K3319021
Ayutreerahmawati288@gmail.com
ABSTRACT
This study aims to test and utilize lemongrass leaf and orange peel waste as a substitute
for harmful insecticides as a natural bioinsecticide in the prevention of DHF. The method used in
this research is the method of observation and literature study methods with various written
sources both journals, websites, books and various other written sources. Dengue Hemorrhagic
Fever is a disease that is transmitted through the bite of Aedes aegypt mosquitoes. Ordinary
people use insecticides which turn out to be dangerous if used continuously for a long time. The
results of this study prove that utilizing lemongrass leaf and orange peel waste can be a safe
solution to replace harmful insecticides, because both of these natural ingredients contain
essential oils that function as repellent and bioinsecticides.
Key words : waste, use of mosquito’s insectiside, lemongrass leaves and orange peel, repellent
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memanfaatkan limbah daun serai dan kulit
jeruk sebagai pengganti insektisida berbahaya sebagai bioinsektisida alami dalam upaya
pencegahan penyakit DBD. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
observasi dan metode studi pustaka dengan berbagai sumber tertulis baik jurnal, website,buku
dan berbagai sumber tertulis lainya. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang
ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypt. Masyarakat biasa menggunakan insektisida yang
ternyata berbahaya jika digunakan secara terus menerus dalam waktu yang lama. Hasil dari
penelitian ini membuktikan bahwa dengan memanfaatkan limbah daun serai dan kulit jeruk dapat
menjadi solusi aman pengganti insektisida berbahaya karena kedua bahan alami tersebut
mengandung minyak atsiri yang berfungsi sebagai repellent dan bioinsektisida.
Kata Kunci : limbah, insektisida antinyamuk, daun serai dan kulit jeruk, repellent
PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan
melalui gigitan Nyamuk Aedes aegypt. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus
dengu, dan sering terjadi di daerah tropis. Data dari WHO menyebutkan Indonesia
merupakan negara dengan kasus demam berdarah tertinggi di Asia Tenggara.
[ CITATION Kem12 \l 1057 ]
Pencegahan penyakit ini banyak dilakukan melalui berbagai cara
diantaranya penggunaan larvasida/pemberantasan jentik nyamuk, fogging,
pemberantasan sarang nyamuk, melakukan program 3M yaitu menguras,
mengubur, menutup dan penggunaan obat nyamuk (insektisida). [ CITATION Tri16 \l
1057 ]
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wahyono 2012, diketahui
bahwa pada tingkat individu, penggunaan insektisida anti nyamuk dapat
memberikan efek pencegahan terbesar dibandingkan dengan fogging dan
larvasidasi/pemberantasan jentik nyamuk .
Pencegahan nyamuk dengan insektisida memang menjadi pilihan utama
masyarakat dalam menghindari gigitan nyamuk. Insektisida merupakan salah satu
dari kelompok pestisida terbesar di Indonesia. Produk insektisida yang beredar di
pasaran antara lain bakar, aerosol, mat, elektrik, semprot, spray, elektrik, bakar
dan lotion (oles). Bahan-bahan kimia yang terkandung dalam insektisida
antinyamuk antara lain organoklorin,organofosfat, kabamat, piretroid, dan DEET
Meskipun penggunaan insektisida antinyamuk memberikan efek sekaligus
kontribusi terbesar terhadap pencegahan penyakit DBD sekaligus efektif
menghindari gigitan nyamuk di Indonesia, namun bukan berarti produk ini aman
dan dapat digunakan sebagai antinyamuk untuk jangka waktu yang lama.
Insektisida antinyamuk berupa zat kimia mengandung racun, sangat
berbahaya bagi manusia. Pada obat nyamuk bakar, asap obat nyamuk
mengandung racun yang terhirup akan masuk ke dalam darah dan diedarkan ke
seluruh tubuh dan paru-paru. Dalam jangka waktu yang lama penderita akan
merasakan sakit dibagian dada, susah bernafas dan asma.
Salah satu kandungan dari obat antinyamuk adalah diklorvos atau DDV,
bahan kimia ini banyak digunakan pada obat nyamuk semprot, dan merupakan
insektisida organopospat. Menurut data dari WHO, bahan kimia ini bersifat
karsinogen (dapat menyebabkan kanker), dapat merusak saraf dan menganggu
sistem pernafasan dan jantung, menghambat pertumbuhan organ, merusak
kemampuan reproduksi.
Bahan kimia kedua adalah propoxur merupakan senyawa karbamat
sekaligus racun kelas menengah, penggunan senyawa ini dibatasi di Amerika
sebatas untuk pertanian dan perkebunan dimana para pekerjanya harus
menggunakan pelindung. Jika terhirup atau tertelan dapat menyebabkan pusing,
sakit kala, penglihatan mengabur, serta dapat menurunkan aktivitas enzim pada
saraf transmisi.
DEET merupakan bahan kimia yang bersifat korosif yang biasa digunakan
dalam obat nyamuk oles, penggunakan yang terus menerus dapat menyababkan
ruam dan infeksi pada kulit, rasa panas pada kulit, lecet dan kulit melepuh.
Zat aktif yang terkandung dalam bahan obat antinyamuk tersebut dapat
berbahaya. Hal ini dikarenakan tidak ada batasan dosis yang dapat dipakai.
Semisal perhari maksimal berapa batang obat nyamuk bakar yang dapat
digunakan, tidak ada peringatan khusus misal untuk wanita yang sedang hamil
atau yang memiliki gangguan pernafasan, dan penggunaan yang terus menerus
akan membuat zat tersebut terakumulasi di dalam tubuh.
Adapun salah satu cara lain untuk mendapatkan repellent anti nyamuk
yang tidak berbahaya sekaligus ramah lingkungan adalah dengan menggunakan
tanaman yang mengandung bioinsektisida yang didapat dengan memanfaatkan
potensi alam. [ CITATION Mar19 \l 1057 ]
Contoh dari tanaman yang mengandung bioinsektisida adalah tanaman
serai (Cymbopogon nardus) dan Jeruk nipis (Citrus Aurantifolia) yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat penolak nyamuk. Pada tanaman serai terutama pada
daun dan batang, sebagai obat antinyamuk karena mengandung zat-zat seperti
senyawa farsenol methil heptenon, dan dipentena sitral, geraniol, mirsena, nerol,
dan sitronela yang merupakan salah satu kandungan yang biasa terdapat pada obat
nyamuk semprot [ CITATION Yos19 \l 1057 ]
METODE PENELITIAN
Dari hasil uji penetapan kadar minyak atsiri didalam ekstrak daun
cengkeh, daun jeruk purut dan daun serai, terbukti daun serai dan kulit jeruk purut
mengandung minyak atsiri. Pada percobaan tersebut pula diketahui kadar minyak
atsiri pada daun jeruk purut dan serai relatif kecil. Hal ini disebabkan saat proses
pengeringan, kandungan minyak atsiri ikut menguap (Mulyani, et al. , 2013)
Tahapan selanjutnya adalah pengujian repellent terhadap nyamuk.
Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif repellent dari kulit jeruk
dan daun serai dalam mencegah gigitan nyamuk, pada uji repellent yang
dilakukan oleh [ CITATION Mar19 \l 1057 ] terdapat dua tahapan, diantaranya :
A. Aplikasi Repelen
1. Menyiapkan nyamuk uji sebanyak 20 ekor untuk masing-masing
kurungan uji.
2. Mula-mula oleskan bahan uji (ekstra daun serai dan kulit jeruk) dengan
masing-masing volume (1 ml, 2 ml, 3 ml) ke tangan kanan.
3. Memasukkan tangan kanan dan tangan kiri ke dalam kurungan uji
yang masing-masing berisi 20 ekor nyamuk Aedes aegypti betina.
Lengan kiri sebagai kontrol, yaitu tanpa perlakuan dengan tidak
dioleskan bahan uji. Sedangkan lengan kanan sebagai uji, yaitu diberi
perlakuan dengan dioleskan bahan uji.
4. Setiap kali melakukan pengujian, nyamuk selalu diganti dengan
nyamuk yang baru. Hal ini dilakukan supaya nyamuk tidak resistensi
terhadap pengujian selanjutnya, untuk menjaga keakuratan data.
B. Tahap Pengamatan
Pengamatan terhadap waktu dan banyaknya nyamuk yang hinggap
pada lengan sesudah diberikan ekstrak limbah daun dan serai dan kulit
jeruk sebagai penolak nyamuk.
Pada percobaan ini diketahui bahwa seiring bertambahnya waktu dalam
percobaan, aktivitas nyamuk Aedes aegypti akan semakin menurun, dapat terlihat
pula nyamuk yang hinggap dilengan semakin sedikit. Penurunan aktivitas nyamuk
ini disebabkan karna makin bertambahnya konsentrasi bahan uji. Pada konsentrasi
tertentu durasi waktu proteksi terhadap hinggapan dan gigitan nyamuk
dipengaruhi oleh jumlah kandungan senyawa yang berfungsi sebagai repellent,
dimana semakin besar ekstrak kandungan senyawa kimia tersebut, maka akan
memberikan perlindungan terhadap hinggapan nyamuk dalam waktu yang lama
(Aswina, 2009). Pada kulit jeruk dan daun serai yang memiliki aroma yang tidak
disukai nyamuk menyebabkan nyamuk tidak mendekat (Syalfinaf, 2012).
Dapat diketahui pula bahwa kadar konsentrasi 70%, sebagai kadar
konsentrasi yang efektif, dengan hasil daya proteksi sebesar 93% pada waktu awal
pengujian. [ CITATION Mar19 \l 1057 ]
Dengan terbuktinya limbah daun serai dan kulit jeruk mengandung minyak
atsiri dan zat sitronela, memungkinkan kita untuk membuat limbah daun serai dan
kulit jeruk menjadi bahan repellent antinyamuk. Berikut adalah cara mudah untuk
membuat antinyamuk semprot dengan limbah daun serai dan kulit jeruk :
Gambar 3. Obat nyamuk semprot dari ekstrak daun serai dan kulit jeruk
KESIMPULAN
Insektisida dengan bahan kimia sangat berbahaya apabila digunakan
secara konstan dalam jangka waktu yang lama melewati ambang batas toleransi
tubuh. Limbah daun serai dan kulit jeruk terbukti mengandung minyak atsiri dan
sitronela. Keduanya dapat digunakan sebagai bioinsektisida yang dapat menjadi
solusi pengganti obat antinyamuk berbahaya sehingga limbah daun serai dan kulit
jeruk dapat dimanfaatkan sebagai repellent nyamuk yang ampuh, aman,
alamiah.dan terjangkau.
DAFTAR PUSTAKA
CITATION Tri16 \l 1057 : , (Tri Yunis Miko Wahyono, Oktarinda MW, 2016),