Anda di halaman 1dari 117

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Investigasi Jaringan WLAN: Study Kasus Hotspot


Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika

Oleh :
Christian Nugroho
105314014

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA

2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SKRIPSI

Investigasi Jaringan WLAN: Study Kasus Hotspot Gedung FST


Kampus III Universitas Sanata Dharma

Dipersiapkan dan ditulis oleh :


Christian Nugroho
NIM : 105314014

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji


Pada tanggal 18 Maret 2015
Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Bambang Soelistijanto, Ph.D ........................

Sekretaris : Puspaningtyas Sanjoyo Adi, ST., M.T. ........................

Anggota : Benedictus Herry Suharto, S.T., M.T. ........................

Yogyakarta, .......................................
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,

(Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc.)

iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat dan menggunakan hasil karya atau sebagian dari hasil karya orang

lain, kecuali yang tercantum dan disebutkan dalam kutipan serta daftar pustaka

sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 April 2015

Penulis

Christian Nugroho

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Christian Nugroho

NIM : 105314014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Investigasi Jaringan WLAN: Study kasus Hotspot Gedung FST Kampus III
Universitas Sanata Dharma”

bersama perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya


memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 9 April 2015

Penulis

Christian Nugroho

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

Salah satu teknologi yang berkembang dalam bidang informasi adalah

perangkat wireless. Khususnya gedung FST Universitas Sanata Dharma juga telah

mengembangkan proses belajar mengajar menggunakan teknologi wireless

tersebut. Untuk mengetahui performansi jaringan terhadap suatu trafik yang

menggunakan perangkat wireless pada gedung FST Universitas Sanata Dharma

dibutuhkan parameter peforma jaringan. Parameter tersebut antara lain adalah

coverage, nilai SNR, throughput dan latency.

Dalam tugas akhir ini, pengukuran dilakukan pada perangkat wireless

untuk mengetahui hubungan antara kuat sinyal, interferensi, coverage terhadap

parameter-parameter peforma jaringan tersebut. Dalam hal ini penguji

menggunakan aplikasi netstumbler, vistumbler dan software speedtest dalam

penerapannya. Pengujian yang telah dilakukan memberikan rekomendasi bahwa

jarak antara perangkat wireless yang jauh menyebabkan kecepatan aktual atau

throughput menurun akibat adanya redaman pada media transmisi yaitu udara.

Hal tersebut juga mengindikasikan terjadinya latency. Diketahui juga bahwa

faktor interferensi dalam hal penggunaan channel access point yang sama

berpengaruh memperburuk kinerja jaringan.

Kata kunci : wireless, coverage, SNR, throughput, latency, interferensi

vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

One of the technologies developed in the field of information is a wireless

device. Especially building FST Sanata Dharma University has also developed the

learning process using the wireless technology. To determine the performance of

the network traffic using a wireless device in the building FST needed Sanata

Dharma Network Performance parameters. These parameters include the

coverage, the value of SNR, throughput and latency.

In this thesis, measurements performed on the wireless device to determine

the relationship between signal strength, interference, coverage of the

Performance parameters of the network. In this case the examiner uses

netstumbler applications, and software vistumbler speedtest in its application.

Testing that has been done to give the recommendation that the distance between

wireless devices away cause actual speed or throughput decreases due to

attenuation in the transmission medium is air. It also indicates the occurrence of

latency. Please also note that the interference factor in the use of the same access

point channel effect worsens network performance.

Keywords: wireless, coverage, SNR, throughput, latency, interference

vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala rahmat dan anugerah
yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
“Investigasi Jaringan WLAN: Study kasus Hotspot Gedung FST Kampus III
Universitas Sanata Dharma” ini dengan baik. Dalam menyelesaikan tugas akhir
ini, penulis tidak lepas dari bantuan sejumlah pihak, oleh sebab itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus, yang telah menjawab semua doa-doa penulis dan
mencurahkan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini.
2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi.
3. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T., selaku ketua Program Studi
Teknik Informatika.
4. Bapak Benedictus Herry Suharto, S.T., M.T., selaku dosen
pembimbing tugas akhir dari penulis.
5. Bapak Bambang Soelistijanto, S.T., M.Sc., Ph.D., dan bapak
Puspaningtyas Sanjoyo Adi, S.T., M.T., selaku penguji tugas akhir ini.
6. Orangtua dan adik penulis yang telah memberi dukungan doa, materi,
serta semangat. Tanpa semua itu penulis tidak akan memperoleh
kesempatan untuk menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi dan
akhirnya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
7. Teman-teman dari penulis di Teknik Informatika angkatan 2010 yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, namun mereka semua sangat
berkesan bagi penulis.
8. Segenap keluarga, dosen, karyawan, dan semua teman-teman, serta
barisan para mantan dari penulis yang sangat berperan dalam
kehidupan penulis sehingga membantu penulis dalam menempuh
studi dengan lancar.

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Akhir kata, penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis juga meminta

maaf kepada semua pihak bila ada kesalahan atau hal-hal yang kurang

berkenan. Semoga Tuhan memberkati, Amin.

Yogyakarta, 9 April 2015

Penulis

Christian Nugroho

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

“Suatu hasil tidak akan mengkhianati prosesnya”

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL JUDUL ......................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ........................................ iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........ v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
MOTTO....................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
1.4 Batasan Masalah ............................................................................. 4
1.5 Metodologi Penelitian ..................................................................... 4
1.6 Sistematika Penelitian ..................................................................... 5
II LANDASAN TEORI .............................................................................. 6
2.1 Jaringan Wireless LAN .................................................................. 6
2.2 Standart 802.11 a/b/g/n ................................................................... 7
2.3 Model Jaringan WLAN .................................................................. 10
2.4 Teknologi WLAN ........................................................................... 12
2.5 Arsitek WLAN ............................................................................... 14
2.6 Model TCP/IP ................................................................................. 16

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.7 Membangun Wireless HotSpot ....................................................... 22


2.8 Antenna WiFi ................................................................................. 34
2.9 Signal Strength ............................................................................... 46
2.10 Satuan Kekuatan Sinyal ................................................................ 46
2.11 Parameter Performa Jaringan ........................................................ 50
2.12 Alat Pengukuran ........................................................................... 55
III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 59
3.1 Langkah-langkah Penelitian ........................................................... 59
3.2 Rencana Pengujian ......................................................................... 60
3.3 Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................... 66
IV DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN ................................ 68
4.1 Topologi Jaringan ........................................................................... 68
4.2 Data Penelitian ................................................................................ 70
4.3 Analisis Signal, Noise, dan SNR .................................................... 74
4.4 Analisis Performa Jaringan dengan Speedtest ................................ 82
V PENUTUP ............................................................................................... 98
A. Kesimpulan ..................................................................................... 98
B. Saran ............................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 100

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pembagian channel ..................................................................... 10


Gambar 2.2. Model Jaringan Ad-hoc .............................................................. 11
Gambar 2.3. Model jaringan infrastructure ..................................................... 12
Gambar 2.4. Arsitektur IEEE 802.11 berdasarkan model OSI ……………... 15
Gambar 2.5. Proses Pembuatan koneksi TCP ………………………………. 18
Gambar.2.6. Cell Layout for Three Channels ................................................. 25
Gambar 2.7. Polarisasi Antenna ...................................................................... 38
Gambar 2.8. Polarisasi Vertikal ..................................................................... 39
Gambar 2.9. Polarisasi Horisontal .................................................................. 39
Gambar 2.10. Polarisasi Circular .................................................................... 40
Gambar 2.11. Polarisasi Cross ........................................................................ 40
Gambar 2.12. Beamwidth Antenna ................................................................. 41
Gambar 2.13. Antenna Omnidirectional ......................................................... 42
Gambar 2.14. Pola radiasi antenna omni ........................................................ 42
Gambar 2.15. Antenna Grid ............................................................................ 43
Gambar 2.16. Pola radiasi antenna grid .......................................................... 43
Gambar 2.17. Antenna Parabolic ................................................................... 44
Gambar 2.18. Pola radiasi antenna parabolic .................................................. 44
Gambar 2.19. Antena Sectoral ....................................................................... 44
Gambar 2.20. Pola Radiasi Antenna Sectoral ................................................ 45
Gambar 2.21. GUI Netstumbler ..................................................................... 56
Gambar 2.22. Screenshot Vistumbler ............................................................. 57
Gambar 2.23. Screenshot Speedtest ………………………………………… 58
Gambar 3.1 Rencana pengujian kuat sinyal setiap Access Point ................... 63
Gambar 3.2 Rencana pengujian kualitas access point .................................... 64

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gambar 4.1. Topologi jaringan Gedung FST USD ........................................ 68


Gambar 4.1. mapping kuat sinyal dan coverage access point Wifi.USD ....... 71
Gambar 4.2. mapping kuat sinyal dan coverage access point Wifi.USD ....... 72
Gambar 4.3. mapping kuat sinyal dan coverage access point Wifi.USD ....... 73
Gambar 4.4. mapping kuat sinyal dan coverage access point Wifi.USD ....... 73
Gambar 4.5 Grafik SNR AP Wifi.USD (lantai 1) ........................................... 76
Gambar 4.7 Grafik SNR AP Wifi.USD (lantai 2) ........................................... 78
Gambar 4.8 Grafik SNR AP Wifi.USD (lantai 3) ........................................... 80
Gambar 4.9 Grafik SNR AP Wifi.USD (lantai 4) ........................................... 82
Gambar 4.10 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 1) .. 85
Gambar 4.11 Grafik rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 1) ....... 86
Gambar 4.12 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 2) .. 88
Gambar 4.13 Grafik rata-rata latency access point Wifi.USD (lantai 2) ........ 90
Gambar 4.14 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 3) .. 92
Gambar 4.15 Grafik rata-rata latency access point Wifi.USD (lantai 3) ........ 93
Gambar 4.16 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 4) .. 95
Gambar 4.17 Grafik rata-rata latency access point Wifi.USD (lantai 4) ........ 97

xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pembagian channel menurut ITU (International


Telecomunications Union) ............................................................ 9
Tabel 2.2. Standart jaringan 802.11 ................................................................ 9
Tabel 2.3 Kategori Kekuatan Sinyal ............................................................... 46
Tabel 2.4 Konversi dB ke Watt ....................................................................... 48
Tabel 2.5 Konversi dB ke Watt ....................................................................... 49
Tabel 2.6. Standarisasi nilai Jitter versi THIPON ........................................... 52
Tabel 2.7. Standarisasi nilai packet loss versi THIPON ……………………. 53
Tabel 2.6. Standarisasi nilai delay versi THIPON .......................................... 54
Tabel 3.1 Tabel data pengujian kualitas SNR ................................................. 64
Tabel 3.2 Tabel data pengujian throughput .................................................... 65
Tabel 3.3 Tabel data pengujian latency .......................................................... 65
Tabel 4.1. Tabel Kategori Sinyal …………………………………………… 71
Tabel 4.2 Hasil Analisis SNR Wifi.USD (lantai 1) ........................................ 74
Tabel 4.3 Hasil Analisis SNR Wifi.USD (lantai 2) ........................................ 76
Tabel 4.4 Hasil Analisis SNR Wifi.USD (lantai 3) ........................................ 78
Tabel 4.5 Hasil Analisis SNR Wifi.USD (lantai 4) ........................................ 80
Tabel. 4.6 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 1) ................ 84
Tabel. 4.7 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 1) ...................... 85
Tabel. 4.8 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 2) ................ 87
Tabel. 4.9 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 2) ...................... 89
Tabel. 4.10 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 3) .............. 91
Tabel. 4.11 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 3) .................... 92
Tabel. 4.12 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 4) .............. 94

xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Tabel. 4.13 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 4) .................... 96

xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jaringan nirkabel merupakan salah satu alternatif dalam membangun

sebuah jaringan komputer yang praktis. Salah satu teknologi penting dan

menjadi trend dalam jaringan komputer adalah teknologi jaringan komputer

nirkabel (Wireless Local Area Network). Teknologi ini adalah

perkembangan dari teknologi jaringan komputer lokal (Local Area Network)

yang memungkinkan efisiensi dalam implementasi dan pengembangan

jaringan komputer karena dapat meningkatkan mobilitas user dan mengingat

keterbatasan dari teknologi jaringan komputer menggunakan media kabel.

[1].

Universitas Sanata Dharma adalah suatu Universitas yang sangat

memeperhatikan kualitas pembelajaran. Salah satunya dengan menyediakan

jaringan WLAN yang baik dan nyaman. Untuk menyediakan suatu jaringan

komputer yang baik bagi user dalam mengakses jaringan internet pada

Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, maka harus dilakukan

suatu peningkatan kinerja jaringan wireless yang ada. Pada gedung FST

Kampus III Universitas Sanata Dharma terdapat 4 (empat) lantai. Dan per

lantai dipasang sebuah access point. Jaringan WLAN dibentuk atas dasar

perencanaan dan instalasi awal.Adapun sumber perencanaan diambil dari

denah atau tata letak gedung yang sudah didokumentasikan. Penempatan

access point juga menggunakan beberapa parameter yaitu daerah jangkauan

1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

(coverage), jumlah pemakai, dan letak access point yang sedapat mungkin

dapat dijangkau oleh kabel UTP sebagai uplink dari suatu access point yang

terhubung ke switch khusus untuk wireless. Jangkauan suatu access point

dan banyaknya user mempengaruhi koneksi jaringan WLAN, karena

semakin jauh jangkauan user dengan access point akan semakin buruk

sinyal yang didapat. Kuat lemah sinyal sangat mempengaruhi kinerja

jaringan wireless yang ada. Kinerja jaringan WLAN dapat kita lihat dari

throughput dan latency jaringan tersebut. Seperti yang ketahui, sinyal wifi

yang dipancarkan oleh AP berpropagasi dalam bentuk tiga dimensi,

memiliki panjang jangkauan, lebar jangkauan, dan tinggi jangkauan. Sinyal

wireless cukup sulit untuk diketahui dan diprediksi area-area mana saja yang

dapat dijangkaunya. Melihat hal ini, sangatlah mungkin bagi sebuah jaringan

wireless untuk dapat melebarkan jangkauannya di luar dari batasan-batasan

fisik yang dibutuhkan. Sehingga penempatan access point sangat

mempengaruhi tingkat efektifitas jaringan internet wireless yang ada. Dan

semakin banyak user pengakses jaringan wireless tersebutakan semakin

banyak pula bandwidth yang terpakai dan membuat koneksi internet

melambat.

Maka dalam penelitian ini akan dilakukan analisis jaringan Gedung

FST Kampus III Universitas Sanata Dharma. Analisis berkaitan dengan

seberapa baik kualitas internet dan seberapa baik kuat sinyal dan kualitas

jaringan wireless Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma.

Penulis akan menganalisis scenario yang berkaitan dengan sinyal terkait

jarak antar perangkat wireless untuk mengetahui pengaruhnya terhadap


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

parameter performa jaringan yaitu: signal, noise, SNR, throughput dan

latency. Hasil analisis diharapkan memberikan data yang dapat sebagai

acuan untuk perbaikan jaringan Gedung FST Kampus III Universitas Sanata

Dharma. [2]

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dituliskan beberapa

permasalahan yang akan dibahas pada penelitiian ini, yaitu:

1. Seberapa baik pengaruh layanan kualitas WLAN Gedung FST Kampus

III Universitas Sanata Dharma terhadap peforma jaringan?

2. Seberapa baik kualitas akses internet Gedung FST Kampus III

Universitas Sanata Dharma menggunakan jaringan WLAN?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui seberapa baik layanan kualitas jaringan WLAN Gedung

FST Kampus III Universitas Sanata Dharma

2. Mengetahui seberapa baik kualitas akses internet Gedung FST Kampus

III Universitas Sanata Dharma menggunakan jaringan WLAN.

3. Memberi rekomendasi kepada Universitas Sanata Dharma guna

menambah efektifitas penggunaan jaringan WLAN sehingga kualitas

layanan internet dapat tercapai.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.4. Batasan Masalah

1. Pengambilan data difokuskan pada lingkungan Gedung FST Kampus III

Universitas Sanata Dharma Kondisi dan cuaca tidak diperhitungkan.

2. Tidak membahas algoritma routing pada jaringan WLAN.

3. Parameter yang diuji hanya mencakup throughput, latency, coverage,

signal, noise, SNR, dan kecepatan internet.

4. Pengambilan data menggunakan aplikasi Network Stumbler, Vistumbler

dan Speedtest

5. Pengujian dilakukan pada pukul 07.00-17.00.

1.5. Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah

sebagai berikut:

1. Studi literatur:

a. Teori Wireless LAN (WLAN)

b. Teori sinyal

c. Teori parameter peforma jaringan

2. Menentukan waktu pengukuran parameter kualitas layanan jaringan

Wireless LAN (WLAN). Pengukuran akan dilakukan berdasarkan

interval waktu

3. Melakukan pengukuran dan monitoring terhadap parameter kualitas

layanan jaringan Wireless LAN (WLAN) yang sudah ditentukan.

4. Evaluasi

5. Kesimpulan dan solusi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan

masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori yang berkaitan dengan

judul/rumusan masalah di tugas akhir.

BAB III METODE PENGAMBILAN DATA

Bab ini menjelaskan tentang spesifikasi alat yang digunakan dan

metode dalam pengambilan data.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA

Bab ini berisi tentang pelaksanaan pengujian dan hasil pengujian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan atas analisa dan saran berdasarkan hasil

yang telah dilaksanakan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Jaringan Wireless LAN

Jaringan wireless LAN adalah jaringan yang mengkoneksikan dua

komputer atau lebih menggunakan sinyal radio, cocok untuk berbagi pakai

file, printer, atau akses internet. Bila user ingin mengkoneksikan dua

komputer atau lebih di lokasi yang sulit atau tidak mungkin untuk

memasang kabel jaringan, sebuah jaringan wireless (tanpa kabel)

mungkin cocok untuk diterapkan. Jaringan komunikasi wireless

memberikan kemudahan dan fleksibilitas yang tinggi bagi para

pemakainya untuk dapat mengadakan hubungan komunikasi dengan

sesama pemakai jaringan wireless maupun dengan pemakai lain yang

terhubung dengan jaringan yang memakai media transmisi kabel (wired

network).

WirelessLAN (WLAN) menyediakan suatu alternative bagi LAN

tradisional berbasis twisted pair, kabel koaksial, dan serat optik. Wireless

LAN melayani tujuan yang sama dengan jaringan kabel/optik LAN

yaitu untuk menyampaikan/membawa informasi antara device yang

berdekatan dengan LAN. Dengan mempergunakan perangkat radio maka

dapat membuat LAN tanpa menggunakan kabel data yang umum

dipakai dalam sebuah jaringan komputer. Melalui pemakaian gelombang

elektromagnetik, Wireless LAN mengirim dan menerima data melalui

6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

udara, dan meminimalkan penggunaan sambungan kabel. Jadi, Wireless

LAN memiliki fleksibelitas, mendukung mobilitas, memiliki teknik

frequency reuse, selular dan handover, menawarkan efisiensi dalam waktu

(penginstalan) dan biaya (pemeliharaan dan penginstalan ulang di tempat

lain), mengurangi pemakaian kabel dan penambahan jumlah pengguna

dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.

2.2. Standart 802.11 a/b/g/n

Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama IEEE

membuat spesifikasi/standar WLAN pertama yang diberi kode 802.11.

Peralatan yang sesuai standar 802.11 dapat bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz,

dn kecepatan transfer data (throughput) teoritis maksimal 2Mbps. Pada

bulan Juli 1999, IEEE kembali mengeluarkan spesifikasi baru bernama

802.11. Kecepatan transfer data teoritis maksimal yang dapat dicapai adalah

11 Mbps. Kecepatan transfer data sebesar ini sebanding dengan Ethernet

tradisional (IEEE 802.3 10 Mbps atau 10 Base-T). Peralatan yang

menggunakan standar 802.11b juga bekerja pada frekuensi 2,4Ghz. Salah

satu kekurangan peralatan wireless yang bekerja pada frekuensi ini adalah

kemungkinan terjadinya interfensi dengan cordless phone, microwave oven,

atau peralatan lain yang menggunakan gelombang radio pada frekuensi

sama.

Pada saat hampir bersamaan, IEEE membuat spesifikasi 802.11a yng

menggunakan teknik berbeda. Frekuensi yang digunakan 5Ghz, dan

mendukung kecepatan transfer data teoritis maksimal sampai 54Mbps.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

Gelombang radio yang dipancarkan oleh peralatan 802.11a relative sukar

menembus dinding atau penghalang lainnya. Jarak jangkau gelombang radio

relative lebih pendek dibandingkan 802.11b. Secara teknis, 802.11b tidak

kompatibel dengan 802.11a. Namun saat ini cukup banyak pabrik hardware

yang membuat peralatan yang mendukung kedua staadar tersebut.

Pada tahun 2002, IEEE membuat spesifikasi baru yang dapat

menggabungkan kelebihan 802.11b dan 802.11a. Spesifikasi yang diberi

kode 802.11g ini bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz dengan kecepatan transfer

data teoritis maksimal 54Mbps. Peralatan 802.11g kompatibel dengan

802.11b, sehingga dapat saling dipertukarkan. Misalkan saja sebuah

komputer yang menggunakan kartu jaringan 802.11g dapat memanfaatkan

access point 802.11b, dan sebliknya. Channel yang dipakai untuk frekuensi

2,4Ghz ada 11 channel untuk Indonesia dan Amerika yaitu : [5]

802.11b/g/n menggunakan frekuensi 2,4GHz atau memiliki range

mulai dari 2,4 GHz – 2,5 GHz. Frekuensi tercebut dibagi menjadi 13

channel mulai dari channel 1 yaitu 2,412GHZ sampai dengan channel 13

yaitu 2,472 GHz. Channel ke-14 sebelumnya digunakan di Jepang namun

sudah tidak terpakai lagi.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

Tabel 2.1. Pembagian channel menurut ITU (International

Telecomunications Union)

Tabel 2.2. Standart jaringan 802.11

Setiap channel memiliki lebar 22MHz, ini mengakibatkan sinyal dari

sebuah channel masih akan dirasakan oleh channel lainnya yang

bertetangga. Misalnya pada channel 1 masih akan terasa di channel 2,3,4,

dan 5. Karena rentang frekuensi yang saling overlapping (tumpang tindih)

maka penggunaan channel yang berdekatan akan mengakibatkan gangguan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

interference. Secara lengkap gambaran interference yang akan terjadi dapat

dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1. Pembagian channel

Berdasarkan gambar di atas bdapat dilihat bahwa interferensi

channel akan terhindar jiga menggunakan aturan +5 atau -5 dengan

frekuensi yang sudah digunakan. Sebagai contoh, channel 1 tidak akan

overlapping dengan channel 5 dan 11.

2.3. Model Jaringan WLAN

Jaringan wireless dikonfigurasikan ke dalam dua jenis jaringan, yaitu

mode Infrastruktur dan ad-hoc [6]. Konfigurasi infrastruktur adalah

komunikasi antar masing-masing Personal Computer (PC). Komunikasi ad-

hoc adalah komunikasi secara langsung antara masing-masing komputer

dengan menggunakan piranti wireless. Penggunaan kedua mode tersebut

tergantung dari kebutuhan untuk berbagi data atau kebutuhan lain dengan

jaringan dengan menggunakan kabel.

2.3.1. AdHoc Mode

Ad-Hoc merupakan mode jaringan WLAN yang sangat

sederhana, karena pada ad-hoc ini tidak memerlukan access point

untuk host dapat saling berinteraksi. Setiap host cukup memiliki


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

transmitter dan receiver wireless untuk berkomunikasi secara

langsung satu sama lain seperti tampak pada gambar 2.2.

Kekurangan dari mode ini adalah komputer tidak bisa berkomunikasi

dengan komputer pada jaringan yang menggunakan kabel. Selain itu,

daerah jangkauan pada mode ini terbatas pada jarak antara kedua

komputer tersebut.

Gambar 2.2. Model Jaringan Ad-hoc

2.3.2. Infrastructure Mode

Jika komputer pada jaringan wireless ingin mengakses

jaringan kabel atau berbagi printer misalnya, maka jaringan wireless

tersebut harus menggunakan mode infrastruktur (gambar 2.2). Pada

mode infrastruktur access point berfungsi untuk melayani

komunikasi utama pada jaringan wireless. Access point

mentransmisikan data pada PC dengan jangkauan tertentu pada suatu

daerah. Penambahan dan pengaturan letak access point dapat

memperluas jangkauan dari WLAN[5].


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

Gambar 2.3. Model jaringan infrastructure

2.4. Teknologi WLAN

Dalam teknologi WLAN memiliki beberapa jenis antara lain:

 Teknologi Narrowband

Sebuah system radio narrowband (narrow bandwith)

menyampaikan dan menerima infirmasi dari pengguna di dalam pita

frekuensi radio yang spesifik dan sempit, tetapi mempunyai performa lenih

baik dari pada wideband.

 Teknologi Spread Spectrum

Kebanyakan system wireless LAN menggunakan teknologi spread

spectrum. Sebuah teknik radio frekuensi wideband yang dikembangkan

oleh militer untuk digunakan pada system keamanan dan sebuah system

komunikasi militer. Teknik spread spectrum memungkinkan transmisi

data dilakukan dengan menggunakan transmission power transmission

power yang rendah, namun dengan frekuensi yang lebar. Dalam teknologi

pread spectrum ada dua teknologi yang di pakai, yaitu :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

a). Teknologi Frenquency-Hoping Spread Spectrum (FHSS)

Cara kerja dari teknik ini juga tidak berbeda jauh dari

namanya. Teknik ini memodulasi sinyal data dengan sinyal pembawa

(carrier) dengan kanal freuensi yang melompat-lompat seiring dengan

fungsi waktu. Dengan kata lain, setiap satu satuan waktu akan terjadi

proses transfer paket data dengan dimodulasi atau dibungkus dalam

suatu kanal frekuensi carrier.

b). Teknologi Direct-Sequence Spread Spectrum (DSS)

Teknik spread spectrum yang satu ini sebagai yang paling

banyak dan paling umum digunakan di dunia jaringan wireless.

Perangkat WIFI yang menggunakan standar 802.11b dan 802.11n

menggunakan teknik ini adalah sebuauh kode penyebaran yang

disisipkan ditengah-tengah proses pengiriman. Proses pengiriman data

menggunakan teknologi ini melibatkan serangkaian kode penyebran

yang seiring disebut dengan itilah chipping code.

 Teknologi Infrared

Teknologi ini jarang digunakan dalam WLAN komersil.

Infrared menggunakan frekuensi tinggi dibawah cahaya yang

dapat dilihat di dalam spectrum elektromagnetik cahaya untuk

membawa atau mengirimkan data.

 Teknologi Orthogonal Frequency Division Multiplexing

(OFDM)

OFDM merupakan teknik transmisi menggunakan

beberapa frekuensi yang salng tegak lurus. Masing-masing sub-


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

carrier dimodulasi dengan teknik modulasi tertentu pada rasio

symbol yang rendah. Teknik OFDM mendukung WLAN unutk

dapat mencapai data rate 6, 9, 12, 18, 24, 36, 48, dan 54 Mbps

dengan menggunakan 52 sub-carrier yang berbeda dan

ditransmisikan secara parallel. Teknik iini digunkan pada standar

802.11a dan 802.11g.

 Teknologi High Rate Direct Sequence Spread Spectrum

(HR/DSSS)

HR/DSSS merupakan penambahan dari sistem DSSS yang

bekerja pada band frekuensi 2,4 GHz unutk mendukung data rate

5,5 Mbps dan 11 Mbps. Untuk mendapatkan data rate yang lebih

tinggi maka ditambahkan CCK (Complemetary Code Keying)

pada pola modulasi. Teknik iini digunakan pada standar

802.11b.[7]

2.5. Arsitek WLAN

WLAN bekerja paa dua lapisan terbawah model OSI (Open System

Intercomention).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

Gambar 2.4. Arsitektur IEEE 802.11 berdasarkan model OSI.

Pada gambar 2.1 dapat dlihat bahwa WLAN menggunakan arsitektur

logika physical layer dan data link layer yang dibagi menjadi dua bagian

pada arsitektur WLAN yaitu LLC (Logical Link Layer) dan MAC (Medium

Access Control), namun hanya MAC yang digunakan sebagai fungsi logika

WLAN.

Sub layer medium access control Sub layer MAC memiliki tanggung

jawab untuk akses medium, pengalamatan, pembangkitan frame, dan

mengecek deretan frame untuk konfigurasi pembagian media fisik. Standar

IEEE 802.11 menggunakan CSMA/CA (Carrier Sense Multiple

Access/Collision Avoidance) pada MAC. CSMA/CA dapat membuat sebuah

grup perangkat wireless untuk berkomunikasi dengan membagi frekuensi

dan ruang yang sama. Sebuah client akan mengirimkan data maka terlebih

dahulu akan dilakukan pengecekan pada kanal transmisi untuk memastikan

tidak ada perangkat lain yang sedang mengirimkan data, apabila kondisi

tersebut dipenuhi maka perangkat tersebut akan mengirimkan data.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

Physical layer berfungsi untuk menjaga transmisi data yang

dilakukan pada kanal komunikasi. Layer ini merupakan interface antara

media wireless dengan MAC layer.[8]

2.6. Model TCP/IP

Arsitektur protocol Transmission Control Protocol/Internet

Protocol(TCP/IP) merupakan hasil dari penelitian protocol dan

pengembangan dilakukan pada jaringan percobaan packet-switched,

ARPANET, yang didanai DARPA, dan secara umum ditujukan sebagai satu

set protokol TCP/IP[14]. Set protocol ini terdiri atas sekumpulan besar

protocol yang telah diajukan sebagai standart internet oleh Internet

Architectur Board (IAB).

Model TCP/IP terdiri atas lima layer yaitu:

1. Application Layer, merupakan layer program aplikasi yang

menggunakan protokol TCP/IP. Beberapa diantaranya adalah: Telnet,

FTP (File Transfer Protocol), SMTP (Simple Mail transport Protocol),

SNMP (Simple Network Management Protocol), HTTP (Hypertext

Transfer Protocol), DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) dan

DNS (Domian Name System) .

2. Transport Layer, berisi protokol yang bertanggung jawab untuk

mengadakan komunikasi antar dua komputer. Pada layer ini terdiri atas

dua protokol, yaitu: TCP (Transport Control Protocol) dan UDP (User

Datagram Protocol).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

3. Internet Layer, berfungsi untuk menangani pergerakan paket data dalam

jaringan dari komputer pengirim ke komputer tujuan. Protokol yang

berada dalam fungsi ini antara lain: IP(Internet Protocol),ICMP(Internet

Control Message Protocol),dan IGMP (Internet Group Management

Protocol).

4. Network Layer, merupakan layer paling bawah yang bertanggung jawab

mengirim dan menerima data dari dan ke media fisik.[9]

2.6.1. TCP

(Transmision Control Protocol) TCP merupakan protokol

yang berada pada layer transport dari layer TCP/IP. TCP adalah

protokol yang bersifat byte stream, connection-oriented dan reliable

dalam pengiriman data. TCP menggunakan komunikasi byte-stream,

yang berarti bahwa data dinyatakan sebagai suatu urutan-urutan byte.

Connecton-oriented berarti sebelum terjadi proses pertukaran data

antar komputer terlebih dahulu harus dibentuk suatu hubungan. Hal

ini dapat doanalogikan dengan proses pendialan nomor telepon dan

akhirnya terbentuk hubungan.

Kehandalan TCP dalam mengirimkan data didukung oleh

mekanisme yang disebut Positive Acknowledgement with Re-

transmission (PAR). Data yang dikirim dari layer aplikasi akan

dipecah-pecah dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan diberi

nomor urut sebelum dikirim ke layer berikutnya. Unit data yang

sudah dipecah-pecah tadi disebut segment. TCP selalu meminta


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

konfirmasi setiap kali selesai mengirimkan data, apakah data tersebut

sampai pada komputer tujuan dan tidak rusak. Jika data berhasil

sampai tujuan, TCP akan mengirimkan data urutan berikutnya. Jika

tidak berhasil, maka TCP akan melakukan pengiriman ulang urutan

data yang hilang atau rusak tersebut. Dalam kenyataannya TCP

menggunakan sebuah acknowledgement (ACK) sebagai suatu

pemberitahuan antara komputer pengirim dan penerima.

Proses pembuatan koneksi TCP disebut juga dengan Three-

way Handshake . Tujuan metode ini adalah agar dapat melakukan

sinkronisasi terhadap nomor urut dan nomor acknowledgement yang

dikirimkan oleh kedua pihak dan saling bertukar ukuran TCP

Window. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.5. Proses Pembuatan koneksi TCP

(Three-way Handshake)

Keterangan dari gambar 2.3 adalah sebagai berikut:

 Host pertama (yang ingin membuat koneksi) akan mengirimkan

sebuah segmen TCP dengan flag SYN diaktifkan kepada host

kedua (yang hendak diajak untuk berkomunikasi).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

 Host kedua akan meresponsnya dengan mengirimkan segmen

dengan acknowledgment dan juga SYN kepada host pertama.

 Host pertama selanjutnya akan mulai saling bertukar data dengan

host kedua. TCP menggunakan proses handshake yang sama

untuk mengakhiri koneksi yang dibuat. Hal ini menjamin dua

host yang sedang terkoneksi tersebut telah menyelesaikan proses

transmisi data dan semua data yang ditransmisikan telah diterima

dengan baik. Itulah sebabnya, mengapa TCP disebut dengan

koneksi yang reliable.

2.6.2. UDP (User Datagram Protocol)

UDP merupakan protokol yang juga berada pada layer

transport selain TCP. Protokol ini bersifat connectionless dan

unreliable dalam pengiriman data. Connectionless berarti tidak

diperlukannya suatu bentuk hubungan terlebih dahulu untuk

mengirimkan data. Unreliable berarti pada protokol ini tidak dijamin

akan sampai pada tujuan yang benar dan dalam kondisi yang benar

pula. Kehandalan pengiriman data pada protokol ini menjadi

tanggung jawab dari program aplikasi pada layer atasnya. Jika

dibandingkan dengan TCP, UDP adalah protokol yang lebih

sederhana dikarenakan proses yang ada didalamnya lebih sedikit.

Dengan demikian aplikasi yang memanfaatkan UDP sebagai

protokol transport dapat mengirimkan data tanpa melalui proses

pembentukan koneksi terlebih dahulu. Hal ini pun terjadi pada saat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

mengakhiri suatu koneksi, sehingga dalam banyak hal proses yang

terjadi sagatlah sederhana dibanding jika mengirimkan data melalui

protokol TCP.

Protokol UDP akan melakukan fungsi

ultiplexing/demultiplexing seperti yang dilakukan protokol TCP, bila

suatu program aplikasi akan memanfaatkan protokol DP untuk

mengirimkan informasi dengan menentukan nomor port pengirim

(source port) dan nomor port penerima (destination port), kemudian

menambahkan sedikit fungsi koreksi kesalahan lalu meneruskan

segmen yang terbentuk ke protokol layer internet. Pada layer

Internet segmen tersebut ditambahi informasi dalam bentuk datagram

IP dan keudian ditentukan cara terbaik untuk mengantarkan segmen

tersebut ke sisi penerima. Jika segmen tersebut tiba pada sisi

penerima, protokol UDP menggunakan nomor port informasi IP

pengirim dan penerima untuk mengantarkan data dalam segmen ke

proses program aplikasi yang sesuai. Beberapa hal yang harus

diperhatikan jika suatu program aplikasi akan menggunakan protokol

UDP sebagai protokol transport:

 Tidak ada pembentukan koneksi. Protokol UDP hanya mengirim

informasi begitu saja tanpa melakukan proses awal sebelumnya.

 Tidak ada pengkondisian koneksi. Protokol UDP tidak

melakukan penentuan kondisi koneksi yang berupa parameter-

parameter seperti buffer kirim dan terima, kontrol kemacetan,

nomor urutan segmen, dan acknowledgement.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

 Memiliki header kecil. Protokol UDP meiliki 8 byte header

dibanding 20 header byte pada TCP.

 Tidak ada pengaturan laju pengiriman. Protokol UDP hanya

menekankan kecepatan kirim pada laju program aplikasi dalam

menghasilkan data, kemampuan sumber kirim (berdasarkan

CPU, laju pewaktuan, dan lain-lain) dan bandwidth akses menuju

Internet. Jika terjadi kemacetan jaringan, sisi penerima tidak

perlu menerima seluruh data yang dikirim. Dengan demikian laju

penerimaan data dibatasi oleh faktor kemacetan jaringan yang

terjadi, walaupun pada sisi kirim tidak memperhatikannya.

2.6.3. IP (InternetProtocol)

IP merupakan protokol yang paling penting yang berada pada

layer Internet TCP/IP. Semua protokol TCP/IP yang berasal dari

layer atasnya mengirimkan data melalui protokol IP ini. Seluruh data

harus dilewatkan, diolah oleh protokol IP dan dikirimkan sebagai

datagram IP untuk sampai ke sisi penerima. Dalam melakukan

pengiriman data, protokol IP ini bersifat unreliable, connectionless

dan datagram delivery service.

Unreliable berarti protokol IP tidak menjamin datagram yang

dikirim pasti sampai ke tujuan. Protokol IP hanya melakukan cara

terbaik untuk menyampaikan datagram yang dikirim ke tujuan. Jika

pada perjalanan datagram tersebut terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan (putusnya jalur, kemacetan, atau sisi penerima yang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

dituju sedang mati), protokol IP hanya memberikan pemberitahuan

pada sisi kirim kalau telah terjadi permasalahan pengiriman data ke

tujuan melalui protokol ICMP. Connectionless berarti tidak

melakukan pertukaran kontrol informasi (handshake) untuk

membentuk koneksi sebelum mengirimkan data.

Datagram delivery service berarti setiap datagram yang

dikirim tidak tergantung pada datagram yang lainnya. Dengan

demikian kedatangan datagram pun bisa jadi tidak berurutan. Metode

ini dipakai untuk menjamin sampainya datagram ketujuannya,

walaupun salah satu jalur menuju tujuan mengalami masalah.

2.7. Membangun Wireless HotSpot

2.7.1. Hotspot Environment

A. Ukuran Fisik

Ukuran fisik lokasi adalah faktor kunci pertama untuk

dipertimbangkan. Hal ini merupakan salah satu unsur (bersama

dengan kepadatan pengguna) yang akan menentukan berapa

banyak Access Point (AP) harus dipasang. Sebuah AP dapat

menjangkau area melingkar sekitar 300 meter ke segala arah.

Beberapa AP diharapkan dapat mencangkup untuk area yang

luas.

B. Jumlah Pengguna

Faktor kunci berikutnya dalam menentukan tata letak

HotSpot adalah jumlah pengguna dan kepadatan pengguna:


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

jumlah pengguna per area. Jumlah pengguna (bersama dengan

pola penggunaan mereka) akan menentukan bandwidth yang

dibutuhkan untuk memberikan kepuasan pengguna. Target

minimum untuk bandwidth 100Kbps per pengguna aktif. Anda

perlu menentukan dari model penggunaan berapa banyak

pengguna yang terhubung aktif bersamaan. Sebagai

contoh,sebuah area dengan 5 pengguna aktif membutuhkan

500Kbps atau konektivitas internet yang lebih baik.

Jumlah pengguna di daerah tertentu dapat mempengaruhi

jumlah AP yang di perlukan karena keterbatasan kemampuan

dari AP. Pada area dengan banyak pengguna, seperti convention

hall, mungkin diperlukan lebih banyak AP untuk menangani

beban, meskipun AP tunggal dapat menyediakan cakupan untuk

daerah fidik : pengguna 20-25 per AP adalah pedoman yang baik.

C. Model Penggunaan

Faktor kunci ketiga adalah jenis aplikasi pengguna yang

akan berjalan saat terhubung ke HotSpot. Sebagai contoh, sebuah

kedai kopi yang pengguna biasa mungkin pemilik usaha kecil

dan rumah dan mahasiswa, sementara hotel mungkin akan

memiliki lebih banyak kelas enterprise pelancong bisnis. Siswa

akan lebih mungkin untuk menjalankan aplikasi seperti on-line

chat, game internet, dan audio streaming sementara pelancong

bisnis lebih mungkin untuk terhubung ke internet perusahaan

untuk membaca email dan menjalankan aplikasi bisnis.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

Perlu di tentukan adalah bandwidth minimum yang

diperlukan untuk menyediakan pengguna menjalankan aplikasi

dilokasi, dengan kapasitas yang cukup untuk mendapatkan

kualitas yang baik. Jumlah ini, dikalikan dengan jumlah

pengguna secara simultan, menentukan bandwidth internet

minimum yang diperlukan. Sebagai contoh, jika anda

menentukan penggunaan di situs anda memerlukan 200Kbps

bandwitdth untuk kinerja yang memadai dan anda berharap ada

pengguna lebih dari 5 secara aktif menggunakan bandwidth yang

ini pada satu waktu (dari populasi yang berpotensi besar

pengguna terhubung), seorang koneksi internet 1Mbps akan

diperlukan [ 10 ]. 200Kbps X 5 pengguna simultan = 1,000Kbps

= 1,0 Mbps bandwidth yang dibutuhkan.

2.7.2. Site Coverage

A. Ukuran AP cell, tata letak, dan penempatan.

Banyak yang tergoda untuk memecahkan masalah

cakupan situs dengan menambahkan lebih banyak Access Point,

perawatan harus selalu dilakukan sebelum membuat keputusan

tersebut. Dalam banyak kasus, jaringan nirkabel yang digunakan

untuk mrnarik orang ke tempat usaha. Jika ini adalan strategi,

menempatkan Access Point di dekat dinding eksterior atau

jendela dapat menyebabkan pengguna tidak diinginkan duduk di

luar dan meggunakan, atau lebih buruk lagi, hacker jaringan.

Penempatan AccessPoint perlu dipertimbangkan dengan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

pertimbangan keamanan untuk menempatkan Access point di

tempat yang paling tepat.

Gambar.2.6 Cell Layout for Three Channels

Ketika menerapkan Access Point anda harus

mempertimbangkan tata letak saluran dan ukuran cell. Karena

sifat membatasi band ISM hanya ada 3 non- interfering (non-

overlapping) saluran yang tersedia untuk penggunaan di 802.11b.

pola yang dihasilkan perlu menyerupai gambar ada saluran yang

sama AP tumpang tindih. Dalam rangka menerapkan tata letak

saluran yang sesuai anda harus terbiasa dengan bidang RF (Radio

Frequency) yang dipancarkan oleh Access Point yang diberikan.

B. AP density

Dalam lingkungan kecil seperti rumah, ukuran cell tidak

menjadi perhatian utama, daerah penggunaan biasanya

tercangkup dengan baik dan backhaul yang paling sering menjadi

faktor pembatas, bukan throughput AP. Dalam lingkungan

instalasi besar seperti hotel,bandara, dan kantor kepadatan AP


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

mungkin perlu ditingkatkan untuk memungkinkan lebih banyak

AP untuk melayani lebih banyak pengguna. Ini harus selalu dicek

dua kali dalam survei situs dan implementasi. Dalam banyak

kasus menurunkan output daya access point akan memungkinkan

peringatan jumlah AP di daerah tertentu, memungkinkan

peningkatan jumlah AP didaerah tertentu, memungkinkan untuk

lebih banyak pengguna untuk dilayani dengan throughput yang

lebih tinggi [ 10 ] .

2.7.3. Memilih Perangkat

A. RF Power

Dalam banyak Access Point fitur ini tersedia. Kurang

fitur ini menyebabkan masalah dalam menerapkan lingkungan

multi-AP. Biasanya, sebuah AP Enterprise akan mendukung

berbagai kekuatan 5-100 milliWatts.

B. Antena

Access Point harus mempunyai kenoektor antenna

eksternal, sehingga bisa dipasang berbagai tipe antenna agar

sesuai dengan kebutuhan. Beberapa AP bahkan memiliki antena

tertanam, sehingga mustahil untuk beralih ke antena model lain.

C. Power Over Ethernet ( PoE)

PoE dapat menjadi perbedaan antara biaya yang efektif

implementasi HotSpot dan satu tidak efektif. PoE memungkinkan

menyalurkan power secara langsung ke perangkat remote melalui

kabel CAT5 Ethernet. Karena Access Points sering dimasukan ke


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

tempat dimana sulit untuk mendapat listrik (langit-langit dan

lorong-lorong panjang). PoE menjadi pilihan karena dengan

memasang kabel power menyebabkan biaya tinggi di sebabkan

pemborosan kabel, karena tiap perangkat membutuhkan dua

kabel yaitu kabel UTP untuk data dan kabel listrik untuk

powernya, lalu dengan adanya PoE cukup menggunakan satu

kabel yaitu kabel UTP dimana transfer data dan aliran listrik

terjadi dalam satu kabel. Umumnya PoE yang di gunakan

mengacu ke standart IEEE 802.3af di mana maksimum power

per port adalah 15.4W, kemudian standart ini di perbaharui oleh

IEEE 802.3at di mana maximum power per port adalah 34.2W,

ini disebabkan banyak perangkat baru yang membutuhkan

supplay power lebih tinggi.

D. Long and Short Preamble Support

Generasi pertama darii 802.11 menunjukan penggunaan

144-bit preamble yang digunakan untuk membantu wireless

receiver memepersiapkan akuisisi wireless sinyal. Sebagai

802.11 ditujukan tingkat transmisi yang lebih tinggi dan model

penggunaan baru seperti VoIP, pendek, lebih efisien 56-bit basa-

basi juga di perkrnalkan. Setelah pengenalan preambles pendek,

AP pertama dan NIC dipasar termasuk pilihan konfigurasi untuk

menggunakan long dan short preambles. Hal ini menyebabkan

masalah interoperabilitas untuk pengguna Mobile station (MS)

yang tidak menawarkan pilihan tersebut. Jika AP diaktifkan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28

menggunakan short preamble dan MS menggunakan long

preamble maka keduanya tidak bisa terhubung. Maka dari itu di

ciptakan pilihan long atau short preamble, produsen hardware

mengembangkan sistem yang secara otomatis bisa mendukung

baik pengaturan. Dalam proses ini, option untuk user menghilang

dari interface konfigurasi perangkat. Saat ini masih ini ada

hardware yang dapat dikonfigurasi menggunakan long atau short

preamble [10].

2.7.4. Otentifikasi

Jenis otentikasi terikat dengan Service Set Identifier (SSID)

yang dikonfigurasi untuk access point. Jika anda ingin melayani

berbagai jenis perangkat klien dengan access point yang sama,

mengkonfigurasi beberapa SSID.

Sebelum perangkat wireless client dapat berkomunikasi pada

jaringan anda melalui access point, harus terotentikasi ke access

point dengan menggunakan otentikasi terbuka atau shared-key

authrntication. Untuk kramanan maksimum, perangkat klien juga

harus otentikasi ke jaringan menggunakan MAC-address atau

Extensible Authrntication Protocol (EAP). Kedua jenis otentikasi ini

bergantung pada server otentikasi pada jaringan.

2.7.4.1. Open System Authentication

Pada open system authentication ini, bisa dikatakan

tidak ada “ authentication ” yang terjadi karena client bisa

langsung terkoneksi dengan AP ( Access Point ). Stelah


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29

client melalui proses open system authentication dan

association, client sudah di perbolehkan mengirim data

melalui AP namun data yang dikirim tidak akan dilanjutkan

oleh AP kedalam jaringannya. Bila keamanan WEP

diaktifkan, maka data-data yang dikirim oleh Client

haruslah dienkripsi dengan WEP key. Bila ternyata setting

WEP Key di client berbeda dengan setting WEP Key di AP

( Access Point) maka AP tidak akan mengenal data yang

dikirim oleh client yang mengakibatkan data tersebut akan

di buang ( hilang ). Jadi walaupun client diijinkan untuk

mengirim data, namun data tersebut tetap tidak akan bisa

melalui jaringan AP bila WEP key antara Client dan AP

ternyata tidak sama.

2.7.4.2. Shared Key Authentication ( WEP )

Lain halnya open system authentication, Shared

Key Autentication mengharuskan client untuk mengetahui

lebih dahulu kode rahasia (passphare key) sebelum

mengijinkan terkoneksi dengan AP. Jadi apabila client tidak

mengetahui “key” tersebut maka client tidak akan bisa

terkoneksi dengan Acces Point. Pada shared key

authentication, digunakan juga metode keamanan WEP.

Pada proses authenticationnya, shared key akan

“meminjamkan” WEP key yang digunakan oleh level

keamanan WEP, Client juga harus mengaktifkan WEP


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30

untuk menggunakan Shared Key Authentication. WEP

menggunakan algoritma enkripsi RC4 yang juga digunakan

oleh protokol https. Alogaritma ini terkenal sederhana dan

mudah diimplementasikan karena tidak membutuhkan

perhitungan yang berat sehingga tidak membutuhkan

hardware yang terlalu canggih. Pengecekan WEP Key pada

proses shared key authentication dilakukan dengan metode

Challenge and response sehingga tidak ada proses transfer

password WEP Key. Metode yang dinamakan Challenge

anda Response ini menggantikan pengiriman password

dengan pertanyaan yang harus dijawab berdasarkan

password yang diketahui.

Prosesnya adalah client meminta ijin kepada server

untuk melakukan koneksi. Server akan mengirim sebuah

string yang dibuat secara acak dan mengirimkan kepada

client. client akan melakukan enkripsi antara string/nilai

yang diberikan oleh server dengan password yang

diketahhuinya. Hasil enkripsi ini kemudian dikirimkan

kembali ke server. Server akan melakukan proses deskripsi

dan membandingkan hasilnya. Bila hasil dekripsi dari client

menghasilkan string/nilai yang sama dengan string/nilai

yang dikirimkan oleh server, berarti client mengetahui

password yang benar.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31

2.7.4.3. WPA Pre-Shared key ( WPA Personal )

Metode keamanan WEP memiliki banyak

kelemahan sehingga badan IEEE meyadari permasalahan

tersebut dan membentuk gugus tugas 802.11i untuk

menciptakan keamanan yang lebih baik dari WEP. Sebelum

hasil kerja dari 802.11i selesai,aliansi Wi-Fi membuat

metode keamanan baru yang bisa bekerja dengan hardware

yang terbatas kemampuannya,maka munculah Wi-Fi

Proteced Access ( WPA ) pada bulan april 2003. Standart

Wi-Fi ini unruk meningkatkan fitur keamanan pada WEP.

Teknologi ini didesain untuk bekerja pada produk Wi-Fi

eksisting yang telah memiliki WEP ( semacam software

upgrade ) .

Kelebihan WPA adalah meningkatkan enkripsi data

dengan teknik Temporal Key Integrity Protocol ( TKIP ).

Enkripsi yang digunakan masih sama dengan WEP yaitu

RC4, karena pada dasarnya WPA ini merupakan perbaikan

dari WEP dan bukan suatu level keamanan yang benar-

benar baru, walaupun beberapa device ada yang sudah

mendukung enkripsi AES yaitu enkripsi dengan keamanan

yang paling tinggi. TKIP mengacak kata kunci

menggunakan “hashing algorithm” dan menambah

intefgrity Cheeking Feature, untuk memastikan kunci

belum pernah digunakan secara tidak sah.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32

2.7.4.4. WPA2 Pre-Shared Key ( WPA2 Personal )

Group 802.11i akhirnya menyelesaikan metode

keamanan yang awalnya ditugaskan dari IEEE. Level

keamanan ini kemudian dinamakan sebagai WPA2. WPA2

merupakan level keamanan yang paling tinggi. Enkripsi

utama yang digunakan pada WPA2 ini yaitu enkripsi AES.

AES mempunyai kerumitan yang lebih tinggi daripada RC4

pada WEP sehingga para vendor tidak sekedar upgrade

firmware seperti dari WEP ke WPA. Untuk menggunakan

WPA2 diperlukan hard ware baru yang mampu bekerja

dengan lebih cepat dan mendukung perhitungan yang

dilakukan oleh WPA2. Sehingga tidak semua adapter

mendukung level keamanan WPA2 ini.

2.7.4.5. WPA Enterprise / RADIUS ( 802.1X / EAP )

Metode keamanan dan algoritma snkripsi pada

WPA Radius ini sama saja dengan WPA Pre-Shares Key,

tetapi authentikasi yang digunakan berbeda. Pada WPA

Enterprise ini menggunakan authentikasi yang diunakan

berbeda. Pada WPA Enterprise ini menggunakan

authentikasi 802.1X atau EAP (Extensible Authentication

Protocol). EAP merupakan protokol layer 2 yang

menggantikan PAP dan CHAP. Spesifikasi yang dibuat

oleh IEEE 802.1X untuk keamanan terpusat pada jaringan

hotspot Wi-Fi. Tujuan standart 8021X IEEE adalah untuk


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33

menghasilkan kontrol akses autentikasi dan managemen

kunci untuk wireless LANs. Spesifikasi ini secara umum

sebenarnya ditujukan untuk jaringan kabel yang

menentukan bahwa setiap kabel yang dihubungkan ke

dalam switch harus melaui proses auntetikasi terlebih

dahulu dan tidak boleh langsung memperbolehkan

terhubung kedalam jaringan.

Pada spesifikasi keamanan 802.1X, ketika login ke

jaringan wireless maka server yang akan meminta user

name dan password dimana “network Key” yang digunakan

oleh client dan AP akan diberikan secara otomatis sehingga

Key tersebut tidak perlu dimasukan lagi secara manual.

Setting security WPA enterprise/corporate ini

membutuhkan sebuah server khusus yang berfungsi sebagai

pusat auntentikasi seperti server RADIUS ( Remote

Autentication Dial-In Service). Dengan adanya Radius

server ini,auntentikasi akan dilakukan perclient sehingga

tidak perlu lagi memasukan passphrase atau network key

yang sama untuk setiap client. “network key” disini

diperoleh dan diproses oleh server radius tersebut. Fungsi

Radius server adalah menyimpan user name dan password

secara terpusat yang akan melakukan autentikasi client

yang hendak login kedalam jaringan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34

Sehingga pada proses authentikasi clirnt

menggunakan username dan password. Jadi sebelum

terhubung ke wireless LAN atau Internet , pengguna harus

melakukan autentikasi terlebih dahulu ke server tersebut.

Proses authentikasi 802.1X / EAP ini relatif lebih aman dan

tidak tersedia di WEP [10].

2.8. Antenna WiFi

Pada sistem komunikasi radio diperlukan adanya antena sebagai

pelepas energi elektromagnetik ke udara atau ruang bebas, atau sebaliknya

sebagai penerima energi itu dari ruang bebas. Antena merupakan bagian

yang penting dalam sistem komunikasi sehari-hari. Antena kita jumpai pada

pesawat televisi, telepon genggam, radio, dan lain-lain.

Antena adalah suatu alat yang mengubah gelombang terbimbing dari

saluran transmisi menjadi gelombang bebas di udara, dan sebaliknya.

Saluran transmisi adalah alat yang berfungsi sebagai penghantar atau

penyalur energi gelombang elektromagnetik. Suatu sumber yang

dihubungkan dengan saluran transmisi yang tak berhingga panjangnya

menimbulkan gelombang berjalan yang uniform sepanjang saluran itu. Jika

saluran ini dihubungsingkat maka akan muncul gelombang berdiri yang

disebabkan oleh interferensi gelombang datang dengan gelombang yang

dipantulkan. Jika gelombang datang sama besar dengan gelombang yang

dipantulkan akan dihasilkan gelombang berdiri murni. Konsentrasi-


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35

konsentrasi energi pada gelombang berdiri ini berosilasi dari energi listrik

seluruhnya ke energi maknet total dua kali setiap periode gelombang itu.

2.8.1. Voltage Standing Wave Ratio(VSWR)

VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang

berdiri (standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum

(|V|min). Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang

tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan (V0+) dan tegangan yang

direfleksikan (V0-). Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan

dengan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi tegangan

(г), yaitu :

Γ= =

di mana ZL adalah impedansi beban ( load ) dan Z0 adalah impedansi

saluran lossless. Koefisien refleksi tegangan (г) memiliki nilai

kompleks, yang merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari

refleksi. Untuk beberapa kasus yang sederhana, ketika bagian

imajiner dari г adalah nol, maka :

a. : г = -1 refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung

singkat.

b. : г = 0 tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan

matched sempurna.

c. : г = -1 refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam

rangkaian terbuka.

Rumus untuk mencari nilai VSWR adalah:


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36

S=

Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang

berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching

sempurna. Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk

didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan

untuk fabrikasi antena adalah VSWR ≤2.

2.8.2. Gain

Gain (directive gain) adalah karakter antena yang terkait

dengan kemampuan antena mengarahkan radiasisinyalnya, atau

penerimaan sinyal dari arah tertentu. Gain bukanlah kuantitas yang

dapat diukur dalam satuan fisis pada umumnya seperti watt,ohm,

atau lainnya, melainkan suatu bentuk perbandingan. Oleh karena itu,

satuan yang digunakan untuk gain adalah decibel.

Gain dari sebuah antenna adalah kualitas nyala yang

besarnya lebih kecil daripada penguatan 36ntenna tersebut yang

dapat dinyatakan dengan[11]

Gain=G=k.D

Di mana:

k=efisiensi antenna, 0 ≤k ≤ 1

Gain antena dapat diperoleh dengan mengukur power pada

main lobe dan membandingkan powernya dengan power pada antena

referensi. Gain antena diukur dalam desibel, bisa dalam dBi ataupun

dBd. Jika antena referensi adalah sebuah dipole, antena diukur dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37

dBd. “d” di sini mewakili dipole, jadi gain antena diukur relative

terhadap sebuah antena dipole. Jika antena referensi adalah sebuah

isotropic, jadi gain antena diukur relatif terhadap sebuah antena

isotropic.

Gain dapat dihitung dengan membandingkan kerapatan daya

maksimum antena yang diukur dengan antena referensi yang

diketahui gainnya.Maka dapat dituliskan pada Persamaan

G=

Decibel (dB) merupakan satuan gain antena. Decibel adalah

perbandingan dua hal. Decibel ditetapkan dengan dua cara, yaitu :

A. Ketika mengacu pada pengukuran daya.

XdB=10log10( )

B. Ketika mengacu pada pengukuran tegangan.

XdB=20log10( )

2.8.3. Polarisasi

Polarisasi antenna merupakan orientasi perambatan radiasi

gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu antena di

mana arah elemen antena terhadap permukaan bumi sebagai referensi

lain. Energi yang berasal dari antena yang dipancarkan dalam bentuk

sphere, di mana bagian kecil dari sphere disebut dengan wave front.

Pada umumnya semua titik pada gelombang depan sama dengan

jarak antara antena. Selanjutnya dari antena tersebut, gelombang

akan membentuk kurva yang kecil atau mendekati. Dengan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38

mempertimbangkan jarak, right angle ke arah di mana gelombang

tersebut dipancarkan, maka polarisasi dapat digambarkan

sebagaimana Gambar:

Gambar2.7. Polarisasi Antenna

Ada empat macam polarisasi antena yaitu polarisasi vertikal,

polarisasi horizontal, polarisasi circular, dan polarisasi cross

1. Polarisasi Vertikal

Radiasi gelombang elektromagnetik dibangkitkan oleh

medan magnetik dan gaya listrik yang selalu berada di sudut

kanan. Kebanyakan gelombang elektromagnetik dalam ruang

bebas dapat dikatakan berpolarisasi linier. Arah dari polarisasi

searah dengan vektor listrik. Bahwa polarisasi tersebut adalah

vertikal jika garis medan listrik yang disebut dengan garis E

berupa garis vertikal maka gelombang dapat dikatakan sebagai

polarisasi vertikal.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39

Gambar 2.8. Polarisasi Vertikal

2. Polarisasi Horizontal

Antena dikatakan berpolarisasi horizontal jika elemen

antena horizontal terhadap permukaan tanah. Polarisasi

horizontal digunakan pada beberapa jaringan wireless.

Gambar 2.9. Polarisasi Horisontal

3. Polarisasi Circular

Polarisasi circular pernah digunakan pada beberapa

jaringan wireless. Dengan antena berpolarisasi circular, medan

electromagnet berputar secara konstan terhadap antena.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40

Gambar 2.10. Polarisasi Circular

4. Polarisasi Cross

Polarisasi cross terjadi ketika antena pemancar

mempunyai polarisasi horizontal, sedangkan antena penerima

mempunyai polarisasi vertikal atau sebalikanya.

Gambar 2.11. Polarisasi Cross

2.8.4. Beamwidth

Beamwidth adalah besarnya sudut berkas pancaran

gelombang frekuensi radio utama (main lobe) yang dihitung pada

titik 3 dB menurun dari puncak lobe utama.[11] Besarnya beamwidth

adalah sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41

B=

Di mana:

B= 3dB beamwidth(derajat)

f= frekuensi(GHz)

d= diameter antenna(m)

Apabila beamwidth mengacu kepada perolehan pola radiasi,

maka beamwidth dapat dirumuskan sebagai :

β = θ2-θ1

Gambar 2.11 menunjukkan tiga daerah pancaran yaitu lobe

utama (main lobe, nomor 1), lobe sisi samping (side lobe, nomor

dua), dan lobe sisi belakang (back lobe, nomor 3). Half Power

Beamwidth (HPBW) adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titik-

titik ½ daya atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe

utama. First Null beamwidth (FNBW) adalah besar sudut bidang

diantara dua arah pada main lobe yang intensitas radiasinya nol.

Gambar 2.12. Beamwidth Antenna


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42

2.8.5. Tipe Antena

A. Antena Omnidirectional

Gambar 2.13. Antenna Omnidirectional

Antenna omni mempunyai sifat umum radiasi atau

pancaran sinyal 360º yang tegak lurus ke atas. Omnidirectional

antena secara normal mempunyai gain sekitar 3-12 dBi. Antena

ini akan melayani atau hanya memberi pancaran sinyal pada

sekelilingnya atau 360 derjat, sedamgkan pada bagian atas antena

tidak memiliki sinyal radiasi.

Gambar 2.14. Pola radiasi antenna omni


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43

B. Antena Grid

Gambar 2.15. Antenna Grid

Antenna Grid Wifi 2,4 GHz dengan Gain 21 Db, sangat

cocok digunakan untuk Antenna Wifi. Bisa digunakan untuk

Point to Point, atau Point to multi point. Antena grid memiliki

kekuatan sinyal hingga 24 dB, sementara antena parabolic hingga

18 dB. Menambah gain antena, namun akan membuat pola

pengarahan antena menjadi lebih sempit.[12]

Gambar 2.16. Pola radiasi antenna grid

C. Antenna Parabolik

Antena Parabolik Dipakai untuk jarak menengah atau

jarak jauh dan Gain-nya bisa antara 18 sampai 28 dBi.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44

Gambar 2.17. Antenna Parabolic

Gambar 2.18. Pola radiasi antenna parabolic

D. Antena Sectoral

Gambar 2.19. Antena Sectoral


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45

Antena sectoral hampir mirip dengan antenna

omnidirectional. Antena ini digunakan untuk access point to

serve a Pont-to-Multi-Point (P2MP). Antena sectoral mempunyai

gain jauh lebih tinggi dibanding omnidirectional antena di sekitar

10-19 dBi. Yang bekerja pada jarak atau area 6-8 km. Sudut

pancaran antenna ini adalah 45-180 derajat dan tingkat

ketinggian pemasangannya harus diperhatikan agar tidak terdapat

kerugian dalam penangkapan sinyal.

Pola pancaran yang horisontal kebanyakan memancar ke

arah mana antenna ini diarahkan sesuai dengan jangkauan dari

derajat pancarannya, sedangkan pada bagian belakang antenna

tidak memiliki sinyal pancaran. Antenna sectoral ini jika di

pasang lebih tinggi akan menguntungkan penerimaan yang baik

pada suatu sector atau wilayah pancaran yang telah di tentukan.

Gambar 2.20. Pola Radiasi Antenna Sectoral


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46

2.9. Signal Strength

Semakin kuat sinyal maka semakin baik dan handal konektivitasnya.

Satuan kekuatan sinyal WiFi ditunjukkan dengan satuan dBm. Rentang kuat

sinyal WiFi di antara -10 dBm sampai kurang lebih -99 dBm. Sinyal yang

nilainya mendekati angka positif maka semakin kuat sinyal tersebut. Pada

buku “Cisco Aironet 802.11a/b/g Wireless LAN Clienr Adapters (CB21AG

and PI21AG) Installation and Configuration Guide” disebutkan kategori

sinya sebagai berikut[13]:

Category Signal Strength Colour Range Percentage


Excellent Green -57 to -10 dBm 75 – 100%
Good Yellow -75 to -58 dBm 40 – 74%
Fair Orange -85 to -76 dBm 20 – 39%
Poor Red -95 to -86 dBm 0 – 19%
Tabel 2.3 Kategori Kekuatan Sinyal

2.10. Satuan Kekuatan Sinyal

2.10.1. dB (Decibel)

Merupakan satuan perbedaan (atau Rasio) antara kekuatan

daya pancar signal. Penamaannya juga untuk mengenang Alexander

Graham Bell (makanya huruf "B" merupakan huruf besar). Satuan ini

digunakan untuk menunjukkan efek dari sebuah perangkat terhadap

kekuatan atau daya pancar suatu signal.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47

2.10.2. dBm (dB milliWatt)

Merupakan satuan kekuatan signal atau daya pancar (Signal

Strengh or Power Level). 0 dbm didefinisikan sebagai 1 mW

(milliWatt) beban daya pancar, contohnya bisa dari sebuah Antenna

ataupun Radio. Daya pancar yang kecil merupakan angka negatif

(contoh: -90 dBm).

Formula perhitungan dari mW ke dBM adalah sebagai

berikut:

mW = 10dBm/10

milliwatt (mW) adalah satu per seribu watt (W), atau 1000 milliwatts

= 1 watt. watt adalah Standar Unit International dari daya (power). 1

watt = 1 joule energi per detik.

Table Konversi dari dBm ke Watt (milli Watt).

Rumus untuk menghitung dari dBm ke mWatt: dBm = log10

(mW)*10

Rumus untuk menghitung dari mW ke dBm : mW =10^(dBm/10)

Berikut Tabelnya :

dBm Watts dBm Watts dBm Watts

0 1.0mW 16 40mW 32 1.6 W

1 1.3 mW 17 50 mW 33 2.0 W

2 1.6 mW 18 63 mW 34 2.5 W

3 2.0 mW 19 79 mW 35 3.2 W

4 2.5 mW 20 100 mW 36 4.0 W


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48

5 3.2 mW 21 126 mW 37 5.0 W

6 4 mW 22 158 mW 38 6.3W

7 5 mW 23 200 mW 39 8.0W

8 6 mW 24 250 mW 40 10W

9 8 mW 25 316 mW 41 13W

10 10 mW 26 398 mW 42 16W

11 13 mW 27 500 mW 43 20W

12 16 mW 28 630 mW 44 25W

13 20 mW 29 800 mW 45 32W

14 25 mW 30 1.0 W 46 40W

15 32 mW 31 1.3 W 47 50W

Tabel 2.4 Konversi dB ke Watt

 36 dBm 4.00 watts (batas maximum ERP yang diperbolehkan di

FCC di Amerika)

 23 dBm 200 miliwatts (Daya keluaran yang umum pada WLAN

915 MHz)

 20 dBm 100 milliwatts (Batas maximum ERP diperbolehkan

E.T.S.I. di Europe)

Daya kurang dari 0dBm:

dBm Watts dBm Watts

-1 0,79 mW -40 0,0001 mW

-5 0,32 mW -50 0,00001 mW

-10 0,1 mW -60 0,000001 mW


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49

-20 0,01 mW -70 0,0000001 mW

-30 0,001 mW -80 0,00000001 mW

Tabel 2.5 Konversi dB ke Watt

2.10.3. dBi (dB isotropic)

Satuan ini merupakan penguatan dari sebuah antenna

terhadap suatu antenna standard imaginari (isotropic antenna) adalah

teori isotropic. Teori isotropic untuk antenna tidak dapat di

wujudkan tetapi berguna untuk menghitung secara teoritis coverage

dan fade area. Penguatan (Gain) dari antenna (di atas 1 Ghz)

biasanya menggunakan satuan dBi. Sebuah Antenna Grid 24 dBi

memiliki penguatan (Gain) sebesar 24 dBi terhadap antenna standard

imaginari 0 dBi (isotropic antenna).

2.10.4. Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)

EIRP (Effective Isotropic Radiated Power). EIRP adalah

energi efektif yang didapat pada main lobe dari antena pengirim.

Menghitung EIRP adalah dengan menjumlahkan penguatan antena

(dalam satuan dBi) dengan level energi (dalam satuan dBm) pada

antena tersebut.

Dalam sistem komunikasi radio, setara isotropically terpancar

daya (EIRP) atau, kalau tidak, efektif isotropically terpancar daya

adalah jumlah daya yang teoritis Isotropic antena (yang

mendistribusikan daya merata di seluruh penjuru) akan

mengeluarkan untuk menghasilkan daya puncak kepadatan diamati

dalam arah maksimum mendapatkan antena. EIRP dapat


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50

memperhitungkan kerugian yang di Jalur transmisi dan konektor dan

termasuk mendapatkan dari antena. EIRP yang seringkali dinyatakan

dalam hal decibels atas referensi daya Emitter oleh Isotropic radiator

setara dengan kekuatan sinyal. EIRP yang memungkinkan

perbandingan antara berbagai emitters berapapun jenis, ukuran atau

bentuk. Dari EIRP, dan dengan pengetahuan yang nyata dari antena

mendapatkan itu, dimungkinkan untuk menghitung real bidang kuasa

dan kekuatan nilai-nilai.

2.11. Parameter Performa Jaringan

Kemampuan untuk memberikan prioritas yang berbeda untuk

berbagai aplikasi, pengguna, atau aliran data, atau untuk menjamin tingkat

kinerja tertentu ke aliran data berbeda-beda. Sebagai contoh, laju bit yang

diperlukan, delay, jitter, probabilitas packet dropping dan/atau bit error rate

(BER) dapat dijamin. Jaminan performa jaringan penting jika kapasitas

jaringan tidak cukup, terutama untuk aplikasi streaming multimedia secara

real-time seperti voice iver IP, game online dan IP-TV, karena sering kali

aplikasi-aplikasi ini memerlukan bit rate dan tidak memperbolehkan adanya

delay, dan dalam jaringan di mana kapasitas resource-nya terbatas, misalnya

dalam komunikasi data seluler. Sebuah jaringan atau protokol yang

mendukung performa jaringan dapat menyepakati sebuah kontrak traffic

dengan software aplikasi dan kapasitas cadangan di node jaringan, misalnya

saat sesi fase pembentukan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51

Beberapa alasan yang menyebabkan performa jaringan penting

adalah :

 Memberikan prioritas terhadap aplikasi-aplikasi yang kritis

 Memaksimalkan penggunaan investasi jaringan

 Meningkatkan performansi untuk aplikasi yang sensitive trehadap delay,

seperti voice dan video.

 Merespon perubahan aliran trafik yang ada di jaringan.

Terdapat banyak hal yang bisa terjadi pada paket ketika

ditransmisikan dari asal ke tujuan, yang mengakibatkan masalah-masalah

dilihat dari sudut pandang pengirim atau penerima, dan sering disebut

dengan parameter-parameter performa jaringan. [3]

2.11.1. Troughput

Throughput adalah ukuran dari kecepatan di mana data dapat

dikirim melewati jaringan dalam (bit per second bps). Kemampuan

throughput dalam menopang hardware (perangkat keras) disebut

dengan bandwidth. Ada kenyataannya, istilah bandwidth kadang-

kadang digunakan sebagai sinonim dari throughput. Jika tp adalah

Throughput, dz adalah ukuran data yang dikirim, dan t adalah waktu

yang dibutuhkan, maka rumus untuk menentukan throughput adalah:

2.11.2. Jitter

Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada

jaringan IP. Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52

beban trafik dan besarnya tumbukan antar paket (congestion) yang

ada dalam jaringan IP. Semakin besar beban trafik di dalam jaringan

akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya

congestion dengan demikian nilai jitter-nya akan semakin besar.

Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai QoS akan

semakin turun. Untuk mendapatkan nilai QoS jaringan yang baik,

nilai jitter harus dijaga seminimum mungkin. Terdapat empat

kategori penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai peak jitter

sesuai dengan versi TIPHON (Joesman 2008, dalam Fatoni, 2011),

yaitu :

Kategori Peak Jitter Indeks

Degresi

Sangat Bagus 0 ms 4

Bagus 0 s/d 75 ms 3

Sedang 75 s/d 125 ms 2

Jelek 125 s/d 225 ms 1

Tabel 2.6. Standarisasi nilai Jitter versi THIPON

2.11.3. Packet loss

Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket

IP mencapai tujuannya. Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan,

dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinkan, diantaranya yaitu:

 Terjadinya overload trafik didalam jaringan,

 Tabrakan (congestion) dalam jaringan,

 Error yang terjadi pada media fisik,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53

 Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa

disebabkan karena overflow yang terjadi pada buffer.

Di dalam implementasi jaringan IP, nilai packet loss ini

diharapkan mempunyai nilai yang minimum. Secara umum terdapat

empat kategori penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai

packet loss sesuai standar THIPON, yaitu seperti tampak pada tabel

berikut.

Kategori Besar Packet Loss

Sangat Bagus 0%

Bagus 1-3%

Sedang 4-15%

Jelek 16-25%

Tabel 2.7. Standarisasi nilai packet loss versi THIPON

2.11.4. Delay

Delay merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh data

atau informasi untuk sampai ke tempat tujuan data atau informasi

tersebut dikirim. Delay pada suatu jaringan akan menentukan

langkah apa yang akan kita ambil ketika kita memenejemen suatu

jaringan. Ketika Delay besar, dapat diketahui jaringan tersebut

sedang sibuk atau kemungkinan yang lain adalah kapasitas jaringan

tersebut yang kecil sehingga bisa melakukan tindakan pencegahan

agar tidak terjadi overload. Misalkan dengan memindahkan sebagian

aliran data ke jalur lain atau memperbesar kapasitas jaringan kita. [3]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54

Kategori Besar Delay

Sangat Bagus <150 ms

Bagus 150 s/d 300 ms

Sedang 300 s/d 450 ms

Jelek >450 ms

Tabel 2.6. Standarisasi nilai delay versi THIPON

2.11.5. Packet Drop

Packet drop berkaitan dengan antrin pada link. Jika ada paket

dating pada suatu antrian yang sudah penuh, maka paket akan

didrop/buang sesuai dengan jenis antrian yang dipakai.

2.11.6. Reliability

Relibility adalah karakteristik kehandalan sebuah aliran data

dalam jaringan internet. Masing-masing program aplikasi memiliki

kebutuhan realibility yang berbeda. Untuk proses pengiriman data, e-

mail, dan pengaksesan internet jaringan internet harus dapat

diandalkan dibandingkan dengan konferensi audio dan saluran

telepon.

2.11.7. Bandwidth

Bandwidth adalah luas atau lebar cakupan frekuensi yang

digunakan oleh sinyal dalam medium transmisi. Dalam kerangka ini,

bandwidth dapat diartikan sebagai perbedaan antara komponen

sinyal frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah. Frekuensi sinyal


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55

dapat diukur dalam satuan Hertz. Didalam jaringan komputer,

bandwidth sering digunakan sebagai suatu sinonim untuk kecepatan

transfer data yaitu jumlah data yang dibawa dari sebuah titik ke titik

lain dalam jangka waktu tertentu. Jenis bandwidth ini biasanya

diukur dalam bps (bits per second).[3]

2.12. Alat Pengukuran

2.12.1. Network Stumbler

Network Stumbler atau NetStumbler merupakan tool yang

berfungsi untuk mendeteksi sinyal wireless yang berada dalam

jangkauan device wireless kita, bahkan bisa menangkap sinyal yang

lebih jauh dari pada yang dapat ditangkap oleh device wireless

standar. Umumnya tool ini dipergunakan untuk keperluan hacking,

pengujian konfigurasi jaringan, survey besarnya interferensi,

menemukan tempat yang sepi dari jaringan wifi, dan memposisikan

ketepatan arah antena (pointing). Di samping itu NetStumbler bisa

melakukan monitoring channel-channel yang digunakan, kekuatan

sinyal wifi, menampilkan SSID yang terdeteksi. NetStumbler juga

bisa disandingkan dengan perangkat GPS, alhasil kita bisa

memetakan jaringan wifi yang berada pada satu tempat, ini biasanya

dilakukan sambil berjalan, juga melaporkan MAC Address akses

poin plus frekuensi operasinya, mencatat level noise, serta

perbandingannya dengan level kekuatan sinyal.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56

Gambar 4. GUI Netstumbler [7]

2.12.2. Vistumbler

Vistumbler merupakan salah satu software yang tidak asing

lagi bagi pengguna yang berhubungan langsung dengan wireless.

Vistumbler menampilkan kekuatan sinyal (live scanning) berupa

grafik. Selain itu Vistumbler juga mampu memberikan tampilan

informasi yang detail tentang channel yang digunakan, MAC Address

dari access point, SSID, presentase sinyal, sinyal tertinggi (High

RSSI), RSSI, Authentication, Encryption, Network Type, fungsi GPS,

dan Manufacturer.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57

Gambar 2.22. Screenshot Vistumbler

Pada penelitian ini difokuskan pada kolom RSSI untuk

mengetahui kekuatan sinyal sebuah access point yang didapat dari

tempat tertentu untuk menentukan coverage access point tersebut.

Identitas access point sendiri dapat dilihat pada kolom SSID dan

Mac Address.

2.12.3. Speedtest

Speedtest merupakan tools untuk mengecek kecepatan

internet yang digunakan. Dengan melakukan pengujian dengan

speedtest user akan mengetahui seberapa kecepatan internet yang

didapatkan dari ISP (Internet Service Proveder) sesuai dengan yang

ditawarkan.

Pengukuran kecepatan internet dilakukan dengan

menggunakan aplikasi speedtest. Membuka aplikasi speedtest

melalui browser yang telah tersedia. Masukan alamat speedtest

“www.speedtest.net” pada kolom browser. Untuk memulai


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58

menjalankan aplikasi speedtest klik button beginning test kemudian

plikasi speedtest akan melakukan pengukuran terhadap parameter

download, upload, dan latency. Dari hasil pengukuran download,

upload, dan latency dengan aplikasi speedtest kita dapat

menyimpulkan apakah sudah sesuai atau belum dengan layanan yang

ditawarkan oleh ISP (Internet Service Provider). Seperti yang dapat

digambarkan pada Gambar 2.23.

Gambar 2.23. Screenshot Speedtest


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Langkah-langkah Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa langkah–

langkah penelitian. Langkah–langkah penelitian yang dilakukan mulai dari

pemetaan topologi fisik, logik, wifi dan pengukuran parameter jaringan.

1. Pemetaan topologi fisik

Dalam penelitian pemetaan topologi fisik dimulai dari melakukan

wawancara terhadap staff IT Universitas Sanata Dharma Kampus III

Paingan selanjutnya melihat dan menganalisa model jaringan yang

dipakai Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma untuk

saling berkomunikasi. Mengklasifikasikan menurut jenis topologi yang

digunakan. Dan memetakan hasil topologi fisik dalam sebuah gambar.

2. Pemetaan Wifi

Dalam penelitian pemetaan wifi dimulai dengan melihat

blueprint pemetaan wifi di lingkungan Gedung FST USD. Selanjutnya

menghitung kuat sinyal, pemilihan channel dan daerah coverage yang

dapat dijangkau pada setiap access point yang berada di Gedung FST

Kampus III Universitas Sanata Dharma.

3. Pemetaan topologi logik

Dalam penelitian pemetaan topologi logik dimulai dari melihat

hasil dari topologi fisik yang sebelumnya telah didapat dan menganalisa

59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

60

aliran data yang terjadi dalam model jaringan yang digunakan Gedung

FST Kampus III Universitas Sanata Dharma. khususnya jaringan WLAN

untuk saling berkomunikasiserta mengklasifikasikan jenis topologi yang

digunakan.

4. Pengukuran parameter jaringan

Dalam penelitian pengukuran parameter jaringan dilakukan

dengan dua sekenario. Sekenario pertama untuk mengkur bandwidth

apakah sesuai atau tidak dengan layanan yang diberikan ISP untuk

Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma dan sekenario

kedua untuk menghitung throughput, latency , signal, noise dan SNR

dengan cara mengukur perfoma pada setiap access point dan jaringan

WLAN yang berada di Gedung FST Kampus III Universitas Sanata

Dharma.

3.2. Rencana Pengujian

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan beberapa langkah

penelitian dan sekenario pengujian. Adapun flowchart penelitian dan

skenario pengujian sebagai berikut:

1. Pengujian pertama mengukur kuat sinyal dan coverage pada setiap

access point dengan menggunakan aplikasi Vistumbler.

2. Pengujian kedua mengukur kualitas perfoma setiap access point di

Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma terhadap parameter

Throughtput dan latency. Pengujian menggunakan Speedtest.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

61

3. Pengujian ketiga mengukur kualitas sinyal AP Gedung FST Kampus III

Universitas Sanata Dharma terhadap noise dan SNR. Pengujian

menggunakan Netstumbler.

4. Pengujian dilakukan pada pukul 07.00-17.00, dengan pembagian waktu

sebagai berikut:

a. Pukul 07.00-09.00

b. Pukul 09.00-11.00

c. Pukul 11.00-13.00

d. Pukul 13.00-15.00

e. Pukul 15.00-17.00
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

62

Mulai

Pemetaan topologi fisik,


pemetaan wifi, topologi logik

Site survey

Pengukuran kualitas jaringan

Selesai

Analisis Data

Kesimpulan & Saran

Selesai

Diagram 3.1 Alur Pengujian

3.2.1. Pengujian Kuat Sinyal dan Coverage

Skenario ini untuk mendapatkan data kuat sinyal dan

coverage dari setiap Access Point yang berada di Gedung FST

Kampus III Universitas Sanata Dharma.

 Pengukuran terhadap kuat sinyal dan coverage dari Access Point

menggunakan Software Vistumbler.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

63

 Pengukuran dilakukan dari 8 arah mengelilingi access point yang

akan diukur kuat sinyal dan coverage. Pertama dari jarak yang

paling dekat dengan access point berjalan mundur menjauhi

access point sampai sinyal blank atau sudah tidak connect.

Selanjutnya akan di petakan daerah/coverage kuat sinyal dari

hasil data tadi menurut standarisasi sinyal wifi.

 Pengukuran dilakukan sebanyak 30 kali

Gambar 3.1 Rencana pengujian kuat sinyal setiap Access Point

3.2.2. Pengujian Kualitas Signal, Noise, dan SNR

Skenario ini untuk mendapatkan data kualitas sinyal access

point Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma terhadap

parameter kualitas noise dan SNR jaringan tersebut. Pengukuran

kualitas SNR menggunakan aplikasi Netstumbler. Tabel pengujian

dapat dilihat pada tabel 3.1


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

64

Kualitas Signal Noise SNR Klasifikasi

Sinyal (dBm) (dBm) (dB) SNR

Excellent

Good

Fair

Poor

Tabel 3.1 Tabel data pengujian kualitas SNR

3.2.3. Pengujian Peforma Access Point

Skenario ini untuk mendapatkan data kualitas peforma access

point Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma terhadap

parameter kualitas jaringan Throughput dan latency.


Converter Converter

Router Hotspot
Switch
Switch

AP fst 1 AP fst 3

AP fst 2 AP fst 4

Ruang Server FST


Gambar 3.2 Rencana pengujian kualitas access point

Mengukur peforma access point menggunakan speedtest

pada router yang mendapatkan internet langsung dari Internet


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

65

Service Provider (ISP). Universitas Sanata Dharma menyediakan

bandwidth 1 Mbps per user untuk layanan internet. Skenario ini

untuk mengetahui apakah throughput (bandwidth aktual) dan

latency yang berada di Gedung III Universitas Sanata Dharma

memiliki kualitas yang baik atau buruk. Pengukuran menggunakan

speedtest yang tersedia di internet dan dilakukan sebanyak 30 kali

dalam 5 pembagian periode waktu dan menggunakan 5 tools

speedtest. Tabel pengujian dapat dilihat pada tabel 3.2 dan tabel 3.3

Throughput (Mbps)
Speedtest
07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00

Excellent

Good

Fair

Poor

Tabel 3.2 Tabel data pengujian throughput

Latency (ms)
Speedtest
07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00

Excellent

Good

Fair

Poor

Tabel 3.3 Tabel data pengujian latency


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

66

3.3. Pengolahan Data dan Analisis Data

3.3.1. Kualitas SNR

Dari hasil pengukuran besarnya kualitas SNR pada setiap

access point dapat dilihat. Kualitas SNR untuk jaringan adalah

sebagai berikut :

29,0 dB ke atas = Outstanding (bagus sekali)

20,0 dB – 28,9 dB = Excellent (bagus)

11,0 dB – 19,9 dB = Good (baik)

07,0 dB – 10,9 dB = Fair (cukup)

00,00 dB – 06,9 dB = Bad (buruk)

Berdasarkan standarisasi tersebut kualitas SNR dapat

diketahui apakah termasuk dalam kategori bagus sekali, bagus, baik,

cukup, atau buruk.

3.3.2. Throughput

Pengukuran dilakukan pada setiap access point dengan

mengakses server speedtest dari client workstation melalui jaringan

WLAN. Penggunaan Speedtest akan langsung memperlihatkan

besarnya Throughput pada periode waktu penelitian terhadap

besarnya Throughput dapat dinamis. Berdasarkan standar THIPON,

standar presentase throughput untuk jaringan adalah sebagai berikut :

Sangat bagus (>75% dari bandwidth yang tersedia), Bagus(50%-75%

dari bandwidth yang tersedia), Sedang (25%-50% dari bandwidth

yang tersedia) dan Jelek (<25% dari bandwidth yang tersedia).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

67

Berdasarkan standarisasi tersebut throughput dapat diketahui apakah

termasuk dalam kategori sangat bagus, bagus, sedang, atau jelek.

3.3.3. Latency

Dari hasil pengukuran besarnya latency pada setiap

pengukuran ke server speedtest dapat dilihat. Berdasarkan standar

THIPON, standar kategori latency untuk jaringan adalah sebagai

berikut : Sangat bagus (<150 ms), Bagus(150 ms-300 ms), Sedang

(300 ms-450 ms) dan Jelek (>450 ms). Berdasarkan standarisasi

tersebut latency dapat diketahui apakah termasuk dalam kategori

sangat bagus, bagus, sedang, atau jelek.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

68

BAB IV

DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN

4.1. Topologi Jaringan

4.1.1. Topologi Jaringan Fisik

Hasil penelitian jaringan WLAN Gedung FST Kampus III

Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan pemetaan topologi secara

fisik Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma

mempunyai 4 access point yang berada di lingkungan Universitas

Sanata Dharma dan topologi jaringan Gedung FST USD adalah

sebagai berikut:
Converter Converter

Router Hotspot
Switch
Switch

AP fst 1 AP fst 3

AP fst 2 AP fst 4

Ruang Server FST

Gambar 4.1. Topologi jaringan Gedung FST USD

a. Bandwidth yang disediakan untuk jaringan wifi gedung FST

adalah 1 Mbps/user.

68
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

69

b. Kuota untuk setiap user berbeda-beda. Perbedaan ini

digolongkan dalam bentuk grup (prodi), untuk prodi TI

disediakan waktu akses 150 jam/bulan

Merk/tipe A.P Mikrotik RB433

Frekuensi -Wifi.USD (lantai 1) = 2422 GHz

-Wifi USD (lantai 2) = 2427 GHz

-Wifi USD (lantai 3) = 2432 GHz

-Wifi.USD (lantai 4) = 2437 GHz

Tipe routing Pada access point tidak dilakukan routing

Standarts wireless 802.11 802.11 a/b/g

Keamanan wireless Open

Access control -

DHCP IP DHCP dari router hotspot

Tipe antena -Patch

-Sektoral 180%

4.1.2. Topologi Jaringan logik

Berdasarkan pemetaan topologi secara logik, Universitas

Sanata Dharma mendapatkan layanan internet 1 Mbps/user. Server

yang berada diruangan Sistem Informasi membagi bandwith dalam

jaringan Local Area Network (LAN) dan WLAN. Jaringan LAN

terbagi dalam Sekretariat, ruang kantor dosen, dan laboratorium

USD. Jaringan WLAN terbagi menjadi beberapa switch yang

terdapat pada setiap gedung Fakultas USD.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

70

4.2. Data Penelitian

Hasil pengukuran yang didapat dari penelitian adalah data mentah

yang didapat dari Vistumbler, Network Stumbler dan Speedtest. Di mana

masing-masing aplikasi yang digunakan seperti :

 Vistumbler untuk menghitung kuat sinyal dan coverage.

 Network Stumbler untuk menghitung noise dan SNR

 Speedtest untuk mengukur throughput, dan latency.

Data mentah yang sudah didapat kemudian dihitung dengan

menggunakan persamaan pada bab 2. Kuat sinyal dan coverage didapatkan

dari hasil pemetaan menggunakan aplikasi Vistumbler. Noise dan SNR

didapatkan dari hasil monitoring menggunakan Network Stumbler,

throughput, dan latency didapatkan dari pengukuran menggunakan

Speedtest. Hasil penghitungan parameter-parameter kinerja jaringan

Wireless Local Area Network (WLAN) di Gedung FST Kampus III

Universitas Sanata Dharma

4.2 Kondisi Kuat Sinyal, Coverage Access Point (AP)

Dalam skenario yang sudah disebutkan pada bab III, akan dilakukan

pengukuran coverage area menggunakan tools vistumbler untuk mengetahui

kekuatan sinyal. Kemudian dipetakan sesuai dengan kualitas Sinyal.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

71

Signal Strength
Category Range Percentage
Colour

Excellent Green -57 to -10 dBm 75 – 100%

Good Yellow -75 to -58 dBm 40 – 74%

Fair Orange -85 to -76 dBm 20 – 39%

Poor Red -95 to -86 dBm 0 – 19%

Tabel 4.1. Tabel Kategori Sinyal

4.2.1 Kuat Sinyal dan Coverage Access Point Wifi.USD (lantai 1)

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat

sinyal dan coverage dari access point Wifi.USD yang berlokasi dibagian

terbawah gedung FST USD dapat digambarkan seperti Gambar 4.1. Dari

hasil mapping terhadap kuat sinyal dan coverage dari access point

Wifi.USD kuat sinyal yang di pancarkan dari access point sudah baik

karena sudah mencakup lingkup lantai 1 gedung FST

Gambar 4.1. mapping kuat sinyal dan coverage access point Wifi.USD
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

72

4.2.2 Kuat Sinyal dan Coverage Access Point Wifi.USD (lantai 2)

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat sinyal

dan coverage dari access point Wifi.USD yang berlokasi dibagian lantai 2

gedung FST USD dapat digambarkan seperti Gambar 4.2. Dari hasil

mapping terhadap kuat sinyal dan coverage dari access point Wifi.USD

kuat sinyal yang di pancarkan dari access point sudah baik karena sudah

mencakup lingkup lantai 2 gedung FST

Gambar 4.2. mapping kuat sinyal dan coverage access point Wifi.USD

4.2.3 Kuat Sinyal dan Coverage Access Point Wifi.USD (lantai 3)

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat

sinyal dan coverage dari access point Wifi.USD yang berlokasi dibagian

lantai 3 gedung FST USD dapat digambarkan seperti Gambar 4.3. Dari

hasil mapping terhadap kuat sinyal dan coverage dari access point

Wifi.USD kuat sinyal yang di pancarkan dari access point sudah baik

karena sudah mencakup lingkup lantai 3 gedung FST.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

73

Gambar 4.3. mapping kuat sinyal dan coverage access point Wifi.USD

4.2.4 Kuat Sinyal dan Coverage Access Point Wifi.USD (lantai 4)

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat

sinyal dan coverage dari access point Wifi.USD yang berlokasi dibagian

lantai 4 gedung FST USD dapat digambarkan seperti Gambar 4.4. Dari

hasil mapping terhadap kuat sinyal dan coverage dari access point

Wifi.USD kuat sinyal yang di pancarkan dari access point sudah baik

karena sudah mencakup lingkup lantai 4 gedung FST

Gambar 4.4. mapping kuat sinyal dan coverage access point Wifi.USD.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

74

4.3 Analisis Signal, Noise, dan SNR

Dalam jaringan WLAN sinyal, noise, dan SNR sangatlah berpengaruh

terhadap kinerja jaringan tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan analisis

terhadap sinyal, noise, dan SNR dari masing-masing access point. Sinyal,

noise, dan SNR dapat dilihat di aplikasi Network Stumbler ketika sedang

terkoneksi dengan sebuah access piont. Untuk lebih jelasnya maka dibuat

tabel dari hasil penelitian kualitas SNR pada pembahasan berikut.

Klasifikasi SNR :

29,0 dB ke atas = Outstanding (bagus sekali)

20,0 dB – 28,9 dB = Excellent (bagus)

11,0 dB – 19,9 dB = Good (baik)

07,0 dB – 10,9 dB = Fair (cukup)

00,00 dB – 06,9 dB = Bad (buruk)

4.3.1 Kualitas SNR access point Wifi.USD (lantai 1)

Dari hasil penelitian menggunakan Network Stumbler pada

access point Wifi.USD (lantai 1) didapatkan tabel kualitas SNR sebagai

berikut.

Kualitas Signal Noise SNR Klasifikasi


Sinyal (dBm) (dBm) (dB) SNR
Excellent -51 -81 30 Outstanding
Good -60 -84 24 Excellent
Fair -79 -97 18 Good
Poor -88 -99 11 Good
Tabel 4.2 Hasil Analisis SNR Wifi.USD (lantai 1)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

75

Pada tabel 4.2 dapat dilihat kualitas SNR dari masing-masing

waktu penelitan pada AP Wifi.USD (lantai 1). Sehingga dapat dianalisis

sebagai berikut:

SNR sinyal Excellent = Signal - Noise

= -51 – (-81)

= 30 dB

SNR sinyal Good = Signal - Noise

= -54 – (-94)

= 24 dB

SNR sinyal Fair = Signal - Noise

= -55 – (-89)

= 18 dB

SNR sinyal Poor = Signal - Noise

= -53 – (-87)

= 11 dB

Dari hasil percobaan terlihat bahwa SNR yang terdapat pada AP

Wifi.USD (lantai 1) mempunyai hasil yang bagus (Good), karena nilai

SNR lebih dari 11 dB. Kualitas SNR terbaik terdapat pada kualitas

sinyal excellent dengan nilai 30 dB. SNR merupakan perbandingan

antara signal dan noise, semakin tinggi nilai SNR maka kualitas dari

koneksi tersebut semakin bagus.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

76

Gambar 4.5 Grafik SNR AP Wifi.USD (lantai 1)

4.3.2 Kualitas SNR access point Wifi.USD (lantai 2)

Dari hasil penelitian menggunakan Network Stumbler pada

access point Wifi.USD (lantai 2) didapatkan tabel kualitas SNR sebagai

berikut.

Kualitas Signal Noise SNR Klasifikasi


Sinyal (dBm) (dBm) (dB) SNR
Excellent -62 -97 35 Outstanding
Good -68 -110 42 Outstanding
Fair -78 -107 29 Outstanding
Poor -87 -120 33 Outstanding
Tabel 4.3 Hasil Analisis SNR Wifi.USD (lantai 2)

Pada tabel 4.3 dapat dilihat kualitas SNR dari masing-masing

waktu penelitan pada AP Wifi.USD (lantai 2). Sehingga dapat dianalisis

sebagai berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

77

SNR sinyal Excellent = Signal - Noise

= -62 – (-97)

= 35 dB

SNR sinyal Good = Signal - Noise

= -68 – (-110)

= 42 dB

SNR sinyal Fair = Signal - Noise

= -78 – (-107)

= 29 dB

SNR sinyal Poor = Signal - Noise

= -87 – (-120)

= 33 dB

Dari hasil percobaan terlihat bahwa SNR yang terdapat pada AP

Wifi.USD (lantai 2) mempunyai hasil yang bagus sekali (Outstanding),

karena nilai SNR lebih dari 29 dB. Kualitas SNR terbaik terdapat pada

kualitas sinyal good dengan nilai 42 dB. SNR merupakan perbandingan

antara signal dan noise, semakin tinggi nilai SNR maka kualitas dari

koneksi tersebut semakin bagus.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

78

Gambar 4.7 Grafik SNR AP Wifi.USD (lantai 2)

4.3.3 Kualitas SNR access point Wifi.USD (lantai 3)

Dari hasil penelitian menggunakan Network Stumbler pada

access point Wifi.USD (lantai 3) didapatkan tabel kualitas SNR sebagai

berikut.

Kualitas Signal Noise SNR Klasifikasi


Sinyal (dBm) (dBm) (dB) SNR
Excellent -52 -96 44 Outstanding
Good -63 -99 36 Outstanding
Fair -77 -105 28 Excellent
Poor -89 -113 24 Excellent
Tabel 4.4 Hasil Analisis SNR Wifi.USD (lantai 3)

Pada tabel 4.4 dapat dilihat kualitas SNR dari masing-masing

waktu penelitan pada AP Wifi.USD (lantai 4). Sehingga dapat dianalisis

sebagai berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

79

SNR sinyal Excellent = Signal - Noise

= -52 – (-96)

= 44 dB

SNR sinyal Good = Signal - Noise

= -63 – (-99)

= 36 dB

SNR sinyal Fair = Signal - Noise

= -77 – (-105)

= 28 dB

SNR sinyal Poor = Signal - Noise

= -89 – (-113)

= 24 dB

Dari hasil percobaan terlihat bahwa SNR yang terdapat pada AP

Wifi.USD (lantai 3) mempunyai hasil yang bagus sekali (Outstanding)

pada kualitas sinyal excellent dan good, karena nilai SNR lebih dari 29

dB. Sedangkan kualitas SNR terendah terdapat pada kualitas sinyal poor

dengan nilai 24 dB. SNR merupakan perbandingan antara signal dan

noise, semakin tinggi nilai SNR maka kualitas dari koneksi tersebut

semakin bagus.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

80

Gambar 4.8 Grafik SNR AP Wifi.USD (lantai 3)

4.3.4 Kualitas SNR access point Wifi.USD (lantai 4)

Dari hasil penelitian menggunakan Network Stumbler pada

access point Wifi.USD (lantai 4) didapatkan tabel kualitas SNR sebagai

berikut.

Kualitas Signal Noise SNR Klasifikasi

Sinyal (dBm) (dBm) (dB) SNR

Excellent -53 -100 47 Outstanding

Good -71 -100 29 Outstanding

Fair -80 -110 30 Outstanding

Poor -87 -107 20 Excellent

Tabel 4.5 Hasil Analisis SNR Wifi.USD (lantai 4)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

81

Pada tabel 4.5 dapat dilihat kualitas SNR dari masing-masing

waktu penelitan pada AP Wifi.USD (lantai 4). Sehingga dapat dianalisis

sebagai berikut:

SNR sinyal Excellent = Signal - Noise

= -53 – (-100)

= 47 dB

SNR sinyal Good = Signal - Noise

= -71 – (-100)

= 29 dB

SNR sinyal Fair = Signal - Noise

= -80 – (-110)

= 30 dB

SNR sinyal Poor = Signal - Noise

= -87 – (-107)

= 20 dB

Dari hasil percobaan terlihat bahwa SNR yang terdapat pada AP

Wifi.USD (lantai 4) mempunyai hasil yang bagus sekali (Outstanding)

pada kualitas sinyal excellent, good, dan fair karena nilai SNR lebih dari

29 dB. Sedangkan kualitas SNR terendah terdapat pada kualitas sinyal

poor dengan nilai 20 dB. SNR merupakan perbandingan antara signal

dan noise, semakin tinggi nilai SNR maka kualitas dari koneksi tersebut

semakin bagus.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

82

Gambar 4.9 Grafik SNR AP Wifi.USD (lantai 4)

4.4 Analisis Performa Jaringan dengan Speedtest

Dalam scenario yang sudah di sebutkan pada bab III, akan dilakukan

pengukuran peforma WLAN menggunakan Speedtest. Pengujian

menggunakan speedtest akan menghasilkan beberapa hasil kinerja dr WLAN

gedung FST, antara lain throughput dan latency. Berikut adalah speedtest

yang digunakan dalam pengujian ini.

1. CBN Speedtest (speedtest.cbn.net.id)

2. Biznet Speedtest (speedtest.biznetnetwork.com)

3. Ookla Speedtest (speedtest.net)

4. Indosat Speedtest (speedtest.indosat.com)

5. XL Speedtest (speedtest-iix.xl.net.id)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

83

4.3.1 Pengujian access point

Pengujian yang dilakukan adalah pengukuran dengan speedtest

pada semua access point. Speedtest adalah alat analisis kecepatan

broadband yang memungkinkan pengguna untuk menguji koneksi

Internet. Speedtest menggunakan teknologi yang melakukan lebih dari

satu juta tes setiap hari, sehingga standar di seluruh dunia dalam

pengujian bandwidth. Penggunaan speedtest dalam pengukuran kinerja

WLAN akan menghasilkan keluaran parameter throughput dan latency

jaringan.

4.3.1.1 Kondisi access point Wifi.USD (lantai 1)

4.3.1.1.1 Throughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Besaran

rata-rata throughput access point- WIFI.USD (lantai 1) dapat

digambarkan seperti Gambar 4.10. Kualitas sinyal keseluruhan

throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari

pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas

sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi

kecil. Tabel 4.6 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran

throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal,

dan sibuk yang dilakukan selama 5 periode waktu menggunakan

5 speedtest.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

84

Kuat Throughput (Mbps)

Sinyal 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00

Excellent 0,7252 0,648866 0,684 0,674 0,79032

Good 0,70446 0,6032 0,5806 0,5998 0,698

Fair 0,6212 0,5408 0,4994 0,5176 0,5988

Poor 0,4668 0,4438 0,3494 0,3518 0,3102

Tabel. 4.6 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 1)

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara pukul 07.00-17.00 mempengaruhi besaran rata-rata

throughput. Perbedaan antara kondisi pukul 07.00-09,00 terlihat

throughput lebih besar daripada kondisi pukul 09.00-17.00. Hal

ini dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi pukul 09.00-

17.00 sehingga besaran throughput menjadi semakin kecil.

Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin

baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam 09.00-17.00

dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek

daripada jam 07.00-09.00 pada kualitas sinyal excellent. Hasil

throughput sebesar 0,7252 Mbps pada kualitas sinyal excellent

pada saat jam 07.00-09.00 sudah bagus untuk standart 802.11g

dengan besaran 72% dari bandwidth yang tersedia yaitu 1

Mbps/user.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

85

Gambar 4.10 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 1)

4.3.1.1.2 Latency

Tabel 4.7 menunjukan data berupa rata-rata dari latency

terhadap kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Gambar

4.11 menunjukan latency berdasarkan kualitas sinyal pada

kondisi pukul 07.00-17.00.

Kuat Latency (ms)

Sinyal 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00

Excellent 77,38 103,0186 71,02 75,124 87,172

Good 120,312 136,64 125,272 135,824 140,712

Fair 161,786 164,2 161,6 175,992 208,18

Poor 220,072 204,812 183,866 210,06 216,458

Tabel. 4.7 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 1)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

86

Sesuai dengan standart THIPON latency access point

WIFI.USD (lantai 1) terhadap kualitas sinyal excellent, dan good

pada kondisi pukul 07.00-17.00 dalam kategori sangat bagus

karena kurang dari 150 ms. Hasil latency terhadap kualitas sinyal

fair, dan poor pada kondisi pukul 07.00-17.00 termasuk dalam

kategori bagus karena kurang dari 300 ms dan lebih dari 150 ms.

Trendline latency access point WIFI.USD (lantai 1) pada

Gambar 4.11 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal

dan traffic jaringan saat pengujian berlangsung. Hal ini sesuai

dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal dan

banyaknya traffic jaringan menyebabkan semakin besar peluang

terjadinya congestion, sehingga nilai latency akan semakin besar.

Gambar 4.11 Grafik rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 1)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

87

4.3.1.2 Kondisi access point Wifi.USD (lantai 2)

4.3.1.2.1 Throughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada pukul 07.00-17.00 Besaran rata-rata

throughput access point-WIFI.USD (lantai 2) dapat digambarkan

seperti Gambar 4.12. Kualitas sinyal keseluruhan throughput

yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari pada saat

pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang

semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil. Tabel

4.8 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk

yang dilakukan selama 5 periode waktu menggunakan 5

speedtest.

Kuat Throughput (Mbps)

Sinyal 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00

Excellent 0,7664 0,6126 0,6602 0,625 0,7698

Good 0,7098 0,5722 0,542 0,5676 0,6852

Fair 0,6096 0,4994 0,476 0,4808 0,5756

Poor 0,48986 0,3936 0,3346 0,3438 0,2952

Tabel. 4.8 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 2)

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara pukul 07.00-17.00 mempengaruhi besaran rata-rata

throughput. Perbedaan antara kondisi pukul 07.00-09,00 terlihat


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

88

throughput lebih besar daripada kondisi pukul 09.00-17.00. Hal

ini dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi pukul 09.00-

17.00 sehingga besaran throughput menjadi semakin kecil.

Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin

baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam 09.00-17.00

dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek

daripada jam 07.00-09.00 pada kualitas sinyal excellent. Hasil

throughput sebesar 0,7664 Mbps pada kualitas sinyal excellent

pada saat jam 07.00-09.00 sudah sangat bagus untuk standart

802.11g dengan besaran 76% dari bandwidth yang tersedia yaitu

1 Mbps/user.

Gambar 4.12 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 2)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

89

4.3.1.1.2 Latency

Tabel 4.9 menunjukan data berupa rata-rata dari latency

terhadap kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Gambar

4.13 menunjukan latency berdasarkan kualitas sinyal pada

kondisi pukul 07.00-17.00.

Kuat Latency (ms)

Sinyal 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00

Excellent 75,3 79,14 64,9052 83,14 57,2394

Good 134,938 109,72 101,392 146,306 125,312

Fair 173,432 173,292 157,378 205,06 175,306

Poor 224,552 203,88 175,286 221,88 192,22

Tabel. 4.9 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 2)

Sesuai dengan standart THIPON latency access point

WIFI.USD (lantai 2) terhadap kualitas sinyal excellent, dan good

pada kondisi pukul 07.00-17.00 dalam kategori sangat bagus

karena kurang dari 150 ms. Hasil latency terhadap kualitas sinyal

fair, dan poor pada kondisi pukul 07.00-17.00 termasuk dalam

kategori bagus karena kurang dari 300 ms dan lebih dari 150 ms,

Trendline latency access point WIFI.USD (lantai 2) pada

Gambar 4.13 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal

dan traffic jaringan saat pengujian berlangsung. Hal ini sesuai

dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal dan

banyaknya traffic jaringan menyebabkan semakin besar peluang

terjadinya congestion, sehingga nilai latency akan semakin besar.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

90

Gambar 4.13 Grafik rata-rata latency access point Wifi.USD (lantai 2)

4.3.1.3 Kondisi access point Wifi.USD (lantai 3)

4.3.1.3.1 Throughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada pukul 07.00-17.00 Besaran rata-rata

throughput access point-WIFI.USD (lantai 3) dapat digambarkan

seperti Gambar 4.14. Kualitas sinyal keseluruhan throughput

yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari pada saat

pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang

semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil. Tabel

4.10 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk

yang dilakukan selama 5 periode waktu menggunakan 5

speedtest.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

91

Kuat Throughput (Mbps)

Sinyal 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00

Excellent 0,8374 0,63446 0,6568 0,6612 0,7818

Good 0,7376 0,581 0,5892 0,5974 0,7156

Fair 0,63872 0,5194 0,4998 0,4734 0,5488

Poor 0,4888 0,4184 0,3256 0,3254 0,3014

Tabel. 4.10 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 3)

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara pukul 07.00-17.00 mempengaruhi besaran rata-rata

throughput. Perbedaan antara kondisi pukul 07.00-09,00 terlihat

throughput lebih besar daripada kondisi pukul 09.00-17.00. Hal

ini dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi pukul 09.00-

17.00 sehingga besaran throughput menjadi semakin kecil.

Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin

baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam 09.00-17.00

dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek

daripada jam 07.00-09.00 pada kualitas sinyal excellent. Hasil

throughput sebesar 0,8374 Mbps pada kualitas sinyal excellent

pada saat jam 07.00-09.00 sudah sangat bagus untuk standart

802.11g dengan besaran 83% dari bandwidth yang tersedia yaitu

1 Mbps/user.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

92

Gambar 4.14 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 3)

4.3.1.1.2 Latency

Tabel 4.11 menunjukan data berupa rata-rata dari latency

terhadap kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Gambar

4.15 menunjukan latency berdasarkan kualitas sinyal pada

kondisi pukul 07.00-17.00.

Kuat Latency (ms)

Sinyal 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00

Excellent 61,56 81,76 63,52 78,3452 84,766

Good 129,54 128,132 129,86 148,786 124,412

Fair 163,04 172,74 169,32 201,632 190,558

Poor 230,84 195,166 192,7 216,978 202,54

Tabel. 4.11 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 3)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

93

Sesuai dengan standart THIPON latency access point

WIFI.USD (lantai 3) terhadap kualitas sinyal excellent, dan good

pada kondisi pukul 07.00-17.00 dalam kategori sangat bagus

karena kurang dari 150 ms. Hasil latency terhadap kualitas sinyal

fair, dan poor pada kondisi pukul 07.00-17.00 termasuk dalam

kategori bagus karena kurang dari 300 ms dan lebih dari 150 ms,

Trendline latency access point WIFI.USD (lantai 3) pada

Gambar 4.15 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal

dan traffic jaringan saat pengujian berlangsung. Hal ini sesuai

dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal dan

banyaknya traffic jaringan menyebabkan semakin besar peluang

terjadinya congestion, sehingga nilai latency akan semakin besar.

Gambar 4.15 Grafik rata-rata latency access point Wifi.USD (lantai 3)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

94

4.3.1.4 Kondisi access point Wifi.USD (lantai 4)

4.3.1.4.1 Throughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada pukul 07.00-17.00 Besaran rata-rata

throughput access point-WIFI.USD (lantai 4) dapat digambarkan

seperti Gambar 4.16. Kualitas sinyal keseluruhan throughput

yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari pada saat

pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang

semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil. Tabel

4.12 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk

yang dilakukan selama 5 periode waktu menggunakan 5

speedtest.

Kuat Throughput (Mbps)

Sinyal 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00

Excellent 0,8294 0,619 0,713 0,6872 0,7714

Good 0,7832 0,56246 0,6438 0,59852 0,629

Fair 0,6786 0,5116 0,5338 0,4682 0,507

Poor 0,4972 0,3976 0,3284 0,3208 0,2644

Tabel. 4.12 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 4)

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara pukul 07.00-17.00 mempengaruhi besaran rata-rata

throughput. Perbedaan antara kondisi pukul 07.00-09,00 terlihat


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

95

throughput lebih besar daripada kondisi pukul 09.00-17.00. Hal

ini dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi pukul 09.00-

17.00 sehingga besaran throughput menjadi semakin kecil.

Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin

baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam 09.00-17.00

dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek

daripada jam 07.00-09.00 pada kualitas sinyal excellent. Hasil

throughput sebesar 0,8294 Mbps pada kualitas sinyal excellent

pada saat jam 07.00-09.00 sudah sangat bagus untuk standart

802.11g dengan besaran 82% dari bandwidth yang tersedia yaitu

1 Mbps/user.

Gambar 4.16 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 4)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

96

4.3.1.1.2 Latency

Tabel 4.13 menunjukan data berupa rata-rata dari latency

terhadap kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Gambar

4.17 menunjukan latency berdasarkan kualitas sinyal pada

kondisi pukul 07.00-17.00.

Kuat Latency (ms)

Sinyal 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00

Excellent 58,732 69,3 93,74 73,944 66,9

Good 140,792 79,1624 151,572 156,698 111,11

Fair 188,676 154,4 187,858 220,312 192,126

Poor 229,872 177,3 185,126 233,086 214,8

Tabel. 4.13 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 4)

Sesuai dengan standart THIPON latency access point

WIFI.USD (lantai 4) terhadap kualitas sinyal excellent, dan good

pada kondisi pukul 07.00-17.00 dalam kategori sangat bagus

karena kurang dari 150 ms. Hasil latency terhadap kualitas sinyal

good pada pukul 11.00-15.00 serta kualitas fair, dan poor pada

kondisi pukul 07.00-17.00 termasuk dalam kategori bagus karena

kurang dari 300 ms dan lebih dari 150 ms, Trendline latency

access point WIFI.USD (lantai 4) pada Gambar 4.17 menunjukan

bahwa semakin rendah kualitas sinyal dan traffic jaringan saat

pengujian berlangsung. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin

rendahnya kualitas sinyal dan banyaknya traffic jaringan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

97

menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,

sehingga nilai latency akan semakin besar.

Gambar 4.17 Grafik rata-rata latency access point Wifi.USD (lantai 4)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

98

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari perhitungan dan analisa kinerja jaringan Wireless Local Area

Network (WLAN) di Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma

yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut :

1. Kualitas jaringan WLAN Gedung FST Kampus III Universitas Sanata

Dharma memiliki kondisi performansi yang sudah baik.

2. Kualitas sinyal dan Coverage dari masing-masing access point

Wifi.USD lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4 sudah baik karena dapat

menjangkau bagian setiap lantai di lingkungan Gedung FST Kampus III

Universitas Sanata Dharma

3. Kualitas SNR jaringan WLAN Gedung FST Kampus III Universitas

Sanata Dharma yang dilakukan pada kualitas sinyal Excellent memiliki

kualitas SNR outstanding (bagus sekali). Pada kondisi kualitas sinyal

Good memiliki kualitas SNR excellent (bagus). Pada kondisi kualitas

sinyal fair, dan Poor memiliki kualitas yang sudah baik (good).

4. Throughput pada tiap access point dalam kategori baik. Pada pukul

07.00-09.00 throughput lebih besar dari pada pukul 09.00-17.00.

5. Rata-rata Latency untuk semua masing-masing access point pada

kualitas sinyal excellent dan good termasuk dalam kategori sangat bagus

sesuai standar latency THIPON. Kualitas latency pada masing-masing


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

99

access point berada dibawah 150 ms dan itu menunjukan bahwa latency

sangat bagus.

5.2. Saran

Terdapat beberapa saran dari penulis agar penelitian selanjutnya

dapat memperhatikan hal-hal dibawah ini, guna perbaikan kearah yag lenih

baik. Adapun saran tersebut adalah :

1. Penguatan sinyal access point karena belum dapat mencakup seluruh

Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma.

2. Perbaikan penempatan access point sesuai dengan pedoman penempatan

dan tata letak access point yang baik dan benar untuk mendapatkan

daerah coverage dan kuat sinyal yang bagus. Serta penambahan

bandwidth bagi pengguna sehingga tercapailah efektifitas penggunaan

jaringan WLAN gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
c

DAFTAR PUSTAKA

1. Purwanto, T. D., & Cholil, W. (2013). Analisa Kinerja Wireless Radius Server

Pada Perangkat Access Point 802.11 g (Studi Kasus di Universitas Bina

Darma). Semantik 2013, 3(1), 371-376.

2. Yudha, Andri, 2013, Analisis Unjuk Kerja Wireless Distribution System

(WDS) “Studi Kasus Rumah Sakit Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta”,

Skripsi, Teknik Informatika Uiversitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Dhani, Thomas, 2012, Analisis Unjuk Kerja Wireless LAN, Skripsi, Teknik

Informatika Uiversitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. S,to.2007.”Wireless Kung Fu :Networking & Hacking”. Jasakom

5. Adi Kusuma, Dominikus, 2013, Analisis Perbandingan Kinerja Standar IEEE

802.11b dengan standar IEEE 802.11g Pada Teknologi Wireless LAN,

Skripsi, Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

6. Setiaji, Yohanes, 2013, PERBANDINGAN IPV4 DAN IPV6 TERHADAP

PENGARUH BESAR PAKET DAN JUMLAH HOP PADA ROUTER

CISCO 1941, Skripsi, Teknik Informatika Uiversitas Sanata Dharma,

Yogyakarta..

7. Yanto. 2013, Analisis QOS(Quality Of Service) pada jaringan Internet (Studi

Kasus: Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura), Skripsi, Teknik Informatika

Tanjungoura, Pontianak.

8. Sukadarmika, Gede. 2010, Analisis Coverage WLAN (Wireless Local Area

Network) 802.11a Menggunakna Opnet Modeler, Skripsi, Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Udayana Bali.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ci

9. Kusmayadi,Dede.2012.”Perancangan dan Implementasi PC router dengan

sistem pengaturan berbasis web”. Skripsi. Teknik Komputer. Unikom.

10. Hammond, John, 2003, Wireless Hotspot Deployment Guide,. Mobile

Platforms Group-WVP. Intel in Communication.

11. Wibowo, Yohanes Tri Joko. 2008. “Antena Wireless Untuk Rakyat”.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

12. Tiphon. “Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over

Network (TIPHON) general aspect of Quality of Service”. DTR/TIPHON-

05006 (cb0010cs.PDF).1999.

13. Cisco. 2006. Cisco Aironet 802.11a/b/g Wireless LAN Client Adapters

(CB21AG and PI21AG) Installation adn Configuration Guide, USA.

14. Mark Gate, et al, “Iperf User Docs”, Maret 2003,

Http://www.netcheif.com/downloads/iperf.pdf,

Anda mungkin juga menyukai