Murid-murid Yohanes datang kepadanya dengan pengaduan mereka dengan berkata,
“Rabi, orang yang bersama dengan Engkau di seberang Sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” Oleh ucapan ini, Setan membawa percobaan kepada Yohanes. Meskipun tugas Yohanes nampaknya sudah hamper berakhir, masih juga mungkin baginya untuk menghalang-halangi pekerjaan Kristus. Sekiranya ia merasa kasihan terhadap dirinya sendiri, serta menyatakan dukacita atau rasa kecewa karena ia diganti, maka pasti ia menaburkan benih perselisihan, iri hati dan cemburu, yang sungguh-sungguh merintangi kemajuan Injil. Yohanes dalam sifatnya memiliki berbagai kesalahan dan kelemahan yang biasa pada manusia, tetapi jamahan kasih Ilahi telah mengubahkan dia. Ia tinggal dalam suatu suasana yang tidak dicemarkan oleh sifat mementingkan diri dan sifat suka mencari nama, dan jauh di atas racun kecemburuan. Ia tidak menyatakan simpati terhadap perasaan tidak puas di pihak murid-muridnya itu, melainkan menunjukan betapa jelas ia mengerti hubungannya dengan Mesias, dan betapa senang hatinya menyambut Dia yang baginya ia telah menyediakan jalan. Katanya, “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalua tidak dikaruniakan kepadanya dari surge. Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata,: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului_nya. Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacita, dan sekarang sukacita itu penuh.” Yohanes menggambarkan dirinya sebagai sahabat yang bertindak sebagai pesuruh antara dua sejoli yang bertunangan menyediakan jalan untuk pernikahan. Ia bergembira dalam sukacita orang-orang yang persatuannya telah diusahakan olehnya. Katanya, “Sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Orang yang setia kepada panggilannya sebagai pesuruh bagi Allah, tidak akan mencari kehormatan bagi diri sendiri, Kasih bagi diri sendiri akan dilenyapkan oleh kasih bagi Kristus. Tidak ada persaingan akan menodai pekerjaan Injil yang indah itu. Mereka akan mengakui bahwa pekerjaan merekalah untuk memashyurkan seperti Yohanes Pembaptis dahulukala memashyurkan “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” Yohanes 1:29. Mereka akan meninggikan Yesus dan dengan Dia manusia akan ditinggikan. “Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanyadan Yang Mahakudus nama-Nya: Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan hati orang-orang yang remul.” Yesaya 57:15. Yohanes berkata,”Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya … Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas”. Bukankah Ia Anak Tukang Kayu? Orang Nazaret menolak Dia. “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” kata mereka itu. Siapakah Yesus ini? Tanya mereka itu. Ia yang telah menyatakan bagi diri-Nya kemuliaan Mesiasadalah anak seorang tukang kayu, dan telah bekerja dengan bapa-Nya Yusuf. Mereka telah melihat Dia pergi bekerja naik turun bukit, mereka telah berkenalan dengan saudara-saudara-Nya laki-laki dan perempuan, dan mengetahui hidup dan pekerjaan- Nya. Mereka telah melihat Dia bertumbuh dari kanak-kanak hingga menjadi orang muda, dan dari orang muda menjadi dewasa. Walaupun kehidupan-Nya tidak bercacat, mereka tidak mau percaya bahwa Ia adalah seorang yang telah dijanjikan itu. Menjelang akhir masa kerja-Nya di Galilea kembali Ia mengunjungi rumah di mana Ia tinggal di masa kanak-kanak. Sejak Ia ditolak di sana, kemashyuran dan mukjizat-Nya tersebar di seluruh negeri itu. Tidak dapat disangkal bahwa Ia punya kuasa yang melebihi kuasa manusia. Orang Nazaret tahu bahwa Ia berkeliling berbuat baik dan menyembuhkan sekalian orang yang ditindas oleh Setan. Sekali lagi di saat mereka mendengar perkataan_nya, orang Nazaret tergerak oleh Roh Nabi. Tapi mereka enggan mengakui bahwa orang ini, yang dibesarkan diantara mereka adalah lain atau lebih besar dari mereka itu sendiri. Mereka masih terus mgningat ketika Yesus mengakui bahwa Ia sendiri Yang Dijanjikan itu, Ia telah menyangkal adanya tempat bagi mereka pada bangsa Israel; karena telah ditunjukan-Nya bahwa mereka itu kurang layak pada pemandangan Allah ketimbang seorang kafir. Sejak itu mereka tidak menerima Dia sebagai Kristus yang datang aripada Allah. Karena ketidakpercayaan mereka Juruslamat tidak bisamnegadakan banyak mujizat di tengah mereka. Hanya beberapa hati yang dibuka untuk menerima berkat-Nya, dan dengan terpaksa Ia meninggalkan tempat itu dan tidak pernah kembali lagi. Pengertian mereka telah digelapkan oleh roh cinta diri yang fanatic. Merka tidak lagi mengharagai fakta bahwa kebesaran yang besar tidak bias ditunjukkan oleh perkara-perkara luar. Kekurangan manusia itu ternyata seluruhnya tidak sesuai dengan pengakuanNya sebagai Mesias. Mereka bertanya, Jikalau Ia benar sebagai pengakuan-Nya, mengapakah Ia begitu sederhana? Jika Ia merasa puas tanpa bala tentara, apakah akan terjadi dengan kerajaannya? Bagaimana dapat kuasa dan kemuliaan yang begitu lama diharapkan membawa bangsa- bangsa-Nya sebagai rakyat bagi kota orang Yahudi? Bukankah imam telah mengajarkan bahwa bangsa Israel yang akan memegang pemerintahan di seluruh dunia? Dan mungkinkah bahwa guru-guru agama itu bersalah? Tetapi bukanlah karena tidak ada penarikan luar dalam kehidupan Yesus yang membawa bangsa Yahudi menolak Yesus. Ia adalah lambang kesucian, dan mereka tidak suci. Ia tinggal di antara manusia sebagai suatu teladan kesucian yang tidak bercacat. Allah Beserta Kita
MAKA Ia itu akan dinamai Imanuel, . . Allah beserta kita."
"Terang pengetahuan kemuliaan Allah" nampak "pada wajah Yesus Kristus." Sejak masa kekekalan Tuhan Yesus Kristus satu dengan Bapa Ialah "peta Allah," peta kebesaran dan keagungan-Nya, "cahaya kemuliaan-Nya." Untuk menyatakan kemuliaan inilah Ia datang ke dunia kita ini. Ke bumi yang sudah digelapkan oleh dosa ini Ia datang untuk menyatakan terang kasih Allah, menjadi "Allah beserta kita." Karena itulah maka telah dinubuatkan tentang Dia, "Maka Ia itu akan dinamai Imanuel." Oleh datang tinggal bersama kita, Yesus harus menyatakan Allah baik kepada umat manusia maupun kepada segala malaikat. Ialah Kalam Allah,- buah pikiran Allah yang dijadikan dapat didengar. Dalam doa-Nya untuk murid-murid-Nya la berkata, "Aku sudah memberi tahu Nama-Mu kepada mereka itu,"-"pengasih dan penyayang, yang panjang sabar lagi besar kemurahan-Nya dan kebenaran-Nya,"supaya kasih yang seperti engkau kasih akan Daku itu tetap di dalam mereka itu dan Aku pun tetap di dalam mereka itu juga." Tetapi bukannya untuk anak-anak-Nya yang di dunia ini saja pernyataan ini dikeluarkan. Dunia kita yang kecil ini adalah buku pelajaran semesta alam. Pada mula pertama, Allah dinyatakan dalam segala ciptaan-Nya, Kristuslah yang membentangkan langit, dan yang meletakkan alasan bumi ini. Tangan-Nyalah yang menggantungkan segala dunia di angkasa, dan yang membentuk segala bunga di padang. Kodrat-Nya "menetapkan segala gunung." "la yang empunya laut, karena telah dijadikan-Nya." Mzm. 65:7; 95:5. Ialah yang mengisi bumi ini dengan keindahan, dan udara dengan nyanyian. Dan pada segala benda yang ada di bumi, di udara, dan di langit, Ia menuliskan kabar kasih Bapa. Kini dosa sudah menodai benda-benda ciptaan Allah yang sempurna itu, namun tulisan tangan itu masih senantiasa ada. Sekarang ini pun semua benda ciptaan itu masih menunjukkan kemuliaan kebesaran-Nya. Suatu pun tiada, kecuali hati manusia yang mementingkan diri, yang hidup untuk kepentingannya sendiri belaka. Tidak seekor burung yang terbang di udara, tidak seekor binatang yang bergerak di atas tanah, yang tidak mendatangkan kebahagiaan kepada sesuatu makhluk lain. Tiada sehelai daun yang di hutan, atau rumput yang biasa sekalipun, yang tidak mempunyai peran. Tiap pohon, belukar dan daun menghamburkan anasir hayat, yang tanpa itu baik manusia maupun binatang tidak dapat hidup; sebaliknya manusia serta binatang, melayani kebutuhan hidup pohon, belukar dan daun itu pula. Bunga bungaan menghamburkan bau semerbak harum serta memamerkan keindahannya guna berkat bagi dunia. Matahari memancarkan cahayanya untuk menggembirakan ribuan dunia. Lautan, yakni sumber segala mata air kita itu, menerima semua air sungai dari segenap negeri, tetapi menerima untuk kemudian memberi. Sudah Genap Masanya "SERTA sudah genap masanya disuruh Allah akan Anak-Nya, . . . supaya ditebus-Nya segala orang yang di bawah Taurat, dan supaya kita pun beroleh hak anak-anak angkat." Kedatangan Juruselamat telah dinubuatkan di Eden. Ketika Adam dan Hawa pertama kali mendengar janji itu, mereka sangat mengharapkan kegenapannya yang segera. Mereka menyambut anak sulung mereka dengan segala sukacita, mengharap bahwa mungkin dialah Pelepas itu. Tetapi kegenapan janji itu bertangguh. Orang-orang yang mula-mula menerimanya, meninggal dunia dengan tidak melihat kegenapan janji tersebut. Sejak zaman Henokh janji itu diulang-ulangi dengan perantaraan nenek moyang dan nabi-nabi, hal mana selalu menghidupkan harapan akan kedatangan-Nya,namun Ia tidak kunjung datang. Nubuatan Daniel menyatakan waktu kedatangan-Nya, tetapi tidak semua orang menafsirkan kabar itu dengan benar. Abad demi abad lalu dan lenyap; suara nabi-nabi berhenti. Tangan penindas menekan berat atas Israel, dan banyak orang yang sudah bersedia mengatakan, "Lagi beberapa hari lamanya maka segala wahyu akan hilang." Tetapi seperti bintang-bintang yang beredar di angkasa luas lepas menuruti peredarannya masing-masing, demikianlah maksud-maksud Allah tidak pernah mengenal gesa atau kelambatan. Dengan lambang-lambang kegelapan besar dan dapur api yang penuh asap, Allah telah menyatakan kepada Abraham perhambaan Israel di Mesir, dan telah menegaskan bahwa masa penumpangan mereka harus penuh empat ratus tahun lamanya. "Kemudian daripada itu," Ia berfirman, "mereka itu akan keluar dengan membawa harta amat banyak." Terhadap firman tersebut, segenap kuasa kerajaan Firaun yang megah itu berjuang dengan sia-sia. Pada "hari itu juga" sebagaimana yang telah ditentukan oleh janji Ilahi, "keluarlah segala tentara umat Tuhan dari negeri Mesir." Demikianlah dalam musyawarah di surga jam kedatangan Kristus sudah ditentukan. Manakala jarum lonceng masa menunjuk kepada waktu tersebut, Yesus pun lahirlah di Betlehem. "Serta sudah genap masanya disuruh Allah akan Anak-Nya." Allah telah menuntun segala gerakan bangsa-bangsa dan arus pendorong hati serta pengaruh umat manusia, hingga dunia sedia menyambut kedatangan Pelepas itu. Bangsa-bangsa bersatu di bawah satu pemerintahan. Satu bahasa umum digunakan, yang di mana-mana terkenal sebagai bahasa kesusastraan. Dari semua negeri orang-orang Yahudi yang tercerai-berai pergi berhimpun ke Yerusalem untuk menghadiri pesta-pesta tahunan. Ketika mereka ini pulang ke tempat mereka masing-masing, mereka dapat menyiarkan ke seluruh dunia berita tentang kedatangan Mesias. Pada waktu ini sistem agama kekafiran sudah kehilangan pegangannya di antara orang banyak. Orang sudah bosan dengan pertunjukan-pertunjukan ajaib dan dongeng-dongeng. Mereka merindukan suatu agama yang dapat memuaskan hati. Sementara terang kebenaran nampak sudah seolah-olah hilang lenyap dari antara manusia, adalah jiwa-jiwa yang mencari terang, dan yang penuh kebingungan dan dukacita. Mereka merasa haus akan pengetahuan tentang Allah yang hidup akan sesuatu jaminan hidup di seberang kubur. Karena bangsa Yahudi telah meninggalkan Allah, iman sudah makin pudar, dan pengharapan telah hampir berhenti menerangi hari kemudian. Kami Melihat Bintangnya Majus yang datang kepada Yesus. Terang Allah selamanya bersinar di tengah kegelapan kekafiran. Sementara orang Majus ini mempelajari angkasa yang penuh bintang itu, dan berusaha menduga rahasia yang tersembunyi pada jalan-jalannya yang gemerlapan itu, nampaklah oleh mereka kemuliaan Khalik. Dalam usaha mencari pengetahuan yang lebih terang, mereka berpaling kepada Alkitab Ibrani. Di negeri mereka sendiri adalah tulisan-tulisan nubuat yang meramalkan kedatangan seorang guru Ilahi. Bileam termasuk golongan para ahli nujum, sungguh pun ia pernah menjadi nabi Allah; oleh Roh Suci ia telah meramalkan kemakmuran Israel dan kedatangan Mesias; dan nubuatan-nubuatannya itu telah disampaikan oleh tradisi dari abad ke abad. Tetapi dalam Wasiat Lama kedatangan Juruselamat dinyatakan lebih jelas. Orang Majus itu mempelajari dengan kesukaan bahwa kedatangan-Nya sudah dekat, dan seluruh dunia harus dipenuhi dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan. Orang Majus itu telah melihat sebuah cahaya ajaib di angkasa pada malam ketika kemuliaan Allah meliputi bukit-bukit Betlehem. Ketika cahaya tersebut berangsur-angsur pudar timbullah sebuah bintang yang gemerlapan, dan berpindah perlahan-lahan di angkasa. Itu bukannya sebuah bintang biasa atau pun sebuah planet, dan pemandangan itu membangkitkan perhatian yang amat sangat. Bintang itu adalah sepasukan malaikat yang bercahaya-cahaya jauh di angkasa, tetapi tentang ini tiada diketahui apa-apa oleh orang Majus itu. Namun mereka mendapat kesan bahwa bintang tersebut mengandung arti yang istimewa bagi mereka. Mereka pergi bertanya kepada imam-imam dan ahli-ahli filsafat, serta menyelidiki gulungan catatan purbakala. Nubuatan Bileam telah menandaskan, "Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel." Bilangan 24:17. Mungkinkah gerangan bintang yang aneh ini dikirim mendahului kedatangan Yang Dijanjikan itu? Orang Majus itu telah menyambut baik terang kebenaran yang dikirim dari surga; kini terang itu dicurahkan atas mereka dengan cahaya yang lebih gemilang. Dengan perantaraan mimpi mereka disuruh mencari Raja yang baru lahir itu. Sebagaimana dengan percaya Abraham keluar atas panggilan Allah, "dengan tidak mengetahui ke mana jatuhnya kelak;" sebagaimana dengan percaya bangsa Israel mengikuti tiang awan ke tanah perjanjian, demikianlah orang-orang kafir ini berangkat untuk mencari Juruselamat yang telah dijanjikan itu. Negeri-negeri sebelah Timur sangat kaya dalam benda-benda yang berharga; sebab itu orang Majus itu bukannya pergi dengan tangan hampa. Sudah menjadi kebiasaan di sana untuk mempersembahkan pemberian sebagai pernyataan hormat kepada raja-raja atau orang-orang yang berkedudukan tinggi lainnya, maka pemberian yang paling mahal yang dapat diberikan negeri itu pun dibawalah sebagai persembahan di kepada-Nya di dalam siapa segala keluarga di bumi ini akan berbahagia. Adalah perlu berjalan pada malam supaya selalu dapat melihat bintang itu; tetapi orang Majus itu menghabiskan waktu dengan mengulang-ulangi ucapan-ucapan tradisi dan perkataan-perkataan nubuatan tentang Dia yang mereka cari itu. Setiap waktu beristirahat mereka menyelidiki nubuatan; maka keyakinan mereka pun makin bertambah bahwa mereka sedang mendapat pimpinan Ilahi. Sementara mereka melihat bintang itu di hadapan mereka sebagai tanda secara lahir, di dalam batin mereka ada juga kenyataan Roh Suci yang senantiasa membesarkan perhatian mereka, dan mengilhami mereka dengan harapan. Perjalanan itu, sungguhpun jauh, adalah satu perjalanan yang diliputi sukacita bagi mereka itu. Mereka sudah tiba di negeri Israel, dan sedang menuruni Bukit Zaitun, dan Yerusalem sudah kelihatan, bintang yang telah menuntun mereka dalam perjalanan yang melelahkan itu berhenti di atas bait suci, dan sesaat kemudian lenyaplah dari penglihatan mereka. Dengan langkah yang penuh pengharapan mereka maju terus, mengharap dengan yakin bahwa kelahiran Mesias itu akan menjadi buah mulut orang yang penuh kegirangan. Tetapi segala pertanyaan mereka sia-sia saja. Setelah masuk ke dalam kota suci itu, mereka pun pergilah ke bait suci. Dengan penuh keheranan mereka tidak mendapati seorang pun yang nampaknya tahu tentang raja yang baru lahir itu. Pertanyaan mereka tidak membangkitkan tanda sukacita, malah sebaliknya yakni tanda-tanda rasa heran dan takut, dan bukan pula tidak disertai penghinaan. Imam-imam tengah mengulang-ulangi tradisi-tradisi. Mereka meninggikan agama dan peribadatan mereka sendiri, sementara mereka mencela bangsa Yunani dan Romawi sebagai orang kafir dan orang berdosa melebihi orang lain. Yesus Dibebaskan KABAR tentang nabi padang belantara dan pengumumannya yang ajaib itu pun tersiarlah ke seluruh tanah Galilea. Kabar itu sampai kepada para petani yang diam di bukit yang terjauh sekali pun, dan kepada nelayan di pantai, dan di dalam kota yang tulus ikhlas inilah kabar itu mendapat sambutan yang sesungguhnya. Di Nazaret kabar itu tersiar juga di bengkel pertukangan kayu milik Yusuf, dan panggilan itu didengar oleh Yesus. Waktu-Nya sudah tiba. Setelah meninggalkan pekerjaan-Nya sehari-hari, diucapkan-Nyalah selamat tinggal kepada ibu-Nya, dan mengikuti orang senegeri-Nya yang sedang berduyun-duyun menuju ke Yordan. Yesus dan Yohanes Pembaptis bersaudara sepupu, serta bertalian rapat oleh keadaan kelahiran mereka; namun selama ini mereka tidak pernah berkenalan langsung satu sama lain. Yesus selama ini tinggal di Nazaret tanah Galilea; sedangkan Yohanes tinggal di padang belantara Yudea. Di tengah suasana tempat yang sangat berbeda, mereka itu telah hidup dalam kesunyian, dan tidak mempunyai perhubungan satu sama lain. Tuhan telah mengatur hal ini. Tidak mungkin ada peluang bagi tuduhan bahwa mereka telah berkomplot untuk saling menyokong pengakuan masing-masing. Yohanes mengetahui segala peristiwa yang telah menandai kelahiran Yesus. Ia telah mendengar kabar tentang kunjungan ke Yerusalem pada waktu Ia masih kanak-kanak, dan tentang apa yang telah terjadi di sekolah rabbi-rabbi. Diketahuinya tentang kehidupan-Nya yang tidak berdosa itu, serta percaya bahwa Ialah Mesias; tetapi tentang ini ia tidak mempunyai jaminan yang pasti. Kenyataan bahwa Yesus telah sekian tahun lamanya tinggal dalam kesunyian dan tidak memberikan tanda yang istimewa tentang pekerjaan-Nya, menimbulkan rasa bimbang tentang apakah mungkin lalah Yang Dijanjikan itu. Namun Pembaptis itu menanti dengan percaya, yakin bahwa pada waktu yang ditentukan Allah sendiri segala sesuatu akan dijelaskan. Sudah dinyatakan kepadanya bahwa Mesias itu akan meminta baptisan daripadanya, dan bahwa tanda keilahian-Nya pun akan diberikan pada waktu itu. Maka dengan demikian akan dapatlah ia memperkenalkan Dia kepada khalayak ramai. Tatkala Yesus datang untuk dibaptiskan; Yohanes melihat dalam Dia suatu kemurnian tabiat yang sejak dahulu belum pernah dilihatnya dalam seorang manusia pun. Bahkan suasana hadirat-Nya pun kudus serta mengilhamkan rasa segan. Di antara orang banyak yang telah berkumpul di sekelilingnya di Yarden, Yohanes telah mendengar banyak ceritera yang menyedihkan tentang kejahatan, dan telah bertemu dengan jiwa-jiwa yang ditindas oleh beban dosa yang tidak terkira banyaknya; akan tetapi belum pernah ia bertemu dengan seseorang yang dari padanya keluar suatu pengaruh yang begitu Ilahi. Semuanya ini adalah sesuai dengan apa yang telah dinyatakan lebih dahulu kepada Yohanes mengenai Mesias itu. Namun ia segan meluluskan permohonan Yesus itu. Bagaimanakah ia, seorang berdosa, dapat membaptiskan Oknum Yang Tidak Berdosa itu? Dan mengapa Ia, yang tidak memerlukan pertobatan, harus mentaati suatu upacara agama yang merupakan pengakuan dosa yang harus dibasuhkan? Ketika Yesus memohonkan baptisan itu, Yohanes menganjur surut sambil berseru,"Bahwa patut hamba ini Tuhan baptiskan, maka sekarang Tuhan datang mendapatkan hamba?" Hari-hari Perjuangan Dengan cara yang halus dan lembut, Yesus berusaha menyenangkan hati orang-orang yang berbicara dengan Dia. Sebab Ia bersikap lemah-lembut dan tidak suka menonjolkan diri maka katib-katib dan tua-tua menyangka bahwa Ia akan mudah terpengaruh oleh pengajaran mereka. Mereka membujuk Dia supaya menerima baik segala adat-istiadat serta tradisi yang telah diwariskan turun temurun dari rabi-rabi purbakala, tetapi Ia meminta wewenang mereka dalam Alkitab. Ia mau mendengar tiap sabda yang keluar dari mulut Allah; tetapi Ia tidak dapat menurut segala rekaan manusia. Yesus tampaknya mengetahui Alkitab dari awal sampai akhir, dan Ia menguraikannya dalam arti yang sesungguhnya. Rabi-rabi merasa malu diajar oleh seorang anak kecil. Mereka menuntut bahwa kewajiban merekalah untuk menjelaskan Alkitab, dan bahwa pihak-Nyalah yang harus menerima tafsiran mereka. Mereka marah karena Ia berani melawan perkataan mereka itu. Mereka tahu bahwa tidak ada wewenang yang dapat diperoleh dalam Alkitab untuk tradisi-tradisi mereka itu. Mereka menyadari bahwa dalam pengertian rohani Yesus jauh lebih maju daripada mereka. Namun mereka marah karena Ia tidak menurut segala perintah mereka. Karena tidak berhasil meyakinkan Dia, mereka mencari Yusuf dan Maria, lalu membentangkan di hadapan mereka pembawaan-Nya yang tidak taat itu. Demikianlah Ia menderita teguran dan kecaman. Dalam usia yang masih sangat muda, Yesus sudah mulai bertindak menurut cara-Nya sendiri dalam pembentukan tabiat-Nya, bahkan hormat serta cinta pada orang tua-Nya sekali pun tidak dapat mencegah Dia daripada penurutan kepada firman Allah. "Adalah tersebut" ialah alasan-Nya bagi tiap perbuatan yang berbeda dari kebiasaan kekeluargaan. Tetapi pengaruh rabi-rabi menyebabkan pengalaman hidup-Nya amat pahit. Pada masa muda-Nya sekalipun Ia mesti memahami pelajaran-pelajaran berat dalam bertahan dengan diam dan sabar. Saudara-saudara-Nya, ialah anak-anak Yusuf, memihak kepada rabi-rabi. Mereka bersikeras mengatakan bahwa tradisi-tradisi mesti ditaati seakan-akan hal itu adalah tuntutan Allah. Mereka bahkan menganggap segala ajaran manusia itu lebih tinggi daripada firman Allah, dan mereka merasa sangat tersinggung oleh ketajaman otak Yesus dalam membedakan antara yang salah dan yang benar. Ketaatan-Nya yang saksama pada hukum Allah mereka salahkan sebagai kedegilan. Mereka merasa heran akan pengetahuan serta akal budi yang ditunjukkan-Nya dalam menjawab rabi-rabi. Mereka tahu bahwa Ia tidak pernah mendapat pelajaran dari orang-orang terpelajar itu, namun mereka terpaksa melihat bahwa Ia merupakan seorang guru bagi mereka. Mereka mengakui bahwa pendidikan-Nya mengandung jenis yang lebih tinggi daripada pendidikan mereka. Kristus tidak mengasingkan diri, dan Ia telah dengan istimewa menyinggung perasaan kaum Farisi oleh menyimpang dalam hal ini dari peraturan-peraturan mereka yang keras itu. Ia melihat lapangan agama dipagari dengan tembok pemisah yang tinggi-tinggi, sebagai sesuatu yang terlalu keramat untuk kehidupan sehari-hari Tembok pemisah ini dihancurkan-Nya. Dalam pergaulan-Nya dengan manusia Ia tidak bertanya. Apa agamamu? Gereja mana kau ikuti? Ia menggunakan kuasa-Nya untuk kepentingan sekalian orang yang memerlukan pertolongan. Gantinya mengasingkan diri dalam rumah pertapaan, agar dapat menunjukkan tabiat semawi-Nya, Ia bekerja dengan tekun untuk umat manusia. Ia menanamkan asas bahwa agama Kitab Suci tidak bergantung kepada penyiksaan tubuh. Ia mengajarkan bahwa agama yang suci dan tidak bercacat bukannya dimaksudkan semata-mata untuk waktu-waktu tertentu dan untuk saat-saat istimewa. Suara di Padang Belantara Imam Zakharia yang sudah tua dan istrinya Elisabet adalah "keduanya . . . orang benar kepada Allah;" dan dalam hidup mereka yang tenang dan suci cahaya iman bersinar seperti sebuah bintang dalam kegelapan hari-hari yang penuh kejahatan itu. Kepada suami istri yang beribadat ini telah dijanjikan seorang anak laki-laki, yang akan "berjalan dulu di hadapan Tuhan, akan menyediakan jalan-Nya." Zakharia tinggal "dalam segala pegunungan Yudea," tetapi ia telah pergi ke Yerusalem untuk bekerja seminggu lamanya dalam bait suci, suatu kewajiban yang dituntut dua kali setahun dari imam-imam menurut gilirannya. "Maka pada sekali peristiwa, sementara ia mengerjakan pekerjaan imamat di hadapan Allah dalam gilir peraturan harinya, sesuai adat jabatan imam, maka dengan dibuang undi kenalah ia pekerjaan masuk ke dalam rumah Tuhan akan membakar persembahan dupa." Ia sedang berdiri di muka mezbah keemasan di dalam bilik yang suci di bait suci. Asap dupa bersama doa bangsa Israel sedang naik di hadirat Allah. Tiba-tiba sadarlah ia akan hadirat Ilahi. Seorang malaikat Tuhan "berdiri di sebelah kanan meja persembahan dupa itu." Tempat malaikat berdiri itu mengalamatkan bahwa ia membawa kabar baik, tetapi Zakharia tiada menghiraukan hal ini. Bertahun-tahun lamanya ia telah mendoakan kedatangan Penebus; kini surga mengutus pesuruhnya untuk memberitahukan bahwa doa itu sudah hampir dijawab; tetapi kemurahan Allah tampaknya terlalu besar baginya untuk dipercayai. Ia dipenuhi dengan ketakutan dan penyesalan diri. Tetapi ia disapa dengan jaminan yang menggembirakan hati: "Jangan takut, hai Zakharia, karena permintaan doamu telah diluluskan; bahwa istrimu Elisabet akan beranak bagimu laki-laki seorang, maka hendaklah engkau menamai dia Yohanes. Maka engkau akan mendapat kesukaan dan suka-cita dan banyak orang bergemar hatinya kelak akan jadinya. Karena ia pun akan besar di hadapan Tuhan, dan tidak ia akan minum air anggur atau minuman pedas, dan ia pun akan dipenuhi dengan Roh Kudus.... Dan banyaklah bangsa Israel akan dibalikkannya kepada Tuhan Allahnya. Maka ia pun akan berjalan di hadapan-Nya dengan roh dan kuasa Elia, akan membalikkan hati segala bapa kepada anak-anaknya dan yang durhaka dibalikkannya kepada kebijaksanaan orang yang benar, akan melengkapkan bagi Tuhan suatu bangsa yang siap benar. Maka kata Zakharia kepada malaikat itu: Bagaimana aku akan mengetahui ketentuannya, karena sudah tua aku dan istriku pun telah lalu sangat umurnya." Zakharia tahu betul bagaimana kepada Abraham di masa tuanya telah dikaruniakan seorang anak sebab ia percaya bahwa Ia yang telah berjanji itu setiawan adanya. Tetapi seketika lamanya imam yang sudah tua itu mengalihkan pikirannya ke arah kelemahan kemanusiaan. Ia lupa bahwa apa yang telah dijanjikan Allah, Ia sanggup melaksanakannya. Alangkah besarnya perbedaan antara sifat kurang percaya ini dengan percaya Maria yang segar dan jujur, gadis Nazaret itu, yang jawabnya terhadap pemberitahuan ajaib dari malaikat itu ialah, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lukas 1:38. Lahirnya seorang anak bagi Zakharia, seperti lahirnya anak Abraham, dan anak Maria, haruslah mengajarkan suatu kebenaran rohani yang besar, suatu kebenaran yang tidak gampang kita pelajari dan lekas melupakannya. Dalam diri kita sendiri, kita tidak sanggup berbuat sesuatu perkara yang baik; tetapi apa yang tidak dapat kita perbuat, akan diadakan oleh kuasa Allah dalam tiap-tiap jiwa yang menyerah dan percaya. Oleh percayalah anak perjanjian dikaruniakan. Oleh percayalah pula hidup kerohanian dilahirkan dan kita disanggupkan untuk melakukan pekerjaan kebenaran. Untuk menjawab pertanyaan Zakharia, malaikat itu berkata, "Bahwa aku ini Gabriel, yang berdiri di hadapan hadirat Allah, maka aku pun disuruhkan berkata-kata dengan dikau, dan menyampaikan segala perkataan ini kepadamu." Lima ratus tahun sebelumnya, Gabriel sudah memberi tahu kepada nabi Daniel masa nubuatan yang berlangsung hingga kedatangan Kristus. Pengetahuan bahwa akhir masa ini sudah dekat, telah menggerakkan Zakharia untuk mendoakan kedatangan Mesias itu. Kini justru utusan yang telah menyampaikan nubuatan itu, sudah datang untuk mengumumkan kegenapannya. Perkataan malaikat itu, "Bahwa aku ini Gabriel, yang berdiri di hadapan hadirat Allah," menunjukkan bahwa ia menduduki suatu pangkat yang amat terhormat di istana surga. Ketika ia datang dulu membawa kabar kepada Daniel, ia berkata, "Tidak ada satu pun yang berdiri di pihakku dengan tetap hati melawan mereka, kecuali Mikhael (Kristus), pemimpinmu itu." Daniel 10:21. Tentang Gabriel, Juruselamat berfirman dalam Wahyu, bahwa "disuruhkan-Nya malaikat-Nya menyatakan dia kepada Yohanes, hamba-Nya." Wahyu 1:11. Dan kepada Yohanes malaikat itu menandaskan, "Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan saudara-saudaramu, para nabi." Why. 22:9. YESUS DIBAPTISKAN KABAR tentang nabi padang belantara dan pengumumannya yang ajaib itu pun tersiarlah ke seluruh tanah Galilea. Kabar itu sampai kepada para petani yang diam di bukit yang terjauh sekali pun, dan kepada nelayan di pantai, dan di dalam kota yang tulus ikhlas inilah kabar itu mendapat sambutan yang sesungguhnya. Di Nazaret kabar itu tersiar juga di bengkel pertukangan kayu milik Yusuf, dan panggilan itu didengar oleh Yesus. Waktu-Nya sudah tiba. Setelah meninggalkan pekerjaan-Nya sehari-hari, diucapkan-Nyalah selamat tinggal kepada ibu-Nya, dan mengikuti orang senegeri-Nya yang sedang berduyun-duyun menuju ke Yordan. Yesus dan Yohanes Pembaptis bersaudara sepupu, serta bertalian rapat oleh keadaan kelahiran mereka; namun selama ini mereka tidak pernah berkenalan langsung satu sama lain. Yesus selama ini tinggal di Nazaret tanah Galilea; sedangkan Yohanes tinggal di padang belantara Yudea. Di tengah suasana tempat yang sangat berbeda, mereka itu telah hidup dalam kesunyian, dan tidak mempunyai perhubungan satu sama lain. Tuhan telah mengatur hal ini. Yohanes mengetahui segala peristiwa yang telah menandai kelahiran Yesus. Ia telah mendengar kabar tentang kunjungan ke Yerusalem pada waktu Ia masih kanak-kanak, dan tentang apa yang telah terjadi di sekolah rabbi-rabbi. Diketahuinya tentang kehidupan-Nya yang tidak berdosa itu, serta percaya bahwa Ialah Mesias; tetapi tentang ini ia tidak mempunyai jaminan yang pasti. Kenyataan bahwa Yesus telah sekian tahun lamanya tinggal dalam kesunyian dan tidak memberikan tanda yang istimewa tentang pekerjaan-Nya, menimbulkan rasa bimbang tentang apakah mungkin lalah Yang Dijanjikan itu. Namun Pembaptis itu menanti dengan percaya, yakin bahwa pada waktu yang ditentukan Allah sendiri segala sesuatu akan dijelaskan. Sudah dinyatakan kepadanya bahwa Mesias itu akan meminta baptisan daripadanya, dan bahwa tanda keilahian-Nya pun akan diberikan pada waktu itu. Maka dengan demikian akan dapatlah ia memperkenalkan Dia kepada khalayak ramai. Tatkala Yesus datang untuk dibaptiskan; Yohanes melihat dalam Dia suatu kemurnian tabiat yang sejak dahulu belum pernah dilihatnya dalam seorang manusia pun. Bahkan suasana hadirat-Nya pun kudus serta mengilhamkan rasa segan. Di antara orang banyak yang telah berkumpul di sekelilingnya di Yarden, Yohanes telah mendengar banyak ceritera yang menyedihkan tentang kejahatan, dan telah bertemu dengan jiwa-jiwa yang ditindas oleh beban dosa yang tidak terkira banyaknya; akan tetapi belum pernah ia bertemu dengan seseorang yang dari padanya keluar suatu pengaruh yang begitu Ilahi. Semuanya ini adalah sesuai dengan apa yang telah dinyatakan lebih dahulu kepada Yohanes mengenai Mesias itu. Namun ia segan meluluskan permohonan Yesus itu. Bagaimanakah ia, seorang berdosa, dapat membaptiskan Oknum Yang Tidak Berdosa itu? Dan mengapa Ia, yang tidak memerlukan pertobatan, harus mentaati suatu upacara agama yang merupakan pengakuan dosa yang harus dibasuhkan? Ketika Yesus memohonkan baptisan itu, Yohanes menganjur surut sambil berseru, "Bahwa patut hamba ini Tuhan baptiskan, maka sekarang Tuhan datang mendapatkan hamba?" Dengan wewenang yang tegas namun lemah lembut, Yesus menjawab, "Sekarang biarkanlah, karena demikian patut pada kita menggenapi segala kebenaran." Lalu Yohanes menyerah dan menuntun Juruselamat itu ke dalam sungai Yarden, dan menyelamkan Dia di dalam air. "Sebentar itu juga naiklah la dari dalam air; maka sesungguhnya terbukalah langit bagi-Nya, dilihat-Nya Roh Allah turun seperti burung merpati datang atas-Nya." KEMENANGAN "LALU diambil iblis akan Dia, dibawanya sertanya ke Baitu'lmukadis, didirikannya di atas bumbungan rumah Allah. Seraya katanya kepada-Nya: Jikalau Engkau Anak Allah, terjunkanlah diri-Mu ke bawah, karena adalah tersurat: "Bahwa Allah akan bersabda kepada segala malaikat-Nya akan halmu, Maka mereka itu kelak menatang Engkau di atas tangannya, Supaya jangan barangkali terantuk kaki-Mu kepada batu." Sekarang Setan menyangka bahwa ia telah menghadapi Yesus pada pendirian-Nya sendiri. Musuh yang licik itu sendiri kini mengemukakan ucapan-ucapan yang keluar dari mulut Allah. Ia masih saja kelihatan seperti seorang malaikat terang, dan ia membuktikan bahwa ia mahir dalam soal-soal Alkitab, serta mengerti arti apa yang tersurat. Sebagaimana Yesus menggunakan sabda Allah untuk mempertahankan iman-Nya, penggoda itu kini menggunakan sabda Allah pula untuk membenarkan penipuannya. Ia mengatakan bahwa ia hanya menguji kesetiaan Yesus, dan sekarang ia memuji keteguhan-Nya. Karena Juruselamat telah menunjukkan percaya pada Allah, setan mendesak Dia pula supaya memberikan lagi bukti-bukti lain untuk iman-Nya itu. Akan tetapi penggodaan itu didahului lagi dengan sindiran yang mengandung rasa tak percaya, "Jikalau Engkau Anak Allah." Kristus tergoda untuk menjawab "jikalau" itu; tetapi Ia sedikit pun tidak mau menerima kebimbangan itu. Ia tidak mau membahayakan nyawa-Nya hanya untuk memberikan bukti kepada Setan. Penggoda itu berpikir hendak mengambil keuntungan dari kemanusiaan Kristus, serta membujuk Dia untuk bertindak tekebur. Akan tetapi meski pun Setan dapat membujuk, tidak dapat ia memaksa berbuat berdosa. Kata-Nya kepada Yesus, "Terjunkanlah diri-Mu, ke bawah," karena mengetahui bahwa ia tidak dapat menjatuhkan Dia ke bawah; karena Allah akan campur tangan untuk melepaskan Dia. Tidaklah pula setan dapat memaksa Yesus menerjunkan diri-Nya ke bawah. Kecuali Kristus menyerah kepada penggodaan itu, Ia tidak dapat dikalahkan. Segenap kuasa dunia ini atau neraka sekali pun tidak dapat memaksa Dia sekelumit pun untuk menye leweng dari kehendak Bapa-Nya. Penggoda itu tidak akan pernah dapat memaksa kita untuk melakukan kejahatan. Ia tidak dapat mengendalikan pikiran kecuali pikiran itu diserahkan ke bawah kekuasaannya. Kehendak mesti setuju, iman mesti melepaskan pegangannya dari Kristus, barulah Setan dapat menggunakan kuasanya atas kita. Tetapi setiap keinginan jahat yang kita sayangi memberikan kepadanya tempat bertumpu. Setiap perkara yang dalamnya kita gagal untuk mencapai taraf Ilahi, merupakan sebuah pintu terbuka yang dari padanya ia dapat masuk untuk menggoda serta membinasakan kita. Kami Sudah Jumpa Mesias YOHANES Pembaptis kini mengajar dan membaptiskan di Baitani, di seberang Yarden. Tidak jauh dari tempat ini di mana Allah dahulu telah menahan aliran sungai itu hingga bani Israel menyeberang. Tidak berapa jauh dari sini benteng kota Yerikho telah dirubuhkan oleh bala tentara surga. Kenangan tentang segala peristiwa ini teringat kembali pada saat ini, serta menimbulkan perhatian yang besar terhadap pekabaran Yohanes Pembaptis. Apakah Ia yang telah berbuat begitu ajaib pada zaman lampau itu, akan menunjukkan kuasa-Nya pula untuk melepaskan bangsa Israel? Demikianlah pikiran yang menggerakkan hati orang banyak yang setiap hari datang berduyun-duyun ke tepi sungai Yarden. Pengajaran Yohanes sangat mempengaruhi bangsa itu sehingga meminta perhatian para penguasa agama. Bahaya pemberontakan menyebabkan setiap kumpulan umum dipandang dengan rasa curiga oleh orang Romawi, dan apa pun yang menunjuk kepada sesuatu pemberontakan dari bangsa itu menimbulkan rasa takut pada pihak para penghulu Yahudi. Yohanes belum mengakui kekuasaan Sanhedrin oleh berusaha memperoleh (Pasal ini dialaskan atas Yohanes 1:19-51.) pengesahan mereka atas pekerjaannya; dan ia telah mengecam penghulu-penghulu dan orang banyak, baik orang Parisi mau pun orang Saduki. Namun orang banyak mengikut dia dengan gembira. Perhatian pada pekerjaannya tampaknya bertambah terus-menerus. Meski pun ia tidak tunduk kepada mereka, Sanhedrin merasa bahwa, selaku seorang guru umum, ia adalah di bawah pengawasan mereka. Badan ini terdiri dari anggota-anggota yang dipilih dari antara imam- imam, dan dari penghulu-penghulu utama dan guru-guru bangsa itu. Imam besarlah biasanya yang menjadi ketua. Semua anggotanya haruslah orang-orang yang sudah agak lanjut usianya, sungguh pun belum tua sekali; orang-orang berilmu, bukan saja mahir dalam agama Yahudi dan sejarah, tetapi juga dalam pengetahuan umum. Mereka tidak boleh bercacat tubuh, dan harus sudah berumah tangga, karena sebagai bapa, besar kemungkinan mereka akan lebih berpengasihan dan memikirkan kepentingan orang lain. Tempat mereka berkumpul ialah suatu ruangan yang dihubungkan dengan kaabah di Yerusalem. Pada zaman kemerdekaan bangsa Yahudi Sanhedrin ialah mahkamah agung bangsa Yahudi, yang mempunyai kuasa atas soal-soal kenegaraan serta keagamaan. Sungguh pun sekarang sudah direndahkan pangkatnya oleh pemerintah Romawi, namun badan itu masih menjalankan suatu pengaruh yang kuat dalam soal-soal sipil dan keagamaan. Sanhedrin tidak mau menangguhkan pemeriksaan terhadap pekerjaan Yohanes. Ada orang yang masih mengingat wahyu yang diberikan kepada Zakaria di kaabah dahulu, dan nubuatan bapa itu, yang telah menunjuk kepada anaknya itu sebagai bentara Mesias. Dalam huru-hara dan perubahan selama tiga puluh tahun, segala perkara ini sudah sebagian besar dilupakan. Tetapi sekarang diingatkan kembali oleh kegiatan pekerjaan Yohanes. Sudahlah agak lama sejak bangsa Israel pernah mempunyai seorang nabi, lama sejak sesuatu reformasi seperti yang berlangsung sekarang ini pernah dilihat orang. Tuntutan untuk mengaku dosa tampaknya baru dan mengejutkan. Banyak di antara para pemimpin tidak mau pergi mendengarkan seruan dan kecaman Yohanes, karena kuatir kalau-kalau mereka terpaksa membuka segala rahasia kehidupan mereka sendiri. Di Dalam Kaabah-Nya Halaman kaabah penuh dengan rombongan orang banyak dari segala lapisan masyarakat. Banyak yang tidak dapat membawa sertanya korban yang harus dipersembahkan yang melambangkan Korban besar itu. Untuk memudahkan bagi orang- orang ini, binatang-binatang diperjual belikan di halaman kaabah itu. Di sana segala lapisan masyarakat berhimpun untuk membeli korban mereka. Di sana semua uang asing ditukarkan dengan mata uang baitu'lmukadis. Setiap orang Yahudi dituntut untuk membayar setengah syikal setiap tahun sebagai "uang pendamaian karena nyawanya" Keluaran 30:12-16; dan uang yang dikumpulkan demikian itu digunakan untuk pemeliharaan kaabah. Selain ini, jumlah wang yang banyak dibawa sebagai persembahan sukarela, untuk disimpan di perbendaharaan kaabah. Maka adalah dituntut supaya semua uang asing ditukar dengan uang yang disebut syikal kaabah, yang diterima untuk upacara baitu'lmukadis itu. Penukaran uang itu memberi kesempatan untuk penipuan dan pemerasan, dan telah bertumbuh menjadi suatu perdagangan yang hina, yang menjadi sumber penghasilan bagi imam-imam. Para pedagang menuntut harga yang terlalu tinggi untuk binatang yang dijual, lalu mereka membahagi keuntungan mereka dengan imam-imam dan penghulu-penghulu, yang dengan jalan demikian memperkaya dirinya atas kerugian orang banyak. Orang-orang yang berbakti itu sudah diajar untuk mempercayai bahwa jikalau mereka tidak mempersembahkan korban, berkat Allah tidak akan dicurahkan kepada anak-anak dan negeri mereka. Dengan demikian dapat diperoleh harga yang tinggi untuk binatang-binatang itu; sebab setelah datang begitu jauh, orang banyak itu tidak mau pulang ke tempat kediamannya masing-masing dengan tidak menunaikan acara perbaktian yang untuk itu mereka telah datang. Banyak sekali korban-korban dipersembahkan pada waktu pesta Paskah itu, dan angka penjualan di kaabah pun sangatlah besarnya. Kegaduhan yang ditimbulkannya menunjukkan perdagangan hewan yang ribut gantinya kaabah Allah yang suci. Di sana dapat didengar tawar-menawar yang ramai, lenguh lembu, embik kambing domba, dekut burung merpati, bercampur baur dengan dencing mata uang dan pertengkaran yang disertai kemarahan. Demikian besarnya kekacauan itu sehingga orang-orang yang berbakti terganggu dan ucapan yang ditujukan kepada Allah taala tenggelam dalam kegaduhan yang meliputi kaabah itu. Orang Yahudi sangat bangga akan kesalehan mereka. Mereka bersuka cita atas kaabah itu, dan menganggap sebagai hujat sesuatu ucapan yang menjelekkannya; mereka sangat keras dalam pelaksanaan upacara-upacara yang berhubungan dengan kaabah itu; akan tetapi loba akan uang sudah mengalahkan ketelitian mereka. Mereka hampir tidak sadar lagi akan berapa jauh mereka telah menyimpang dari maksud semula segala upacara yang telah ditetapkan Allah Sendiri. READING REPORT KERINDUAN SEGALA JAMAN MATA KULIAH : HIDUP DAN AJARAN YESUS Dosen : Rudolf. W. Sagala
Oleh: Thalia (1833001)
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA 2018