.2 Pengambilan Data Biji Pinang........................................................... 24
3.3 Pengolahan Citra Biji Pinang ............................................................ 25
3.3.1 OpeniImage .......................................................................... 26
3.3.2 Ektraksi fitur........................................................................... 27
3.4 Penentuan Pelatihan Pelatihan dan Pengujian ............................... 28
3.4.1 Data latih .............................................................................. 28
3.4.2 Data uji ................................................................................. 29
3.5 Validasi Hasil Pengujian................................................................... 30

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 31

4.1 Hasil Analisa Citra Biji Pinang ..................................................... 31


4.1.1 Pengambilan data citra biji pinang ....................................... 31
4.1.2 Preprosessing .......................................................................... 32
4.2 Ekstraksi Fitur Dengan GLCM.......................................................... 32
4.3 Pengujian Probabilistic Neural Network (PNN).......................... 40
4.4 Pengembangan Interface Deteksi Kerusakan Biji Pinang ............. 51
4.4.1 Rangkaian mikrokontroller.................................................. 54

BAB 5 PENUTUP ........................................................................................... 55

5.1 Kesimpulan.................................................................................... 55
52. Saran .............................................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 56

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Penelitian yang berhubungan dengan pengolahan citra dan klastering ....... 2

3.1 Kriteria mutu fisik biji pinang .................................................................... 25

4.1 Nilai max, min dan rata-rata hasil ekstraksi fitur energi pada 0o, 45o, 90o,

dan 135o dengan jarak 1 pixel ..................................................................... 34

4.2 Nilai max, min dan rata-rata hasil ekstraksi fitur kontras pada 0o, 45o, 90o,

dan 135o dengan jarak 1 pixel ..................................................................... 35

4.3 Nilai max, min dan rata-rata hasil ekstraksi fitur korelasi pada 0o, 45o, 90o,

dan 135o dengan jarak 1 pixel ..................................................................... 37

4.4 Nilai max, min dan rata-rata hasil ekstraksi fitur entropi pada 0o, 45o, 90o,

dan 135o dengan jarak 1 pixel ..................................................................... 38

4.5 Nilai max, min dan rata-rata hasil ekstraksi fitur homogenitas pada 0o, 45o,

90o, dan 135o dengan jarak 1 pixel ............................................................. 39

4.6 Hasil deteksi dengan fitur energi ........................................................................... 40

4.7 Hasil deteksi dengan fitur kontras ......................................................................... 42

4.8 Hasil deteksi dengan fitur korelasi......................................................................... 43

4.9 Hasil deteksi dengan fitur entropi.......................................................................... 45

4.10 Hasil deteksi dengan fitur Homogenitas................................................................ 46

4.11 Hasil deteksi dengan fitur energi, kontras, korelasi, entropi dan homogenitas ..... 48

4.12 Hasil deteksi dengan fitur energi, kontras, korelasi, entropi, homogenitas dan

kombinasi semua fitur............................................................................................ 50

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Sebuah sistem computer vision .................................................................. 8

2.2 Ttriplet warna RGB ..................................................................................... 12

2.3 Kanal warna RGB biji pinang di ekstraksi ................................................ 13

2.4 Citra aras keabuan biji pinang dan histogramnya........................................ 14

2.5 Citra warna biji pinang dan histogramnya................................................... 14

2.6 Arah dalam menghitung Gray Level Co-occurrence Matrix ...................... 17

2.7 Kontruksi Gray Level Co-occurrence Matrix (a) matrik dasar untuk

empat arah (b) 00 (c) 450 (d) 900 (e) 1350 dengan jarak d =1 ...................... 17

2.8 Langkah pertama mengubah GLCM ........................................................... 18

2.9 GLCM (Grey Level Co-occurence Matrix) simetris ................................... 19

2.10 GLCM (Grey Level Co-occurence Matrix) simetris ternormalisasi............ 19

2.11 Struktur PNN (Probabilistic Neural Network) ............................................ 21

3.1 Diagram blok langkah-langkah proses penelitian ......................................... 23

3.2 Citra biji pinang (a) Bagus (b) Rusak ......................................................... 24

3.3 Gambar citra biji pinang; (a) citra biji pinang asli; (b) citra biji pinang

setelah diformat menjadi Gray scale .......................................................... 26

3.4 Hubungan ketetanggaan antar piksel dan arah orientasi sudut .................... 27

3.5 Arsitektur PNN untuk deteksi kerusakanan biji pinang .............................. 28

4.1 Citra 1- 4 (biji pinang baik) citra 51 – 54 (biji pinang rusak)...................... 31

ix
4.2 Hasil grayscale - citra 1- 4 (biji pinang bagus) citra 51 – 54 (biji

pinang rusak) .............................................................................................. 32

4.3 Hasil ektraksi fitur energi pada sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan

jarak 1 pixel.................................................................................................. 33

4.4 Hasil ektraksi fitur kontras pada sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan

jarak 1 pixel.................................................................................................. 35

4.5 Hasil ektraksi fitur korelasi pada sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan
jarak 1 pixel.................................................................................................. 36

4.6 Hasil ektraksi fitur entropi pada sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan

jarak 1 pixel.................................................................................................. 37

4.7 Hasil ektraksi fitur homogenitas pada sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan

jarak 1 pixel.................................................................................................. 39

4.8 Diagram alir system deteksi kerusakan biji pinang ..................................... 51

4.9 Rancangan konveyor pemisah biji pinang................................................... 52

4.10 Rangkaian mikrokontroller.......................................................................... 54

x
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Citra Pinang Bagus dan Rusak....................................................................... 59

2. Nilai Fitur atau Ciri GLCM Citra Pinang Bagus dan Rusak ....................... 63

3. Hasil Pengujian Berdasarkan Kombinasi Ciri Fitur GLCM .......................... 78

4. Grafik Hasil Deteksi Probilistik Neural Network.......................................... 79

5. Listing Program Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM) dan Probilistik

Neural Network (PNN) .................................................................................. 82

xi
DAFTAR SINGKATAN

PNN = Probabilistic Neural Network

GLCM = Gray Level Cooccurrence Matrix

NTSC = National Television System Committee

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perkembangan teknik pengolahan citra digital (Digital Image Processing) saat

ini semakin pesat dan banyak diterapkan pada semua aplikasi bidang ilmu. Pengolahan

citra didefinisikan sebagai proses pengolahan dan analisis citra yang

mentransformasikan citra masukan menjadi citra lain sehingga keluaran citra memiliki

kualitas yang lebih baik dibandingkan kualitas citra masukan. Berbagai aplikasi

pengolahan citra sangat bermanfaat bagi kepentingan manusia diantaranya adalah

untuk mendeteksi objek citra, meningkatkan kualitas citra, menghilangkan cacat pada

citra, mengidentifikasi objek citra dan penggabungan dengan bagian citra yang lain.

Biji pinang memiliki kontur permukaan yang berbeda sesuai dengan

kwalitasnya. Pemilihan mutu biasanya di tentukan dengan mengamati kondisi biji

pinang secara visual mata manusia. Proses pemilihan berdasarkan mutu permukaan biji

pinang jika permukaan biji pinang berlubang atau busuk maka dikatagorikan dalam

kualitas rusak sedangkan untuk kualitas bagus maka permukaan biji pinang halus dan

rata. Pengamatan mutu dengan cara ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain

membutuhkan waktu yang lama dan mengahasilkan pemilihan biji pinang dengan mutu

yang tidak kosisten karena keterbatasan visual manusia, kelelahan dan adanya

perbedaan persepsi tetang mutu biji pinang pada masing-masing pengamat.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka di perlukan suatu metode yang tepat

1
2

untuk mendeteksi kerusakan biji pinang secara cepat, tepat, akurat dan mudah

mengoperasikannya.

Pengolahan citra digital merupakan alternatif untuk mengatasi masalah tersebut,

pada penelitian ini algoritma pengolahan citra digital diterapkan untuk mengenali ciri

kondisi pada citra biji pinang. Pemilahan ini dikategori dalam dua kondisi, yaitu

kondisi bagus dan kondisi rusak. Banyak algoritma yang dapat diterapkan pada

jaringan syaraf tiruan salah satunya yaitu Probabilistic Neural Network.

Dalam penelitian ini, akan menggunakan metode Probabilistic Neural Network

(PNN) yang merupakan salah satu struktur jaringan syaraf tiruan yang menggunakan

paradikma pembelajaran terawasi (supervised learning) dan merupakan model yang

dibentuk berdasarkan penaksir fungsi peluang [1].

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dengan pengolahan citra digital dan

Probabilistic Neural Network seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Penelitian yang berhubungan dengan pengolahan citra digtal

No Peneliti Judul Metode Hasil

1 Wijanarko A. P,. T. Pengaruh Intensitas Cahaya Gray Level Co- Tingkat akurasi
2014. [1] Terhadap Hasil Pengenalan Occurrence Matrix pengenalan dari 82,86 %
Citra Dengan Gray Level Dan Probabilistic
Co-Occurrence Matrix Dan Neural Network
Probabilistic Neural
Network
2 Mustafa, N .B. A . Classification of Fruits Probabilistic Neural Efisiensi klasifikasi
Arumugam. K. using Probabilistic Neural Network antara 79-90%
Ahmed. S.K. and Networks - Improvement
Sharif , Z.A. M. using Color Features
2011.[2]
3 Unay, D.,Gosselin, B. Artificial neural network- An artificial neural Segmentasi buah Apel
2005.[3] based segmentation and network segments the dengan machine Vision
apple grading by Machine defected regions on dan artificial neural
vision fruit by pixel-wise network berhasil 90%
processing.
3

Tabel 1.1. (sambungan)

No Peneliti Judul Metode Hasil


4 Finawan, A. Pengenalan Kerusakan Metode Hasil pengujian yang
2011.[4] pada Biji Pinang Dengan Pengambangan Otsu diperoleh menunjukkan
Pengolahan Citra Digital bahwa ciri luasan cacat
Menggunakan Operasi dapat membedakan kelas
Pengambangan Otsu) kondisi dengan nilai
ambang luas kawasan cacat
T = Otsu – 40.192.

5 Kulkarni, A.H., and Automated Garment GLCM dan PNN Total identifikasi kain
Patil, S.B. 2012. [5] identification and defect adalah 96,6% dan tingkat
detection model based on keberhasilan deteksi kain
Texture Features and PNN cacat
91,1%

6 Wu, S.G,. Bao, F.S., A Leaf Recognition PCA dan PNN Hasil penelitian
Xu, E.Y., Wang, Yu- Algorithm for menunjukkan bahwa
Xuan, Hang, Yi-Fan Plant Classification Using tingkat akurasi lebih besar
and Xiang, Qiao- Probabilistic Neural dari 90%
Liang. 2007.[6] Network

7 Dayanand Savakar, Identification and A Back Propagation Penelitian ini


2012.[7] Classification of Bulk Neural Network mengungkapkan bahwa
Fruits (BPNN) kombinasi fitur warna dan
Images using Artificial tekstur dalam identifikasi
Neural Networks dan klasifikasi gambar
secara massal pada buah
berbeda.

8 Alasadi, T. A,. and, Analysis of GLCM Feature GLCM and ANN Menghasilkan tingkat
Baiee, W. R. Extraction for Choosing akurasi mendekati 90%
2014.[8] Appropriate
Angle Relative to BP
Classifier

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan

masalah yang akan dikaji adalah berapa jumlah fitur Gray Level Co-occurrence Matrix

(GLCM) pada setiap citra biji pinang dengan penerapan metode Probabilistic Neural

Network (PNN) untuk dapat membedakan ciri pinang bagus dan ciri pinang rusak.
4

1.3.Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis membatasi permasalahan yang berkenaan dengan:

a. Masukan Sistem berupa Citra biji pinang dengan background putih.

b. Pengambilan citra untuk setiap objek biji pinang hanya dilakukan pada biji

pinang bulat saja.

c. Metode yang digunakan dalam mendeteksi kurusakan biji pinang adalah

Probabilistic Neural Network (PNN).

d. Ciri yang diambil dari setiap citra setelah preprosesing adalah merupakan

nilai ciri fitur pada citra objek biji pinang dengan menggunakan Gray Level

Co-occurrence Matrix (GLCM).

e. Pemrosesan Citra secara of line, dimana citra yang akan diproses telah di

akuisasi terlebih dahulu menggunakan kamera digital.

1.4.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian

ini adalah untuk mendeteksi kerusakan biji pinang menggunakan metode Probabilistic

Neural Network (PNN).

1.5.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini untuk mendapatkan suatu sistem

yang mampu mengenali kondisi biji pinang yang dikatagorikan bagus dan katagori

rusak yang nantinya berguna untuk para petani dan pengumpul dalam menentukan

kondisi biji pinang yang dijual dan dapat di terapkan di dunia industri.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian tentang hasil pertanian dan perkebunan dengan algoritma

pengolahan citra digital telah banyak dilakukan untuk mendeteksi kerusakan dan

klasifikasi mutu pada produk yang dihasilkan. Berbagai produk dan metode atau

algoritma telah digunakan untuk mendapatkan sistem inspeksi produk ini.

Beberapa penelitian sebelumnya untuk mendeteksi kerusakan dan klasifikasi telah

dilakukan.

Somantri melakukan peneltian, “menentukan klasifikasi mutu fisik beras

dengan menggunakan teknologi pengolahan citra digital dan jaringan syaraf tiruan “

membuat sistem penunjang keputusan untuk menentukan klasifikasi mutu beras. Citra

beras diambil dengan menggunakan kamera digital dan diproses oleh teknologi

pengolahan citra digital dan jaringan syaraf tiruan (JST). Model JST yang

dikembangkan adalah 10 parameter input, 20 lapisan tersembunyi dan 4 target.

Keempat target tersebut adalah butir utuh, butir kepala, butir patah dan menir. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa akurasi pelatihan adalah 99%, dan akurasi validasi

93,25% [9], Sedangkan Sofi’i, dengan penelitian "Penentuan Jenis Cacat Biji Kopi

dengan Pengolahan Citra Digital dan Artificial neural networks" melakukan

analisis suatu sistem klasifikasi jenis-jenis cacat dan mutu kopi dengan

memanfaatkan teknologi pengolahan citra digital dan Artificial neural networks

(ANN). Citra biji kopi diambil menggunakan kamera digital, selanjutnya diolah dengan

5
6

menggunakan program pengolah citra. Dua model ANN telah dibangun yaitu model 1

dengan 10 parameter input dan model 2 dengan 5 parameter input. Kedua model

dipakai untuk menduga 26 parameter output (jenis cacat). Jenis-jenis cacat yang sudah

diperoleh selanjutnya di pakai untuk menghitung nilai cacat dan kemudian di pakai

untuk menentukan mutu berdasarkan SNI. Validasi menunjukkan bahwa model 1

memberi akurasi pendugaan jenis cacat sebesar 72,6% dan model 2 memberikan

akurasi 68,2%. Ada beberapa jenis cacat yang sulit dikenali karena tidak dapat

dibedakan dengan nilai parameter penduga. Contohnya jenis cacat biji hitam

sebahagian, biji coklat, biji berlubang 1 dan biji berlubang >1 yang memiliki nilai

parameter penduga berupa rata-rata nilai indeks merah, indeks biru, indeks hijau,hue,

saturasi dan intensitas yang serupa [10]. Selanjutnya Eliyani dengan penelitian

pengenalan tingkat kematangan buah pepaya berdasarkan warna (RGB) dengan metode

K-Means Clustering dengan hasil kelompok 01 buah masak mentah 60% dikenali

sebagai masak mentah dan 40% dikenali masak mengkal. Pada kelompok 02 buah

masak mengkal, 90 dikenali masak mengkal dan 10% dikenali masak penuh sedangkan

pada kelompok 03 buah masak penuh 100% di kenali masak penuh [11].

Penelitian yang di lakukan oleh Finawan " Pengenalan Kerusakan pada Biji

Pinang dengan Pengolahan Citra Digital Menggunakan Operasi Pengambangan Otsu

" melakukan penilaian terhadap biji pinang, pada penelitian ini yang menjadi fokus

bagaimana mendapatkan ciri cacat dari citra sampel biji pinang secara spasial dengan

menggunakan metode pengambangan Otsu standart mendapatkan hasil 10% tingkat


7

kesalahan. Oleh karena itu metode pengambangan untuk proses pengukuran luas

kawasan cacat ini dipilih metode T= Otsu-40,192 [4].

Sedangkan yang dibahas pada ini penelitian adalah pendeteksi kerusakan biji

pinang sebagai objek berdasarkan cacat yang ada. Ciri yang diekstrak dari citra

objek biji pinang adalah ekstraksi fitur, fitur pembeda adalah tekstur yang merupakan

karakteristik penentu pada citra. Teknik statistik yang terkenal untuk ekstraksi fitur

adalah Gray Level Co-occurrence Matrix. Gray Level Co-occurrence Matrix

merupakan matriks derajat keabuan yang merepresentasikan hubungan suatu derajat

keabuan dengan derajat keabuan lain. Sebagai pengambil keputusan dalam

mendeteksi kerusakan biji pinang pada penelitian ini menggunakan Probabilistic

Neural Network.

2.1. Visi Komputer (Computer vision )

Visi komputer (Computer vision) sering juga di sebutkan dengan machine

vision dapat dideskripsikan sebagai ilmu yang mempelajari metode yang dapat di

gunakan untuk membuat komputer mengerti gambar dan data.

Visi komputer merupakan proses otomatis yang mengintegrasikan sejumlah

besar proses untuk persepsi visual, seperti akuisisi citra, pengolahan citra,

klasifikasi, pengenalan (recognition), dan pembuatan keputusan. Visi komputer

terdiri atas teknik-teknik untuk mengestimasi ciri-ciri objek di dalam citra,

pengukuran ciri yang berkaitan dengan geometri objek, dan menginterpretasi

informasi geometri tersebut.


8

Gambar 2.1. Sebuah sistem computer vision [12]

Sistem visi komputer seperti pada Gambar 2.1 menunjukkan bahwa

perolehan data citra (data aquisition) sebagai masukan sistem, yaitu menentukan data

yang diperlukan dan memilih metode perekaman citra digital. Citra masukan ini

terlebih dahulu dilakukan pra-pengolahan, yaitu dapat berupa perbaikan dan

peningkatan kualitas citra ataupun hanya menyajikan data yang diinginkan.

Segmentasi citra (image segmentation) dan deteksi tepi (edge detection)

diterapkan untuk melakukan partisi citra menjadi wilayah-wilayah objek atau

menentukan garis batas wilayah objek. Sebagai contoh memisahkan objek yang

berbeda dengan mengekstraksi batas-batasnya. Klasifikasi citra memetakan

perbedaan kawasan (region) atau segmen-segmen pada objek yang diidentifikasi

dengan label yang tepat.

Kemudian ciri tertentu yang ada pada citra diekstraksi dan dipilih, yaitu

mengukur besaran kuantitatif ciri setiap piksel dan memilih informasi kuantitatif atas

ciri yang ada, yang dapat membedakan kelas-kelas objek secara baik. Informasi yang

diperoleh dari ekstraksi ciri ini dijadikan sebagai masukan pada bagian klasifikasi
9

sebagai pengambilan keputusan setiap citra akan dikelompokkan ke dalam masing-

masing kelas tertentu.

2.2. Pinang

Pinang adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika

bagian timur. Pinang juga merupakan nama buahnya yang diperdagangkan orang.

Pelbagai nama daerah di antaranya adalah pineung (Aceh), pining (Batak Toba),

penang (Md.), jambe (Sd., Jw.), bua, ua, wua, pua, fua, hua (aneka bahasa di Nusa

Tenggara dan Maluku) dan berbagai sebutan lainnya, Dalam bahasa Inggris dikenal

sebagai Betel palm atau Betel nut tree, dan nama ilmiahnya adalah Areca catechu.

Pinang terutama ditanam untuk dimanfaatkan bijinya, yang di dunia Barat

dikenal sebagai betel nut. Biji ini dikenal sebagai salah satu campuran orang makan

sirih, selain gambir dan kapur. Biji pinang mengandung alkaloida seperti misalnya

arekaina (arecaine) dan arekolina (arecoline), yang sedikit banyak bersifat racun dan

adiktif, dapat merangsang otak. Sediaan simplisia biji pinang di apotek biasa digunakan

untuk mengobati cacingan, terutama untuk mengatasi cacing pita. Sementara itu,

beberapa macam pinang bijinya menimbulkan rasa pening apabila dikunyah. Zat lain

yang dikandung buah ini antara lain arecaidine, arecolidine, guracine (guacine),

guvacoline dan beberapa unsur lainnya. Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam

ramuan untuk mengobati sakit disentri, diare berdarah, dan kudisan. Biji pinang dikenal

mengandung senyawa antioksidan sehingga berpotensi sebagai antikanker [13].

Saat ini biji pinang sudah menjadi komoditi perdagangan. Ekspor dari Indonesia

diarahkan ke negara-negara Asia selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh, atau


10

Nepal. Negara-negara pengekspor pinang utama adalah Indonesia, Thailand, Malaysia,

Singapura, dan Myanmar. Biji pinang yang diperdagangkan terutama adalah yang telah

dikeringkan, dalam keadaan utuh (bulat) atau dibelah. Bahkan di India dan Pakistan,

saat ini pinang dibuat menjadi bahan baku penganan ringan semacam permen [4].

2.3. Pengolahan Citra

Sesungguhnya citra merupakan suatu fungsi intensitas dalam bidang dua

dimensi. Karena intensitas yang dimaksud berasal dari sumber cahaya, dan cahaya

adalah suatu bentuk energy, maka berlaku keadaan dinmana fungsi intensitas terletak

diantara : 0<f(x,y)<∞.

Pada Dasarnya, citra yang dilihat terdiri atas berkas-berkas cahaya yang

dipantulkan oleh benda disekitarnya. Jadi secara ilmiah, fungsi intensitas cahaya

merupakan fungsi sumber cahaya yang menerangi obyek, serta jumlah cahaya yang di

pantulkan oleh obyek [14], atau ditulis:

f(x,y)=i(x,y).r(x,y)……………………………….............………..(2.1)

Yaitu: 0<i(x,y)< ∞ (Iluminasi sumber cahaya)

0<r(x,y)<1 (Koefisien pantul obyek)

Citra dapat direpresentasikan secara numerik, maka citra harus didigitalisasi,

baik terhadap ruang koordinat (x,y) maupun terhadap sekala keabuannya (f(x,y)).

Proses dijitalisasi koordinat (x,y ) dikenal sebagai “pencuplikan citra” (image

sampling), sedangkan proses digitalisasi skala keabuan f(x,y) disebut sebagai

“kuantisasi derajat keabuan”.

Sebuah citra kontinu f(x,y) akan didekati oleh cuplikan-cuplikan yang seragam

jaraknya dan bentuk matriks NxM. Nilai elemen-elemen matriks menyatakan derajat
11

keabuan citra, sedangkan posisi elemtersebut (dalam baris dan kolom) menyatakan

koordinat titik-titik (x,y) dari citra [12].

(0,0) 0,1 …. 0, − 1
(1,0) (1,1) …. 1, − 1
, = . . . . ...……(2.2)
. . . .
( − 1,0) ( − 1,1) …. ( − 1, − 1)

2.3.1. Citra RGB

Suatu citra biasanya mengacu ke citra RGB. Sebenarnya bagaimana citra

disimpan dan dimanipulasi dalam komputer diturunkan dari teknologi televisi, yang

pertama kali mengaplikasikannya untuk tampilan grafis komputer. Jika dilihat dengan

kaca pembesar, tampilan monitor komputer akan terdiri dari sejumlah triplet titik warna

merah (RED), hijau (GREEN) dan biru (BLUE). Tergantung pada pabrik monitornya

untuk menentukan apak titik tersebut merupakan titik bulat atau kotak kecil, tetapi akan

selalu terdiri dari 3 triplet red, green dan blue. Citra dalam komputer tidak lebih dari

sekumpulan sejumlah triplet dimana setiap triplet terdiri atas variasi tingkat keterangan

(brightness) dari elemen red, green dan blue. Representasinya dalam citra, triplet akan

terdiri dari 3 angka yang mengatur intensitas dari Red (R), Green (G) dan B (Blue) dari

suatu triplet. Setiap triplet akan merepresentasikan 1 pixel (picture element). Suatu

triplet dengan nilai 67, 228 dan 180 berarti akan mengeset nilai R ke nilai 67, G ke nilai

228 dan B ke nilai 180. Angka-angka RGB ini yang seringkali disebut dengan color

values. Pada format .bmp citra setiap pixel pada citra direpresentasikan dengan dengan
12

24 bit, 8 bit untuk R, 8 bit untuk G dan 8 bit untuk B, dengan pengaturan seperti pada

Gambar 2.2.

R G B

Gambar 2.2. Ttriplet warna RGB [15]

2.3.2. Ekstraksi warna ekstraksi nilai piksel red, green dan blue (RGB)

Hampir setiap pengolahan citra yang berbasis warna perlu dilakukan

pemisahan band-band yang ada pada citra khususnya citra RGB, MATLAB

menyediakan fasilitas yang cukup baik dalam memisahkan ketiga warna RGB, Sebuah

gambar RGB, kadang-kadang disebut sebagai gambar TrueColor, disimpan sebagai

baris m dan kolom n dengan 3 array data yang mendefinisikan komponen warna merah,

hijau, dan biru untuk setiap piksel individu. Gambar RGB tidak menggunakan palet.

Warna dari setiap pixel ditentukan oleh kombinasi merah, hijau, dan biru intensitas

disimpan di setiap kanal warna di lokasi pixel. Format file grafis citra RGB sebagai

citra 24-bit, di mana komponen merah, hijau, dan biru adalah 8 bit masing-masing. Ini

menghasilkan potensi 16 juta warna. Presisi dengan gambar kehidupan nyata dapat

direplikasi telah menyebabkan julukan "citra TrueColor” [16].

Sebuah array RGB MATLAB dapat dari kelas uint 8 atau uint 16. Dalam array

RGB, masing-masing komponen warna adalah nilai antara 0 dan 1. Sebuah pixel yang

warnanya komponen (0,0,0) ditampilkan sebagai hitam, dan piksel yang warnanya
13

komponen (1,1,1) ditampilkan sebagai putih. Komponen tiga warna untuk setiap pixel

disimpan sepanjang dimensi ketiga dari array data. Misalnya, merah, hijau, dan

komponen warna biru dari pixel (10,5) disimpan dalam RGB (10,5,1), RGB (10,5,2),

dan RGB (10,5,3) , masing-masing [16].

Gambar 2.3. Kanal Warna RGB Biji pinang di Ekstraksi

2.4. Histogram Citra

Histogram citra adalah grafik yang menggambarkan penyebaran jumlah piksel

berdasarkan nilai-nilai intensitas suatu citra atau bagian tertentu dalam citra [17]. Dari

histogram dapat diketahui frekuensi kemunculan nisbi (relative) dari intensitas pada

citra tersebut. Gambar 2.4 menunjukkan citra aras keabuan biji pinang dan histogram.

Misalkan citra digital memiliki L derajat keabuan, yaitu dari nilai 0 sampai L-\

(misalnya pada citra dengan kuantisasi derajat keabuan 8-bit, nilai derajat keabuan dari

0 sampai 255).
14

Histogram Citra Biji Pinang

3500

3000

2500

Jumlah Piksel
2000

1500

1000

500

0
0 50 100 150 200 250
Intensitas

(a) (b)

Gambar 2.4. (a) Citra Aras Keabuan Biji Pinang. (b) Histogram Citra Aras Keabuan
Biji Pinang

Secara matematis histogram citra dihitung dengan Persamaan (2.3) sebagai

berikut:.

….............…………………................(2.3)

dengan ni= jumlah piksel yang memiliki derajat keabuan i dan n = jumlah seluruh

piksel di dalam citra. Distribusi hi, atau ni, dapat menyediakan informasi tentang

tampak citra. Pengetahuan praktis untuk memahami histogram citra dibutuhkan untuk

melihat perubahan-perubahan pada citra setelah dilakukan operasi tertentu [17].

4
x 10
2.5

1.5
Jumlah Piksel

0.5

0
0 50 100 150 200 250 300
Intensitas

(a) (b)
Gambar 2.5. (a) Citra Warna Biji Pinang. (b) Histogram Citra Warna Biji Pinang
15

Setia piksel pada citra warna mewakili warna yang merupakan kombinasi dari

tiga warna dasar yaitu RGB (red, green, blue) pada Gambar 2.5 menunjukkan tiga

kanal pada histogramnya. Setia warna dasar menggunakan penyimanan 8 bit = 1 byte,

yang berarti setiap waarna mempunyai gradasi sebanyak 255 warna. Berarti setiap

piksel mempunyai warna 28 x 28 x28 = 224 = 16 juta warna lebih sehingga di namakan

dengan true color. Histogram bermanfaan untuk hal-hal berikut [18]:

1. Sebagai indikasi visual untuk menentukan skala keabuan yang tepat sehingga

diperoleh kualitas citra yang di inginkan.

2. Untuk pemilihan batas ambang (threshold).

2.5. Mengubahan Citra Warna ke Citra Aras Keabuan

Proses awal yang banyak dilakukan dalam pengolahan citra (image processing)

adalah mengubah citra warna (true color) menjadi citra keabuan (gray scale). Hal ini

digunakan untuk menyederhanakan model citra. Untuk mengubah citra berwana yang

mempunyai nilai matrik masing-masing R, G dan B menjadi citra gray scale dengan

cara menghitung nilai rata-rata dari elemen warna R, G dan B, secara matematis

perhitungannya dapat dihitung dengan persamaan [19]:

......................................................................................(2.4)

Ko sebagai nilai rata - rata dari ketiga komponen warna pokok RGB yang

diubah menjadi citra keabuan. Tetapi karena ketiga warna pokok dianggap tadi

dianggap tidak seragam dalam hal kemapuan konstribusi pada kecerahan, ada yang
16

berpendapat cara konversi yang lebih tepat dapat dilakukan dengan meberi bobot

ω pada RGB, sehingga Persamaan (2.4) dimodifikasi menjadi [20]:

Ko=ωRRi+ωGGi+ωBBi ............................................................................................... (2.5)

Berdasakan NTSC (National Television System Committee)

mendefinisan bobot untuk konversi citra true color ke greyscale sebagai berikut:

ωR =0.299 , ωB =0.587 dan ωB =0.114 dimana:

Ko : nilai keabuan

ωR : bobot untuk elemen warna merah.

ωG : bobot untuk elemen warna hijau

ωB : bobot untuk elemen warna biru

Ri : nilai intensitas elemen warna merah

Bi : nilai intensitas elemen warna biru

Gi : nilai intensitas elemen warna hijau

sehingga Persamaan (2.5) dapat ditulis kembali menjadi:

Ko = 0.299Ri+0.587 Gi+0.114 Bi.......................................................................... (2.6)

2.6. Ektraksi Fitur Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM)

Pada ekstraksi fitur, fitur pembeda adalah tekstur yang merupakan karakteristik

penentu pada citra. Teknik statistik yang terkenal untuk ekstraksi fitur adalah Gray

Level Co-occurrence Matrix. Gray Level Co-occurrence Matrix merupakan matriks

derajat keabuan yang merepresentasikan hubungan suatu derajat keabuan dengan

derajat keabuan lain. Gray Level Co-occurrence Matrix digunakan untuk analisis

pasangan piksel yang bersebelahan tergantung dengan sudut yang digunakan. Ilustrasi
17

pembentukan matriks kookurensi citra dengan 4 tingkat keabuan (gray level) dari 0 - 3

pada jarak d =1 sudut 00untuk [01], 450 untuk [-11], 900 untuk [-10] dan 1350 untuk [-

1-1] dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Arah dalam menghitung Gray Level Co-occurrence Matrix [21][22]

Gambar 2.7 menunjukan matrik dasar yang akan digunakan sebagai contoh

dalam penghitungan Gray Level Co-occurrence Matrix dengan dimensi 4 x 4 dengan

kisaran derajat keabuan 0-3 dalam jarak d=1 orientasi 4 arah sudut (θ) 00, 450 , 900 dan

1350.

Gambar 2.7. Kontruksi Gray Level Co-occurrence Matrix (a) matrik dasar
untuk empat arah (b) 00 (c) 450 (d) 900 (e) 1350 dengan jarak d =1 [22]
18

Co-occurrence Matrix merupakan matriks bujur sangkar dengan jumlah elemen

sebanyak kuadrat jumlah level intensitas piksel pada citra. Setiap titik (i,j) pada matriks

kookurensi berorientasi c berisi peluang kejadian piksel bernilai i bertetangga dengan

piksel bernilai j pada jarak d. Gambar (2.8) menggambarkan contoh proses bagaimana

untuk menghasilkan Co-occurrence Matrix menggunakan arah sudut (θ) = 0o dan

dengan jarak d= 1 pixel.

Gambar 2.8. Langkah pertama mengubah GLCM [1]

Dengan menjumlahkan matriks transposnya, matriks simetrik akan diperoleh,

seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9, tapi hasilnya masih belum ternormalisasi. Oleh

karena itu, proses normalisasi harus dilakukan untuk menghapus ketergantungan pada

ukuran citra dengan mengatur semua elemen dalam matriks sehingga total dari semua

nilai elemen sama dengan 1.


19

Gambar 2.9. GLCM (Grey Level Co-occurence Matrix) Simetris [1]

Gambar 2.9 menjelaskan perubahan urutan matriks dari baris ke kolom lalu

dijumlahkan dan akan menghasilkan matriks GLCM sebelum normalisasi sedangka

Gambar 2.10 merupakan hasil dari matriks yang telah ternormalisasi.

0,1667 0,0833 0,0042 0

0,0833 0,1667 0 0

0,0042 0 0,2500 0,0042

0 0 0,0042 0,0833

Gambar 2.10. GLCM (Grey Level Co-occurence Matrix) Simetris ternormalisasi

Setelah memperoleh Co-occurrence Matrix telah ternormalisasi tersebut

sehingga dapat dihitung ciri tekstur atau fitur Statistik Gray Level Co-

occurrence Matrix yang dapat diperoleh dari suatu citra yang digunakan untuk

membedakan antara citra dengan kelas tertentu, dengan kelas lainnya. Ciri tekstur atau

fitur Statistik Gray Level Co-occurrence Matrix tersebut adalah:

1. Energi

Energi menyatakan ukuran konsentrasi pasangan dengan intensitas keabuan

tertentu pada matriks.

∑, , ..............................................................................................................(2.7)
20

2. Kontras

Perhitungan kontras berkaitan dengan jumlah keberagaman intensitas keabuan

dalam citra.

= ∑, , − ................................................................................(2.8)

3. Korelasi

Menyatakan ukuran hubungan dependen piksel terhadap piksel tetangga

dalamcitra.

 
= ∑, , [ ].............................................(2.9)

 = ∑ , ,

= ∑, , −

4. Entropi

Entropi digunakan untuk mengukur keteracakan dari distribusi intensitas.

ℎ = ∑, , (− ln , ) .....................................................................(2.10)

5. Homogenitas

Secara matematis, homogenitas GLCM adalah invers dari kontras GLCM, yaitu

keseragaman intensitas keabuan pada citra.

,
ℎ = ∑, ( )
.........................................................................(2.11)

Dimana:

a. i dan j adalah sifat keabuan dari resolusi 2 piksel yang berdekatan


b. p (i,j) adalah frekuensi relatif matriks dari resolusi 2 piksel yang berdekatan.
c.  adalah Rata-rata dari suatu sebaran nilai intensitas citra keabuan

d. 2 adalah Varians GLCM menunjukkan sebaran nilai piksel pada bidang citra.
21

2.7 Probabilistic Neural Network (PNN)

Pada tahun 1990 , Donald F. Specht mengusulkan jaringan berdasarkan

pengklasifikasi tetangga terdekat dan menamakannya sebagai " Probabilistic Neural

Network "[23]. Probabilistic Neural Network adalah suatu metode jaringan saraf tiruan

yang menggunakan pembelajaran terawasi (supervised learning) dan merupakan model

yang dibentuk berdasarkan penaksir fungsi peluang. Model ini memberikan unjuk kerja

pengklasifikasian yang sangat baik dan cepat dalam pelatihan karena dilakukan hanya

dalam satu tahap pelatihan. Probabilistic Neural Network biasanya digunakan untuk

masalah klasifikasi dan pengenalan pola [24][25].

PNN terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan masukan, lapisan pola, lapisan

penjumlahan, dan lapisan keluaran. Struktur PNN diperlihatkan pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11. Struktur PNN (Probabilistic Neural Network) [26]


22

1. Lapisan masukan (input layer) merupakan input x yang terdiri atas k nilai

yang diklasifikasikan pada salah satu kelas dari n kelas.

2. Lapisan pola (pattern layer) dihitung jarak vektor data latih ke vektor data

uji dengan mengunakan Persamaan (2.12):

− .
.................................................................................................(2.12)

3. Lapisan penjumlahan (summation layer), setiap keluaran pattern layer

dijumlahkan dengan keluaran dari pattern layer lainnya yang berada

dalam satu kelas untuk menghasilkan probabilitas vektor output. Lapisan

penjumlahan ini dapat dilihat pada Persamaan (2.13) sebagai berikut :

= = ∑ − .....(2.13)
.

Dengan i = 1, 2, ..., K

dimana :

T = Transpose

i = Jumlah Kelas

j = Jumlah Pola

xij = Vektor pelatihan ke j dari kelas i

x = Vektor pengujian

Mi = Jumlah vektor pelatihan dari kelas i

 = Dimensi vektor x

 = Faktor penghalus

4. Lapisan terakhir adalah lapisan keluaran (Output layer), menghasilkan 1

untuk kelas yang sesuai dan menghasilkan 0 untuk kelas yang lain.
BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Metode yang Diusulkan

Penelitian ini melalui beberapa tahapan proses, seperti ditunjukkan dalam

Gambar 3.1.

Pelatihan

Preprosessing Ektraksi Ciri Pelatihan

PNN

Pengujian

Preprosessing Ektraksi Ciri Pengujian Klasifikasi Hasil

Gambar 3.1. Diagram blok langkah-langkah proses penelitian

Pada Gambar 3.1 menunjukan proses tahapan verifikasi citra biji pinang,

dimana citra biji pinang sebagai input akan diproses untuk mendapatkan bobot atau

nilai dengan menggunakan Probabilistic Neural Network (PNN). Tahapan awal dari

penelitian ini adalah citra biji pinang diproses preprosessing dimana pada tahapan ini

nilai citra biji pinang RGB akan dirubah kedalam bentuk nilai grayscale. Proses

selanjutnya berupa pembentukan matrik co-occurance untuk sudut 0o, 45o, 90o dan

135o untuk masing-masing nilai offset 0 1, -1 1, -1 0, -1 -1. Dengan ditetapkan nilai

offset maka dapat dilakukan proses selanjutnya berupa perhitungan nilai ektraksi ciri

23
24

sehingga akan diperoleh nilai-nilai dari ektraksi ciri berupa nilai fitur energi, fitur

kontras, fitur korelasi, fitur entropy dan fitur homogenitas. Pembentukan nilai-nilai

fitur tersebut menggunakan metode Gray Level Cooccurrence Matrix (GLCM). Setelah

diperoleh nilai-nilai fitur maka tahap selanjutnya adalah proses pelatihan yang

bertujuan untuk mentraining sistem sehingga didapat nilai bobot Probabilistic Neural

Network (PNN) yang akan digunakan untuk proses klasifikasi. Hasil dari proses ini

berupa penentuan kondisi biji pinang dalam kondisi bagus atau kondisi rusak.

3.2. Pengambilan Data Biji Pinang

Citra yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini adalah berupa 100 biji

pinang kupas kering. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara

Purposive sampling atau judgmental sampling yang berasal dari pedagang

penampung daerah kecamatan Juli dan Matang Gelumpang Dua kabupaten

Bireueun Provinsi Aceh. Purposive sampling atau judgmental sampling merupakan

cara penarikan sample yang dilakukan dalam memilih subjek berdasarkan kriteria

spesifik yang ditetapkan dalam penelitian ini. Sampel biji pinang terdiri dari dua

katagori yaitu biji pinang bagus dan biji pinang rusak, seperti yang di tunjukkan dalam

Gambar 3.2.

(a) (b)
Gambar 3.2. Citra biji pinang (a) bagus (b) rusak
25

Sampel ini dipisah dalam dua bagian berdasarkan kondisinya, yaitu 50 biji

dengan kondisi rusak dan 50 biji dengan kondisi bagus dengan kriteria mutu fisik

seperti dalam Tabel 3.1 berdasarkan keterangan bapak Saifan Nur Pimpinan UD. H.S.Y

beralamat Matang Gelumpang Dua kabupaten Bireuen Provinsi Aceh yang

merupakan tempat pengumpul dan pemisahan biji pinang.

Tabel 3.1. Kriteria mutu fisik biji pinang


No Mutu Fisik Keterangan
Biji pinang kering secara fisik tanpa adanya cacat dan
1 Biji bagus
berlubang
Biji Pinang kering secara fisik cacat dan berlubang akibat di
2 Biji rusak
makan serangga

Data citra biji pinang diambil menggunakan kamera digital merek Sony DSC

T900 12.1 megapiksel dengan ukuran citra 400 x 400 piksel dengan type data JPG dan

menggunakan notebook HP ProBook 4420s dengan spesifikasi processor Intel (R)

Core(TmR) i5-2410M CPU @ 2,3GHz memori 4 GB DDR3.

3.3. Pengolahan Citra Biji Pinang

Pada pengolahan citra biji pinang ini akan menghasilkan nilai grayscale dari

citra biji pinang yang nantinya akan digunakan untuk proses pada tahap selanjutnya.

Adapun proses awal dimulai dari inputan citra yang selanjutnya akan di preprosessing

yang bertujuan untuk merubah nilai RGB citra ke nilai grayscale. Pada proses

selanjutnya citra akan melalui proses ektraksi tekstur dimana dalam proses ini terdapat

beberapa tahapan antara lain proses pembentukan matrik coocurency, pembentukan


26

matrik Gray Level Cooccurrence Matrix (GLCM) normalisasi dan perhitungan ciri

atau fitur statistik GLCM.

3.3.1. Open image

Pada tahap ini citra yang dinputkan berupa citra biji pinang dengan ukuran 400

x 400 pixel, setiap pixel pada citra terdiri dari 3 unsur warna dasar yaitu Red (R),

Green (G) dan Blue (B), yang sering disingkat RGB, setiap unsur memiliki nilai

masing-masing antara 0-255 dan Setia warna dasar menggunakan penyimanan 8 bit = 1

byte, yang berarti setiap waarna mempunyai gradasi sebanyak 255 warna. Berarti setiap

piksel mempunyai warna 28 x 28 x28 = 224 = 16 juta warna lebih sehingga di namakan

dengan true color, sedangkan untuk proses perhitungan citra yang diharapkan

mempunyai nilai pixel dengan nilai intensitas tunggal berupa citra dalam format

grayscale yang mempunyai nilai derajat keabuan 0 – 255, dimana setiap pixel pada

citra biji pinang grayscale diperoleh dengan membuat rataan pada setiap pixel RGB

yang bersangkutan. Pada Gambar 3.3 menunjukkan citra biji pinang yang telah

dikonversi menjadi format gray scale.

(a) (b)

Gambar 3.3. Citra biji pinang; (a) citra biji pinang asli; (b) citra biji pinang setelah dikonversi
menjadi Gray scale
27

3.3.2. Ektraksi fitur

Proses ektraksi fitur dilakukan untuk mendapatkan nilai matrik co- occurance

untuk sudut 0o, 45o, 90o dan 135o derajat untuk masing-masing nilai offset 0 1, -1 1, -1

0, -1 -1. Dengan ditetapkan nilai offset maka dapat dilakuan proses selanjutnya berupa

perhitungan nilai ektraksi fitur sehingga akan diperoleh nilai-nilai dari ektraksi fitur

berupa nilai fitur energi, fitur kontras, fitur korelasi, fitur entropy dan fitur

homogenitas. Pembentukan nilai-nilai fitur tersebut menggunakan metode GLCM

(Gray Level Co-occurrence Matrix). GLCM merupakan metode yang sering digunakan

dalam analisis tekstur yang merupakan suatu matriks yang merepresentasikan

hubungan ketetanggaan antar pixel dalam citra pada berbagai arah orientasi sudut.

Hubungan ketetanggaan antar pixel dan arah orientasi sudut dapat dilihat pada

Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Hubungan ketetanggaan antar pixel dan arah orientasi sudut

Pada penelitian ini fitur-fitur tekstur yang diekstraki adalah fitur energi, fitur

kontras, fitur korelasi, fitur entropy dan fitur homogenitas.


28

3.4. Penentuan Pelatihan Pelatihan dan Pengujian

3.4.1 Data latih

Pada tahap pelatihan ini bertujuan untuk menentukan ciri dari masing-masing

citra yang akan digunakan untuk pembentukan model jaringan. Pada tahap ini

dimasukkan beberapa citra biji pinang yang akan dilatih dari tiap sampelnya. Citra biji

pinang yang akan digunakan untuk pelatihan adalah 70 sampel citra biji pinang, 35

citra dari biji pinang bagus dan 35 citra dari biji pinang rusak.

Selanjutnya, dalam pengelompokan citra biji pinang masing-masing kelompok

diberi nomor. Dimana citra 1 sampai citra 50 adalah kelompok citra biji pinang bagus

dan 51 sampai 100 adalah kelompok citra biji pinang rusak.

Gambar 3.5. Arsitektur PNN untuk Deteksi Kerusakanan Biji Pinang


29

Dari Gambar 3.5 dijelaskan bahwa input unit merupakan pola masukan/input

dari Probabilistic Neural Network (PNN) yang merupakan elemen-elemen dari citra

biji pinang.

Pada pattern unit merupakan lapisan pola pada Probabilistic Neural Network

(PNN) dimana setiap pola menerima masukan dari semua elemen vector ciri hasil

ektraksi fitur Gray Level Cooccurrence Matrix (GLCM) yaitu fitur energi, fitur

kontras, fitur korelasi, fitur entropi dan fitur homgentias yang diambil dari empat arah

sudut (0o, 45o, 90o, dan 135o ) dengan jarak 1 pixel. Kemudian pola-pola dikumpulkan

kedalam beberapa kelompok dimana tiap kelompok menunjukkan kelas yang dibentuk

untuk klasifikasi pada Probabilistic Neural Network (PNN).

Sedangkan summation unit adalah lapisan unit-unit penjumlahan yang

terhubung penuh dengan tiap-tiap kelas. Dalam lapisan penjumlahan diberi satu

inisialisasi berupa nilai. Untuk kelompok sampel biji pinang bagus diberi nilai satu (1)

dan untuk kelompok sampel biji pinnag rusak diberi nilai dua (2). Hasil perhitungan

pada lapisan penjumlahan (summation unit) kemudian masuk ke lapisan keluaran

(Output Unit) untuk mengambil probabilitas maksimum dan menghasilkan nilai 1

untuk kelas yang sesuai dan nilai 0 untuk kelas yang tidak sesuai.

3.4.2. Data Uji

Pada tahap pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model jaringan

yang sudah dibentuk apakah sudah sesuai atau tidak. Dimana pada tahap pengujian ini

data yang di uji sebanyak 30 citra yang terdiri dari 15 citra biji pinang baik dan 15 citra

biji pinang rusak. Pada tahap pengujian data citra dikelompokkan dan diberi nomor.
30

Dimana data yang diuji adalah citra dari 36 sampai 50 merupakan citra biji pinang baik

dan cita 86 sampai dengan 100 adalah citra biji pinang rusak. Hasil dari pengujian

tersebut suatu citra biji pinang dapat diketahui apakah termasuk dalam katagori bagus

atau rusak.

3.5. Validasi Hasil Pengujian

Persentase akurasi dapat dirumuskan dalam Persamaan (3.1) sebagai berikut:

A
Akurasi(%)  x100% ….......................................................................................(3.1)
B
Dimana :

A = Jumlah data uji yang terdeteksi benar

B = Jumlah data yang diuji


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan hasil penelitian ini secara garis besar dibagi dalam tiga bagian::

bagian pertama membahas hasil citra biji pinang, bagian kedua membahas hasil Gray

Level Cooccurrence Matrix (GLCM) dan bagian ketiga pembahasan hasil dari PNN.

4.1. Hasil Analisa Citra Biji Pinang

4.1.1. Pengambilan data citra biji pinang

Data citra biji pinang yang digunakan dalam penelitian ini berupa 100 biji

pinang kupas kering. Dimana citra 1 sampai dengan citra 50 merupakan citra biji

pinang bagus dan citra 51 sampai dengan citra 100 merupakan citra biji pinang rusak.

Sepeti diperlihatkan pada Gambar 4.1.

1 2 3 4

51 52 53 54

Gambar 4.1. Citra 1- 4 (biji pinang bagus) Citra 51 – 54 (biji pinang rusak)

31
32

4.1.2. Preprosessing

Tahap berikutnya transformasi grayscale, dimana citra berwarna akan diubah

menjadi citra keabuan. Gambar 4.2 akan ditampilkan citra hasil transformasi grayscale.

gray1 gray 2 gray 3 gray 4

gray51 gray52 gray53 gray54

Gambar 4.2. Hasil grayscale - Citra 1- 4 (biji pinang bagus) Citra 51 – 54 (biji
pinang rusak)

4.2. Ekstraksi Fitur dengan GLCM

Setelah dilakukan preprosessing yang bertujuan untuk merubah citra RGB biji

pinang ke citra grayscale maka tahap selanjutnya ekstrasi fitur menggunakan metode

Gray Level Cooccurrence Matrix (GLCM), fitur tekstur yang dihitung adalah nilai

fitur energi, fitur kontras, fitur korelasi, fitur entropy dan fitur homogenitas dari 4 arah

yaitu 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan jarak 1 pixel. Hasil ekstraksi fitur energi dapat

dilihat pada Gambar 4.3.


33

Gambar 4.3. Hasil ektraksi fitur Energi pada sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o
dengan jarak 1 pixel

Untuk menghitung fitur energi pada penelitian ini menggunakan Persamaan

(2.7). Fungsi proses ini untuk menghitung energi suatu citra. Energi mengacu pada

homogenitas dari tekstur, jika nilai energi tinggi maka jumlah area yang homogen

besar, dan sebaliknya jika nilai energi rendah maka jumlah area yang homogen sedikit

atau kecil. Hasil perhitungan energi untuk citra pinang baik dan rusak dan keseluruhan

nilai untuk masing-masing fitur pada sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan jarak 1 pixel

seperti pada Lampiran 2.

Dari hasil ekstraksi fitur energi maka diperoleh nilai untuk masing-masing

sudut seperti pada Lampiran 2 dan dari hasil ektraksi fitur energi juga diperoleh nilai

yang bervariasi untuk setiap sudutnya dimana nilai maksimum tertinggi untuk biji

pinang yang bagus pada arah sudut 90o yaitu sebesar 0.509969 dan nilai minimum pada
34

arah sudut 45 o yaitu sebesar 0.243806. Sedangkan untuk biji pinang yang rusak nilai
o
maksimumnya pada arah sudut 0 sebesar 0.468985 dan nilai minimum pada arah

sudut 0 o dan 45 o yaitu sebesar 0.156567. Sedangkan untuk nilai rata-rata tertinggi biji
o
pinang baik pada arah sudut 0 yaitu sebesar 0.32955 sedangkan untuk biji pinang

rusak nilai tertinggi pada arah sudut 0o sebesar 0.232953. Adapun keseleruhan nilai

max, min dan rata-rata hasil ekstraksi fitur energi pada arah sudut 0o, 45o, 90o, dan

135o dengan jarak 1 pixel diperlihatkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Nilai max, min dan rata-rata hasil ekstraksi fitur energi pada 0o, 45o, 90o,
dan 135o dengan jarak 1 pixel

Biji Pinang Bagus Biji Pinang Rusak


Energi
0o 45 o 90 o 135 o 0o 45 o 90 o 135 o

Max 0.509057 0.497359 0.509969 0.499195 0.468985 0.462593 0.468112 0.463046

Min 0.260545 0.243806 0.258993 0.244919 0.156567 0.156567 0.162245 0.162245

Rata-rata 0.329550 0.313181 0.328659 0.314572 0.232953 0.230767 0.233008 0.227161

Untuk menghitung fitur kontras pada penelitian ini menggunaan Persamaan

(2.8) dimana fitur kontras menunjukkan ukuran penyebaran (momen inersia) elemen-

elemen matriks citra dari biji pinang bagus dan pinang rusak. Jika letaknya jauh dari

diagonal utama, nilai kekontrasan besar. Secara visual, nilai kekontrasan adalah ukuran

variasi antar derajat keabuan suatu daerah citra. Hasil perhitungan kontras pada citra biji

pinang menunjukka berkaitan dengan jumlah keberagaman intensitas keabuan dalam citra

biji pinang bagus maupun rusak. Hasil ektraksi dari fitur kontras baik pinang bagus dan

pinang rusak pada arah sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan jarak 1 pixel seperti

ditunjukkan pada Gambar 4.4 dan Lampiran 2.


35

Gambar 4.4. Hasil ektraksi fitur kontras pada sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o
dengan jarak 1 pixel

Dari hasil ekstraksi fitur kontras diperoleh nilai maksimum untuk biji pinang

bagus sebesar 0.175979 pada sudut 45o dan nilai masimum untuk biji pinang rusak

sebesar 0.219113 pada sudut 45o. Sedangkan nilai minimum untuk biji pinang bagus
o
pada sudut 0 yaitu sebesar 0.057387 dan nilai minimum untuk biji pinang rusak

sebesar 0.055282 pada sudut 0 o. Adapun nilai rata-rata tertinggi pada fitur kontras

diperoleh sebesar 0.125097 untuk biji pinang bagus pada sudut 0 o dan untuk biji pinang

rusak diperoleh sebesar 0.136242 pada sudut 135o. keseleruhan nilai max, min dan

rata-rata hasil ekstraksi fitur kontras pada 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan jarak 1 pixel

diperlihatkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Nilai max, min dan rata-rata hasil ekstraksi fitur kontras pada 0o, 45o, 90o,
dan 135o dengan jarak 1 pixel
Biji Pinang Bagus Biji Pinang Rusak
Kontras
0o 45 o 90 o 135 o 0o 45 o 90 o 135 o
Max 0.131736 0.175979 0.136729 0.172788 0.154774 0.219113 0.15386 0.192392

Min 0.057387 0.075873 0.059505 0.076771 0.055282 0.057337 0.057337 0.075873

Rata-rata 0.094395 0.125097 0.096270 0.122691 0.121022 0.126829 0.120811 0.136242


36

Untuk perhitungan nilai fitur korelasi pada penelitian ini menggunakan

Persamaan (2.9) dimana fitur Korelasi menyatakan ukuran ketergantungan linear derajat

keabuan citra sehingga dapat memberikan petunjuk adanya struktur linear dalam citra.

Hasil ekstraksi dengan menggunakan fitur korelasi baik pinang bagus dan pinang rusak

pada 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan jarak 1 pixel seperti ditunjukan pada Lampiran 2 dan

Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Hasil ektraksi fitur korelasi pada sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o
dengan jarak 1 pixel

Dari hasil ekstraksi dengan menggunakan fitur korelasi diperoleh nilai

maksimum untuk biji pinang bagus sebesar 0.953944 pada sudut 0 o, sedangkan pada

biji pinang rusak diperoleh nilai maksimum sebesar 0.983524 pada sudut 0 o. Untuk

nilai minimum pada biji pinang baik diperoleh nilai sebesar 0.806423 pada sudut 45 o

sedangkan nilai minimum pada biji pinang rusak diperoleh nilai sebesar 0.907414 pada
o
masing-masing sudut 0 dan 45 o. Sedangkan nilai rata-rata diperoleh nilai sebesar

0.910799 pada sudut 0 o untuk biji pinang baik dan untuk biji pinang rusak diperoleh

nilai rata-rata sebesar 0.950723 pada sudut 90 o. Hasil keseleruhan nilai max, min dan
37

rata-rata dari ekstraksi fitur korelasi pada 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan jarak 1 pixel

seperti ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil keseleruhan nilai max, min dan rata-rata dari ekstraksi fitur korelasi
pada 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan jarak 1 pixel.

Biji Pinang Bagus Biji Pinang Rusak


Korelasi
0o 45 o 90 o 135 o 0o 45 o 90 o 135 o
Max 0.953944 0.937981 0.953139 0.93925 0.983524 0.977695 0.982909 0.977261

Min 0.853916 0.806423 0.852371 0.809539 0.907416 0.907416 0.913176 0.913176

Rata-rata 0.910799 0.881473 0.909179 0.883804 0.950647 0.94826 0.950723 0.94435

Untuk perhitungan nilai fitur Entropi pada penelitian ini menggunakan

Persamaan (2.10), dimana fitur entropi dapat menunjukkan ketidakteraturan ukuran

bentuk, jika nilai Entropinya besar untuk citra dengan transisi derajat keabuan merata dan

bernilai kecil jika struktur citra tidak teratur (bervariasi). Adapun hasil ekstraksi dengan

menggunakan fitur entropi baik pinang bagus dan pinang rusak pada 0o, 45o, 90o, dan

135o dengan jarak 1 pixel seperti ditunjukkan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Hasil ektraksi fitur entropi pada sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o
dengan jarak 1 pixel
38

Dari hasil ekstraksi dengan menggunakan fitur entropi diperoleh nilai maksimum

untuk biji pinang bagus sebesar 1.763661 pada sudut 45 o sedangan untuk biji pinang rusak

diperoleh nilai maksimum sebesar 2.156485 pada sudut 45 o. Nilai minimum diperoleh

o
sebesar 1.002281 pada sudut 0 untuk biji pinang bagus dan untuk biji pinang rusak

diperoleh nilai minimum sebesar 1.208559 pada sudut 0o. Sedangkan untuk nilai rata-rata

biji pinang bagus diperoleh nilai sebesar 1.447935 pada sudut 45 o dan untuk biji pinang

rusak diperoleh nilai rata-rata sebesar 1.834921 pada sudut 135o. Nilai max, min dan rata-

rata dari ekstraksi fitur Entropi pada 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan jarak 1 pixel seperti

ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Nilai max, min dan rata-rata dari ekstraksi fitur Entropi pada 0o, 45o, 90o,
dan 135o dengan jarak 1 pixel

Biji Pinang Bagus Biji Pinang Rusak


Entropi
0o 45 o 90 o 135 o 0o 45 o 90 o 135 o
Max 1.683672 1.763661 1.686521 1.755619 2.037045 2.156485 2.035502 2.112484

Min 1.002281 1.049241 0.998888 1.043048 1.208559 1.21418 1.21418 1.252137

Rata-rata 1.379911 1.447935 1.383998 1.442925 1.80051 1.81348 1.800165 1.834921

Untuk perhitungan nilai fitur Homogenitas pada penelitian ini menggunakan

Persamaan (2.11), dimana fitur homogenitas yang menunjukkan kehomogenan citra

berderajat keabuan sejenis. Secara matematis, homogenitas GLCM adalah invers dari

kontras GLCM, yaitu keseragaman intensitas keabuan pada citra. Adapun hasil

ekstraksi fitur homogenitas baik pinang bagus dan pinang rusak pada 0 o, 45o, 90o, dan

135o dengan jarak 1 pixel seperti ditunjukan pada Gambar 4.7.


39

Gambar 4.7. Hasil ektraksi fitur homogenitas pada sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o
dengan jarak 1 pixel
Dari hasil ekstraksi dengan menggunakan fitur homogenitas diperoleh nilai

maksimum untuk biji pinang bagus sebesar 0.971321 pada sudut 0 o dan nilai masimum

untuk biji pinang rusak sebesar 0.972697 pada sudut 0 o. Sedangkan nilai minimum

untuk biji pinang bagus pada sudut 0 o yaitu sebesar 0.912078 dan nilai minimum untuk
o
biji pinang rusak sebesar 0.897861 pada masing-masing sudut 0 dan 45 o. Adapun

nilai rata-rata tertinggi pada fitur kontras diperoleh sebesar 0.952857 untuk biji pinang

bagus pada sudut 0o dan untuk biji pinang rusak diperoleh sebesar 0.940231 pada sudut

90o. Hasil keseleruhan nilai max, min dan rata-rata dari ekstraksi fitur Homogenitas

pada 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan jarak 1 pixel seperti ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Nilai max, min dan rata-rata dari ekstraksi fitur Homogenitas pada 0o, 45o,
90o, dan 135o dengan jarak 1 pixel

Biji Pinang Bagus Biji Pinang Rusak


Entropi
0o 45 o 90 o 135 o 0o 45 o 90 o 135 o
Max 0.971321 0.962154 0.970293 0.961875 0.972697 0.963343 0.971497 0.963767
Min 0.934132 0.912078 0.93165 0.91384 0.897861 0.897861 0.907361 0.907361
Rata-rata 0.952857 0.937713 0.951955 0.938933 0.940144 0.937377 0.940231 0.932838
40

4.2. Pengujian Probabilistic Neural Network (PNN)

Pada tahap pengujian deteksi dengan menggunakan Probabilistic Neural

Network (PNN) terhadap citra biji pinang hasil ekstraksi fitur dengan Gray Level

Cooccurrence Matrix (GLCM) yang dikelompokkan menjadi dua yaitu citra biji pinang

bagus dan citra biji pinang rusak. Adapun hasil pengujian deteksi dengan

menggunakan fitur energi untuk sudut 0 o, 45o, 90 o


dan 135 o
dengan jarak 1 pixel

seperti ditunjukkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Hasil deteksi dengan fitur energi

No Citra Jenis Pinang Hasil Deteksi

1 36.Jpg Bagus 1 Benar

2 37.Jpg Bagus 1 Benar

3 38.Jpg Bagus 1 Benar


4 39.Jpg Bagus 1 Benar

5 40.Jpg Bagus 1 Benar

6 41.Jpg Bagus 1 Benar

7 42.Jpg Bagus 1 Benar

8 43.Jpg Bagus 1 Benar

9 44.Jpg Bagus 1 Benar


10 45.Jpg Bagus 1 Benar

11 46.Jpg Bagus 1 Benar

12 47.Jpg Bagus 1 Benar

13 48.Jpg Bagus 1 Benar

14 49.Jpg Bagus 1 Benar

15 50.Jpg Bagus 1 Benar


41

Tabel 4.6. (sambungan)

No Citra Jenis Pinang Hasil Deteksi

16 86.Jpg Rusak 2 Benar


17 87.Jpg Rusak 2 Benar
18 88.Jpg Rusak 2 Benar
19 89.Jpg Rusak 2 Benar
20 90.Jpg Rusak 2 Benar
21 91.Jpg Rusak 2 Benar
22 92.Jpg Rusak 1 Salah
23 93.Jpg Rusak 2 Benar
24 94.Jpg Rusak 2 Benar
25 95.Jpg Rusak 2 Benar
26 96.Jpg Rusak 2 Benar
27 97.Jpg Rusak 2 Benar
28 98.Jpg Rusak 1 Salah
29 99.Jpg Rusak 2 Benar
30 100.Jpg Rusak 1 Salah
27
Persentase Keberhasilan Deteksi x100%  90%
30

Untuk pengujian fitur energi diperoleh hasil deteksi sebesar 90% dimana

terdapat tiga citra yaitu . yang tidak dapat terdeteksi dengan baik citra 92.jpg, 98.jpg

dan citra 100.jpg

Adapun hasil pengujian deteksi kerusakan biji pinang bagus dan biji pinang

rusak dengan menggunakan fitur Kontras untuk sudut 0 o, 45 o, 90 o dan 135 o dengan

jarak 1 pixel seperti ditunjukkan pada Tabel 4.7.


42

Tabel 4.7. Hasil deteksi dengan fitur Kontras

No Citra Jenis Pinang Hasil Deteksi

1 36.Jpg Bagus 1 Benar


2 37.Jpg Bagus 1 Benar
3 38.Jpg Bagus 2 Salah
4 39.Jpg Bagus 1 Benar
5 40.Jpg Bagus 1 Benar
6 41.Jpg Bagus 1 Benar
7 42.Jpg Bagus 1 Benar
8 43.Jpg Bagus 1 Benar
9 44.Jpg Bagus 1 Benar
10 45.Jpg Bagus 1 Benar
11 46.Jpg Bagus 1 Benar
12 47.Jpg Bagus 1 Benar
13 48.Jpg Bagus 1 Benar
14 49.Jpg Bagus 1 Benar
15 50.Jpg Bagus 1 Benar
16 86.Jpg Rusak 2 Benar
17 87.Jpg Rusak 1 Salah
18 88.Jpg Rusak 2 Benar
19 89.Jpg Rusak 2 Benar
20 90.Jpg Rusak 1 Salah
21 91.Jpg Rusak 2 Benar
22 92.Jpg Rusak 1 Salah
23 93.Jpg Rusak 2 Benar
24 94.Jpg Rusak 1 Salah
25 95.Jpg Rusak 1 Salah
26 96.Jpg Rusak 1 Salah
43

Tabel 4.7. (sambungan)

No Citra Jenis Pinang Hasil Deteksi

27 97.Jpg Rusak 2 Benar

28 98.Jpg Rusak 1 Salah

29 99.Jpg Rusak 2 Benar

30 100.Jpg Rusak 1 Salah

21
Persentase Keberhasilan Deteksi x100%  70%
30

Untuk pengujian dengan menggunakan fitur kontras diperoleh hasil klasifikasi

sebesar 70% dimana terdapat sembilan citra yang tidak dapat terdeteksi dengan baik

yaitu citra 39.jpg, 87,jpg, 90.jpg, 92.jpg, 94.jpg, 95.jpg, 96.jpg, 98.jpg dan citra

100.jpg.

Untuk hasil pengujian deteksi dengan menggunakan fitur Korelasi untuk sudut

0 o, 45 o, 90 o dan 135 o dengan jarak 1 pixel seperti ditunjukkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Hasil deteksi dengan fitur Korelasi

No Citra Jenis Pinang Hasil Deteksi

1 36.Jpg Bagus 2 Salah


2 37.Jpg Bagus 1 Benar
3 38.Jpg Bagus 1 Benar
4 39.Jpg Bagus 1 Benar
5 40.Jpg Bagus 2 Salah
6 41.Jpg Bagus 1 Benar
7 42.Jpg Bagus 1 Benar

8 43.Jpg Bagus 1 Benar


44

Tabel 4.8. (sambungan)


No Citra Jenis Pinang Hasil Deteksi
9 44.Jpg Bagus 1 Benar
10 45.Jpg Bagus 1 Benar
11 46.Jpg Bagus 1 Benar
12 47.Jpg Bagus 1 Benar
13 48.Jpg Bagus 2 Salah
14 49.Jpg Bagus 1 Benar
15 50.Jpg Bagus 1 Benar
16 86.Jpg Rusak 1 Benar
17 87.Jpg Rusak 2 Benar
18 88.Jpg Rusak 2 Benar
19 89.Jpg Rusak 2 Benar
20 90.Jpg Rusak 2 Benar
21 91.Jpg Rusak 2 Benar
22 92.Jpg Rusak 2 Benar
23 93.Jpg Rusak 2 Benar
24 94.Jpg Rusak 2 Benar
25 95.Jpg Rusak 2 Benar
26 96.Jpg Rusak 2 Benar
27 97.Jpg Rusak 2 Benar
28 98.Jpg Rusak 2 Benar
29 99.Jpg Rusak 2 Benar
30 100.Jpg Rusak 2 Benar
27
Persentase Keberhasilan Deteksi x100%  90%
30
45

Untuk pengujian fitur korelasi diperoleh hasil deteksi sebesar 90% dimana

terdapat tiga citra yang tidak dapat terdeteksi dengan baik yatitu citra 36.jpg, 40.jpg dan

citra 48.jpg.

Untuk hasil pengujian deteksi dengan menggunakan fitur Entropi untuk sudut

0o, 45 o, 90 o dan 135 o dengan jarak 1 pixel seperti ditunjukkan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Hasil deteksi dengan fitur Entropi

No Citra Jenis Pinang Hasil Deteksi

1 36.Jpg Bagus 1 Benar


2 37.Jpg Bagus 1 Benar
3 38.Jpg Bagus 1 Benar
4 39.Jpg Bagus 1 Benar
5 40.Jpg Bagus 1 Benar
6 41.Jpg Bagus 1 Benar
7 42.Jpg Bagus 1 Benar
8 43.Jpg Bagus 1 Benar
9 44.Jpg Bagus 1 Benar
10 45.Jpg Bagus 1 Benar
11 46.Jpg Bagus 1 Benar
12 47.Jpg Bagus 1 Benar
13 48.Jpg Bagus 1 Benar
14 49.Jpg Bagus 1 Benar
15 50.Jpg Bagus 1 Benar
16 86.Jpg Rusak 1 Benar
17 87.Jpg Rusak 2 Benar
18 88.Jpg Rusak 2 Benar
46

Tabel 4.9. (sambungan)

No Citra Jenis Pinang Hasil Deteksi


19 89.Jpg Rusak 2 Benar
20 90.Jpg Rusak 2 Benar
21 91.Jpg Rusak 2 Benar
22 92.Jpg Rusak 2 Benar
23 93.Jpg Rusak 2 Benar
24 94.Jpg Rusak 2 Benar
25 95.Jpg Rusak 2 Benar
26 96.Jpg Rusak 2 Benar
27 97.Jpg Rusak 2 Benar
28 98.Jpg Rusak 2 Benar
29 99.Jpg Rusak 2 Benar
30 100.Jpg Rusak 2 Benar
30
Persentase Keberhasilan Deteksi x100%  100%
30

Untuk pengujian fitur entropi diperoleh hasil klasifikasi sebesar 100% dimana

seluruh citra dapat terdeteksi dengan baik.

Untuk hasil pengujian deteksi dengan menggunakan fitur Homogenitas untuk

sudut 0 o, 45 o, 90 o dan 135 o dengan jarak 1 pixel seperti ditunjukkan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Hasil deteksi dengan fitur Homogenitas

No Citra Jenis Pinang Hasil Deteksi

1 36.Jpg Bagus 1 Benar


2 37.Jpg Bagus 1 Benar
3 38.Jpg Bagus 2 Salah
4 39.Jpg Bagus 1 Benar
5 40.Jpg Bagus 1 Benar
47

Tabel 4.10. (sambungan)

No Citra Jenis Pinang Hasil Deteksi


6 41.Jpg Bagus 1 Benar
7 42.Jpg Bagus 1 Benar
8 43.Jpg Bagus 1 Benar
9 44.Jpg Bagus 1 Benar
10 45.Jpg Bagus 1 Benar
11 46.Jpg Bagus 1 Benar
12 47.Jpg Bagus 1 Benar
13 48.Jpg Bagus 1 Benar
14 49.Jpg Bagus 1 Benar
15 50.Jpg Bagus 2 Salah
16 86.Jpg Rusak 2 Benar
17 87.Jpg Rusak 1 Salah
18 88.Jpg Rusak 2 Benar
19 89.Jpg Rusak 2 Benar
20 90.Jpg Rusak 1 Salah
21 91.Jpg Rusak 2 Benar
22 92.Jpg Rusak 1 Salah
23 93.Jpg Rusak 2 Benar
24 94.Jpg Rusak 1 Salah
25 95.Jpg Rusak 1 Salah
26 96.Jpg Rusak 1 Salah
27 97.Jpg Rusak 2 Benar
28 98.Jpg Rusak 1 Salah
29 99.Jpg Rusak 2 Benar
30 100.Jpg Rusak 1 Salah
20
Persentase Keberhasilan Deteksi x100%  66,66%
30
48

Untuk pengujian fitur homogenitas diperoleh hasil deteksi sebesar 66,66%

dimana terdapat 10 citra yang tidak dapat terdetekksi dengan baik.

Dengan mengkombinasikan nilai kelima fitur maka terlihat dari hasil pengujian

bahwa keberhasilan deteksi mencapai tingkat 100%. Hasil pengujian seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Hasil deteksi dengan kombinasi fitur Energi, Kontras, Korelasi, Entropi
Dan Homogenitas

No Citra Jenis Pinang Hasil Deteksi

1 36.Jpg Bagus 1 Benar


2 37.Jpg Bagus 1 Benar
3 38.Jpg Bagus 1 Benar
4 39.Jpg Bagus 1 Benar
5 40.Jpg Bagus 1 Benar
6 41.Jpg Bagus 1 Benar
7 42.Jpg Bagus 1 Benar
8 43.Jpg Bagus 1 Benar
9 44.Jpg Bagus 1 Benar
10 45.Jpg Bagus 1 Benar
11 46.Jpg Bagus 1 Benar
12 47.Jpg Bagus 1 Benar
13 48.Jpg Bagus 1 Benar
14 49.Jpg Bagus 1 Benar
15 50.Jpg Bagus 1 Benar
16 86.Jpg Rusak 1 Benar
17 87.Jpg Rusak 2 Benar
18 88.Jpg Rusak 2 Benar
49

Tabel 4.11. (sambungan)

No Citra Jenis Pinang Hasil Deteksi

19 89.Jpg Rusak 2 Benar


20 90.Jpg Rusak 2 Benar
21 91.Jpg Rusak 2 Benar
22 92.Jpg Rusak 2 Benar
23 93.Jpg Rusak 2 Benar
24 94.Jpg Rusak 2 Benar
25 95.Jpg Rusak 2 Benar
26 96.Jpg Rusak 2 Benar
27 97.Jpg Rusak 2 Benar
28 98.Jpg Rusak 2 Benar
29 99.Jpg Rusak 2 Benar
30 100.Jpg Rusak 2 Benar

30
Persentase Keberhasilan Deteksi x100%  100%
30

Dari hasil pengujian dengan menggunakan lima fitur terlihat bahwa adanya

penyebaran nilai pada masing-masing arah sudut 0 o, 45 o, 90 o dan 135 o dengan jarak 1

pixel untuk nilai maksimum, minimum dan nilai rata-rata dari masing-masing fitur.

Dengan mengkombinasikan fitur-fitur pada pengujian diperoleh tingkat keberhasilan

deteksi yang beragam juga dari hasil pengujian terlihat fitur entropi sangat berperan

dalam keberhasilan deteksi dimana tingkat keberhasilan mencapai 100%. Selain fitur

entropi tingkat keberhasilan hasil deteksi juga terlihat pada kombinasi kelima fitur

dimana hasilnya juga mencapai tingat 100%.


50

Hasil pengujian deteksi kurusakan terhadap 30 citra biji pinang yang terbagi 15

citra biji bagus dan 15 citra biji pinang rusak berdasarkan hasil ekstraksi fitur tekstur

yaitu fitur Energi, fitur kontras, fitur korelasi, fitur entropy, fitur homogenitas.dan

kombinasi kelima fitur dengan arah sudut 0 o, 45 o, 90 o dan 135 o dengan jarak 1 pixel

dapat terlihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Hasil deteksi dengan fitur Energi, Kontras, Korelasi, Entropi, Homogenitas
dan kombinasi semua fitur

Hasil Hasil tidak Keberhasilan


No Fitur
akurat akurat deteksi
1 Energi 27 3 90 %

2 Kontras 21 9 70 %

3 Korelasi 27 3 90 %

4 Entropi 30 0 100 %

5 Homogenitas 20 10 66,66%

Energi, Kontras, Korelasi, Entropi


5 30 0 100 %
dan Homogenitas

Hasil pengujian deteksi yang terdapat pada Tabel 4.12 keberhasilan deteksi

terhadap 30 citra biji pinang yang terbagi 15 citra biji bagus dan 15 citra biji pinang

rusak menggunakan Probabilistic Neural Network (PNN) dengan nilai fitur Energi,

fitur kontras, fitur korelasi, fitur entropy, fitur homogenitas dan kombinasi kelima fitur

dengan arah sudut 0 o, 45 o, 90 o dan 135 o dengan jarak 1 pixel hasil ektraksi fitur

menggunakan metode GLCM (Gray Level Co-occurrence Matrix) mencapai 100 % dan

yang paling rendah 66,66%.


51

4.4. Pengembangan Interface Deteksi Kerusakan Biji Pinang.

Algoritma
Pengolahan Citra
(GLCM dan PNN)

Sensor
Camera Koneksi Personal
Infra
WebCam USB Computer
Red

MOTOR 1

Koneksi Sistem
SERIAL Minimum
PORT AVR8535

MOTOR 2

Gambar 4.8. Diagram alir system deteksi kerusakan biji pinang

Pada diagram alir system Gambar 4.8 digambarkan tahap-tahap pengembangan

interface sistem deteksi kerusakan biji pinang dengan mengunakan metode

probabilistic Neural Network (PNN). Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam

perancangan dan dapat mengetahui sejauh mana kesalahan atau kegagalan dalam

realisasi penelitian ini. Blok sistem kendali pada sistem konveyor, ketika inisialisasi

diberikan, webcam akan mengakuisisi citra kemudian diteruskan ke komputer.

Selanjutnya computer akan memproses data berupa citra biji pinang yang telah diambil

oleh webcam menggunakan metode probabilistic Neural Network (PNN) dan konveyor

akan berjalan lagi sampai biji pinang jatuh pada konveyor ke dua. Berdasarkan data
52

yang telah diambil maka computer akan mengambil kesimpulan biji pinang tersebut

termasuk katagori bagus atau rusak. Jika katagori baik maka computer akan

memberikan data ke mikrokontroller untuk menggerakkan motor konveyor 2 untuk

bergerak ke kanan dan akan bergerak ke kiri jika biji pinang masuk dalam katagori

rusak. Proses ini akan terus berlangsung sampai sensor infra red tidak mendeteksi

adanya objek biji pinang selama beberapa detik dan system akan off Gambar 4.9

menujukkan rancangan konveyor pemisah biji pinang.


Webcam
Konveyor1
LED

Konveyor2

Motor
konveyor1
Infra Red

Motor
konveyor2

Gambar 4.9. Rancangan konveyor pemisah biji pinang

Spesifikasi konveyor pemisah biji pinang seabagai berikut:

a. Dimensi konveyor1 : P x L x T : 100 x 20 x 50

b. Motor konveyor1 : DC 12 volt, 1 Amp

c. Dimensi konveyor2 : P x L x T : 30 x 20 x 45

d. Motor konveyor2 : DC 12 volt, 1 Amp

e. Web Cam : MICROSOFT LifeCam Cinema

f. LED : 5 mm, 2 x 3
53

Keterangan tambahan gambar:

1. Motor konvenyor1 dan 2 adalah motor DC 12 V dengan kecepatan 40 rpm

yang berfungsi untuk menjalankan belt conveyor

2. Konvenyor 1 adalah konvenyor utama yang berfungsi untuk mendeteksi biji

pinang.

3. Webcam terhubung dengan port USB sebagai media komunikasi ke

komputer diletakan di atas penyangga dengan ketinggian 20 cm diukur dari

dasar hingga ke kamera.

4. Sensor Infra Red digunakan sebagai pengindra untuk mengenali objek yang

melintas.

5. LED penerang berfungsi untuk mengurangi bayangan yang mengganggu

pembacaan kamera.

6. Konvenyor 2 adalah konvenyor yang berfungsi untuk memisahkan biji

pinang, dimana jika biji pinang bagus akan di arahkan ke kanan dan jika biji

pinang rusak akan diarahkan ke kiri.

7. Objek berupa biji pinang yang diletakkan beraturan sesuai dengan posisi

yang telah ditentukan pada konveyor1.

8. Sistem terhubung langsung ke komputer dengan media komunikasi serial

RS-232 dengan antarmuka usb-to-serial converter, melalui fitur komunikasi

USART (Universal Synchronous Asynchronous serial Receiver and

Transmitter) yang tersedia pada mikrokontroller 8535.


54

4.4.1. Rangkaian mikrokontroller

Pada Gambar 4.10 ditunjukkan alokasi pin-pin pada mikrokontroller yang

digunakan pada rangkain pengendali sitem deteksi kerusakan biji pinang . Perintah dari

komputer dikirimkan secara serial melalui PIND.0 dan PIND.1 untuk memberikan aksi

ke PORTA.0 sebagai pengendali motor konveyor 1 dan motor konveyor 2 terhubung

pada PORTA.1.

Gambar 4.10. Rangkaian mikrokontroller


BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian pada pendeteksi

kerusakan biji pinang dengan metode propabilistic neural network adalah sebagai

berikut:

a. Nilai fitur Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM) sangat menentukan tingkat

akurasi deteksi kerusakan biji pinang, nilai fitur tekstur yang dihitung adalah Energi,

Kontras, Korelasi, Entropi dan Homogenias dari 4 arah yaitu 0o, 45o, 90o, dan 135o

dengan jarak 1 pixel.

b. Penggabungan semua fitur Gray Level Co-occurrence Matrix dengan metode

Probabilistic Neural Network yang diusulkan dalam penelitian ini sangat baik

karena mampu melakukan deteksi biji pinang bagus dan biji pinang rusak dengan

tingkat akurasi hingga 100%.

5.2. Saran

Adapun saran-saran untuk pengembangan dan modifikasi kearah yang lebih

baik yaitu:

a. Perlu dilakukan perbaikan bagi akuisisi citra, dengan pengaturan pencahayaan baik

intensitas, sudut pencahayaan dan pemilihan kamera yang digunakan untuk akuisisi

citra biji pinang.

b. Implementasi deteksi kerusakan biji pinang perlu dilakukan dengan pengambilan

gambar citra secara lansung dengan kamera.

55
Daftar Pustaka

[1] Wijanarko A. P,. T. 2014. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Hasil Pengenalan
Citra Dengan Gray Level Co-Occurrence Matrix Dan Probabilistic Neural
Network, Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, ISSN : 2087 - 0868,
Volume 5. 35-45

[2] Mustafa, N .B. A . Arumugam. K. Ahmed. S.K. and Sharif , Z.A. M. 2011.
Classification of fruits using Probabilistic Neural Networks - Improvement
using color features. IEEE Region 10 Conference . TENCON.2011. 264 –
269.

[3] Unay, D.,Gosselin, B. 2005,Artificial neural network-based segmentation and


apple grading by Machine vision, Image Processing,. ICIP 2005. IEEE
International Conference on Volume: 2 Page(s): II - 630-3

[4] Finawan, A. 2011. Pengenalan Kerusakan pada Biji Pinang Dengan Pengolahan
Citra Digital Menggunakan Operasi Pengambangan Otsu, Seminar
Nasional dan Expo Teknik Elektro, Banda Aceh

[5] Kulkarni, A.H., and Patil, S.B. 2012. Automated Garment identification and defect
detection model based on Texture Features and PNN, International Journal
of Latest Trends in Engineering and Technology, Vol. 1, Issue 2 July.

[6] Wu, S.G,. Bao, F.S., Xu, E.Y., Wang, Yu-Xuan, Hang, Yi-Fan and Xiang, Qiao-
Liang. 2007. A Leaf Recognition Algorithm for Plant Classification Using
Probabilistic Neural Network. IEEE International Symposium. 11-16

[7] Dayanand Savakar, 2012. Identification and Classification of Bulk Fruits Images
using Artificial Neural Networks, International Journal of Engineering and
Innovative Technology (IJEIT) Volume 1, Issue 3

[8] Alasadi, T. A,. and, Baiee, W. R. 2014. Analysis of GLCM Feature Extraction for
Choosing Appropriate Angle Relative to BP Classifier, Journal of Computer
Engineering (IOSR-JCE) Volume 16. Issue 1, Ver. VII, PP 65-69

[9] Somantri, A. S. 2010. Menentukan Klasifikasi Mutu Fisik Beras Dengan


Menggunakan Teknologi Pengolahan Citra Digital dan Jaringan Syaraf
Tiruan, Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 3 Tahun 2010: 162 – 173

56
57

[10] Sofi’i, I. Astika dan Suroso. 2005. Penentuan Jenis Cacat Biji Kopi dengan
Pengolahan Citra Digital dan Artificial neural networks, Jurnal
Keteknikan Pertanian, Vol 19, No.2, hal 99-108.

[11] Eliyani, Tulus dan Fahmi. 2012. Pengenalan Tingkat Kematangan Buah Pepaya
Paya Rabo Menggunakan Pengolaham Citra Berdasarkan Warna (RGB)
Dengan K- Means Clustering, Jurnal LITEK, Vol 9, No. 2, hal 139-143.

[12] Gonzalez, R. C. and Woods, R.E. 2008. Digital Image Processing, Third Adition,
Pearson Prentice Hall.

[13] Meiyanto, E. 2008. Ethanolic extract of Areca catechu seeds inhibit


proliferationand induce apoptosis on MCF-7 cells, Majalah Farmasi
Indonesia. 19(1),

[14] Jain, A. K. 1989. Fundamental of Digital Image Processing, Prentice Hall,


Inc,Englewood Cliffs.

[15] Al Fata, Hanif. 2007. Konversi Format Citra RGB Ke Format Grayscale
Menggunakan Visual Basic, Seminar Nasional Teknologi , Yogyakarta.

[16] Russ, J. C. 1999. Image Processing Toolbox User’s Guide Version 2.2, Second
Edition, CRC Press, Boca Raton, ISBN 0-8493-2516-1.

[17] Munir, R. 2004. Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan


Algoritmik,Informatika, Bandung.

[18] Sutoyo,T., Mulyanto, E., Suhartono. V., Nurhayati, O.D., dan Wijananto. 2009.
Teori Pengolahan Citra Digital, Andi, Yogyakarta.

[19] Basuki, A. Palandi, F.J., dan Fatchurrochman. 2005. Pengolahan Citra Digital
menggunakan Visual Basic, Graha Ilmu, Yogyakarta.

[20] Ahmad, U., 2005. Pengolahan Citra Digital dan Teknik Pemrogramannya, Graha
Ilmu, Yogyakarta.

[21] H Karaddi, S. and Kohir, V. 2014. Detection and Classification of Brain cancer
using BPNN and PNN, International Journal for Scientific Research &
Development, Vol. 2, Issue 06, 256-260.

[22] Pathak, B., and Barooah, D. 2013. Texture Analysis Based On The Gray-Level
Co-Occurrence Matrix Considering Possible Orientations, International
Journal of Advanced Research in Electrical, Electronics and
Instrumentation Engineering, Vol. 2, Issue 9, 4205-4212.
58

[23] Santhanam, T., and Radhika, S., 2011. ProbabilisticNeural Network – A Better
Solution for Noise Classification, Journal of Theoretical and Applied
Information Technology, Vol. 27 No.1, 39-42.

[24] El Emary, Ibrahiem M.M., dan Ramakrishnan, S., 2008. On the Application of
Various Probabilistic Neural Networks in Solving Different Pattern
Classification Problems, World Applied Sciences Journal 4 (6) , 772-780.

[25] Mishra, Madhusmita., Jena. A, R,. And Das. J,. 2013. A Probabilistic Neural
Network Approach For Classification of Vehicle, International Journal of
Application or Innovation in Engineering & Management (IJAIEM),
Vol 2, Issue 7, 367-371.

[26] Specht, DF. 1990. Probabilistic Neural Networks. Neural Network. 3: 109-118.
59

Lampiran 1: Citra Pinang Bagus dan Rusak

File 1 File 2 File 3 File 4 File 5


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 6 File 7 File 8 File 9 File 10


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 11 File 12 File 13 File 14 File 15


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 16 File 17 File 18 File 19 File 20


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 21 File 22 File 23 File 24 File 25


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400
60

File 26 File 27 File 28 File 29 File 30


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 31 File 32 File 33 File 34 File 35


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 36 File 37 File 38 File 39 File 40


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 41 File 42 File 43 File 44 File 45


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 46 File 47 File 48 File 49 File 50


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400
61

File 51 File 52 File 53 File 54 File 55


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 56 File 57 File 58 File 59 File 60


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 61 File 62 File 63 File 64 File 65


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 66 File 67 File 68 File 69 File 70


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 71 File 72 File 73 File 74 File 75


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400
62

File 76 File 77 File 78 File 79 File 80


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 81 File 82 File 83 File 84 File 85


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 86 File 87 File 88 File 89 File 90


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 91 File 92 File 93 File 94 File 95


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400

File 96 File 97 File 98 File 99 File 100


Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400 Dimensi 400x400
63

Lampiran 2: Nilai Fitur atau Ciri GLCM Citra Pinang Bagus dan Rusak

1. Energi pada jarak d =1, = 0°, 45°, 90° dan 135°.

Energi
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
1.jpg 0,320955202 0,308534001 0,322276747 0,311029006
2.jpg 0,285596485 0,271678451 0,285782557 0,272918725
3.jpg 0,292968897 0,277037072 0,293001256 0,280773775
4.jpg 0,456335979 0,445055668 0,455837998 0,44490472
5.jpg 0,406573442 0,392192705 0,405072261 0,39372954
6.jpg 0,278903084 0,264034147 0,279588799 0,264793203
7.jpg 0,31097653 0,29618793 0,311843804 0,298905375
8.jpg 0,432162186 0,413731796 0,431841285 0,417263373
9.jpg 0,404874109 0,391732995 0,408401481 0,392520557
10.jpg 0,268529853 0,249223801 0,26491982 0,251820872
11.jpg 0,410686188 0,386887648 0,403773452 0,388681065
12.jpg 0,26054454 0,243806343 0,258992584 0,244919034
13.jpg 0,438538633 0,419500062 0,44014355 0,421240548
14.jpg 0,263482226 0,249299728 0,260057037 0,2481942
15.jpg 0,50905674 0,497358578 0,509969409 0,499194927
16.jpg 0,280813315 0,259256272 0,279016325 0,26122977
17.jpg 0,285287826 0,264669741 0,283100546 0,266606044
18.jpg 0,342211138 0,330005226 0,343758248 0,329796806
19.jpg 0,280127347 0,265884059 0,277441188 0,264765198
20.jpg 0,320602344 0,307424297 0,319844262 0,308935944
21.jpg 0,310004256 0,29070218 0,308196018 0,294515129
22.jpg 0,297507758 0,27926418 0,294005984 0,27918245
23.jpg 0,272454541 0,251940044 0,271505126 0,254847436
24.jpg 0,372585692 0,354923145 0,370578029 0,356973729
25.jpg 0,311325749 0,290609531 0,310037199 0,294503151
26.jpg 0,359950554 0,346772851 0,35974334 0,348705093
27.jpg 0,288633191 0,272635288 0,286799306 0,274434294
28.jpg 0,274224391 0,254596364 0,271218882 0,255319274
29.jpg 0,278484153 0,263424104 0,279458632 0,26390739
30.jpg 0,296340355 0,280445917 0,29412225 0,279171137
31.jpg 0,260920788 0,244167369 0,260296203 0,246187349
32.jpg 0,301129096 0,283493142 0,2993821 0,284964319
64

1. Energi pada jarak d =1, = 0°, 45°, 90° dan 135°. (sambungan)

Energi
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
33.jpg 0,295175454 0,277124136 0,294268117 0,279283757
34.jpg 0,266264889 0,248911636 0,267242695 0,251784179
35.jpg 0,312903243 0,299002119 0,312159737 0,300067247
36.jpg 0,475475588 0,467222281 0,474078682 0,466940721
37.jpg 0,286439157 0,268034884 0,285875682 0,271823153
38.jpg 0,276532287 0,256570471 0,272850146 0,258369669
39.jpg 0,2988289 0,282912624 0,297316974 0,284388687
40.jpg 0,293503419 0,27933091 0,293875528 0,280950286
41.jpg 0,298893768 0,282362395 0,297917209 0,283201315
42.jpg 0,440648818 0,423601253 0,439712658 0,427193879
43.jpg 0,335528939 0,317173764 0,332891895 0,316534684
44.jpg 0,292828366 0,277082465 0,293682283 0,278195598
45.jpg 0,338063837 0,321609294 0,339835049 0,32305396
46.jpg 0,397397446 0,380751536 0,395845083 0,380310244
47.jpg 0,425057608 0,403796008 0,423980207 0,404771176
48.jpg 0,35189193 0,339875521 0,351134804 0,341212538
49.jpg 0,318814567 0,304523129 0,320524491 0,303299728
50.jpg 0,300452094 0,282711056 0,29975712 0,282272986
51.jpg 0,189303971 0,174838901 0,18794049 0,176812637
52.jpg 0,203804262 0,188338548 0,202976099 0,190626583
53.jpg 0,222199238 0,206757236 0,22157236 0,208806121
54.jpg 0,367189115 0,355637773 0,365783453 0,355300517
55.jpg 0,468985347 0,462593274 0,468111809 0,463045847
56.jpg 0,172783096 0,156566696 0,17325574 0,16224524
57.jpg 0,213147081 0,199528546 0,211193633 0,200597845
58.jpg 0,215101779 0,199947954 0,216760201 0,203070426
59.jpg 0,189899382 0,173106485 0,189113028 0,177298728
60.jpg 0,236865779 0,221970571 0,236970252 0,223871781
61.jpg 0,264614659 0,247976804 0,262682004 0,24916099
62.jpg 0,221901025 0,209147272 0,220649839 0,210652039
63.jpg 0,207344913 0,192141675 0,212862612 0,196276508
64.jpg 0,209579238 0,190621675 0,202559411 0,192708101
65.jpg 0,211257395 0,19569253 0,208418427 0,195387846
66.jpg 0,215028013 0,198415095 0,211920777 0,200377355
65

1. Energi pada jarak d =1, = 0°, 45°, 90° dan 135°. (sambungan)

Energi
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
67.jpg 0,260512502 0,245154476 0,26069696 0,246740738
68.jpg 0,266342359 0,253303642 0,265132978 0,252625473
69.jpg 0,199300302 0,185559808 0,198744247 0,186920251
70.jpg 0,250484589 0,239400118 0,250090955 0,238906597
71.jpg 0,179720957 0,167452125 0,180736535 0,168681225
72.jpg 0,23623496 0,221481305 0,235162595 0,222381612
73.jpg 0,245470473 0,23415632 0,247055647 0,234520802
74.jpg 0,221796211 0,209120133 0,221001123 0,208249187
75.jpg 0,213528598 0,200359352 0,213648311 0,201021764
76.jpg 0,227298775 0,216734398 0,227193774 0,216965413
77.jpg 0,235458501 0,225563482 0,23458734 0,225435784
78.jpg 0,261705672 0,245963566 0,261292115 0,246603692
79.jpg 0,308740543 0,300858219 0,311547832 0,300556023
80.jpg 0,310010484 0,299281785 0,309782063 0,298173094
81.jpg 0,30544962 0,294817125 0,305963773 0,294499217
82.jpg 0,245705082 0,231768776 0,244207056 0,233553516
83.jpg 0,298006933 0,286908107 0,297816454 0,286333213
84.jpg 0,211564203 0,198234325 0,209961974 0,198977939
85.jpg 0,309954586 0,300321754 0,30954692 0,297943563
86.jpg 0,191992629 0,179417679 0,192011974 0,17924177
87.jpg 0,233287134 0,220077973 0,230227651 0,221472493
88.jpg 0,216064464 0,201814668 0,21553522 0,201608246
89.jpg 0,221350394 0,203558285 0,218068873 0,207484759
90.jpg 0,216467758 0,206689863 0,217226471 0,206401856
91.jpg 0,204966145 0,190989318 0,205117902 0,193555922
92.jpg 0,263114611 0,250920223 0,261249532 0,250258118
93.jpg 0,193455917 0,182017636 0,193515142 0,181454449
94.jpg 0,200851359 0,189621437 0,202041692 0,19009294
95.jpg 0,226167209 0,213812966 0,226473349 0,212934491
96.jpg 0,246989756 0,231956978 0,246123023 0,233494848
97.jpg 0,192671774 0,180141706 0,19263444 0,181198622
98.jpg 0,291645975 0,28112654 0,289459771 0,280898213
99.jpg 0,209394263 0,196389845 0,207473368 0,196320137
100.jpg 0,270780138 0,256106202 0,26859507 0,25632641
66

2. Kontras pada jarak d =1, = 0°, 45°, 90° dan 135°.

Kontras
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
1.jpg 0,068966165 0,090313503 0,067261905 0,086268302
2.jpg 0,092406015 0,118975383 0,092349624 0,116889969
3.jpg 0,091672932 0,120997984 0,091541353 0,114113605
4.jpg 0,058226817 0,075872639 0,059505013 0,076777156
5.jpg 0,066710526 0,089515769 0,068934837 0,087241914
6.jpg 0,094072682 0,122285664 0,092982456 0,120847231
7.jpg 0,083565163 0,110181469 0,082155388 0,105282002
8.jpg 0,079505013 0,106739279 0,079511278 0,101820968
9.jpg 0,070620301 0,089264515 0,065538847 0,088341154
10.jpg 0,119918546 0,161550493 0,127531328 0,156035452
11.jpg 0,100250627 0,14141871 0,112788221 0,138045615
12.jpg 0,111296992 0,147210131 0,114379699 0,145815667
13.jpg 0,088458647 0,115533194 0,086892231 0,113372403
14.jpg 0,098828321 0,132706453 0,107199248 0,135300658
15.jpg 0,064555138 0,083473094 0,063464912 0,081230646
16.jpg 0,130532581 0,173271525 0,134179198 0,170784103
17.jpg 0,131735589 0,175978794 0,136729323 0,172787859
18.jpg 0,086365915 0,109861119 0,083577694 0,110313377
19.jpg 0,09141604 0,119999246 0,09693609 0,123655002
20.jpg 0,070971178 0,094974278 0,072857143 0,093202932
21.jpg 0,107531328 0,146443804 0,11160401 0,137769235
22.jpg 0,094097744 0,12626177 0,099793233 0,126324583
23.jpg 0,12797619 0,171581837 0,129918546 0,165689914
24.jpg 0,087230576 0,120212813 0,091190476 0,11680203
25.jpg 0,124511278 0,166173579 0,126973684 0,157926144
26.jpg 0,073646617 0,097687829 0,074022556 0,094283327
27.jpg 0,091303258 0,120778136 0,094849624 0,117819612
28.jpg 0,109749373 0,148548062 0,115444862 0,147241537
29.jpg 0,108226817 0,137926269 0,107036341 0,137153661
30.jpg 0,097474937 0,1272291 0,101535088 0,129647427
31.jpg 0,121246867 0,16006809 0,122706767 0,155608319
32.jpg 0,085369674 0,116381179 0,088515038 0,114006822
33.jpg 0,100657895 0,133899913 0,102318296 0,129942651
34.jpg 0,117700501 0,1562553 0,116008772 0,148705096
67

2. Kontras pada jarak d =1, = 0°, 45°, 90° dan 135°. (sambungan)

Kontras
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
35.jpg 0,104442356 0,136249144 0,106390977 0,134213981
36.jpg 0,057387218 0,076073643 0,059642857 0,076770875
37.jpg 0,107387218 0,142398603 0,108646617 0,135558194
38.jpg 0,124454887 0,166933625 0,132337093 0,163416059
39.jpg 0,087305764 0,116770623 0,089849624 0,113849787
40.jpg 0,092199248 0,121035672 0,091885965 0,11771911
41.jpg 0,105426065 0,138164961 0,107236842 0,136845874
42.jpg 0,085620301 0,11376813 0,086773183 0,107794549
43.jpg 0,0964599 0,12727307 0,100795739 0,129100948
44.jpg 0,097117794 0,12580323 0,096240602 0,124119823
45.jpg 0,091441103 0,119773117 0,088922306 0,117449011
46.jpg 0,076911028 0,102135037 0,079191729 0,102932771
47.jpg 0,09924812 0,131632339 0,100313283 0,129515518
48.jpg 0,06037594 0,080985672 0,061447368 0,079327391
49.jpg 0,080357143 0,104390048 0,077562657 0,106607371
50.jpg 0,106798246 0,141883531 0,108026316 0,14229182
51.jpg 0,120526316 0,163409778 0,124824561 0,157461322
52.jpg 0,143865915 0,192712357 0,147963659 0,185338032
53.jpg 0,123502506 0,165306751 0,125551378 0,158673626
54.jpg 0,087763158 0,115438973 0,090682957 0,115426411
55.jpg 0,055281955 0,074415362 0,057337093 0,075872639
56.jpg 0,154774436 0,219112945 0,153859649 0,192379445
57.jpg 0,111290727 0,152750297 0,117443609 0,148472685
58.jpg 0,130733083 0,17710944 0,12683584 0,167580606
59.jpg 0,128345865 0,176669745 0,130927318 0,164427359
60.jpg 0,114755639 0,15106689 0,114122807 0,14651918
61.jpg 0,122568922 0,166563024 0,127343358 0,163547968
62.jpg 0,085545113 0,120206531 0,088703008 0,114559582
63.jpg 0,154417293 0,205155747 0,137462406 0,192392008
64.jpg 0,117681704 0,178478778 0,138283208 0,167574324
65.jpg 0,122969925 0,168510248 0,132098997 0,17017481
66.jpg 0,111441103 0,154684958 0,119210526 0,148975195
67.jpg 0,100000000 0,133969008 0,099649123 0,132072035
68

2. Kontras pada jarak d =1, = 0°, 45°, 90° dan 135°. (sambungan)

Kontras
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
68.jpg 0,103377193 0,135294376 0,106541353 0,140011683
69.jpg 0,107888471 0,146481492 0,109530075 0,141783029
70.jpg 0,083778195 0,109559613 0,084467419 0,110985484
71.jpg 0,120156642 0,160545474 0,118070175 0,155545505
72.jpg 0,10697995 0,142806892 0,108389724 0,141456398
73.jpg 0,081384712 0,106852344 0,077493734 0,106802093
74.jpg 0,101917293 0,133567 0,103157895 0,135055684
75.jpg 0,106785714 0,140953888 0,106478697 0,138818224
76.jpg 0,093721805 0,122241694 0,093577694 0,122097223
77.jpg 0,081817043 0,107863644 0,08406015 0,10812118
78.jpg 0,104392231 0,138391091 0,105457393 0,137957676
79.jpg 0,07637218 0,094371267 0,070169173 0,095068498
80.jpg 0,076860902 0,100646353 0,077330827 0,103447843
81.jpg 0,07693609 0,100533288 0,075802005 0,10288252
82.jpg 0,090263158 0,120878638 0,092969925 0,11726057
83.jpg 0,067769424 0,090187876 0,068458647 0,091249427
84.jpg 0,099348371 0,134270513 0,103383459 0,132888613
85.jpg 0,077487469 0,099553395 0,079022556 0,105011903
86.jpg 0,121152882 0,156889718 0,12156015 0,157065596
87.jpg 0,087901003 0,121004265 0,09504386 0,117379916
88.jpg 0,11302005 0,149113385 0,115194236 0,151368396
89.jpg 0,119141604 0,166431115 0,127086466 0,157656045
90.jpg 0,089799499 0,116079673 0,088521303 0,116946502
91.jpg 0,121384712 0,16511831 0,121885965 0,156311832
92.jpg 0,078590226 0,106569682 0,083120301 0,108328465
93.jpg 0,11122807 0,14312096 0,111259398 0,144710146
94.jpg 0,099517544 0,129195168 0,096071429 0,12713488
95.jpg 0,099091479 0,127128598 0,098508772 0,129446423
96.jpg 0,09660401 0,131054453 0,098734336 0,128196431
97.jpg 0,110494987 0,146990283 0,110632832 0,143723972
98.jpg 0,07806391 0,103014428 0,083088972 0,104013166
99.jpg 0,119342105 0,156406053 0,125169173 0,157769109
100.jpg 0,09202381 0,124559519 0,096447368 0,124163793
69

3. Korelasi pada jarak d=1, = 0°, 45°, 90° dan 135°.

Korelasi
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
1.jpg 0,934213716 0,913658893 0,9358417 0,917526159
2.jpg 0,927882721 0,906884078 0,927930458 0,90851625
3.jpg 0,928106352 0,904793188 0,928186104 0,910210068
4.jpg 0,907448005 0,879054235 0,905397374 0,877612302
5.jpg 0,911855401 0,881442272 0,908915887 0,884453843
6.jpg 0,923574944 0,900454326 0,924472383 0,901626811
7.jpg 0,934232482 0,912964516 0,935322052 0,916834733
8.jpg 0,877168406 0,834684015 0,877194224 0,842305799
9.jpg 0,895791892 0,868169161 0,903301819 0,869535641
10.jpg 0,912608713 0,881789283 0,90700732 0,885822816
11.jpg 0,872974232 0,820654454 0,85703025 0,824933083
12.jpg 0,919925049 0,893775552 0,917729705 0,894781522
13.jpg 0,855131719 0,810736313 0,857786557 0,814277483
14.jpg 0,941108303 0,920605915 0,936091242 0,919056285
15.jpg 0,880553781 0,844869969 0,882533483 0,849033393
16.jpg 0,890578071 0,85453092 0,887512788 0,856620978
17.jpg 0,887612908 0,849301968 0,883237115 0,852032497
18.jpg 0,936757163 0,91917972 0,938772271 0,918847783
19.jpg 0,931599137 0,909939322 0,927462633 0,907197375
20.jpg 0,934436114 0,912033161 0,932678028 0,913675252
21.jpg 0,898152263 0,860869161 0,89425841 0,869113645
22.jpg 0,914013863 0,884420769 0,908834075 0,884363544
23.jpg 0,905717082 0,873092617 0,904303712 0,877454871
24.jpg 0,903088579 0,865939471 0,898627585 0,869747463
25.jpg 0,870318851 0,826383164 0,867770728 0,835003208
26.jpg 0,944982172 0,926707334 0,944713678 0,929261699
27.jpg 0,923804272 0,898856946 0,920832591 0,901336487
28.jpg 0,910737488 0,879012354 0,906104601 0,880076527
29.jpg 0,915772817 0,892277722 0,916705878 0,892883746
30.jpg 0,921220811 0,896707814 0,917912646 0,894742069
31.jpg 0,939907092 0,920376465 0,939267051 0,922596097
32.jpg 0,922988757 0,894840564 0,920146416 0,896986013
33.jpg 0,906669023 0,875486349 0,9051246 0,8791662
70

3. Korelasi pada jarak d=1, = 0°, 45°, 90° dan 135°. (Sambungan)
Korelasi
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
34.jpg 0,905937565 0,874848797 0,907311827 0,880896072
35.jpg 0,923816893 0,900258155 0,922465133 0,901745221
36.jpg 0,940626367 0,920965202 0,938416069 0,920227984
37.jpg 0,90309758 0,871149297 0,901986714 0,877336885
38.jpg 0,90726173 0,875141972 0,901384693 0,87777257
39.jpg 0,931623376 0,908193306 0,929612253 0,910491013
40.jpg 0,935728807 0,915406818 0,935944831 0,917724687
41.jpg 0,905023193 0,875346737 0,903407914 0,876537533
42.jpg 0,868833582 0,825171288 0,867124471 0,834355392
43.jpg 0,896154485 0,862955108 0,891490473 0,860989091
44.jpg 0,91406705 0,888526748 0,914845497 0,89001834
45.jpg 0,901063245 0,870106186 0,903834279 0,872626741
46.jpg 0,896670473 0,862465071 0,893592856 0,861393992
47.jpg 0,853916472 0,806422892 0,852370762 0,809539206
48.jpg 0,95394441 0,937980558 0,953138772 0,939250482
49.jpg 0,919700474 0,8953817 0,922539402 0,893157382
50.jpg 0,901560547 0,86885678 0,900455083 0,868482686
51.jpg 0,959503787 0,944968138 0,958040169 0,946972006
52.jpg 0,95260869 0,936259673 0,951269677 0,93869782
53.jpg 0,948448403 0,93075643 0,947605611 0,933534785
54.jpg 0,959126935 0,946031651 0,957780282 0,946037385
55.jpg 0,983523537 0,977694884 0,982908527 0,97726067
56.jpg 0,949549156 0,928447641 0,949843482 0,937178822
57.jpg 0,96464279 0,951303446 0,962695518 0,95266818
58.jpg 0,951243614 0,933912954 0,952697405 0,937469552
59.jpg 0,948026069 0,928250116 0,946982051 0,933225258
60.jpg 0,936477483 0,916195024 0,936854362 0,918721221
61.jpg 0,940272311 0,918537579 0,937942843 0,920012813
62.jpg 0,964110409 0,949453256 0,962783723 0,951827384
63.jpg 0,93040769 0,907415756 0,938062757 0,913176247
64.jpg 0,949145297 0,922784476 0,940242308 0,927502104
65.jpg 0,955688138 0,939027818 0,95236846 0,938427173
66.jpg 0,947001608 0,926287265 0,943300253 0,929009639
71

3. Korelasi pada jarak d=1, = 0°, 45°, 90° dan 135°. (Sambungan)
Korelasi
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
67.jpg 0,943528776 0,924204375 0,943735825 0,92527805
68.jpg 0,954072287 0,939699496 0,952665706 0,937597824
69.jpg 0,959719239 0,945176832 0,959124881 0,946935212
70.jpg 0,965252941 0,954431551 0,964978344 0,953839142
71.jpg 0,959253655 0,9454406 0,959967565 0,947139794
72.jpg 0,946311832 0,928218714 0,94560688 0,928898596
73.jpg 0,971287266 0,962151676 0,972669658 0,962169277
74.jpg 0,958070918 0,944930795 0,957565332 0,944318666
75.jpg 0,956228959 0,942078067 0,956338324 0,942957066
76.jpg 0,968315991 0,958512861 0,968374679 0,958564131
77.jpg 0,96474612 0,953424532 0,963784594 0,953314987
78.jpg 0,960333794 0,947173756 0,959931116 0,947340286
79.jpg 0,964283813 0,955702312 0,967207828 0,955376567
80.jpg 0,963847374 0,952484067 0,963647132 0,951160241
81.jpg 0,975921034 0,96839575 0,976274077 0,967657124
82.jpg 0,956332861 0,941346802 0,955027634 0,943102424
83.jpg 0,974974946 0,966535474 0,974712419 0,966141941
84.jpg 0,963219816 0,950130985 0,961723917 0,950644352
85.jpg 0,961290372 0,950088195 0,960529105 0,947352541
86.jpg 0,952453284 0,938276201 0,952292594 0,938208571
87.jpg 0,966876795 0,954241656 0,964178777 0,95561327
88.jpg 0,950940964 0,935100157 0,949980018 0,934124385
89.jpg 0,952681566 0,933809317 0,94953588 0,937300234
90.jpg 0,969936285 0,961004488 0,970374067 0,960714143
91.jpg 0,955642305 0,93957321 0,955470657 0,942796256
92.jpg 0,972098127 0,961997642 0,970480459 0,961371372
93.jpg 0,956799592 0,944282548 0,956780659 0,943665199
94.jpg 0,96067083 0,948864945 0,962040841 0,94967988
95.jpg 0,948450312 0,933696981 0,948757208 0,932489113
96.jpg 0,960101435 0,945647133 0,959219544 0,946832816
97.jpg 0,959438141 0,945947695 0,959387154 0,947149111
98.jpg 0,963433429 0,951541165 0,961080587 0,951076625
99.jpg 0,957146346 0,943637254 0,955039369 0,94314897
100.jpg 0,957034841 0,941620011 0,954967258 0,941806609
72

4. Entropi pada jarak d=1, = 0°, 45°, 90° dan 135°.

Entropi
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
1.jpg 1,345723843 1,404128096 1,340020886 1,393189645
2.jpg 1,429030362 1,490750414 1,428308823 1,486430272
3.jpg 1,395137684 1,460156052 1,394190646 1,444752058
4.jpg 1,071534668 1,118753742 1,07427713 1,11989665
5.jpg 1,181454994 1,240594947 1,187643715 1,234352195
6.jpg 1,433063323 1,49614913 1,429435202 1,493495484
7.jpg 1,349845575 1,410235295 1,346198728 1,399249818
8.jpg 1,152331984 1,220152589 1,152982388 1,20814981
9.jpg 1,135937203 1,185609941 1,121817546 1,183160682
10.jpg 1,539574111 1,618650748 1,554652655 1,607417312
11.jpg 1,276384566 1,366979888 1,305524936 1,360349863
12.jpg 1,581249543 1,65757018 1,58805954 1,653179958
13.jpg 1,13425108 1,198214818 1,13000783 1,193320399
14.jpg 1,584228081 1,65928203 1,60280121 1,665007878
15.jpg 1,002281217 1,049241455 0,998888181 1,043047601
16.jpg 1,585520598 1,676054952 1,593548032 1,670671148
17.jpg 1,552538975 1,636969472 1,563251748 1,629249023
18.jpg 1,354371117 1,405617678 1,347908624 1,40573899
19.jpg 1,493397037 1,560895852 1,505126962 1,567487851
20.jpg 1,377207071 1,441396919 1,38170778 1,435544454
21.jpg 1,468633506 1,551781695 1,477152925 1,535575703
22.jpg 1,433954465 1,512635328 1,449299171 1,512450594
23.jpg 1,518229916 1,597514269 1,522970747 1,587844367
24.jpg 1,323842679 1,39500285 1,332793171 1,388399022
25.jpg 1,421286227 1,49476279 1,426471394 1,482210169
26.jpg 1,267102112 1,320873594 1,267213246 1,313955983
27.jpg 1,440024075 1,506916911 1,447710802 1,501111208
28.jpg 1,510194978 1,596301308 1,524061313 1,592108864
29.jpg 1,476418421 1,535982985 1,474019707 1,535535911
30.jpg 1,413650776 1,475292793 1,422300225 1,480075569
31.jpg 1,683671597 1,76366051 1,686521157 1,755619369
32.jpg 1,418989849 1,497896757 1,427249283 1,491865772
33.jpg 1,423446991 1,495014889 1,427428287 1,48726814
34.jpg 1,537029073 1,614294826 1,532200524 1,601176321
73

4. Entropi pada jarak d=1, = 0°, 45°, 90° dan 135°. (Sambungan)
Entropi
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
35.jpg 1,560075141 1,631112459 1,56460671 1,627294828
36.jpg 1,149802154 1,198421369 1,156947708 1,200254628
37.jpg 1,448402005 1,521821408 1,451274388 1,508094807
38.jpg 1,51181154 1,588646019 1,526075987 1,583364417
39.jpg 1,406564022 1,472105188 1,412483869 1,466665754
40.jpg 1,452791838 1,518867637 1,451717344 1,511307378
41.jpg 1,454938157 1,525568736 1,459067327 1,522140879
42.jpg 1,151710173 1,211101548 1,15531857 1,199847163
43.jpg 1,339113383 1,411980025 1,350030389 1,415593012
44.jpg 1,459557013 1,52940081 1,456789274 1,525046018
45.jpg 1,357926104 1,425990871 1,351264317 1,420733961
46.jpg 1,210561049 1,275561036 1,216853041 1,277508271
47.jpg 1,157021765 1,227765613 1,159987661 1,22387869
48.jpg 1,249319881 1,300899535 1,251551881 1,29680072
49.jpg 1,327986189 1,384205993 1,320344223 1,387865713
50.jpg 1,446429092 1,517959882 1,451861423 1,520942934
51.jpg 1,957129184 2,045100993 1,964602173 2,034499044
52.jpg 1,943228773 2,036101326 1,949593794 2,022313049
53.jpg 1,765947991 1,848701375 1,769977393 1,836666229
54.jpg 1,48495021 1,543315772 1,49166253 1,543723783
55.jpg 1,208559218 1,252915208 1,214179541 1,252136614
56.jpg 2,037045428 2,156485157 2,035502133 2,112483641
57.jpg 1,860395065 1,94858916 1,872490334 1,939295241
58.jpg 1,890360464 1,988470653 1,88077363 1,969065087
59.jpg 1,898058349 1,999573092 1,902377505 1,973665368
60.jpg 1,769193681 1,851514481 1,767871554 1,841383024
61.jpg 1,73113418 1,818443448 1,741771699 1,810942916
62.jpg 1,769252081 1,852956617 1,778267338 1,841428143
63.jpg 1,91148431 2,00675224 1,876842227 1,98302485
64.jpg 1,830130199 1,955932295 1,876522557 1,936717568
65.jpg 1,874042495 1,965704733 1,891537587 1,968477257
66.jpg 1,822366321 1,919316815 1,83877325 1,907575058
67.jpg 1,647978268 1,72486391 1,647659193 1,721555004
68.jpg 1,728450993 1,799859782 1,735852891 1,807553158
74

4. Entropi pada jarak d=1, = 0°, 45°, 90° dan 135°. (Sambungan)
Entropi
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
69.jpg 1,859100982 1,948269025 1,862737532 1,937665166
70.jpg 1,691491445 1,756023567 1,692603548 1,760367731
71.jpg 1,940324792 2,026941259 1,934409391 2,018395564
72.jpg 1,743915956 1,820770774 1,746484625 1,818222208
73.jpg 1,674508621 1,7381984 1,663016957 1,736740267
74.jpg 1,803248786 1,876151688 1,804370833 1,878823997
75.jpg 1,853161942 1,931130018 1,851068812 1,925986354
76.jpg 1,798948145 1,867406795 1,79744845 1,867010513
77.jpg 1,723096442 1,788484215 1,728284497 1,788687006
78.jpg 1,618594837 1,690181106 1,621146314 1,689050366
79.jpg 1,564438034 1,610891565 1,547072091 1,612340412
80.jpg 1,551368206 1,611726055 1,551986599 1,618349588
81.jpg 1,536556295 1,59236728 1,534055903 1,595623753
82.jpg 1,687379523 1,761120598 1,692987467 1,753164903
83.jpg 1,432192894 1,487899026 1,434395242 1,489507301
84.jpg 1,803143779 1,885165119 1,812563528 1,881210669
85.jpg 1,554258447 1,608393673 1,55748049 1,621362415
86.jpg 1,918742364 1,998122706 1,919771485 1,998710205
87.jpg 1,784174915 1,867792019 1,803132803 1,85903685
88.jpg 1,869779133 1,951680006 1,874273537 1,956111297
89.jpg 1,881293128 1,984615055 1,900164204 1,967109167
90.jpg 1,831441154 1,897804402 1,828084558 1,900103522
91.jpg 1,915628449 2,005922954 1,917343925 1,989030062
92.jpg 1,630767429 1,700497081 1,642288772 1,70494642
93.jpg 1,905021169 1,975832019 1,905042281 1,979202768
94.jpg 1,843468923 1,91519192 1,834286601 1,911018662
95.jpg 1,7055961 1,771928326 1,703925784 1,776574117
96.jpg 1,704039905 1,784779822 1,709002459 1,77892536
97.jpg 1,903467776 1,988144893 1,90308803 1,981722466
98.jpg 1,624341418 1,689183746 1,638926761 1,690548543
99.jpg 1,918308625 2,000938583 1,932097327 2,00156134
100.jpg 1,678537054 1,757339479 1,690716289 1,756417556
75

5. Homogenitasi pada jarak d=1, = 0°, 45°, 90° dan 135°.

Homogenitas
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
1.jpg 0,965569549 0,955167367 0,966474311 0,957129666
2.jpg 0,953909774 0,941032406 0,954103383 0,942112801
3.jpg 0,95418609 0,939553772 0,954229323 0,943003499
4.jpg 0,970924185 0,962154132 0,970292607 0,961875239
5.jpg 0,966644737 0,955242115 0,965532581 0,956379043
6.jpg 0,952978697 0,938932544 0,953546366 0,939666836
7.jpg 0,958262531 0,945075094 0,958982456 0,947509752
8.jpg 0,96027005 0,946683124 0,960244361 0,949149817
9.jpg 0,964765038 0,955488345 0,967238095 0,955987714
10.jpg 0,940055764 0,919548872 0,936354637 0,922231016
11.jpg 0,949882206 0,929509237 0,943718672 0,931203322
12.jpg 0,944712406 0,927457742 0,943231203 0,928516781
13.jpg 0,955770677 0,942414306 0,956598997 0,943396712
14.jpg 0,950593358 0,933910591 0,94662594 0,932749166
15.jpg 0,967744987 0,95836898 0,968282581 0,959475129
16.jpg 0,934771303 0,913545141 0,932947995 0,914879304
17.jpg 0,934132206 0,912078442 0,931650376 0,913839737
18.jpg 0,957005013 0,945363409 0,95822619 0,94516743
19.jpg 0,954434837 0,940452635 0,95187782 0,939272995
20.jpg 0,964604637 0,952844517 0,963736842 0,953963857
21.jpg 0,946339599 0,927886131 0,944446115 0,931469652
22.jpg 0,952958647 0,936944492 0,950118421 0,936882934
23.jpg 0,936087093 0,914427673 0,935093358 0,917351022
24.jpg 0,956384712 0,940014196 0,954464912 0,941749738
25.jpg 0,937796992 0,917184565 0,936580827 0,921247982
26.jpg 0,963199248 0,951382215 0,963041353 0,953001551
27.jpg 0,95435589 0,939656158 0,952597744 0,941173108
28.jpg 0,945125313 0,925861647 0,942330201 0,926454608
29.jpg 0,945886591 0,931119779 0,94654198 0,931506084
30.jpg 0,951285088 0,936551278 0,949292607 0,935372265
31.jpg 0,939451754 0,920553891 0,938744361 0,92255011
32.jpg 0,957382832 0,942110916 0,955832707 0,943365934
33.jpg 0,949678571 0,93309527 0,948863409 0,935081438
34.jpg 0,94145802 0,923500481 0,942379073 0,926778098
76

5. Homogenitas pada jarak d=1, = 0°, 45°, 90° dan 135°. (Sambungan)
Homogenitas
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
35.jpg 0,947831454 0,932041256 0,946834586 0,933088988
36.jpg 0,971321429 0,962038555 0,97018609 0,961652251
37.jpg 0,946404135 0,929079591 0,945796992 0,93258271
38.jpg 0,937892857 0,917008059 0,933996867 0,918827143
39.jpg 0,956369674 0,941916194 0,955142857 0,94325601
40.jpg 0,953953008 0,939979648 0,954222431 0,941600241
41.jpg 0,947302005 0,93097782 0,946404135 0,931652439
42.jpg 0,957212406 0,943198849 0,956613409 0,946132876
43.jpg 0,951815163 0,936597132 0,949737469 0,935992236
44.jpg 0,951493734 0,937414966 0,952045113 0,938377271
45.jpg 0,954377193 0,940414947 0,955651629 0,941622226
46.jpg 0,961559524 0,948955095 0,960411654 0,948624066
47.jpg 0,950390977 0,93428182 0,949888471 0,935355306
48.jpg 0,969849624 0,959605153 0,969321429 0,960630272
49.jpg 0,959843985 0,947910503 0,961271303 0,946862143
50.jpg 0,946600877 0,929095923 0,945994361 0,928884241
51.jpg 0,939879699 0,919380532 0,937873434 0,921962802
52.jpg 0,928285088 0,905618683 0,926672306 0,908469168
53.jpg 0,938880326 0,919698369 0,938036341 0,922419457
54.jpg 0,956261278 0,943237794 0,954936717 0,942882268
55.jpg 0,972697368 0,963342567 0,971496867 0,963767187
56.jpg 0,924304511 0,897860566 0,924829574 0,907360507
57.jpg 0,944662907 0,925577101 0,942120301 0,927497315
58.jpg 0,935039474 0,914166368 0,937100877 0,917822752
59.jpg 0,936052632 0,912818387 0,934799499 0,918487321
60.jpg 0,942659774 0,92486605 0,942983709 0,92712483
61.jpg 0,939091479 0,918731038 0,937042607 0,92019334
62.jpg 0,957656015 0,94218064 0,956099624 0,944009146
63.jpg 0,925617536 0,904069439 0,932787594 0,909867363
64.jpg 0,942001253 0,915923895 0,932670426 0,919469099
65.jpg 0,939109023 0,918488577 0,935176065 0,917859812
66.jpg 0,944347118 0,923577113 0,940665414 0,926092801
67.jpg 0,950203008 0,934070766 0,95047619 0,935094629
68.jpg 0,948552005 0,933423157 0,947353383 0,931863493
77

5. Homogenitas pada jarak d=1, = 0°, 45°, 90° dan 135°. (Sambungan)
Homogenitas
Citra
 = 0°  = 45°  = 90°  = 135°
69.jpg 0,94627381 0,927746685 0,945392857 0,92976426
70.jpg 0,958110902 0,945257882 0,957766291 0,944567559
71.jpg 0,940432957 0,921988555 0,941641604 0,923983518
72.jpg 0,946532581 0,928807608 0,945820175 0,92962607
73.jpg 0,959442982 0,946875334 0,961350877 0,947322567
74.jpg 0,949048872 0,933457704 0,948451128 0,932645524
75.jpg 0,946614662 0,929658733 0,946775689 0,930711491
76.jpg 0,953146617 0,938962067 0,95322619 0,939147367
77.jpg 0,959114035 0,946166167 0,957969925 0,945962023
78.jpg 0,947886591 0,931000433 0,947316416 0,931556334
79.jpg 0,961843985 0,952919894 0,964922932 0,952586353
80.jpg 0,961592105 0,949744662 0,961387218 0,948720799
81.jpg 0,961652256 0,949891646 0,962211779 0,949636623
82.jpg 0,954868421 0,939696359 0,953537594 0,941558156
83.jpg 0,966130326 0,955004051 0,965800752 0,954827545
84.jpg 0,950385965 0,93309841 0,948360902 0,934136092
85.jpg 0,961286341 0,950306217 0,960541353 0,94796892
86.jpg 0,939453634 0,921758657 0,93925 0,921648105
87.jpg 0,956087093 0,939723997 0,952515664 0,941460795
88.jpg 0,943565163 0,925639286 0,942500627 0,925009265
89.jpg 0,940519424 0,917681422 0,936682331 0,921880516
90.jpg 0,955115288 0,942080766 0,955754386 0,941692577
91.jpg 0,939570802 0,919708788 0,939741228 0,922982268
92.jpg 0,960712406 0,946752847 0,95843985 0,945933757
93.jpg 0,944461153 0,92872595 0,944415414 0,927991658
94.jpg 0,950406642 0,93602804 0,951971805 0,936967733
95.jpg 0,950454261 0,936480927 0,950745614 0,935397391
96.jpg 0,951735589 0,934683827 0,950677945 0,936120376
97.jpg 0,944880326 0,927379225 0,944811404 0,928846552
98.jpg 0,960968045 0,948538012 0,95847807 0,948287385
99.jpg 0,940659774 0,922852243 0,937859023 0,922720963
100.jpg 0,953995614 0,937780542 0,951776316 0,938001018
Lampiran 3. Hasil Pengujian Berdasarkan Kombinasi Ciri Fitur GLCM arah sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o dengan jarak 1 pixel

Biji Pinang Bagus Biji Pinang Rusak


Keberhasilan
No Ciri Fitur GLCM Citra Uji
Deteksi
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

1 Energi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 90,00%
2 Kontras 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 70,00%
3 Korelasi 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 90,00%
4 Entropi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 100,00%
5 Homogenitas 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 66,67%
6 Energi dan kontras 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 96,67%
7 Energi dan Korelasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 100,00%
8 Energi dam Entropi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 96,67%
9 Energi dan Homgenitas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 90,00%
10 Kontras dan Korelasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 96,67%
11 Korelasi dan Entropi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 100,00%
12 Energi, Kontras dan Korelasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 100,00%
13 Energi, Kontras dan Entropi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 100,00%
14 Energi, Kontras dan Homogentas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 93,33%
15 Energi, Kontras, Korelasi dan Entropi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 100,00%
16 Energi, Kontras, Korelasi dan Homogenitas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 100,00%
17 Energi, Kontras, Entropi dan Homogenitas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 100,00%
18 Energi, Kontras, Korelasi Entropi dan Homogenitas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 100,00%

78
79

Lampiran 4: Grafik Hasil Deteksi Probilistik Neural Network

Grafik Hasil Deteksi Dengan Ciri Fitur Energi

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Hasil Deteksi
Pinang Rusak

1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Hasil Deteksi
Pinang Bagus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Grafik Hasil Deteksi Dengan Ciri Fitur Kontras

2 2 2 2 2 2 2 Hasil Deteksi
Pinang Rusak

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Hasil Deteksi
Pinang Bagus
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
80

Grafik Hasil Deteksi Dengan Ciri Fitur Korelasi

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Hasil Deteksi
Pinang Rusak

2 2 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Hasil Deteksi
Pinang Bagus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Grafik Hasil Deteksi Dengan Ciri Fitur Entropi

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Hasil Deteksi
Pinang Rusak

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Hasil Deteksi
Pinang Bagus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
81

Grafik Hasil Deteksi Dengan Ciri Fitur Homogenitas

2 2 2 2 2 2 2 Hasil Deteksi
Pinang Rusak

1 1 1 1 1 1 1 1

2 2

Hasil Deteksi
Pinang Bagus
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Grafik Hasil Deteksi Dengan Ciri Fitur Energi, Kontras,


Korelasi, Entropi dan Homogenitas

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Hasil Deteksi
Pinang Rusak

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Hasil Deteksi
Pinang Bagus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
82

Lampiran 5: Listing Program Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM) dan


Probilistik Neural Network (PNN)
clc; clear all;

%folder data citra sampling


folder = 'sampling_query_fitur_glcm\';

%Pembentukan mantrix fitur F1 s/d F5;


F1b = [];F2b = [];F3b = [];F4b = [];F5b = [];
F1r = [];F2r = [];F3r = [];F4r = [];F5r = [];

%%
% Pembacaan data 20 citra
% (citra 1 s/d 50 = citra pinang baik)
% (citra 51 s/d 100 = citra pinang rusak)

% 50 citra pinang baik


for i = 1:50 % 1:50
filename = strcat(folder,int2str(i),'.jpg');
% Membaca file citra
Ib = imread(filename);

% Konversi dari RGB ke grayscale


grayB = rgb2gray(Ib);

% Menyimpan citra hasil grayscale ke dalam folder-


"sampling_query_fitur_glcm\gray"
imwrite(grayB, (strcat('.\sampling_query_fitur_glcm\gray\gray',
num2str(i),'.jpg')));
%check data piksel image
im1= imread('.\sampling_query_fitur_glcm\gray\gray1.jpg');

% Matriks co-occurance graycomatrix dengan jarak pixel 1d


% untuk sudut 0,45,90 dan 135
% Anyway here's the list of offsets (with distance = 1):
% >>>> 0 derajat : {0,1} ~ 180 derajat
% >>>> 45 derajat: {-1, 1} ~ 225 derajat
% >>>> 90 derajat: {-1,0} ~ 270 derajat
% >>>> 135 derajat: {-1,-1} ~ 315 derajat

offsets1 = [0 1; -1 1; -1 0; -1 -1];
%offsets0 = [zeros(2,1) (1:2)'];
%GLCM2 = graycomatrix(gray,'Offset',offsets0);
GLCM1 = graycomatrix(grayB,'Offset',offsets1);
%GLCM2 = graycomatrix(gray,'Offset',[2 0;0 2]);
83

% Perhitungan Fitur Tekstur


statsB = GLCM(GLCM1,0);

%matriks fitur GLCM


F1b = [F1b;statsB.energ]; % Fitur energi
F2b = [F2b;statsB.contr]; % Fitur Kontras
F3b = [F3b;statsB.corrp]; % Fitur korelasi
F4b = [F4b;statsB.entro]; % Fitur enthropy
F5b = [F5b;statsB.homop]; % Fitur homogenitas

end

%50 citra pinang rusak


for i = 51:100
filename = strcat(folder,int2str(i),'.jpg');
% Membaca file citra
Ir = imread(filename);

% Konversi dari RGB ke grayscale


grayR = rgb2gray(Ir);

% Menyimpan citra hasil grayscale ke dalam folder-


"sampling_query_fitur_glcm\gray"
imwrite(grayR, (strcat('.\sampling_query_fitur_glcm\gray\gray',
num2str(i),'.jpg')));
%cek data piksel image
% im20= imread('.\sampling_query_fitur_glcm\gray\gray20.jpg');

% Matriks co-occurance graycomatrix dengan jarak pixel 1d


% untuk sudut 0,45,90 dan 135
offsets1 = [0 1; -1 1; -1 0; -1 -1];
%offsets0 = [zeros(2,1) (1:2)'];
%GLCM2 = graycomatrix(gray,'Offset',offsets0);
GLCM2 = graycomatrix(grayR,'Offset',offsets1);
%GLCM2 = graycomatrix(gray,'Offset',[2 0;0 2]);

% Perhitungan Fitur Tekstur


stats = GLCM(GLCM2,0);

%matriks fitur GLCM


F1r = [F1r;stats.energ]; % Fitur energi
F2r = [F2r;stats.contr]; % Fitur Kontras
F3r = [F3r;stats.corrp]; % Fitur korelasi
F4r = [F4r;stats.entro]; % Fitur enthropy
F5r = [F5r;stats.homop]; % Fitur homogenitas

end
%gabungan Fb dan Fr
F1 = [F1b,F1r]; % Fitur energi
F2 = [F2b,F2r]; % Fitur Kontras
84

F3 = [F3b,F3r]; % Fitur korelasi


F4 = [F4b,F4r]; % Fitur enthropy
F5 = [F5b,F5r]; % Fitur homogenitas

% 5 Fitur untuk seluruh citra

% F = [ F1b ; F1r];
% F = [ F2b ; F2r];
% F = [ F3b ; F3r];
% F = [ F4b ; F4r];
%F = [ F5b ; F5r];

%F = [F1b F2b ; F1r F2r ];


% F = [F1b F3b ; F1r F3r ];
% F = [F1b F4b ; F1r F4r ];
% F = [F1b F5b ; F1r F5r ];
%F = [F2b F3b ; F2r F3r ];
% F = [F3b F4b ; F3r F4r ];

% F = [F1b F2b F3b ; F1r F2r F3r ];


% F = [F1b F2b F4b ; F1r F2r F4r ];
% F = [F1b F2b F5b ; F1r F2r F5r ];

% F = [F1b F2b F3b F4b ; F1r F2r F3r F4r];


% F = [F1b F2b F4b F5b ; F1r F2r F4r F5r];
% F = [F1b F2b F4b F5b ; F1r F2r F4r F5r ];
F = [F1b F2b F3b F4b F5b ; F1r F2r F3r F4r F5r ];

%plotting
figure ;
subplot(2,1,1); plot (F1); %plot(F1b(1:10));
% hold on ; plot(F1r)
hleg = legend('Pinang Bagus 0º','Pinang Bagus 45º','Pinang Bagus
90º','Pinang Bagus 135º',...
'Pinang Rusak 0º','Pinang Rusak 45º','Pinang Rusak 90º','Pinang
Rusak 135º',...
'Location','NorthEastOutside');
title('GLCM-Energi')

subplot(2,1,2); plot(F2)
%hold on ; plot(F2r)
hleg2 = legend('Pinang Bagus 0º','Pinang Bagus 45º','Pinang Bagus
90º','Pinang Bagus 135º',...
'Pinang Rusak 0º','Pinang Rusak 45º','Pinang Rusak 90º','Pinang
Rusak 135º',...
'Location','NorthEastOutside');
title('GLCM-Kontras')
85

figure;
subplot(2,1,1); plot(F3)
% hold on ; plot(F3r)
hleg3 = legend('Pinang Bagus 0º','Pinang Bagus 45º','Pinang Bagus
90º','Pinang Bagus 135º',...
'Pinang Rusak 0º','Pinang Rusak 45º','Pinang Rusak 90º','Pinang
Rusak 135º',...
'Location','NorthEastOutside');
title('GLCM-Korelasi')
%
subplot(2,1,2); plot(F4)
% hold on ; plot(F4r)
hleg4 = legend('Pinang Bagus 0º','Pinang Bagus 45º','Pinang Bagus
90º','Pinang Bagus 135º',...
'Pinang Rusak 0º','Pinang Rusak 45º','Pinang Rusak 90º','Pinang
Rusak 135º',...
'Location','NorthEastOutside');
title('GLCM-Entrophy')

figure;
subplot(2,1,1); plot(F5)
% hold on ; plot(F5r)
hleg5 = legend('Pinang Bagus 0º','Pinang Bagus 45º','Pinang Bagus
90º','Pinang Bagus 135º',...
'Pinang Rusak 0º','Pinang Rusak 45º','Pinang Rusak 90º','Pinang
Rusak 135º',...
'Location','NorthEastOutside');
title('GLCM-Homogenitas')

%% Program Klasifikasi dengan PNN


%% Proses Training / latih
% Definisi Input: Data Training (data latih)
%Fold 1 (lipatan 1)
P = [F(1:35,:);F(51:85,:)]';%artinya menggunakan 70 data training
citra baik ke-1 s/d 35 dan citra rusak ke-51 s/d 85

% Definisi Output: Data Training


% membuat matriks K1 dan K2 untuk menampung data training berdasarkan
% jumlah data latih

K1=[]; K2=[];
for j=1:35 % (J=1:2) data ke- 1 s/d 2 (dapat disesuaikan dengan
jumlah citra latih pada lipatan
K1=[K1 1];
K2=[K2 2];
end
86

%Definisi Output
% Membuat Parameter Keluaran dengan variabel Tc : Gabungan dari
matriks K1
% dan K2
Tc = [K1 K2];

%% Proses Testing / uji


% Definisi Input: Data Testing
%Fold 1 (lipatan 1)
% data testing ditampung pada variabel P1 dengan data citra uji pinang
baik
% ke 36 s/d 50 dan data citra pinang rusak 86 s/d 100
P1 = [F(36:50,:);F(86:100,:)]';
%%
%PNN
% Konversi index ke vektor output
T = ind2vec(Tc);
% Biar hasilnya matriks, dirubah ke indeks agar ketemu kelasnya.
% => 1 : kelasnya
% => 0 : bukan kelasnya

% Membuat model network PNN


net = newpnn(P,T);

% Proses Test data uji ke model data training


Y=sim(net,P1);
Yc=vec2ind(Y)

% output Yc = 1 dan 2 jika benar dikelaskan


% 1 : Kelas citra Baik
% 2 : Kelas citra Rusak

Anda mungkin juga menyukai